bab v analisis komodifikasi kekerasan pada...
TRANSCRIPT
35
BAB V
ANALISIS KOMODIFIKASI KEKERASAN PADA TAYANGAN
PESBUKERS “SINETRON KEJAR-KEJARAN TAYANG” DI ANTV
3 hal yang terkait dengan komodifikasi yaitu isi media, jumlah audience dan
iklan, komodifikasi pekerja. Komodifikasi isi media adalah untuk menaikkan jumlah
audience. Jumlah audience merupakan komoditas yang dapat dijual pada pengiklan.
Dalam program acara komedi Pesbukers ini ada alur cerita, setting dengan berbagai
macam barang atau barang yang terbuat dari sterofoam dan komedi slapstick
(komedi seperti mengoles wajah, krim, dan bedak). Komodifikasi Audience, audience
dijadikan komoditi untuk mendapatkan ikla dan pemasukan. Pada acara komedi
Pesbukers dengan judul Sinetron Kejar-Kejaran tayang ini penulis melihat adanya
pengikutsertaan audience dalam episode ini. Seperti pada gambar dibawah ini :
Dan berikutnya yaitu komodifikasi pekerja. Pekerja merupakan penggerak
kegiatan produksi. Bukan hanya produksi sebenarnya, tapi juga distribusi.
Pemanfaatan tenaga dan pikiran mereka secara optimal dengan cara mengkonstruksi
pikiran mereka tentang bagimana menyenagkannya jika bekerja dalam sebuah
institusi media massa, walaupun dengan upah yang tak seharusnya.
Berikut ini merupakan bagian dari komodifikasi pekerja dalam acara komedi
Pesbukers :
36
5.1. Kekerasan slapstick dan budaya populer
Budaya populer dapat digunakan untuk menjelaskan produksi, artistik, dan
komersial, diciptakan bagi konsumsi massa dan dapat memahami bagian penting dari
publik, bebas dari kontrol standar minoritas, dan pola pikir yang umumnya
disebarkan dan disetujui oleh masyarakat (Nye, 1978:5).
Jadi budaya populer adalah suatu hal yang disukai dan diikuti oleh masyarakat
banyak.
Konsep budaya populer menurut Ariel Heryanto (2012:10) adalah berbagai
tindakan komunikatif yang beredar luas yang disajikan untuk sebagian besar rakyat
“biasa” atau oleh rakyat, atau kombinasi keduanya. Kategori pertama (untuk rakyat)
merujuk pada pesan-pesan yang dikomodifikasi dan diproduksi massal (termasuk
musik, film, dan televisi) serta aktifitas pemaknaan terkait.
Sementara kategori kedua (oleh rakyat) meliputi tindakan komunikastif non-
industrial, yang relatif mandiri, menyebar lewat banyak cara (acara publik, parade,
dan festival). Kelompok yang disebut belakangan ini sering, tapi tidak selalu, bertolak
belakang atau menjadi alternatif atas komoditas hiburan dan gaya hidup yang
diproduksi massal.
Jadi konsep budaya populer menurut saya sebagai peneliti yaitu menciptakan
produk atau acara yang baru dan diikuti oleh lainnya. Dalam hal ini yaitu acara
komedi Pesbukers yang mendapatkan Panasonic Gobel Award 2013, 2014, dan 2015.
Dalam Jurnal Titi Nur Vidyarini yang berjudul “Budaya Populer Dalam
Kemasan Program Televisi” dengan mengambil contoh acara Santai Bareng Yuk
37
(SBY), Ngelenong Yok (Trans TV), tayangan yang berbasis budaya Betawi dengan
pantun, dan SSS (Supermama Seleb Show) adalah sebuah talent show yang
menampilkan artis-artis non penyanyi dengan lomba menyanyi dengan dibantu ibu
kandungnya yang bertindak sebagai manajer. Acara ini pun terdapat guyonan olok-
olokan yang ditampilkan presenter dan komentator (Eko Patrio, Ruben Onsu, dan
Ivan Gunawan). Ungkapan seperti : “Loe pendek banget sih, Madam Ivan yang
segede container, dan jangan gila dong. Dalam acara ini, 85% porsi acara disediakan
untuk olok-olokan. Yang pertama, olok-oloka menjadi sebuah bumbu sebuah acara
dan pelarian dari kejenuha, olok-olokan juga merupakan bagian dari kebudayaan kita.
