bab iv - yuswan62's blog | " hanya persepsiku " · web viewbagi orang yang mengalami...

33

Click here to load reader

Upload: dinhtruc

Post on 03-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

M. Kejang-Kejang (Compulsive Disorder ).

Yang dimaksudkan di sini adalah suatu perubahan fungsi otak yang mendadak,

dimulai dan berakhir secara spontan, mempunyai kecenderungan untuk terulang lagi.

Beberapa kejang-kejang, dapat disertai oleh kejadian tidak sadar.

Kejang-kejang dapat terjadi sebagai ketidakmampuan fisik yang sekunder

sifatnya terhadap ketidakmampuan fisik lain yang utama, seperti cerebral palsy.

Compulsive disorder dapat diklasifikasi berdasarkan manifestasi klinisnya sebagai

berikut:

1. Grand mal

Merupakan kejang-kejang sebagai reaksi orang yang pertamakali melihat sesuatu

yang menakutkan. Bagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat

mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang.

2. Petit mal

Suatu kejang-kejang disertai matanya mengerdip-ngerdip, kejang ringan atau

manggut-manggut. Banyak compulsive disorder jenis ini berlangsung tanpa

diketahui, biasanya berlangsung singkat, berlangsung beberapa detik dan biasanya

tidak lebih lama dari 30 detik. Umumnya anak tetap pada posisinya tetapi dapat

menjatuhkan benda yang dipegangnya.

3. Psychomotor

Compulsive disorder type ini bervariasi dalam bentuknya dan paling sulit dikenali.

Biasanya terdiri dari gerakan-gerakan yang tidak layak dan otomatis sifatnya.

Pada saat serangan kejang-kejang, anak dapat mondar-mandir, mengulang

beberapa kata terus menerus, dan kadang komat-kamit tidak karuan. Perilaku

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

218

Page 2: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

emosional yang tidak layak dapat terjadi, seperti memaki-maki, marah-marah atau

takut berlebihan. Anak biasanya mulai lagi pola aktivitas yang normal setelah

serangan kejang-kejang yang berlangsung satu sampai lima menit.

4. Focal

Kejang-kejang jenis focal dapat bersifat sensoris atau motoris. Kejang-kejang jenis

focal dapat menyebabkan kejang pada sebelah sisi wajah atau hentakan-hentakan

dari hanya satu lengan atau kaki.

5. Myoclonic

Ciri-cirinya adalah kontraksi otot di luar kehendak dalam waktu singkat. Biasanya

hanya satu kelompok otot yang terkena menyebabkan perilaku seperti kepala

terjatuh ke depan atau ke belakang.

6. Akinetic

Kadang-kadang disebut juga petit mal, yang ditandai dengan adanya kehilangan

tonus tubuh dan mendadak jatuh ke tanah.

N. GAKI dan Kretin

GAKI adalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium. Iodium merupakan unsur

gizi mikro yang menjadi bahan baku produksi hormon toroksin untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Setiap orang setiap hari membutuhkan

suplai iodium dalam jumlah tertentu. Apapila suplai lebih sedikit dari kebutuhan maka

seseorang akan mengalami kekurangan iodium. Apabila kekurangan ini berlangsung

lama, maka akan menimbulkan gangguan-gangguan tertentu baik pada aspek fisik

maupun aspek psikhis. Sedangkan kretin adalah seseorang yang lahir di suatu daerah

dengan defisiensi iodium berat dengan menunjukkan 2 atau lebih kombinasi gejala

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

219

Page 3: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

ireversibel yaitu retardasi mental, kelainan neuromotorik (gangguan bicara, cara

berjalan yang khas, reflek patologis dan reflek fisiologis meninggi, mata juling,

gangguan akibat kerusakan batang otak serta late walker) dan gangguan pendengaran.

GAKI merupakan masalah nasional yang perlu memperoleh perhatian besar,

hal ini karena begitu luasnya daerah defisiensi iodium di Indonesia dan akibat-akibat

yang ditimbulkan oleh GAKI itu sendiri. Luasnya daerah endemik di Indonesia

meliputi dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia. Jumlah penduduk yang rawan

GAKI diperkirakan tidak kurangn dari 30 juta jiwa, dengan 10 juta jiwa diantaranya

menderita gondok, 750.000 - 900.000 menderita kretin. (Abdul Salim, 2000).

