bab v - pembahasan sak etap
TRANSCRIPT
83
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab V ini berisi hasil analisis dan pembahasan mengenai
penyusunan laporan keuangan UD. MX berdasarkan pada kebijakan
akuntansi yang terdapat di SAK ETAP. Selain itu, dalam bab V ini, penulis
juga membandingkan laporan keuangan UD. MX sebelum dan setelah
diterapkannya SAK ETAP kemudian mengidentifikasi berbagai perbedaan
informasi yang muncul dari perbandingan tersebut. Dengan demikian, bab
V ini menjawab mini research questions ketiga dan keempat mengenai
penyusunan laporan keuangan UD. MX berdasarkan pada SAK ETAP dan
perbedaan informasi yang muncul setelah diterapkannya SAK ETAP
terhadap penyusunan laporan keuangan UD. MX di Surabaya.
V.1. PERBANDINGAN PERLAKUAN AKUNTANSI UD. MX
DENGAN PERLAKUAN AKUNTANSI SAK ETAP
Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian
yaitu UD. MX di bab IV, dalam subbab ini, penulis membandingkan
perlakuan akuntansi yang selama ini diterapkan oleh UD. MX dengan
perlakuan akuntansi yang tertuang di dalam SAK ETAP.
83
84
Tabel V.1.Perbandingan antara perlakuan akuntansi UD. MX dengan perlakuan akuntansi berdasarkan SAK ETAP
Perlakuan Akuntansi UD. MX SAK ETAPDampak Terhadap Informasi
di Laporan KeuanganSediaan - UD. MX mengakui sediaan
sebagai beban saat sediaan tersebut terjual.
- Sediaan dicatat dengan menggunakan metode masuk pertama keluar pertama (MPKP)
- UD. MX hanya mengungkapkan nominal sediaan tercatat beserta klasifikasinya yang terdapat di laporan laba rugi UD. MX.
- Jika sediaan dijual, maka jumlah tercatatnya diakui sebagai beban periode dimana pendapatan yang terkait diakui.
- Entitas harus menentukan biaya sediaan dengan menggunakan metode MPKP atau rata – rata tertimbang. Metode masuk-terakhir keluar-pertama (MTKP) tidak diperkenankan.
- Entitas harus mengungkapkan informasi : kebijakan akuntansi sediaan, total jumlah tercatat dan klasifikasinya, jumlah penurunan nilai sediaan, serta jumlah sediaan yang diakui sebagai beban atau agunan selama periode.
- Pengakuan sediaan sudah sesuai dengan yang tertuang di SAK ETAP.
- Pengukuran sediaan UD. MX sudah sesuai dengan yang tertuang di SAK ETAP.
- Pengungkapan informasi sediaan UD. MX tidak sesuai dengan yang diwajibkan oleh SAK ETAP.
Properti Investasi - Ruko tidak digunakan untuk - Properti investasi adalah - Pengakuan properti investasi
85
kegiatan usaha sehari – hari tetapi menghasilkan penerimaan sewa bagi UD. MX.
- Pengukuran setelah pengakuan awal tidak memperhitungkan adanya penyusutan terhadap properti ruko yang dimiliki.
- UD. MX sama sekali tidak mengungkapkan informasi terkait properti ruko yang dimiliki.
properti yang dikuasai untuk menghasilkan sewa tetapi tidak untuk digunakan dalam menunjang kegiatan usaha sehari – hari.
- SAK ETAP mewajibkan bahwa, setelah pengakuan awal aset, seluruh properti investasi harus diukur pada biaya perolehan dikurang akumulasi penyusutan.
- SAK ETAP mewajibkan pengungkapan terkait properti ruko seperti yang disyaratkan pada pengungkapan aset tetap.
UD. MX sudah sesuai dengan yang tertuang di SAK ETAP.
- Nilai buku properti ruko UD. MX menjadi overstated karena tidak disusutkan.
- Pengungkapan informasi properti investasi UD. MX tidak sesuai dengan yang diwajibkan oleh SAK ETAP.
Aset Tetap - Seluruh aset tetap UD. MX memiliki manfaat ekonomi masa depan dan nilainya dapat diukur dengan andal.
- UD. MX tidak memisahkan
- SAK ETAP mewajibkan bahwa entitas harus mengakui biaya perolehan aset tetap sebagai aset tetap jika ada manfaat ekonomi masa depan dan nilainya dapat diukur dengan andal.
- Menurut SAK ETAP, tanah
- Pengakuan aset tetap UD. MX sudah sesuai dengan yang tertuang di SAK ETAP.
- Pengakuan aset tetap UD.
86
bangunan dan tanah, mencatatnya sebagai satu aset bernama bangunan usaha.
- Pengukuran setelah pengakuan awal tidak memperhitungkan adanya penyusutan terhadap aset tetap yang dimiliki.
- UD. MX hanya mengungkapkan informasi mengenai aset tetap yang dimiliki berupa tahun dan harga perolehan.
dan bangunan adalah aset yang dapat dipisahkan dan harus dicatat terpisah, meskipun tanah dan bangunan tersebut diperoleh bersamaan.
- SAK ETAP mewajibkan entitas mengukur aset tetap setelah pengakuan awal pada biaya perolehan dikurang akumulasi penyusutan.
- SAK ETAP mewajibkan entitas mengungkapkan informasi mengenai aset tetap, sebagai berikut : dasar pengukuran untuk menentukan jumlah tercatat bruto, metode penyusutan yang digunakan, umur manfaat, jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan serta rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.
MX untuk tanah dan bangunan tidak sesuai dengan yang diwajibkan oleh SAK ETAP.
- Nilai buku aset tetap UD. MX menjadi overstated karena tidak disusutkan.
- Pengungkapan informasi aset tetap UD. MX tidak sesuai dengan yang diwajibkan oleh SAK ETAP.
Sewa - UD. MX langsung mengakui - SAK ETAP mewajibkan - Pendapatan sewa UD. MX
87
dan mengukur nominal sewa diterima dimuka sebagai pendapatan sewa.
- UD. MX hanya mengungkapkan informasi mengenai transaksi sewa berupa nominal pendapatan yang berasal dari penyewaan properti ruko yang dimiliki (terdapat di laporan laba rugi UD. MX).
bahwa, pendapatan sewa harus diakui dan diukur berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa sewa.
- SAK ETAP mewajibkan entitas lessor mengungkapkan informasi mengenai sewa, sebagai berikut : kebijakan akuntansi terkait transaksi sewa, jumlah pembayaran sewa yang diterima, sifat dari simpanan jaminan (jika ada), serta aset yang disewakan yang dijaminkan kepada pihak ketiga.
periode Januari 2010 – April 2010 menjadi understated karena seluruh sewa diterima dimuka telah diakui pada bulan Januari 2009.
- Pengungkapan informasi terkait transaksi sewa UD. MX tidak sesuai dengan yang diwajibkan oleh SAK ETAP.
Pendapatan - Nominal penjualan produk UD. MX dapat diukur dengan andal, terdapat manfaat ekonomi masa depan setiap kali terjadi penjualan, dan produk yang dijual menjadi milik konsumen sepenuhnya.
- SAK ETAP mewajibkan entitas mengakui pendapatan dari penjualan barang jika kondisi berikut terpenuhi : entitas mengalihkan risiko dan manfaat atas kepemilikan barang kepada pembeli, entitas tidak lagi memiliki kontrol atas
- Pengakuan pendapatan UD. MX sudah sesuai dengan yang tertuang di SAK ETAP.
88
- UD. MX tidak mengukur pendapatan dari jumlah yang masih harus diterima (piutang usaha beserta dengan beban pengeluaran dianggap sebagai pengurang pendapatan).
- UD. MX hanya mengungkapkan informasi mengenai nominal pendapatan yang diperoleh dari aktivitas utama (penjualan produk) dan aktivitas sewa properti ruko.
barang yang telah dijual, jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal, serta ada manfaat ekonomi yang mengalir ke entitas melalui penjualan barang tersebut.
- SAK ETAP mewajibkan bahwa entitas harus mengukur pendapatan berdasakan nilai wajar atas pembayaran yang diterima dan yang masih harus diterima.
- SAK ETAP mewajibkan entitas mengungkapkan informasi mengenai akuntansi pendapatan, sebagai berikut : kebijakan akuntansi terkait pengakuan pendapatan dan jumlah setiap kategori pendapatan yang diakui.
- Nilai pendapatan dan laba bersih UD. MX menjadi understated.
- Pengungkapan informasi pendapatan UD. MX tidak sesuai dengan yang diwajibkan oleh SAK ETAP.
