bab pengantar isi pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu blbi (bantuan likuidasi...

412

Upload: trinhkhanh

Post on 02-May-2019

328 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin
Page 2: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Skandal BLBI:

Ramai-ramai

Merampok Negara

Marwan Batubara

Kwik Kian Gie

Dr. Frans Hendra Winarta, SH., MH.

Dr. Ahmad Erani Yustika

Dr. M. Fadhil Hasan

Dr. Hendri Saparini

Aviliani

Page 3: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

© Hak cipta dilindungi Undang-undangDilarang memperbanyak sebagian atau keseluruhan isi buku ini

tanpa seizin penerbit

Page 4: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Skandal BLBI:

Ramai-ramai

Merampok Negara

Marwan Batubara, dkk

Penerbit

Haekal Media CenterJanuari 2008

Page 5: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Judul Buku:

Penulis:

Penyusun Naskah:

Wahyutama, Shalihan Edwar

M. Ikrar Dinata, Deni Wigunadi

Penyunting Naskah:

Wahyutama, Shalihan Edwar

Gumanti

Tata letak isi:

Shalihan Edwar

Desain Cover:

Tim Haekal Media Center

Penerbit:

Haekal Media Center

HP. 0816 23 0065, 0856 9765 3043

E-mail:

Cetakan Kedua, Maret 2008

ISBN: 978-979-15667-5-9

Skandal BLBI:

Ramai-ramai Merampok Negara

Marwan Batubara, dkk

[email protected]

Page 6: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Sri-Edi Swasono (Guru Besar Fakultas Ekonomi UI)

Rakyat telah menggugat, rakyat mulai mendesak, pemerintah punbergeming terhadap skandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan tentang adanya upayapihak-pihak tertentu yang menghalangi pemerintah memberantas korupsi.

Skandal BLBI adalah kasus penjarahan Indonesia, merampok rakyat,meleceh negara, suatu persekongkolan luar biasa sepanjang sejarahperbankan modern antara oknum-oknum pemerintahan yang menjadikoruptor dengan para koruptor yang mendikte pejabat pemerintah. Inimerupakan kejahatan akbar di dunia perbankan yang tidak ada duanya didunia.

Skandal BLBI dapat kita kategorikan sebagai suatu konspirasi global,dengan sasaran untuk melumpuhkan Indonesia agarselanjutnya mempermudah penaklukkan teritorial dan pengurasan kekayaanIndonesia. Skenario pelumpuhan ini adalah awal dari upaya brutal untukmenciptakan ketergantungan dan ketertundukan.

(disempowering)

Kata

Pengantar

vii

Page 7: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Mengapa skenario global sejahat ini dapat berjalan begitu lancar? Adamacam-macam jawaban dan penjelasan. Di dalam pengantar ini tidaksemuanya dapat dikemukakan. Namun yang paling pokok adalah hilangnyapatriotisme, nasionalisme, dan rasa berdaulat dari kepemimpinan nasionalkita dan tentu pula bersamaan dengan itu adalah mengganasnya globalisme-imperialisme masing-masing dengan derivat-derivatnya. Satu sama lainsaling berkaitan dan saling menumbuhkan sinergisme kemalapetakaan.

Pemerintahan negara yang nepotistik, yangmengabaikan meritokrasi dan tuntutan profesionalisme

merupakan awal segala malapetaka. Orang-orang medioker punbisa masuk ke dalam pemerintah dan menikmati kewenangan dan kekuasaansiap pakai. Dari sinilah kecerdikan dan kelicikan globalisme-imperialistikmemperoleh peluang lebih besar untuk melaksanakan skenario perampokandan penjarahan.

Dari dimensi lain, berkaitan dengan kejahatan akbar di atas, barangkalimenyangkut pula persistensi budaya minder bangsa bekas rakyat terjajah ini,yang sebagiannya cenderung untuk mudah dirayu dan dipecah-belah, makajadilah itu. Belahan adalah mereka yang kurang memiliki percaya diri,lalu mengundang kembalinya penjajahan baru, yang yang masabodoh terhadap masa depan bangsa dan negara, yang di masa disebutsebagai kelompok Belahan adalah mereka yang teguhcita-cita, tetap bertahan dalam mempertahankan kemerdekaan dankedaulatan nasional, demi kebebasan, kebesaran dan kejayaan bangsa dannegaranya, yang kita kenal sebagai kelompok nasionalis

Dengan latar belakang aneka absurditas di atas, yang bukan misteri atauilusi fiktif, maka terbentuklah ketertundukan birokrasi (barangkali jugaketertaklukkan) untuk melaksanakan perintah orang yang ditakuti (IMF),ibarat kerbau dicocok hidung. Mengawali serangkaian kebijakan bunuh diri

adalah sikap yang dengan serta merta melaksanakanperintah IMF untuk melikuidasi 16 bank tanpa persiapan dan pertimbanganmatang tentang segala akibatnya pada awal November 1997, semata-matakarena merasa tak berdaulat lagi, lalu menerima begitu saja hasil evaluasi danrekomendasi IMF/LoI 31 Oktober 1997.

adigang-adigung-adiguna

the right man in the

right place

pertama

hanging-loose,

doeloe

Co (NICA). yang lain

doeloe Republikein.

(series of suicidal policy)

***

viii

Page 8: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

IMF jelas tidak berpengalaman dengan psikologi dan alam pikiranmasyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kebijaksanaan melikuidasi 16 bankitu, yang oleh IMF semula diharapkan dapat memulihkan kepercayaanmasyarakat terhadap perbankan, pastilah meleset. Akibatnya malahandirespon oleh masyarakat secara sebaliknya. Masyarakat justru makin ragu,makin dirongrong oleh lalu makin melakukan penarikandan pengalihan dana secara besar-besaran.

Perbankan Indonesia, yang lebih mengenal dan sangat berpengalamanmenangani psikologi masyarakat Indonesia, mestinya berani menolak saranIMF ini. Namun keminderan terhadap IMF membuat para otoritas moneterkita mudah tunduk dan takluk sebagai

Evaluasi dan rekomendasi IMF ternyata tidak saja keliru, tetapi malahmerupakan penyulut bagi makin meluasnya ketidakseimbangan antarapenarikan dan penerimaan perbankan. Makin banyak, bahkannyaris menyeluruh, terjadi saldo debet negatif pada giro-giro mereka diBank Indonesia.

Presiden Soeharto terperangkap pada skenario logis sebab-akibat ini,diteror secara sistematis untuk lebih terjerumus. Dengan kenyataan kausalterjadinya pembengkakan saldo debet di perbankan, maka pada tanggal 12Desember 1997, Presiden Soeharto menyetujui Bank Indonesia menempuhkebijakan pengganti saldo debet bank-bank dengan SBPUK (SuratBerharga Pasar Uang Khusus) supaya tidak terjadi lagi likuidasi bank.

Namun, sebagaimana bisa diduga dari pengalaman-pengalamanperbankan Indonesia masa lalu yang ringkih terhadap spekulasi danketidakpastian, krisis justru makin memuncak, saldo debet makin meluasdan berkelanjutan. Istana Negara makin terteror, tergiring ke arah jurangpelumpuhan kegiatan ekonomi, meskipun harapan yang ada cukup rasional,yaitu untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada perbankan. Parapembantu Presiden tiarap, membiarkan Presiden tergencet dalamkesendirian.

Dalam situasi krisis itu maka dikucurkanlah mekanisme kliringbaru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkankeputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin Presiden

uncertainties, (rush)

(bank-run)

the “yes man”.

(mismatch)

mismatch

***

ix

Page 9: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Soeharto, sebagai dana talangan pemerintah lewat Bank Indonesia untukperbankan yang bersaldo debet.

Tahap pertama BLBI (3 September 1997 29 Juni 1999) ditetapkansebesar Rp 144,536 triliun (kemudian membengkak menjadi Rp 164,536triliun).

Pada tanggal 15 Januari 1998, kita semua melihat Camdessusbersilang-tangan di dada, disertai sikap congkak seorang mandor mengawasiPresiden Soeharto menandatangani LoI. Presiden Soeharto mestinya takseharusnya semacam itu, mestinya tidak dibiarkan terterorsedahsyat itu, mengingat Prof. Widjojo Nitisastro berada tidak jauh berdiridi situ.

Kelanjutan dari LoI itu adalah Keputusan Presiden No. 26/1998tentang jaminan pemerintah untuk membayar seluruh kewajibanperbankan, sebesar Rp 57,779 triliun, suatu program penjaminan yangacapkali disebut sebagai Pemerintah melakukanpenjaminan melewati dana talangan dari Bank Indonesia yang kemudian kitakenal dengan BLBI tahap kedua. Malapetaka yang besar mulai dari sini,ibarat Lucifer turun ke bumi menyebar serba menggelembungdan fiktif.

Kemudian, sebagai tindak lanjutnya, pemerintah pun mendirikanBPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) berdasar KeputusanPresiden No. 27/1998 untuk mengalihkan program penjaminan. BPPNgagal total, suatu badan korup penuh dengan persekongkolan bisnis makelarjahat.

Maka lengkaplah skenario penjerumusan, suatu skenariountuk menumbuhkan dependensi Indonesia kepada kekuatan asing,khususnya kepada IMF, yaitu tatkala pemerintahan bangsa ini menurut sajaterhadap ide obligasi rekap (BLBI tahap ketiga) dan rekayasa MSAA

. MSAA di samping tidak masuk akal dantidak adil terhadap negara, juga sangat bertentangan dengan sistem hukumIndonesia, antara lain yang berkaitan dengan yangmengabaikan supremasi hukum publik (pidana) terhadap hukum privat(perdata). Seperti dikatakan oleh Kwik Kian Gie berkali-kali dalam berbagai

ketika MSAA dimintakan dari Kantornya KartiniMulyadi/Fred Tumbuan dan opini mereka menyatakan bahwa MSAA

sedekap

off-guarded

blanket guarantee.

moral hazards,

disempowerment

(Master

Settlement of Acquisition Agreement)

release and discharge

fora, draft legal opinion

x

Page 10: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

melanggar sistem hukum Indonesia khususnya UU Perbankan, ahli hukumberkebangsaan AS, yang diperkirakan suruhan IMF, dengan congkaknyabilang suatu arogansi tiada tara.

MSAA menginjak-injak UU Perbankan dan banyak menteri termasukMenteri Keuangan dan Menko, bahkan Presiden, ikut menginjak-injak UUPerbankan. Presiden menerbitkan SKL atas dasar MSAA. Sementara ituDPR-MPR ibaratnya mengamini semuanya ini. Lebih memalukan lagi,ketika dibuat perjanjian (MSAA) antara obligor berkewarganegaraanIndonesia dengan pemerintah Indonesia, perjanjian itu dibuat dalam bahasaInggris, bukan dalam bahasa nasional. Lagi-lagi, di sinilah, di dalampemerintahan kita, absurditas bertemu dengan mediokritas.

Pengantar saya ini hanyalah mempertegas betapa (maaf) mediokernyapara otoritas moneter kita yang telah dengan mudah terdikte oleh resep-resep keliru IMF dalam penanganan krisis moneter. Dengan resep-resepIMF itu justru krisis malahan memuncak, padahal secara teoretis kitamestinya cukup paham dan andal untuk menolak, bahkan bisa dengan tegasmenuding dan memprotes kekonyolan dan ”kenorakan” teori-teori IMF,yang kami sebut sebagai Kami memproteskeras, protes ini disusun oleh (yaitu Oppusunggu,Hartojo Wignjowijoto, Amin Aryoso, Dimyati Hartono, FaridPrawiranegara, Arie Suta, Ichsanuddin Noorsy, dan saya sendiri, Sri-EdiSwasono), setelah ditandatangani oleh sejumlah banyak anggota DPR, kamikirimkan kepada Mr. Horst Koehler (IMF Chairman of Executive Board)dan Mr. D. Wolfensohn (President of the World Bank) pada pertengahantahun 2001, dengan tembusan kepada Bank Indonesia, Menteri Keuangan,DPR, dan lain-lain.

Resep-resep IMF untuk Indonesia bukan saja berdasar teori-teorikonvensional ortodoks yang menjerumuskan, yang serba generik yang tidakakan cocok untuk Indonesia, tetapi sangat tegas terarah kepadakepentingan IMF sendiri. Bantuan dana IMF yang disertai pendiktean-pendiktean bukan diarahkan kepada efektivitaspembiayaan pembangunan, tetapi untuk perbaikan neraca pembayaran danpengamanan rutinitas pembayaran utang luar negeri Indonesia.

”...Then you change your law...”, in optima forma

fallacious orthodox macro-economics.

the ”Eight Musketeers”

local specifics

(forceful instructions)

***

***

xi

Page 11: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Saudara Marwan Batubara selalu konsisten dengan sikap patriotik dannasionalistiknya. Tahun lalu dengan keras ia menentang ”asingisasi”, iamelawan melalui berbagai khususnya melalui bukunya

menggambarkan ketertekuklututan kita pada tekanan asing,menyerahkan peluang emas anak cucu kita kepada EXXON

Sekarang para kelompok termasuk di sini Sdr. MarwanBatubara dan kawan-kawannya, sekali lagi memberikan data dan informasitentang betapa jahatnya penjarahan, perampokan, serta konspirasi parapenyamun BLBI terhadap kelangsungan hidup bangsa ini dan terhadapgenerasi mendatang, melalui buku ini. Konspirasi global untukmelumpuhkan dan menguasai perekonomian Indonesia sebenarnya tidakakan berhasil bila tidak didukung oleh konspirator-konspirator Indonesia,oleh orang-orang kelompok baru yang dengan suka cita menjadikomprador atau kaki tangan asing, yang atau lengahmisi, ataupun barangkali memang benar-benar medioker.

Saya ingin Saudara Marwan dan teman-temannya perlu menitikemungkinan untuk melakukan operasi darurat, antara lain:mengupayakan ”membekukan” dana curian (BLBI) yang disembunyikan diperbankan luar negeri. Ini tidak mudah, sikap luar negeri pun tidak memihakIndonesia. Saya bisa pertemukan dengan para profesional kenalansaya untuk melacak dana curian itu sebagaimana mereka telah berhasilmelacak dan menemukan dana haram Presiden Ferdinand Marcos. Bila danacurian itu tidak dapat ditarik, maka diatur agar dapat ”dibekukan”. Jumlahyang sama yang ”dibekukan” itu membuka jalan bagi negara untuk dapatmencetak uang baru sejumlah yang sama. bunga obligasi rekap yangharus dibayar negara seharusnya segera dihentikan saja, paling tidak segeraditurunkan nya bertahap-tahap dan menjadi nol dalam waktu singkat,sehingga negara bebas dari beban rekaannya sendiri.

Bila baru-baru ini kita baca besar-besaran di surat-surat kabar seperti antara lain, ”Interpelasi BLBI: Awas DPR DibeliKonglomerat Hitam”, dan ”Hanya Dari Satu Obligor BLBI NegaraDirugikan Rp 100 Triliun Lebih”, dan seterusnya dan seterusnya, hanyalahlagu lama yang sejak dulu kita pekikkan dan sekarang diteriakkan ulang olehtokoh-tokoh DPR yang bangun kesiangan.

fora, Tragedi dan Ironi

Blok Cepu,

.

Republikein,

Co

ideologically disempowered

pertama,

tracers

Kedua,

rate-

headlines front pages

xii

Page 12: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Saya menyambut hadirnya buku yang ditulis Saudara Marwan Batubaradkk ini dengan gembira, moga-moga buku ini bisa memberi pencerahankepada banyak kalangan yang selama ini tidak menyadari adanya skenariopelumpuhan nasional terhadap Indonesia.

Saya pun menyambut baik sikap Presiden SBY yang terang-teranganmenyatakan (dua hari yang lalu) tentang adanya upaya pihak-pihak tertentuyang menghalangi pemerintah untuk mencuci piring kotor setelah ramai”berpesta BLBI” dan Presiden nampak bertekad maju terus membersihkanyang kotor-kotor itu.

akarta, 30 November 2007

Sri-Edi Swasono

J

xiii

Page 13: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin
Page 14: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Marwan Batubara (Anggota DPD RI Provinsi DKI Jakarta)

Pengantar

Penulis

Ketika skandal BLBI kembali diangkat ke permukaan, mungkinsebagian orang akan mempertanyakan mengapa catatan hitam Indonesia dimasa krisis tersebut kembali diungkit. Apa relevansinya? Apakahbermanfaat menguak kembali berkas-berkas korupsi masa lalu untukkepentingan masa sekarang? Tidakkah lebih baik kasus tersebut dikubur danditerima saja sebagai ongkos krisis, meskipun sangat mahal harganya,sehingga kita dapat memfokuskan diri pada agenda-agenda perbaikanekonomi di masa depan?

Jawabannya jelas: karena selain penyelesaiannya sarat dengan rekayasadan KKN, kasus BLBI juga memiliki dampak yang sangat luas padaperekonomian bangsa saat ini dan bahkan hingga beberapa waktu ke depan.Demikian besarnya kerusakan yang diakibatkan skandal BLBI, hinggabebannya harus ditanggung seluruh rakyat Indonesia berupa pembayaranutang dalam APBN setiap tahunnya yang diperkirakan baru berakhir padasekitar tahun 2033. Jumlah minimal utang yang harus dibayar tersebutmencapai Rp 630 triliun (berupa BLBI sebesar Rp 144,5 triliun, tambahanBLBI Rp 14,47 triliun, program penjaminan Rp 39,3 triliun, dan obligasi

xv

Page 15: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

rekap Rp 431,6 triliun) . Bahkan, dalam skenario terburuk (seperti misalnyajika pemerintah terus melakukan penjadwalan ulang terhadap utang-utangtersebut), beban yang harus dibayar dapat mencapai Rp 2.000 triliun.

Membengkaknya jumlah utang negara itu sendiri terutama diakibatkanoleh kebijakan pengucuran obligasi rekapitalisasi (OR) perbankan, yang taklain merupakan upaya lanjutan penyelamatan dan penyehatan bank-banknasional di saat krisis setelah kebijakan BLBI. Total dana yang dikucurkandalam kebijakan ini mencapai sekitar Rp 431 triliun, yang disuntikkanpemerintah melalui penerbitan obligasi (surat utang). Karena diberikandalam bentuk obligasi, maka jumlah dana yang harus dibayarkan pemerintahpun menjadi jauh lebih besar, sebagai akibat tambahan bunga obligasi yangharus dibayarkan (yang nilainya bahkan lebih besar dari nilai pokoknya, yaitupaling tidak sekitar Rp 600 triliun, dengan cicilan sekitar Rp 40-50 triliun tiaptahunnya).

Beban pembayaran utang yang fantastis tersebut pada akhirnyaberujung pada minimnya kemampuan APBN dalam mengongkosi berbagaikebutuhan negara. Berbagai pos pengeluaran terpaksa harus dipangkasuntuk menyesuaikan diri dengan kondisi keuangan APBN yang pas-pasan.Sasaran paling mudah untuk penghematan tersebut, lagi-lagi adalah rakyat.Anggaran berbagai pos kesejahteraan sosial, seperti pendidikan, kesehatan,subsidi listrik, dan BBM harus ditekan semaksimal mungkin agar tidakmengganggu kemampuan negara dalam membayar utang.

Minimnya anggaran negara juga memaksa pemerintah setiap tahunnyaharus menjual sejumlah aset untuk menutup defisit anggaran. Padahal,penjualan berbagai aset ini pun umumnya tidak menghasilkan keuntunganmaksimal, karena harga jualnya yang jauh di bawah pasar. Hal ini sendirimemang sesuatu yang sulit dihindarkan, mengingat penjualan aset-aset

1

1Menurut perhitungan tim interpelator BLBI, jumlah dana yang dikeluarkan

pemerintah untuk rangkaian program penyehatan perbankan adalah sebesarminimal Rp 702,5 triliun yang terdiri dari BLBI senilai Rp 144,5 triliun, obligasirekap Rp 425,5 triliun, program penjaminan Rp 73,8 triliun, dana talangan Rp 4,9triliun, dan dana rekening 502 Rp 53,8 triliun. Sedangkan, berdasarkan jawabanPresiden atas interpelasi BLBI, total biaya penyehatan perbankan selama periode1997-2004 adalah sebesar Rp 640,9 triliun yang terdiri dari BLBI Rp 144,5 triliun,program penjaminan Rp 53,8 triliun, penjaminan Bank Exim Rp 20 triliun, danprogram rekapitalisasi Rp 422,6 triliun.

xvi

Page 16: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

negara tersebut umumnya dilakukan untuk mengejar target penerimaannegara dalam waktu yang relatif singkat. Obral aset pun menjadi pilihanyang paling mudah untuk diambil pemerintah.

Penjualan aset-aset negara ini bahkan memiliki dampak yang lebihburuk dalam jangka panjang. Patut diingat, bahwa aset-aset negaramerupakan penyumbang rutin bagi pemasukan negara dalam APBN.Sehingga, dengan dijualnya aset-aset tersebut, maka negara sesungguhnyajuga kehilangan potensi penerimaannya di masa mendatang .Sumber penerimaan negara setiap tahunnya akan berkurang. Dengandemikian, Indonesia akan semakin terjebak dalam lilitan paceklik ekonomi,karena himpitan beban utang yang harus dibayar di satu sisi bertemu denganterlucutinya sumber-sumber penerimaan negara di sisi yang lain.

Berbagai situasi sulit ini merupakan warisan segelintir orang di masa laluyang melakukan KKN dan secara sembrono menyimpangkan ratusan triliunrupiah uang negara dalam skandal BLBI. Karena itu, sangat wajar jika pihak-p i h a k y a n g t e r l i b a t d a l a m s k a n d a l B L B I d i m i n t a k a npertanggungjawabannya atas kesalahan yang mereka lakukan, baik secaraperdata dengan mengembalikan uang negara yang telah mereka kuras,maupun secara pidana dengan menjalani hukuman yang sepantasnya, sesuaidengan hukum yang berlaku.

Ironisnya, penyelesaian kasus ini tidak pernah dapat dilakukan secaratuntas, meskipun telah melalui empat periode pemerintahan (Habibie, GusDur, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono). Masing-masingpemerintahan justru mengeluarkan kebijakan kontroversial yangmerendahkan supremasi hukum dan mencederai rasa keadilan masyarakat.Misalnya saja, pemerintahan Habibie yang memulai pola penyelesaian kasusBLBI melalui (penyelesaian di luar jalur pengadilan),pemerintahan Megawati yang menerbitkan Inpres No. 8 Tahun 2002tentang yang memberi ampunan penuh bagi obligor, danpemerintahan SBY yang menjanjikan pemberian

Kini, pemerintahan SBY dikabarkan tengah berupaya melakukanpenuntasan skandal BLBI dengan mengusut kembali kasus sejumlahobligor. Dua nama yang kerap disebut adalah Soedono Salim dan Sjamsul

(future earning)

out of court settlement

release and discharge

Surat Keterangan Penyelesaian

Kewajiban (SKPK) bagi obligor yang melunasi utangnya (sehingga akan

mengesampingkan kasus pidana yang dilakukannya).

xvii

Page 17: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Nursalim. Kasus keduanya memang melibatkan jumlah uang yang sangatbesar, yaitu masing-masing Rp 52 triliun dan Rp 27 triliun. Keduanya diusutterkait dugaan penggelembungan nilai aset yang mereka serahkan ke BPPNsebagai pelunasan utang-utang mereka. Penggelembungan nilai aset inimenyebabkan tingkat pengembalian uang negara dari penyelesaian kasusBLBI menjadi sangat rendah.

Langkah pemerintah yang melakukan pengusutan terhadap kasus keduaobligor besar BLBI tersebut tentu layak didukung. Meski demikian, kitaberharap penyelesaian kasus BLBI kali ini dapat dilakukan berdasarkanhukum secara serius, tuntas, dan benar-benar berjalan adil. Kita tidakmenginginkan pemerintah kembali mengulang kesalahan pada masa-masasebelumnya, yaitu ketika pemerintah tidak bersikap tegas dan justru terusmenerus mengakomodasi kepentingan obligor, bahkan dengan melanggarketentuan hukum yang berlaku sekalipun.

Selain itu, pemerintah juga harus menyelesaikan kasus-kasus obligorlain yang hingga kini belum jelas statusnya. Terakhir (saat tulisan inidisusun), terdapat delapan obligor yang masih belum menyelesaikankewajibannya, dengan nilai total kewajiban sebesar Rp 2,54 triliun (menurutperhitungan Depkeu, disamping sejumlah Rp 9,36 triliun yang dinyatakantak akan terbayar/ ). Dari kedelapan obligor tersebut, satu orangdiantaranya (Agus Anwar), bahkan buron ke Singapura dan telah bergantikewarganegaraan. Sangat disayangkan, pada kenyataannya sikap pemerintahterhadap delapan obligor ini tidak tegas, setidaknya hingga tulisan inidisusun.

Dalam kaitan itu, buku ini sesungguhnya merupakan wujud daridan protes kami terhadap penanganan kasus BLBI selama ini

yang tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Dengan banyaknya uangnegara yang telah terhamburkan, pemerintah tidak dengan tegas menindakkoruptor BLBI dan melakukan penegakan hukum. Para pengemplang BLBIjustru menikmati berbagai kemudahan hingga sebagian mereka kini telahkembali bertengger sebagai orang-orang terkaya di Indonesia.

Untuk itu, melalui buku ini kami berupaya menyusun rangkaianperistiwa di seputar skandal BLBI dan proses penyelesaiannya dalam sebuah

Terlebih, kita juga tidak ingin

penyelesaian kasus ini justru dijerumuskan dalam perangkap ketidakpastian hukum

sehingga menjadi sarana permainan para politisi untuk mengeruk keuntungan pribadi.

default

ketidakpuasan

xviii

Page 18: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

kerangka yang diharapkan cukup memadai agar peristiwa ini dapat lebihmudah dimaknai, dan dengan demikian juga dapat secara lugas disikapi.

Atas tersusunnya buku ini, kami sampaikan ucapan terima kasih danpenghargaan setinggi-tingginya kepada para kontributor yang telahmenyumbangkan pikirannya: Bapak Kwik Kian Gie, Dr. Frans HendraWinarta, S.H., M.H., Dr. Fadhil Hasan, Dr. Ahmad Erani Yustika, Dr.Hendri Saparini, dan Ibu Aviliani. Ucapan terima kasih sebesar-besarnyajuga kami sampaikan kepada Prof. Dr. Sri-Edi Swasono yang telah berkenanmemberikan kata pengantarnya untuk buku ini. Kami beruntung, dalamkesibukan mereka yang luar biasa, para intelektual lintas generasi ini masihbersedia meluangkan waktunya untuk berpartisipasi dalam penyusunanbuku ini.

Tak lupa, juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Faisal Ba'asyiratas diskusi dan masukan yang diberikan serta Badan Pemeriksa KeuanganRI (BPK RI) yang telah menyediakan data-data yang sangat kami perlukanuntuk penulisan buku ini. Ucapan yang sama kami tujukan kepada SaudaraDjoko Retnadi atas kesediaannya memberi penjelasan seputar kebijakanobligasi rekapitalisasi dalam beberapa kesempatan.

Kami juga menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepadasejumlah sahabat yang telah konsisten melakukan advokasi skandal BLBI,seperti antara lain Adnan Topan Husodo dari Indonesia Corruption Watch(ICW), Patra M. Zen (YLBHI), Munarman (Tim Pembela Muslim/ TPM),Chandra T. Wijaya dan Bagus Satrianto (Iluni UI Jakarta) dan Ismed HasanPutro (Masyarakat Profesional Madani/ MPM).

Harapan kami, buku ini dapat bermanfaat dalam memberi pemahamankepada masyarakat luas tentang duduk persoalan BLBI dan implikasi-implikasi yang diakibatkannya. Termasuk pula bagi rekan-rekan di DPD RI,khususnya di PAH IV (bidang APBN dan tindak lanjut hasil audit BPK)tempat dimana kami bertugas. Meskipun, tentu saja terdapat banyakkekurangan dalam buku ini, mengingat pengetahuan kami yang terbatas,disamping kompleksnya permasalahan BLBI itu sendiri.

Akhirnya, melalui buku ini, kami berharap dapat menggugah kesadaranberbagai pihak atas masih terus berlangsungnya ketidakadilan demiketidakadilan dalam penyelesaian kasus BLBI, sehingga kita bertanggungjawab untuk melakukan segala upaya sesuai dengan kemampuan, untuk

xix

Page 19: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

meluruskan berbagai kesalahan tersebut. Pemerintah dan DPR punbertanggung jawab untuk mengoreksi berbagai keputusan yang salah terkaitkasus ini. Termasuk diantaranya adalah meluruskan kebijakan obligasi rekap(OR), dengan menghentikan pembayaran bunganya yang selama ini telahmenjadi beban APBN setiap tahun.

Kepada masyarakat, kami menghimbau partisipasi Anda dalamberbagai gerakan dan aksi untuk mendesak dituntaskannya penyelesaiankasus BLBI.

Jakarta, 2 Januari 2008

Marwan Batubara

Kepada pemerintah dan para penyelenggara negara, kami menuntut

Anda untuk segera menuntaskan penyelesaian kasus BLBI yang sudah berlangsung

selama satu dekade ini secara konsisten, menjunjung tinggi supremasi hukum, dan

berkeadilan.

xx

Page 20: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Daftar Isi

Kata Pengantar

Pengantar Penulis

Daftar Isi

BAB 1

Definisi dan Pengertian BLBI

BAB 2

Latar Belakang dan Kronologi Skandal BLBI

BAB 3

Korupsi dan Penyelewengan BLBI

......................................................................................x

Sri-Edi Swasono...............................................................................................vii

...............................................................................................1

............................................................................................13

............................................................................................25

v

.......................................................................................................xxi

Marwan Batubara

Marwan Batubara

Marwan Batubara

xxi

Page 21: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

BAB 4

Inkonsistensi Penegakan Hukum dalam Kasus BLBI

BAB 5

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan

Mengabaikan Hukum

BAB 6

Inpres No. 8/2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan

BAB 7

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap

Uang Rakyat

BAB 8

Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?

BAB 9

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI

BAB 10

Peran BI dan BPPN dalam Skandal BLBI

BAB 11

Peran IMF dalam Kasus BLBI

BAB 12

BLBI: Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi

Marwan Batubara

Marwan Batubara

Marwan Batubara

Marwan Batubara

Marwan Batubara

Marwan Batubara

Marwan Batubara

Marwan Batubara

Marwan Batubara

............................................................................................49

............................................................................................61

............................................................................................99

..........................................................................................119

..........................................................................................157

..........................................................................................175

..........................................................................................223

..........................................................................................243

......................................................................................... 261

xxii

Page 22: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

BAB 13

Ikhtisar tentang Penghancuran Keuangan Negara

BAB 14

MSAA dan Drama Penerbitan R & D

BAB 15

Kilas Balik Krisis Moneter, Penyimpangan BLBI, dan

Kejanggalan MSAA

BAB 16

Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI

BAB 17

Penyelesaian BLBI: Menebus Ketidakadilan dan Membayar

Kerugian

BAB 18

Mengupayakan Penyelesaian BLBI dan Obligasi Rekap Bank

dengan Pemerintah

Penutup

Rakyat Menggugat Skandal BLBI

Referensi

Tentang Penulis

“Political Will”

Kwik Kian Gie

Kwik Kian Gie

Frans Hendra Winarta ...................................................................................

Ahmad Erani Yustika dan M. Fadhil Hasan

Hendri Saparini

Aviliani

Marwan Batubara

....................................................................................................375

........................................................................................385

................................................................................................299

................................................................................................303

307

...................................................313

..............................................................................................331

...........................................................................................................343

..........................................................................................351

xxiii

Page 23: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin
Page 24: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 1

DEFINISI DANPENGERTIAN BLBI

Marwan Batubara

Setelah lebih dari satu dekade berlalu dan melewati empat erapemerintahan, kasus korupsi BLBI hingga kini tidak kunjung terselesaikansecara tuntas. Padahal, kasus yang melibatkan persekongkolan jahat antarapengusaha, banyak pihak penyelenggara pemerintahan, dan IMF ini, telahmerugikan negara setidaknya Rp 138,4 triliun (jumlah penyimpangan dalampenyaluran BLBI menurut audit BPK). Angka ini belum lagimemperhitungkan kerugian dari kebijakan pengucuran obligasirekapitalisasi perbankan yang memakan biaya sekitar Rp 431 triliun(ditambah dengan bunga obligasi rekap sekitar Rp 600 triliun yang angkanyamasih terus bertambah seiring dengan penundaan pembayaran utang yangdilakukan pemerintah). Akibat penyimpangan dan korupsi pada berbagairangkaian kebijakan tersebut, negara dan rakyat harus menanggung bebancicilan pembayaran utang dalam APBN, yang bunganya saja dapat mencapaiRp 50 triliun per tahun.

Namun, sebelum memasuki pembahasan lebih lanjut, kita perlu terlebihdahulu membahas beberapa pengertian dasar tentang apa yang disebut

Definisi dan Pengertian BLBI 1/

Page 25: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

sebagai BLBI, agar dapat memahami letak permasalahan kasus ini denganlebih baik.

Mantan Gubernur Bank Indonesia Prof. Dr. Soedradjad Djiwandonopada sebuah tulisannya mendefinisikan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia(BLBI) sebagai fasilitas yang diberikan BI untuk menjaga kestabilan sistempembayaran dan sektor perbankan agar tidak terganggu karenaketidakseimbangan antara penerimaan dan penarikan dana padabank-bank baik jangka pendek maupun panjang (Soedradjad Djiwandono,

, www.pacific.net.id).

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami dua hal pokok sebagaiberikut. Pertama, BLBI merupakan sebuah fasilitas khusus yang diberikanBI kepada pihak perbankan. Kedua, pemberian BLBI dimaksudkan untukmenanggulangi masalah yang dihadapi perbankan akibat adanyaketidakseimbangan antara dana yang diterima dengan kewajibanpembayaran yang harus dikeluarkannya.

Menurut Soedradjad, bantuan likuiditas dari BI kepada pihakperbankan sebenarnya sudah berlangsung sejak lama. Namun, istilah BLBIbaru dipergunakan secara khusus sejak 1998 untuk merujuk pada bantuanlikuiditas yang diberikan BI kepada pihak perbankan di saat terjadinya krisismoneter dan krisis ekonomi di Indonesia. Istilah BLBI sendiri diambil dariistilah , yang dipergunakan dalam (LoI) antaraIMF dengan pemerintah Indonesia dan dinyatakan sebagai bagian dariprogram pemulihan ekonomi.

Soedradjad juga menyatakan, BLBI dibedakan dengan fasilitas BIlainnya seperti KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) berdasarkan aspektujuan pengucurannya. Jika BLBI ditujukan untuk mengatasi kondisilikuiditas perbankan dalam situasi krisis, maka KLBI ditujukan untukmembantu perbankan dalam menyukseskan program-programpembangunan ekonomi yang dicanangkan pemerintah sepertipembangunan rumah sederhana, peningkatan hasil pertanian, mendorongpertumbuhan UKM, dan sebagainya.

Definisi BLBI

(mismatch)

“Permasalahan BLBI”

liquidity supports letter of intent

2 Definisi dan Pengertian BLBI/

Page 26: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Terdapat lima jenis fasilitas perbankan yang digolongkan sebagai BLBI,yaitu antara lain:

1. Fasilitas dalam rangka mempertahankan kestabilan sistem pembayaranyang bisa terganggu karena adanya mismatch atau kesenjangan antarapenerimaan dan penarikan dana perbankan.

2. Fasilitas dalam rangka operasi pasar terbuka sejalan dengan programmoneter (Surat Berharga Pasar Uang/SBPU) lelang dan bilateral

3. Fasilitas dalam rangka penyehatan bank atau kredit likuiditas daruratdan kredit subordinasi

4. Fasilitas untuk mempertahankan kestabilan sistem perbankan dansistem pembayaran sehubungan dengan terjadinya rush dalam bentukpenarikan cadangan wajib (Giro Wajib Minimum/GWM) atau adanyasaldo negatif (saldo debet atau overdraft) bank di BI.

5. Fasilitas untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat padaperbankan dalam bentuk dana talangan untuk membayar kewajiban luarnegeri bank dan untuk pelaksanaan sistem penjaminan.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, secara sederhana dapat dinyatakan,BLBI adalah bantuan pinjaman dana yang diberikan BI kepada sejumlahbank yang mengalami krisis likuiditas atau krisis persediaan uang saatterjadinya krisis moneter pada tahun 1997. Bantuan dana itu terutamadisalurkan melalui mekanisme yang disebut dengan kliring, yaitu penalanganyang dilakukan BI terhadap pembayaran kewajiban-kewajiban bank yangtidak mampu melunasi kewajibannya. Dengan demikian, melaluipengucuran BLBI, bank-bank dibantu untuk dapat memenuhi kewajiban-kewajiban pembayarannya kepada pihak ketiga, khususnya nasabah.

Seperti diketahui, pada saat krisis moneter, terjadi aksi ataupenarikan uang besar-besaran oleh masyarakat yang membuat persediaanlikuiditas bank terkuras. Kondisi tersebut membuat bank kesulitan dalammembayar dana nasabah-nasabahnya, sehingga membutuhkan bantuan dariBI. Jadi, pengucuran BLBI terutama ditujukan untuk menjamin pembayarandana nasabah oleh bank yang bersangkutan. Dengan penjaminan tersebut,diharapkan masyarakat dapat pulih kepercayaannya kepada perbankan.

Pengucuran BLBI juga merupakan implementasi dari salah satu langkahketahanan ekonomi nasional yang diputuskan dalam Rapat Kabinet pada

rush

3

Definisi dan Pengertian BLBI 3/

Page 27: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

September 1997 .di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto Langkahketahanan ekonomi nasional yang dimaksud adalah keputusan bahwa:

Bank-bank nasional yang sehat namun mengalami kesulitanlikuiditas untuk sementara akan dibantu.

Bank-bank yang secara nyata tidak sehat diupayakanpenggabungan atau akuisisi dengan bank-bank lain yang sehat. Jikaupaya itu tidak berhasil, akan dilikuidasi sesuai dengan peraturanperundangan yang berlaku dengan mengamankan semaksimalmungkin kepentingan para deposan, terutama deposan kecil.

Seperti telah disinggung sebelumnya, dana BLBI dikucurkan kepadapihak perbankan dalam sebuah mekanisme yang disebut kliring. Kliringadalah proses yang menunjukkan posisi tagihan dan kewajiban yang dimilikisetiap bank kepada bank lainnya. Proses kliring umumnya dilakukan setiaphari di lembaga penyelenggara kliring, yaitu BI atau bank lain yang ditunjukBI. Melalui kliring, bank-bank ditetapkan posisi hak dan kewajibannya(menerima pembayaran dan sebaliknya melakukan pembayaran) padaperiode tersebut.

Ketika terjadi krisis, karena mengalami penarikan dana besar-besaranoleh nasabah, posisi pembayaran sejumlah bank yang mengikuti proseskliring menunjukkan kedudukan negatif. Artinya, jumlah kewajiban yangharus dibayarkan lebih besar daripada jumlah pembayaran yang diterima.Dinyatakan, bank tersebut mengalami kalah kliring.

Dalam kegiatan kliring yang dilaksanakan BI, suatu bank tidak dapatmenolak penarikan dana nasabah dan kreditur lainnya, meskipun dana yangada pada rekening giro bank tersebut tidak mencukupi lagi. Karena itu, jikahasil penghitungan kliring (disebut sebagai ) suatu bank menunjukkanmereka telah kalah kliring, maka mereka harus mencari sumber pendanaanuntuk menutupi kekurangan tersebut.

Pada awalnya, sumber pendanaan diperoleh dari dana simpanan bankitu sendiri atau pinjaman yang diperoleh dari bank lain (yang biasanyamemberlakukan bunga sangat tinggi). Ketika kedua sumber pinjaman ini

Bentuk-bentuk Fasilitas BLBI

netting

4 Definisi dan Pengertian BLBI/

Page 28: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

tidak mencukupi, maka kekurangan pembayaran akan diambil dari rekeninggiro mereka di BI.

Jika penarikan rekening giro di BI terus berlanjut, maka bank tersebutakan sampai pada tahap penyusutan Giro Wajib Minimum (GWM) merekadi BI, yaitu jumlah dana simpanan wajib mereka di BI. Saat krisis, rekeninggiro sejumlah bank terus ditarik hingga GWM yang mereka miliki pun telahberada pada posisi negatif . Di saat itulah, pemberian fasilitasberupa BLBI diberikan BI. Dengan demikian, bentuk-bentuk fasilitas BLBIdapat diuraikan sebagai berikut:

Seperti telah dinyatakan di atas, bank yang mengalami kalah kliring padaakhirnya dapat menyebabkan rekening giro mereka di BI berada pada posisinegatif. Hal ini dinamakan sebagai saldo debet atau . Sesuai denganketentuan, jika suatu bank telah mengalami saldo debet, maka bank tersebutsudah tidak bisa lagi mengikuti proses kliring kecuali ia menutupkekurangannya sebelum kliring hari berikutnya dimulai. Jika tidak, banktersebut dinyatakan diskors (dihentikan sementara) keikutsertaannyasebagai peserta kliring.

Namun, ketika krisis, pada kenyataannya Direksi BI tidak memberisanksi skors terhadap sejumlah bank yang mengalami saldo debet denganberbagai pertimbangan. Sejumlah bank tersebut diizinkan untukmelanjutkan proses kliring hingga beberapa waktu berikutnya, sementarakewajiban-kewajibannya dibayarkan oleh BI dengan menggunakan danatalangan. Fasilitas inilah yang dinamakan sebagai fasilitas saldo debet danmerupakan salah satu bentuk fasilitas BLBI yang diberikan BI.

Pada intinya, fasilitas diskonto (fasdis) merupakan pembelian suratberharga berupa promes (promes dan aset bank untuk Fasdis II) oleh BI daribank-bank yang mengalami saldo debet. Hal ini dilakukan untukmengkonversi (menukar) saldo debet bank di BI ke dalam bentuk yang lebihmemberikan jaminan dan ikatan hukum. Sesuai dengan ketentuan BI,jumlah maksimum fasdis yang diberikan kepada bank adalah sebesar 3%-5%dari dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dikumpulkan bank tersebut.Namun, dalam perkembangannya, penetapan jumlah maksimum fasdis

(overdraft)

overdraft

1. Saldo Debet

2. Fasilitas Diskonto I & II (Fasdis I & II)

Definisi dan Pengertian BLBI 5/

Page 29: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

akhirnya diserahkan kepada Direksi BI, yang nilainya sebesar saldo debetbank yang bersangkutan di BI, meskipun nilainya jauh di atas standar yangditetapkan.

Meskipun pemberian fasdis bertujuan untuk menghilangkan saldodebet, pada akhirnya tagihan BI kembali dibebankan ke dalam rekening girobank di BI (bank tetap bersaldo debet), karena hingga jangka waktu yangditentukan bank tidak juga mampu melunasi fasdis yang diperolehnya.Ironisnya, jaminan yang telah diambil BI ternyata juga dikembalikan kepadapemilik bank.

Tidak jauh berbeda dengan fasdis, fasilitas ini juga bertujuan untukmenghapus saldo debet bank-bank di BI. FSBPUK adalah pembelianpromes nasabah bank-bank yang bersaldo debet oleh BI, dengan perjanjianbank tersebut wajib membeli membeli kembali promes nasabah itu dalamjangka waktu yang ditentukan atau saat jatuh tempo. Pembelian promesnasabah harus disertai dengan jaminan tambahan senilai 50% dari FSBPUKyang diberikan.

Dalam praktiknya, fasilitas ini juga mengalami banyak penyimpangan.Antara lain, BI ternyata tidak memberi sanksi pembatalan FSBPUK atasbank-bank yang tidak menyerahkan promes nasabah dan jaminantambahan. BI justru menyetujui penggantian promes nasabah cukupdengan atau tanpa didahului denganpenilaian yang layak.

New fasdis merupakan pengulangan dari pemberian fasdis-fasdissebelumnya, sehingga tidak memiliki banyak perbedaan secara substansi,yaitu pembelian promes bank oleh BI beserta jaminan-jaminannya.Bedanya, new fasdis memiliki jangka waktu pengembalian yang lebihpanjang.

FSD sebenarnya adalah pengikatan hukum atas pemberian fasilitassaldo debet yang telah dilakukan sebelumnya. FSD mengikat saldo debetbank-bank dengan Akta Pengakuan Hutang (APH) dan Akta PengakuanHutang dengan Jaminan (APHJ). FSD diberikan untuk mengkonversi saldo

3. Fasilitas Surat Berharga Pasar Uang Khusus (FSBPUK)

4. New Fasilitas Diskonto (New Fasdis)

5. Fasilitas Saldo Debet (FSD)

personal guarantee corporate guarantee

6 Definisi dan Pengertian BLBI/

Page 30: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

debet bank-bank di BI dalam kurun waktu 31 Desember 1997 s.d. 31 Juli1998.

Penyimpangan yang terjadi dalam pemberian fasilitas ini antara lainadalah tidak diberikannya sanksi yang tegas terhadap bank-bank yang tidakmenyerahkan jaminan aset untuk memperoleh fasilitas ini. Selain itu,sebagian besar bank juga ternyata menggunakan aset yang pernahdijaminkan untuk fasilitas BLBI lainnya sebagai jaminan untuk memperolehfasilitas ini.

Sampai hak tagih BLBI dialihkan ke pemerintah, sebagian besar FSDbelum dilunasi perbankan.

Fasilitas ini terdiri dari dua jenis, yaitu Dana Talangan Rupiah (DTR)dan Dana Talangan Valas (DTV).

DTR diberikan BI kepada 16 bank yang dilikuidasi pemerintah (BankDalam Likuidasi/BDL) sebagai bentuk penalangan atas dana nasabah yangdisimpan di bank tersebut. Jangka waktu pengembalian DTR ditetapkanselama 1 tahun, bunganya senilai 0%, dan pengembalian kredit diambil daripenjualan aset-aset BDL. Fasilitas ini pun tak lepas dari penyimpangan.Antara lain, jumlah dana talangan yang disalurkan BI ternyata melebihikebutuhan sebenarnya (karena daftar nominatif atau daftar kebutuhan danatalangan yang dibuat tidak akurat), dan hanya sebagian kecil DTR yangdilunasi hingga waktu pengembalian yang ditetapkan jatuh tempo.

Sementara itu, DTV diberikan sebagai pelaksanaanpada tanggal 4 Juni 1998, yaitu kesepakatan pemerintah dengan komiteperbankan internasional untuk menalangi utang-utang pihak swasta dalamnegeri (termasuk bank-bank dalam negeri) kepada pihak perbankan luarnegeri.

Seperti juga DTR, DTV sarat dengan sejumlah penyimpangan, antaralain BI menalangi semua kewajiban luar negeri yang dilaporkan banktermasuk kewajiban yang tidak layak ditalangi, tidak adanya prosedurverifikasi dan konfirmasi yang memadai sebelum pembayaran DTVdilaksanakan, tidak dilakukannya pengikatan hukum atas sebagianpembayaran DTV, dan tidak dipersiapkannya prosedur pengendalian yang

6. Fasilitas Dana Talangan

Frankfurt Agreement

Definisi dan Pengertian BLBI 7/

Page 31: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

layak atas penggunaan DTV oleh bank dalam negeri (debitur) danpengembalian DTV ( ) oleh bank luar negeri (kreditur).

Meskipun kasus BLBI secara khusus lebih sering dirujuk pada jumlahdana BLBI yang dialihkan hak tagihnya dari BI kepada pemerintah (melaluiBadan Penyehatan Perbankan Nasional/BPPN) pada tanggal 29 Januari1999 sejumlah Rp 144,5 triliun, kasus BLBI sesungguhnya melibatkan angkayang lebih besar dan berlangsung dalam beberapa tahap.

Tahap pertama, adalah pengucuran dana kepada 54 bank nasional yangdilakukan pada kurun waktu krisis (yaitu sekitar bulan September 1997setelah Rapat Kabinet yang dipimpin oleh Soeharto memutuskan untukmemberi dana bantuan BLBI kepada pihak perbankan) hingga 29 Januari1999 (posisi terakhir saat hak tagih BLBI dialihkan BI kepada BPPN).Meskipun, jika dirunut lebih jauh, pengucuran BLBI tahap pertama inisebenarnya telah dilakukan sejak sekitar tahun 1996 saat BI mulai memberidispensasi bagi bank-bank yang telah bersaldo debet untuk terus mengikutikliring. Beberapa bank yang menerima dispensasi itu antara lain Bank ArthaPrima, Bank Harapan Sentosa, Bank Pacific, dan Bank Asta (SukowaluyoMintorahardjo, ,Jakarta: RESI, 2001). Nilai uang yang dikucurkan pada tahap awal inisejumlah Rp 144,536 triliun.

Awalnya, jumlah dana BLBI yang dikucurkan pada tahap satu inidiperhitungkan sejumlah Rp 164,54 triliun. Namun, saat terjadi pengalihanhak tagih BLBI dari BI kepada pemerintah melalui BPPN pada 29 Januari1999, dinyatakan sejumlah Rp 20 triliun diperhitungkan menjadi penyertaanmodal pemerintah pada PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero),sehingga jumlah yang dialihkan menjadi sebesar Rp 144,5 triliun. Jumlah Rp144,5 triliun itu terdiri atas surat utang pemerintah kepada BI pada 25September 1998 sebesar Rp 80 triliun dan surat utang pemerintah pada 8Februari 1999 senilai Rp 64,536 triliun.

Penerima kucuran dana BLBI tahap satu ini antara lain SyamsulNursalim (BDNI) Rp 37,04 triliun, Soedono Salim atau Liem Sioe Liong(BCA) Rp 26,596 triliun, Usman Admajaya (Bank Danamon) Rp 23,050

refund

BLBI Simalakama: Pertaruhan Kekuasaan Presiden Soeharto

Beberapa Tahap Pengucuran BLBI dan Jumlahnya

8 Definisi dan Pengertian BLBI/

Page 32: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

triliun, Bob Hasan (BUN) Rp 12,068 triliun, dan Hendra Rahardja (BHS) Rp3,866 triliun.

Tahap kedua, terjadi pada kurun waktu Februari 1999 hingga Mei 1999.Hal ini terjadi karena BI ternyata masih mengucurkan dana BLBI kepadapihak perbankan setelah pengalihan hak tagih BLBI dari BI ke BPPN.Penyaluran BLBI diberikan dalam bentuk fasilitas saldo debet kepadasejumlah bank, baik yang berstatus BDP (Bank Dalam Penyehatan) maupunberstatus non BDP. BI beralasan, penyaluran BLBI itu dilakukan karenaprogram penyelamatan bank-bank saat itu belum selesai dilaksanakan.Sementara itu, pemerintah sendiri belum dapat menyediakan dana. Karenaitulah, kebijakan penyaluran tambahan BLBI akhirnya dilakukan oleh BI.Jumlah tambahan BLBI ini adalah sebesar Rp 14,447 triliun (sesuai denganperhitungan penyaluran BLBI pada tanggal 29 Januari 1999 hingga 14 Mei1999).

Tahap selanjutnya dalam pengucuran BLBI adalah melalui programpenjaminan perbankan yang disebut dengan Programpenjaminan perbankan dilaksanakan berdasarkan Keppres No. 26 Tahun1998 tentang Jaminan terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum.Program ini terutama dimaksudkan untuk memulihkan kepercayaan publikterhadap perbankan yang saat itu sedang terpuruk, yang ditandai denganderasnya pada sejumlah bank. Melalui program ini, pemerintahmenjamin pembayaran dana nasabah yang terdapat pada sejumlah bank,berapapun jumlahnya.

Dalam rangka menyediakan dana untuk program penjaminan tersebut,pada tanggal 28 Mei 1999, pemerintah menerbitkan Surat Utang Pemerintah(SUP) bernomor SU-004/MK/1999 sebesar Rp 53,779 triliun (sepertiterlihat, dana untuk program penjaminan perbankan baru dapat disediakanpemerintah lebih dari setahun setelah kebijakan itu dikeluarkan). Darijumlah itu, kemudian ditetapkan bahwa dana yang digunakan untukprogram penjaminan adalah sebesar Rp 39,322 triliun, sedangkan sisanyasebesar Rp 14,447 triliun digunakan untuk mengambil alih hak tagihtambahan BLBI dari BI (sempat terjadi kontroversi karena pemerintah padaawalnya tidak bersedia menerima pengalihan hak tagih tambahan BLBItersebut dari BI). Sehingga, jumlah BLBI yang dikucurkan untuk tahappenjaminan perbankan ini adalah Rp 39,322 triliun.

blanket guarantee.

rush

Definisi dan Pengertian BLBI 9/

Page 33: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Setelah tiga tahap penyaluran BLBI tersebut, suntikan dana ke pihakperbankanWalaupun dinyatakan terpisah dengan kasus BLBI, namun pada hakikatnyaprogram ini merupakan kelanjutan dari pengucuran BLBI, sebagai bagiantak terpisahkan dari rangkaian kebijakan penyelamatan perbankan di saatkrisis. Bank-bank yang mengikuti program ini pun, sebagian besarnyamerupakan bank-bank yang sebelumnya telah menerima dana BLBI.

Dalam hal jumlah uang negara yang dikeluarkan, program rekapitalisasiperbankan bahkan menghabiskan uang yang jauh lebih besar. Untukprogram ini, pemerintah menyuntikkan dana berupa obligasi atau suratutang (dikenal dengan ) sekitar Rp 431,6 triliunkepada pihak perbankan. Penerbitan obligasi dilakukan karena pemerintahtidak memiliki dana tunai untuk menyetorkan modal dalam bentuk uangkepada bank-bank rekap. Namun akibatnya, pemerintah harus menyisihkandana setiap tahunnya dari APBN untuk membayar pokok dan bungaobligasi rekap kepada perbankan.

Ditambah dengan bunga yang harus dibayarkan, jumlah total uang yangharus dikeluarkan pemerintah dalam program ini paling sedikit mencapainilai Rp 1.031 triliun. Jumlah ini akan kian membengkak jika pemerintahmelakukan pengunduran jadwal atas pembayaran pokok maupun bungaobligasi tersebut. Dalam skenario yang paling buruk, nilai total obligasirekap yang harus dibayarkan pemerintah mencapai Rp 2.000 triliun.

Pengucuran obligasi rekap sendiri merupakan implementasi darirekomendasi IMF untuk meningkatkan rasio pemodalan bank-banknasional (dikenal dengan istilah /CAR) hingga di atasangka 8% pada tahun 2001. Peningkatan modal itu dinyatakan diperlukanuntuk menstabilkan kondisi perbankan nasional. Dengan modal yangcukup, bank dapat menjamin kemampuannya dalam membayar kewajiban-kewajibannya, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap perbankankembali pulih.

Pada kenyataannya, pengucuran obligasi rekap memang berdampakpada peningkatan kinerja beberapa bank penerimanya. Hal ini terutamakarena bank-bank tersebut memperoleh pendapatan rutin dari pembayaranbunga obligasi rekap yang diberikan pemerintah. Namun, yang perlu dicatat,laba yang diperoleh pihak perbankan itu harus dibayar mahal oleh seluruh

dilanjutkan melalui program rekapitalisasi perbankan.

obligasi rekapitalisasi/OR

capital adequacy ratio

10 Definisi dan Pengertian BLBI/

Page 34: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

rakyat Indonesia melalui beban pembayaran obligasi rekap tiap tahunnyadalam APBN.

Ada 3 kategori utama bank-bank peserta Program RekapitalisasiPerbankan untuk menerima obligasi rekap, berdasarkan jenis sertakepemilikan bank tersebut, yaitu:

Bank Umum, diantaranya PT. Bank Lippo Tbk., PT. Bank InternasionalIndonesia Tbk., PT. Bank Bali Tbk., PT. Bank Umum Koperasi Indonesia,PT. Bank Universal Tbk., PT. Bank Prima Express, PT. Bank Arta Media,PT. Bank Patriot, PT. Bank Central Asia, PT. Bank Danamon IndonesiaTbk., PT. Bank Tiara Asia Tbk., PT. Bank PDFCI Tbk. and PT. Bank NiagaTbk.;

Bank BUMN, diantaranya PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.,PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT. Bank Tabungan Negara(Persero) Tbk., and PT. Bank Mandiri.;

Bank Pembangunan Daerah, di antaranya BPD Daerah Istimewa Aceh,BPD Sumatera Utara, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD DaerahKhusus Ibukota Jakarta, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPDKalimantan Barat, BPD Sulawesi Utara, BPD Maluku, BPD Nusa TenggaraBarat and BPD Nusa Tenggara Timur.

Persoalan lebih serius muncul ketika bank-bank yang telah menerimakucuran obligasi rekap dari pemerintah tersebut kemudian satu demi satudijual dengan harga yang jauh di bawah nilai asetnya. Hal ini terjadi karenapada saat dilaksanakan divestasi atau penjualan atas bank-bank rekap, bankyang bersangkutan masih memiliki obligasi rekap dalaminvestasinya, yang nilainya berlipat-lipat lebih besar dibanding hargapenjualannya. Contoh paling fenomenal dalam hal ini adalah kasuspenjualan 51% saham BCA yang memiliki tagihan obligasi rekap senilai Rp60,9 triliun dengan harga hanya Rp 5,3 triliun saja.

portofolio

Definisi dan Pengertian BLBI 11/

Page 35: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin
Page 36: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 2

LATAR BELAKANGDAN KRONOLOGISKANDAL BLBI

Marwan Batubara

Latar Belakang : Krisis Ekonomi 1997

Kebijakan pengucuran BLBI oleh pemerintah tak dapat dilepaskan darikondisi krisis ekonomi yang secara cepat menjalar ke berbagai sektorperekonomian di Indonesia saat itu, khususnya sektor perbankan.

Krisis bermula dari krisis ekonomi yang secara umum terjadi padanegara-negara Asia di tahun 1997. Diawali dengan terpukulnya nilai rupiahterhadap dolar, menyusul jatuhnya nilai Baht di Thailand. Baht yang selama10 tahun terakhir diperdagangkan dengan nilai 25 per dolar, dalam waktusemalam saja mendadak merosot nilainya hingga 25%. Hal ini memicu aksispekulan mata uang untuk menyebar dan menghantam Malaysia, Korea,Filipina, dan Indonesia.

Begitu besarnya kontribusi aksi spekulan terhadap krisis, sehinggadinyatakan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 di sejumlah wilayah

Latar Belakang dan Kronologi Skandal BLBI 13/

Page 37: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Asia berakar pada terdepresiasinya nilai mata uang lokal (rupiah untuk kasusIndonesia) terhadap dolar sebagai akibat dari permainan para spekulan.

Selain aksi spekulan, penyebaran krisis juga terjadi sebagai akibat dari. Yaitu dampak keterkaitan perdagangan antar negara,

dimana devaluasi di suatu negara (dalam hal ini Thailand) akan berimbaspada dagangnya (negara-negara Asia lainnya, termasuk Indonesia).Imbas tersebut akan kian kuat jika kedua negara memiliki fondasi ekonomiyang sama-sama rapuh, seperti halnya Indonesia dan Thailand.

Ironisnya, meskipun bermula di Thailand, pada akhirnya Indonesiamerupakan negara yang paling parah mengalami dampak krisis. Tercatat,pasar modal jatuh lebih dari 80% dan nilai tukar rupiah merosot 75%terhadap dolar.

Mengatasi hal itu, Bank Indonesia lalu melakukan sejumlah upaya untukmeredam gejolak rupiah. Diantara langkah-langkah yang dilakukan BI saatitu adalah meningkatkan intervensi terhadap nilai tukar rupiah, menaikkansuku bunga, dan menghentikan sementara transaksi surat berharga pasaruang (SBPU). Melalui berbagai langkah itu, BI berupaya mengetatkanlikuiditas (membatasi jumlah uang beredar), sehingga nilai rupiah dapatdistabilkan.

Namun, sejumlah kebijakan moneter pemerintah tersebut justrumengakibatkan krisis semakin menjadi. Pelebaran rentang intervensiterhadap nilai tukar rupiah, misalnya, ternyata sama sekali tidak berhasilmenstabilkan nilai tukar rupiah. Padahal, kebijakan tersebut menguras habiscadangan devisa dalam waktu singkat. Dalam waktu tiga hari saja selamaintervensi dilakukan (11 Juli14 Juli 1997), negara harus menggelontorkandana US$ 500 juta untuk membantu posisi nilai tukar rupiah denganmembanjiri pasar uang dengan dolar.

Akhirnya, ketika rupiah terus tertekan, BI pun menyerah danmemutuskan untuk mengambil kebijakan kurs mengambang(menghentikan intervensi terhadap nilai tukar rupiah). Hal ini membuatkepercayaan investor jatuh, dan menarik modalnya dari pasar modal danpasar mata uang.

Sementara itu, kebijakan pemerintah menaikkan tingkat suku bunga BI,diikuti dengan melonjaknya suku bunga antar bank secara drastis dari

spillover (trade linkages)

partner

14 Latar Belakang dan Kronologi Skandal BLBI/

Page 38: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

semula berada pada kisaran 16%-17% menjadi 100%. Suku bunga antarbank bahkan sempat mencapai angka 300% pada 22 Agustus 1997. Hal inimembuat bank mengalami kelangkaan likuiditas (persediaan uang) yangkemudian semakin membuat kondisi perbankan pada kondisi kritis.

Kesulitan likuiditas yang dialami perbankan memaksa bank untukmenghimpun dana masyarakat melalui peningkatan suku bunga deposito.Tetapi, kenaikan suku bunga deposito ini juga menyebabkan naiknya sukubunga pinjaman. Akibatnya, kredit bermasalah atau punbertambah karena sejumlah kreditor tidak sanggup membayar utang-utangnya.

Kesulitan likuiditas juga membuat banyak bank melanggar ketentuanGiro Wajib Minimum (GWM) di Bank Indonesia. GWM merupakan danacadangan yang wajib disetorkan setiap bank ke BI agar dapat mengikutikliring, yang jumlah minimumnya ditetapkan sebesar 5% (hal ini meningkatdari sebelumnya 3%).

Kelangkaan likuiditas mengakibatkan banyak bank mengalami kalahkliring atau saldo rekening gironya di BI berada dalam posisi debet/minus.Berita mengenai kalah kliring sejumlah bank ini, ditambah dengan rumor-rumor lain seperti bank yang rugi dalam transaksi valas dan larinya beberapabankir ke luar negeri, memicu keresahan masyarakat atas kondisi perbankandan akhirnya mengakibatkan terjadinya (penarikan uang dari banksecara serentak). Apalagi, kemudian pemerintah melakukan likuidasi atas 16bank nasional, sehingga membuat keresahan masyarakat kian meluas.

Dalam situasi kritis itulah, kebijakan untuk mengucurkan BLBI secarabesar-besaran diputuskan pemerintah. Program ini dimaksudkan untukmembantu bank-bank yang sehat namun mengalami kesulitan likuiditas.Melalui hal itu, diharapkan kondisi perbankan nasional yang tengah kritisdapat diselamatkan. Meskipun, pada kenyataannya, BLBI ternyata jugadikucurkan kepada bank-bank yang terbukti tidak sehat. Hal ini akhirnyamenimbulkan pertanyaan tentang maksud sesungguhnya di balikpengucuran BLBI, yang dicurigai hanya sebagai bentuk penyelamatankekayaan keluarga penguasa.

non performing loan

rush

Latar Belakang dan Kronologi Skandal BLBI 15/

Page 39: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kronologi Peristiwa Skandal BLBI

Selanjutnya, secara kronologis, pengucuran BLBI dan praktik korupsiyang terdapat di dalamnya, terjadi melalui tahapan-tahapan peristiwa sebagaiberikut.

Rangkaian krisis dimulai dengan terjadinya gejolak moneter, yaitumerosotnya secara tajam kepercayaan terhadap rupiah. Menyikapi hal ini, BImemperluas rentang intervensi kurs dari Rp 192 (8%) menjadi Rp 304(12%). BI juga melakukan pengetatan likuiditas dan menaikkan suku bungaSBI dari 6% menjadi 14%. Pemerintah pun kemudian terus memperketatlikuiditas dengan menghentikan untuk sementara pembelian SBPU daribank-bank.

Pemerintah melepaskan intervensi terhadap dolar dengan menerapkansistem mengambang ( ), sehingga nilai rupiah mengambangbebas ( ). Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan devisa yangterkuras akibat dikucurkannya dolar dalam tindakan intervensi kurs yangdilakukan sebelumnya. Dolar melonjak drastis, sehingga terjadi kepanikandan gerakan pembelian dolar dalam jumlah besar.

Pemerintah akhirya mengambil kebijakan moneter sangat ketat. Danayayasan milik pemerintah dan BUMN dialihkan ke SBI. BI menaikkan sukubunga menjadi sebesar 30% (jangka waktu 1 bulan) dan 28% (jangka waktu 3bulan). SBI Repo, fasdis, KLBI, dan fasilitas-fasilitas BI lainnya jugadihentikan sementara.

Saldo debet bank-bank selanjutnya meningkat drastis, sehingga merekameminta kebijakan pelonggaran likuiditas dari BI. Hal ini pada gilirannyamembuat BI melonggarkan penyaluran BLBI. Direksi BI juga menyetujuibeberapa bank bersaldo debet untuk melakukan penarikan tunai (BankHarapan Sentosa, Bank Nasional, Bank Nusa).

Tingkat bunga di pasar uang melonjak drastis, seperti misalnya tingkatbunga pinjaman antar bank ( ) meningkat hingga 100%.

Investor, terutama luar negeri, melakukan aksi jual saham sehinggamenyebabkan IHSG anjlok. Para juga menarik dana mereka.

Juli 1997

Agustus 1997

managed floating

free floating

overnight

fund managers

16 Latar Belakang dan Kronologi Skandal BLBI/

Page 40: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

September 1997

Oktober 1997

November 1997

Pada tanggal 3 September, Presiden Soeharto memimpin rapat kabinetyang menyetujui pengucuran BLBI untuk menolong permodalan bank-bank yang sedang kritis.

Pemerintah mulai melonggarkan likuiditas, ditandai denganditurunkannya suku bunga SBI sebanyak 3 kali.

Beredar rumor di masyarakat tentang bank-bank kalah kliring, transaksivalas merugi, larinya beberapa bankir ke luar negeri, dan bahkan penculikanpemilik bank. Kondisi-kondisi ini praktis membuat masyarakat panik dankehilangan kepercayaan terhadap bank. Akibatnya, terjadi besar-besaran. Hal ini membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan pengucuranBLBI untuk memadamkan (setelah rapat kabinet yang dipimpinlangsung Presiden pada 3 September 1997).

Dalam kondisi perekonomian yang kian terpuruk, pemerintah akhirnyameminta bantuan kepada IMF. Pada tanggal 30 Oktober 1997, LoIpemerintah dengan IMF ditandatangani (pemerintah diwakili MenkeuMar'ie Muhammad dan Gubernur BI Soedradjad Djiwandono). Denganpenandatanganan ini, pemerintah sepakat untuk mengikatkan diri padasyarat-syarat ketat yang diberlakukan IMF.

Inti dari kesepakatan dengan IMF mencakup agenda-agenda sepertirestrukturisasi perbankan, restrukturisasi perekonomian, pengetatanlikuiditas, serta menaikkan tingkat suku bunga. Salah satu kesepakatan yangmenonjol adalah rencana penutupan 16 bank nasional.

Pada saat itu beredar selebaran gelap tentang bank-bank yang akanditutup. Akibatnya, kembali terjadi .

Pada tanggal 1 November, 16 bank dilikuidasi berdasarkan SK MenteriKeuangan No. Peng 86/1997. Kepercayaan terhadap bank semakinmerosot, kembali terjadi besar-besaran. Beredar pula rumor tentangbank-bank yang akan dilikuidasi tahap kedua. Bank-bank akhirnya memintabantuan fasilitas BI sebagai .

rush

rush

rush

rush

the lender of the last resort

Latar Belakang dan Kronologi Skandal BLBI 17/

Page 41: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kemudian terjadi . BLBI meningkat karena terus terjadi.Akibatnya jumlah bank yang bersaldo negatif bertambah banyak.

Terjadi perombakan Direksi BI (4 orang diberhentikan), diangkatdirektur baru (Miranda Gultom dan Aulia Pohan). Sementara itu, dan

terus meningkat.

Pada pekan awal Desember, BI kemudian mempersiapkan kebijakanuntuk menukar saldo debet bank-bank di BI yang kian membengkak denganpemberian fasilitas SBPUK. Misalnya Bank Danamon, disetujui untukmemperoleh SBPUK senilai Rp 6 triliun.

Kebijakan pemberian SBPUK kepada beberapa bank akhirnya disetujuiPresiden pada 27 Desember 1997. Hal ini dilakukan untuk menjaga agartidak banyak bank-bank yang bersaldo debet semakin kekurangan likuiditaspada akhir tahun 1997.

Sehingga, pada bulan ini terjadi lonjakan penyaluran BLBI dalamjumlah yang signifikan, hingga mencapai Rp 66 triliun. Pada waktubersamaan, terjadi pula lonjakan harga dolar yang sudah menembus Rp5.000 per dolar. Angka ini terus melonjak hingga mencapai Rp 15.000 perdolar pada Januari 1998.

Jadi terlihat ada kaitan antara terjadinya yang menggunakan danaBLBI, dengan kenaikan dolar. Terindikasi, dana BLBI yang di- , justrudigunakan untuk membeli dolar.

Pada bulan ini pemerintah mengumumkan RAPBN 1998 yang antaralain mengasumsikan kurs rupiah Rp 4.000 per dollar, inflasi 9%, sertapertumbuhan ekonomi sebesar 4%. Namun, RAPBN ini tidak mendapatkepercayan pasar.

(Lol) antara pemerintah dengan IMF ditandangani pTidak seperti sebelumnya, kali ini untuk pertama

kalinya Presiden Soeharto sendiri yang menandatangani LoI, disaksikanoleh Michael Camdesus di kediaman Soeharto di Cendana. Hal ini jugamengundang pertanyaan tentang keretakan hubungan Soeharto denganMenteri Keuangan dan Gubernur BI (sebagai buntut dari pencabutan izin

capital flight rush

rush

capital flight

rush

rush

Letter of intent

Desember 1997

Januari 1998

adatanggal 15 Januari.

18 Latar Belakang dan Kronologi Skandal BLBI/

Page 42: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

16 bank). Presiden Soeharto kemudian membentuk Dewan Pemantapandan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan (DPKEK), sehingga memegangsendiri kendali perekonomian nasional. Muncul juga gagasan tentangpemberlakuan (CBS).

Pada 22 Januari, nilai dolar mencapai Rp 17.000 per dolar. Sementaraitu, (L/C) perbankan nasional di luar negeri ditolak. TermasukL/C untuk impor bahan-bahan baku dan barang-barang modal berorientasiekspor. Hal ini membuat sektor riil macet. Kondisi perbankan nasional punmemburuk dan kebutuhan likuiditas meningkat.

Selanjutnya, pada tanggal 26 Januari, pemerintah mengeluarkanKeppres No.26/1998 tentang program Penjaminan Pemerintah untukmengatasi krisis kepercayaan terhadap perbankan. Intinya Keppres inimenyatakan bahwa pemerintah memutuskan untuk menjamin seluruhkewajiban pembayaran bank umum kepada para pemilik simpanan dankrediturnya. Keputusan ini juga didorong oleh kenyataan tingginyapenarikan dana masyarakat dari perbankan saat itu.

BPPN melalui Keppres No. 27 tahun 1998 yang bertugas melakukanpenagihan utang kepada pihak obligor. Dengan demikian, penyelesaiankewajiban BLBI dialihkan dari BI ke BPPN.

Pada saat yang hampir bersamaan, pemerintah juga membentuk TimPenanggulangan Masalah Utang-Utang Swasta (TPMSUI) yang diketuaiRadius Prawiro. Tim mengumumkan pilihan bebas dalam pembayaranutang luar negeri. Debitur yang sanggup membayar dipersilakan jalan terus.Sedangkan, bagi debitur yang tidak mampu, pemerintah akan mencarikanjalan keluar melalui negosiasi dengan kreditur. Di kemudian hari,pemerintah akhirnya menanggung pembayaran debitur yang tak mampubayar melalui fasilitas BLBI yang dinamai dana talangan valas (DTV). Dalamkaitan itu, pada tanggal 15 Januari, Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmitamemerintahkan BI untuk membayar L/C bank swasta senilai US$ 900 jutaberdasarkan .

Menteri Keuangan Mar'ie Muhammad memberikan persetujuan ataspembayaran penuh simpanan dana pihak ketiga yang ada di 16 bank yang

currency board system

letter of credit

Frankfurt Agreement

,

Sebagai wujud dari pelaksanaan program penjaminan, dibentuk

Februari 1998

Latar Belakang dan Kronologi Skandal BLBI 19/

Page 43: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dilikuidasi. Sebelumnya, terjadi pemecatan atas Gubernur BI SoedradjadDjiwandono dan Boediono. Posisi Soedradjad kemudian digantikan SjahrilSabirin.

BI menaikkan suku bunga SBI dan denda Giro Wajib Minimum sebesar150%, 200%, dan 400% dari suku bunga JIBOR (

) . BI juga menaikkan bunga saldo debet sebesar 500% darisuku bunga JIBOR . Kenaikan besar-besaran tingkat suku bunga inidimaksudkan agar bank-bank tidak menggunakan saldo debet dan bisadengan cepat mengembalikan BLBI yang diterimanya.

Pada bulan ini, pemerintah juga menetapkan ketentuan permodalanbagi bank-bank umum melalui PP No.38 Tahun 1998, yaitu mewajibkanpenyesuaian modal setor menjadi Rp 1 triliun pada 1 Desember 1998, Rp 2triliun pada 31 Desember 2000, dan Rp 3 triliun pada 31 Desember 2003.

Pemerintah melalui Menkeu Fuad Bawazier membekukan 7 bank danmengambil alih 7 bank lainnya. Diantara bank-bank yang dibekukantersebut (BBO) adalah Bank Kredit Asia, Bank Subentra, Bank Hokindo,dan Bank Surya. Diantara bank-bank yang diambil alih ( ) adalahBank Dagang Nasional Indonesia (BDNI), Bank Danamon, Bank UmumNasional, Bank Modern, dan Bank Exim. Selain itu, pemerintah jugamengumumkan 40 bank merupakan bank dalam penyehatan.

Kebijakan ini akhirnya menyebabkan terjadinya peningkatan atasjumlah BLBI yang dikucurkan, karena bank-bank tersebut mengalami saldodebet yang kian besar, seiring dengan jatuhnya kepercayaan masyarakatkepada perbankan. Pemerintah juga terus mengetatkan likuiditas, sepertimenaikkan suku bunga SBI menjadi berada pada kisaran 9,52%-16,67%.Hasilnya, rupiah menguat menjadi Rp 7.800 per dolar, namun inflasi jugameningkat.

Sementara itu, tingginya suku bunga dan kenaikan kurs dolarmengakibatkan sejumlah kredit perbankan mengalami macet. Akibatnya,CAR bank mengalami penurunan drastis. Bank-bank yang menerima BLBIjuga mengalami tekanan bunga yang sangat tinggi, sehingga ikut menambah

Maret 1998

April 1998

Jakarta Inter Bank Offer

Rate Overnight

Overnight

take over

20 Latar Belakang dan Kronologi Skandal BLBI/

Page 44: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

pembengkakan jumlah BLBI yang dikucurkan (akibat tingginya bunga yangdiberlakukan).

Dilakukan penggantian lagi atas Direksi BI, sehingga anggota DireksiBI di bawah kepemimpinan Soedradjad telah diganti sepenuhnya.Kepemimpinan BI menjadi di tangan Syahril Sabirin (Gubernur BI), AuliaPohan, Miranda Gultom, Iwan Prawiranata, Soebardjo Djojosumarto,Achwan, Achjar Ilyas, dan Dono Iskandar.

Kerusuhan meluas di Medan dan Jakarta. Situasi politik yang memanasmenyebabkan IMF menunda pencairan pinjaman senilai 1 miliar dolar ASyang sedianya diberikan pada 4 Juni 1998. Terjadi peristiwa penembakanyang menewaskan mahasiswa di Trisakti pada demonstrasi 13-15 Mei 1998.

Ketidakpastian politik menyebabkan terjadinya aksi(pelarian dana ke luar negeri), sehingga terjadi kelangkaan likuiditas di dalamnegeri. Rupiah tertekan pada Rp 12.600 per dolar dan nilainya terusmerosot.

Sejumlah menteri ekonomi menolak duduk kembali dalam kabinet.Beberapa tokoh masyarakat juga menolak diangkat dalam Dewan Reformasiyang dibentuk Presiden Soeharto. Tekanan demi tekanan ini akhirnyamembuat Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden pada 20 Mei 1998.

Pada tanggal Pemerintah menandatangani skema PKPS(Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham) dalam bentuk MSAA dan MRAdengan Anthony Salim (BCA), Sjamsul Nursalim (BDNI), Sudwikatmono(Surya-Subentra), dan Usman Admadjaja (Danamon).

Menteri Keuangan menerbitkan Surat Utang Pemerintah sebesar Rp 20triliun untuk mengkonversikan BLBI menjadi penyertaan modal sementarapemerintah pada Bank Exim. Dengan demikian, utang Bank Exim kepadaBI sebesar Rp 20 triliun telah dipindahkan menjadi kewajiban pemerintah.

Mei 1998

Agustus 1998

Oktober 1998

capital flight

21 Agustus,

Latar Belakang dan Kronologi Skandal BLBI 21/

Page 45: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

September 1998

November 1998

Januari 1999

Februari 1999

Maret 1999

Dibuat klausuldari tuntutan hukum asalkan sudah membayar utangnya

melalui penyerahan aset.

Pada 10 November, pemerintah menetapkan pola PKPS denganketentuan pengembalian BLBI dijadwalkan selama 4 tahun, yaitu 27% (daripokok dan bunga) dalam tahun pertama, dan sisanya dibagi rata selama 3tahun berikutnya dengan bunga 30% per tahun. Pembayaran diambil daripenjualan aset bank dan aset pemilik BBO dan BTO.

Namun, atas keberatan IMF, skema jangka waktu pembayaran inidiubah dari satu tahun menjadi 4 tahun. IMF beralasan skema tersebut tidakmungkin terlaksana dan akan mengganggu pemulihan ekonomi.

Hak tagih BLBI sebesar Rp 144,5 triliun dialihkan dari BI ke BPPN pada 29Januari 1999. Pengalihan hak tagih ke pemerintah ini merupakanpelaksanaan agenda reformasi struktural yang disepakati dengan IMF.Keputusan pengalihan hak tagih sesuai dengan Surat Menko EkuinGinanjar Kartasasmita No.1799/MK/4/1998

Pada 6 Februari 1999, pengalihan hak tagih BLBI dari BI kepadapemerintah secara resmi ditandatangani oleh Syahril Sabirin (Gubernur BI)dan Bambang Subianto (Menteri Keuangan RI). Selanjutnya, pada 8Februari 1999 pemerintah menerbitkan surat utang sebesar Rp 64,5 triliununtuk membayar tambahan dana BLBI kepada BI. Hal ini karena ternyata BIdiketahui mengucurkan lagi BLBI kepada sejumlah perbankan di luar BLBIsenilai Rp 144,5 triliun yang dilaporkan per 29 Januari 1999.

Pada 13 Maret 1999 pemerintah membekukan 38 bank, mengambil alih29 bank, dan merekapitalisasi 7 bank. 74 bank lainnya tidak mengikutiprogram rekapitalisasi karena pemiliknya memilih merekap sendiri banknya.

Penting dicatat, sebagian besar bank yang dibekukan pemerintahternyata merupakan bank yang sejak April menerima program rekapitalisasi

release and discharge (R & D) pada 21 September, yang

membebaskan obligor

.

22 Latar Belakang dan Kronologi Skandal BLBI/

Page 46: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dari BPPN dalam rangka penyehatan perbankan. Artinya, bank-banktersebut tetap tak terselamatkan meskipun telah menghabiskan uang negaradalam jumlah besar melalui program pengucuran BLBI maupunrekapitalisasi.

Pada 5 Januari, pemerintah berbeda pendapat dengan BI soal jumlahBLBI. Menurut pemerintah, BLBI adalah sejumlah Rp 164,5 triliun, yaitujumlah awal Rp 144,5 triliun ditambah dengan pengucuran dana ke BankExim sejumlah Rp 20 triliun untuk menutup kerugian bank tersebut.Namun, BI mengklaim terdapat Rp 51 triliun lagi dana BLBI yang harusdibayar pemerintah dari tambahan BLBI yang dikucurkan BI kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas selama periode November 1997-Januari 1998.

Tak lama berselang, pada tanggal 29 Januari, BPK menyatakanberdasarkan audit yang dilakukannya, 95,78% dari total BLBI yangdikucurkan (Rp 144,5 triliun) tak bisa dipertanggungjawabkan.

Beberapa waktu berikutnya, pada 22 Juli, audit BPKP jugamenunjukkan terjadi penyelewengan sejumlah Rp 54,5 triliun dari Rp 106triliun BLBI yang diberikan kepada 10 bank beku operasi dan 32 bank bekukegiatan usaha (posisi audit per 31 Januari 2000).

Sebulan kemudian, pada 5 Agustus, BPK mengumumkan hasil auditfinal BLBI bahwa terdapat potensi kerugian negara sebesar Rp 138,4 triliundari Rp 144,5 triliun yang dikucurkan. BPK juga menyatakan terjadipenyelewengan penggunaan BLBI sebesar Rp 84,8 triliun oleh 48 bankpenerima. Sehingga, hanya Rp 34,7 triliun (25%) dana BLBI yang dapatdipertanggungjawabkan.

Januari 2000

Juli 2000

Agustus 2000

Latar Belakang dan Kronologi Skandal BLBI 23/

Page 47: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin
Page 48: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 3

KORUPSI DANPENYELEWENGANBLBI

Marwan Batubara

Telah diuraikan, pengucuran BLBI pada dasarnya bertujuan untukmengatasi kekurangan likuiditas yang dialami dunia perbankan saat terjadikrisis moneter tahun 1997. Pengucuran BLBI diharapkan dapatmenyelamatkan dunia perbankan dari ancaman kematian setelah persediaanuang mereka terkuras akibat macetnya pembayaran sejumlah debiturdibarengi dengan penarikan besar-besaran dana nasabah.

Dalam konteks itu, pengucuran BLBI, berupa penyuntikkan dana tunaikepada pihak perbankan dapat dipahami sebagai upaya untukmempertahankan kestabilan perbankan. Stabilnya perbankan sendirimerupakan salah satu pilar penopang kestabilan perekonomian negarasecara umum.

Namun, dalam praktiknya, pengucuran BLBI ternyata tidak berfungsimaksimal menolong kondisi perbankan nasional seperti tujuannya. Setelah

Korupsi dan Penyelewengan BLBI 25/

Page 49: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

ratusan triliun rupiah dana dikucurkan kepada pihak perbankan, kondisibank-bank bermasalah penerima BLBI bukannya membaik, namun malahkian sekarat. Bahkan, bank-bank tersebut satu demi satu bangkrut, sehinggadibekukan atau ditutup oleh pemerintah. Hal ini membuktikan bahwa BLBIsesungguhnya tidak banyak membawa manfaat bagi pemulihanperekonomian nasional.

Di sisi lain, pengucuran BLBI justru telah menghabiskan uang negaradalam jumlah yang sangat besar, yang bebannya harus ditanggung olehrakyat hingga saat ini dan bahkan sampai beberapa waktu mendatang.Ironisnya lagi, dana BLBI sebagian besar justru diselewengkan dan mengalirmasuk ke kantong-kantong pribadi oknum perbankan, pejabat BI, maupunpemerintah.

Karena itulah, oknum-oknum tersebut mutlak harus bertanggungjawab atas kerugian besar yang dialami negara akibat pengucuran BLBI.Tidak selayaknya terkurasnya uang negara hingga ratusan triliun rupiahakibat BLBI dianggap sebagai ongkos krisis yang wajar ditanggung negara.

Berikut akan diuraikan penyimpangan-penyimpangan yang terjadidalam skandal korupsi terbesar sepanjang sejarah Republik Indonesiaberdiri tersebut.

Korupsi BLBI telah secara gamblang ditunjukkan dalam audit BPK danBPKP atas 48 bank penerima BLBI dari BI. Hasil audit kedua lembaganegara tersebut menemukan terdapat penyimpangan dalam penyaluran danpenggunaan dana BLBI.

(posisi per 29 Januari 1999). Sedangkan

dari total BLBI yang dikucurkan (dataselengkapnya terkait bank-bank penerima BLBI, jenis penyimpangan yangterjadi, dan jumlah penyimpangan yang dilakukan masing-masing bankdapat dilihat pada lampiran 1, 2, 3, dan 4 bab ini).

Hasil Audit BPK dan BPKP atas Penyaluran dan

Penggunaan BLBI

Dalam hal penyaluran BLBI, kerugian negarayang diakibatkan adalah senilai Rp 138,4 triliun atau 95,8% dari totaldana BLBI Rp 144,5 triliun dalamhal penggunaan BLBI, kerugian negara yang diakibatkan adalahsenilai Rp 84,842 triliun atau 58,7%

26 Korupsi dan Penyelewengan BLBI/

Page 50: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

48 bank yang diaudit mencakup 5 Bank Take Over, 15 Bank DalamLikuidasi, 10 Bank Beku Operasi, dan 18 Bank Beku Kegiatan Usaha. Auditdilaksanakan sejak akhir Februari 2000 s.d. 31 Juli 2000, dengan periodeaudit sejak bank-bank menerima BLBI s.d. 29 Januari 1999.

Berikut secara garis besar temuan-temuan hasil audit BPK dan BPKP :

1. Terdapat kelemahan sistem pembinaan dan pengawasan terhadapBank;

2. Bank-bank yang tidak sehat tetap dibiarkan beroperasi, sehinggaakhirnya tergantung pada bantuan likuiditas Bl;

3. Bl tidak tegas dalam menerapkan prinsip (kehati-hatian perbankan);

(pemeriksaan langsung) yang wajib dilakukan BIterhadap bank minimal setahun sekali, tidak dapat terlaksana karenaketidakseimbangan jumlah bank yang harus diawasi dan jumlahpengawas yang tersedia;

5. Laporan-laporan berkala yang dijadikan dasar penilaian kinerja dankesehatan bank tidak menggambarkan kondisi sebenarnya;

6. Banyak bank melakukan rekayasa laporan, sehingga penilaian tingkatkesehatan bank tidak dapat dilakukan secara obyektif. Pelanggaran yangpaling umum adalah rekayasa transaksi untuk menghindari BMPK(Batas Maksimum Pemberian Kredit) dengan berbagai modusoperandi.

BI tidak menghentikan proses kliring (pencairan dana simpanan) padabank-bank yang rekening gironya di BI sudah bersaldo negatif ( ),bahkan hingga kekurangan saldo tersebut sudah melampaui jumlah asetyang dimiliki bank. Dengan alasan menghindari efek domino krisisperbankan, BI terus mengizinkan proses kliring tanpa memberi batas nilai

. Hal ini akhirnya dimanfaatkan bankir nakal untuk melakukanpenarikan tunai dan transfer dana ke cabang-cabang sampai kondisi pasaruang mereda.

prudential banking

4. On site supervision

overdraft

overdraft

Terdapat Kelemahan pada Manajemen Penyaluran BLBI

Korupsi dan Penyelewengan BLBI 27/

Page 51: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Penyaluran BLBI melalui mekanisme kliring menyebabkan BI tidakdapat mengetahui apakah BLBI digunakan sepenuhnya untukmenanggulangi kesulitan likuiditas akibat nasabah, atau justru untukkepentingan grup pemilik bank.

Lembaga kliring yang semula hanya sebagai media tukar-menukar suratberharga (warkat) dalam rangka memperlancar sistem pembayaran dan lalulintas giral, berubah menjadi sarana penyediaan dana bagi bank-bank yangmengalami kesulitan likuiditas.

BI dinilai tidak konsisten melaksanakan Program PenjaminanKewajiban Bank Umum sebagaimana ditetapkan dalam KeppresNo.26/1998, dan justru bertahan untuk memberi bantuan likuiditas kepadaperbankan melalui mekanisme kliring.

Dalam penyaluran dana BLBI dari BI kepada pihak perbankan,ditemukan penyimpangan, kelemahan sistem, dan kelalaian yangmenimbulkan potensi kerugian negara sebesar Rp 138,442 triliun atau95,78% dari total BLBI sejumlah Rp 144,536 triliun (posisi per 29 Januari1999).

Penyimpangan dalam penyaluran BLBI meliputi penyimpangan dalampenyaluran Saldo Debet, Fasilitas Diskonto (I, II, dan New Fasdis), FasilitasSurat Berharga Pasar Uang Khusus (FSBPUK), Fasilitas Saldo Debet, DanaTalangan Rupiah, dan Dana Talangan Valas (selengkapnya lihat lampiran 1).

Ditemukan pula penyimpangan dalam penggunaan dana BLBI olehpihak perbankan yaitu sebesar Rp 84,842 triliun atau 58,70% dari total BLBI.Penyimpangan dalam penggunaan BLBI tersebut meliputi antara lain:

1. Peng gunaan BLBI untuk membayar/me lunas i moda lpinjaman/pinjaman subordinasi (Rp 46,08 miliar);

2. Penggunaan BLBI untuk membayar kewajiban pembayaran bankumum yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya (nilai penyimpanganRp 46,088 miliar);

rush

Terdapat Potensi Kerugian Negara Akibat Penyaluran BLBI

Terdapat Penyimpangan dalam Penggunaan BLBI

28 Korupsi dan Penyelewengan BLBI/

Page 52: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

3. Penggunaan BLBI untuk membayar kewajiban kepada pihak terkait /kelompok terafiliasi (Rp 20,36 triliun);

4. Penggunaan BLBI untuk membayar kewajiban kepada pihak ketiga diluar ketentuan (Rp 4,47 triliun);

5. Penggunaan BLBI untuk transaksi surat berharga (Rp 136,90 miliar);

6. Penggunaan BLBI untuk membiayai kontrak derivatif baru ataukerugian karena kontrak derivatif lama jatuh tempo (Rp 22,46 triliun);

7. Penggunaan BLBI untuk membiayai /penempatan baru diPasar Uang Antar Bank/PUAB (Rp 9,82 triliun);

8. Penggunaan BLBI untuk membiayai ekspansi kredit atau merealisasikankelonggaran tarik dari komitmen yang sudah ada (Rp 16,81 triliun);

9. Penggunaan BLBI untuk membiayai investasi dalam aktiva tetap (asettak bergerak) seperti pembukaan cabang baru, rekrutmen karyawanbaru, peluncuran produk baru, dan penggantian sistem baru (Rp 456,35miliar);

10. Penggunaan BLBI untuk membiayai (biaya operasional) bankumum (Rp 87,14 miliar);

11. Penggunaan BLBI untuk keperluan lain yang tidak dapatdipertanggungjawabkan (Rp 10,06 triliun);

12. Penggunaan BLBI untuk berbagai keperluan di atas, merupakan halyang melanggar ketentuan karena pengucuran BLBI ditujukan untukmengatasi krisis likuiditas pada bank akibat terjadinya nasabah.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut, sangat wajar jika BPKmenyimpulkan bahwa terdapat sangkaan tindak pidana dalam penyalurandan penggunaan BLBI yang mengakibatkan kerugian negara. Meskidemikian, pada kenyataannya, temuan BPK itu hingga saat ini belumsepenuhnya digunakan untuk mengusut tuntas penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

placement

over head

rush

Korupsi dan Penyelewengan BLBI 29/

Page 53: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Jenis-jenis Penyimpangan dalam Penyaluran BLBI

BPK dan BPKP juga mengungkapkan bahwa secara umum,penyimpangan BLBI terjadi terutama karena penyalurannya yang dilakukanmelalui mekanisme kliring, padahal pemerintah telah menetapkanmekanisme program penjaminan untuk memberi bantuan kepada pihakperbankan. Program penjaminan merupakan prosedur pemberian bantuankepada pihak perbankan yang ditetapkan pemerintah dalam Keppres No.26/1998 tentang Jaminan terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum

Keppres No. 26/1998 ditetapkan pada tanggal 26 Januari 1998 danberisi keputusan bahwa pemerintah menjamin seluruh kewajibanpembayaran bank umum kepada para pemilik simpanan dan kreditur.Dengan program penjaminan, diharapkan kepercayaan masyarakatterhadap dunia perbankan dapat dipulihkan.

Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya program ini merupakan bagiantak terpisahkan dari kebijakan pengucuran BLBI, yaitu dalam rangkapenyelamatan kondisi perbankan nasional. Karena itu, pengucuran BLBIsudah seharusnya mengacu pada prosedur yang ditetapkan dalam programini.

Berdasarkan program penjaminan, setiap bank umum nasionaldiperbolehkan mengikuti program ini selama mereka bersedia menerimapengawasan yang lebih ketat, menyampaikan laporan yang diminta,memberikan jaminan, membayar premi, dan melaksanakan hal-hal lain yangdianggap perlu. Sehingga, pada intinya, program penjaminan memberikanpersyaratan yang lebih ketat dan selektif bagi pihak perbankan untuk dapatmemperoleh penjaminan dari pemerintah.

Namun, dalam kenyataannya, BI dan BPPN sebagai institusi pelaksanaprogram penyehatan perbankan, justru tidak segera melaksanakan programpenjaminan. Penyaluran BLBI dibiarkan terjadi melalui mekanisme kliring.Padahal, dengan mekanisme kliring, BI dan BPPN tidak dapat mengetahuiapakah kewajiban-kewajiban bank merupakan kewajiban yang dapat dijamindengan program pemerintah atau tidak.

Atas dasar hal ini, maka dapat dinyatakan bahwa tidak dilaksanakannyaprogram penjaminan merupakan salah satu penyebab dari berbagaipenyimpangan yang terjadi dalam penyaluran BLBI.

30 Korupsi dan Penyelewengan BLBI/

Page 54: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Akibatnya, penyimpangan BLBI terjadi pada hampir setiap jenisfasilitas BLBI yang diberikan BI kepada pihak perbankan. Hal ini sekali lagimenguatkan dugaan bahwa pengucuran BLBI sesungguhnya tidak didasarioleh niat baik untuk menyelamatkan kondisi perbankan, namun lebih padaupaya penyelamatan pribadi dan upaya menangguk keuntungan sebesar-besarnya dari oknum-oknum tertentu.

Hal ini akhirnya membuat BPK dan BPKP mengaitkan ketidakseriusanBI dalam melaksanakan program penjaminan, dan sebaliknya membiarkanBLBI mengalir melalui mekanisme kliring, dengan keuntungan yangdiperoleh BI dari pembayaran denda maupun bunga oleh pihak perbankan.Padahal, beban ini menjadi tanggungan pemerintah. Menurut BPK, darikebijakan penyaluran BLBI, BI setidaknya memperoleh pendapatan sebesarRp 34,57 triliun atau sekitar 23,92% dari jumlah BLBI yang dialihkan.

Penyimpangan BLBI dalam setiap jenis fasilitas BLBI beserta dengannilai penyimpangannya, dapat dilihat pada uraian berikut:

Penyimpangan dalam fasilitas saldo debet terjadi dalam bentukpemberian dispensasi kepada setiap bank untuk terus mengikuti kliring,meskipun rekening gironya di BI telah berada pada posisi negatif dalamjumlah yang besar dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. BIbahkan memberikan dispensasi ini tanpa menyebutkan batas jumlah danbatas waktu yang tegas.

Hal tersebut antara lain dapat dilihat pada Keputusan Rapat DireksiBank Indonesia tertanggal 15 Agustus 2007 yang menyatakan, “Untukmengatasi kesulitan likuiditas bank-bank yang disebabkan penarikan danapihak ketiga dalam jumlah besar sehingga terjadi saldo giro debet di BI,diputuskan untuk diberikan kelonggaran berupa fasilitas saldo debet,sampai dengan gejolak pasar uang mereda”.

Dalam keputusan tersebut, dinyatakan pula bahwa bank-bank di kantorpusat maupun cabang diperkenankan untuk menarik dana secara tunai dikantor pusat BI maupun kantor BI dalam rangka melayani yangdilakukan nasabah, meskipun rekening giro mereka telah bersaldo negatif(saldo debet).

1. Saldo debet

rush

Korupsi dan Penyelewengan BLBI 31/

Page 55: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Setelah keluarnya keputusan tersebut, maka dispensasi diberikan BIkepada bank-bank untuk terus mengikuti kliring, melakukan pengambilantunai, dan melakukan transfer dana ke cabang-cabang walau telah bersaldodebet. Dispensasi juga diberikan kepada bank yang sebenarnya tidakmengajukan permohonan akan hal tersebut. Hal ini dapat terjadi karenakeputusan direksi tidak menjelaskan secara detil nama-nama bank yangperlu memperoleh dispensasi, melainkan berlaku bagi semua bank secaraumum. Sehingga, potensi ketidaktepatan penyaluran bantuan sangat besarterjadi.

Apalagi, BI juga tidak melakukan pengecekan atas jenis-jenis transaksiyang dibayar, karena penyaluran dana melalui mekanisme kliring tidakmemungkinkan hal tersebut. Sehingga, BI tidak dapat mengetahui apakahBLBI yang disalurkan melalui mekanisme kliring tersebut benar-benarmengalir ke nasabah.

Perlu pula dicatat, pemberian dispensasi kepada perbankan untukbersaldo debet sebenarnya sudah melanggar ketentuan hukum yangdikeluarkan oleh BI sendiri. Dalam Pasal 9 Ayat 1 Keputusan Direksi BINo.14/35/KEP/DIR/UPPB tentang penyelenggaraan kliring lokal,disebutkan bahwa peserta dapat dihentikan sementara dari kliring lokalapabila peserta (bank) yang bersangkutan mengalami salah satu kondisiberikut :

Tidak dapat menyelesaikan saldo negatif;

Keadaan administratif, pimpinan, dan keuangannya tidakmemungkinkan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dalamkliring lokal;

Melanggar ketentuan Bank Indonesia yang memuat sanksipenghentian sementara dari kliring lokal.

Hal-hal di atas menunjukkan mekanisme kliring telah berubah fungsidari mekanisme untuk memperlancar sistem pembayaran menjadi saranapenyediaan dana tunai kepada bank-bank. Karena itulah, BPK menyatakankebijakan ini sebagai sesuatu yang tidak lazim dalam praktik bisnisperbankan.

Terbukti, jumlah kerugian yang dialami negara akibat penyimpangandalam fasilitas ini mencapai Rp 18,16 triliun atau 100% dari total dana yang

32 Korupsi dan Penyelewengan BLBI/

Page 56: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dikucurkan. Artinya, BPK menyimpulkan keseluruhan dana yangdikucurkan melalui fasilitas saldo debet tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Pemberian Fasdis I maupun II seharusnya mengacu pada ketentuan BIyang berlaku, yaitu Surat Keputusan Direksi BI No. 21/54/KEP/DIRtanggal 17 Oktober 1998 jo. No. 23/64/KEP/DIR tanggal 28 Feburari1991. Menurut ketentuan tersebut, Fasdis I disediakan sebagai fasilitasuntuk memperlancar pengaturan dana sehari-hari dengan jumlahmaksimum sebesar 5% dari Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam rupiah.Sedangkan, Fasdis II disediakan untuk menanggulangi kesulitan likuiditassementara sebagai akibat ketidaksesuaian ( ) dalam rangkapemberian kredit jangka menengah/panjang dengan jumlah maksimumsebesar 3% dari DPK dalam rupiah.

Padahal, seperti telah diuraikan sebelumnya, pada kasus BLBI,pemberian Fasdis I dan II dilakukan untuk mengkonversi saldo debetrekening bank di BI. Karena itu, pemberian fasilitas Fasdis I dan II oleh BIkepada perbankan pada kasus BLBI telah melanggar ketentuan yangberlaku.

Pemberian Fasdis kepada pihak perbankan juga dilakukan sebagiannyatanpa permohonan dari bank yang bersangkutan. Fasdis diberikan secaraumum kepada semua bank yang mengalami saldo debet berdasarkan rapatDireksi BI.

Selain itu, penyimpangan juga terjadi ketika BI tidak melakukan sita ataueksekusi jaminan terhadap kebendaan terhadap bank-bank yang hinggaFasdis II jatuh tempo, tetap tidak dapat menutup kekurangan rekeninggironya di BI (tetap bersaldo debet). Akhirnya, BI membebani kembalipelunasan Fasdis kepada rekening giro mereka di BI, yang membuat saldodebet mereka kian besar. Sementara itu, aset jaminan bank justrudikembalikan kepada bank atau pemilik bank.

Fasilitas SBPUK diberikan kepada pihak perbankan untuk menghindaribesarnya saldo debet bank di rekening giro BI. Berdasarkan ketentuan yangberlaku, FSBPUK hanya dapat diberikan dengan sejumlah persyaratantertentu. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi itu antara lain adalah:

2. Fasilitas Diskonto I dan II

3. Fasilitas Surat Berharga Pasar Uang Khusus

mismatch

Korupsi dan Penyelewengan BLBI 33/

Page 57: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

FSBPUK hanya diberikan kepada bank yang terkategori (nilaiCAR/rasio kecukupan modal di atas 2%);

Bank harus menyerahkan jaminan berupa aset bank/pemilik/pengurus sebesar 50% dari FSBPUK yang diterima. Bank jugaharus menyerahkan seluruh sahamnya (untuk bank yang belum

) atau seluruh saham pendiri (untuk bank yang telah );

Bank tidak lagi bersaldo negatif setelah 31 Desember 1997. Jikabank masih bersaldo debet, maka bank harus dapat melunasinyadalam waktu 1 x 24 jam. Jika belum juga mampu melunasi, makadiberikan waktu lagi selama 5 hari. Jika setelah 5 hari berturut-turutbank tidak mampu juga melunasi, maka akan dikenakan sanksi stopkliring kepada perbankan;

Bank harus melaksanakan program rehabilitasi yang disusunpengurus/pemilik bank dan disetujui oleh BI.

Namun, dalam praktiknya, ternyata bank-bank melanggar berbagaipersyaratan yang telah ditentukan tersebut. Pelanggaran itu antara lain:

Ditemukan bank yang mempunyai CAR di bawah 2% (BankPesona Kriyadana, d/h Bank Utama);

Promes nasabah yang diserahkan oleh bank kepada BI lebih kecildari FSBPUK yang diterima;

Promes nasabah yang diserahkan bank, tidak di- (didukung)oleh bank yang bersangkutan. Artinya, promes-promes nasabahyang diserahkan tersebut bukan promes yang terkategori lancarbayar;

Skala angsuran pembayaran promes nasabah yang diserahkan banklebih pendek dibandingkan dengan skala angsuran pembayarankembali FSBPUK yang diterima bank bersangkutan;

Nilai jaminan yaitu aset bank/pemilik/pengurus yang diserahkankepada BI ternyata tidak mencapai 50% dari FSBPUK yangditerimanya;

Sebagian saham bank belum diserahkan kepada BI.

solven

go

public go public

endorse

34 Korupsi dan Penyelewengan BLBI/

Page 58: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Selain itu, bank-bank juga tidak mentaati kewajiban-kewajibannyasebagaimana yang dipersyaratkan sebelumnya untuk menerima fasilitasSBPUK. Bentuk-bentuk ketidaktaatan itu adalah:

Bank tidak melakukan pembelian kembali promes nasabah yangdijualnya kepada BI sesuai jadwal angsuran yang ditetapkan dandisepakati dalam akta perjanjian;

Bank tidak mengganti promes nasabah yang telah jatuh temposebelum jadwal pembelian kembali yang ditetapkan BI dandisepakati dalam akta perjanjian;

Bank tidak melaksanakan program rehabilitasi yang telah disepakatibersama dengan BI;

Bank tetap membiarkan rekening saldonya negatif di BI, lebih darilima hari berturut-turut.

Atas berbagai pelanggaran dan ketidaktaatan pihak bank tersebut, BItidak mengambil tindakan tegas sebagaimana yang menjadi kewenangannya,yaitu mengeksekusi jaminan berupa aset bank yang diserahkan ke BI danmengambil alih penguasaan atas bank. Melainkan, BI langsung mendebettagihan SBPUK yang telah jatuh tempo tersebut ke dalam rekening girobank-bank bersangkutan di BI. Hal ini membuat jumlah saldo debet bank-bank bermasalah tersebut di BI justru berlipat, bukannya hilangsebagaimana yang menjadi tujuan awal pemberian fasilitas ini.

Karena itu, BPK menyimpulkan penyaluran fasilitas ini 100% tidakdapat dipertanggungjawabkan dengan potensi kerugian negara mencapaiRp 28,23 triliun.

Pelanggaran yang terjadi dalam pemberian fasilitas ini adalah tetapdisalurkannya New Fasdis kepada bank-bank yang tidak dapat menyerahkanjaminan berupa promes bank dan jaminan lainnya senilai dengan fasilitasyang diterimanya. Padahal, penyerahan jaminan tersebut merupakanpersyaratan yang diwajibkan bagi pihak perbankan untuk dapat menerimafasilitas ini.

4. New Fasilitas Diskonto

Korupsi dan Penyelewengan BLBI 35/

Page 59: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

BPK kemudian juga menyimpulkan bahwa pemberian fasilitas ini tidakdapat dipertanggungjawabkan 100% dengan potensi kerugian mencapai Rp28,53 triliun.

Tidak jauh berbeda dengan pelanggaran yang terjadi dalam pemberianfasilitas-fasilitas BLBI sebelumnya, pelanggaran dalam pemberian fasilitasini juga berupa tetap diberikannya FSD kepada bank-bank yang tidakmenyerahkan jaminan yang dipersyaratkan. Padahal, FSD bertujuan untukmengikat kewajiban perbankan dalam pelunasan saldo debetnya denganjaminan dan akta notariil.

Penyelewengan fasilitas ini, menurut BPK, menimbulkan potensikerugian negara mencapai Rp 54,46 triliun atau 100% dari dana yangdikucurkan.

Dalam pemberian fasilitas DTV, BPK menilai BI telah mengabaikanprinsip kehati-hatian dan justru memberi penafsiran berlebihan terhadap

(kesepakatan pemerintah dengan perbankaninternasional untuk menanggung kewajiban pembayaran utang bank-banknasional). Bentuk pengabaian prinsip kehati-hatian tersebut adalah:

Tidak melakukan prosedur verifikasi dan konfirmasi yang memadaisebelum memberikan DTV kepada perbankan (membayarkanutang bank nasional kepada perbankan internasional);

Pengikatan jaminan yang dilakukan kepada bank-bank nasionalsebagai debitur tidak sepenuhnya dapat menjamin pengembalianDTV yang telah dikucurkan;

Melakukan pembayaran kewajiban-kewajiban yang tidakmemenuhi syarat untuk ditalangi dengan fasilitas DTV;

Tidak menciptakan prosedur pengendalian atas penggunaan DTVoleh debitur (bank nasional) dan pengembalian dana ( ) olehkreditur (pihak perbankan luar negeri).

5. Fasilitas Saldo Debet

6. Dana Talangan Valas dan Dana Talangan Rupiah

Frankfurt Agreement

refund

36 Korupsi dan Penyelewengan BLBI/

Page 60: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tak heran, dengan berbagai penyimpangan tersebut, kerugian yangdialami negara mencapai Rp 8,91 triliun atau 90,81% dari total DTV yangdikucurkan (Rp 9,81 triliun).

Sementara itu, pengucuran DTR kepada bank-bank yang akandilikuidasi, menyeleweng karena daftar nominatif nasabah (daftar tagihanpembayaran nasabah yang akan ditalangi oleh DTR) tidak dibuat secaraakurat. Akibatnya, jumlah dana talangan yang disalurkan BI melebihikebutuhan pembayaran nasabah yang sebenarnya.

Selain itu, jangka waktu pelunasan yang ditetapkan yaitu selama 1 tahun(terhitung mulai Maret 1998), namun hingga akhir Maret 2000 (saat auditdilakukan BPK) hanya sebagian kecil dana talangan tersebut yang sudahdikembalikan kepada pemerintah.

Nilai kerugian negara akibat penyelewengan dalam penyaluran DTR iniadalah Rp 142,9 miliar atau 2,68% dari total DTR yang dikucurkan sebesarRp 5,335 triliun.

Hasil audit BPK juga mengungkapkan bahwa terjadi sejumlahpenyimpangan dalam penggunaan dana BLBI oleh pihak perbankan,sehingga menyebabkan kerugian bagi negara. Karena itu, BPKmenyimpulkan terdapat sangkaan tindak pidana dalam kasus ini sehinggapara pelakunya harus diproses secara hukum.

Unsur-unsur tindak pidana dalam penggunaan BLBI ditunjukkan padahal-hal sebagai berikut :

(yaitu untuk pembayaran dana nasabah), seperti untuk melunasipinjaman dan kewajiban pembayaran yang tidak dapat dibuktikankebenarannya, membayar utang kepada kelompok usahanyasendiri, transaksi surat berharga, melunasi dana pihak ketiga yangmelanggar ketentuan, membiayai kontrak derivatif baru,membiayai ekspansi kredit, membiayai investasi dalam bentukaktiva tetap, dan membiayai (biaya operasional bank). Totalpenyimpangan yang terjadi adalah senilai Rp 84.842.164 juta

Penyimpangan dalam Penggunaan BLBI

� Penggunaan BLBI diluar kepentingan yang telah ditentukan

overhead

Korupsi dan Penyelewengan BLBI 37/

Page 61: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

(Rp 84,84 triliun) atau 58,70% dari jumlah BLBI yang dikucurkanper 29 Januari 1999 (sebesar Rp 144,5 triliun).

(Batas Maksimum Pemberian Kredit), yaitunilai maksimum kredit yang dapat dikucurkan perbankan padakelompok usahanya sendiri.

Pemberian fasilitas oleh BI yangwalaupun rekening gironya di BI

telah bersaldo negatif.

oleh para obligor BLBI untukmenutupi kewajiban yang harus dilunasinya dalam skema polaPenyelesaian Kewajiban Pemegang Saham. Salim , misalnya,menyatakan nilai seluruh aset yang diserahkannya pada tahun 1998adalah Rp 52 triliun (hal ini diterima oleh konsultan BPPN, yakniLehman Brothers, PT Danareksa, dan PT Bahana tanpa

terlebih dulu). Namun, audit PricewaterhouseCooperspada tahun 2000 ternyata menemukan nilai aset Salim hanyaberkisar Rp 12 triliun sampai dengan Rp 20 triliun.

Selain terjadi pada penyaluran BLBI tahap pertama senilai Rp 144,5triliun, penyimpangan juga terjadi pada pengucuran BLBI tahap berikutnya,yaitu pada pemberian tambahan BLBI dan program penjaminan perbankan(dikenal dengan istilah ). Hal ini terungkap setelah BPKmenemukan penyimpangan terhadap penggunaan dana milik pemerintah direkening bernomor 502.000002 oleh Bank Indonesia. Karena itulah, kasusini sering pula disebut sebagai kasus ”Rekening 502”.