Nesya (2013) dengan judul Komodifikasi budaya jawa (wayang) dalam
program acara Opera Van Java di Trans 7 dengan menggunakan komodifkasi Vincent
Moscow (komodifikas isi yaitu merubah alur cerita pakem wayang, setting, tokoh,
kostum, dan musik. Komodifikasi audience dengan pengikutsertaan audience untuk
mendapatkan iklan-iklan, dan komodifikasi pekerja dengan membuat acara semenarik
mungkin dari segi kemasan acara dan isi. Hasil dari skripsi ini adalah komodifikasi isi
yang paling dominan dalam tayangan Opera Van Java dengan merubah alur cerita
pakem wayang, setting, tokoh, kostum, dan musik
Dilihat dari budaya populer menurut Fiske dan Ariel Heryanto, maka budaya
populer yang tercipta oleh Pesbukers yaitu kekerasan dalam acara komedi dan
dicontoh acara lain seperti YKS dan Campur-Campur4 yang menimbulkan pro dan
kontra. Pada Detik.com, Manager Produksi Pesbukers Kelly Da Cunha mengatakan,
“banyak penggemar yang keberatan atas sanksi KPI itu, banyak yang berharap
Pesbukers tetap ada melalui Twitter, banyak yang suka program ini dilihat dari
ratingnya”.
4http://www.kpi.go.id/index.php/component/acesearch/search?query=pesbukers&limit=0&order=relev
ance
5http://hot.detik.com/movie/read/2012/07/05/142057/1958445/231/banyak-yang-suka-acara-
pesbukers?hd771104bcj
38
Sedangkan komentar di Kaskus ingin Pesbukers dibubarkan. Berikut adalah
screenshoot komentar dari masyarakat melalui website Kaskus :
Gambar 19
Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/5168129b1ad719605900000e/pesbukers-
lucu-adalah-menghina-dan-ngomong-kasar-gimana-pendapat-agan
Keterangan : Salah satu komentar dari pengguna Kaskus Addict (pangkat untuk
member dengan jumlah post 1000 - 3999) yaitu Khusnindzar. Khusnindzar
mengatakan,”Lelucon yang tidak mendidik, haruskah kita ikuti ? dan kasihan juga
adik-adik kita yang menonton yang akhirnya akan menirukan mereka..karena
kekerasan dan penghinaan dianggap lelucon.
Contoh : Pada Bab 4 Scene 2 adegan 2 Kartika memanggil Rina Nose dengan
panggilan pesek
Gambar 20
39
Keterangan : Olga menyebut raffi sebagai penyanyi karbitan kampungan. Dan
Kartika memanggil Rina Nose dengan panggilan pesek untuk segera masuk ke bagian
permainan tersebut.
Scene 2 adegan 6 : Sapri menyebut Olga seperti piano topeng monyet Olgapun
membalas Sapri seperti botol infusan, dan Sapri menyebut Olga seperti oncom buluk.
Gambar 21
Keterangan : Pada saat Sapri masuk set, Olga menyebut Sapri seperti peniti
kebaya dan Sapri menyebut Olga seperti piano topeng monyet dan Olgapun
membalas Sapri seperti botol infusan, dan Sapri menyebut Olga seperti oncom buluk.