Biaya Pinjaman - UD. MX mengakui - SAK ETAP mewajibkan - Perlakuan akuntansi biaya
89
pembayaran bunga atas utang bank dan utang pada pihak ketiga sebagai beban bunga pinjaman serta mengungkapkan jumlahnya di dalam laporan laba rugi. Jumlah beban bunga juga dapat diukur dengan andal.
entitas untuk mengakui seluruh biaya pinjaman sebagai beban pada laporan laba rugi di periode terjadinya. SAK ETAP juga mewajibkan entitas untuk mengungkapkan besarnya biaya pinjaman tersebut.
pinjaman UD. MX sudah sesuai dengan yang tertuang di SAK ETAP.
Imbalan Kerja - Pembayaran premi asuransi jiwa karyawan kepada PT. Jamsostek diakui sebagai beban Jamsostek di laporan laba rugi. Jumlahnya juga dapat diukur dengan andal.
- UD. MX hanya mengungkapkan informasi mengenai imbalan kerja berupa nominal beban yang diakui sebagai pengeluaran dalam laporan laba rugi UD. MX (diklasifikasikan sebagai beban Jamsostek).
- SAK ETAP mewajibkan entitas mengukur iuran imbalan kerja yang terutang sebagai kewajiban (setelah dikurangi dengan jumlah yang telah dibayar) serta sebagai beban.
- SAK ETAP mewajibkan entitas mengungkapkan kebijakan akuntansi imbalan kerja, apakah termasuk iuran pasti atau imbalan pasti. Selain itu, entitas juga wajib mengungkapkan beban imbalan kerja yang diakui pada setiap periode berjalan.
- Pengakuan imbalan kerja UD. MX sudah sesuai dengan yang tertuang di SAK ETAP.
- Pengungkapan informasi imbalan kerja UD. MX tidak sesuai dengan yang diwajibkan oleh SAK ETAP.
Pajak Penghasilan - UD. MX mengakui dan - SAK ETAP mewajibkan - Perlakuan akuntansi pajak
90
mengungkapkan besarnya pajak penghasilan di dalam laporan laba rugi.
entitas mengakui, mengukur, dan mengungkapkan kewajiban pajak penghasilan periode berjalan dan periode sebelumnya yang belum dibayar.
penghasilan UD. MX sudah sesuai dengan yang tertuang di SAK ETAP.
Penyajian Laporan Keuangan
- Laporan keuangan UD. MX hanya menyajikan laporan laba rugi saja dan tidak menyajikan neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
- SAK ETAP mensyaratkan bahwa laporan keuangan entitas yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan.
- Pengguna laporan keuangan tidak dapat mengetahui perbandingan antara proporsi kewajiban dengan ekuitas atau aset entitas (tidak dapat mengetahui posisi keuangan entitas) serta tidak dapat mengetahui pengalokasian dana kas bagi aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan. Pengguna laporan keuangan juga tidak dapat memahami dasar pengambilan kebijakan untuk perlakuan akuntansi UD. MX.
Laporan Laba Rugi dan - Dalam format laporan laba - SAK ETAP mewajibkan - Dimasukannya piutang
91
Saldo Laba rugi UD. MX, pendapatan dibandingkan dengan pengeluaran kas, piutang usaha, dan selisih sediaan akhir bulan berjalan dengan bulan lalu untuk menghasilkan perhitungan laba bersih.
- UD. MX sama sekali tidak menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas selama periode pelaporan.
format laporan laba rugi entitas dengan menggunakan analisa sifat beban atau analisa fungsi beban. Dan, di dalam dua metode analisa tersebut, tidak diperkenankan untuk membandingkan pendapatan dengan piutang usaha dan selisih sediaan akhir bulan berjalan dengan bulan lalu.
- SAK ETAP mewajibkan entitas untuk menyajikan informasi sebagai berikut : saldo laba pada awal dan akhir periode serta penyajian kembali laba setelah koreksi kesalahan atau perubahan kebijakan.
usaha dalam perhitungan laporan laba rugi membuat nilai laba bersih terlihat understated. Dimasukannya selisih sediaan akhir bulan lalu dengan bulan berjalan dalam format perhitungan laporan laba rugi membuat nilai laba bersih UD. MX terlihat overstated.
- Penyajian informasi mengenai perubahan ekuitas UD. MX tidak sesuai dengan yang diwajibkan oleh SAK ETAP.
92
Selanjutnya, penulis menganalisa perlakuan akuntansi UD. MX yang
tidak sesuai dengan yang tertuang di SAK ETAP dan sekaligus memberikan
solusi berupa perlakuan akuntansi yang sesuai dengan SAK ETAP.
V.1.1. SEDIAAN
UD. MX sebenarnya melakukan pengakuan sediaan sebagai
beban periode pada saat sediaan dijual. Namun sayangnya, karena
bentuk laporan laba rugi yang salah, tidak ada akun beban pokok
penjualan yang muncul di laporan laba rugi. UD. MX juga tidak
mengungkapkan informasi mengenai sediaan secara lengkap di
dalam laporan keuangan.
Akibat dari bentuk laporan laba rugi yang salah yang tidak
memunculkan beban pokok penjualan ini adalah UD. MX mengakui
seluruh beban yang ada sebagai beban periodik dan tidak
memperhitungkan beban sediaan. Karena itulah, sebagai solusinya,
maka beban pembelian bahan baku, gaji karyawan produksi, beban
listrik, beban depresiasi aset tetap, dan beban pemeliharaan mesin
dikeluarkan dari perhitungan biaya periodik dan dimasukkan dalam
perhitungan biaya sediaan. Kelima biaya tersebut merupakan biaya
yang terkait erat dengan aktivitas produksi UD. MX sehingga
seharusnya dikategorikan sebagai beban sediaan.
Kelima biaya ini kemudian dimasukkan dalam akun sediaan
barang dalam proses saat proses produksi dimulai dan dipindahkan
93
ke sediaan barang jadi saat proses produksi telah selesai. Ketika
barang dijual, akun sediaan barang jadi dikredit dan akun beban
pokok penjualan didebet.
Di bawah ini adalah tabel perhitungan beban pokok penjualan
UD. MX untuk periode yang berakhir pada 30 April 2010. Beban
tidak langsung adalah beban listrik, beban depresiasi aset tetap, dan
beban pemeliharaan mesin. Hasil perhitungan beban pokok
penjualan sebesar Rp 640.747.833 inilah yang dimunculkan di dalam
laporan laba rugi. Sementara itu, untuk perhitungan mengenai beban
depresiasi aset tetap dapat dilihat di subbab V.1.3.
Tabel V.2.Perhitungan Beban Pokok Penjualan UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010
Bahan baku yang digunakan 482,687,004
Gaji karyawan produksi 68,783,125
Beban tidak langsung 110,130,758
Jumlah beban produksi 661,600,887 Sediaan barang dalam proses 1 Januari 2010 9,821,575
30 Mei 2010 13,682,101
Beban Pokok Produksi 657,740,361 Sediaan barang jadi 1 Januari 2010 8,519,680
30 Mei 2010 25,512,208
Beban Pokok Penjualan 640,747,833
UD. MX tidak mengungkapkan informasi terkait sediaan
secara lengkap di dalam laporan keuangan. Berikut ini adalah
94
informasi terkait sediaan yang harus diungkapkan di dalam catatan
atas laporan keuangan :
1. Kebijakan pengukuran nilai sediaan UD. MX, yaitu penggunaan
metode FIFO untuk penilaian sediaan dan metode perpetual
untuk pencatatan sediaan.
2. Jumlah nilai sediaan yang diakui sebagai beban selama periode,
yaitu nilai sediaan yang diakui sebagai beban pokok penjualan
sebesar Rp 640.747.833.
3. Total jumlah tercatat sediaan dan klasifikasinya (sudah
diungkapkan di laporan laba rugi UD. MX).