Gondok, merupakan salah satu gejala dari GAKI. Menurut Sri Kardjati bahwa

Gondok endemik adalah merupakan penyakit yang ditandai oleh terjadinya

pembesaran kelenjar tiroid dan diderita oleh sejumlah penduduk yang tinggal di suatu

daerah tertentu. Penyebab terpenting adalah rendahnya masukan zat iodium melalui

makanan atau minuman yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama.

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium, merupakan suatu spektrum yang cukup

luas dan mengenai semua segmen usia, sejak fetus hingga penduduk dewasa. Menurut

Djokomoeljanto, (dalam Soeharyo Hadisaputro, 1996), bahwa spektrum GAKI adalah

sebagai berikut :

Tabel 8: Spektrum GAKI dan Kemungkinan Dampaknya

NO Masa Terjadinya Kemungkinan Dampak yang ditimbulkan1. Fetus - abortus

- lahir mati (stillbirth)- anomali kongenital- meningkatnya kematian perinatal- meningkatnya kematian anak- kretin mental, seperti gangguan mental, bisu-tuli,

diplegia, spastik, mata juling.- kretin myxudematosa, seperti cebol, gangguan mental

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

220

Page 4: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

2. Neunatus - gondok neonatal- hipotiroidisme neonatal

3. Anak dan remaja - gondok- hipotiroidisme juvenil- gangguan fungsi mental- gangguan perkembangan fisik

4. Dewasa - gondok dengan segala akibatnya- hipotiroidisme- gangguan fungsi mental

Sumber: Abdul Salim, 2000.

Akibat GAKI sangat bervariasi mulai dari yang ringan sampai dengan yang

berat. Kretin merupakan akibat terparah dari GAKI yang pada umumnya merupakan

dampak dari kekurangan unsur iodium selama kehidupan fetal sampai 3 tahun pertama

kehidupan.

Menurut Djokomoeljanto (1996) kretin adalah seseorang yang lahir di suatu

daerah dengan defisiensi iodium berat dengan menunjukkan 2 atau lebih kombinasi

gejala ireversibel yaitu retardasi mental, kelainan neuromotorik (gangguan bicara, cara

berjalan yang khas, reflek patologis dan reflek fisiologis meninggi, mata juling,

gangguan akibat kerusakan batang otak serta late walker) dan gangguan pendengaran.

Penderita kretin secara klinik ada tiga kategori, yaitu kretin nervosa, kretin

miksedematosa, dan kretin tipe campuran. Manifestasi klinik dari kretin yang utama

adalah adanya retardasi mental, namun di antara mereka ada pula gejala-gejala yang

lain. Pada kretin dengan sindroma neurologik yang predominan (kretin nervosa)

gejalanya retardasi mental disertai dengan gangguan-gangguan pendengaran dan

bicara, juling, dan gangguan sikap berdiri serta gaya berjalan yang khas dengan

derajat yang bervariasi. Sedang pada kretin miksedematosa retardasi mental muncul

bersama-sama dengan gangguan pertumbuhan dan gambaran hipotiroidi klinik.

Walaupun pada beberapa wilayah salah satu tipe mungkin predominan, namun pada

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

221

Page 5: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

wilayah yang lain dimungkinkan adanya tipe campuran, yaitu kombinasi dari 2

sindroma di atas (Querido et.al, 1974, dalam Bambang Hartono, 1994). Yang penting

untuk digaris bawahi adalah bahwa kelainan yang terdapat pada kretin endemik di atas

bersifat ireversibel.

Penderita kretin jumlahnya sangat besar. Seperti fenomena “gunung es”

dimana kretin endemik dan gondok endemik adalah puncaknya, sedang kretin

subklinik adalah bagian yang lebih besar namun tak kelihatan, karena berada di

bawah. Hasil penelitian di China terhadap anak-anak usia SD menunjukkan bahwa

pada populasi di daerah defisiensi iodium berat, jumlah penderita kretin subklinik jauh

lebih besar dari pada kretin endemik, dengan gejala mengalami gangguan dalam

perkembangan mentalnya . Rangkuman dari hasil-hasil studi yang lain yang dilakukan

pada anak-anak, sebagian besar menunjukkan bahwa pada populasi gondok endemik

terdapat penurunan inteligensia, gangguan ringan dalam bidang psikomotor, yaitu

meliputi gangguan kecepatan, keseimbangan, keterampilan, ketelitian, dan koordinasi

visuo-motorik, disamping gangguan ringan pada fungsi pendengaran dan pertum-

buhan, serta hipotiroidi (Bambang Hartono, 1994)

