bab v data dan pembahasan

29
V-1 BAB V IV DATA DAN PEMBAHASAN V.1 Jenis Emisi Yang Dihasilkan Di Kilang RU V Balikpapan Industri minyak dan gas merupakan sistem kompleks yang memiliki unit- unit pengolahan yang bervariatif, tergantung kepada bahan apa yang dibakar dan bahan apa yang ingin dihasilkan. Begitu juga dengan kilang yang dimiliki oleh PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan. Perusahaan ini membagi wilayah kilang menjadi dua bagian. Setiap kilang terdiri dari beberapa unit pengolahan, oleh sebab itu setiap kilang juga memiliki unit flare stack masing-masing. Flare stack merupakan rangkaian dari Flare Gas Recovery System. Unit ini didesain untuk mengambil kembali gas – gas buangan yang akan dilepas ke flare untuk dimanfaatkan kembali. Gas yang berhasil diambil kembali dimanfaatkan sebagai fuel gas dan LPG yang kemudian diteruskan kembali ke CDU IV untuk didistilasi kembali. Flare Gas Recovery System terdiri dari seksi Water Seal Drum, Off-Gas Compressor serta seksi LPG Separator. Beberapa proses yang menggunakan minyak mentah (crude oil) sebagai bahan bakunya akan mengemisikan berbagai macam polutan. Jenis-jenis polutan yang dihasilkan oleh unit penholahan pada industri minyak dan gas dapat dilihat pada tabel 3.1. Pengetahuan akan jenis-jenis polutan yang dihasilkan seperti diuraikan di tabel 3.1. membuat pihak PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan melakukan upaya pemantauan serta pengelolaan emisi dan udara ambient. Selain sebagai bentuk kepedulian PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan terhadap lingkungan, hal tersebut juga sebagai tindakan dalam mematuhi peraturan yang telah ditetapkan pemerintah dalam hal pengendalian pencemaran udara.

Upload: kristy-rosyemary

Post on 04-Aug-2015

293 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab v Data Dan Pembahasan

V-1

BAB V

IV DATA DAN PEMBAHASAN

V.1 Jenis Emisi Yang Dihasilkan Di Kilang RU V Balikpapan

Industri minyak dan gas merupakan sistem kompleks yang memiliki unit-

unit pengolahan yang bervariatif, tergantung kepada bahan apa yang dibakar dan

bahan apa yang ingin dihasilkan. Begitu juga dengan kilang yang dimiliki oleh

PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan. Perusahaan ini membagi wilayah

kilang menjadi dua bagian. Setiap kilang terdiri dari beberapa unit pengolahan,

oleh sebab itu setiap kilang juga memiliki unit flare stack masing-masing. Flare

stack merupakan rangkaian dari Flare Gas Recovery System. Unit ini didesain

untuk mengambil kembali gas – gas buangan yang akan dilepas ke flare untuk

dimanfaatkan kembali. Gas yang berhasil diambil kembali dimanfaatkan sebagai

fuel gas dan LPG yang kemudian diteruskan kembali ke CDU IV untuk didistilasi

kembali. Flare Gas Recovery System terdiri dari seksi Water Seal Drum, Off-Gas

Compressor serta seksi LPG Separator.

Beberapa proses yang menggunakan minyak mentah (crude oil) sebagai

bahan bakunya akan mengemisikan berbagai macam polutan. Jenis-jenis polutan

yang dihasilkan oleh unit penholahan pada industri minyak dan gas dapat dilihat

pada tabel 3.1.

Pengetahuan akan jenis-jenis polutan yang dihasilkan seperti diuraikan di

tabel 3.1. membuat pihak PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan

melakukan upaya pemantauan serta pengelolaan emisi dan udara ambient. Selain

sebagai bentuk kepedulian PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan

terhadap lingkungan, hal tersebut juga sebagai tindakan dalam mematuhi

peraturan yang telah ditetapkan pemerintah dalam hal pengendalian pencemaran

udara.

Page 2: Bab v Data Dan Pembahasan

V-2

V.2 Sistem Pemantauan Udara Emisi dan Udara Ambient yang ada di

Kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan

V.2.1 Sistem Pemantauan Udara Emisi

Sistem pemantauan udara emisi yang ada di PT. PERTAMINA (Persero)

RU V Balikpapan dilakukan secara manual dan kontinyu dengan CEMS

(Continuous Emission Monitoring System). Pemantauan udara emisi secara

manual ini dilakukan oleh pihak Laboratorium Eksternal setiap 6 bulan sekali.

Pemantauan dilakukan di setiap stack yang ada di Kilang PT. PERTAMINA

(Persero) RU V Balikpapan. Sedangkan pemantauan udara dengan CEMS

mengacu kepada PerMen Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2009 tentang

Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Kegiatan Usaha dan/atau Minyak

dan Gas Bumi. Selain kedua pemantauan diatas, juga dilakukan pemantauan

terhadap kebocoran gas yang terjadi di Kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU V

Balikpapan dengan menggunakan alat Gas FindlR.

Kegiatan pemantauan udara emisi yang dilakukan di PT. PERTAMINA

(Persero) RU V Balikpapan antara lain :

1. Pemantauan udara emisi oleh Laboratorium Eksternal yang

dilakukan secara rutin setiap enam bulan sekali.

2. Pemantauan udara emisi dengan CEMS (Continuous Emission

Monitoring System) yang saat ini telah terpasang untuk

memonitor emisi dari Plant 1, Plant 4/5, dan Plant 7.

3. Pemantauan kebocoran gas di Kilang PT. PERTAMINA

(Persero) RU V Balikpapan dengan Gas FindlR.

V.2.1.1 Pemantauan Udara Emisi oleh Laboratorium Eksternal

Pemantauan udara emisi yang ada di Kilang PT. PERTAMINA (Persero)

RU V Balikpapan dilakukan secara rutin setiap 6 bulan sekali oleh Laboratorium

Eksternal BBTPPI Semarang. Pemantauan ini dilakukan secara manual pada

sumber-sumber emisi pada flare stack, boiler stack, furnace, CCR (Continuous

Catalytic Regeneration), generator, dan genset. Parameter yang diukur dan

dianalisis yaitu gas NO2, SO2, HC, partikulat, opasitas, O2, CO2, dan CO.

Page 3: Bab v Data Dan Pembahasan

V-3

Pemantauan udara emisi secara manual yang menyertakan pihak ketiga

ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian PT. PERTAMINA (Persero) RU V

Balikpapan terhadap lingkungan dan dalam rangka mematuhi PerMen Negara LH

No.13 Tahun 2009 dalam hal Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi

Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi. Selain itu, tindakan ini dilakukan

dalam mengaplikasikan visi dan misi

PT. PERTAMINA (Persero) RU V

Balikpapan dan juga untuk meningkatkan nilai Program Penilaian Peringkat

Kinerja Perusahaan (PROPER). Kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh

Laboratorium Eksternal BBTPPI Semarang dapat terlihat pada gambar 5.1

berikut.

Gambar 5.1 Pelaksanaan Sampling Udara Emisi oleh Laboratorium BBTPPI

Semarang

Hasil dari analisa kualitas udara emisi bulan Juni Tahun 2009 dapat

terlihat pada tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Hasil Analisa Kualitas Udara Emisi Juni Tahun 2009

(RKL/RPL Semester II 2010)

No Lokasi

Analisa (Mg/Nm3

NO2

)

SO2 HC Partikulat Opasitas O2 CO2 CO

(Mg/M3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (%) ) (%) (Mg/M3 (Mg/M) 3

1

)

HHP 1 7.022 1.169 0.2758 2.331 7 - - < 22.903

2 HHP 2 6.9895 0.9215 0.1532 4.74 8 - - < 22.903

3 HHP 3 2.3245 0.9259 0.153 14.03 7 - - < 22.903

4 HHP 4 1.7778 4.0278 0.6531 31.77 9 - - < 22.903

Page 4: Bab v Data Dan Pembahasan

V-4

Tabel 5.1 Hasil Analisa Kualitas Udara Emisi Juni Tahun 2009

(RKL/RPL Semester II 2010) (Lanjutan)

No Lokasi

Analisa (Mg/Nm3

NO2

)

SO2 HC Partikulat Opasitas O2 CO2 CO

(Mg/M3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (%) ) (%) (Mg/M3 (Mg/M) 3

5

)