Tabel V.17. di halaman berikutnya memperlihatkan ayat
jurnal penyesuaian (AJE) yang digunakan untuk memperbaiki
perlakuan akuntansi sediaan UD. MX yang salah :
95
Tabel V.3.Ayat Jurnal Penyesuaian Untuk Perlakuan Akuntansi Sediaan UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010
UD. MX SAK ETAP Ayat Jurnal Penyesuaian
Beban pembelian bahan baku Rp 482.687.004Beban pemeliharaan mesin Rp 14.851.835Beban transportasi Rp 13.195.500Beban konsumsi Rp 666.000Beban admin & kantor Rp 18.785.394Beban listrik Rp 70.781.225Beban telepon Rp 1.647.460Beban lain–lain Rp 2.527.100Beban gaji kary. produksi Rp 68.783.125Beban jamsostek Rp 7.404.064Beban tak terduga Rp 10.462.500Beban bunga pinjaman Rp 15.348.745Beban pajak penghasilan Rp 523.000 Kas Rp 688.388.389(Karena format laporan laba rugi yang tidak memunculkan beban pokok penjualan, UD. MX menganggap seluruh beban adalah beban periodik. Tidak ada yang diklasifikasikan sebagai beban sediaan)
Sediaan bahan baku Rp 482.687.004 Kas Rp 482.687.004
Sediaan dalam proses Rp 661.600.887 Sediaan bahan baku Rp 463.412.411 Gaji karyawan produksi Rp 68.783.125 Beban listrik Rp 70.781.225 B. pemeliharaan mesin Rp 14.851.835 B. depresiasi aset tetap Rp 9.645.833
Sediaan bahan jadi Rp 657.740.361 Sediaan dalam proses Rp 657.740.361
Beban pokok penjualan Rp 640.747.833 Sediaan bahan jadi Rp 640.747.833(Beban terkait aktivitas yang berhubungan dengan produksi harus diklaisifkasikan sebagai beban sediaan)
Sediaan bahan baku Rp 482.687.004 B. pembelian bahan baku Rp 482.687.004
Sediaan dalam proses Rp 661.600.887 Sediaan bahan baku Rp 463.412.411 B. gaji karyawan produksi Rp 68.783.125 Beban listrik Rp 70.781.225 Beban pemeliharaan mesin Rp 14.851.835 B. depresiasi aset tetap Rp 9.645.833
Sediaan bahan jadi Rp 657.740.361 Sediaan dalam proses Rp 657.740.361
Beban pokok penjualan Rp 640.747.833 Sediaan bahan jadi Rp 640.747.833(Karena UD. MX menganggap pembelian bahan baku sebagai beban, maka harus dipindahkan dahulu ke akun pers. bahan baku)
96
V.1.2. PROPERTI INVESTASI
Pengukuran nilai UD. MX setelah pengakuan awal tidak
sesuai dengan yang diwajibkan di dalam SAK ETAP. UD. MX tidak
melakukan penyusutan terhadap ruko yang dimiliki. UD. MX juga
tidak mengungkapkan informasi yang terkait dengan ruko yang
dimiliki di dalam laporan keuangan.
Dalam melakukan estimasi masa manfaat ruko, penulis
mengambil acuan berdasarkan pada Undang–Undang Nomor 36
Tahun 2008 Pasal 11:6 (2008:18) karena pemilik UD. MX tidak
pernah mengestimasi masa manfaat ruko. Berdasarkan pada
peraturan pajak tersebut, ruko UD. MX dikategorikan sebagai
bangunan permanen dengan masa manfaat selama 20 tahun serta
tarif penyusutan sebesar 5% (metode garis lurus). Tabel V.2.
memperlihatkan, bahwa seharusnya, nilai properti ruko UD. MX saat
ini adalah Rp 199.528.167. Jumlah akumulasi beban depresiasi
selama tahun 2007–2009 yang belum diakui sebesar Rp 27,900,125
dikompenasikan pada modal pemilik UD. MX.
Tabel V.4.Perhitungan Depresiasi Properti Ruko UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010Tahu
n Harga Perolehan Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku2007 202,910,000 5% 7,609,125 7,609,125 195,300,875 2008 202,910,000 5% 10,145,500 17,754,625 185,155,375 2009 202,910,000 5% 10,145,500 27,900,125 175,009,875
97
2010 202,910,000 5% 3,381,833 31,281,958 171,628,042 Dan berikut ini adalah informasi terkait properti ruko yang
harus diungkapkan di dalam catatan atas laporan keuangan :
1. Pengukuran nilai bruto properti ruko UD. MX, yaitu harga
perolehan ruko.
2. Metode penyusutan yang digunakan, yaitu metode garis lurus.
3. Umur manfaat dan tarif penyusutan yang digunakan yaitu selama
20 tahun dan sebesar 5%.
4. Rekonsiliasi jumlah tercatat properti ruko pada awal dan akhir
periode yang menunjukkan penyusutan. Rekonsiliasi tidak perlu
menunjukkan penambahan dan pelepasan karena selama kurun
waktu Januari 2010 – April 2010, tidak ada penambahan dan
pelepasan properti ruko UD. MX. Pengungkapan rekonsiliasi ini
dapat menggunakan tabel V.3. di halaman sebelumnya.
Tabel V.18. di halaman berikutnya memperlihatkan ayat
jurnal penyesuaian (AJE) yang digunakan untuk memperbaiki
perlakuan akuntansi properti investasi UD. MX yang salah :
98
Tabel V.5.Ayat Jurnal Penyesuaian Untuk Perlakuan Akuntansi Properti Investasi UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010
UD. MX SAK ETAP Ayat Jurnal Penyesuaian
Tidak melakukan penjurnalan(UD. MX tidak mengestimasi masa manfaat dan juga tidak pernah melakukan penyusutan pada properti ruko)
Beban Depresiasi Rp 3.381.833Akumulasi Depresiasi Rp 3.381.833
(Setiap tahun SAK ETAP mewajibkan adanya penyusutan untuk properti investasi yang dimiliki entitas)
Beban Depresiasi Rp 3.381.833Akumulasi Depresiasi Rp 3.381.833
(Untuk membukukan depresiasi properti ruko pada bulan Januari 2010 – April 2010).
Modal Pemilik Rp 27.900.125Akumulasi Depresiasi Rp 27.900.125
(Karena selama periode sebelumnya UD. MX tidak pernah melakukan depresiasi terhadap properti ruko, maka modal pemilik UD. MX didebet sebesar akumulasi depresiasi properti ruko mulai tanggal 1 April 2007 hingga 31 Desember 2009)
Umur manfaat dan tarif penyusutan properti ruko didapatkan dari peraturan pajak yaitu Undang – Undang
Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11 : 6.
99
99
V.1.3. ASET TETAP
UD. MX harus memisahkan pencatatan antara tanah dan
bangunan karena SAK ETAP mewajibkan kedua komponen tersebut
untuk dicatat terpisah. Kemudian, sama halnya dengan properti
investasi, pengukuran nilai aset tetap UD. MX setelah pengakuan
awal tidak sesuai dengan yang diwajibkan di dalam SAK ETAP.
UD. MX tidak melakukan penyusutan terhadap seluruh aset tetap
yang dimiliki. UD. MX juga tidak mengungkapkan informasi yang
terkait dengan aset tetap secara lengkap di dalam laporan keuangan.