Rekening 502 adalah rekening milik pemerintah atas nama MenteriKeuangan di Bank Indonesia. Rekening ini khusus dibentuk dalam rangkapelaksanaan program penjaminan pemerintah terhadap bank-banknasional. Dalam pelaksanaan program penjaminan perbankan tersebut,

Pelanggaran BMPK

Pelanggaran BMPK, sesuaidengan pasal 49 ayat (2) jo pasal 50 jo pasal 50 A UU No 10Tahun 1998, merupakan tindak pidana.

mengizinkan perbankan untuktetap mengikuti proses kliring

Penggelembungan nilai aset

Group

financial due

diligence

blanket guarantee

Penyimpangan BLBI dalam Penyaluran Tambahan BLBI

dan Program Penjaminan Perbankan

38 Korupsi dan Penyelewengan BLBI/

Page 62: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Menkeu memberikan kewenangan kepada BI dan BPPN, sesuai dengankewenangannya masing-masing, untuk menggunakan rekening 502.

Pengisian rekening 502 sendiri merupakan pelaksanaan darirekomendasi IMF kepada pemerintah untuk menyediakan dana yangdibutuhkan untuk melaksanakan program penjaminan perbankan danagenda restrukturisasi perbankan lainnya, termasuk mengantisipasiterjadinya likuidasi atau merger perbankan. Program ini juga bertujuanmendukung program rekapitalisasi perbankan, yaitu mencapai target BIbahwa pada akhir tahun 2001 seluruh perbankan nasional harus memilikiCAR ( /rasio kecukupan modal) minimum 8% dan NPL( /kredit bermasalah) maksimum 5%.

Setelah sempat tertunda pelaksanaannya, pengisian rekening 502akhirnya direalisasikan pemerintah pada September 2001. Segera setelah itu,BI mendebet rekening 502 untuk keperluan program penjaminanperbankan dan mengganti tambahan BLBI yang telah dikucurkannya.Hingga 30 September 2001, tercatat BI telah mendebet dana dari rekening502 sebesar Rp 23,623 triliun.

Dari total penggunaan tersebut, sejumlah Rp 14,447 triliun didebet danditampung dalam rekening khusus . Hal ini, menurut BI,dilakukan atas dasar rekomendasi BPK RI dalam audit atas LaporanKeuangan Tahunan Bank Indonesia tahun 1999 sebagai pengganti danatalangan perbankan (tambahan BLBI) yang telah dikeluarkan BIsebelumnya. Sedangkan, selebihnya, yaitu sekitar Rp 39,322 triliun dijadikansebagai dana penjaminan perbankan.

Terkait tambahan BLBI, hal itu dilakukan karena BI masihmengucurkan BLBI kepada pihak perbankan setelah pengucuran BLBItahap pertama sejumlah Rp 144,5 triliun. Menurut BI, tambahan BLBIdikucurkan karena program penyelamatan bank-bank nasional masih belumselesai, sedangkan pemerintah belum menyediakan dana untuk programtersebut. Karena itu, BI untuk sementara menalanginya untuk kemudianakan menagihkannya kepada pemerintah. Dana tambahan BLBIdiperhitungkan berdasarkan jumlah dana yang dikucurkan BI kepadaperbankan setelah pengalihan hak tagih BI ke BPPN per 29 Januari 1999.

capital adequacy ratio

non performing loan

(escrow account)

Korupsi dan Penyelewengan BLBI 39/

Page 63: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Meski demikian, pada kenyataannya, implementasi dari kebijakan inidiwarnai dengan berbagai penyimpangan. Laporan Hasil Audit InvestigasiBPK RI menemukan telah

(terdapat alokasi penggunaan dana yang dinyatakantidak sah/tidak semestinya dibebankan pada rekening 502)

Hal ini menyebabkan pemerintah tidak segeramenerima pendebetan rekening 502 oleh BI dan meminta BI untuk mengisikembali rekening tersebut.

Penggunaan dana penjaminan perbankan oleh para bankir juga kentaldengan praktik penyimpangan. Sejumlah kantor akuntan publikmenyatakan bahwa sebagian besar klaim antarbank yang diajukan untukmemperoleh penjaminan merupakan klaim yang tidak layak. Ernst &Young, misalnya menemukan

, secara substansi dan transaksi sesuai ketentuan programpenjaminan pemerintah.

Sementara itu, hasil audit kantor akuntan publik lainnya, HansTuanakotta dan Mustofa (HTM), mengungkapkan dari realisasi pemakaiandana Rekening 502 sebesar Rp 12 triliun untuk pembayaran klaimantarbank, .

Berbagai penyimpangan tersebut menunjukkan bahwa pengucurantambahan BLBI dan program penjaminan perbankan tidak sepenuhnyadijalankan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Bahkan, dapat dinyatakankebijakan-kebijakan tersebut hanya meneruskan rangkaian penyelewenganyang telah terjadi sebelumnya. Sehingga, dengan demikian, juga menambahbesar jumlah uang negara yang terkuras melalui skandal BLBI.

Sudah hampir 7 tahun sejak Laporan BPK tentang penyimpangan-penyimpangan BLBI disampaikan kepada DPR dan juga dipublikasikanpada tahun 2000 yang lalu. Namun, sejak era pemerintahan Habibie,Megawati hingga SBY, belum memperlihatkan keseriusan untukmenindaklanjuti temuan BPK tersebut. Pada masa pemerintahan SBY

terjadi penyimpangan penggunaan danarekening 502 oleh BI

dengan jumlahmencapai Rp 17,762 triliun.

dari 216 klaim antarbank, bank bekuoperasi (BBO) dan bank beku kegiatan usaha (BBKU), hanya ada 11klaim antarbank yang (layak) dibayarkan dengan danaRekening 502

hanya senilai Rp 1,075 triliun yang layak (11 klaim)

eligible

Tindak Lanjut Temuan

40 Korupsi dan Penyelewengan BLBI/

Page 64: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

misalnya, kita mencatat bahwa mantan Jaksa Agung Abdul Rahman Salehgagal memenuhi janjinya mengeluarkan memorandum khusus untukmemaparkan dan menelaah penyelesaian korupsi BLBI. Kegagalan AbdulRahman ini kita khawatirkan akan diikuti oleh Jaksa Agung HendarmanSupandji, yang pada awal masa jabatannya melantik 35 jaksa khusus untukmenangani BLBI, tetapi belum juga menampakkan hasil nyata.

Laporan BPK sangat jelas menunjukkan berbagai penyimpangan BLBIyang merugikan negara paling tidak sebesar Rp 138 triliun (jika ditambahdengan kerugian dari penyaluran obligasi/SUN untuk penyehatanperbankan, nilai kerugian membengkak menjadi senilai minimal Rp 600triliun). Kerugian negara ini akan ditanggung oleh rakyat hingga berpuluhtahun mendatang. Namun, seperti kita saksikan, pemerintah dari satupresiden ke presiden lain tidak serius menuntaskan skandal korupsi ini.Mereka seperti sama sekali tidak memiliki dan komitmen untukmemberantas korupsi di negeri ini.

Pantaskah kita juga diam?

political will

Korupsi dan Penyelewengan BLBI 41/

Page 65: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

JUMLAH

NO URAIANBANK

PENYALURAN

(dalam

juta Rp)

POTENSIKERUGIAN

NEGARA

(dalam juta Rp)

%

I SALDO DEBET

1. BBO 10 6,175,250 6,175,250 100

2. BBKU 13 5,474,776 5,474,776 100

3. BDL 13 6,161,001 6,161,001 100

4. BTO 1 352,142 352,142 100

Jumlah I 37 18,163,169 18,163,169 100

II FASILITAS SALDO DEBET

1. BBO 3 30,065,401 30,065,401 100

2. BBKU 11 4,265,753 4,265,753 100

3. BDL 0 - -

4. BTO 2 18,134,741 18,134,741 100

Jumlah II 16 52,465,895 52,465,895 100

III NEW FASDIS

1. BBO 0 - -

2. BBKU 2 634,691 634,691 100

3. BDL 0 - -

4. BTO 3 29,891,277 29,891,277 100

Jumlah I 5 30,525,968 30,525,968 100

IV FSBPUK

1. BBO 8 15,165,818 15,165,818 100

2. BBKU 11 5,587,906 5,587,906 100

3. BDL 0 - -

4. BTO 3 7,477,757 7,477,757 100

Jumlah I 22 28,231,481 28,231,481 100

V DANA TALANGAN RUPIAH

1. BBO 1 680,496 - 0

2. BBKU 0 - -

3. BDL 15 5,335,003 142,903 2.68

4. BTO 0 - -

Jumlah I 16 6,015,499 142,903 2.38

VI DANA TALANGAN VALAS

1. BBO 5 5,599,982 5,599,982 100

2. BBKU 9 1,357,862 1,357,862 100

3. BDL 3 392,932 171,468 43.64

4. BTO 3 1,783,298 1,783,298 100

Jumlah I 20 9,134,074 8,912,610 97.58

Total 144,536,086 138,442,026 95.78

Lampiran 1

Daftar Potensi Kerugian Negara dalam Penyaluran BLBI

42 Korupsi dan Penyelewengan BLBI/

Page 66: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Lampiran 2

Bank-bank Penerima BLBI per 29 Januari 1999

No. NAMA BANK TOTAL PENANGGUNGJAWAB

I. BANK BEKU OPERASI (BBO)

1. Bank Centris Internasional 629.624 Hubertus Setyawan

2. Bank Dagang Indonesia 37.039.766 Sjamsul Nursalim

3. Bank Deka 152.918 Dewanto Kurniawan

4. Bank Hokindo 214.228 Hokianto

5. Bank Istimarat Indonesia 520.236 Hasim S. Djojohadikusumo

6. Bank Modern 2.557.693 Samadikun Hartono

7. Bank Pelita 1.989.832 Hasim S. Djojohadikusumo

8. Bank Subentra 860.853 Benny Suherman

9. Bank Surya 1.653.836 H. Sudwikatmono

10. Bank Umum Nasional 12.067.961 Mohammad Hasan, Kaharudin Ongko

Sub Total 57.686.947

II. BANK TAKE OVER (BTO)

1. Bank Central Asia 26.596.277 Sudono Salim

2. Bank Danamon Indonesia 23.049.526 Usman Atmadjaja

3. Bank PDFCI 1.995.000 -

4. Bank Tiara Asia 2.978.093 -

5. Bank Nusa Nasional/BNN 3.020.319 -

Sub Total 57.639.215

III. BANK BEKU KEGIATAN USAHA (BBKU)

1. Bank Aken 301.318 Indra Haryono SE

2. Bank Asia Pacific 2.054.975 Thomas Suyatno

3. Bank Baja Internasional 35.769 Riyanto

4. Bank Central Dagang 1.403.491 Sam Handojo

5. Bank Dagang Industri 481.548 Prof DR. H Sukamdani SG

6. Bank Danahutama 184.818 Sofjan Wanandi

7. Bank Dewa Rutji 609.408 Rudolf Kasenda

8. Bank Ficorinvest 917.853 Deddy Nurjaman

9. Bank Indonesia Raya 4.018.236 Atang Latief

10. Bank Intan 401.548 Fadel Muhammad

11. Bank Lautan Intan 240.817 Ulung Bursa

12. Bank Papan Sejahtera 928.911 Hasim S. Djojohadikusumo

13. Bank Pesona (d/h Bank Utama) 2.334.896 Sigit Harjojudanto

14. Bank Putra Surya Perkasa 1.938.945 Slamet S. Gondokusumo

15. Bank Tata Internasional 221.276 Ny. Susilawati Wijaya NG

16. Bank Umum Sertivia 361.976 Rijanto Sastroatmodjo

17. Bank Upindo 242.956 Miranda S Gultom

18. Sewu Internasional Bank 642.247 Dasuki Angkosubroto

Sub Total 17.320.988

Korupsi dan Penyelewengan BLBI 43/

(dalam juta rupiah)

Page 67: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

IV. BANK DALAM LIKUIDASI (BDL)

1. Bank Anrico 210.081 Prof. Harun Alrasjid Zain

2. Bank Astria Raya 578.918 Henry Liem

3. Bank Citrahasta Danamanunggal 201.802 Suyoso Sukarno

4. Bank Dwipa Semesta 110.105 Dr Yoga Sugomo

5. Bank Guna Internasional 251.055 Letjen TNI (Purn) Sutopo Yuwono

6. Bank Harapan Sentosa 3.866.182 Hendra Rahardja

7. Bank Industri 511.470 Hasim Djojohadikusumo

8. Bank Jakarta 210.994 H. Probosutedjo

9. Bank Kosagraha Semesta 201.812 Setiawan Chandra

10. Bank Mataram Dhanarta 336.763 Sri Sultan HB X

11. Bank Pacific 2.133.366 Hendrik Willem T

12. Bank Pinaesaan 681.084 HR Rembert

13. Bank Umum Majapahit Jaya 8.555 Roy E. Tirtadji

14. Sejahtera Bank Umum 1.687.350 Hasudungan Tampubolon

15. South East Asia Bank 899.399 Tidjan Ananto

Sub Total 11.888.936

TOTAL 144.536.086*)

*) Angka dari BI adalah Rp 144.536.094.294.530, perbedaan terjadi karenapembulatan.

44 Korupsi dan Penyelewengan BLBI/

Page 68: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

No. NAMA BANKTOTAL BLBI

(dalam juta Rp)

TOTAL

(dalam juta Rp)

I BANK BEKU OPERASI (BBO)

1. Bank Centris Internasional 629.624 629.624

2. Bank Dagang Nasional Indonesia 37.039.766 36.359.270

3. Bank Deka 152.918 152.918

4. Bank Hokindo 214.228 214.228

5. Bank Istimarat Indonesia 520.236 520.236

6. Bank Modern 2.557.693 2.557.693

7. Bank Pelita 1.989.832 1.989.832

8. Bank Subentra 860.853 860.853

9. Bank Surya 1.653.836 1.653.836

10. Bank Umum Nasional 12.067.961 12.067.961

Sub Total 57.686.947 57.686.947

II BANK TAKE OVER (BTO)

1. Bank Central Asia 26.596.277 26.596.277

2. Bank Danamon Indonesia 23.049.526 23.049.526

3. Bank PDFCI 1.995.000 1.995.000

4. Bank Tiara Asia 2.978.093 2.978.093

5. Bank Nusa Nasional/BNN 3.020.319 3.020.319

Sub Total 57.639.215 57.639.215

III BANK BEKU KEGIATAN USAHA (BBKU)

1. Bank Aken 301.318 301.318

2. Bank Asia Pacific 2.054.975 2.054.975

3. Bank Baja Internasional 35.769 35.769

4. Bank Central Dagang 1.403.491 1.403.491

5. Bank Dagang Industri 481.548 481.548

6. Bank Danahutama 184.818 184.818

7. Bank Dewa Rutji 609.408 609.408

8. Bank Ficorinvest 917.853 917.853

9. Bank Indonesia Raya 4.018.236 4.018.236

10. Bank Intan 401.548 401.548

11. Bank Lautan Berlian 240.817 240.817

12. Bank Papan Sejahtera 928.911 928.911

13. Bank Pesona (d/h Bank Utama) 2.334.896 2.334.896

14. Bank Putra Surya Perkasa 1.938.945 1.938.945

15. Bank Tata Internasional 221.276 221.276

16. Bank Umum Sertivia 361.976 361.976

17. Bank Upindo 242.956 242.956

18. Sewu Internasional Bank 642.247 642.247

Sub Total 17.320.988 17.320.988

Lampiran 3

Daftar Potensi Kerugian Negara dalam Penyaluran BLBIberdasarkan Bank Penerima per 29 Januari 1999

Korupsi dan Penyelewengan BLBI 45/

Page 69: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

IV BANK DALAM LIKUIDASI (BDL)

1. Bank Anrico 210.081 9.804

2. Bank Astria Raya 578.918 456.969

3. Bank Citrahasta Danamanunggal 201.802 158.404

4. Bank Dwipa Semesta 110.105 103.135

5. Bank Guna Internasional 251.055 0

6. Bank Harapan Sentosa 3.866.182 1.766.590

7. Bank Industri 511.470 232.346

8. Bank Jakarta 210.994 0

9. Bank Kosagraha Semesta 201.812 154.940

10. Bank Mataram Dhanarta 336.763 283.265

11. Bank Pacific 2.133.366 1.925.514

12. Bank Pinaesaan 681.084 411.118

13. Bank Umum Majapahit Jaya 8.555 8.555

14. Sejahtera Bank Umum 1.687.350 231.415

15. South East Asia Bank 899.399 733.317

Sub Total 11.888.936 6.475.372

TOTAL 144.536.086 138.442.026

46 Korupsi dan Penyelewengan BLBI/

Page 70: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

NO NAMA BANKJUMLAH TEMUAN

(dalam juta Rp)

I BBO

1. Bank Centris Internasional 294.634

2. Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) 24.472.424

3. Bank Deka 105.668

4. Bank Hokindo 202.317

5. Bank Istimarat 60.743

6. Bank Modern 666.583

7. Bank Pelita 1.066.308

8. Bank Subentra 515.738

9. Bank Surya 281.196

10. Bank Umum Nasional (BUN) 5.093.545

II BTO

1. Bank Central Asia (BCA) 15.818.750

2. Bank Danamon 13.803.739

3. Bank Nusa Nasional/BNN 1.192.494

4. Bank PDFCI 982.222

5. Bank Tiara Asia 2.216.691

III BBKU

1. Bank Aken 127.322

2. Bank Asia Pacific (ASPAC) 850.467

3. Bank Baja Internasional 17.683

4. Bank Central Dagang (BCD) 1.554.565

5. Bank Dagang dan Industri (BDI 215.033

6. Bank Danahutama 88.282

7. Bank Dewa Rutji 459.580

8. Bank Ficorinvest 305.682

9. Bank Indonesia Raya (BIRA) 3.659.486

10. Bank Intan 103.458

11. Bank Lautan Berlian 18.103

12. Bank Papan Sejahtera 539.434

13. Bank Pesona (d/h Bank Utama) 2.042.095

14. Bank Putra Surya Perkasa (PSP) 1.875.575

15. Bank Sewu 494.891

16. Bank Tata 348.526

17. Bank Umum Sertivia 911.002

18. Bank Upindo 633.708

Lampiran 4

Daftar Potensi Kerugian Negara dalam Peyimpangan PenggunaanBLBI berdasarkan Bank Penerima per 29 Januari 1999

Korupsi dan Penyelewengan BLBI 47/

Page 71: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

IV BDL

1. Bank Anrico -

2. Bank Astria Raya 162.741

3. Bank Citrahasta Danamanunggal 4.181

4. Bank Dwipa Semesta 32.021

5. Bank Guna Internasional 2.251

6. Bank Harapan Sentosa 539.486

7. Bank Industri 183.458

8. Bank Jakarta 85.353

9. Bank Kosagraha Semesta 22.134

10. Bank Mataram Dhanarta 17.909

11. Bank Pacific 2.249.785

12. Bank Pinaesaan 213.106

13. Bank Sejahtera Bank Umum (SBU) 151.668

14. Bank South East Asia Bank (SEAB) 154.403

15. Bank Umum Majapahit 5.722

885.784

-

IKHTISAR

JUMLAH BBO (10 Bank) 32.759.156

JUMLAH BTO (5 Bank) 34.013.896

JUMLAH BBKU (18 Bank) 14.244.892

JUMLAH BDL (15 Bank) 3.824.218

JUMLAH (48 Bank ) 84.842.162

48 Korupsi dan Penyelewengan BLBI/

Page 72: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 4

INKONSISTENSIPENEGAKAN HUKUMDALAM KASUS BLBI

Marwan Batubara

Pada bagian sebelumnya, telah dinyatakan bahwa pengucuran BLBIsarat dengan berbagai penyimpangan dan penyelewengan, hampir padasetiap bentuk fasilitas yang diberikan. Akibat berbagai penyimpangantersebut, negara harus menanggung kerugian sangat besar, yang jika ditotalsecara keseluruhan, termasuk untuk program obligasi rekapitalisasi danbunganya, setidaknya mencapai lebih dari Rp 600 triliun. Dampaknya punmasih harus ditanggung rakyat saat ini dan bahkan hingga beberapa waktuyang akan datang.

Dengan dampak yang luar biasa tersebut, sangat wajar dan logis jikapemerintah melakukan penanganan kasus BLBI secara sangat serius danmeletakkannya sebagai prioritas utama agenda pemerintah. Hal ini terutamaagar uang negara yang telah terkucurkan dalam jumlah besar tersebut dapatkembali, sehingga dapat digunakan untuk mengurangi beban berat

Inkonsistensi Penegakan Hukum dalam Kasus BLBI 49/

Page 73: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

pembayaran utang pemerintah dalam APBN (yang sebagian besarnya jugamerupakan akibat dari perbuatan para koruptor BLBI tersebut).

Keseriusan penanganan kasus BLBI seharusnya dapat terlihat darijumlah koruptor BLBI yang berhasil diadili dan dimintakanpertanggungjawaban. Keseriusan itu juga seharusnya terlihat daripemberian sanksi hukum setimpal yang dikenakan kepada masing-masingkoruptor. Terakhir, adalah pada bagaimana mereka menyelesaikankewajiban-kewajiban pembayaran utang mereka kepada pemerintah.

Namun, pada kenyataannya proses penyelesaian kasus BLBI samasekali jauh dari indikasi keseriusan itu. Bahkan, proses itu sangat nyatamenampakkan ketidakadilan. Untuk memperoleh kembali uang negara yangtelah dikucurkan, pemerintah dengan sangat mudah memberikankeringanan bagi obligor BLBI, seperti antara lain dengan memangkasjumlah utang tunai yang harus dibayar dan membebaskan mereka darituntutan hukum. Padahal, hasil yang didapat pun tidak maksimal, karenatingkat pengembalian uang BLBI (termasuk obligasi rekap) nyatanya hanyaberkisar 28% saja.

Pemberian keringanan bagi obligor BLBI juga melanggar hukum danperaturan perundang-undangan yang ada. Hukum menghendakidiberikannya perlakuan yang sama kepada semua orang, tanpa pandangbulu. Sementara itu, berbagai fasilitas yang diberikan pemerintah kepadaobligor BLBI jelas menunjukkan tidak digunakannya asas tersebut.Bagaimana mungkin para obligor diberikan kemudahan, padahal merekaadalah pihak yang telah menyebabkan kerugian besar bagi negara?

Tulisan ini dan dua bab berikutnya akan menguraikan sejumlahketidakadilan dan inkonsistensi penegakan hukum dalam penyelesaian kasusBLBI. Disini penulis hendak menunjukkan bahwa proses penegakan hukumdalam kasus BLBI selama ini tidak memenuhi asas-asas kepatutan maupunkeadilan. Sebaliknya, penegakan hukum dalam kasus BLBI justru saratdengan kompromi, inkonsistensi, dan bahkan manipulasi. Padahal, tindakanpenyelewengan BLBI yang dilakukan para obligor jelas merupakan tindakpidana yang harus diproses sepenuhnya secara hukum.

Karena itulah, fasilitas-fasilitas pengampunan yang diberikanpemerintah kepada para obligor, seperti mekanisme PKPS (PenyelesaianKewajiban Pemegang Saham) dapat dinyatakan sebagai langkah yang

50 Inkonsistensi Penegakan Hukum dalam Kasus BLBI/

Page 74: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

mengabaikan dan tidak menghormati otoritas hukum. Terlebih lagikebijakan pemberian (R & D), yaitu penghapusan statustindak pidana bagi para obligor kelas kakap yang telah melunasi sebagiankecil utangnya. Hal ini jelas merupakan pelecehan dan penghinaan terhadapsupremasi hukum yang tidak akan pernah dapat dibenarkan dalam sebuahnegara bersendikan hukum seperti Indonesia.

Sebelum bentuk-bentuk inkonsistensi hukum dalam penyelesaian kasusBLBI diuraikan, perlu disinggung terlebih dulu istilah mengenai .Hal ini diperlukan, mengingat konsep kerap disebut sebagaipijakan argumentasi dari pemberian ampun kepada para obligor BLBI.

Istilah berasal dari bahasa Perancis yang secara literal berartikekuatan yang lebih besar . Istilah ini sering digunakan dalamkontrak untuk menyatakan bebasnya salah satu atau kedua belah pihakdalam kontrak, dari beban atau kewajiban jika terjadi hal-hal atau keadaanluar biasa yang berada di luar kendali pihak-pihak yang berkontrak. Keadaanluar biasa yang dimaksud mencakup antara lain perang, demonstrasi,kerusuhan, dan /bencana alam (gempa bumi, banjir, gunungmeletus dan sebagainya).

Dasar pembebasan para pihak dari kewajiban ini adalah karena situasi-situasi dianggap merupakan penghalang bagi salah satu ataukedua belah pihak untuk melaksanakan kewajibannya. Sehingga, denganpencantuman ketentuan mengenai , pihak-pihak yangberkontrak dapat berlepas diri dari kewajiban jika terjadi hal-hal di luarperhitungan atau kendali manusia. Meski demikian, aturan ini sama sekalitidak dimaksudkan untuk membenarkan tindakan penghindaran ataupelepasan diri dari tanggung jawab pihak yang berkontrak dalam memenuhikewajibannya.

Dalam kasus BLBI, bank-bank dan obligor penerima BLBI kerapberlindung dibalik alasan untuk melepaskan diri dari tanggungjawab memenuhi kewajiban membayar seluruh utang-utangnya kepadapemerintah. Hal ini karena, menurut mereka, krisis moneter (yang membuatmereka menerima kucuran BLBI) merupakan kondisi keterpaksaan yang

release and discharge

(rechstaat)

force majeure

force majeure

force majeure

(greater force)

act of God

force majeure

force majeure

force majeure

Force Majeure sebagai Alasan Bangkrutnya Perbankan

Inkonsistensi Penegakan Hukum dalam Kasus BLBI 51/

Page 75: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

tidak dapat dihindari. Atau dengan kata lain, krisis moneter merupakan, sehingga sudah sewajarnya mereka menerima uluran bantuan dari

pemerintah melalui program BLBI untuk menyelamatkan diri dari krisis.Atas dasar alasan itu pula, hendak diyakinkan bahwa bangkrutnyaperbankan meskipun telah menerima kucuran BLBI adalah sesuatu yangharus ditanggung bersama sebagai ”ongkos krisis”.

Padahal, argumentasi-argumentasi tersebut jelas tidak sepenuhnyabenar (bahkan sangat kental dengan aspek ), dan harusdipertanyakan lebih jauh.

Hasil pemeriksaan BPK, misalnya, menemukan bahwa kolapsnyaperbankan pada tahun 1998 (sehingga menyebabkan dana BLBI tidakbanyak membantu dalam menyehatkan kondisi perbankan) ternyata lebihdisebabkan oleh faktor lemahnya sistem pembinaan dan pengawasan bankoleh BI. Bentuk-bentuk lemahnya pengawasan BI tersebut mencakuppelanggaran BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit) dan pemberiankesempatan kepada bank-bank untuk melakukan proses kliring meskipunrekening gironya di BI telah bersaldo negatif.

Selain itu, anggapan bahwa krisis moneter yang terjadi di Indonesiamerupakan peristiwa a juga dapat dibantah. Seperti diketahui, krisisyang melanda Indonesia pada tahun 1998 bermula di Thailand pada tahun1997. Secara bertahap, krisis baru kemudian menyebar ke wilayah-wilayah disekelilingnya, termasuk Indonesia. Karena itulah, menurut pengacara seniorFrans Hendra Winarta, krisis moneter di Indonesia tidak dapatdikategorikan sebagai . Menurut Frans, terjadinya krisis moneter diIndonesia merupakan hal yang dapat diprediksi Sehingga,antisipasi terhadap terjadinya krisis juga sudah sewajarnya merupakantanggung jawab pihak-pihak terkait.

Ketidakadilan dalam kasus BLBI sangat nampak dari prosespenyelesaian yang dilakukan pemerintah untuk menuntaskan kasus ini.Walaupun uang yang dikucurkan pemerintah melalui BLBI demikian besar,namun penyelesaiannya ternyata tidak dilakukan secara serius, konsekuen,dan mempertimbangkan aspek keadilan masyarakat. Pemerintah justru

act of

God

moral hazard

ct of God

act of God

(predictable).

Penyelesaian Kasus BLBI melalui Mekanisme PKPS

52 Inkonsistensi Penegakan Hukum dalam Kasus BLBI/

Page 76: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

memberikan banyak kemudahan dan fasilitas yang meringankan paraobligor BLBI dalam membayar dan melunasi utang-utangnya kepadanegara.

Pemberian sejumlah fasilitas itu, seperti dinyatakan pemerintah,bertujuan agar pengembalian uang negara oleh para bankir dapat terealisasisecara maksimal. Sehingga, fokusnya adalah agar uang pinjaman yangdikucurkan melalui BLBI dapat ditarik kembali ke kas negara.

Logika ini sekilas mungkin terdengar realistis, namun jelas mengandungketidakadilan. Obsesi untuk memperoleh kembali uang negara justru seakanmeremehkan tindakan hukum yang seharusnya diberlakukan kepada paraobligor yang telah melanggarnya. Asalkan para obligor mengembalikanuang, kasus hukum ditutup. Para penikmat uang rakyat itu pun dapatmelenggang bebas tanpa konsekuensi hukum apapun.

Apalagi, ternyata fasilitas yang sudah sangat murah hati tersebutdisalahgunakan juga oleh para obligor dengan melakukan berbagaimanipulasi, seperti penyerahan aset-aset fiktif dan sebagainya. Sehingga,tujuan untuk memperoleh pengembalian uang negara pun pada akhirnyatidak tercapai, dan obligor bebas tanpa sanksi pidana.

Untuk jelasnya, berikut akan dipaparkan sejumlah langkah yangdilakukan pemerintah dalam penyelesaian kasus BLBI dan fasilitas yangdiberikan kepada para obligor BLBI dalam rangka pelunasan utang-utangnya.

Dalam rangka mengoptimalkan pengembalian dana BLBI ke kasnegara, pemerintah melalui BPPN membuat beberapa langkah, yang padaintinya berbentuk tiga hal sebagai berikut:

Mengalihkan kewajiban bank menjadi kewajiban pemegang sahampengendali (pemilik bank). Perjanjian ini khususnya diberlakukanbagi bank-bank beku operasi (BBO) dan bank beku kegiatan usaha(BBKU). Pemerintah, bersama pemegang saham bank-banktersebut menandatangani perjanjian yang dinamakan sebagai

(MSAA) dan(MRNIA).

Mengkonversi BLBI menjadi Penyertaan Modal Sementara (PMS).Pola ini diberlakukan pada bank-bank (BTO).

Master Settlement and Acquisition Agreement Master

Refinancing Agreement and Note Issuance Agreement

take over

Inkonsistensi Penegakan Hukum dalam Kasus BLBI 53/

Page 77: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

� Mengalihkan utang bank ke pemegang saham pengendali, melaluipenandatanganan Akta Pengakuan Utang (APU).

Sejalan dengan langkah-langka di atas, ada beberapa pola perjanjianyang dibuat pemerintah dengan obligor dalam rangka penyelesaian kasusBLBI, yaitu :

Skema ini digunakan pada penerima BLBI yang asetnya dinilai mampumencukupi pembayaran seluruh kewajiban-kewajibannya. MSAAdibedakan menjadi dua jenis, yaitu terhadap pemegang saham pengendaliBBKU dan BTO. Berdasarkan skema ini, obligor BLBI diberikan jangkawaktu 4 tahun untuk menyerahkan aset-asetnya kepada negara sebagaibentuk pelunasan utang-utangnya. MSAA dikritik keras sejumlah kalangankarena dinilai terlalu meringankan obligor dan banyak terjadi pelanggarandalam pelaksanaannya. Aset-aset yang diserahkan para obligor BLBI kepadanegara, pada kenyataannya, jauh lebih rendah daripada nilai kewajiban yangharus dibayarnya. Hal ini karena para obligor me- nilai aset yangdiserahkannya kepada negara. Diantara bank yang memasuki perjanjian iniadalah Bank Central Asia (BCA), Bank Umum Nasional, Bank DagangNasional Indonesia, Bank Surya, dan Bank Risyad Salim Internasional.

Skema ini digunakan pada penerima BLBI yang nilai asetnya tidakmencukupi pembayaran seluruh kewajiban-kewajibannya. Berdasarkanskema ini, selain menyerahkan aset-aset yang dimilikinya, penandatangan(obligor) juga harus menyerahkan jaminan pribadi ( ) danmenyatakan kesediaan untuk menyerahkan tambahan aset jika aset yangsudah diserahkan ternyata belum mencukupi. Jangka waktu yang diberikanuntuk pelunasan juga selama 4 tahun. Diantara bank yang menandatanganiperjanjian ini adalah Bank Modern, Bank Umum Nasional, Bank Danamon,dan Bank Hokindo.

Skema ini merupakan revisi dari model MSAA, sehingga inti perjanjiansama dengan model tersebut, hanya saja pemegang saham pengendali harusbertanggung jawab jika aset yang diserahkan ternyata tidak mencukupiuntuk melunasi pembayaran kewajibannya (mengembalikan dana BLBI

MSAA(

MRNIA(

APU (Akta Pengakuan Utang)

Master Settlement andAcqusitionAgreement)

Master Refinancing and Notes IssuanceAgreement)

mark up

personal guarantee

54 Inkonsistensi Penegakan Hukum dalam Kasus BLBI/

Page 78: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

yang diterima). Berdasarkan APU, pemegang saham harus menyelesaikankewajiban-kewajibannya secara tunai dan berkala dalam jangka waktu yangditentukan. Dalam pelaksanaannya, karena banyaknya obligor yang gagalmemenuhi target penyelesaian, sebagian skema APU telah direformulasi,dimana jumlah kewajiban yang harus dibayar pemegang saham (JKPS)dihitung ulang. Bank-bank yang menandatangani perjanjian ini adalah BankBumi Raya Utama, BIRA, Bank Sewu, Bank Hastin, Bank Tata, BankNamura Yasonta, Bank Indotrade, Bank Putera, Bank Baja, Bank LautanBerlian, Bank Papan Sejahtera, Bank Yama, Bank Tamara, Bank NusaNasional, Bank Intan, Bank PSP, Bank Namura Maduma, BankMetropolitan, Bank Umum Servitia, Bank Aken, Bank Mashill, dan BankSanho.

Sejumlah pihak menilai skema-skema perjanjian di atas sesungguhnyamerugikan posisi pemerintah. Skema tersebut, misalnya, memungkinkanobligor untuk menggelembungkan nilai asetnya, sehingga tidak sebandingdengan jumlah kewajiban yang harus dibayarnya. Hal itu dapat terjadi karenadalam perjanjian, kewajiban para obligor cukup dinyatakan dalam bentukpernyataan dan jaminan Obligor terlepas darikewajiban untuk menambah jumlah aset yang diserahkannya ke BPPN jikaternyata ditemukan nilai aset tersebut di bawah estimasi awal. Akibatnya,ditemukan aset yang diserahkan para obligor hanya sekitar 28persen dari nilai yang dinyatakannya.

Penyerahan aset-aset tersebut juga dinilai sebatas formalitas belaka,mengingat pengelolaan aset tetap dilakukan pemilik lama (yaitu obligorBLBI). Hal ini dikarenakan BPPN sebagai pihak yang diserahkan aset tidakmemiliki kelengkapan organisasi dan SDM yang diperlukan untukmengelola aset-aset tersebut. Artinya, secara , aset tetap di tanganpemilik lama. Para pemilik lama tersebut, bahkan diberi gaji untuk mengurusaset-asetnya. Karena itu, kesepakatan ini jelas sangat menguntungkan posisiobligor.

(representation and warranties).

recovery rate

de facto

Tabel 1

Inkonsistensi Penegakan Hukum dalam Kasus BLBI 55/

Page 79: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Ketidakadilan dalam Penyelesaian Kasus BLBI

Selain skema-skema yang lebih banyak menguntungkan obligor sepertidiuraikan di atas, ketidakadilan dalam penyelesaian kasus BLBI ditambahlagi dengan keluarnya Inpres No.8 Tahun 2002 tentang Pemberian JaminanKepastian Hukum kepada Debitur yang Telah MenyelesaikanKewajibannya atau Tindakan Hukum kepada Debitur yang TidakMenyelesaikan Kewajibannya Berdasarkan PKPS. Inpres ini lebih dikenaldengan nama Inpres (R & D). Disebut demikian karenaRelease and Discharge

Keterangan MSAA MRNIA APU

Jangka Waktu 4 Tahun 4 Tahun 4 Tahun

Aset yangDiserahkan

Sebagai MekanismePenyelesaianKewajiban (AssetSettlement)

SebagaiJaminan

Sebagai Jaminan

KewajibanPemegang Saham

Sebatas Pernyataandan Jaminan yangDisepakati dalamPerjanjian

SejumlahKewajibanMelaluiMekanismeJaminan Pribadi(PersonalGuarantee)

SejumlahKewajiban MelaluiAkta PengakuanUtang yangDiterbitkan olehPemegang Saham

Pembayaran Bersumber dariPenjualan Aset yangDikuasai Pemerintah

PemegangSaham, TapiTidak DitetapkanSecara Berkala

Pembayaran Pokokdan Bunga SecaraBerkala

Tingkat Bunga - 20% per tahun SBI + 3% per tahun

Keterangan Lain Dibentuk PerusahaanInduk untukMemonitor ProsesPenjualan Aset yangDiserahkan

DibentukPerusahaanInduk untukMemonitorProsesPenjualan Asetyang Diserahkan

MenggunakanPrinsip "Co-Debtor", Debitur(Perusahaan) danPemegang SahamMenjadi PengutangBersama

Sumber: I Putu Gede Arysuta, sebagaimana dimuat dalam Laporan, Indonesia Corruption Watch, 2006.

“Position PaperPenyelesaian Hukum Kasus BLBI”

Tabel 1

Struktur Perjanjian PKPS

56 Inkonsistensi Penegakan Hukum dalam Kasus BLBI/

Page 80: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Inpres ini pada dasarnya berisi instruksi pada sejumlah menteri danpejabat, khususnya di bidang ekonomi dan hukum (yaitu Menko BidangPerekonomian, Menteri Kehakiman dan HAM, Meneg BUMN, JaksaAgung, Kepala Kepolisian RI, dan Ketua BPPN) untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh kewajiban parapemegang saham (obligor BLBI) kepada BPPN.

Namun, dalam rangka percepatan penyelesaian kewajiban tersebut,pemerintah justru menetapkan peraturan yang sangat meringankan obligor,yaitu bahwa mereka

dan membayar 70% sisanya dengansertifikat hak bukti kepada BPPN untuk memperoleh Surat KeteranganLunas (SKL). Dengan memegang SKL, semua obligor dibebaskan darituntutan pidana.

Berbagai fasilitas tersebut tentu saja menunjukkan ketidakadilan Inpresini. Inpres ini sekaligus menunjukkan proses penegakan hukum dapatdikorbankan oleh keputusan politik. ICW mencatat, akibat Inpres R & D,Kejaksaan menghentikan proses penyidikan terhadap sekitar 10 tersangkakorupsi BLBI di tahun 2004.

Sampai kini, proses penyelesaian kasus BLBI tidak juga berhasildituntaskan pemerintah (yang juga telah sekian kali berganti). Sejumlahkasus hukum masih menunggu penyelesaian dan keputusan akhir daripengadilan. Menurut ICW, saat bubarnya, BPPN mewariskan 1.361 kasushukum yang meliputi 447 obligor dengan nilai utang mencapai Rp 25 triliun.Dari 1.361 kasus hukum tersebut, sebanyak 178 kasus (13%) dimenangkanBPPN, 56 perkara (4%) dimenangkan obligor, dan sejumlah 1.100 kasus(81%) masih dalam proses di berbagai tingkat peradilan, baik bandingmaupun kasasi.

Sementara itu, dari sekitar Rp 600 triliun dana BLBI dan rekapitalisasiperbankan yang dikucurkan pemerintah, uang yang telah kembali adalah

Inpres ini membebaskan obligor BLBI dari semua tuntutan hukumapabila mereka bersedia membayar sebagian kewajibannya.

cukup membayar secara tunai 30% saja darikeseluruhan kewajiban mereka

Bahkan, mereka yang sedang dalam prosespenyidikan, akan memperoleh SP 3 (Surat Penghentian PengusutanPerkara). Sedangkan, bagi mereka yang telah memasuki proses dipengadilan, SKL akan dijadikan sebagai atau bukti baru yangakan membebaskan mereka.

novum

Inkonsistensi Penegakan Hukum dalam Kasus BLBI 57/

Page 81: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

sebesar Rp 152,4 triliun, yang terdiri dari setoran tunai Rp 107,67 triliun,obligasi Rp 14,994 triliun, tunai non APBN sejumlah Rp 9,7 triliun, danobligasi daur ulang ( ) sebesar Rp 20,541 triliun.

Dalam upayanya menyelesaikan kasus BLBI, pemerintah (khususnya dimasa kepemimpinan Megawati) justru telah melakukan pelanggaran hukumsangat serius. Pelanggaran itu adalah dikeluarkannya Instruksi Presiden No.8/2002 tentang (R & D).

Inpres ini menginstruksikan segenap menteri dan pejabat terkait dipemerintahan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan bagipenyelesaian kewajiban pemegang saham dalam rangka penyelesaianseluruh kewajibannya kepada BPPN berdasarkan perjanjian MSAA,MRNIA dan APU

Seperti telah disebutkan di atas, dalam salah satu butirnya, Inpres inimenginstruksikan agar obligor yang telah membayar utangnya secara tunaisebesar minimum 30% dan bersedia membayar sisanya dengan sertifikatbukti kepada BPPN, diberikan Surat Keterangan Lunas (SKL). Denganmemegang SKL, mereka yang diperiksa dalam proses penyidikan akandiberikan SP3 (Surat Penghentian Penyidikan Perkara), dan mereka yangtengah diproses di pengadilan dapat dibebaskan dengan menjadikan SKLsebagai atau bukti baru.

Dengan kata lain, Inpres ini pada intinya memberi putusan bebas bagiobligor BLBI yang telah memenuhi skema penyelesaian utang yangditentukan pemerintah, meskipun mereka telah melakukan pelanggaranhukum sekalipun.

Karena itu, melalui penerbitan Inpres R & D, pemerintah (saat itudipimpin Megawati) jelas telah(persamaan kedudukan di mata hukum) Mereka yang telah melakukantindak pidana, dapat dibebaskan dari jerat hukum hanya karena membayarkewajibannya (itupun hanya 30% saja). Padahal, pembayaran kewajibanmerupakan bagian dari proses penyelesaian pada aspek perdata yang tidakdapat menghapus tindak pidana yang telah dilakukan.

recycled bonds

Release and Discharge

.

novum

Pelanggaran Hukum dalam Inpres No. 8/2002 tentang

Release and Discharge

melanggar prinsip.

equality before the law

58 Inkonsistensi Penegakan Hukum dalam Kasus BLBI/

Page 82: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Dengan penerbitan Inpres ini, pemerintah juga dinilai telah melakukanintervensi terhadap kekuasaan yudikatif karena memerintahkanpenghentian proses hukum yang sedang berlangsung. Kasus BLBI yangmerupakan kasus pidana, diselesaikan oleh Presiden Megawati hanyadengan pendekatan kekuasaan semata.

Dapat dinyatakan, sejumlah ketentuan hukum yang secara nyatadilanggar oleh Inpres No. 8 Tahun 2002 antara lain mencakup Pasal 1 Ayat 3UUD 1945, Tap MPR No. IX/MPR/1998, Tap MPR No. VIII/MPR/2001,Tap MPR No. X/MPR/2001, Pasal 4 UU No. 31 Tahun 1999, Pasal 2 Ayat 1UU No. 5 Tahun 1991, dan beberapa pasal dalam KUHP (penjelasan lebihrinci tentang ketentuan yang dilanggar tersebut akan diuraikan dalam Bab 7).

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka keberadaan Inpres No. 8 Tahun2002 tentang R & D dapat dinyatakan . Mahkamah Agungsudah sepatutnya membatalkan Inpres ini dan membatalkan pula pemberianfasilitas kepada para obligor BLBI, termasukmembatalkan SP3 yang dikeluarkan Kejaksaan Agung. Perlu dicatat,pemberian Surat Keterangan Lunas (SKL) kepada obligor yang telahmenyelesaikan kewajibannya hanya dapat menghilangkan aspekkeperdataannya saja. Sedangkan, secara pidana, proses hukum terhadapobligor BLBI tetap harus dilaksanakan hingga tahap persidangan dipengadilan.

Kalaupun pemerintah tetap merasa perlu untuk memberi fasilitaskeringanan bagi obligor yang kooperatif (dengan tujuan agar pengembalianuang negara dapat cepat terlaksana), hal itu hanya dapat dimungkinkanmelalui mekanisme pemberian grasi dari Presiden setelah ada putusanhukum di pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dan obligortelah mengembalikan seluruh utangnya. Artinya, obligor tetap harusmengikuti proses hukum dan memperoleh vonis pengadilan terlebih dulu,setelah itu baru dapat diberikan keringanan atau dibebaskan dari hukuman.Pemberian grasi merupakan hak prerogatif Presiden sehingga bukanmerupakan intervensi terhadap kekuasaan yudikatif.

Sampai saat ini, penyelesaian hukum kasus BLBI belum juga tuntasmeskipun sudah melalui empat kali pergantian masa pemerintahan. Hal inimengindikasikan kasus BLBI tak lepas dari keterlibatan sejumlah oknum

cacat hukum

release and discharge

(inkracht)

Inkonsistensi Penegakan Hukum dalam Kasus BLBI 59/

Page 83: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

pejabat di eksekutif, legislatif dan yudikatif. Termasuk pula, indikasioleh oknum penegak hukum di pengadilan.

judicial

corruption

60 Inkonsistensi Penegakan Hukum dalam Kasus BLBI/

Page 84: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin
Page 85: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 5

MEKANISME PKPS :MENYELESAIKAN KASUSKORUPSI DENGANMENGABAIKAN HUKUM

Marwan Batubara

Hasil audit BPK pada tahun 2000 (No.06/01/Auditama II/AI/VII/2000) menunjukkan terdapat berbagai penyimpangan dalampenggunaan BLBI sehingga BPK kemudian menyimpulkan adanyasangkaan tindak pidana atau perbuatan yang merugikan keuangan negara.Selanjutnya, hasil audit BPK pada tahun 2006 (No.34G/XII/11/2006)kembali menunjukkan sejumlah penyimpangan dalam kasus ini, kali inidalam penyelesaian kewajiban (pembayaran utang) obligor BLBI.

Tercatat, berdasarkan audit-audit BPK tersebut, terdapat beberapabentuk penyimpangan dalam kasus BLBI yang tidak saja terkategori sebagaipelanggaran perdata, tetapi juga tindak pidana, seperti antara lain:

, penyalahgunaan dana BLBI, yaitu BLBI tidak digunakan untukmembayar dana nasabah sebagaimana mestinya. Dana BLBI justrudigunakan para debitur/obligor untuk keperluan yang tidak sesuai dengan

Pertama

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 61/

Page 86: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

ketentuan, seperti untuk melunasi pinjaman subordinasi, melunasikewajiban pembayaran bank umum yang tidak dapat dibuktikankebenarannya, membayar kewajiban kepada pihak terkait, transaksi suratberharga, melunasi dana pihak ketiga yang melanggar ketentuan, membiayaikontrak derivatif baru, membiayai ekspansi kredit, membiayai investasidalam aktiva tetap, dan membiayai bank umum.

, pengucuran BLBI kepada kelompok sendiri dengan melanggarBatas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). BMPK membatasipemberian kredit kepada kelompok sendiri, tapi dalam kenyataannya, kreditjustru diberikan kepada unit usaha yang dimiliki oleh pemilik bank yangbersangkutan. Padahal, menurut pasal 49 ayat (2) pasal 50 pasal 50 A UUNo 10 Tahun 1998 pelanggaran BMPK merupakan tindak pidana.

terjadinya penggelembungan aset yang dilakukan para obligorBLBI untuk menutupi kewajibannya melalui skema MSAA dan MRNIA.Nilai dari aset-aset yang diserahkan para obligor dan debitur kepadapemerintah pada kenyataannya jauh lebih kecil dari nilai utangnya.

Dengan berbagai temuan tersebut, ironisnya, hanya sebagian kecil dariobligor BLBI yang diproses secara hukum melalui peradilan. Sebagian besarobligor justru diproses di luar jalur peradilan atau disebut dengan istilah

melalui pola Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham(PKPS). Hal-hal ini menunjukkan penyelesaian kasus BLBI secara nyatadilakukan dengan cara yang jauh dari asas penegakan hukum dan rasakeadilan.

Seperti namanya, PKPS atau Penyelesaian Kewajiban Pemegang Sahamadalah mekanisme yang disediakan pemerintah bagi obligor BLBI untukmenyelesaikan kewajiban-kewajibannya terkait BLBI yang diterimanya.Dalam definisi yang lebih rinci, PKPS dinyatakan sebagai:

penyelesaian atas kredit, fasilitas dan manfaat lainnya yang diterimasecara tidak wajar oleh eks Pemegang Saham Pengendali (PSP) dangrupnya ( ) dari Bank Dalam Penyehatan (BDP);

overhead

jo jo

,

out

of court settlement

affiliated loans

Kedua

Ketiga

release and dischargePuncak dari penyelewengan tersebut kemudian terjadi

dengan diterbitkannya Inpres No. 8/2002 tentangoleh Presiden Megawati.

Pola PKPS dan Dasar Hukumnya

62 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 87: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

� dan/atau pembebanan seluruh/sebagian kerugian BDP kepada eksPSP.

Artinya, terdapat dua kategori debitur yang harus mengikuti PKPS,yaitu debitur yang menerima BLBI secara tidak wajar (misalnya diberikanoleh bank yang merupakan kelompok usahanya sendiri dengan melanggarjumlah BMPK) dan debitur yang menerima pelimpahan kewajiban/utangdari bank yang dimilikinya (bank yang sebagian besar sahamnya dimilikidebitur).

PKPS diartikan sebagai perjanjian yang mengatur tata cara penyelesaiankewajiban pihak terkait yang dibuat oleh dan antara eks PSP (pemegangsaham pengendali) dan Ketua BPPN dengan persetujuan MenteriKeuangan. PKPS merupakan penyelesaian di luar jalur pengadilan (

) atas dugaan pelanggaran hukum atau transaksi tidak wajar( ) yang merugikan bank dan menguntungkan PSP atau pihakterkait. Konon, penyelesaian PKPS di luar jalur pengadilan dimaksudkanuntuk mempercepat dan mengoptimalkan pengembalian uang negara.

Namun demikian, PKPS hanya dikenakan kepada PSP BTO (BankTake Over), BBO (Bank Beku Operasi), dan BBKU (Bank Beku KegiatanUsaha) yang bersedia dan kooperatif. Apabila PSP BTO, BBO dan BBKUtidak bersedia dan tidak kooperatif, maka BPPN akan menyelesaikannyamelalui jalur hukum (litigasi), baik jalur hukum pidana maupun perdata.

Sebelumnya, perlu dijelaskan, BBO adalah bank-bank yang sudahdibekukan karena tidak layak lagi untuk diteruskan operasinya, dimanajumlah kewajiban yang harus diselesaikan oleh pemilik saham mayoritasyang lama adalah jumlah total pasiva/kewajiban (di luar pinjaman dari pihakyang terafiliasi) dikurangi dengan total nilai aktiva (aset) bersihnya.Sementara itu, BTO adalah bank-bank yang masih diteruskan operasinyatetapi telah dimiliki oleh pemerintah, dimana jumlah kewajiban yang harusdiselesaikan pemilik (pemegang saham mayoritas) bank yang lama adalahsebesar jumlah pinjaman yang diberikan kepada pihak terafiliasi. PKPSdilakukan melalui tiga pola, yaitu:

MSAA adalah suatu perjanjian antara eks PSP BTO/BBO denganpemerintah (diwakili oleh Menteri Keuangan dan Ketua BPPN) untuk

out of

court settlement

irregularities

MSAA(Master Settlement andAcqusitionAgreement)

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 63/

Page 88: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

menyelesaikan kewajiban eks PSP BTO/BBO, dengan cara penyerahan aset( ) dari PSP kepada BPPN yang nilainya setara dengan jumlahkewajiban PSP, tanpa disertai jaminan pribadi.

MRNIA adalah perjanjian antara eks PSP BTO/BBO dan pemerintah(diwakili oleh Menteri Keuangan dan Ketua BPPN) untuk menyelesaikankewajiban eks PSP BTO/BBO, dengan cara penyerahan aset ( )dari PSP kepada BPPN yang nilainya lebih kecil dibandingkan denganjumlah kewajiban yang harus diselesaikan, disertai jaminan pribadi sebesarnilai kewajiban yang harus diselesaikan PSP.

Adalah suatu perjanjian antar eks PSP BTO dan BBKU dengan KetuaBPPN (atau pejabat BPPN yang mewakili), untuk menyelesaikan kewajibaneks PSP BTO atau BBKU disertai dengan jaminan aset.

Perjanjian PKPS yang pertama kali ditandatangani oleh Menkeu danKetua BPPN adalah PKPS BCA (BTO) dan BDNI (BBO) pada tanggal 21September 1998. Pada saat itu, tidak ada ketentuan perundang-undanganyang secara tegas mengatur tentang PKPS. Pemerintah baru kemudianmenerbitkan peraturan dan berbagai kebijakan yang

atau legitimasi atas skema PKPS BBO dan BTO, setelahpenandatanganan PKPS dilakukan. Namun, untuk PKPS BDP, peraturan-peraturan tersebut tetap tidak secara tegas mengaturnya.

Peraturan-peraturan itu antara lain adalah:

UU No.10/1998 tentang Perbankan, khususnya pada pasal 37Aayat 3 huruf l (disahkan pada tanggal 10 November 1998);

PP No.17/1999 tentang BPPN pada pasal 44 (27 Februari 1999);

SK Bersama Menkeu & Gubernur BI No.117/KMK.017/1999dan No.31/15/KEP/GBI (tanggal 26 Maret 1999);

UU No 25/2000 tentang Propenas, pada bab IV butir C.3.4.2(tanggal 20 November 2000);

Lampiran UU No.35/2000 tentang APBN 2001 pada butir II.2.3.7(tanggal 21 Desember 2000);

asset settlement

asset settlement

MRNIA(

APU (Akta Pengakuan Utang)

Master Refinancing and Notes IssuanceAgreement)

memberikanlandasan hukum

64 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 89: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

TAP MPR No.X/2001 yang menyatakan bahwa MPR menugasipemerintah, dalam hal ini BPPN, untuk secara konsistenmelaksanakan MSAA seusai undang-undang.

Sesuai Laporan BPK No.34G/XII/11/2006, sampai dengan tanggal 30April 2004, BPPN mengelola 72 bank yang terdiri dari 65 Bank DalamPenyehatan (BDP) dan 7 bank Umum Peserta Rekapitalisasi (Bank Rekap).Dari 65 BDP tersebut, 13 Bank diserahkan dengan status Bank

(BTO), 10 bank diserahkan kepada BPPN dengan status Bank BekuOperasi (BBO), 42 bank diserahkan dengan status Bank Beku KegiatanUsaha (BBKU).

Berdasarkan (LDD) dan (FDD)yang dilakukan, BPPN mengelompokkan 65 BDP tersebut menjadi 3kategori, yaitu:

Kategori A, yaitu BDP yang menurut laporan LDD dan FDD tidakditemukan indikasi pelanggaran hukum dan/atau transaksi tidakwajar yang menguntungkan eks PSP atau pihak terkait, sehinggaPSP tidak diwajibkan mengikuti PKPS (terdapat 16 bank);

Kategori B, yaitu BDP yang menurut laporan FDD dan LDDditemukan indikasi pelanggaran hukum ( ) dan/atautransaksi tidak wajar yang menguntungkan PSP atau pihak terkait,sehingga PSP diwajibkan mengikuti PKPS dan PSP bersikapkooperatif/bersedia mengikutinya (ada 39 bank, yaitu 32 bankmelaksanakan PKPS dan 7 bank melakukan pembayaran tunai);

Kategori C, yaitu BDP yang menurut LDD dan FDD ditemukanindikasi pelanggaran hukum ( ) dan/atau transaksi tidakwajar yang menguntungkan PSP atau pihak terkait, sehingga PSPwajib mengikuti PKPS, namun PSP bersikap tidak kooperatif/tidakbersedia menjalani PKPS (ada 7 bank).

Dengan kategorisasi berdasarkan FDD dan LDD di atas, BPK telahmenyusun daftar BDP yang tidak mengikuti program PKPS (Kategori Adan C) dan yang mengikuti program PKPS (Kategori B) sepertidiperlihatkan pada Lampiran 1. Adapun bank-bank yang mengikutiprogram PKPS sesuai pola yang disepakati adalah sebagai berikut:

Take

over

Legal Due Diligence Financial Due Diligence

irregularities

irregularities

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 65/

Page 90: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

PKPS MSAA, diikuti 5 bank yaitu: BCA, BDNI, BUN, Bank Suryadan Bank RSI dengan total nilai JKPS (Jumlah KewajibanPemegang Saham) sebesar Rp 89,875 triliun;

PKPS MRNIA, terdapat 4 bank yaitu: Bank Danamon, BankUmum Nasional, Bank Modern dan Bank Hokindo dengan nilaiJKPS Rp 23,842 triliun;

PKPS APU, ada 24 bank dengan nilai JKPS Rp 18,331 triliun.

Status penyelesaian PKPS 65 bank yang terkategori sebagai BDP,setelah dikelola BPPN, dapat dirangkum sebagai berikut:

Tabel 1

Status Penyelesaian PKPS

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Selesai secara administratif :

- Membayar tunai tanpa PKPS 22 bank

- Ikut PKPS & Memperoleh SKL 22 bank

Sub-total 44 bank

2. Tidak selesai & diproses lebih lanjut:

- Ikut PKPS tetapi tidak memperoleh SKL 9 bank

- Tidak ikut PKPS dan tidak memperoleh SKL 12 bank

Sub-total 21 bank

----------

Total 65 bank

Seperti telah disebutkan, peraturan-peraturan pendukung untuk PKPSditerbitkan oleh pemerintah, baik pada masa Habibie, Gus Dur maupunMegawati, setelah penandatanganan PKPS untuk melegitimasi langkah-langkah dan pola PKPS yang tengah dijalankan. Padahal, sesuai asas hukumdan keadilan, pemerintah seharusnya menjalankan PKPS dengan mengacukepada undang-undang dan peraturan yang sudah ada sebelumnya.Penetapan peraturan baru harus dilakukan secara objektif sesuai dengankebutuhan pelaksanaan PKPS. Singkatnya, PKPS-lah seharusnya yang

66 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 91: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

menyesuaikan diri dan tidak bertentangan dengan berbagai peraturantersebut bukan sebaliknya.

Dengan demikian, lolosnya pelaku pidana dari jerat hukum melaluiPKPS merupakan akibat dari tidak ditegakkannya hukum, sikap korupsebagian besar obligor dan oknum pejabat, serta kebijakan pemerintah yangsalah, termasuk pula adanya tekanan dan kepentingan IMF yang dengantunduk dipenuhi oleh Presiden-Presiden RI.

Langkah-langkah di atas diprogram untuk dilakukan oleh BPPN dalamrangka pelaksanaan tugas penyehatan bank dan mengupayakanpengembalian uang negara yang telah terkucurkan melalui BLBI, DanaTalangan BPPN dan klaim Program Penjaminan, kepada BDP (Bank DalamPenyehatan) milik para debitur. Seperti diketahui, tugas BPPN itu tercantumdalam UU No.10/1998 dan PP No.17/1999, dimana BPPN melaksanakanprogram PKPS sesuai dengan kewenangannya sebagaimana diatur dalamUU dan PP tersebut.

Dengan mengacu kepada Tabel 1, selanjutnya akan diberikan uraiantentang obligor yang mendapat SKL, obligor yang tidak memperoleh SKLmeskipun ikut PKPS, dan obligor yang tidak mengikuti PKPS dan tidakmendapat SKL. Perlu diingat bahwa obligor yang tidak mengikuti PKPS iniadalah obligor yang melanggar hukum sesuai laporan FDD & LDD namuntidak bersedia/kooperatif menjalankan PKPS.

Berdasarkan Inpres No.8/2002, Presiden antara lain memerintahkanKetua BPPN, setelah mendapat persetujuan KKSK dan Meneg BUMN,agar para debitur yang telah menyelesaikan kewajibannya (baik melaluiprogram MSAA, MRNIA dan APU) diberikan bukti penyelesaian berupapelepasan dan pembebasan dalam rangka jaminan kepastian hukumsebagaimana diatur dalam perjanjian-perjanjian tersebut.

Obligor yang Mendapat SKL dan SP3

Untuk melaksanakan Inpres No.8/2002, BPPN telah membuatPerjanjian Penyelesaian Akhir (PPA) dengan para pemegang saham (PS)atau obligor yang telah menyelesaikan kewajibannya. Selain itu BPPN jugatelah mengeluarkan Surat Keterangan Lunas (SKL) kepada para obligoryang telah menyelesaikan kewajibannya. Nama-nama obligor yang telah

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 67/

Page 92: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Sumber : Laporan BPK No.34/XII/11/2006No 1-5: Pola MSAA; No 6-21: PolaAPU. Tidak ada peserta pola MRNIAyang

memperoleh SKL.Catatan:

Tabel 2

Daftar Penerima Surat Keterangan Lunas

No. Nama Pemegang Saham Bank Nilai Utang (Juta Rp)

1. Soedono Salim Bank Central Asia (BCA) 52.767.575

2. Ibrahim Risjad Risjad Salim Internasional (RSI) 664.107

3. Samsul Nursalim BDNI 28.408.000

4. Bob Hasan BUN 6.189.882

5. Sudwikatmono Surya 1.886.400

6. Siti Hardijanti Rukmana Yakin Makmur (Yama) 213.291

7. Hasjim Djojohadikusumo Papan Sejahtera 298.300

8. Njoo Kok Kiong Papan Sejahtera 149.150

9. Honggo Wendratmo Papan Sejahtera 149.150

10. Andy Hartawan Sardjito Baja Internasional 42.543

11. Soeparno Adijanto Bumi Raya Utama 63.730

12. Mulianto Tanaga Indotrade 47.682

13. Philip S. Widjaja Mashill 67.854

14. Ganda Eka Handria Sanho 20.099

15. Nirwan Bakrie Nusa Nasional 5.106.509

16. Husudo Angkosubroto Sewu Internasional 258.845

17. Iwan Suhardiman Tamara 53.009

18. Thee Ning Khong Baja Internasional 73.539

19. The Tje Min Hastin 196.492

20. The Ning King Danahutama 18.062

21. Hendra Liem Budi 17.632

Total 96,691,851

68 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

menandatangani PPA dan memperoleh SKL adalah seperti diperlihatkanpada tabel di bawah ini.

Sumberng

memperoleh SKL.

: Laporan BPK No.34G/XII/11/2006

No 1-5: Pola MSAA; No 6-21: Pola APU. Tidak ada peserta pola MRNIA yaCatatan:

Page 93: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tabel 3

Daftar Peserta MRNIA yang Tidak Memperoleh SKL

No. Bank PSP JKPS (Juta Rp) Status

1. Danamon Ind. Usman Admadjaja 12.532.749 Tidak Ada Kepastian

2. Hokindo Ho Kianto/Ho Kiarto 297.571 Dialihkan ke TP-BPPN

3. BUN Kaharudin Ongko 8.347.882 Pengadilan: Bebas

4. Modern Samadikun Hartono 2.663.873 Pengadilan: Buron

Total 23,842,075

Sumber: Laporan BPK RI No.34G/XII/11/2006

Dengan memperoleh SKL, maka para obligor bebas dari tuntutanpidana, mengingat pemerintah menetapkan penyelesaian kasus BLBImelalui mekanisme di luar pengadilan. Padahal, seperti disampaikan di atas,para obligor tesebut telah melanggar BMPK dan berbagai penyelewenganlain seperti dilaporkan BPK. Selanjutnya,

Karena itu, SKL yang diperoleh sejumlah obligormerupakan sesuatu yang harus ditinjau kembali kelayakannya (beberapacontoh kasus obligor yang menyimpangkan BLBI dan memanipulasipelunasan melalui mekanisme PKPS akan dibahas dalam bab 9).

Meskipun telah mengikuti PKPS lebih dari 4 tahun, ternyata banyakbank yang tidak mampu menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan JKPS.Para PSP yang tidak mampu menyelesaikan kewajibannya tersebut, sehinggatidak memperoleh SKL melalui PKPS MRNIA, diperlihatkan pada tabelberikut ini.

bahkan ditemukan bahwapelunasan atas PKPS dilakukan sejumlah obligor dengan penuhmanipulasi dan kecurangan, seperti menyerahkan aset-aset fiktifkepada BPPN.

Obligor PKPS MRNIA yang Tidak Mendapat SKL

Berdasarkan laporan BPK, nilai JKPS PSP empat bank yang mengikutipola MRNIA tersebut adalah Rp 23,842 triliun. Namun, pelaksanaan PKPStidak seluruhnya sesuai dengan perjanjian, terutama dilihat dari penyerahan

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 69/

Page 94: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

aset yang dijanjikan dan dijaminkan kepada BPPN, seperti aset yang tidakberada dalam kondisi dan bahkan dalam kondisi dijaminkankepada pihak lain.

Berikut disampaikan latar belakang tidak keluarnya SKL kepadabeberapa obligor pola MRNIA.

Usman Admadjaja sebagai PSP Bank Danamon tidak memperoleh SKLkarena beberapa hal terkait kondisi aset-aset yang diserahkannya kepadaBPPN, seperti antara lain: penurunan jumlah saham perusahaan asuransi PTALICA yang dialihkan kepada perusahaan induk (BKA)/BPPN; adanyatuntutan hukum dari pihak ketiga kepada PT Kuningan Persada, adanyapembatalan HGB Milik PT Bahana Sukma Sejahtera (BSS), dan klaim atastanah milik PT Bentala Mahaya; serta perubahan jumlah saham PT BSS yangdiserahkan kepada BKA.

Banyaknya penyimpangan yang dilakukan Usman Admadjaja dalamPKPS MRNIA menyebabkan yang diperoleh hanya 15,21%.Artinya, dari kewajiban JKPS Rp 12,533 triliun, BPPN hanya memperolehRp 1,906 triliun dari aset-aset dan saham-saham perusahaan yang diserahkanUsman!

Secara umum, BPPN juga menilai aset yang diserahkan Usman lebihrendah dibandingkan penilaian yang diakui olehnya. Karena itu, sebagaijaminan atas pelunasan JKPS, BPPN mewajibkan Usman untukmenyerahkan jaminan tambahan berupa (jaminan pribadi).

Karena berbagai penyelewengan di atas, BPPN akhirnya tidakmengeluarkan SKL kepada Usman. Dengan demikian, seperti ditulis BPKdalam laporannya, tidak ada pula kepastian hukum bagi Bank Danamon.Namun, meskipun belum memperoleh SKL, kita juga tidak mengetahuikelanjutan PKPS Usman, serta pertanggungjawabannya atas kerugiannegara yang mencapai Rp 10 triliun ( atas utang Rp 12,533 triliunhanya 15,21%). Yang kita tahu, hanyalah bahwa Usman kini merupakansalah satu orang yang masuk dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia,dengan kekayaan US$ 85 juta.

free and clear

recovery rate

personal guarantee

recovery rate

UsmanAdmadjaja

70 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 95: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kaharudin Ongko (BUN)

Sesuai dengan perhitungan, JKPS BUN adalah Rp 13,998 triliun yangditanggung oleh Muhammad Hasan (Bob Hasan) dan Kaharudin Ongkomasing-masing Rp 6,159 triliun (44%) dan Rp 7,839 triliun (56%).Belakangan, dilakukan koreksi pada JKPS Ongko menjadi Rp 8,348 triliunpada tanggal 22 Desember 1999. Setelah melalui proses selama 4 tahun, BobHasan akhirnya memperoleh SKL. Namun tidak demikian dengan Ongko.

Secara umum, BPPN menilai aset yang diserahkan Ongko lebih rendahdibandingkan penilaian yang diakuinya. Sebagai jaminan atas pelunasanJKPS, BPPN mewajibkan Ongko menyerahkan jaminan tambahan berupa

(jaminan pribadi). Terjadi perbedaan nilai aset yangdiserahkan oleh Ongko kepada BPPN. Menurut Ongko, nilai asetnyamencapai Rp 5,276 triliun, sedangkan menurut BPPN nilainya hanya Rp1,664 triliun. Perbedaan nilai aset ini sudah menunjukkan itikad Ongko.

Dalam rangka pelaksanaan kewajiban menurut PKPS MRNIA, Ongkodiwajibkan menyerahkan seluruh asetnya kepada suatubernama PT Arya Mustika Mulia Abadi (PT AMMA). AMMA, padakenyataannya pun dijalankan Ongko karena ia yang memiliki 99% sahamperusahaan ini (sisa 1% nya dimiliki oleh Santosa Arief GunawanSastradiputra).

Ironisnya, meskipun AMMA mengelola aset yang demikian besarsebagai sumber dana yang harus dikembalikan kepada negara, BPPN justrutidak mempunyai direksi/komisaris sebagai wakil di AMMA. BPPN jugatidak menyusun (OADP) sebagai perencanaanpenjualan aet-aset eks pemegang saham yang telah dialihkan ke BPPN.Dalam praktiknya, AMMA malah membentuk perusahaan lain untukmengelola aset properti Ongko, yaitu PT Anugrah Cermin Mulia (ACM).

Dengan melepas wewenang pengelolaan dan penjualan aset kepadaOngko sebagai mantan pemiliknya, maka kemungkinan terjadinyapenyelewengan sangat besar. Sehingga tidak mengherankan kalau hasilpenjualan aset Ongko hanya sebesar Rp 103,026 miliar. Dengan kewajibanRp 8,306 triliun sebagaimana tercantum dalam PKPS, makaMRNIA Ongko hanya 1,23%! Dengan utang lebih dari Rp 8 triliun danhanya membayar sekitar Rp 103 miliar, maka Ongko sesungguhnya bukan

personal guarantee

holding company

Overall Asset Disposal Plan

recovery rate

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 71/

Page 96: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

hanya tidak pantas mendapat SKL, tetapi juga harus dituntut di pengadilandan menyerahkan aset-aset lain yang dimilikinya.

Sayangnya, pemerintah hingga saat ini tidak menindak tegas TuanOngko yang masih dapat hidup nyaman menghirup udara bebas. Faktabahwa Ongko tidak memperoleh SKL dan merampok uang rakyat Rp 10triliun, rupanya belum cukup bagi pemerintah dan aparatnya untukmelakukan tindakan hukum secara tegas. Ongko pun kini berjaya sebagaisalah satu dari 150 orang terkaya di Indonesia (peringkat 117) dengankekayaan senilai US$ 85 juta.

Berdasarkan hasil LDD dan FDD yang dilakukan BPPN, Bank Moderndiduga melakukan pelanggaran hukum antara lain memberikan kreditkepada pemilik dan grup afiliasinya, melanggar BMPK, dan melakukantransaksi tidak wajar lainnya yang memberi manfaat sepihak kepadapemiliknya, Samadikun Hartono.

PKPS Bank Modern melalui pola MRNIA ditandatangani pada tanggal18 Desember 1998, dengan nilai JKPS Rp 2,664 triliun. Samadikunkemudian menyerahkan aset yang menurut penilaiannya sendiri adalahsebesar Rp 2,170 triliun, padahal menurut BPPN nilainya hanya sebesar Rp972,01 miliar.

BPPN menilai aset yang diserahkan oleh Samadikun selaku pemegangsaham pengendali lebih rendah dibandingkan penilaian yang diakuinya,sehingga, seperti juga pada PSP-PSP lainnya yang nilai asetnya kurang,BPPN mewajibkan Samadikun menyerahkan jaminan tambahan berupa

(jaminan pribadi) sebagai jaminan atas pelunasankewajibannya.

Dalam rangka memenuhi kewajibannya, Samadikun menyerahkanseluruh asetnya kepada suatu bernama PT Cakrawala GitaPersada (CGP) yang bertugas menampung dan melakukan penjualan aseteks miliknya tersebut. Aset-aset tersebut selanjutnya dijaminkan oleh CGPbeserta seluruh saham CGP kepada BPPN. Berdasarkan PKPS MRNIA,Samadikun menyerahkan 10 saham perusahaan yang dituangkan dalamdokumen No.31, dihadapan notaris pada tanggal 9 Juli1999.

Samadikun Hartono (Bank Modern)

personal guarantee

holding company

Deed of Transfer (DoT)

72 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 97: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Dana yang berhasil diperoleh BPPN sehubungan dengan PKPSMRNIA sampai tanggal 30 April 2004 hanya Rp 269,58 miliar, atau 10,12%dari kewajiban JKPS Samadikun yang sebesar Rp 2,664 triliun.

atau sisa tagihan yang dipegang BPPN namun tidak tertagihadalah sebesar Rp 2,52 triliun. Atas dasar itu, BPPN tidak menerbitkan SKLkepada Samadikun. Meski demikian, setelah menggasak uang negara senilailebih dari Rp 2 triliun tersebut, Samadikun kini masih hidup bebas!

Berdasarkan hasil LDD dan FDD yang dilakukan BPPN, BankHokindo diduga melakukan pelanggaran hukum antara lain denganmemberikan kredit kepada PSP dan grupnya, melanggar BMPK, danmelakukan transaksi tidak wajar lainnya yang memberi manfaat kepada PSPBank Hokindo, yaitu Ho Kiarto dan Ho Kianto. PKPS Bank Hokindoditempuh melalui pola MRNIA yang ditandatangani pada tanggal 23 April1999, yang kemudian diamandemen pada tanggal 22 Februari 2000(amandemen pertama) dan pada tanggal 4 Juli 2000 (amandemen kedua).Nilai JKPS Bank Hokindo adalah Rp 297,571 miliar. Sedangkan JKPS HoKiarto dan Ho Kianto sebagai PSP Bank Hokindo, menurut BPK adalahsebesar Rp 306,466 miliar.

BPPN menilai aset yang diserahkan oleh Ho Kiarto dan Ho Kiantolebih rendah dibandingkan penilaian menurut mereka. Sebagai jaminan ataspelunasan JKPS, BPPN mewajibkan kedua PSP tersebut menyerahkanjaminan tambahan berupa (jaminan pribadi).

Dalam rangka penyelesaian mekanisme PKPS Bank Hokindo, didirikanbernama PT Hoswaya Persada (HP) untuk menampung dan

mengelola saham yang dijaminkan dari dan ,serta menjualnya sesuai dengan BPPN tidak menunjukdirektur atau komisaris pada perusahaan pengelola ini, dan juga tidakmenyusun (OADP) sebagai perencanaan ataspenjualan aset-aset PSP yang telah dialihkan ke BPPN. Dicatat juga bahwaBPPN tidak melakukan pengawasan atas pemenuhan yangdilakukan oleh PT HP, karena komunikasi antara BPPN dengan PT HPtidak berjalan baik.

Dengan berbagai penyimpangan dan permasalahan di atas, maka danayang berhasil diperoleh BPPN sampai tanggal 30 April 2004 adalah sebesar

Outstanding

promissory notes

personal guarantee

holding company

Group companies asset companies

divestiture schedule.

Overall Asset Disposal Plan

covenant

Ho Kiarto dan Ho Kianto (Bank Hokindo)

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 73/

Page 98: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tabel 4

Recovery Rate PKPS 4 Obligor MRNIA

No. Nama PSP JKPS (Rp Jt) Recv. (Rp Jt) Recv. Rate (%)

1. Usman Admadjaja 12.532.749 1.905.933 15,21%

2. Ho Kianto/Ho Kiarto 297.571 45.201 15,19%

3. Kaharudin Ongko 8.347.882 103.026 1,23%

4. Samadikun Hartono 2.663.873 269.585 10,12%

Total 23.842.075 2.323.745 9,75%

Rp 45,201 miliar, atau hanya 15,19% dari kewajiban JKPS yang bernilai Rp297,571 miliar. Selanjutnya, (PN) PT HP yangdipegang BPPN senilai Rp 259,785 miliar, dijual dengan harga Rp 33,426miliar (12,87%). Dengan penjualan sisa PN (hak tagih/piutang BPPN)

sebesar Rp 259,785 miliar tersebut, maka hak tagih BPPN atas sisapiutangnya di PT HP telah beralih kepada pembeli PN tersebut.

Dengan demikian, BPPN tidak lagi memiliki hak tagih kepada PT HPatau Ho Kiarto dan Ho Kianto selaku PS Bank Hokindo. BPPN punkemudian tidak mengeluarkan SKL kepada keduanya, sehingga tidak adakepastian hukum pula mengenai PKPS Bank Hokindo.

Uraian tentang status penyelesaian PKPS MRNIA di atas menunjukkanbetapa tidak kooperatifnya 5 orang PSP yang menjadi obligor keempat banktersebut, sehingga yang diperoleh dari aset-aset yang merekaserahkan sebagai pelunasan JKPS sangat rendah, yaitu hanya 9,75% (lihattabel berikut).

outstanding promissory notes

recovery rate

Dengan rendahnya JKPS dan tidak keluarnya SKL bagi paraobligor, pemerintah memang telah melakukan langkah-langkah lanjutan,seperti pengalihan kepada Tim Pemberesan BPPN, maupun upaya-upayahukum. Yang jelas, patut dicatat bahwa kerugian negara dari kelima obligorini lebih dari Rp 20 triliun. Namun dua dari 5 orang tersebut, seperti

recovery rate

74 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 99: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

diberitakan Majalah edisi 7 Agustus 2007, terpampang sebagaiorang terkaya nomor 116 dan 117 di Indonesia. Usman Admadjaya danKaharudin Ongko masing-masing mencatatkan kekayaan sebesar

. Lalu bagaimana dengan seperti disyaratkan oleh PKPSMRNIA, Adakah rasa keadilan?

Dengan demikian, dapat kita nyatakan rakyat memang telah dipaksauntuk ikut menanggung kerugian negara Rp 20 triliun tersebut, sebagaiakibat ulah konglomerat rampok, oknum-oknum pemerintah, oknum-oknum BPPN, dan oknum-oknum lembaga peradilan.

PKPS pola APU yang diikuti 24 bank dan 29 PS/obligor dengan totalJKPS sebesar Rp 18,331 triliun, berakhir tidak sesuai harapan. Sebagianbesar obligor tidak melunasi atau mencicil kewajibannya sesuai perjanjian.Oleh karena itu, pemerintah melalui Sidang Kabinet 7 Maret 2002 dankebijakan KKSK (Komite Kebijakan Sektor Keuangan) pada tanggal 22Agustus 2002 mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mempercepat prosespenyelesaian PKPS APU. Hal itu dilakukan antara lain dengan menghitungkembali JKPS (disebut dengan JKPS Reformulasi) dengan potongan bungadan denda sebelum diserahkan kepada BPPN dan bunga atasJKPS setelah perjanjian APU. Namun atas kebijakan tersebut, tidak semuapenandatangan PKPS APU memberikan respon positif.

Sampai dengan berakhirnya tugas BPPN, status penyelesaian PKPSAPU dibagi ke dalam 5 jenis sebagai berikut:

1. PS telah melunasi JKPS sebelum ada kebijakan percepatan penyelesaianPKPS APU/JKPS Reformulasi (Status A);

2. PS bersedia mengikuti kebijakan percepatan PKPS APU danselanjutnya menyelesaikan PKPS Reformulasi sesuai kesepakatan(Status B);

3. PS bersedia mengikuti kebijakan percepatan PKPS APU tetapi tidakmenyelesaikan PKPS Reformulasi sesuai kesepakatan (Status C);

Globe Asia

personal guarantee

Group loans

US$ 85juta

Obligor PKPS APU yang Tidak Mendapat SKL

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 75/

Page 100: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tabel 5

Status Penyelesaian APU

No. Status APU Jumlah Bank Jumlah PS PKPS Awal PKPS Reform.

1. A 2 2 35.694 -

2. B 14 14 6.740.193 4.552.193

3. C 5 5 2.138.440 1.456.913

4. D 8 8 8.099.132

5. E 1 1 1.317.595

Jumlah 18.331.054 6.009.106

Dari tabel di atas dapat dirangkum hal-hal yang masih menggantung danbermasalah sebagai berikut:

Ada 8 bank dengan 9 orang Pemegang Saham (PS) yang mengikutiPKPS APU Reformulasi namun tidak menyelesaikan kewajibannyasampai tanggal 30 April 2004. Kedelapan BDP tersebut kemudiandialihkan kepada Tim Pemberesan BPPN (TP-BPPN);

Ada 8 bank dengan 8 PS yang tidak mengikuti PKPS Reformulasidan tidak menyelesaikan kewajibannya, yaitu: Bank Metropolitan(dengan PSP Santoso Sumali), Bank Intan (Fadel Muhammad),Bank Namura (Baringin P dan Joseph J), Bank Bahari (SantosoSumali), Bank PSP (T. Gondokusumo), Bank Tata Internasional(Hengki W), Bank Aken (IM Sudirta/IG Darmawan) dan BankUmum Sertivia (David Nusa Wijaya/Tarunodjojo).

76 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

4. PS tidak bersedia mengikuti kebijakan percepatan PKPS APU sehinggapenanganan selanjutnya diserahkan kepada aparat penegak hukum(Status D);

5. PS bersedia mengikuti kebijakan percepatan PKPS APU, tetapi sampaidengan berakhirnya tugas BPPN belum menandatangani perjanjianpercepatan PKPS APU dan PS tersebut terkait pula denganrestrukturisasi Grup Texmaco (Status E).

Page 101: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Sumber: diolah dari Laporan BPK No.34G/XII/11/2006

Tabel 6

Daftar Peserta APU yang Tidak Memperoleh SKL

No. Bank PSP JKPS (Juta Rp) Status

1. Tamara Lidia Mukhtar

Omar Putihrai

202.802

190.169

Dialihkan ke TP-BPPN

Dialihkan ke TP-BPPN

2. Namura BaringinP/J Januardy

A.Januardy/James

158.933

205.143

Dialihkan ke TP-BPPN

Dialihkan ke TP-BPPN

3. BIRA Atang Latief 447.449 Dialihkan ke TP-BPPN

4.. PSP T Gondokusumo 3.031.112 Dialihkan ke TP-BPPN

5. Lautan Berlian Ulung Bursa 876.908 Dialihkan ke TP-BPPN

6. Tata Hengki Wijaya 461.991 Ditangani Kepolisian

7. Intan Fadel Muhammad 88.155 Ditangani Kepolisian

8. Aken IM Sudiarta/ IG Darmawan 680.891 Ditangani Kepolisian

9. Sertivia David Nusa Wijaya 3.336.444 Ke Pengadilan: Buron

10. Bahari Santoso Sumali 295.050 Ditangani Kepolisian

11. Metropolitan Santoso Sumali 46.556 Ditangani Kepolisian

12. Putra M.Sinivasan 1.317.595 Ditangani Kepolisian

Total 11,339,198

Daftar di atas memperlihatkan bahwa terdapat 16 orang PSP(mencakup 1 BTO dan 11 BBKU) yang tidak memperoleh SKL, meskipunBPPN telah mengelola bank-bank yang mereka miliki selama sekitar 4tahun. Dengan status demikian, maka ada 7 bank yang dialihkan ke TB-BPPN. Sedangkan, sisanya di proses di lembaga peradilan, dimana salahsatunya adalah David Nusa Wijaya, pengemplang Rp 3 triliun uang rakyatyang saat ini buron!

Berikut disampaikan ringkasan status penyelesaian JKPS dankewajiban ke-16 orang PSP.

recovery rate

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 77/

� Ada satu bank yang tidak menandatangani perjanjian PKPSReformulasi dan kemudian kasusnya dialihkan ke Kepolisian yaituBank Putra dengan M. Sinivasan sebagai PSP.

Pada tabel berikut diperlihatkan daftar bank dan obligor PKPS APUyang tidak memperoleh SKL, berikut statusnya pada saat berakhirnya tugasBPPN pada tanggal 30 April 2004.

Page 102: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Lidia Mukhtar & Omar Putihrai (Bank Tamara)

David Nusa Wijaya (Bank BUS)

Atang Latif (Bank Bira)

Trijono Gondokusumo (Bank Putra Surya Perkasa/PSP)

Berdasarkan LDD dan FDD yang dilakukan, Bank Tamara diduga telahmelanggar hukum dengan memberi kredit kepada grup sendiri, melanggarBMPK, serta melakukan transaksi tidak wajar lain yang merugikan banktetapi menguntungkan grup. Lidia Mukhtar mempunyai kewajiban JKPSReformulasi senilai Rp 202,802 miliar, tetapi hanya membayar Rp 14,301miliar, atau hanya memiliki 7,05%. Sedangkan, Omar Putihraiyang mempunyai kewajiban JKPS Reformulasi sebesar Rp 190,169 miliar,hanya membayar Rp 31,683 miliar ( 16,66%). Sehingga totalkerugian negara dari kasus ini adalah sebesar Rp 233,362 miliar. Kedua PSPdialihkan kepada TP-BPPN.

BPPN menyimpulkan bahwa David Nusa Wijaya adalah Pemegangsaham non kooperatif meskipun telah menandatangani APU denganBPPN, dengan JKPS awal Rp 3,336 triliun dan turun menjadi Rp 2,305triliun berdasarkan JKPS Reformulasi. Disamping itu, David jugamelakukan banyak pelanggaran, sehingga uang negara yang bisa ditagihkembali darinya hanya sebesar Rp 27,892 miliar, atau memiliki

BPPN menyerahkan penanganan tindakan hukum atas David NusaWijaya kepada Kepolisian, melalui surat No PROG-4968/BPPN/0404tanggal 6 April 2004.

Kewajiban Bank Bira awalnya adalah Rp 447,449 miliar dan kemudianturun menjadi Rp 325,457 miliar melalui JKPS Reformulasi. Sampai dengan30 April 2004, jumlah dana yang dibayarkan Latif kepada BPPN adalahsebesar Rp 134,754 miliar, atau 41,4%. Selanjutnya, penyelesaianPKPS Bank Bira diserahkan kepada TP-BPPN.

JKPS PSP menurut APU tanggal 6 Oktober 2000 adalah Rp 3,031triliun. Padahal hasil perhitungan BPK menunjukkan bahwa kewajibantersebut seharusnya Rp 5,048 triliun. Dalam hal ini BPK menganggapBPPN telah salah melakukan perhitungan sehingga menguntungkan

recovery rate

recovery rate

recovery rate

recovery ratehanya 0,84%!

78 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 103: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

obligor. Belakangan, melalui JKPS Reformulasi, kewajiban tersebut turunlagi menjadi Rp 1,767 triliun.

Yang mengenaskan, meskipun kewajiban tersebut telah berkurang, totalpembayaran yang diperoleh dari obligor hanya Rp 127,069 miliar! Dengandemikian,

PSP Bank PSP tidak dapat menyelesaikan kewajiban PKPS APUdengan BPPN, dan dianggap sebagai PSP yang tidak kooperatif. BPPNkemudian melimpahkan penanganan kasus Bank PSP kepada Kepolisianmelalui surat No. PROG-228/BPPN/0103 tanggal 16 Januari 2003.

Ulung Bursa adalah Pemegang Saham Pengendali (PSP) Bank Berliandengan kepemilikan saham 92,06%. Jumlah kewajiban JKPS Bank LautanBerlian menurut APU tanggal 6 Oktober 2000 adalah Rp 876,908 miliar,yang harus diselesaikan dalam waktu 4 tahun sejak 6 Oktober 2000. Selainitu, PS diwajibkan menyerahkan jaminan minimal 150% dari jumlahkewajibannya.

Namun, BPK menemukan bahwa kewajiban Ulung seharusnya adalahRp 950,491 miliar, atau lebih tinggi sekitar Rp 73 miliar dari penghitunganBPPN. Akibat adanya kebijakan KKSK untuk mempercepat penyelesaianPKPS, BPPN mengurangi kewajiban PS, seperti tertuang dalam JKPSReformulasi menjadi Rp 615,443 miliar. Namun, sampai berakhirnya masaperjanjian 6 Oktober 2004, Ulung Bursa hanya membayar kewajibannyasebesar Rp 159,952 miliar. Dengan demikian, utang obligorhanya 25,99%. Oleh sebab itu, Ulung Bursa tidak memperoleh SKL dankasusnya dialihkan ke TP-BPPN.

Hengki memiliki kepemilikan saham sebesar 66,67% di Bank Tata.Jumlah kewajiban JKPS Bank Tata menurut APU tanggal 5 Oktober 2000adalah Rp 461,991 miliar, yang harus diselesaikan dalam 4 tahun hingga 5Oktober 2004. Selain itu Hengki juga diwajibkan menyerahkan jaminanminimal 150% dari kewajibannya. Namun BPK menemukan bahwa

hanya 4,19% dan kerugian negara mencapai lebihdari Rp 1,5 triliun.

Sekarang, pada kenyataannya Ulungmasih bebas, tanpa proses hukum dan tanpa upaya penyelesaianberarti.

recovery rate

Ulung Bursa (Bank Lautan Berlian)

Hengki Wijaya (Bank Tata Internasional)

recovery rate

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 79/

Page 104: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

kewajiban Hengki seharusnya sebesar Rp 596,794 miliar, atau terjadikekurangan penghitungan (yang dilakukan BPPN bersama obligor) sebesarRp 134,803 miliar. Dengan JKPS Reformulasi, sesuai kebijakan KKSKuntuk mengurangi kewajiban PS, jumlah kewajiban tersebut diturunkan lagimenjadi Rp 295,080 miliar.

Meskipun telah memperoleh pengurangan begitu besar, hinggaberakhirnya masa PKPS, Hengki hanya membayar Rp 14,607 miliar.Dengan demikian, terhadap kewajiban PS hanyalah 3,16%.Hengki tidak memperoleh SKL dan selanjutnya diserahkan kepadaKepolisian melalui surat No. PROG-4968/BPPN/0404 tanggal 6 April2004, untuk proses lebih lanjut.

Bank Intan diserahkan kepada BPPN sebagai BDP sesuai keputusanDireksi BI No.30/240/KEP/DIR tanggal 14 Februari 1998, dan kemudianditetapkan sebagai BBKU terhitung sejak 13 Maret 1999. Pemegang SahamPengendali Bank Intan adalah Fadel Muhammad yang memiliki saham49,6%. JKPS Bank Intan menurut PKPS APU tanggal 9 Oktober 2000adalah Rp 88,155 miliar. Namun BPK menemukan, sesuai perhitungan yangdilakukannya, kewajiban tersebut seharusnya sebesar Rp 136,43 miliar.

Setelah 4 tahun PKPS berjalan, PS Bank Intan hanya membayar Rp4,903 miliar, atau hanya 5,56%. PS tidak berusaha menyelesaikankewajibannya sesuai PKPS. Dengan kondisi demikian, PS tidak mendapatSKL, dan dianggap sebagai PS non kooperatif. Selanjutnya kasusnyadilimpahkan kepada Kepolisian sesuai surat No. PROG-228/BPPN/0103tanggal 16 Januari 2003.

PKPS Bank Aken dilakukan melalui penandatanganan APU oleh PSPBank Aken yaitu I Made Sudirta (24,4%), I Gde Darmawan (26,1%), sertaPT Kresna Karya (49,50%) pada tanggal 17 Oktober 2000. Total kewajibanPKPS para PSP tersebut adalah sebesar Rp 736,35 miliar (versi BPPN) atauRp 680,891 miliar (perhitungan versi BPK). Terlepas dari perbedaan

recovery rate

recovery rate

Sama seperti Ulung, Hengki pun masihhidup bebas tanpa proses hukum, tanpa kejelasan status, dan jugatanpa upaya yang jelas untuk menyelesaikan kasusnya.

Fadel Muhammad (Bank Intan)

I Made Sudirta dan I Gde Darmawan (BankAken)

80 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 105: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

perhitungan tersebut, kewajiban tersebut turun menjadi Rp 416,982 miliarberdasarkan JKPS Reformulasi.

Meskipun telah mendapat pengurangan sebesar Rp 263,909 miliar,setelah 4 tahun masa PKPS, para obligor hanya membayar kewajibantersebut sebesar Rp 33,455 miliar ( 4,91%). Kedua obligor (IMade Sudirta dan I Gde Darmawan) akhirnya tidak mendapat SKL, dankasusnya dialihkan kepada Kepolisian melalui surat BPPN No. PROG-4968/BPPN/0404 tanggal 6 April 2004.

Bank Namura diserahkan kepada BPPN dan ditetapkan sebagai BBKUpada tanggal 13 Maret 1999 APU Bank Namura ditandatangani padatanggal 11 Oktober 2000 oleh Grup Maduna (dengan PSP Baringin P. danJoseph P.) dan pada 16 Oktober 2000 oleh Grup Yasonta (James J. danAdisaputra J.). JKPS Grup Maduna adalah sebesar Rp 158,933 miliar,sedangkan JKPS Grup Yasonta adalah Rp 205,143 miliar. Padahal, menurutperhitungan BPPN, jumlah kewajiban mereka seharusnya masing-masingRp 170,144 miliar (Maduna) dan Rp 228,236 miliar (Yasonta).

Selanjutnya, jumlah kewajiban tersebut berkurang karena adanyapengurangan seperti tertuang dalam JKPS Reformulasi, yaitu Rp 107,631miliar untuk Maduna dan Rp 123,042 miliar untuk Yasonta. Namundemikian, pengembalian dana yang diperoleh BPPN dari kewajiban JKPSGrup Maduna hanya Rp 6,573 miliar, atau 4,14%. Sedangkan,dari grup Yasonta sebesar Rp 35,439 miliar, atau 28,80%. Dengankondisi demikian, keempat PS tidak memperoleh SKL dan kasusnyadiserahkan kepada TP-BPPN.

BPPN juga kemudian menyimpulkan bahwa Grup Maduna sebagai PSBank Namura tidak kooperatif, sehingga mengalihkan penyelesaiankasusnya kepada Kepolisian melalui surat No. PROG-228/BPPN/0103tertanggal 16 Januari 2003. Sedangkan, Grup Yasonta dianggap masihkooperatif, sehingga proses selanjutnya diserahkan kepada TP-BPPN.

Bank Bahari diserahkan kepada BPPN pada tanggal 13 Maret 1999sebagai BBKU. Pemegang Saham Pengendali (PSP) Bank Bahari adalahSantoso Sumali sebagai wakil dari keluarga Sumali (mayoritas saham Bank

recovery rate

recovery rate

recovery rate

.

Baringin P., Joseph P.,A. Januardy, dan J. Januardy (Bank Namura)

Santoso Sumali (Bank Bahari dan Bank Metropolitan Raya)

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 81/

Page 106: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bahari sendiri dimiliki oleh Sutianto Sumali dan Kurniadi Sumali). JKPSAPU Bank Bahari dinyatakan sebesar Rp 295,05 miliar, lalu kemudian turunmenjadi Rp 215,5 miliar berdasarkan kebijakan KKSK melalui JKPSReformulasi.

Namun, PSP Bank Bahari tidak bersedia mengikuti kebijakan yangditetapkan KKSK, sedangkan BPPN pun tidak sepakat dengan perhitunganJKPS Reformulasi. Sikap PSP yang tidak kooperatif untuk membahaskewajibannya, akhirnya membuat BPPN melimpahkan penangananpenyelesaian kasus Santoso Sumali kepada Kepolisian sesuai surat No.PROG-228/BPPN/0103 tanggal 16 Januari 2003. Diperhitungkan, darinilai

!

Selain pada Bank Bahari, keluarga Sumali juga tersangkut kasus BLBIpada kasus Bank Metropolitan Raya (BMR). BMR diserahkan kepada BPPNsebagai BDP, dan kemudian pada tanggal 13 Maret 1999 berubah statusmenjadi BBKU. Keluarga Santoso Sumali merupakan pemegang sahampengendali BMR dengan porsi sebesar 79%. 21% saham lainnya dimilikioleh keluarga Hundani Harsono. Sesuai PKPS APU BMR yangditandatangani pada tanggal 12 Oktober 2000, pelunasan kewajiban PSPharus selesai pada tanggal 12 Oktober 2004, dimana PSP harusmenyerahkan jaminan minimal 150% dari JKPS.

Berdasarkan PKPS APU tersebut, JKPS BMR adalah sebesar Rp 46,556miliar, sedangkan berdasarkan perhitungan BPK, kewajiban tersebut adalahsebesar Rp 70,46 miliar. Meski demikian, kebijakan KKSK menetapkanperhitungan ulang atas jumlah kewajiban BMR melalui JKPS Reformulasimenjadi sebesar Rp 34,076 miliar.

Ternyata, lagi-lagi keluarga Sumali sebagai PSP BMR berlaku tidakkooperatif, sehingga BPPN melimpahkan penanganan kasus BMR kepadaKepolisian sesuai surat No. PRO-228/BPPN/0103 tertanggal 16 Januari2003.

Jumlah uang negara yang kembali dari kasus ini sangat kecil, dimana darinilai kewajiban sebesar Rp 46,556 miliar, BPPN hanya menerima Rp 368juta, atau hanya memperoleh sebesar 0,79%!

kewajiban keluarga Sumali sebesar Rp 295,05 miliar, BPPNhanya menerima pengembalian Rp 8,88 miliar, atau hanya memiliki

3,01%recovery rate

recovery rate

82 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 107: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Marimutu Sinivasan (Bank Putra Multikarsa/BPM)

Bank Putra Multikarsa (BPM) diserahkan kepada BPPN sebagai BDP,yang selanjutnya kemudian berubah menjadi BBKU pada tanggal 10Desember 1999. Marimutu Sinivasan (MS) merupakan PSP BPM, dengankepemilikan saham 0,12% secara pribadi dan 88,10% melalui PT MultikarsaInvestama. Berdasarkan APU yang ditandatangani pada tanggal 30 Oktober2000, PSP harus menyelesaikan pelunasan kewajiban selesai pada tanggal 30Oktober 2004 ditambah dengan kewajiban menyerahkan jaminan minimal150% dari JKPS.

Nilai JKPS BPM versi BPPN adalah Rp 1,317 triliun. Sedangkan, hasilpemeriksaan BPK, nilai JKPS seharusnya mencapai Rp 1,336 triliun(sehingga terdapat selisih penghitungan sebesar Rp 38,635 miliar). Dalamrangka percepatan pengembalian uang negara dan penyelesaian masalahPKPS, KKSK menetapkan kebijakan pengurangan komponen denda danbunga, sehingga diperoleh nilai JKPS Reformulasi Rp 1,13 triliun.

Ternyata, sampai batas waktu perjanjian 30 April 2004, PSP tidak dapatmemenuhi kewajibannya sesuai kesepakatan APU. Sehingga, selanjutnyaBPPN menyerahkan penyelesaian kasus BPM kepada TP-BPPN.

Sebagai rangkuman terhadap PSP 12 Bank yang menandatangani PKPSAPU dengan BPPN, diperoleh hal-hal sebagai berikut:

Terdapat 8 bank dengan 10 orang PSP yang dialihkan kasusnyakepada Kepolisian, yaitu Bank Sertivia (David Nusa Wijaya), BankPSP (T. Gondokusumo), Bank Tata Internasional (Hengki Wijaya),Bank Intan (Fadel Muhammad), Bank Aken (I.M. Sudarta & I.G.Darmaputra), Bank Namura (Baringin P. dan Joseph P.), BankBahari (Santoso Sumali), dan Bank Metropolitan (Santoso Sumali).

Terdapat 4 bank yang diserahkan kepada Tim Pemberesan BPPN,yaitu Bank Tamara (Lidia Mukhtar dan Omar Putihrai), Bank Bira(Atang Latif), Bank Lautan Berlian (Ulung Bursa), dan Bank PutraMultikarsa (Marimutu Sinivasan).

Selanjutnya, akan dibahas proses pengadilan terhadap kedelapan banktersebut setelah dialihkan kepada Kepolisian.

Danayang diperoleh dari pelaksanaan PKPS BPM adalah Rp 249,337miliar, atau hanya memiliki sebesar 18,92%.recovery rate

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 83/

Page 108: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tabel 8

Daftar Peserta APU yang Dialihkan Kasusnya ke TP -BPPN

No. Bank PSP JKPS (Juta Rp) Status

1. Tamara Lidia Mukhtar

Omar Putihrai

202.802

190.169

Dialihkan ke TP-BPPN

Dialihkan ke TP-BPPN

2. Namura Baringin P. / Joseph P. A.

Januardy/James Januardy

158.933

205.143

Dialihkan ke TP-BPPN

Dialihkan ke TP-BPPN

3. BIRA Atang Latief 447.449 Dialihkan ke TP-BPPN

4. PSP T. Gondokusumo 3.031.112 Dialihkan ke TP-BPPN

5. Lautan Berlian Ulung Bursa 876.908 Dialihkan ke TP-BPPN

Total 5,112,516

Sumber: Laporan BPK RI No.34G/XII/11/2006

Obligor dan Proses Hukum yang Bermasalah

Seperti telah diuraikan di atas, ada sejumlah bank yang berdasarkanlaporan FDD dan LDD terindikasi melakukan pelanggaran hukum, namuntidak kooperatif untuk menjalani mekanisme PKPS. Sehingga, sampaiberakhirnya tugas BPPN, bank-bank tersebut tidak juga memperoleh SKL,dan bahkan sampai saat ini pun, mereka belum juga menyelesaikankewajibannya.

Sebagai rangkuman atas proses penyelesaian kewajiban obligor BLBI(PKPS dan non-PKPS) di atas, kita dapat menyusun daftar seluruh bank danpara PSP yang masih bermasalah dan belum memperoleh SKL pada saatdibubarkannya BPPN pada tanggal 30 April 2004 sebagai berikut:

Tabel 7

Daftar Peserta MRNIA yang Bermasalah

No. Bank PSP JKPS (Juta Rp) Status

1. Danamon Ind. Usman Admadjaja 12.532.749 Tidak Ada Kepastian

2. Hokindo Ho Kianto/Ho Kiarto 297.571 Dialihkan ke TP-BPPN

3. BUN Kaharudin Ongko 8.347.882 Proses Pengadilan: Bebas

4. Modern Samadikun Hartono 2.663.873 Proses Pengadilan: Buron

Total 23.842.075

Sumber: Laporan BPK RI No.34G/XII/11/2006

84 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 109: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tabel 10

Daftar Obligor Non PKPS yang Bermasalah

No. Bank/Status PSP Status

1. Istimarat/BBKU Agus Anwar Buron, lari ke Singapura

2. Deka/BBO 1. Dewanto K

2. Royanto K

3. Leo Lopullisa

4. Rasjim Wiraatmaja

Perdata: Tunggu Putusan MA

Pidana: Penyelidikan Kejagung

3. Centris//BBO Andri/Tedjadharma/

Prasetyo Utomo/Paul B Silalahi

Perdata: Tunggu Putusan MA

Pidana: Penyelidikan Kejagung

4. Aspac/BBKU Setiawan Harjono

Hendrawan Harjono

Penyidikan Kejagung

5. BCD/BBKU Hindarto Tantular & AntonTantular

Penyelidikan Kejagung

6. Dewa Rutji/BBKU Sjamsul Nursalim Penyelidikan Kejagung

7. Arya Pandrta BBKU Kaharudin Ongko Penyelidikan Kejagung

8. Dharmala BBKU Sujanto Gondokusumo Penyelidikan Kejagung

9. Orient/BBKU Kwan Benny Ahadi Penyelidikan Kejagung

Tabel 9

Daftar Peserta APU yang Diserahkan ke Kepolisian dan Pengadilan

No. Bank PSP JKPS (Juta Rp) Status

1. Tata Hengki Wijaya 461.991 Ditangani Kepolisian

2. Intan Fadel Muhammad 88.155 Ditangani Kepolisian

3. Aken IM Sudiarta/ IG Darmawan 680.891 Ditangani Kepolisian

4. Sertivia David Nusa Wijaya 3.336.444 Ke Pengadilan: Buron,ditangkap kembali

5. Bahari Santoso Sumali 295.050 Ditangani Kepolisian

6. Metropolitan Santoso Sumali 46.556 Ditangani Kepolisian

7. Putra M. Sinivasan 1.317.595 Ditangani Kepolisian

Total 6,226,682

Sumber: Laporan BPK No.34G/XII/11/2006, diolah

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 85/

Page 110: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tabel 11

Daftar Obligor Bermasalah Lainnya

No. Bank PSP Status

1. BHS Hendra Raharja Vonis seumur hidup; buron &meninggal di Australia

2. BHS Eko Adi Putranto

Shemy Konjongian

Vonis seumur hidup; buron

Vonis seumur hidup; buron

3. BUN Leonard Tanubrata Pengadilan Tinggi

4. Central Dagang Indarto H Tantular Proses Pengadilan

Daftar para obligor dari tabel 7 sampai 11 di atas memperlihatkan,sedikitnya ada 8 obligor yang proses penyelesaiannya dialihkan kepada TP-BPPN. Selain itu, minimal ada 30 obligor yang diserahkan kepadaKepolisian/Kejaksaan untuk penuntasan aspek hukumnya. Disampingobligor-obligor tersebut, terdapat pula puluhan tersangka lain yang terlibatkasus korupsi BLBI.

Menurut catatan Indonesian Corruption Watch (ICW), sejak kasusBLBI ditangani oleh Kejaksaan Agung pada tahun 2000, dari 65 orangtersangka yang telah dilakukan pemeriksaan, hingga saat ini baru 16 orangtersangka yang kasusnya dilimpahkan ke pengadilan. Dari 16 terdakwatersebut, 3 terdakwa dinyatakan bebas, 2 terdakwa divonis penjara masing-masing 4 tahun dan 8 tahun. Selebihnya, sebanyak 5 orang, meskipundivonis seumur hidup dan 5 tahun penjara namun putusannya dijatuhkantanpa kehadiran para terdakwa , karena yang bersangkutan telahmelarikan diri

Sehingga, sangat disayangkan terdapat 8 orang terdakwa yang melarikandiri (diberi kesempatan melarikan diri?) keluar negeri ketika proseshukumnya sedang berlangsung, yaitu:

Hendra Raharja (BHS): lari ke Australia dan meninggal;

Bambang Sutrisno (Bank Surya): lari ke Singapura;

Eko Adi Putranto (BHS): lari ke Singapura;

Andrian Kiki Ariawan (Bank Surya): lari ke Singapura;

(in absentia)

.

86 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 111: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tabel 12

Pengadilan atas 16 Orang Tersangka BLBI

Vonis Pengadilan Jumlah (Orang)

1. Seumur hidup (in absentia) 3

2. 20 tahun penjara (in absentia) 2

3. 8 tahun 1

4. 4 tahun 1

5. Dibawah 1 tahun 6

6. Bebas 3

Total 16

Shemy Konjongian (BHS): lari ke luar negeri (tidak jelas);

David Nusa Wijaya (Rp 3,3 triliun, Bank Sertivia): lari ke Singapura,ditangkap kembali;

Samadikun Hartono (Rp 169 miliar, Bank Modern): lari ke luarnegeri (tidak jelas);

Agus Anwar (Rp 1,9 triliun, Bank Pelita): lari ke Singapura.

Dengan mengevaluasi proses peradilan para obligor/koruptor BLBIyang sudah berlangsung lebih dari 6 tahun (sejak tahun 2000), berdasarkancatatan ICW, dapat dirangkum hal-hal sebagai berikut:

Aparat hukum, terutama Kejaksaan Agung ditengarai tidak seriusmenyelesaikan perkara korupsi BLBI. Hal ini terbukti denganrendahnya jumlah dan lambatnya penyelesaian perkara yangditangani. Mantan Jaksa Agung A. Rahman Saleh tidakmenunjukkan langkah konkret untuk menyelesaikan puluhan kasuskorupsi ini. Sementara itu, Jampidsus Hendarman Supandji pernahberencana mengevaluasi sekitar 30 kasus BLBI, meskipun hinggaakhir 2005 belum ada satu pun kasus yang dilimpahkan kepengadilan. Kini, setelah menjadi Jaksa Agung, HendarmanSupandji menyatakan keseriusannya untuk kembali mengusutkasus BLBI, salah satunya dengan menyiapkan 75 orang jaksa.Realisasi dari komitmen Jaksa Agung ini masih perlu kita tunggudengan cermat.

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 87/

Page 112: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Aparat hukum selama ini, terutama Kejaksaan Agung, tidakbersikap transparan dalam menyampaikan informasi tentang statuspenanganan perkara korupsi BLBI. Keterangan rinci tentangpenanganan kasus BLBI hanya diberikan pada tanggal 6 Desember2001, saat pertemuan dengan Komisi II DPR RI. Setelah itu,seiring dengan terjadinya pergantian pemerintahan dan JaksaAgung, laporan terinci tidak pernah lagi diberikan. Bahkandicurigai, Kejaksaan Agung telah mengeluarkan beberapa SP3kepada debitur secara sembunyi-sembunyi dan sengaja menutup-nutupinya dari pengetahuan publik. Apakah karena adanya KKNdan mafia peradilan?

Keputusan pengadilan dicurigai penuh rekayasa dan tidak adil.Dalam beberapa perkara, vonis hakim cukup tinggi sepertihukuman seumur hidup atau 20 tahun penjara. Namun putusan ituditetapkan secara , dimana para tersangkanya diberikesempatan berobat ke luar negeri, tetapi kemudian tidak pernahkembali ke Indonesia. Di sisi lain, ada pula beberapa keputusanyang sangat ringan hingga vonis bebas, meskipun para tersangkamengkorupsi uang negara ratusan miliar. Cukup banyak pulaterdakwa yang telah melarikan diri saat vonis hakim dijatuhkan.Apakah ini terjadi secara kebetulan?

Adanya indikasi dalam setiap tahap peradilan.Dengan tidak tranparannya penyelesaian perkara BLBI, membukapeluang bagi terjadinya korupsi dalam penanganan perkara, mulaidari tingkat penyelidikan, penyidikan, penuntutan hingga putusan.Tiga tersangka BLBI seperti Ulung Bursa (Bank Lautan Berlian),James Januardi (Bank Namura-Yasonta) dan Atang Latif (BankBira) mengakui pernah diperas oleh oknum kejaksaan saatmenjalani proses penyelidikan/penyidikan. Dengan sikap oknumaparat seperti ini, maka tidak mengherankan jika vonis bagi parakoruptor ratusan miliar rupiah uang negara menjadi sangat ringan,seperti terlihat pada data sebagai berikut:

1. Hendri Sunaryo dan Jemy Sutjiwan, korupsi Rp 280 miliar,divonis hanya dengan 10 bulan penjara;

in absentia

judicial corruption

88 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 113: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

2. Soemeri dan Supari Dhirjo Prawiro, diduga merugikan negaraRp 305 miliar dalam kasus Bank Ficorinvest, hanya divonis 18bulan penjara;

3. Setiawan Hartono, diduga menyelewengkan dana BLBI BankAspac Rp 583 miliar, hanya dituntut 6 bulan penjara oleh JaksaPenuntut Umum;

4. Samadikun Hartono yang didakwa melakukan korupsi danaBLBI Bank Modern Rp 169 miliar divonis bebas oleh PNJakarta Barat. Putusan ini belakangan dibatalkan ditingkatkasasi setelah MA menyatakan Samadikun bersalah dandivonis 4 tahun penjara. Namun karena terpidana telah (diberikesempatan?) melarikan diri, putusan MA tersebut tidak dapatdieksekusi.