HHP 5 0.6768 0.8929 0.3511 2.07 8 - - < 22.903

6 F-1-01A/CDU IV 2.8989 0.3647 0.5345 11.94 9 - - < 22.903

7 F-1-01B/CDU IV 1.226 0.3647 0.4561 2.67 8 - - < 22.903

8 F-2-01A Tidak beroperasi

9 F-3-01A/HCU-A 0.6799 0.3646 0.319 1.17 2 - - < 22.903

10 F-3-01B/HCU-B 0.6788 0.9215 0.2658 0.29 2 - - < 22.903

BAKU MUTU 800 1200 - 150 20 - - -

11 HHP 6 8.2621 1.3099 0.1345 19.87 6 - - < 22.903

12 CDU V 2.8989 1.505 0.4531 26.68 5 - - < 22.903

13 HVU III 6.9895 1.3038 0.3851 26.39 4 - - < 22.903

14 F-8-03/H2 Plant 0.1396 0.5498 3.8365 0.59 8 - - < 22.903

15 F-5-01A 3.4524 0.5472 0.4785 30.2 6 - - < 22.903

16 F-5-01B 0.6799 0.7368 1.0102 0.88 5 - - < 22.903

17 CCR 1.7778 0.5472 0.4253 0.29 9 - - < 22.903

18 Genset Lawe-Lawe 6.9895 0.7368 0.9342 1.18 2 - - < 22.903

BAKU MUTU 400 150 - 50 20 - - -

19 Generator Lawe-Lawe 4.0448 0.9258 0.3915 0.59 2 - < 22.903

BAKU MUTU 320 150 - 50 20 - - -

20 Flare Stack BPP I - - - - 17 - - -

21 Flare Stack BPP II - - - - 32 - - -

BAKU MUTU - - - - 40 - - -

( - ) : Tidak dilakukan pengukuran

Hasil dari analisa kualitas udara emisi bulan Desember Tahun 2009 dapat

terlihat pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2 Hasil Analisa Kualitas Udara Emisi Desember Tahun 2009

(RKL/RPL Semester II 2010)

No Lokasi

Analisa (Mg/Nm3

NO2

)

SO2 HC Partikulat Opasitas O2 CO2 CO

(Mg/M3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (%) ) (%) (Mg/M3 (Mg/M) 3

1

)

HHP 1 7.68 3.5148 < 0.0654 9.32 3 - - < 22.903

2 HHP 2 8.69 2.1832 < 0.0654 16.31 3 - - < 22.903

3 HHP 3 Tidak beroperasi

4 HHP 4 2.96 3.1696 < 0.0654 2.91 7 - - < 22.903

Page 5: Bab v Data Dan Pembahasan

V-5

Tabel 5.2 Hasil Analisa Kualitas Udara Emisi Desember Tahun 2009

(RKL/RPL Semester II 2010) (Lanjutan)

No Lokasi

Analisa (Mg/Nm3

NO2

)

SO2 HC Partikulat Opasitas O2 CO2 CO

(Mg/M3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (%) ) (%) (Mg/M3 (Mg/M) 3

5

)

HHP 5 2.95 3.1548 < 0.0654 32.62 6 - - < 22.903

6 F-1-01A/CDU IV 8.6519 26.1758 < 0.0654 21.63 6 - - < 22.903

7 F-1-01B/CDU IV 5.781 1.543 < 0.0654 26.89 4 - - < 22.903

8 F-2-01A Tidak beroperasi

9 F-3-01A/HCU-A 75.2566 785.8957 < 0.0654 28.05 2 - - < 22.903

10 F-3-01B/HCU-B 58.8957 654.3967 < 0.0654 47.77 2 - - < 22.903

BAKU MUTU 800 1200 - 150 20 - - -

11 HHP 6 5.78 1.8614 < 0.0654 14.56 3 - - < 22.903

12 CDU V 7.6752 2.8372 < 0.0654 5.84 4 - - < 22.903

13 HVU III 1.1332 3.5057 < 0.0654 2.92 2 - - < 22.903

14 F-8-03/H2 Plant 174.9693 3.1696 < 0.0654 6.99 3 - - < 22.903

15 F-5-01A 8.6519 26.1758 2.6584 2.91 2 - - < 22.903

16 F-5-01B 18.8139 29.3628 2.1799 1.75 2 - - < 22.903

17 CCR 5.754 127.6637 3.7218 4.68 10 - - < 22.903

18 Genset Lawe-Lawe Tidak beroperasi

BAKU MUTU 400 150 - 50 20 - - -

19 Generator Lawe-Lawe 5.781 13.0879 <

0.2658 7.57 3 - < 22.903

BAKU MUTU 320 150 - 50 20 - - -

20 Flare Stack BPP I - - - - 1 - - -

21 Flare Stack BPP II - - - - 22 - - -

BAKU MUTU - - - - 40 - - -

( - ) : Tidak dilakukan pengukuran

Hasil dari analisa kualitas udara emisi bulan Juni Tahun 2010 dapat

terlihat pada tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3 Hasil Analisa Kualitas Udara Emisi Bulan Juni Tahun 2010

(RKL/RPL Semester II 2010)

No Lokasi

Analisa (Mg/Nm3

NO2

)

SO2 HC Partikulat Opasitas O2 CO2 CO

(Mg/M3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (%) ) (%) (Mg/M3 (Mg/M) 3

1

)

HHP 1 0.035 3.36 < 0.065 12.36 5 7.48 1.378x10 1.15 5

2 HHP 2 Tidak Beroperasi

3 HHP 3 0.035 11.36 < 0.065 11.21 5 7.7 1.35x10 1.15 5

4 HHP 4 0.17 3.375 < 0.065 2.05 3.3 6.48 1.481x10 2.29 5

Page 6: Bab v Data Dan Pembahasan

V-6

Tabel 5.3 Hasil Analisa Kualitas Udara Emisi Bulan Juni Tahun 2010

(RKL/RPL Semester II 2010) (Lanjutan)

No Lokasi

Analisa (Mg/Nm3

NO2

)

SO2 HC Partikulat Opasitas O2 CO2 CO

(Mg/M3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (%) ) (%) (Mg/M3 (Mg/M) 3

5

)

HHP 5 0.305 3.36 < 0.065 3.79 2.5 4.01 1.733x10 1.15 5

6 F-1-01A/CDU IV 0.035 3.36 < 0.065 5.41 6.7 6.3 1.499x10 < 1.15 5

7 F-1-01B/CDU IV 0.305 3.375 < 0.065 0.87 5.8 7.32 1.386x10 3.44 5

8 F-2-01A 0.442 19.47 < 0.065 28.05 7.5 9 1.278x10 25.19 5

9 F-3-01A/HCU-A Dalam proses rekonstruksi pasca kebakaran

10 F-3-01B/HCU-B 0.863 27.52 < 0.065 47.77 5 7 7.561x10 2.29 5

BAKU MUTU 800 1200 - 150 20 - - -

11 HHP 6 0.305 3.36 < 0.065 4.95 2.5 7 1.8x10 2.29 5

12 CDU V 0.169 3.375 < 0.065 0.58 2 5.37 1.594x10 19.47 5

13 HVU III 0.564 3.375 < 0.065 6.06 2.5 8.21 8.998x105 13.74

14 F-8-03/H2 Plant 1 69.86 < 0.065 0.57 6.78 6.29 1.501x10 < 1.15 5

15 F-5-01A 0.035 3.36 3.722 0.29 6.7 3.75 1.76x10 14.89 5

16 F-5-01B 0.035 3.375 2.658 17.94 7.5 4.21 8.116x10 22.9 5

17 CCR 0.035 3.36 3.722 8.16 5.8 1.38 1.999x10 138.7 5

18 Genset Lawe-Lawe 1 3.375 0.532 2.03 3 20 1.8x10 1.15 5

BAKU MUTU 400 150 - 50 20 - - -

19 Generator Lawe-Lawe Tidak Beroperasi

BAKU MUTU 320 150 - 50 20 - - -

20 Flare Stack BPP I - - - - 8 - - -

21 Flare Stack BPP II - - - - 8 - - -

BAKU MUTU - - - - 40 - - -

( - ) : Tidak dilakukan pengukuran

Hasil dari analisa kualitas udara emisi bulan Desember Tahun 2010 dapat

terlihat pada tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.4 Hasil Analisa Kualitas Udara Emisi Bulan Desember Tahun 2010

(RKL/RPL Semester II 2010)

No Lokasi

Analisa (Mg/Nm3

NO2

)

SO2 HC Partikulat Opasitas O2 CO2 CO

(Mg/M3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (%) ) (%) (Mg/M3 (Mg/M) 3