Pemilik UD. MX juga tidak pernah mengestimasi masa
manfaat aset tetap yang dimiliki. Sehingga, sama halnya dengan
properti investasi, penulis mengambil acuan berdasarkan pada
Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11 : 6 (2008 : 18)
dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009
(untuk mengetahui pengelompokan aset tetap). Penulis hanya
memperhitungkan depresiasi untuk bangunan saja dan tidak
memperhitungkan depresiasi untuk tanah karena peraturan pajak
diatas memang tidak mengatur penyusutan untuk tanah dan manfaat
tanah sendiri juga tidak akan mengalami penyusutan. Berikutnya,
tabel V.4 - V.16 memperlihatkan perhitungan depresiasi untuk setiap
aset tetap yang dimiliki oleh UD. MX, terhitung semenjak saat aset
tetap tersebut diperoleh hingga tanggal 30 April 2010 :
100
1. Bangunan Usaha
Tabel V.6.Perhitungan Depresiasi Bangunan UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010Tahun Harga Perolehan Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku 1995 100,000,000 5% 5,000,000 5,000,000 95,000,000 1996 100,000,000 5% 5,000,000 10,000,000 90,000,000 1997 100,000,000 5% 5,000,000 15,000,000 85,000,000 1998 100,000,000 5% 5,000,000 20,000,000 80,000,000 1999 100,000,000 5% 5,000,000 25,000,000 75,000,000 2000 100,000,000 5% 5,000,000 30,000,000 70,000,000 2001 100,000,000 5% 5,000,000 35,000,000 65,000,000 2002 100,000,000 5% 5,000,000 40,000,000 60,000,000 2003 100,000,000 5% 5,000,000 45,000,000 55,000,000 2004 100,000,000 5% 5,000,000 50,000,000 50,000,000 2005 100,000,000 5% 5,000,000 55,000,000 45,000,000 2006 100,000,000 5% 5,000,000 60,000,000 40,000,000 2007 100,000,000 5% 5,000,000 65,000,000 35,000,000 2008 100,000,000 5% 5,000,000 70,000,000 30,000,000 2009 100,000,000 5% 5,000,000 75,000,000 25,000,000 2010 100,000,000 5% 1,666,667 76,666,667 23,333,333
2. Mesin Rajang
Tabel V.7.Perhitungan Depresiasi Mesin Rajang UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010Tahun Harga Perolehan Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku 2004 5,000,000 25% 625,000 625,000 4,375,000 2005 5,000,000 25% 1,250,000 1,875,000 3,125,000 2006 5,000,000 25% 1,250,000 3,125,000 1,875,000 2007 5,000,000 25% 1,250,000 4,375,000 625,000 2008 5,000,000 25% 625,000 5,000,000 -
101
3. Mesin Pelet Biji Plastik
Tabel V.8.Perhitungan Depresiasi Mesin Pelet Biji Plastik UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010Tahun Harga Perolehan Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku 2004 20,000,000 6.25% 625,000 625,000 19,375,000 2005 20,000,000 6.25% 1,250,000 1,875,000 18,125,000 2006 20,000,000 6.25% 1,250,000 3,125,000 16,875,000 2007 20,000,000 6.25% 1,250,000 4,375,000 15,625,000 2008 20,000,000 6.25% 1,250,000 5,625,000 14,375,000 2009 20,000,000 6.25% 1,250,000 6,875,000 13,125,000
2010 20,000,000 6.25% 416,667 7,291,667 12,708,333
4. Mesin Tali Rafia
Tabel V.9.Perhitungan Depresiasi Mesin Tali Rafia UD. MXUntuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010
Tahun Harga Perolehan Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku
2004 3,000,000 6.25% 93,750 93,750 2,906,250 2005 3,000,000 6.25% 187,500 281,250 2,718,750 2006 3,000,000 6.25% 187,500 468,750 2,531,250 2007 3,000,000 6.25% 187,500 656,250 2,343,750
2008 3,000,000 6.25% 187,500 843,750 2,156,250 2009 3,000,000 6.25% 187,500 1,031,250 1,968,750
2010 3,000,000 6.25% 62,500 1,093,750 1,906,250
5. Mesin Gulung Tali Rafia
Tabel V.10.Perhitungan Depresiasi Mesin Gulung Tali Rafia UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010
Tahun Harga Perolehan Tari
f Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku 2004 1,500,000 25% 187,500 187,500 1,312,500 2005 1,500,000 25% 375,000 562,500 937,500 2006 1,500,000 25% 375,000 937,500 562,500 2007 1,500,000 25% 375,000 1,312,500 187,500
102
2008 1,500,000 25% 187,500 1,500,000 -
6. Mesin Sedotan
Tabel V.11.Perhitungan Depresiasi Mesin Sedotan UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010Tahu
n Harga Perolehan Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku 2008 40,000,000 6.25% 2,291,667 2,291,667 37,708,333 2009 40,000,000 6.25% 2,500,000 4,791,667 35,208,333
2010 40,000,000 6.25% 833,333 5,625,000 34,375,000
7. Trafo Las
Tabel V.12.Perhitungan Depresiasi Trafo Las UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010Tahu
n Harga Perolehan Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku 2004 500,000 25% 31,250 31,250 468,750 2005 500,000 25% 125,000 156,250 343,750 2006 500,000 25% 125,000 281,250 218,750 2007 500,000 25% 125,000 406,250 93,750
2008 500,000 25% 93,750 500,000 -
8. Mesin Bubut
Tabel V.13.Perhitungan Depresiasi Mesin Bubut UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010Tahu
n Harga Perolehan Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku
2005 3,000,000 25% 750,000 750,000 2,250,000 2006 3,000,000 25% 750,000 1,500,000 1,500,000 2007 3,000,000 25% 750,000 2,250,000 750,000
2008 3,000,000 25% 750,000 3,000,000 -
103
9. Truk Isuzu Tahun 1991
Tabel V.14.Perhitungan Depresiasi Truk Isuzu Tahun 1991 UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010Tahu
n Harga Perolehan Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku 2004 19,000,000 12.5% 197,917 197,917 18,802,083
2005 19,000,000 12.5% 2,375,000 2,572,917 16,427,083 2006 19,000,000 12.5% 2,375,000 4,947,917 14,052,083 2007 19,000,000 12.5% 2,375,000 7,322,917 11,677,083 2008 19,000,000 12.5% 2,375,000 9,697,917 9,302,083 2009 19,000,000 12.5% 2,375,000 12,072,917 6,927,083
2010 19,000,000 12.5% 791,667 12,864,583 6,135,417
10. Komputer Kantor
Tabel V.15.Perhitungan Depresiasi Komputer Kantor UD. MXUntuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010
Tahun Harga Perolehan
Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku
2006 5,000,000 25% 729,167 729,167 4,270,833 2007 5,000,000 25% 1,250,000 1,979,167 3,020,833 2008 5,000,000 25% 1,250,000 3,229,167 1,770,833 2009 5,000,000 25% 1,250,000 4,479,167 520,833
2010 5,000,000 25% 416,667 4,895,833 104,167
11. Air Conditioner Chang’an
Tabel V.16.Perhitungan Depresiasi Air Conditioner UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010Tahu
n Harga Perolehan Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku
2006 3,000,000 12.5% 93,750 93,750 2,906,250 2007 3,000,000 12.5% 375,000 468,750 2,531,250 2008 3,000,000 12.5% 375,000 843,750 2,156,250
104
2009 3,000,000 12.5% 375,000 1,218,750 1,781,250
2010 3,000,000 12.5% 125,000 1,343,750 1,656,250
12. Perangkat Meja Kantor
Tabel V.17.Perhitungan Depresiasi Perangkat Meja Kantor UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010Tahun Harga Perolehan Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku
2006 10,000,000 25% 625,000 625,000 9,375,000 2007 10,000,000 25% 2,500,000 3,125,000 6,875,000 2008 10,000,000 25% 2,500,000 5,625,000 4,375,000 2009 10,000,000 25% 2,500,000 8,125,000 1,875,000
2010 10,000,000 25% 833,333 8,958,333 1,041,667
13. Toyota Kijang Tahun 2001
Tabel V.18.Perhitungan Depresiasi Toyota Kijang Tahun 2001 UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010Tahu
n Harga Perolehan Tarif Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku 2005 108,000,000 12.5% 5,625,000 5,625,000 102,375,000 2006 108,000,000 12.5% 13,500,000 19,125,000 88,875,000 2007 108,000,000 12.5% 13,500,000 32,625,000 75,375,000 2008 108,000,000 12.5% 13,500,000 46,125,000 61,875,000 2009 108,000,000 12.5% 13,500,000 59,625,000 48,375,000
2010 108,000,000 12.5% 4,500,000 64,125,000 43,875,000
Nilai buku pada setiap tabel perhitungan merupakan nilai
tercatat yang sebenarnya dari setiap aset tetap karena merefleksikan
keadaan aset tetap yang sesungguhnya setelah dipakai beberapa lama
oleh UD. MX. Jumlah seluruh biaya depresiasi setiap aset tetap
105
sebelum tahun 2010 yang belum diakui akan dikompensasikan pada
modal pemilik UD. MX.
Dan berikut ini adalah informasi terkait aset tetap yang harus
diungkapkan di dalam catatan atas laporan keuangan UD. MX :
1. Pengukuran nilai bruto setiap aset tetap UD. MX yang terdiri dari
harga perolehan untuk setiap aset tetap.
2. Metode penyusutan yang digunakan, yaitu metode garis lurus.
3. Umur manfaat dan tarif penyusutan yang digunakan, yaitu :
a. Bangunan : selama 20 tahun dan sebesar 5%.
b. Mesin rajang : selama 4 tahun dan sebesar 25% (kelompok I)
c. Mesin pelet biji plastik : selama 16 tahun dan sebesar 6,25%
(kelompok III).
d. Mesin tali rafia : selama 16 tahun dan sebesar 6,25%
(kelompok III).
e. Mesin gulung tali rafia : selama 4 tahun dan sebesar 25%
(kelompok I).
f. Mesin sedotan : selama 16 tahun dan sebesar 6,25%
(kelompok III).
g. Trafo las : selama 4 tahun dan sebesar 25% (kelompok I).
h. Mesin bubut : selama 4 tahun dan sebesar 25% (kelompok I).
i. Truk Isuzu Tahun 1991 : selama 8 tahun dan sebesar 12,5%
(kelompok II).
106
j. Komputer Kantor : selama 4 tahun dan sebesar 25%
(kelompok I).
k. Air Conditioner Changan : selama 8 tahun dan sebesar 12,5%
(kelompok II).
l. Perangkat meja kantor : selama 4 tahun dan sebesar 25%
(kelompok I).
m. Toyota Kijang Tahun 2001 : selama 8 tahun dan sebesar
12,5% (kelompok II).
4. Rekonsiliasi jumlah tercatat properti ruko pada awal dan akhir
periode yang menunjukkan penyusutan. Rekonsiliasi tidak perlu
menunjukkan penambahan dan pelepasan karena selama kurun
waktu Januari 2010 – April 2010, tidak ada penambahan dan
pelepasan aset tetap UD. MX. Pengungkapan rekonsiliasi ini
dapat menggunakan tabel V.4 – V.16. di halaman sebelumnya.