Berikut ini adalah komentar dari Elahp (Kaskuser)
Gambar 22
40
Keterangan : Jd contoh dan tren di masyarakat akibatnya -__-
Lucu: menghina dan ngomong kasar
Skrg mah segala cara dihalalkan untuk terlihat lucu hufh
Bab 4 Scene 1 adegan 1 Tarra menghina Sapri
Gambar 23
Keterangan : Sapri berkata, “Kalau wanita-wanita cantik tidak didampingi
pria tampan itu ngga bakalan berjalan. Tarra berkata, “Tampan dari mana loe?” aaaa
asbak warteg !. lalu Sapri berpantun, “Pohon jati pohon pinang, buahnya dialap-
alapin..kalian pasti senang bisa ketemu langsung Chan Kelvin ” Tarra
berkata,”sesakit-sakitnya Chan Kelvin, ga mungkin kaya elo ! Tarra,”Loe bukan
Chan Kelvin, cantengan loe!.
Scene 2 adegan 2 Kartika memanggil Rina Nose dengan panggilan pesek
Gambar 24
41
Keterangan : Kartika memanggil Rina Nose dengan panggilan pesek untuk
segera masuk ke bagian permainan tersebut.
Scene 2 adegan 6 saling menghina antara Olga dan Sapri, Olga menghina Ibu dari
Indra L. Brugman dan Pampam
Gambar 25 Sumber : youtube.com
Keterangan : Pesbukers memberikan kejutan kepada Indra dengan
mendatangkan Ibunya. Pada saat Ibunya Indra masuk ke set, Olga menyebut Ibunya,
“Indra kedatangan tukang urutnya” dan berkata kepada Ibunya Indra, “ini kebonya ya
?” dengan menunjuk ke arah Pampam. Lalu Sapri masuk ke set dan Olga mulai
menghina Sapri dengan sebutan peniti kebaya, dan Sapri pun membalasnya dengan
piano topeng monyet, Olgapun membalas dengan menyebut botol infusan.
Keterangan diatas menunjukan bahwa adanya komodifikasi isi yaitu kekerasan verbal
dengan hinaan seperti yang ada diatas yang dilakukan oleh Olga (pemain utama)
terhadap Sapri yang tampil hanya sebelum jeda iklan dan djadikan objek kekerasan
verbal dengan pantun dengan muatan hinaan dan kekerasan fsik seperti disemprot
dengan hairspray.
Peneliti melakukan wawancara dengan akademisi, praktisi penyiaran, dan
budayawan. Berikut adalah hasil wawancara mengenai budaya populer dan kekerasan
:
42
Drs. Pamerdi Giri Wiloso. Msi. Phd (14-10-2014), selaku akademisi
mengatakan bahwa:
“Kekerasan bukanlah sebuah budaya popular melainkan membudaya
dikarenakan kekerasan sering dilakukan maka orang-orang sering
menyebutnya membudaya”.
Bonardo Aritonang, S.Sos.(30-09-2014) selaku praktisi penyiaran yang pernah
menjadi mantan produser news tvOne mengakatan bahwa:
”Karena budaya populer itu merupakan budaya tertinggal (rendah) dan
praktik budayanya tidak memenuhi persyaratan budaya tinggi, maka
kekerasan bisa digolongkan sebagai budaya populer”
Didik Indaryanto selaku budayawan Salatiga (04-11-2014) mengatakan
bahwa:
”Sebagai salah satu acara tv pada era sekarang ini suatu hiburan
memang terlebih banyak mendapatkan porsi dari pada berita dan headline new
di setiap stasiun televisi seperti PESBUKERS ataupun YKS menjadi salah satu
hiburan masyarakat yang sangat di idolakan. Kekerasan bukanlah budaya
tetapi kekerasan menjadi membudaya karena kekerasan sudah ada sejak era
90an seperti Srimulat dan sekarang dibawakan dengan kembali oleh Pesbukers
dan YKS. Kekerasan yang dibingkai menjadi lawakan dan canda tawa menjadi
nlai jual dalam acara tersebut
Pada Bab 4, pada bagian Tabel 4.1 halaman 40, menunjukkan bahwa
kekerasan yang mendominasi dalam episode ini yaitu kekerasan verbal sebesar 55 %.