1

)

HHP 1 0.442 2.875 < 0.065 3.21 5 4 9.58 4.58

2 HHP 2 0.721 5.938 < 0.065 2.31 4 6.48 8.23 1.15

3 HHP 3 0.725 9.145 < 0.065 2.05 5 5.91 8.89 4.58

4 HHP 4 0.725 1.884 < 0.065 0.58 5 6.16 8.4 1.15

5 HHP 5 1.298 1.875 < 0.065 14.76 5 5.89 8.56 2.29

Page 7: Bab v Data Dan Pembahasan

V-7

Tabel 5.4 Hasil Analisa Kualitas Udara Emisi Bulan Desember Tahun 2010

(RKL/RPL Semester II 2010) (Lanjutan)

No Lokasi

Analisa (Mg/Nm3

NO2

)

SO2 HC Partikulat Opasitas O2 CO2 CO

(Mg/M3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (Mg/M) 3 (%) ) (%) (Mg/M3 (Mg/M) 3

6

)

F-1-01A/CDU IV 0.169 1.875 2.286 2.6 6 6.48 8.27 14.89

7 F-1-01B/CDU IV 0.307 2.888 3.928 2.02 5 7.64 7.52 3.44

8 F-2-01A 1.151 14.62 1.437 38.36 7 10.76 5.74 2.29

9 F-3-01A/HCU-A 1.157 9.145 1.632 2.01 5 13.74 4.11 92.76

10 F-3-01B/HCU-B 0.721 13.49 1.632 1.17 5 7.41 7.68 < 1.15

BAKU MUTU 800 1200 - 150 20 - - -

11 HHP 6 Tidak Beroperasi

12 CDU V 1.151 1.884 < 0.065 5.17 3 4.85 9.15 53.82

13 HVU III 1.304 2.888 < 0.065 2.3 3 5.42 8.89 25.19

14 F-8-03/H2 Plant 1.304 19.37 < 0.065 2.87 5 10 6 < 1.15

15 F-5-01A 0.169 2.875 1.963 13.22 6 3.65 9.82 8.02

16 F-5-01B 0.17 3.903 1.963 8.62 6 3.32 10.02 12.6

17 CCR 1.151 3.885 4.581 4.04 5 1.46 11.04 44.66

18 Genset Lawe-Lawe 1.453 0.891 1.306 0.87 2 18.74 1.28 4.58

BAKU MUTU 400 150 - 50 20 - - -

19 Generator Lawe-Lawe Tidak Beroperasi

BAKU MUTU 320 150 - 50 20 - - -

20 Flare Stack BPP I - - - - 15 - - -

21 Flare Stack BPP II - - - - 12 - - -

BAKU MUTU - - - - 40 - - -

( - ) : Tidak dilakukan pengukuran

Berdasarkan ke-empat data terakhir terlihat perbedaan parameter antara

pemantauan di tahun 2009 dengan tahun 2010 yaitu pada parameter O2 dan CO2.

Hal ini disebabkan karena pemantauan kualitas udara emisi yang dilakukan oleh

PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan pada tahun 2009 masih mengacu

pada KepMen Negara LH No. 129 Tahun 2003 yang tidak memasukkan O2 dan

CO2 ke dalam baku mutu udara emisi industri minyak dan gas. Sedangkan,

pemantauan pada tahun 2010 telah mengacu kepada PerMen Negara LH No. 13

Tahun 2009.

Dari ke-empat tabel diatas, terlihat data yang fluktuatif dari hasil analisis

emisi yang diukur dari semua stack yang ada di Kilang RU V Balikpapan dari

tahun 2009-2010. Pada data NO2, baik untuk sumber emisi dengan bahan bakar

Page 8: Bab v Data Dan Pembahasan

V-8

minyak atau pun gas, memiliki nilai yang berada di bawah baku mutu. Namun

terjadi perubahan yang cukup signifikan pada hasil pengukuran di Bulan

Desember 2009. Dari yang biasanya rentang hasil pengukuran berkisar 0.00325

mg/m3-7.022 mg/m3 untuk sumber emisi dengan bahan bakar minyak, pada bulan

Desember 2009 mencapai angka 75.2566 mg/m3. Begitu juga dengan sumber

emisi dengan bahan bakar gas yang biasanya berkisar 0.035 mg/m3 – 8.2621

mg/m3, mencapai angka 174.9693 mg/m3. Hal ini disebabkan oleh berbagai

macam faktor, diantaranya : kualitas mesin; kualitas udara ambient; dan kualitas

bahan bakar. Ketiga hal tersebut akan berpengaruh pada efisiensi pembakaran.

Semakin sempurna proses pembakaran akan semakin baik, karena pembakaran

yang tidak sempurna akan menghasilkan emisi dengan kandungan hidrokarbon

lebih banyak. Kandungan hidrokarbon tersebut yang nantinya dikhawatirkan akan

berikatan dengan O2 dan CO di atmosfer. Tetapi karena angka tersebut masih

berada di bawah baku mutu yang ditetapkan didalam PerMen Negara LH No. 13

Tahun 2009, yang mana untuk sumber emisi dengan bahan bakar minyak harus

berada dibawah 800 mg/m3 dan sumber emisi dengan bahan bakar gas harus

berada dibawah 400 mg/m3, maka masih bisa dikatakan aman. Jika dibandingkan

ke-empat data tersebut, terlihat bahwa hasil pengukuran yang paling bagus yaitu

pada bulan Desember 2010, dimana pengukuran untuk sumber emisi dengan

bahan bakar minyak tertinggi yaitu 1.298 mg/m3 dan untuk sumber emisi dengan

bahan bakar gas tertinggi yaitu 1.453 mr/m3.

Sedangkan untuk pemantauan partikulat, tidak terjadi perubahan yang

begitu signifikan dari ke-empat hasil pemantauan terakhir. Rentang hasil

pengukuran partikulat dari bulan Juni 2009 – Desember 2010 yaitu 0.29 mg/m3 –

47.77 mg/m3 untuk sumber emisi dengan bahan bakar minyak yang memiliki

ambang batas 150 mg/m3, dan 0.29 mg/m3 – 30.2 mg/m3 untuk sumber emisi

dengan bahan bakar gas yang memiliki ambang batas 50 mg/m3. Dilihat dari hasil

pengukuran tersebut, unit pengolahan yang ada di Kilang Pertamina RU V masih

dinyatakan aman dalam hal emisi partikulatnya berdasarkan PerMen Negara LH

No. 13 Tahun 2009.

Hasil analisa pengukuran NO2 menunjukkan angka yang masih jauh di

bawah baku mutu. Yang mana baku mutu NO2 untuk sumber emisi dengan bahan

Page 9: Bab v Data Dan Pembahasan

V-9

bakar minyak adalah 800 mg/m3 dan untuk sumber emisi bahan bakar gas yaitu

400 mg/m3. Sedangkan hasil pengukuran hanya berkisar 0.035 mg/m3 – 75.2566

mg/m3 untuk bahan bakar minyak, dan 0.035 mg/m3 – 174.9093 mg/m3 untuk

bahan bakar gas. Namun, sama halnya dengan SO2, hasil pengukuran pada bulan

Desember 2009 menunjukkan kenaikan yang signifikan jika dibandingkan dengan

ke-tiga hasil pengukuran lainnya. Jika dibandingkan, pada bulan Desember 2009

untuk sumber emisi dengan bahan bakar minyak mencapai angka 75.2566 mg/m3

sedangkan hasil pengukuran yang lain hanya sampai 7.022 mg/m3, dan untuk

sumber emisi dengan bahan bakar gas mencapai angka 174.9093 mg/m3

sedangkan hasil pengukuran yang lain hanya sampai 8.2621 mg/m3. Namun angka

tersebut masih berada dibawah baku mutu.

Hasil analisa pengukuran opasitas juga menunjukkan angka yang masih

berada dibawah baku mutu. Berdasarkan PerMen Negara LH No. 13 Tahun 2009,

opasitas dapat diukur dari dua unit yang berbeda yaitu

Pengukuran untuk parameter SO

emisi proses pembakaran

dari ketel uap (boiler), pembangkit uap (steam generator), pemanas proses

(process heater), pengolahan panas (heater treater), yang terdiri dari bahan bakar

minyak dan gas, yaitu 20% untuk bahan bakar minyak, dan 20% untuk bahan

bakar gas; dan emisi proses pembakaran dari unit suar bakar yaitu 40%. Di Kilang

Pertamina RU V Balikpapan sendiri mengukur partikulat dari stack yang berasal

dari boiler, steam generator, process heater, heater treater; dan dari flare stack

yang termasuk kedalam unit suar bakar. Dari hasil pengukuran yang dilakukan di

stack didapatkan angka 2% - 9% untuk bahan bakar minyak, dan 2% - 10% untuk

bahan bakar gas; dan untuk hasil pengukuran pada flare stack menunjukkan

angka 1% - 32%.