Tabel V.19. di halaman berikutnya memperlihatkan ayat
jurnal penyesuaian (AJE) yang digunakan untuk memperbaiki
perlakuan akuntansi aset tetap UD. MX yang salah :
107
Tabel V.19.Ayat Jurnal Penyesuaian Untuk Perlakuan Akuntansi Aset Tetap UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010
UD. MX SAK ETAP Ayat Jurnal Penyesuaian
Tidak melakukan penjurnalan(UD. MX tidak mengestimasi masa manfaat dan juga tidak pernah melakukan penyusutan pada seluruh aset tetap yang dimiliki)
Beban Depresiasi Rp 9.645.883Akumulasi Depresiasi Rp 9.645.883
(Setiap tahun SAK ETAP mewajibkan adanya penyusutan untuk setiap aset tetap yang dimiliki oleh entitas)
Tanah Rp 70.000.000Bangunan Rp 100.000.000 Bangunan Usaha Rp 170.000.000(untuk melakukan pencatatan tanah dan bangunan secara terpisah)
Beban Depresiasi Rp 9.645.883Akumulasi Depresiasi Rp 9.645.883
(Untuk membukukan depresiasi aset tetap pada bulan Januari 2010 – April 2010).
Modal Pemilik Rp 134.468.750Akumulasi Depresiasi Rp 134.468.750
(Karena sebelumnya UD. MX tidak pernah melakukan penyusutan pada aset tetap yang dimiliki, maka modal pemilik UD. MX didebet sebesar akumulasi depresiasi aset tetap mulai tanggal dimana aset tetap tersebut diperoleh hingga 31 Desember 2009).
108
Umur manfaat dan tarif penyusutan aset tetap didapatkan dari
peraturan pajak yaitu UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11 : 6 dan, untuk
pengelompakan kelompok penyusutan aset tetap, didapatkan dari Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009.
Dengan melakukan jurnal penyesuaian seperti diatas, UD. MX telah
membukukan depresiasi aset tetap selama bulan Januari 2010 hingga April
2010 sebesar Rp 9.645.883 dan, karena selama periode sebelumnya tidak
pernah melakukan depresiasi, maka modal pemilik UD. MX didebet
sebesar akumulasi depresiasi aset tetap sebesar Rp 134.468.750. Berikut ini
adalah rincian akumulasi depresiasi untuk setiap aset tetap pada periode
sebelumnya yang dikompensasikan pada modal pemilik untuk periode
Januari 2010–April 2010 (informasi akumulasi depresiasi ini juga harus
diungkapkan di dalam catatan atas laporan keuangan) :
a. Bangunan : Perhitungan akumulasi depresiasi dimulai pada
tanggal 20 Oktober 2004 (pada saat UD. MX mulai menjalankan
kegiatan usahanya). Meskipun bangunan dimiliki semenjak tahun
1995, namun UD. MX sama sekali tidak pernah memakainya
hingga tanggal 20 Oktober 2004. Besarnya akumulasi depresiasi
mulai tanggal 20 Oktober 2004 hingga 30 April 2010 adalah
sebesar Rp 26.250.000.
b. Mesin Rajang : Modal pemilik UD. MX didebet oleh akumulasi
depresiasi Mesin Rajang mulai tanggal 1 Juli 2004 hingga 31 Juli
109
2008 sebesar Rp 5.000.000. Masa manfaat Mesin Rajang UD.
MX telah habis pada tanggal 31 Juli 2008.
c. Mesin Pelet Biji Plastik : Modal pemilik UD. MX didebet oleh
akumulasi depresiasi Mesin Pelet Biji Plastik mulai tanggal 1 Juli
2004 hingga 30 April 2010 sebesar Rp 6.875.000.
d. Mesin Tali Rafia : Modal pemilik UD. MX didebet oleh
akumulasi depresiasi Mesin Tali Rafia mulai tanggal 1 Juli 2004
hingga 30 April 2010 sebesar Rp 1.031.250.
e. Mesin Gulung Tali Rafia : Modal pemilik UD. MX didebet oleh
akumulasi depresiasi Mesin Gulung Tali Rafia mulai tanggal 1
Juli 2004 hingga 31 Juli 2008 sebesar Rp 1.500.000. Masa
manfaat Mesin Rajang UD. MX telah habis pada tanggal 31 Juli
2008.
f. Mesin Sedotan : Modal pemilik UD. MX didebet oleh akumulasi
depresiasi Mesin Sedotan mulai tanggal 1 Febuari 2008 hingga
30 April 2010 sebesar Rp 4.791.667.
g. Trafo Las : Modal pemilik UD. MX didebet oleh akumulasi
depresiasi Trafo Las mulai tanggal 1 Oktober 2004 hingga 31
Oktober 2008 sebesar Rp 500.000. Masa manfaat Trafo Las UD.
MX telah habis pada tanggal 31 Oktober 2008.
h. Mesin Bubut : Modal pemilik UD. MX didebet oleh akumulasi
depresiasi Mesin Bubut mulai tanggal 1 Januari 2004 hingga 31
110
Januari 2008 sebesar Rp 500.000. Masa manfaat Mesin Bubut
UD. MX telah habis pada tanggal 31 Januari 2008.
i. Truk Isuzu : Modal pemilik UD. MX didebet oleh akumulasi
depresiasi Truk Isuzu mulai tanggal 1 Desember 2004 hingga 30
April 2010 sebesar Rp 12.072.917.
j. Komputer Kantor : Modal pemilik UD. MX didebet oleh
akumulasi depresiasi Komputer Kantor mulai tanggal 1 Juni 2006
hingga 30 April 2010 sebesar Rp 4.479.167.
k. Air Conditioner : Modal pemilik UD. MX didebet oleh
akumulasi depresiasi Air Conditioner mulai tanggal 1 Oktober
2006 hingga 30 April 2010 sebesar Rp 1.218.750.
l. Perangkat Meja Kantor = Modal pemilik UD. MX didebet oleh
akumulasi depresiasi Perangkat Meja Kantor mulai tanggal 1
Oktober 2006 hingga 30 April 2010 sebesar Rp 8.125.000.
m. Toyota Kijang = Modal pemilik UD. MX didebet oleh akumulasi
depresiasi Toyota Kijang mulai tanggal 1 Agustus 2005 hingga
30 April 2010 sebesar Rp 59.625.000.
137
111
V.1.4. SEWA
Pengakuan dan pengukuran pendapatan sewa UD. MX tidak
sesuai dengan yang diwajibkan di SAK ETAP. UD. MX mengakui
pendapatan sewa secara cash basis dimana pendapatan langsung
diakui pada saat pembayaran sewa diterima dimuka sebesar Rp
60.000.000 di awal Januari 2009.
Kebijakan UD. MX terhadap pendapatan sewa ini telah
melanggar prinsip matching karena, meskipun pihak ketiga telah
membayar uang sewa secara penuh, namun pihak ketiga belum
menikmati masa manfaat sewa secara penuh selama 2 tahun.
Seharusnya, pada periode dimana pembayaran uang sewa diterima
(bulan Januari 2009), UD. MX mengakuinya sebagai sewa diterima
dimuka terlebih dahulu lalu. Kemudian, barulah pendapatan sewa
diakui setiap bulan berdasarkan pada metode garis lurus sepanjang
masa sewa sampai bulan Desember 2011.
Karena itulah, pendapatan sewa UD. MX sebesar Rp
30.000.000 harus dihapus (karena baru boleh diakui pada tahun
2010) dengan cara akun pendapatan sewa didebet dan akun sewa
diterima dimuka dikredit sebesar Rp 30.000.000. Kemudian, baru
pada bulan Januari 2010–April 2010, UD. MX mengakui pendapatan
sewa setiap bulan sebesar Rp 2.500.000 dengan cara mendebet sewa
diterima dimuka dan mengkredit pendapatan sewa.
112
Selain itu, UD. MX juga harus mengungkapkan segala
informasi terkait dengan aktivitas sewa. Berikut ini adalah informasi
sewa yang harus diungkapkan di dalam catatan atas laporan
keuangan UD. MX :
1. Kebijakan akuntansi terkait transaksi sewa. Dalam hal ini,
transaksi sewa UD. MX dikategorikan sebagai sewa operasi
(telah dijelaskan secara mendetail di bab IV).
2. Jumlah pembayaran sewa selama masa sewa yaitu Rp 60.000.000
selama 2 tahun yang diakui setiap bulan sebesar Rp 2.500.000.