Kejaksaan membutuhkan waktu yang lama untuk mengambilkeputusan hukum tetap dan dapat dieksekusi Meskipun asasproses peradilan dilaksanakan secara cepat, sederhana dan murah,namun dalam prakteknya hal tersebut berlangsung lama, rumit danmahal. Hampir seluruh perkara korupsi BLBI membutuhkanwaktu lebih dari satu tahun. Perkara Hendrawan Hartono,terpidana kasus Bank Aspac misalnya, membutuhkan waktu 4tahun untuk sampai kepada putusan yang berkekuatan hukumtetap. Sehingga, dari 16 kasus yang telah dilimpahkan, baru 5 kasusyang telah divonis pada tingkat kasasi dan berkekuatan hukumtetap. Sisanya, 11 perkara masih dalam proses dengan status yangtidak jelas. Waktu yang lama ini jelas memberi kesempatan kepadaterdakwa untuk melarikan diri.

Problem utama penyelesaian kasus BLBI sebenarnya terletak padasejauh mana keseriusan pemerintah menyeret semua pihak yang terkaitpenyimpangan dalam penyaluran dana BLBI. Hasil audit BPK bisa dijadikanpetunjuk awal untuk melakukan penyidikan. Namun hingga kini tidakterlihat komitmen yang kuat dari pemerintah untuk mengadili parapengemplang uang negara tesebut. Banyak diantara mereka yang kinimelarikan diri keluar negeri, bahkan tidak sedikit pula yang dengan mudahtetap dapat mengendalikan kegiatan bisnisnya, hingga kembali berjayasebagai konglomerat di tanah air.

.

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 89/

Page 114: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Sementara, di sisi lain, rakyat terus bertambah miskin karena harusmenanggung beban utang debitur tersebut. Anehnya, pemerintah masih sajamendahulukan penuntasan kasus ini daripada

meskipun penyelesaian secara perdata hingga kini tidakmembuahkan hasil yang maksimal. Laporan audit BPK pun sudah jelasmenunjukkan terjadinya penyimpangan yang mereka lakukan sehinggaterdapat sangkaan tindak pidana.

Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan pada tahun 2000mengindikasikan bahwa penyimpangan dalam penyaluran BLBI tidak hanyadisebabkan oleh faktor eksternal, yaitu krisis moneter dan korupsi yangdilakukan para konglomerat, namun juga tidak terlepas dari berbagaipenyimpangan dan lemahnya sistem pembinaan dan pengawasan bank olehBI. Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan BI antara lain adalah:

Mengabaikan fungsi pengawasan;

Mengabaikan penerapan sanksi secara tegas dan konsekuenterhadap berbagai pelanggaran;

Mengabaikan langkah-langkah pengamanan terhadappenyimpangan yang dilakukan oleh bank-bank yang melanggarBMPK, melanggar prinsip , membiarkanpelanggaran mutasi akuntansi, membiarkan penggunaan danaBLBI tanpa kendali, melakukan diskriminasi penyaluran BLBI,melakukan intervensi valas melalui bank-bank yang rekeninggironya telah bersaldo debet, mengabaikan pelaksanaan programpenjaminan yang telah ditetapkan dalam Keppres No.26 tahun1998, dan membiarkan bank-bank menyelesaikan kewajiban jatuhtempo melalui mekanisme kliring.

Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan BPK tersebut, KejaksaanAgung pada masa kepemimpinan Marzuki Darusman telah memeriksa 80orang pejabat BI, baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun,termasuk mantan Gubernur BI Soedrajad Djiwandono. Namun, dari 80orang pejabat yang diperiksa hanya 3 orang yang perkaranya dilimpahkan ke

secara perdata secarapidana

Peradilan terhadap Pejabat-pejabat BI

prudential banking

90 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 115: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

pengadilan, yaitu Hendro Budiyanto, Heru Supraptomo dan Paul Sutopo(ketiganya adalah mantan direksi BI).

Terhadap ketiga mantan direksi tersebut, Pengadilan Negeri JakartaPusat menjatuhkan vonis masing-masing berupa 3 tahun penjara kepadaHendro Budiyanto dan Heru Supraptomo, serta vonis 2 tahun 6 bulankepada Paul Sutopo. Selain itu, masing-masing juga dikenakan denda sebesarRp 20 juta. Ketiganya divonis atas dakwaan penyalahgunaan wewenangkarena tidak melaksanakan stop kliring sehingga merugikan negara dalampenyaluran BLBI. Akibat kesalahan ini, untuk perkara Hendro Budiyanto,negara ditaksir menderita kerugian Rp 9,793 triliun. Adapun untuk perkaraHeru Supraptomo dan Paul Sutopo, kerugian negara yang ditimbulkanmasing-masing Rp 6,36 triliun dan Rp 2,02 triliun.

Dalam tingkat banding, ketiganya dibebaskan oleh Pengadilan TinggiJakarta dengan alasan bahwa perbuatan mereka tidak dapat dihukum karenatidak tergolong perbuatan pidana. Tetapi pada tingkat kasasi, MahkamahAgung akhirnya menghukum mereka dengan penjara 1 tahun 6 bulan sertadenda sebesar Rp 200 juta.

Berdasarkan uraian di atas, kita melihat bahwa dari 80 orang pejabat BIyang telah diperiksa Jaksa Agung Marzuki Darusman pada masa tugasnya,ternyata tidak ada kabar lebih lanjut tentang bagaimana hasil pemeriksaantersebut hingga saat ini, baik status maupun rencana tindak lanjut ataspemeriksaan pejabat-pejabat BI tersebut. Meskipun BPK sudah demikiangamblang menyampaikan berbagai penyelewengan yang dilakukan olehpara pejabat BI tersebut, tidak ada tindak lanjut signifikan yang dilakukanoleh lembaga-lembaga terkait, termasuk institusi peradilan, legislatif, danterutama pemerintah/Presiden. Sehingga, seolah-olah hasil audit BPKsebagai lembaga tinggi negara tidak dipandang berarti.

Apakah hal ini terkait dengan temuan terbaru BPK tentang adanyaaliran dana BI kepada sejumlah kalangan, termasuk DPR dan aparatpenegak hukum, yang digelontorkan khususnya dalam rangka membelapejabat-pejabat BI yang terlibat kasus hukum BLBI? Menarik untukditunggu, meskipun kita masih berharap-harap cemas agar kasus ini tidaklantas menguap sebagaimana halnya terjadi pada banyak kasus korupsi lain!

Untuk itu kita mendesak pemerintah agar bekerja lebih serius dan tidakpandang bulu dalam mengungkap pihak-pihak yang terlibat dalam kasus

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 91/

Page 116: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

PKPS APU antara kedelapan obligor tersebut dengan BPPN sebagianbesar ditandatangani pada tahun 2000, yaitu masing-masing BPM pada 30Oktober, Bank Lautan Berlian pada 6 Oktober, Bank Bira pada 12 Oktober,Bank Namura pada 11 Oktober, dan Bank Tamara pada 15 November.Sedangkan, APU Bank Pelita ditandatangani pada 21 November 2003.Seperti terlihat pada tabel, total JKPS bank-bank tersebut sesuai APU awal

mega korupsi ini secara tuntas, termasuk menyeret oknum-oknum pejabatBI yang terlibat. Mengingat skala kerugiannya yang sangat besar, rasanyamemang sudah selayaknya jika pemerintah mengerahkan segala upaya untukmenuntaskan pengusutan kasus ini, dan bukan hanya memfokuskan diripada kasus-kasus korupsi kelas teri yang dilakukan para mantan bupati,walikota, rektor, atau dosen!

Sampai buku ini ditulis, kita mencatat masih ada 8 obligor yang belummenyelesaikan kewajibannya karena berbagai hal (lihat tabel dibawah).

Delapan Obligor Bermasalah Hingga Saat ini: Oktober

2007

Tabel 13

Obligor yang Belum Menyelesaikan Kewajibannya

No. Nama BankKewajiban Awal

(miliar Rp)

Kewajiban Reformulasi(miliar Rp)

1. M.Sinivasan BPM 1.317,59 1.130,60

2. Ulung Bursa Lautan Berlian 876,91 615,44

3. Agus Anwar Pelita & Istmrt 577,81 577,81

4. Atang Latief BIRA 447,45 325,45

5. Adi Saputra J. Namura Intr. 102,57 61,52

6. Lidya Muchtar Tamara 308,05 202,08

7. Omar Putihrai Tamara 300,88 190,17

8. James Januardi Namura Intr. 102,57 61,52

Total 4.033,83 3.164,59

92 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 117: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

(berdasarkan perhitungan BPK) adalah Rp 4,0338 triliun. Setelah dilakukanreformulasi, total JKPS bank-bank tersebut kemudian turun menjadi Rp3,164 triliun.

Reformulasi JKPS dilakukan setelah para obligor gagal melunasi JKPSmereka hingga batas waktu yang ditentukan, yaitu Maret 2004. Melaluireformulasi, pemerintah/ KKSK memberikan keringanan kepada obligorberupa penurunan jumlah kewajiban mereka dalam APU. APU Reformulasiditandatangani oleh para obligor masing-masing pada tanggal 30 Juni 2003(Bank Tamara, Bank Lautan Berlian, dan Bank Bira), 22 Agustus 2002(BPM), dan 16 Juli 2003 (Bank Namura). Bank Pelita/Istimarat tidakdiberikan pengurangan utang melalui JKPS Reformulasi, karena AgusAnwar selaku PSP sudah melarikan diri ke Singapura.

Dalam perkembangannya, total nilai JKPS kedelapan obligor menurutBPK telah berubah menjadi Rp 2,297 triliun. Sedangkan, menurutperhitungan Depkeu, total JKPS para obligor adalah Rp 2,541 triliun.Dengan demikian, terjadi perbedaan perhitungan sekitar Rp 243 miliar. Atasadanya perbedaan tersebut, pemerintah telah mengajukan permintaanpertimbangan kepada DPR. Namun, penulis tidak menemukan informasilebih lanjut tentang skenario dan nilai JKPS mana yang akhirnya dipilih.

Selanjutnya, disamping memperoleh penurunan utang melalui JKPSReformulasi, para obligor juga memperoleh tambahan waktu untukmelunasi utangnya hingga Maret 2006. Disamping itu, para obligor jugadiberi kelonggaran untuk menyelesaikan JKPS melalui kombinasipembayaran tunai dan penyerahan aset yang dilakukan secara mencicil. Jikasampai jatuh tempo Maret 2006 para obligor gagal bayar , makaperjanjian utang dikembalikan ke APU Awal. Ini berarti, para obligor harusmembayar utang pokok sesuai jumlah awal ditambah dengan denda danklaim sehingga total yang harus dibayar akan jauh lebih tinggi dibandingJKPS Reformulasi yang ditandatangani tahun 2003.

Ternyata hingga Maret 2006 para obligor tersebut lagi-lagi gagalmemenuhi kewajibannya. Bahkan pemerintah kemudian memberikanperpanjangan waktu hingga dua kali, yang juga tidak dapat dipenuhi olehpara obligor. Akhirnya, pemerintah menganggap para obligor tersebutsudah dalam posisi . Dengan demikian, perhitungan kewajiban yangharus dibayar oleh para obligor adalah utang pokok ditambah dengan denda

(default)

default

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 93/

Page 118: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dan bunga. Dalam hal ini, pemerintah menetapkan total utang merekamenjadi Rp 9,36 triliun.

Permasalahan muncul ketika para obligor menolak dasar perhitunganpemerintah yang menambahkan beban bunga dan denda sebagai kewajiban.Mereka beralasan bahwa dalam tiga tahun terakhir mereka telah mencicilpembayaran utang mereka (meskipun jumlah yang dicicil tersebut sangatkecil). Para obligor kemudian mengklaim bahwa JKPS yang harus merekabayar hanya sebesar Rp 2,216 triliun.

Ditengah ketidaksepakatan ini, BPK justru ikut menyampaikanpendapat bahwa jumlah kewajiban para obligor adalah sebesar Rp 2,297triliun. BPK beralasan, beberapa obligor telah menyerahkan beberapa asetnamun belum dihitung sebagai bagian dari pembayaran. Disamping itu, adapermasalahan administrasi yang belum tuntas menyangkut dokumen asliyang masih tersimpan di notaris. Dengan demikian terjadi perbedaanperhitungan sekitar Rp 243 miliar.

Dengan adanya perbedaan sikap ini, maka kita menemukan ada 3 versiperhitungan kewajiban para obligor, yaitu versi-versi pemerintah, obligordan BPK. Perbandingan kewajiban tersebut seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 14

Beberapa Versi Perhitungan JKPS

Versi Depkeu (Jt Rp)JKPS

APU Awal APU Reformulasi

Versi BPK

(Jt Rp)

Versi Obligor

(Jt Rp)

Total JKPS 2.540.900 9.386.719 2.297.235 2.216.743

Atas kesimpangsiuran dan ketidakpastian penyelesaian pembayaranJKPS tersebut, pada bulan Februari 2007, Menkeu Sri Mulyani kembalimenyatakan pemerintah telah menyiapkan 3 skenario penyelesaian tagihanpiutang kepada kedelapan obligor BLBI, yaitu:

Pertama, obligor dinyatakan atau gagal bayar dengan nilaiJKPS sesuai APU awal, yang terdiri dari pokok, bunga dan denda;

� default

94 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 119: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kedua, obligor dinyatakan gagal bayar tetapi diberi keringananbunga dan denda. Namun jumlah utang yang harus dibayar samanilainya dengan total utang pokok berdasarkan APU awal;

Ketiga, obligor dianggap tidak namun harus membayarjumlah utang berdasarkan APU Reformulasi.

Terhadap skenario pertama, obligor menyatakan keberatan dan tidakmampu menyelesaikan utang-utangnya. Sedangkan, untuk skenario ketiga,Menkeu menyebutkan hal itu sesuai dengan pendapat BPK. Dijelaskanbahwa alternatif ketiga dapat mempercepat penyelesaian utang obligorkarena mereka mengakui dan menyanggupi penyelesaian utang berdasarkanperhitungan tersebut. Atas adanya perbedaan tersebut, pemerintah telahmengajukan permintaan pertimbangan kepada DPR. Namun juga tidakdiperoleh informasi lebih lanjut tentang skenario dan nilai JKPS mana yangakan dipilih.

Uraian di atas menjelaskan kepada kita bagaimana pemerintah,meskipun telah berganti beberapa kali, tidak serius dan tidak mampu/maumenyelesaikan permasalahan korupsi BLBI kedelapan obligor tersebut.Kita mencatat telah terjadi kelalaian dan ketidakterbukaan dalam mencaridan menghitung aset-aset para obligor yang semestinya dikuasai negara. Ko-ordinasi antar lembaga pemerintah juga lemah untuk menuntaskan kasus ini.Pemerintah sangat lemah menegakkan ketentuan-ketentuan dalamperjanjian mengingat setiap kali para obligor melanggar kesepakatan,pemerintah selalu memberi kesempatan untuk dilakukannya renegosiasiperjanjian. Puncaknya adalah dilayaninya penolakan para obligor untukmembayar bunga dan denda, padahal ketentuan tersebut telah tercantumdalam PKPS.

PKPS telah disepakati dan ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitupemerintah/BPPN dan obligor, sejak tahun 2000. APU tersebutselanjutnya diubah beberapa kali pada tahun 2003, 2006 dan 2007, dalamrangka mengakomodasi berbagai kepentingan, termasuk kepentingan paraobligor. Meskipun, APU dan APU Reformulasi tetap memuat ketentuan-ketentuan sanksi jika terjadi

Atas dasar itu, layak dipertanyakan mengapa pemerintah, baik di masaHabibie, Gus Dur, Megawati hingga masa SBY saat ini tidak serius dan tegasterhadap para obligor. Apakah telah terjadi KKN oleh sejumlah oknum

default

default.

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 95/

Page 120: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

pada berbagai masa pemerintahan tersebut, sebagaimana pemerintah OrdeBaru melakukannya saat memulai skandal BLBI?

Kita telah mencatat bahwa lembaga-lembaga peradilan dan lembaga-lembaga negara telah menghasilkan keputusan yang sebagian besar jauh dariprinsip-prinsip hukum dan keadilan, sehingga merugikan keuangan negarahingga ratusan triliun rupiah. Sebagian besar koruptor, yang telahmenghisap uang rakyat tersebut, dibiarkan bebas berkeliaran, lari ke luarnegeri dengan hasil korupsinya, dan kembali menguasai aset-asetnya yangdahulu dinyatakan bangkrut (sebagian mereka bahkan juga kini masukdalam daftar orang-orang terkaya di Indonesia).

Hukuman pengadilan memang sempat dijatuhkan pada beberapaobligor, namun jumlahnya tidak banyak dan vonisnya pun tidak setimpaldengan kejahatan dan kerugian negara yang ditimbulkannya. Kalaupun adayang divonis berat seperti penjara seumur hidup atau puluhan tahun,umumnya mereka telah lebih dulu “melarikan diri” atau “diberi kesempatanberobat ke luar negeri”, sehingga tidak pernah kembali ke Indonesia. Iniadalah sebagian kenyataan dari carut-marutnya penanganan skandal BLBIoleh lembaga peradilan Indonesia yang korup.

Carut-marut hukum penanganan skandal BLBI semakin lengkap ketikaPresiden sebagai kepala negara, didukung oleh para menteri kabinet terkait,mengeluarkan Inpres No.8/2002 tentang . Dengan Inpresini, para tersangka tindak pidana korupsi BLBI dinyatakan bebas dari segalabentuk tuntutan/gugatan pidana atas kejahatannya merampok ratusantriliun rupiah uang rakyat.

Inpres No.8/2002 merupakan suatu bentuk rekayasa sistematis danmanipulatif, serta skandal besar yang dilakukan oleh Presiden Megawatibersama para menterinya (termasuk diantara yang menjabat saat ituBoediono selaku Menteri Perekonomian, Susilo Bambang Yudhoyonosebagai Menko Polkam, Jusuf Kalla sebagai Menko Kesra, dan Yusril IhzaMahendra sebagai Menteri Sekretaris Negara). Mereka telahmenyalahgunakan kekuasaan yang mereka miliki untuk membebaskan parapelaku tindak pidana yang telah merugikan rakyat dan melanggar berbagai

Penutup

release and discharge

96 Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum/

Page 121: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

aturan, mulai dari UUD 1945, TAP-TAP MPR, hingga berbagai undang-undang yang berlaku.

Meskipun telah didukung dengan argumentasi dan fakta-fakta hukumyang gamblang, gugatan atas Inpres No.8/2002 yang diajukanoleh para penggugat ternyata ditolak oleh MA. Apa hendak dikata, MAsebagai lembaga penegak hukum tertinggi di negara ini pun memilihmelegitimasi kebijakan yang dibuat kepala negara dibanding memenuhi rasakeadilan masyarakat.

Di sisi lain, DPR yang menjadi lembaga penyeimbang pemerintah danmempunyai hak kontrol juga tidak melakukan fungsinya atas berbagaipenyelewengan tersebut. Tidak tercatat upaya maksimal dari anggota-anggota DPR yang menjabat saat itu untuk mengoreksi kebijakan

yang dibuat pemerintah.

Dengan demikian, lengkaplah sudah carut-marut penanganan hukumskandal BLBI, dengan hasil terabaikannya penegakan hukum dan keadilan,serta diabadikannya penderitaan rakyat yang hidup di bawah gariskemiskinan demi pelunasan utang dan pembayaran bunga obligasi rekapyang entah kapan akan berakhir. Pertanyaannya adalah, masih layakkahmereka menyebut diri sebagai figur pro dengan menjabat sebagaipetinggi negara atau menteri, atau bahkan menyatakan keinginan untukmencalonkan diri sebagai presiden masa mendatang?

judicial review

release and

discharge

wong cilik,

Bagi para obligor pengemplang uang rakyat, kita berharap masih adarasa kemanusiaan di hati mereka untuk menyadari kesalahannya dan segeramengembalikan uang rakyat yang telah mereka nikmati. Catat kenyataan ini:puluhan juta rakyat yang Anda ambil haknya kini hidup dengan pendapatanRp 167.000/bulan atau kurang dari Rp 6000/hari!

Mekanisme PKPS: Menyelesaikan Kasus Korupsi dengan Mengabaikan Hukum 97/

Page 122: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin
Page 123: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 6

INPRES NO. 8/2002:JALAN MENUJUKETIDAKADILAN DANPEMISKINAN

Marwan Batubara

Sebelum Inpres No.8/2002 diterbitkan, pemerintah melalui BPPNtelah menetapkan berbagai konsep dan langkah penyehatan bank sertapengupayaan pengembalian uang negara yang telah disalurkan kepadaperbankan (bank-bank yang terkategori sebagai Bank DalamPenyehatan/BDP) melalui berbagai fasilitas seperti BLBI, Dana TalanganBPPN, dan klaim Program Penjaminan. Pengembalian uang negara( ), yang dilakukan melalui mekanisme Penyelesaian KewajibanPemegang Saham (PKPS) juga dinyatakan sebagai salah satu fungsi utamaBPPN. Tugas BPPN ini sesuai dengan UU No.10/1998 tentang perubahanUU No.7/1992 tentang Perbankan dan PP No.17/1999 tentang BPPN.

Seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya, PKPS merupakanmekanisme penyelesaian kewajiban Pemegang Saham Pengendali (PSP)bank-bank penerima fasilitas BLBI yang dilaksanakan dengan 3 pola, yaitu

recovery

Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan 99/

Page 124: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

MSAA , MRNIA, dan APU (Akta Pengakuan Utang).

Pelaksanaan PKPS didasarkan kepada kewenangan yang dimiliki BPPNdalam PP 17/1999, yang menetapkan bahwa dalam melaksanakan programpenyehatan terhadap bank-bank, BPPN mempunyai wewenang untukmenghitung dan menetapkan kerugian yang dialami BDP danmembebankan kerugian tersebut kepada modal bank yang bersangkutan.Bilamana kerugian tersebut terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi,komisaris, atau pemegang saham, maka kerugian tersebut dibebankankepada mereka yang bersangkutan tersebut.

Usulan PKPS, sebagai mekanisme penyelesaian kasus BLBI di luar jalurpengadilan, diputuskan pertama kali dalam Rakor PengawasanPembangunan pada tanggal 21 Agustus 1998 yang dipimpin MenkowasbangHartarto, dihadiri oleh Gubernur BI, Menkeu, Jaksa Agung, Kepala BPKPdan Ketua BPPN. Keputusan itu diambil setelah mendengarkan penjelasanJaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun) Suhanjonoyang mengatakan bahwa proses hukum atas pelanggaran BMPK (BatasMaksimum Pelanggaran Kredit) dan BLBI akan berjalan lama dan tidak jelastingkat pengembalian komersialnya.

Sebagai tindak lanjut, Menkeu mengeluarkan Surat Kuasa Khusus(SKK) dengan hak substitusi kepada Jaksa Agung untuk dan atas namaMenkeu melakukan penelitian mendalam permasalahan Bank Beku Operasi(BBO) dan Bank (BTO). Selanjutnya, sehubungan denganpelaksanaan SKK tersebut, Jaksa Agung menyampaikan laporan kepadaPresiden Habibie, dengan surat No.R-192/A/G.1/1998 tangal 23September 1998, perihal laporan hasil kegiatan non litigasi terhadap 14 bankbermasalah (BBO/BTO) oleh Tim Kejaksaan dan BPPN.

Dalam laporan tersebut dikemukakan bahwa para pemilik BBO danBTO mengakui banknya telah menerima BLBI, bertanggung jawab, danmemiliki itikad baik untuk mengembalikan seluruh kewajiban BLBI, dengancara membayar tunai serta penyerahan aset-aset, baik milik pribadi maupunkelompok perusahaannya.

Kebijakan pemerintah mengenai penyelesaian kewajiban BLBI olehPSP BBO/BTO yang dilakukan melalui dituangkan jugadalam ( ) dengan IMF pada tanggal 11 September 1998.

(Master Settlement and Acqusition Agreement) (Master

Refinancing and Notes Issuance Agreement)

Take over

out of court settlement

Letter of Intent LoI

100 Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan/

Page 125: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Namun kita mencatat pula adanya surat Presiden Habibie kepadaMenkeu yang meminta penyelesaian kasus BLBI dilakukan sesuai peraturanyang berlaku. Seperti dinyatakan dalam surat bernomor B-342/Pres/11/1998 tertanggal 6 November 1998, Presiden RI memintaMenkeu dan Ketua BPPN untuk melakukan upaya dan pembahasan denganpemilik BBO dan BTO untuk mencari penyelesaian

Apakah ini berarti Presiden belum dengan?

Setelah terbitnya PP 17/1999 tentang BPPN dan tugasnya dalampenyehatan bank-bank, sejumlah peraturan, berupa UU, PP, SKB, SKMenteri, dan sebagainya telah diterbitkan oleh pemerintah selama tahun2000 hingga 2004. Peraturan-peraturan dimaksud antara lain adalah:

Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur BINo,117/KMK.017/1999 dan No.31/15/KEP/GBI tanggal 26Maret 1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi BankDalam Penyehatan Yang Berstatus BTO;

UU No.25/2000 tentang Propenas tahun 2000-2004;

Lampiran UU No.35/2000 tentang APBN Tahun 2001;

TAP MPR No. X Tahun 2001 yang menyatakan bahwa MPRmenugaskan Pemerintah dan BPPN untuk secara konsistenmelaksanakan MSAA sesuai dengan UU Propenas;

Surat Keputusan Menteri Koordinator Ekuin/Ketua KomiteKebijakan Sektor Keuangan (KKSK) No.12/M.EKUIN/04/2000tanggal 7 April 2000 tentang Prinsip Penyelesaian KewajibanPemegang Saham Dari Bank Beku Kegiatan Usaha KepadaPemerintah Yang Timbul Sebagai Akibat Pembekuan Usaha Bank;

Keputusan KKSK No. KEP.03/K.KKSK/1/2000 tanggal 10November 2000 tentang penetapan agar para PSP dalam perjanjianMSAA memenuhi kewajibannya dengan menyerahkan tambahanaset dan saham perusahaan serta memberikan ;

Keputusan KKSK No. KEP 01/K.KKSK/08/2002 tanggal 22Agustus 2002 perihal perhitungan ulang kewajiban PSP PKPSAPU, yang disebut JKPS Reformulasi.

sesuai denganperaturan yang berlaku. firm out

of court settlement

personal guarantee

Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan 101/

Page 126: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Instruksi Presiden No.8/2002 tanggal 30 Desember 2002 yangmengatur tentang Pemberian Jaminan Kepastian Hukum kepada Debituryang Telah Menyelesaikan Kewajibannya atau Tindakan Hukum kepadaDebitur yang Tidak Menyelesaikan Kewajibannya BerdasarkanPenyelesaian Kewajiban Pemegang Saham.

Inpres No. 8/2002 merupakan puncak dari berbagai peraturan dankebijakan pemerintah yang memilih penyelesaian kasus BLBI melalui jalur

, yaitu dengan memberinya landasan hukum. Melalui halini, pemerintah menunjukkan sikapnya untuk lebih mengutamakanpengembalian uang negara dibandingkan dengan penegakan hukum secaraadil dan konsekuen. Sehingga, penerbitan Inpres ini juga dapat diartikansebagai bentuk intervensi Presiden terhadap otoritas hukum (teks Inpresselengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1).

Inpres tersebut menginstruksikan kepada Menko BidangPerekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK),Menteri Kehakiman dan HAM, para Menteri Anggota KKSK, MenegBUMN, Jaksa Agung, Kapolri, dan Kepala BPPN untuk mengambillangkah-langkah yang diperlukan bagi penyelesaian kewajiban pemegangsaham dalam rangka penyelesaian seluruh kewajibannya kepada BPPNberdasarkan perjanjian MSAA, MRNIA dan APU.

Dalam menjalankan langkah-langkah tersebut, Inpres No.8/2002memuat berbagai kebijakan pedoman sebagai berikut:

Kepada para debitur yang telah menyelesaikan kewajibannya, baikMSAA, MRNIA dan APU, diberikan bukti penyelesaian berupapelepasan dan pembebasan dalam rangka jaminan kepastian hukumsebagiamana diatur dalam perjanjian-perjanjian tersebut;

Kepada para debitur yang sedang melakukan penyelesaian sesuaiperjanjian PKPS, baik MSAA, MRNIA dan APU, diberikesempatan untuk terus dan secepatnya menyelesaikankewajibannya dalam tenggang waktu yang ditetapkan oleh KKSK;

Kepada para debitur yang tidak menyelesaikan atau tidak bersediamenyelesaikan kewajibannya kepada BPPN baik dalam rangka

Esensi Inpres No. 8/2002

out of court settlement

102 Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan/

Page 127: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

MSAA, MRNIA, dan APU sampai dengan berakhirnya batas waktuyang telah ditetapkan KKSK, diambil

Dalam hal pemberian kepastian hukum sebagaimana dimaksud di atas,menyangkut pembebasan debitur dari aspek pidana yang terkait langsungdengan program PKPS, bagi debitur yang masih dalam tahap penyelidikan,penyidikan dan/atau penuntutan oleh instansi penegak hukum, makasekaligus juga dilakukan

, yang pelaksanaannya tetap dilakukan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemberian bukti penyelesaian berupa pelepasan dan pembebasansebagaimana di atur di atas, dilakukan oleh Ketua BPPN setelah mendapatpersetujuan dari KKSK dan Meneg BUMN.

Sebagai akibat dari terbitnya Inpres No. 8/2002, KKSK menerbitkanbeberapa keputusan yang intinya memberikan keuntungan dan keringanankepada debitur/PSP, yaitu antara lain Keputusan KKSKNo.01/K.KKSK/04/2003 mengenai JKPS Reformulasi PKPS APU yangmengurangi beban kewajiban para obligor, dan Keputusan KKSK No. KEP.03/K.KKSK/09/2003 tanggal 18 September 2003 tentang kebijakanbahwa pemberian PG bagi penandatangan MSAA tidak berlaku lagi.

Selain itu, berdasarkan Inpres ini, para debitur dianggap sudahmenyelesaikan utangnya, meskipun mereka hanya membayar tunai 30% sajadari total kewajibannya sesuai JKPS, dan membayar 70% sisanya dengansertifikat bukti kepada BPPN. Atas dasar bukti ini, mereka yang sedangdiperiksa (dalam proses penyidikan), akan diberikan SP3 (Surat PenghentianPenyidikan Perkara). Sedangkan, apabila perkaranya dalam prosespengadilan, maka akan dijadikan bukti baru yang dapat membebaskanmereka.

Sebagai akibat dari terbitnya Inpres ini, tercatat Kejaksaan Agungmenghentikan proses penyidikan terhadap sedikitnya 10 tersangka BLBIpada tahun 2004 karena mereka telah mendapat Surat Keterangan Lunas(SKL) dari BPPN.

tindakan hukum yangtegas dan konkrit, yang dilaksanakan secara terkoordinasiantara Ketua BPPN, Kepala Kepolisian, dan Jaksa Agung RI.

proses penghentian penanganan aspekpidananya

Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan 103/

Page 128: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Gugatan Judicial Review Terhadap Inpres No. 8 Tahun

2002

Disebabkan karena isinya yang kontroversial, penerbitan Inpresbanyak mendapatkan penolakan dari berbagai pihak. Tercatat,

beberapa tokoh, elemen masyarakat, para pakar, dan LSM mengajukangugatan untuk meminta pembatalan Inpres tersebut olehMahkamah Agung. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)mengawali pengajuan gugatan terhadap Inpres ini pada tanggal23 Februari 2003.

Hal ini kemudian diikuti pula oleh beberapa tokoh nasional sepertiHidayat Nurwahid, Laode Ida, Asmara Nababan, Teten Masduki,Komarudin Hidayat, Nursyahbani Katjasungkana, dan Faisal Basri, dengandiwakili oleh tim kuasa hukum yang diketuai Bambang Widjojanto. Gugatanmereka ajukan secara resmi pada tanggal 27 Mei 2003. Berikut merupakandasar gugatan hak uji materiil Inpres No. 8 tahun 2002.

Pada dasarnya, para penggugat menilai bahwa Inpres No. 8 Tahun 2002telah melanggar peraturan perundang-undangan di atasnya. Berdasarkanketentuan pasal 4 ayat 1 Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 tentangSumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan,dinyatakan bahwa

.Ketentuan ini mengandung arti bahwa:

Aturan yang lebih rendah merupakan aturan pelaksana dari aturanyang lebih tinggi;

Aturan yang lebih rendah:

1. Tidak boleh mengubah substansi yang ada dalam aturan yanglebih tinggi;

2. Tidak menambah, tidak mengurangi dan tidak menyisipi suatuketentuan baru;

3. Tidak memodifikasi substansi dan pengertian yang telah adadalam peraturan induknya.

Inpres No.8/2002 dinilai telah pula melanggar UUD 1945, berbagaiTAP MPR dan beberapa undang-undang, serta melanggar sejumlah prinsip

release

and discharge

judicial review

judicial review

”Setiap aturan hukum yang lebih rendah tidak boleh bertentangan

dengan aturan hukum yang lebih tinggi (lex specialis derograt lex generalis)”

104 Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan/

Page 129: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

hukum. Berikut beberapa ketentuan hukum yang dilanggar oleh Inprestersebut:

Inpres No. 8 Tahun 2002 dinilai telah bertentangan dengan pasal 1 ayat3 serta pasal 14 UUD 45. Pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa:

. Ketentuan ini memberi makna bahwa segalapermasalahan tidak boleh diselesaikan dengan pendekatan kekuasaansemata, tetapi harus tunduk pada ketentuan dan prosedur hukum.

Sedangkan, dalam Inpres No. 8 Tahun 2002, Presidenmenginstruksikan kepada penegak hukum, kepolisian, dan kejaksaan yangsedang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadaptersangka yang statusnya sebagai debitur BPPN, untuk membebaskandebitur yang telah memperoleh (berupa Surat KeteranganLunas/SKL) dari pemerintah karena telah mengembalikan sebagianutangnya. Padahal, menurut ketentuan hukum, seorang tersangka barudapat dinyatakan bebas dari tuntutan hukum apabila yang bersangkutantelah diproses melalui pengadilan.

Dengan dikeluarkannya Inpres tersebut, para penggugat menilai bahwaPresiden telah melakukan intervensi terhadap kekuasaan yudikatif denganmenginstruksikan pembebasan seseorang yang tersangkut kasus pidanatanpa proses hukum melalui peradilan, atau dengan kata lain presidenmenyelesaikan hukum dengan kekuasaan semata.

Selanjutnya, Inpres No. 8 Tahun 2002 juga dianggap bertentangandengan pasal 14 ayat 1 dan ayat 2 UUD 45. Pasal 14 ayat 1 menjelaskanbahwa “

. Sedangkan ayat 2 menjelaskan bahwa“

Berdasarkan ketentuan ini, maka, seperti dinyatakan Pakar HukumPidana UI Dr. Rudy Satrio, Presiden sebagai kepala negara hanyamempunyai kewenangan memberikan grasi, amnesti, abolisi danrehabilitasi. Sehingga, tindakan Presiden yang menerbitkan Inpres No. 8Tahun 2002 merupakan tindakan inkonstitusional serta dapat dikategorikan

UUD 1945

“Negara Republik

Indonesia adalah negara hukum”

release and discharge

Presiden dalam memberikan grasi dan rehabilitasi dengan memerhatikan

pertimbangan dari Mahkamah Agung”

Presiden dalam memberikan amnesti dan abolisi dengan memerhatikan pertimbangan

dari Dewan Perwakilan Rakyat”.

Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan 105/

Page 130: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

sebagai penyalahgunaan kekuasaan atau melampaui bataskewenangan Presiden seperti yang diatur dalam pasal 14 UUD 45.

Dalam pasal 4 Tap MPR No.XI/MPR/1998 dinyatakan antara lainbahwa “Upaya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme harusdilakukan secara tegas terhadap siapa pun juga, baik pejabat negara, mantanpejabat negara, keluarga dan kroninya maupun pihak swasta ataukonglomerat termasuk mantan Presiden Soeharto dengan tetapmemperhatikan prinsip praduga tak bersalah serta Hak Asasi Manusia”.

Kemudian, dalam pasal 2 ayat 2 Tap MPR No. VIII/MPR/2001, MPRmerekomendasikan pemerintah untuk “Melakukan penindakan hukumyang lebih bersungguh-sungguh terhadap semua kasus korupsi, termasukkorupsi yang telah terjadi di masa lalu, dan bagi mereka yang telah terbuktibersalah agar dijatuhi hukuman yang seberat-beratnya”.

Sedangkan, Inpres No. 8 Tahun 2002 pada diktum pertama angka 4menyebutkan bahwa “Dalam hal pemberian kepastian hukum sebagaimanadimaksud dalam angka 1 menyangkut pembebasan debitur dari aspekpidana yang terkait langsung dengan program Penyelesaian KewajibanPemegang Saham yang masih dalam tahap penyelidikan, penyidikandan/atau penuntutan oleh instansi penegak hukum, maka sekaligus jugadilakukan dengan proses penghentian penanganan aspek pidananya, yangpelaksanaannya tetap dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku”.

Dari hal tersebut, sudah jelas bahwa penerbitan Inpres No. 8 Tahun2002 oleh Presiden yang membebaskan debitur dari aspek pidana secaranyata bertentangan dengan pasal 4 ketetapan MPR No.XI/MPR/1998Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas KKN. Padahal,dalam membuat kebijakan, Presiden tidak boleh bertentangan dan bahkanseharusnya berpedoman pada apa yang telah digariskan oleh MPR.

Presiden harus bertindak tegas tanpa pandang bulu terhadap semuakasus korupsi, kolusi dan nepotisme. Termasuk dalam hal penyelesaianmasalah utang para konglomerat hitam yang telah banyak merugikankeuangan negara, melalui pemberian tuntutan hukuman yang seberat-beratnya.

(abuse of power)

TAPNo. XI/MPR/1998 dan TAPNo. VIII/MPR/2001

106 Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan/

Page 131: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

TAPNo. X/MPR/2001

UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana

Dalam rangka mengelola dan menjual aset-aset BPPN,antara lain menugaskan Presiden untuk (sebagaimana

terdapat dalam butir c),

Dengan ketentuan ini maka Presiden diperintahkan untuk bertindaktegas tanpa pandang bulu terhadap semua kasus KKN, termasuk dalammenjalankan MSAA, MRNIA, dan APU secara konsisten. Namun yangterjadi, Presiden (Megawati) justru mengkhianati amanat TAP MPRtersebut. Presiden bahkan secara manipulatif menjadikan TAP MPR inisebagai dasar pertimbangan Inpres No. 8/2002.

Pasal 4 UU No. 31 Tahun 1999 menegaskan bahwa

Namun, Inpres No. 8 tahun 2002 justrumengistruksikan kejaksaan dan kepolisian untuk menghentikan penyidikandan penuntutan para tersangka debitur yang telah memperoleh

. Padahal para tersangka tersebut disidik dan dituntut karena didugasecara melawan hukum telah melakukan penyalahgunaan wewenang yangberakibat timbulnya kerugian negara.

Oleh karena itu, Inpres No. 8 Tahun 2002 yang menginstruksikanpembebasan para debitur dari tuntutan pidana karena dianggap sudahmengembalikan uang negara adalah bertentangan dengan ketentuan UUNo. 31 Tahun 1999. UU ini secara gamblang telah menyatakanpengembalian kerugian keuangan negara tidak dapat menghapus prosespidana terhadap seseorang.

Pasal 1 angka 14 UU No. 8 Tahun 1981, menentukan bahwa,“Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku pidana”.

TAP No.X/MPR/2001

“Pemerintah perlu konsisten menjalankan MSAA dan

MRNIA, dan bagi mereka yang belum memenuhi kewajibannya sesuai Undang-

Undang No.25/2000 tentang Propenas butir C Nomor 2, 3, dan 4 perlu diambil

tindakan tegas”.

“Pengembalian

kerugian keuangan negara atau perekonomian negara tidak menghapuskan dipidananya

pelaku tindak pidana”.

release and

discharge

Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan 107/

Page 132: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Demikian juga pasal 109 ayat 2 antara lain menentukan, “Dalam hal penyidikmenghentikan penyidikan karena tidak cukup bukti atau peristiwa tersebutternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan karenahukum....”

Berdasarkan ketentuan tersebut, seseorang dapat dinyatakan sebagaitersangka apabila telah memenuhi bukti permulaan yang cukup sebagaitersangka atau pelaku tindak pidana. Menurut hukum acara pidana, bilapenyidikan sudah selesai, maka berkas penyidikan dilimpahkan ke kejaksaanuntuk dilakukan penuntutan. Penuntutan hanya akan dihentikan apabiladalam proses penyidikan ternyata tidak cukup bukti untuk menetapkantersangka pelaku tindak pidana, atau peristiwanya ternyata bukanmerupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan karena hukum. Hanyadalam kasus-kasus seperti itu penyidik dapat mengeluarkan Surat PerintahPenghentian Penyidikan (SP3).

Sedangkan Inpres No.8 Tahun 2002 justru memerintahkan kepadapenyidik untuk segera membebaskan debitur BPPN sebagai tersangkakorupsi jika ia telah mengembalikan sebagian uang negara, dan kemudianmemperoleh dari pemerintah. Ketentuan Inpres initentunya bertentangan dengan pasal 109 ayat 2 KUHAP, karenapengembalian kerugian negara tidak dapat menghapus bukti tersangkasebagai pelaku tindak pidana dan begitu juga dengan peristiwa pidananya.

Pasal 2 ayat 1 UU No.5 Tahun 1991 menyebutkan antara lain,“...kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaannegara dibidang penuntutan”. Demikian juga pasal 1 ayat 3 menyatakanbahwa : “Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkanperkara ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut carayang diatur dalam Hukum Acara Pidana dengan permintaan supayadiperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan”.

Berdasarkan ketentuan dalam UU Kejaksaan tersebut, secara tegasdinyatakan bahwa kejaksaan melaksanakan kekuasaan negara dibidangpenuntutan. Artinya, Presiden sebagai kepala pemerintahan tidak dapatsemena-mena memerintahkan kejaksaan untuk membebaskan seseorangyang diduga kuat, dan bahkan sudah cukup bukti, melakukan tindak pidanakorupsi. Sesuai hukum, kejaksaan harus tetap melimpahkan tersangka

release and discharge

UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

108 Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan/

Page 133: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

debitur BPPN ke pengadilan walaupun sudah mendapatkan

Memang, Jaksa Agung dapat menggunakan hak oportunitasnya untukmembebaskan debitur dengan alasan “kepentingan umum”, berdasarkanargumentasi bahwa mereka telah mendapatkan . Namunjika itu dilakukannya, maka Jaksa Agung telah menyalahtafsirkan pengertian“kepentingan umum”, karena Tap MPR telah secara tegas menggariskankomitmen seluruh rakyat Indonesia untuk menindak tegas dan menghukumseberat-beratnya para koruptor tanpa pandang bulu.

Sehingga, jika Jaksa Agung berdasarkan Inpres tersebut kemudian padaakhirnya membebaskan para obligor dari tuntutan pidana, maka secara tidaklangsung Jaksa Agung telah menjalankan tugas dan wewenangnya secaramenyimpang dari ketentuan UU No.5 Tahun 1991. Pembebasan paraobligor dari tuntutan pidana bertentangan dengan keadilan dan kebenaranserta mengingkari prinsip bahwa setiap orang bersamaan kedudukannya didepan hukum.

Dalam Buku Kesatu Bab VIII Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP), dijelaskan bahwa peniadaan penuntutan atau penghapusan hakmenuntut hanya dapat dilakukan apabila:

Telah ada putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap mengenaitindak pidana yang sama/

Terdakwa meninggal dunia

Perkara dinyatakan telah lewat waktu/kadaluarsa

Pelanggaran yang diancam dengan denda saja

Tidak ada pengaduan dalam hal perkara yang dimaksud adalahberupa delik aduan

Dalam pasal-pasal di atas, dapat dilihat para obligor/debitur tidaktermasuk dalam kategori pihak yang bisa dilepaskan dari tanggung jawabpidana. Oleh karena itu, Inpres No. 8 Tahun 2002 yang memberikan jaminanuntuk membebaskan debitur dari proses hukum, termasuk penghapusanaspek pidana yang dilakukannya, bertentangan dengan ketentuan yang adadalam KUHP.

release and

discharge.

release and discharge

nebis in idem (pasal 76 KUHP);

(pasal 77 KUHP);

(pasal 78 KUHP);

(pasal 82 KUHP);

(Pasal 72 s/d pasal 75 KUHP).

Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan 109/

Page 134: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Prinsip Persamaan di Hadapan Hukum (Equality Before The Law)

Prinsip Jaminan Kepastian Hukum (Rechtsmatigheid)

Penerbitan Inpres No. 8 Tahun 2002 yang memberikan jaminanpembebasan debitur dari aspek pidana menunjukkan adanya diskriminasihukum oleh pemerintah. Seolah, debitur memiliki hak istimewa untukdibebaskan dari jerat pidana, karena pemerintah membutuhkanpengembalian uang negara yang telah dicuri debitur tersebut.

Padahal, semua orang atau warga negara memiliki hak untukmemperoleh perlakuan hukum yang sama. Hanya dengan hal itu kepastianhukum dapat terjamin. Jika debitur BLBI yang telah mencuri uang negaradibebaskan dari hukuman dengan alasan telah mengembalikan uangtersebut, apakah pemerintah juga hendak membebaskan semua koruptordan pencuri jika mereka mengembalikan uang curian mereka?

Menurut hukum, suatu tindak pidana yang perkaranya telah diperiksaberdasarkan mekanisme hukum acara pidana, maka kepastian hukumnyahanya dapat diwujudkan bila proses tersebut sepenuhnya tunduk danmengikuti ketentuan-ketentuan hukum acara pidana. Begitu pula dengankasus BLBI, kepastian hukum dalam perkara pidana terhadap para debiturMSAA, MRNIA, dan APU pada tingkat penyelidikan, penyidikan, maupuntingkat penuntutan hanya dapat diwujudkan melalui pemeriksaan di sidangpengadilan, sekalipun para tersangka atau terdakwa telah mengembalikankerugian negara. Apalagi, dalam kasus BLBI, uang yang dikembalikandebitur juga tidak sebanding dengan jumlah uang yang diambilnya.

Hal ini telah diatur dalam berbagai ketentuan seperti UU No. 8 Tahun1981 Tentang KUHAP (pasal 1 angka 14 dan pasal 109 ayat 2), UU No. 5Tahun 1991 Tentang Kejaksaan RI (pasal 2 ayat 1 jo. pasal 1 ayat 3) sertadalam UU No.31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi (pasal 2, 3, dan 4).

Berdasarkan ketentuan di atas, maka penerbitan Inpres No. 8 Tahun2002 oleh Presiden yang antara lain menginstruksikan Kejaksaan RI danKepolisian RI untuk menghentikan proses penyidikan dan penuntutan paradebitor BPPN yang telah berstatus tersangka, justru telah menimbulkanketidakpastian hukum.

110 Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan/

Page 135: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Berbagai Keberatan terhadap Inpres No. 8/2002

Disamping pelanggaran terhadap berbagai ketentuan hukum sepertidiuraikan di atas, terdapat sejumlah alasan kuat untuk membatalkan InpresNo. 8/2002 (serta juga pemberian SKL kepada obligor BLBI), yaitu antaralain:

Dalam diktum “pertimbangan” disebutkan bahwa Inpres No. 8Tahun 2002 dibuat dalam rangka melaksanakan Ketetapan MPRNo.VI/MPR/2002 dan Ketetapan MPR No.X/MPR 2001.Padahal, isi Inpres tersebut justru bertentangan dengan amanatsesungguhnya dari TAP-TAP tersebut, yaitu untuk melakukantindakan hukum yang tegas terhadap penyelewengan perjanjianPKPS;

Penggunaan Ketetapan MPR No.VI/MPR/2002 dan KetetapanMPR No.X/MPR/2001 sebagai dasar pertimbangan bagi InpresNo. 8/2002 juga dinilai salah, karena TAP-TAP MPR tersebut baruditetapkan setelah perjanjian PKPS antara BPPN dan para obligorditandatangani. Sebagaimana dinyatakan Tim Kuasa HukumYayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), keduaTAP tersebut semestinya tidak bisa dijadikan dasar pertimbanganbagi Inpres No.8/2002, karena fakta hukumnya menunjukkanperjanjian MSAA, MRNIA dan APU sudah dilakukan terlebihdahulu sebelum terbitnya Ketetapan MPR No.VI/MPR/2002 danKetetapan MPR No.X/MPR/2001;

Dalam menerbitkan Inpres, Presiden semestinya tidak cukup hanyamendasarkan pada asas kemanfaatan atau kebutuhan atau tujuantertentu tetapi juga harus mempertimbangkan asaslegalitas hukum ). Artinya, Inpres secara formalmaupun substansial tidak boleh melanggar asas-asas kaidah hukumyang mendasar, dan tidak mendahului atau melebihi peraturandasarnya;

Sementara itu, para penggugat lainnya menilai bahwa kalau punPresiden hendak melaksanakan MSAA, MRNIA, dan APU secarakonsisten, maka Presiden mempunyai kewajiban untukmenghilangkan klausul-klausul perjanjian yang bertentangandengan kepentingan umum yang ada dalam perjanjian, walaupun

(doelmatigheid),

(rechmatigheid

Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan 111/

Page 136: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

perjanjian tersebut telah dibuat dan ditandatangani oleh BPPN,Menteri Keuangan, dan para debitur;

Secara hukum, perjanjian yang bertentangan dengan kepentinganumum merupakan perjanjian yang tidak memenuhi syarat sahnyaperjanjian dan tidak mempunyai kekuatan mengikat, sesuai denganpasal 1320 dan 1335 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Penting pula dicatat, bahwa atas dasar kepentingan umum,pemerintah dimungkinkan secara hukum untuk melakukan revisiatas perjanjian MSAA, MRNIA, dan APU meskipun hal itu telahditandatangani BPPN dan para obligor. Namun, ternyata Presidentidak merevisinya, dan justru menguatkan klausul-klausul tersebutdalam Inpres No. 8 Tahun 2002. Sehingga, Presiden turut pulamelibatkan diri dalam pelanggaran hukum yang terjadi;

Secara hukum, status seseorang ditetapkan sebagai tersangka,karena telah ditemukan bukti permulaan yang cukup bahwa orangtersebut melakukan tindak pidana. Sehingga, Inpres No.8 Tahun2002 yang memberikan pembebasan dan ampunan kepada debiturtersangka kasus korupsi, padahal telah terdapat bukti yang cukuppada orang tersebut melakukan tindak pidana, telah melanggarhukum (termasuk melanggar Ketetapan MPR yang telahmengamanatkan pemberantasan korupsi secara konsekuen).

Rakyat sangat berharap agar Mahkamah Agung selaku benteng terakhirpenegakan hukum di Indonesia dapat membatalkan keberadaan Inpres No.8 Tahun 2002 mengingat Inpres tersebut merupakan salah satu penghambatupaya penuntasan hukum skandal BLBI. Namun, harapan itu hilang seketikadengan keluarnya keputusan MA yang menolak gugatan yangdiajukan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan beberapa tokohnasional (dikoordinir ICW). Keputusan penolakan gugatan atasInpres No.8/2002 ditetapkan oleh MA sesuai dengan Surat Putusan MANo.06G/HUM/2003 tanggal 30 Desember 2003.

Keputusan MA tersebut ditetapkan dalam rapat permusyawaratanMahkamah Agung oleh Prof. Dr. Paulus E. Lotulung sebagai Ketua Majelis

Putusan MAyang Manipulatif dan Konspiratif

judicial review

judicial review

112 Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan/

Page 137: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dan Prof. Dr. H Ahmad Sukarja SH dan Prof. Dr Muchsan SH sebagaianggota. Namun satu keanehan dan kesengajaan perlu dicatat: bahwameskipun keputusan tersebut ”konon” ditetapkan tanggal 30 Desember2003, Kuasa Hukum penggugat, Teten Masduki dkk., baru menerimasalinan sah putusan MA bernomor 06G/HUM/2003 tersebut pada tanggal30 Mei 2007, sesuai surat pengantar dari MA bernomorNo.38/P.PTSN/2007/06G/HUM/2003.

Hal ini menunjukkan penggugat baru menerima keputusan MA atasgugatan Inpres No.8/2002, setelah 4 tahun gugatan diajukanpada tanggal 27 Mei 2003. Sangat dikhawatirkan, penundaan penyampaianhasil putusan dan juga upaya penyembunyian hasil putusan daripengetahuan publik merupakan bagian dari skenario untuk mengamankandan melindungi para koruptor BLBI dari tuntutan hukum.

Dalam pertimbangan putusan hukum atas gugatan InpresNo.8 Tahun 2002, MA menilai dan menyatakan bahwa:

Inpres tersebut merupakan kebijakan dalam rangka pelaksanaanperjanjian Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham, yangberbentuk MSAA, MRNIA dan/atau APU. Kepada para debitoryang patuh diberikan jaminan kepastian hukum berupapembebasan dari tuntutan pidana, dan kepada yang tidak patuhtetap diterapkan proses hukum, termasuk tuntutan pidana;

Presiden berwenang menetapkan langkah kebijakantersebut, demi kepastian hukum serta menyelamatkan aset negara;

Sebagai kebijakan, Inpres tidak termasuksebagai obyek hak uji materiil. Oleh karena itu, MA menolakgugatan hak uji materi Inpres No. 8 Tahun 2002.

Menyikapi putusan MA tersebut, berbagai kalangan menilai bahwadasar pertimbangan MA dalam memutuskan gugatan atasInpres No.8 Tahun 2002 sangat minim dari pertimbangan hukum. MAmenganggap Inpres No.8 Tahun 2002 merupakan kebijakan pemerintahdalam bentuk produk hukum yang tidak dapat dijadikan objek sengketa atau

.

Logika dan paradigma yang digunakan MA ini tentunya sama sekali jauhdari ketentuan konstitusional yang menegaskan bahwa negara Republik

judicial review

judicial review

(Beleid Regels)

Release and Discharge

judicial review

judicial review

Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan 113/

Page 138: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Indonesia adalah negara hukum, bukan negara kekuasaan belaka. Sebab, jikaMA menilai bahwa Inpres No.8 tahun 2002 tidak boleh dipersoalkan melaluimekanisme hukum, itu artinya secara tidak langsung MA sebagai pemegangkekuasaan yudikatif telah meruntuhkan prinsip-prinsip negara hukum atau

yang menjadi sendi utama negara Indonesia.

Dalam memutuskan gugatan terhadap Inpres No.8 Tahun2002, terlihat sekali bahwa MA tidak memedulikan fakta-fakta hukum yangmenunjukkan bahwa Inpres telah melanggar peraturanperundang-undangan yang lebih tinggi, menimbulkan ketidakpastianhukum, melanggar prinsip persamaan di hadapan hukum

serta melanggar rasa keadilan masyarakat

Setiap tahun, negara dan rakyat harus menanggung beban cicilanpembayaran utang yang besar dan bunga obligasi rekapitalisasi sekitar 40triliun hingga 50 triliun rupiah dalam APBN. Padahal, anggaran tersebutsemestinya bisa digunakan untuk merealisasikan program-programpendidikan rakyat, penanggulangan kemiskinan dan pengangguran.

Lalu, apakah dapat dibenarkan alasan MA yang menyatakan bahwapenerbitan Inpres dimaksudkan untuk menciptakankepastian hukum dan menyelamatkan aset negara? Jawabannya tentu sajatidak, karena hingga kini, pada kenyataannya sejumlah koruptor BLBI tetaptidak tersentuh oleh hukum. Sebagian besar mereka tetap bebas berkeliarandan dengan leluasa mengendalikan kembali kegiatan bisnisnya. Bahkan,secara bertahap sejumlah obligor telah kembali mengambil alih aset-asetyang dulu mereka serahkan kepada negara. Tak heran, kini mereka kembalibertengger menjadi orang-orang terkaya di negeri ini, meninggalkan ratusanjuta rakyat miskin yang harus turut menanggung beban pembayaran utang-utang mereka.

”rechstaat”

judicial review

release and discahrge

(equality before the

law) .

Release and Discharge

114 Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan/

Page 139: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Lampiran 1

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 8 TAHUN 2002

TENTANG

PEMBERIAN JAMINAN KEPASTIAN HUKUM KEPADA DEBITUR YANG TELAH

MENYELESAIKAN KEWAJIBANNYA ATAU TINDAKAN HUKUM KEPADA

DEBITUR YANG TIDAK MENYELESAIKAN KEWAJIBANNYA BERDASARKAN

PENYELESAIAN KEWAJIBAN PEMEGANG SAHAM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang:

Mengingat:

1. Bahwa dalam ragka melaksanakan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RepublikIndonesia Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan PutusanMajelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, MApada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor X/MPR/2001tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat RepublikIndonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis PermusyawaratanRakyat Republik Indonesia Tahun 2001, Badan Penyehatan Perbankan Nasional telahmelakukan Perjanjian Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham dengan debitur yangberbentuk perjanjian (MSAA),

(MRNIA), dan/atau Perjanjian PenyelesaianKewajiban Pemegang Saham dan Pengakuan Utang (Akta Pengakuan Utang/APU);

2. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut dalam huruf a, maka terhadap debitur yangkooperatif dalam melaksanakan perjanjian dimaksud perlu diberikan jaminan kepastianhukum dan bagi yang tidak menandatangani atau tidak melaksanakan perjanjian dimaksudperlu diberikan tindakan hukum yang tegas dan konkret.

3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, dansesuai dengan Keputusan Sidang Kabinet Gotong Royong tanggal 7 Maret 2002, makadipandang perlu untuk mengeluarkan Instruksi Presiden;

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 sebagaimana diubah dengan PerubahanKeempat Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor X/MPR/2001tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat RepublikIndonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis PermusyawaratanRakyat Republik Indonesia Tahun 2001;

Master of Settlement and Acquisition Agreement Master ofRefinancing and Note Issuance Agreement

Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan 115/

Page 140: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2002tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, MA pada Sidang Tahunan MajelisPermusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002;

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3472), sebagaimanatelah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3790);

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 206);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1999 tentang Badan Penyehatan PerbankanNasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 30, TambahanLembaran Negara Nomor 3814) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir denganPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2001 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4102);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2001 tentang Pengalihan Kedudukan, Tugas, danKewenangan Menteri Keuangan pada Badan Penyehatan Perbankan Nasional kepada MenteriNegara Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4136);

8. Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 1999 tentang Komite Kebijakan Sektor Keuangansebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 143 Tahun 2000.

Kepada:

Untuk:

Mengambil langkah-langkah yang diperlukan bagi Penyelesaian Kewajiban Pemegang Sahamdalam rangka penyelesaian seluruh kewajibannya kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasionalberdasarkan perjanjian Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham, baik yang berbentuk MSAA,MRNIA, dan/atau Akta Pengakuan Utang/APU, dengan berpedoman pada kebijakan sebagaiberikut:

1. Kepada para Debitur yang telah menyelesaikan kewajiban Pemegang Saham, baik yangberbentuk MSAA, MRNIA, dan/atau Akta Pengakuan Utang/APU, diberikan buktipenyelesaian berupa pelepasan dan pembebasan dalam rangka jaminan kepastian hukumsebagaimana diatur dalam perjanjian-perjanjian tersebut;

MENGINSTRUKSIKAN:

1. Menteri Negara Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite KebijakanSektor Keuangan;

2. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia;3. Para Menteri Anggota Komite Kebijakan Sektor Keuangan;4. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara;5. Jaksa Agung Republik Indonesia;6. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;7. Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional.

PERTAMA:

116 Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan/

Page 141: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

2. Kepada para Debitur yang sedang melakukan penyelesaian sesuai dengan perjanjianPenyelesaian Kewajiban Pemegang Saham, baik yang berbentuk MSAA, MRNIA, dan/atauAkta Pengakuan Utang/APU, diberi kesempatan terus dan secepatnya menyelesaikankewajiban-kewajibannya dalam tenggang waktu yang ditetapkan oleh Komite Kebijakan SektorKeuangan (KKSK);

3. Kepada para Debitur yang tidak menyelesaikan atau tidak bersedia menyelesaikankewajibannya kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional baik dalam rangka MSAA,MRNIA, dan/atau Akta Pengakuan Utang/APU sampai dengan berakhirnya batas waktu yangtelah ditetapkan oleh Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK), diambil tindakan hukumyang tegas dan konkret, yang dilaksanakan secara terkoordinasi antara Ketua Badan PenyehatanPerbankan Nasional, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Jaksa Agung RepublikIndonesia;

4. Dalam hal pemberian kepastian hukum sebagaimana dimaksud dalam angka 1 menyangkutpembebasan debitur dari aspek pidana yang terkait langsung dengan program PenyelesaianKewajiban Pemegang Saham, yang masih dalam tahap penyelidikan, penyidikan dan/ataupenuntutan oleh instansi penegak hukum, maka sekaligus juga dilakukan dengan prosespenghentian penanganan aspek pidananya, yang pelaksanaannya tetap dilakukan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemberian bukti penyelesaian berupa pelepasan dan pembebasan sebagimana dimaksud dalamDiktum PERTAMA angka 1, dilakukan oleh Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional setelahmendapat persetujuan dari Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK) dan Menteri NegaraBadan Usaha Milik Negara.

Melaksanakan Instruksi Presiden ini sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab danmelaporkan secara berkala atau sewaktu-waktu kepada Presiden.

Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.

Dikeluarkan di Jakarta

Pada Tanggal 30 Desember 2002

KEDUA:

KETIGA:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIAttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Inpres No.8/ 2002: Jalan Menuju Ketidakadilan dan Pemiskinan 117/

Page 142: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin
Page 143: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 7

OBLIGASIREKAPITALISASI:CARA SISTEMATISMENGHISAP UANGRAKYAT

Marwan Batubara

Obligasi rekapitalisasi (OR) dikucurkan dalam rangka programpenyehatan perbankan, yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan likuiditasdan kecukupan modal sejumlah bank saat krisis berlangsung. Ketika krisis,kondisi keuangan sebagian besar bank memang limbung terutama karenagejolak penarikan dana secara besar-besaran oleh masyarakat (rush).Kondisi ini pun berlanjut sampai beberapa waktu sehingga mengancamkestabilan perbankan nasional. Hal ini membuat pemerintah melakukanlangkah-langkah penyelamatan perbankan seperti melakukan ,menggabung sejumlah bank menjadi satu ( ), atau melikuidasi bank-bank yang dinilai tidak dapat disehatkan kembali. Langkah-langkah inidilakukan, setelah sebelumnya pemerintah mengucurkan BLBI dan danapenjaminan perbankan.

take over

merger

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 119/

Page 144: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Dalam perjalanannya, bank-bank yang berhasil selamat dari krisistersebut, dinilai belum cukup stabil karena memiliki rasio pemodalan yangrendah. Dalam kaitan itu, atas rekomendasi IMF, pemerintah melalui BankIndonesia kemudian mengucurkan obligasi rekapitalisasi kepada sejumlahbank untuk memperkuat rasio pemodalan mereka (dinamakan dengan rasiokecukupan modal/ /CAR). Selain karena pertimbanganperlunya memperkuat modal perbankan, rekomendasi yang diberikan IMFtersebut sesungguhnya memang mau tidak mau harus dijalankan olehpemerintah, karena ketergantungan pemerintah terhadap IMF saat itu.Bantuan IMF baru akan dicairkan setelah pemerintah menyetujui danmelaksanakan butir-butir kesepakatan dengan IMF yang tertuang dalam

(LoI).

IMF, sebagaimana tercantum dalam LoI tanggal 20 Januari 2000,meminta pemerintah mengucurkan dana ratusan triliun rupiah kepadabank-bank yang dinilai memiliki CAR rendah. Langkah ini dilakukan dengantarget perbaikan CAR mencapai minimum sebesar 8% pada tahun 2001.Dalam kebijakan sebelumnya, CAR minimum yang harus dipenuhiperbankan adalah sebesar 2% saja. Menuruti

Bank-bank peserta program rekapitalisasi perbankan yang menerimaOR tersebut adalah sebagai berikut:

Bank Umum, diantaranya PT. Bank Lippo Tbk., PT. BankInternasional Indonesia Tbk., PT. Bank Bali Tbk., PT. Bank UmumKoperasi Indonesia, PT. Bank Universal Tbk., PT. Bank PrimaExpress, PT. Bank Arta Media, PT. Bank Patriot, PT. Bank CentralAsia, PT. Bank Danamon Indonesia Tbk., PT. Bank Tiara AsiaTbk., PT. Bank PDFCI Tbk. dan PT. Bank Niaga Tbk;

Bank BUMN, diantaranya PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk., PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT. BankTabungan Negara (Persero) Tbk., dan PT. Bank Mandiri;

Bank Pembangunan Daerah, di antaranya BPD Daerah IstimewaAceh, BPD Sumatera Utara, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD

capital adequacy ratio

Letter of Intent

rekomendasi IMF tersebut,pemerintah pun akhirnya menginjeksi OR kepada perbankannasional dengan jumlah total sebesar Rp 431,6 triliun. Jumlah obligasisebesar ini akan menimbulkan beban bunga sekitar Rp 600 triliun jikadibayarkan tepat pada saat jatuh tempo pembayarannya.

120 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 145: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, BPD Jawa Tengah, BPD JawaTimur, BPD Kalimantan Barat, BPD Sulawesi Utara, BPD Maluku,dan BPD Nusa Tenggara Barat.

Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian obligasi dan obligasirekapitalisasi, berikut akan diuraikan terlebih dulu secara ringkas beberapapengertian terkait dengan obligasi.

Obligasi dalam dunia keuangan merupakan suatu pernyataan utang daripenerbit obligasi kepada pemegang/pembeli obligasi beserta janji untukmembayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada tanggaljatuh tempo pembayaran tertentu. Dalam obligasi tersebut, dapat jugadicantumkan identitas pemegang obligasi dan pembatasan atas tindakanhukum yang dilakukan oleh penerbit obligasi. Obligasi umumnyaditerbitkan untuk jangka waktu tetap (di atas 10 tahun).

Atau secara singkat dapat dinyatakan, obligasi adalah utang tetapi dalambentuk sekuriti. Penerbit obligasi merupakan peminjam atau debitur,pemegang obligasi adalah pemberi pinjaman atau kreditur, sedangkankupon obligasi adalah bunga pinjaman yang harus dibayar oleh debiturkepada kreditur.

Istilah obligasi dan surat utang dibedakan penggunaannya berdasarkanskala jumlah utang yang diterbitkan. Istilah obligasi biasanya digunakanuntuk penerbitan surat utang dalam jumlah besar yang ditawarkan secaraluas kepada publik, sedangkan “surat utang” digunakan untuk penerbitansurat utang dalam skala kecil yang biasanya ditawarkan kepada sejumlah kecilinvestor. Selain itu dikenal pula istilah surat perbendaharaan, yaitu suatusekuriti yang berpenghasilan tetap dengan masa jatuh tempo 3 tahun ataukurang.

Penerbitan obligasi dapat dilakukan oleh berbagai kalangan, dengansyarat harus mengikuti prosedur penerbitan yang ketat. Penerbit obligasiantara lain adalah: 1) lembaga internasional, misalnya ADB, EIB, dsb., 2)pemerintah negara, baik dalam mata uang sendiri (misalnya Surat UtangNegara, SUN) atau mata uang asing ( ), 3) lembaga pemerintah( ), dan 4) perusahaan (obligasi swasta). Proses yang umum

Pengertian Obligasi

sovereign bond

agency bonds

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 121/

Page 146: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dikenal dalam penerbitan obligasi adalah melalui penjamin emisi atau. Sedang penjualan obligasi pemerintah biasanya dilakukan

melalui proses lelang.

Berdasarkan jenisnya, obligasi dibedakan atas obligasi-obligasi 1) sukubunga tetap, 2) suku bunga mengambang, , yang mengacupada suatu indeks pasar uang, misalnya LIBOR, 3) , umumnyaberimbal hasil tinggi, 4) tanpa bunga, , 5) obligasi inflasi,dimana nilai pokoknya mengacu pada indeks inflasi, 6) obligasi indeks,mengacu pada suatu indeks yang merupakan indikator bisnis, 7) obligasiabadi, tidak memiliki masa jatuh tempo, 8) obligasi daerah ( ).

Di Indonesia, jenis obligasi secara umum dapat dilihat dari siapapenerbitnya, yaitu pemerintah atau perusahaan. Khusus obligasipemerintah, kita mengenal jenis-jenis sebagai berikut:

Obligasi Rekapitalisasi: diterbitkan oleh pemerintah untuk tujuankhusus yaitu dalam rangka program rekapitalisasi perbankan;

Surat Utang Negara (SUN), biasanya diterbitkan untuk membiayaidefisit APBN;

Obligasi Ritel Indonesia (ORI), sama dengan SUN, diterbitkanuntuk membiayai defisit APBN, namun dengan nilai nominal yangkecil agar dapat dibeli secara ritel oleh masyarakat luas;

Surat Berharga Syariah Negara, atau Obligasi Syariah, atau ObligasiSukuk, sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisitAPBN, berdasarkan prinsip syariah.

Sebagai suatu ”efek”, obligasi bersifat dapat diperdagangkan, baik dipasar primer maupun di pasar sekunder. Pasar primer adalah tempatdiperdagangkannya obligasi pada saat pertama kali diterbitkan. Untuk dapatdiperdagangkan, sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Pasar Modal,obligasi harus dicatatkan di bursa efek untuk ditawarkan kepada masyarakat.Sedang pasar sekunder adalah tempat diperdagangkannya obligasi setelahditerbitkan dan dicatat di bursa efek.

underwriting

floating rate note

junk bond

zero coupon bond

municipal bond

122 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 147: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Obligasi Rekapitalisasi (OR)

Obligasi rekapitalisasi (OR) adalah obligasi yang diterbitkan olehpemerintah untuk melaksanakan program penyehatan perbankan sebagaikelanjutan dari penyaluran dana BLBI. Tujuan dari pengucuran ORterutama adalah untuk mengatasi kesulitan modal yang dialami sejumlahbank akibat krisis ekonomi tahun 1997. Melalui OR, pemerintah berupayamemperbaiki tingkat kecukupan modal bank yang sebelumnya negatifakibat tingginya angka kredit macet atau (NPL) padabank-bank tersebut. Seperti diketahui, karena krisis ekonomi (ditambahdengan sejumlah persoalan lain yang mengikutinya seperti macetnya aset-aset kredit, terjadinya penyalahgunaan dana bank, pelanggaran BMPK, danterjadinya ), seluruh bank nasional, baik BUMN maupun swasta,mengalami kerugian yang sangat besar. Akibatnya modal ekuiti dari bank-bank tersebut terkuras habis atau malah ada yang menjadi negatif.

Seperti diuraikan dalam proposal penanganan obligasi rekap yangdikeluarkan Kantor Meneg Bappenas 2003 berjudul ”Alternatif SolusiPermasalahan Obligasi Rekapitalisasi Perbankan”, program rekapitalisasiberpangkal dari ide dasar NPL atau kredit macet dikeluarkan dari aktivaproduktif bank, lalu direstrukturisasi oleh BPPN sehingga menjadi asetkredit yang lancar. Agar aktiva produktif bank tidak merosot drastis, bankdisuntik dengan OR, dengan nilai yang diatur sedemikian rupa sehinggadiperoleh tingkat kecukupan modal yang aman.

Supaya bank mampu menutup kebutuhan biaya operasionalnya,obligasi ini juga memperoleh/diberi bunga (kupon) oleh negara, yangdananya diambil dari pos APBN. Selanjutnya, sesuai yang direncanakan, asetkredit yang sudah direstrukturisasi tersebut akan dikembalikan kepada bankdan ditukar dengan obligasi rekapitalisasi. Dengan demikian, aktivaproduktif bank akan kembali terisi dengan aset kredit yang lancar danpemerintah dapat meminimumkan kewajibannya membayar kupon/bungaOR.

Namun, dalam kenyataannya, restrukturisasi aset berjalan lambat.Bahkan BPPN pada waktu itu harus menjual aset tersebut dalam jumlahyang besar dan waktu yang singkat, sehingga terjual dengan harga yangmurah. Hal itu dilakukan dengan alasan darurat, yaitu untuk menutup defisit

non-performing loan

rush

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 123/

Page 148: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

APBN. Akibat nilai jual aset kredit yang rendah tersebut, nilai OR yang bisaditebus pun menjadi sangat minim.

Dalam tulisan berikut akan diuraikan latar belakang dan cara kerja OR,peran dan sikap IMF dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan OR, sertaberbagai penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan penyehatan bankbermasalah. Perlu kami nyatakan, bahwa sebagian isi tulisan disusun daritulisan-tulisan Kwik Kian Gie pada tahun 2002-2003 di Harian Kompas,makalah-makalah beliau pada sejumlah seminar, dan juga dari beberapakesempatan diskusi/pembicaraan langsung dengan beliau.

Penyehatan bank menggunakan instrumen obligasi dilakukan karenapemerintah tidak mempunyai uang tunai untuk melakukan rekapitalisasibank-bank yang modalnya sudah negatif. Perlu dicatat, menurut kaidahhukum perbankan maupun menurut undang-undang yang berlaku, bankyang modalnya sudah mencapai titik sedemikian rendah atau malah negatif,sebenarnya dapat dianggap bangkrut. Namun, karena berbagaipertimbangan, seperti untuk menghindari gejolak atau kerusuhan yangmungkin timbul dari para nasabah yang banknya dilikuidasi, atau untukmemulihkan kodisi ekonomi yang carut marut, maka pemerintah memilihtidak menutup bank-bank tersebut. Yang dilakukan adalah denganmempertahankannya hidup lewat instrumen OR.

OR atau surat utang yang diterima bank-bank dari pemerintah, akanmenjadi aset riil bagi bank, karena OR mempunyai nilai nominal, bunga, dantanggal jatuh tempo yang definitif. Disamping itu, sebagai pemegangobligasi, bank akan menerima pembayaran bunga dari pemerintah secaraberkala, dalam hal ini setiap tiga bulan, sehingga akan menjadi sumberpendapatan rutin bagi bank-bank tersebut. Ringkasnya, untuk menyehatkandan mencapai posisi kecukupan modal ( CAR) pada titiktertentu (8%), bank memperolehdan jugadari pemerintah.

Dengan adanya suntikan OR berikut bunga OR yang diterima, makaakan diperoleh perbaikan kinerja bank secara bertahap sebagai berikut:

Bagaimana OR Bekerja

capital adequacy ratio/

tambahan suntikan aset rill berupa ORtambahan pemasukan rutin berupa pembayaran bunga OR

124 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 149: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Modal ekuiti akan meningkat, karena penerimaan obligasi didebetoleh bank, dan sebagai lawannya, bank mengkredit modal ekuiti.Dengan demikian, modal ekuiti yang awalnya negatif, bertempat disebelah kiri neraca (atau di sebelah kanan neraca dengan tandakurung), mendapat kredit. Jika jumlah kredit lebih besar dari posisisemula ekuiti yang minus, maka modal ekuiti menjadi positif danpindah tempat ke pasiva;

CAR akan meningkat, karena obligasi tidak menjadi pembagi dalammenentukan CAR. Hal ini pada gilirannya akan memenuhipersyaratan CAR oleh BI atau BIS ( );

Rugi/laba bank membaik, karena mendapatkan pembayaran bungaOR dalam bentuk tunai dari pemerintah. Hal ini akan membuatbank dalam kondisi

Secara bertahap OR akan ditarik (sepanjang CAR yangdipersyaratkan dapat terpenuhi), jika bank

yaitu tercapainya profit dari berjalannya fungsiintermediasi bank.

Perlu juga dicatat, bahwa parahnya kondisi bank-bank rekapmenyebabkan proses penyehatan ini membutuhkan waktu beberapa tahun.Berikut merupakan tahap-tahap yang direncanakan menuju penyehatanbank tersebut:

Pada tahap awal, kondisi bank berada pada posisi ”seolah-olahuntung” karena pendapatannya hanya berasal dari uang tunaiberupa pembayaran bunga obligasi dari pemerintah.

Selanjutnya bank akan memasuki tahap ataumembukukan sedikit laba. Pada tahap ini, bank mulai mampumenarik giro, tabungan, dan deposito dari masyarakat. Dana yangterkumpul dari masyarakat tersebut dipinjamkan kepada duniausaha dengan mengenakan bunga yang lebih tinggi dibanding yangdibayarkan oleh bank kepada para penabung atau deposan (positif).

Lambat laun, dana masyarakat yang ditarik semakin meningkat,sehingga yang diperoleh juga membesar, hingga melebihi

Bank for International Settlement

break even

spread

spread

seolah-olah untung;

benar-benar dalamkondisi untung,

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 125/

Page 150: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

seluruh biaya yang dikeluarkan bank. Dengan demikian bank akanmemperoleh laba neto.

Laba neto yang meningkat akan menjadikan modal ekuiti jugameningkat (karena laba neto menjadi modal ekuiti). Dengandemikian, CAR juga meningkat, melebihi nilai yang dipersyaratkan.

Selanjutnya CAR diturunkan kembali kepada nilai yang disyaratkan.Caranya adalah dengan mendebet (mengambil) modal ekuiti, dansebagai lawannya, obligasi pemerintah dikredit (ditebus ataudibayarkan).

Kemudian obligasi pemerintah yang dikredit di atas dapat ditarikkembali oleh pemerintah. Dengan demikian, setahap demi setahapobligasi menjadi nihil, dan pada tahap ini, bank

Bank yang sudah sehat ini kemudian membuat laba ataskekuatannya sendiri. Pendapatan yang sebelumnya sebagian besarberasal dari bunga obligasi, digantikan oleh laba neto yang berasaldari yang lebih besar dari seluruh biaya bank.

Laba neto yang muncul pada (sebelah kanan) neraca akanmenambah modal ekuiti. Modal ini diturunkan kembali dengancara menurunkan (menarik) obligasi (di sebelah kiri neraca) tanpamengganggu persyaratan minimum CAR.

Dengan proses di atas, diharapkan obligasi yang dikeluarkanpemerintah setahap demi setahap dapat dikurangi hingga nihil berdasarkanprinsip, meng- obligasi dengan laba neto yang berlebih, dengan tetapberpedoman CAR yang dipersyaratkan tetap dipertahankan. Bank yangsudah sehat ini, yaitu yang telah mampu memperoleh laba atas kekuatannyasendiri, serta telah mengembalikan obligasi pemerintah, selanjutnya akandilepas kepada pihak swasta.

Menurut pengakuan Kwik Kian Gie, cara kerja konsep OR yangdijelaskan di atas merupakan konsep yang diuraikan oleh Stanley Fischer(Deputi I Direktur Pelaksana IMF) dan Hubert Neiss (Direktur IMF untukAsia Pasifik) kepada mantan Presiden Megawati, Laksamana Sukardi, danKwik Kian Gie sendiri pada sekitar tahun 2000. Pertanyaannya adalah,apakah pelaksanaan program sesuai dengan konsep awal tersebut?

sudah sehat danbenar-benar untung.

spread

offset

126 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 151: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Prinsip-Prinsip Dasar dalam Kebijakan OR

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, kita perlu menjelaskan beberapahal prinsip menyangkut kebijakan dan konsep OR sebagai berikut:

Kebijakan penyehatan bank-bank bermasalah menggunakan ORmerupakan konsep yang berasal dari IMF untuk dijalankan olehpemerintah RI. Konsep ini merupakan salah satu butir yangtercantum dalam LoI IMF tertanggal 20 Januari 2000;

Konsep rekapitalisasi dijalankan berdasarkan dogma bahwa CARbank harus mencapai 8% pada tahun 2001, sesuai persyaratan

(BIS);

Karena menerima BLBI dan OR, kepemilikan bank-bank beralihkepada pemerintah, bukan lagi pemilik lama;

Berdasarkan rencana awal, OR pada akhirnya akan ditarik jikabank-bank bermasalah telah sehat kembali dan dapat hidup tanpamenerima bunga obligasi dari pemerintah;

Penjualan bank-bank hanya akan dilakukan jika bank tersebutsudah sehat (sehingga nilai jualnya tinggi), mampu membuat laba,dan telah mengembalikan OR kepada pemerintah;

Cara penjualan bank-bank yang sudah sehat harus dilakukanmelalui tender terbuka secara transparan. Niat pemerintah untukmenjual, dengan demikian, juga harus diumumkan secaratransparan kepada calon pembeli potensial di seluruh dunia;

Pemerintah menentukan harga minimum bank, dan akandirahasiakan serta disimpan pada notaris yang ditunjuk bersamaoleh pemerintah dan IMF. Jika pada tanggal penjualan tersebutbelum diperoleh penawaran harga dari calon-calon pembeli yangmencapai harga minimum tersebut, maka penjualan akan ditundapada lain kesempatan untuk memperoleh harga yang lebih baik(memenuhi harga minimum yang ditetapkan).

Meski memiliki rencana awal yang cukup baik, pada praktiknya, prinsip-prinsip dasar program penyehatan perbankan tersebut justru tidakdijalankan secara konsisten. Penyimpangan demi penyimpangan terusterjadi sehingga mengakibatkan kerugian besar bagi negara.

Bank

for International Settlement

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 127/

Page 152: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kebijakan OR dan Penyimpangan yang Merugikan

Negara

Menurut undang-undang, bank yang rusak atau modalnya sudahnegatif harus dilikuidasi. Namun, karena alasan krisis dan berbagai alasanlain, bank tersebut dibiarkan hidup dengan cara memberikan obligasi (OR)seperti yang ditetapkan oleh IMF di atas. Menurut Kwik Kian Gie dalamberbagai tulisannya, sebenarnya ada cara lain yang lebih tepat dan objektifuntuk menyehatkan bank dibanding cara ”pura-pura” yang diajukan IMFtersebut.

Cara itu adalah dengan memberikan uang tunai secukupnya kepadabank yang rusak, tanpa menyerahkan obligasi, dalam rangka “membeliwaktu” untuk mempertahankan agar bank tidak sampai tutup. Bank yangrusak tercermin dari neraca, dimana modal ekuitinya sangat kecil ataunegatif, dan perincian rugi/laba yang terus merugi. Supaya bank tidak tutup,perincian rugi/labanya dibenahi supaya setiap akhir bulan kondisi bankmenunjukkan posisi untung walaupun sedikit (di atas ). Untukkeperluan itu, pemerintah menyuntikkan sejumlah uang tunai sebagaipendapatan bank untuk membantu bank mencapai posisi . Jumlahuang yang disuntikkan akan bervariasi dan akan terus menurun sesuaidengan kebutuhan pencapaian serta besarnya keuntungan yangdiperoleh dari dana para nasabah bank.

Jika kondisi ekonomi membaik dan bank tetap bertahan hidup, bankakan dapat menarik tabungan, giran, dan deposan lebih besar. Dengandemikian, lambat laun porsi pendapatan yang diperoleh bank dari bisnisoperasionalnya akan terus meningkat dibanding pendapatan yang diperolehdari suntikan pemerintah tersebut. Pada suatu waktu, bank akan mencapaisuatu titik dimana suntikan dari pemerintah tidak diperlukan lagi karenabank sudah menjadi sehat dengan memperoleh keuntungan dari paranasabah pengguna jasanya.

Karena pendapatan bank terus meningkat, maka laba netonya juga terusbertambah, sehingga akan memperbesar modal sendiri (di bagian kananneraca). Jika modal terus meningkat, maka batas CAR minimum yangdipersyaratkan juga akan dapat dicapai. Sehingga, dengan cara ini, tanpaharus menginjeksikan obligasi (artinya pemerintah tidak perlu berutang

break even

break even

break even

128 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 153: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

kepada bank yang dibantu), CAR dapat ditingkatkan dan tujuan penyehatanbank dapat tercapai.

Dalam kaitan itu, berikut kami uraikan beberapa letak penyimpanganatau kesalahan kebijakan yang dibuat pemerintah dalam hal menyehatkanperbankan melalui kebijakan obligasi rekapitalisasi (OR).

Konsep alternatif yang ditawarkan Kwik di atas terlihat mampu bekerjauntuk menyehatkan bank sakit tanpa menggunakan OR. Dengan demikian,pemerintah tidak perlu berutang kepada bank, dan dapat terhindar dariberbagai potensi dampak keuangan yang merugikan. Sayangnya alternatiftersebut tidak dipilih. Hal ini dapat dikatakan sebagai penyimpangan,disamping berbagai penyimpangan lain dalam pelaksanaannya sepertidiuraikan berikut.

Atas permintaan IMF, dengan alasan bahwa hal itu sesuai denganperaturan BIS, obligasi (OR) harus diinjeksikan oleh pemerintah agar modalekuiti meningkat dan CAR mencukupi. Seperti dinyatakan Kwik, ”Cara inimendistorsi kebenaran, melawan logika dan memasukkan kepura-puraan.Mengapa? Karena pemerintah yang berbaik hati bersedia memberikan uangtunai setiap bulannya selama diperlukan untuk mempertahankan agar banktidak (tutup), justru dihukum disuruh menyatakan utang (kepadabank) dalam bentuk obligasi”.

Nyatanya, saat ini, kerugian negara akibat rekomendasi IMF yang salahdan manipulatif itu telah ditanggung dan dirasakan oleh seluruh rakyat.Dalam APBN, setiap tahun rakyat pembayar pajak harus menanggungbeban bunga obligasi puluhan triliun rupiah hingga tahun 2021, ditambahratusan triliun rupiah nilai pokok OR-nya yang akan jatuh tempo pada tahun2021.

Dengan demikian, sangat wajar jika IMF dan pejabat-pejabatpemerintah yang menerima dan menjalankan begitu saja rekomendasi yangmerugikan tersebut dituntut pertanggungjawabannya. Segenap rakyat harusbangkit menggugat dan melawan kejahatan ini!

Penyimpangan PERTAMA: Penyuntikan Obligasi Pemerintah

kelelep

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 129/

Page 154: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Penyimpangan KEDUA: OR Tidak Ditarik Meskipun Bank Sudah

Sehat

Penyimpangan KETIGA: Obligasi Belum Ditarik pada Saat Bank

Dijual

Penyimpangan KEEMPAT: Penjualan Bank Tidak Dilakukan Melalui

Tender Terbuka

Pada saat bank-bank bermasalah telah kembali sehat dan mampumemperoleh laba neto dari pendapatan usahanya (diluar bunga OR), sertamencapai CAR yang disyaratkan, ternyata OR yang disuntikkan tidakditarik oleh pemerintah. Padahal, sesuai penjelasan para mantan DirekturIMF (Stanley Fischer dan Hubert Neiss) sebagaimana diuraikan di atas, ORdijanjikan akan ditarik setahap demi setahap sesuai laba neto yang diperolehdan CAR yang dipersyaratkan.

Jangankan menarik secara bertahap, pemerintah -karena kepatuhan danketakutan kepada IMF- justru tetap membiarkan obligasi tersebut dipegangoleh bank hingga belasan tahun ke depan. Bukankah ini merupakan bentukpenghisapan yang dzalim?

Bank-bank bermasalah telah ditolong oleh pemerintah dalam 2 bentukbantuan: OR dan bunga OR. Sesuai prinsip dasar yang direkomendasikanIMF di awal kesepakatan, bank hanya akan dijual jika OR-nya telahdikembalikan kepada pemerintah. Ternyata, IMF dan penguasa tetapmenjual beberapa bank swasta meskipun masih memegang OR. Penjualanini jelas telah melanggar prinsip dasar yang awalnya juga direkomendasikanIMF dan disepakati dengan pemerintah. Akibatnya negara harus membayarbunga OR lewat APBN setiap tahun dan pokok OR pada saat jatuhtemponya. Negara dirugikan ratusan triliun rupiah!

Penjualan bank-bank dalam penyehatan yang memegang OR jelasmerupakan manipulasi dan kejahatan yang sangat nyata. Para pembeli bank,IMF, BPPN, dan pejabat-pejabat pemerintah terkait harusbertanggungjawab atas kejahatan ini. Kita layak dan harus menuntut!

Pada awalnya, berdasarkan kesepakatan dengan IMF, bank-bank akandijual melalui tender terbuka. Namun, kesepakatan ini dilanggar. Atasperintah IMF, bank harus dijual kepada melalui prosedur yangtidak jelas, termasuk dengan merujuk kepada harga pasar di BEJ. Akibatnya

strategic partner

130 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 155: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

bank-bank terjual dengan harga murah, sehingga negara dirugikan puluhantriliun rupiah.

Perlu pula dicermati, terdapat indikasi kuat keterlibatan oknum-oknumpejabat IMF dalam memanfaatkan kesempatan dari penjualan bank-bank iniuntuk kepentingan pribadi. Hal ini misalnya yang ditunjukkan pada kasuspenjualan BCA yang melibatkan mantan Direktur IMF untuk Asia Pasifik,Hubert Neiss. Setelah sebelumnya, melalui IMF, Neiss gigih mendesakpemerintah untuk menjual BCA kepada pihak swasta, tiba-tiba (tak lamasetelah berhenti menjabat di IMF) Neiss berganti baju menjadi wakilFarallon Capital yang ikut melobi dan sukses memenangkan tender BCAdengan harga sangat murah.

Karena itu, seperti juga penyimpangan-penyimpangan lainnya,penjualan bank-bank rekap tanpa melalui tender ini adalah salah satu bentukmanipulasi dan kejahatan yang harus dituntut pertanggungjawabannya darisemua pihak terkait. Pejabat-pejabat IMF, termasuk para pejabat negarayang bermental lemah dan mengikuti saja permintaan IMF, mutlakmerupakan pihak yang harus dituntut pertanggungjawabannya.

Karena bank dijual tanpa tender terbuka yang dapatdipertanggungjawabkan, dan IMF serta beberapa oknum pejabatberkepentingan untuk mengambil keuntungan dari penjualan bank, makaharga minimum penjualan bank yang ditetapkan akhirnya tidak dapatdiperoleh. Sehingga, hal ini tak lain hanya merupakan satu paket kejahatandengan berbagai penyelewengan yang telah terjadi sebelumnya.

Karena dampak kerugiannya yang sangat besar, berbagaipenyimpangan di atas harus dikoreksi dan pelakunya dituntutpertanggungjawabannya. Namun untuk itu, kita perlu sebelumnyamenyelidiki mengapa dan atas dasar apa kebijakan tersebut dijalankan.

Bagi negara, sesungguhnya hal yang paling merugikan dari kebijakanpengucuran OR adalah bahwa sampai kini OR masih dipegang oleh bank,sehingga bunganya harus dibayar pemerintah setiap tahun, hingga paling

Penyimpangan KELIMA: Bank Tetap Dijual Meskipun Harga

Minimum Tidak Tercapai

Sikap Pemerintah dan Peran IMF

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 131/

Page 156: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

tidak sampai tahun 2021. Padahal, bank-bank tersebut sudah kembali sehat.Sebagian telah , bahkan sudah dimiliki pihak swasta, termasuk pihakasing. Setiap tahun, para pemegang saham bank (yang umumnya terdiri dariorang-orang mampu), para investor, dan para pemilik bank (termasuk asing)memperoleh pembayaran bunga obligasi dari pemerintah dalam APBN.

Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa pihak-pihak terkait sektorperbankan, yang sebagian besarnya merupakan orang-orang yang hidupberkecukupan, merupakan penerima subsidi pemerintah melaluipembayaran OR setiap tahunnya. Tentu, ini sesuatu yang sangat tidak adil.Apalagi mengingat, di saat yang sama, subsidi bagi orang miskin justru terusberkurang setiap tahun. Oleh sebab itu, demi keadilan, OR sudah sewajarnyadicabut dari perbankan (dapat dilakukan salah satunya dengan menarikmodal pemerintah dari perbankan) dan pembayaran bunganya dihentikanoleh pemerintah. Persoalannya, adakah dan komitmenpemerintah untuk itu? Untuk menjawabnya, perlu kita ketahui alasan danlatar belakang pemerintah mengeluarkan kebijakan OR.

Menurut pemerintah, seperti yang diungkapkan Boediono dalamartikelnya “ ” (www.depkeu.go.id),pengucuran obligasi rekap pada waktu krisis harus dilakukan supaya tidakterjadi lagi penutupan bank seperti terjadi sebelumnya pada 16 bank.Setelah mengalami yang demikian hebat, pihak pemerintah kemudianmengategorikan bank-bank yang tersisa menjadi bank yang setengah sehatdan bank-bank yang sehat. Bank-bank yang setengah sehat belum bisaberoperasi seperti bank-bank yang sehat, karena terbebani kredit macet yangsangat besar. Bahkan modalnya terkuras untuk menutupi arus kas yangkeluar akibat . Bank-bank yang sakit ini harus melewati prosespenyehatan yang dilakukan oleh BPPN melalui program rekapitalisasi (OR).Sedangkan bank-bank yang sehat posisinya diawasi secara langsung olehBank Indonesia

Dinyatakan pemerintah, prasyarat penting bagi pemulihan ekonomiadalah kembalinya fungsi perbankan. Karena itulah,

. Apalagi, atas rekomendasi IMF, pemerintah jugamenetapkan kewajiban bagi pihak perbankan untuk memenuhi CARminimal sebesar 4% sampai akhir tahun 1998, dan minimal 8% sampai akhirtahun 2001. Demikian pentingnya pencapaian target-target ini, sehingga

go public

political will

Kebijakan Fiskal: Sekarang dan Selanjutnya

rush

rush

proses penyehatanperbankan melalui program rekapitalisasi perbankan tidak bolehditunda-tunda

132 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 157: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

pemerintah kemudian juga menetapkan bila pemilik bank mengalamikekurangan modal untuk mencapai CAR 4% pada tahun 1998 dan 8% pada2001, maka pemerintah hanya meminta pemilik bank tersebut menyetorseperlima bagian saja dari target CAR minimum, karena sisanya akanditanggung oleh pemerintah. Suntikan modal pemerintah (untuk mencapaitarget minimum CAR) diberikan dalam bentuk penempatan obligasipemerintah pada bank-bank tersebut. Obligasi pemerintah sendiri, yangakan menutup sebagian besar kebutuhan dana rekapitalisasi, dibuat melaluipenerbitan Surat Utang Negara (SUN). Obligasi pemerintah inilah yangdikenal sebagai obligasi rekap.

Kesediaan pemerintah untuk menanggung sebagian besar kebutuhandana rekapitalisasi bank tersebut, menyebabkan kepemilikan pemerintah diseluruh sektor perbankan pernah mencapai 95%! Artinya, telah terjadipenumpukan kepemilikan di tangan negara atau secara tidak langsung telahterjadi 'nasionalisasi' di sektor perbankan. Kondisi seperti ini dinyatakansebagai sesuatu yang tidak sehat, sehingga perlu 'dinormalisasi'. Keadaaninilah yang kemudian menjadi alasan pemerintah melakukan divestasi atasaset-aset produktif miliknya pada sektor perbankan, dan menyerahkanpengelolaannya kepada publik atau swasta. Sedangkan pemerintah sendiribertugas merumuskan aturan-aturan main bagi perbankan dan mengawasiagar aturan-aturan main itu dipatuhi, sehingga memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi rakyat.

Hal lain yang mendorong pemerintah melakukan divestasi, menurutBoediono, adalah adanya faktor risiko yang tinggi dalam suatu usaha bisnisperbankan, sehingga lebih cocok untuk dilakukan oleh swasta. Pengelolaanyang kurang baik, pengawasan yang kurang cermat, kelalaian, danketeledoran dapat menimbulkan kerugian besar dalam waktu singkat. Kasuspembobolan bank pun dinyatakan sering terjadi di bank-bank milikpemerintah. Sehingga pemerintah harus meminimumkan risiko tersebutdengan cara melepaskan saham miliknya.

Berdasarkan cara pandang pemerintah terkait OR di atas, dapatdisimpulkan sangat kecil kemungkinan pemerintah untuk mengubahkebijakannya dalam hal OR, yaitu menarik OR dan memberhentikanpembayaran bunganya. Padahal keduanya (OR dan bunganya) sangatmemberatkan keuangan negara. Sebagai contoh, pada tahun 2002/2003,dari total utang dalam negeri sebesar Rp 643 triliun, beban pembayaran OR

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 133/

Page 158: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dan bunganya sudah memakan porsi mencapai dua pertiga bagiannya.Sementara, sekitar seperempat utang dalam negeri lainnya berasal darikebijakan BLBI dan kebijakan penjaminan perbankan.

Disamping itu, terkait kebijakan OR, kita juga dapati bahwa pemerintahtampak terlalu tunduk kepada permintaan IMF, sehingga mengorbankankepentingan rakyat yang lebih besar. Padahal, IMF dan negara-negara”kreditor” pemberi utang telah diketahui secara luas tidak benar-benar tulusmembantu Indonesia keluar dari krisis. ”Bantuan” yang mereka berikanjustru lebih dilatarbelakangi oleh motif mencari keuntungan sebesar-besarnya dari negara yang dibantunya. Sikap negara dan lembaga pemilikmodal ini sebenarnya sama saja dengan negara-negara imperialis di masalalu, yaitu mencari negara-negara jajahan baru yang lemah dan tak berdayauntuk dieksploitasi habis-habisan.

Seperti dinyatakan Kwik Kian Gie, “Kebijakan merekapitalisasi bank-bank yang rusak berat dengan memberikan surat utang negara yangbernama Obligasi Rekapitalisasi (OR) adalah yang menyengsarakanrakyat banyak, dan membuat keuangan negara yang sangat terpuruk menjaditerpuruk lagi”.

Kwik juga menambahkan, program OR merupakan hasil tekanan IMFseperti terlihat pada LoI yang ditandatangani oleh Menko Perekonomian,Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atas nama pemerintahdengan IMF. LoI mengandung rencana kerja dan rencana tindakan yangharus dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Melalui LoI, IMFmemaksakan resep-resep ekonomi yang diberikannya dilaksanakan olehpemerintah. Bahkan IMF tak segan menunda pencairan pinjaman kepadapemerintah jika pemerintah tidak dianggap cukup bersungguh-sungguhdalam melaksanakan agenda-agenda tersebut.

Aroma kelicikan IMF terhadap rakyat Indonesia sebenarnya sudahdapat dicium dari penggunaan kata sendiri. Hal ini karenanama dokumen perjanjian IMF dan pemerintah sebenarnya adalah

(MEFP). Namun, istilah IMFjustru lebih mempopulerkan penggunaan istilah LoI untuk merujuk padabutir-butir rekomendasi kebijakan yang diberikannya kepada pemerintahtersebut.

blunder

Letter of Intent

Memorandum of Economic and Financial Policies

133 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 159: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Menurut Kwik, istilah LoI lebih senang digunakan IMF karena seolah-solah menunjukkan butir-butir kebijakan yang direkomendasikan IMFtersebut merupakan kehendak pemerintah Indonesia sendiri (sebagaimanaistilah LoI secara bebas dapat diartikan sebagai ”surat pernyataan maksud”).Melalui LoI, IMF seolah menunjukkan pihaknya hanya merespon keinginandan maksud yang disampaikan pemerintah.

Pada kenyataannya, seperti juga banyak pihak telah mengetahuinya,keseluruhan isi LoI merupakan rancangan yang dibuat oleh IMF. Menurutpengakuan Kwik, saat menjadi Kepala Bappenas, Tim IMF seringmendatanginya dengan membawa rancangan MEFP yang sudah lengkap,rapi, dan sistematis. Isi dokumen memang dirundingkan denganpemerintah, tetapi dalam posisi IMF selalu memaksakan kehendaknyadalam tiap pembahasan. Bahkan, tidak jarang IMF juga mengancam akanmenghentikan hubungan kalau pihak Indonesia tidak setuju.

Akibat kebijakan OR yang dipaksakan IMF kepada pemerintah tersebut(meskipun di sisi lain pemerintah justru menutupi kesalahan IMF denganberulangkali menyatakan pengucuran OR adalah kebutuhan objektif untukmenyehatkan perbankan Indonesia), beban pembayaran utang dalamAPBN melonjak drastis. Sebagai contoh, hal ini dapat dilihat pada besarnyabeban pembayaran utang dalam APBN 2004 (lihat Tabel 1). Dalam tabeltersebut tercantum, beban pembayaran bunga utang dalam negeri sebesarRp 38,111 triliun dan bunga untuk utang luar negeri sebesar Rp 24,375triliun. Sehingga, hanya untuk pembayaran bunga utang saja, secara totalpemerintah harus mengeluarkan anggaran sebesar Rp 62,486 trilun.Sementara, pembayaran cicilan utang pokok dalam negeri yang jatuh tempoadalah sebesar Rp 25,456 triliun dan luar negeri sebesar Rp 46,491 triliun,sehingga total pembayaran cicilan utang pokok adalah sebesar Rp 71,947triliun. Dengan demikian, secara total, beban pembayaran utang seluruhnyapada tahun 2004 mencapai sebesar Rp 134,433 triliun.

Sebagaimana terlihat, pembayaran bunga utang saja sudah memakanporsi sebesar 101,69% dari seluruh anggaran pembangunan yang sebesar Rp61,45 triliun. Ditambah dengan pokoknya, beban pembayaran utangmemakan porsi 218,77% atau lebih dua kali lipat dari seluruh anggaranpembangunan. Dengan kondisi seperti ini, maka Indonesia akan terusmenerus terjebak dalam lingkaran utang di tahun-tahun mendatang, kecuali

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 135/

Page 160: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

ada kemauan dan komitmen kuat dari pemerintah untuk mengurangi utangsecara besar-besaran.

Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa penerimaan rutin tidak cukupuntuk menutupi pengeluaran rutin, sehingga APBN mengalami defisitsebesar Rp 91,287 triliun. Untuk menutupi defisit, maka pemerintahmelakukan langkah-langkah antara lain: menguras simpanan pemerintahsebesar Rp 21,256 triliun, menjual BUMN sebesar Rp 3,52 triliun, menjualaset BPPN sebesar Rp 15,751 triliun, dan menerbitkan obligasi dalam negeri(utang baru dalam negeri) sebesar Rp 32,327 triliun.

Karena pos penerimaan dalam negeri ternyata tidak juga mencukupi,maka pemerintah meminta tambahan utang ke CGI dan lembaga-lembagakeuangan internasional dalam bentuk utang untuk program sebesar Rp5,059 triliun dan utang untuk proyek sebesar Rp 13,375 triliun. Hal iniakhirnya menambah parah lilitan utang yang dialami Indonesia.

Tabel 1

Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah dalam APBN Perubahantahun 2004 (miliar Rp)

Keterangan Jumlah

PENERIMAAN PEMERINTAH

Penerimaan pemerintah dari perpajakan 407,558.2

Penerimaan hibah dari luar negeri 278,0

Jumlah Penerimaan 407.836,2

PENGELUARAN PEMERINTAH

Pengeluaran rutin Pemerintah Pusat 173.529,0

Pengeluaran Daerah 129.712,0

Pengeluaran pembangunan 61.450,0

Pembayaran bunga utang dalam negeri 38.111,0

Pembayaran bunga utang luar negeri 24.375,0

Pembayaran cicilan pokok utang dalam negeri 25.456,0

Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri 46.491,0

Jumlah Pengeluaran 499.124,0

Surplus/Defisit (Pemerintah kekurangan dana) -91.287,8

136 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 161: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

PEMBIAYAAN MENUTUP D EFISIT

Menguras simpanan pemerintah 21.255,8

Menjual BUMN 3.520,0

Menjual aset BPPN 15.751,0

Utang baru dari rakyat Indonesia 32.327,0

Utang dari luar negeri untuk program 5.059,0

Utang dari luar negeri untuk proyek 13.375,0

Jumlah 91.287,8

Sumber : Departemen Keuangan RI

Seputar Divestasi Bank Rekapitalisasi

Seperti telah disebutkan sebelumnya, program divestasi perbankan olehpemerintah dilakukan karena keterpaksaan (menutup defisit anggaran) danagar terhindar dari risiko. Dari sisi bisnis, divestasi merupakan hal yanglumrah, bahkan bisa menggairahkan perdagangan di bursa. Dari sisiperusahaan yang akan dilakukan divestasi, pelepasan saham merupakanlangkah strategis dalam rangka penciptaan perusahaan yang efektif, efisiendan mampu bersaing secara global. Sedangkan, dari sisi pemerintah,program divestasi dilakukan dengan harapan pemerintah bisa menciptakanbank yang sehat dan mendapatkan dana segar. Sementara dari sisi investor,diharapkan keuntungan dari kenaikan harga saham jika situasi ekonomitelah pulih, terutama karena besarnya potensi nasabah yang ada diIndonesia.

Masalahnya, divestasi yang dilakukan pemerintah terhadap sejumlahbank rekap tidak memenuhi syarat untuk dapat dikatakan sebagai prosesdivestasi yang wajar dan memberi keuntungan maksimal bagi negara dalamrangka menutup defisit keuangannya. Divestasi dilakukan dan tampaknyaakan terus dilakukan meskipun bank-bank yang menerima divestasi tersebutmasih memegang OR dari pemerintah dalam portofolionya. Sehingga,akibat program divestasi yang dilakukannya, pemerintah harusmengeluarkan lebih banyak uang pada masa-masa selanjutnya untukmembayar pokok dan bunga OR yang terdapat pada bank yang dijualnyatersebut. Padahal, ini pun bertentangan dengan prinsip awal saat programOR direncanakan dan diimplementasikan.

Kerugian pemerintah akibat divestasi bank-bank rekap misalnya dapatdilihat pada kasus divestasi bank-bank swasta sepanjang tahun 2002-2003.

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 137/

Page 162: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Divestasi bank-bank ini dilakukan atas desakan IMF, yang kemudian jugamemaksa divestasi dilakukan dengan segera. Dengan desakan danketergesa-gesaan itu, bank-bank dijual dengan harga murah, padahal ORpun belum ditarik keluar dari bank-bank tersebut. Sehingga, pembeli bank-bank rekap (yang patut diduga sebagiannya memiliki keterkaitan dengansejumlah oknum di IMF) memperoleh keuntungan berlipat-lipat: harga beliyang murah, aset OR yang besar, dan jaminan penerimaan rutin daripemerintah melalui bunga OR.

Akibat program divestasi tersebut, negara dan rakyat mengalamikerugian yang sangat besar. Negara harus menanggung beban pembayaranOR dan bunganya yang telah beralih kepemilikan kepada pihak swasta(termasuk swasta asing) dengan nilai mencapai Rp 40 triliun per tahun(untuk mengetahui distribusi portofolio OR yang masih dimiliki perbankanperiode 2000 2002 lihat Tabel 2).

Akibat potensi kerugian negara yang sangat besar, program divestasiperbankan yang dilakukan pemerintah ditentang sengit sejumlah tokohnasional, pakar perbankan, dan pakar ekonomi. Namun sayangnya,pemerintah dan DPR membiarkan saja divestasi berlangsung sesuaiskenario dan rencana IMF. Kondisi ini pun dimanfaatkan oleh para investor(dan juga bahkan obligor BLBI) yang turut berupaya mengambilkesempatan dari obral aset perbankan ini. Maka terlaksanalah divestasibeberapa bank rekap seperti BCA, Danamon, BII, dan sebagainya.

Dalam divestasi BCA, sekitar 50% saham yang dimiliki pemerintahdijual dengan harga sangat murah, yaitu sekitar Rp 5 triliun saja. Padahal,sebagaimana diketahui, ketika dijual BCA masih memegang OR sebesar Rp60,87 triliun dalam portofolionya. Belum lagi jika memperhitungkan bungaobligasi rekap yang diterima BCA pertahunnya sekitar Rp 5 triliun hinggaRp 6 triliun (pada tahun 2002 adalah sekitar Rp 8,6 triliun). Sehingga, hasilpenjualan ini jelas tidak masuk akal dan sangat merugikan negara.

Yang sangat diuntungkan dari transaksi tersebut tentu saja pembelinya.Hanya dalam waktu satu tahun, BCA sudah dapat mengembalikan modalpembelian yang dikeluarkan pembelinya, plus keuntungan dari bungaobligasi rekap sebesar Rp 3,3 triliun. Belum lagi keuntungan investor dari

akibat kenaikan harga saham BCA yang lebih dari lima kali lipatdibanding saat pembelian. Diketahui, harga per lembar saham BCA yangcapital gain

138 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 163: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

awalnya Rp 1.202 pada saat divestasi bulan Maret 2002, telah naik menjadiRp 7.000 pada tanggal 13 November 2007.

Karena itulah, mantan Menko Perekonomian RI Dr. Rizal Ramlimenyatakan kasus penjualan BCA perlu diselidiki dan diungkap tuntas.Menurutnya, pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid (saat Rizalmenjabat sebagai Menko), IMF sudah menekan pemerintah agar BCAsegera dijual, namun tidak dituruti. Baru pada masa pemerintahanMegawati, IMF berhasil memaksakan penjualan BCA oleh pemerintah.Seperti dinyatakan olehnya, ”Hal ini sungguh ironis, sebab saat itu tagihanBCA ke pemerintah Rp 60 triliun dan saat ini harga BCA Rp 91 triliun”(Indopos, 12 Desember 2007).

Rizal selanjutnya menyarankan agar Kejaksaan Agung memanggilsejumlah pejabat, karena mereka sangat berperan dalam peristiwa penjualanBCA. Salah satu contohnya, disebutkan Rizal, adalah mantan MenteriKeuangan Boediono (sekarang Menko Ekonomi) yang bertanggung jawabatas penjualan BCA yang sarat rekayasa sehingga menimbulkan kerugiannegara puluhan triliun rupiah.

Hingga bulan Mei 2003, pemerintah telah mengeluarkan obligasisebesar Rp 640 triliun, dengan sejumlah Rp 370 triliun dari obligasi tersebutberada di tangan perbankan pada tahun 2002. Selanjutnya, sekitar Rp 367triliun atau 99,4% dari obligasi senilai Rp 370 triliun tersebut ternyatadipegang oleh 20 bank besar saja, dari keseluruhan 137 bank yang beroperasidi Indonesia (lihat Tabel 2). Dari tabel dapat dicatat bahwa bank-bankBUMN merupakan pemegang obligasi terbesar, yaitu sekitar 60%, yangkemudian disusul oleh kelompok bank-bank swasta, dan bank-bank asing.

Status Obligasi Rekapitalisasi Tahun 2002

Dari tabel terlihat pula bahwa jumlah OR yang dimiliki oleh bank-bankrekapitalisasi telah turun, dari Rp 417,36 triliun pada tahun 2000, menjadi Rp370 triliun pada tahun 2002. Namun perlu disadari bahwa penurunan terjadibukan karena OR dicabut oleh pemerintah (sehingga akan mengurangibeban pembayaran bunga), tetapi karena dijual kepada pihak lain.Akibatnya, besarnya nilai OR yang menjadi utang/beban pemerintah secarakeseluruhan tidak banyak berubah dibanding nilai awal, yakni sekitar Rp 400

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 139/

Page 164: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

triliun. Oleh sebab itu, dengan tingkat bunga bervariasi antara 9% hingga14%, besarnya total kupon/bunga yang harus dibayar setiap tahun masihtetap tinggi, yakni sekitar Rp 40 triliun hingga Rp 50 triliun.