Kekerasan yang lainnya yaitu kekerasan fisik dengan 40 % dan kekerasan psikologis
dengan 5 %
6http://m.kompasiana.com/post/read/627631/1/eros-djarot-acara-yks-dan-pesbukers-di-tv-merusak-
generasi-muda.html
43
Berikut merupakan pendapat dari Eros Djarot Sang Budayawan tentang
Pesbukers dan YKS yaitu Pak Eros Djarot menyorot ditonjolkannya gaya konyol-
konyolan dan cacian kasar para pelakunya, aksi fisik yang kasar sepeti men-toyor
kepala teman, mendorong teman hingga terjatuh, sampai aksi mencaci maki teman
dan melempar bedak hingga masuk ke mulut dan disambut gelak tawa6 seperti yang
terdapat pada bab 4 seperti kekerasan verbal pada Scene 1 adegan 1, scene 2 adegan 2
dan 6, scene 3 adegan 1 – 5, dan scene 4 adegan 1.
Dalam penelitian ini, terfokus kepada komodifikasi isi media. Yang terdapat
pada Pesbukers yaitu komodifikasi isi media dengan menggunakan unsur komedi
slapstick atau candaan yang menggunakan kekerasan fisik dan kekerasan verbal
seperti menghina.
Meskipun tayangan acara komedi Pesbukers mendapatkan protes atau
pengaduan dari masyarakat dan teguran dari KPI, nyatanya acara komedi Pesbukers
tersebut menjadi acara komedi favorit pada Panasonic Gobel Awards tahun 2013 dan
2014.
KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) yaitu lembaga negara yang tugas dan
wewenangnya diatur dalam undang-undang ini sebagai wujud peran serta masyarakat
di bidang penyiaran dan juga berhubungan dengan masyarakat untuk menampung
apresiasi, meneliti, dan protes terhadap suatu tayangan televisi yang tidak sesuai
dengan norma-norma yang ada. Tugas pokok ini dinyatakan dalam Peraturan No.
01/P/KPI/05/2009 tentang Kelembagaan KPI. Ada dua mekanisme dalam
pemantauan isi siaran yaitu pemantauan isi siaran dan penanganan aduan dari
masyarakat. Dari dua hal itulah pihak KPI bisa memberikan sanksi, peringatan, atau
teguran.
Tidak saja melakukan hal tersebut, tetapi juga memberikan persuasi dan
edukasi untuk menerima aspirasi dari masyarakat dan bertujuan untuk memberikan
pemahaman kepada pihak-pihak media tentang isi siaran yang berkualitas7.
7Demi Frekuensi Milik Publik 2012
44
Dalam acara komedi Pesbukers episode Sinetron kejar-kejaran tayang terdapat
kekerasan fisik sebesar 40 %, kekerasan verbal 55 %, dan kekerasan psikologis
sebesar 5 % (pada Bab 4). Dari total scene pada Pesbukers yang berjumlah 4 scene
dan 18 adegan ini mengandung unsur kekerasan verbal sebanyak 11 atau 55 % yaitu
menghina pemain lain seperti jenong, pesek, botol infusan dan lain-lain.
Dalam tayangan Pesbukers versi Kejar-Kejaran Tayang yang paling menonjol
yaitu kekerasan verbal seperti menghina dengan julukan-julukan maupun dari pantun
dari pemain Pesbukers mendominasi dengan jumlah 11 atau 55 %. Dalam tayangan
acara komedi Pesbukers, tidak hanya para pemain inti saja yang melakukan kekerasan
tetapi para bintang tamupun ikut-ikutan melakukan kekerasan terhadap satu sama lain
sesama pemain Pesbukers. Dalam hal ini, Bintang tamu Rina Nose melakukan
kekerasan fisik yaitu menyemprotkan hairspray ke kepala Sapri.
5.2. Slapstick dengan objek pemeran orang marginal
Kaum marjinal adalah orang yang terpinggirkan, yang terlupakan, dan orang
yang tidak dihitung8.