Tabel V.20. di halaman berikutnya memperlihatkan ayat
jurnal penyesuaian (AJE) yang digunakan untuk memperbaiki
perlakuan akuntansi sewa UD. MX yang salah :
113
Tabel V.20.Ayat Jurnal Penyesuaian Untuk Perlakuan Akuntansi Sewa UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010
UD. MX SAK ETAP Ayat Jurnal Penyesuaian
Kas Rp 60.000.000 Pendapatan sewa Rp 60.000.000(Penerimaan pembayaran sewa langsung diakui sebagai pendapatan sewa pada periode dimana pembayaran sewa diterima, yaitu pada bulan Januari 2009)
Kas Rp 60.000.000 Sewa diterima dimuka Rp 60.000.000(Penerimaan pembayaran sewa diakui sebagai pendapatan sewa diterima dimuka terlebih dahulu)
Sewa diterima dimuka Rp 2.500.000 Pendapatan sewa Rp 2.500.000(Pendapatan sewa baru diakui sepanjang masa sewa berdasarkan metode garis lurus)
Pendapatan Sewa Rp 30.000.000 Sewa diterima dimuka Rp 30.000.000(AJE pertama untuk mengakui kembali pendapatan sewa diterima dimuka untuk tahun 2010)
Sewa diterima dimuka Rp 10.000.000Pendapatan Sewa Rp 10.000.000
(AJE kedua untuk mengakui pendapatan sewa untuk bulan Januari 2010 – April 2010)
Kebijakan UD. MX untuk mengakui pendapatan sewa secara penuh pada bulan Januari 2009 melanggar prinsip
matching karena, meskipun pihak ketiga telah membayar secara penuh untuk sewa selama 2 tahun, namun pihak ketiga
belum menikmati masa manfaat sewa 2 tahun secara penuh. Karena itulah, pembayaran sewa yang diterima dari pihak
ketiga tidak boleh langsung diakui sebagai pendapatan sewa.
114
114
V.1.5. PENDAPATAN
Pengukuran pendapatan UD. MX tidak sesuai dengan yang
diwajibkan di SAK ETAP. UD. MX memang telah mengukur
pendapatan berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang diterima
dari pelanggan. Namun, pendapatan atas pembayaran yang masih
harus diterima (piutang usaha) tidak ikut diukur. Seperti yang telah
dijelaskan di bab IV, pada laporan laba rugi UD. MX, piutang usaha
dianggap sebagai salah satu pengurang pendapatan selain beban
pengeluaran. Karena itulah, dalam laporan laba rugi Januari 2010 –
April 2010, UD. MX harus menambahkan kembali nominal piutang
usaha sebesar Rp 51.312.080 ke dalam pendapatan usaha UD. MX.
UD. MX tidak mengungkapkan informasi terkait pendapatan
secara lengkap seperti yang diwajibkan SAK ETAP. Berikut ini
adalah informasi terkait pendapatan yang harus diungkapkan :
1. Kebijakan akuntansi terkait transaksi pendapatan. UD. MX harus
mengungkapkan bahwa pendapatan, baik penjualan barang
maupun sewa, diakui berdasarkan accrual basis, yaitu diakui
pada saat terjadinya transaksi.
2. Jumlah setiap kategori pendapatan selama periode Januari 2010 –
April 2010, yaitu dari pendapatan usaha sebesar Rp 801.391.910
dan pendapatan sewa sebesar Rp 100.000.000 (sebenarnya sudah
diungkapkan di laporan laba rugi namun jumlahnya berbeda).
115
Tabel V.21. di bawah ini memperlihatkan ayat jurnal penyesuaian (AJE) yang digunakan untuk memperbaiki
perlakuan akuntansi pendapatan UD. MX yang salah :
Tabel V.21.Ayat Jurnal Penyesuaian Untuk Perlakuan Akuntansi Pendapatan UD. MX
Untuk Periode Yang Berakhir Pada 30 April 2010
UD. MX SAK ETAP Ayat Jurnal Penyesuaian
Piutang Usaha Rp 51.312.080 Pendapatan Rp 51.312.080(Saat terjadi penjualan kredit, piutang usaha memang diakui oleh UD. MX)
Pendapatan Rp 51.312.080 Piutang Usaha Rp 51.312.080(Namun, ketika laporan laba rugi bulanan dibuat, akun piutang usaha ikut dianggap sebagai pengurang pendapatan)
Piutang Usaha Rp 51.312.080 Pendapatan Rp 51.312.080(Mulai saat terjadi penjualan kredit hingga dilunasi, piutang usaha tetap diakui sebagai pendapatan yang masih harus diterima)
Piutang Usaha Rp 51.312.080 Pendapatan Rp 51.312.080(Untuk memulihkan piutang usaha yang dianggap sebagai pengurang pendapatan, cukup hanya dengan membalikkan kembali jurnalnya seperti diatas, maka dengan sendirinya, piutang usaha kembali diakui oleh UD. MX sebagai pendapatan yang masih harus diterima)
116
V.1.6. IMBALAN KERJA
UD. MX tidak mengungkapkan informasi terkait imbalan
kerja secara lengkap di dalam laporan keuangan. Berikut ini adalah
informasi terkait imbalan kerja yang harus diungkapkan di dalam
catatan atas laporan keuangan :
1. Kebijakan akuntansi terkait imbalan pasca kerja. Dalam hal ini,
UD. MX harus mengungkapkan bahwa, kebijakan akuntansi
terkait imbalan pasca kerja yang digunakan adalah iuran pasti
(dijelaskan secara mendetail di bab IV).
2. Jumlah beban imbalan kerja yang diakui setiap periode berjalan
(sudah diungkapkan di dalam laporan laba rugi sebagai beban
Jamsostek).
V.2. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Subbab ini memberikan rekomendasi berupa penyusunan laporan
keuangan UD. MX yang sesuai dengan SAK ETAP. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, UD. MX hanya menyajikan laporan laba rugi saja dan tidak
menyajikan neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Penulis tidak membuat laporan arus kas untuk UD. MX karena memerlukan
data tahun 2009 sementara SAK ETAP mewajibkan laporan keuangan yang
menggunakan SAK ETAP adalah laporan keuangan di tahun 2010.
117
V.2.1. LAPORAN LABA RUGI
Berikut ini adalah informasi yang harus diungkapkan di dalam
laporan laba rugi UD. MX, antara lain :
A. Penjualan Bersih. Terdiri dari penjualan produk tali rafia dan
sedotan UD. MX selama periode Januari 2010–April 2010 sebesar
Rp 852.703.990.
B. Beban Pokok Penjualan. Berasal dari perhitungan beban pokok
penjualan di tabel V.1. sebesar Rp 640.747.833.
C. Beban Usaha. Sebesar Rp 54.688.018, terdiri dari beban
transportasi, beban konsumsi, beban administrasi & kantor, beban
telepon, beban lain-lain/paking, beban jamsostek, beban depresiasi
ruko, dan beban biaya tak terduga.
D. Penghasilan (beban) lain–lain. Terdiri dari pendapatan sewa yang
diakui untuk bulan Januari 2010–April 2010 sebesar Rp
10.000.000 serta beban bunga pinjaman sebesar Rp 15.348.745.
E. Pajak Penghasilan. Terdiri dari nominal pajak yang dibayarkan
UD. MX kepada kantor pajak sebesar Rp 532.800, terdiri dari
pembayaran Januari 2010 – Maret 2010, masing–masing sebesar
Rp 130.750 dan pembayaran April 2010 sebesar Rp 145.550.
F. Informasi perubahan ekuitas. Berisi rincian perubahan saldo
ekuitas selama periode Januari 2010 – April 2010 yang berasal dari
penambahan laba periode berjalan dan koreksi kebijakan akuntansi.
118
Tabel V.22 Laporan Laba Rugi UD. MX Berdasarkan SAK ETAP
UD. MXLAPORAN LABA RUGI DAN SALDO LABA
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 APRIL 2010
(Disajikan Dalam Rupiah) PENJUALAN BERSIH 852,703,990 BEBAN POKOK PENJUALAN (640,747,833)
LABA KOTOR 221,956,157 BEBAN USAHA Transportasi (13,195,500)Konsumsi (666,000)Administrasi & kantor (18,785,394)Telepon (1,647,460)Lain-Lain / Paking (2,527,100)Jamsostek (7,404,064)Beban depresiasi ruko (3,381,833)Biaya Tak Terduga (10,462,500) Total beban usaha (58,069,851) PENGHASILAN (BEBAN) LAIN - LAIN Pendapatan Sewa 10,000,000 Beban bunga pinjaman (15,348,745)Total penghasilan (beban) lain - lain (5,348,745)
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK 148,537,561 Pajak Penghasilan (537,800)
LABA BERSIH SETELAH PAJAK 147,999,761
INFORMASI PERUBAHAN EKUITAS UD. MXModal pemilik pada 1 Januari 2010 300,500,000Laba bersih periode Januari 2010 – April 2010 147,999,761 Koreksi perubahan kebijakan akuntansi (162,368,875)
Modal pemilik pada 30 April 2010 286,130,886
119
Dan berikut ini adalah dampak dari diterapkannya SAK ETAP
terhadap informasi yang disajikan pada laporan laba rugi UD. MX :
A. Perubahan format laporan laba rugi
Pada laporan laba rugi versi UD. MX, ada penambahan piutang
usaha sebagai pengurang pendapatan serta selisih sediaan bulan lalu
dan bulan sekarang sebagai penambah pendapatan. Kedua komponen
ini dihilangkan di dalam laporan laba rugi versi SAK ETAP karena
piutang dan sediaan memang seharusnya ditempatkan di neraca.