Tabel 2

Distribusi Obligasi Rekap periode 2000 2002

2000 2001 2002No. Bank

Rp (Juta) % Rp (Juta) % Rp (Juta) %

1. Bank Mandiri 176,895,296 42.38 153,493,218 38.41 148,845,927 40.18

2. Bank Negara Indonesia 62,463,750 14.97 60,644,983 15.18 53,181,617 14.36

3. Bank Central Asia 60,039,788 14.39 60,784,819 15.21 50,821,800 13.72

4. Bank Rakyat Indonesia 28,981,600 6.94 28,436,257 7.12 28,393,561 7.66

5. Bank International Indonesia 6,462,166 1.55 19,868,480 4.97 23,508,774 6.35

6. Bank Danamon Indonesia 47,025,433 11.27 27,768,254 6.95 15,639,724 4.22

7. Bank Tabungan Negara 13,994,778 3.35 13,775,120 3.45 14,190,737 3.83

8. Bank Permata - - - - 11,691,561 3.16

9. Bank Lippo 6,004,924 1.44 5,810,489 1.45 5,690,423 1.54

10. Bank Niaga 9,344,716 2.24 8,350,238 2.09 5,571,946 1.50

11. Deutsche Bank 98,377 0.02 608,277 0.15 3,032,245 0.82

12. Bank Mega 1,974,810 0.47 2,934,448 0.73 2,312,900 0.62

13. Bank Panin 1,818,996 0.44 11,585,489 2.90 1,881,626 0.51

14. Standard Chartered Bank 76,343 0.02 43,741 0.01 860,736 0.23

15. Bank Artha Graha 285,691 0.07 1,228,436 0.31 513,834 0.14

16. ABN Amro Bank - - 350,000 0.09 503,424 0.14

17. Bank Bukopin 367,359 0.09 367,274 0.09 449,995 0.12

18. Bank Danpac 141,750 0.03 312,037 0.08 425,230 0.11

19. BPD - Jawa Tengah 389,422 0.09 389,422 0.10 380,933 0.10

20. Bank Victoria International 164,062 0.04 744,933 0.19 327,468 0.09

Sub Total 416,529,261 99.80 397,495,915 99.47 368,224,461 99.40

Di luar 20 Bank Besar 835,532 0.20 2,121,044 0.53 2,226,345 0.60

Total Nasional 417,364,793 100 399,616,959 100 370,450,806 100

Sumber : Laporan publikasi bank, diolah oleh Grup Riset Bank BRIDikutip dari buku

, Djoko Retnadi, dkk.”Obligasi Rekapitalisasi Perbankan : Geneologi, Masalah dan

Solusi”

140 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 165: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Seperti telah disinggung sebelumnya, karena bank-bank penerima ORtelah menjual OR yang dimilikinya, OR kini menyebar ke sejumlah pihakmencakup bank-bank non-rekap (termasuk asing), lembaga keuangan nonbank, dan juga publik. Sehingga, kini beberapa bank non-rekap, sepertiDeutsche Bank, Bank Mega, Bank Panin, Standard Chartered Bank, BankArtha Graha, ABN Amro, Bank Danpac dan Bank Victoria International,justru memiliki OR cukup besar. Dampak dari penyebaran kepemilikan ORdiluar bank-bank rekap ini adalah semakin sulitnya OR ditarik (ditebus ataudibeli kembali) pemerintah dalam rangka mengurangi stok utang dalamnegeri. OR sendiri dijual oleh bank karena dana yang mereka peroleh daripenjualan OR tersebut akan memberikan pendapatan yang lebih besardibanding yang diperoleh bank dari pemerintah sebagai bunga/kupon.

Perlu dicatat, bagi pemerintah, pembayaran OR sebenarnya tidak akanterlalu bermasalah jika OR masih dipegang oleh bank-bank pemerintah,karena dana itu akan kembali juga ke negara. Namun, dengan dijualnya OR,serta bank-bank pemegang OR (BUMN atau swasta) kepada pihak lain,seperti yang terjadi pada Bank Mandiri, BNI dan BRI, maka pemerintahharus menyiapkan dana untuk membayar pokok dan bunga OR yangdemikian besar, kepada siapapun pemegang akhir OR tersebut.

Kewajiban dan bunga OR merupakan beban berat yang harusditanggung APBN setiap tahun. Dengan beban utang dan bunga OR yangdemikian besar, pemerintah harus mengurangi berbagai anggaran untukpembangunan dan subsidi pelayanan publik. Pengalokasian anggaran yangtidak adil ini akan berlangsung cukup lama akibat besarnya nilai pokok ORyang dikucurkan serta dilakukannya dan penjadwalan ulang waktujatuh tempo OR oleh pemerintah.

Status Utang Negara dan OR Saat Ini

reprofiling

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 141/

Page 166: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tabel 3

Posisi Total Utang Pemerintah Juni 2007

(dalam Miliar USD)

TahunNo. Uraian

2002 2003 2004 2005 2006 P 2007 Q2P

a. Pinjaman 63.60 68.75 68.41 62.92 62.02 59.05

Bilateral 29.19 34.27 34.97 32.32 31.83 30.43

Multilateral 20.61 19.96 19.46 18.78 18.84 17.94

Export Credit 13.35 14.13 13.68 11.63 11.22 10.59

Commercial Credit 0.07 0.08 0.07 0.06 0.07 0.06

Leasing 0.37 0.30 0.22 0.14 0.06 0.04

Bonds and Notes 0.17 0.17 0.17 0.17 - -

b. Surat Berharga Negara 73.81 76.97 71.45 71.06 82.34 86.00

Denominasi Rupiah 73.64 76.80 70.28 67.39 76.84 79.00

Denominasi USD 0.17 0.17 1.17 3.67 5.50 7.00

Total utang Pemerintah 137.40 145.71 139.86 133.98 144.36 145.05

Jumlah utang negara sampai bulan Juni 2007 mencapai US$ 145,1 miliaratau ekuivalen Rp 1.313,3 triliun, yang terdiri dari pinjaman luar negerisebesar US$ 59,1 miliar atau Rp 534,7 triliun dan Surat Berharga Negara(SBN) Rupiah sebesar US$ 86 miliar atau Rp 715,3 triliun, serta suratberharga valuta asing US$ 7 miliar atau ekuivalen Rp 63,4 triliun (lihat Tabel3). Lebih dari setengah nilai SBN sebesar Rp 715,3 triliun awalnya adalahOR.

Sementara itu, profil jatuh tempo utang menunjukkan bahwakonsentrasi utang jatuh tempo berada dalam periode waktu sampai dengantahun 2010 (lihat Grafik di bawah ini).

142 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 167: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Grafik 1

Profil Jatuh Tempo Utang Negara per Juni 2007

Memperhatikan besarnya beban utang negara di atas, DepartemenKeuangan, seperti dijelaskan dalam Buku Nota Keuangan Tahun 2008, telahmenetapkan kebijakan pengelolaan utang berupa pengurangan (

) jumlah utang pada periode puncak melalui pertukaran utang ( )untuk memperpanjang durasi utang, pembelian kembali ( ) untukmengurangi pokok utang, dan penerbitan SBN jangka panjang. Secaranominal, jumlah utang luar negeri semakin menurun dan jumlah SuratBerharga Negara (SBN) akan semakin meningkat, terutama karena semakinmeningkatnya penggunaan SBN untuk pembiayaan defisit yang semakinbesar. Selain itu, untuk pelunasan atau pembiayaan kembali utang (

), pemerintah menerbitkan SBN dengan nilai diskonto untukmembayar utang yang jatuh tempo sebesar nilai nominal. Diskontodiperlukan sebagai insentif untuk meningkatkan perdagangan SBN agarpasar sekundernya menjadi semakin aktif dan likuid.

Khusus untuk utang dalam negeri, kita mencatat bahwa nilainya terusbertambah. Jika pada tahun 2002 utang dalam negeri adalah Rp 658,4 triliun,maka pada tahun 2007 (posisi Juni) besarnya bertambah menjadi Rp 715,3triliun, sebagaimana telah dijelaskan di atas. Jumlah ini tampaknya akan terus

smoothing

out debt switch

buyback

debt

refinancing

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 143/

Page 168: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

bertambah setiap tahun, sehingga anggaran yang harus disediakan dalamAPBN untuk membayar bunga dan pokok utang juga akan terus meningkat.

Tabel 4

Profil Utang Dalam Negeri Pemerintah (triliun Rp)

2002 2003 2004 2005 2006 Jun-2007

Tradable: 394,1 390,5 399,3 399,8 418,8 454,8

- Zero Coupon - - - - - 3,9

- Fixed Rate 154,5 159,0 178,7 189,2 238,6 276,2

- Variable Rate 239,6 231,4 220,6 210,7 180,2 174,8

Non Tradable: 264,3 259,6 253,6 258,8 274,4 260,4

- SU 236,2 245,3 250,9 258,8 274,4 260,4

- Hedge Bonds 28,1 14,3 2,7 - - -

Total 658,4 650,1 652,9 658,7 693,1 715,3

Untuk mengetahui kapasitas pemerintah dalam membayar kembaliutang ( ) tanpa mengganggu ketahanan fiskal, kita dapatmengukurnya dengan menggunakan parameter rasio utang terhadap PDB.Penurunan nilai rasio pada parameter ini dapat menjadi indikator bahwasetiap rupiah utang telah dimanfaatkan secara produktif untukmeningkatkan PDB. Pada akhir tahun 2006, rasio utang sekitar 39%, sedangtarget rasio utang pada tahun 2009 adalah 31,8%. Namun, meskipun

menurun, dalam hal pembayaran bunga utang, secara nominalperkembangannya selama 6 tahun terakhir menunjukkan peningkatan yangsignifikan.

debt service

debt

service

Tabel 5

Besar Beban Bunga Utang dalam APBN 2002-2008 (triliun Rp)

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

61,10 55,00 62,48 65,00 79,00 86,30 91,54

144 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 169: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Pada Tabel 5 di atas diperlihatkan perkembangan anggaran pemerintahdalam APBN yang dialokasikan untuk membayar bunga utang yangmenunjukkan kecenderungan yang terus meningkat setiap tahun. Tahun2002, pemerintah membayar bunga sebesar Rp 61,1 triliun dan tahun 2007sebesar Rp 86,3 triliun. Untuk tahun 2008, anggaran yang diproyeksikanuntuk membayar bunga utang sudah sebesar Rp 91,54 triliun, jauh di atasanggaran untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan yanghanya Rp 12,64 triliun dan anggaran Departemen Pertanian (sektor dimanasekitar 60% orang Indonesia mencari sumber mata pencaharian) yang hanyaRp 8,89 triliun.

Dalam catatan Departemen Keuangan, seperti yang dipublikasikanoleh Ditjen (DMO) pada , kitamendapati bahwa nilai OR yang awal terbitnya berjumlah Rp 430 triliunakan sulit terdeteksi. Hal ini terjadi karena telah dilakukannyauntuk perpanjangan durasi, dan pembelian kembali SBN yanglama dengan penerbitan SBN baru (lihatstatus 7 Desember 2007 pada Lampiran 1). Namun secara substansial,jumlah OR tidak berubah dari jumlah Rp 400 an triliun, karena sejauh inipemerintah tidak pernah menariknya dari bank-bank rekap.

Perlu dicatat bahwa memang dapat membantu meringankanbeban fiskal (APBN) dalam jangka pendek. Namun padahakikatnya bukanlah mengurangi beban APBN, tetapi sekedar menundabeban tersebut ke tahun-tahun yang akan datang. Akibatnya kewajibanpembayaran bunga akan bertambah sampai waktu jatuh tempo baru. Iniberarti bukanlah proses akhir kebijakan pengurangan beban fiskal,tetapi justru merupakan proses awal untuk diikuti oleh berbagai langkahuntuk mengurangi beban tersebut secara tuntas dikemudian hari. Dengan

, beban kewajiban sekarang telah ditunda untuk diselesaikan olehgenerasi yang akan datang.

Dampak dari bisa terlihat pada nota keuangan RAPBN 2008,dengan konsentrasi utang dalam negeri yang jatuh tempo berada dalamperiode kurun waktu tahun 2007 sampai dengan tahun 2027. Puncak jatuhtempo utang dalam negeri terjadi pada tahun 2033, yang diperkirakanmencapai lebih dari Rp 140 triliun. Sedangkan beban pembayaran utangdalam negeri baru berakhir pada tahun 2037 (lihat Grafik 1 di atas). Selama

Debt Monitoring Office

debt switching

reprofiling

”Outstanding Government Securities”

reprofiling

reprofiling

reprofiling

reprofiling

reprofiling

www.dmo.or.id

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 145/

Page 170: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

pembayaran kewajiban, pemerintah juga harus membayar bunga utang,sehingga kondisi ini jelas menjadi beban berat bagi keuangan negara.

Dengan demikian, sebagai rangkuman, berikut merupakan hal-halpenting yang perlu kita catat terkait dengan permasalahan status utangpemerintah dan OR saat ini. , bahwa hingga saat ini anggaran yangdialokasikan untuk membayar bunga utang sangat besar dan terusmeningkat, seiring dengan meningkatnya stok utang pemerintah. ,jumlah utang dalam negeri saat ini senilai Rp 715 triliun (posisi Juni 2007),lebih dari setengahnya berasal dari OR yang besarnya sekitar Rp 400 triliun.

, besar OR yang masih dipegang oleh bank-bank rekapitalisasi saat inilebih kecil dari Rp 400 triliun, namun hal itu terjadi karena OR telah dijualkepada pihak ketiga, sehingga beban pembayaran bunga OR tetap tinggi,yaitu berkisar Rp 40 triliun hingga Rp 50 triliun per tahun.

Terakhir, perlu kita ingat, bahwa beban utang negara yang besar tersebutakan ditanggung cukup lama dalam beberapa waktu ke depan, karenapemerintah yang lalu dan sekarang telah melakukan atas waktujatuh tempo OR, sehingga generasi mendatang harus menerima bebanutang yang dibuat oleh generasi saat ini dan sebelumnya.

Untuk menunjukkan beratnya beban OR terhadap APBN, kita dapatmerujuk kepada hasil kajian internal BPPN yang dilakukan pada tahun 2003.Dengan total pembayaran pokok obligasi rekap sebesar sekitar Rp 400triliun, jumlah kumulatif bunga OR yang harus dibayar pemerintah adalahRp 670 triliun. Beban ini diperoleh dengan catatan pemerintahmengembalikan OR secara tunai sesuai dengan masa tenornya. Namunkalau pemerintah tidak mampu membayar sesuai masa jatuh tempo OR,maka pemerintah akan melakukan atau yaitu jumlah pokokOR tidak dibayar pada saat jatuh tempo, sehingga beban bunganya semakinmembengkak. Sebagai contoh, jika semua OR di dalam satu terminsaja, maka jumlah seluruh kewajibannya akan melebihi Rp 2.000 triliun. Halini jelas sangat membebani rakyat pembayar pajak.

Mengingat besarnya beban dan ketidakadilan di atas, Kantor MennegBAPPENAS pernah membuat kajian bersama Tim PASPORP (Pengkajian

Pertama

Kedua

Ketiga

reprofiling

roll-over reprofiling,

roll-over

Upaya Pengurangan OR

146 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 171: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Alternatif Solusi Permasalahan Obligasi Rekapitalisasi Perbankan) yangmenghasilkan berbagai alternatif solusi penyelesaian OR. Tujuannya adalahagar utang ( ) dan beban bunga OR yang memberatkan rakyat lewatpos APBN dalam jumlah besar dan waktu lama itu dapat dikurangi.

Tim PASPORP menyampaikan usulannya kepada pemerintah padabulan Agustus 2002. Ada 5 alternatif langkah yang disampaikan dalamrangka mengurangi besarnya pembayaran bunga OR, yaitu 1)

( ), 2) penyesuaian CAR, 3) obligasi tanpa waktu jatuh tempoyang diberi bunga ( ), 4) akuisisi antar bankrekap, dan 5) pengumpulan obligasi rekap ( ). Tim PASPORPmenyatakan bahwa berbagai alternatif usulan tersebut dapat dipilih salahsatunya, dikombinasikan, atau dimodifikasi sesuai dengan kondisi.Ter.penting, bagi PASPORP, ada langkah signifikan yang dilakukanpemerintah untuk mengurangi beban pembayaran pokok dan bunga OR.

Misalnya, jika alternatif 4 (akuisisi antar bank rekap) yang dipilih,dikombinasikan dengan alternatif 3 ( ), maka OR yang dapatditarik mencapai Rp 27,6 triliun, dengan penghematan bunga (pada sukubunga 13%) sebesar Rp 3,59 triliun. Sedangkan jika alternatif 5 ( )yang dipilih, maka bunga OR yang dapat dihemat sekitar Rp 8 triliun.

Secara umum setiap alternatif yang diusulkan oleh Tim PASPORPmampu memberikan keuntungan keuangan bagi negara baik berupapengurangan OR maupun bunga yang harus dibayarkan setiap tahun.Diakui pula bahwa setiap usulan tersebut mengandung konsekuensi atau”ongkos”. Namun dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh, makaTim sangat yakin bahwa ongkos tersebut lebih rendah. Sebagaimanadisebutkan di atas, alternatif-alternatif yang ditawarkan bertujuan untukmengurangi , dan tentu ini demi kesinambungan fiskal dan kebaikanseluruh rakyat Indonesia.

Menurut Tim PASPORP, usulan mereka didasarkan kepada perpaduanberbagai kepentingan yang saling bertentangan. Disebutkan bahwa IMFingin agar divestasi bank rekap tetap berjalan, dalam waktu cepat, untukmenjaga stabilitas fiskal. Hal ini dinyatakan memang menguntungkan dalamjangka pendek, tetapi merugikan dalam jangka panjang. Yang sesungguhnyadiuntungkan dari kebijakan ini adalah IMF dan para pemboncengnya,seperti bank-bank, investor dan para kreditor asing, karena dapat membeli

debt stock

asset to bond

swap AB Swap

interest bearing perpetual bonds, IBPB

bond pooling

perpetual bonds

bond pooling

debt stock

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 147/

Page 172: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

bank dengan harga sangat murah (seperti pada kasus BCA). Sedangkan, bagimasyarakat yang penting adalah pulihnya fungsi intermediasi perbankansehingga dapat mendorong pulihnya sektor ril, serta berkurangnya bebanOR dalam pos APBN.

Bagaimanapun, sangat disayangkan bahwa tidak satupun rekomendasiyang disampaikan tim PASPORP tersebut diterima dan diimplementasikanoleh pemerintah. Sebagaimana diceritakan oleh Kwik Kian Gie, salah satualasan penolakan yang dikemukakan pemerintah adalah bahwa usul-usultersebut dinilai tidak aplikatif

Kita tidak mengetahui apakah alasan yang dikemukakan pemerintahtersebut benar adanya atau justru hanya berpretensi melindungikepentingan tertentu. Yang jelas pemerintah memang mempunyai ”cara”sendiri untuk menyelesaikan masalah OR seperti yang telah berlangsungselama ini. Cara penyelesaian yang ditempuh itu adalah melalui 1) penukaranobligasi dengan aset BPPN ( ), 2) pembelian kembali obligasi( ), 3) OR yang jatuh tempo dan 4) penataan kembali jatuhtempo pokok OR ( ).

Apakah cara-cara ini efektif dalam mengurangi besarnya beban bungaOR? Pada kenyataannya tidak juga. Entah karena waktu yang disediakantidak banyak atau terjadinya praktik KKN, yang jelas beban bunga OR yangharus dibayarkan dalam APBN masih besar. Sasaran-sasaran berupapulihnya fungsi intermediasi bank, berlangsungnya program divestasi sesuaikesepakatan, dan dapat dikendalikannya beban OR, juga tidak terlihatberjalan baik.

Sehingga, dengan pilihan kebijakan yang diambil pemerintah tersebut,negara harus menanggung banyak kerugian dan rakyat akan memikul bebanOR dalam waktu yang berkepanjangan.

Dalam kesempatan ini, perlu juga disinggung peranan manajemenbank-bank rekap dalam upaya mengurangi beban pembayaran pokok danbunga OR. Selain pemerintah, mereka juga patut bertanggung jawabmelakukan upaya pengurangan beban OR mengingat merekalah pihak yangtelah menikmati pembayaran bunga OR selama ini. Sebagai penerimabantuan dari pemerintah (yang uangnya diambil dari pajak yang dibayarkanrakyat) wajar jika para manajemen bank dituntut bekerja secara profesional,

.

asset to bond swap

buyback refinancing

reprofiling

148 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 173: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

bebas KKN, bertanggung jawab, sekaligus mempunyai rasa kepekaan sosialyang tinggi terhadap rakyat yang telah menyumbangkan OR.

Sangat tidak adil jika manajemen bank hidup mewah dan boros,menikmati gaji tinggi, memanfaatkan berbagai fasilitas berlebihan atasbeban perusahaan, menduduki ruang kantor yang luas dan sangat mewah(bandingkan dengan standar hidup 37 juta orang miskin versi BPS tahun2007), atau membelanjakan dana besar untuk pembodohan masyarakatlewat promosi besar-besaran banknya, di tengah puluhan juta rakyat yanghidup miskin akibat pengurangan subsidi. Terutama, mengingat semuakenikmatan itu diperoleh menggunakan uang bunga hasil subsidi APBN!

Jika pemborosan dan foya-foya itu tetap berlangsung, apalagi tanpadisertai dengan perbaikan kinerja bank agar bank dapat mandiri danmenjalankan fungsinya dengan baik dalam mendorong tumbuhnya aktivitasekonomi, mungkin tidak salah anggapan bahwa kalangan tertentu di seputarbisnis perbankan, yang telah kehilangan rasa tanggungjawab moralsesungguhnya merupakan predator bagi sebagian besar rakyat Indonesiayang terpuruk dalam kemiskinan.

Krisis ekonomi bukan saja mewariskan utang yang sangat besar baginegara tetapi juga mengakibatkan puluhan juta rakyat harus hidup lebihsusah. Karena itu, sudah seharusnya kondisi ini menjadikan para elitkekuasaan bekerja secara optimal untuk mengatasi krisis, hidup prihatinbersama rakyat, menggalang solidaritas untuk meringankan beban kaummiskin, serta menghasilkan kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil.Dalam konteks kebijakan yang berpihak kepada rakyat, hal itu dapatdilakukan, salah satunya dengan mengoreksi kebijakan OR.

Namun, ternyata kita saksikan rasa kebersamaan, solidaritas, dankepekaan terhadap penderitaan rakyat telah kian memudar. Jangankanmembantu, sebagian pejabat justru terlibat KKN, meloloskan obligor BLBI,menerbitkan SKL, dan menyimpangkan kebijakan program OR.

Kita juga saksikan banyaknya orang miskin bukan hal yang merisaukanlembaga internasional seperti IMF. Mereka justru menggunakan kemiskinandan pinjaman dana sebagai alat untuk memaksakan kehendak mereka

Penutup

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 149/

Page 174: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

kepada pemerintah dalam rangka mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.Seolah, tak sedikit pun tersisa rasa kemanusiaan pada diri mereka. Namunsayangnya, para elit kekuasaan bukannya melakukan perlawanan atastekanan ini, tetapi malah tunduk dan bekerja sama. Tak pelak, pemimpin-pemimpin berjiwa lemah seperti ini harus mempertanggungjawabkanperbuatannya sebelum mereka berpikir ambil bagian dalam pemilu di masa-masa yang akan datang.

Masalah OR tidaklah bisa diabaikan dan diterima begitu sajasebagaimana kondisinya sekarang tanpa ada tindakan korektif. Secaraekonomi maupun politik, kebijakan pemerintah dalam program OR telahmenimbulkan persoalan besar berupa ketimpangan distribusi anggarandalam APBN. OR telah menjadi elemen terbesar dalam utang pemerintah( ) yang terus meningkat jumlahnya, sehingga pembayaran bunganyaharus dialokasikan setiap tahun dalam APBN. Ironisnya, pihak yangdiuntungkan dengan kondisi ini adalah golongan superkaya, kaya,konglomerat, dan lembaga asing. Sementara, rakyat miskin harus berpuasakarena berkurangnya anggaran yang dapat digunakan untuk peningkatankesejahteraan publik atau mendorong kemajuan ekonomi masyarakat akibatbeban pembayaran OR yang demikian besar.

Keputusan memang sudah diambil pada masa pemerintahan yang lalu,khususnya pada periode 2002-2004. Namun bagaimanapun juga, harus kitanyatakan keputusan itu salah, konspiratif, menjarah negara, dan sangatmelukai rasa keadilan. Kita tidak rela beban utang akibat konspirasi iniditanggung rakyat pembayar pajak dan berlangsung hingga puluhan tahunyang akan datang. Pelaksanaan kebijakan OR yang berjalan selama ini jugaharus ditolak karena:

Beban OR Rp 40 triliun hingga Rp 50 triliun per tahun dan pokokOR yang akan jatuh tempo bukanlah ongkos krisis yang harusditanggung negara dalam APBN, tetapi rekayasa dan bentukpenjajahan IMF dan seluruh pengikutnya di dalam dan luar negeri;

IMF, sebagaimana umumnya para penjajah, sejak semula telahmempunyai niat jahat untuk menjajah dan menguasai ekonomiIndonesia, seperti ditunjukkan melalui pemaksaan penjualan aset-aset BPPN dalam waktu singkat dan harga murah serta pemaksaan

debt stock

150 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 175: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

divestasi bank-bank rekap meskipun masih memegang obligasipemerintah;

Seluruh rangkaian pelaksanaan kebijakan OR tidak sesuai konsepawal dan tidak dijalankan dengan kosisten;

Pelaksanaan OR terlaksana dalam konspirasi jahat oleh IMF, parainvestor, sejumlah konglomerat dan oknum-oknum elit kekuasaanyang memperoleh keuntungan pribadi;

Bank-bank rekap, terutama bank-bank swasta, saat ini telah kembalisehat. Pemiliknya, baik asing, anak perusahaan Bank Dunia, swastanasional, maupun pemilik lama (yang kembali memiliki secara”manipulatif ”), memperoleh keuntungan yang sangat besar daribunga OR yang dibayarkan lewat APBN setiap tahun. Untukpembayaran bunga ini, negara harus menambah beban utang,menjual aset, memungut pajak dari rakyat, sekaligus mengurangisubsidi bagi rakyat miskin. Bank-bank rekap yang dulunya sekaratdan telah diselamatkan pemerintah, sekarang justru menjelmamenjadi lembaga penghisap APBN berupa bunga OR yang sangatmemberatkan negara.

Sejalan dengan sikap di di atas, terutama karena telah terjadinya KKNdan konspirasi jahat, serta demi rasa keadilan, kami menuntut agar seluruhkeputusan terkait kebijakan OR dibatalkan dan dikoreksi, antara lain melalui:

Menghentikan pembayaran bunga OR kepada seluruh bank rekapkarena kondisinya telah sehat kembali. Hal ini konsisten dengankonsep awal penyuntikan OR sebagaimana diusulkan IMF. Seluruhpihak yang terkait dengan kebijakan ini harus ikut bertanggungjawab untuk memikul beban akibat pemberhentian pembayaranbunga OR ini, seperti IMF, pemerintah, investor dan pemilik bank;

Menghentikan proses privatisasi pada bank rekap sebelum OR nyaditarik oleh pemerintah;

Menghentikan proses divestasi lanjutan pada bank-bank BUMNyang sebelumnya direncanakan oleh pemerintah dalam rangkamengejar target penerimaan APBN.

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 151/

Page 176: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tuntutan di atas mungkin saja akan mendapat perlawanan, terutamadari IMF, investor, pemilik-pemilik bank, dan para pemegang OR, denganberbagai alasan, seperti bertentangan dengan kesepakatan dan perjanjianawal, melanggar hukum, bertentangan dengan kelaziman yang berlaku, dansebagainya. Kita juga dapat memperkirakan bahwa publik atau pihak non-pemerintah yang kini telah memegang dan menikmati OR akan menolakgagasan-gagasan tersebut.

Namun, di sisi lain, kami tetap harus nyatakan pelaksanaan program ORtelah dilakukan dengan penuh rekayasa, konspiratif dan KKN, dengan IMFberperan sebagai penanggung jawab utamanya. Sehingga, adalah wajar jikacara-cara tidak lazim yang telah mereka lakukan juga dilawan dandiselesaikan dengan cara-cara yang pula demi tercapainya rasakeadilan bagi seluruh rakyat. Seluruh unsur yang terlibat dalam kebijakanOR harus bertanggung jawab untuk mengupayakan penghentianpembayaran bunga OR dan turut menanggung konsekuensi yang mungkinditerima jika hal itu dilakukan.

Kebijakan OR bukan semata berdimensi ekonomi, tetapi justru saratdengan dimensi politik sehingga gagal menghadirkan konsep-konsep dankeputusan yang objektif. Kebijakan OR merupakan hasil atau kompromiberbagai kepentingan, dengan kepentingan IMF sangat dominan didalamnya. Kepentingan politik yang kental mewarnai kebijakan inimenyebabkan implementasi OR tidak konsisten dengan konsep awalnya.OR pada akhirnya hanya menciptakan ketimpangan distribusi anggarandalam APBN.

Pendapat bahwa OR adalah ongkos yang harus dibayar untuk keluardari krisis tidak dapat kita terima. Demikian juga argumentasi bahwa nilaibunga dan pokok OR tidak akan berarti dan justru akan ditelan oleh PDByang terus meningkat. Karena, masalahnya bukan saja pada jumlah uang,tetapi terutama pada rasionalitas, objektivitas, rasa keadilan, dan cara-carayang dilakukan dalam pelaksanaan program rekapitalisasi perbankan dandivestasi yang penuh konspirasi dan merampok uang negara.

Kita ingin pemerintah dan semua pihak menyelesaikan masalah ORsecara objektif, berkeadilan dan rasional serta bebas dari cara pandang dankepentingan politik yang sempit!

extra-ordinary ,

152 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 177: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Lampiran 1

OUTSTANDING GOVERNMENT SECURITIESAs of December 6, 2007

(dalam triliun Rupiah)

No Series Maturity Date Coupon Face Value

A. TRADABLE SECURITIES

1. Rupiah Denominated

a. Zero Coupon

1. SPN 2008052801 30-Mei-07 Rp 4.169

2. ZC0001 30-Agust-07 Rp 6.000

3. ZC0002 20-Sep-07 Rp 3.000

4. ZC0003 22-Nop-07 Rp 1.500

Total Zero Coupon Rp 4.669

b. Fixed Coupon

1. FR0002 15-Jun-09 14,0000% Rp 15.376

2. FR0010 15-Mar-10 13,1500% Rp 9.988

3. FR0011 15-Mei-10 13,5500% Rp 800

4. FR0012 15-Mei-10 12,6250% Rp 1.808

5. FR0013 15-Sep-10 15,4250% Rp 4.735

6. FR0013 15-Nop-10 15,5750% Rp 1.205

7. FR0015 15-Feb-11 13,4000% Rp 5.695

8. FR0016 15-Agust-11 13,4500% Rp 4.118

9. FR0017 15-Jan-12 13,1500% Rp 8.269

10. FR0018 15-Jul-12 13,1750% Rp 6.455

11. FR0019 20-Nop-02 14,2500% Rp 11.856

12. FR0020 20-Nop-02 14,2750% Rp 11.856.

13. FR0021 24-Des-02 14,5000% Rp 2.479

14. FR0022 10-Apr-03 12,0000% Rp 7.334

15. FR0023 11-Sep-03 11,0000% Rp 13.433

16. FR0024 06-Nop-03 12,0000% Rp 4.404

17. FR0025 29-Apr-04 10,0000% Rp 6.801

18. FR0026 26-Agust-04 11,0000% Rp 11.382

19. FR0027 27-Jan-05 9,5000% Rp 9.100

20. FR0028 24-Feb-05 10,0000% Rp 10.100

21. FR0030 15-Mei-16 10,7500% Rp 5.330

22. FR0031 15-Nop-20 11,0000% Rp 11.469

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 153/

Page 178: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

23. FR0032 15-Jul-18 15,0000% Rp 1.560

24. FR0033 15-Mar-13 12,5000% Rp 9.945

25. FR0034 15-Jun-21 12,8000% Rp 10.379

26. FR0035 15-Jun-22 12,9000% Rp 6.600

27. FR0036 15-Sep-19 11,5000% Rp 3.711

28. FR0037 15-Sep-26 12,0000% Rp 2.450

29. FR0038 15-Agust-18 11,6000% Rp 3.083

30. FR0039 15-Agust-23 11,7500% Rp 4.175

31. FR0040 15-Sep-25 11,0000% Rp 12.914

32. FR0041 15-Nop-08 9,2500% Rp 1.100

33. FR0042 15-Jul-27 10,2500% Rp 14.426

34. FR0043 15-Jul-22 10,2500% Rp 12.653

35. FR0044 15-Sep-24 10,0000% Rp 5.589

36. FR0045 15-Mei-37 9,7500% Rp 6.400

37. FR0046 15-Jul-23 9,5000% Rp 5.359

38. FR0047 15-Feb-28 10,0000% Rp 7.850

39. FR0048 15-Sep-18 9,0000% Rp 4.217

40. ORI001 09-Agust-09 12,0500% Rp 3.284

41. ORI002 28-Mar-10 9,2800% Rp 6.233

42. ORI003 12-Sep-11 9,4000% Rp 9.368

Total Fixed Coupon Rp 295.289

c. Variable Coupon

1. VR0013 25-Jan-08 7,83333% Rp 7.720

2. VR0014 25-Agust-08 7,83333% Rp 9.270

3. VR0015 25-Des-08 7,83333% Rp 8.803

4. VR0016 25-Jul-09 7,83333% Rp 9.023

5. VR0017 25-Jun-11 7,83333% Rp 3.459

6. VR0018 25-Okt-12 7,83333% Rp 829

7. VR0019 25-Des-14 7,83333% Rp 11.406

8. VR0020 25-Apr-15 7,83333% Rp 9.899

9. VR0021 25-Nop-15 7,83333% Rp 7.546

10. VR0022 25-Mar-16 7,83333% Rp 9.667

11. VR0023 25-Okt-16 7,83333% Rp 8.652

12. VR0024 25-Feb-17 7,83333% Rp 9.909

13. VR0025 25-Sep-17 7,83333% Rp 6.909

14. VR0026 25-Jan-18 7,83333% Rp 5.442

15. VR0027 25-Jul-18 7,83333% Rp 5.442

16. VR0028 25-Agust-18 7,83333% Rp 7.034

154 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 179: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Notes:

1) Assumed exchange rate for conversion (IDR/USD) is 9.240,002) Non-tradable Securities are held by Bank Indonesia.3) These bonds were issued for guarantee program financing.4) This bond was issued to replace SU-001 and SU-003. Its effective date is August 1, 2003.5) This bond was issued to replace indexed face value of SU-002 and SU-004. Its effective

date is January 1, 2006.6) The nominal amount of this bond is Rp9,97 trillions, but the amount that has been used is

Rp3.097 billions.

17. VR0029 25-Agust-19 7,83333% Rp 12.212

18. VR0030 25-Des-19 7,83333% Rp 10.503

19. VR0031 25-Jul-20 7,83333% Rp 25.322

Total Variable Coupon Rp 169.047

Total Rupiah Denominated Rp 469.005

2. US Dollar Denominated

a. Fixed Coupon

1. RI0014 10-Mar-14 6,7500% USD 1.000.000.000,00

2. RI0015 20-Apr-15 7,2500% USD 1.000.000.000,00

3. RI0016 15-Jan-16 7,5000% USD 900.000.000,00

4. RI0017 09-Mar-17 6,8750% USD 1.000.000.000,00

5. RI0035 12-Okt-35 8,5000% USD 1.600.000.000,00

6. RI0037 17-Feb-37 6,6250% USD 1.500.000.000,00

Total Fixed Coupon USD 7.000.000.000,00

Total US Denominated /equivalen in Rupiah (1) Rp 64.680

TOTAL TRADABLE SECURITIES Rp 533.685

B. NON-TRADABLE SECURITIES (2)

1. Fixed Coupon

1. SU-002/MK/1998 (3) 01-Apr-25 1,00% Rp 20.000

2. SU-004/MK/1999 (3) 01-Des-25 3,00% Rp 53.780

3. SRBI-01/MK/2003 (4) 01-Agust-33 0,10% Rp 129.344

4. SU-007/MK/2007(5) 01-Agust-25 0,10% Rp 53.843

Total Fixed Coupon Rp 256.967

2. Variable Coupon

1. SU-005/MK/1999 (6) 10-Des-09 3 mos. SBI Rp 3.046

Total Variable Coupon Rp 3.046

TOTAL NON TRADABLE SECURITIES Rp 260.013

GRAND TOTAL Rp 793.698

Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat 155/

Page 180: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Quick overlook:

Bond TypeAverage interest

rate

Average time to

maturity (years)Proportion

Zero Coupon 0,00000% 1,40 3,06%

FR 11,37837% 9,14 61,65%

VR 7,83333% 8,02 35,29%

Portfolio 9,77884% 8,51 100,00%

OUTSTANDING GOVERNMENT SECURITIESAs of December 6, 2007

(dalam triliun Rupiah)

No Series Maturity Date Coupon Face Value

A. TRADABLE SECURITIES

1. Rupiah Denominated

a. Zero Coupon

Total Zero Coupon Rp 4.669

b. Fixed Coupon

Total Fixed Coupon Rp 295.289

c. Variable Coupon

Total Variable Coupon Rp 169.047

Total Rupiah Denominated Rp 469.005

2. US Dollar Denominated

a. Fixed Coupon

Total US Denominated /equivalen in Rupiah (1) Rp 64.680

TOTAL TRADABLE SECURITIES Rp 533.685

B. NON-TRADABLE SECURITIES (2)

1. Fixed Coupon

Total Fixed Coupon Rp 256.967

2. Variable Coupon

Total Variable Coupon Rp 3.046

TOTAL NON TRADABLE SECURITIES Rp 260.013

GRAND TOTAL Rp 793.698

156 Obligasi Rekapitalisasi: Cara Sistematis Menghisap Uang Rakyat/

Page 181: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 8

SIAPA YANG HARUSBERTANGGUNGJAWAB?

Marwan Batubara

Setelah 10 tahun berlalu melewati empat era pemerintahan, kasuskorupsi dalam penyaluran dan penggunaan dana Bantuan Likuiditas BankIndonesia (BLBI) hingga kini tidak kunjung selesai, meskipun ada sebagianorang yang menganggapnya demikian. Padahal, kasus yang melibatkanpersekongkolan antara pengusaha dan banyak pihak penyelenggarapemerintahan ini, telah merugikan negara ratusan triliun rupiah. Karenasumber pendanaan bantuan tersebut berasal dari utang, maka negara danrakyat pun harus menanggung beban cicilan pembayaran pokok dan bungautang dalam APBN selama bertahun-tahun ke depan, termasuk untukmembayar bunga obligasi rekapitalisasi yang mencapai sekitar Rp 40 triliun-Rp 50 triliun per tahun hingga tahun 2021.

Kebijakan dan pelaksanaan BLBI merupakan cara sistematis untukterus memiskinkan rakyat. Berpangkal dari tindakan kriminal korupsi paraobligor, skandal BLBI akan terus merugikan rakyat akibat sikap pejabat-pejabat eksekutif dan yudikatif yang justru memihak obligor. Kebijakan

Siapa yang harus Bertanggung Jawab? 157/

Page 182: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

para eksekutif ini pun disetujui, atau setidaknya tidak mendapatpenentangan berarti dari pejabat-pejabat legislatif di masa kebijakan itudilahirkan, mulai dari Soeharto yang menerbitkan Keppres No. 26/1998 danKeppres No. 55/1998, hingga Megawati yang menerbitkan Inpres No.8/2002.

Dalam hal Inpres No. 8/2002, para obligor pelaku tindak pidana kasusBLBI telah mendapat surat keterangan lunas dan dinyatakan bebas darituntutan hukum pidana di kemudian hari. Inpres kontroversial yangditerbitkan oleh pihak eksekutif ini pun sepi dari kritik, pengawasan, atautindakan korektif pihak legislatif atau yudikatif yang menjabat saat itu.

Banyak kalangan berpendapat bahwa BLBI merupakan kebijakan ordebaru dalam situasi untuk menyelamatkan sistem perbankan nasionaldibanding membiarkannya ambruk. Untuk itu berbagai kebijakan daruratdikeluarkan dan ratusan triliun uang negara disuntikkan dalam konseppenyelesaian yang tidak dirumuskan dengan jelas. Hasilnya, tingkatpengembalian dana yang telah dikucurkan hanya sekitar 28%.

Mengingat situasi krisis, , konsep yang tidak jelas, aset-aset yangterpaksa diobral, serta ditambah lagi dengan terjadinya peralihan kekuasaandari Soeharto ke Habibie, maka kalangan tersebut, termasuk kalangan bisnisdan beberapa media, berpendapat bahwa BLBI adalah kebijakan masa laluyang tidak perlu diusik-usik lagi. Kita diminta untuk tidak lagi melihat kebelakang karena para penerima BLBI telah menjalankan kewajiban danmendapatkan keputusan hukum yang katanya harus dihormati. Rakyatdiminta untuk menanggung ratusan triliun sebagai ongkos krisis meskipunlangkah-langkah penyelesaian yang diambil, dibuat berdasarkan sikapemosional dan logika berfikir yang tidak konsepsional.

Wajar dan objektifkahhal tersebut?

Disamping pendapat di atas, kita kutip pendapat beberapa tokoh terkaitkorupsi BLBI, sebagaimana yang disebarkan oleh layanan beritaNewslinkSmc, sebagai berikut:

Pengacara senior Maqdir Ismail menyatakan khawatir kasus BLBItidak akan pernah tuntas kalau Kejagung justru mengungkit

chaos

chaos

Dengan kata lain,hendak diyakinkan bahwa kasus BLBI adalah ongkos korupsi masalalu yang harus ditanggung oleh seluruh rakyat.

158 Siapa yang harus Bertanggung Jawab?/

Page 183: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

obligor kooperatif yang sudah menyelesaikan kewajibannya(27/7/2007);

Hikmahanto Juwana, Dekan FHUI: ”Obligor BLBI yang tekenMSAA & sudah kantongi SKL, tidak bisa dipidanakan lagi karenabisa ganggu kepercayaan investor asing (25/7/2007)”;

Kejagung diingatkan agar tidak pakai standar ganda dalampenyelesaian kasus BLBI. ”Perjanjian skema MSAA diakui duniainternasional”, tegas Direktur CBC Deni Daruri (20/7/2007);

Direktur LSKP Ichsanuddin Noorsy menegaskan, secara hukumpositif persoalan BLBI sudah selesai, karena sudah ada TAP MPR& Keppres serta terikat LoI dengan IMF.

Kita tentu menerima pendapat untuk melihat ke depan, tidak lagi kebelakang, seandainya saja seluruh data, fakta dan argumentasi untukmenyimpulkan pendapat tersebut diungkap dan dipertimbangkan secaraseksama. Yang menjadi masalah, kerugian BLBI nyatanya bukan sekedardisebabkan oleh sikap emosional, tidak konsepsional dan rumusan yangtidak jelas, sehingga kita dapat melupakannya dan tidak perlu menuntutkeadilan. Namun, berbagai temuan justru menunjukkan skandal BLBImerupakan tindak penyelewengan uang negara yang dilakukan secarasengaja dan terencana.

Karena itu, kami menilai berbagai pendapat yang hendak mengaburkanesensi terjadinya tindak pidana korupsi dalam skandal BLBI merupakanpenggelinciran opini dari sebagian besar obligor dan kelompokkepentingan, yang disamping telah menguasai jaringan media yang luas, jugamempunyai dana besar dan jaringan akses yang luas untuk mengendalikankebijakan dan membentuk opini.

Bagi kami, sikap mental korup dari pihak-pihak yang terlibat dalamskandal BLBI merupakan biang keladi dan sumber masalah dari terjadinyakorupsi yang menguras uang negara pada kasus ini. Rakyat harusmenanggung beban kerugian ratusan triliun rupiah akibat ulah berbagaioknum tersebut, yang mencakup para obligor hitam, rezim Soeharto dankroninya, oknum-oknum pejabat negara, dan oknum pemerintah (termasukpemerintahan Megawati yang telah menerbitkan Inpres No. 8/2002 yangberujung pada bebasnya para konglomerat yang melanggar sejumlahketentuan hukum pidana).

Siapa yang harus Bertanggung Jawab? 159/

Page 184: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Mereka inilah pihak yang sesungguhnya telah melakukan kejahatankemanusiaan, memperoleh dan melanggengkan kekuasaan, menguasaiharta, membeli hukum, membohongi publik dan membodohi masyarakat ditengah penderitaan puluhan juta rakyat miskin di Indonesia. Untuk itu,rakyat harus bangkit, melawan dan menghukum secara adil, tanpa pandangbulu!

Kita sepenuhnya menyadari bahwa semua kebijakan dan langkahseputar BLBI dan penyelesaian masalahnya telah didukung dengan berbagaipersyaratan aspek legal dan administratif. Namun, kita juga menemukanbahwa banyak aturan yang dikeluarkan karena kepentingan sempit danpraktik KKN, tidak melalui kajian yang intensif, melanggar prosedur, tanpaketerlibatan publik, atau malah bertentangan dengan aturan/undang-undang di atasnya. Disamping itu, penanganan perkara-perkara BLBI olehlembaga peradilan lebih banyak menghasilkan keputusan yang tidak adilakibat kendala penegakan hukum, mafia peradilan, oknum peradilan yangkorup , intervensi penguasa, dan sogokan para obligorkepada para oknum pejabat dengan menggunakan sebagian dana BLBI yangdikorupsi.

Tulisan berikut dan beberapa bab selanjutnya akan menguraikan parapelaku skandal BLBI, mencakup obligor, presiden, pemerintah, danlembaga-lembaga terkait lainnya, sehingga mendatangkan kesengsaraanberkepanjangan bagi rakyat.

Dapat dinyatakan, sebagian besar obligor BLBI merupakan biang kerokutama pengurasan uang negara dalam skandal BLBI. Obligor melakukanberbagai kecurangan pada saat sebelum krisis, saat menerima bantuan BLBI,maupun pada proses penyelesaian kewajiban pemegang saham di bawahpengawasan BPPN.

Sebelum terjadinya krisis moneter, telah terdapat beberapa kecuranganyang dilakukan obligor, baik pada saat menarik dana masyarakat maupunpada saat penyalurannya. Pada saat penarikan dana, obligor melakukankecurangan dengan memanipulasi profil dan kinerja bank dalam rangkamempromosikan banknya secara besar-besaran. Pada saat penyaluran,mereka memberikan/menyalurkan kredit pada kelompok/unit usahanya

(judicial corruption)

Obligor BLBI

160 Siapa yang harus Bertanggung Jawab?/

Page 185: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

sendiri, sehingga melampaui Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).Beberapa obligor bahkan juga melakukan nilai kredit, yaitu nilaikredit yang diajukan lebih besar dari biaya investasi yang sesungguhnyadigunakan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh selisih keuntungan daripeminjaman yang akan mereka investasikan.

Perbuatan obligor ini, yaitu mengucurkan kredit di atas BMPK danatas nilai kredit, merupakan tindak pidana yang diancam dengan pidana

kurungan dan denda, sebagaimana diatur dalam Pasal 49 dan Pasal 50Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Dengan demikian, selain faktor eksternal berupa krisis yang dipicu olehanjloknya nilai mata uang baht Thailand, faktor internal yang berpangkaldari perilaku KKN penguasa dan obligor jelas merupakan salah satupenyebab utama berkepanjangannya krisis ekonomi di Indonesia. Paraobligor telah menyebabkan tumpukan kredit macet, melakukan praktikperbankan yang tidak menyalahgunakan kredit jangka panjang untukmembiayai kredit jangka pendek, membuat pinjaman valas menjadi bengkakdan tidak di- , membengkakkan jumlah utang swasta dan utangpemerintah, melakukan praktik-praktik rente ekonomi, praktik bisnis tidakfair, dan menjalankan struktur industri yang padat impor. Krisis punsemakin parah akibat terjadinya depresiasi rupiah dan besarnya utang luarnegeri (yang sebagiannya merupakan utang para obligor) yang jatuh tempo.Pada saat krisis, tercatat utang swasta jangka pendek milik obligor yang harusdibayar mencapai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 90 triliun.

Ironisnya, pada saat menerima BLBI, para obligor bukan menggunakandana bantuan tersebut untuk membayar dana nasabah sesuai denganketentuan, tetapi justru disalahgunakan untuk berbagai keperluan, sepertiuntuk melunasi modal pinjaman, membiayai transaksi surat berharga,membiayai kontrak derivatif, membayar dana pihak ketiga yang melanggarketentuan, membiayai baru PUAB (Pasar Uang Antar Bank),membiayai ekspansi kredit, membiayai bank umum, membiayaiinvestasi untuk aktiva tetap, membayar kewajiban kepada pihak terkait, dansebagainya.

Jumlah penyimpangan penggunaan BLBI, seperti dilaporkan oleh BPKadalah Rp 84,842 triliun, atau sama dengan 58,70% dari Rp 144,536 triliundana BLBI yang disalurkan. Secara keseluruhan, potensi kerugian negaraakibat penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku, kelemahan sistem

mark up

mark

up

prudent,

hedge

placement

overhead

Siapa yang harus Bertanggung Jawab? 161/

Page 186: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

maupun kelalaian dalam penyaluran BLBI adalah Rp 138,442 triliun, atau95,78% dari Rp 144,536 dana BLBI.

Dalam proses penyelesaian BLBI dengan pemerintah, para obligorBLBI berada di bawah koordinasi dan pengawasan BPPN. Bentukpenyelesaian kewajiban tersebut dilakukan berdasarkan beberapa modelPenyelesaian Kewajiban Pemegang Saham (PKPS) yaitu MSAA, MRNIAdan APU (Akta Perjanjian Utang). Namun, penyelesaian dalam tahap inipun diwarnai dengan kecurangan sebagian obligor, seperti yang telahmereka lakukan pada saat sebelum dan ketika menerima BLBI.

Sejumlah obligor tersebut terlibat dan bersekongkol dalam berbagaiskenario untuk memotong jumlah utang mereka ataupun untuk menguasaikembali aset-aset yang telah mereka serahkan kepada BPPN. Diantarakecurangan yang mereka lakukan meliputi manipulasi harga/nilai aset,menggoreng harga saham (agar nilainya anjlok saat BPPN melakukanpenjualan), sogok-menyogok, KKN dengan oknum pejabat pemerintah,melakukan , hingga menggunakan (SPV)di luar negeri sebagai kendaraan untuk membeli kembali aset-aset mereka.Dalam kasus penguasaan kembali aset-aset yang diserahkan, salah satucontohnya adalah penguasaan kembali Gajah Tunggal oleh SjamsulNursalim. Kepemilikan BCA oleh Farindo, setelah tendernya dimenangkanoleh Farallon Capital, juga disebut-sebut sebagai keberhasilan KelompokSalim dalam menguasai kembali asetnya, mengingat Farindo diduga kuatterafiliasi dengan Salim.

Selain hal-hal itu, manuver curang juga dilakukan obligor denganbersekongkol dan berkolaborasi dengan pemerintah untuk menerbitkanaturan yang menguntungkan mereka. Hasil nyata kolaborasi ini adalahInpres No.8/2002, yang antara lain berisi ketentuan(R&D) yang membebaskan para obligor dari aspek pidana kasus BLBI.

Akibat berbagai kecurangan yang dilakukan obligor dalam prosespenyelesaian kewajiban tersebut adalah rendahnya tingkat pengembalian( ) dana BLBI, yaitu hanya sekitar 28%. Artinya telah terjadipenyelewengan dan korupsi uang negara sekitar 72% x Rp 144,536 triliun =Rp 104,065 triliun! Selain itu, pemerintah juga harus mengeluarkan danasekitar Rp 430 triliun untuk merekapitalisasi bank-bank bangkrut, yangdiakibatkan ulah para obligor.

judicial corruption special purpose vehicle

release and discharge

recovery rate

162 Siapa yang harus Bertanggung Jawab?/

Page 187: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Yang menyakitkan, kita kini menemukan bahwa sebagian mereka telahkembali menguasai aset-aset yang dulu dijaminkan ke BPPN. Ada yangbahkan lebih kaya dari masa sebelum krisis, dengan investasi aset tersebar diberbagai negara seperti Singapura, India, Vietnam, atau China.

Disamping para obligor, pihak yang juga berperan besar sehingga harusbertanggungjawab atas skandal BLBI adalah mantan Presiden Soeharto dansejumlah pejabat, termasuk menteri dan direksi BI, yang terlibat dalampengucuran BLBI.

Terkait peran mantan Presiden Soeharto, salah satunya dapat dilihat daridisposisi yang ditulisnya untuk Menteri Keuangan Mar'ie Muhammad pada20 Agustus 1997. Disposisi itu berisi perintah agar menteri melakukanlangkah-langkah cepat mengatasi krisis. Salah satu langkah yang dimaksudSoeharto dalam disposisi itu dapat dimengerti dalam disposisi lanjutanmelalui memo bernomor MO-67/MK/1997 yang diberikan Menkeukepada Gubernur BI J. Soedradjad Djiwandono pada tanggal 26 Agustus1997, yaitu agar BI sesuai dengan kewenangannya menindaklanjuti rencanamerger PT Bank Harapan Sentosa dan PT Bank Utama (deskripsi lebihlengkap lihat Sukowaluyo Mintorahardjo,

, Riset Ekonomi Sosial Indonesia, Jakarta: 2001).

Merger kedua bank itu pada kenyataannya memang tidak terjadi, karenaBank Harapan Sentosa dan 15 bank nasional lainnya terlanjur dilikuidasipada 1 November 1997. Namun demikian, Bank Utama terus dibantudengan berbagai fasilitas agar bertahan hidup. Misalnya, bank ini mendapatfasilitas Surat Berharga Pasar Uang Khusus (SBPUK) sebesar Rp 531 miliar,padahal Bank Utama tidak layak memperolehnya karena memiliki CARkurang dari 2%, sebagaimana yang disyaratkan oleh ketentuan BI.

Fasilitas yang diterima Bank Utama ini, sulit ditafsirkan lain, melainkankarena adanya disposisi yang diberikan Soeharto kepada Menkeu yangkemudian diteruskan kepada BI tersebut. Apalagi mengingat, sebagian besarsaham Bank Utama dimiliki oleh anak-anak Soeharto. Dengan demikian, haltersebut menunjukkan bagaimana Soeharto menyalahgunakankekuasaannya untuk menyelamatkan kepentingan keluarga dan kroninya.Sedangkan, disisi lain, hal itu juga menunjukkan bagaimana pejabat-pejabat

Mantan Presiden Soeharto dan Menteri-Menterinya

BLBI Simalakama: Pertaruhan

Kekuasaan Presiden Soeharto

Siapa yang harus Bertanggung Jawab? 163/

Page 188: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

negara di sekeliling Soeharto hanya berperan sebagai ataupunggawa yang patuh tak berdaya atas perintah Soeharto sebagai raja yangdijunjungnya.

Selanjutnya, peran mantan Presiden Soeharto dalam pengucuran BLBIjuga dapat dilihat pada berbagai produk kebijakan yang dikeluarkannyasebagai berikut:

Surat Setneg No. R-183/Msesneg/12/1997 yang berisi persetujuankepada BI untuk mengganti saldo debet sejumlah bank nasionaldengan SBPUK (Surat Berharga Pasar Uang Khusus). Denganpemberian SBPUK ini, bank-bank yang telah mengalami saldonegatif di BI dipertahankan hidup dan diperkenankan untukkembali mengikuti kliring. Hal ini pada gilirannya, semakinmembengkaknya jumlah BLBI yang dikucurkan kepada pihakperbankan. Untuk diingat, saldo debet terjadi karena krisislikuiditas yang dialami sejumlah bank nasional, khususnya setelahterjadinya . kian besar setelah pemerintah melikuidasi 16bank pada tanggal 1 November 1997, sehingga BI harusmemberikan dana talangan senilai Rp 23 triliun. Danatalangan inilah yang menandai pengucuran BLBI besar-besarankepada perbankan nasional. Tercatat, pada bulan Desember 1997jumlah BLBI yang disuntikkan telah meningkat menjadi Rp 54triliun.

Keppres No.24/1998 tanggal 23 Januari 1998, yang menjaminbahwa BI dapat memberikan jaminan atas pinjaman luar negeriyang dilakukan dan atas yang diterbitkan oleh bank.

Keppres No.26/1998 tanggal 26 Januari 1998 yang berisi jaminanpemerintah terhadap kewajiban pembayaran bank umum kepadapara pemilik simpanan dan krediturnya.

Keppres No.55/1998 tanggal 6 April 1998 tentang penerbitan suratutang dalam negeri yang merupakan pembayaran atau penggantianatas dana yang dikeluarkan BI kepada bank-bank yang dialihkankepada BPPN.

Atas dasar berbagai kebijakan di atas, pemerintah kemudianmengeluarkan berbagai aturan, ketentuan dan pedoman pelaksanaanmelalui berbagai SK Menkeu, SK Menko Ekuin, SK Direksi BI, Surat

”yes man”

rush Rush

rescue

Letter of Credit

164 Siapa yang harus Bertanggung Jawab?/

Page 189: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Gubernur BI, SK Bersama Direksi BI dan Ketua BPPN. Menurut laporanhasil audit BPK bulan Juli 2000, tercatat ada sekitar 13 surat dan SK yangdikeluarkan oleh menteri-menteri terkait dan direksi BI untuk menjadiacuan pelaksanaan BLBI.

Berdasarkan hal itu, maka dapat dinyatakan peran mantan PresidenSoeharto dalam pengucuran BLBI terletak pada arah kebijakan yangdiperintahkannya kepada menteri dan pejabat BI terkait. Arah kebijakantersebut, selain untuk mengamankan kepentingan perekonomian nasionalsebagaimana yang dinyatakannya, juga terlihat bertujuan untukmengamankan kepentingan keluarga dan kerabat-kerabatnya. Disposisikepada Menkeu dan BI untuk membantu Bank Utama, seperti yang telahdijelaskan sebelumnya, merupakan salah satu contoh dari langkah Soehartountuk mengamankan kepentingan usaha keluarganya tersebut.

Karena itulah, mantan Presiden Soeharto mutlak merupakan pihakyang harus dimintakan pertanggungjawabannya atas kerugian negara akibatpenyelewengan yang terjadi pada kasus BLBI. Soeharto juga merupakanfigur kunci yang seharusnya dapat memberikan keterangan tentang perandan keterlibatan oknum-oknum pejabat yang berada di sekelilingnya,termasuk menteri kabinet dan pejabat BI, dalam menyimpangkan BLBI. Halini mengingat peran Soeharto yang demikian sentral saat itu sebagaipemegang kendali semua kebijakan yang dibuat pemerintah.

Disamping itu, peran Soeharto dalam kasus BLBI dapat ditelusuri pulapada masa sebelum krisis, yaitu ketika ia menunda-nunda pengambilantindakan, termasuk likuidasi, terhadap sejumlah bank bermasalah. Padahal,laporan tentang bank-bank bermasalah tersebut telah diterimanya sejakakhir 1996. Penundaan itu sendiri dinyatakan terkait dengan momenpelaksanaan pemilihan umum yang akan diselenggarakan pada Mei 1997.Sehingga, penundaan tersebut dapat dinyatakan sebagai pertaruhan yangdilakukan Soeharto untuk mempertahankan kekuasaannya. Akibatnya,seperti juga telah diketahui bersama, meski menang dalam pemilu 1997,Soeharto dijungkalkan setahun kemudian melalui hantaman krisismultidimensi secara bertubi-tubi. Sementara, kekalahannya tersebut harusturut ditanggung oleh seluruh rakyat Indonesia melalui beban pembayaranutang yang ia tinggalkan dari kasus BLBI.

Siapa yang harus Bertanggung Jawab? 165/

Page 190: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Pejabat-Pejabat Bank Indonesia

Tak pelak, BI adalah institusi pemerintah yang memiliki andil besardalam terjadinya skandal BLBI. Hal itu dikarenakan BI merupakan pihakyang menyalurkan BLBI kepada pihak perbankan. Maka dari itu, BImerupakan pintu pertama bagi terjadinya penyimpangan danpenyelewengan. Hal ini pun dibuktikan oleh hasil audit BPK yangmenemukan bahwa 95,78% dari BLBI yang disalurkan oleh BI kepada pihakperbankan telah menyimpang dengan nilai mencapai Rp 138,44 triliun.

Seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya (Bab 3), berdasarkanaudit BPK, penyimpangan BLBI oleh BI pada dasarnya terjadi karena duahal, yaitu adanya kelemahan BI dalam melakukan pembinaan danpengawasan perbankan serta lemahnya BI dalam melakukan manajemenpenyaluran BLBI. Dari dua kelemahan mendasar BI tersebut, terjadiberbagai penyimpangan dalam penyaluran BLBI oleh BI. Secara garis besar,berikut merupakan bentuk-bentuk penyimpangan dalam penyaluran BLBItersebut.

Hal initerlihat ketika BI membiarkan bank-bank untuk tetap mengikutikliring meskipun telah mengalami saldo negatif dalam jumlah yangbesar dan waktu cukup lama. Bahkan, BI membiarkan bank-banktersebut untuk terus menambah jumlah utang mereka di rekeninggiro BI dengan tetap mengucurkan bantuan likuiditas kepada bank-bank tersebut. Akibatnya, jumlah saldo debet bank-bankmembengkak sehingga tidak mampu dilunasi. BI pun akhirnyaharus memberi mereka fasilitas lain seperti fasilitas diskonto,fasilitas SBPUK, , dan fasilitas-fasilitas lainnya untukmengkonversi saldo debet mereka di BI. Hal ini membuat bank-bank tersebut terus bergantung pada pemberian fasilitas BLBI,yang pada kenyataannya tidak berfungsi efektif karena berbagaifasilitas itu pun tak dapat dilunasi ketika jatuh tempo. Seiringdengan penundaan-penundaan tersebut, jumlah kewajiban yangharus dibayarkan bank-bank pun semakin besar (karena ditambahdengan bunga dan sanksi-sanksi denda lain yang diberlakukan BI).Ketika pada akhirnya bank-bank tersebut tidak juga mampumelunasi kewajiban-kewajibannya, maka pemerintahlah yang

� BI cenderung membiarkan bank-bank yang tidak sehatuntuk tetap beroperasi dan bergantung pada BLBI.

new fasdis

166 Siapa yang harus Bertanggung Jawab?/

Page 191: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

kemudian menanggung beban pembayaran kewajibannya denganjumlah yang sangat membengkak. Dalam hal ini, BI telahmembiarkan terjadinya pembengkakan saldo debet pihakperbankan dengan terus memberikan berbagai bentuk fasilitasBLBI tanpa penilaian kelayakan atas kondisi bank-bank penerima.Besarnya saldo debet pihak perbankan yang tak terbayar ini yangkemudian harus ditanggung pembayarannya oleh rakyat melaluipos APBN.

Selain membiarkan bank-bank untuk terusmengikuti kliring meski saldonya negatif, BI juga melanggar prinsipkehati-hatian perbankan dengan mengucurkan fasilitas BLBI tanpamenyiapkan mekanisme kontrol yang memadai seperti prosedurverifikasi dan konfirmasi atau melakukan pengikatan jaminan yangkuat untuk menjamin pengembalian dana oleh pihak bank. Bahkan,pada kasus penyimpangan dana talangan valas, BPK menemukanBI melakukan pembayaran yang menyalahi ketentuan.Dilanggarnya prinsip kehati-hatian tersebut oleh BI, di sisi lain,memunculkan dugaan bahwa BI memang sengaja mempermudahpengucuran BLBI kepada pihak perbankan. Karena itu, BI turutbertanggung jawab atas penyimpangan BLBI yang terjadi.

BI tidak tegas memberi sanksi kepada bank-bank yang melanggarketentuan sebagaimana yang disyaratkan dalam pemberian fasilitasBLBI. Kecenderungan BI untuk menyimpangkan BLBI jugaterlihat dari tidak tegasnya BI dalam memberi sanksi kepada bankyang melanggar ketentuan. Misalnya, seperti telah disinggung diatas, BI tidak memberi stop kliring kepada bank yang telahmembengkak saldo negatifnya. BI bahkan membiarkan bank-banktersebut bersaldo negatif dan mengikuti kliring meskipun banktelah dinyatakan tidak memiliki kemungkinan sehat.Ketidaktegasan BI lainnya ditunjukkan dengan tidak dijatuhkannyasanksi pada bank-bank yang tidak juga melunasi kewajiban hinggaberbagai fasilitas BLBI yang diterimanya jatuh tempo. BI, misalnya,tidak melakukan eksekusi sita jaminan terhadap aset-aset bank yangtidak mampu melunasi Fasdis II seperti yang disepakati, dan justrumembebankan kembali kepada rekening giro bank di BI. Atas

BI tidak menjalankan prinsip kehati-hatian perbankan.(prudential banking)

Siapa yang harus Bertanggung Jawab? 167/

Page 192: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

berbagai bentuk penyimpangan penyaluran BLBI oleh BI di atas,tak heran BPK menyimpulkan bahwa dasar kebijakan BI dalammenyalurkan BLBI bersifat temporer, individual, dan subyektif. BIdinilai cenderung membuat keputusan sepihak sepertimemberlakukan Keputusan Rapat Direksi yang bertentangandengan Surat Keputusan Direksi. Kebijakan BI bahkan juga tidaktransparan, yaitu mengandung kesan penyembunyian informasiterhadap publik.

Pasca penyaluran BLBI, lembaga negara yang perannya sangatmenonjol dalam menangani kasus ini adalah Badan Penyehatan PerbankanNasional (BPPN). BPPN, yang memiliki fungsi dan kewenangan yangsangat luas, mencakup menyelesaikan kewajiban pembayaran utang obligorBLBI, mengelola aset-aset perusahaan dan kredit yang diserahkan obligor,dan menjual aset-aset yang dikelolanya. Karena itu pula, atas berbagaikerugian negara dan penyelewengan yang terjadi dalam penyelesaian kasusini, BPPN sangat layak dituntut pertanggungjawabannya.

Secara umum, dalam menyelesaikan kasus BLBI, BPPN dinilai telahmelakukan berbagai langkah dan tindakan yang merugikan negara sebagaiberikut:

BPPN cenderung tidak transparan dalam proses pengambilankeputusan. Hal ini terjadi, karena selain ulah oknum-oknum pejabatBPPN sendiri, juga adanya intervensi pemerintah dalam persoalan-persoalan teknis yang menyebabkan BPPN tidak independen.

BPPN sekedar menyampaikan kebijakan makro, mengemukakandata dan angka, tanpa menyampaikan secara periodikpelaksanaan tugasnya kepada publik, termasuk kepada DPR.Akibatnya, kondisi sebenarnya dari proses penyelesaian kewajibanyang telah dan akan dilakukan oleh obligor serta hasil penjualan asethanya diketahui oleh Pemerintah dan BPPN.

BPPN tidak bersedia memenuhi tuntutan sejumlah anggotaKomisi IX DPR RI (periode 1999/2004) untuk membuka danmengumumkan secara transparan neraca dan laporan keuanganobligor sebelum BPPN merestrukturisasi kredit macetnya. Hal ini

Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)

progress report

168 Siapa yang harus Bertanggung Jawab?/

Page 193: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

jelas menyulitkan proses pengawasan DPR dalam rangkamemaksimalkan pengembalian uang negara.

BPPN tidak transparan dalam melakukan analisis untung/rugi,mengungkap permasalahan, dan menentukan alternatif pilihandivestasi aset terhadap penyelesaian PKPS MSAA/MRNIA,apakah dalam bentuk atau secara .

Penilaian aset-aset oleh BPPN umumnya dilakukan di ”belakangmeja”, tanpa mengecek kebenaran nilai tersebut di lapangan. Selainitu, meskipun ada mekanisme uji tuntas ( ) secarawaktu yang tersedia hanya 1 bulan, padahal nilai aset yang perludiverifikasi sangat banyak dan bernilai puluhan triliun rupiah. Parakonsultan yang ditunjuk membantu BPPN untuk melakukanpenilaian pun tidak diperbolehkan membawa hasil penilaiannyakeluar dari suatu ruangan khusus yang disediakan BPPN.

Jika Soeharto merupakan pimpinan negara yang pertama kalimenelurkan kebijakan BLBI, maka Presiden Megawati adalah pimpinannegara yang mengeluarkan kebijakan penyelesaian kasus BLBI dengansangat kontroversial dan melukai rasa keadilan masyarakat. Kebijakandimaksud adalah Inpres No.8 Tahun 2002 tanggal 30 Desember 2002tentang Pemberian Jaminan Kepastian Hukum Kepada Debitur Yang TelahMenyelesaikan Kewajibannya atau Tindakan Hukum Kepada Debitur Yangtidak Menyelesaikan Kewajibannya Berdasarkan Penyelesaian KewajibanPemegang Saham.

Inpres ini menginstruksikan kepada Menteri Kehakiman dan HAM,Menko Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Sektor Keuangan(KKSK), para menteri anggota KKSK, Menteri Negara BUMN, JaksaAgung, Kapolri, dan Ketua BPPN untuk mengambil langkah-langkah yangdiperlukan bagi Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham dalam rangkapenyelesaian seluruh kewajibannya kepada BPPN berdasarkan perjanjianMSAA, MRNIA dan APU. Esensi Inpres No.8/2002 adalah:

Pemberian bukti/status penyelesaian berupakepada para obligor BLBI,

package deal retail

due diligent random,

Presiden Megawati dan Menteri Kabinet Terkait

pelepasan danpembebasan (Release and Discharge)

Siapa yang harus Bertanggung Jawab? 169/

Page 194: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dalam rangka jaminan kepastian hukum sebagaimana diatur dalamperjanjian-perjanjian MSAA, MRNIA dan APU;

Dalam rangka pemberian kepastian hukum tersebut, maka paraobligor yang masih dalam tahap penyelidikan, penyidikan dan/ataupenuntutan oleh instansi penegak hukum, otomatis akanmemperoleh pembebasan atau penghentian penanganan aspekpidana.

Ketetapan di atas telah mengakibatkan dihentikannya prosespenyidikan (SP3) terhadap sedikitnya 10 tersangka korupsi BLBI pada tahun2004 oleh Kejaksaan Agung. Alasan penghentian adalah karena paratersangka telah mendapat Surat Keterangan Lunas (SKL) sebagaikonsekuensi dan pelaksanaan dari Inpres No.8/2002. Padahal, paratersangka kasus BLBI telah melakukan tindak pidana dengan menggunakanBLBI untuk berbagai keperluan yang tidak dibenarkan, sepertimenyalurkannya pada kelompok usahanya sendiri.

Oleh karena itu, dapat kita nyatakan, pembebasan para obligor pelakupidana ini oleh Presiden Megawati melalui Inpres No.8/2002 merupakanperbuatan melawan hukum dan mencederai rasa keadilan masyarakat(uraian lebih rinci tentang Inpres No.8/2002 akan diberikan pada babselanjutnya). Presiden Megawati harus bertanggung jawab atas kebijakanyang telah dibuatnya tersebut!

Karena keterpurukan ekonomi yang semakin parah, pemerintahakhirnya meminta bantuan IMF untuk mengatasi krisis. Bantuan kemudiandiberikan dalam bentuk bantuan siaga sebesar US$ 40 miliar,termasuk didalamnya US$ 17 miliar bantuan pemerintah negara-negara lain,dan ditandatangani pada tanggal 30 Oktober 1997 oleh Menkeu Mar'ieMuhammad dan Gubernur BI Soedradjad Djiwandono. Bantuan pinjamanini ditandatangani dengan berbagai persyaratan yang ketat sehingga padaakhirnya merugikan bangsa dan rakyat Indonesia.

Kebijakan resmi mengundang IMF dilakukan setelah Sidang Kabinetminggu pertama Oktober 1997. Untuk sampai pada kesepakatan, telahdilakukan negosiasi yang ketat dan alot dengan IMF. Dalam hal ini, IMFtelah menyodorkan lebih dari seribu persyaratan yang harus dipenuhi dan

International Monetary Fund (IMF)

(stand by loan)

170 Siapa yang harus Bertanggung Jawab?/

Page 195: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

kelak dituangkan dalam (LoI) antara IMF dan pemerintahIndonesia, menyangkut ”reformasi” dan pelaksanaan program-programpenyesuaian struktural berbagai sektor yang harus dijalankan olehpemerintah.

Beberapa persyaratan penting yang harus segera dijalankan olehPemerintah adalah terkait dengan reformasi sektor riil, restrukturisasi sektorkeuangan/perbankan dan pelaksanaan kebijakan fiskal-moneter secara hati-hati. Pada praktiknya, restrukturisasi perbankan telah diawali denganpenutupan bank-bank yang tidak sehat dan rekapitalisasi bank-bankbermasalah. Disamping itu dilakukan penguatan institusi keuangan, yangmeliputi perbaikan pengawasan, peraturan dan perundangan, sistempengadilan dan penegakan hukum, transparansi, dan .

Program pertama yang dilaksanakan pemerintah adalah penutupan 16bank pada tanggal 1 November 1997, atau hanya sehari setelahpenandatanganan LoI dilakukan. Akibat kebijakan ini, pemerintah harusmenanggung biaya likuidasi sekitar Rp 11,888 triliun (per 29 Januari 1999)yang kemudian diperhitungkan sebagai dana BLBI.

Setelah penutupan tersebut, ironisnya kondisi perbankan bukansemakin membaik, justru semakin buruk. Kepercayaan masyarakat kepadaperbankan nasional menurun dan mengakibatkan meningkatnya ataupenarikan dana masyarakat dari bank-bank secara besar-besaran. Akibatnya,pemerintah pun terpaksa mengumumkan tidak akan melakukan penutupanbank lagi.

Berbagai kebijakan IMF, seperti penutupan 16 bank, dianggap banyakkalangan sebagai program/resep yang salah untuk mengatasi krisis ekonomidi Indonesia. Permintaan bantuan kepada IMF pada kenyataannya justrumemperparah gejolak yang terjadi serta menciptakan beban yang takterduga pada masyarakat dan pemerintah Indonesia.

Secara umum, berbagai hal yang disyaratkan IMF dalam LoI yangmerugikan Indonesia antara lain adalah:

IMF berkeras untuk terus menerapkan pengetatan fiskal danmoneter serta memaksakan rangkaian reformasi kelembagaan dansektoral secara bersamaan dengan penerapan rasio kecukupanmodal yang lebih ketat bagi perbankan;

Letter of Intent

good governance

rush

Siapa yang harus Bertanggung Jawab? 171/

Page 196: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

IMF memaksa penutupan bank secara ekstensif, namun tidakdidukung dengan persiapan yang matang, sehingga menimbulkankepanikan yang menyebabkan krisis perbankan semakin parah;

Lonjakan tingkat bunga secara tajam antara tahun 1997/1998,sehingga melemahkan kondisi keuangan perbankan danperusahaan domestik. Kebijakan tersebut bukan saja tidak mampumendongkrak nilai tukar rupiah, tetapi malah memicu runtuhnyasistem perbankan nasional dan pailitnya perusahaan-perusahaandomestik;

Memaksa pemenuhan target uang ketat untuk menurunkan inflasidan tingkat suku bunga untuk mendorong investasi swasta;

Meminta agar aturan anggaran berimbang terus dipertahankan,dengan menjadikan utang luar negeri sebagai penutup defisit fiskalyang pada gilirannya membuat Indonesia masuk dalam perangkaputang;

Mempercepat privatisasi badan-badan usaha milik negara dansektor-sektor strategis seperti listrik, migas, dan sebagainya dengandalih efisiensi dan pemberantasan KKN, sekaligus untuk menutupdefisit fiskal;

Mempertahankan rezim kapital bebas yang tidak membatasi aliranmasuk modal baik jangka pendek maupun jangka panjang. Padahal,kebijakan ini sangat rawan dengan dampak negatif yangdimunculkan oleh aksi para spekulan;

Sistem keuangan pada umumnya, dan perbankan pada khususnyaharus berjalan dalam sistem yang longgar. Sementara itu aset-asetBPPN harus dijual dalam waktu sesingkat mungkin, sehingga bank-bank yang telah dinasionalisasi dengan cepat kembali ke pemilikswasta;

Subsidi kepada rakyat harus segera dihapus untuk meningkatkansumber daya pemerintah. Padahal tujuan IMF sebenarnya adalahmengamankan ketersediaan dan kelancaran pembayaran cicilanutang oleh pemerintah.

Di sisi lain, meningkatnya beban pembayaran utang akan terusmemaksa pemerintah untuk meningkatkan harga-harga kebutuhan

172 Siapa yang harus Bertanggung Jawab?/

Page 197: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

masyarakat seperti listrik dan BBM dan memaksakan percepatan penjualanaset-aset BPPN meskipun hasilnya sangat rendah. Di sisi lain, para agen,kolabolator dan afiliasi IMF akan mendapat kesempatan membeli aset-asettersebut dengan harga sangat murah.

Menolak pemberlakuan (CBS) yang mematoknilai mata uang domestik terhadap mata uang jangkar, dalam hal inirupiah terhadap dolar AS. Soeharto mengusulkan penerapan CBSterutama untuk menghentikan ulah spekulan dan menahandevaluasi rupiah. Namun usul ini ditolak oleh IMF, AS, Jerman,Inggris, dan Jepang, termasuk sejumlah menteri kabinet danGubernur BI. Alasan penolakan CBS disebutkan antara lain adalahbahwa penerapannya harus didahului oleh ketersediaan devisa yangbesar dan kondisi ekonomi yang memenuhi kriteria tertentu.Meskipun, penolakan tersebut sebenarnya lebih disebabkan CBSdapat menghambat agenda-agenda IMF di Indonesia;

Memaksakan penyelesaian kasus BLBI dengan pola PKPS MSAA,MRNIA dan APU yang berisi berbagai kebijakan yang banyakmelanggar hukum/peraturan, termasuk mematok waktupenyelesaian yang singkat;

Memaksakan pelaksanaan rekapitalisasi perbankan dengan CARminimal 8% melalui penerbitan obligasi rekapitalisasi olehpemerintah;

Memaksa penjualan aset-aset dan bank-bank yang dimilikipemerintah, meskipun masih memegang obligasi rekap, dalamwaktu singkat tanpa memperhitungkan aspek ekonomi yangoptimal.

Ringkasnya, apa yang dilakukan IMF sebenarnya bukan bantuan yangterkonsep secara objektif agar Indonesia lepas dari krisis, tetapi justru penuhdengan muatan kepentingan sepihak dari IMF sendiri. Kepentingan itudiantaranya adalah mengeruk keuntungan dari penguasaan aset-asetstrategis nasional dengan harga murah, menjadikan Indonesia sebagai sapiperah penghasil laba melalui pembayaran bunga utang, dan memformatsistem ekonomi Indonesia agar sesuai dengan kepentingan kolonialisasinyasecara umum.

currency board system

Siapa yang harus Bertanggung Jawab? 173/

Page 198: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Karena itu, langkah Soeharto yang mengundang keterlibatan IMFdalam mengatasi krisis di Indonesia amat disayangkan. Meskipun, kita jugadapat memahami hal itu sebagai episode kekalahan dari sang penguasa OrdeBaru yang terus menerus dan secara sistematis mengalami tekanan politikdan ekonomi. Namun, bagaimanapun hal itu juga tak dapat dilepaskan darikebiasaan pemerintah yang telah berlangsung puluhan tahun untukbergantung pada utang yang diberikan berbagai lembaga asing seperti BankDunia, ADB, dan sebagainya.

Kebiasaan berutang untuk mengongkosi pembangunan tersebut padaakhirnya berakibat fatal, terjungkalnya pemerintah orde baru danterperangkapnya pemerintahan baru dalam krisis ekonomi berkepanjangan.

Dampak skandal BLBI adalah diwariskannya beban utang dan bungaobligasi ratusan triliun kepada sebagian besar rakyat miskin di Indonesia saatini dan puluhan tahun yang akan datang. Malapetaka ini bersumber dariperilaku KKN yang dilakukan oleh sekelompok pengusaha dan penguasamasa lalu, mencakup sebagian besar obligor BLBI, Soeharto dan kroninya,oknum-oknum pejabat BI dan BPPN, hingga IMF dan Bank Dunia. Yangmenyakitkan, sebagian besar dari mereka kini masih menikmati hidup bebasdan berkecukupan atau bahkan lebih kaya dibanding sebelumnya.

Kita berharap masyarakat dapat memahami masalah ini secara jelas,sehingga dapat bergerak menuntut ditegakkannya hukum dan keadilan bagipelaku skandal yang merugikan negara dan rakyat ini. Kepada para pelaku,terutama para obligor pengemplang uang negara, kita menuntut hati nuranidan kesadarannya untuk bertanggungjawab kepada rakyat atasperbuatannya!

Penutup

174 Siapa yang harus Bertanggung Jawab?/

Page 199: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 9

KEJAHATAN OBLIGORMENJARAH BLBI

Marwan Batubara

Pada uraian sebelumnya, telah diungkapkan bahwa hasil audit BPK danBPKP menemukan sejumlah penyelewengan dan penyimpangan padapraktik pengucuran dana BLBI. Menurut kedua lembaga audit negaratersebut, penyelewengan terjadi baik dalam hal penyaluran maupunpenggunaan dana BLBI. Akibat penyimpangan tersebut, negara mengalamipotensi kerugian hingga Rp 138,4 triliun atau 95,78% dari Rp 144,5 triliunyang dikucurkan.

Pada kasus BLBI lainnya, yaitu Program Penjaminan Pemerintah,lembaga audit independen seperti Ernst & Young dan Hans Tuanakotta &Mustofa juga menemukan penyimpangan dalam pelaksanaan program ini.Hasil audit yang mereka lakukan menemukan bahwa dari 216 klaimantarbank senilai Rp 12 triliun, hanya ada 11 klaim (senilai Rp 1,075 triliun)yang (layak) dibayarkan dengan dana Program Penjaminan.

Berbagai fakta ini menunjukkan bahwa BLBI yang diberikanpemerintah kepada pihak perbankan dalam kenyataannya tidak

eligible

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 175/

Page 200: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dipergunakan sebagaimana mestinya. Justru, berbagai fasilitas yangmenggunakan uang negara tersebut disalahgunakan dan dimanfaatkanuntuk kepentingan-kepentingan pribadi segelintir oknum yang terlibat.

Banyaknya jumlah penyimpangan yang terjadi pada akhirnyamengantarkan kita pada pertanyaan siapa pihak yang harus bertanggungjawab atas kerugian yang dialami negara tersebut. Dua bab berikut akanmencoba menguraikan pihak-pihak yang terlibat dalam penyelewengandana BLBI dan bentuk-bentuk kejahatan yang mereka lakukan. Bab ini akanmembahas bentuk-bentuk kejahatan yang dilakukan para obligor, sementarabab selanjutnya akan membahas peran dua institusi pemerintah, yaitu BPPNdan BI dalam skandal korupsi BLBI.

Para bankir nakal dan obligor pengemplang BLBI secara nyatamerupakan pihak yang menangguk keuntungan besar dari skandal BLBI.Dengan menggunakan uang negara, mereka memperkaya diri, sehinggamembuat rakyat harus menanggung beban pembayaran utang negara yangsangat besar.

Tabel berikut memperlihatkan sebagian nama-nama pengemplangBLBI dan kerugian yang mereka akibatkan pada negara.

Modus Umum Obligor dalam Menyimpangkan BLBI

Tabel 1

Bank Pelaku Penyimpangan Terbesar Dana BLBI

Tabel di atas menunjukkan kerugian negara yang demikian besar, halbaru memperhitungkan korupsi yang dilakukan 5 orang pengemplang BLBIsaja. Dari pengucuran BLBI tahap pertama tersebut (posisi per 29 Januari

176 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 201: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

1999), 5 obligor BLBI di atas setidaknya telah menyimpangkan uang negarasebesar Rp 62,84 triliun atau 43,5% dari total penyimpangan yang terjadi.

Sebagai perbandingan, jumlah penyimpangan yang dilakukan 5 obligorini empat kali lipat lebih besar dari total anggaran pendidikan dalam APBNpada periode yang sama (1998/1999) senilai Rp 12,171 triliun. Jumlahpenyimpangan ini bahkan 16 kali lipat besarnya dari anggaran kesehatandalam APBN 1998/1999 (Rp 3,813 triliun).

Nilai korupsi para obligor BLBI tersebut, masih terus membengkak jikadiperhitungkan pula pengucuran BLBI pada tahap-tahap berikutnya, yaituProgram Penjaminan Perbankan ( ) dan rekapitalisasiperbankan (penyuntikkan perbankan dengan dana obligasi rekap).

Atas kerugian yang diakibatkannya pada negara, sudah sepantasnya parao b l i g o r t e r s e b u t m e n j a d i p i h a k u t a m a y a n g d i t u n t u tpertanggungjawabannya atas skandal BLBI. Penyelesaian kasus BLBI punsudah sepantasnya difokuskan pada penuntutan terhadap para obligoruntuk mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum danmengembalikan seluruh uang yang dinikmatinya kepada negara.

Dalam tindak korupsi BLBI, ada beberapa bentuk perbuatan jahat yangdilakukan para obligor, yang secara garis besar dapat dijelaskan pada tahap-tahap sebagai berikut:

Sesungguhnya sebelum kasus BLBI bergulir, berbagai bentukkecurangan telah dilakukan para bankir dalam rangka menyedot dana darimasyarakat dan memanfaatkannya untuk memperkuat modal bank dankelompok-kelompok usaha yang dmilikinya. Seperti pernah dituturkan olehmantan Menko Perekonomian Kwik Kian Gie, beberapa modus kecuranganyang dilakukan bankir sebelum terjadinya krisis antara lain sebagai berikut.

Para bankir berhutang kepada pihak luar negeri dengan jumlahmencapai ratusan juta dolar yang uangnya kemudian dikucurkankepada perusahaan-perusahaan kelompok afiliasinya. Selanjutnya,ketika pembayaran debitur-debitur (yang merupakan perusahaanafiliasi atau bahkan miliknya sendiri) itu macet, pihak bankirmemacetkan juga pembayaran kewajiban mereka kepada pihak luar

blanket guarantee

Tahap Awal Krisis Moneter

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 177/

Page 202: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

negeri. Atas hal itu, bankir nakal tersebut justru mengancam hanyabersedia membayar sebagian kecil dari total utangnya atau tidakmembayar sama sekali.

Bankir-bankir nakal tersebut kemudian secara diam-diammendorong para debiturnya untuk membeli hak tagih atas utangmereka dari kreditur luar negeri dengan harga lebih tinggi dari nilaiutang yang bersedia dibayar bank. Namun setelah terbeli, banktetap membayar 100 persen utang-utangnya kepada paradebiturnya (yang kini berubah posisi menjadi krediturnya).Sehingga, pada hakikatnya, pihak bankir menyedot dana yangterdapat di banknya dan memindahkannya ke kantong pribadi danjaringan kroninya.

Para bankir juga memanfaatkan peraturan yang dikeluarkanpemerintah pada Oktober 1988 yang memberi kemudahanmendirikan bank untuk menarik dana dari masyarakat, padahalmereka hanya memiliki modal seadanya. Dana masyarakat yangterkumpul ini, dimanfaatkan bankir nakal untuk memberi kucurankredit pada unit-unit usahanya sendiri, hingga melampaui batasBMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit). Hal itu kadangdilakukan pula dengan harga (nilai kredit yang diajukanlebih besar dari biaya investasi sesungguhnya yang digunakan), yangkelebihan uangnya kemudian dipindahkan ke bank-bank di luarnegeri.

Berbagai manipulasi yang dilakukan bankir di atas, pada akhirnya turutmenjerumuskan bank pada kondisi krisis (selain faktor krisis nilai tukar matauang yang menghantam dunia perbankan saat itu). Krisis terjadi terutamakarena pelanggaran BMPK yang dilakukan para bankir untukmenguntungkan kelompok usahanya menyebabkan fondasi bank yangdikelolanya rapuh. Apalagi, kredit yang dikucurkan bank kepada kelompok-kelompok afiliasinya tersebut kemudian mengalami macet. Modal bank yangtelah dikumpulkan dari masyarakat pada akhirnya tersangkut di tangan paradebitur-debitur yang macet pembayarannya tersebut.

Karena itu, krisis likuiditas yang dialami perbankan pada hakikatnyajuga terjadi akibat ulah para bankir nakal yang telah membuat kropos modalbank yang dikelolanya sendiri.

mark up

178 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 203: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tahap Penyaluran dan Penggunaan BLBI

Kesediaan pemerintah melalui BI untuk membantu kesulitan likuiditasyang dialami perbankan saat terjadi krisis, jelas merupakan berita bahagiabagi para bankir. Modal mereka yang dikuras oleh nasabah, tak perludikhawatirkan karena akan ditalangi dulu oleh pemerintah. Terhentinyapemasukan bank dari debitur-debitur macet (yang sebagiannya merupakankelompok-kelompok usahanya sendiri), juga bukan masalah karena BIbersedia menanggung kewajiban-kewajiban pembayaran mereka melaluipemberian fasilitas saldo debet.

Pada kenyataannya, fasilitas-fasilitas ini memang dipergunakan sebaik-baiknya oleh para bankir, baik untuk menolong kondisi keuangan banknyayang tengah sekarat, maupun untuk mempertebal kantong-kantong pribadiserta kelompoknya sendiri. Memanfaatkan mekanisme penyaluran BLBIyang tidak terkontrol baik, para bankir seolah berlomba menanggukkeuntungan dari pemberian fasilitas oleh pemerintah yang sesungguhnyadimaksudkan untuk mengatasi krisis ini. Kecurangan dan manipulasi pihakperbankan dalam menyimpangkan dana BLBI antara lain dilakukan melaluibentuk-bentuk sebagai berikut:

Merekayasa laporan keuangan, sehingga membuat kondisikesehatan bank yang sesungguhnya tidak dapat diketahui. Padahal,kondisi kesehatan bank diperlukan untuk menilai kelayakan bankdalam menerima fasilitas BLBI. Bentuk rekayasa yang paling umumadalah rekayasa transaksi untuk menghindari ketentuan mengenaiBMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit).

Menggunakan dana BLBI bukan untuk membayar dana nasabahsesuai dengan ketentuan, dan bahkan menggunakannya untukkepentingan kelompok usahanya sendiri. Hal ini terbukti daritemuan BPK bahwa pihak perbankan mengucurkan dana BLBIkepada kelompok afiliasinya dengan nilai total sekitar Rp 20,36triliun.

Terdapat kecurigaan bahwa pihak perbankan menyelewengkandana BLBI justru untuk membeli dolar sehingga kian melemahkanrupiah dan memperparah kondisi krisis moneter yang terjadi. Halini dapat ditunjukkan dari adanya hubungan antara pengucuranBLBI sepanjang September 1997 hingga Maret 1998 dengan

rush

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 179/

Page 204: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

terjadinya gejolak rupiah pada periode yang sama. Sejumlah pihakmenduga, kucuran rupiah BLBI yang diterima perbankandigunakan untuk melakukan aksi jual beli mata uang. Apalagi di saatyang sama, BI melakukan intervensi terhadap mata uang denganmengucurkan dolar secara murah ke pasar. Tercatat, intervensi BIpada mata uang sempat membuat dolar dijual pada harga Rp 2.680.Namun, nilai dolar terus meroket hingga mencapai angka Rp16.000 per dolar hanya dalam waktu singkat.

Para bankir juga menggelembungkan klaim nasabah,sehingga dana BLBI yang diterima bank lebih besar daripada danayang harus dibayarkan kepada nasabah. Kelebihan dana inikemudian dinikmati oleh pihak bankir dan oknum-oknum pejabatyang bekerja sama dengan mereka.

Para bankir merekayasa laporan keuangan mereka denganmencantumkan utang dalam bentuk dolar di neraca keuangan. Halini dilakukan untuk mengklaim adanya beban pembayaran utangkepada pihak luar negeri beserta bunganya dalam bentuk dolar.Dengan demikian, bank dapat mengajukan permohonan kepadapemerintah untuk menanggung pembayaran utang merekaberdasarkan . Padahal, utang tersebutdiperoleh bank dengan menjaminkan uang tunai (juga dalambentuk dolar) di bank luar negeri. Artinya, utang tersebut tidakharus dibayar karena hanya sekedar penukar uang jaminan tunaiyang disetorkan.

Para bankir juga memanfaatkan tingginya suku bunga SBI di saatkrisis yang mencapai 50% -60% untuk menarik kembali uangnyadari luar negeri untuk didepositokan. Investasi ini sangatmenguntungkan bankir, karena selain bunganya tinggi, pemerintahmemberi jaminan atas pengembalian uang yang disetorkan, berapapun jumlahnya (fasilitas ). Sehingga, para bankirdapat menikmati pembayaran bunga sangat tinggi dari pemerintahyang dananya dikeluarkan setiap tahun dari pos APBN.

(mark up) rush

”Frankfurt Agreement”

blanket guarantee

180 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 205: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tahap Penyelesaian Kewajiban Obligor BLBI

Sebagai langkah pamungkas, kecurangan kembali dilakukan para bankirnakal untuk membebaskan diri mereka dari beban pembayaran utang BLBIbeserta jeratan sanksi hukum. Bahkan, mereka pun melakukan berbagaiupaya untuk menguasai kembali aset-aset mereka yang telah diserahkankepada BPPN.

Beberapa bentuk kecurangan yang mereka lakukan antara lain adalah:

Menggunakan aset-aset fiktif, tak layak, dan di bawah nilai pinjamansebagai jaminan. Menurut audit BPK, dari total jaminan aset yangdiserahkan ke BPPN dari BI senilai Rp 132,77 triliun (jumlah inipun sudah lebih kecil dari dana BLBI yang dikucurkan yaitu Rp144,5 triliun), .Artinya terdapat olehpihak perbankan. Sedangkan, selebihnya tidak mempunyai nilaikomersial, seperti tidak likuid (tidak laku dijual), bermasalah secarahukum, dan fiktif. Dengan berbagai aset fiktif maupun aset dibawah nilai tersebut, pihak perbankan mendapatkan fasilitaspengampunan dari pemerintah berupa (R & D)sehingga bebas dari tuntutan pidana.

Penyerahan aset-aset bank kepada pemerintah melalui BPPN pun,dapat dikatakan hanya sekedar formalitas di atas kertas. Karena,pada kenyataannya pengelolaan perusahaan-perusahaan maupunbank yang telah diserahkan tersebut tetap dilakukan oleh paraobligor selaku pemilik bank yang lama. Hal ini dikarenakan BPPNtidak memiliki unit pelaksana untuk mengelolanya. Artinya, secara

, aset-aset tersebut tetap berada pada kendali pemilik lama(obligor BLBI). Tentu saja, hal ini membuka lebar-lebar potensiterjadinya kecurangan dan manipulasi. Seperti yang dikhawatirkan,aset-aset tersebut kemudian ternyata tidak menghasilkankeuntungan bagi negara, sehingga terpaksa dijual kembali dengannilai yang jauh lebih kecil. Para bankir pun, pada akhirnya kembalimenguasai aset-aset mereka yang dilelang BPPN dengan harga beliyang sangat murah.

nilai komersial aset hanya Rp 12,29 triliunnilai aset sebesar Rp 120,5 triliunmark up

release and discharge

de facto

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 181/

Page 206: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Beberapa Kasus Kejahatan Obligor

Untuk memahami lebih jelas modus dan bentuk kejahatan yangdilakukan para konglomerat obligor dalam melakukan korupsi BLBI,berikut akan diuraikan beberapa kasus sebagai contoh. Kasus yangdikemukakan di sini diantaranya menggambarkan contoh kasus dengan nilaikorupsi sangat besar (seperti Salim dan Sjamsul Nursalim) ataumemiliki tingkat pelanggaran hukum yang serius.

Juga ditampilkan, contoh kasus obligor (antara lain Prajogo Pangestu)yang meskipun tidak terkait langsung dengan skandal BLBI (bukanmerupakan pemegang saham pengendali bank-bank penerima BLBI),namun menerima kucuran dana BLBI dari bank-bank tersebut melaluiperusahaan yang dikelolanya. Para obligor ini turut ditampilkan, mengingatbesarnya kerugian yang mereka akibatkan kepada negara.

Salim merupakan salah satu obligor terbesar penyimpang BLBI.Karena itu, kasus SG dapat melukiskan dengan jelas kecurangan yangdilakukan para konglomerat obligor dalam perampasan uang negara melaluiBLBI. Salim bahkan dinilai punya andil atas terjadinya krisis moneter danekonomi yang melatarbelakangi pengucuran BLBI.

Diawali pada masa sebelum krisis, Soedono Salim, pemilik SG, diketahuitelah memindahkan saham-sahamnya di Bogasari dan Indofood ke PT QAFyang juga perusahaan miliknya di Singapura. Aksi ini berdampak positif bagiSalim, karena aset-asetnya terhindar dari hantaman krisis moneter yangterjadi di Indonesia.

Namun, di sisi lain, pemindahan aset-aset Salim ini, bersama denganaksi serupa yang dilakukan pengusaha nasional lain, ikut memicu terjadinyakrisis pada kondisi perekonomian di Indonesia. Hal ini karena eksodusnyamodal dari tanah air ke luar negeri menyebabkan terjadinyakelangkaan likuiditas. Pada gilirannya, hal ini turut menekan nilai tukarrupiah terhadap dolar, yang menjadi penanda awal krisis ekonomi yangterjadi. Tercatat, pada pertengahan tahun 1996, terjadi pelarian modalmencapai lebih dari 100 miliar dolar AS ke Singapura.

Group

Group

(capital flight)

Salim Group

182 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 207: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Aksi Salim ini, menunjukkan dirinya telah mengetahui kondisi krisisyang akan terjadi di Indonesia, sehingga ia melakukan antisipasi denganmelarikan modalnya ke luar negeri. Aksi ini juga menunjukkan bahwa Salimtelah turut berperan menciptakan kondisi krisis dalam rangkamenyelamatkan, dan bahkan melipatgandakan nilai aset-asetnya.

Saat terjadi krisis, Salim, melalui BCA dan SG, kembali memanfaatkankesempatan dengan menerima fasilitas pengucuran BLBI dari pemerintah(BI). BCA menerima fasilitas BLBI berupa dengan jumlahmencapai Rp 26,596 triliun. Sementara itu, SG menikmati uang sejumlah Rp52,726 triliun, dari pinjaman yang dilakukannya kepada BCA dan BankRisjad Salim Internasional (RSI). Pinjaman SG kepada kedua bank ini,kemudian dialihkan kewajiban pembayarannya kepada pemerintah melaluiBPPN. Sehingga, pada hakikatnya SG juga menikmati fasilitas daripemerintah berupa pemberian pinjaman.

Berdasarkan audit BPK RI, diketahui bahwa dari kucuran BLBI yangdisalurkan kepada BCA senilai Rp 26,596 triliun, terjadi penyalahgunaanBLBI oleh BCA dengan jumlah mencapai Rp 15,82 triliun (59%).Penyalahgunaan BLBI tersebut, sebagian besarnya ternyata dilakukan dalambentuk pembayaran kewajiban kepada pihak terkait, yaitu sebesar Rp 10,51triliun atau mencapai 66% dari total penyalahgunaan yang dilakukan.Artinya, BLBI yang diterima BCA, ternyata sebagian besarnya mengalirkepada kelompok-kelompok usaha Salim juga.

Selebihnya, penyalahgunaan BLBI oleh BCA dilakukan dalam bentukpembiayaan kontrak derivatif baru/kerugian karena kontrak derivatif lamayang jatuh tempo (Rp 1,59 triliun), pembiayaan /penempatan barudi Pasar Uang Antar Bank (Rp 681,45 miliar), pembiayaan ekspansi kredit(Rp 2,58 triliun), dan penyalahgunaan lainnya (Rp 446,6 miliar).

Tak cukup sampai di situ, setelah statusnya berubah menjadi Bank(BTO), BCA kembali menerima bantuan dana dari pemerintah dalam

bentuk obligasi rekapitalisasi (obligasi rekap). Bahkan, dana yang diterimaBCA jauh lebih besar, yaitu mencapai Rp 60,9 triliun. Berkat obligasi rekapyang dimilikinya ini, BCA akan memperoleh penerimaan bunga obligasi pertahunnya senilai sekitar Rp 9 triliun (tingkat bunga berubah-ubah mengikutiSBI). Bunga obligasi rekap ini pula yang menjadi nafas utama penerimaanbagi BCA selama ini.

New Fasdis

Group

placement

Take

over

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 183/

Page 208: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Perlu diketahui, pemberian obligasi rekap merupakan bagian dariprogram penyehatan perbankan yang digulirkan pemerintah atasrekomendasi dari IMF. Untuk menyehatkan kondisi perbankan yang dinilaimasih rapuh pasca krisis, pemerintah diperintahkan IMF untukmenyediakan dana tak terbatas untuk membantu permodalan bank-bankyang mengikuti program tersebut. BCA sendiri masuk dalam programpenyehatan perbankan karena statusnya sebagai BTO (sahamnya diambilalih pemerintah setelah tak mampu melunasi BLBI).

Tragedi terjadi ketika saham BCA yang telah dimiliki pemerintahtersebut pada akhirnya di divestasi dengan harga yang sangat murah.Transaksi penjualan BCA diketahui hanya menghasilkan dana sekitar Rp 5,3triliun. Angka ini jelas tidak masuk akal. Karena, seperti telah disebutkan diatas, saat dijual BCA masih memiliki obligasi rekap senilai Rp 60,9 triliundalam portofolionya. Sehingga, dari perhitungan itu saja, negara telahmerugi Rp 55 triliun lebih dari penjualan BCA. Hal ini belum lagimemperhitungkan pembayaran bunga obligasi rekap per tahunnya senilaisekitar Rp 9 triliun dan nilai keseluruhan aset lain yang dimiliki BCA.Artinya, cukup hanya duduk diam, pemilik baru BCA sudah akanmemperoleh untung dua kali lipat hanya dalam waktu satu tahun. Siapakahpemilik baru BCA yang beruntung tersebut? Di sinilah letak kontroversinya.

Dalam proses penjualan, perusahaan yang maju mengikuti tender,termasuk mengikuti proses evaluasi dan penilaian adalah Farallon. Namun,ketika Farallon dinyatakan sebagai pemenang tender BCA, tiba-tiba namaperusahaan yang muncul untuk menandatangani kontrak adalah Farindo.Farindo sendiri, didirikan di Mauritius dan dinyatakan sebagai

yang digunakan Farallon untuk membeli BCA. Masalahnya, karenadidirikan di Mauritius, identitas pemilik Farindo sebenarnya tidak dapatdiketahui karena Mauritius menjaga rapat kerahasiaan perusahaan yangdidirikan di wilayahnya.

Meski demikian, telah menjadi kecurigaan luas bahwa keluarga Salimberada di belakang Farindo. Konsorsium Farallon memiliki hubungan tidaklangsung dengan kelompok Salim, melalui Alaerka Investment Ltd. yangduduk sebagai pemilik Farallon bersama-sama dengan Farallon CapitalManagement dan Farindo Investment s (Mauritius) Ltd. Alaerkasendiri adalah perusahaan yang berafiliasi dengan pabrik rokok DjarumKudus, yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga Salim.

special purpose

vehicle

Holding

184 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 209: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Jika Salim benar-benar berada di belakang Farindo, maka lengkap sudahkeuntungan berlipat yang diperoleh Salim dari pengucuran BLBI, programpenyehatan perbankan melalui obligasi rekap, hingga menguasai kembaliBCA dengan harga yang sangat murah.

Selain dari kasus-kasus itu, Salim masih memiliki catatan lain dari kasusBLBI karena berhasil memperoleh Surat Keterangan Lunas (SKL) meskitidak melunasi seluruh kewajibannya kepada pemerintah. Dengan SKL,Salim dibebaskan dari jerat hukum atas tindak pidana korupsi yangdilakukannya dalam kasus BLBI.

Salim memperoleh SKL dari pemerintah (BPPN), berkat kesediaannyauntuk menandatangani MSAA .MSAA merupakan salah satu skema penyelesaian kewajiban BLBI (yangdikenal sebagai PKPS atau Pola Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham)yang ditawarkan pemerintah kepada obligor. PKPS sendiri merupakanmekanisme yang ditetapkan pemerintah sebagai penyelesaian kasus-kasusBLBI yang fokus utamanya adalah pengembalian uang negara yang terkucurmelalui BLBI kepada pemerintah.

MSAA pada dasarnya berisi kesepakatan antara pemerintah denganpemilik bank-bank (BTO) dan bank beku operasi (BBO) penerimaBLBI, tentang jumlah kewajiban yang harus dibayarkan dan nilai aset yangharus mereka serahkan sebagai pelunasan kewajiban tersebut. Para pemilikbank (disebut sebagai PSP atau Pemegang Saham Pengendali) yang telahmenyelesaikan MSAA, selanjutnya akan diberikan SKL oleh BPPN. DenganSKL, para pemilik bank dapat membebaskan dirinya dari semua tuntutanhukum terkait kasus BLBI.

Mengesampingkan aspek ketidakadilan dari pemberian SKL kepadaobligor BLBI (hal ini akan dibahas tersendiri pada bagian lain), MSAA yangdijalani Salim pun tidak sepenuhnya dilakukan dengan jujur. Jumlah asetyang diserahkan Salim untuk melunasi kewajiban-kewajibannya ternyatajauh di bawah jumlah kewajiban yang harus dilunasinya kepada pemerintah.

Berdasarkan MSAA yang ditandatangani pihak SG dan BPPN (pertamakali dilakukan pada 20 Agustus 1998 dan terakhir pada 30 Juni 1999 setelahmengalami beberapa perubahan), disepakati jumlah kewajiban yang harusdibayarkan SG kepada pemerintah (melalui BPPN) adalah sebesar Rp52,726 triliun. Jumlah ini berasal dari pinjaman kelompok-kelompok usaha

(Master Settlement and Acquisition Agreement)

take over

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 185/

Page 210: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

terkait SG kepada BCA sebesar Rp 51,61 triliun serta kepada Bank RisjadSalim Internasional sebesar Rp 1,11 triliun (yang kemudian dialihkan keBCA).

Disepakatinya nilai jumlah kewajiban ini pun sebenarnya sudahbermasalah. Perhitungan jumlah kewajiban SG kepada BPPN dilakukantanpa proses (FDD) dan hanya didasarkan atas data yangdisajikan dan disetujui oleh Tim Kuasa Direksi (TKD) BCA. Alasannya,FDD tidak dapat dilakukan karena target waktu yang ditetapkan untukmenyelesaikan perhitungan jumlah kewajiban sangat singkat, yaitu hanyasatu bulan. Sehingga, hal ini menunjukkan bahwa jumlah kewajiban Salimsebagaimana yang disepakati kemungkinan besar masih jauh dari jumlahkewajiban sesungguhnya yang harus dibayar.

Selanjutnya, jumlah kewajiban sebesar Rp 52,726 triliun itu dilunasi SGdengan pembayaran uang tunai senilai Rp 100 miliar dan penyerahansejumlah aset senilai Rp 52,626 triliun yang terdiri atas saham dan surat-suratpiutang seperti (EB), (CB), dan piutang SGkepada 57 perusahaan debitor BCA (yang telah dialihkan ke SG). Dari dataini terlihat, bahwa dari jumlah kewajiban SG sebesar Rp 52,726 trilun, hanyaRp 100 miliar atau 0,19% yang dibayar SG dalam bentuk uang tunai,sedangkan selebihnya berupa aset-aset.

Namun, kenyataannya aset-aset yang diserahkan SG ini juga tidak senilaidengan jumlah kewajiban yang disepakati harus dibayarnya. Berdasarkanaudit dan penilaian PricewaterhouseCoopers (PwC), nilai aset SG yangditerima Holdiko (perusahaan yang khusus dibentuk oleh BPPN danSG untuk menangani aset-aset eks SG) telah mengalami penurunan nilaisebesar Rp 29,5 triliun. Artinya, nilai aset SG sesungguhnya yang diterimaBPPN (melalui Holdiko) hanya senilai sekitar Rp 21 triliun.

Adanya perbedaan penghitungan ini, tidak dinyatakan sebagai tanggungjawab SG, melainkan BPPN. Hal ini karena perubahan nilai aset sejakdiserahkan pemegang saham pengendali (SG) kepada BPPN atau

yang ditunjuk (Holdiko) merupakan tanggung jawab dan risikoBPPN berdasarkan skema yang diperjanjikan dalam MSAA.

Pada akhirnya, dari keseluruhan pembayaran yang dilakukan SG, BPPNmemperoleh dana tunai Rp 19,389 triliun yang terdiri dari pembayaran tunaisebesar Rp 100 miliar, pembayaran klaim BPPN kepada SG sebesar Rp

financial due dilligence

exchangeable bonds convertible bonds

holding

holding

company

”asset settlement”

186 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 211: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

729,8 miliar, dan hasil penjualan aset oleh Holdiko sebesar Rp 18,559 triliun.Artinya, tingkat pengembalian uang negara yang berhasil diperoleh BPPNdari SG hanya sebesar 36,77% saja dari total kewajiban yang harus dibayarSG.

Uraian di atas memperlihatkan bahwa dari kasus SG dan BCA saja,negara telah mengalami kerugian demikian besar, yang dampaknya harusikut ditanggung seluruh rakyat sampai saat ini melalui pos pembayaranutang dalam APBN. Pos pembayaran utang inilah yang sesungguhnyamenjadi virus penggerogot kemampuan keuangan negara dalam membiayaipos-pos kesejahteraan rakyat seperti pendidikan atau kesehatan. Ironisnya,para obligor, seperti SG, yang telah menanamkan virus penyakit tersebutjustru kini telah kembali berjaya. Menurut , misalnya, pada tahun2007 ini Soedono Salim masih mencatatkan diri sebagai orang terkayanomor 4 di Indonesia dengan total kekayaan sebesar 2,8 miliar dolar AS atausekitar Rp 25,2 triliun!

Selain Soedono Salim, obligor BLBI yang juga mengakibatkan kerugiannegara dalam jumlah besar adalah Sjamsul Nursalim. Bank Dagang NasionalIndonesia (BDNI) yang dimiliki Nursalim bahkan tercatat sebagai bankyang melakukan penyimpangan BLBI terbesar yaitu mencapai Rp 24,47triliun dari Rp 30,9 triliun total BLBI yang diterimanya.

Nursalim sendiri, berdasarkan MSAA, memiliki kewajiban pembayarankepada pemerintah senilai Rp 28,408 triliun. Bahkan, total kewajibanNursalim sebelumnya (berasal dari total kewajiban BDNI yang dibebankankepadanya) mencapai Rp 47,258 triliun. Namun, jumlah itu berkurangsetelah memperhitungkan nilai estimasi aset BDNI (di luarkelompok Nursalim) senilai Rp 18,85 triliun.