2 dan NO2 dilakukan bersamaan.

Laboratorium Eksternal, BBTPPI, yang melakukan pengukuran, menggunakan

dua metode untuk mengukur kedua parameter tersebut, yaitu metode absorbansi

basah dan gas analyzer yang menggunakan bag sampler. Pengukuran udara emisi

untuk parameter SO2 mengacu kepada metode SNI 19-7117.3.1-2005 atau Method

6, 6C USEPA, sedangkan untuk pengukuran NO2 mengacu kepada metode SNI

19-7117.5-2005 atau Method 7, 7E USEPA. Pengukuran dilakukan di titik

sampling yang telah tersedia disetiap cerobong. Titik sampling diletakkan pada

Page 10: Bab v Data Dan Pembahasan

V-10

jarak 8x diameter cerobong bagian hilir atau 2x diameter cerobong hulu dari

gangguan aliran gas. Pada dasarnya lubang sampling di stack harus terletak di

daerah aliran yang jauh dari gangguan aliran seperti belokan, percabangan, untuk

mencegah terjadinya aliran yang tidak stabil dan uniform. Gas yang mengalir di

stack nantinya akan dipompa dan dialirkan ke rangkaian alat yang menggunakan

metode absorbansi basah, kemudian dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

mengetahui kadar dan komposisi dari gas yang telah dipompa tersebut. Metode

ini merupakan teknik pengumpulan gas berdasarkan kemampuan gas pencemar

terabsorpsi /bereaksi dengan larutan pereaksi spesifik (larutan absorben). Pereaksi

kimia yang digunakan harus spesifik artinya hanya dapat bereaksi dengan gas

pencemar tertentu yang akan di analisis.

Namun pada prakteknya, terdapat beberapa cerobong yang tidak memiliki

titik sampling dengan jarak yang diinginkan, yaitu 8D cerobong hilir atau 2D

cerobong hulu dari gangguan aliran gas. Hal ini tentu saja mengurangi keakuratan

hasil pemantauan, oleh sebab itu harus diperhatikan sewaktu akan membuat

cerobong, desainnya harus memenuhi peraturan yang berlaku agar gas yang

dikeluarkan aman untuk dilepaskan di atmosfer dan memudahkan proses

pemantauan. Sedangkan untuk metode gas analyzer yang menggunakan bag

sampler, sampel gas dipompa dengan menggunakan sumber yang sama seperti

pada metode pertama yang ditampung di dalam bag sampler, yang kemudian akan

dianalisis untuk mengetahui kadar dan komposisinya. Kedua metode tersebut

dilakukan dengan tujuan agar mendapatkan hasil yang lebih representatif. Pada

gambar 5.2 dan 5.3 terlihat proses yang dilakukan sewaktu pemantauan udara

emisi parameter SO

2 dan NO2

.

Gambar 5.2 Pengukuran SO2 dan NO2 dengan Metode Absorbansi Basah

Page 11: Bab v Data Dan Pembahasan

V-11

Gambar 5.3 Pengukuran SO2 dan NO2 dengan Menggunakan Bag Sampler

Partikulat diukur dengan menggunakan metode yang mengacu kepada SNI

19-7117.12-2005, dimana sumber udara yang digunakan berasal dari titik

sampling yang sama dengan sumber udara yang digunakan untuk pengukuran SO2

dan NO2

. Kemudian udara tersebut dialirkan ke tabung yang telah berisi kertas

filter. Kertas filter tersebut nantinya akan dianalisis lagi di laboratorium untuk

mengetahui berat partikulat yang terkandung di dalam sampel udara. Pada gambar

5.4 dan 5.5 terlihat rangkaian alat yang digunakan dalam pemantauan partikulat.

Gambar 5.4 Rangkaian Alat untuk Pemantauan Partikulat

Page 12: Bab v Data Dan Pembahasan

V-12

Gambar 5.5 Pemantauan SO2 dan NO2 yang Dilakukan Bersamaan dengan

Partikulat

Pengukuran CO menggunakan metode NDIR (Non Dispersive Infra Red)

yang memanfaatkan kemampuan CO menyerap sinar infra red. Banyaknya

intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO. Sedangkan

hidrokarbon diukur dengan menggunakan Gas Chromatography.

Pengukuran opasitas menggunakan alat Ringelmann

yang mengacu kepada

metode SNI 19-7117.11-2005. Alat tersebut menyerupai teropong yang memiliki

skala di lensa objektifnya untuk asap hitam. Alat ini masih diragukan tingkat

keakuratannya, karena bersifat subjektif. Tingkat opasitas ditentukan hanya

berdasarkan skala yang dilihat oleh orang yang memantau. Pada gambar 5.6

terlihat proses pemantauan opasitas yang dilakukan oleh BBTPPI Semarang.

Gambar 5.6 Pengukuran opasitas menggunakan Ringelmann

Page 13: Bab v Data Dan Pembahasan

V-13

V.2.1.2 Pemantauan Emisi dengan CEMS (Continuous Emission Monitoring

System)

CEMS (Continuous Emission Monitoring System) merupakan metode

pemantauan yang bersifat kontinyu yang dipergunakan untuk mengambil sampel

dan mengondisikan, menganalisis, serta memberikan catatan permanen parameter

proses atau emisi secara terus-menerus. CEMS melibatkan pemasangan peralatan

monitoring yang mengumpulkan data pada jadwal waktu yang telah ditentukan

(bulan atau tahun) pada sebuah stack dan duct. CEMS dipergunakan untuk

memberikan jaminan bahwa sebuah fasilitas tidak mengemisikan polutan melebihi

standar yang berlaku (Meisa, 2010).

Pengukuran udara emisi dilakukan dengan metode yang sama dengan

pengukuran yang dilakukan oleh Laboratorium Eksternal. Rangkaian alat

pengukur diletakkan di dalam dan di luar stack.

CEMS yang terpasang pada PT. PERTAMINA (Persero) RU V

Balikpapan berjumlah satu buah yang terintegrasi pada stack Plant 1 dan Plant

4/5, serta insinerator stack pada Plant 7. Namun saat ini Plant 7 sedang tidak

beroperasi. Parameter yang bisa dipantau melalu CEMS antara lain : NOx, SOx,

CO, CO2, opasitas, partikulat, dan O2

Tabel 5.5 Hasil Record CEMS Bulan Juni Tahun 2011

. Pada tabel 5.5 terdapat hasil pengukuran

CEMS dari tanggal 27 Juni – 4 Juli 2011. Grafik hasil record CEMS dapat dilihat

pada Lampiran A.

(Sumber: PT. PERTAMINA)

Plant 1

MIN MAX P-P Mean RMS BAKU MUTUP1-SOx 70.531 1520.327 1449.796 75.755 101.878

[mg/m3] 62.694 1504.653 1441.959 65.306 91.429P1-CO Max 4.571 93.714 89.143 67.429 67.429

[mg/m3] Min 4.571 85.714 81.143 66.286 66.286P1-CO2 Max 759.673 1540.898 781.224 840.490 845.878

[mg/m3] Min 756.082 1513.959 757.878 835.102 840.490P1-NOx Max 43.184 1314.286 1271.102 54.449 63.837

[mg/m3] Min 37.551 1288.000 1250.449 46.939 52.571

-

-

1200 mg/m3

Tag

1800 mg/m3

Page 14: Bab v Data Dan Pembahasan

V-14

Tabel 5.5 Hasil Record CEMS Bulan Juni Tahun 2011

(Sumber: PT. PERTAMINA) (Lanjutan)

Plant 4/5

Plant 7

P1-O2 Max 7 7 0 7 7[%] Min 7 7 0 7 7

P1-Opacity Max 8 11 3 11 11[%] Min 8 10 2 8 8

P1-Partikulat Max -4 24 28 1 1[mg/m3] Min -5 24 29 1 1

P1-Laju Alir Max 0 53 53 0 4[m/s] Min 0 53 53 0 3

-

150 mg/m3

20%

-

MIN MAX P-P Mean RMS BAKU MUTUP1-SOx 70.531 1475.918 1405.388 78.367 101.878

[mg/m3] 67.918 1465.469 1397.551 70.531 94.041P1-CO Max 30.857 86.857 56.000 53.714 54.857