Kebijakan UD. MX untuk tidak mengakui piutang usaha ini dan
mengakui pendapatan sewa secara cash basis (dijelaskan di poin D)
menyebabkan nilai laba bersih UD. MX menjadi lebih rendah dari yang
sebenarnya (understated), yakni sebesar 52% (Rp 50.906.585).
Dampak dari perbedaan nilai tersebut sangat material sehingga
mempengaruhi kewajaran laporan keuangan. Dampak lainnya, tentu
saja menyebabkan kinerja keuangan UD. MX terlihat lebih buruk dari
yang sesungguhnya serta melanggar prinsip matching.
Perubahan kedua adalah penambahan informasi perubahan
ekuitas UD. MX. Menurut SAK ETAP, apabila perubahan ekuitas
hanya berasal dari laba atau rugi dan perubahan kebijakan akuntansi,
maka laporan perubahan ekuitas boleh digabungkan dengan laporan
laba rugi menjadi laporan laba rugi dan saldo laba.
120
Perubahan ketiga adalah penambahan akun beban pokok
penjualan. Beban pokok penjualan ini berasal dari beban – beban yang
berkaitan dengan aktivitas produksi UD. MX seperti sediaan bahan
baku, gaji karyawan produksi, beban listrik, beban depresiasi aset tetap,
dan beban pemeliharaan mesin. Perhitungan kelima komponen beban
ini kemudian digabungkan dengan sediaan bahan dalam proses awal
dan akhir periode serta sediaan bahan jadi awal dan akhir periode
menjadi beban pokok penjualan.
Perubahan lainnya adalah penambahan komponen – komponen
seperti laba kotor (penjualan – beban pokok penjualan), laba bersih
sebelum pajak (laba kotor – beban usaha), dan laba bersih setelah pajak
(laba bersih sebelum pajak – pajak penghasilan). Dalam laporan laba
rugi versi UD. MX, hanya ada komponen laba sebelum saldo
(pendapatan – seluruh pengeluaran) dan laba bersih (laba sebelum
saldo – piutang usaha + selisih sediaan bulan lalu & bulan berjalan).
Melalui format baru laporan laba rugi ini, selain untuk mematuhi
SAK ETAP, manfaat lain yang dapat dipetik adalah UD. MX dapat
lebih efektif dalam melakukan analisa laporan keuangan. Seperti
misalnya, untuk mengetahui keefektifan UD. MX dalam mengelola
biaya produksi, pengguna laporan keuangan dapat menghitung
persentase laba kotor dengan penjualan bersih. Analisa seperti ini tidak
121
dapat dilakukan melalui laporan laba rugi versi UD. MX karena tidak
ada perhitungan laba kotor di dalamnya.
B. Beban Pokok Penjualan
Dalam laporan laba rugi UD. MX versi SAK ETAP, ditampilkan
informasi beban pokok penjualan. Format baru penyusunan laporan
laba rugi untuk beban pokok penjualan ini dapat membuat harga jual
produk UD. MX menjadi lebih kompetitif.
Seperti telah dijelaskan di subbab V.1.1. sebelumnya, akibat dari
format laporan laba rugi yang salah, untuk menentukan harga jual
produk, UD. MX membagi total nilai seluruh beban pengeluaran bulan
lalu dengan kuantitas produksi bulan lalu kemudian menambahkan
margin 20% untuk menentukan harga jual produk yang kemudian
dibandingkan dengan harga jual dari pesaing. Sehingga, boleh
disimpulkan bahwa, UD. MX menganggap seluruh beban pengeluaran
tersebut adalah beban pokok penjualan.
Kebijakan ini pada akhirnya dapat menyebabkan kesalahan
pengambilan keputusan untuk penetapan harga jual mengingat beban
pokok penjualan adalah salah satu sumber informasi pemilik dalam
menetapkan harga jual produk di bulan mendatang. Perhitungan harga
jual yang dihasilkan nantinya cenderung menjadi sulit bersaing.
Melalui laporan laba rugi versi SAK ETAP, beban yang
diperhitungkan sebagai beban pokok penjualan hanyalah beban – beban
122
yang terkait dengan aktivitas produksi beserta sediaan bahan dalam
proses dan sediaan bahan jadi sehingga perhitungan harga jual produk
melalui laporan laba rugi versi SAK ETAP juga akan lebih rendah. Hal
ini dimungkinkan karena komponen beban pokok penjualan di laporan
laba rugi versi SAK ETAP hanya berisi beban – beban yang terkait
dengan aktivitas produksi.
Perbedaan perhitungan beban pokok penjualan antara sebelum
dan setelah ETAP adalah 7 % (Rp 47.655.356). Meskipun terlihat kecil
namun harus diingat bahwa pasar tali rafia dan sedotan adalah pasar
yang kompetitif. Sehingga, perbedaan harga yang tipis saja antar
berbagai produsen mampu merubah preferensi konsumen. Karena
itulah, sebaiknya UD. MX menggunakan format perhitungan beban
pokok penjualan versi SAK ETAP.
C. Beban usaha
Beban usaha UD. MX mengalami penurunan tajam hingga 91%
(Rp 630.333.338). Penyebabnya, karena adanya pemindahan beban
pembelian bahan baku, beban listrik, beban gaji karyawan produksi,
serta beban pemeliharaan mesin ke akun beban pokok penjualan. Selain
itu, juga ada pemindahan beban bunga pinjaman ke akun penghasilan
(beban) lain – lain. Kelima komponen beban diatas menempati proporsi
terbesar dalam pengeluaran UD. MX sehingga tidaklah mengherankan
apabila beban usaha mengalami penurunan sampai setajam itu. Ada
123
pula beban baru yang dimasukkan dalam kelompok beban usaha yaitu
beban depresiasi yang merupakan gabungan dari beban depresiasi
properti ruko dan aset tetap.
D. Penghasilan (beban) lain - lain
Akun ini mengalami kenaikan hingga 65% (Rp 10.000.000)
karena adanya peningkatan pendapatan sewa sampai 100% (Rp
10.000.000). Peningkatan ini berasal dari koreksi kesalahan dari
periode sebelumnya dan dalam koreksi ini, pendapatan sewa untuk
periode Januari 2010–April 2010 diakui kembali sebesar Rp
10.000.000. Penghasilan (beban) lain – lain juga merupakan salah satu
bentuk perubahan format laporan laba rugi.
E.Informasi perubahan ekuitas UD. MX
Meskipun laba bersih naik hingga 52% (Rp 50.906.585), namun
modal pemilik pada akhir periode menurun sangat tajam hingga 28%
(Rp 111.462.290). Penyebabnya, ada koreksi perubahan kebijakan
akuntansi setelah diterapkannya SAK ETAP berupa akumulasi
depresiasi properti ruko dan aset tetap pada periode sebelumnya yang
belum disusutkan dan kemudian dikompensasikan pada modal pemilik
di periode bulan Januari 2010 – April 2010 ini. Total nilai akumulasi
depresiasi periode sebelumnya yang belum disusutkan itu sangat tinggi,
mencapai Rp 162.368.875 sehingga, tidaklah mengherankan, apabila
modal pemilik pada 30 April 2010 berkurang menjadi Rp 286.130.886.
124
V.2.2. NERACA
Berikut ini adalah berbagai macam informasi yang harus
diungkapkan di dalam neraca UD. MX :
A. Kas dan Setara Kas. Terdiri dari uang simpanan kas UD. MX
sebesar Rp 29.860.988. Kas dan Setara Kas dimasukkan di dalam
komponen aset lancar pada kelompok aset.
B. Piutang Usaha. Sebesar Rp 51.312.080. Piutang usaha dimasukkan
di dalam komponen aset lancar pada kelompok aset.
C. Sediaan. Terdiri dari sediaan bahan baku sebesar Rp 20.241.100,
sediaan bahan setengah jadi sebesar Rp 13.682.101, dan sediaan
bahan jadi senilai Rp 25.512.208. Sediaan dimasukkan dalam
komponen aset lancar pada kelompok aset.
D. Properti Investasi. Berupa properti ruko yang dimiliki UD. MX
senilai Rp 202.910.000. Nilai perolehan ini dikurangi oleh
akumulasi depresiasi properti ruko pada bulan Januari 2010 – April
2010 sebesar Rp 31.281.958 sehingga nilai buku properti ruko UD.