Dari total kewajiban yang harus dibayarkannya tersebut, Nursalimkemudian menyerahkan Rp 1 triliun kepada BPPN sebagai bentukpembayaran tunai, yang terdiri dari uang tunai sejumlah Rp 833 miliar danhasil penjualan aset properti senilai Rp 177 miliar. Sementara, sisa kewajibanNursalim disepakati untuk dibayarkan dari pengalihan saham 12 perusahaanmilik Nursalim kepada BPPN senilai Rp 27,495 triliun. Meski demikian,

ulang yang dilakukan BPK atas aset-aset Nursalim tersebut ternyata

Globe Asia

affiliated loans

review

Sjamsul Nursalim

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 187/

Page 212: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

menunjukkan nilainya hanya Rp 25,131 triliun atau lebih kecil Rp 2,363triliun (8,6%) dari nilai yang disepakati sebelumnya.

Seperti juga pada kasus Salim , aset-aset Nursalim tersebutkemudian diserahkan kepada BPPN melalui sebuah perusahaan yangdibentuk bersama oleh BPPN dan Nursalim. Perusahaan ini secarakhusus akan menampung dan mengelola aset-aset yang diserahkanNursalim sebelum akhirnya dijual ke pasar. Hal ini dilakukan karena BPPNtidak memiliki unit operasional untuk melakukan pengelolaan. Sehingga,melalui pengelolaan PT Tunas Sepadan Investama (TSI), perusahaantersebut, aset-aset Nursalim telah berbentuk uang tunai ketika diserahkankepada BPPN. Sebagai catatan, 100% saham TSI dimiliki oleh Nursalim.

Di sinilah letak persoalannya. Pengelolaan aset-aset obligor olehpemiliknya yang lama (melalui perusahaan ) justru membuka lebar-lebar peluang terjadinya penyimpangan. Indikasi penyimpangan tersebutsetidaknya terlihat dari penurunan nilai aset secara signifikan setelah dikelolaperusahaan . Dalam kasus Nursalim, nilai aset-aset tersebut ternyataterpangkas hingga sekitar 17% saja.

PT Gajah Tunggal dan PT Gajah Tunggal Petrochem Indonesiamisalnya, ketika diserahkan kepada TSI dinyatakan nilainya mencapai Rp7,533 triliun. Namun, penjualan kedua aset strategis Nursalim ini ternyatahanya menghasilkan Rp 1,819 triliun bagi negara. Artinya, BPPN mengalamikerugian hingga sekitar Rp 5,7 triliun.

Penurunan nilai aset Dipasena bahkan lebih dahsyat lagi. Saatdiserahkan kepada BPPN, Nursalim mengklaim nilai asetnya tersebutmencapai Rp 19,961 triliun. Namun, estimasi akhir nilai aset Dipasena olehBPPN (sampai dibubarkannya, BPPN tidak sempat menjual Dipasena)hanya sekitar Rp 2,312 triliun. Artinya, terjadi penurunan nilai aset hinggaRp 17,65 triliun atau 88%.

Dipasena pun akhirnya terjual kepada pihak swasta pada Mei 2007 lalu.Namun, harganya terus anjlok sehingga menyebabkan kerugian lebih besarbagi negara. Di bawah pengelolaan PPA (Perusahaan Pengelola Aset, yaitulembaga yang diserahkan wewenang mengelola aset-aset obligor setelahBPPN dibubarkan), Dipasena terjual kepada Konsorsium Neptune denganharga Rp 688,1 miliar. Artinya, yang diterima negara dari penjualanDipasena kini menjadi hanya sekitar 3,4% saja.

Group

holding

holding

holding

holding

holding

Group

recovery

188 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 213: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Uang yang dikeluarkan Neptune untuk membeli Dipasena sebenarnyajauh lebih besar dari jumlah itu, yaitu mencapai Rp 2,668 triliun. Hal inikarena dengan membeli Dipasena, Neptune dibebani pula dengankewajiban membayar utang-utang Dipasena yang mencapai Rp 1,98 triliun.Utang Dipasena kepada plasma (petambak udang) sejumlah Rp 220 miliartelah dibayar Neptune secara tunai. Sementara sisanya, yaitu utang Dipasenakepada Recapital Advisor (Rp 738,8 miliar), Gajah Tunggal (Rp 392,8miliar), Westford (Rp 304,6 miliar), dan eks-Bank Dewa Rutji (Rp 76,81miliar), masih akan dibayar Neptune di kemudian hari. Selain utang-utangini, masih ada utang usaha dan biaya yang harus dibayar, yaitu masing-masing sebesar Rp 210,28 miliar dan Rp 40,07 miliar. Sehingga, total utangDipasena yang masih harus dibayar mencapai Rp 1,76 triliun.

Ironisnya, tiga dari empat perusahaan yang memiliki tagihan kepadaDipasena, yaitu Gajah Tunggal, Westford, dan Bank Dewa Rutji, ternyatadimiliki oleh Nursalim. Tentu saja hal ini sangat janggal dan patutdipertanyakan.

.

Obligor lain yang perlu dikemukakan sebagai contoh adalah DavidNusa Wijaya. Tidak seperti obligor lain yang menempuh jalur PKPS dalammenyelesaikan utang-utangnya, David justru menolak membayar danmelarikan diri. David bahkan sempat melayangkan gugatan kepada BPPNmenuntut pembatalan kesepakatan jumlah utang yang harus dibayarnyaberdasarkan Akta Pengakuan Utang (APU). Ironisnya, pengadilan (PNJaksel) sempat pula mengabulkan gugatan David dan memerintahkanBPPN untuk membatalkan APU dan mengembalikan uang sejumlah Rp 325juta kepada David.

David Nusa Wijaya merupakan pemilik Bank Umum Servitia (BUS),yang ditetapkan untuk menanggung pembayaran utang-utang bank tersebutsenilai Rp 3,336 triliun. Namun, menurut perhitungan BPK, jumlahkewajiban yang harus dibayar David sebenarnya mencapai Rp 4,308 triliun.BPK juga menyatakan, perbedaan tersebut disebabkan kurang cermatnyaBPPN dalam menghitung beberapa seperti pinjaman langsung, suratberharga, penyertaan, dan transaksi-transaksi lainnya.

Dipasena yang dulu diserahkan Nursalim sebagaipembayaran utang-utangnya senilai Rp 27,4 triliun, justru kiniberutang kepada Nursalim senilai Rp 773 miliar saat dijual

David Nusa Wijaya

item

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 189/

Page 214: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Dalam perkembangannya, jumlah ini pun masih dipangkas lagi melaluipenghitungan ulang atas utang yang disebut sebagai reformulasi JKPS(Jumlah Kewajiban Pemegang Saham). Reformulasi JKPS yang dilakukanBPPN memangkas jumlah utang David sebanyak Rp 1,031 triliun sehinggamenjadi Rp 2,305 triliun saja. Reformulasi ini dilakukan dengan maksudmempercepat pelunasan utang-utang obligor kepada negara. Meskipun,fasilitas pemotongan jumlah utang tersebut pada akhirnya tidak membuatDavid berkomitmen melunasi kewajibannya.

Perlu pula diketahui, selain memiliki utang yang harus dibayarkankepada negara, dalam kasus BLBI David juga melakukan tindak pidana yangmembuatnya harus diproses oleh pengadilan. Hasil penyidikan kejaksaanmenyebutkan David telah menyalahgunakan BLBI untuk Bank UmumServitia yang merugikan negara sebesar Rp 1,29 triliun.

Penyalahgunaan BLBI dilakukan David sebagai Direktur Utama BUSdan terjadi dalam beberapa bentuk. Pertama, digunakannya kucuran BLBIkepada BUS untuk membayar kewajibannya kepada Bank Sanho, yangmerupakan kelompok terkait, sebesar Rp 988 miliar lebih. Hal ini dilakukandengan menerbitkan 34 nota kredit yang diserahkan kepada Bank Sanhomelalui mekanisme kliring di BI.

Kedua, adalah penerbitan padahal saat itusaldo BUS di BI telah berada pada posisi negatif. Hal ini dilakukan BUSuntuk memperoleh dana segar sebesar Rp 277 miliar. Penerbitan sertifikatdeposito dengan menggunakan saldo debet tersebut pada hakikatnyamerupakan penggunaan fasilitas BLBI.

Ketiga, melakukan ekspansi kredit (mengucurkan kredit baru) sebesarRp 25,6 miliar kepada PT Mitra Rona Wana Sejahtera, juga saat saldo BUS diBI berada dalam keadaan negatif.

Atas penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan BUS tersebut, makasebagai Direktur Utama BUS yang merupakan penanggung jawab utamaterhadap kegiatan BUS, David pun diseret ke pengadilan oleh kejaksaan.

Proses pengadilan kemudian dijalani David di PN Jakarta Barat. Dalampengadilan ini, Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntut David empat tahunpenjara atas tindak pidana korupsi yang dilakukannya. Namun, vonis majelishakim yang dijatuhkan kepada David ternyata jauh lebih ringan, yaitu hanya

Negotiable Certificate Deposit

190 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 215: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

satu tahun penjara saja. Lebih janggal lagi, majelis hakim yang diketuai T.A.Sianipar tidak langsung menahan David yang statusnya telah menjaditerdakwa, namun menangguhkan penahanannya.

Atas vonis tersebut, JPU mengajukan banding pada Pengadilan Tinggi(PT) DKI Jakarta. Banding ini dikabulkan, sehingga hukuman bagi Davidkemudian ditambah menjadi empat tahun penjara. Selanjutnya, pada tingkatkasasi di Mahkamah Agung (MA), hukuman bagi David kembali ditambahmenjadi 8 tahun penjara, denda Rp 30 juta, dan uang pengganti sebesar Rp1,2 triliun.

Namun, kejanggalan lagi-lagi terjadi. Meskipun vonis telah jatuh, Davidtak kunjung dieksekusi oleh kejaksaan. Alasannya, salinan putusan dari MAyang lambat diterima oleh kejaksaan (pada kenyataannya, Kejaksaan NegeriJakarta Barat baru menerima salinan putusan MA setelah lebih dari setahunputusan dikeluarkan).

Berlambat-lambatnya penahanan dan eksekusi terhadap David inidimanfaatkan dengan baik. David Nusa Wijaya pun lari dan menjadi buron.Meskipun, David pada akhirnya berhasil ditangkap kembali pada masapemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Uniknya, di sela-sela ”pelariannya” David masih menyempatkan dirimenggugat BPPN. Lebih mengherankan lagi, gugatan yang didaftarkanDavid dan Tarunodjojo Nusa (pemegang saham BUS lainnya) di PN JakartaSelatan tersebut diterima oleh pengadilan meskipun David dan Tarunodjojoselaku penggugat berstatus buron dan tidak diketahui keberadaannya.

Materi gugatan pada intinya berisi tuntutan pembatalan terhadap AktaPengakuan Utang (APU). Menurut para penggugat, BPPN dinilai tidakmemenuhi komitmennya ( ) untuk melakukan audit ulangatas jumlah kewajiban yang harus mereka bayarkan (JKPS) dalam APU.Padahal, mereka telah beritikad baik menandatangani APU.

Mereka menilai BPPN telah memanfaatkan posisinya yang lebih kuatuntuk menekan mereka dalam penandatanganan APU. Sehingga, JPKSsebagaimana yang ditetapkan dalam APU merupakan keputusan sepihakdari BPPN (APU tidak memenuhi asas kebebasan berkontrak). Hal ini,menurut mereka, telah melanggar pasal 1320 KUH Perdata bahwa syarat

gentlement agreement

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 191/

Page 216: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

sahnya perjanjian adalah adanya kesepakatan kedua belah pihak yangmengikatkan diri terhadap perjanjian tersebut.

Para penggugat kemudian menuding BPPN telah menyalahgunakankeadaan dalam penandatanganan APU dengan tidak memperhatikan apayang menjadi hak dan kepentingan pemegang saham (yaitu David danTarunodjojo). Sebaliknya, BPPN justru menjadikan APU hanya memberikeuntungan sepihak bagi BPPN.

Atas dasar hal tersebut, para penggugat meminta majelis hakim untukmembatalkan APU. Selain itu, para penggugat juga menuntut BPPN untukmengembalikan uang Rp 325 juta yang telah dibayarkan penggugat sebagaipembayaran awal JKPS kepada BPPN. Uang tersebut dinyatakan dibayarkanpenggugat pada periode 13 Oktober 2000 sampai 7 Maret 2001.

Majelis hakim kemudian memberi putusan yang sangat kontroversial.Dalam putusannya tanggal 20 November 2003, majelis hakim menyatakanAkta Perjanjian Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham dan PengakuanUtang batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Majelis hakim jugamenghukum tergugat (BPPN) untuk mengembalikan uang pembayaransebesar Rp 325 juta kepada tergugat dalam waktu 14 hari setelah putusanberkekuatan hukum tetap. Artinya, majelis hakim mengabulkan bulat-bulatgugatan yang diajukan David dan Tarunodjojo meskipun keduanya saat ituberstatus terdakwa pidana korupsi dan buron!

Karena itulah, atas putusannya yang kontroversial tersebut, majelishakim yang terdiri atas IDG Putrajadnya, SH (Hakim Ketua), Sudarjatno,SH (Hakim Anggota), dan Zainal Abidin, SH (Hakim Anggota) dinilaisejumlah kalangan telah berpihak kepada penggugat dan hanya mencari-carialasan pembenar untuk memenangkan penggugat. Hal ini pula yang menjadipenilaian tim eksaminasi atas putusan PN Jaksel atas kasus ini.

Tim Eksaminasi Putusan Perkara David Nusa Widjaya dan TarunodjojoNusa melawan BPPN dibentuk berdasarkan pertimbangan bahwa dalamperkara tersebut diduga terdapat banyak kekeliruan penerapan hukum.Majelis eksaminasi beranggotakan mantan hakim Eliyana, mantan HakimAgung J. Djohansjah, mantan jaksa Irdan Dahlan, akademisi Rosa Agustina,serta advokat Harry Ponto, Tony Budidjaja, dan Abdul Fickar Hadjar.

192 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 217: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Berdasarkan eksaminasi publik (pengujian) yang mereka lakukan,disimpulkan beberapa hal antara lain sebagai berikut. Pertama, bahwamajelis hakim kurang cermat dalam meneliti dan melihat jalannyapersidangan, serta terlalu menyederhanakan pembahasan keabsahan AktaPengakuan Utang (APU). Pembahasan APU Bank Servitia ditafsirkandengan dukungan argumen yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.Majelis hakim dinilai terlalu berpegangan pada asas 'patut dan adil' namunmenegasikan asas kepentingan umum.

Kedua, majelis hakim juga dinilai keliru menempatkan/ mengenai dilakukannya audit ulang dalam posisi yang

lebih tinggi dari APU.

Ketiga, pertimbangan mengenai(penyalahgunaan keadaan) oleh BPPN yang dikaitkan denganpenyalahgunaan keunggulan ekonomi juga keliru, karena pada bagianpertimbangan lainnya majelis hakim mengakui bahwa BPPN melaksanakantugas sesuai kewenangan yang diberikan pemerintah berkenaan denganpenyehatan Bank Servitia.

Terkait dengan anggapan majelis hakim bahwa terdapat paksaan atautekanan dari BPPN terhadap David untuk menandatangani APU-Servitia,Tim Eksaminasi menilai hal itu keliru. Menurut Tim Eksaminasi, adanyapaksaan atau tekanan itu harus dibuktikan terlebih dahulu.

Karena alasan-alasan itulah, Tim Eksaminasi menyimpulkan bahwaterdapat kekeliruan dalam putusan yang dijatuhkan majelis hakim atasperkara gugatan David Nusa Wijaya terhadap BPPN.

Kasus David Nusa Wijaya pada akhirnya menunjukkan bahwapengusutan dan penyelesaian kasus korupsi BLBI diperumit tidak hanyaoleh kelihaian obligor dalam melakukan manipulasi (dari mulaimenyalahgunakan BLBI, mengakali mekanisme penyelesaian kewajibanutang / PKPS, hingga bahkan melarikan diri), namun juga oleh keterlibatanoknum-oknum penegak hukum dalam memihak kepada para obligor.

Agus Anwar merupakan penerima dana BLBI melalui dua bank yangdimilikinya bersama Hashim Djojohadikusumo, yaitu Bank Pelita dan BankIstimarat, dengan total kewajiban sebesar Rp 1,9 triliun. Ketika krisis, kedua

gentlement

agreement commitment

misbruik van omstandigheden

AgusAnwar

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 193/

Page 218: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

bank ini mengalami kekurangan likuiditas, yang membuat BI kemudianmengucurkan dana senilai sekitar Rp 3,2 triliun kepada keduanya.

Karena kondisinya terus memburuk, Bank Pelita dan Bank Istimaratpun kemudian masuk dalam program penyehatan BPPN dan statusnyadibekukan. Dengan pembekuan status kedua bank ini, maka Agus danHashim selaku pemegang saham pengendali dinyatakan menanggungkewajiban pembayaran utang-utang Bank Pelita dan Istimarat sejumlah Rp3,2 triliun tersebut.

Dalam perkembangannya, Agus pun kemudian masuk dalam kategorikelompok obligor yang menandatangani Perjanjian Penyelesaian SementaraKewajiban Pemegang Saham dan Pengakuan Utang berdasarkan KeputusanMenteri Keuangan Nomor 151/KMK 01/2006. Setelah beberapa kalimengalami reformulasi, jumlah kewajiban yang harus dibayar Agus akhirnyadinyatakan hanya sebesar Rp 577 miliar saja, meskipun angka ini sebenarnyalebih merupakan jumlah yang bersedia dibayar Agus. Pemerintah sendiripernah menghitung jumlah utang Agus sebesar Rp 810,15 miliar.Sedangkan, Badan Pemeriksa Keuangan bahkan mencatat kewajiban Agusmencapai Rp 2,29 triliun.

Pada kenyataannya, jumlah ini pun tak kunjung dilunasi Agus. Agusbahkan melarikan diri ke luar negeri dan bersembunyi di Singapura.Akibatnya, pihak Kejaksaan Agung pun menetapkan status Agus sebagaitersangka dan dinyatakan sebagai buronan.

Masalahnya, selain bermukim di Singapura, Agus pun ternyata telahberganti kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura. Tak pelak,bergantinya kewarganegaraan Agus ini menimbulkan reaksi keras. MenteriLuar Negeri Hassan Wirajuda misalnya sempat menuding pemerintahSingapura melakukan tindakan tidak etis dengan melindungi Agus danmemberikan status kewarganegaraan kepadanya. Pihak Kedutaan Besar RIdi Singapura juga bereaksi dengan tidak mengabulkan permohonan Agusuntuk melepaskan statusnya sebagai warga negara Indonesia hingga kini.

Untuk diketahui, Agus memperoleh kewarganegaraan Singapurasetelah permohonannya melalui surat permohonan bernomor 00953536dikabulkan pihak

KiatWai keong, Asisten Pedaftaran untuk Registrasi Warga Negara Singapura.

Immigration and Checkpoints Authority. Pengabulan permohonan

itu diberikan melalui surat tertanggal 23 Desember 2003 yang ditandatangani oleh

194 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 219: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kementerian Luar Negeri Singapura menyatakan statuskewarganegaraan diberikan kepada Agus karena yang bersangkutan telahmemenuhi persyaratan konstitusi dan undang-undang untuk menjadi warganegara Singapura. Namun, meskipun telah menjadi warga negaranya,pemerintah Singapura menjanjikan pihaknya tidak akan menutupkesempatan bagi siapapun, termasuk institusi berwenang di Indonesia untukmenggugat Agus Anwar di pengadilan Singapura sekiranya yangbersangkutan telah melanggar hukum.

Sementara proses hukum terhadap Agus Anwar masih terkendala,kabar terbaru justru menyatakan Agus telah membeli saham dua perusahaanSingapura, yaitu Keppel Telecommunication & Transportation (Keppel T &T) dan Singapore Petroleum Company (SPC) dengan nilai total mencapai252,7 juta dolar Singapura atau sekitar Rp 1,5 triliun (Investor Daily, 17 April2007).

Pada Keppel T & T, Agus Anwar bersama dengan Tjia Marcel HanLiong memiliki sekitar 9,05% saham melalui Kapital Asia Pte Ltd. danKapital Asia Company Ltd. Pembelian itu dilakukan secara bertahap mulaidari 4% pada periode Mei 2006, menjadi 6% pada Juni 2006, hingga akhirnyamenjadi 9,05% pada Maret 2007. Nilai saham Keppel T & T yang dimilikiAgus dan Tjia mencapai sekitar 72,7 juta dolar Singapura atau sekitar Rp454,375 miliar.

Sedangkan pada SPC, Agus dan Tjia membeli 28% saham SPC senilai180 juta dolar Singapura (sekitar Rp 1,1 triliun). Yang menarik, saham SPCdibeli oleh Agus dan Tjia melalui Kapital Asia dari Keppel T & T. Denganpembelian ini, saham SPC yang dimiliki Keppel menjadi tinggal sekitar 49%.

Kasus ini pun kemudian berkembang setelah Kapital Asia yang bergantinama menjadi Satya Capital menjual kembali 88 juta lembar saham SPCkepada China Aviation Oil. Penjualan ini dinyatakan Kapital Asia sebagaibentuk kesepakatan yang telah dibuat sebelum Kapital Asia membeli SPC.Karena itu, Kapital Asia sempat menggugat China Aviation Oil karenaperusahaan ini menolak melakukan pembelian terhadap saham SPC.

Gugatan akhirnya dimenangkan Kapital Asia, dengan kewajiban ChinaAviation untuk membeli 88 juta lembar saham SPC sesuai dengankesepakatan, ditambah dengan membayar ganti rugi sebesar 28 juta dolar AS

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 195/

Page 220: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

karena membatalkan kesepakatan secara sepihak. Sehingga, dinyatakan darikasus ini Agus Anwar berhasil meraup total uang sekitar 51,73 juta dolar AS.

Pada akhirnya, ”keberhasilan-keberhasilan” Agus Anwar di negeriseberang tersebut menjadi hal yang sangat kontras dengan tunggakankewajiban utang BLBI yang tak kunjung dibayarnya. Pemerintah pun dapatdipastikan akan menemui banyak kesulitan untuk memproses Agus Anwarsecara hukum mengingat kewarganegaraannya yang telah berganti.

Hal ini tentu saja merupakan ironi yang menyakitkan, karena untuk”menolong” Agus Anwar, uang negara triliunan rupiah telah dikucurkan, yangkini bebannya harus ditanggung seluruh rakyat Indonesia.

Kasus BLBI yang terjadi pada Kaharudin Ongko, mantan pemilik BankUmum Nasional (BUN), merupakan bukti lain yang menunjukkan tidakadanya upaya serius untuk mengembalikan uang negara yang telah dikemplangpara obligor BLBI.

Ketika terjadi krisis, pemerintah menyuntikkan dana BLBI kepada BankUmum Nasional (BUN) dengan tujuan menutup saldo debet dan menalangikas BUN yang sudah kritis. Saldo debet pertama terjadi pada November 1997,dengan jumlah sekitar Rp 220 miliar. Tak sampai sebulan, pada pertengahanDesember jumlah saldo debet sudah membengkak menjadi Rp 1,04 triliun.Dana BLBI tahap pertama pun dikucurkan Tapi krisis terus terjadi, sehinggaakhirnya BUN diambil alih pemerintah dan berada dibawah pengawasanBPPN sejak tanggal 4 April 1998.

Laporan BPK menyebutkan bahwa jumlah kewajiban pemegang saham(JKPS) BUN adalah sebesar Rp 13,99 triliun, yang harus ditanggung oleh duaobligor, yaitu Mohammad Hasan (Bob Hasan) dan Kaharudin Ongko.Menurut laporan BPK, jumlah kewajiban yang harus ditanggung Bob Hasanadalah sebesar Rp 6,15 triliun, sedangkan jumlah kewajiban yang harusditanggung Kaharudin Ongko adalah sebesar Rp 7,38 triliun.

Untuk menyelesaikan kewajiban ini, maka pada tanggal 18 Desember1998, Kaharudin Ongko dan BPPN menandatangani perjanjian MRNIAdengan JKPS senilai Rp 7,38 triliun. Dalam perkembangannya, JKPSKaharudin Ongko inipun telah mengalami beberapa kali koreksi, yaitu pada

Kaharudin Ongko

.

196 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 221: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

tanggal 19 Maret 1999 dan tanggal 22 Desember 1999 sehingga jumlahkewajiban yang harus dibayarnya menjadi Rp 8,34 triliun.

Berdasarkan MRNIA, Kaharudin Ongko diharuskan menyerahkan 21saham perusahaan dan sebagian propertinya. Namun dari 21 sahamperusahaan yang diperjanjikan akan diserahkan, ternyata baru 12perusahaan yang diserahkan. Sedangkan 9 perusahaan lainnya tidakdiserahkan karena tidak mendapat persetujuan dari kreditur dan pemegangsaham lainnya. Bahkan diantara perusahaan yang diperjanjikan akandiserahkan ada juga yang masih dalam status perkara di kepolisian.

Selain permasalahan tersebut, Kejaksaan ternyata menemukan faktabahwa kekosongan kas BUN bukan hanya lantaran ditarik oleh nasabahpihak ketiga, tapi justru karena adanya penarikan besar-besaran darikelompok usaha Ongko sendiri. Perusahaan terafiliasi itu memiliki banyaksimpanan di BUN, seperti misalnya PT KIA Keramik Mas, PT OngkoSekuritas, PT Indokisar Djaya, dan PT Bunas Finance Indonesia. Pengalihandana dilakukan menggunakan cek, bilyet giro, dan transfer. Padahal, sesuaidengan ketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK),dana BLBI tak boleh disalurkan ke pemilik dan manajemen bank sertapihak-pihak terkait melebihi batas yang ditentukan.

Kejaksaan juga mensinyalir adanya upaya Ongko dalam memanipulasipenggunaan dana BLBI yang diterima BUN pada kurun November 1997-April 1998. Dana BLBI itu digunakan untuk ekspansi kredit baru ke grupsendiri antara lain, PT Kiani Lestari milik Bob Hasan senilai Rp 97 miliarplus 45 juta dolar AS, dan 13 juta dolar AS ke PT Indokisar milik KaharudinOngko.

Berdasarkan data yang diungkap Majalah Tempo Edisi 07/XXXII/14 -20 April 2003, juga tercatat bahwa setidaknya ada Rp 514 miliar plus 69,5 jutadolar AS dana BLBI yang diambil perusahaan Ongko dan keluarganya. Darilembaran-lembaran bukti transfer, terungkap miliaran rupiah diantaranyaditarik melalui rekening pribadi Ongko dan anak-anaknya. Ongko diketahuipernah menarik 10 ribu dolar AS. Sedangkan, anak-anak Ongko, antara lainIrjanto Ongko menarik Rp 107 juta plus 17 ribu dolar AS, Irwanto menarikRp 1,14 miliar, dan Irsanto menarik Rp 310 juta.

Masih ditulis , seorang mantan direksi BUN bersaksi bahwasemua itu dilakukan atas sepengetahuan dan perintah Ongko. Berdasarkan

Tempo

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 197/

Page 222: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

anggaran dasar BUN, memang diatur bahwa setiap pemberian kredit di atas3 persen dari modal harus disetujui dulu oleh komisaris, yang dalam hal iniadalah Ongko sendiri. Sehingga, pengucuran kredit ke sejumlah kelompokusaha Ongko seperti misalnya PT Raja Besi Semarang (senilai Rp 15,5miliar), PT Landasan Terus Sentosa (Rp 9,5 miliar), dan PT SumberKeramik (Rp 86 miliar) ditandatangani oleh Ongko sendiri.

Terpidana BLBI yang juga mantan direktur BUN, Leonard Tanusubrataturut memberikan kesaksian akan peran Ongko dalam menentukankebijakan pengucuran kredit BUN kepada kelompoknya sendiri tersebut.Menurutnya, ketika itu Ongko adalah orang yang menentukan hitamputihnya BUN. Seperti diibaratkan olehnya, bahkan untuk mengangkatpesuruh pun harus melalui persetujuan Ongko.

Namun di pengadilan, Ongko mengaku tak ingat segala hal yangdipersyaratkan dalam perjanjian pengucuran BLBI. Ia mengakumembubuhkan tanda tangan semata karena diperintah pejabat BI. BahkanOngko mengaku tak tahu sama sekali bahwa pada saat krisis, banknyamengalami saldo debet. Alasannya, berdasarkan Undang-Undang PerseroanTerbatas, sebagai komisaris ia tak ikut campur dalam urusan operasionalbank yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab direksi.

Dalih itulah yang kemudian justru ditelan mentah-mentah oleh hakim(dipimpin oleh Amiruddin Zakaria). Menurut putusan hakim, berdasarkanUndang-Undang Perseroan, Ongko dianggap tak bersalah. WalaupunOngko terbukti pernah menyetujui pengucuran kredit, hal itu tidak dapatdianggap sebagai pengambilalihan tanggung jawab direksi oleh Ongko. Dimata hakim, hal itu semata untuk memenuhi ketentuan internal perusahaan.

Wajar saja pertimbangan itu menuai protes keras banyak pihak. Ahlihukum perbankan Pradjoto misalnya menyatakan Undang-UndangPerseroan tak bisa dilihat berdiri sendiri. Menilai tindak pidana korupsidengan ketentuan perbankan juga tidak relevan. Faktanya, menurutPradjoto, direksi BUN jelas dipengaruhi kedudukan Ongko sebagai pemiliksekaligus komisaris karena direksi tak mungkin bertindak atas inisiatifnyasendiri. Sehingga pernyataan bahwa Ongko tidak memiliki pengaruhapapun terhadap direksi merupakan sebuah bohong besar.

Pradjoto kemudian menyatakan, pasal yang tersedia dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk

198 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 223: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

menjerat Ongko. Salah satunya adalah unsur memperkaya diri sendiri, yaitumenggunakan uang BLBI untuk kepentingan kelompok usahanya sendiri.

Walhasil, Ongko akhirnya melenggang bebas dari tindakan hukum.Setelah divonis bebas, Ongko pun terbang ke luar negeri (banyak kalanganmenduga Ongko pergi ke Amerika atau Singapura). Menghilangnya Ongkoini tak pelak menghambat proses kasasi yang tengah dipersiapkan aparatkejaksaan. Proses hukum terhadap obligor BLBI kelas kakap ini punakhirnya tertunda, sampai waktu yang tidak dapat ditentukan.

Upaya pengembalian uang negara dari Ongko pun menjadi tak jelas.Padahal, dari total utangnya sebesar Rp 8.34 triliun, Ongko baru membayarsebesar Rp 8,6 miliar atau sekitar 0,1 persen saja.

Atang Latief tersangkut kasus BLBI setelah Bank Indonesia Raya (BankBira) yang dikelolanya menyalahgunakan dana BLBI senilai Rp 3,66 triliun.Karena itu, sebagai pemilik dan Komisaris Utama Bank Bira, Atang Latiefharus menanggung pengalihan kewajiban pembayaran utang-utang banktersebut kepadanya.

Atang sebenarnya merupakan pemain lama dalam dunia bisnis diIndonesia. Lahir dengan nama asli Lauw Tjin Ho (atau Lao Cheng Ho),Atang merupakan pengusaha sezaman dengan Soedono Salim (usia Atangkini sekitar 86 tahun). Atang sempat pula memegang hak lisensi awal Suzukidi Indonesia sebelum kemudian beralih ke Indomobil. Atang jugadikabarkan pernah memiliki usaha kasino di beberapa tempat (hal ini selarasdengan pengakuan anaknya, Husni Muchtar, yang menyatakan Atang sangatgemar berjudi).

Dalam rangka penyelesaian kewajiban-kewajibannya, Atang diharuskanpemerintah mengikuti mekanisme PKPS melalui skema Akta PengakuanUtang (APU). Sayangnya, Atang tergolong obligor yang tidak kooperatifpada awal-awal proses penyelesaian utangnya. Sampai batas waktu yangtelah ditentukan, Atang tidak kunjung menyelesaikan kewajibannyameskipun telah beberapa kali diberi perpanjangan waktu. Jumlah kewajibanAtang pun telah beberapa kali mengalami reformulasi sehingga kini hanyasenilai Rp 325 miliar.

Atang Latief

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 199/

Page 224: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Hasil penilaian Tim Bantuan Hukum (TBH) yang pernah dibentukBPPN bahkan menyatakan Atang telah melakukan serangkaian pelanggaranhukum dalam kasus BLBI, yaitu menggelapkan dana BLBI dan melanggarBatas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Karena itu, TBHmerekomendasikan agar Atang mempertanggungjawabkan perbuatannyasecara hukum. Namun, karena berbagai alasan, proses hukum terhadapAtang selalu tersendat di tengah jalan.

Apalagi, Atang juga sempat melarikan diri ke Singapura pada sekitartahun 2000, serta menetap tinggal di negara tersebut beberapa lama.Akibatnya, Atang pun tak pernah sempat diproses secara hukum, apalagihingga dihadapkan ke meja pengadilan.

Namun, pihak Atang membantah hijrahnya Atang ke Singapura sebagaibentuk pelarian. Menurut mereka, Atang sudah menetap di Singapura sejaktahun 1999 untuk mengurus berbagai bisnisnya di sana. Atang dikabarkanmemiliki kelompok bisnis bernama Lauw & Sons di Singapura yangbergerak di beberapa bidang usaha seperti antara lain properti, alumunium,dan kimia.

Selain itu, pihak Atang juga menyatakan ”mengungsinya” Atangsementara waktu ke Singapura karena di Indonesia ada pihak yang menakut-nakuti dan bahkan memeras Atang. Jika pemerintah dapat menjaminperlakuan yang adil, menurut mereka, Atang akan kembali ke Indonesiauntuk menghabiskan sisa hidupnya dengan tenang di tanah air.

Pada kenyataannya, Atang memang kemudian kembali ke Indonesiauntuk menyerahkan diri kepada pihak kepolisian pada 27 Januari 2006.Kembalinya Atang ke tanah air tersebut dinyatakannya untuk melunasi sisautangnya yang tinggal sebesar Rp 170 miliar. Sebelumnya, Atangmenyatakan telah mencicil kewajiban pembayaran utangnya sebesar Rp 155miliar dari total Rp 325 miliar yang harus dibayarnya.

Atas penyerahan diri Atang tersebut, pihak kepolisian menyatakanmenghargainya sebagai niat baik Atang untuk menyelesaikan persoalanhukumnya di Indonesia, termasuk menyelesaikan pembayaran sisautangnya. Pihak kepolisian pun berjanji untuk memberi perlindunganhukum dan perlakuan yang adil bagi Atang. Pihak kepolisian menegaskan,Atang bukan sebagai buronan atau masuk daftar cekal, dan status hukumnyaakan ditentukan kemudian.

200 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 225: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Saat ini (seperti penuturan pengacaranya, Sugeng Teguh), kewajibanAtang dinyatakan tersisa Rp 80 miliar lagi. Hal ini belum terlunasi karena,menurut keterangannya, Atang sudah tak memiliki banyak aset lagi diSingapura. Ia juga menyatakan, Atang sebenarnya bisa saja melunasiutangnya seandainya uang yang dititipkannya kepada Husni Muchtar danLisa Muchtar tidak digelapkan keduanya. Kasus penggelapan uang ini punsudah dilaporkan pihak Atang ke kepolisian dan kini sedang dalampenyelidikan (Husni sudah ditahan). Menariknya, Husni dan Lisa yangdilaporkan Atang ke pihak kepolisian tersebut tak lain adalah anak-anakAtang sendiri dari istri pertamanya, Satiawati.

Nilai aset yang seharusnya dijual Husni (PT Bina Multi Finance)dinyatakan Sugeng bernilai Rp 45 miliar. Sedangkan, aset yang dipegang Lisaadalah restoran Texas Fried Chicken yang bernilai Rp 100 miliar. Sehingga,jika kedua anaknya ini tidak menyalahgunakan aset yang dititipkan kepadamereka, Sugeng menyatakan utang Atang sebenarnya sudah dapat dilunasi.

Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat dinyatakan penyelesaian kasusBLBI Atang Latief nampaknya memang akan mengarah pada penuntasan.Sisa kewajiban yang belum dilunasi pun ”tinggal” Rp 80 miliar. Sehingga,bukan merupakan angka yang sulit untuk dipenuhi oleh pengusaha sekelasAtang Latief.

Bagaimanapun, kasus ini tak lepas dari sejumlah catatan. Yang palingnyata adalah terlalu mudahnya pemerintah dan aparat berwenangmemberikan berbagai keringanan bagi Atang dalam menyelesaikankewajiban dan kasus hukumnya. Sepulangnya dari Singapura, misalnya,Atang sama sekali tidak memperoleh hambatan untuk kembali ke Singapura,meskipun masih tercatat sebagai pengutang besar kepada negara.Pemerintah nampak tidak melakukan upaya penjagaan secara ketat terhadapAtang (mengingat statusnya sebagai pengutang BLBI dan pernahmenghilang), dan justru memberi keleluasaan penuh bagi Atang untukkeluar masuk wilayah Indonesia.

Selanjutnya, sepulangnya ke Indonesia dari Singapura (setelahmenghilang selama sekitar lima tahun), perlakuan pemerintah terhadapAtang pun ”amat sangat ramah”. Bersama dengan 3 obligor lainnya (UlungBursa/Bank Lautan Berlian, James Januardy/Bank Namura, dan OmarPutihrai/Bank Tamara), Atang yang diwakili oleh Lukman Astanto

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 201/

Page 226: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

(menantu Atang) diterima langsung oleh Jaksa Agung, Kapolri, dan MenteriEkonomi di Istana.

Kebijakan yang ditetapkan pemerintah terhadap Atang dan parapengutang BLBI tersebut pun terbilang sangat murah hati. Pemerintahmenjanjikan akan memberikan Surat Keterangan Penyelesaian Kewajiban(SKPK) kepada pengutang yang telah membayar lunas kewajiban merekasesuai dengan jumlah APU yang disepakati. Artinya, pemerintah akanmengesampingkan kasus pidana yang dilakukan para pengutang BLBItersebut asalkan mereka melunasi utang-utangnya. Bagi yang telahmenerima SKPK, maka pihak Kejaksaan dapat mengabaikan,menghentikan, atau mengeluarkan Surat Perintah Penyidikan (SP3).

Dengan demikian, kebijakan ini mengulangi kebijakan Inpres No.8Tahun 2002 yang menghapus aspek pidana obligor BLBI yang telahmenyelesaikan utangnya. Sehingga, kebijakan ini lagi-lagi menunjukkanketidakberdayaan hukum di depan intervensi kekuasaan politik. Lebih dariitu, kebijakan ini juga mempertegas ketidakberpihakan pemerintah padarasa keadilan masyarakat dan hanya berorientasi pada pengembalian uangnegara (meskipun jumlah uang yang dapat dikembalikan pun jauh darioptimal).

Rasa keadilan itu akan kian terusik mengingat gaya hidup yang dijalanipara pengutang BLBI tersebut jauh dari kesan sulit apalagi prihatin. Ditengah kewajiban utang yang belum dibayarkannya, mereka justru masihdapat menikmati gaya hidup sangat mewah. Atang Latief misalnya, justrumemiliki senilai sekitar 3 juta dolar Singapura (sekitar Rp 18 miliar)di kawasan elit Bukit Timah, Singapura (Majalah Tempo No. 34/VI/Edisi25 April 1 Mei 2006).

Sebagai tambahan pula, Atang kini masih tercatat pada urutan 94 orangterkaya di Indonesia versi majalah , dengan total nilai aset 110 jutadolar AS atau sekitar Rp 1 triliun.

Dengan nilai aset yang dimilikinya tersebut, wajar saja jika kemudiansejumlah pihak mempertanyakan mengapa Atang tidak mampu untukmelunasi seluruh kewajiban-kewajibannya dengan segera? Layakkah pulanegara yang menanggung pembayaran utang-utang Atang pada kasus BLBI(yang jumlah keseluruhannya jauh melebihi jumlah yang bersedia dibayarnya

penthouse

Globe Asia

202 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 227: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

tersebut), padahal yang bersangkutan hidup dengan limpahan kemewahanseperti itu?

Keterlibatan Sukanto Tanoto dalam kasus BLBI berawal ketikaUnibank yang dimilikinya atas nama pribadi dan PT Persada Upaya Sakti(sebesar total 33,04%) menerima BLBI di saat terjadinya krisis. Unibank punmasuk ke dalam program pembinaan Bank Indonesia (BI). Padahal,sebelum krisis, Unibank dikenal sebagai bank yang solid.

Dalam rangka menyelamatkan Unibank yang terancam kolaps, pihak BImelakukan berbagai upaya pembinaan. Mulai dari penggantian pengurus,penambahan modal, hingga membatasi kegiatan Unibank dalam rangka

(CDO). Penambahan modal yang dilakukan BI adalahdengan mengucurkan dana sebesar Rp 1,4 triliun kepada Sukanto Tanotosebagai pemilik bank tersebut. Karena tidak bisa diselamatkan, maka padatanggal 29 Oktober 2001 kegiatan Unibank pun akhirnya dibekukan oleh BI.

Unibank dibekukan oleh BI dan tidak dilakukan penyehatan karenaadanya permasalahan struktural, dimana Kewajiban Penyediaan ModalMinimum (KPMM) negatif, (NPL) tinggi sebesar48,1%, dan pelanggaran Batas Minimum Pemberian Kredit (BMPK) kepadagrup sendiri sebesar 51%. Sumber permasalahan tersebut terutamadisebabkan oleh tagihan bank kepada kelompok terkait (sendiri) senilai US$230 juta untuk fasilitas wesel ekspor berjangka (WEB) yang dikategorikanmacet. Bahkan wesel ekspor itu tidak diakui oleh BI. Karenanya, ketikadilakukan likuidasi, rasio kecukupan modal atau (CAR)Unibank langsung turun ke posisi minus 200 persen pada akhir September2001.

Tetapi kalau kita mencermati proses likuidasi Unibank, terdapatbeberapa keganjilan yang melatarbelakangi proses likuidasi tersebut.

Pertama, Unibank pernah mendapatkan peringkat A (kategori bagussekali) dari BI pada tahun 1999, sehingga mengherankan bank ini secaratiba-tiba masuk kategori buruk sekali pada tahun 2001. Dari sisi NPL,sebenarnya tidak bisa tiba-tiba memburuk, mengingat laporan keuanganUnibank tahun 1999 hingga memasuki tahun 2001 tidak menunjukkanadanya kredit macet. Tetapi, secara mengejutkan, dalam laporan keuangan

Sukanto Tanoto

Cease and Desist Order

Non-Performing Loan

capital adequacy ratio

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 203/

Page 228: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Juni 2001, disebutkan ada kredit macet dan sekaligus terdapat penyertaansaham Unibank di PT Prima Energi. Hal ini tentu sangat mencurigakan.

Kedua, pengalihan saham kepemilikan Sukanto Tanoto di Unibank,terkesan tidak transparan dan penuh rekayasa. Saham milik Sukanto Tanotodan 4 investor lainnya sebesar 76%, telah ditransaksikan dengan caradi BEJ pada 21 Agustus 2000. Dengan adanya transaksi itu, saham 5 investoritu sebagian dipecah kepada 16 pihak, sehingga totalnya terdapat 21pemegang saham (di luar publik) yang masing-masing memiliki kepemilikansaham kurang dari 5 persen.

Pengalihan saham ini bisa dikategorikan sebagai tindakan yang tidakpada tempatnya ( ) dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip umum( ). Karena hal ini akan berakibat pada penghilangan kewajibandan tidak jelasnya posisi pemegang saham pengendali di Unibank. Semuapemegang saham Unibank pun akhirnya lolos dari kewajiban penyerahanjaminan kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) setelahUnibank dibekukan, termasuk Sukanto Tanoto.

crossing

ultrafirez

actiopaulina

Tabel 1

Posisi pemegang saham Unibank sebelum 21 Agustus 2000

No. Pemilik Komposisi (%)

1. Somers Nomenees 11,09

2. Tinah Bingei, Ny 7,92

3. PT Persada Upaya Sakti 24,81

4. PT Sinar Bekal Utama 24,81

5. Sukanto Tanoto 8,23

6. Masyarakat 23,05

Terbukti, ketika BPPN meminta Sukanto Tanoto yang pernah menjadipemegang saham pengendali di Unibank untuk bertanggung jawab ataslikuidasi yang dilakukan BI terhadap Unibank, ia menolak untukmenyerahkan harta kekayaan dan jaminan pribadinya kepada Badan

204 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 229: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Alasan yang dikemukakannyaadalah pihaknya bukan lagi pemegang saham pengendali Unibank sejaktahun 2000. Pada saat likuidasi Unibank, Sukanto Tanoto hanya memiliki2,9% saham, sedangkan sisanya dimiliki oleh 21 pemegang saham lainnya,termasuk masyarakat luas, yang besarnya masing-masing kurang dari 5%.

Berdasarkan laporan keuangan Unibank, terakhir sebelum dilikuidasitahun 2001, Sukanto Tanoto hanya mempunyai saham atas nama pribadisebesar 2,9%. Sisa pemegang saham lainnya adalah berbagai perusahaanyang tidak jelas status kepemilikannya, sehingga patut diduga masih milikSukanto Tanoto juga. Sehingga, dengan memecah saham kepemilikannya,maka Sukanto Tanoto bebas dari tanggung jawab atas kewajibanpembayaran dana pihak ketiga Unibank yang jumlahnya mencapai Rp 3,1triliun.

Berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.2/27/PBI/2000 tentang bank umum, maka yang dimaksud pemegangsaham pengendali sebuah bank adalah perorangan atau badan hukum yangmempunyai 25 persen saham. Atau, mempunyai saham kurang dari 25persen, tetapi dapat dibuktikan melakukan pengendalian bank secaralangsung atau tidak langsung. Maka, ketika Unibank dilikuidasi, menurutperaturan BI tersebut Sukanto Tanoto tidak bisa dimintaipertanggungjawabannya.

Sukanto Tanoto bisa saja berdalih mengatakan dirinya bukan pemegangsaham pengendali. Tetapi fakta yang harus diingat, ketika Unibankmenerima kucuran BLBI, Sukanto Tanoto masih merupakan pemegangsaham pengendali. Sukanto juga menikmati 51% (US$ 230 juta) kreditUnibank dalam bentuk Wesel Ekspor Berjangka (WEB), yang dikucurkanUnibank ke kelompok usahanya, sehingga hal ini merupakan pelanggaranatas ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Kredit itu punkemudian mengalami gagal bayar (macet).

Selain WEB, Sukanto Tanoto juga harus bertanggung jawab terhadapkeberadaan 28 (NCD) terbitan Unibank milik PTCitra Marga Nusaphala Persada (CMNP), yang tak kunjung dibayar.Padahal, NCD bernilai total US$ 28 juta tersebut masuk ke dalam programpenjaminan Bank Indonesia (karena termasuk dalam perhitungan premipenjaminan yang dibayar oleh Unibank).

negotiable certificate deposit

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 205/

Page 230: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kasus NCD milik PT CMNP ini bermula ketika perusahaan tersebutpada 12 Mei 1999 menjual surat berharga miliknya berupa obligasi CMNP IIsenilai Rp 189 miliar dan surat utang jangka menengah Bank CIC senilai Rp153 miliar kepada PT Drosophila Enterprise Pte., dengan perantara PTBhakti Investama (milik Hary Tanoesoedibjo). Kemudian, Drosophila yangjuga dimiliki Hary membayarnya dengan sertifikat deposito Unibank senilaiUS$ 28 juta dengan tenor tiga tahun dan tingkat bunga sebesar 20,75%.

Tanggal 17 September 2001, persetujuan komisaris telah diberikankepada direksi CMNP, antara lain dalam hal penjualan harta kekayaanCMNP berupa NCD Unibank sebesar 28 juta dolar AS. Tapi disinilahpersoalannya, Unibank sebagai penerbit surat berharga itu dibekukan olehBI pada 29 Oktober 2001. Sebelum keputusan pembekuan jatuh, pada 26September 2001, Unibank menyatakan sertifikat deposito telah dilaporkanke Badan Penyehatan Perbankan Nasional dalam laporan simpanan dankewajiban. Akibatnya, CMNP punya hak tagih atas sertifikat deposito itukepada pemerintah. Tetapi ternyata saat jatuh tempo Mei 2002, NCD takbisa dicairkan. Pada 22 November, BPPN menyatakan sertifikat deposito itutidak dijamin dan tak dapat dibayarkan melalui program penjaminanpemerintah.

Dari beberapa informasi yang diperoleh, ada beberapa kejanggalandalam transaksi NCD ini. Pertama, transaksi ini hanya dilakukan danditandatangani oleh dua orang direksi dari CMNP, salah satunya bernamaTito Sulistio, sedangkan komisaris dan direksi lainnya tidak mengetahuiadanya transaksi ini. Padahal, nilai transaksinya sekitar Rp 300 miliar atau25-30 persen dari aset CMNP yang ketika itu lebih dari Rp 1 triliun. Empatbulan setelah transaksi, Tito mundur dari jabatan direktur keuanganperusahaan ini, dengan alasan berseberangan dengan Siti HardiyantiRukmana. Ternyata, selanjutnya Tito bergabung dengan Hary Tanoesebagai wakil pemimpin umum di harian Seputar Indonesia, anak usahaMedia Nusantara Citra.

Kejanggalan kedua, adalah yang berkaitan dengan Unibank. Tiga bulansebelum penukaran NCD, yakni pada Februari 1999, modal Unibank minus14,15 persen. Unibank butuh suntikan Rp 307 miliar agar rasio kecukupanmodalnya (CAR) 4 persen atau masuk peringkat A. Pemilik Unibankkemudian berjanji menambah modal pada bulan Mei, sehingga BI bersediamenaikkan peringkatnya. Tetapi pada kenyataannya, realisasi suntikan

206 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 231: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

modal baru terjadi pada Agustus 1999, tiga bulan setelah transaksi suratberharga. Yang menjadi permasalahan adalah mengapa CMNP beranimembeli NCD bank yang tengah bermasalah (Unibank)?

Kejanggalan ketiga, NCD Unibank yang dibeli ternyata penerbitannyatidak mengikuti aturan penjaminan, yaitu melanggar prosedur dan aturanBank Indonesia tentang program penjaminan. Pelanggaran itu karena NCDberdenominasi dolar, berjangka waktu tiga tahun, dan bunga 20,75 persen.Seharusnya, sesuai ketentuan, surat berharga berdenominasi rupiah,berjangka dua tahun dan bunganya sesuai penjaminan. Menurut DirekturHukum BI Oey Hoey Tiong, siapa pun perantaranya seharusnyamengetahui jika surat berharga itu tidak memenuhi aturan. Terlebih lagi,surat berharga tersebut tidak dilaporkan dalam laporan bulanan Unibankper Januari 2001 yang disampaikan ke BI. Unibank baru memasukkannyaenam bulan kemudian, pada laporan bulanan Juli. Padahal, di saatbersamaan, BI telah memutuskan membekukan bank ini, meski tertundahingga 29 Oktober karena rekening penjaminan kosong.

Kejanggalan keempat, transaksi NCD terbukti membuat perusahaanCMNP merugi. Harga sahamnya di bursa Jakarta terus merosot dari Rp 900pada 2000 menjadi Rp 490 pada 2003. Hal ini juga terbukti ketika dilakukanaudit oleh Kantor Akuntan Publik Prasetio Utomo & Co. atas laporankeuangan CMNP pada akhir Desember 1999, transaksi surat berhargatersebut telah merugikan perusahaan sebesar Rp 155,9 miliar. Demikianjuga hasil audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Amir AbadiJusuf (AAJ) pada 7 Desember 2000 menguatkan temuan Prasetio Utomo &Co. Di situ dinyatakan, NCD berisiko tinggi tak bisa dicairkan.

Kasus ini akhirnya sampai ke meja hijau, pihak CMNP menggugatUnibank, BPPN, pemerintah, dan BI di Pengadilan Negeri Jakarta Pusatpada 8 Januari 2004. Pada 29 Juli 2004 keputusan Pengadilan Negeri Jakartamemenangkan gugatan CMNP dengan memutuskan NCD Unibank milikCMNP sah dan asli, sehingga berhak mendapatkan pencairan dana daripemerintah. Keputusan PN Jakarta Pusat ini kemudian diperkuat olehkeputusan Pengadilan Tinggi Jakarta. Atas dua putusan ini BPPNmenyatakan banding hingga kasus ini akhirnya sampai di Mahkamah Agung.Pada 30 Mei 2006, Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasiBPPN, yaitu NCD Unibank dianggap tidak memenuhi prosedur dan aturan

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 207/

Page 232: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

BI. Selanjutnya pada 7 Juni 2007, MA mengumumkan putusan kasasi yangmemenangkan BPPN.

Meskipun saat Unibank dilikuidasi, Sukanto Tanoto bukan merupakanpemegang saham mayoritas, tetapi karena permasalahan kredit yangmenimpa Unibank terkait dengan bisnis Sukanto Tanoto yang lainnya, yaituPT Prima Energi, anak perusahaan Raja Garuda Mas yang juga masihmiliknya, maka pada 31 Oktober 2001, Sukanto dalam suratnya ke BPPNdan BI menyatakan diri sebagai pengendali Unibank melalui PT PersadaUpaya Sakti (100% saham dimiliki Sukanto Tanoto).

Bahkan untuk memperkuat hal tersebut, pada 30 November 2001,Sukanto Tanoto membuat sebuah surat pernyataan dan kesanggupan (SPK)di hadapan Hin Hoo Sing, notaris publik yang berdomisili di Singapura.Dalam surat itu, Sukanto menyatakan kesanggupannya untuk membayarkewajiban sebesar US$ 230 juta. Sebagai bukti keseriusannya, dua harisebelum SPK dibuat (28 November 2001), ia melakukan pembayaran dimuka ( ) ke rekening BPPN sebesar US$ 11,5 juta. Untuk lebihmeyakinkan pemerintah (dalam hal ini BPPN), Sukanto juga memberikanjaminan senilai 150% dari total kewajibannya plus jaminan pribadi.

Butir lainnya dalam SPK tersebut adalah berupa kesanggupan Sukantountuk menyelesaikan kewajiban yang timbul akibat adanya selisih antaraaktiva Unibank dan realisasi pengembalian nasabah (butir 4). Bukan hanyaitu, ia juga menyatakan bersedia membayar pesangon karyawan Unibankyang terkena PHK. Untuk dua hal ini, ia juga telah menyetor ke BPPNsebesar Rp 100 miliar. Apabila ternyata pernyataan yang diberikan Sukantodalam surat pernyataan dan kesanggupan ini tidak benar atau tidak sesuaidengan kenyataan yang sebenarnya, maka Sukanto menyatakan bersediauntuk memperoleh sanksi berupa ganti rugi berdasarkan hukum danketentuan yang berlaku.

Sampai di sini, kelihatannya semua berjalan lancar. Artinya, secaralangsung Sukanto mengakui kewajibannya sekaligus menyatakankesanggupan untuk membayar. Bahkan I Putu Gede Ary Suta, yang ketikaitu menjabat sebagai Ketua BPPN, menyatakan kasus Unibank akan selesaipaling lambat 31 Januari 2002.

Tapi, entah apa yang terjadi, hingga Putu diganti pada 22 April 2002,kasus Sukanto Tanoto dengan kewajibannya itu tak kunjung tuntas. Tidak

advance payment

208 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 233: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

jelas juga apa yang terjadi pada pengganti Putu, Syafruddin ArsyadTumenggung, hingga di tahun-tahun pertama kepemimpinannya iamenurunkan sebuah surat bebas.

Di awal surat tertanggal 15 April, Syafruddin mengutip sebagian darikesanggupan yang dinyatakan Sukanto dalam SPK. Mulai ihwal uang mukasebesar US$ 11,5 juta, pembayaran tunai sebesar Rp 100 miliar untukmenutup kekurangan pengembalian dana pihak ketiga (DPK) yang terjadi diUnibank, hingga biaya pesangon untuk karyawan bank sebesar Rp 15,5miliar.

Yang terlihat agak aneh dari surat BPPN itu adalah butir keempat hinggaalinea penutupannya. Di situ disebutkan bahwa 39,52% saham milikSukanto di PT Prima Energi Indonesia yang dijaminkan ke BPPN telahdijual seharga Rp 315 miliar. Pembelinya adalah Kalimantan AssetManagement.

Sedangkan sisanya (2,08%) yang juga dijadikan sebagai jaminan diBPPN dianggap bernilai US$ 11,5 juta atau setara dengan uang muka yangtelah disetorkan. Dan, sesuai dengan permintaan Sukanto Tanoto, saham itudialihkan ke salah satu perusahaannya yang berbendera PT Asia PrimaKimia Raya. Dengan demikian, total yang diterima pemerintah dari Sukantohanya US$ 11,5 juta plus Rp 430,5 miliar (Rp 106,95 miliar + Rp 430,5 miliar= 537,45 miliar) yang merupakan hasil penjualan saham, kekuranganpembayaran DPK plus pesangon untuk karyawan bank. Padahal totalkewajiban Sukanto Tanoto adalah sebesar Rp 1,4 triliun pengucuran BLBIke Unibank ditambah US$ 230 juta dari wesel ekspor berjangka dan US$ 28juta dari kasus NCD (Rp 1,4 triliun + Rp 2,399 triliun = Rp 5,39 triliun).Dengan demikian, pembayaran utang Sukanto hanya sekitar9,97%.

Jika dibandingkan dengan jumlah kewajibannya, angka pengembaliantersebut jelas masih jauh. Tapi hebatnya, dengan model pembayarantersebut, kewajiban Sukanto Tanoto dianggap selesai. Itu tercermin padaalinea terakhir surat tersebut yang berbunyi, “Dengan demikian, makakewajiban Sukanto Tanoto berdasarkan SPK maupun yang dimaksudkanpada proposal ST berdasarkan surat tertanggal 20 Oktober 2003, untukmelakukan pembelian kembali jangka panjang ( ) saham-saham PEI dimaksud dari BPPN, sudah tidak ada dan tidak relevan lagi”.

recovery rate

long term buy back

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 209/

Page 234: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Prajogo Pangestu

Kasus Prajogo Pangestu mengilustrasikan contoh lain dari fasilitas dankemudahan yang diterima konglomerat dari pemerintah dalammenyelesaikan kewajiban-kewajibannya. Melalui Chandra Asri, perusahaankimia yang dimilikinya, Prajogo turut menikmati uang negara yangterkucurkan melalui BLBI (secara tidak langsung melalui pemberianpinjaman oleh bank-bank nasional) dan biaya restrukturisasi utang ChandraAsri yang dikeluarkan BPPN. Berkat sokongan pemerintah tersebut (denganmengeluarkan uang negara dalam jumlah tak sedikit), Prajogo pun berhasilmelewati krisis dan bahkan kembali berjaya menguasai Chandra Asri.

Persoalannya, dana yang diterima Chandra Asri dalam rangkamenyelamatkan dirinya dari kematian tersebut penuh dengan kontroversi.Pinjaman yang diperoleh Chandra Asri dari bank-bank domestik misalnya,bersumber dari BLBI yang disimpangkan penyalurannya. Penyimpangantersebut terutama dilakukan melalui pelanggaran atas Batas MaksimumPemberian Kredit (BMPK).

Fasilitas lain yang diterima Chandra Asri yaitu berupa restrukturisasiutang oleh BPPN juga mengandung ketidakadilan. Demi menyokongkemampuan Chandra Asri dalam menyelesaikan utang-utangnya kepadaMarubeni (investor Chandra Asri asal Jepang), BPPN harus dengan sukarelamemotong piutangnya atas Chandra Asri melalui konversi utang perusahaantersebut menjadi penyertaan saham. Dengan statusnya sebagai pemegangsaham Chandra Asri, BPPN otomatis menanggung beban pembayaranutang Chandra Asri kepada pihak-pihak krediturnya.

Celakanya, setelah uang negara telah banyak tersedot untukmerestrukturisasi utang Chandra Asri, kepemilikan saham BPPN diperusahaan kimia tersebut dijual dengan harga murah, yaitu hanya sekitar Rp602 miliar saja. Pembelinya pun, Glazers and Putnam Investment, dinilaitidak memiliki reputasi yang jelas.

Nyatanya, kini saham tersebut telah berpindah tangan kembali kePrajogo Pangestu melalui pembelian yang dilakukan Barito Pasific. Baritomembeli bagian saham bekas milik Glazers dan Putnam senilai 25,86% dariTemasek . Sehingga, secara langsung maupun tidak langsung Prajogokini kembali berkuasa di Chandra Asri dengan porsi kepemilikan sahamhingga 70%.

Holding

210 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 235: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Berikut adalah uraian lebih rinci untuk memahami kasus ini lebih dalam:

Chandra Asri

Chandra Asri merupakan perusahaan kimia penghasil bahan bakuplastik yang didirikan pada tahun 1991 dengan modal senilai sekitar 1,6miliar dolar AS. Kepemilikan Chandra Asri dipegang oleh Prajogo Pangestu(40%), Bambang Trihatmodjo (25%), Henry Pribadi (25%), dan PeterGontha melalui PT Bimantara Citra (10%).

Dalam perjalanannya, perusahaan ini mengalami hambatanpermodalan akibat adanya kebijakan tim PKLN (Pengendalian Kredit LuarNegeri) yang membatasi masuknya dana pinjaman dari luar negeri.Mengatasi hal ini, Chandra Asri kemudian menyiasatinya dengan mengubahstatusnya dari perusahaan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri)menjadi perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing).

Untuk maksud itu, didirikanlah dua perusahaan yaitu SiemeneInternational Ltd. dan Stallion Company Ltd. yang berbasis di Hongkong.Selain kedua perusahaan itu, turut pula bergabung Japan IndonesiaPetrochemical Investment Corporation (JIPIC), perusahaan asal Jepangyang dimodali oleh perusahaan induknya yaitu Marubeni Corporation.Selain bertindak sebagai pemegang saham, Marubeni juga bertindak sebagaipeminjam dana bagi Chandra Asri. Dengan perubahan tersebut, ChandraAsri pun kemudian resmi beroperasi pada September 1995.

Selama beroperasi, Chandra Asri juga kemudian menerima pinjamanmodal dari perbankan dalam negeri. Hingga tahun 1996, Chandra Asrimenerima kucuran kredit senilai 770 juta dolar AS dari sejumlah bankdomestik, yaitu antara lain Bank Bumi Daya/BBD (250 juta dolar AS), BankDanamon (420 juta dolar AS), dan Bank Dagang Negara/BDN (99,7 jutadolar AS). Kemudian, sejak tahun 1997, BNI melanjutkan bantuan bagiChandra Asri dengan bertindak sebagai agen sindikasi pemberian kreditmodal kerja (KMK) dengan nilai sebesar 112 juta dolar AS.

Jauh sebelumnya, yaitu sejak 1991, Chandra Asri juga telah memperolehfasilitas pinjaman berupa kredit investasi (KI) dari bank-bank nasional.Kredit yang nilainya mencapai 1.051 miliar dolar AS dan Rp 700 miliartersebut diperoleh dari Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara(BDN), PT BDI, Japan Indonesia Petrochemical Investment Corporation

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 211/

Page 236: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

(JIPIC), konsorsium JIPIC, Stallion Company Limited, dan SiemeneInternational Limited.

Belakangan diketahui, pengucuran kredit kepada Chandra Asri olehberbagai bank domestik tersebut tidak steril dari manipulasi dan tindakpelanggaran. Berdasarkan pemeriksaan BPK, disimpulkan bahwa terdapatketidakhati-hatian dalam pemberian berbagai kredit kepada Chandra Asri.Menurut BPK, dana tetap diberikan padahal studi kelayakan menunjukkanChandra Asri tidak layak memperolehnya. Bank-bank tersebut juga dinilaitelah mengucurkan kredit kepada Chandra Asri dengan melanggarketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

Kredit Macet Chandra Asri

Pelanggaran-pelanggaran ini pun akhirnya berbuah bencana. Saatterjadi krisis pada tahun 1997, perusahaan ini limbung. Meskipun telahmemperoleh proteksi harga jual produk, Chandra Asri tetap kolaps dengantumpukan utang membengkak hingga Rp 27 triliun. Dampaknya,pembayaran kredit Chandra Asri pada berbagai krediturnya tersebut punmengalami macet.

Kepada BNI misalnya, pembayaran kredit Chandra Asri macet sejak 23Maret 1999 dengan jumlah kewajiban sebesar Rp 277,731 miliar. Sedangkankepada BBD (yang telah sejak sekitar tahun 1991 terlibat dalam pengucuranpinjaman kepada Chandra Asri), kredit Chandra Asri juga dinyatakan macetpada 31 Maret 1999 dengan jumlah kewajiban sebesar 56,510 juta dolar ASatau sekitar Rp 450,638 miliar. Dengan macetnya pembayaran kreditChandra Asri kepada BNI, terhitung tanggal 31 Maret 1999 Chandra Asrisudah diserahkan kepada BPPN. Di BPPN, Chandra Asri menerimarestrukturisasi agar performanya kembali sehat.

Selanjutnya, berdasarkan pemeriksaan BPK, dinyatakan bahwapemberian dana talangan oleh BNI kepada Chandra Asri telah melanggarBatas Maksimum Pemberian Kredit senilai Rp 43,365 miliar. Sehingga,menurut BPK, BNI berpotensi merugi 29,391 juta dolar AS. Pelanggaran itusendiri terjadi, menurut BPK, karena campur tangan Dirjen LembagaKeuangan dan mantan Direktur BI. Pejabat-pejabat itu dinilai turutmemberi persetujuan atas pemberian kredit kepada Chandra Asri.

212 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 237: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Hal ini senada dengan penjelasan yang diberikan BNI kepada BPK.Disebutkan bahwa sejak awal BI dan Departemen Keuangan telahmengetahui banyaknya penyimpangan, termasuk pelanggaran BMPK,dalam pemberian fasilitas kredit modal kerja kepada Chandra Asri.

Dana yang dikucurkan BNI kepada Chandra Asri juga didugamerupakan dana talangan yang disediakan untuk menalangi pembayarancicilan utang dan bunga Chandra Asri kepada pemberi pinjaman. Diketahui,dana tersebut dikucurkan dengan memasukkannya langsung ke rekeningChandra Asri, persis sesuai dengan permintaan, untuk kemudian dibayarkankepada para pemberi pinjaman. Hal ini menghindarkan Chandra Asri darimunculnya pernyataan (gagal bayar) yang dapat merusak reputasiChandra Asri di mata relasi bisnisnya. Artinya, secara implisit, dana talanganyang diberikan BNI kepada Chandra Asri memang disadari dilakukan untukmenolong Chandra Asri yang tengah mengalami sekarat.

Sementara itu, pada Bank Bumi Daya (BBD), BPK menemukan bahwapada 1 September 1997 BBD mengeluarkan Surat Direksi No. DIR/134/97dalam rangka menyelamatkan kredit Chandra Asri. Surat itu memberikanpersetujuan atas penurunan jumlah total utang Chandra Asri di BBD dari214,876 juta dolar AS menjadi 43,876 juta dolar AS.

Hal ini dilakukan dengan pemberian fasilitas Kredit Investasi (KI)sebesar 171 juta dolar AS kepada PT Estika Yasa Kelola dan 54 juta dolar ASkepada PT Inter Pertindo Inti Citra. Sebagai pendukung atas kredit yangdikucurkan, Chandra Asri menyerahkan jaminan kepada BBD sebesar 2,8miliar dolar AS yang terdiri dari sertifikat hipotik peringkat pertama, haktanggungan peringkat kedua, prasarana pabrik, mesin, peralatan, serta

(antara lain dari Prajogo Pangestu).

Meski demikian, BBD tetap menanggung potensi kerugian senilai56,510 juta dolar AS atau sekitar Rp 450,638 miliar. Terdapat pula potensikerugian lain BBD sebesar 293,387 juta dolar AS yang terdiri dari kreditsenilai 171.000 dolar AS ke PT Estika Yasa Kelola dan 54.000 dolar AS ke PTInter Pertindo Inti Citra, dan dana lain yang dikeluarkan untuk kepentinganChandra Asri dan afiliasinya sebesar 65.877 dolar AS.

Pemberian kredit investasi sendiri sebenarnya telah melanggar suratedaran BI yang melarang pencairan kredit untuk pembelian saham. Dalam

default

personal guarantee

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 213/

Page 238: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

pengucuran kredit, BBD kemudian juga diketahui melanggar BMPKdengan nilai mencapai lebih dari Rp 1,89 triliun.

Berbagai pelanggaran ini dapat terjadi karena selain keterlibatan parapejabat dan Direksi BBD, juga adanya campur tangan pemerintah (melaluiDeperindag) dan pejabat BI saat itu. Restrukturisasi utang Chandra Asridiketahui merupakan pelaksanaan hasil pertemuan yang dihadiri parapejabat pemerintah tersebut.

Keberpihakan Kepada Marubeni

Salah satu hal yang menonjol dalam upaya restrukturisasi utang ChandraAsri adalah keberpihakan yang nyata pada kepentingan MarubeniCorporation. Seperti telah disinggung, Marubeni merupakan perusahaanJepang yang memodali berdirinya Chandra Asri melalui saham yangdimilikinya pada JIPIC. Selain itu, Marubeni juga sekaligus merupakandebitur yang meminjamkan dananya kepada Chandra Asri.

Tindakan restrukturisasi utang Chandra Asri secara mencolokdiarahkan untuk mendorong kemampuan Chandra Asri dalam membayarcicilan utang dan bunganya kepada Marubeni. Hal itu dilakukan melaluikesediaan BPPN untuk mengkonversikan utang-utang Chandra Asri kebank-bank pemerintah menjadi penyertaan saham di PT Inter Peterindo IntiCitra/ PT IPIC (perusahaan induk yang memegang saham Chandra Asri).Sehingga hal ini sama artinya dengan bank-bank pemerintah melakukanpenjaminan atas pembayaran utang Chandra Asri.

Untuk mengakomodasi kepentingan Marubeni tersebut, pemerintahbahkan secara sukarela menanggung kerugian negara dari dikonversikannyautang Chandra Asri secara timpang dan tidak adil. Ketimpangan itu adalahperlakuan tidak sama yang diterima BPPN dan JIPIC dalam halpengkonversian utang Chandra Asri menjadi penyertaan modal. PiutangBPPN atas PT Chandra Asri sebesar US$ 417,4 juta dikonversi menjadikepemilikan saham dengan porsi 25,86%. Sedangkan, piutang JIPIC atas PTChandra Asri sebesar US$ 147 juta dikonversi menjadi kepemilikan sahamdengan porsi 24,59%. Sehingga, akibat ketimpangan ini, negara mengalamikerugian setidaknya sekitar 170 juta dolar AS.

214 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 239: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Selain dengan pengkonversian utang, pembayaran kepada Marubenitermasuk pula diupayakan dari hasil penjualan produk Chandra Asri yangdisimpan dalam sebuah rekening khusus .

Berbagai akomodasi terhadap kepentingan Marubeni di atas, dinilaiberkaitan dengan hubungan pemerintah dengan Jepang sebagai salah satunegara kreditur terbesar bagi RI. Melalui pemberian berbagai fasilitas itu,pemerintah dinilai berupaya meringankan potensi kerugian Marubeni diChandra Asri.

Barito Kembali Kuasai Chandra Asri

Kerugian yang diterima negara dari restrukturisasi utang Chandra Asrikian berlipat saat akhirnya porsi kepemilikan BPPN di perusahaan tersebutdijual dengan harga murah ke perusahaan investasi asal Thailand Glazers &Putnam Investment Ltd, yaitu senilai Rp 602 miliar saja. Padahal, sepertidinyatakan sebelumnya, pemerintah membelinya seharga 417 juta dolar ASatau sekitar Rp 4 triliun. Nilai penjualan ini pun jauh lebih rendah dari jumlahutang Prajogo Pangestu ke pemerintah, yaitu sekitar Rp 10 triliun. UtangPrajogo sendiri merupakan konsekuensi yang ditanggungnya sebagaipemegang saham pengendali Chandra Asri.

Tampilnya Glazers & Putnam juga menimbulkan pertanyaan baru,karena perusahaan ini tidak terlalu dikenal reputasinya. Bahkan, sepertiditulis Majalah Trust (edisi No. 50 / 17 Oktober 2007), nama perusahaan initidak ditemukan pada data Thailand Business Registry tahun 2005 dan 2006.Profil perusahaan juga sama sekali tak dapat ditemukan dari penelusuran diinternet.

Karena itu, berhembus kabar bahwa pemilik perusahaan misterius initak lain adalah Prajogo Pangestu sendiri. Padahal, jika Glazers & Putnamternyata ditemukan memang milik Prajogo, maka telah terjadi pelanggaranhukum serius. Seperti diketahui, sesuai dengan ketentuan, pemilik lama tidakdiperkenankan untuk mengikuti tender penjualan aset yang dilakukanBPPN.

Prajogo memang terkenal licin dalam mengutak-atik kepemilikansaham di berbagai perusahaan miliknya. Pada tahun 1998 misalnya, Prajogomendapat uang tunai 204 juta dolar AS dari penjualan saham PT Enim MusiLestari (EML) ke Barito. Prajogo memang menguasai mayoritas saham

(escrow account)

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 215/

Page 240: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

EML melalui PT Tunggal Setia Pratama (50%) dan PT Muktilestari Kencana(10%). Namun penjualan ini menjadi janggal karena saat dijual ke Barito,40% saham EML ternyata sudah dimiliki Barito. Lebih janggal lagi, karenaternyata Tunggal Setia Pratama dan Muktilestari Kencana adalah pemegangsaham Barito juga.

Alasan manajemen Barito untuk melakukan pembelian EML saat ituadalah untuk menjamin keamanan pasokan kayu bagi anak-anak perusahaanBarito. Namun, mengingat pemilik seluruh saham EML pada hakikatnyaadalah Prajogo juga, maka tanpa pembelian EML pun pasokan ituseharusnya sudah terjamin dengan sendirinya. Proses jual beli saham EMLitu sendiri ke Barito, juga merupakan peralihan saham dari Prajogo kePrajogo.

Kembali ke Chandra Asri, kerugian yang dialami negara menjadi jelasketika Glazers & Putnam menjual saham Chandra Asri yang dimilikinyakepada BUMN Singapura, Temasek . Temasek membeli 25,86%saham Chandra Asri yang dipegang oleh Glazers & Putnam sekaligus24,59% saham Chandra Asri yang dipegang oleh CommerzbankInternational Trust (yang memiliki saham Chandra Asri setelah merekamembelinya dari JIPIC) dengan harga 700 juta dolar AS. Artinya, sahamChandra Asri yang dimiliki Glazers & Putnam dibeli dengan nilai sekitar 350juta dolar AS. Jelas, nilai ini jauh lebih besar dibandingkan dengan Rp 602miliar (sekitar 75 juta dolar AS) yang dilepas BPPN sebagai harga jualChandra Asri.

Akhirnya, estafet perpindahan kepemilikan Chandra Asri itu berujungpada rencana akuisisi 70% saham Chandra Asri, yaitu pembelian 38.360lembar saham, oleh PT Barito Pasific pada 26 Oktober 2007 mendatang(saat tulisan disusun, akuisisi belum berlangsung). Untuk kepentingan ini,Barito menyatakan akan memperkuat permodalan dengan menerbitkanrights issue senilai sekitar Rp 9 triliun ke pasar. Pihak Barito Pasific jugamenyatakan akuisisi tersebut akan dilakukan melalui pembelian langsungatau tak langsung.

Pembelian akan dilakukan terhadap saham Chandra Asri yang kinimasih dipegang beberapa perusahaan, yaitu Strategic Investment sLtd asal Malaysia (48,16%), Marigold Resources Ltd. asal Singapura(7,24%), dan PT IPIC yang merupakan perusahaan milik Prajogo sendiri

Holding

Holding

216 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 241: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

(14,6%). Sementara sisanya, yaitu sekitar 30% tetap dipegang Glazers &Putnam yang sudah dimiliki Temasek.

Namun, beredar pula kabar bahwa pembelian 70% saham Chandra Asrioleh Barito tersebut sebenarnya dibekingi oleh Temasek. Hal ini karena danauntuk membeli saham Chandra Asri tersebut disokong sepenuhnya daripinjaman yang diberikan bank Singapura DBS (The Development Bank ofSingapore) yang tak lain dimiliki BUMN Singapura pimpinan Nyonya HoChing (istri Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long) tersebut. Bank inidisebutkan menyediakan dana 1 sampai 2 miliar dolar AS kepada MagnaResources Corporation untuk melakukan pembelian Chandra Asri kalau-kalau rencana penerbitan rights issue tidak berhasil (Magna ResourcesCorporation bertindak sebagai ). Magna Resources sendirisanter dikabarkan dimiliki oleh Prajogo Pangeastu juga.

Sebelumnya, pada Juni 2007, DBS bersama dengan Standard CharteredBank (yang 15% sahamnya juga dimiliki Temasek) juga telah menyalurkanpinjaman senilai 200 juta dolar AS kepada Chandra Asri.

Pada akhirnya, siapapun yang sesungguhnya berada dibalik rencanapembelian Chandra Asri, aspek transparansi, akuntabilitas, dan keadilantetap harus dikedepankan. Sebagai perusahaan yang telah menyedot banyakuang negara dalam rangka penyehatannya, publik berhak memperolehkejelasan tentang keseluruhan proses penjualannya. Jika kemudian diketahuibahwa pihak yang akan menguasai Chandra Asri ternyata merupakan pihakyang dahulu bertanggung jawab dan terlibat dalam bangkrutnya ChandraAsri, sudah selayaknya kasus ini kembali dibuka. Pemerintah harus memintapertanggungjawaban atas kerugian yang mereka akibatkan sebelum merekakembali pegang kendali atas perusahaan yang menguasai salah satu industristrategis di Indonesia ini.

Eka Tjipta Wijaya merupakan pendiri dan pemilik Sinar Mas(SMG) yang berutang kepada BPPN senilai 1,25 miliar dolar. Utang inidiperoleh dari pengalihan utang SMG ke BII kepada BPPN, setelah banktersebut dinyatakan masuk program penyehatan perbankan dan diambil alihsebagian sahamnya oleh pemerintah. BII sendiri sebenarnya merupakanunit usaha bekas milik keluarga Sinar Mas, namun grup ini keluar darimanajemen BII ketika dihantam krisis. Meski demikian, Sinar Mas tetap ikut

stand by buyer

Group

Eka Tjipta Wijaya

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 217/

Page 242: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

merekapitalisasi BII (20%), sehingga saat itu bank ini tidak terkategorisebagai bank penerima BLBI.

Untuk BII, pemerintah setidaknya telah mengeluarkan dana sekitar Rp7,7 triliun yang terdiri dari biaya rekapitalisasi (sebesar Rp 6,3 triliun atau57% dari total rekapitalisasi) dan pembayaran tagihan antar bank senilai Rp1,4 triliun. Selain itu, sesuai dengan program , pemerintahjuga menanggung kewajiban untuk menjamin pembayaran dana nasabahsenilai sekitar Rp 27 triliun. Sehingga, uang negara yang telah terkucurkanuntuk penyehatan BII memang tidak sedikit.

Di lain pihak, utang Sinar Mas senilai 1,25 miliar dolar AS kepada BII(yang kemudian dialihkan ke BPPN) sebenarnya merupakan bentukpelanggaran hukum, karena telah melanggar Batas Maksimum PemberianKredit (BMPK). Namun, dosa ini dianggap ”tertolong” oleh lancarnyatingkat kolektibilitas (pembayaran) SMG kepada BII pada periode 1999hingga tahun 2000. Pembayaran utang SMG sepanjang periode itu jugamenjadi pendapatan utama BII selain obligasi rekapitalisasi, karena besarkredit Sinar Mas mencakup 62% dari total kredit BII.

Problem kemudian muncul ketika salah satu perusahaan andalan SMG,yaitu Asia Pulp & Paper (APP) goyah sejak akhir 2000. Bahkan, sejak Maret2001, APP menyatakan , yaitu tidak mampu membayar kewajiban-kewajibannya kepada kreditur-krediturnya (baik BII maupun kreditur-kreditur asing) dan meminta restrukturisasi utang.

Dalam kaitan itu, pemerintah kemudian memutuskan untukmemisahkan penyelesaian masalah BII dengan Sinar Mas denganmengeluarkan kredit Sinar Mas dari bank tersebut. Sebagai gantinya,pemerintah memasukkan senilai 1,2 miliar dolar AS ke dalamBII. Dengan demikian, beralih pula utang APP dan SMG dari BII kepadapemerintah melalui BPPN.

Dalam rangka penyelesaian utang-utangnya tersebut, Sinar Mas harusmenyerahkan sejumlah asetnya sebagai jaminan ke BPPN. Aset yang harusdiserahkan SMG adalah senilai 145% dari nilai utangnya, ditambah dengan

Eka Tjipta Wijaya selaku pemilik. Jika ternyata aset yangdiserahkan bernilai kurang dari 145%, maka SMG pun wajib menambahkekurangannya. Diantara aset yang harus diserahkan itu adalah 1,45 miliar

blanket guarantee

stand still

recycled bonds

personal guarantee

218 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 243: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

lembar saham (27%) PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk., dan 560 juta lembarsaham (42%) PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.

Masalahnya, seperti telah disinggung, utang-utang SMG juga banyakbertebaran di luar negeri yang totalnya mencapai 13,9 miliar dolar AS.Sehingga, aset-aset SMG pun diincar oleh kreditur-krediturnya di luarnegeri. Hal ini misalnya yang dihadapi APP dengan menghadapi gugatanpengadilan di AS terkait senilai 220 juta dolar. Dikhawatirkan,aset-aset SMG yang dijadikan sebagai jaminan ke BPPN sebenarnyamerupakan aset-aset yang tidak boleh dijaminkan, karena sudah merupakanjaminan bagi kreditur lain.

Mengantisipasi hal tersebut, BPPN dan kreditur-kreditur SMG lainnyamembentuk dan mengangkat auditor independen, yaituKPMG (Klynvelt Peat Marvick Goeldeler), untuk mengawasi aset-asetSMG. Sementara BPPN berperan sebagai , KPMG bertugasmelakukan terhadap laporan keuangan SMG dan menilaikebenaran neraca perusahaan-perusahaan tersebut. Dengan demikian, uangyang masuk ke SMG dapat diawasi penggunaannya, terutama untukpembayaran utang-utang SMG kepada para krediturnya.

Namun, pada kenyataannya, pembayaran utang-utang SMG kepadakrediturnya tersebut tetap diwarnai sejumlah persoalan. Seperti pembayaranutang-utang APP yang terus menerus mengalami tarik ulur. Padahal, utangperusahaan inti dari grup Sinar Mas ini sangat besar. Secara keseluruhan,total utang APP mencapai 13,9 miliar dolar AS, yang terdiri dari utang APPIndonesia sebesar 6,7 miliar dolar AS dan sisanya (sekitar 7,2 miliar dolarAS) merupakan utang APP Cina.

Tarik ulur terutama terjadi karena banyaknya kepentingan masing-masing pihak yang terlibat dalam penyelesaian kasus ini. Para krediturmisalnya, khususnya perusahaan-perusahaan asing, berkepentingan untukmemastikan agar utang APP benar-benar dikembalikan seutuhnya.Sedangkan, SMG sendiri selaku pemilik APP berkepentingan untukmenjaga asetnya tersebut dari incaran kreditur, karena APP merupakantambang utama penghasil keuntungan bagi SMG.

Pihak-pihak ini bahkan juga saling curiga satu sama lain. Kreditur asingmisalnya mencurigai BPPN melakukan kongkalikong dengan APP dalammerestrukturisasi utangnya untuk melindungi kepentingan keluarga Eka

contract swap

steering committee

observer

due dilligent

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 219/

Page 244: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tjipta. Di sisi lain, pihak APP mencurigai kreditur asing berusaha mencaricelah untuk menguasai aset APP.

APP juga kemudian dituding tidak transparan dalam melaporkan neracakeuangannya. APP dinilai sengaja menyembunyikan informasi yangdiperlukan KPMG selaku kantor akuntan publik yang ditunjuk untukmengaudit APP. Kecurigaan ini dipicu oleh isu yang berkembang bahwaAPP Indonesia telah mengalihkan sejumlah asetnya ke APP Cina,ditunjukkan dari terus berkembangnya APP Cina, sementara APPIndonesia justru kian gembos.

Laporan KPMG bahkan selanjutnya menyatakan bahwa telah terjadipenggelapan aset senilai 4,4 milyar dolar AS oleh APP melaluidari anak-anak perusahaan APP di Indonesia, yaitu PT Indah Kiat, PT TjiwiKimia, PT Pindo Deli, dan PT Lontar Papyrus ke APP Cina. Meskipun,laporan ini mati-matian dibantah oleh APP.

Pada waktu berikutnya, perselisihan ini memang dapat diatasi satupersatu. Restrukturisasi utang APP sebesar 6,7 miliar dolar AS misalnyatelah berhasil disepakati APP dengan BPPN, dan sejumlah kreditur asingyang tergabung dalam Export Credit Agencies pada akhir Oktober 2003.Beberapa kreditur yang bersedia menandatangani kesepakatan itudiantaranya adalah kreditur asal Austria, Denmark, Finlandia, Perancis,Jerman, Italia, Spanyol, dan Swedia

Pada Juni 2007, dua anak perusahaan Sinar Mas, yaitu PT Indah KiatPulp & Paper Tbk. (INKP) dan PT Tjiwi Kimia Tbk. juga dilaporkan telahmenyelesaikan restrukturisasi utangnya senilai 532 juta dolar AS. INKPtelah membayar pokok pinjaman dan bunganya dengan total nilai 397 jutadolar AS. Sedangkan TKIM telah melakukan pembayaran pokok dan bungasebesar 135 juta dolar AS.

Meski sebagian persoalan yang menjeratnya telah berhasil diselesaikan,namun Sinar Mas tentu tidak dapat menghindarkan diri dari kewajibanmoral untuk bertanggung jawab atas kasus yang dialaminya saat krisis.Bagaimanapun, SMG pernah menikmati kucuran uang negara melaluiditalanginya utang-utang SMG oleh BPPN. Tak sedikit pula uang negarayang telah dikeluarkan untuk menyehatkan BII, bank yang dimiliki SMG.

transfer pricing

220 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 245: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Apalagi, di lain pihak, Eka Tjipta Wijaya selaku pemilik SMG kini justrutelah kembali bertengger pada urutan ketiga orang terkaya di Indonesia versiMajalah . Total kekayaan yang dimiliki taipan ini dinyatakanmencapai nilai 3,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 28 triliun. Dengan kondisiini, pertanyaan yang layak diajukan adalah apakah Eka Tjipta dan Sinar Masbenar-benar pantas dibantu dengan kucuran uang negara?

Pada pertengahan 2007, nama SMG kembali disebut setelah perusahaantersebut bersama dengan 9 perusahaan lain dikabarkan memperolehkucuran kredit dari BNI dan Bank Mandiri senilai total Rp 5,1 triliun untukmengembangkan bahan bakar nabati (hal ini sempat mengundang reaksikeras karena SMG dinilai tidak layak menerima kucuran kredit BUMNmengingat nya yang buruk sebagai salah satu perusahaanpengemplang BLBI). Dari BNI, SMG bersama dengan Sampoerna Agro,Sungai Budi , Rekayasa , dan Bioenergi Indonesia memperolehkesepakatan penyaluran kredit awal senilai Rp 1,2 triliun. Sedangkan, dariBank Mandiri, SMG bersama dengan Incassi Raya, Permata Sawit, danSatria , memperoleh kesepakatan pengucuran kredit senilai 432 jutadolar AS.

Globe Asia

track record

Group Group

Group

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 221/

Page 246: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin
Page 247: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin
Page 248: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 10

PERAN BI DAN BPPNDALAM SKANDAL BLBI

Marwan Batubara

Betapapun licik dan curangnya para obligor, skandal BLBI tak akanterjadi (atau setidaknya dapat diminimalisasi skala kerugiannya) jika sistemdijalankan dengan baik oleh pemerintah selaku pemegang otoritas. Namun,pada kenyataannya, justru institusi-institusi pemerintah yang berwenangdalam penyaluran BLBI seperti Bank Indonesia dan BPPN, turutmemperparah bocornya keuangan negara. Bahkan, indikasi penyelewenganjuga sangat kental dilakukan oleh oknum-oknum pejabat pada keduainstansi tersebut.

Berikut merupakan uraian ringkas tentang peran masing-masinginstitusi pemerintah, yaitu BI dan BPPN, dalam mendorong terjadinyapenyimpangan BLBI.

Terlepas dari kenyataan bahwa pemerintahan Soeharto pada masa BLBIdikucurkan merupakan pihak yang sangat berkuasa dan bisa mengendalikan

Bank Indonesia

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 223/

Page 249: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

seluruh pejabat di lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif, parapejabat BI yang terlibat dalam kasus BLBI tidak bisa lari dari kenyataanbahwa mereka turut bertanggungjawab atas penyelewengan yang terjadipada kasus ini. Mengapa mereka hanya ”membebek” dan tidakmenggunakan hati nuraninya?

Inilah hal yang dimaksudkan oleh Pasal 4 TAP MPR No.XI/MPR/1998yang berbunyi: “Upaya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme harusdilakukan secara tegas terhadap siapa pun juga, baik pejabat negara, mantanpejabat negara, keluarga dan kroninya maupun pihak swasta ataukonglomerat termasuk mantan Presiden Soeharto dengan tetapmemperhatikan prinsip praduga tak bersalah dan HAM”.

Pejabat BI bahkan dapat dikatakan berperan besar dalampenyimpangan yang terjadi dalam kasus BLBI karena merekalah pihak yangterlibat langsung dalam penyaluran BLBI kepada pihak perbankan.

Berdasarkan UU No.13/1968 tentang Bank Sentral, BI memangdisebutkan menjalankan tugas pokoknya berdasarkan kebijakanpemerintah, sehingga Direksi BI bertanggungjawab kepada Pemerintah.Oleh sebab itu, BLBI dapat diartikan sebagai kebijakan pemerintah yangdilaksanakan oleh BI. Hal ini juga membuahkan konsekuensi bahwa BIseharusnya berada di bawah pengawasan pemerintah dalam penyaluranBLBI.

Namun, perlu dicatat, disamping sebagai pimpinan BI, Gubernur BIjuga berkedudukan sebagai anggota Dewan Moneter dan anggota kabinet.Sehingga, dengan demikian Gubernur BI juga merupakan bagian daripemerintah. Gubernur BI turut terlibat dalam rapat-rapat kabinet dan turutbertanggungjawab atas aspek-aspek kebijakan yang dibuat terkait BI. Selainitu, Gubernur BI pun bertanggung jawab penuh pada aspek pengelolaankeuangan di lembaganya tersebut.

Yang menarik, berdasarkan keterangan mantan-mantan menterikeuangan RI antara lain Mar'ie Muhammad, Fuad Bawazier, dan BambangSubianto, meskipun pengucuran BLBI merupakan kebijakan pemerintah,namun dalam pelaksanaannya BI berjalan sendiri tanpa keterlibatanDepartemen Keuangan (Sukowaluyo Mintorahardjo,

, Jakarta: RESI, 2001).“BLBI Simalakama:

Pertaruhan Kekuasaan Presiden Soeharto”

224 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 250: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Pengucuran BLBI sendiri bermula dari keputusan Sidang KabinetTerbatas Bidang Ekonomi Keuangan Wasbang dan Prodis 3 September1997. Pada sidang tersebut Presiden Soeharto menginstruksikan MenkeuMar'ie Muhammad dan Gubernur BI Soedradjad Djiwandono agarmengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghadapi krisissektor keuangan dan perbankan.

Tetapi, BI kemudian melaksanakan kebijakan tersebut sendiri tanpabanyak berkoordinasi dengan Depkeu. Dampaknya, penyaluran BLBImenjadi tidak terkendali. Para mantan Menkeu tersebut bahkan menilai telahterjadi penyelewengan oleh oknum-oknum pejabat BI dengan melakukantindakan sendiri-sendiri dalam menentukan penyaluran BLBI. Hal itudilakukan dengan berlindung di balik UU No.7/1992, yang mengaturtentang kerahasiaan bank.

Berbagai pelanggaran yang dilakukan BI berakibat pada kerugiannegara yang sangat besar dalam skandal BLBI. Dalam hal ini, BPK membericatatan tentang tindakan dan langkah-langkah yang telah dilakukan BIsebagai berikut:

Kebijakan yang mendasari pemberian BLBI bersifat temporer,individual, subyektif dan sering berubah, yang tampak dariberbagai langkah seperti: 1) BI tidak berlaku tegas menerapkanketentuan; 2) kebijakan BI terkesan ditujukan untukmenyembunyikan informasi kepada publik; 3) memberlakukanKeputusan rapat direksi meskipun bertentangan dengan SuratKeputusan Direksi; dan 4) terjadi tiga kali perubahan ketentuandalam waktu 4 bulan;

Pemberian fasilitas SBPU Khusus tidak didasari atas analisiskondisi keuangan bank;

BI tetap memberikan fasilitas BLBI kepada bank-bank yangmelanggar UU Perbankan;

Adanya kerancuan tugas dan fungsi yang dijalankan oleh BI danBPPN;

Perhitungan bunga faslitas saldo debet (FSD) oleh BI tidak dapatdiyakini kewajarannya;

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 225/

Page 251: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Pelunasan FSD Bank Tiara dan Bank Dewa Rutji tidak jelasstatusnya;

Saldo debet terus diberikan BI meskipun bank sudah dinyatakantidak ada harapan sehat.

Terhadap terjadinya penyalahgunaan BLBI oleh para obligor, BPKmenyimpulkan terdapat tanggung jawab BI sebagai berikut:

Tidak melaksanakan fungsi pengawasan perbankan yang menjadiwewenang dan tanggung jawab BI sebagaimana mestinya. Hal initerlihat dari berbagai penyimpangan/pelanggaran yang dilakukanbank-bank secara berkesinambungan dan tetap terus terjadi tanpaada teguran dan sanksi yang tegas;

Tidak menerapkan sanksi secara tegas dan konsekuen terhadapsetiap pelanggaran yang terjadi;

Mengabaikan atau bahkan lalai dalam mengambil langkah-langkahpengamanan yang diperlukan terhadap bank-bank yang padalaporan berkalanya telah menunjukkan adanya pelanggaranmaterial, seperti:

Pelanggaran BMPK selama beberapa periode laporan, bahkandiantaranya telah terjadi beberapa tahun laporan, sehinggapada gilirannya bank-bank tersebut mengalami kesulitanlikuiditas yang tidak lagi bersifat jangka pendek dan telahmenyebabkan bank-bank tersebut menggunakan BLBI untukmenutupi kebutuhan likuiditasnya;

Pelanggaran prinsip prudential banking dalam penempatandan pengambilan dana PUAB (Pasar Uang Antar Bank) yangtelah melanggar ketentuan yang berlaku;

Kejanggalan-kejanggalan mutasi akuntansi yang tertuangdalam laporan yang disampaikan bank-bank kepada BI;

Tidak adanya pengendalian yang memadai terhadappenggunaan dana-dana BLBI (giro bank di BI). Hal ini terlihatdari tidak diterapkannya sanksi stop kliring bagi bank-bankyang telah bersaldo debet yang melebihi batas ketentuan,walaupun BI tidak dapat meyakini bahwa transaksi yang

226 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 252: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dibayar melalui kliring benar-benar merupakan transaksipembayaran yang sesuai dengan tujuan pemberian BLBI.Selain itu BI juga memberikan kemudahan kepada beberapabank tertentu menarik dana secara tunai atas rekening gironyadi BI atau menggunakan dana rekening giro di BI yang sudahdefisit (bersaldo debet), untuk melakukan transaksi valas yangdigunakan untuk mengisi rekening (giro bank di luarnegeri) atau untuk spekulasi;

Adanya pembedaan perlakuan dalam penyaluran BLBI kepadabank-bank tertentu yang kepemilikan sahamnya mempunyaiketerkaitan dengan BI;

Menerapkan kebijakan sistem pembayaran/pelunasan utangluar negeri ( ) yang tidak menjamin keamananpembayarannya (eksistensi dan akurasi);

Menyetujui pemilik saham bank-bank tertentu mengalihkansahamnya dengan melanggar hukum (di bawah tangan), danmenerima penyerahan saham oleh pemilik yang sebenarnyasudah merupakan agunan atas BLBI (Surat Berharga PasarUang Khusus);

Melakukan intervensi valas melalui bank-bank yang rekeninggiro rupiahnya telah bersaldo debet;

Tidak melaksanakan program penjaminan yang telahditetapkan dalam Keppres No. 26/1998 dan ketentuanpelaksanaannya, dan tetap membiarkan bank-bankmenyelesaikan kewajiban yang jatuh tempo melalui mekanismekliring.

Disamping pendapat BPK, kita juga menemukan pendapat yang serupatentang peranan BI dalam kasus BLBI pada laporan yang ditulis BPKP.Disebutkan dalam laporan itu, bahwa antara lain:

BI tidak melakukan pengawasan sebagaimana mestinya;

BI tidak menerapkan sanksi terhadap pelanggaran yang terjadi,misalnya pelanggaran BMPK;

BI lalai melakukan pengamanan terhadap bank yang laporannya

nostro

trade finance

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 227/

Page 253: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

ada indikasi pelanggaran seperti BMPK, longgarnya ketentuan(lemahnya prinsip ) dalam PUAB, dan kejanggalanmutasi akuntansi;

Tidak ada pengendalian yang memadai terhadap penggunaanBLBI;

Diskriminasi terhadap penggunaan BLBI.

Dengan berbagai kelalaian dan pelanggaran yang diuraikan di atas, tidakdiragukan lagi bahwa pejabat-pejabat BI merupakan pihak yang harusbertanggungjawab dalam skandal BI. Namun, dalam menindaklanjutitemuan BPK ini, pada kenyataannya penegakan hukum berjalan sangatlemah. Tercatat, hanya 3 orang pejabat BI saja yang telah diputus perkaranyadi pengadilan dengan hukuman yang sangat ringan. Padahal, jumlah pejabatBI yang pernah diperiksa mantan Jaksa Agung Marzuki Darusman terkaitskandal BLBI mencapai 80 orang (daftar pejabat BI yang terlibat dalamkasus BLBI dapat dilihat pada lampiran 1).

Fakta tentang keterlibatan oknum pejabat BI dalam kasus BLBI dansejumlah kasus korupsi lain, kini kembali terkuak dengan ditemukannyapenyimpangan dalam penggunaan dana Yayasan Pengembangan PerbankanIndonesia (YPPI) milik BI untuk berbagai keperluan di luar ketentuan,dengan nilai mencapai Rp 100 miliar. Padahal, sesuai dengan tujuanpembentukannya, YPPI seharusnya hanya menyalurkan dana untukkeperluan pelatihan dan pendidikan.

BPK menemukan, dana tersebut digunakan BI untuk berbagaikeperluan yang menyimpang, yaitu untuk memberi bantuan hukum kepadamantan Gubernur BI, mantan Direksi BI, dan mantan Deputi Gubernur BIterkait kasus BLBI dan kasus-kasus lainnya sejumlah Rp 68,5 miliar; sertauntuk ”membiayai” penyelesaian masalah BLBI dan perubahan UU No.23Tahun 1999 tentang BI oleh Komisi IX DPR RI (bidang perbankan) periode1999-2004 sejumlah Rp 31,5 miliar (lihat tabel 1). Dana ini juga dikeluarkantanpa mekanisme penerimaan dan pengeluaran resmi BI.

prudential banking

228 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 254: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tabel 1

Skema Aliran Dana YPPI

Penerima Cek Tanggal Cair Jumlah Dana Penerima Dana27 Juni 2003 Rp 2 milyar

2 Juli 2003 Rp 5 milyar

2 Juli 2003 Rp 500 juta

23 Juli 2003 Rp 7,5 milyar

Jumlah Rp 15 milyar

Oknum Anggota DPRuntuk penyelesaian BLBI

17 Sept 2003 Rp 7,5 milyar

17 Sept 2003 Rp 3 milyar

4 Des 2003 Rp 6 milyar

Jumlah Rp 16,5 milyar

Oknum Anggota DPRuntuk Amandemen UUBI

DiseminasiRp 31,5milyar

Pejabat di BiroGubernur BI

Total Rp 31,5 milyar

Penerima Cek Tanggal Cair Jumlah Dana Penerima Dana7 Juli 2003 Rp 5,6 milyar

10 Juli 2003 Rp 7 milyar

Jumlah Rp 13,5 milyar

Mantan anggota dewangubernur, lalu diberikan

ke penegak hukum

- Rp 5 milyar

13 Agus 2003 Rp 2,5 milyar

13 Agus 2003 Rp 6 milyar

13 Agus 2003 Rp 10 milyar

13 Agus 2003 Rp 1,5 milyar

Jumlah Rp 25 milyar

Oknum Anggota DPRuntuk Amandemen UUBI

29 Agus 2003 Rp 10 milyar Mantan Direktur

29 Agus 2003 Rp 10 milyar Mantan Direktur

29 Agus 2003 Rp 10 milyar Mantan Direktur

Jumlah Rp 30 milyar

BantuanHukum

Rp 68,5milyar

Pejabat diDirektorat

Hukum BI

Total Rp 68,5 milyar

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 229/

Page 255: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

BLBI

Tersangka/

Terdakwa

Laporan BI

Disclaimer

RDG I

20 Maret 03Direktorat Hukum

RDG II

3 Juni 03

RDG III

22 Juli 03

RDG IV

22 Juli 03

Penyediaan dana :

YPPI : Rp 100 miliar

Persetujuan pemberian dana

kepada YPPI Rp 100 miliar

Realisasi dana YPPI Rp 71,5 miliar

Pembentukan PSK

Penerima (3 tersangka)

1. PS

2. HB

3. HS

Tanpa dipertanggungjawabkan

Rp. 15 M

BI

PSK

Sumber dana :

1. YPPI : Rp 71,5 miliar

2. BI : Rp 42,7 miliar

YPPI

Pengurus YPPI yang

mencairkan:

Ketua: Baridjassalam Hadi

Bendahara: Ratnawati Sari

Dana bantuan hukum

Total: Rp 96,2 miliar

Aliran dana ke DPR

Jumlah: Rp 31,5 miliar

PJ: Rusli Simantuk

Para terdakwa

Rp 68,5 miliar

1. Sudrajat: Rp 25 miliar

2. Iwan : Rp 13,5 miliar

3. HS : Rp 10 miliar

4. HB : Rp 10 miliar

5. PS : Rp 10 miliar

Ke Pengacara Rp 27,7 miliar

1. Sudrajat: Rp 3,4 miliar

2. Iwan

3. HS : Rp 6,7 miliar

4. HB : Rp 6,7 miliar

5. PS : Rp 6,7 miliar

6. Gabungan 3 mantan Rp 4,09 miliar

Perantara di DPR

Sdr. Anthony Z. Abidin

Penerima Komisi IX DPR RI

o Pembahasan amandemen UU

BI Rp 16,5 miliar

o Pembahasan BLBI Rp 15 miliar

Tabel 2

SkemaAliran Dana YPPI (2)

Sumber: Kompas, 13 Desember 2007

Sumber : BPK (sebagaimana dimuat dalam Majalah Gatra Edisi 5 Desember 2007)

Tabel 3

Daftar Pejabat BI Penerima Bantuan Dana YPPI

Bantuan Hukum dari Anggaran BINama Jumlah (Rp)

Mantan Gubernur 3.411.100.000

Mantan Direksi 6.748.500.000

Mantan Direksi 6.748.500.000

Mantan Direksi 6.748.500.000

Gabungan 3 Mantan Direksi 4.090.625.000

Total 27.747.225.000

230 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 256: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Menurut BPK, dalam surat yang dikirimkan Ketua BPK AnwarNasution kepada Ketua KPK Taufiqurrahman Rukie pada 14 November2006, pengucuran dana BI dari YPPI tersebut dilakukan atas perintah RapatDewan Gubernur yang dipimpin Gubernur BI Burhanuddin Abdullah pada22 Juli 2003, dengan merujuk kepada hasil rapat Dewan Gubernur tanggal 3Juni 2003 ( , 12 November 2007).

Selain merupakan bentuk korupsi, mengalirnya sebagian besar danatersebut kepada aparat penegak hukum dan anggota DPR dalampenyelesaian kasus BLBI menunjukkan adanya tindakan suap yangdilakukan BI. Hal ini kembali menegaskan kentalnya aroma keterlibatanoknum-oknum pejabat BI dalam menyalahgunakan dan menyelewengkandana BLBI.

Atas dasar hal-hal itu, maka pejabat-pejabat BI mutlak harusbertanggungjawab terhadap penyelewengan yang terjadi dalam skandalBLBI. Bahkan, temuan ini juga dapat menjadi bukti besarnya keterlibatandan peran BI dalam skandal korupsi BLBI. Pemerintah harus menyeretseluruh oknum pejabat BI yang terlibat ke pengadilan, bukan membiarkanmereka bebas atau malah mendudukkan mereka pada berbagai pos jabatanstrategis!

Instansi pemerintah yang juga besar keterlibatannya dalam mendorongterjadinya penyimpangan BLBI adalah Badan Penyehatan PerbankanNasional (BPPN). Kontribusi BPPN dalam penyimpangan BLBI terutamadiakibatkan oleh ketidakhati-hatian (baik disengaja maupun tidak) dalammelakukan pengelolaan atas aset-aset perbankan yang diserahkankepadanya, seperti memberikan penilaian yang keliru atas jaminan aset yangdiserahkan obligor, menyuntikkan obligasi senilai ratusan triliun rupiahkepada bank-bank rekap tanpa diimbangi dengan pengendalian yangmemadai untuk menjamin pengembalian uang negara yang telah dikucurkantersebut, serta menjual aset-aset yang telah direstrukturisasinya denganmenggunakan uang sangat besar (termasuk bank-bank hasil rekap) denganharga sangat murah.

Harian Neraca

Badan Penyehatan Perbankan Nasional

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 231/

Page 257: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

BPPN dibentuk berdasarkan Keppres No. 27 Tahun 1998 tentangPembentukan BPPN. Berdasarkan Keppres ini, tugas BPPN ditetapkanmencakup tiga hal, yaitu menyehatkan kondisi perbankan, menyelesaikanaset aset bank yang bermasalah, dan mengupayakan pengembalian uangnegara yang telah mengucur ke sektor perbankan selama krisis. Sementaraitu, kewenangan BPPN ditetapkan berdasarkan Keppres No. 34 Tahun 1998tentang Tugas dan Kewenangan BPPN.

Sebagai lembaga yang khusus dibentuk pemerintah untuk mengambilalih penyelesaian masalah perbankan pasca krisis moneter 1998, peranBPPN sangat menentukan dalam kasus BLBI. Apalagi, wewenang lembagaini demikian besar, mulai dari merestrukturisasi perbankan, membuatputusan hukum atas aset-aset bank yang berada dalam pengelolaannya,hingga menjual aset-aset bank dengan jaminan perlindungan hukum atastindakannya tersebut. Wajar, dengan kewenangannya yang besar BPPNdisebut sebagai instansi super atau .

Besarnya kewenangan BPPN diikuti juga dengan besarnya nilai asetyang berada di bawah pengelolaannya. Total nilai aset yang dikelola BPPNmencapai jumlah sekitar Rp 590 triliun, yang terdiri atas penyelesaiankewajiban pemegang saham (PKPS) atau utang obligor senilai Rp 126,45triliun, restrukturisasi/obligasi rekapitalisasi bank (khusus yang berada dibawah pengelolaannya) senilai Rp 123,16 triliun, dan aset kredit macet (yangdilimpahkan ke BPPN) sejumlah Rp 340 triliun.

Sebagai perbandingan, di negara lain, lembaga serupa BPPN hanyamemiliki sebagian dari fungsi-fungsi dan kewenangan yang dimiliki BPPN.Thailand, misalnya, lembaga (FRA) di negaratersebut hanya berfungsi merestrukturisasi perbankan. Sementara,Danaharta Malaysia memfokuskan kerjanya hanya pada pengelolaan aset-aset berupa kredit macet.

Tentu saja, besarnya kewenangan BPPN tersebut, membuka peluangbesar pula bagi terjadinya penyelewengan dan penyalahgunaan. Indikasi-indikasi penyelewengan BPPN dalam menangani kasus BLBI, setidaknyadapat dilihat pada performa kinerja mereka pada tiga hal, yaitu penyelesaiankewajiban obligor, penyelesaian aset-aset perbankan berupa kreditbermasalah, penjualan aset, dan divestasi saham pemerintah pada bank-bank rekap dalam rangka pengembalian uang negara.

superbody

Financial Restructuring Agency

232 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 258: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Penyelesaian Kewajiban Obligor

Dalam menyelesaikan kewajiban obligor, BPPN menggunakanmekanisme yang dikenal dengan program Penyelesaian KewajibanPemegang Saham (PKPS). Pada intinya, mekanisme ini merupakan upayapengalihan kewajiban-kewajiban dari bank yang tidak memiliki harapansehat kepada pemilik atau pemegang saham pengendali dari bank yangbersangkutan. Maksudnya, agar uang negara yang telah terkucurkan kepadabank tersebut dapat ditarik kembali meskipun bank yang bersangkutan telahbubar. Hal ini juga agar pemilik dan pemegang saham pengendali bank tidaklepas tangan begitu saja atas kerugian yang diakibatkannya pada banktersebut.

Berdasarkan PKPS, kewajiban bank yang dapat dibebankan kepadapemilik atau pemegang saham pengendali adalah kewajiban yang timbulakibat kredit-kredit macet dari pihak terkait (yaitu kredit dari kelompokusaha pemilik atau pemegang saham bank) dan kewajiban yang munculakibat transaksi tidak wajar atau mengandung pelanggaran hukum yangmenguntungkan pemilik bank secara sepihak.

Secara total, BPPN melakukan penyelesaian PKPS terhadap 72 bankyang terdiri dari 65 bank terkategori Bank Dalam Penyehatan (BDP) dan 7Bank Umum Peserta Rekapitalisasi. Dari 65 BDP tersebut, 10 bankberstatus Bank Beku Operasi (BBO), 42 bank berstatus Bank Beku KegiatanUsaha (BBKU), dan 13 bank berstatus Bank (BTO).

Pengelolaan PKPS oleh BPPN atas 65 BDP, menghasilkan tigakelompok bank, yaitu :

Kategori A, yaitu 16 BDP yang berdasarkan laporan(LDD) dan (FDD) tidak ditemukan indikasipelanggaran hukum (irregularities) atau transaksi yang tidak wajar. Bank-bank dengan kategori A ini tidak diwajibkan mengikuti PKPS.

Kategori B, yaitu 32 BDP yang berdasarkan laporan LDD dan FDDmenunjukkan indikasi pelanggaran hukum atau transaksi tidak wajar, namunpemegang saham pengendali bersedia mengikuti PKPS (bersikapkooperatif).

Kategori C, yaitu 7 BDP yang menurut Laporan LDD dan FDDmemiliki indikasi pelanggaran hukum atau tindakan transaksi tidak wajar,

Take over

Legal Due Diligence

Financial Due Diligence

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 233/

Page 259: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

namun pemegang saham pengendali tidak bersikap kooperatif, sehinggaPKPS tidak dapat dilaksanakan.

