bab penalaran

6
Tugas Softskill Bahasa Indonesia 2 Bab Penalaran Nama: Nobel NPM: 26109103 Kelas: 3 KB 03 Universitas Gunadarma 2012

Upload: nobel-ghinachtoemidjchan

Post on 22-Jul-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tugas Softskill Bahasa Indonesia 2 Bab Penalaran

Nama: Nobel NPM: 26109103 Kelas: 3 KB 03

Universitas Gunadarma 2012

Bab I Penalaran1. Pendahuluan Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya akan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis atau pembaca. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga mampu menunjukan apakah pendapat atau suatu hal-hal tertentu itu benar atau tidak. Argumentasi merupakan suatu dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dalam tulisan sering kita mengutip pendapat orang terkenal untuk memperkuat pembuktian kita. Tetapi harus diperhatikan bahwa kebebasan seseorang tidak selalu bisa dijadikan alasan untuk mengutip begitu saja pendapat dan pikiran autoritas itu tanpa memberikan suatu penilaian yang kritis. Sebagai manusia, siapa saja dapat membuat kesalahan dalam penulisan pendapat dan pikirannya. Sebab itu, setiap penulis harus bersikap kritis dalam menghadapi pendapat orang lain, baik yang terkenal maupun yang kurang terkenal. 2. Proposisi Penalaran adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju pada suatu kesimpulan. Bila dibandingkan dengan argumentasi sebuah bangunan, maka fakta, evidensi, dan sebagainya dapat disamakan dengan batu bata,batu kali, semen, dsb., Penalaran bukan saja dilakukan dengan mempergunakanfakta-fakta yang masih berbentuk polos, tetapi dapat juga menggunakan fakta-fakta yang telah dirumuskan dalam kalimat yang berbentuk pendapat atau kesimpulan. Sebuah pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-bahan atau fakta untuk membuktikannya. Sebaliknya pernyataan dapat disngkal atau ditolak apabila terdapat fakta-fakta yang menentangnya.

3. Inferensi dan implikasi Tiap proporsisi dapat mencerminkan dua kemungkinan. Pertama, merupakan ucapan-ucapan faktual sebagai pengalaman atau pengetahuan seseorang. Kedua, merupakan pendapat atau kesimpulan seseorang mengenai suatu hal. Untuk menguji ucapan yang bersifat faktual, dapat dilakukan pengujian atau penelitian terhadap evidensinya. Kesimpulan merupakan ramuan untuk digunakan dalam proses berpikir seseorang atau menyusun penalaran. Sebelum berbicara mengenai proses itu, maka akan ditemukan sejumla pengertian yang berkaitan dengan proses penalaran. Yang pertama adalah pengertian inferensi dan implikasi. Inferensi berasal dari kata latin inffere yang berarti menarik kesimpulan. Sedangkan implikasi berasal dari bahasa latin implicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, kata inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada dalam fakta. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, 4. Wujud evidensi Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada oernyataan saja, bila dia menganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami kesimpulan yang diberikan kepadanya. Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari sumber tertentu. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata. 5. Cara Menguji Data Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupakan fakta. Sebab itu perlu diadakan pengujia-pengujian melalui cara-cara tertentu. Berikut ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengujian tersebut.

a. Observasi Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka diperlukan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu. b. Kesaksian Keharusan menguji data dan informasi tidak harus selalu dilakukan dengan observasi, untuk itu pengarang atau penulis dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang mengalami sendiri tentang persoalan itu. c. Autoritas Cara ketiga yang dapat digunakan untuk menguji fakta ialah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai keahlian mereka dalam bidang itu. 6. Cara Menguji fakta Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data dan informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apaka data dan informasi itu merupakan kenyataan atau yang sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap selanjutnya pengarang atau penulis perlu mengadakan penilaian selanjutnya, guna memperkuat fakta yang akan digunakan sehingga memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Dengan kata lain, perlu diadakannya seleksi untuk menentukan fakta mana yang akan dijadikan evidensi. a. Konsistensi Dasar pertama yang dapat dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan digunakan sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan

mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi lainnya. b. Koheresi Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penelitian fakta yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan sikap yang berlaku. Penulis harus dapat meyakinkan para pembaca untuk dapat setuju, atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang kemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya. 7. Cara Menilai Autoritas Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desasdesus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data-data eksperimental. Apa yang harus dilakukan bila seorang menghadapi kenyataan bahwa pendapat autoritas-autoritas itu berbedabeda? Yang dapat dilakukan adalah membandingkan-bandingkan autoritas-autoritas itu, mengadakan evaluasi atas pendapat-pendapat itu untuk menemukan suatu pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memilih beberapa pokok berikut. a. Tidak Mengandung Prasangka Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka, artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri. Autoritas juga tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya. Untuk mengetahui apakah autoritas itu tidak memperoleh keuntungan pribadi dari pendapat dan kesimpulannya, penulis harus memperhatikan apakah autoritas itu mempunyai interes yang khusus terhadap sesuatu.

b. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu autoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Semua itu diperlukan untuk memperkokoh kedudukan pendapatnya, berdasarkan pengalamanpengalaman dan penelitian-penelitian yang dilakukannya. Tetapi sekurangkurangnya pendidikan serta pengalaman-pengalaman sebagai tampak dari tulisantulisan hasil penelitiannya akan memberi keyakinan pada penulis tentang autoritasnya. c. Kemashuran dan prestise Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena prestise tertentu, dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Akan sangat salah ketika pendapatnya itu diambil dari orang yang tidak kompeten pada bidangnya dan dikutip dan diperlakukan sebagai autoritas tanpa mengadakan penilaian sampai dimana kebenaran pendapatnya itu. d. Koherasi dan kemajuan Hal keempat yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah apakah pendapat yang diberikan oleh autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu. Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak selalu berarti yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapatpendapat terakhir dari ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan keburukannya atau kelemahannya, sehingga dapat mencetuskan pendapat yang lebih baik.