Istilah kaum marjinal ini cocok dengan salah satu pemain Pesbukers yaitu
Sapri. Sapri merupakan pemain tetap tetapi dia hanya muncul pada saat sebelum jeda
iklan dan sebelum acara selesai. Sapri selalu keluar dengan menggunakan kostum
yang aneh atau tidak ada hubungannya dengan judul yang dibawakan Pesbukers.
8http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/07/29/kaum-marjinal-382323.html
45
Berikut ini adalah Sapri dengan kostumnya:
Gambar 26
Setiap kemunculan Sapri selalu memberikan pantun yang isinya menghina
atau menyinggung pemain lain dan para pemain Pesbukers membalas pantun tersebut
dengan pantun yang isinya juga menghina Sapri.
Seperti yang dikatakan Eko Patrio selaku pemilik Komando Production yang
bekerja sama dengan ANTV dalam memproduksi Pesbukers mengatakan bahwa,
“acara ini menggunakan konsep slapstick (mengoles wajah dengan krim hitam,
menaburi dengan bedak). Lelucon seperti itu paling mudah memancing impuls tawa
penonton. Di Pesbukers, gaya ini kadang mengarah menjadi lelucon yang agak banal.
“ Anak muda kadang membutuhkan lawak yang enggak jaim,”kata Eko tentang
model lawak slapstick9.
Setelah berpantun, salah satu pemain Pesbukers dalam setiap episode
Pesbukers selalu menyemprotkan hairspray ke kepala Sapri dan dalam episode ini
yang melakukan hal tersebut yaitu si bintang tamu Rina Nose.
9.http://entertainment.kompas.com/read/2013/04/07/11420985/Pesbukers.Bukan.Lawakan..Melainkan.
Canda
46
Berikut ini merupakan potongan gambar dari Sapri dalam acara komedi
Pesbukers :
Gambar 27 Sumber : youtube.com
Dalam tayangan Pesbukers menampilkan kekerasan seperti kekerasan fisik
dan non fisik (verbal dan psikologis). Hal ini dapat terlihat dalam bagian-bagian
adegan yang menunjukkan adanya kekerasan, seperti menyemprotkan hair spray,
menghina, perkataan yang kurang pantas untuk diucapkan maupun kekerasan fisik
lainnya seperti mendorong yang terdapat pada bab 4.
5.3. Running Teks pada acara Pesbukers
Dalam perkembangan dalam dunia televisi, ada inovasi baru khususnya dalam
hal bentuk penyajian berita. Hampir semua stasiun televisi menayangkan berita dalam
bentuk running text.
Running text adalah penyajian kalimat yang berjalan dari kanan ke kiri dan
biasanya terletak dibagian bawah layar kaca televisi (Wayan Eka Putra selaku
Produser Eksekutif Metro TV) dan fungsi dari Running Text adalah untuk memuat
iklan maupun berita10.
10Otriana Permata Sari, Analisis Wacana Newsticker. 2009.
47
Sedangkan di Pesbukers, running text tidaklah mengandung unsur berita tetapi
beralih fungsi menjadi kirim-kirim salam dari penikmat atau para penggemar
tayangan Pesbukers ataupun sekedar untuk kirim-kirim salam ke keluarga melalui
acara Pesbukers ini.
Berikut merupakan gambar dari Running text Pesbukers dan cara mengirim
salam melalui Running Text di Pesbukers :
Gambar 28
Keterangan : Mau kirim salam-salam & pantun diacara Pesbukers. Caranya
ketik : suara <spasi> ucapan salam kirim ke 9981. Tarif Rp 2000/SMS CS: 021-
25532580
Dibawah ini merupakan salah satu isi dari Running text Pesbukers yang
merupakan kirim-kirim salam dari masyarakat :
48
Gambar 29
Keterangan : Dari (0813571814XXX) – Salam buat keluarga besar Banjarwaru
Cilacap. Dari Darmen