Dalam laporan auditnya, BPK menyatakan bahwa dalam pelaksanaanPKPS, tidak ditemukan ketidaksesuaian material dengan ketentuanperundang-undangan yang berlaku, kebijakan yang ditetapkan pemerintah,dan perjanjian yang disepakati antara BPPN dan pemegang sahampengendali. Artinya, BPK meluluskan kinerja BPPN dalam melaksanakanPKPS.

Namun, jika dikaji lebih jauh, indikasi penyimpangan sangat kentalterutama dalam pemberian Surat Keterangan Lunas (SKL) kepadapemegang saham pengendali bank (obligor). Sesuai dengan mekanismePKPS dan Inpres No. 8/2002, pemegang saham memang dapatmengantungi SKL jika telah menyelesaikan kewajibannya. Persoalannya,SKL telah diberikan meskipun pemegang saham hanya membayar sebagiankecil dari total kewajibannya.

Soedono Salim misalnya, pemilik Salim ini memiliki totalkewajiban sejumlah Rp 52,72 triliun. Namun, melalui mekanisme PKPS,Salim telah mengantungi SKL hanya dengan membayar sejumlah Rp 19,389triliun atau sekitar 36,77% saja. Bahkan, jumlah kewajiban yang dibayardengan uang tunai oleh Salim hanya sebesar Rp 100 miliar saja. Sedangkanselebihnya, diperhitungkan dari hasil penjualan aset-aset Salim. Metodepenilaian aset-aset Salim pun dipertanyakan banyak pihak karena dilakukandalam jangka waktu yang terlalu pendek.

Sjamsul Nursalim adalah contoh lainnya. Nursalim mengantungi SKLsetelah mantan pemilik Bank Dagang Negara Indonesia (BDNI) tersebutdinyatakan telah melunasi utangnya sebesar Rp 28,488 triliun melalui aset-aset yang diserahkannya. Namun perhitungan ulang yang dilakukanPricewaterhouseCooper pada 2000, menyatakan nilai aset Sjamsul Nursalimhanya bernilai Rp 1,441 triliun saja. Jelas, hal ini memperlihatkanmencoloknya ketimpangan antara jumlah utang Nursalim dengan tingkatpengembalian yang dilakukannya untuk memperoleh SKL.

Selain itu, terdapat juga persoalan dari pemberian SKL.Seperti telah dijelaskan, para pemegang saham pengendali yang mengikutiPKPS pada dasarnya adalah pihak yang terbukti melakukan pelanggaranhukum dan melakukan transaksi tidak wajar sehingga menguntungkan diri

Group

moral hazard

234 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 260: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dan kelompoknya sendiri. Karena itu, perbuatan mereka jelas merupakantindak pidana yang harus diproses secara hukum. Apalagi, nilai aset yangmereka serahkan sebagai pembayaran kewajiban-kewajiban ternyata jauhdari jumlah total kewajiban yang seharusnya mereka bayarkan.

Karena itu, merupakan sesuatu yang tidak masuk akal, jika mereka yangtelah melanggar hukum dengan menggunakan uang negara untukkepentingan pribadi, kemudian hanya mengembalikan sebagian kecil darikewajibannya saja, lalu memperoleh surat keterangan lunas pluspembebasan dari semua tuntutan hukum.

Sebagai pihak yang melaksanakan PKPS dan mengeluarkan SKL,BPPN sudah seharusnya dimintakan pertanggungjawaban atas kerugianyang dialami negara dari penyelesaian kasus BLBI melalui mekanisme PKPSini.

Restrukturisasi aset berupa penyelesaian kredit-kredit bermasalah olehBPPN juga dinilai telah merugikan negara dalam jumlah sangat besar.Sebagian besar aset-aset yang diserahkan pihak perbankan kepada BPPNtersebut merupakan aset-aset bangkai, yang pembayarannya macet,sedangkan dijual tidak laku. Akhirnya, aset-aset tersebut dilelang denganharga sangat murah, dan bahkan ada yang tetap tak terselesaikan (takterbayar dan tak terjual) hingga BPPN dibubarkan. Padahal, untukmerestrukturisasi aset-aset perbankan tersebut, pemerintah telahmengucurkan obligasi rekap senilai ratusan triliun rupiah yang cicilan pokokdan bunganya harus dibayar tiap tahun hingga kini.

Perlu pula dicatat, bahwa merosotnya nilai aset dalam pengelolaanBPPN tak lepas dari peran obligor mengingat pada kenyataannya merekalahyang mengelola aset-aset tersebut melalui yang dibentuknyabersama dengan BPPN (lihat penyusutan nilai aset obligor saat dijual BPPNpada lampiran 2). Hal ini terjadi karena BPPN, dengan cakupan tugasnyayang sangat luas, tak mampu mengelola sendiri aset-aset tersebut. Obligorsebagai bekas pemilik aset pun dilibatkan dalam pengelolaan karenadianggap lebih memahami kondisi asetnya.

Restrukturisasi aset sendiri sebenarnya merupakan bagian dari upayapenyehatan perbankan yang dilakukan BPPN. Restrukturisasi dilakukan

RestrukturisasiAset

holding company

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 235/

Page 261: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dengan mengambil alih aset-aset perbankan yang bermasalah, yaitu tagihan-tagihan utang kepada perusahaan yang macet bayar, untuk ditukar denganobligasi rekap yang diterbitkan pemerintah. Maksudnya, agar aset-asettersebut diperbaiki atau direstrukturisasi terlebih dulu, sehingga kondisinyasudah layak (perusahaan dapat beroperasi dengan baik dan dapat membayarutang-utangnya) ketika dikembalikan kepada sistem perbankan.

Restrukturisasi aset terutama dilakukan dalam dua hal, yaiturestrukturisasi utang perusahaan dan restrukturisasi terhadap perusahaanitu sendiri. Restrukturisasi utang dilakukan dengan memperpanjang masapembayaran, memberi diskon terhadap bunga, dan bahkan memotongpokok utang. Sedangkan, restrukturisasi perusahaan biasanya dilakukandengan menempatkan wakil-wakil BPPN di direksi maupun komisaris agardapat mengawasi dan mengontrol jalannya perusahaan.

Indikasi korupsi dalam restrukturisasi aset misalnya tercium kuat darihasil kajian (OC) BPPN yang menemukan bahwa polarestrukturisasi yang dilakukan BPPN terhadap empat debitur telahmenyimpang dari prinsip-prinsip yang digariskan KKSK (KomiteKebijakan Sektor Keuangan). Empat debitur yang dimaksud adalah PTChandra Asri (milik Prajogo Pangestu), PT Tirtamas Majutama (kelompokTirtamas), PT Seamless Pipe Indonesia Jaya (milik kelompok usaha Bakrie),dan PT Permadani Khatulistiwa Nusantara (Kelompok Kodel).

Restrukturisasi utang PT Seamless Pipe senilai US$ 281 juta milik Bakriedinyatakan menyimpang karena BPPN tidak menentukan pembatasan daripenjualan utang yang telah direstrukturisasi. Sesuai dengan pedomanKKSK, seharusnya utang yang direstrukturisasi harus diperhitungkan agartingkat -nya mencapai minimal 70%.

Pola restrukturisasi PT Permadani Khatulistiwa dengan nilai sebesarUS$ 160 juta juga dinyatakan menyimpang karena tidak adanya laporan ujituntas (due dilligence) atas kondisi keuangan dan laporan resmi proyeksi

. Terdapat pula perbedaan antara proyeksi keuangan versi perusahaandengan versi penasihat keuangan BPPN.

Penyimpangan dalam jumlah yang besar juga terjadi pada restrukturisasiPT Chandra Asri milik Prajogo Pangestu. Total penyimpangan yang terjadidalam restrukturisasi aset PT Chandra Asri diperhitungkan mencapai US$1,18 miliar.

oversight committee

recovery

cash

flow

236 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 262: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Salah satu bentuk penyimpangan itu adalah perlakuan tidak sama yangditerima kreditor, dalam hal ini BPPN dan Japan Indonesia PetrochemicalInvestment Corporation (JIPIC). Sesuai dengan kesepakatan yangditandatangani pihak-pihak terkait, piutang BPPN atas PT Chandra Asrisebesar US$ 417,4 juta dikonversi menjadi kepemilikan saham dengan porsi25,86%. Sedangkan, piutang JIPIC atas PT Chandra Asri sebesar US$ 147juta dikonversi menjadi kepemilikan saham dengan porsi 24,59%. Konversipiutang ke dalam bentuk kepemilikan saham ini jelas menunjukkanketimpangan luar biasa antara bagian yang diterima BPPN dengan JIPIC.

Kerugian BPPN kian parah karena perusahaan ini akhirnya dijualdengan harga sangat murah, yaitu hanya sebesar Rp 602 miliar saja.Pembelinya pun, PT Glazer and Putnam Investment Ltd dan DresdnerKleinwort Wasserstein, merupakan perusahaan investasi yang dinilai tidakmemiliki asal usul jelas. Sehingga, pemerintah mengalami kerugian baik daripola restrukturisasinya maupun dari tingkat penjualan yang tidaksampai 10%.

Sementara, penyimpangan dalam restrukturisasi aset PT Tirtamasterjadi dalam bentuk pola restrukturisasi yang merugikan BPPN. Utang PTTirtamas senilai Rp 6 triliun direstrukturisasi dengan memberi tingkat bungayang jauh di bawah standar. OC juga memperkirakan Tirtamas akankesulitan melunasi utangnya kepada pemerintah dalam jangka waktu 10tahun seperti yang ditetapkan. Padahal, obligasi Tirtamas kepada BPPNtidak bisa dijual karena tingkat yang rendah, yaitu hanya sekitar 20%.Di sisi lain, konversi utang Tirtamas menjadi penyertaan saham pemerintahjuga tidak berhasil menjadikan pemerintah sebagai pemegang sahammayoritas, padahal posisi itu dibutuhkan pemerintah untuk memastikanpembayaran utang Tirtamas.

Tugas lain yang dijalankan BPPN adalah menjual aset atau melakukandivestasi saham pemerintah pada aset-aset perbankan (perusahaan yangdiambil alih pemerintah) dan bank-bank (BTO) yang telah direkap.Hal ini dilakukan BPPN terutama untuk mengembalikan uang negara yangtelah terkucurkan melalui skema BLBI. Hal ini sekaligus pula merupakanpelaksanaan tugas tambahan BPPN, yaitu mengejar target penerimaan

recovery

recovery

take over

PenjualanAset

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 237/

Page 263: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

negara untuk menutup defisit APBN. Target penerimaan negara yang harusdicapai BPPN setidaknya mencapai Rp 42 triliun.

Divestasi saham pemerintah, memang merupakan bagian dari kebijakanekonomi pemerintah bersama dengan IMF dalam skala yang lebih luas.Untuk mengimbangi APBN yang minim dana, IMF meminta pemerintahuntuk melakukan privatisasi atas sejumlah BUMN yang dimilikinya.Pemerintah menargetkan Rp 6 triliun Rp 13 triliun per tahun dari privatisasiBUMN. Divestasi juga dinyatakan IMF sebagai wujud komitmenpemerintah untuk menerapkan reformasi ekonomi secara menyeluruh diIndonesia.

Perlu diketahui sebelumnya, kepemilikan pemerintah atas saham disejumlah bank rekap (BTO) sebagiannya merupakan konversi dari utangpihak perbankan kepada pemerintah yang tak terbayarkan seperti daripengucuran BLBI (senilai Rp 144,5 triliun) dan program penjaminanpemerintah (senilai sekitar Rp 53,78 triliun). Perlu dicatat pula, denganstatusnya sebagai BTO, bank-bank rekap ini juga menerima suntikan modalberupa obligasi rekap dari pemerintah senilai sekitar Rp 431,6 triliun.

Persoalannya muncul ketika penjualan aset oleh BPPN ternyata tidakmendatangkan keuntungan maksimal bagi negara. Bahkan, uang negarayang kembali berkat penjualan aset ternyata jauh lebih kecil dari biaya yangtelah dikucurkan negara kepada bank-bank tersebut.

Kasus yang sangat fenomenal untuk menggambarkan hal ini adalahpenjualan BCA (sebagaimana juga telah diuraikan pada bab sebelumnya).Dari kucuran dana kepada BCA sebesar Rp 29,1 triliun melalui BLBI dan Rp60,9 triliun melalui obligasi rekap, negara ternyata hanya menerimapengembalian sebesar Rp 5,3 triliun. BCA pun masih menerimapembayaran bunga obligasi rekap per tahunnya dari pemerintah senilaisekitar Rp 9 triliun. Karena itu, penjualan BCA dengan harga yang bahkantidak sampai 5% dari nilai aslinya tersebut sangat janggal dan tidak masukakal. Apalagi, kemudian juga berkembang dugaan bahwa pembeli BCAmasih terkait dengan pemilik lamanya juga (kelompok Salim).

Pembelian aset oleh pemilik lamanya juga belakangan kembali munculdari kasus PT Timor Putra Nasional (TPN), aset bekas milik Humpuss

(perusahaan milik Hutomo Mandala Putra/Tommy Soeharto), yangdibeli oleh PT Vista Bella Pratama (Vista Bella). KPK menyatakan, pihaknyaGroup

238 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 264: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

menemukan adanya aliran dana dari Humpuss kepada Vista Bella untukmembeli TPN. Berdasarkan hal itu, maka ditengarai Vista Bella hanyamerupakan perusahaan alat yang khusus dibentuk Humpuss untuk membelikembali aset-aset bekas miliknya dari BPPN.

TPN dibeli Vista Bella dari BPPN pada 15 April 2003 dengan harga Rp521 miliar. Padahal, utang yang masih ditanggung TPN kepada BPPN saatpembelian itu dilakukan adalah sebesar Rp 4,576 triliun. Dengan demikian,akibat pembelian itu (pengalihan hak tagih BPPN atas TPN kepada VistaBella) negara mengalami kerugian Rp 4,046 triliun. Pembelian TPN olehperusahaan terafiliasi Humpuss juga telah melanggar salah satu syarat dalamPerjanjian Jual Beli Piutang (PJBP) antara BPPN dan Vista Bella.

Kasus-kasus penjualan aset dengan harga murah di atas, pada akhirnyamendudukkan BPPN sebagai pihak yang harus bertanggung jawab ataskerugian negara yang diakibatkannya. Termasuk pula hal yang harusdiklarifikasi dan dipertanggungjawabkan BPPN adalah dugaan kolusioknum-oknum pejabatnya dengan para konglomerat obligor.

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 239/

Page 265: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Lampiran 1

DAFTAR NAMA DIREKSI/DEWAN GUBERNUR BITERKAIT DENGAN PENYALURAN BLBI

(Berdasarkan Data dari Direktorat Pengawasan Intern BI)

I. Periode 1 Juli 1996 - 28 Desember 1997

Nama Jabatan

1. J. Soedrajat Djiwandono*2. Hendrobudiyanto

3. Heru Supraptomo4. Paul Soetopo T5. Mansjurdin Nurdin6. Boediono

7. Haryono8. Mukhlis Rasyid

Gubernur BIDirektur I Urusan PengawasanBank Umum (UPB) I dan IIDirektur I UPB IIIDirektur III UPB IIDirektur III UPB I dan IIDirektur III Urusan PengawasanBank Pengkreditan Rakyat (UP BPR)dan Urusan Pengaturan danPengembangan Perbankan (UPPB)Direktur I Urusan SDMDirektur I Urusan Kredit (UK)dan Urusan Akunting danSistem Pembayaran (UASP)

II. Periode 29 Desember 1997-13 April 1998

Nama Jabatan

1. J. Soedrajat Djiwandono*2. Mukhlis Rasyid3. Haryono4. Iwan R Prawiranata5. Miranda S Gultom

6. Boediono

7. Aulia Pohan8. Syahril Sabirin

Gubernur BIDirektur I UPB I/ Direktur III UPB II dan IIIDirektur II UPB IDirektur III UPB I/ Direktur I UPB II dan IIIDirektur I Urusan Statistik Ekonomidan Moneter (USEM) dan Urusan RisetEkonomi dan Kebijakan MoneterDirektur I Urusan Operasional danPengendalian Moneter (UOPM)Direktur I UK/ Direktur II UPB II dan IIIDirektur I UASP dan UrusanPengedaran Uang

II. Periode 14 April 1998-30 Agustus 1999

Nama Jabatan

1. Syahril Sabirin2. Subarjo Joyosunarto3. Achwan4. Iwan R Prawiranata

5. Aulia Pohan*

6. Dono Iskandar Dj

Gubernur BIDirektur I UPB IDirektur I UPB II dan IIIDirektur III UPB I danDirektur III UPB II dan IIIDirektur I UK dan UASP/Direktur II UPB II dan IIIDirektur I Urusan Luar Negeri

240 Kejahatan Obligor Menjarah BLBI/

Page 266: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Sumber: BPPN (sebagaimana dikutip dalam buku “BLBI: Megaskandal EkonomiIndonesia,” Humanika, 2007)

Lampiran 2

Perkiraan Penurunan Aset 5 Holding company

(dalam triliun Rp)

Nama Holding

company

Nilai AsetSaat Diserahkan

ke BPPN

PerkiraanNilai Aset

per April 2000

PerkiranRecovery rate

%Selisih 2-3

1. Holdiko Perkasa2. Tunas Sepadan

Investama3. Bentala Kartka

Abadi4. Kiani Wirudha5. Cakrawala Gita

Pratama

52,6228,41

12,53

6,162,66

20,008,30

3,26

3,40n/a

3829

26

55n/a

32,6220,11

9,27

2,76n/a

Kejahatan Obligor Menjarah BLBI 241/

Page 267: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin
Page 268: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 11

PERAN IMF DALAMKASUS BLBI

Marwan Batubara

Saat krisis kian parah, negara-negara Asia, termasuk Indonesia, akhirnyamenyadari bahwa mereka membutuhkan pinjaman untuk mengatasi krisistersebut. Ini yang mendorong mereka untuk kemudian berurusan denganIMF.

Pada 31 Oktober 1997, perjanjian pemerintah dengan IMF disepakatidengan komitmen pinjaman senilai 7,3 miliar SDRatau setara dengan US$ 9,709 miliar dolar. Pinjaman sejumlah ini dikucurkandalam beberapa tahap. Untuk tahap awal, dana yang dikucurkan sebesar2,202 miliar SDR (US$ 2,92 miliar).

Namun, tentu saja hal ini tidak diperoleh dengan gratis. Sebagaikompensasi dari pinjaman yang diberikan IMF tersebut, pemerintah harussetuju untuk mengimplementasikan sejumlah program reformasi ekonomimenyeluruh yang diajukan IMF seperti privatisasi, pengurangan subsidi,liberalisasi keuangan, dan reformasi sistem perbankan.

(Special Drawing Rights)

Peran IMF dalam Kasus BLBI 243/

Page 269: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Sejumlah program ini dituangkan dalam bentuk kesepakatan yangdinamakan MEFP atau lebihdikenal dengan LoI (menurut Kwik Kian Gie, penyebutanLoI lebih sering digunakan untuk menunjukkan bahwa seolah-olahkehendak untuk melaksanakan butir-butir kebi jakan yangdirekomendasikan IMF tersebut berasal dari pemerintah Indonesia sendiri).Selama di bawah “program asistensi” IMF, tercatat pemerintah telahmenandatangani 1301 butir kesepakatan LoI. Besarnya jumlah kesepakatanyang dibuat menunjukkan besarnya pula peran IMF dalam mengarahkankebijakan ekonomi Indonesia di masa krisis dan pasca krisis ekonomi 1997.

IMF pun senantiasa secara ketat melakukan terhadapimplementasi dari program-program yang direkomendasikannya. Jika IMFmenilai pemerintah tidak melaksanakan program sesuai dengan yangdikehendakinya, IMF tak segan memberi peringatan dan bahkanmenangguhkan pemberian pinjaman. Sehingga, dana yang dipinjamkanIMF sesungguhnya berfungsi pula sebagai instrumen bagi IMF untukmengendalikan kebijakan ekonomi Indonesia saat krisis. Karena itu, takberlebihan, jika dikatakan kebijakan reformasi ekonomi yang telahdijalankan Indonesia pada masa-masa tersebut, termasuk pula pengucuranBLBI dan obligasi rekap, dipengaruhi sebagian besar oleh IMF.

Fakta yang paling mengganggu dari kehadiran IMF di Indonesia adalahluasnya cakupan campur tangan IMF dalam menentukan kebijakan. Tidakhanya berperan di bidang moneter, sesuai dengan kompetensi lembaga ini,IMF meluaskan intervensinya dalam hampir seluruh kebijakan ekonomiyang dibuat pemerintah, mencakup antara lain pemulihan aset, privatisasiBUMN, deregulasi dan investasi, serta perdagangan luar negeri. Bahkan,bidang-bidang non ekonomi juga tak lepas dari pengaruh intervensi IMFseperti kebijakan jaring pengaman sosial, desentralisasi, hingga reformasihukum dan lingkungan. Sehingga, kebijakan ekonomi pemerintah di masakrisis praktis hanya merupakan bentuk implementasi dari kebijakanyang diinstruksikan oleh IMF. Seperti terlihat, kebijakan IMF

Memorandum on Economic and Financial Policies/

Letter of Intent/

monitoring

platform

platform

Campur Tangan IMF dalam Seluruh Aspek Kebijakan

Ekonomi Indonesia

244 Peran IMF dalam Kasus BLBI/

Page 270: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

tersebut bertumpu pada tiga pilar utama yaitu privatisasi, deregulasi, danliberalisasi.

Luasnya campur tangan IMF dalam berbagai bidang kebijakan inimembuat pemerintah tidak dapat leluasa dalam merancang kebijakanekonominya sendiri. Apalagi, IMF secara ketat melakukan pengawasanterhadap pemerintah untuk memastikan kebijakan-kebijakan yangdirekomendasikannya benar-benar dilaksanakan. Sedikit saja pemerintahlambat atau menunda-nunda pelaksanaan kebijakan sebagaimanadituangkan dalam LoI, IMF segera menggunakan instrumen modal yangdimilikinya (dengan menunda pencairan pinjaman) untuk menekanpemerintah.

Memang ada sebagian kalangan yang menilai bahwa tekanan IMFtersebut justru merupakan hal yang positif agar agenda reformasi ekonomidapat benar-benar konsisten dijalankan pemerintah. Argumentasinya,dengan pengawasan pun pemerintah kerap tidak konsisten, bagaimana jikatidak ada pengawasan sama sekali? Sehingga dengan kata lain keberadaanIMF dinilai penting untuk ”memandori” kerja pemerintah dalammereformasi kebijakan ekonomi.

Namun tak sedikit pula kalangan yang menilai bahwa keberadaan IMFjustru turut menambah kronis krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia.Mantan Menko Perekonomian RI Dr. Rizal Ramli misalnya, menyatakanbahwa akibat resep-resep ekonomi yang dipaksakan IMF di saat krisis,terjadi pembengkakan pengangguran menjadi 40 juta orang, dunia usahakian mengalami kebangkrutan, dan pertumbuhan ekonomi Indonesiaanjlok dari rata-rata 6% per tahun menjadi -12,8% pada tahun 1998. Kondisiini selanjutnya mengantarkan Indonesia pada situasi berupa terjadinyakerusuhan sosial di mana-mana, yang ternyata juga terjadi pada negara-negara lain dimana IMF berperan (karena itu fenomena ini disebut sebagai” ).

Pada kenyataannya, dibanding negara-negara Asia lain yang mengalamikrisis seperti Thailand, Korsel, atau Malaysia, Indonesia yang paling taatmenjalankan agenda IMF justru paling lambat pulih kondisiperekonomiannya. Bahkan, Indonesia kini telah terperosok jauh dalambelitan utang yang akan membebani pemerintahan hingga kurun waktuberpuluh tahun yang akan datang. Seperti kita tahu, belitan utang tersebut

chaos

IMF Provoked Riots”

Peran IMF dalam Kasus BLBI 245/

Page 271: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tabel 1

Rekapitulasi Butir-Butir Kebijakan Letter of Intent IMF

KebijakanNo Bidang Kebijakan

Baru Pengulangan Lanjutan Jumlah

1. Restrukturisasi Perbankan 171 57 99 327

2. Restrukturisasi Utang Perusahaan 56 20 38 114

3. Desentralisasi 22 2 17 41

4. Lingkungan 12 - 33 45

5. Fiskal 76 36 57 169

6. Perdagangan Luar Negeri 18 27 37 82

7. Deregulasi dan Investasi 19 25 12 56

8. Reformasi Hukum 31 11 17 59

9. Pinjaman dan Pemulihan Aset 75 23 33 131

10. Kebijakan Moneter dan Bank Sentral 44 48 13 105

11. Privatisasi dan BUMN 39 20 61 120

12. Jaring Pengaman Sosial 8 4 14 36

13. Lain Lain 11 6 9 25

Total 582 297 440 1301

Sumber : Bappenas 2002, sebagaimana dikutip dalam buku, Syamsul Hadi dkk., Jakarta: Granit, 2004.

”Strategi Pembangunan

Indonesia Pasca IMF”

Selanjutnya, penulis akan membahas beberapa pengaruh langsung IMFdalam kebijakan ekonomi pemerintah di saat krisis, khususnya pada sektorperbankan. Sejumlah rekomendasi IMF tersebut merupakan contohkebijakan yang dinilai banyak pihak telah melenceng, merugikan, danmenghancurkan fondasi-fondasi perekonomian Indonesia.

sebagian besarnya merupakan dampak dari kebijakan yangdirekomendasikan IMF seperti diantaranya penyuntikkan obligasi rekap Rp430 triliun kepada pihak perbankan dan pengalihan utang-utang luar negeripihak perbankan dan perusahaan swasta nasional sebesar US$ 1,09 miliaratau sekitar Rp 9,84 triliun kepada pemerintah.

Karena itu, untuk menilai kebijakan ekonomi Indonesia di masa krisis,peran IMF harus menjadi bagian penting yang harus diperhatikan.

Tabel berikut merupakan ringkasan dari butir-butir kebijakan yangdirekomendasikan IMF melalui LoI :

246 Peran IMF dalam Kasus BLBI/

Page 272: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kebijakan-kebijakan itu secara garis besar meliputi kebijakanpengetatan likuiditas, penutupan 16 bank nasional, peninjauan fungsi BIsebagai , pengalihan utang-utang luar negeri pihakswasta kepada pemerintah, pengucuran obligasi rekapitalisasi perbankan(obligasi rekap), dan penjualan aset-aset negara (khususnya bank-bank yangdiambil alih oleh pemerintah).

Salah satu fokus utama dari strategi penanganan krisis yang dijalankanpemerintah atas rekomendasi IMF adalah mengatasi turunnya nilai tukarrupiah dengan menerapkan kebijakan moneter ketat. Pengetatan moneterbertujuan mengurangi jumlah peredaran rupiah di masyarakat yang dinilaiterlampau tinggi. Dengan pengetatan moneter, diharapkan inflasi dapatditurunkan dan kestabilan nilai rupiah dapat dipertahankan.

Kesalahan paling mendasar dari rekomendasi yang diberikan IMFkepada negara-negara yang dibantunya, termasuk Indonesia, adalahmemperlakukan semua negara secara sama rata tanpa memperhatikankarakteristik perekonomian dan kondisi sosial politik yang bersifat unikpada masing-masing negara. Hal ini terlihat dari tidak adanya upaya IMFuntuk mendefinisikan akar penyebab krisis ekonomi yang terjadi diIndonesia. IMF juga cenderung hanya berfokus pada aspek-aspek ekonomimakro, dan mengabaikan aspek-aspek mikro.

Tak heran, IMF kemudian secara sembrono menyimpulkan krisisterjadi karena longgarnya kebijakan moneter yang diterapkan pemerintah.Atas dasar analisis tersebut, IMF merekomendasikan kebijakan pengetatanmoneter kepada pemerintah untuk memperkuat nilai tukar rupiah.

Padahal, terjadinya penurunan nilai rupiah lebih disebabkan olehanjloknya kepercayaan masyarakat pada sektor finansial seperti perbankan.Masyarakat cenderung menahan uangnya dan memilih tidak menyimpannyadi perbankan. Apalagi, saat itu faktor ketidakpastian ekonomi maupunpolitik sedang sangat tinggi.

Walhasil, kebijakan pengetatan moneter akhirnya justru berdampakpada macetnya aktvitas ekonomi. Suku bunga SBI yang tinggi memicu bankuntuk memberlakukan bunga pinjaman yang tinggi. Hal ini di satu sisi

the lender of the last resort

Kebijakan Pengetatan Likuiditas (Tight Money Policy)

Peran IMF dalam Kasus BLBI 247/

Page 273: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

memang berfungsi menarik dana nasabah ke perbankan, namun di sisi lainmenghambat mengalirnya pinjaman dari bank ke sektor usaha. Denganbunga pinjaman yang demikian tinggi, maka sektor usaha mengalamitekanan berat dalam memperoleh modal.

Hal itu juga melemahkan fungsi intermediasi bank, yaitu sebagaipenghubung pemilik modal (masyarakat) dengan peminjam modal (pelakuusaha). Fungsi ini berperan penting dalam menggerakkan rodaperekonomian. Dengan hilangnya fungsi tersebut, kondisi perekonomianpun segera mengalami krisis.

Resep kebijakan IMF lainnya yang menuai bencana adalah penutupan16 bank swasta nasional. Rencana penutupan beberapa bank tersebutdibahas dalam Rapat Dewan Moneter dan dilaporkan kepada Presiden padaakhir Oktober 1997. Presiden menyetujui penutupan 16 bank dilaksanakanpada tanggal 1 November 1997.

Rencana penutupan bank dimuat dalamkepada IMF tanggal 31 Oktober 1997. Dalam

memorandum dinyatakan bahwa hal tersebut merupakan keputusanbersama pemerintah dengan dari IMF, World Bank danADB untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada sistemkeuangan/perbankan.

Namun, rencana penutupan bank ternyata tidak dilakukan denganpersiapan yang matang, seperti mempersiapkan bank pengganti untukmenjamin pembayaran dana nasabah yang disimpan pada bank yangdilikuidasi. Akibatnya, masyarakat panik dan berbondong-bondongmenarik simpanan mereka dari bank-bank nasional secara besar-besaran.Selain menimbulkan kepanikan, penutupan bank juga menjatuhkankepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Likuidasi bankditangkap masyarakat sebagai sinyal gawatnya masalah yang tengah dihadapisistem finansial negara.

Penarikan uang besar-besaran dari perbankan ini pada akhirnyamenyebabkan peredaran rupiah meningkat drastis. Nilai rupiah jatuh,tingkat inflasi melambung, dan daya beli masyarakat merosot.

Penutupan 16 Bank

Memorandum on Economic and

Financial Policies

technical assistance

248 Peran IMF dalam Kasus BLBI/

Page 274: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Krisis pun kemudian menjalar ke seluruh dunia perbankan nasional.Masyarakat kehilangan kepercayaannya pada perbankan secara umum.Krisis melebar, dari hanya menimpa bank-bank bermasalah, menjadidialami semua bank-bank nasional yang sebenarnya masih sehat dan dapatdiselamatkan.

Krisis yang dialami perbankan akhirnya berujung pada krisis likuiditassangat parah. Bank-bank mengalami kelangkaan likuiditas untuk membayardana nasabahnya. Ini menyebabkan mereka harus meminjam kepada banklainnya dengan bunga yang sangat tinggi, sehingga menjadi beban yangsangat berat bagi perbankan untuk bertahan.

Rekomendasi lainnya yang diberikan IMF kepada pemerintahIndonesia adalah peninjauan fungsi BI sebagai(penyedia pinjaman dana terakhir). Maksudnya, BI harus memainkanfungsinya sebagai penyedia atau penyokong dana terakhir bagi pihakperbankan, sehingga dapat mencegah kebangkrutan bank-bank yang saat ituberada pada kondisi kritis. Hal ini tertuang dalam dengan IMFtertanggal 15 Januari 1998 tentang pentingnya BI kepadaperbankan dalam fungsinya sebagai

(bantuan likuiditas) diberikan melalui programpenjaminan kewajiban pembayaran bank umum, yaitu penjaminanpemerintah atas pengembalian dana nasabah yang disimpan di bank,berapapun jumlahnya. Hal ini terkait dengan rencana pemerintah bersamadengan IMF saat itu untuk secara bertahap mengambil alih dan melikuidasisejumlah bank yang dinilai tidak memiliki harapan sehat. Dengan demikian,program penjaminan ini bertujuan untuk menjaga kestabilan perbankanketika likuidasi terhadap bank dilakukan. Melalui penjaminan, kepercayaanmasyarakat kepada pihak perbankan berupaya dipertahankan agar tidakterjadi.

Program penjaminan ini kemudian dituangkan dalam Keppres No. 26Tahun 1998 tentang penjaminan pemerintah terhadap kewajiban

Peninjauan Fungsi BI sebagai “The Lender of The Last

Resort”

the lender of the last resort

Letter of Intent

liquidity support

the lender of the last resort.

Liquidity support

rush

Peran IMF dalam Kasus BLBI 249/

Page 275: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

pembayaran bank umum yang dikeluarkan pemerintah pada tanggal 26Januari 1998.

Kebijakan ini pada kenyataannya memang cukup efektif meredamgejolak masyarakat yang sangat berpotensi muncul dari penutupan danpengambilalihan bank. Meski pemerintah kemudian secara bergelombangmembekukan sejumlah bank, yaitu pada April 1998, Agustus 1998, danMaret 1999, tidak terjadi. Masyarakat berhasil diyakinkan bahwa uangyang mereka simpan di bank tetap aman dengan adanya programpenjaminan.

Fenomena ini sekaligus membuktikan bahwa penutupan bank dapatsaja dilakukan jika disertai dengan perencanaan yang matang dan antisipasiterhadap dampak negatifnya. Penutupan atau pengambilalihan bankmerupakan kebijakan berisiko tinggi yang dapat memicu terjadinyaataupun macetnya aktivitas ekonomi. Hal inilah yang terjadi pada peristiwapenutupan 16 bank pada bulan November 1997. Penutupan 16 banktersebut ternyata berdampak luar biasa pada kepercayaan masyarakatterhadap perbankan, sehingga menjadi salah satu penyebab utama darihancurnya dunia perbankan nasional pada saat krisis.

Meski demikian, kebijakan ini ternyata juga tidak steril dari masalahdalam implementasinya. Program penjaminan perbankan, meski telahdigulirkan sejak Januari 1998, realisasinya sangat lambat dijalankanpemerintah. Pemerintah tidak kunjung menyiapkan alokasi anggaran yangdibutuhkan untuk menggulirkan program tersebut. Anggaran untukpenjaminan perbankan baru kemudian disediakan pemerintah padaSeptember 2001 melalui pengisian Rekening 502 atas nama DepartemenKeuangan RI. Karena itulah, selama anggaran belum disediakanpemerintah, dana penjaminan perbankan untuk sementara ditalangi olehBank Indonesia.

Pada titik ini, terjadi penyimpangan dalam implementasi programpenjaminan perbankan, sehingga menambah daftar kerugian negara darikasus BLBI. Hal ini terjadi karena mekanisme penyaluran programpenjaminan perbankan oleh BI tidak dilakukan secara hati-hati dan sesuaidengan prosedur yang semestinya. BI membiarkan dana penjaminanmengalir melalui mekanisme kliring. Padahal, dengan mekanisme kliring, BItidak dapat mengetahui apakah kewajiban-kewajiban bank yang dibayarkan

rush

rush

250 Peran IMF dalam Kasus BLBI/

Page 276: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

BI tersebut benar-benar merupakan kewajiban bank yang dijaminpemerintah (yaitu pembayaran dana nasabah). Akibatnya, pengucuran danapenjaminan perbankan turut membengkakkan jumlah BLBI yangterkucurkan kepada pihak perbankan.

Salah satu kebijakan pemerintah yang merugikan negara di saat krisisadalah penalangan utang-utang luar negeri perbankan dan perusahaanswasta oleh pemerintah. Jumlah total utang yang ditalangi pemerintahtersebut mencapai US$ 1,34 miliar dolar atau sekitar Rp 11,98 triliun. Darijumlah itu, hanya sejumlah US$ 2,4 juta (Rp 2,18 triliun) yang dilunasi pihakswasta kepada pemerintah. Dengan demikian, telah terjadi pengalihan utangpihak swasta kepada pemerintah sebesar US$ 1,099 miliar atau sekitar Rp 9,8triliun. Kebijakan yang merugikan ini dapat lahir berkat tekanan IMF,beserta Bank Dunia dan ADB, kepada pemerintah untuk cepat-cepatmenanggulangi macetnya pembayaran utang bank dan perusahaan swasta diIndonesia kepada perbankan luar negeri.

Kebijakan ini dilaksanakan sebagai implementasi dari FrankfurtAgreement yang disepakati antara pemerintah dan konsorsium perbankaninternasional pada 4 Juni 1998. Kebijakan ini juga merupakan bagian darifasilitas BLBI yang diberikan pemerintah kepada perbankan, yang dikenaldengan nama Dana Talangan Valas (DTV).

Lahirnya kebijakan ini dilatarbelakangi oleh krisis likuiditas yangdiderita perbankan nasional menyusul ditutupnya akses kredit (penutupan

) bagi mereka oleh perbankan internasional. Hal ini sendiri terjadikarena bank-bank nasional tak dapat melunasi kewajibannya kepadakrediturnya (perbankan internasional) saat utang-utang tersebut jatuhtempo. Tercatat, total utang perusahaan swasta dan bank nasional kepadaperbankan luar negeri saat itu mencapai US$ 76 miliar. Keadaan itumenyebabkan nilai tukar rupiah terpuruk (karena meningkatnya permintaanterhadap dolar) yang pada akhirnya menambah hancurnya kemampuanpihak swasta nasional untuk membayar utang-utangnya.

Pengalihan Utang-Utang Luar Negeri Pihak Swasta

kepada Pemerintah

credit line

Peran IMF dalam Kasus BLBI 251/

Page 277: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Dalam keadaan itu, untuk menanggulangi krisis yang terus menjalar,pemerintah menerbitkan Keppres No. 4 Tahun 1998 tentang pembentukanTim Penanggulangan Masalah Utang-utang Perusahaan Swasta Indonesiayang bertugas melakukan langkah-langkah yang diperlukan untukmengatasi krisis kepercayaan perbankan internasional terhadap Indonesia.Tim diketuai oleh Radius Prawiro dan beranggotakan wakil-wakil dariMenko Ekuin, Bappenas, Departemen Keuangan, dan Bank Indonesia(pertemuan-pertemuan tim ini dilaksanakan di kantor Menko Ekuin Prof.Dr. Ginandjar Kartasasmita).

Tim pemerintah selanjutnya melakukan serangkaian perundingandengan bank-bank luar negeri yang tercatat sebagai kreditur bagi bank-bankdan perusahaan-perusahaan swasta Indonesia. Untuk memudahkanperundingan, bank-bank luar negeri ini kemudian membentuk

(SC) yang diketuai oleh The Chase Manhattan Bank, Bank ofTokyo Mitshubishi, dan Deutsche Bank. Serangkaian perundinganselanjutnya dilaksanakan tim pemerintah dengan tim SC perbankaninternasional yang pada intinya membicarakan kerangka dasar penyelesaianutang-utang perbankan dan perusahaan-perusahaan swasta di Indonesia.Setiap pertemuan tersebut juga selalu dihadiri oleh perwakilan IMF, BankDunia, dan ADB.

Setelah melalui serangkaian perundingan, pada tanggal 4 Juni 1998 diFrankfurt (Jerman), tim pemerintah dan tim SC perbankan internasionalakhirnya menyepakati beberapa hal sebagai berikut:

1. , yaitu bahwa perbankan luar negeri akanmembuka kembali dalam rangka (pembiayaanperdagangan) bagi perbankan Indonesia;

2. , yaitu persetujuan perbankan luar negeriuntuk menjadwal ulang (melakukan ) pinjamanperbankan Indonesia menjadi paling lama 4 tahun,

Steering

Committee

Trade Maintenance Facility

credit line trade finance

Interdebt Exchange Offer

rescheduling

namundengan syarat semua tunggakan interbank maupun L/C( ) dan bunganya dilunasi sebelum akhir Juni1998 dan L/C baru yang dibuka perbankan Indonesiadijamin oleh BI;

Letter of Credit

252 Peran IMF dalam Kasus BLBI/

Page 278: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

3. Restrukturisasi Utang Luar Negeri Pihak Swasta, yaitu penyelesaianutang luar negeri pihak swasta melalui penjadwalan ulang selama 8tahun.

Seperti terlihat, berdasarkan kesepakatan ini, pihak swasta danperbankan Indonesia berhasil memperoleh kembali akses pinjaman danfasilitas perpanjangan jadwal pembayaran utang dari perbankan luar negeri,Namun, hal ini harus dibayar mahal dengan kesediaan pemerintah untukmemberikan talangan atas pembayaran tunggakan utang perbankan danswasta nasional tersebut, agar memenuhi target pelunasan tanggal 30 Juni1998.

Perlu dicatat, lahirnya kesepakatan ini tak lepas dari peran wakil-wakilIMF, Bank Dunia, dan ADB yang menghadiri setiap pertemuan danmendorong agar masalah utang-utang pihak swasta sesegera mungkindiselesaikan. Stanley Fischer, Deputy Managing Director IMF saat itu,bahkan juga turut melakukan lobi kepada pihak SC agar dilakukanpemecahan menyeluruh atas persoalan utang-utang swasta demi kebaikansemua pihak.

Persoalan utama dari kesepakatan ini, meskipun dinyatakan sebagaikebijakan darurat untuk mengatasi krisis perbankan, adalah besarnyapeluang penyalahgunaan dan penyelewengan. Terbukti, sebagian besarutang swasta dan perbankan yang ditalangi pemerintah tersebut, ternyatakemudian dikemplang atau tidak dibayar oleh pihak swasta. Seperti telahdisinggung sebelumnya, dari US$ 1,34 miliar utang swasta yang ditalangipemerintah, hanya US$ 2,4 juta yang dikembalikan kepada negara.Selebihnya, sejumlah US 1,099 miliar dikemplang sehingga harus menjaditanggungan negara.

BPK juga menemukan, penalangan utang berupa penyaluran fasilitasDTV kepada perbankan tersebut dilakukan oleh BI dengan mengabaikanprinsip kehati-hatian dan dengan menafsirkan secaraberlebihan. Menurut BPK, BI tidak membuat prosedur verifikasi yangmemadai untuk menilai kelayakan dari utang-utang perbankan yangditalangi oleh pemerintah. BI menerima begitu saja klaim daftar tunggakanutang yang diajukan oleh bank-bank nasional saat itu. Alasannya, klaim yangdiajukan sangat banyak, sedangkan jadwal yang dimiliki sangat singkat.Akibatnya, berdasarkan audit BPK, jumlah DTV yang tidak dapat

Frankfurt Agreement

Peran IMF dalam Kasus BLBI 253/

Page 279: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dipertanggungjawabkan penyalurannya mencapai Rp 8,91 triliun atau90,81% dari DTV yang dikucurkan.

Terlepas dari hal-hal itu, penalangan utang-utang swasta olehpemerintah sendiri sebenarnya sudah bukan sesuatu yang layak. Risiko atastidak terbayarnya utang-utang swasta nasional kepada perbankan luar negerisudah seharusnya ditanggung bersama oleh pihak swasta dan perbankanluar negeri, selaku debitur dan krediturnya. Macetnya pembayaran kreditperbankan dalam negeri sudah seharusnya diperhitungkan pula oleh bank-bank asing sebagai risiko dari pengucuran pinjaman yang mereka lakukan.

Apa hendak dikata, uang negara pun akhirnya harus dikucurkan untukmenalangi tunggakan utang-utang yang diakibatkan kesalahan dankesembronoan pihak swasta dan bank-bank asing sendiri. Ironisnya,menurut Rizal Ramli, pembayaran utang itu dilakukan denganmenggunakan uang pinjaman dari IMF. Sehingga, uang pinjaman dari IMFtersebut (yang harus dikembalikan pemerintah bersama dengan bunganya)hanya sekedar ”masuk kantung kiri ke luar kantung kanan”, yaitu singgahsejenak di kas pemerintah untuk kemudian mengalir kembali ke pihak asing.

IMF telah terbukti banyak memberikan rekomendasi yang salah dalammemulihkan kondisi perekonomian Indonesia yang ditimpa krisis. Denganalasan agenda restrukturisasi perbankan merupakan prioritas bagipemulihan ekonomi, IMF memaksa pemerintah untuk menyediakan danatak terbatas untuk menyokong sektor ini. Padahal, seperti telah dibuktikanmelalui hasil audit BPK, kucuran dana tersebut sebagian besarnya justrudiselewengkan. Akibatnya, negara menderita kerugian sangat parah hinggaratusan triliun rupiah. Namun, dari semua rekomendasi salah yang pernahdiberikan IMF, kebijakan yang paling merugikan negara barangkali adalahpengucuran obligasi rekap kepada pihak perbankan.

Pengucuran obligasi rekap dilakukan pemerintah setelah IMFmenyatakan bank-bank nasional harus memiliki rasio kecukupan modal

setidaknya 8% untuk menunjukkan bank tersebutsehat. Kondisi perbankan saat itu, meski telah diberi kucuran dana BLBI,memang masih rapuh dan belum menunjukkan perbaikan berarti. Termasuk

Pengucuran Obligasi Rekap

(capital adequacy ratio)

254 Peran IMF dalam Kasus BLBI/

Page 280: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

dalam kategori bank yang sakit tersebut adalah sejumlah bank yang diambilalih oleh pemerintah karena tidak mampu membayar utang-utangnya sepertiBCA (bank /BTO).

Desakan IMF kepada pemerintah untuk segera menolong bank-bankyang sakit tersebut misalnya tertuang dalam LoI tertanggal 20 Januari 2000,yang kemudian diperkuat dengan beberapa MEFP tertanggal17 Mei, 31 Juli, dan 7 September 2000. Dinyatakan dalam dokumen-dokumen tersebut bahwa pemerintah harus merealisasikan agendarestrukturisasi perbankan, termasuk rekapitalisasi bank pemerintah danBTO seperti Bank Mandiri, BNI, BRI, Bank Danamon, dan BCA.Restrukturisasi dilakukan dengan menyuntikkan dana untuk memperkuatmodal bank yang bersangkutan.

Namun, karena pemerintah saat itu tidak memiliki uang tunai, makapenyuntikan modal dilakukan dengan pemberian obligasi rekapitalisasiperbankan (obligasi rekap). Secara sederhana, dapat dinyatakan obligasirekap merupakan komitmen pemerintah kepada pihak perbankan untukmemberikan sejumlah uang dalam bentuk utang yang lalu dikonversikanmenjadi kepemilikan saham pemerintah di bank tersebut. Jumlah totalobligasi rekap yang dikucurkan pemerintah adalah sekitar Rp 431,6 triliunplus bunga yang akan dibayarkan setiap tahunnya. Diperhitungkan, jikadibayar tepat waktu, maka total bunga obligasi yang harus dibayarpemerintah adalah sekitar Rp 600 triliun. Sehingga, beban pembayaranobligasi rekap pemerintah kepada perbankan seluruhnya minimal mencapaiRp 1031 triliun (akan jauh lebih besar jika pemerintah melakukanpenundaan pembayaran).

Dengan suntikan obligasi rekap tersebut, posisi modal perbankanmemang menguat dengan signifikan. Performa bank pun meningkat, karenamembukukan laba tahunan yang tinggi sebagai akibat penerimaan bungaobligasi rekap yang dibayarkan pemerintah.

Namun, konsekuensi dari pemberian obligasi rekap juga sangat besar.Obligasi rekap yang tak lain merupakan bentuk subsidi kepada pihakperbankan ini harus dibayar mahal oleh pemerintah dan seluruh rakyatIndonesia melalui beban utang dalam APBN tiap tahunnya. Sepertidiketahui, beban pembayaran obligasi rekap dalam APBN mencapai sekitarRp 40-50 triliun per tahunnya.

take over

supplementary

Peran IMF dalam Kasus BLBI 255/

Page 281: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Akibat pembayaran bunga obligasi rekap yang demikian besar tersebut,pemerintah akhirnya memangkas sejumlah anggaran publik sepertipendidikan dan kesehatan. Dengan kata lain, melalui kebijakan obligasirekap, IMF memaksa pemerintah untuk mengalihkan subsidi bagikesejahteraan rakyat kepada sektor perbankan.

Setelah merekomendasikan pengucuran obligasi rekap, langkahintervensi IMF diteruskan dengan menekan pemerintah agar menjual bank-bank pemerintah dan BTO hasil rekap. Di sinilah sesungguhnya kerugiannegara dalam jumlah sangat besar terjadi. Pemerintah yang telah dipaksamenggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk menyehatkan kondisiperbankan, kemudian justru didesak IMF untuk menjual bank tersebutkepada pihak swasta. Karena batas waktu penjualan yang diberikan IMFsangat pendek, maka terjuallah bank-bank hasil rekap tersebut dengan hargayang sangat murah.

Penjualan atau privatisasi bank-bank hasil rekap memang menjadi salahsatu fokus kebijakan yang direkomendasikan IMF dalam sektor perbankan.Tercatat, agenda privatisasi BUMN terdapat dalam setidaknya 120 butir LoIyang ditandatangani IMF dengan pemerintah. Ada sejumlah argumentasiyang dikemukakan IMF sebagai alasan perlunya pemerintah melakukanprivatisasi, yaitu antara lain sebagai bentuk komitmen pemerintah untukmelepaskan perannya dalam berbisnis, untuk menyehatkan kinerja BUMN,serta untuk meraih kepercayaan internasional terhadap iklim investasi diIndonesia. Namun, di sisi pemerintah, alasan paling kuat untuk melakukanprivatisasi adalah target penerimaan negara untuk menutup APBN yangselalu defisit setiap tahunnya.

Sebenarnya, jika dilakukan dengan benar dan perencanaan yang matang,privatisasi mungkin saja dapat menjadi solusi bagi persoalan yang dialamipemerintah dalam menutup defisit anggaran. Misalnya saja, privatisasidilakukan terhadap BUMN-BUMN yang memang berkinerja buruk danbukan merupakan sektor strategis bagi negara. Privatisasi seperti ini,dimungkinkan memberi dampak positif bagi negara berupa mengalirnyadana segar ke kas negara sekaligus membaiknya kinerja BUMN yangdiprivatisasi tersebut.

Penjualan Bank-Bank Hasil Rekap

256 Peran IMF dalam Kasus BLBI/

Page 282: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Persoalannya, selama ini privatisasi justru kerap dilakukan terhadapBUMN-BUMN strategis yang kinerjanya pun baik. BUMN-BUMN ini,bahkan merupakan penyumbang penerimaan pemerintah dalam APBN.Sehingga, dengan diprivatisasinya BUMN-BUMN tersebut, pemerintahjustru kehilangan atau sumber pendapatan negara di masa yangakan datang. Ironisnya, BUMN ini bahkan dijual dengan harga yang sangatmurah.

Demikian juga halnya yang terjadi dalam privatisasi bank-bank hasilrekap. Di bawah pengawasan ketat dan tekanan IMF, bank-bank tersebutterjual dengan harga yang sangat murah sehingga menyebabkan kerugianbesar bagi negara. Bahkan, saat dijual, sejumlah bank masih memiliki tagihanobligasi rekap ke pemerintah dalam jumlah yang jauh lebih besar dari nilaipenjualan yang terjadi.

Wajar saja jika kemudian diduga sejumlah privatisasi kental denganpraktik manipulasi dan kecurangan. Tender penjualan kerapkali dilakukansecara tertutup dan tidak transparan. Kejanggalan-kejangalan pun seringditemukan, seperti merosotnya dengan tiba-tiba nilai saham bank rekapmenjelang penjualan dilakukan.

Pada kasus penjualan BCA, (oknum) IMF bahkan dengan nyatamenunjukkan keterlibatannya dalam manipulasi yang terjadi dalam prosesdivestasi. Setelah berulangkali mendesak penjualan BCA, mantan DirekturIMF untuk Asia Pasifik Hubert Neiss justru berbalik menjadi konsultanFarallon Capital yang kemudian sukses memenangkan tender BCA denganharga murah. Berikut kronologi ringkasnya.

Agenda penjualan BCA sudah masuk dalam bidikan IMF sejak LoI 20Januari 2000. Selanjutnya, dalam LoI 7 September 2000, penjualan BCA(serta Bank Niaga) kembali dinyatakan sebagai agenda yang akan dijalankanpemerintah. Karena itu, ketika target-target privatisasi ini nampaknyalamban direalisasikan pemerintah, IMF segera menunjukkan reaksinegatifnya. Hal ini seperti yang pernah diungkapkan John Dodsworth,Kepala Perwakilan IMF di Indonesia saat itu, bahwa IMF sangat kecewadengan penundaan divestasi saham pemerintah di BCA dan Bank Niaga.

Dalam kata-kata Dodsworth, “Penjualan BCA merupakan komitmenkebijakan besar, tidak hanya dalam LoI terakhir, tetapi juga dalam LoI-LoIsebelumnya, yang ada sejak Februari. Jadi, mendengar bahwa itu ditunda,

future earning

Peran IMF dalam Kasus BLBI 257/

Page 283: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

sangat mengecewakan. Paling tidak, menurut saya, itu merupakankemunduran sementara upaya restrukturisasi di Indonesia" (Kompas, 9Oktober 2000).

Penjualan BCA, kemudian dicantumkan lagi dalam LoI Desember2001. Dinyatakan dalam LoI tersebut, BPPN ditargetkan memperoleh Rp27 triliun dari penjualan saham BCA melalui proses tender.

BCA pun akhirnya terjual pada 14 Maret 2002. 51% saham pemerintahdi bank bekas milik Salim tersebut dijual kepada Konsorsium FarallonCapital dengan harga Rp 1.775 per lembar atau secara total hanyamenghasilkan sekitar Rp 5,3 triliun.

Penjualan ini tak pelak mendatangkan protes dari berbagai penjuru. Halini mengingat, saat dijual, BCA masih memiliki obligasi rekap senilai Rp 60,9triliun. Artinya, segera setelah berpindah tangan, dengan hanyamenyerahkan uang senilai Rp 5,3 triliun, pemilik baru BCA (bersama denganpemilik saham BCA halaman) memiliki tagihan kepada pemerintahsejumlah dua belas kali lipat dari uang yang baru saja dibayarkannya tersebut.

Selain itu, dengan memegang obligasi rekap sebesar itu dari pemerintah,pemilik BCA secara cuma-cuma akan memperoleh pendapatan senilaisekitar Rp 9 triliun per tahunnya dari pembayaran bunga obligasi rekap.Dapat dilihat, bahkan cukup dengan pendapatan bunga obligasi rekapdalam setahun, pemilik baru BCA sudah memperoleh kembali 100%modalnya.

Proses penjualan BCA pun tidak dilakukan dengan transparan. Sepertipenuturan mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI KwikKian Gie, IMF mengingkari prosedur penjualan yang telah disepakati.Sesuai kesepakatan antara Kwik dan Anoop Singh (Deputi Direktur IMFuntuk Asia Pasifik), penjualan BCA dilakukan melalui tender terbuka yangtransparan. Penawaran pun dilakukan secara sangat terbuka.

Dalam kesepakatan awal tersebut, menurut Kwik, pemerintahmenentukan harga minimum yang dirahasiakan dan disimpan pada notarisyang ditentukan bersama. Semua penawaran yang masuk dibuka secaraserentak, dengan disaksikan orang banyak, pada tanggal yang telahditetapkan. Jika semua penawaran yang masuk tersebut ternyata tidak ada

258 Peran IMF dalam Kasus BLBI/

Page 284: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

yang menyamai atau melebihi harga minimum yang ditetapkan, makapenjualan ditangguhkan sampai waktu yang lebih baik.

Namun, prosedur penjualan yang transparan dan terbuka ini ternyatatidak dilaksanakan. Penjualan kemudian justru dilakukan melalui penawaranterbatas kepada calon pembeli potensial yang disebut sebagai .Ada empat pihak yang mengikuti proses ini yaitu Bank Mega, StandardChartered Bank, Konsorsium GKBI, dan Farallon Capital Indonesia(Farindo). Selanjutnya, dalam perjalanannya, hanya tertinggal dua pesertatender pada tahap akhir, yaitu Standard Chartered Bank dan Farindo.

Pada awalnya Standard Chartered Bank diprediksi akan tampil sebagaipemenang tender. Namun, pada saat-saat akhir, berkat lobi Hubert Neissyang mewakili Deutsche Bank sebagai salah satu anggota konsorsiumFarallon Capital, Farindo akhirnya ditetapkan sebagai pemenang. Hasil inicukup mengejutkan, karena penawaran harga yang diajukan Farindo, yaituRp 1.775 per lembar saham, lebih kecil dibanding harga penawaran StandardChartered Bank, yaitu Rp 1.800 per lembar saham. Disebutkan, keputusanini diambil pemerintah karena Farindo bersedia menarik keluar seluruhobligasi rekap yang berada di dalam BCA. Meskipun pada kenyataannya,obligasi rekap tersebut tak kunjung ditarik keluar oleh Farindo dari BCA.

Fakta lain yang juga penting dicatat, salah satu anggota konsorsiumFarindo adalah Alaerka Investment Ltd., yang berafiliasi dengan PTDjarum. Sedangkan, PT Djarum sendiri telah lama diketahui memilikihubungan sangat dekat dengan Keluarga Salim, obligor BLBI dan pemiliklama BCA. Dengan konstelasi ini, wajar jika banyak pihak kemudianmencurigai bahwa Soedono Salim juga berada di belakang pemilik baruBCA.

Seperti diuraikan di atas, skandal BLBI ternyata tidak hanya melibatkanpelaku dalam negeri, namun juga IMF sebagai lembaga keuanganinternasional yang bertugas “membantu” Indonesia saat terjadinya krisis.Peran IMF bahkan sangat dominan mengingat lembaga inilah yangmerekomendasikan (atau bahkan mendesakkan) sejumlah programpemulihan ekonomi yang dijalankan pemerintah. Termasuk dalam program

strategic partner

Penutup

Peran IMF dalam Kasus BLBI 259/

Page 285: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

yang direkomendasikan IMF tersebut adalah restrukturisasi perbankan(salah satunya pengucuran obligasi rekap) yang merupakan bagian takterpisahkan dari rangkaian kisah skandal perbankan akibat pengucuranBLBI.

Dengan keterlibatan intensif IMF tersebut, maka sudah sepantasnyalahjika IMF turut dituntut pertanggungjawabannya atas beban pembayaranbiaya perbankan yang terus menggerogoti kemampuan keuangan negarahingga saat ini.

260 Peran IMF dalam Kasus BLBI/

Page 286: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 12

BLBI : PEMISKINANDAN PEMBUNUHANGENERASI

Marwan Batubara

150 Orang Terkaya, Utang BLBI yang Tak Terbayar, dan

Rakyat Miskin

Majalah edisi Agustus 2007 merilis daftar 150 orang terkayadi Indonesia, dengan total kekayaan US$ 46,6 miliar atau lebih dari Rp 438triliun (dengan asumsi kurs US$ 1 senilai Rp 9.400). Jumlah ini mencapaihampir dua pertiga anggaran belanja negara (APBN-P) tahun 2007 sebesarRp 763,6 triliun. Mereka yang muncul dalam daftar tersebut, mayoritasnyamerupakan nama-nama lama dalam dunia bisnis. Tak banyak nama baruyang muncul.

Sebelumnya, daftar orang terkaya juga pernah dirilis oleh MajalahForbes Asia pada awal September 2006, dengan mencantumkan nama 40orang terkaya di Indonesia. Tak jauh berbeda, 40 nama orang terkaya yangditulis Majalah tersebut juga merupakan orang-orang terkayayang dicantumkan oleh Majalah , hanya saja dengan

Globe Asia

Forbes Asia

Globe Asia

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 261/

Page 287: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

pemeringkatan yang berbeda. Misalnya saja, menempatkan BudiHartono (Djarum ) sebagai orang terkaya no.1 di Indonesia dengantotal kekayaan sebesar US$ 4,2 miliar, sedangkan majalah justrumenempatkan Sukanto Tanoto (Raja Garuda Mas ), pengusaha yangdicurigai menggelapkan pajak senilai Rp 1,2 triliun (2002-2005), sebagaiorang terkaya dengan total kekayaan sebesar US$ 2,8 miliar (daftar lengkaporang-orang kaya versi diperlihatkan pada lampiran 1) .

”Prestasi” pengusaha-pengusaha tanah air tersebut, sangat kontrasdengan kondisi mereka sepuluh tahun sebelumnya ketika krisismenghantam Indonesia. Kala itu, selain mencekik kehidupan masyarakat,krisis mengguncang sebagian besar bank, perusahaan, dan konglomerat.Dahsyatnya krisis menyebabkan tidak sedikit diantara perusahaan-perusahaan tersebut yang pada akhirnya bangkrut.

Dengan latar belakang itulah, kebijakan pengucuran BLBI kemudiandikeluarkan pemerintah. BLBI dikucurkan sebagai bantuan darurat kepadaperbankan untuk menolong bank-bank yang tengah berada pada kondisikritis. Melalui BLBI, bank-bank tersebut memperoleh pasokan likuiditas,sehingga kelangsungan hidupnya dapat dipertahankan (meskipun beberapabank hanya bertahan beberapa waktu). Itu pula sebabnya, BLBI disebutsebagai ”ongkos krisis” yang tidak dapat dihindarkan oleh bangsa Indonesia.

Namun, yang penting dicatat, ”ongkos krisis” tersebut padakenyataannya tak sepenuhnya berfungsi memperbaiki kondisiperekonomian Indonesia, namun lebih banyak diselewengkan dan

Globe Asia

Group

Forbes Asia

Group

Globe Asia1

1Untuk kelengkapan informasi, kami sertakan pula (pada lampiran 2) daftar 40

”Orang Terkaya Indonesia” versi majalah Forbes, edisi Desember 2007, yang terbitbeberapa hari sebelum buku ini dicetak. Jika dibandingkan dengan daftar yang dirilisoleh Globe Asia seperti dijelaskan di atas, maka ditemukan adanya perubahan posisinomor urut orang-orang kaya tersebut. Menurut Forbes, Aburizal Bakrie adalahorang terkaya di Indonesia dengan kekayaan sekitar Rp 50 triliun, menggantikanposisi Budi Hartono yang ditempatkan sebagai peringkat 1 terkaya versi Globe Asia.Selain itu, Forbes mencatat Sukanto Tanoto sebagai peringkat 2 terkaya (Rp 43triliun), yang menurut versi Globe Asia berada pada posisi 6. Perubahan posisidalam nomor urut ini, secara umum terjadi karena meningkatnya harga komoditasyang menjadi portofolio bisnis masing-masing pengusaha, seperti CPO, batubara,kertas, dan sebagainya. Dalam uraian selanjutnya, angka-angka dari Globe Asia yangakan dirujuk.

262 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 288: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

disalahgunakan. Jumlahnya pun jauh membengkak dari biaya yangseharusnya dikeluarkan, karena praktik KKN sejumlah oknum penguasadan pengusaha dalam menyalahgunakan BLBI.

Dalam kondisi krisis, oknum-oknum ini seolah berlombamemanfaatkan kesempatan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnyabagi diri dan kelompoknya. BLBI lebih banyak disalurkan kepada kelompokusaha pemilik bank dibandingkan untuk membayar nasabah (terjadipelanggaran BMPK). Pejabat yang berwenang pun (BI) seolah membiarkanterjadinya penyalahgunaan tersebut dengan terus menyalurkan BLBI danbahkan terus mengizinkan bank-bank yang sudah tak layak untuk bersaldodebet.

Di lain pihak, penanganan kasus ini oleh pemerintah pun berjalan secaratidak konsisten. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalamrangka penyelesaian kasus ini tidak mencerminkan keadilan dan bahkankerap bertabrakan dengan ketentuan hukum. Misalnya saja, pemerintahcenderung terus memberi keringanan bagi obligor dalam melunasikewajiban-kewajibannya melalui berbagai fasilitas (seperti diantaranyareformulasi JKPS dan pemberian SKL meski obligor baru membayarsebagian utangnya). Kebijakan pemerintah yang paling nyata menampakkanketidakadilan adalah Inpres No.8/2002 yang menghapuskan gugatan aspektindak pidana dari obligor selama mereka bersedia membayar utangnya.

Akibat berbagai kebijakan yang timpang memihak pada kepentinganobligor tersebut, negara menanggung utang dan kesulitan keuanganberkepanjangan. Uang negara yang telah terkucurkan kepada obligor, dantidak mereka kembalikan, harus ditanggung oleh seluruh rakyat dalam pospembayaran utang dalam APBN setiap tahunnya. Tercatat, sekitar 20% -30% anggaran harus disisihkan dalam APBN untuk pos pembayaran utang.Sehingga, pemerintah pun mau tak mau harus memangkas pos pengeluaranlain untuk menghemat APBN, yang sebagian besarnya diambil dari berbagaipos subsidi kebutuhan publik. Dengan pemangkasan berbagai poskebutuhan publik tersebut, sebagai konsekuensinya pemerintah harusberhadapan dengan masalah kemiskinan yang terus meningkat.

Di pihak lain, sebagian obligor penerima BLBI yang dulu menyatakanbangkut dan tak bisa melunasi utang-utangnya justru kini telah kembaliberjaya. Bahkan, sebagian mereka berhasil menjadi lebih kaya dibanding

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 263/

Page 289: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

sebelum krisis, sehingga duduk pada daftar orang-orang terkaya diIndonesia. Mengingat mereka merupakan pihak-pihak yang turutmenyebabkan dan memperparah krisis, kenyataan ini tentu sangatmenyakitkan.

Hal ini juga jelas sangat merugikan rakyat, karena pada hakikatnyamerekalah yang menanggung beban pembayaran utang obligor melaluipajak yang mereka bayarkan kepada pemerintah. Artinya, denganmenyediakan alokasi anggaran untuk pembayaran utang,

Padahal, seharusnya pemerintah mencari jalan lain untuk membiayaiutang dan bunga obligasi tersebut. Hal itu dapat dilakukan misalnya denganmemaksimalkan penjualan aset-aset obligor yang masih berada di tanganpemerintah. Pemerintah seharusnya juga menagih obligor yang masihmengalami kurang bayar, akibat jumlah aset yang mereka serahkan ke BPPNlebih kecil bila dibandingkan dengan kucuran BLBI yang diterima.Pemerintah bahkan seharusnya dapat menghentikan pembayaran bungaobligasi rekap yang dulunya digunakan untuk menyehatkan bank-bank yangbangkrut.

Dalam daftar orang terkaya versi Majalah dan Majalah, sejumlah nama konglomerat yang dimuat sebagiannya merupakan

nama-nama orang yang pernah menerima Bantuan Likuiditas BankIndonesia (BLBI). Sebut saja Sudono Salim (Salim ), Sukanto Tanoto(Raja Garuda Mas ), Keluarga Bakrie (Bakrie ), Sjamsul Nursalim(Gajah Tunggal) dan beberapa nama obligor BLBI lainnya.

Tak tertutup pula kemungkinan, terdapat sejumlah nama penikmatBLBI yang tidak tercantum dalam daftar orang terkaya di Indonesia, padahalmereka memiliki kekayaan yang besar, karena mereka menyembunyikanjumlah kekayaan mereka yang sesungguhnya. Termasuk pula, mereka yangtercantum sebagai orang-orang terkaya, namun memiliki jumlah kekayaanyang lebih besar dibanding dengan angka yang tercantum.

Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah bagaimana para obligor yangsebelumnya ”mengaku bangkrut” karena menyerahkan seluruh/sebagianasetnya kepada BPPN untuk melunasi BLBI, kini telah kembali menjadiorang-orang terkaya di Indonesia hanya dalam waktu kurang dari 8 tahun?

pemerintah telahmenjadikan rakyat pembayar pajak sebagai pemberi subsidi bagipara obligor BLBI.

Globe Asia Forbes

Asia

Group

Group Group

264 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 290: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Yang lebih ironis, pembayaran utang-utang obligor melalui penyerahanaset kepada BPPN, ternyata tidak sebanding (jauh lebih kecil) dengan danaBLBI yang mereka terima. Bahkan, rata-rata tingkat pengembalian

dari utang obligor tersebut sangat rendah, yaitu hanya sekitar 20%hingga 30% saja. Ada juga yang bahkan tak sampai 1% sekalipun!

(recovery

rate)

Apakah ada yang salah dengan mekanisme penyelesaian kasus BLBI?Bagaimana bisa mereka yang dulunya ”bangkrut” bisa kembali menguasaiperusahaan-perusahaannya saat ini?

Tentu saja kita tidak bermaksud iri atau curiga dengan keberhasilanmereka. Namun dengan kerugian negara yang demikian tinggi akibat ulahsebagian obligor tersebut, kita berharap pemerintah bisa bersikap adil danmengambil tindakan tegas. Tindakan tegas terutama perlu dilakukan atasditemukannya aset bodong, penggelembungan nilai aset, pengecilan jumlahkewajiban, dan manipulasi-manipulasi lainnya yang dilakukan obligor.

Profil Konglomerat Penikmat BLBI

Sebagian besar melanggar hukum pidana (BMPK),namun dibebaskan

Sebagian buron ke luar negeri, bahkan ada yang bergantikewarganegaraan (Singapura) dan dilindungi olehpemerintah yang bersangkutan

Sebagian belum menyelesaikan kewajiban BLBI

Sebagian menjadi lebih kaya dibanding sebelum krisis

(masuk dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia),

meskipun pernah mengaku bangkrut

Sebagian diuntungkan oleh dukungan IMF dan pejabat

berkuasa

Sebagian bekerja sama dan menjadi agen pihak asing

(IMF)

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 265/

Page 291: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Berikut ditampilkan perbandingan jumlah kewajiban beberapa obligorkakap, kerugian negara yang mereka timbulkan, dan kekayaan yang merekamiliki saat ini.

Salim (SG) adalah pemilik BCA, Indocement, Indofood danbeberapa kelompok bisnis lainnya. Pada masa jayanya, pemilik SG, SoedonoSalim, merupakan 'taipan' papan atas di Indonesia. Tetapi begitu krisismendera, satu persatu unit usaha Salim rontok.

Ketika terjadi krisis, BCA mengalami besar-besaran darinasabahnya, sehingga menyebabkan BCA masuk dalam pengawasan BPPNsebagai bank (BTO). Kewajiban SG, sebagai pemilik BCA, kepadapemerintah diperhitungkan sebesar Rp 52,72 triliun atas BLBI yangditerimanya.

Karena tidak sanggup membayar utang-utangnya dengan tunai,sebagian besar utang SG (Rp 52,6 triliun) dibayar dengan penyerahan aset keBPPN. Namun, setelah diaudit oleh PricewaterhouseCoopers (PwC), totalaset yang dimiliki SG ternyata ditemukan hanya senilai Rp 21 triliun.

Salim Group

Group

rush

take over

Kewajiban BLBI Salim

GrupKekayaan Saat Ini

Kewajiban BLBI: Rp 52,72 T

Pembayaran: Rp 19,38 T

Recovery Rate: 36,77%

Kerugian Negara:

Rp 33,33 triliun

Posisi: peringkat 4 terkaya di

Indonesia

Bisnis: tersebar antara lain di

Indonesia, China, Hongkong,

India, Vietnam.

Kekayaan:

US$ 2,8 miliar atau

Rp 26,32 triliun

266 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 292: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Pada akhirnya, diperhitungkan total pembayaran yang dilakukan SG keBPPN hanya bernilai Rp 19,389 triliun. Pembayaran kewajiban dilakukansecara tunai (hanya Rp 100 miliar) dan sisanya dengan penyerahanaset/saham. Sehingga, untuk kasus SG, negara mengalami kerugian senilaiRp 33,33 triliun.

Dengan manipulasi yang telah dilakukannya tersebut, SG berhasilmendapat SKL. Pemerintah tidak melakukan tindakan tegas meskipunsudah ditipu mentah-mentah oleh SG. Saat ini, SG pun telah menjadi orangterkaya No.4 di Indonesia, dengan kekayaan mencapai Rp 26,32 triliun.

Sukanto Tanoto adalah pemilik 33,04% saham Unibank yang menerimakucuran BLBI sebesar Rp 1,4 triliun saat terjadinya krisis. Unibankmelanggar BMPK dengan nilai pengucuran kredit hingga 51% dengan nilaimencapai US$ 230 juta. Pengucuran kredit itu dilakukan Unibank terutamamelalui fasilitas Wesel Ekspor Berjangka (WEB) yang kemudian tidak diakuioleh BI.

Untuk menyiasati kewajiban pembayaran utang BLBI, Sukanto dan 4pemilik saham Unibank lainnya kemudian mengalihkan kepemilikan sahammereka di Unibank kepada 16 pihak, sehingga tidak ada lagi pemegangsaham pengendali (PSP). Padahal pengalihan utang bank-bank penerimaBLBI kepada PSP harus dilakukan sesuai dengan mekanisme PKPS untukmemudahkan proses penyelesaian. Dengan cara tersebut (memecahkepemilikan sahamnya di Unibank), Sukanto bebas dari tanggungjawabuntuk membayar kewajiban utang BLBI.

Meski demikian, atas penyimpangan BLBI yang dilakukannya melaluiUnibank, Sukanto pernah dilaporkan oleh sebuah LSM (KomitePemberantasan Korupsi) ke Mabes Polri dengan tuduhan tindak pidanakorupsi atas fasilitas BLBI sebesar Rp 1,4 triliun, plus WEB senilai Rp 2,3triliun (merupakan konversi dari wesel senilai US$ 230 juta). Penuntutan itudilakukan atas dasar Sukanto pernah menandatangani surat pernyataan dankesanggupan (SPK) di hadapan notaris Hin Hoo Sing, notaris publik yangberdomisili di Singapura, yang menyatakan kesanggupan Sukanto untukmenyelesaikan kewajiban yang timbul akibat adanya selisih antara aktivaUnibank dan realisasi pengembalian nasabah. Selain itu, Sukanto juga

Sukanto Tanoto

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 267/

Page 293: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

menyatakan kesediaan untuk membayar pesangon karyawan Unibank yangdi PHK.

Pada kenyataannya, Sukanto kemudian hanya membayar utangnyasebesar US$ 11,5 juta dan Rp 430,5 miliar kepada pemerintah (melaluiBPPN) dari hasil penjualan saham. Sehingga, Sukanto masih mengalamikekurangan bayar sebesar Rp 3,1 triliun.

Kini, Sukanto sudah kembali sukses, dengan menduduki peringkat 6orang terkaya di Indonesia. Jumlah kekayaannya tercatat mencapai Rp 26,32triliun. Sukanto sukses, atas bantuan yang dinikmatinya dari negara melaluiBLBI, lalu kemudian meninggalkan kewajiban pembayaran sisa utang-utangnya kepada pemerintah (yang kemudian mengambilnya dari pajak yangdibayarkan rakyat).

Melalui BDNI, Sjamsul Nursalim memperoleh kucuran BLBI sebesarRp 30,9 triliun. Setelah diperhitungkan dengan nilai asetnya, kewajiban yangharus dibayarkan Sjamsul kepada pemerintah adalah sebesar Rp 28,41triliun.

Dari penerimaan pembayaran tunai dan penyerahan aset yang dilakukanSjamsul, BPPN hanya memperoleh nilai pembayaran sebesar Rp 4,92 triliun

Sjamsul Nursalim

Kewajiban BLBI Kekayaan Saat Ini

Kewajiban: BLBI Rp 1,4

triliun + Wesel Eksp or US$

230 juta = Rp 3,56 triliun

Pembayaran: Rp 538,6

miliar

Kerugian Negara:

Rp 3,02 triliun

Posisi: peringkat 6 terkaya di

Indonesia

Bisnis: Tersebar antara lain di

Indonesia, China, Brazil,

Malaysia, Finland.

Kekayaan: US$ 1,3 miliar

atau Rp 12,2 triliun

268 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 294: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

( 17,36%). Artinya, negara dirugikan sekitar Rp 23,49 triliun daripenyelesaian kasus BLBI Sjamsul.recovery rate

Kini, Sjamsul menikmati hidupnya di Singapura dengan memegangpredikat orang terkaya nomor 21 di Indonesia dan mencatatkan totalkekayaan sekitar Rp 4,18 triliun.

Kewajiban Sjamsul Kekayaan Saat Ini

Kewajiban: Rp 28,41 triliun

Pembayaran: Rp 4,92 triliun

Recovery Rate: 17,36%

Kerugian Negara:

Rp 23,49 triliun

Posisi: Peringkat 21 terkaya di

Indonesia

Bisnis: Tersebar antara lain di

Indonesia, China, Singapore,

Hongkong, dsb.

Kekayaan: US $ 445 juta

atau Rp 4,18 triliun

Atang Latief

Atang Latief memiliki kewajiban sebesar Rp 447,45 miliar berdasarkanAPU Awal yang ditandatangani. Namun, pemerintah hanya menerimapembayaran kewajiban sebesar Rp 134,75 miliar ( 30,11%) dariAtang, sehingga negara dirugikan sekitar Rp 312 miliar. Saat ini, Atangmasuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia (peringkat 94) dengankekayaan sekitar Rp 1 triliun.

recovery rate

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 269/

Page 295: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kewajiban Atang Latief Kekayaan Saat Ini

Kewajiban:Rp 447,45 miliar

Pembayaran:Rp 134,75 miliar

Recovery Rate: 30,11%

Kerugian Negara:

Rp 312,7 miliar

Posisi: peringkat 94 terkaya di

Indonesia

Bisnis: Tersebar antara lain di

Indonesia, China, Singapore,

Hongkong,.

Kekayaan: US $ 110 juta

atau Rp 1,03 triliun

Usman Admadjaja

Usman Admadjaja adalah pemilik Bank Danamon yang mempunyaikewajiban utang sebesar Rp 12,53 triliun berdasarkan perjanjian PKPSMRNIA. Dari dana tunai dan aset yang diserahkan, BPPN hanyamemperoleh pembayaran sebesar Rp 1,095 triliun dari Usman. Sehingga,negara dirugikan sebesar Rp 11,30 triliun. Sementara, Usman termasukdalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan Rp 799 miliar.

Kewajiban Usman Kekayaan Saat ini

Kewajiban: Rp12,53 triliun

Pembayaran:Rp 1,095 triliun

Recovery Rate: 15,21%

Kerugian Negara:

Rp 11,3 triliun

Posisi: Peringkat 117 terkaya di

Indonesia

Bisnis: Tersebar antara lain di

Indonesia, China, Singapore,

Hongkong.

Kekayaan: US$ 85 juta

atau Rp 799 miliar

270 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 296: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Uraian di atas sekiranya dapat menunjukkan sebagian profil obligorBLBI yang kini kembali sukses sebagai orang-orang terkaya di Indonesia,padahal belum menyelesaikan kewajibannya secara utuh kepada negara.Mereka hidup merdeka, bebas, dan bergelimang harta, tanpa adanya upayaserius pemerintah dalam menuntut pengembalian uang negara yang merekanikmati.

Sementara itu, di sisi lain, kita menyaksikan penduduk miskin terusbertambah jumlahnya dengan tingkat kesulitan hidup yang juga kianmeningkat. Negara “dengan terpaksa” harus mengurangi subsidi berbagaikebutuhan publik (sebagaimana hal tersebut merupakan kewajibanpemerintah), karena keterbatasan dana yang sebagiannya tersedot olehbeban pembayaran utang yang ditinggalkan oleh para pengemplang BLBI!

Boks berikut akan menjelaskan curamnya jurang yang memisahkankedua golongan masyarakat tersebut: para pengusaha pengemplang BLBI disatu sisi, dan kehidupan rakyat miskin di sisi lain. Dapat kita nyatakan, keduakondisi ekstrim tersebut tak akan pernah dapat tereduksi sepanjang tidakada keadilan dan tindakan korektif atas penyelesaian kasus BLBI dan jugakasus-kasus korupsi lainnya di Indonesia.

Mereka yang Kaya dan Miskin di Indonesia

Total kekayaan 150 orang terkaya di Indonesia :

Nilai kekayaan 150 orang terkaya tersebut samadengan :

US$ 46,6 miliar atau Rp 438 triliun

Total pendapatan 37,17 juta orang miskinberpenghasilan Rp 167.000/bulan selama 5,7 tahun

Total pendapatan 70 juta orang miskinberpenghasilan US$ 1/hari selama 2 tahun

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 271/

Page 297: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Negara mempunyai kewajiban untuk menghapus kemiskinan denganmelindungi, memenuhi, dan memajukan hak-hak rakyat. Untuk itupemerintah harus menyiapkan dana yang cukup dalam APBN. Namundana APBN yang dapat dialokasikan demikian kecil untuk kebutuhanpengentasan kemiskinan yang begitu besar.

Dengan anggaran yang terbatas tersebut, negara masih harusmengalokasikan dana yang jauh lebih besar untuk membayar pokok danbunga utang akibat skandal BLBI. Padahal sebagian obligor BLBI ini adalahpelaku tindak pidana yang telah menggelapkan dana masyarakat danmembobol banknya sendiri, termasuk menggelembungkan danmenggelapkan aset/sahamnya dalam rangka memenuhi kewajibanutangnya.

Belakangan, para obligor memperoleh SKL ( /R&D)dari oknum-oknum penguasa yang korup, sehingga bebas dari segalagugatan pidana. Kini, sebagian dari mereka telah kembali kaya raya denganmeninggalkan beban utang kepada negara hingga puluhan tahun yang akandatang. Dengan demikian, para obligor dan oknum pejabat yang ikutmembantu memuluskan jalan mereka, telah menikmati kekayaan dankesejahteraan di atas jutaan orang miskin yang hidup sengsara.

Pada uraian selanjutnya, akan dibahas sekelumit persoalan kemiskinandi Indonesia, sebagai masalah yang serius dan nyata dihadapi oleh Indonesia,sehingga seharusnya menjadi panduan bagi pemerintah dalam memutuskantiap kebijakan, termasuk memutuskan kebijakan terbaik dan adil dalammenyelesaikan kasus BLBI.

Hari Anti Pemiskinan Sedunia, yang jatuh pada tanggal 17 Oktober2007, diperingati secara luas di seluruh dunia, termasuk di Jakarta danberbagai daerah di Indonesia. Peringatan umumnya dihadiri oleh ribuan ataubahkan puluhan ribu orang yang turun ke jalan, pusat-pusat keramaian ataulapangan terbuka. Penyelenggaraan kampanye anti pemiskinan ini antaralain dimaksudkan untuk menggalang kebersamaan dan dukunganmasyarakat luas demi penghapusan kemiskinan dalam rangka mencapaitujuan pembangunan milenium ( /MDGs).

release and discharge

Millennium Development Goals

Kemiskinan

272 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 298: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Indonesia sendiri termasuk 1 dari 189 negara yang mencanangkan tekadmengurangi jumlah penduduk miskin berpendapatan US$ 1/hari menjadisetengahnya antara tahun 1990 hingga 2015. Hal ini dilakukan mengingatjumlah penduduk miskin di Indonesia termasuk yang terbesar di dunia.

Seperti diketahui, dampak terbesar dari krisis ekonomi 1997 adalahmeningkatnya jumlah penduduk miskin sebesar 45,5%, dari 34,01 juta jiwa(9,42 juta jiwa di perkotaan dan 24,59 juta jiwa pedesaan) pada tahun 1996menjadi 49,5 juta jiwa (17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa dipedesaan) pada tahun 1998 (Survei Sosial Ekonomi Nasional atau Susenas).Setelah krisis 10 tahun berlalu, jumlah penduduk miskin pun masih tetaptinggi, yaitu sebesar 37,17 juta jiwa, yang tersebar di wilayah perkotaansebesar 13,56 juta jiwa dan di pedesaan sebesar 23,61 juta jiwa (BPS, Maret2007).

Artinya, segera setelah krisis, Indonesia masuk kembali ke dalamkategori negara miskin. Hal ini terlihat dari penurunan GDP perkapitaIndonesia yang turun dari US$ 1.266,912 pada tahun 1996, menjadi US$1.185,990 pada tahun 1997 dan menjadi US$ 512,993 pada tahun 1998.Berdasarkan pengelompokan yang dilakukan oleh Bank Dunia, GDPperkapita sebesar US$ 765 dikelompokkan sebagaiSehingga, Indonesia selama dua periode, tahun 1998 dan 1999 masuk kedalam , meskipun mulai tahun 2000 GDP perkapitaIndonesia naik kembali.

Selain meningkatnya kemiskinan, ongkos terbesar krisis ekonomiadalah membengkaknya beban pemerintah untuk membayar pokok danbunga utang, baik luar maupun dalam negeri akibat penerbitan surat utangnegara (SUN). Penerbitan SUN dan obligasi pemerintah disebabkanpemerintah tidak mempunyai dana untuk mengatasi kesulitan keuanganyang dialami perbankan saat terjadinya krisis.

Kesulitan likuiditas yang dialami perbankan saat krisis juga membuatpemerintah mengucurkan BLBI sebesar Rp 144,5 triliun, yang kemudiandiikuti dengan pengucuran obligasi rekapitalisasi untuk memperkuat modalperbankan sebesar Rp 431,6 triliun. Hal ini dilakukan melalui penerbitanSurat Utang Negara (SUN) dan obligasi. Khusus untuk obligasi rekap, yangakan berlaku hingga (paling tidak) tahun 2021, diperkirakan pemerintahharus mengeluarkan dana untuk membayar bunga sebesar Rp 600 triliun

low income country.

low income country

cash

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 273/

Page 299: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

selama 10 tahun atau Rp 1.400 triliun selama 20 tahun, dengan tingkat sukubunga 12%-14% per tahun.

Sebagai catatan, jumlah obligasi yang sudah diterbitkan oleh pemerintahhingga akhir Mei 2003 adalah sebesar Rp 640 triliun. Sedangkan, jumlahbunga obligasi yang telah dibayarkan oleh pemerintah sebesar Rp 266,778triliun sejak tahun 1998 sampai 2004.

Di sisi lain, akibat membengkaknya pembayaran kewajiban dan bungautang, pemerintah harus mengurangi beberapa pos anggaran yangdikeluarkan bagi rakyat, termasuk untuk pendidikan dan kesehatan.Meskipun mungkin terdapat perdebatan atas terjadinya penurunananggaran kesejahteraan publik di tingkat makro, namun kian beratnya bebanyang ditanggung masyarakat (khususnya pada sektor pendidikan dankesehatan) di tingkat praktik sangat bisa dirasakan dengan nyata. Hal iniantara lain terlihat dengan menghilangnya program pos pelayanan terpadu(Posyandu), naiknya biaya berobat pada rumah sakit rumah sakitpemerintah, naiknya biaya pendidikan di perguruan tinggi negeri (setelahstatus mereka berubah menjadi badan hukum milik negara/BHMN), danterus melambungnya harga BBM dan listrik (yang sebagiannya disebabkanpenurunan alokasi subsidi, selain adanya kenaikan harga minyak mentahsecara global).

Sehingga, untuk konteks Indonesia,

Karena, pada kenyataannya, merekalah pihak yang telahmelahirkan berbagai kebijakan yang merugikan rakyat dan menyebabkanmeningkatnya kemiskinan. Kebijakan yang memiskinkan rakyat itu salahsatunya ditunjukkan oleh kebijakan BLBI, mulai dari pengucuran hinggapenyelesaiannya. Pengucuran dan penyimpangan BLBI membuat negaraharus berutang, mengalokasikan anggaran lebih besar untuk mencicilpembayaran utang, dan sekaligus mengurangi alokasi anggaran publik(termasuk biaya pengentasan kemiskinan) dalam APBN.

Oleh sebab itu, hal mendasar yang harus dilakukan pemerintah untukmengentaskan kemiskinan adalah menetapkan kebijakan yang adil terkaitBLBI, dan para obligornya, serta menjalankan APBN yang memihak rakyat,bukan sebaliknya, yaitu justru memberikan aneka subsidi kepada obligor.

kampanye penghapusankemiskinan sebenarnya lebih tepat dialamatkan kepada para elitpemerintah.

274 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 300: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Presiden SBY dalam kampanyenya pernah menyatakan bahwa jikaterpilih maka pemerintahannya akan mengurangi jumlah orang miskinmenjadi 8% dalam waktu 5 tahun masa jabatannya. Dalam RPJM 2006-2011juga disebutkan bahwa target penduduk miskin pada tahun 2015 adalah8,2%. Namun, dengan kondisi kemiskinan yang ada saat ini, janji SBY itunampak kian menjadi angan-angan belaka. Apalagi, terjadi pula gejolakekonomi global dan kenaikan harga minyak yang akan turut mempengaruhilaju perekonomian tanah air. Barangkali, kalaupun pemerintah hendakmemaksakan turunnya jumlah penduduk miskin, hal itu hanya dapatdilakukan dengan (yangsebenarnya kini sudah rendah, yaitu sekitar Rp 5.500/hari), misalnyamenjadi Rp 3.500/hari. Artinya, seseorang harus benar-benar hidup melarat(seperti makan hanya satu kali sehari) untuk diakui sebagai orang miskin diIndonesia. Suatu hal yang sebenarnya merupakan bentuk pembohonganpublik dan diri sendiri, yang dilakukan sekedar untuk tidak terlihat gagalmengentaskan kemiskinan.

Berikutnya, akan diuraikan berbagai hal terkait kemiskinan, termasukprofil, data statistik, latar belakang, dampak, serta berbagai kepentinganyang melingkupinya.

Definisi mengenai kemiskinan amat beragam. Beberapa lembagamengartikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang dalammemenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan meningkatkan kualitas hidupnya.Yang lain mengartikan lebih luas dengan memasukkan dimensi-dimensisosial dan moral. Selain itu ada juga yang menafsirkan kemiskinan sebagaiketidakberdayaan sekelompok masyarakat di bawah suatu sistempemerintahan yang menyebabkan mereka berada pada posisi yang sangatlemah dan tereksploitasi. Yang terakhir ini dikenal dengan sebutan

.

Namun, secara umum, ketika orang berbicara mengenai kemiskinan,maka yang dimaksud adalah kemiskinan material. Dengan pengertian iniseseorang dikategorikan miskin apabila tidak mampu memenuhi standarminimum kebutuhan pokoknya agar dapat hidup secara layak. Karena itu,kemiskinan jenis ini disebut dengan .

menurunkan lagi batas garis kemiskinan

kemiskinan struktural

kemiskinan konsumsi

Definisi Kemiskinan

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 275/

Page 301: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Sementara, Bank Dunia juga memberi definisi sendiri tentangkemiskinan, yaitu, ”Kemiskinan adalah kondisi terjadinya kekurangan padataraf hidup manusia yang bisa berupa fisik dan sosial”. Kekurangan fisikadalah ketidakcukupan kebutuhan dasar materi dan biologis (

), termasuk kekurangan nutrisi, kesehatan, pendidikan, danperumahan. Sedangkan, ketidakcukupan sosial adalah adanya resikokehidupan, kondisi ketergantungan, ketidakberdayaan, dan kepercayaan diriyang kurang.

Tetapi apakah mendefinisikan orang miskin hanya dari sudutpemenuhan konsumsi saja sudah cukup? Jawabnya tentu tidak. Definisi inimungkin masih berguna dan akan terus digunakan untuk mengukurkemajuan tingkat kesejahteraan material, akan tetapi juga sangat tidakmemadai. Pengertian ini sering tidak berhubungan dengan definisikemiskinan yang dimaksud oleh orang miskin itu sendiri sehingga tidakcukup mampu memahami realitas kehidupan dari sudut pandang mereka.Pengertian ini juga dapat menjerumuskan kepada kesimpulan yang salahbahwa menanggulangi kemiskinan cukup hanya dengan menyediakan bahanmakanan yang cukup.

Padahal, kemiskinan tidak hanya terkait dengan ketidakmampuan dalammemenuhi kebutuhan material dasar, tetapi juga terkait erat dengan berbagaidimensi lain kehidupan manusia, seperti kesehatan, pendidikan, jaminanmasa depan, dan peranan sosial. Oleh karena itu, kemiskinan hanya dapatdipahami secara utuh apabila dimensi-dimensi lain dari kehidupan manusiatersebut juga diperhitungkan.

Kemiskinan dalam pengertian ini misalnya diajukan oleh Armartya Sen.Dalam buku berjudul Sen mendefinisikan kemiskinansebagai , yaitu kemampuan untuk mengakses hak-hakdasar seperti memperoleh layanan yang pendidikan kesehatan, sumber dayafinansial dan kegiatan ekonomi produktif, kebebasan, dan berpartisipasidalam penetapan kebijakan publik.

Kemiskinan tidak dapat dipahami hanya dari angka-angka tentangjumlah orang dengan tingkat konsumsi kurang dari “garis kemiskinan”.

basic material

and biological needs

Development as Freedom,

capability deprivation

Fakta dan Statistik Kemiskinan

276 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 302: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Karena, pada kenyataannya, kemiskinan memiliki berbagai dimensisehingga pengukurannya jauh lebih lebih rumit dari itu.

Badan Pusat Statistik (BPS), menggunakan 14 variabel/kriteria untukmengkategorikan penduduk miskin. Variabel-variabel atau kriteria-kriteriaitu adalah: luas lantai bangunan; jenis lantai bangunan yang digunakan; jenisdinding yang digunakan; ada tidaknya jamban/toilet; ada tidaknya sumberpenerangan rumah tangga; sumber air minum; jenis bahan bakar yangdigunakan untuk memasak sehari-hari; jumlah kosumsi daging, susu, ayam;pengeluaran untuk pembelian sandang; tingkat konsumsi makanan;pengeluaran untuk kesehatan; jumlah penghasilan kepala rumah tanggadalam sebulan; tingkat pendidikan tertinggi kepala rumah tangga; danjumlah tabungan yang dimiliki. Seseorang akan dikategorikan miskin olehBPS jika memenuhi minimal 8 dari 14 kriteria/variabel tersebut.

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 277/

Page 303: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Profil Orang Miskin Indonesia Versi Bappenas & BPS(Versi Maret 2007)

Pendapatan:

Rumah:

Jamban/toilet:

Penerangan:

Sumber air:

Bahan bakar memasak:

Makan:

Konsumsi :

Asupan Kalori:

Pakaian:

Kesehatan:

Pendidikan tertinggi:

Sumber penghasilan kepala rumah tangga:

Tabungan:

=================================

Rp 167.000/bulan/orang; atau Rp 5.500/hari/orang

kurang dari 8 m ; lantai tanah/bambu; dinding bambu/rumbia

Tidak ada

lampu'teplok' (minyak), tanpa listrik

sumur/air hujan

kayu/minyak tanah

1 atau maksimum 2 kali/hari

daging/ayam/susu sebanyak 1 kali/minggu

2100/hari

membeli satu stel/tahun

tidak sanggup membayar biaya pengobatan puskesmas

maksimum SD

< Rp 600.000/bulan

Tidak ada

2

� Jumlah penduduk miskin di Indonesia dengan profil seperti diatas tercatat sekitar 37.170.000 jiwa atau hampir dua kalilipat jumlah pendudukAustralia

278 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 304: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Meski tidak dapat menggambarkan secara menyeluruh kondisipenduduk miskin, data dan statistik tentang kemiskinan penting untukdiperhatikan. Dengan angka dan statistik, akar masalah dan persoalankemiskinan dapat dipahami secara mendasar, sehingga selanjutnya dapatdisusun konsep dan program konkret yang tepat untuk pemecahannya.

Dalam konteks ini, perlu dialamatkan koreksi atas pernyataan PresidenSBY pada sidang paripurna di DPD tanggal 23 Agustus 2007. Saat itu,Presiden mengatakan bahwa persoalan kemiskinan dan pengangguranbukanlah permasalahan statistik dan angka, melainkan persoalan yangmenyangkut kondisi kehidupan rakyat yang harus dihadapi bersama olehpusat dan daerah. Perlu disadari, meskipun persoalan kemiskinan harusditangani secara subtantif dan mendasar, namun penanganan itu hendaklahberangkat dari angka-angka statistik akurat yang menjadi dasar penetapankebijakan dan program, sehingga tindakan yang diambil juga memilikiketepatan dan akurasi.

Dengan definisi dan standar kemiskinan yang berbeda-beda, akanterdapat statistik yang berbeda pula tentang angka kemiskinan di Indonesia.BPS menggunakan asumsi pendapatan Rp 167.000/bulan (= US$ 0,6/hari)sebagai garis kemiskinan. Berdasarkan standar ini saja, yang sebenarnya jauhdi bawah standar Bank Dunia, jumlah orang miskin di Indonesia telahmencapai 37,17 juta orang (sesuai data BPS Maret 2007).

Sedangkan, asumsi pendapatan orang miskin versi PBB dalam MDG'sadalah sebesar US$ 1/hari (sekitar Rp 275.000/bulan) dan versi Bank Duniasebesar US$ 2/hari atau sekitar Rp 550.000/bulan. Dengan demikian, jikastandar PBB yang digunakan, maka jumlah penduduk miskin di Indonesiamenjadi 70 juta orang. Jumlah tersebut menjadi lebih besar lagi, yakni 120juta orang, jika standar Bank Dunia yang dipakai. Artinya, baik berdasarkanstandar Bank Dunia maupun PBB, akan diperoleh fakta bahwa lebih darisetengah penduduk Indonesia tergolong miskin!

Dengan selisih yang demikian jauh, menarik untuk mempertanyakandasar pengkategorian orang miskin yang dilakukan oleh BPS.

Kalaupun kriteriaorang miskin versi Bank Dunia dan PBB dianggap terlalu tinggi, apakahlayak BPS menurunkannya menjadi hanya sepertiganya?

Apakah yangdigolongkan sebagai manusia menurut Bank Dunia dan PBBberbeda dengan yang ”dikriteriakan” oleh BPS?

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 279/

Page 305: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Mudah-mudahan pengecilan dan penyembunyian angka ini dilakukanbukan karena ”pesanan” atau sekedar untuk menjaga citra pemerintah.Faktanya, dengan berbagai definisi kemiskinan dan juga acuan kriteria BankDunia, diyakini jumlah orang miskin di Indonesia adalah sebesar paling tidak70 juta jiwa. Bagaimanapun, perlu diingatkan bahwa

, terutama sebagai dasarbagi penetapan program dan solusi yang efektif.

Disamping jumlah penduduk miskin yang demikian besar, yakni palingtidak 70 juta orang (atau lebih banyak dari jumlah penduduk Inggris atauPrancis), kita perlu pula memperhatikan berbagai statistik terkaitkemiskinan dan keterbelakangan dalam aspek wilayah, pendidikan,kesehatan, tempat tinggal, dan sebagainya. Seperti misalnya kenyataanbahwa kantung-kantung kemiskinan terdapat di 42.000 desa dari 66.000desa yang ada, 1,4 juta anak usia sekolah terpaksa putus sekolah, serta 50%penduduk Indonesia tinggal di rumah yang tidak layak huni (selengkapnyalihat boks).

objektifitas danakurasi angka/statistik merupakan hal penting

280 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 306: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Potret Kemiskinan di Indonesia

Kuantitas dan Sebaran

hidup di bawah standarkesejahteraan sapi, sapi

Tempat Tinggal dan Konsumsi

Pendidikan dan Pekerjaan

37,17 juta orang hidup dengan pendapatan kurang dari US$0,6/hari dan 70 juta orang hidup dengan pendapatan kurang dariUS$ 1/hari

630.000 orang miskin hidup di Jakarta sebagai Ibukota Negara

Lebih dari 120 juta orang Indonesiadi Eropa menerima subsidi US$ 2,5/hari

oleh Uni Eropa

23,61 juta orang miskin tinggal di desa, 13,56 juta orang tinggal dikota

42.000 dari 66.000 desa yang ada dikategorikan sebagai desamiskin

190 dari 440 kabupaten/kota dihuni penduduk miskin

Terdapat seluas 56.000 hektar kawasan kumuh di perkotaanIndonesia

3,5 juta anak Indonesia berstatus terlantar

50% penduduk tidak mempunyai rumah layak huni

17 juta keluarga Indonesia tinggal di kawasan kumuh padatpenghuni

40.000 anak jalanan hidup di Jakarta

1 diantara 5-6 orang kelaparan setiap hari

307 dari 100.000 ibu yang melahirkan meninggal dunia

2-4 dari 10 anak balita di 72 kabupaten menderita busung lapar

2,3 juta anak balita menderita gizi buruk dan 1,67 juta menderitabusung lapar

24 juta orang (10,4% dari total penduduk) adalah buta huruf

1,4 juta anak usia sekolah terpaksa tidak sekolah

4,18 juta anak usia sekolah putus sekolah dan menjadi pekerja

Lebih dari 70% orang miskin hidup sebagai petani

13,6 juta petani hanya mempunyai lahan di bawah 0,5 ha

Sekitar 10% angkatan kerja, atau 10,55 juta orang adalahpengangguran

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 281/

Page 307: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kesulitan rakyat miskin juga meningkat dengan dicabutnya subsididalam beberapa bidang. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) misalnya,program pelayanan kesehatan bagi keluarga kurang mampu ini sempatditiadakan karena keterbatasan anggaran, padahal sangat dibutuhkanmasyarakat (kini sudah kembali bergulir). Selain itu, biaya pelayanan danberobat di rumah sakit milik pemerintah juga dinaikkan. Akibatpengurangan subsidi pada beberapa pos kesehatan ini, beberapa kasuspenyakit yang sempat hilang selama beberapa tahun seperti busung lapar(gizi buruk) dan polio kembali muncul di sejumlah daerah.

Selain kesehatan, pelayanan pemerintah dalam bidang pendidikan jugadikurangi sehingga mengakibatkan biaya pendidikan menjadi mahal. Biayatinggi terutama dirasakan oleh pelajar yang melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi negeri (PTN). Biaya kuliah di PTN yang relatif terjangkausaat sebelum krisis, mendadak menjulang berkali-kali lipat pasca krisis. Halini terjadi karena status PTN yang sebelumnya negeri (dibiayai pemerintah),berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang bersifatotonom, termasuk dalam mengusahakan dan mengelola biaya pendidikan.Dampaknya, pihak perguruan tinggi membebankan biaya pendidikanseluruhnya (atau hampir seluruhnya) kepada siswa, sehingga menjadi sangattinggi.

Disamping itu, keterbatasan anggaran juga menyebabkan sejumlahinfrastruktur di Indonesia mengalami rusak berat. Jalur kereta api berkali-kali dilaporkan anjlok akibat rel yang rusak, kapal laut tenggelam karenasudah tidak laik beroperasi, atau jalan rusak parah sehingga mengakibatkanmeningkatnya jumlah kecelakaan kendaraan bermotor.

Uraian di atas menunjukkan betapa parahnya keterbelakangan dankesengsaraan yang dialami oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Perlupula kembali diingat bahwa angka-angka penduduk miskin yang kita terimaselama ini dari pemerintah diukur dengan standar yang sangat minimum,meski hal itu pun jumlahnya sudah signifikan untuk ditangani secaraterencana, komprehensif, cermat, terintegrasi, berkeadilan danberkesinambungan. Bagaimana jika standar kemiskinan yang digunakanadalah standar PBB atau Bank Dunia?

282 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 308: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Peran Negara, Globalisasi, dan Pemiskinan

UUD 1945 antara lain mengamanatkan bahwa setiap orang dan anakberhak hidup dan mempertahankan kelangsungan hidupnya (Pasal 28A dan28B); mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar, mendapatpendidikan, memperoleh manfaat dari berbagai kemajuan demikesejahteraan (28B); memperoleh perlindungan, kepastian dan perlakuanhukum yang adil (28D); berhak untuk bekerja dan mendapat imbalan yangadil dan layak (28D); dan hidup sejahtera lahir batin dan bertempat tinggal,serta memperoleh pelayanan kesehatan (28H). Disamping itu, konstitusimengamanatkan pula bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar harusdipelihara negara, serta negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitaspelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (Pasal 34).

Meskipun telah nyata tercantum dalam konstitusi, kita justru kerapmenemukan terjadinya pengkhianatan atas amanat itu dalampenyelenggaraan pemerintahan. Jangankan menjalankan amanat untuksegera memenuhi berbagai hak rakyat dan membantu puluhan juta orangmiskin, menghasilkan undang-undang yang mengatur pelaksanaan hak-hakasasi rakyat dan sistem jaminan sosial bagi fakir miskin saja

tidak mampu dilakukan para penyelenggara negara. Rakyatdibiarkan terkatung-katung dalam kemiskinan dan kelaparan, padahal, di sisilain, pemerintah terus menganggarkan pembayaran bunga obligasi rekappuluhan triliun untuk membantu bank-bank yang dimiliki para obligor danasing. Apa dasar dari kebijakan yang dijalankan penyelenggara negaratersebut?

Banyak fakta yang menjelaskan bahwa kemiskinan tidak berdiri sendirisebagai realitas dan tanpa sebab. Realitas kemiskinan itu ada sebagaiakibat dari sesuatu. Sesuatu itu terutama bukanlah masalah internal simiskin, tetapi lebih banyak bersumber dari kekuatan eksternal, kekuatanbesar yang berdasarkan kuasa 'wewenang', ataupun kuasa 'modal' yang terusmendesak mereka ke jurang kemiskinan. Oleh sebab itu, yang sesungguhnyaterjadi adalah .

Masalah kemiskinan terutama muncul karena karakter pertumbuhanekonomi yang tidak adil dan berkualitas yang justru meningkatkanketimpangan.

(sesuai amanatpasal 34)

Rakyat menjadi miskin karena sistem ekonomi yangsalah, perilaku KKN, dan kesalahan pengelolaan negara. Kemiskinan

sepi

proses pemiskinan

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 283/

Page 309: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

bertambah akibat tidak jelasnya pengaturan institusi, lemahnya, ketidakberpihakan para pengambil keputusan, serta

dominannya tekanan kepentingan asing dan kaum pemilik modal.political will

Dalam hal ketersediaan, terdapat cukup banyak makanan di Indonesiadan dunia untuk memenuhi kebutuhan setiap manusia sebesar 3500 kaloriper hari, apalagi hanya 2100 kalori seperti yang dikriteriakan BPS. Karenaitu, masalah kelaparan dan kekurangan gizi sesungguhnya bukan terletakpada kelangkaan makanan, tetapi tidak adanya daya beli. Tidak adanyapemerataan dan keadilan menambah ketimpangan yang terjadi sehinggamenyebabkan dialaminya kelaparan dan kurang gizi oleh puluhan juta orang.

Penyebab Kemiskinan

dialami Indonesia!

Kemiskinan terjadi karena sistem ekonomi yang salah,pemerintahan yang salah kelola, dan merajalelanya

praktik KKN.

Kemiskinan bertambah akibat tidak jelasnya pengaturaninstitusional, lemahnya dan keberpihakan

para pengambil keputusan, serta dominannya tekanan dankepentingan asing, penguasa korup dan pemilik modal.

Di bawah ideologi neoliberal, IMF dan Bank Duniamenjadi penekan pengintegrasian semua negara ke dalam

perekonomian global. IMF dan Bank Duniamemperangkap banyak negara ke dalam jerat utang dansekaligus memaksa dijalankannya program penyesuaian

struktural berupa deregulasi di hampir semua sektor,liberalisasi ekonomi dan keuangan, perdagangan bebas,

devaluasi mata uang, privatisasi BUMN, danpengurangan belanja publik.

political will

Inilah sesungguhnya rangkaian proses pemiskinanyang

284 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 310: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Secara lebih mendasar, dapat dinyatakan bahwa kemiskinan danketidakadilan tidak terjadi dengan sendirinya tanpa sebab musabab. Iamerupakan hasil dan konsekuensi dari sejarah panjang penjajahan Baratselama lebih dari setengah abad. Selama itu pula Barat memaksakan doktrin-doktrin sosial dan ekonominya ke seluruh dunia. Barat memulai dengananeksasi tanah bangsa lain, kolonialisme dan imperialisme, lalu kemudiandilanjutkan dengan mendorong terciptanya sistem ekonomi pasar (pasarbebas), budaya konsumerisme, dan paham kapital berupa pendewaanterhadap uang di atas segala-galanya.

Globalisasi, berupa integrasi semua negara ke dalam sistem ekonomidunia tunggal, pada berbagai tingkat, merupakan kelanjutan kolonialisasi.Oleh sebab itu, globalisasi adalah upaya Barat dan kaum kapitalis untukmengambil alih kekayaan dan sumber daya alam dunia, sekaligus membukapasar bagi produk-produk mereka.

Untuk ”mengelola” globalisasi, selain menciptakan doktrin”pembangunan”, Barat mendirikan pula perangkat-perangkat institusiseperti IMF, Bank Dunia (WB), Bank Pembangunan Asia (ADB), dan WTO.

Di bawah ideologi neoliberal, IMF dan Bank Dunia menjadi penekanpengintegrasian semua negara ke dalam perekonomian global. IMF danBank Dunia memerangkap banyak negara ke dalam jerat utang dan sekaligusmemaksa mereka menjalankan program penyesuaian struktural berupaliberalisasi ekonomi & keuangan, pembukaan pasar domestik &perdagangan bebas, deregulasi, devaluasi mata uang (untuk ”daya saing),privatisasi BUMN, dan mengurangi belanja publik (pendidikan, kesehatan,dan sebagainya). Kondisi ini pula yang dialami Indonesia.

Pemaksaan oleh IMF dan Bank Dunia, serta pelaksanaan programpenyesuaian struktural ( SAP), telahmerendahkan standar hidup, menurunkan upah, menaikkan harga-harga,dan meningkatkan kemiskinan. Selain memangkas kesejahteraan rakyat,para bersedia memberikanberbagai kesempatan, dan prioritas kepada investor asing dan pasarfinansial mereka karena telah mendapat utang, ”dukungan” ekonomi,politis, keamanan dan stabilitas dari IMF, Bank Dunia, dan Barat. Hal inilahyang telah dilakukan kaum neoliberal di Indonesia sejak orde baru hinggasaat ini.

structural adjustment program/

privilege,

penguasa negara-negara berkembang

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 285/

Page 311: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Para penguasa telah membuat berbagai kebijakan dan undang-undangyang pro asing dan tidak berpihak kepada rakyat serta sangat merugikannegara dalam berbagai sektor kebijakan mencakup ekonomi, keuangan,perdagangan, pengelolaan SDA (khususnya pertambangan & migas), danBUMN. Termasuk pula di dalamnya kebijakan tentang anggaran, utang, danpengurangan subsidi (seperti misalnya pengurangan subsidi pupuk yangmemarjinalkan sektor pangan dan pertanian, padahal sektor tersebutmerupakan tempat bergantung hidup 70% rakyat miskin).

Dengan kebijakannya, penguasa justru memberi kesempatan kepadaFreeport di Tembagapura, Exxon di Aceh, Cepu dan Natuna,Caltex/Chevron di Riau, Inco di Sulawesi, Newmont di Minahasa dan NTB,dan Beyond Petroleum di Tangguh (Papua) untuk menguras SDAIndonesia. Para penguasa juga membuat kebijakan yang berpihak kepadapara konglomerat dan bankir nakal berupa pengucuran BLBI dan obligasirekapitalisasi perbankan. Kebijakan-kebijakan ini, tak dapat dibantah,mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi negara.

Keseluruhan kebijakan tersebut juga merupakan proses pemiskinanrakyat yang sangat nyata. Hal ini terjadi di luar kuasa rakyat miskin, karenaposisi mereka yang lemah dan selalu dimanfaatkan oleh pihak yang memilikikekuasaan, wewenang, dan modal.