[mg/m3] Min 30.857 85.714 54.857 52.571 53.714P1-CO2 Max 628.571 1296.653 668.082 646.531 646.531

[mg/m3] Min 608.816 1206.857 598.041 642.939 642.939P1-Nox Max 48.816 1331.184 1282.367 54.449 65.714 400 mg/m3

[mg/m3] Min 45.061 1308.653 1263.592 50.694 56.327P1-O2 Max 0 9 9 9 9

[%] Min 0 9 9 9 9P1-Opacity Max 1 1 0 1 1

[%] Min 1 1 0 1 1P1-Partikulat Max 0 1 1 1 1

[mg/m3] Min 0 1 0 0 0P1-Laju Alir Max 10 52 42 11 12

[m/s] Min 0 20 20 11 11

-

50 mg/m3

20%

-

-

Tag

150 mg/m3

-

MIN MAX P-P Mean RMS BAKU MUTUP1-SOx 182.857 188.082 5.224 185.469 185.469

[mg/m3] 2.612 185.469 182.857 182.857 182.857P1-CO Max 3.429 3.429 0.000 3.429 3.429

[mg/m3] Min 0.000 3.429 3.429 3.429 3.429P1-CO2 Max 5.388 5.388 0.000 5.388 5.388

[mg/m3] Min 0.000 5.388 5.388 5.388 5.388

Tag

150 mg/m3

-

-

Page 15: Bab v Data Dan Pembahasan

V-15

Tabel 5.5 Hasil Record CEMS Bulan Juni Tahun 2011

(Sumber: PT. PERTAMINA) (Lanjutan)

Start Time : 2011/06/27 12:20:00.000

Stop Time : 2011/07/04 13:46:00.000

Jika dilihat tabel diatas, hasil pengukuran beberapa parameter

menunjukkan angka yang masih berada diatas baku mutu sesuai PerMen Negara

LH No. 13 Tahun 2009. Dari hasil pemantauan juga terdapat data yang bernilai

nol (0) untuk beberapa parameter, dan bernilai negatif (-) untuk parameter

opasitas. Hal ini mengindikasikan adanya kerusakan pada rangkaian CEMS,

apakah itu rangkaian alat pengukurannya atau pemantauannya. Hal lain yang bisa

menjadi penyebabnya yaitu, pada selang waktu pemantauan sedang dilakukan

kalibrasi alat yang tentu saja akan mempengaruhi hasil pemantauan.

Hal tersebut membuat pengukuran dengan menggunakan CEMS masih

diragukan ketepatannya. Oleh sebab itu perlu dilakukan maintenance secara

berkala terhadap CEMS tersebut agar menunjukkan hasil yang lebih akurat dan

menghindari perbaikan yang terus menerus. Karena peralatan CEMS yang

berfungsi dengan baik merupakan salah satu kriteria penilaian PROPER. Pada

gambar 5.7 terlihat salah satu bentuk rangkaian peralatan CEMS di Kilang.

P1-Nox Max 9.388 50.694 41.306 9.388 9.388[mg/m3] Min 0.000 13.143 13.143 9.388 9.388

P1-O2 Max 0 1 1 0 0[%] Min 0 1 1 0 0

P1-Opacity Max 80 0 0 80 80[%] Min 80 0 0 80 80

P1-Partikulat Max 0 0 0 0 0[mg/m3] Min 0 0 0 0 0

P1-Laju Alir Max 0 44 44 0 4[m/s] Min 0 44 44 0 4

-

20%

50 mg/m3

-

400 mg/m3

Page 16: Bab v Data Dan Pembahasan

V-16

Gambar 5.7 Contoh hasil pengukuran CEMS

(Sumber: PT. PERTAMINA, 2011)

V.2.1.3 Pemantauan Kebocoran Gas di Kilang RU V dengan Gas FindlR

Salah satu upaya untuk melakukan reduksi emisi gas di RU V adalah

upaya menemukan area bocoran gas di area kilang dengan peralatan Gas FindlR,

yaitu suatu alat yang secara visual dapat mendeteksi adanya kebocoran gas,

termasuk hidrokarbon. Pemantauan ini dilakukan oleh mitra kerja secara eksternal

selama 8 hari meliputi area seluruh Kilang RU V. Lokasi pemantauan meliputi

area plant produksi dan beberapa tangki di Kilang RU V yang berpotensi terdapat

kebocoran hidrokarbon. Pada saat dilaksanakan pemantauan tersebut, beberapa

plant sedang dalam perbaikan (turn around) sehingga pemantauan tidak

mencakup seluruh area kilang. Namun demikian sebagian besar area plant yang

tidak beroperasi telah tercover dalam pemantauan ini adalah :

i. Area tangki T-900, T-902, dan T-904 – Jl. 301 yang berisi crude

oil.

ii. Area tangki R-1 dan R-2 yang berisi produk.

iii. Area tangki LPG C-20-02 A&B.

iv. Plant 1, Plant 2, Plant 3 B&C (Plant 3A Turn Arround), Plant 4,

sebagian Plant 5 (Plant 5 mengalami gangguan operasi), Plant 6,

dan Dis & Wax.

Pelaksanaan pemantauan kebocoran gas dengan peralatan gas FindlR ini

bertujuan untuk:

1. Mengurangi emisi dari sumber gas leak dan fugitive

Page 17: Bab v Data Dan Pembahasan

V-17

2. Mengidentifikasi polutan lokasi kebocoran gas hidrokarbon dan

pencegahan terjadinya kebakaran (aspek safety)

3. Mengidentifikasi lokasi kebocoran gas hidrokarbon dan

pencegahan potensi bahaya terhadap occupational health

Dari hasil pemantauan kebocoran gas dengan Gas FindlR dengan total

765 titik pantau ditemukan 27 titik kebocoran besar dan 3 titik kebocoran kecil,

sedangkan sisanya dalam kondisi normal. Pada tabel 5.6 berikut terlihat hasil

pemantauan kebocoran gas di sekitar wilayah kilang:

Tabel 5.6 Hasil Pemantauan Kebocoran Gas

(RKP/RPL Semester II Tahun 2010)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa kebocoran paling banyak terjadi di area

Plant 3B dan area C-20 01 A/B. Namun jika dilihat dari 765 titik pantau, sebagian

besar dalam kondisi normal. Kebocoran gas tersebut tentu menimbulkan kerugian

bagi pihak perusahaan. Karena gas hidrokarbon yang terlepas ke udara tersebut

dalam bentuk CH4

Bocor (Besar) Bocor (Kecil) Normal JumlahArea Tangki T900 3 - 5 8Area C 20 01 A/B 8 - 3 11

Area Plant 1 5 - 180 185Area Plant 2 2 - 113 115

Area Plant 3B 6 2 152 160Area Plant 3C - - 4 4Area Plant 4 - - 58 58Area Plant 5 - - 40 40Area Plant 6 - - 12 12

Area Tangki R1 1 - 6 7Area Tangki R2 1 - 6 7Area Dis/Wax 1 1 156 158

27 3 735 765

KondisiLokasi

(metana). Pada gambar 5.8 dan 5.9 terlihat equipment tangki

yang mengalami kebocoran dan jika dilihat dari Gas FIndlr.

Page 18: Bab v Data Dan Pembahasan

V-18

Gambar 5.8 Salah Satu Equipment Tangki yang mengalami Kebocoran

(Sumber: PT. PERTAMINA, 2011)

Gambar 5.9 Gas yang keluar dari Equipment Tangki jika dilihat dari Gas

FindlR (Sumber: PT. PERTAMINA, 2011)

Dari kebocoran gas tersebut, dapat dihitung beban emisi yang dikeluarkan

yang terlihat pada tabel 5.7 berikut :

Tabel 5.7 Beban Emisi Kebocoran Gas

(RKL/RPL Semester II Tahun 2010)

Hari Bulan Tahun1 Oil Movement T902 Oil Sampling 2.43602 73.0806 876.96722 Oil Movement T904 Oil Sampling 2.43602 73.0806 876.96723 Oil Movement T904 Oil Sampling 2.43602 73.0806 876.96724 C-20 01-A Valve Recycle 2.43602 73.0806 876.96725 C-20 01-A Flange Pipe 1" 2.43602 73.0806 876.9672

Jumlah (kg)No. Lokasi Equipment ID

Page 19: Bab v Data Dan Pembahasan

V-19

Tabel 5.7 Beban Emisi Kebocoran Gas

(RKL/RPL Semester II Tahun 2010) (Lanjutan)

Berdasarkan hasil pengukuran diatas didapatkan total kebocoran gas yang

ada di wilayah Kilang RU V Balikpapan yaitu sebesar 263.09016 ton/tahun. Hasil

tersebut didapatkan dari pendekatan perhitungan massa hidrokarbon released.