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

222

Gambar 26. Bentuk Gondok dan Kretin

Page 6: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

Dampak yang nyata dari GAKI pada anak usia sekolah adalah terjadinya

kesulitan belajar mereka, sehingga mengakibatkan prestasi belajar di sekolah rendah,

dan prosentase anak tinggal kelas dan putus sekolah tinggi. Hasil penelitian Bambang

Hartono (1993) menunjukkan bahwa sebesar 75% dari 30% siswa Sekolah Dasar yang

menderita kretin mengalami kesulitan belajar di sekolah. Demikian juga hasil

penelitian terhadap 71 anak kretin usia sekolah dasar (Abdul Salim ,2000) ditemukan

sebanyak 81.69% mengalami pembesaran kelenjar tiroid, 98.59% memiliki kadar

kecerdasan sub normal, 53,53% memiliki nilai bahasa Indonesia kurang dari 6 dan

81,69% memiliki nilai matematika kurang dari 6. Macam kelainan/gangguan yang

disandang anak kretin meliputi retardasi mental, bisu/tuli/gangguan pendengaran/

gangguan bicara, gangguan fungsi anggota gerak (diplegia/spastis), gangguan fungsi

tangan/kaki, gangguan penglihatan sampai pada anak yang badannya pendek/cebol,

serfta sebanyak 35,21% anak kretin pernah tinggal kelas.

Pada anak-anak kretin endemik dengan sindroma neurologik (kretin nervosa)

dan kretin miksedematosa, gejala kelainannya memang ireversibel. Pada anak-anak ini

yang diperlukan bukan mengembalikan ke kondisi normal, melainkan upaya

mengaktualisasikan potensi yang ada seoptimal mungkin. Di sini intervensi terapi

bicara dan bahasa, terapi akupasi, terapi fisik serta terapi lain yang menjadi cakupan

disiplin medik sangat diperlukan. Demikian juga terapi sosial psikologik guna

menumbuhkan rasa percaya diri, konsep diri yang benar, dan optimisme untuk

keberhasilan setiap usaha (termasuk dalam belajar) adalah sangat penting.

Selanjutnya, guru sebagai pihak yang lebih banyak bersama anak selama di sekolah,

pengetahuan yang cukup tentang anak luar biasa, cara mengelola pengajaran yang

tepat pada sasaran anak didik dengan potensi yang bervariasi, adalah merupakan

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

223

Page 7: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

prasarat yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar dan pembelajaran anak-anak

berkelainan (termasuk anak kretin).

Bagi anak-anak kretin dengan prestasi belajar yang rendah, mereka

memerlukan pelayanan pendidikan tertentu, yang sering disebut pengajaran remediasi.

Bagi anak-anak kretin dengan spektrum gangguan yang ringan (kretin subklinik),

gangguan yang muncul dalam proses belajar dan pembelajaran termasuk ringan,

berdasarkan hasil penelitian Bambang Hartono (1993) 26,5% mereka menunjukkan

adanya gangguan pemusatan perhatian (GPP) yang berkombinasi dengan gangguan

lainnya. Selebihnya diantaranya mereka ada yang mengalami disfasia, disleksia, dan

diskalkulia (18,6%). Mengapa anak-anak kretin prestasi belajarnya rendah?,

Berdasarkan hasil survey dari beberapa karena guru kurang memahami anak secara

individual, pengajaran bersifat tradisional (klasikal) dan pengelolaan pengajaran tidak

bervariasi.

Orangtua, merupakan partner sekolah yang utama dan besar perannya dalam

menentukan keberhasilan belajar anak. Kecilnya dorongan dan bimbingan yang

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

224

Gambar 27. Anak Kretin Prestasi Belajarnya Rendah

Page 8: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

diberikan oleh orangtua kepada anak, menjadi faktor predisposisi atau bahkan sebagai

faktor penguat rendahnya prestasi belajar anak di sekolah, demikian pula sebaliknya.