Demikianlah ”sistematika” pemiskinan itu: dominasi, kolonialisasi, danpemaksaan oleh Barat lewat IMF, Bank Dunia, perusahaan multinasional,dan kaum pemilik modal (baik internasional maupun domestik). Merekamenjalankan misi ini melalui kerja sama dengan para penguasa yang salahmengelola negara, tidak adil, pengidap KKN, haus kekuasaan, tidak mandiri,dan lupa menjaga harga diri.

Orang miskin, disamping karena kesederhanaan keinginannya, jugatidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi kekuatan eksternal ini,sehingga membuat mereka terpuruk dalam kemiskinannya. Mereka hanyabisa pasrah menerima keadaan tanpa bisa berbuat apa-apa, meskipunsesungguhnya hak mereka dijamin oleh UUD 1945.

Kemiskinan bukanlah soal kekurangan sumber daya, melainkandigenggamnya kendali ekonomi oleh segelintir pihak, mencakup negara-negara kaya, oknum penguasa korup, perusahaan multinasional, dan para

286 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 312: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

pemilik modal lokal/internasional yang melahap habis sumber-sumberkekayaan dunia tanpa menyisakan bagian untuk mereka yang terpinggirkan.

Diakui bahwa saat ini pemerintah telah menyusun berbagai programuntuk mengatasi kemiskinan yang pelaksanaannya berada dibawahkoordinasi Departemen Pekerjaan Umum. Program dimaksud adalahProgram Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang secaraoperasional dilakukan melalui Program Penanggulangan Kemiskinan diPerkotaan (P2KP) dan Program Peningkatan Kecamatan (PPK).

Untuk tahun 2007, PNPM Departemen PU dianggarkan sebesar Rp 1,7triliun, sedangkan pada tahun 2008, naik menjadi Rp 2,1 triliun. Meskidemikian, sangat disayangkan 90% anggaran program ini berasal dari utangkepada ADB, walaupun masa pengembaliannya berjangka waktu 30 tahun.Disamping itu, juga layak dipertanyakan efektifitas program ini, karenaternyata sejak P2KP dimulai pada tahun 1999 (Tahap I) hingga saat inibelum terlihat hasil nyatanya dalam menekan angka kemiskinan.

Pada tahun 2008 mendatang, sama seperti tahun-tahun sebelumnya,pemerintah juga menyiapkan PNPM dan Jaringan Pengaman Sosial (JPS)sebagai upaya untuk menekan angka kemiskinan. Kedua program inidiarahkan untuk menyerap tenaga kerja, antara lain melalui proyek-proyekpembangunan jalan dan waduk.

Pada tahun 2008, pemerintah juga menargetkan jumlah pendudukmiskin sebesar 37,81 juta orang, atau 17,19% dari 220 juta penduduk.Sedangkan, pada tahun 2009, target jumlah penduduk miskin adalah 18,8juta orang. Target-target ini ditetapkan pemerintah ditengah kenaikan hargaminyak dunia dan tidak tercapainya sejumlah target ekonomi nasional.

Pemerintah, melalui Bappenas, untuk tahun 2008 juga memproyeksikan3 (tiga) skenario garis dan angka kemiskinan, yang dikaitkan dengan tingkatpertumbuhan ekonomi sebagai berikut:

Pertumbuhan 6,6%, garis kemiskinan Rp158.000/bulan: angkakemiskinan 17,17%;

Program Pemerintah

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 287/

Page 313: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Pertumbuhan 6,8%, garis kemiskinan Rp165.000/bulan: angkakemiskinan 17,19%;

Pertumbuhan 6,6%, garis kemiskinan Rp172.000/bulan: angkakemiskinan 17,21%.

Berdasarkan tiga skenario di atas, terlihat bahwa pada tahun 2008 tidakdiproyeksikan terjadi penurunan jumlah penduduk miskin, mengingattahun ini angka kemiskinan juga sebesar 17,17% atau 37,17 juta orang. Yangsangat mengherankan adalah bahwa Bappenas tega menggunakan gariskemiskinan yang sangat rendah, yaitu berkisar pada angka Rp 158.000 Rp172.000 (atau sama dengan US 0,6/orang/hari!). Garis kemiskinan ini tidakjauh berbeda atau bahkan lebih rendah dari garis kemiskinan tahunsebelumnya yaitu Rp 167.000/bulan. Padahal, di sisi lain, kita sama-samamengetahui dan mencermati bahwa dalam 2 tahun terakhir, termasukperkiraan tahun depan, tingkat inflasi adalah sekitar 6-8% per tahun. Jikainflasi terjadi, sedang pendapatan stagnan atau malah turun, maka daya belimasyarakat juga turun. Dengan demikian, dengan adanya inflasi,angka/garis kemiskinan juga selayaknya naik.

Dari uraian di atas, kita kesulitan memahami apa latar belakang danmotivasi Bappenas menetapkan rendahnya garis kemiskinan tersebut.Sejauh ini kita hanya dapat menyimpulkan bahwa pemerintah mencobamenurunkan angka kemiskinan bukan dengan cara meningkatkan daya beli,kesejahteraan dan taraf hidupnya, tetapi dengan cara menurunkan gariskemiskinan agar jumlah rakyat miskin tampak berkurang atau setidaknyatidak bertambah. Padahal, garis kemiskinan yang digunakan saat ini punsudah begitu rendah, bahkan jauh lebih rendah dari standar sapi di Eropaatau standar PBB yang US$ hanya 1/orang/hari itu (sekitar Rp270.000/orang/bulan). Dengan demikian, angka kemiskinan turun bukankarena peningkatan kesejahteraan atau pendapatan tetapi karena standarnyayang diturunkan. Hal ini, jelas merupakan upaya penurunan kemiskinanyang bersifat semu dan hanya merupakan bentuk manipulasi citra.

Untuk itu, pada kesempatan ini kita hendak mengingatkan janji PresidenSBY saat kampanye dahulu bahwa jumlah penduduk miskin akanditurunkan menjadi 8% selama 5 tahun masa pemerintahannya. Dari realitasyang ada, nampaknya janji itu akan sulit terealisasi. Karena itu, kita punkhawatir, langkah yang dilakukan pemerintah untuk mencapai target

288 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 314: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

penurunan angka kemiskinan adalah lagi-lagi melalui

Kemiskinan telah menimbulkan memburuknya kualitas hidup, krisispangan, gizi buruk, putus sekolah, kebodohan, dan berbagaiketerbelakangan lainnya. Kemiskinan juga menjadi salah satu sumbermalapetaka dan munculnya berbagai masalah sosial yang terjadi dimasyarakat seperti merebaknya kejahatan/kriminalitas, konflik sosial, dandekadensi moral. Kemiskinan merupakan penghalang bagi masyarakatuntuk bisa menjalani hidup secara terhormat, bermartabat dan sejahtera.

Terlepas dari program pemerintah yang telah diuraikan di atas, kitamembutuhkan langkah nyata dan penghentian politisasi orang miskin. Kitamenuntut pemerintah untuk jujur menyatakan jumlah penduduk miskinyang sebenarnya, sekaligus menggunakan standar kriteria kemiskinan yanglebih manusiawi. Dapat dinyatakan, standar kriteria kemiskinan yangdigunakan oleh pemerintah saat ini bahkan tak sebanding dengan standarkehidupan ternak sekalipun (ingat subsidi sapi di Eropa yang seharga US$2,5/ekor/hari).

Yang sesungguhnya dibutuhkan oleh sekitar 120 juta penduduk diIndonesia hanyalah cukup makan, mampu berobat di puskesmas dantempat tinggal yang layak huni. Sementara, di perkotaan, rakyat miskinhanya butuh tempat berdagang di lapangan terbuka, yang meskipunkondisinya jauh di bawah standar mal-mal mewah yang mendapatkeistimewaan dari penguasa, namun bebas dari penggusuran dan diizinkanuntuk terus melangsungkan keberadaannya dan menyambung hidupnya.

Pada intinya, rakyat membutuhkan penguasa yang berpihak kepadaorang miskin: APBN yang meningkatkan pemerataan dan memihak rakyat(dan bukannya konglomerat), penyelenggara negara yang bebas KKN,birokrat bersih dan bermoral, serta pengusaha yang berperikemanusiaan.Rakyat sudah bosan dijadikan objek dan diperalat oleh sebagian elitkekuasaan yang berteriak-teriak mengkampanyekan slogan ”pro wongcilik”, namun ternyata hanya bertujuan meraih kedudukan dan keuntunganpribadi dan golongan. Setelah kekuasaan diraih, rakyat miskin dilupakan dandibiarkan sendiri menghadapi kesulitan hidup: sekolah mahal, ingin berobat

penurunan standargaris kemiskinan.

Dampak dan Urgensi Solusi Kemiskinan

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 289/

Page 315: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

tidak mempunyai uang, dapat beras miskin (raskin) sudah berulat, danbahkan untuk mati saja susah mencari lahan!

Indonesia mutlak membutuhkan pemimpin yang visioner, berkarakter,berani bertindak sesuai kepentingan rakyat, menjadi panutan dalamkebersamaan dan keprihatinan, tidak peragu, dan pantang bersikap basabasi. Rakyat telah lelah dengan pemimpin yang memihak kepentingan asing,investor atau konglomerat, termasuk kepada para pengemplang BLBI.Rakyat membutuhkan pemimpin yang mengarahkan kerjanya langsungpada sumber masalah (yaitu antara lain pada penyelesaian kasus BLBI secaraberkeadilan) dan bukannya sibuk bekerja memoles citra untukmemenangkan dirinya dari satu pemilu ke pemilu yang lain.

Terkait dengan hal itu, kita mengharapkan pemimpin RI setidaknyadapat menjalankan beberapa agenda penting berikut:

Merevisi atau bahkan mencabut berbagai kebijakan, undang-undang, dan peraturan yang menjadi sumber pemiskinan;

Melaksanakan pembangunan ekonomi, sosial dan politik secaraterencana, komprehensif dan berkesinambungan, terutama bagimasyarakat miskin;

Memenuhi hak-hak dasar masyarakat sesuai amanat pasal 28 dan 34UUD 1945.

Kemiskinan merupakan masalah genting dan serius yang kita hadapi.Jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan sangat besar danberpotensi menjadi sumber berbagai masalah sosial yang dapat meledaksetiap waktu. Dari satu pemerintah ke pemerintah lain kita dapati bahwamereka menjadi objek kampanye para calon penguasa, namun nasib merekatidak banyak berubah dan populasinya tetap tinggi. Malah ada penguasayang tega ”merekayasa” standar dan kriteria kemiskinan dengan tujuan agarjumlah mereka terlihat turun atau minimal tidak bertambah.

Sebaliknya, kita mencatat bahwa GDP negara (Rp 3.531 triliun-2007)dan APBN (Rp 746 triliun-2007) terus meningkat, serta ekonomi juga terustumbuh. Namun hal ini terjadi dalam kondisi ketidakmerataan dan

Penutup

290 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 316: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

ketidakadilan. Berdasarkan warga superkayaIndonesia periode 2005-2006 tumbuh 16%, dan berada di tempat ketigatertinggi di dunia setelah Singapura (22%) dan India (20%). Hal inimenunjukkan jumlah warga superkaya di Inodnesia adalah sekitar 20.000orang. Sedangkan, jumlah orang miskin pada periode yang sama tidakbanyak berubah, berkisar pada angka 37.000.000 orang. Dengan demikian,kesenjangan antara orang berpunya dengan orang miskin semakin besar.Orang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin tetap miskin atausemakin miskin.

Ironisnya, kita juga menemukan ada sekelompok orang kaya yangterlibat KKN, namun justru mendapat berbagai fasilitas, kemudahan, danperlindungan dari penguasa. Melalui manipulasi tersebut, sebagian merekabahkan sukses masuk dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia. Itulahkelompok masyarakat yang membobol uang rakyat lewat BLBI yangkemudian memperoleh status bebas melalui kebijakan(R&D).

Konstitusi mengamanatkan bahwa negara berkewajiban mengurangidan menghapus kemiskinan melalui pemberian santunan dan pemenuhanhak-hak asasi mereka. Hal ini (seharusnya) dijalankan berdasarkan konsepdan program yang terencana dan sistemik, serta didukung dengan anggaranyang cukup. Namun kenyataannya, alokasi dana APBN untukmenanggulangi kemiskinan masih jauh dari cukup karena anggaran negaradalam APBN sangat terbatas. Di sisi lain, banyak program yang harusdibiayai oleh APBN yang kondisinya serba terbatas tersebut. Salah satuprogram itu adalah pembayaran pokok dan bunga utang, yang memakanseperlima hingga seperempat bagian dari porsi APBN.

Yang menyakitkan, sebagian besar utang yang harus dibayar negaratersebut (yang jumlahnya sangat besar), merupakan warisan dari skandalKKN kasus BLBI. Tindakan KKN itu dilakukan sejumlah besar obligorBLBI dengan menggelapkan dana masyarakat, membobol banknya sendiri,menyerahkan aset-aset bodong, menggelembungkan nilai aset, danmenggelapkan aset/sahamnya saat pelunasan utang. Atas berbagai tindakkejahatan tersebut, para obligor ini belakangan malah bebas dari tuntutanpidana dan memperoleh R&D.

World Wealth Report 2007,

release and discharge

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 291/

Page 317: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Saat ini, sebagian mereka telah kembali kaya raya dengan meninggalkanbeban utang kepada negara dan rakyat hingga puluhan tahun yang akandatang. Tak berlebihan jika kita katakan para obligor tersebut (denganbantuan para oknum pejabat yang meringankan beban utang danmembebaskan mereka), telah menikmati status, kekayaan, dan kesejahteraandi atas penderitaan jutaan orang miskin yang hidup sengsara.

Memperhatikan parahnya kemiskinan yang terjadi di Indonesia, makatidak ada jalan lain bagi kita selain segera melakukan terobosan dan langkah-langkah besar untuk melakukan perbaikan, sehingga kemiskinan dapatberkurang dan dampak negatifnya dapat dihindari. Rakyat tidak lagimembutuhkan janji-janji politik, retorika dan tebar pesona para penguasa.Yang dibutuhkan adalah makan, pekerjaan, berobat gratis, sekolah murah,dan rumah untuk menetap. Untuk itu kita menuntut tindakan nyata parapemimpin, agar berupaya maksimal mengentaskan kemiskinan, bertindakadil terhadap seluruh lapisan masyarakat, memberantas KKN, menghukumpara penjahat dan pelaku pidana korupsi (termasuk skandal mega korupsiBLBI), dan bersedia hidup dalam kebersamaan dan keprihatinan.

292 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 318: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Lampiran 1

DAFTAR ORANG TERKAYA DI INDONESIA (Versi Majalah GlobeAsia, Agustus 2007)

No. NAMA PERUSAHAAN KEKAYAAN BISNIS

1. Budi Hartono Djarum $4.2 billion Cigarettes, banking,property

2. Rachman Halim Gudang Garam $3.5 billion Cigarettes

3. Eka Tjipta Widjaja Sinar Mas $3.1 billion Palm oil, pulp andpaper, finance, property

4. Sudono Salim Salim Group $2.8 billion Food, palm oil,telecommunication,property

5. Putera Sampoerna Sampoerna $2.2 billion Cigarettes, casino,investments

6. Sukanto Tanoto Raja Garuda Mas $1.3 billion Pulp and paper, palmoil

7. Eddy William Katuari Wings Group $1.1 billion Consumer goods

8. Aburizal Bakrie Bakrie Group $1.05 billion Energy, property,telecommunication

9. Arifin Panigoro Medco Energy $900 million Energy

10. Hary Tanoesoedibjo Global MediaCom $820 million Media

11. Boenjamin Setiawan Kalbe Farma $650 million Pharmaceutical

12. Martua Sitorus Wilmar Intl Holding $615 million Palm oil

13. Hashim Djojohadikusumo Nations Energy $595 million Energy

14. Mochtar Riady Lippo Group $585 million Proprty, retail,healthcare

15. Chairul Tanjung Para Group $565 million Banking, media

16. Hasan Djojonegoro ABC $560 million Consumer foods

17. Prajogo Pangestu Barito Pacific $525 million Timber, petrochemicals

18. Edwin Soeryadjaya Saratoga Investama $520 million Mining, insfrastructure

19. Peter Sondakh Rajawali Group $510 million Telecommunication,cement, hotel

20. Trihatma Haliman Agung Podomoro $505 million Property

21. Sjamsul Nursalim Gajah Tunggal $445 million Tyres, retail, mineral

22. Kartini Mulyadi Tempo Scan Pacific $415 million Pharmaceuticals

23. Osbert Lyman Satya Djaja Raya $400 million Timber, property

24. Paulus Tumewu Ramayana $395 million Retail

25. Tan Siong Kie Rodamas Group $375 million Manufacturing,Consumer goods

26. Dasuki Angkosubroto Gunung Sewu Group $365 million Property

27. Murdaya Po Berca $350 million Manufacturing, property

28. Sri Praksh Lohia Indorama $345 million Textiles, petrochemical

29. Jan Darmadi Darmadi CoRp $340 million Property

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 293/

Page 319: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

30. Ciputra Ciputra Development $335 million Property

31. George & Sjakon Tahija Austindo Energy $330 million Energy

32. Teddy P. Rachmat Triputra Group/Adaro $320 million Coal mining,manufacturing

33. Eddy Sariaatmadja SCTV $305 million Media

34. Gunawan Jusuf Sugar Group $295 million Sugar

35. Sofjan Wanandi Gemala & Santini Group $290 million Manufacturing,insurance

36. Yos Sutomo Sumber Mas $280 million Timber

37. Eka Tjandranegara Mulia Group $278 million Property, buildingmaterials

38. Sugianto Kusuma Agung Sedayu $275 million Property

39. Alexander Tedja Pakuwon $270 million Property, malls

40. Subianto Tjandra Atedja Group $265 million Textile, leather

41. Thee Nin Khing Argo PantesGroup $260 million Textile, property

42. Burhan Uray Djajanti Timber $260 million Timber

43. Hadi Surya Berlian Laju Tanker $255 million Shipping

44. Benjamin Jiaravanon CP Indonesia $255 million Feed mill

45. Adyansyah Masrin Lautan Luas $250 million Chemicals, paper

46. Sutanto Djuhar First Pacific $250 million China investment

47. Tatang Hermawan Fuji Palapa Textile $250 million Textile

48. Tan Kian Dua Mutiara $245 million Property, textile

49. Handojo Santosa Ometraco $240 million Feed mill, property

50. Henry Onggo Ratu Sayang Group $235 million Property

51. Bachtiar Karim Musim Mas $230 million Palm oil

52. Didi Darwis Ling Brothers $225 million Investment, property

53. Hutomo Mandala Putra Humpuss $220 million Shipping

54. Soetjipto Nagaria Summarecon $213 million Property

55. Mumin Ali Gunawan Panin $210 million Banking, Property

56. Jakob Oetama Kompas Gramedia $200 million Media

57. Kiki Barki Tanito Harum $195 million Coal Mining

58. Tomy Winata Artha Graha Group $185 million Property, Banking

59. Kris Wiluan Citra Mas Group $175 million Petrolium Supplier

60. Dahlan Iskan Jawa Pos $172 million Media

61. Gunawan Tjondro CNI $170 million Consumer goods,property

62. Rudy Suliawan Mid Plaza $165 million Property

63. Jogi Hendra Atmadja Mayora $163 million Consumer foods

64. Johannes Kotjo Apac Centertex $162 million Manufacturing

65. Bambang Trihatmodjo Global MediaCom $160 million Media

66. Muljadi Budiman Honda Prospect $160 million Automotive

67. Rusdi Kirana Lion Air $160 million Airline

68. Luntung Honoris Modern Group $156 million Property, Fuji film

294 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 320: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

69. Rudy Unjoto Daliatex Kusuma $155 million Textile

70. Soedjono Wirasakti Adimulya $150 million Property

71. Soegiharto Sosrodjoyo Sosro $150 million Consumer foods

72. Eddy Tan Bandung Investments $150 million Textile, garments

73. Sugianto Metro Garmen $150 million Textiles

74. A Tong Roda Vivatex $150 million Textiles

75. Aksa Mahmud Bosowa Group $145 million Cocoa manufacturing

76. Mardjoeki Atmadiredja Surya Toto Indonesia $145 million Sanitary wares

77. Sri Sultan Hamengkubuwono Sultan of Yogyakarta $140 million Property

78. Sudhamek Garuda Food $135 million Consumer foods

79. Budi Purnomo Hadisurjo Optik Melawai $132 million Optic chain

80. Cahyadi Kumala Bukit Sentul $130 million Property

81. Basuki Wiwoho Tripatra Engineering $130 million Oil and gas contractor

82. G. Lukman Pudjiadi Jayakarta Group $128 million Property, hotels

83. Jusuf Kalla Hadji Kalla $125 million Heavy industry,infrastructure

84. Sandy Bingei Sumatera Tobacco $125 million Tobacco company

85. Pontjo Sutowo Nugra Sentana Group $125 million Property, hotels

86. Sigit Harjojudanto Humpuss $120 million Investment

87. Honggo Wendratmo Tirtamas Group $120 million Petrochemicals

88. Soegiarto Adikoesoemo Aneka Kimia Raya $120 million Chemicals

89. Iskandar Widyadi Bank Jasa Jakarta $120 million Banking

90. Tan Tjai Kie Gunung Garuda Steel $113 million Manufacturing, mining

91. Susanto Lim Domba Mas Group $112 million Oleochemical, palm oil

92. Sukamdani Gitosardjono Sahid Group $110 million Property, hotels

93. Sudwikatmono Indika Group $110 million Entertainment

94. Atang Latief Group Atang Latief $110 million Banking

95. GS Margono Gapura Prima $110 million Property

96. Mintarjo Halim Sandratex $110 million Textile

97. Henry Pribadi Napan Group $105 million Investment

98. Surya Djuhadi Nojorono $105 million Cigarettes

99. Soedarpo Sastrosatomo Samudra Shipping $102 million Shipping

100. Alim Markus Maspion Group $100 million Consumer goods

101. Widarto Sungai Budi $98 million Consumer goods

102. Ishack Charlie Kurnia Tetap Mulia $98 million Hotels, shrimp farming

103. A Siang Rusli Kurnia Tetap Mulia $95 million Entertainment, property

104. Pramukti Surjaudaja NISP $94 million Banking

105. Raam Punjabi Multivision Plus $90 million Entertainment

106. Siti Hardijanti Rukmana Citra Lamtoro gung $90 million Investment

107. Beny Suherman Studio 21 $90 million Cinemas

108. Putra Masagung Gunung Agung $90 million Book stores, property

109. Marimut Maniwanen Busana Apparel $90 million Textile

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 295/

Page 321: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

110. Ibrahim Risjad Risjadson $90 million Investment

111 . Hendro Gondokusumo Dharmala Intiland $87 million Property

112. Dick Gelael Fast Foods Group $86 million Restaurant,supermarket, miningcontractor

113. Joseph Chuang Petra Foods Group $86 million Consumer foods

114. Mulyadi Gunung Geulis $86 million Golf and country club

115. Joe Kamdani Datacrip $85 million IT, office equipment

116. Usman Admajaya Former Bank

Danamon owner

$85 million Investment

117. Kaharudin Ongko Ongko Group $85 million Property, ceramics

118. Benjamin Soeryadjaya Surya Internusa $85 million Property, finance

119. Suryadharma Paloh Indo Cater & Media $82 million Media

120. Djoko Susanto Alfa Retalindo $81 million Retail

121. Husein Sutjiadi Davomas $80 million Cocoa Trading

122. Sandiaga Uno Saratoga Capital $80 million Investments

123. Steven Kusuma Bentoel $78 million Cigarettes

124. Fajar Suhendra Sumatera Growth $76 million Steel

125. Purnomo Chandra Blue Bird $75 million Transportation

126. Husen Lumanta Himalayatex $75 million Textile

127. Setiawan Djody Setdco Group $72 million Shipping

128. Boedi Maranata Jasa Angkasa Semesta $71 million Bird nest

129. Rachmat Gobel Gobel Internasional $70 million Electronics

130. SD Darmono Jababeka $70 million Property

131. Bambang Setijo Pan Brothers $70 million Textile

132. Eddy Tohir Trinugraha Tohir $70 million Media, investment

133. MS Hidayat MSH Group $70 million Property

134. Johannes Siegfried Deli Indah Perkasa $70 million Bird nest

135. Ilham &Tareq Habibie Ilthaby Rekatama $68 million Investment

136. Awong Hidjaya Bank Djasa Artha $67 million Banking

137. Sugiono Wiyono Trikomsel $65 million Electronics

138. Hendro Setiawan Pikko Group $63 million Property

139. Bambang Wiyogo Kuningan Protama $62 million Property

140. Probosutejo Mercu Buana Group $61 million Property

141. Jahja Santoso Sanbe Farma $60 million Pharmaceutical

142. Lesmna Basuki Sejahtera Bank Umum $60 million Banking

143. Frans Siswanto Saka Agung Abadi $58 million Property

144. Harry Harmain Diah AIA Indonesia $57 million Insurance

145. Sudjono Karim Capella Group $55 million Automotive

146. Oei Hong Djien Djarum $53 million Tobacco

147. Suzie Darmawan Body Shop, Centro $52 million Consumer goods

148. Rachmat Mulya Suryahusada Bank Bumi Artha $51 million Banking

296 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Page 322: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

149. Lisa Tirto Utomo Tirta Investama $50 million Investment

150. Ipung Kurnia Hero $50 million Retail

Sumber: Globe Asia (Special Edition), Volume 1 No.7, August 2007

BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi 297/

Page 323: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

298 BLBI : Pemiskinan dan Pembunuhan Generasi/

Lampiran 2

Daftar 40 Orang Terkaya Indonesia (Versi Majalah Forbes,

24 Desember 2007)

No. NAMA PERUSAHAAN KEKAYAAN BISNIS

1. Aburizal Bakrie & Keluarga Bakrie Group $5.4 billion Inftruct, mining, tel, etc.

2. Sukanto Tanoto Raja Garuda Mas $4.7 billion pulp and paper, Palm Oil

3. R. Budi Hartono $3.14 billion Cigarettes

4. Michel Hartono Djarum $3.08 billion Cigarettes, banking, property

5. Eka Tjipta Widjaja & family Sinar Mas $2.8 billion Palm oil, finance, etc

6. Putera Sampoerna & family Sampoerna $2.2 billion Cigarettes, casino, etc

7. Martua Sitorus Wilmar Intl Holding $2.1 billion Palm oil

8. Rachman Halim & family Gudang Garam $1.6 billion Cigarettes

9. Peter Sondakh Rajawali Group $1.45 billion Telecom, cement, hotel, etc

10. Eddy W Katuari & Family Wings Group $1.6 billion Consumer goods, Banking

11. Anthoni Salim & family Salim Group $1.3 billion Food, Shipping, Bank, etc.

12. Mochtar riady & family Lippo Group $950 million Property, Retail, Finance

13. Murdaya Poo Berca $900 million Real Estate, Steel, Palm oil.

14. Arifin Panigoro Medco Energy $880 million Energy

15. Hary Tanoesoedibjo Global MediaCom $815 million Media, Real Estate

16. Trihatma Haliman Agung Podomoro $790 million Property

17. Sjamsul Nursalim & family Gajah Tunggal $550 million Tyres, retail, mineral

18. Chairul Tanjung Para Group $450 million Prprty, Energy, finance, etc

19. Paulus Tumewu Ramayana $440 million Retail

20. Prajogo Pangestu Barito Pacific $420 million Timber, petrochemicals

21. Soegiharto S & family Sosro $355 million Consumer foods

22. Sutanto Djuhar & family First Pacific $350 million China investment

23. Hadi Surya Berlian Laju Tanker $345 million Shipping

24. Aksa Mahmud Bosowa Group $340 million Cement, energy, Finance,

25. Harjo Susanto & family Wings $315 million Consumer Goods

26. Soegiarto Adikoesoemo & fml Aneka Kimia Raya $310 million Chemicals

27. Husein Djojonegoro ABC $305 million Consumer foods

28. Kartini Mulyadi Tempo Scan Pacfc. $260 million Pharmaceuticals

29. Edwin Soeryadjaya Saratoga Investama $250 million Mining, insfrastructure

30. Jusuf Kalla Hadji Kalla $230 million Heavy industry, Infstr.

31. Tan Kian Dua Mutiara $225 million Property, textile

32. Ciputra Ciputra Develop. $205 million Property

33. Bambang Trihatmodjo Global MediaCom $200 million Media

34. George & Sjakon Tahija Austindo Energy $195 million Energy, Tobacco, Finnce, Ev

35. Kris Wiluan Citra Mas Group $185 million Petrolium Supplier

36. Eka Tjandranegara & family Mulia Group $170 million Property, building materials

37. Alim Markus & family Maspion Group $140 million Consumer foods

38. Husein Sutjiadi Davomas $135 million Cocoa Trading

39. Jakob Oetama Kompas Gramedia $130 million Media

40. Boenjamin Setiawan Kalbe Farma $120 million Pharmaceutical

Page 324: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 13

IKHTISAR TENTANGPENGHANCURANKEUANGAN NEGARA

Kwik Kian Gie

Istilah BLBI untuk menggambarkan keseluruhan masalah yangdihadapi oleh bangsa kita beserta dampaknya yang cukup dahsyat agakmenyesatkan.

BLBI atau Bantuan Likuiditas Bank Indonesia kepada bank-bank yangsedang menghadapi adalah hal yang sangat wajar, bahkan harus. BankIndonesia sebagai bank sentral berfungsi sebagai harusmemberikan bantuannya untuk menghentikan

Yang merupakan kesalahan fatal ialah kebijakan BI yangmendahuluinya. Pertama, tentu liberalisasi perbankan yang kita kenaldengan nama Kebijakan Paket Oktober 1988 atau PAKTO. Liberalisasi inimenghasilkan ratusan bank yang berhasil menghimpun dana masyarakatdalam jumlah sangat besar yang dikelola sembarangan.

rush

bank of the last resort

rush.

Pakto dan Kelemahan Pengawasan

Ikhtisar tentang Penghancuran Keuangan Negara 299/

Page 325: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Akibatnya banyak bank kalah Di sinilah cikal bakal kesulitanyang kita hadapi. Bank yang kalah tidak dihukum oleh BI, tetapijustru ditolong dengan likuiditas yang dinamakan Fasilitas Diskonto sampaiberkali-kali.

Ketika krisis moneter menimpa Indonesia di tahun 1997, dan kita mintabantuan IMF, IMF melihat betapa dunia perbankan telah rusak berat.Namun kerusakan ini tidak diketahui oleh masyarakat, karena laporankeuangan dari bank-bank yang diumumkan masih dibuat bagus dan sehat.Dalam kondisi seperti ini, masih bisa diperbaiki secara diam-diam. TetapiIMF melakukan kesalahan fatal yang merupakan titik awal dan serentetan

demi yang semuanya didiktekan oleh IMF dan dilaksanakansecara membabi buta oleh pemerintah Indonesia.

Titik awal tersebut ialah ditutupnya 16 bank tanpa persiapan, sambilmengatakan bahwa bank-bank ini terlampau rusak sehingga tidak dapatdipertanggungjawabkan kalau masih dibolehkan beroperasi dan menerimasimpanan dari masyarakat.

Para nasabah bank-bank lainnya yang tidak ditutup merasa sangat tidakaman, karena bagaimana mereka mengetahui bahwa banknya sehat? Makaterjadilah besar-besaran. Ketika ini terjadi, memang tidak ada pilihanlain kecuali menghentikannya dengan likuiditas berapa saja. dihentikandengan mengucurkan dana sebesar Rp 144 triliun. Jumlah uang ini adalahtalangan dari BI kepada bank-bank yang terkena Dipastikan bank-bankitu tidak mungkin mampu membayarnya kembali. Maka dikonversi menjadimodal ekuiti. Dengan demikian bagian terbesar atau bahkan 100% darimodal ekuiti bank-bank swasta beralih ke tangan pemerintah.

Dengan beralihnya (atau disitanya) bank-bank ke tangan pemerintah,utang para pemilik bank dalam bentuk BLBI sudah lunas dibayar dengankepemilikan banknya yang beralih ke tangan pemerintah. Dengan demikianmasalah BLBI selesai. Pemerintah kehilangan uang sebesar Rp 144 trilyun,tetapi memperoleh kepemilikan banyak bank-bank swasta.

clearing.

clearing

blunder blunder

rush

Rush

rush.

IMF Beserta Kroninya yang Bodoh atau Jahat?

BLBI (Bantuan Liquiditas Bank Indonesia)

300 Ikhtisar tentang Penghancuran Keuangan Negara/

Page 326: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Obligasi Rekapitalisasi Perbankan (OR)

Utang Para Mantan Pemilik Bank Swasta

Resume

Oleh IMF bank-bank ini dinilai rusak dalam berbagai tingkatkeparahannya. Tindakannya ada bank yang ditutup, ada yang disehatkandengan cara menyuntik surat utang negara khusus yang dinamakan ObligasiRekapitalisasi Perbankan, yang kita kenal dengan singkatannya ObligasiRekap (OR). Jumlahnya sangat besar, yaitu Rp 430 trilyun. Kalau setiaplembar OR dibayar tepat pada waktunya, kewajiban pembayaran bunganyaRp 600 trilyun per tahun. Ini beban tersendiri yang jauh Iebih besar dariBLBI.

Setelah bank-bank swasta beralih menjadi milik pemerintah, ternyatabank-bank ini mempunyai tagihan dalam jumlah sangat besar kepada parapemiliknya, karena mereka menggunakan dana masyarakat yangdipercayakan dan dihimpun di dalam banknya untuk memberi kredit kepadadirinya sendiri. Muncullah tagihan pemerintah kepada mantan pemilik bank.Jumlahnya sangat besar. Keseluruhannya diperkirakan sejumlah Rp 400trilyun lagi.

Para mantan pemilik bank tidak mampu membayarnya dengan uangtunai. Mereka membayarnya dengan perusahaan-perusahaan dan asetlainnya. Ketika dijual hanya menghasilkan sekitar 15% sampai 20% darikeseluruhan jumlah utangnya. Sisanya kerugian pemerintah. Olehpemerintah ketika itu dinyatakan wajar bahwa negara yang terkena krisismerugi sebesar itu.

Namun publik berpendapat lain. Mereka mengetahui adanya salah urusdan manipulasi dalam skala besar. Maka masalah ini masih mengganjalsampai saat ini, yang sampai sekarang masih belum selesai ditangani olebKejaksaan Agung.

IMF dengan gegabah menutup 16 bank. Akibatnya besar-besaranyang membuat BI terpaksa menghentikannya dengan Rp 144 trilyun, yang

banyak yang disalah gunakan.

rush

notabene

Ikhtisar tentang Penghancuran Keuangan Negara 301/

Page 327: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bank-bank yang sudah menjadi milik pemerintah karena konversitalangan BLBI ke dalam modal ekuiti harus disehatkan atas perintah dandengan cara IMF, yaitu menginjeksi dengan surat utang negara yangdinamakan Obligasi Rekap (OR). Maksudnya meningkatkan kecukupanmodal atau (CAR) sampai menjadi 8% sesuai denganketentuan Bank for International Settlement (BIS) di Swiss.

Bank-bank yang di dalamnya mengandung tagihan kepada pemerintahdalam jumlah sangat besar ini diharuskan dijual oleh IMF dalam waktusingkat dan dengan harga berapa saja. Maka pemerintah memperoleh hasilpenjualan bank dalam jumlah kecil, tetapi membayar kepada pemilik baruutangnya dalam bentuk OR beserta bunganya yang sampai sekarang danentah sampai kapan merupakan sekitar 25% dari APBN kita setiaptahunnya.

Jadi ada tiga macam kerugian negara dalam jumlah besar. Yang pertamaialah pengeluaran uang untuk menghentikan i BLBI sejumlah sekitarRp 144 trilyun.

Setelah itu, menginjeksi bank-bank yang sudah menjadi milikpemerintah dengan OR dengan kewajiban membayar oleh pemerintah yangkeseluruhannya, jumlah pokok dan bunganya sebesar Rp 1.030 trilyun.

Pemerintah yang memiliki bank-bank harus merugi lagi dalam bentukt ag ihannya ke pada pemi l i k bank yang d ibaya r deng anperusahaan-perusahaan dan aset lainnya, yang ketika dijual hanya lakusekitar 20% saja.

Pemerintah menjual bank-bank yang di dalamnya mengandung tagihankepada dirinya sendiri dalam jumlah sangat-sangat besar dengan hargasangat-sangat murah kepada swasta, domestik maupun asing.

Inilah garis besar kebijakan Pemerintah Republik Indonesia yangdidiktekan oleh IMF. Sangat konyol dan sangat bodoh, karena banyak caralain yang lebih efisien dan jauh lebih murah. Semuanya dikemukakan olehputera-putera terbaik bangsa Indonesia. Tetapi digilas oleh IMF yangdibantu oleh Tim Ekonomi Pemerintah Indonesia sendiri. Pertanyaannya:bodohkah, atau sebuah yang sengaja merusak perekonomianIndonesia?

Capital Adequacy Ratio

rush. In

grand design

302 Ikhtisar tentang Penghancuran Keuangan Negara/

Page 328: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 14

MSAA DAN DRAMAPENERBITAN R & D

Kwik Kian Gie

Sejak awal hukum kita memang sudah diperkosa dan diinjak olehDana Moneter Internasional (IMF) yang didukung sepenuhnya olehhampir semua menteri, kecuali satu orang.

Bayangkan, para bankir pengutang BLBI menggunakan uangmasyarakat yang dipercayakan kepada bank miliknya melampaui yangdibolehkan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentangPerbankan. Dalam Pasal 49 Ayat (2) butir (b), Pasal 50, dan Pasal 50A jelasdisebutkan bahwa pelanggaran batas maksimum pemberian kredit (BMPK)dapat diancam pidana bila ada kesengajaan pihak pengelola bank tidakmelaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatanbank terhadap ketentuan BMPK.

Namun, IMF memerintahkan untuk menyelesaikannya secara perdatamelalui perjanjian penyelesaian BLBI dengan jaminan aset (MSAA) yangdirancang oleh ahli hukum Amerika yang masih ingusan. Maka, ditulisnyadalam bahasa Inggris, dan bahasa Inggrisnya juga kacau, tidak profesional.

MSAA dan Drama Penerbitan R & D 303/

Page 329: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Toh MSAA ini yang diberlakukan sampai diberikannya pembebasandan pelunasan ( /R & D) oleh Presiden Megawati.

Bagaimana caranya sampai Presiden Megawati memberikan R & D jugamelalui tekanan yang luar biasa oleh semua menterinya, kecuali dua orang.

Sebelum itu bahkan ada upaya maha ajaib oleh semua anggota KKSK,kecuali satu orang. Orang yang satu ini tidak hadir dalam rapat KKSK yangmengambil keputusan memberikan keringanan luar biasa kepada paradebitor BLBI.

Inti keputusan itu adalah memberi perpanjangan batas waktu buat parapengutang BLBI dari empat tahun menjadi 10 tahun dan memberikeringanan tingkat suku bunga menjadi 9 persen dari semula sama dengantingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Setelah membaca keputusan rapat, satu menteri yang tidak setuju inilangsung menelepon Presiden apakah beliau mengetahui danmenyetujuinya. Ternyata tidak. Maka, dikatakan kepada Presiden bahwabeliau akan mati-matian membatalkannya.

Akibatnya adalah dibawanya keputusan KKSK tersebut ke dalamsidang kabinet sampai empat kali dengan menghadirkan Kepala BPPNketika itu. Dalam empat kali sidang kabinet tersebut terjadi perdebatan yangsangat sengit antara satu menteri ini dan semua menteri yangmembidanginya.

Ada seorang menteri yang mengatakan supaya jangan main-maindengan para pengutang BLBI itu karena mereka para konglomerat yangsudah bermain di Hongkong dan Singapura dengan jaringannya yang luas.Jadi, mereka sudah merupakan perusahaan multinasional.

Satu menteri penentang itu mengatakan dengan nada sangat tinggibahwa VOC sejak tahun 1602 sudah multinasional. VOC yang perusahaanswasta itulah yang pada awalnya menjajah Indonesia dan baru belakangandiambil alih oleh Pemerintah Belanda.

Kurang apa kekuatan VOC dan Pemerintah Belanda? Toh dapatditumbangkan oleh Bung Karno beserta seluruh pemimpin bangsa

release and discharge

Drama Penerbitan R&D

304 MSAA dan Drama Penerbitan R & D/

Page 330: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Indonesia segenerasinya. Demikian pula kurang apa kekuatan Great Britainyang katanya . Toh dapat ditumbangkan oleh Mahatma Gandhi,Jahawaral Nehru, beserta semua pejuang seangkatannya.

Kok setelah 57 tahun merdeka ada menterinya anak kandung BungKarno bersuara begitu, dan dimenangkan pula! Ketika itu Presidenmempunyai kebiasaan rapat seminggu sekali hanya dengan tiga menkonya,Panglima TNI, Kepala Polri, dan Jaksa Agung.

Dalam forum itulah Menko Kesra (waktu itu) Jusuf Kalla menggebrak,menyelesaikan masalah tersebut dengan membatalkannya. Memang sejakitu sudah terlihat beliaulah pengambil keputusan yang tegas dan berani.

Tentang pemberian R & D, lagi-lagi para menteri itu yang menekanPresiden Megawati habis-habisan. Pada suatu sore, saya selaku menkoperekonomian waktu itu dihubungi di pesawat seluler, saya disuruh datangke kediaman Ibu Mega malam itu juga. Ketika tiba di sana, suasana sudah di-

seperti sidang kabinet terbatas.

Ternyata betul, yang dibicarakan adalah bahwa Presiden harusmemberikan R&D. Keesokan harinya saya ke Presiden dan mengatakanbahwa saya akan membatalkannya. Saya juga memberikan keterangankepada pers bahwa tidak benar ada sidang kabinet yang memberi R & D.

Alasannya, karena undangan tertulis tidak ada, agenda tidak ada.Presiden juga setuju dengan saya. Dalam waktu singkat setelah itu ada sidangkabinet terbatas yang sesungguhnya. Para menteri ekonomi denganargumentasinya menekan Presiden supaya mengambil keputusanmemberikan R&D kepada para debitor BLBI tertentu.

Saya teriak, . Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) ketikaitu menanyakan, . Saya menjawab, kalau Presiden menurutinya, iniakan menjadi gugatan di kemudian hari. Kalaupun tidak oleh badan-badanyang resmi, bisa jadi oleh rakyat.

Mensesneg memberikan catatan kepada Presiden, dan Presidenmenutup sidang kabinet terbatas dengan mengatakan,

. Pernyataan Presiden ini sangat melegakan.

Akan tetapi, dalam waktu singkat saya diundang lagi ke sidang kabinetterbatas dengan agenda yang sama. Di sana saya benar-benar disudutkanoleh para menteri ekonomi itu dengan gaya bicara yang keras dan mantap.

rules the waves

set up

”Mati aku!”

”Kenapa?”

”Sidang saya tutup

tanpa mengambil keputusan”

MSAA dan Drama Penerbitan R & D 305/

Page 331: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Presiden akhirnya bertekuk lutut, menutup sidang kabinetterbatas dengan mengatakan,

Para menteri itu langsung bekerja. Jelas saya tidak diikutsertakan.Maka, dengan hati pedih saya pulang. Dan terbitlah instruksi presidenyang memberikan R&D.

”Ya, apa boleh buat, memang nasib saya harusmembersihkan piring kotor pestanya orang lain. Ya sudah, siapkan keppres-nya”.

306 MSAA dan Drama Penerbitan R & D/

Page 332: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin
Page 333: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 15

KILAS BALIKKRISIS MONETER,PENYIMPANGANBLBI, DANKEJANGGALAN MSAA

Frans Hendra Winarta

Tidak terasa 10 tahun telah berlalu semenjak terjadinya krisis finansialAsia yang mempengaruhi mata uang dan bursa saham di sebagian negaraAsia yang dijuluki “Macan Asia Timur” yaitu Korea Selatan, Thailand,Malaysia dan Indonesia. Dampaknya sistem perekonomian di negara-negaratersebut menjadi lumpuh bahkan porak-poranda. Mantan Perdana MenteriMalaysia, Mahathir Muhamad sempat mengutuk dan mengecam GeorgeSoros, sang spekulan sebagai biang kerok dari krisis tersebut.

Pada awal tahun 1997 sebenarnya Indonesia memiliki Inflasi yangrendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar dan persediaan matauang asing yang besar. Tidak seperti Thailand, sebagai negara di Asia

Kilas Balik Krisis Moneter, Penyimpangan BLBI, dan Kejanggalan MSAA 307/

Page 334: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tenggara pertama yang mengalami krisis. Tetapi di pertengahan tahun 1998rupiah mulai terserang akibat pertukaran teratur dengan pertukaran

bebas, sehingga International Monatery Fund (IMF) turun tangandengan memberikan bantuan sebesar 23 miliar dolar AS. Bantuan IMF tidakmembangkitkan nilai rupiah, malahan makin terpuruk karena ketakutan darikebanyakan perusahaan untuk melunasi utangnya dalam dolar Amerika dantingginya permintaan ( ) terhadap dolar Amerika.

Pemerintah gagal menstabilkan nilai rupiah, Presiden Soeharto terpaksaturun dari puncak kekuasaan dengan desakan dari mahasiswa dan mau tidakmau pemerintah harus didikte oleh IMF, antara lain dengan memberikandana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) kepada bank-bank yangmengalami masalah likuiditas.

Krisis moneter kemudian diplesetkan dan dijadikan kambing hitam olehpara bankir dan pengusaha sebagai penyebab dari -nya sektorperbankan. Padahal Giro Wajib Minimum (dana minimum yang harusdisimpan di Bank Indonesia) mengalami saldo negatif tidak serta mertadiakibatkan oleh krisis moneter, melainkan karena pemberian kredit yangmelampaui Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) kepada anak-anakperusahaan ( ) si pemilik bank yang merupakan suatutindak pidana. Mengingat pada tahun 1998 pemerintah mengeluarkankebijakan kontroversial “Paket Oktober” (Pakto) 1998 mengenai liberalisasiperbankan yang melahirkan ratusan bank dalam waktu singkat. Siapapundiberikan kebebasan mendirikan bank tanpa melihat latar belakang dankeahliannya.

Banyak opini yang mengatakan bahwa krisis moneter merupakanatau dalam bahasa hukumnya dikenal dengan istilah , yang

berarti suatu keadaan yang tidak dapat diprediksi ( ) yangmenyebabkan seseorang tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalamsuatu perjanjian. Perlu diketahui bahwa krisis moneter melanda Indonesiapada tahun 1998 dan bermula di Thailand pada tahun 1997. Oleh karena itu,krisis moneter seharusnya dapat diprediksi ( ) sebab terjadi lebihdulu di Thailand. Dengan demikian, krisis moneter tidak dapatdikategorikan sebagai , sebagaimana pernah terjadi di Meksikodan Argentina di awal tahun 90-an.

floating

floating

demand

collapse

subsidiary companies

Act of

God force majeure

unpredictable

predictable

Act of God

308 Kilas Balik Krisis Moneter, Penyimpangan BLBI, dan Kejanggalan MSAA/

Page 335: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Setelah BLBI dikucurkan, diharapkan sektor perbankan kembali pulih.Namun pada kenyataannya bantuan BLBI menjadi bagipemerintah. Dana BLBI yang dikucurkan kepada 48 bank tidak dapatdikembalikan, bahkan dilakukan penyimpangan dalam penggunaannya.Laporan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2000 mencatatbahwa ditemukan penyimpangan dana BLBI sebesar Rp 84 triliun atau58,70% dari total jumlah BLBI sebesar Rp 144 triliun.

Pemerintah kemudian menyusun skema MSAA dan MRNIA denganharapan dapat memperoleh kembali dana BLBI dengan cara menjualkembali aset-aset dari obligor dan debitur MSAA ataupun MRNIA.Ternyata nilai dari aset-aset yang diserahkan oleh obligor dan debitur kepadapemerintah tidak sesuai dengan utangnya. Sebagai contoh, Salim .Kelompok usaha milik Soedono Salim ini mengaku seluruh asetnya yangdiserahkan pada tahun 1998 bernilai Rp 52 triliun setelah dihitung olehkonsultan BPPN yakni , PT Danareksa dan PT Bahana tanpamelakukan terlebih dahulu. Pada tahun 2000, asetSalim dinilai kembali oleh PricewaterhouseCoopers dan ternyatahanya bernilai antara Rp 12 triliun sampai Rp 20 triliun.

Anehnya, pemerintah harus menanggung kekurangan dari aset Salimsebesar Rp 30 triliun, sedangkan apabila terdapat kelebihan dari hasil

penjualan aset akan dikembalikan kepada Salim . Sungguh tidak adiljika negara harus menanggung kewajiban obligor, karena ujung-ujungnyarakyat yang menderita dengan adanya kenaikan BBM, pajak, bahan pangan,dan tentunya penurunan daya beli.

Pemerintah kemudian melakukan dengan memberikan SuratKeterangan Lunas (SKL) kepada Salim yang jelas-jelas belummenyelesaikan kewajibannya. Patut dipertanyakan apakah motif daripemerintah dengan menerbitkan SKL kepada “pengemplang”, padahal saatitu Tim Bantuan Hukum yang dibentuk oleh Komite Kebijakan SektorKeuangan (KKSK) menyarankan pemerintah untuk tidak menerbitkanSKL kepada obligor kakap yang belum tuntas menyelesaikan kewajibannya.

Menjadi pertanyaan besar mengapa pemerintah tidak berusaha untukmenguasai aset Salim yang dimiliki saat ini, padahal Pasal 1131 KitabUndang-Undang Hukum Perdata mengatur bahwa segala kebendaan siberutang baik yang ada sekarang maupun akan datang menjadi jaminan

boomerang

Group

Lehman Brothers

Financial Due Diligence

Group

Group

Group

blunder

Group

Group

Kilas Balik Krisis Moneter, Penyimpangan BLBI, dan Kejanggalan MSAA 309/

Page 336: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

utang. Dengan demikian, pemerintah seharusnya dapat mengambil alih asetSalim yang dimilik saat ini seperti Indofood, BCA dan bahkan baru-baru ini dikabarkan akan mengakuisisi saham .Ditambah dengan aset-aset di luar negeri yaitu India, Singapura, Malaysia,dan Singapura.

Belakangan ini Salim kembali menjadi perhatian dalam penjualanaset Sugar Companies. Soedono Salim, Anthoni Salim, dan AndreeHalim diduga telah melakukan tindak pidana penggelapan denganmenjaminkan aset-aset Sugar Companies kepadapada tahun 1999, 2000, dan 2001. Padahal saat itu Sugar Companiestermasuk salah satu aset yang diserahkan kepada pemerintah yang secarahukum dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah. Tindakan tersebut disinyilardilakukan untuk memperoleh kembali aset-asetnya ( ) dengan hargamurah. Tanpa bantuan otoritas hal tersebut tidak mungkin dilakukan.Kejadian ini secara langsung maupun tidak langsung akan menggangguiklim investasi Indonesia yang mengakibatkan investor asing enggan untukberinvestasi di Indonesia.

Apabila pemerintah tidak segera mengusut secara tuntas kasuspenyimpangan dana BLBI, merevisi kembali SKL yang diberikan kepadaobligor yang wanprestasi dan mengusut kasus Sugar Companies,maka jangan heran apabila Indonesia akan diberi sebagai negara “antahberantah”. Karena tidak ada satupun negara di dunia yang melindungi warganegaranya yang mempunyai utang yang begitu banyak yang merugikannegara dan diberikan fasilitas dalam melakukan usahanya bahkan dalammelakukan ekspansi dalam rangka memperlebar imperium bisnisnya.Setelah diberi seperti BLBI dan usaha kembali masih sajamempraktikkan cara lama dengan menggunakan atau memperalatpejabat untuk mencapai tujuannya.

Kerugian yang dialami negara akibat dari BLBI diperkirakan mencapaiRp 600 triliun. Sangat memperihatinkan apabila pemerintahan SBY hanyaberdiam diri dan tidak mengambil tindakan konkret untuk menuntaskankasus BLBI. Seandainya pemerintah dapat menuntaskan kasus BLBI, makatidak mustahil bagi pemerintah untuk mengantar bangsa ini keluar dari krisisyang berkepanjangan. Uang sebesar Rp 600 triliun dapat digunakan untukmenutupi utang luar negeri, menambah anggaran pendidikan, membangun

Group

London Sumatera Plantation

Group

Group

Group Marubeni Corporation

Group

buy back

Group

label

privilege

business

310 Kilas Balik Krisis Moneter, Penyimpangan BLBI, dan Kejanggalan MSAA/

Page 337: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

infrastruktur, dan lain-lain yang dapat menggerakkan roda perekonomianbangsa.

Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh bangsaIndonesia dan diharapkan pemimpin di generasi yang mendatang nantinyauntuk lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan, sehingga tidak terjebakdalam kondisi seperti ini yang menghancurkan sendi-sendi kehidupanberbangsa dan bernegara.

Kilas Balik Krisis Moneter, Penyimpangan BLBI, dan Kejanggalan MSAA 311/

Page 338: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin
Page 339: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 16

TINJAUANKELEMBAGAANKASUS BLBI

Dr.Ahmad Erani Yustika dan Dr. M. Fadhil Hasan

Krisis ekonomi yang mengguncang ekonomi nasional medio 1997/1998 lalu masih menyisakan banyak persoalan yang sebagian belummendapatkan penyelesaian hingga kini. Salah satu masalah serius bawaankrisis ekonomi tidak lain adalah kasus BLBI (Bantuan Likuiditas BankIndonesia). Kasus BLBI mendapatkan sorotan yang begitu besarsekurangnya karena dua hal. , menyangkut jumlah dana yang sangatbesar, yang mencapai Rp 600 triliun. Jumlah megadana tersebut setaradengan jumlah utang luar negeri pemerintah yang tersisa saat ini. Jadi, bisadibayangkan apabila jumlah dana BLBI tersebut dapat dikembalikan secarautuh dari para penerimanya, maka pemerintah dapat melunasi seluruh sisautang luar negeri. , penerima dana BLBI adalah para konglomeratpapan atas yang selama masa Orde Baru menguasai perekonomian nasional,nyaris dari hulu sampai hilir. Sayangnya, jejak rekam para konglomeratpenerima BLBI itu sebagian besar buruk sehingga kasus ini dianggap sangat

Pertama

Kedua

Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI 313/

Page 340: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

menusuk aspek keadilan. Dua aspek inilah yang menyebabkan kasus BLBItersebut masih layak untuk terus dituntut penyelesaiannya.

Krisis mata uang Bath Thailand yang akhirnya merembet ke Indonesiamerupakan salah satu pemicu terjadinya krisis mata uang rupiah padasemester kedua tahun 1997. Implikasinya, muncul berbagai krisis ekonomidi Indonesia, termasuk di dalamnya sektor keuangan. Pada periode tersebut(yang juga masih bertahan hingga saat ini) pilar utama penyokong sektorkeuangan di Indonesia adalah perbankan. Oleh karena itu, krisis perbankanmenjadi penting untuk diperhatikan sekaligus dibuat solusinya. Hal ini tidakterlepas dari peran perbankan sebagai bagian penting dari sistem keuangannegara. Tanpa perbaikan di sektor perbankan, krisis yang sedang terjadi diIndonesia pada saat itu bisa menjadi lebih parah.

Lebih lanjut, terdapat beberapa faktor yang saat itu menyebabkan sektorperbankan mengalami krisis.

, struktur modal korporasi Indonesia masih didominasi olehkredit perbankan, baik perbankan domestik maupun asing. Pada awalnya,korporasi yang mengalami tekanan berat akibat depresiasi rupiah terhadapdollar AS masih terbatas pada korporasi dengan struktur modal dariperbankan asing. Namun, dengan tidak kunjung membaiknya nilai tukarrupiah terhadap dollar AS telah menyebabkan implikasi krusial dalamperekenomian Indonesia. Salah satunya yang tidak terhindarkan adalahpeningkatan harga-harga yang sangat tajam di pasar, mulai harga bahankebutuhan pangan untuk masyarakat luas sampai harga input produksi bagiindustri manufaktur. Selanjutnya, inflasi pada masa krisis menjadi sangattinggi, yakni menjadi sebesar 11,1% ( /y-o-y) pada tahun 1997 danpada tahun 1998 sebesar 77,6% (BI dan BPS, dalam Kompas 23 Juni 2007)[Gambar 1]. Masa-masa gelap perekonomian memang terjadi pada masa itu.

Sebagai respon untuk mengatasi hal tersebut, suku bunga acuanperbankan mutlak dinaikkan. Seperti terlihat dalam Gambar 1, suku bungaacuan perbankan, misalnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI),terus meningkat mengikuti kecenderungan naiknya inflasi dan depresiasirupiah terhadap dollar AS. Mulai bulan Oktober 1997, suku bunga SBI

Menelusuri Jejak BLBI

Pertama

year-on-year

314 Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI/

Page 341: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

sudah berada di atas 10% dan puncaknya terjadi pada medio Juli Oktober1998, di mana suku bunga yang terjadi lebih dari 60%. Pada titik inilah,komposisi utang korporasi Indonesia menjadi membengkak beberapa kalilipat dari nilai pokoknya. Selain itu, penurunan daya beli masyarakatterhadap sebagian besar produk korporasi menyebabkan daya bayarkorporasi-korporasi tersebut menjadi menurun. Pada kondisi inilahakhirnya korporasi dengan struktur modal dari perbankan dalam negeriterkena dampak krisis mata uang. Oleh karena itu, tidak mengherankan padamasa krisis (pertengahan 1997 sampai 1999), tingkat kredit macet (

/NPL) yang dialami perbankan berkisar Rp 100 triliun - Rp300 triliun atau lebih dari 25% dari tingkat kredit yang disalurkan olehperbankan ( /LDR) [Gambar 2]. Dengan demikian,masalah likuiditas yang awalnya hanya terjadi di korporasi akhirnyamerembet pula ke sektor perbankan. Kondisi ini merupakan sinyal negatifdalam sistem keuangan negara. Pasalnya, dengan NPL perbankan yangcukup tinggi berpotensi besar menyebabkan kerentanan dalam strukturmodal perbankan.

non

performing loan

loan to deposit ratio

Gambar 1

Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI, dan Tingkat Inflasi

Tahun 1997 2001

Sumber: Nasution, 2002:168

Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI 315/

Page 342: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kedua

et. al.

, terjadi krisis kepercayaan nasabah terhadap perbankan akibat isuketerbatasan likuiditas yang dialami oleh perbankan. Pada masa tersebut,sebagian besar masyarakat Indonesia belum memahami dengan baik kondisiperbankan. Oleh karena itu, tidak mengherankan pada saat munculnya isuketerbatasan likuiditas yang berujung pada penutupan bank, sebagian besarmasyarakat yang secara psikologis takut kehilangan simpanannya diperbankan langsung mengambil uangnya di perbankan. Memang tidakdapat dimungkiri bahwa ketakutan masyarakat tersebut memiliki dasar.Pasalnya, terdapat beberapa bank yang benar-benar mengalami keterbatasanlikuiditas yang akhirnya berimbas pada struktur modal bank-bank tersebut.Berpijak pada realitas ini, pemerintah (melalui BI) membekukan kegiatanoperasional 16 bank umum di Indonesia (Zulverdi, , 2007:162). Faktaini sekilas telah menyiratkan bahwa kejadian-kejadian dalam sektorperbankan merupakan peristiwa yang saling mempengaruhi dan memilikidampak yang cukup krusial/genting terhadap sistem keuangan negara.

Gambar 2

Perkembangan NPL dan LDR Perbankan Umum

Sumber: Zulverdi, , 2007:162et.al.

316 Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI/

Page 343: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Dengan gabungan kedua fakta di atas, keterbatasan likuiditas yangawalnya hanya terjadi di sebagian kecil bank akhirnya merembet pula kesebagian besar bank. Pararel dengan situasi di atas, keterbatasan likuiditaspada sebagian besar bank akhirnya menjalar ke struktur modal perbankan.Pada 1998, secara keseluruhan struktur modal bank menjadi negatif sebesarRp 98,5 triliun. Bahkan pada tahun 1999 modal perbankan menjadi negatifsebesar Rp 244,6 triliun (Zulverdi, ., 2007:163). Modal negatif padaperiode ini merupakan kapital negatif terbesar dan belum pernah terjadi diperbankan Indonesia. Kejadian 1999 tersebut lebih dikarenakan masapemulihan ( ) perbankan dan hal ini menggambarkan bahwa krisisyang terjadi pada perbankan membutuhkan waktu yang cukup untukmemperbaiki dan mengembalikannya ke kondisi awal.

Argumentasi di atas muncul karena sekitar empat bulan pasca terjadinyakrisis, pemerintah melalui BI telah melakukan restrukturisasi perbankan.Salah satu instrumen dalam restrukturisasi perbankan adalah bantuanlikuiditas. Pertanyaan yang kemudian muncul dari restrukturisasi perbankanitu, terutama bantuan likuiditas, adalah seberapa penting sektor perbankansehingga BI mau memberikan bantuan likuiditas dengan jumlah yang sangatbesar? Seperti telah dijelaskan di depan bahwa perbankan merupakan pilarutama sektor keuangan sekaligus sebagai salah satu bagian terpenting darisistem keuangan negara. Oleh karena itu, apabila terjadi krisis perbankanyang berujung pada kehancuran perbankan, seperti yang terjadi pada mediokrisis, maka akan berimbas secara besar kepada sektor yang lainnya. Kondisiini jelas merupakan sinyal negatif terhadap kondisi perekonomianIndonesia dan bisa berujung pada krisis lainnya, misalnya krisis sosial-politik(dimana hal ini akhirnya terjadi juga). Oleh karena itu, menjadi jelas latarbelakang mengapa bantuan likuditas tersebut perlu dikucurkan oleh BIkepada perbankan. Walaupun tidak dapat dimungkiri pula bahwasebenarnya terdapat instrumen lain dengan risiko yang lebih kecil yang bisadigunakan untuk menyelamatkan perbankan Indonesia (apabila mau dikajilebih lanjut). Namun, dikarenakan keterbatasan waktu untuk menyediakaninstrumen lain dan juga faktor eksternal menyebabkan bantuan likuiditasmenjadi satu-satunya instrumen yang disodorkan BI untuk menyelamatkanperbankan nasional.

Konkretnya, bantuan likuiditas ini berupa jaminan keseluruhan () oleh BI atas semua tipe utang yang dimiliki oleh perbankan.

et. al

recovery

blanket

guarantee

Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI 317/

Page 344: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Jaminan ini kemudian disebut Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI),yang diumumkan pada 27 Januari 1998. Dengan BLBI tersebut, sedikit demisedikit bisa menurunkan krisis kepercayaan masyarakat terhadapperbankan. Hal ini bisa terjadi karena telah terdapat proteksi atas segalautang (termasuk dalam kategori ini adalah dana pihak ketiga/DPKmasyarakat) yang dimiliki oleh pihak-pihak terkait, sehingga ketakutan ataspotensi kehilangan dana yang berada di perbankan menjadi sirna. Olehkarena itu, pasca pengumuman BLBI, yang terjadi ikut menurun pula.Lebih lanjut, dalam pemberian bantuan likuiditas ini, 4 bank pemerintah(BUMN) mendapatkan bantuan likuiditas sebesar 63% dari total bantuanlikuiditas. Sedangkan bank swasta yang diambil alih ( ) oleh BadanPenyehatan Perbankan Nasional (BPPN/

-IBRA) mendapatkan porsi bantuan likuiditas sekitar 37%. Pada saatitu, jumlah bank yang berada di dalam wilayah perbaikan oleh BPPNsebanyak 7 bank. Sementara itu, sisa bantuan likuiditas yang sebesar 0,3%diberikan kepada 26 bank pembangunan daerah (Nasution, 2002:170).Dengan demikian menjadi jelas bahwa kepentingan BI atas bantuanlikuiditas ini bukan hanya menyelamatkan perbankan secara umum tetapijuga menyelamatkan aset negaranya, yakni bank BUMN.

Seiring dengan penurunan , secara berangsur-angsur kondisiperbankan mulai membaik. Kondisi ini akhirnya juga berimbas ke sektorkeuangan lainnya, di mana dikarenakan faktor regional Asia yang telahmembaik, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS setelah bulan Oktober 1998mulai menguat dan berangsur-angsur stabil pada kisaran Rp 10.000 perdollar AS. Dengan demikian, secara sekilas BLBI telah memberikan dampakganda ( ) terhadap sektor perbankan. Pada titik inilah kontribusikebijakan BLBI cukup terasa, di mana BLBI merupakan instrumen yangbisa menjadi katup pengaman sementara dari kehancuran perbankan,sekaligus akibat penyelamatan tersebut bisa memperbaiki sektor keuangandan menjadi pemicu atas perbaikan kondisi perekonomian secarakeseluruhan.

Tetapi, tetap tidak dapat dimungkiri secara keseluruhan BLBI tidakdapat memperbaiki sektor perbankan dalam jangka waktu relatif singkat.Hal ini terlihat dari masih terjadinya modal negatif perbankan pada tahun1999. Di balik sisi positif restrukturisasi perbankan, terutama dalam halBLBI ini, adalah tidak diikutsertakannya skema pengembalian atas bantuan

rush

take over

Indonesian Bank Restructuring

Agency

rush

multiplier effect

318 Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI/

Page 345: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

yang diberikan oleh BI kepada bank-bank penerima bantuan tersebut.Berpijak pada hal ini, maka penghitungan kadar kebermanfaatan BLBIsecara menyeluruh menjadi kurang penting karena disinyalir lebih banyakmemberikan beban kepada anggaran negara daripada memberikan manfaat(walaupun seperti telah dijelaskan di depan bahwa secara khusus BLBImemang bermanfaat dalam menyelamatkan perbankan Indonesia) kepadaperekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Selain itu, yang tidak dapat dimungkiri dari realitas bantuan likuiditaskepada perbankan ini adalah peran dari IMF. Dalam pandangan IMF,stabilitas moneter mensyaratkan sehatnya sistem keuangan negara. Padamasa tersebut dan juga saat ini sistem keuangan negara terefleksikan olehsektor perbankan. Oleh karena itu, sebagai upaya awal menstabilkan kondisimoneter, salah satu caranya adalah memperbaiki kondisi perbankan. Olehkarena itu, IMF menyarankan restrukturisasi perbankan, yang di dalamnyaterdapat bantuan likuiditas kepada perbankan. Restrukturisasi perbankansendiri merupakan elemen ketiga dari konsep perbaikan kondisi moneter diIndonesia oleh IMF (Nasution, 2002:170). Peran IMF yang sedemikiandominannya dalam perbaikan instabilitas moneter ini tidak dapat dilepaskandari penandatanganan kerja sama antara Pemerintah Indonesia denganDewan Eksekutif IMF pada 5 November 1997.

Kondisi itu, apabila dikaitkan dengan tidak adanya tanggung jawabjangka panjang yang terefleksikan oleh ketiadaan skema pengembalianbantuan likuiditas oleh perbankan, mendeskripsikan bahwa instrumen yangdisodorkan oleh IMF merupakan resep instan. Memang tidak dapatdimungkiri bahwa resep IMF itu merupakan resep turunan daripengalaman-pengalaman negara lain yang pernah ditanganinya, sehinggapotensi kegagalannya pasti besar. Pasalnya, kejadian di negara lain danIndonesia berbeda sehingga tidak mungkin penyakit itu diobati denganresep yang sama. Namun, yang lebih patut dipertanyakan, pemerintah lebihmemilih lembaga asing (IMF) untuk memperbaiki instabilitas moneter,padahal pada saat yang bersamaan telah diketahui kurangnya kapabilitasIMF dalam menstabilkan kondisi moneter. Di sisi lain teramat banyakekonom dosmetik yang memiliki pemahaman lebih akurat dibandingkanIMF dalam memahami dan memetakan perekonomian nasional, sehinggapresisi kebijakan yang diformulasikan akan lebih kredibel.

Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI 319/

Page 346: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Problem Kelembagaan BLBI

Kebijakan SalahAlamat

Di balik realitas keberhasilan BLBI dalam menyelamatkan perbankansaat krisis ekonomi, yang terefleksikan oleh kecenderungan menurunnya

pasca pengumuman restrukturisasi perbankan, berbagai kelemahanturut menyertai munculnya kebijakan BLBI. Kelemahan yang akhirnya lebihterlihat sebagai kesalahan ini dapat dikategorikan menjadi dua. ,kesalahan dalam level substantif (kebijakan). Dalam pengertian ini,munculnya kebijakan BLBI yang merupakan instrumen restrukturisasiperbankan tidak dapat dilepaskan dari penanganan instabilitas monetersecara keseluruhan. Penandatanganan kesepakatan antara IMF denganpemerintah Indonesia pada 5 November 1997 merupakan babak awal dariperbaikan instabilitas moneter secara komprehensif. Dua hal yang melekatpada penandatanganan kesepakatan ini adalah (i) IMF memberikanpinjaman sebesar US$ 10 miliar kepada Pemerintah Indonesia (Nasution,2002:178); dan (ii) Pemerintah Indonesia memberikan kewenangan kepadaIMF untuk membuat kebijakan apa pun yang dirasa bisa menyelesaikaninstabilitas moneter dan pemerintah akan siap mengimplementasikan semuakebijakan yang diinisiasi oleh IMF. Dalam persepektif ini, terlihat bahwaBLBI bukan sekadar merupakan perbaikan di sektor perbankan tetapi jugamerupakan perbaikan pada sistem keuangan negara.

Di sinilah masalah itu bermula, di mana alternatif pemberian danaBLBI bukan merupakan satu-satunya jalan keluar untuk mengantisipasikrisis kepercayaan perbankan waktu itu. Pemicu krisis kepercayaanperbankan saat itu tidak lain adalah likuidasi 16 bank yang merupakanrekomendasi dari IMF sehingga hal ini memicu oleh nasabah padabank-bank lainnya. Tapi, jauh sebelum itu, bank-bank di Indonesia sudahmengalami persoalan besar akibat praktik tata kelola yang tidak sehat. Hal ituterjadi seiring dengan keluarnya deregulasi Paket Oktober (Pakto) 1988 yangmemberi kemudahan perbankan untuk membuka cabang maupunmembuat bank baru tanpa diimbangi dengan regulasi yang memadai dariotoritas moneter (BI). Akibatnya, banyak sekali pelanggaran yang dilakukanperbankan, khususnya mengenai batas maksimal pemberian kredit kepadaperusahaan satu induk ( /LLL). BI mungkin tahu denganpraktik tersebut, tetapi tidak menghiraukan sama sekali sehingga struktur

rush

Pertama

rush

legal lending limit

320 Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI/

Page 347: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

keuangan perbankan sebetulnya sangat tidak sehat. Inilah yang sebetulnyamenjadi salah satu sumbu krisis perbankan saat itu.

Berpijak dari situasi itulah, sebetulnya alternatif yang dapat diambil olehpemerintah adalah memformulasikan fasilitas pembiayaan darurat (FPD)dan bukan BLBI. Setidaknya terdapat enam alasan yang menyebabkankebijakan FPD lebih kredibel (Batunanggar, 2006:3-5): (i) kebijakan FPDdiatur secara tegas dalam peraturan perundang-undangan yang berlakuuntuk meyakinkan transparansi dan akuntabilitas dalam pemberiannya; (ii)pemberian FPD dilakukan secara sangat selektif, yakni hanya bank yangmemenuhi secara ketat (bank yang menghadapi kesulitan likuiditas yangberdampak sistemik dan agunan/ ); (iii) pemberian FPD didasarkanpada keputusan bersama Menteri Keuangan dan BI secara obyektifsehingga potensi konflik dapat dihindari; (iv) pendanaan FPD berasal dariAPBN, termasuk dengan penerbitan SUN, sehingga BI tidak menghadapirisiko kredit; (v) FPD wajib dijamin dengan agunan yang memadai untukmeminimalkan risiko kredit; dan (vi) untuk meyakinkan agar tidak terjadipenyalahgunaan ( ), BI akan mengawasi bank penerima FPDsecara khusus.

, kesalahan dalam konteks teknis (aturan main). Kesalahan iniwalaupun merupakan ekses dari kesalahan dalam level substantif, namun disini dicoba dipisahkan dari konteks tersebut. Dengan pemisahan ini akanterlihat bahwa terlepas dari siapa yang menginisiasi BLBI, konsep bantuanlikuiditas tersebut benar-benar merupakan instrumen yang kurang tepatuntuk mengatasi krisis perbankan. Lebih lanjut, kesalahan konteks teknis initercakup dalam ketiadaan kelembagaan yang jelas pada saat pengucuranbantuan likuiditas oleh BI kepada perbankan. Padahal jumlah bantuanlikuiditas itu sangat besar dan hal ini mempengaruhi secara umum anggarannegara pada periode tersebut. Dalam pengertian ini, kelembagaanmerupakan aturan main yang harus ditaati oleh pihak-pihak terkait, baik ituberupa kewajiban yang diperoleh oleh perbankan sebagai penerimanbantuan, BI sebagai pemberi bantuan, maupun hak yang harus diterima olehperbankan dan BI sebagai pemberi bantuan.

Secara lebih rinci, ketiadaan kelembagaan tersebut tercermin dari tidakadanya skema pembayaran yang harus dilakukan oleh perbankan pascapemberian bantuan tersebut. Dari perspektif ini, setidaknya terdapat empathal yang tidak nampak dalam skema pengembalian bantuan likuiditas

solven

moral hazard

Kedua

Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI 321/

Page 348: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

tersebut, yakni: (i) mulai kapan dan berapa lama batasan waktu maksimal daribank yang mendapat bantuan likuiditas untuk mengembalikan bantuanlikuditas tersebut kepada BI; (ii) bagaimana mekanisme pengembalianbantuan likuiditas tersebut; (iii) apa dan berapa besar imbal hasil yangmelekat dari bantuan likuiditas yang harus diserahkan oleh perbankanpenerima bantuan likuiditas kepada BI; dan (iv) sanksi apa yang akandiperoleh perbankan apabila tidak dapat memenuhi kewajiban yang telahditetapkan, atau juga insentif apa yang bisa didapatkan oleh perbankanapabila bisa memenuhi kewajibannya tepat waktu (atau lebih cepat dariwaktu yang telah ditentukan).

Selain itu, aturan main yang tidak ada (atau kalau pun ada tetapi tidakjelas dan tegas) dalam pemberian bantuan likuiditas adalah apa saja kriteriayang harus dimiliki oleh perbankan sehingga berhak mendapatkan BLBItersebut. Hal ini terefleksikan dari struktur perbankan yang memperolehbantuan likuiditas tersebut. Porsi mayoritas bantuan likuiditas perbankandiberikan kepada empat bank milik pemerintah. Sedangkan sisanya, sekitar37% diberikan kepada bank swasta yang telah diambil alih ( ) olehBPPN yang jumlahnya sebanyak tujuh bank dan kepada 26 bankpembangunan daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai catatan,bantuan likuiditas kepada bank BUMN secara konsep tidak menjadimasalah. Pasalnya, sebagai pemilik, pemerintah mempunyai tanggung jawabsekaligus kewajiban yang harus dilakukan kepada unit bisnisnya. Namun,bantuan likuiditas ini menjadi kurang tepat pada saat melihat jumlah bantuanlikuiditas. Dengan bantuan likuiditas yang sangat besar dan berekses kepadaanggaran negara secara keseluruhan menyebabkan esensi dari bantuantersebut menjadi kabur.

Sementara itu, yang menjadi permasalahan adalah pemberian bantuanlikuiditas kepada tujuh bank swasta, walaupun akhirnya tujuh bank tersebutdi- oleh BPPN sebagai lembaga wakil dari pemerintah. Letakmasalahnya adalah tujuh bank tersebut tidak memiliki karakteristik khususyang berbeda dengan bank-bank lain, misalnya dengan 16 bank yang telahdibekukan kegiatan operasionalnya oleh BI karena keterbatasan likuiditas,sehingga cukup mengherankan apabila tujuh bank swasta itu memperolehbantuan likuiditas sedangkan pada saat sebelumnya 16 bank swasta malahditutup dengan penyebab yang sama. Sedangkan untuk pemberian bantuanlikuiditas kepada BPD juga hampir sama dengan pemberian bantuan kepada

take over

take over

322 Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI/

Page 349: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

bank BUMN, yang membedakannya hanya besaran bantuan. Dengan porsibantuan yang hanya 0,3%, bantuan ini juga tidak menjadi masalah yangkrusial. Namun, porsi yang relatif kecil ini apabila dikomparasikan dengananggaran di daerah menjadi cukup besar.

Satu hal lagi, sebagian penerima dana BLBI adalah bank-bank yangjelas-jelas telah melakukan pelanggaran berat, seperti penyimpangan aturanLLL (BMPK). Persoalannya, mengapa bank yang sudah jelas melakukanpelanggaran masih diberi bantuan oleh BI. Secara teknis-ekonomis hal inisulit dijawab, sehingga jawabannya pasti di luar aspek tersebut (aspekpolitis). Sehingga, secara substantif kebijakan BLBI dapat dikategorikansebagai kebijakan yang salah alamat. Dengan demikian, secara keseluruhanterlihat bahwa BLBI sebagai salah satu instrumen restrukturisasi perbankanhanya memiliki manfaat dalam jangka pendek, yakni sebatas memberikansuntikan dana kepada perbankan dan akhirnya mengurangi, secaraberangsur-angsur, oleh nasabah. Namun, dalam perspektif jangkapanjang, BLBI lebih terlihat sebagai instrumen yang tidak memberikanmanfaat kepada perekonomian Indonesia. Bahkan pada pada tatarantertentu, BLBI malah terlihat sebagai instrumen yang membebaniperekonomian negara, dilihat dari sudut pandang penyerapan bantuandengan jumlah yang sangat besar dan juga ketidakjelasan mekanismepengembalian bantuan likuiditas kepada BI.

Salah satu kritik atas kebijakan BLBI adalah ketidakmampuan BI dalammengelola dan mengawasi implementasi penggunaan dana bantuanlikuiditas untuk merestrukturisasi perbankan. Situasi ini merupakan eksesdari ketiadaan kelembagaan (aturan main/ ) yang mumpunidalam rangka restrukturisasi perbankan. Akibat dari ketiadaan kontrol yangefektif dalam implementasi kebijakan BLBI, maka kesempatan untukmelakukan tindakan-tindakan curang menjadi lebih besar. Potensi tindakancurang ( ) tersebut secara teoritis bisa dilacak dari teori

, di mana prinsipal adalah pihak yang mempekerjakan agen untukmelaksanakan pekerjaan atau layanan yang diinginkan oleh prinsipal. Dalamkonteks ini, prinsipal adalah BI dan agennya adalah penerima BLBI. Rumusstandar dari teori ini: apabila manfaat yang diperoleh dari penyimpanganlebih besar dari biaya (risiko) yang dikeluarkan, maka tindakanakan dilakukan. Penyimpangan ini mudah dilakukan karena: (i) tindakan

rush

rules of the game

moral hazard principal-

agent

moral hazard

BLBI dan Moral Hazard

Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI 323/

Page 350: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

agen tidak dapat diamati secara langsung oleh prinsipal; atau (ii) pihak agenmembuat beberapa pengamatan yang tidak dikerjakan oleh prinsipal.Menurut Arrow (1985; dalam Furubotn dan Richter, 2000:147), kasus yangpertama biasa disebut dengan tindakan tersembunyi ( ) dan padakasus yang kedua biasa disebut dengan informasi tersembunyi (

).

hidden action

hidden

information

Tabel 1

Beberapa Koruptor BLBI yang Kabur

Nama Asal Bank Kerugian Negara Negara Persembunyian

Andrian Kiki Bank Surya Rp 1,5 triliun Singapura

Bambang Sutrisno Bank Surya Rp 1,5 triliun Singapura

Eko Adi Putranto Bank BHS Rp 1,95 triliun -

Hendra Raharja* Bank BHS Rp 1,95 triliun Australia

Sherny Konjongiang Bank BHS Rp 1,95 triliun -

Sjamsul Nursalim BDNI Rp 6,9 triliun Singapura

Keterangan: *) Hendra Raharja sudah meninggalSumber: Litbang Jawa Pos; dalam Jawa Pos, 31 Januari 2006

Jika ditelisik dari kasus BLBI ini, maka terdapat beberapa motif daritindakan curang tersebut. , tindakan curang oleh pihak perbankan(penerima BLBI). Motif ini dilakukan dengan cara: (i) secara sengaja tidakmengembalikan bantuan likuiditas; (ii) menunda pembayaran bantuanlikuiditas dengan beberapa alasan, misalnya belum adanya kecukupanlikuiditas di perbankan; dan (iii) menggunakan dana BLBI tersebut untukkeperluan di luar kesepakatan. Ketiga motif tersebut semuanya terbukti dilapangan, di mana banyak pihak penerima BLBI yang mangkir melakukanpembayaran, bahkan sebagian kabur ke luar negeri. Seperti tertera padaTabel 1, terdapat beberapa pengutang BLBI yang kabur ke luar negeri,bahkan terdapat di antaranya yang sampai meninggal dunia. Sementara itu,yang mengulur-ulur waktu pembayaran dapat dikatakan semua penerimaBLBI melakukan hal yang tersebut akibat ketiadaan rincian regulasi yangdisusun oleh BI. Sedangkan yang sengaja memanfaatkan dana BLBI untuk

Pertama

324 Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI/

Page 351: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

tujuan di luar kesepakatan (prinsipnya BLBI hanya boleh digunakan untukmembayar nasabah), ternyata jumlahnya totalnya mencapai Rp 54,5 triliun(khusus untuk 10 BBO dan 18 BBKU). Tabel 2 secara detail menjelaskanpenyimpangan penggunaan dana BLBI tersebut.

Tabel 2

Dugaan Penyimpangan Penggunaan BLBI oleh 10 BBO dan 18BBKU

Penyimpangan Jumlah

Digunakan pembayaran pinjaman sub-ordinasi sebelum tahun 1997 38,1

Membayar kewajiban Bank Umum yang tidak dapat dibuktikan 426,4

Membayar kewajiban pada grup terkait 8.988,6

Membayar transaksi surat berharga 2.814,7

Membayar pihak ketiga melanggar ketentuan 7.699,2

Membayar kontrak derivatif/kerugian negara karena kontrak derivatiflama yang jatuh tempo

10.320,3

Penempatan baru di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) ataupelunasannya yang tidak sesuai ketentuan

6.395,3

Ekspansi kredit merealisasikan kelonggaran tarif 9.960,0

Biaya investasi rekruitmen personalia dan lain-lain 71,4

Membiayai over head bank 133,3

Biaya lain yang menyimpang 10.525,9

Jumlah 54.561,8

Sumber: Bank Indonesia, dalam Yuntho dan Rahayu, 2006:8

Kedua, perilaku curang yang dilakukan oleh pemberi otoritas, dalam halini BI. Dengan ketiadaan kelembagaan yang mumpuni menyebabkanpengawasan bisa lebih longgar. Pada posisi ini, kesempatan untukmelakukan tindakan menyimpang menjadi lebih terbuka. Motif daritindakan curang ini adalah dengan menjalin kerjasama yang salingmenguntungkan dengan penerima bantuan. Lebih lanjut, salah satu eksesdari hal ini adalah munculnya perbedaan jumlah dana yang seharusnyaditerima oleh BI dan yang wajib dibayarkan oleh penerimaan dana.

Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI 325/

Page 352: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Perbedaan ini, seiring dengan berjalannya waktu, juga berimbas padaperbedaan perhitungan oleh lembaga pemerintah lainnya. Seperti terlihatdalam Tabel 3, muncul ketidaksamaan jumlah bantuan likuiditas yang harusdiserahkan oleh pihak perbankan di internal pemerintah sendiri. Di satupihak, Departemen Keuangan menghitung bahwa sampai dengan 2005,total bantuan likuiditas yang belum dibayarkan sebanyak Rp 2,5 triliun.Jumlah ini merupakan selisih bersih setelah dikurangi kemungkinan tidakterbayarkannya bantuan likuiditas yang sebesar Rp 9,4 triliun. Sebenarnya,apabila secara keseluruhan bantuan likuiditas dihitung, maka yangseharusnya dibayarkan adalah sebesar Rp 11,9 triliun. Perhitungan ini jugamenggambarkan potensi tidak terbayarkannya bantuan likuiditas tersebutjauh lebih tinggi daripada potensi bantuan yang akan dibayarkan.

Tabel 3

Tiga Versi Jumlah Utang Obligor BLBI (dalam juta rupiah)

Versi DepkeuObligor BLBI

Default AkhirVersi Obligor Versi BPK

Adhisaputra dan James(Namura Internusa)

511.256 87.603 87.603 303

Atang Latief (Bira) 1.066.563 190.702 175.010 155.727

Ulung Bursa (Lautan Berlian) 2.207.233 455.330 424.657 424.656

Omar Putihrai (Tamara) 741.827 159.141 159.141 159.141

Lidia Mochtar (Tamara) 787.517 189.039 1.093 189.039

Marimutu Sinivasan (Putra) 3.244.168 881.273 791.427 790.557

Agus Anwar (Pelita) 810.155 577.812 577.812 577.182

Total 9.368.719 2.540.900 2.216.743 2.297.235

Sumber: Diolah dari laporan BPK, 30/10/2006; dalam Tempo, 5 - 11 Maret 2007

Sebagai catatan tambahan, dari potensi bantuan yang dibayar pun jugabelum terdapat kepastian kapan akan dilakukan pembayaran bantuanlikuiditas tersebut. Di pihak lain, BPK yang berpijak pada audit yang telahdilakukannya, mencatat secara keseluruhan bantuan likuiditas yang harusdibayarkan oleh penerima bantuan adalah sebesar Rp 2,3 triliun. Jumlah inisedikit lebih kecil dari perhitungan oleh Departemen Keuangan. Namun,

326 Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI/

Page 353: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

perbedaan jumlah ini menyiratkan bahwa tata kelola pemberian bantuanlikuiditas tersebut tidak mengamalkan aspek transparansi dan akuntabilitas,sehingga di internal pemerintah sendiri terdapat perbedaan. Di luar keduapihak itu, penerima bantuan likuiditas mengklaim bahwa total bantuanlikuiditas yang harus dibayarkan adalah sebesar Rp 2,1 triliun. Jumlah yangrendah ini memang menjadi hal yang lumrah, karena setiap penerimabantuan pasti akan menghitung nilai minimal yang harus dibayarkannya.Dari kasus ini terlihat adanya ketidakcermatan pemerintah dalammenghitung masalah dana BLBI tersebut, entah itu disengaja maupun tidak.

Dalam perjalanannya, pemerintah kemudian membentuk BPPNsebagai lembaga yang diserahi untuk mengelola pengembalian uang negaradari tangan para bankir, pemegang saham, maupun debitur masing-masingbank yang mendapatkan dana BLBI. Sekurangnya terdapat tiga polaperjanjian yang dibuat oleh BPPN untuk membuat penyelesaian kasus BLBI(Yuntho dan Rahayu, 2006:9). , mengalihkan kewajiban bankmenjadi kewajiban pemegang saham pengendali. Pemerintah, bersamapemegang saham bank beku operasi (BBO) dan bank beku kegiatan usaha(BBKU), menandatangani(MSAA) dan(MRNIA). Tujuan dari dua perjanjian adalah untuk mengembalikan BLBI,baik melalui penyerahan aset maupun pembayaran tunai kepada BPPN.

, pengkonversian BLBI pada bank-bank (BTO) menjadipenyertaan modal sementara (PMS). , mengalihkan utang ke bankpemegang saham pengendali melalui pola penyelesaian kewajibanpemegang saham pengendali (PKPS). Caranya dengan menandatanganiakta pengakuan utang (APU).

Tetapi, dalam perjalanannya, BPPN lebih memerankan diri sebagaiagen dari pihak penerima bantuan daripada sebagai wakil pemerintah yangberhak menarik atas bantuan likuiditas yang telah diberikannya. Selain itu,dalam menjalankan tugas penyehatan perbankan, BPPN kurang optimalmenjalankan tugasnya. Hal ini tercermin dari beberapa kelemahan dalammenjalankan tugas, seperti saat menghitung aset yang diserahkan olehpenerima bantuan likuiditas. Sering kali aset yang dibayarkan oleh penerimabantuan jauh di atas dari nilai pasar yang berlaku. Salah satu contohnyaadalah aset tambak udang raksasa, Dipasena, di Lampung, milik Sjamsul

Malpraktik BPPN

Pertama

Master Settlement and Acquisition Agreement

Master Refinancing Agreement and Note Issuance Agreement

Kedua take-over

Ketiga

Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI 327/

Page 354: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Nursalim yang diserahkan kepada BPPN dengan nilai sebesar Rp 20 triliun.Padahal menurut perhitungan Menko Ekiun pada masa itu, Kwik Kian Gie,nilai pasar dari tambak Dipasena tersebut hanya Rp 2 triliun (Tempo, 511/03/2007:96-97). Perbedaan yang sangat jauh itu jelas merupakan kabaryang tidak menggembirakan dari kinerja BPPN. Inilah yang menjadi sebabskema MSAA (yang diperuntukkan bagi penerima BLBI yang dinilai asetnyamampu menutupi seluruh kewajiban) menjadi gagal karena sebagian besaraset yang diserahkan nilainya tidak sebanding dengan jumlah utang yangdiperoleh oleh penerima dana BLBI.

Kelemahan BPPN tidak hanya berhenti pada saat menilai aset yangdibayarkan oleh penerima bantuan. Kerap kali BPPN dalam menjual asetyang dibayarkan oleh penerima bantuan dalam rangka mengkonversi aktivatetap menjadi uang kas jauh di bawah nilai pasar. Selain itu, lembaga ini jugatidak maksimal dalam mengelola aset yang dibayarkan oleh penerimaanbantuan, sehingga banyak aset yang dibayarkan oleh penerima bantuansetelah berada di bawah kewenangan BPPN menjadi tidak terurus. Ceritaakhirnya, nilai aset tersebut menjadi jauh di bawah nilai pasar. Dengankinerja BPPN yang seperti ini, maka aset yang dibayarkan oleh penerimabantuan likuiditas mengalami penurunan berganda setelah berada di bawahBPPN. Praktik kinerja yang demikian ini jelas bukan mencerminkanlembaga yang dibentuk dalam rangka mengelola aset perbankan yangmendapatkan bantuan likuiditas dari BI. Singkatnya, BPPN bertindaksebagai makelar ketimbang sebagai wakil dari pemerintah.

Kondisi tersebut selain dikarenakan ketiadaan cetak biru yang menjadipijakan operasional lembaga, juga disebabkan tindakan-tindakan curangoleh oknum pimpinan dari lembaga tersebut. Dari beberapa nama yangpernah memimpin lembaga BPPN tidak jarang dari mereka mempunyaijejak rekam yang buruk, bahkan terdapat pula nama yang saat ini telahterbukti melakukan tindakan curang. Kondisi yang demikian tidak dapatdilepaskan dari mekanisme penentuan pejabat-pejabat BPPN yangbersumber dari pemerintah. Selain itu, di samping beberapa kelemahandalam kegiatan operasional teknis dari pembayaran aset dan juga konversiaset, kelemahan yang melekat dari BPPN adalah ketidakmampuan dalammendesain mekanisme pembayaran aset oleh perbankan yang menerimabantuan likuiditas. Seperti telah diuraikan sebelumnya, dalam desainrestrukturisasi perbankan tidak dibuat kejelasan tentang skema pembayaran

328 Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI/

Page 355: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

bantuan likuiditas. Oleh karena itu, dengan fakta gabungan ini menjadikanpengembalian bantuan likuiditas sulit dilakukan, di samping realitasterjadinya penurunan nilai aset akibat buruknya kinerja dari lembagapenyehatan perbankan.

Akhirnya, dari keseluruhan dana Rp 600 triliun yang disuntikkanpemerintah ke perbankan pasca krisis moneter, sampai dengan Oktober2003, BPPN sudah mengembalikan sejumlah Rp 152,4 triliun. Danasejumlah itu terdiri dari setoran tunai Rp 107,167 triliun, obligasi Rp 14,994triliun, tunai non-APBN Rp 9,7 triliun, dan Rp 20,541 triliun.Dari obligasi yang sudah ditarik BPPN sebesar Rp 20,54 triliun ada yangdisuntikkan kembali ke Bank Internasional Indonesia (BII) dalam rangkapenyehatan perbankan sebesar Rp 18,67 triliun. Selain itu, ada juga yangdisuntikkan untuk Bank Permata dalam rangka merger. Sedangkan untuktunai non-APBN digunakan Rp 2,73 triliun untuk penyertaan tunai ke dalambank hasil merger Bank Permata. Selain itu, sebesar Rp 2,96 triliunmerupakan pendapatan lain-lain, yaitu iuran premi penjaminan kuponobligasi dan dana pihak ketiga (Yuntho dan Rahayu, 2006:9). Jadi darigambaran tersebut sebetulnya dana yang berhasil diambil oleh BPPN daripara penerima BLBI hanya sekitar 25,4% dari total dana yang digelontorkanoleh pemerintah (Rp 600 triliun).

recycle bonds

Penutup

Deskripsi di atas memberikan pengetahuan bahwa kebijakan BLBI yangdilansir pemerintah pada saat krisis ekonomi 1997/1999 sebetulnyamengalami persoalan, baik secara substansial maupun teknis. Dalampendekatan ekonomi kelembagaan, persoalan tersebut dapatdikelompokkan dalam tiga level. , secara substantif kebijakan BLBIkurang dapat dibenarkan karena dua hal: (1) krisis kepercayaan perbankantidak mesti harus diatasi dengan penyaluran likuiditas, tetapi mencari akardari krisis kepercayaan tersebut; dan (ii) secara teknis BLBI diberikan kepadabank-bank yang jelas telah melakukan banyak penyimpangan, sepertipelanggaran . , akibat ketidakjelasan aturan main yangdibuat oleh BI bagi penerima dana BLBI menjadikan maraknya perilaku

. Perilaku menyimpang itu antara lain dilakukan dengan jalanmemanfaatkan dana BLBI bagi kepentingan di luar kesepakatan, mengulur-

Pertama

legal lending limit Kedua

moral hazard

Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI 329/

Page 356: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

ngulur waktu pembayaran, dan sengaja kabur dari tanggung jawab. ,BPPN sebagai institusi yang diserahi untuk mengurus pengembalian danaBLBI justru terperangkap dalam permainan para obligor. Ini antara lainditunjukkan dengan penilaian aset yang jauh lebih tinggi dari harga pasar,penjualan kembali aset yang sangat rendah (dan sebagian dibeli kembali olehpemilik lama dengan macam-macam mekanisme), dan mekanismepembayaran yang tidak lengkap.

Ketiga

330 Tinjauan Kelembagaan Kasus BLBI/

Page 357: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 17

PENYELESAIANBLBI: MENEBUSKETIDAKADILANDAN MEMBAYARKERUGIAN

Hendri Saparini

Sepuluh tahun telah berlalu, mega skandal Bantuan Likuiditas BankIndonesia (BLBI) yang terjadi saat krisis moneter 1998, belum juga berujungpada kepastian dan ketegasan langkah penyelesaian dari pemerintah.Namun, di penghujung tahun 2007, ada angin segar yang kembali ditiupkandari gedung parlemen untuk mendorong penyelesaian BLBI. Sekelompokpolitisi dari berbagai fraksi telah berhasil mengusung usul interpelasi kasusBLBI.

Banyak pihak pesimistis terhadap langkah penyelesaian BLBI yangdiusung para politisi. Kekawatiran bahwa proses interpelasi BLBI hanyaakan menjadi komoditas politik atau mandeg di tengah jalan adalah salahsatu alasan utamanya. Namun, pesimisme masyarakat yang besar tersebut

Penyelesaian BLBI: Menebus Ketidakadilan dan Membayar Kerugian 331/

Page 358: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

sangat bisa dipahami. Fakta telah menunjukkan bahwa langkahpengembalian kerugian negara dari kasus BLBI yang telah melewatiperjalanan hampir satu dasawarsa, tidak mampu memberikan hasil optimal.Hampir dalam setiap penyelesaian seperti penjualan jaminan aset, negaraselalu dirugikan.

Pesimisme juga muncul karena pada realitanya para pengemplang BLBItidak hanya licin dan rapi bersembunyi di manca negara. Tapi justru karenamereka tetap mendapat tempat terhormat di Indonesia. Sebagiannyabahkan dekat dengan para penguasa dari berbagai rezim. Sedangkan parapejabat di berbagai level yang semestinya bertanggung jawab terhadapkebijakan BLBI, hingga saat ini bebas dari segala tanggung jawab. Bahkanada yang tetap dianggap layak untuk menduduki jabatan tinggi dipemerintahan.

Padahal pada Februari 1999, DPR telah membentuk Panja BLBI danmelakukan pemeriksaan dengan seksama terhadap kasus ini, antara laindengan memanggil nama-nama yang diduga terkait dengan penyaluran danatersebut. Panja menyimpulkan beberapa hal, antara lain penyaluran BLBItidak dilakukan dengan mekanisme yang transparan dan sarat dengannuansa penyelewengan. Akhirnya Panja merekomendasi 56 nama yangdiduga terkait dengan penyelewengan baik dalam penyaluran maupunpenggunaan dana BLBI. Namun, rekomendasi Panja yang tegas tersebuthingga saat ini tidak diikuti tidak lanjut yang tegas.

pemerintah dalam menyelesaikan kasus BLBI akhirnyamemang memaksa masyarakat untuk cenderung pesimis terhadap langkahbongkar ulang kasus BLBI. Meski demikian, ada beberapa hal positif yangdapat diambil dari langkah interpelasi kasus BLBI ini. Salah satunya, upayapenyelesaian BLBI kali ini harus menjadi bagian penting dalam memberikanpendidikan kepada masyarakat. Sangat penting untuk dibeberkan kepadapublik bahwa kesalahan dalam pengambilan kebijakan publik dalam kasusBLBI akan menimbulkan dampak kerugian yang luar biasa dan sangat sulituntuk diperbaiki. Oleh karenanya, pejabat publik seharusnya tidak akanpernah terlepas dari tanggung jawab atas kebijakan yang pernah dibuatnya.Apalagi untuk kasus BLBI yang tidak hanya merugikan negara dan rakyatsecara finansial dan ekonomi, tetapi di dalamnya juga sarat dengan

, korupsi dan penyalahgunaan wewenang.

Track record

vested

interest

332 Penyelesaian BLBI: Menebus Ketidakadilan dan Membayar Kerugian/

Page 359: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Interpelasi BLBI juga semestinya dijadikan kesempatan untukmemberikan pemahaman kepada publik bahwa kerugian dan ketidakadilanyang diakibatkan oleh kebijakan BLBI tidak terlepas dari kesalahan fatal dariDana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Resep yang telahmeliberalkan dan merontokkan sektor finansial, merupakan salah satu resepgenerik yang selalu diwajibkan oleh kedua lembaga multilateral tersebutkepada negara-negara berkembang sebagai solusi dalam menyelesaikankrisis. Telah banyak bukti bahwa saran kebijakan kontraktif ala IMF hanyaakan menyisakan beban keuangan negara yang sangat besar dan semakinmemporakporandakan struktur ekonomi, seperti terjadi di banyak negaraLatin Amerika yang mengalami krisis kambuhan sejak tahun 1970.

Penyelesaian kasus BLBI lewat interpelasi semestinya dapatdimanfaatkan untuk menunjukkan kepada publik bahwa paradigmakonservatif ala Konsensus Washington yang telah diadopsi oleh kelompokMafia Berkeley selama lebih dari empat puluh tahun inilah yang telahmengakibatkan kerapuhan ekonomi sehingga rentan terhadap hantamankrisis. Prioritas kebijakan Mafia Berkeley untuk melakukan disiplin anggarandengan menghapus berbagai subsidi, melakukan liberalisasi perdagangandan industri tanpa mendasarkan pada kepentingan nasional, privatisasi yangdilakukan untuk mengurangi peran negara, dll, adalah pilihan kebijakan yangmembawa Indonesia pada krisis ekonomi. Lebih lanjut, pakem konservatifyang dianut oleh ekonom Mafia Berkeley dalam menyelesaikan krisismoneter 1998 justru mengakibatkan krisis semakin semakin parah danmeluas.

Penyaluran BLBI dilakukan akibat terjadinya krisis moneter danfinansial yang semakin meluas di Indonesia. Krisis ini yang merupakandampak lanjutan dari krisis moneter di Thailand pada bulan Juli 1997.Semestinya dampak krisis moneter di kawasan Asia Tenggara tidakberdampak terlalu buruk. Namun, sejumlah kebijakan keliru yang telah

1

Kesalahan IMF dan pejabat pemerintah

1Mafia Berkeley adalah kelompok ekonom yang berkuasa hampir 40 tahun sejak

pemerintahan Soeharto, Habibie, Megawati, dan SBY

Penyelesaian BLBI: Menebus Ketidakadilan dan Membayar Kerugian 333/

Page 360: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

diambil oleh Bank Indonesia dan Departemen Keuangan pada awal krisisjustru semakin memperparah krisis di Indonesia.

pada tahun 1996 mata uang Rupiah sudah mengalamisebesar 16%, sehingga Indonesia menjadi sasaran empuk bagi

spekulan pada tahun 1997. Namun, kondisi ini tidak direspon olehDepartemen Keuangan dan Bank Indonesia dengan melakukan devaluasimata uang rupiah.

dalam kondisi moneter dan keuangan yang amat rentan, BankIndonesia justru melaksanakan kebijakan moneter super ketat pada akhirAgustus 1997 . Akibatnya, tingkat suku bunga interbank yang biasanyahanya 16%-17%, melonjak mencapai 300% pada 22 Agustus 1997. Salahlangkah ini akhirnya mengakibatkan bank-bank mengalami kesulitanlikuiditas dan sangat rentan terhadap atau guncangan akibatfaktor-faktor luar.

saran kelompok ekonom Mafia Berkeley untuk mengundangIMF dalam menyelesaikan masalah penanganan krisis di Indonesia justrumemperparah keadaan. Langkah ini mendorong kebangkrutan dunia usaha,menambah 40 juta pengangguran, dan membuat ekonomi Indonesia anjlokdari rata-rata pertumbuhan 6% per tahun menjadi -12,8% pada tahun 1998.Saran IMF yang mengakibatkan hancurnya lembaga perbankan Indonesiaadalah tindakan menutup 16 Bank pada bulan November 1997 tanpapersiapan yang memadai. Sebagaimana diketahui, sebelum penutupanbahkan tidak ada warning terhadap bank-bank yang akan ditutup.

Tidak pelak lagi, langkah ini akhirnya menimbulkan kepanikanmasyarakat yang berlanjut dengan penarikan besar-besaran terhadaphampir semua bank-bank di Indonesia. Para nasabah berlomba-lombauntuk menarik uangnnya dari bank-bank nasional dan memindahkannya kebank-bank asing. Ketidakpastian lain ditunjukkan dengan larinya modal keluar negeri sebesar 8 milyar US dollar. Goncangan ini punakhirnya menghempaskan nilai tukar rupiah hingga ke level di atas Rp 10ribu / dollar pada tahun 1997.

Kepanikan masyarakat dan gejolak sosial ekonomi semakin besar saatpemerintah Indonesia, atas saran IMF, mengurangi berbagai subsidi untuk

Pertama, over

valuasi

Kedua,

external shock

Ketiga,

(rush)

(capital outflow)

2

2Baca “Economic Outlook 1998”, 5 November 1997ECONIT

334 Penyelesaian BLBI: Menebus Ketidakadilan dan Membayar Kerugian/

Page 361: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

menahan dampak negatif krismon. Kenaikkan harga BBM untuk minyaktanah misalnya sebesar 25%, dan bensin 71%. Kerusuhan masyarakat yanghebat akibat kenaikan harga minyak merupakan kesalahan fatal pemerintahdan IMF. Pilihan kebijakan menaikkan harga BBM yang akan memicukenaikan harga-harga benar-benar tidak bisa diterima karena dilakukanditengah suasana politik yang mulai memanas paska terpilihnya kembaliSoeharto.

Kepanikan masyarakat dan berbagai kesalahan kebijakan ternyatamembawa dampak kepada terus meningkatnya saldo debet rekening girobank di Bank Indonesia. Untuk mengatasi peningkatan saldo debet rekeninggiro bank di Bank Indonesia tersebut, maka Bank Indonesia mengambilkebijakan untuk menyetujui permohonan bank-bank untuk mengkonversisaldo debet tersebut dengan Fasilitas Diskonto (Fasdis) I dan/atau Fasdis II.Namun, konversi fasdis tersebut tidak membawa hasil yang efektif.Rekening giro bank-bank di Bank Indonesia terus mengalami saldo debetatau negatif. Dalam suasana ini Bank Indonesia masih terus melanjutkanuntuk membantu bank dengan mengkonversikan saldo debet dengan FasdisI dan/atau Fasdis II.

Seharusnya kebijakan Fasdis didasarkan kepada kriteria-kriteria tertentuseperti misalnya hanya diberikan kepada bank yang sehat tetapi sedangmengalami krisis likuiditas sebagai dampak dari .Sedangkan untuk bank yang mengalami krisis likuiditas karena

dan ada potensi penyalahgunaan dana untuk kepentinganpribadi, seharusnya tidak perlu untuk dibantu. Namun, Bank Indonesiacenderung mengabaikan kriteria-kriteria tersebut. Yang menjadi tolok ukursaat itu hanya satu yakni saldo harian rekening giro bank di Bank Indonesia.Kebijakan yang berlangsung terus-menerus tersebut akhirnya sudah jauhmelampaui batas kemampuan Bank Indonesia dalam memberikan fasilitasdiskonto. Akhirnya Bank Indonesia menciptakan sejumlah fasilitas khususuntuk keperluan tersebut, seperti Fasilitas Surat Berharga Pasar UangKhusus, , dan Fasilitas Saldo Debet.

Penciptaan fasilitas-fasilitas khusus tersebut ternyata justru kontra-produktif karena tanpa adanya yang memadai, akhirnya justrudisalahgunakan oleh perbankan untuk mendapatkan dana dari BankIndonesia dan kemudian menggunakannya untuk keperluan-keperluan yangmenyimpang dari tujuan semula. Penyimpangan tersebut antara lain

overkill monetary policy

mismanagement

New Fasdis

pre-audit

Penyelesaian BLBI: Menebus Ketidakadilan dan Membayar Kerugian 335/

Page 362: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

digunakan untuk: (i) ekspansi kredit yang bukan kredit usaha kecil; (ii)tambahan kredit kepada (yang sudah melanggar BMPK); (iii)peningkatan aktiva neto valas yang bukan untuk pengurangan/pelunasanhutang luar negeri; (iv) pembangunan atau pembelian gedung baru; dan (v)pembagian dividen.

Hasil audit BPK menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal 29 Januari1999, Bank Indonesia dan Pemerintah telah menyalurkan dana sebesar Rp621,6 triliun untuk keperluan penyehatan industri perbankan nasionalselama masa krisis itu. Sebesar Rp 144,5 triliun daripadanya adalahmerupakan BLBI yang di- kan oleh Bank Indonesia ke BPPN, sebesarRp 40,09 triliun disalurkan oleh Pemerintah untuk membiayai danapenjaminan serta Rp 374,0 triliun merupakan nilai obligasi yang telahdikeluarkan oleh Pemerintah untuk rekapitulasi industri perbankan. SebesarRp 11,8 triliun dari BLBI Bank Dalam Likuidasi telah dikembalikan olehBPPN pada Pemerintah. Penyaluran dana Rp 621,6 triliun tersebut amatsangat besar. Sebagai perbandingan, nilai tersebut setara dengan separuhdari nilai PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia pada tahun 1998.Diukur dari prosentasenya terhadap PDB, biaya rekapitalisasi perbankan diIndonesia pada waktu itu adalah yang terbesar dalam sejarah dunia.

Kerugian besar juga terjadi pada fase penyelesaian BLBI pada saatpemerintah mulai melakukan penjualan aset obligor yang telah diserahkankepada BPPN. Penurunan nilai aset merupakan sumber kerugian negaralainnya dalam kasus BLBI. Penurunan nilai aset terjadi karena beberapafaktor antara lain: banyak aset yang diserahkan oleh para obligoryang berupa aset produktif seperti pabrik, usaha perkebunan, perikanan, dll.Aset-aset yang masuk ke BPPN tersebut kemudian dikelola oleh parapejabat BPPN yang tidak memiliki keahlian dalam pengelolaan aset.Akibatnya, pengelolaan yang semestinya memprioritaskan keberlanjutankegiatan produksi, banyak yang justru diperlakukan sebagai aset non-produktif. Akhirnya keadaan semakin parah karena banyak aset-asetproduktif yang terbengkelai yang berakibat pada dilakukannya PHK secarabesar-besaran. penjualan aset dilakukan pada masa krisis.

Group

cessie-

Pertama,

Kedua, Ketiga,

Kerugian dan ketidakadilan

336 Penyelesaian BLBI: Menebus Ketidakadilan dan Membayar Kerugian/

Page 363: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

penjulan aset dipercepat (diobral) untuk menambal defisit APBN sesuaidengan saran IMF yang tertuang pada (LoI).

Sebagus apa pun suatu aset, jika dilepas pada waktu yang tidak tepat danrelatif dijual pada waktu bersamaan, maka dapat dipastikan harganya akanjatuh. Jual obral aset ala BPPN ini sangat disayangkan karena langkahtersebut telah merugikan semua pihak, baik pemerintah, rakyat, maupunpara obligor sendiri. Sejak itu mulai muncul permasalahan ekonomi baru diIndonesia yang sebelum krisis tidak ditemukan yakni deindustrialisasi,stagnasi pembangunan infrastruktur dan program dukungan bagi rakyatbaik lewat bantuan modal, teknologi, dll.

Pada era Presiden Megawati Soekarnoputri, sebagian obligordinyatakan kooperatif dan tuntas menunaikan kewajiban setelah melewatiproses hukum. Mereka diberikan surat keterangan lunas (SKL). Langkah iniseolah tidak adil. Namun, betapapun beratnya kesalahan langkahpemerintah ini telah menjadikan para obligor penandatangan MSAAmendapatkan SKL dan harus dinyatakan sebagai pihak yang telah tuntasmenyelesaikan kewajiban BLBI. Oleh karenanya, menjadi tidak mudah danperlu kerja keras untuk mengajukan proses hukum baru karena harus adanovum atau bukti baru tentang penyimpangan.

Penyelesaian kasus BLBI sementara dapat difokuskan pada pengusutanterhadap para obligor yang tidak kooperatif dan sekarang masih buron.Demi keadilan, yang harus diusut juga adalah para pejabat Bank Indonesia,pejabat pemerintah, dan para mantan ketua BPPN. Mereka juga punya andilsangat besar dalam penyimpangan BLBI dan jatuhnya nilai aset obligor.Kerugian yang harus ditanggung negara rata-rata sekitar 85% dari nilai asetyang dipakai untuk membayar. Dengan kata lain pengembalian uang yangditerima negara sangat rendah, rata-rata hanya 15%. Andaikanaset-aset yang diserahkan kepada BPPN dikelola dengan benar dan barudijual setelah krisis berlalu, maka nilainya akan sangat jauh diatas kewajibanpara obligor.