Jumlah tersebut cukup besar dan dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Selain itu, gas yang bocor pada wilayah plant juga dapat menimbulkan gangguan

kesehatan bagi pekerja yang terkena langsung. PT. PERTAMINA (Persero) RU V

Balikapan sendiri melakukan pemantauan kebocoran gas ini sebagai dasar tindak

lanjut perbaikan sumber bocoran yang ditemukan. Hasil tersebut nantinya akan

Hari Bulan Tahun

Jumlah (kg)No. Lokasi Equipment ID

g p

6 C-20 01-B Valve Recycle 2.43602 73.0806 876.96727 C-20 01-B Valve 1" 2.43602 73.0806 876.96728 GM 20-06B 2.43602 73.0806 876.96729 GM 20-25A 2.43602 73.0806 876.967210 GM 24-03A 2.43602 73.0806 876.967211 GM 24-03B 2.43602 73.0806 876.967212 Plant 1 K-1-01A 2nd 2.43602 73.0806 876.967213 Plant 1 K-1-01A 2nd 2.43602 73.0806 876.9672

14 Plant 1 K-1-01B 2.43602 73.0806 876.967215 Plant 1 K-1-01C 2.43602 73.0806 876.967216 Plant 1 G-6-01B 2.43602 73.0806 876.967217 Plant 2 VCF-132(FUEL GAS) 2.43602 73.0806 876.967218 Plant 2 F-2-01A 2.43602 73.0806 876.967219 Plant 3B E-3-17B 2.43602 73.0806 876.967220 Plant 3B E-3-12B 2.43602 73.0806 876.967221 Plant 3B E-3-13M 2.43602 73.0806 876.967222 Plant 3B E-3-15B 2.43602 73.0806 876.967223 Plant 3B E-3-15B 2.43602 73.0806 876.967224 Plant 3B GM-3-15C 2.43602 73.0806 876.967225 Plant 3B GM-3-15D 2.43602 73.0806 876.967226 Plant 3B GM-3-16C 2.43602 73.0806 876.967227 Tangki R1 Intelegent Tank Gauge 2.43602 73.0806 876.967228 Tangki R2 Intelegent Tank Gauge 2.43602 73.0806 876.967229 Dis/Wax Plant E-201-15 2.43602 73.0806 876.967230 Dis/Wax Plant E-201-19 2.43602 73.0806 876.9672

26309.016263.09016

JumlahKg/TahunTon/Tahun

Page 20: Bab v Data Dan Pembahasan

V-20

dilaporkan ke Kementrian Lingkungan Hidup, lalu diperbaiki, dan kemudian

diperiksa kembali apakah masih terdapat kebocoran. Namun akan lebih baik lagi

jika perbaikan secara berkala dilakukan pada semua jenis unit pengolahan yang

ada untuk menghindari terjadinya kebocoran gas lainnya. Kebocoran gas tentu

saja akan menimbulkan kerugian bagi pihak perusahaan, karena gas yang terbuang

sama artinya dengan berkurangnya energy yang dapat dipakai untuk proses

produksi. Selain itu kebocoran gas juga bisa membahayakan kesehatan pekerja di

sekitar wilayah kebocoran.

V.2.2 Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambient

Pelaksanaan pemantauan kualitas udara ambient di Kilang RU V

Balikpapan meliputi udara ambient, getaran, kebauan, dan kebisingan.

Pelaksanaan pemantauan kualitas udara ambient ini dilakukan setiap 3 bulan

sekali oleh Laboratorium Eksternal BBTPPI Semarang. Suatu industri harus

melakukan pemantauan karena beberapa hal diantaranya : regulasi (baku mutu

dan PROPER); keuntungan finansial, seperti pemanfaatan kembali gas buangan

menjadi fuel gas; tekanan pasar (image perusahaan); dan komitmen pribadi.

V.2.2.1 Hasil Pemantauan Udara Ambient

Pemantauan udara ambient dilakukan di area plant RU V dan di area

lingkungan sekitar kilang, sebanyak sepuluh lokasi. Berikut hasil pemantauan

udara ambient pada bulan Desember 2010. Pemantauan kualitas udara ambient

yang dilakukan oleh PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan mengacu

kepada

PP RI No. 41 Tahun 1999 yang mengatur mengenai pemantauan udara

ambient yang berisikan baku mutu udara ambient. Hasil analisis udara ambient

tahun 2010 dapat terlihat pada tabel 5.8 berikut.

Page 21: Bab v Data Dan Pembahasan

V-21

Tabel 5.8 Hasil Analisis Udara Ambient

(RKL/RPL Semester II Tahun 2010)

Berdasarkan hasil pengukuran terlihat bahwa kualitas udara ambient di

wilayah Kilang RU V Balikpapan masih berada dibawah baku mutu. Pengukuran

kualitas udara ambient dilakukan dengan dua metode yaitu absorbansi basah dan

menggunakan alat HVS (High Volume Sampler). Metode analisis yang digunakan

dalam pengukuran SO2 adalah metode analisis Pararosaniline; untuk NO2

Prinsip dari pengukuran SO

adalah

metode analisis Saltzman; untuk CO adalah metode analisis Iodin Penta Oksida;

untuk Ox adalah metode analisis Netral Buffer Kalium Iodida (NBKI); untuk HC

adalah metode analisis Gas Chromatografi; untuk TSP adalah metode analisis

Grafimatric; dan untuk Pb menggunakan metode analisis Grafimetric Extractive

Pengabuan. Semua metode pemantauan ini mengacu kepada SNI Sumber Emisi

Tidak Bergerak. Rangkaian alat yang digunakan pada pemantauan udara ambient

oleh BBTPPI Semarang terlihat pada gambar 5.10 berikut.

2

104 HSE Pos 1 P. Siba K. Ayr1 Sulfur Dioksida (SO2) 0.143 4.82 0.141 0.322 1.598 3652 Nitrogen Dioksida (NO2) 3.342 0.328 1.093 0.204 16.38 1503 Karbon Monoksida (CO) 1672 1668 1653 1660 1674 100004 Oksidan (Ox) 30.97 30.02 29.46 25.88 28.37 2355 Hidrokarbon (HC) < 65.44 < 65.44 < 65.44 < 65.44 < 65.44 1606 Total Partikulat Debu (TSP) 56.6 6.948 59.29 4.674 4.695 2307 Timah Hitam (Pb) < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 2

HasilNo. Parameter BMAL

menggunakan metode Pararosaniline yaitu

menggunakan absorben Chloromerkurate, Pararosaniline, dan Formaldehide.

Metode ini menggunakan UV Spectrofotometer yang memanfaatkan kemampuan

K. Jw Dahor K. RU V K. Bsr Total1 Sulfur Dioksida (SO2) 0.141 0.412 0.492 0.501 1.734 3652 Nitrogen Dioksida (NO2) 10.48 24.67 16.58 2.153 4.884 1503 Karbon Monoksida (CO) 1639 1669 1690 162 1661 100004 Oksidan (Ox) 29.9 30.34 28.33 25.88 28.29 2355 Hidrokarbon (HC) < 65.44 < 65.44 < 65.44 < 65.44 < 65.44 1606 Total Partikulat Debu (TSP) 9.25 20.26 21.51 44.27 1.564 2307 Timah Hitam (Pb) < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 2

No. ParameterHasil

BMAL

Page 22: Bab v Data Dan Pembahasan

V-22

molekul SO2 berinteraksi dengan cahaya pada panjang gelombang tertentu.

Sedangkan pengukuran NOx yang menggunakan metode Saltzman yaitu dengan

mereaksikan NOx dengan O3 membentuk NO2

tereksitasi menghasilkan cahaya,

lalu intensitas cahaya dibandingkan.

Gambar 5.10 High Volume Sampler dan absorbansi basah menggunakan

Oksidan & CO serta SO2 dan NO

V.2.2.2 Hasil Pemantauan Kebauan

2

Pemantauan kebauan yang dilakukan oleh PT. PERTAMINA (Persero)

RU V Balikpapan dilakukan berdasarkan Kep.50/Men LH/11/1996 yang

Tabel 5.9 Hasil Pemantauan Kebauan Oktober dan Desember 2010

(RKL/RPL Semester II Tahun 2010)

dilakukan pada enam lokasi berbeda, seperti terlihat pada tabel 5.9 berikut.