Bimbingan belajar orangntua, diartikan sebagai bantuan myang diberikan orangtua

terhadap anak untuk memperoleh pemahaman mdiri dan penyesuaian diri secara

memadai di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Manifestasi bimbingan belajar

yang mendukung keberhasilan belajar anak, terutama dalam (1) penyediaan fasilitas

belajar, (2) mengawasi kegiatan belajar anak di rumah, (3) Mengawasi penggunaan

waktu belajar di rumah, (4) mengenal kesulitan belajar anak, dan (5) menolong anak

mengatasi kesulitan dalam belajar.

N. Sindroma Down (Down Syndrom)

Sindroma down merupakan istilah untuk menunjuk anak-anak yang

mengalami sekumpulan gejala keterlambatan perkembangan mental. Anak-anak

Down Syndrom mempelajari berbagai hal lebih lambat dari pada anak-anak lain

sebayanya. Dia mungkin terlambat mulai bergerak, tersenyum, menunjukkan minat

pada berbagai hal, menggunakan tangan, duduk, berjalan, berbicara dan lain-lain

semuanya mengalami keterlambatan. Anak Down Syndrom mengalami keterlambatan

dalam menggunakan tubuh dan pikirannya. Sebabnya dimungkinkan karena

kesalahan”kromosom” ketika masih di dalam kandungan (David Werner, 2002).

Gejala-gejala anak Down Syndrom di antaranya adalah sebagai berikut (David

Werner, 2002):

1. Ketika lahir bayi tampak lemas atau lemah lunglai.

2. Bayi tidak banyak menangis

3. Bayi lebih lambat dari bayi lain sebayanya dalam hal berguling, mengambil

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

225

Page 9: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

benda-benda main, duduk, merangkak, berdiri dan berjalan.

4. Ketia diturunkan tiba-tiba, refleknya tidak baik.

5. Ada lipatan kulit menutupi sudut dalam kelopak matanya.

6. Mungkin kelopak matanya merah dan bengkak.

7. Manik matanya banyak bercak putih seperti pasir

8. Kepala pendek atau kecil, lebar dan datar di bagian belakang

9. Kadang panggulnya meleset dari sendi

10. Wajah pipih

11. Hidung kecil pesek di antara kedua mata

12. Tangan pendek dan lebar, jari-jarinya pendek. Kelingking mungkin bengkok atau

hanya memiliki satu lipatan

13. Leher pendek, bahu bundar

14. Lengan dan tungkai pendek

15. Tempurung lutut meleset ke satu sisi

16. Berjari kaki burung dara, kaki datar.

17. Ibu jari kaki terpisah jauh dari jari-jari lainnya.

Di samping tanda dan gejala tersebut, kemungkinan juga disertai tanda-tanda

berikut ini:

1. Sendi siku, panggul dan pergelangan kaki mungkin sangat kendur dan lentur

2. Satu di antara 3 anak mempunyai masalah jantung

3. Mungkin terkena leukemia (kangker darah)

4. Satu diantara 10 anak ada yang bermasalah tulang leher cacat yang dapat

meleset dan menjepit urat saraf di tulang belakang/punggung. Hal ini dapat

menyebabkan kelumpuhan.

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

226

Page 10: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

Anak yang terkena Down Syndrom kondisinya dapat ringan, sedang atau

berat. Ada anak yang tidak pernah dapat belajar berbicara, membaca, menulis dan

berhitung, tetapi anak sementara anak lain yang mampu melakukan kegiatan belajar,

meskipun mengalami keterlambatan.

Anak-anak Down Syndrom yang ringan dan sedang, mereka dapat belajar

mengurus kebutuhan mendasar mereka dan membantu pekerjaan yang sederhana.

Mereka dapat sekolah, meskipun membutuhkan bantuan dalam beberapa hal. Mereka

dapat hidup cukup normal dengan keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Ada tiga hal utama yang perlu dilakukan dalam mengasuh anak Down

Syndrom .

1. Bantulan anak mengembangkan kemampuan fisik dan mentalnya,.

2. Lindungilah anak dari penyakit menular.

3. Cegah dan koreksilah fisik anak apabila ada penyimpangan, diantaranya

dengan melakukan pemeriksaan fisik secara dini dan segera merujuk ke terapis

apabila menjumpai penyimpangan organ gerak.