Namun, keputusan mengundang IMF telah mengakibatkan berbagaipilihan kebijakan tersebut tidak mungkin. Dalam kasus BCA misalnya,keterlibatan IMF dan para pendukungnya di pemerintahan telahmengakibatkan kerugian negara yang amat besar. Pada saat itu IMFmemerintahkan aset Grup Salim harus dijual sesuai dengan jadwal yang

letter of intent

(recovery rate)

Penyelesaian BLBI: Menebus Ketidakadilan dan Membayar Kerugian 337/

Page 364: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

telah ditetapkan oleh IMF tanpa peduli berapa harga yang didapatkan.Padahal seharusnya dalam penjualan BCA kesempatan untuk membukanharga harus diberikan secara bersama-sama oleh semua penawar. Dan kalauharga penawaran tertinggi lebih rendah dari harga minimum, makapenjualan dibatalkan dan akan diulang kembali. Namun, para pejabatpemerintah Megawati justru memilih penjualan aset model IMF dengan caraobral tanpa harga minimum.

Akhirnya, dengan keterlibatan mantan pejabat tinggi IMF sebagaipelobi Farralon untuk memenangkan pembelian 51% saham BCA telahsangat merugikan keuangan negara. Penjualan BCA dengan harga Rp 5triliun atau dinilai hanya sekitar Rp 10 triliun untuk 100%, merupakankerugian masyarakat dan negara yang sangat besar karena di dalam BCAsendiri ada tagihan kepada pemerintah sebesar Rp 60 triliun. Kesalahan inipun harus dibayar mahal dengan kapitalisasi yang terjadi pada PT. BCA Tbkkarena nilai kapitalisasi saham PT. BCA Tbk pada 7 Desember 2007mencapai Rp 91,87 triliun. Dengan menguasai 51,15%, maka tanpa kerjakeras Farallon kini mengantungi Rp 41.5 triliun. Kasus-kasuspenjualan aset ala BCA lainnya akibat mis-judgement dan kepentingansegelintir orang sangat banyak terjadi.

Kesalahan kebijakan baik dalam penyaluran maupun pilihanpenyelesaian BLBI yang tidak kalah dampak negatifnya adalah kerugian danketidakadilan yang harus ditanggung oleh rakyat. Besarnya dana yangdisalurkan lewat BLBI telah mengakibatkan munculnya beban pembayaranbunga rekap dalam APBN. Beban bunga ini tidak hanya pada jumlahnyayang sangat luar biasa tetapi juga pada jangka waktu pembayaran yang sangatlama. Sebagaimana telah disebutkan di sebelumnya, beban utangpemerintah kepada Bank Indonesia terkait BLBI adalah sebesar Rp144,5triliun. Untuk menyelesaikan beban itu, pada awalnya pemerintahmenerbitkan surat utang Bank Indonesia dalam bentuk SU (surat utang),SU1 dan SU3. Surat utang tersebut diterbitkan saat rekap yakni pada tahun19981999. Kemudian pada saat pemerintah melakukan restrukturisasi tahun2003, surat utang tersebut berganti nama menjadi SRBI01 dan denganperubahan jangka waktu hingga 30 tahun kemudian.

Dalam SRBI01 telah disepakati bahwa pemerintah akan mencicil bebantersebut setiap tahun dimulai sejak tahun 2007. Dalam perjanjian inidisebutkan pemerintah akan menggunakan surplus anggaran Bank

capital gain

338 Penyelesaian BLBI: Menebus Ketidakadilan dan Membayar Kerugian/

Page 365: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Indonesia. Tahun 2007 misalnya, telah dibayar Rp 13,7 triliun dari surplusBank Indonesia tahun 2006. Sebelumnya, pada 2006 pemerintah telahmembayar Rp 1,5 triliun. Namun, setelah sepuluh tahun penyaluran BLBI,beban APBN atas bunga rekap BLBI ini masih sangat besar. Pada tahun2007 masih sebesar Rp 129,3 triliun atau baru berkurang sekitar Rp 15,2triliun. Dengan gambaran ini jelas bahwa kerugian yang ditimbulkan olehpenyaluran BLBI ini masih akan ditanggung oleh keuangan negara danrakyat akan sangat berat dan lama.

Kewajiban pemerintah untuk membayar bunga rekap inilah yang telahmenciptakan kerugian dan ketidakadilan bagi rakyat. Besarnya dana yangharus dialokasikan dalam APBN dan keputusan jangka waktupembayarannya yang lama telah, secara sepihak telah merebut hak rakyat.Baik hak untuk mendapatkan stimulus ekonomi lewat berbagai programpembangunan maupun melalui berbagai program pemenuhan hak dasarrakyat. Masalah menjadi semakin parah saat pemerintah memilih untuklebih memprioritaskan pembayaran berbagai kewajiban utang dibandingbelanja-belanja penting yang berdampak langsung bagi kesejahteraan rakyat.Lebih lagi, dengan alasan keterbatasan dana, semakin banyak belanja proyekpembangunan dan subsidi untuk rakyat yang dikorbankan oleh pemerintah.

Beban APBN akibat besarnya bunga rekap yang harus dibayarkan jelastidak hanya menimbulkan kerugian secara finansial yakni kerugian karenaharus menyediakan dana APBN untuk pembayaran bunga utang. Tetapi adakerugian lain yang jauh lebih besar yakni kerugian ekonomi karena hilangnyakesempatan untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Sebagaicontoh, akibat beban berat bunga rekap maka pembangunan infrastrukturyang menjadi prasyarat penting dalam mendorong kegiatan pembangunandan peningkatan kesejahteraan jalan ditempat. Pengurangan alokasianggaran untuk perawatan dan pembangunan irigasi maupun waduk-wadukmisalnya, tidak hanya telah menimbulkan penurunan daya saing dan tingkatproduksi pertanian tetapi juga mengakibatkan bencana banjir ataukekeringan. Masih banyka akibat lain dari pilihan kebijakan yangmemprioritaskan pembayaran utang, mengakibatkan banyak kebijakanfiskal yang tidak pro-kepentingan rakyat. Pengurangan subsidi BBM, pupuk,listrik, dll seolah menjadi langkah yang benar yang tidak bisa dihindari untukdilakukan.

Penyelesaian BLBI: Menebus Ketidakadilan dan Membayar Kerugian 339/

Page 366: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Beban BLBI dalam APBN juga telah menimbulkan ketidakadilan karenakesalahan kebijakan BLBI dengan mudah dibebankan kepada rakyat lewatAPBN. Sementara pihak-pihak lain yang semestinya bertanggung jawab,belum ikut menanggung beban yang seharusnya bisa dibagi ini .Seperti telah disebutkan di atas, usulan penutupan bank adalah saran dari IMFyang kemudian dilaksanakan oleh para pejabat pemerintah. Kebijakan inilahyang menjadi pemicu kepanikan. Oleh karenanya IMF/Bank Dunia serta parapejabat Bank Indonesia dan pemerintah diberbagai level yang terkait dengankebijakan ini mustinya menjadi pihak yang juga harus ikut menanggung beban.

Dalam penyaluran dan penyelesaian kasus BLBI pun semakin banyakpihak yang seharusnya ikut bertanggung jawab baik dari pihak pemerintahmaupun penerima BLBI karena telah melakukan berbagai penyimpangan.Seperti telah disinggung sebelumnya, kelemahan dalam penyaluran BLBIakhirnya memberi kesempatan banyak pihak untuk berbuat curang bagikepentingan pribadi dan kelompok seperti melakukan transaksi suratberharga, membiayai kerugian karena kontrak derivatif yang jatuh tempo, dll.Oleh karenanya menjadi sangat tidak adil bila sejak krisis hingga saat ini justrurakyat yang harus terus menanggung beban lewat APBN.

Dari penjelasan di atas, ada beberapa hal penting terkait dengan langkahinterpelasi BLBI karena momen interpelasi harus dimanfaatkan secaramaksimal untuk mengurangi kerugian dan ketidak adilan yang terjadi selamaini serta dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan bagi masyarakat tentangberbagai kesalahan dalam pengelolaan ekonomi Indonesia. Hal-hal pentingtersebut adalah:

, langkah interpelasi BLBI harus dijadikan kesempatan emas untukmenjelaskan kepada publik tentang beberapa hal penting. Publik harusdiberikan pemahaman tentang kebijakan ekonomi Mafia Berkeley denganmenganut konsep Konsensus Washington yang terbukti telah membawa padastruktur ekonomi Indonesia yang rapuh. Kasus BLBI menjadi salah satucontoh bahwa pilihan penyelesaian krisis ala IMF justru telah membawaIndonesia sebagai salah satu negara yang berpotensi mengalami krisisekonomi yang berulang.

(burden sharing)

Pertama

Tuntutan dalam Interpelasi

340 Penyelesaian BLBI: Menebus Ketidakadilan dan Membayar Kerugian/

Page 367: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kedua,

Ketiga,

Mis-judgement

(fire-sale)

Keempat,

kebijakan penanganan krisis dengan melibatkan IMF telahmengakibatkan krisis ekonomi Indonesia 1998 menjadi semakin parah.Langkah pejabat Bank Indonesia dan pejabat pemerintah dalammenyalurkan BLBI untuk menyelamatkan perbankan dari langkah kebijakansalah ala IMF, harus berakhir dengan rontoknya sektor perbankan dansektor ekonomi lain serta menyisakan beban berat pada ekonomi nasional.Saran-saran menyesatkan dari IMF tidak hanya dilakukan pada tahappenutupan bank tetapi juga pada tahap penyelesaian masalah BLBI.Pembiaran keterlibatan IMF oleh para ekonom pro Washington Konsensusinilah yang semakin menambah beban keuangan negara dan merugikanekonomi nasional.

dalam penyaluran BLBI tersebut Bank Indonesia tidakmenggunakan kriteria sesuai dengan ketentuan sehingga terjadipenyimpangan. dan salah kebijakan terjadi tidak hanya dalampenyaluran BLBI tetapi juga pada tahap peralihan aset ke BPPN dan saatpenyelesaian lewat berbagai obral aset . Oleh karenanya, untukmemberikan rasa keadilan, maka kesalahan dan penyimpangan dalam kasusBLBI harus ditanggung renteng oleh pejabat pada tingkat kebijakanstrategis, kebijakan teknis, pengawasan bank dan juga para penerima ataupengguna. Penyelidikan terhadap para auditor semestinya juga menjadibagian penting dari penyelesaian kasus BLBI karena akan dapat membukakasus ini dengan lebih jelas.

penyelesaian masalah BLBI harus dapat mengoreksi kerugiandan ketidakadilan yang ditanggung oleh rakyat selama ini. Hasil audit BPKmenunjukkan bahwa Bank Indonesia dan Pemerintah telah menyalurkandana sebesar Rp 621,6 triliun untuk keperluan penyehatan industriperbankan nasional selama masa krisis. Dalam penyaluran BLBI terjadibanyak bentuk penyimpangan yang menimbulkan kerugian sangat besarbaik secara finansial maupun ekonomi. Interpelasi BLBI semestinya dapatmenggunakan temuan ini sebagai acuan untuk segera dengan tegasmenyelesaikan masalah dengan temuan ini baik dari sisi perdata dan pidana.

Rekomendasi Panja DPR penting untuk menjadi agenda yang harussegera ditindaklanjuti. Panja telah menyimpulkan banyak hal, antara lainbahwa penyaluran BLBI tidak dilakukan dengan mekanisme yangtransparan. Bahkan sarat dengan nuansa penyelewengan yang antara laindigunakan untuk: (i) ekspansi kredit yang bukan kredit usaha kecil; (ii)

Penyelesaian BLBI: Menebus Ketidakadilan dan Membayar Kerugian 341/

Page 368: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

tambahan kredit kepada (yang sudah melanggar BMPK); (iii)peningkatan aktiva neto valas yang bukan untuk pengurangan/pelunasanhutang luar negeri; (iv) pembangunan atau pembelian gedung baru; dan (v)pembagian dividen, harus segera ditindak lanjuti. Rekomendasi Panja untukmemeriksa 56 nama yang diduga terkait dengan penyelewengan baik dalampenyaluran maupun penggunaan dana BLBI harus segera dilaksanakan.Untuk mengoreksi ketidakadilan yang selama ini telah terjadi maka langkahmembagi beban antara pejabat pemerintah dan pejabat Bank Indonesiaserta penerima BLBI harus dilakukan. Bahkan perlu diupayakan untukmeminta IMF/Bank Dunia ikut menanggung kesalahan dari saran kebijakanyang pernah diberikan saat terjadi krisis ekonomi.

keputusan penetapan beban bunga rekap yang sangat merugikandan tidak adil bagi rakyat harus segera dihentikan. Tidak hanya padajumlahnya yang sangat luar biasa tetapi juga pada jangka waktu pembayaranyang sangat lama sehingga sangat membebani APBN. Beban utangpemerintah kepada Bank Indonesia terkait BLBI adalah sebesar Rp 144,5triliun. Untuk menyelesaikan beban itu, telah dibuat kesepakatan bahwapemerintah akan mencicil beban tersebut setiap tahun selama 30 tahundimulai sejak tahun 2007. Upaya untuk segera mengurangi beban APBNdari utang penyaluran BLBI harus menjadi fokus pembahasan dalaminterpelasi karena tidak hanya telah menimbulkan kerugian finansial tetapijuga kerugian ekonomi yang sangat besar.

Oleh karenanya, langkah interpelasi BLBI yang diajukan olehsekelompok politisi DPR hanya akan memberikan dampak besar apabiladapat mendorong Kejaksaan Agung untuk tidak hanya menuntut parapengemplang BLBI, tetapi juga memeriksa dan menuntutpertanggungjawaban para mantan menteri ekonomi pada awal krisis, pejabatyang saat ini berkuasa dan menjadi antek serta kepanjangan tangan IMFuntuk menghancurkan ekonomi Indonesia melalui berbagai kebijakanekonomi yang salah. Hal lain yang harus menjadi prioritas adalahmengoreksi keputusan atas beban utang pemerintah atas BLBI yang telahsangat merugikan rakyat lewat kewajiban pembayaran utang yang menyedotkeuangan negara.

Group

Kelima,

342 Penyelesaian BLBI: Menebus Ketidakadilan dan Membayar Kerugian/

Page 369: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Bab 18

MENGUPAYAKANPENYELESAIAN BLBIDAN OBLIGASIREKAP BANKDENGAN

PEMERINTAH“POLITICAL WILL”“POLITICAL WILL”

Aviliani (Ekonom INDEF)

Ketika krisis terjadi tahun 1998, hampir sebagian bank mengalamimasalah likuiditas karena terjadi penarikan dana nasabah secara besar-besaran terutama akibat penutupan 16 bank yang disarankan IMF. Untukmengatasi hal tersebut Bank Indonesia memberikan bantuan yang disebutdengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). BLBI merupakan danatalangan kepada bank-bank dalam rangka penjaminan pemerintah ataspembayaran dana pihak ketiga serta kewajiban bank lainnya. KucuranBantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) mengacu pada kebijakan

Mengupayakan Penyelesaian BLBI dan Obligasi Rekap Bank dengan " " PemerintahPolitical Will 343/

Page 370: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

pemerintah yang tertuang dalam Keppres No.26/1998 dan KeppresNo.55/1998. Keppres itu terbit setelah sebelumnya didahului munculnyaSurat Gubernur BI (Soedrajad Djiwandono) tertanggal 26 Desember 1997kepada Presiden dan disetujui oleh Presiden Soeharto sesuai suratMensesneg No.R183/M.sesneg/12/1997 karena adanya krisis moneteryang luar biasa saat itu ( ).

Di berbagai belahan dunia ketika terjadi krisis perbankan,seperti BLBI memang bukan merupakan suatu hal yang baru. Hal ini pernahdilakukan secara massal oleh hampir semua negara yang mengalami krisis.Hal ini tidak lepas dari fungsi bank sentral sebagai . Yangmenjadi masalah apakah kebijakan tersebut efektif dapat menyelesaikankrisis atau mengihindari ekses negatif yang berlebihan. Dari studi yangdilakukan Iman Sugema (2005) menunjukkan bahwa manfaat pemberianBLBI ternyata bersifat atau berarti bahwa dalam situasi krisispemberian BLBI tidak memberikan manfaat yang karena kinerjaekonomi di masa krisis tidak akan jauh berbeda dengan ada atau tidaknyaBLBI.

Padahal, dengan adanya kebijakan pemerintah untuk memberi garansidalam bentuk BLBI untuk penyehatan perbankan nasional, hingga selesaimencapai Rp 144,5 triliun, dana itu tersalur ke 48 bank. Ke 48 bank itupundibedakan atas kategori 10 Bank Beku Operasi (BBO) sebesar Rp 57,6Triliun, 18 Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU) sebesar Rp 17,3 triliun, dan15 bank Bank Dalam Likuidasi (BDL) sebesar Rp 11,9 triliun.

Walaupun kepanikan masyarakat telah berhenti, akan tetapi penyalurandana BLBI terus menerus meningkat sampai tahun 1999. Hal inimenunjukkan bahwa masalah likuiditas tidak hanya disebabkan olehkepanikan tetapi juga karena memburuknya aset perbankan, masalah moralhazard dan kemungkinan penjarahan. Sehingga sangat wajar bila dana BLBItersebut sampai sekarang masih menjadi isu kontroversial berbagai kalangankarena menyangkut dana yang sangat besar, juga karena berkembangpendapat bahwa penyaluran dana tersebut melibatkan berbagai korupsi,penyalahgunaan, dan berbagai penyimpangan lain, misal pemberian kreditbaru atau menarik kelonggaran yang masih tersisa atau memberikesempatan kepada orang-orang terkait untuk menarik simpanannya yangmasih tersisa di bank dan sebagainya tanpa sepengetahuan/ seizin BI/BPPN.

Danuri, Juli 2007

liquidity support

lender of the last resort

marginal

significant

344 / Mengupayakan Penyelesaian BLBI dan Obligasi Rekap Bank dengan " " PemerintahPolitical Will

Page 371: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Atas berbagai persoalan BLBI, pertama kali mencuat ketika BPKmengungkapkan hasil auditnya pada Agustus 2000. Laporan itumenyebutkan adanya penyimpangan penyaluran dana BLBI Rp 138,4 triliundari total dana Rp 147,7 triliun, dan adanya penyelewengan yang diterima 48bank senilai Rp 80,4 triliun. Audit investigatif dengan hasil bahwa nilaikomersial dari jaminan aset para pemilik bank yang bermasalah dan paraobligor, yang kemudian dikelola Badan Penyehatan Perbankan Nasional(BPPN), ternyata hanya sebesar 8,54% atau ekuivalen dengan Rp12,35triliun. Pada angka-angka inilah terjadi banyak penafsiran, baik dari segipenyaluran, penggunaan, maupun penyelesaian baik dalam bentuk uangtunai, saham di perusahaan, maupun dalam bentuk aset lainnya. Ada yangberanggapan dana BLBI adalah sejenis penjarahan kekayaan nasional olehpara konglomerat, ada yang memberi titel ini sebagai persoalan privat(swasta) oleh publik (rakyat), ada yang menilai ini adalah biaya krisis, adayang memberi pengertian bahwa kejadian di masa lalu ini sebagai produkmanajemen BLBI yang amburadul ( ). Itu sebabnya, BankIndonesia kemudian meminta jaminan tambahan berupa jaminan pribadi

dari pemilik bank penerima BLBI, konon untukmendapatkan jaminan pribadi. Jumlah jaminan itu lebih kurang samadengan total jumlah BLBI sebesar Rp 144,5 triliun.

Yang menarik lagi adalah untuk mengetahui berapa penyimpangan, danberapa aset yang telah diserahkan pemilik bank atau obligor, ternyata untukobligor yang sama dilakukan lebih dari satu kali audit atau audit ulang yangdilakukan oleh beberapa auditor. Hasil setiap auditor pun berbeda. Hal initidak juga mampu menyelesaikan masalah BLBI.

bail out

Edward, 2007

(personal guarantee)

Mengupayakan Penyelesaian BLBI dan Obligasi Rekap Bank dengan " " PemerintahPolitical Will 345/

Page 372: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tabel 1

Hasil Audit BLBI

Auditor Objek audit Kesimpulan Rekomendasi

BPK BLBI 48 bankDari BLBI Rp144,54 triliun, adapenyimpangan 95,78%-nya

Follow up pengadilan

BPKP BLBI 42 bankDari BLBI Rp106,05 triliun, adapenyimpangan 51,45%

Follow up pengadilan

Lehman Brothers BLBI Salim GrupDari utang BLBI Rp52,7 triliun, asetyang diserahkan Rp52,7 triliun

Audit ulang

PricewaterhouseCoopers (PWC)

BLBI Salim GrupDari utang BLBI Rp52,7 triliun, asetyang diserahkan Rp23 triliun

Audit ulang

KPMG BLBI Salim GrupDari utang BLBI Rp52,7 triliun, asetyang diserahkan lebih Rp240 miliar

Audit ulang

Bahana danDanareksa

BLBI Salim GrupKeduanya local partner LehmanBrothers, hasilnya sama

Audit ulang

CSFBBLBI SjamsulNursalim

Dari utang BLBI Rp28,41 triliun, asetyang diserahkan pas

Audit ulang

E & YBLBI SjamsulNursalim

Dari utang BLBI Rp28,41 triliun, asetyang diserahkan kelebihan US$1,3 juta

Audit ulang

Tim BantuanHukum BPPN

BLBI SjamsulNursalim

Dari utang BLBI Rp28,41 triliun, asetyang diserahkan hanya Rp13,61 triliun

Audit ulang

Setelah itu pemerintah memutuskan bahwa pola penyelesaian utangBLBI untuk BTO adalah utang BLBI dikonversikan menjadi sahampemerintah sehingga pemerintah menjadi pemegang saham mayoritas bank(90 persen). Selain itu, para pemilik BTO sekaligus menjadi debitur banktersebut, sehingga mereka wajib menyelesaikan pinjamannya. Dalam prosespenyelesaiannya, para debitur menyerahkan sebagian aset kepadapemerintah sesuai dengan besar pinjaman, melalui skema

),(MRNIA), ataupun Akta Pengakuan Utang (APU).

Penyelesaian BLBI oleh pemerintah masa lalu masih belum memuaskansemua pihak, sehingga semua pihak masih menuntut pengembalian danaBLBI yang seharusnya menjadi hak negara. Untuk memenuhi berbagaiaspirasi, Departemen Keuangan (Depkeu) mengajukan tiga skenarioalternatif penyelesaian utang piutang BLBI. Skenario pertama, obligorBLBI dinyatakan sehingga mereka harus membayar utangnya sesuaiketentuan dalam Akta Pengakuan Utang (APU) awal plus pokok dan denda

Master of

Settlement Acquisition Agreement (MSAA Master of Refinancing Notes Issuance

default

Sumber: Hasil audit masing-masing auditor (diolah)

346 / Mengupayakan Penyelesaian BLBI dan Obligasi Rekap Bank dengan " " PemerintahPolitical Will

Page 373: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

yang jumlahnya untuk 7 obligor mencapai Rp 9,36 triliun. Skenario kedua,obligor tetap dinyatakan , namun diberi keringanan bunga danpembayaran denda. Sementara skenario ketiga, obligor tidak dinyatakan

sehingga untuk pembayaran utang mereka berdasarkan perjanjianAPU Reformulasi.

Menurut catatan, yang masih menyisakan masalah ada delapan obligordengan nilai sebesar Rp 4,4 triliun, dan menurut Dirjen Kekayaan NegaraDepkeu Hadiyanto bahwa sejumlah aset yang diserahkan para obligor dibawah nilai wajar, sehingga Depkeu juga memblokir beberapa aset, antaralain tanah, ruko (rumah toko), dan saham. Namun -nya hanya sekitar14% dari total kewajiban utang.

Karenanya, bidikan pihak penyidik bahwa bank telah melakukanpenyalahgunaan dana BLBI dan dianggap melakukan tindak pindanakorupsi sulit atau tidak mudah diperoleh pembenaran kecuali apabilasesudah BLBI dikucurkan/diterima para pengelola dan atau pemegangsaham telah menggunakan dana yang ada di bank untuk keperluan grup,pribadi yang menyimpang dan melanggar larangan yang telah ditetapkanoleh undang-undang maupun peraturan-peraturan lainnya. Agaknyaundang-undang No. 3/1971 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi akan diberlakukan tidak saja berkaitan dengan penggunaan BLBIyang menyimpang atau yang dianggap dapat merugikan keuangan negaratetapi juga kemungkinan dikaitkan dengan penyimpangan yang dapatmerugikan dana masyarakat. Oleh karenanya, para pengelola maupunpemegang saham perlu berhati-hati terhadap aplikasi ketentuan ini sebabpenerapannya dapat memiliki cakupan luas. Ada baiknya sejak dini bank-bank yang masih memiliki kewajiban BLBI secara bertahap dapatmenyelesaikan atau kalau toh jumlahnya relatif cukup besar perlu ditutupdengan jaminan/agunan.

Menurut anggota Komisi VI DPR Drajad Wibowo, setidaknya ada duajalan yang bisa ditempuh. Pertama, Presiden harus memerintahkan aparatpenegak hukum mengusut dugaan pelanggaran terhadap seluruhPenyelesaian Kewajiban Pemegang Saham (PKPS). Kedua, telusuri dugaanpembelian kembali aset oleh pemilik lama yang sudah berada di BPPN.Sebab, menurut Drajad, indikasi ke arah itu sangat kuat apabila melihattemuan KPK.

default

default

recovery

Mengupayakan Penyelesaian BLBI dan Obligasi Rekap Bank dengan " " PemerintahPolitical Will 347/

Page 374: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Melihat runtutan penyelesaian BLBI nampaknya sulit untuk dapatdiusut tuntas, apalagi BPPN sudah dibubarkan, dan masalah penilaian asetkembali secara hukum sulit dibuktikan, yaitu bahwa nilai penjualan aset olehBPPN terlalu rendah atau nilai dari aset yang diserahkan lebih rendah dariyang seharusnya. Karena pada masa itu, kondisi dianggap tidak normalsehingga nilai wajar tidak dapat dijadikan patokan, termasuk penetapanauditor.

Sebenarnya ada cara lain yang dapat dilakukan pemerintah untukmemperbaiki komposisi pengeluaran APBN dan digunakan sebagaistimulus ekonomi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan negosiasibank-bank rekap, terkait dengan bunga obligasi rekap.

Banyak pihak rancu dengan BLBI dan obligasi rekap, sehingga segalaupaya hanya dikonsentrasikan pada BLBI, padahal selain BLBI bank-bankbermasalah tetapi masih beroperasi juga memperoleh dana yang besar yaitumelalui obligasi rekap yang pada waktu itu berjumlah Rp 600 triliun.Penerbitan obligasi rekap merupakan bagian dari Program RekapitalisasiPerbankan. Tujuannya adalah untuk mengatasi kesulitan permodalan bank-bank tersebut akibat pengaruh krisis ekonomi di akhir tahun 1997. Setelahditerbitkan, obligasi rekap tersebut ditransfer kepada bank-bank tertentuyang terpilih untuk mengikuti program tersebut sebagai realisasi dari upayapenyertaan modal negara. Bank-bank yang memperoleh obligasi rekapadalah sebagai berikut:

Bank swasta nasional :PT. Bank Lippo Tbk., PT. Bank InternasionalIndonesia Tbk., PT. Bank Bali Tbk., PT. Bank Umum KoperasiIndonesia, PT. Bank Universal Tbk., PT. Bank Prima Express, PT.Bank Arta Media, PT. Bank Patriot, PT. Bank Central Asia, PT.Bank Danamon Indonesia Tbk., PT. Bank Tiara Asia Tbk., PT.Bank PDFCI Tbk. and PT. Bank Niaga Tbk;

Bank BUMN: PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT. BankRakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT. Bank Tabungan Negara(Persero) Tbk., and PT. Bank Mandiri;

Obligasi Rekap Bank

348 / Mengupayakan Penyelesaian BLBI dan Obligasi Rekap Bank dengan " " PemerintahPolitical Will

Page 375: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

� Bank Pembangunan Daerah: di antaranya BPD Daerah IstimewaAceh, BPD Sumatera Utara, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPDDaerah Khusus Ibukota Jakarta, BPD Jawa Tengah, BPD JawaTimur, BPD Kalimantan Barat, BPD Sulawesi Utara, BPD Maluku,BPD Nusa Tenggara Barat and BPD Nusa Tenggara Timur.

Di dalam perjalanannya, sebagian dari penerima obligasi rekap telah di-dengan yang lain, ada yang sebagian telah di lunasi oleh pemerintah,

sehingga obligasi rekap dan saat ini masih sebesar Rp 400 triliunan denganjatuh tempo waktu sebagai berikut: obligasi rekapitalisasi yang akan jatuhtempo pada tahun 2003 sebesar Rp33,23 triliun, tahun 2004 Rp76,98 triliun,2005 (Rp67,37 triliun), 2006 (Rp83,26 triliun), 2007 (Rp94,02 triliun), 2008(Rp106,75 triliun) dan tahun 2009 Rp111,3 triliun. Namun denganketerbatasan keuangan negara, maka obligasi yang jatuh tempo telah di-

/diperpanjang hingga tahun 2020.

Pada saat itu dengan adanya dana rekap, hampir semua bank menjadimilik pemerintah. Akan tetapi dalam perjalanannya sebagian bank-banktersebut telah didivestasi, dan menjadi milik asing. Saat ini yangmendominasi bank berskala besar dan masih memiliki obligasi rekap cukupbesar adalah Temasek (Singapura), Khazanah (malaysia), dan Faralon.Sedangkan, pemerintah hanya memiliki saham minoritas, bahkan ada yangtidak lagi terdapat saham pemerintah.

Karena pemerintah tidak menjadi mayoritas, maka menurut peraturan,pemerintah bukan sebagai pengendali, sehingga bank-bank tersebutwalaupun masih ada obligasi rekap tetapi tidak masuk keuangan negara yangharus diperiksa oleh BPK. Hal ini menjadi rancu, karena nilai divestasinyasangat rendah, tetapi konsekuensi pemerintah untuk membayar bungaobligasi dan pencairan pokok obligasi juga besar. Setiap tahun bungaobligasi rekap yang harus dibayar pemerintah dari APBN berkisar antara 35sampai 40 triliun. Hal ini menjadi tidak fair, karena dalam kurun waktu 2tahun keuntungan yang diperoleh bank yang telah di- asing dapatmenutup biaya divestasi, tetapi di sisi lain pemerintah masih terus harusmembayar bunga obligasi rekap.

Oleh karena itu, apabila pemerintah menginginkan jumlahperolehan dana APBN, tidak ada salahnya untuk melakukan negosiasiterkait dengan bunga obligasi rekap yang sebaiknya tidak lagi dibayarkan,

merger

reprofiling

take over

significant

Mengupayakan Penyelesaian BLBI dan Obligasi Rekap Bank dengan " " PemerintahPolitical Will 349/

Page 376: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

karena pada awal negosiasi dengan IMF, dana talangan tersebut tidakmempunyai konsekuensi bunga, tetapi dalam praktik malah menimbulkanbeban tinggi. Hitung saja selama 8 tahun bila rata-rata beban bunga Rp 40triliun, maka selama delapan tahun APBN telah menyumbang bank-bankrekap sebesar Rp 320 triliun, yaitu setengah dari pokok obligasi. Dalam halini apabila pemerintah tidak berupaya melakukan negosiasi, akan sulit untukmenyelesaikan pokok obligasi rekap sampai kapanpun.

Dari tulisan ini, maka berbagai pihak tidak hanya fokus padapenyelesaian BLBI yang walaupun secara hukum dalam Undang-UndangNo. 25 Tahun 2000 tentang Propenas secara eksplisit menyebutkan,"

".Instruksi Presiden No. 8 Tahun 2002 secara tegas menyebutkan, "

".

Dengan demikian berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebutpemerintah diberikan mandat segera mengusut para obligor yang belummelaksanakan kewajibannya kepada pemerintah. Bukan sebaliknyamelepaskan obligor yang belum menyelesaikan kewajibannya. Selain itu adayang sangat untuk dilakukan pemerintah yaitu melakukan negosiasiobligasi rekap terutama terkait dengan beban bunga obligasi rekap.

Debitor-debitor yang melanggar hukum harus diproses secara hukum dan proses

penyelesaian utangnya tetap dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Kepada

debitur yang tidak menyelesaikan atau tidak bersedia menyelesaikan kewajibannya

kepada BPPN baik dalam rangka MSAA diambil tindakan hukum yang tegas dan

konkret, yang dilaksanakan secara terkoordinasi antara Ketua BPPN, Kepala

Kepolisian Republik Indonesia dan Jaksa Agung Republik Indonesia

significant

Semuaitu hanya membutuhkan yang besar dari pemerintah,sehingga masalah ini tidak selalu menjadi bola panas dari satu rezimke rezim yang lain.

political will

350 / Mengupayakan Penyelesaian BLBI dan Obligasi Rekap Bank dengan " " PemerintahPolitical Will

Page 377: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Penutup

RAKYATMENGGUGATSKANDAL BLBI

Marwan Batubara

Seperti telah diuraikan dalam buku ini, penyelesaian kasus BLBI secaratuntas selalu menemui berbagai masalah karena tidak tegasnya pemerintahmaupun aparat hukum dalam menindak para obligor BLBI. Alasan utamayang sering dikemukakan adalah bahwa pemerintah memprioritaskanpengembalian uang negara dari obligor (atau bahwa obligor adalahpengusaha andal yang akan menolong ekonomi negara), sehingga merasaperlu untuk memberi berbagai kemudahan kepada mereka dalam melunasiutang-utangnya.

Karena itu pula, proses hukum yang dijalani oleh para pengemplangBLBI selama ini sangat jauh dari memadai. Meskipun telah nyata-nyatabersalah, sebagian besar obligor BLBI justru tidak pernah menjalani prosespengadilan, tidak dicekal untuk keluar masuk wilayah Indonesia, dan bahkandibebaskan dari segala tuntutan pidana hanya dengan membayar sebagiankecil utang-utangnya.

Rakyat Menggugat Skandal BLBI 351/

Page 378: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Soedono Salim dan Sjamsul Nursalim, misalnya, dua obligorpenyimpang BLBI dengan jumlah total mencapai Rp 80 triliun itumengantungi Surat Keterangan Lunas dan dinyatakan bebas dari segalatuntutan hukum. Padahal, selain telah melakukan tindak pidana dalampenggunaan dana BLBI (seperti antara lain melanggar BMPK), nilai asetyang dijadikan sebagai pelunasan kewajiban kedua obligor tersebut ternyatajuga jauh lebih kecil dari nilai estimasi awal yang mereka klaim (masing-masing hanya senilai sekitar 36% dan 17% dari total nilai aset yang diklaim).

Selain puluhan obligor lain yang merampok uang negara, 8 obligorBLBI bahkan hingga kini belum menyelesaikan kewajibannya. Penyebabnyabermacam-macam, dari mulai melarikan diri, berganti kewarganegaraan,hingga dengan lantang menolak penghitungan pemerintah atas jumlahkewajiban yang harus dibayarnya. Kepada para obligor pembangkang ini,pemerintah nampak tidak mengambil tindakan hukum yang tegas. Justrusebaliknya, pemerintah bersikap sangat toleran dengan kesediaan untukberulangkali bernegosiasi tentang penghitungan jumlah kewajiban obligor(reformulasi JKPS).

Pemerintahan pada masa Susilo Bambang Yudhoyono, misalnya,melalui sejumlah menteri kabinetnya, justru memberikan sambutan kepada4 obligor BLBI di Istana (Kompas, 7 Februari 2006). Para obligor itu adalahAtang Latief (diwakili menantunya, , Ulung Bursa, JamesJanuardi, dan Omar Putihrai. Penerimaan para obligor BLBI ini di Istanatentu saja merupakan penghormatan yang berlebihan sekaligus tidak wajarbagi para obligor yang sudah berstatus sebagai tersangka korupsi tersebut.Apalagi mengingat, sebagai catatan, pada bulan yang sama Presiden SBYsempat menolak permintaan resmi sejumlah tokoh nasional (antara lain TrySutrisno, Amien Rais, Wiranto, Dradjad Wibowo, Marwah Daud, dan lain-lain) untuk bertemu dalam rangka menyampaikan aspirasi terkait sengketaBlok Cepu.

Presiden Yudhoyono memang sempat membantah peristiwa tersebutsebagai bentuk penyambutan pemerintah atau penggelaran karpet merahbagi para koruptor BLBI. Menurut Presiden, kedatangan para debitur BLBI

Ketidaktegasan Pemerintah

Lukman Astanto)

352 Rakyat Menggugat Skandal BLBI/

Page 379: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

itu ke Istana tak lebih dari keinginan mereka untuk bertemu dengan menteriterkait dan mengembalikan utang senilai total Rp 1 triliun.

Bagaimanapun, dalam kacamata hukum tentu saja hal ini tidak patut.Proses hukum terhadap para penyeleweng BLBI tidak selayaknya dicampuriintervensi politik dari pemerintah, seperti halnya penyambutan langsungoleh menteri kabinet di Istana Negara. Sangat wajar jika hal itu kemudianmemunculkan dugaan terjadinya ”deal” politik antara koruptor BLBIdengan pemerintah sehingga menodai proses hukum yang sedangdijalankan.

Tidak hanya terjadi pada masa pemerintahan SBY saat ini, sikapakomodatif terhadap para obligor juga ditunjukkan oleh pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.

Dimulai pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, saat skandalpenjarahan uang negara ini bermula. Meskipun telah mengetahui danmenerima laporan tentang kondisi sejumlah bank yang tidak sehat, PresidenSoeharto justru mempertahankan bank-bank tersebut untuk tetapberoperasi. Akibatnya, bank-bank ini kolaps, sehingga kemudian dana BLBIdikucurkan untuk menyelamatkan bank-bank tersebut (yang sebagiannyamerupakan milik keluarga dan kerabat dekat Presiden Soeharto) dan bank-bank lain yang terkena imbasnya.

Sementara, pada masa pemerintahan Habibie, pemerintah memberifasilitas kepada obligor BLBI berupa keringanan dalam menyelesaikankewajiban-kewajibannya melalui skema MSAA atau

(pertama kalinya dilakukan dengan Salim ).Model MSAA merupakan bentuk penyelesaian secara (diluar jalur hukum) yang menekankan kewajiban obligor untuk membayarutang-utangnya kepada negara dengan mengesampingkan aspek-aspekpidana yang telah dilakukannya. Pertimbangannya, proses hukum ataspelanggaran BMPK dan BLBI akan memakan waktu lama dan tidak jelastingkat pengembalian uangnya kepada negara.

Pengabaian aspek pidana yang dilakukan obligor misalnya dapat secarajelas dilihat dari bunyi salah satu klausul MSAA berikut :

“BPPN and the Minister of Finance of the Government of theRepublic of Indonesia, representing the Government of the Republic

Master Settlement of

Acquisition Agreement Group

out of court settlement

Rakyat Menggugat Skandal BLBI 353/

Page 380: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Indonesia, herebythat the Minister

of Finance, BPPN or the Government of the Republic of Indonesia mayhave against ….in

(as defined in the Master Agreement) or(as defined in the Master Agreement).”

Dengan demikian, melalui kebijakan ini, pemerintah telah mengabaikansupremasi hukum hanya untuk memperoleh pengembalian uang negara.Padahal, pelanggaran BMPK yang dilakukan pihak perbankan merupakantindak pelanggaran hukum serius. Barangkali karena hal itulah, PresidenHabibie saat itu sempat menunjukkan keraguannya atas penggunaan modelini dengan mengirimkan surat kepada Menkeu agar penyelesaian dilakukansesuai dengan peraturan yang berlaku..

Presiden Abdurrahman Wahid yang menggantikan Habibie, jugadianggap tidak optimal melakukan tugasnya untuk menuntaskan skandalBLBI. Beberapa kalangan menganggap Gus Dur cenderung akomodatifterhadap permintaan dan kepentingan beberapa obligor, sehingga skandalitu tidak mampu diselesaikan sebagaimana mestinya.

Puncak dari perlakuan istimewa pemerintah kepada para obligorakhirnya diberikan oleh pemerintah di masa kepemimpinan Megawati.Presiden Megawati yang menggantikan Gus Dur pada tanggal 30 Desember2002 menerbitkan Inpres No.8 Tahun 2002 tentang Pemberian JaminanKepastian Hukum Kepada Debitur Yang Telah MenyelesaikanKewajibannya Atau Tindakan Hukum Kepada Debitur Yang TidakMenyelesaikan Kewajibannya Berdasarkan Penyelesaian KewajibanPemegang Saham.

Berdasarkan Inpres ini, maka obligor atau debitur yang telahmenyelesaikan pola PKPS diberikan bukti penyelesaian berupa SuratKeterangan Lunas yang membebaskan obligor dari segala tuntutan hukum.Segala tindak pidana yang pernah dilakukan obligor dalam kasus BLBIdinyatakan dihapus jika yang bersangkutan telah menyelesaikankewajibannya. Pembebasan ini diberikan sebagai bentuk jaminan kepastianhukum bagi obligor yang bersedia menyelesaikan kewajiban-kewajibannya.

acknowledge and agree that they will not commenceor prosecute any legal action or enforce any legal right

respect of any matters related to any statutory andregulatory legal lending limit violations related to the ShareholderLoans any matter related to theLiquidity Support

354 Rakyat Menggugat Skandal BLBI/

Page 381: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kebijakan ini dinyatakan sekaligus untuk memaksimalkan pengembalianuang negara dari para obligor.

Berdasarkan Inpres ini, maka obligor atau debitur yang telahmenyelesaikan pola PKPS diberikan bukti penyelesaian berupa SuratKeterangan Lunas yang membebaskan obligor dari segala tuntutan hukum,sekaligus menghapus segala tindak pidana yang pernah dilakukannya(termasuk berbagai penyimpangan BLBI seperti menyalurkan uang BLBIkepada kelompoknya sendiri, menggunakannya untuk pembayaran fiktif,dan sebagainya) Pembebasan ini diberikan sebagai bentuk jaminankepastian hukum bagi obligor yang bersedia menyelesaikan kewajiban-kewajibannya. Kebijakan ini dinyatakan sekaligus untuk memaksimalkanpengembalian uang negara dari para obligor..

Berdasarkan Inpres ini pula, maka proses pengusutan perkara korupsipara obligor di tingkat pengadilan harus dihentikan melalui pemberian SP3(Surat Penghentian Penyidikan Perkara), jika mereka telah membayarkewajibannya. Dengan hal-hal itu, wajar jika penerbitan Inpres ini menjadisangat kontroversial dan mengundang reaksi keras banyak pihak.Penghapusan aspek pidana melalui perjanjian perdata tidak dikenal dalamsistem hukum yang dianut Indonesia selama ini, sehingga jelas tidak dapatdibenarkan.

Lahirnya Inpres ini sendiri dinyatakan beberapa kalangan sebagai hasiltekanan obligor dan menteri-menteri yang berada di pemerintahan saat itu.Dengan alasan obligor memiliki kekuatan jaringan ekonomi yang besar,Presiden didesak untuk memberi perlakuan akomodatif kepada mereka.Perlu ditegaskan, kalaupun hal itu benar, tak dapat mengurangi tanggungjawab kesalahan yang harus dipikul Presiden Megawati sebagai pimpinantertinggi pemerintahan saat itu, yang nyata-nyata telah memberikanpersetujuannya atas penerbitan Inpres.

Demikianlah para pemimpin negeri ini bersikap dan menghasilkankebijakan yang tidak adil, melanggar hukum, dan merugikan negara dalampenyelesaian skandal BLBI. Oleh karena itu, sangat layak jika para mantanPresiden Indonesia di atas dituntut pertanggungjawabannya atas terjadinyapenjarahan kekayaan negara senilai ratusan triliun rupiah tersebut (perandan keterlibatan pejabat pada masing-masing periode pemerintahan dalamskandal BLBI dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 1).

.

Rakyat Menggugat Skandal BLBI 355/

Page 382: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Penyimpangan oleh BI

KKN BPPN

Peran BI dalam skandal BLBI bahkan tak kalah serius. Dari Rp 144,5triliun dana BLBI yang dikucurkan BI kepada perbankan, audit BPKm e nu n j u k k a n s e b e s a r R p 1 3 8 , 4 4 t r i l i u n n y a t a k d a p a tdipertanggungjawabkan. Hal ini terjadi karena BI menyalurkan BLBIkepada sejumlah bank tanpa standar dan mekanisme pengawasan yang jelas.Dugaan terjadinya kongkalingkong antara oknum pejabat BI dan obligorpun sangat wajar merebak.

Hal ini dikuatkan pengakuan beberapa menteri keuangan, seperti antaralain Fuad Bawazier, Mar'ie Muhammad, dan Bambang Subianto yangmenyatakan BI cenderung berjalan sendiri dalam penyaluran BLBI tanpaberkoordinasi dengan pemerintah. Nyatanya, belakangan terungkap adaupaya BI untuk membela oknum-oknum pejabatnya yang terlibat, sekaligusmenutup kasus ini, dengan menggelontorkan dana kepada sejumlah pihakmencakup pengacara, aparat penegak hukum, dan bahkan para anggotaDPR. Dana yang dikeluarkan pun diambil dari sumber yang tidak sah, yaitukas Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) yang seharusnyahanya digunakan untuk kepentingan pendidikan.

Perilaku KKN pula yang ditunjukkan BPPN sehingga menyebabkanpengembalian uang negara dari penyelesaian kasus ini tidak terlaksanaoptimal. BPPN menerima penyerahan aset dengan harga yang telahdigelembungkan, memberikan SKL kepada sejumlah obligor meskipunbaru melunasi sebagian kecil kewajibannya, merestrukturisasi sejumlah asetdengan menghabiskan uang besar, dan selanjutnya mengobral aset eksobligor tersebut dengan harga sangat murah. Ironisnya, pembeli aset-aset itutak lain adalah obligor atau pihak-pihak yang terkait dengannya. Contohterbaru untuk hal ini adalah penjualan aset bekas milik Humpuss (PTTimor Putra Nasional) oleh BPPN, yang ternyata dibeli oleh PT Vista BellaPratama yang tak lain merupakan perusahaan terafiliasi Humpuss juga.

Group

356 Rakyat Menggugat Skandal BLBI/

Page 383: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kejahatan Obligor

Penting pula dicatat, meskipun secara formal BPPN merupakanpenanggung jawab atas aset-aset obligor yang diserahkan kepadanya, pihakyang sesungguhnya melakukan pengelolaan atas aset-aset tersebut adalahpihak obligor sendiri melalui perusahaan yang dibentuknya bersamaBPPN. Pengelolaan oleh perusahaan ini dilakukan karena BPPNtidak memiliki unit pelaksana untuk mengelola aset-aset tersebut.

Karena itu, sudah sepantasnya jika obligor, selaku pemilik perusahaanyang melakukan pengelolaan atas aset-aset bekas miliknya tersebut,

dimintakan pertanggungjawabannya atas penurunan nilai aset yang terjadi.Bahkan, patut pula diselidiki lebih jauh keterlibatan obligor dalam terjadinyapenurunan nilai aset saat aset tersebut akan dijual.

Faktanya, sebagian obligor diketahui kini telah kembali menguasai aset-aset yang dahulu diserahkannya kepada BPPN. Misalnya Chandra Asri yangtelah kembali ke tangan Prajogo Pangestu ataupun Gajah Tunggal yangkembali ke pangkuan Sjamsul Nursalim. Meskipun hingga kini tak ada buktieksplisit, namun Salim juga dikabarkan telah membeli kembali BCA.

Beberapa obligor tersebut, yang dahulu mengaku tak sanggup melunasikewajiban-kewajibannya, bahkan kini kembali berjaya dan tercatat dalamdaftar nama orang-orang terkaya di Indonesia. Soedono Salim, misalnya,duduk di peringkat empat orang terkaya di Indonesia (versi Globe Asia2007) dengan jumlah kekayaan mencapai 2,8 miliar dolar AS (sekitar Rp 26triliun), sedangkan Sukanto Tanoto duduk di peringkat dua terkaya (versiForbes Asia 2007) dengan kekayaan 4,7 miliar dolar AS (sekitar Rp 42,77triliun).

”Kesuksesan” mereka tersebut, berbanding terbalik dengan peliknyapersoalan ekonomi yang mereka tinggalkan bagi negara berupa bebanpembayaran utang sangat besar dalam APBN. Tercatat, untuk pembayaranutang dalam negeri (yang sebagian besarnya didominasi oleh utang BLBIdan obligasi rekap), pemerintah harus mengalokasikan dana rata-rata Rp 40-Rp 50 triliun per tahunnya. Akibatnya, berbagai anggaran publik pun harusdipangkas untuk menghemat pengeluaran. Tak heran, jumlah rakyat miskinpun terus bertambah.

holding

holding

holding

Group

Rakyat Menggugat Skandal BLBI 357/

Page 384: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kebusukan IMF

InkonsistensiAparat Penegak Hukum

Prospek Penyelesaian

Jangan lupakan pula andil IMF dalam kejahatan penjarahan negara ini.Berkat resep yang diberikannya berupa penutupan 16 bank tanpa persiapanmatang, krisis perbankan menjalar luas sehingga mengawali tragedipengucuran BLBI. IMF pula yang telah mendesak pemerintahmenggelontorkan obligasi rekap senilai ratusan triliun rupiah kepadasejumlah bank, untuk kemudian memaksa pemerintah menjual bank-banktersebut dalam waktu sangat singkat (sehingga harga jualnya sangat rendah).Oknum pejabat IMF (Hubert Neiss) diketahui pula memanfaatkankesempatan ini untuk kepentingan pribadinya dengan bertindak mewakilipembeli saat bank (BCA) dijual dengan harga murah.

Dengan berbagai kerugian yang ditimbulkannya, penyelesaian kasusBLBI pun terus berlarut-larut akibat penegakan hukum yang lemah dantidak konsisten. Kejaksaan Agung dari masa ke masa tidak menunjukkankeseriusannya untuk menyelesaikan kasus ini dalam proses hukum yangtegas serta tak pandang bulu.

Abdul Rahman Saleh misalnya, semasa menjabat Jaksa Agung sempatmenyatakan dirinya akan menggunakan wewenang(mengesampingkan perkara pidana) terhadap obligor yang telahmendapatkan surat keterangan menyelesaikan PKPS. Meskipun wewenangini tak sempat digunakan Abdul Rahman hingga akhir masa jabatannya,rencana ini tak pelak menimbulkan kontroversi.

Jaksa Agung Hendarman Supandji, semasa menjabat sebagai JaksaAgung Muda Tindak Pidana Khusus, juga sempat bersikap inkonsistendengan mengubah kebijakannya dari menyeret Agus Anwar ke persidanganmenjadi menerima tawaran pengembalian uang negara dari Agus senilai Rp500 miliar.

Inkonsistensi pemerintah dan aparat penegak hukum dalammenyelesaikan skandal BLBI akhirnya membuat prospek penyelesaian

deponering

358 Rakyat Menggugat Skandal BLBI/

Page 385: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

kasus ini menjadi suram. Apalagi hal ini ditambah dengan perilaku elit politikyang cenderung memanfaatkan para obligor BLBI untuk kepentingannyasendiri.

Kesempatan pemanfaatan itu kian terbuka dengan ketidakjelasan statushukum dan jumlah utang para obligor. Negosiasi dan kesepakatan rahasiapun sangat mungkin dilakukan debitur dan pemerintahan berkuasamengenai jumlah utang yang tersisa. Pada kenyataannya, Presiden Habibiedan Megawati sama-sama menerbitkan bagi debitur-debitur besar, setelah mereka menyelesaikan sebagian kewajibannya.

Kasus korupsi yang dilakukan obligor juga seolah sengaja dibiarkanmenggantung penyelesaiannya, agar dapat dimanfaatkan para elit politik dikemudian hari. Mudah diprediksi, obligor yang menghadapi tuntutan sanksipenggantian uang negara triliunan rupiah, akan menyetujui pengucuranbeberapa ratus juta atau miliar rupiah untuk memperoleh pembelaan danperlindungan politik dari para elit.

Karena itu pula, prospek penyelesaian kasus ini disikapi pesimissejumlah kalangan. James Van Zorge, misalnya, analis ekonomi politikIndonesia bagi pebisnis asing ini ragu atas kelanjutan interpelasi BLBI yangtengah digulirkan DPR (yang baru saja dilakukan saat buku ini selesai ditulis,lihat teks interpelasi selengkapnya pada lampiran 2). Menurutnya,berdasarkan keterangan yang diterimanya dari salah seorang anggota DPR,para anggota DPR hanya menginginkan uang dari pengguliran kasus ini.Pemerintah dan debitor akan diperlakukan sebagai mesin uang bagi parapolitisi tersebut (” ” Investor Daily, 19Desember 2007).

Demikian juga, penyelidikan yang dilakukan Kejaksaan Agung terhadapsejumlah obligor BLBI. Salah seorang sumber di pemerintahan bahkandikatakan Zorge mengaku tak satu pun dari aksi-aksi tersebut yang benar-benar serius bertujuan menyelesaikan masalah BLBI. Menurutnya,penyelidikan hanya akan mengarah pada kesepakatan ”kamar rahasia”seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Sehingga, penyelesaian kasus iniakan diseret pada proses hukum panjang yang penuh ketidakpastian.

Pernyataan Van Zorge dan narasumbernya tersebut mungkin tak dapatkita telan bulat-bulat. Setidaknya, kita tidak mengharapkan hal itu benaradanya. Walaupun nyatanya, indikasi ketidakseriusan dalam penyelesaian

release and discharge

Skandal BLBI: Akankah Terselesaikan?

Rakyat Menggugat Skandal BLBI 359/

Page 386: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

kasus BLBI itu belakangan kian kuat. Hal itu ditunjukkan dengan jawabaninterpelasi Presiden yang cenderung bersifat normatif dan tidak tegasmenjabarkan rencana kerja pemerintah untuk menuntaskan kasus ini.Pemerintah bahkan juga menyatakan menghormati dan meneruskankebijakan pemerintahan sebelumnya terkait BLBI, termasuk pelaksanaanInpres No. 8/2002 tentang ..

Oleh karena itulah, kita harus terus menegaskan tuntutan kepadaPresiden/pemerintah, DPR, institusi, dan aparat hukum terkait untukbersungguh-sungguhmelakukan upaya penyelesaian kasus BLBI hinggatuntas.Kita juga harus menggugat pertanggungjawaban semua pihak yangterlibat dalam skandal ini, mencakup obligor BLBI, mantan PresidenSoeharto dan keluarganya (yang telah memanfaatkan pengucuran BLBIuntuk menolong kroni-kroninya), mantan Presiden Habibie (yang memulaipenyelesaian kasus BLBI secara ), mantan PresidenAbdurrahman Wahid (yang tidak optimal menjalankan tugasnya dalammengusut skandal BLBI), dan mantan Presiden Megawati (yangmenerbitkan Inpres No. 8 Tahun 2002 tentang ).

Gugatan juga ditujukan kepada BI yang telah menyimpangkan besar-besaran penyaluran dana BLBI, BPPN yang telah mengobral aset negaradengan harga supermurah dan memberikan SKL kepada obligor meski takmelunasi utang-utangnya, serta kepada IMF yang menciptakan skenariobusuk penjarahan negara melalui berbagai resep ekonomi dan tekanan yangdiberikannya kepada pemerintah.

Dalam kaitan itu, sebagai penutup atas uraian skandal BLBI dalam bukuini, kami menuntut pemerintah, DPR, dan institusi penegak hukum untukmelaksanakan 10 langkah sebagai berikut:

deal-deal

once forever

release and discharge

out of court settlement

Release and Discharge

1. Menuntaskan penyelesaian kasus BLBI secara hukummelalui proses yang objektif, berkeadilan, dan berpihak padakepentingan publik, serta di sisi lain bebas dari konspirasi,negosiasi-negosiasi rahasia, politik, danpemboncengan kepentingan-kepentingan tertentu yangmenjadikan para obligor/debitur sebagai objek pemerasanbelaka. Kasus BLBI harus dituntaskan sekali untukselamanya, !

360 Rakyat Menggugat Skandal BLBI/

Page 387: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Pemerintah dan DPR harus menjaga diri, aparatnya, dan semuapihak terkait dari sikap KKN yang memanfaatkan kasus BLBIuntuk kepentingan picik semata (demi uang), sehinggapenyelesaian kasusnya terombang-ambing dalam perangkapketidakpastian hukum.

release anddischarge

Inpres No. 8 Tahun 2002 tentang selama inimenjadi hambatan bagi dilakukannya pengusutan tuntas terhadappelanggaran hukum yang dilakukan obligor BLBI. Pemerintah jugaharus meninjau ulang MSAA, MRNIA, APU, pemberianSKL/SKPK, dan kebijakan lain terkait penyelesaian kasus BLBIyang hanya menguntungkan obligor secara sepihak.

Diantara dosa besar yang harus dipertanggungjawabkan IMF ituadalah memaksakan pengucuran obligasi rekap ratusan triliunrupiah kepada perbankan, mendesak divestasi saham pemerintah dibank-bank rekap dalam waktu singkat (sehingga harga jualnyasangat rendah), dan penutupan 16 bank tanpa persiapan (sehinggamemicu terjadinya krisis perbankan). Termasuk pula, keterlibatanoknumnya dalam konspirasi pembelian aset perbankan denganharga murah.

2. Mencabut Inpres No. 8 Tahun 2002 tentangdan meninjau ulang seluruh perangkat kebijakan

lainnya terkait penyelesaian kewajiban BLBI yang tidak adildan hanya memberi keuntungan sepihak bagi obligor.

3. Menuntut IMF untuk bertanggung jawab atas manipulasidan tekanan yang dilakukannya terhadap PemerintahIndonesia di saat krisis, sehingga menyebabkan lahirnyaberbagai kebijakan yang justru menghancurkan sendi-sendiperekonomian Indonesia.

4. Menciptakan terobosan untuk mempercepat prosespenyelesaian kasus BLBI dengan membentuk PengadilanAd Hoc dan menerbitkan PP atau Perpu yang mengaturpemberlakuan asas pembuktian terbalik bagi pelakukorupsi.

release and discharge

Rakyat Menggugat Skandal BLBI 361/

Page 388: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kasus-kasus korupsi BLBI dapat disidangkan secara khususmelalui Pengadilan Ad Hoc untuk mempercepat pengungkapandan penyelesaian kasus ini. Para pengemplang BLBI, yang kinimasih berlindung di balik berbagai celah hukum, juga perlu dijeratdengan asas pembuktian terbalik.

Pelaku-pelaku korupsi BLBI harus diseret ke pengadilan agar adakeputusan hukum yang tegas dan jelas tentang status mereka.Proses penyelesaian di tingkat perdata selama ini tidak bolehmenghapus aspek tindak pidana yang dilakukan para obligor dalammenyalahgunakan BLBI ketika terjadi krisis.

Hal ini wajar dilakukan, terutama kepada mereka yang dengansengaja mangkir, untuk menjamin kembalinya uang negara yangtelah mereka nikmati. Apalagi, sejumlah obligor kini diketahui telahberhasil menjadi orang-orang terkaya di Indonesia.

Pengusutan harus dilakukan setuntas-tuntasnya kepada semuapejabat negara yang terlibat, mencakup pemerintah, BPPN,maupun BI, sehingga masing-masing pihak dapat dituntutpertanggungjawabannya sesuai dengan porsi kesalahan yangdilakukan.

Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan menuntut kekuranganpembayaran sejumlah obligor BLBI yang nilai asetnya ternyata jauh

5. Mendesak Jaksa Agung agar segera menuntaskan skandalkorupsi BLBI dan menyeret pelaku-pelakunya ke pengadilansesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

6. Menyita aset dan kekayaan obligor yang hingga kini tidakmenyelesaikan kewajibannya.

7. Mengusut tuntas dan mengadili semua pejabat negara yangterlibat dalam berbagai penyimpangan yang terjadi dalamkasus BLBI, mulai dari pembuatan kebijakan, pelaksanaanpengucuran, hingga penggunaan BLBI.

8. Mengupayakan seoptimal mungkin pengembalian uangnegara yang telah terkucur melalui BLBI dan berbagaikebijakan penggelontoran uang negara lainnya ke sektorperbankan di saat krisis.

362 Rakyat Menggugat Skandal BLBI/

Page 389: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

lebih rendah dari nilai aset yang tercantum ketika aset itudiserahkan.

Mengingat pengucuran obligasi rekap merupakan kebijakandarurat untuk menyelamatkan bank di saat krisis, maka, setelahkrisis berlalu dan bank pun telah meraup laba, tidak selayaknya bankterus menikmati penghasilan cuma-cuma tiap tahun melaluipembayaran bunga obligasi rekap. Apalagi, sebagian dari bank-bank tersebut telah dikuasai asing atau pengusaha swasta yangmembelinya secara konspiratif dan berkolaborasi dengan IMF.

Pemerintah harus menghentikan proses divestasi atas saham-sahamnya di bank-bank rekap, kecuali dengan harga jual yangsebanding dengan obligasi rekap yang telah dikucurkan atauobligasi rekap tersebut telah berhasil ditarik keluar seluruhnya olehpemerintah.

Secara khusus, kami pun menghimbau para obligor untukmenggunakan hati nuraninya dan mempertanggungjawabkan perbuatannyasecara hukum serta mengembalikan uang negara yang telah dinikmatinyakepada pemerintah. Berhentilah membebani rakyat Indonesia denganpembayaran kewajiban utang yang bahkan tidak sedikitpun mereka rasakan!!

Disamping itu, kami menuntut pemerintah untuk membuka mata ataskondisi kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat Indonesia saatini dengan melahirkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada rakyatmiskin, seperti antara lain:

Melaksanakan program pembangunan ekonomi, sosial, dan politiksecara nyata, terencana, komprehensif dan berkesinambunganuntuk memberdayakan dan mengangkat derajat hidup masyarakatmiskin, termasuk di dalamnya menciptakan kesempatan kerja dan

9. Melakukan upaya untuk menghentikan pemberian subsidibagi pihak perbankan melalui penghentian pembayaranbunga obligasi rekap.

10. Menghentikan divestasi saham-saham pemerintah padabank-bank rekap, sampai obligasi rekap yang berada padabank bersangkutan berhasil ditarik seluruhnya olehpemerintah.

Rakyat Menggugat Skandal BLBI 363/

Page 390: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

kemudahan berusaha seluas-luasnya bagi kelompok masyarakatkecil

Membuat kebijakan anggaran yang berpihak pada rakyat miskin,seperti memprioritaskan alokasi anggaran untuk memenuhikebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat (khususnya pendidikan,kesehatan, dan subsidi penggunaan energi) sesuai dengan amanatUUD 1945

Menetapkan kriteria kemiskinan secara layak dan proporsional, dantidak merendah-rendahkan standar kemiskinan hanya untukmengakali angka kemiskinan sesungguhnya yang telah demikianterpuruk

Merevisi atau bahkan mencabut berbagai kebijakan, undang-undang dan peraturan yang baik secara langsung maupun tidaklangsung menjadi sumber pemiskinan, termasuk berbagai kebijakanyang berpihak pada kepentingan pemodal

Pemerintah juga harus mampu mempraktikkan keteladanan di depanrakyatnya dengan tampil secara sederhana, menjauhkan diri dari berbagaimacam seremoni yang menghambur-hamburkan uang negara, sertamenunjukkan komitmen tinggi untuk bekerja keras demi kepentinganrakyat banyak. Hanya dengan demikian, rakyat Indonesia dapat yakin bahwapemimpinnya berpihak dan berdiri bersama mereka, dan bukannya terusmelayani kepentingan para konglomerat dan pemilik modal, baik orang,lembaga-lembaga maupun negara asing.

Pada akhirnya, kita ingatkan kembali bahwa skandal penyelewenganBLBI dan obligasi rekap telah menimbulkan persoalan besar berupaketidakadilan dan ketimpangan distribusi APBN secara berkepanjangan.Untuk itu, semua orang yang mengaku beriman sudah sepantasnyamelakukan perbuatan konkret melawan ketidakadilan, kezaliman, danpenindasan yang sangat keji ini. Mereka yang berdiam diri, serta bahkan disaat yang sama justru menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentinganpribadi dan golongannya, jelas bukan orang yang pantas menyandangpredikat tersebut!

364 Rakyat Menggugat Skandal BLBI/

Page 391: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Lampiran 1

Skema Pejabat Pemerintah yang Bertugas Pada RangkaianKebijakan terkait BLBI

Rakyat Menggugat Skandal BLBI 365/

Sumber: Laporan BPK No.34G/XII11/2006

Page 392: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Lampiran 2

Surat Pengajuan Interpelasi Anggota DPR RI

366 Rakyat Menggugat Skandal BLBI/

Jakarta, 18 September 2007

Dengan Hormat,

Mencermati permasalahan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dan Bantuan

Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), negara telah melakukan investasi/danal ebih dari

Rp. 702,5 triliun yang hingga saat ini belum memperlihatkan upaya penyelesaian yang

efektif.

Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah melalui Badan Penyehatan Perbankan

Nasional (BPPN) dengan cara menandatangani kesepakatan yaitu MSAA

, MRNIA

APU sebagai mekanisme penyelesaian masalah KLBI dan

BLBI justru menambah beban utang negara didalam APBN sebesar Rp 50-60 triliun

per tahun yang diperkirakan berakhir hingga 2033. Padahal pada saat yang sama

rakyat masih menghadapi berbagai kesulitan untuk memenuhi berbagai kebutuhan

primernya. Apabila dana sebesar itu dialokasikan untuk program-program :

pengentasan kemiskinan melalui pembangunan sarana dan prasarana pedesaan,

pendidikan dan kesehatan bagi rakyat, tentu jutaan rakyat miskin akan dapat

meningkat kesejahteraannya.

Berdasarkan pengamatan tersebut di atas dan sebagai bagian dari komitmen

kabangsaan dan kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia serta demi

kewajiban dan tanggung jawab atas tugas, fungsi dan sumpah sebagai wakil rakyat,

maka dengan ini kami mengajukan interpelasi sebagai salah satu hak yang dimiliki

olehAnggota Dewan.

Terlampir nama-nama dan tanda tangan hak interpelasi kami sampaikan, atas

perhatian, kerja sama dan dukungan semua pihak disampaikan terima kasih.

Hormat kami,

Kepada Yth.

Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia

Jakarta

Perihal : Pengajuan Hak Interpelasi

Para Interpelator.

(Master

Settlement and Acquisition Agreement) (Master Refinancing and Note

Issuance Agreement),

Page 393: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Rakyat Menggugat Skandal BLBI 367/

HAK INTERPELASI ANGGOTA DPR-RI TERHADAP

PENYELESAIAN KASUS KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA

DAN BANTUAN LIKUIDITAS BANK INDONESIA

Pimpinan dan rekan-rekanAnggota DPR-RI yang kami hormati,

Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)

Rp 138,4 triliun atau 95,78%

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua

overhead

adalah skema bantuan berupa pinjaman

yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas

pada saat terjadinya krisis ekonomi 1997/1998 di Indonesia. Skema ini tidak lepas dari

resep IMF dalam mengatasi krisis ekonomi.

Untuk mengatasi krisis ekonomi tersebut, khususnya melalui program penyehatan

parbankan, negara telah mengeluarkan investasi/dana yang setidaknya berjumlah Rp

702,5 triliun. Investasi ini terdiri dari BLBI senilai Rp 144,5 triliun, obligasi rekapitalisasi

perbankan Rp 425,5 triliun, program penjaminan Rp 73,8 triliun, dana talangan Rp 4,9

triliun dan dana rekening 502 Rp 53,8 triliun. Obligasi rekapitalisasi tersebut termasuk

untuk bank-bank BUMN Rp 280 triliun dan bank-bank swasta Rp 145,5 triliun.

Berdasarkan audit investigasi BPK pada tahun 2000, Bank Indonesia telah

menyalurkan investasi/dana BLBI kepada 48 bank per 29 Januari 1999 sebesar Rp

144,5 triliun. Terhadap investasi/dana BLBI tersebut BPK menemukan

penyimpangan, kelemahan sistem dan kelalaian yang menimbulkan potensi kerugian

negara sebesar dari total jumlah BLBI yang telah

disalurkan (posisi 29 Januari 1999). Disamping penyimpangan penyaluran juga

ditemukan penyimpangan penggunaan BLBI, antara lain digunakan untuk melunasi

pinjaman subordinasi, melunasi kewajiban pembayaran bank umum yang tidak dapat

dibuktikan kebenarannya, membayar kewajiban kepada pihak-pihak terkait, transaksi

surat berharga, melunasi dana pihak ketiga yang melanggar ketentuan, membiayai

kontrak derivatif baru, membiayai ekspansi kredit, membiayai investasi dalam aktiva

tetap dan membiayai bank umum.

Potensi penyimpangan uang negara ratusan triliun rupiah tersebut menyisakan

persoalan pertanggungjawaban yang tidak jelas. Potensi penyimpangan tersebut

memperlihatkan kuatnya indikasi pelanggaran tindak pidana dan atau perbuatan yang

merugikan keuangan negara. Namun patut disesalkan karena hingga saat ini kasus

BLBI belum dapat diselesaikan secara tuntas. Upaya hukum yang telah dilakukan

hanya setengah hati. Rakyat yang tidak tahu sebab-akibat kasus BLBI harus menuai

getirnya menanggung beban pembayaran melalui APBN, sementara orang yang

diduga melakukan penyimpangan masih bebas berkeliaran bahkan membawa

jarahannya kabur ke luar negeri.

Page 394: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

368 Rakyat Menggugat Skandal BLBI/

Beban tersebut masih belum termasuk beban yang muncul sebagai akibat dari

pemberian Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) di masa lalu, baik dalam bentuk

KLBI program pangan melalui Bulog maupun KLBI yang disalurkan melalui bank-bank

BUMN. Masalah tersebut hingga saat ini masih belum jelas duduk perkara dan

pertanggungjawaban publiknya. Penjarahan uang rakyat melalui institusi perbankan

seperti , pelanggaran BMPK, penyimpangan BLBI dan KLBI merupakan

kejahatan perbankan yang justru harus dibayar mahal oleh rakyat miskin sekalipun

melaluiAPBN.

Demi keadilan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana

diamanatkan dalam sila ke-5 dari Pancasila :

sebagai tanggung jawab kolektif bagi setiap warga negara, atas nama

bangsa dan seluruh rakyat Indonesia, sebagai representasi elemen dan institusi

demokrasi, kami merasa terpanggil untuk mengajukan interpelasi sesuai dengan

prinsip-prinsip konstitusi, diharapkan pengajuan hak interpelasi dapat menguraikan

benang kusut yang ada sekaligus menuntaskan permasalahan-permasalahan yang

tidak kunjung selesai, menolak ketidakadilan yang dibuat oleh segelintir warga negara

yang rakus dan tidak berperikemanusiaan, sesuai

dengan prinsip-prinsip konstitusi sebagai berikut

1. UUD Negara RI tahun 1945, Pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia

adalah Negara hukum, maka tak satupun pelanggaran hukum yang dapat

lulus dari jeratan hukum.

2. UUD Negara RI tahun 1945 Pasal 23 ayat (1) bahwa APBN sebagai wujud

dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan

undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

3. UUD Negara RI tahun 1945 Pasal 23E ayat (2) Hasil Pemeriksaan

Keuangan Negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan

kewenangannya; ayat (3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindak lanjuti oleh

Lembaga Perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.

4. UUD Negara RI tahun 1945 Pasal 27 ayat (1) bahwa setiap warga negara

bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan itu dengan

tidak ada kecualinya.

5. UUD Negara RI tahun 1945 Pasal 28D bahwa setiap orang berhak atas

pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan yang sama di hadapan hukum.

mark up

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia,

mengajukan hak interpelasi

:

I. DASAR HUKUM

Page 395: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Rakyat Menggugat Skandal BLBI 369/

6. UUD Negara RI tahun 1945 Pasal 33 ayat (4) Perekonomian nasional

diselenggarakan berdasar atas dasar demokrasi ekonomi dengan prinsip

kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan

dan kesatuan ekonomi nasional.

7. Ketetapan MPR-RI Nomor VIII/MPR RI/2001 tentang Rekomendasi Arah

Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme.

8. Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR RI/2001 tentang Laporan Pelaksanaan

Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh

Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2001.

9. Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR RI/2002 tantang Rekomendasi Atas

Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, MA

pada sidang tahunan MPR RI tahun 2002.

10. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR RI/2003.

11. Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan

Nasional.

12. Undang-undang No.10 Tahun 1998, Pasal 37A ayat (3) menyebutkan:

bahwa dalam melaksanakan program penyehatan terhadap bank-bank,

badan khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai

kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) serta

wewenang lain yaitu huruf (a) s/d huruf (n).

13. Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi jo. UU No. 20 Tahun 2001. Pasal 4 Undang-undang No. 31 Tahun

1999 secara tegas menyebutkan bahwa “Pengembalian kerugian

keuangan negara atau perekonomian negara tidak menghapuskan

dipidananya pelaku tindak pidana.” UU No. 31 tahun 1999.

14. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1999 tentang Badan Penyehatan

Perbankan Nasional (BPPN). Merupakan landasan hukum bagi BPPN

untuk mencegah kerusakan sektor ekonomi yang lebih buruk dengan

menjalankan fungsi penyehatan perbankan dan mengelola aset perbankan

bermasalah.

15. Instruksi Presiden No. 8/2002 tentang Pemberian Jaminan Kepastian

Hukum kepada Debitur yang telah Menyelesaikan Kewajibannya atau

Tindakan Hukum kepada Debitur yang belum menyelesaikan

Kewajibannya Berdasarkan Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham

(PKPS).

Page 396: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

370 Rakyat Menggugat Skandal BLBI/

II. PERATURAN TATATERTIB DPR-RI TENTANG HAK INTERPELASI, PASAL 171 :

Bahwa prasyarat untuk mengajukan hak interpelasi bagi anggota DPR RI

adalah sekurang-kurangnya 13 orang Anggota sudah dapat mengajukan usul

kepada DPR RI untuk menggunakan hak interpelasi tentang kebijakan

Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan

masyarakat dan bernegara.

Realitas sosial yang ditimbulkan oleh kasus KLBI dan BLBI merupakan salah

satu faktor yang menimbulkan dampak negatif terhadap struktur dan pranata

sosial bangsa kita. APBN yang seharusnya untuk memperbaiki kualitas hidup

rakyat justru menjadi beban dan tanggungan rakyat melalui subsidi

pemerintah kepada obligor BLBI. Trend meningkatnya rakyat hidup miskin,

timbulnya kecemburuan, kesenjangan, dan ketidakadilan sosial merupakan

gambaran, begitu rapuh, resisten, dan lemahnya kualitas hidup berbangsa

dan bernegara yang selama ini menjadi pengikat kita menjadi satu bangsa

dengan cita-cita besar. Masyarakat kembali harus bersabar, menunggu dan

menunda menikmati pembangunan sarana dan prasarana, pendidikan dan

kesehatan gratis.

Dari sisi sustainabilitas anggaran, pengeluaran untuk menyehatkan

perbankan tersebut telah menimbulkan tambahan beban fiskal berupa bunga

surat utang negara sekitar Rp 50-60 triliun per tahun, dan dipertanyakan

sampai kapan hal ini berakhir menjadi beban negara.

Dari sisi pemerataan ekonomi dan pembangunan, seharusnya beban bunga

tersebut dapat digunakan untuk membiayai program pengentasan

kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Beban fiskal yang harus dibayar

tersebut juga merupakan pengalihan dana yang seharusnya dapat

dimanfaatkan untuk mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Selain itu, langkah penyelesaian program penyehatan perbankan telah

mengakibatkan berpindahnya kepemilikan perusahaan/aset nasional kepada

pihak asing. Sebagai contoh, enam dari 10 bank terbesar di Indonesia

kepemilikan mayoritasnya sudah berada di pihak asing, sehingga proses

intermediasi perbankan menjadi tidak maksimal dalam mendorong

pertumbuhan sektor riil.

III. ASPEK SOSIAL-BUDAYA

IV. ASPEK EKONOMI

Page 397: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Rakyat Menggugat Skandal BLBI 371/

V. ASPEK HUKUM

Secara Hukum Pidana, pada azasnya barang siapa yang terbukti bersalah

melakukan kejahatan harus dijatuhi hukuman-

Pelanggaran BMPK merupakan pelanggaran Undang-undang No. 10 tahun 1998

tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan,

yang dijabarkan dalam peraturan-peraturan Bank Indonesia. Di dalam ketentuan

hukum tersebut mengenai pelanggaran BMPK bukan ketentuan pidana secara

umum. Hal ini sesuai dengan azas hukum yang menyatakan ketentuan yang

khusus mengenyampingkan yang umum . Meskipun

kerugian korban telah disubstitusi, unsur pidananya tetap harus diselesaikan

secara hukum.

Pelanggaran BMPK dan berbagai penyelewengan perbankan yang dilakukan

oleh para pemilik bank, termasuk oleh apa yang disebut ,

serta kesalahan pengawasan oleh otoritas pengawas perbankan adalah

merupakan bentuk kejahatan perbankan. Padahal, Undang-undang Nomor 10

tahun 1998 memberikan ancaman hukuman penjara paling lama 15 tahun.dan

denda paling banyak Rp 200 milyar terhadap tindak pidana perbankan. Ternyata

Undang-undang tersebut belum dilaksanakan secara konsisten.

Permasalahan pelanggaran BMPK diatur lebih lanjut dalam Surat Keputusan

Direksi Bank Indonesia No. 31/177/Kep/Dir, pada tanggal 31 Desember 1998.

Keputusan Direksi ini mengatur bahwa suatu bank wajib menyusun dan

menyampaikan rencana penyelesaian masing-masing untuk

pelanggaran dan/atau pelampauan BMPK, apabila tersebut tidak

dilaksanakan maka bank tersebut dapat dikenai sanksi administratif dan sanksi

pidana.

Upaya menindak para obligor KLBI dan BLBI hingga saat ini masih terkendala

oleh lemahnya penegakan hukum. Aparat penegak hukum pun tidak berdaya

untuk memproses hingga ke pengadilan, apalagi dengan maraknya praktek

mafia peradilan. Tindakan para obligor yang merugikan keuangan negara

semestinya juga dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana korupsi. Undang-

undang No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang

telah direvisi menjadi UU No. 31 Tahun 1999 berisi klausul ancaman yang sangat

berat bagi pelaku kejahatan korupsi. Apabila implikasi korupsi menimbulkan

kerugian sedemikian besar dan literal dalam kehidupan masyarakat, maka

pelakunya memungkinkan diancam hukuman mati. Proses pidana harus

dijalankan terhadap koruptor dan pelaku KKN yang telah mengeruk uang negara.

Masalah BLBI perlu dilihat sebagai suatu kejadian yang berkesinambungan yang

telah terjadi sejak 10 tahun yang lalu dan dilaksanakan oleh Pemerintah dari

Presiden Soeharto sampai sekarang dan juga telah melibatkan MPR, DPR, BPK,

dan MA.

geen straf zonder shculd.

lex generalis lex specialis

(action plan)

action plan

konglomerat hitam

Page 398: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

372 Rakyat Menggugat Skandal BLBI/

Melalui pendekatan pemerintah melaksanakan program

Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham (PKPS) dalam bentuk MSAA,

MRNIA, dan APU. Sesuai audit BPK tentang Hasil Pemeriksaan Penyelesaian

Kewajiban

Pemegang Saham, No. 34G/XII/11/2006 tanggal 30 November 2006, PKPS

dilaksanakan berdasarkan beberapa dasar hukum sebagai berikut.

Pada tahun 1998, dikeluarkan Keputusan Presiden No. 34 tahun 1998 tentang

Tugas dan Kewenangan BPPN. Sejak tahun 1999, program PKPS didasarkan

pada kewenangan yang dimiliki oleh BPPN dalam PP 17/1999.

Selanjutnya, Undang-undang No. 25 tahun 2000 tentang Program

Pembangunan Nasional (UU Propenas) yang antara lain menyebutkan: (i)

pemberian insentif bagi debitur yang belum menandatangani MSAA. (ii)

pengenaan penalti bagi debitur yang tidak menandatangani MSAA atau cidera

janji. (iii) pemberian jaminan kepastian hukum bagi debitur yang menandatangani

MSAA. Sementara itu, Ketetapan MPR RI No. X/MPR/2001, menetapkan bahwa

pemerintah perlu konsisten melaksanakan MSAAdan MRNIA.

Pelaksanaan program PKPS tersebut kemudian berlanjut dengan pemberian

Surat Keterangan Lunas (SKL) oleh BPPN kepada 21 obligor, yang didasarkan

pada Inpres 8/2002. SKL ini oleh sebagian kalangan dianggap sebagai kepastian

hukum bagi para obligor yang sudah memperoleh SKL. Argumennya adalah SKL

tersebut merupakan produk hukum dari sebuah pemerintahan yang sah.

Sebagian kalangan memandang SKL tersebut tidak dapat mensubstitusi secara

hukum, apabila terdapat unsur perbuatan pidana yang dilakukan oleh obligor.

Argumennya adalah pengembalian aset negara tidak menghapuskan unsur

tindak pidananya.

Keputusan Mahkamah Agung No. 03 G/Hum/2003 tentang Wewenang Presiden

Memberikan Kepastian Hukum Kepada Obligor BLBI Yang Telah Menyelesaikan

Kewajibannya Dan Meneruskan Proses Hukum Yang Belum Menyelesaikan

Kewajibannya.

Perlu dicatat bahwa, audit BPK No. 34G/XII/11/2006 tersebut juga menyebutkan

bahwa SKL dapat ditinjau kembali, diperbaiki dan atau disempurnakan apabila

ditemukan terdapat kekeliruan dan atau kesalahan di dalam pembuatan SKL.

Selain obligor yang memperoleh SKL, terdapat juga obligor yang: (i) dianggap

selesai tetapi tidak memperoleh SKL, (ii) tidak memperoleh SKL, (iii) tidak selesai

PKPS-nya, (iv) dialihkan ke Tim Pemberesan BPPN, (v) sedang dalam

penyelidikan KejaksaanAgung, dan (vi) masih menunggu Keputusan Mahkamah

Agung. Terhadap obligor-obligor tersebut hingga kini tidak jelas langkah

penyelesaian yang diambil oleh pemerintah.

out-of-court settlement,

Page 399: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Rakyat Menggugat Skandal BLBI 373/

Mengingat beban negara sebagai akibat program penyehatan perbankan akan

terus ditanggung negara dalam jangka waktu yang sangat panjang, DPR

berpandangan perlu adanya terobosan hukum untuk menyelesaikan masalah ini

dalam waktu sesegera mungkin. Selain itu terdapat inkonsistensi hukum dalam

proses penyelesaian PKPS. Apalagi selama ini terdapat inkonsistensi hukum

dalam proses penyelesaian PKPS tersebut. Sebagai misal, terdapat obligor yang

belum tuntas meyelesaikan kewajibannya, namun sama sekali tidak dilakukan

proses penegakan hukum terhadapnya. Seyogyanya pemerintah perlu

memberikan perhatian kepada upaya penegakan hukum.

DPR RI sebagai Lembaga Perwakilan Rakyat, sesuai kewenangan konstitusionalnya

berhak meminta penjelasan kepada Presiden RI melalui penggunaan hak interpelasi

sebagai berikut:

(1) Bagaimana sikap politik dan hukum pemerintah terhadap kebijakan dan

implementasi kebijakan dalam penyelesaian kewajiban pemegang saham yang

meliputi kasus-kasus KLBI, BLBI, rekapitalisasi perbankan dan seluruh rangkaian

program penyehatan perbankan, termasuk program penjaminan dan dana

talangan?

(2) Apa sikap pemerintah terhadap obligor yang belum memenuhi kewajibannya

kepada negara atau apa yang disebut konglomerat hitam ?

(3) Sejauhmana konsistensi, perkembangan dan hasil penegakan hukum bagi para

obligor yang dilakukan oleh pemerintah? Langkah hukum apa yang sedang dan

akan diambil oleh pemerintah terhadap para obligor, dirinci berdasarkan nama

dan bank /perusahaannya ? Sejauh mana kemajuan penanganan obligor yang

belum menuntaskan kewajibannya, sebagaimana audit BPK di atas?

(4) Berapa seharusnya uang negara yang wajib dikembalikan oleh para obligor?

Bagaimana realisasi pengembalian uang negara berdasarkan program PKPS,

mengingat telah dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 8/2002?

(5) Bagaimana tanggung jawab pemerintah terhadap rakyat dengan memberi

fasilitas yang berlebihan atau mengampuni para obligor tanpa melalui proses

hukum?

(6) Bagaimana strategi pemerintah dalam mengembalikan potensi kerugian negara

sebesar Rp 138,4 triliun dana eks-BLBI sesuai audit BPK tahun 2000?

(7) Berapa sesungguhnya jumlah utang negara terkait dengan program KLBI, BLBI

dan seluruh rangkaian penyehatan perbankan? Apakah bunga yang dibebankan

kepada APBN sebesar kira-kira Rp 50-60 triliun tersebut benar-benar utang

negara atau utang swasta yang diambil alih oleh negara ? Berapa lama lagi utang

ini harus ditanggung oleh negara ?

Page 400: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

(8) Apakah upaya Pemerintah dalam menyelesaikan utang-utang tersebut?

Diharapkan pemerintah memaparkan upaya penegakan hukum terhadap

pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.

(9) Apakah pemerintah sependapat bahwa kasus KLBI, BLBI, dan seluruh rangkaian

program penyehatan perbankan harus tuntas 100% sebelum akhir Agustus

2008?

(10) Bagaimana pendapat Pemerintah terhadap Inpres No. 8/2002 tentang

Pemberian Jaminan Kepastian Hukum Kepada Debitur yang telah

Menyelesaikan Kewajibannya atau Tindakan Hukum kepada Debitur Yang

Belum Menyelesaikan Kewajibannya Berdasarkan Penyelesaian Kewajiban

Pemegang Saham (PKPS), yang telah mendapat kekuatan hukum dari

MahkamahAgung?

Demikian hak interpelasi ini kami ajukan sebagai bentuk kepedulian dan empati kami

terhadap rakyat yang mengalami ketidakadilan dan kesengsaraan yang nyata.

Jakarta, 18 September 2007

Wassalammu'alaikum Wr. Wb.

Kami Para Pengusul (terlampir).

374 Rakyat Menggugat Skandal BLBI/

Page 401: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Referensi

Buku

Arief, Sritua, Yogyakarta, Cet. I, Resist

Book, 2006.

Atraiyyah, Hamdar, Cet I, Pustaka

Pelajar, 2007.

Baswir, Revrisond, Cet, I, Pustaka Pelajar,

2006.

Baswir, Revrisond et.al., , Cetakan Pertama, Jakarta, Elsam

April 2003.

Danaher, Kevin, , Yogyakarta, CPRC, 2005.

Furubotn, Eirik dan Rudolf Richter. 2000.

. The University of Michigan Press.

Ann Arbor. USA

Gie, Kwik K.,

Edisi III.

_______, Cet.I, Jakarta, Kompas,

2006.

Negeri Terjajah Menyingkap Ilusi Kemerdekaan,

Meneropong Kemiskinan Telaah Perspektif Al Quran,

Mafia Berkeley dan Krisis Ekonomi Indonesia,

Terjajah di Negeri Sendiri

10 Alasan Bubarkan IMF dan Bank Dunia

Institutions and Economic Theory: The

Contribution of the New Institutional Economics

Pemberantasan Korupsi untuk Memperoleh Kemandirian, Kemakmuran,

Kesejahteraan dan Keadilan,

Kebijakan Ekonomi Politik dan Hilangnya Nalar,

375/

Page 402: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

_______, Pikiran Yang Terkorupsi, Cet.1, Jakarta, Kompas, 2006

Hadi, Syamsul et.al., , Jakarta, Granit, 2004.

Khor, Martin, Yogyakarta, CPRC, 2002.

Khudori, Cet.I Yogyakarta, Resist Book, 2005.

Mintorahardjo, Sukowaluyo,

Cet. I, Riset-Riset Ekonomi Sosial Indonesia, 2001.

Mubyarto, , Pustep, UGM, 2005.

Nasution, Anwar. 2002. The Indonesian Economic Recovery From The Crisis in

1997 1998. . 13: 157 180

Pincus, Jonathan R. & Jeffrey A. Winters, Jakarta

Djambatan 2004.

Rao, J. Mohan et.al.,

Jakarta, Cet.I, INFID, 2003.

Scabrook, Jeremy,

Yogyakarta, Cet.I, Resist Book, 2006

Subagja, Guntur et.al., , Jakarta, Global Mahardika Netama,

2002.

Subagja, Guntur, , x-Biz,

Jakarta, 2000

Winters, Jeffrey A., , Jakarta, Djambatan, 1999.

Batunanggar, 2. 2006. . Paper yang versi

singkatnya sudah dipublikasikan di Investor Daily. 2 Februari

Hasil Pemeriksaan Penjualan Aset Eks Pemegang Saham Bank dalam Rangka

Pemeriksaan Atas Laporan Pelaksanaan Tugas BPPN, BPK, Jakarta, 2006.

Laporan BPK Nomor : 34G/XII/11/2006 Tanggal 30 Nopember 2006

Laporan BPK Nomor : 06/01/Auditama II/AI/VII/2000 Tanggal 31 Juli 2000

Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF

Globalisasi Perangkap Negara-Negara Selatan,

Lapar: Negeri Salah Urus!,

BLBI Simalakama Pertaruhan Kekuasaan Presiden

Soeharto,

Ekonomi Terjajah

Journal of Asian Economics

Membongkar Bank Dunia, ,

Arbitrase Utang Penyelesaian Menyeluruh Masalah Utang Luar Negeri

Indonesia,

Kemiskinan Global Kegagalan Model Ekonomi Neoliberalisme,

Mari Menjual Negara

Politik & BLBI : Kumpulan Artikel Pengamat dan Wartawan

Dosa-Dosa Politik Orde Baru

Fasilitas Pembiayaan Darurat vs BLBI

Laporan

376 /

Page 403: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Yuntho, Emerson dan Muji Rahayu. 2006. . Position

Paper. Indonesia Coruption Watch. Jakarta

Zulverdi, Doddy, . 2007. Bank Portofolio Model and Monetary Policy in

Indonesia. . 18: 158 - 174

“Indonesia's 40 Richest” , December 24, 2007.

, “Kolaborasi BK-KPK Bongkar Perkara”, 29 November-5 Desember 2007.

, ”150 Wealthiest Indonesiaans”, 7 Agustus 2007.

“Kasus BLBI Perburuk Citra Indonesia”, 25 Juli 2007.

Edisi 5 11 Maret 2007

, ”Dana Antikemiskinan 2008 Naik”, 06 Agustus 2007.

”Tim Antikemiskinan Janjikan Perbaikan”, 09 Agustus 2007.

”Masalah BLBI atau Kehancuran Keuangan Negara” 11 September

2007.

” Skandal BLBI Masih Misteri”, 21 Mei 2007.

” Babak Baru Penanganan Korupsi BLBI”, 29 Juni 2007.

”Makin Serius Bidik BLBI” 31 juli 2007.

”Lagi, Kejagung Periksa Mantan Pejabat BPPN”, 31 Agustus 2007.

”Kemiskinan, Konflik, dan Perdamaian Global”, 24 September 2007.

”SP3 Soedrajad Bisa Dibatalkan”, 15 November 2007.

”Ditekan IMF, BCA Dijual Murah” 12 Desember 2007.

”Disiapkan, Jerat Baru Pengemplang BLBI ”, 08 Maret 2007.

”Penyelesaian BLBI Berlanjut”, 22 Maret 2007.

Penyelesaian Hukum Kasus BLBI

et. al

Journal of Asian Economics

Forbes Asia,

Gatra

Globe Asia

Tempo,

Tempo,

Bisnis Indonesia

Bisnis Indonesia,

Bisnis Indonesia, ,

Indopos,

Indopos,

Indopos, ,

Indopos,

Indopos,

Indopos,

Indopos,

Investor Daily,

Investor Daily,

Majalah

Surat Kabar

377/

Page 404: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Investor Daily,

Investor Daily,

Investor Daily,

Investor Daily,

Investor Daily,

Investor Daily,

Investor Daily ,

Investor Daily ,

Investor Daily ,

Investor Daily,

Investor Daily

Investor Daily,

Investor Daily,

Investor Daily,

Investor Daily,

Investor Daily,

Investor Daily

Investor Daily,

Investor Daily, ”

Investor Daily

Investor Daily,

Investor Daily,

”BPK dan DPR Desak Pemerintah Tuntaskan BLBI”, 03 April 2007.

”Buron BLBI beli Aset di Singapura Rp 1,5 T”, 17 April 2007.

”Keluarga Hendra Rahardja Bangun Kerajaan Bisnis di Hong Kong”,

26 April 2007.

”Ahli Waris Hendra Rahardja Akan Diselidiki”, 27 April 2007.

”Aset Koruptor Pasti Kembali”, 28-29 April 2007.

”PU Anggarkan Rp 1,9 T untuk Atasi Kemiskinan”, 28-29 April 2007.

”Perjanjian RI-Singapura Percepat Penyelesaian BLBI”, 05-06 Mei

2007.

”Jangan Sampai Ada Skenario Pengalihan Kasus BLBI”, 26 Mei 2007.

”Kasus Anthony Salim Diusulkan Masuk Panja”, 29 Mei 2007.

”DPR Panggil Penilai Independen Tentukan BLBI”, 29 Mei 2007.

, ”DPR Bentuk Panja BLBI Tangani 8 Obligor”, 21 Juni 2007.

”Jaksa Agung Prioritaskan Pengusutan Tiga Kasus BLBI”, 29 Juni

2007.

”Pendidikan Murah Masih Impian”, 22 Juli 2007.

”BPK Siapkan Data BLBI Untuk Kejakgung”, 26 Juli 2007.

”Papua Daerah Termiskin”, 04-05 Agustus 2007.

”Nyali Menyelesaikan BLBI”, 07 Agustus 2007.

, “Peluang Menggugat IMF”, 08 Agustus 2007.

”ADB: Kesenjangan Kaya-Miskin Kian Lebar”, 09 Agustus 2007.

Rumah Bagi Rakyat Miskin”, 24 Agustus 2007.

, “Australia Akan Ekstradisi Dua Terpidana BLBI”, 25-26 Agustus

2007.

”Arwin Rasyid Diperiksa Kejagung Kasus BLBI”, 31 Agustus 2007.

“Kwik: Mantan Menko dan Menkeu Terlibat BLBI”, 08 September

2007.

378 /

Page 405: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Investor Daily,

Investor Daily, 22 September 2007.

Investor Daily,

Investor Daily,

Investor Daily,

Investor Daily,

Jawa Pos,

Jurnal Nasional, “ ,

Jurnal Nasional,

Jurnal Nasional,

Jurnal Nasional, “

Jurnal Nasional,

Kompas, ,

Kompas,

Kompas,

Kompas,

Kompas,

Kompas,

Kompas,

Kompas,

Kompas,

Kompas, ,

“Ary Sutha Tak Tahu Perbedaan Aset Obligor BLBI”, 14 September

2007.

“Kemiskinan, Masalah Tiada Akhir”,

“42 Anggota DPR Ajukan Interpelasi BLBI”, 28 September 2007.

“Memangkas Angka Kemiskinan”, 19 Oktober 2007.

”Masalah Kemiskinan Belum Teratasi”, 23 Oktober 2007.

“Penyelesaian Hukum Lebih Jelas, DPR Sepakat Interpelasi BLBI”, 05

Desember 2007.

edisi 31 Januari 2006

Penilaian Aset Obligor BLBI Tidak Konsisten” 20 Juli 2007.

“MoU BPK-Kejagung untuk Buru Koruptor BLBI”, 03 Agustus

2007.

“Kejagung Periksa Kwik dan Bambang Subianto”, 07 September

2007.

Tiga Obligor BLBI Segera Diperiksa”, 30 November 2007.

“DPR Sepakati Interpelasi BLBI”, 05 Desember 2007.

”BPK: Penyelesaian BLBI Untungkan Konglomerat, Bebani APBN” 07

Juni 2003.

”Pemburu Koruptor Sudah Disiapkan”, 04 Juli 2007.

”Ormas Diingatkan Untuk Sesuai Koridor Hukum”, 05 Juli 2007.

” Mimpi dari Permukiman Kumuh”, 13 Juli 2007

” Pemerintah Tidak serius”, 17 Juli 2007

”Tim Khusus Diminta Fokuskan Kasus BLBI”, 18 Juli 2007.

”Jaksa Agung Berjanji Tak Main-Main”, 19 Juli 2007.

Edisi 23 Juli 2007

”Rakyat Miskin Tuntut Akses Pendidikan Murah tetapi Berkualitas”, 30

Agustus 2007.

”Tetapkan Data Penduduk Miskin” 05 September 2007.

379/

Page 406: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Kompas,

Kompas,

Kompas,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca, Group

Neraca,

Neraca

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca, ,

”DPR Setujui Interpelasi”, 05 Desember 2007.

”Pemerintah Akan Menjawab Interpelasi DPR”, 08 Desember 2007

”Anthony Salim Diperiksa”, 07 Desember 2007

“Harus Ada Deadline Buat Kejagung Mengusut Kasus BLBI”, 25

September 2007.

“Kejaksaan Targetkan Penyelesaian Tiga Kasus Kakap BLBI”, 29 Juni 2007.

“Pengusutan Kasus BLBI Jangan Tebang Pilih”, 09 Juli 2007.

“Menunggu Hasil Babak Baru Penyelesaian BLBI”, 23 Juli 2007.

“PPATK Belum Terima Permintaan Kejagung Soal BLBI”, 24 Juli 2007.

“Perebutan Aset PT GPA Vs Salim Tampilkan Saksi Ahli”, 25 Juli

2007.

“30 Obligor Kakap Masih Bandel”, 27 Juli 2007.

, “Soal BLBI Kejagung Baru Periksa Saksi”, 31 Juli 2007.

“Permak Dukung Jaksa Agung Usut Tuntas BLBI”, 02 Agustus 2007

“Pelajar Mendesak Jaksa Agung Prioritaskan Kasus BLBI”, 10 Agustus

2007.

“Saksi Tak Kooperatif Diancam Pidana Korupsi” , 14 Agustus 2007.

“Satu Dasawarsa Krisis Satu Dasawarsa BLBI”, 21 Agustus 2007.

“Kemiskinan Bukan Persoalan Angka Statistik”, 24 Agustus 2007.

“Pengusutan MSAA Akan Menguak Kejahatan Konglomerat Pengguna

BLBI”, 28 Agustus 2007.

“Antara Pengentasan Kemiskinan & Pemberdayaan Usaha Kecil”, 01

September 2007.

“Penyerahan Saham-saham Obligor ke BPPN Harus Free and Clear”, 01

September 2007.

“Pemerintah dan BI Harus Bertanggung Jawab”, 13 September 2007.

“Kemiskinan Ekonomi dan Spiritual”, 09 Oktober 2007.

“DPR: Perpanjang Penyelidikan Untuk Tuntaskan 6 Kasus BLBI” 01

November 2007.

380 /

Page 407: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca, “

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Neraca,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

“Kasus BLBI Jangan Jadi Isu Politik Pemilu”, 12 November 2007.

“Presiden Peduli Dengan Pengusutan kasus BLBI”, 13 November 2007.

“Hakim Menangkan Gugatan Sugar Terhadap Grup Salim”, 15 November

2007.

“Kejagung Perlu Tindak Lanjuti Pelanggaran MSAA”, 27 November 2007.

“Kasus BLBI, Kejahatan Keuagan Sangat Serius”, 28 November 2007.

“Pengungkapan Kasus BLBI Mulai 'Diganjal' DPR”, 29 November 2007.

“Panja DPR Bingung Terhadap Proses BLBI”, 01 Oktober 2007.

“Sekali Lagi BLBI & Penjualan BCA (1)”, 01 Oktober 2007.

“Sekali Lagi BLBI & Penjualan BCA (2)”, 02 Oktober 2007.

“Laksamana: BCA Sesuai Prosedur”, 02 Oktober 2007.

Interpelasi Kasus BLBI Akhirnya Bergulir di DPR”, 02 Oktober 2007.

“Satu Dasawarsa Krisis Satu Dasawarsa BLBI”, 23 Oktober 2007.

“Kasus GPA dan salim Tunggu Kepastian Hakim”, 25 Oktober 2007.

“Kejgung Perpanjang Peneylidikan Kasus BLBI”, 30 Oktober 2007.

“Interpelasi Kasus BLBI Disetujui Secara Aklamasi”, 05 Desember 2007.

“Anthony Salim Diperiksa Kejagung 12 jam”, 07 Desember 2007.

“Interpelasi BLBI: Mengurai Benang Yang Terlanjur Kusut”, 07 Desember

2007.

“Pemberi BLBI Layak Dikerangkeng”, 11 Mei 2007.

“Penuntasan BLBI Molor Rakyat Tekor”, 04 Juni 2007.

“Seperti Tong Kosong Nyaring bunyinya”, 04 Juni 2007.

“Gara-gara BLBI Harga-harga Mahal”, 04 Juni 2007.

“Kejaksaan Agung Siapkan 35 Jaksa untuk Kasus BLBI”, 06 Juni

2007.

“Penyelesaiannya Jangan Setengah-setengah”, 19 Juni 2007.

“Kejagung Ngotot Pidanakan Pengemplang BLBI”, 19 Juni 2007.

“Dimulai, Jihad Melawan Koruptor BLBI”, 02 Juli 2007.

381/

Page 408: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka Group

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka ,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka , Kok Nggak

Rakyat Merdeka ,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka, dong

Rakyat Merdeka, Lha, Kok

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka Ya

Rakyat Merdeka

“Melihat Keterlibatannya Dengan 3 Poin”, 13 Juli 2007.

“Perry: Selisih Nilai Aset Salim Banyak Faktor”, 20 Juli 2007.

, “Bukan Hanya Salim , Di Bawahnya Juga Diusut”, 20 Juli

2007.

“Pelajaran Mahal Krisis Ekonomi Indonesia”, 23 juli 2007.

“2 Boneka Konglomerat Dibakar” , 25 Juli 2007.

“Kepastian Hukum Dan Kenyamanan Harus Dijamin”, 27 Juli

2007.

“Data-data Lama Dan Tersirat Kasus BLBI Akan Dibuka”, 27 Juli

2007.

“Tidak Ada Kata Terlambat Buat SBY-JK”, 03 Agustus 2007.

“Peran Bank Sentral Dalam BLBI”, 06 Agustus 2007.

“Kasus BLBI Jangan Jadi Ajang Balas Dendam”, 10 Agustus 2007.

“Maling Kelas Teri Ditangkap Maling BLBI ”, 10

Agustus 2007.

“Tafsir BLBI dari Rejim ke Rejim”, 13 Agustus 2007.

“Jampidsus Ancam Para Saksi BLBI”, 14 Agustus 2007.

“Kami Akan Panggil Jaksa Agung”, 25 Agustus 2007.

“Belum Saatnya Dipanggil”, 25 Agustus 2007.

“ Obligor BLBI Belum Ada Diperiksa”, 25 Agustus 2007.

“Etika Hukum Penyelesaian Kasus BLBI”, 30 Agustus 2007.

Rakyat Merdeka , “Ditemukan Bukti Awal ”, 30 Agustus 2007.

“Kasus BLBI, Kepastian Hukum Untuk Keadilan”, 31 Agustus

2007.

“Tangkap & Penjarakan Obligor BLBI Yang Jarah Uang Rakyat”,

03 September 2007.

, “BLBI, Maaf Bukan ATM”, 03 September 2007.

, “Pemerintah Jangan Ragu Penjarakan Obligor Bermasalah”, 06

September 2007.

382 /

Page 409: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Rakyat Merdeka, Group

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka,

Rakyat Merdeka ,

Rakyat Merdeka,

Republika,

Republika,

Republika,

Seputar Indonesia,

Seputar Indonesia, ,

Seputar Indonesia,

Seputar Indonesia,

,

Suara Karya,

Suara Karya,

Suara Karya ,

Suara Karya ,

Suara Karya ,

Suara Karya,

Suara Karya,

“Salim Dinyatakan Bersalah Melanggar MSAA”,14

November 2007.

“Kasus BLBI, Hendarman Incar Bekas Gubernur BI”, 15

November 2007.

“Usut Dari Obligor BLBI Terbesar”, 05 Desember 2007.

“Anthony Salim Diperiksa Jaksa Tutup Mulut”, 07 Desember 2007.

“BLBI dan Janji Manis SBY-JK”, 07 Desember 2007.

“Masih Utang 300 Miliar, Sita Harta Nursalim”, 10 Desember

2007.

Republika, ”Saksi Kasus BLBI Banyak Mangkir”, 14 Agustus 2007.

”Kwik Minta Kejakgung Periksa Boediono Terkait BLBI”, 6 September

2007.

”Paripurna DPR tunda Voting Interpelasi BLBI”, 28 November 2007

”DPR Loloskan Interpelasi BLBI”, 05 Desember 2007.

”Kasus BLBI Ditangani 35 Tim Jaksa Khusus”, 17 Juli 2007.

”Menguak Kembali Pengemplang Dana BLBI” 20 Juli 2007.

”DPR Loloskan Interpelasi BLBI”, 05 Desember 2007.

”Syamsul Nursalim Juga Dibidik”, 07 Desember 2007.

Suara Karya ”Pengusutan Sulit Karena Banyak Kepentingan”, Jumat 25 Mei 2007.

”Penuntasan Kasus BLBI”, 4 Juli 2007.

”Penggelembungan Aset Obligor Adalah Perbuatan Pidana”, 24 Juli

2007.

”JAM Pidsus: Tim Jaksa Tak Bisa Dipengaruhi”, 10 Agustus 2007.

”Kemiskinan Kian Parah, Pemerataan Dilupakan”, 14 Agustus 2007.

”BLBI dan Kepastian Hukum”, 15 Agustus 2007.

”Kemiskinan dalam Pembangunan”, 22 Agustus 2007.

”Kemiskinan Serius, Pemerintah Harus Kejar Pertumbuhan

Berkualitas”, 22 Agustus 2007.

383/

Page 410: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Suara Karya,

Suara Karya,

Suara Karya,

”Pemilihan Jaksa Kasus BLBI Harus Transparan

”Kejagung Diminta Tuntaskan Kasus BLBI

”Pengutang BLBI Menyerahkan Diri”

”Menkeu Siap Berkoordinasi Temukan Obligor BLBI

”Menyibak Tabir 'penjajahan' Baru”, 18-19 Agustus 2007.

“Boediono Perlu Diminta Keterangam”, 7 September 2007.

”GOWA: Ada Rekayasa Untuk Kepentingan Tertentu”, 7 September

2007.

Media Indonesia Online, ”, 24 Mei

2007.

Media Indonesia Online, ”, 25 Mei 2007.

Tempo Interaktif, , 27 Januari 2006.

Tempo Interaktif, ”, 19 Mei 2007.

Internet

384 /

Page 411: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

Tentang

Penulis

Dr. Ahmad Erani Yustika,

Aviliani

Dr. Fadhil Hasan,

Ekonom Senior INDEF (Institute forDevelopment of Economics and Finance Indonesia) dan Ketua ProgramStudi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas EkonomiUniversitas Brawijaya Malang. Meraih gelar Sarjana Ekonomi di UniversitasBrawijaya Malang. Sedangkan gelar master dan doktornya diraih di GoettingenUniversity, Jerman, dalam bidang studi Ekonomi Kelembagaan.

, Ekonom Senior INDEF dan Pengajar Pasca Sarjana Sekolah TinggiIlmu Administrasi-Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN). Menamatkanstudi S1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atma Jaya (1985), dan S2pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (1995). Saatini sedang menyelesaikan studi S3 pada program Doktor Manajemen Bisnis-Institut Pertanian Bogor. Selain itu, aktif sebagai Anggota Dewan PakarAsosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) dan pengurus IkatanSarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jakarta.

pendiri dan Direktur INDEF. Meraih Sarjana EkonomiPertanian dari Institut Pertanian Bogor, Master of Science dari Department ofEconomics Iowa State University (AS) dan gelar doktor di Department ofAgricultural Economics University of Kentucky (AS) dengan spesialisasi dibidang Perdagangan Internasional, Pemasaran, Kebijakan Pertanian danPerbankan. Kini bekerja sebagai peneliti dan konsultan pada berbagai lembaga

385/

Page 412: Bab Pengantar Isi Pengantar - gusdurian.files.wordpress.com · baru, yaitu BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia), berdasarkan keputusan Rapat Kabinet 3 September 1997 yang dipimpin

seperti Pusat Studi Pembangunan IPB, Smeru Research Institute, Departmentof Agricultural Economics University of Kentucky, World Bank dan USAID.

advokat dan pemilik kantor hukumFrans Winarta & Partners. Memperoleh gelar Sarjana Hukum di FakultasHukum Universitas Katolik Parahyangan, gelar Magister Hukum (dalambidang hukum pidana) di Universitas Indonesia, dan gelar Doktor IlmuHukum di Universitas Padjadjaran. Tercatat sebagai anggota berbagaiorganisasi nasional maupun internasional diantaranya IKADIN (IkatanAdvokat Indonesia), YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia),International Bar Association, American Chamber of Commerce, dan

Managing Director ECONIT Advisory .Menamatkan SI di Fakultas Ekonomi UGM, kemudian menyelesaikan S2dalam bidang International Development Policy dan S3 dalam bidangInternational Political Economy (keduanya di University of Tsukuba, Jepang).Saat ini juga tercatat sebagai pengajar Ekonomi Magister Manajemen UGM,MM Fakultas Studi Pembangunan ITB dan Program Doktor pada FakultasEkonomi UMS.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi (1999-2000)dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/KepalaBAPPENAS (20012004). Sempat pula menjabat sebagai Wakil Ketua MPR RIpada tahun 1999. Lahir di Juwana (Jawa Tengah) pada 11 Januari 1935.Menempuh pendidikan di Nederlandsche Economiche Hogeschool,Rotterdam, Belanda (1963). Merupakan salah satu tokoh utama reformasi yanghingga kini aktif menyebarkan pemikirannya melalui kolom analisis ekonomidi berbagai media massa. Juga merupakan pendiri dari Institut Bisnis danInformatika Indonesia (IBII).

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI mewakiliProvinsi DKI Jakarta. Menamatkan S1 di Jurusan Teknik Elektro UniversitasIndonesia dan S2 di bidang Computing pada Monash University (Australia).Mantan General Manager PT Indosat ini sekaligus merupakan Pendiri danPembina Serikat Pekerja Indosat (2000-2003) yang menggalang aksi penolakanterhadap divestasi Indosat. Pada tahun 2004 terpilih sebagai anggota DPD RImelalui pemilihan umum pertama yang diselenggarakan untuk memilihanggota DPD.

Dr. Frans Hendra Winarta, S.H., M.H.,

Dr. Hendri Saparini,

Kwik Kian Gie,

Marwan Batubara,

International Court of Arbitration-International Chamber of Commerce(ICC) Paris.

Group

386 /