MX menjadi senilai Rp 171.628.042. Properti ruko ini dimasukkan
di dalam komponen aset tidak lancar pada kelompok aset.
E. Aset Tetap. Total nilai perolehan seluruh aset tetap UD. MX adalah
sebesar Rp 388.000.000. Nilai perolehan ini dikurangi oleh
akumulasi depresiasi seluruh aset tetap UD. MX sebesar Rp
144.114.633 sehingga nilai buku seluruh aset tetap UD. MX
125
menjadi senilai Rp 243.885.367. Aset tetap ini dimasukkan di
dalam komponen aset tidak lancar pada kelompok aset.
F. Sewa Diterima Dimuka. Terdiri dari pembayaran sewa dimuka
oleh pihak ketiga yang masa manfaat sewa-nya masih belum
dinikmati secara penuh, yaitu masa manfaat mulai Mei 2010
hingga Desember 2010. Nilainya sebesar Rp 20.000.000. Sewa
diterima dimuka ini dimasukkan di dalam komponen kewajiban
lancar pada kelompok kewajiban dan ekuitas.
G. Utang Bank. Berasal dari utang UD. MX kepada Bank Central
Asia (BCA) sebesar Rp 150.000.000. Utang Bank ini dimasukkan
di dalam komponen kewajiban lancar pada kelompok kewajiban
dan ekuitas karena setiap akhir tahun BCA selalu melakukan
evaluasi terhadap kemampuan keuangan UD. MX. Jika hasil
evaluasi menunjukkan keuangan UD. MX buruk, maka BCA
memerintahkan UD. MX untuk melunasi utang sesegera mungkin
namun jika hasil evaluasi menunjukkan keuangan UD. MX baik,
maka BCA memperpanjang jatuh tempo pembayaran utang
kembali sampai akhir tahun depan. Karena sifat utang bank yang
tidak pasti inilah, maka sebaiknya utang bank UD. MX
diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar (jangka pendek).
H. Utang Kepada Pihak Ketiga. Berasal dari utang kepada pihak
ketiga yang merupakan teman dekat pemilik UD. MX sebesar Rp
126
100.000.000. Utang Bank ini dimasukkan di dalam komponen
kewajiban lancar pada kelompok kewajiban dan ekuitas. Alasannya
sama seperti utang bank, karena pihak ketiga tidak menetapkan
jatuh tempo pembayaran utang secara pasti, pihak ketiga selalu
mengevaluasi kemampuan keuangan UD. MX sebelum
memutuskan untuk memperpanjang jatuh tempo pembayaran.
I. Ekuitas. Terdiri atas rincian informasi mengenai modal pemilik
UD. MX pada 1 Januari 2010 sebesar Rp 300.500.000,
penambahan modal pemilik dari laba bersih periode Januari 2010 –
April 2010 sebesar Rp 147.999.761, pengurangan modal pemilik
dari koreksi kebijakan akuntansi akibat kompensasi akumulasi
depresiasi aset tetap dan properti ruko pada periode sebelumnya
sebesar Rp 162.368.875, serta modal pemilik pada 30 April 2010
sebesar Rp 286.130.836. Nilai modal pemilik pada akhir periode
(30 April 2010) senilai Rp 286.130.886 berasal dari hasil
perhitungan ketiga komponen sebelumnya (modal pemilik 1
Januari 2010 + laba bersih periode berjalan – koreksi kebijakan
akuntansi). Bagian terakhir dalam neraca ini dimasukkan di dalam
komponen ekuitas pada kelompok kewajiban dan ekuitas.
127
UD. MXNERACA
PER 30 APRIL 2010
(Disajikan Dalam Rupiah)ASET KEWAJIBAN DAN EKUITAS Aktiva Lancar KEWAJIBAN Kas dan setara kas 29,860,988 Kewajiban Lancar Piutang Usaha 51,321,080 Sewa diterima di muka 20,000,000 Persediaan Utang Bank 150,000,000 Bahan baku 20,241,100 Utang Kepada Pihak Ketiga 100,000,000 Bahan setengah jadi 13,682,101 Jumlah kewajiban lancar 270,000,000 Bahan jadi 25,512,208 59,435,409 Kewajiban Tidak Lancar -
Jumlah aset lancar 140,617,477 TOTAL KEWAJIBAN 270,000,000 Aset Tidak Lancar EKUITAS Properti investasi Modal pemilik 1 Januari 2010 300,500,000 Nilai perolehan 202,910,000 Laba bersih periode berjalan 147,999,761
Akumulasi Depresiasi (31,281,958) 171,628,04
2 Perubahan kebijakan akuntansi (162,368,875) Aset tetap - bersih Modal pemilik 30 April 2010 286,130,886 Nilai perolehan 388,000,000
Akumulasi Depresiasi (144,114,633
) 243,885,36
7
Jumlah aset tidak lancar 415,513,409 TOTAL EKUITAS 286,130,886
TOTAL ASET 556,130,886 TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS 556,130,886
Tabel V.23. Neraca UD. MX Berdasarkan SAK ETAP
128
Dan berikut ini adalah dampak dari diterapkannya SAK ETAP
terhadap informasi yang disajikan pada neraca UD. MX :
A. Perubahan format neraca
Perubahan pertama, tentu saja adalah disajikannya neraca
sebagai bagian dari laporan keuangan UD. MX. Melalui neraca,
pengguna laporan keuangan UD. MX dapat mengetahui proporsi
kewajiban dengan aset atau ekuitas entitas. Sehingga pada akhirnya,
dapat memberikan informasi mengenai posisi keuangan UD. MX.
Informasi posisi keuangan ini membantu UD. MX dalam
mengambil keputusan untuk melakukan permohonan utang karena UD.
MX dapat selalu memantau perbandingan aset dan kewajiban-nya.
Apabila kewajiban lebih besar daripada aset maka UD. MX dapat
memutuskan untuk tidak melakukan permohonan utang sebab tidak ada
lagi aset yang dapat dijaminkan andaikata UD. MX gagal melunasi
utang. Begitu pula sebaliknya, apabila kewajiban masih lebih kecil
daripada aset maka UD. MX dapat lebih leluasa mengajukan
permohonan utang karena ada aset yang dapat dijadikan jaminan.
Proporsi perbandingan aset dan kewajiban yang paling baik adalah 2:1.
Perubahan kedua adalah ditambahkannya dua akun baru yaitu
sewa diterima di muka dan ekuitas. Akun sewa diterima di muka
disajikan di dalam neraca UD. MX karena ternyata pembayaran sewa
yang dilakukan pihak ketiga pada bulan Januari 2009 adalah untuk
129
kurun waktu masa 2 tahun namun UD. MX telah mengakuinya sebagai
pendapatan sewa di bulan Januari 2009. Karena itulah, pembayaran
sewa dari pihak ketiga untuk bulan Mei 2010 – Desember 2010 diakui
kembali dan ditempatkan pada akun sewa diterima di muka.
Tambahan akun kedua adalah ekuitas. Akun ini memperlihatkan
dampak kompensasi akumulasi depresiasi properti ruko dan aset tetap
dari periode sebelumnya (koreksi kebijakan akuntansi) beserta laba
periode berjalan terhadap saldo modal pemilik UD. MX. Dan dapat
terlihat bahwa, saldo modal pemilik UD. MX menurun cukup tajam
akibat dari koreksi kebijakan tersebut (telah dijelaskan secara mendetail
di bagian laporan laba rugi dan saldo laba UD. MX).
B. Properti Investasi - Bersih dan Aset Tetap – Bersih
Nilai buku properti investasi dan aset tetap UD. MX mengalami
penurunan cukup tajam, yakni sebesar 15% (Rp 31.281.958) dan 37%
(Rp 144.114.633). Penurunan tajam ini disebabkan karena neraca
berdasarkan SAK ETAP telah memperhitungkan depresiasi pada
properti investasi dan aset tetap.
Perbedaan informasi nilai yang disajikan cukup material, yakni
adanya penurunan terhadap nilai kedua aset tidak lancar tersebut,
setelah dilakukan penyusutan, sebesar 30% (Rp 175.396.591).
Penurunan nilai tersebut mencapai 24% dari total nilai aset UD. MX
130
sebelum diterapkannya SAK ETAP. Penurunan yang cukup material
tersebut tentu mempengaruhi kewajaran laporan keuangan UD. MX.
Berdasarkan pada rekomendasi format neraca berdasarkan SAK
ETAP yang disusun, nilai properti investasi dan aset tetap UD. MX
telah disusutkan sehingga nilai kedua aset tidak lancar tersebut kini
mencerminkan kondisi yang sesungguhnya, yaitu telah mengalami
penurunan umur masa manfaat setelah dipakai beberapa lama oleh oleh
pihak ketiga penyewa ruko dan oleh UD. MX sendiri.