Berdasarkan hasil pengukuran terlihat untuk parameter NH3 dan H2S di

wilayah Kilang RU V Balikpapan masih berada dibawah baku mutu. Hal ini

menunjukkan bahwa parameter kebauan di wilayah Kilang RU V Balikpapan

NH3 H2S NH3 H2S1 Depan Kantor Sekuriti Pt.III *) 0.004 0.002 0.049 0.00052 Perum. Pertamina Jl. Lawi-Lawi **) 0.003 0.004 0.108 0.0013 Jl. Panorama (Bundaran K. Jati) **) 0.004 0.002 0.078 0.00024 Pandansari/Jl. Sepaku **) 0.004 0.002 0.038 0.001

Hasil Oktober (dBA) Hasil Desember (dBA)Lokasi PengukuranNo.

5 Depan Kantor TBL Lawi-Lawi *) 0.004 0.002 0.031 0.002Area Tangki D Lawi-Lawi(Depan Pos IV) *)

Baku Mutu 2 0.02 2 0.02

0.103 0.0002

6 0.009 0.002

Page 23: Bab v Data Dan Pembahasan

V-23

masih berada dalam kondisi aman. Pemantauan kebauan ini dilakukan dengan

menggunakan metode pemeriksaan uji kebauan odoran tunggal yang mengacu

kepada Kep. 50/Men. LH/11/1996. Perhitungan untuk analisis NH3 mengacu

kepada metode analisis Indofenol, sedangkan untuk analisis H2

V.2.2.3 Hasil Pemantauan Kebisingan

S menggunakan

metode analisis Merkuri Thiosianat.

Pemantauan kebisingan di wilayah Kilang RU V Balikpapan dilakukan

berdasarkan Kep.48/Men LH/11/1996 yang dilakukan pada enam lokasi. Pada

tabel 5.10 berikut terlihat hasil pemantauan kebisingan pada bulan Oktober dan

Desember 2010.

Tabel 5.10 Hasil Pemantauan Kebisingan Oktober dan Desember 2010

(RKL/RPL Semester II Tahun 2010)

No. Lokasi Pengukuran Hasil Oktober (dBA) Hasil Desember

(dBA) Ls Lm Lsm Ls Lm Lsm

1 Depan kantor sekuriti Pt. III *) 61.94 49.74 60.31 56.65 58.76 57.48 2 Perum. Pertamina Jl. Lawi-Lawi **) 51.31 40.01 49.7 47.78 43.54 46.77 3 Jl. Panorama (Bundaran K. Jati) **) 48.72 47.44 48.33 48.72 47.45 48.34 4 Pandansari / Jl. Sepaku **) 54.49 54.95 54.65 50.83 50.79 50.82 5 Depan kantor TBL Lawi-Lawi *) 49.39 51.11 50.04 42.64 42.74 42.67

6 Area Tangki D Lawi-Lawi (depan

Pos IV) 39.84 39.78 39.82 39.5 39.25 39.42 Keterangan :

*) Baku Mutu Kawasan Industri **) Baku Mutu Kawasan

Pemukiman

Berdasarkan hasil pengukuran terlihat bahwa kadar kebisingan di wilayah

Kilang RU V Balikpapan masih berada dibawah baku mutu dimana baku mutu

untuk kawasan industri sebesar 70 + 3 dBA dan untuk kawasan pemukiman

sebesar 55 + 3 dBA. Pemantauan kebisingan ini dilakukan dengan menggunakan

alat Sound Level Meter yang dilakukan setiap sepuluh detik selama 120 kali

pengambilan. Pengukuran tingkat kebisingan ini mewakili kebisingan 24 jam

(siang dan malam).

Page 24: Bab v Data Dan Pembahasan

V-24

V.2.2.4 Hasil Pemantauan Getaran

Pemantauan getaran di wilayah Kilang RU V Balikpapan dilakukan

berdasarkan Kep.49/Men LH/11/1996 yang dilakukan pada enam wilayah di

kilang yang dilakukan pada bulan Oktober dan Desember 2010. Hasil pemantauan

getaran pada bulan oktober dan desember dapat dilihat pada tabel 5.11 dan 5.12

berikut.

Tabel 5.11 Hasil Pemantauan Getaran Bulan Oktober 2010

(RKL/RPL Semester II Tahun 2010)

Tabel 5.12 Tabel Pemantauan Getaran Bulan Desember 2010

(RKL/RPL Semester II Tahun 2010)

Depan Perum. Jl. Depan Area TangkiKantor Pertamina Panorama Pandansari / Kantor TBL Lawi-Lawi

Sekuriti Jl. Lawi- (Bundaran Jl. Sepaku Lawi-Lawi (Pos IV)Pt. III Lawi Kr. Jati)

1 4 0.082 0.197 0.078 0.088 0.631 0.0362 5 0.14 0.132 0.062 0.087 0.57 0.083 6.3 0.129 0.129 0.066 0.052 0.447 0.0254 8 0.25 0.127 0.063 0.041 0.333 0.0155 10 0.512 0.127 0.07 0.013 0.319 0.016 12.5 0.944 0.091 0.129 0.024 0.216 0.0087 16 0.313 0.162 0.051 0.048 0.125 0.0048 20 0.113 0.108 0.025 0.083 0.049 0.002

No. Frekuensi

9 25 0.057 0.094 0.016 0.041 0.036 0.00410 31.5 0.016 0.045 0.01 0.014 0.043 0.00511 40 0.009 0.022 0.007 0.088 0.063 0.00512 50 0.006 0.02 0.005 0.009 0.182 0.00413 63 0.004 0.014 0.005 0.011 0.135 0.011

Depan Perum. Jl. Depan Area TangkiKantor Pertamina Panorama Pandansari / Kantor TBL Lawi-Lawi

Sekuriti Jl. Lawi- (Bundaran Jl. Sepaku Lawi-Lawi (Pos IV)Pt. III Lawi Kr. Jati)

1 4 0.0891 0.195 0.0999 0.0891 0.6237 0.03592 5 0.1433 0.1322 0.0625 0.0894 0.6254 0.07963 6.3 0.1414 0.1289 0.0742 0.0531 0.4253 0.02484 8 0.2804 0.1374 0.0628 0.042 0.3295 0.01525 10 0.4561 0.1146 0.0698 0.0129 0.3156 0.00996 12.5 1.1098 0.1161 0.1365 0.024 0.2164 0.0082

No. Frekuensi

Page 25: Bab v Data Dan Pembahasan

V-25

Tabel 5.12 Tabel Pemantauan Getaran Bulan Desember 2010

(RKL/RPL Semester II Tahun 2010) (Lanjutan)

Berdasarkan hasil pemantauan terlihat bahwa wilayah Kilang RU V

Balikpapan memiliki kadar getaran yang berada di bawah baku mutu, yaitu berada

pada status “tidak mengganggu” (baku mutu telah terlampir pada Tabel 3.4. Baku

Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan). Jika dilihat dari hasil

pemantauan dari bulan Oktober dan Desember 2010, tidak terjadi perubahan yang

signifikan. Pengukuran getaran ini dilakukan dengan menggunakan alat Vibration

Meter yang dapat menghitung kadar getaran di frekuensi yang berbeda-beda, yaitu

: 4, 5, 6.3, 8, 10, 12.5, 16, 20, 25, 31.5, 40, 50, dan 63.

V.3 Sistem Pengendalian Udara Emisi dan Udara Ambient yang ada di

Kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan

V.3.1 Penyediaan Stack

Salah satu tindakan dalam pengendalian udara emisi di wilayah Kilang RU

V Balikpapan yaitu dengan penyediaan stack. Stack yang terdapat di Kilang RU V

Balikpapan berjumlah 20 buah yang melayani seluruh unit pengolahan yang ada

di kilang. Setiap stack didesain khusus sehingga gas yang dibuang ke lingkungan

akan dapat memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah. Emisi udara

yang dihasilkan oleh setiap unit pengolahan akan dialirkan ke stack dan flare

stack. Emisi tersebut kemudian akan dipantau dan dilaporkan secara periodik

untuk memastikan seluruh parameter berada di bawah BME (Baku Mutu Emisi).

Depan Perum. Jl. Depan Area TangkiKantor Pertamina Panorama Pandansari / Kantor TBL Lawi-Lawi

Sekuriti Jl. Lawi- (Bundaran Jl. Sepaku Lawi-Lawi (Pos IV)Pt. III Lawi Kr. Jati)

No. Frekuensi

7 16 0.2923 0.1823 0.0514 0.0491 0.1261 0.00438 20 0.1052 0.1279 0.0238 0.0845 0.0498 0.00299 25 0.0517 0.1055 0.0167 0.041 0.0322 0.0039

10 31.5 0.0171 0.0481 0.0106 0.0149 0.0429 0.004511 40 0.009 0.0219 0.0071 0.0086 0.0631 0.005212 50 0.0064 0.0182 0.0053 0.0088 0.1824 0.00413 63 0.0036 0.0148 0.0052 0.0101 0.1319 0.0111

Page 26: Bab v Data Dan Pembahasan

V-26

Salah satu syarat desain yang harus dipenuhi oleh setiap industri yang

menghasilkan emisi udara melalui stack yaitu penyediaan titik sampel pada jarak

8x diameter cerobong hilir dan/atau 2x diameter cerobong hulu dari gangguan

aliran gas. Pada dasarnya lubang sampling di cerobong harus terletak di daerah

aliran yang jauh dari gangguan aliran seperti belokan dan percabangan untuk

mencegah terjadinya aliran yang tidak stabil dan uniform. PT. PERTAMINA

(Persero) RU V Balikpapan telah memenuhi persyaratan tersebut pada sebagian

besar stack yang ada di kilang. Pada gambar 3.1 terlihat beberapa stack yang

terdapat di Kilang RU V Balikpapan, dan pada gambar 5.11 terlihat proses

pemasangan titik sampel pada stack. Dan pada tabel 3.2 terlihat jenis stack yang

ada di wilayah Kilang RU V Balikpapan .

Gambar 5.11 Pemasangan Titik Sampel pada Stack

(Sumber: PT. PERTAMINA, 2011)

V.3.2 Flare Gas Recovery System

Flare Gas Recovery System merupakan unit yang berfungsi mengambil

kembali gas-gas buangan yang akan di lepas ke flare untuk dimanfaatkan kembali.

Gas yang berhasil diambil kembali akan dimanfaatkan sebagai fuel gas dan LPG

yang kemudian diteruskan kembali ke CDU IV untuk didistilasi kembali. Flare

Gas Recovery System terdiri dari seksi Water Steal Drum, Off-Gas Compressor

serta seksi LPG Separator. Unit ini dianggap memberikan keuntungan karena

dapat mereduksi emisi CO2 sebesar 29,22 ton / jam; dapat menghemat energi yaitu

Fuel Gas yang berhasil direcovery sebesar 1.256 Nm3/jam yang menghasilkan

Page 27: Bab v Data Dan Pembahasan

V-27

energy pembakaran sebesar 116,55 MMBTU/jam atau setara dengan

pengurangan konsumsi Natural Gas sebesar 2,52 MMSCFD; dan bisa merecovery

Hydrocarbon Liquid (LPG Component) sebanyak 7.092 kg/jam yang akan diolah

lanjut di Stabilizer CDU IV eksisting untuk merecovery LPG sebagai produk.

Proses yang berlangsung terdiri yaitu gas proses dari header masuk ke

vessel lalu dibelokkan, sebagian akan dikompresi (press. 8 kg/cm2

V.3.3 Pemantauan Sumber Emisi Fugitive

) dan sebagian

akan dispray dengan utility water. Outlet kompresor menghasilkan gas yang akan

ditransfer menuju Plant 15 dan light oil ditransfer sebagai feed stabilizer CDU IV.

Pada gambar 3.3 terlihat diagram alir proses yang terjadi pada Flare Gas

Recovery System.

PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan mengelola sumber emisi

fugitive di sekitar wilayah kilang dengan cara diinventarisasi. Sumber-sumber

emisi yang berupa flange, valve, pompa, kompresor, kebocoran dari peralatan

proses produksi dan komponennya, serta emisi dari tangki timbun semuanya

diinvetarisasi. Selain diinventarisasi, juga dilakuka perhitungan beban pencemaran

dari sumber emisi fugitive. Daftar invetarisasi sumber emisi fugitive dan

perhitungan pencemaran sumber emisi fugitive dapat dilihat di Lampiran B.

Emisi fugitive memberikan dampak negatif bagi pekerja yang berada

disekitar wilayah yang terpapar. Karena biasanya pekerja tidak sadar dengan

kehadiran emisi tersebut. Beberapa dampak negatif itu seperti : berefek narkotis

atau hilang kesadaran; gangguan kesetimbangan atau mabuk; dapat menyebabkan

luka bakar; dapat menyebabkan vertigo atau hilang koordinasi; dapat

menimbulkan iritasi dan dermatitis; dapat menimbulkan gangguan syaraf; dapat

menyebabkan pusing, muntah, mabuk dan hilang kesadaran serta iritasi pada

saluran pernafasan; dan dapat menyebabkan sesak nafas (aspiksian) (Akbar,

2010).

Hasil inventarisasi tersebut nantinya akan dihitung beban emisinya lalu

dilaporkan ke Kementrian Lingkungan Hidup. Emisi fugitive merupakan emisi

yang tidak dikehendaki dan biasanya hal ini tergantung kepada desain unit

pengolahannya. Oleh sebab itu salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk

Page 28: Bab v Data Dan Pembahasan

V-28

mengurangi dampak negatifnya yaitu menggunakan APD (alat pelindung diri)

yang telah dianjurkan oleh pihak Occupational Health yang biasanya terpasang di

sekitar lingkungan kerja.

V.3.4 Perhitungan Beban Emisi

Sebagai salah satu bentuk tindakan dalam pengelolaan udara emisi, PT.

PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan telah melakukan perhitungan beban

emisi. Hal ini juga bertujuan sebagai bentuk pemantauan terhadap kualitas udara

emisi agar tetap sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Di dalam perhitungan beban emisi terdapat beberapa sumber, yaitu :

1. Emisi dari pembakaran dalam dan luar

2. Emisi dari flare

3. Emisi dari tangki timbun (emisi fugitive)

4. Emisi dari kegiatan bongkar muat kapal minyak (loading dan

unloading)

5. Emisi dari EWTP/WWTP (Waste Water Tretment Plant)

Hasil dari perhitungan beban emisi dapat dilihat di Lampiran C.

V.3.5 Penambahan Parameter CEMS

Seperti yang telah dibahas pada subbab sebelumnya, bahwa adanya sistem

pemantauan menggunakan CEMS pada industri minyak dan gas merupakan syarat

penting dalam penilaian PROPER. Selain itu, keharusan pemantauan emisi

menggunakan CEMS juga tertera pada Pasal 9 PerMen Negara LH No. 13 Tahun

2009. Yang mana Continuous Emission Measurement System (CEMS) adalah

suatu sistem yang bertujuan untuk menentukan kuantitas kadar suatu parameter

emisi atau laju aliran melalui pengukuran secara periodik, yang digunakan baik

secara in-situ di dalam cerobong maupun secara ekstraksi dengan alat pengukuran

yang dipasang di dekat cerobong dan tidak termasuk di dalamnya adalah

pengukuran yang didasarkan oleh pengambilan sampel secara individual dari

cerobong (PerMen Negara LH No. 13 Tahun 2009).

Oleh sebab itu, penambahan parameter pada CEMS merupakan salah satu

upaya pengelolaan emisi yang dilakukan oleh PT. PERTAMINA (Persero) RU V

Page 29: Bab v Data Dan Pembahasan

V-29

Balikpapan. Penambahan parameter tersebut dilakukan pada stack Plant 1 dan

Plant 4/5 yang meliputi parameter opasitas, partikulat, laju alir (flowrate), dan O2.

Serta parameter laju alir (flowrate) dan O2 pada Plant 7. Jadi, saat ini parameter

yang terpasang di CEMS yaitu NOx, SOx, CO, CO2, opasitas, partikulat, O2

, dan

laju alir (flowrate). Tambahan parameter yang dipasang untuk CEMS pada Plant 1

dan Plant 4/5 telah berjalan normal, namun tidak pada Plant 7. Karena Plant 7

(insinerator) sedang tidak bekerja/dalam perbaikan. Pada gambar 5.12 terlihat

proses penambahan parameter pada CEMS.

Gambar 5.12 Proses Penambahan CEMS (Sumber: PT. PERTAMINA, 2011)