O. Peran Guru Pendidikan Luar Biasa dalam Pencegahan dan Penanganan

Beberapa Penyakit yang dapat Menyebabkan Kecacatan

Peran guru pendidikan luar biasa (PLB) dalam pencegahan dan penanganan

beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan pada dasarnya dapat sebagai

peran utama dan dapat pula sebagai peran pendukung tugas utama.

Guru PLB memiliki peran utama menangani anak-anak tersebut manakala

anak yang bersangkutan berdampak kelainan menetap/cacat dan telah sekolah,

sehingga pendidikan mereka dapat ditangani oleh guru-guru PLB. Sebagaimana telah

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

227

Page 11: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

dijelaskan dalam Standar Kompetensi Guru Pemula Bidang PLB (Ditjen Dikti, 2004)

bahwa tugas seorang guru PLB adalah (1) penguasaan bidang studi keahlian PLB, (2)

pemahaman peserta didik berkebutuhan khusus, (3) penguasaan pembelajaran yang

mendidik, dan (4) pengembangan kepribadian dan keprofesionalan (Ditjen Dikti,

2004).

Guru sebagai tenaga profesional bertugas merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

pelatihan, melakukan penelitian, membantu pengembangan dan pengelolaan program

sekolah serta mengembangkan profesionalisme.

Pelaksanaan peran guru sebagai pendidik dan guru yang profesional tersebut

dapat dilaksanakan di mana-mana, dapat di sekolah formal (di sekolah regular maupun

di sekolah khusus dari berbagai jenjang dan satuan pendidikan), di sekolah non

formal, di keluarga, rumah sakit, klinik-klinik layanan pendidikan khusus dan klinik

terapi yang tersebar di berbagai daerah.

Tabel 9. Tugas, fungsi dan uraian tugas guru

TUGAS FUNGSI URAIAN TUGAS1. Mendidik,

mengajar, membimbing dan melatih

1. Sebagai Pendidik

Mengembangkan potensi/ kemampuan dasar peserta didik.

Mengembangkan kepribadian peserta didik.

Memberikan keteladanan Menciptakan suasana pendidikan yang

kondusif2. Sebagai

Pengajar Merencanakan pembelajaran Melaksanakan pembelajaran yang

mendidik Menilai proses dan hasil pembelajaran

3. Sebagai Pembimbing

Mendorong berkembangnya perilaku positif dalam pembelajaran

Membimbing peserta didik memecahkan masalah dalam pembelajaran

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

228

Page 12: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

TUGAS FUNGSI URAIAN TUGAS4. Sebagai

Pelatih Melatih keterampilan-keterampilan yang

diperlukan dalam pembelajaran Membiasakan peserta didik berperilaku

positif dalam pembelajaran2. Membantu

pengembangan dan pengelolaan program sekolah

5. Sebagai pengembang program

Membantu mengembangkan program pendidikan sekolah dan hubungan kerjasama intra sekolah

6. Sebagai pengelola program

Membantu membangun hubungan kemitraan sekolah dengan sekolah lain dan dengan masyarakat

3. Mengembang kan keprofe-sionalan

7. Sebagai tenaga profesional

Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional

Sumber: SKGP PLB, 2004

Di samping peran utama guru PLB sebagai guru pada pendidikan anak-anak

cacat akibat penyakit dan penyebab lainnya, guru PLB juga memiliki peran

pendukung tugas utama dalam pencegahan dan penanganan beberapa penyakit yang

menyebabkan kecacatan. Manifestasi peran guru tersebut pada dasarnya dapat bersifat

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Baik yang dilaksanakan di lingkungan

keluarga, sekolah mapun di lingkungan masyarakat.

a. Peran guru yang bersifat preventif artinya seorang guru dapat

melakukan kegiatan tertentu yang dapat mencegah anak menjadi terkena penyakit

yang menyebabkan kecacatan atau mencegah hal-hal yang dapat menambah

beratnya gradasi kecacatan seseorang. Misalnya menyarankan anak didik ketika

duduk di kelas yang baik agar punggung tidak bengkok (skoliosis), mata tidak

juling, kepala tidak berat sebelah, pemberian vitamin A, tetes iodium, tablet besi

dan pemberian makanan tambahan merupakan sebagian bentuk-bentuk

pencegahan kecacatan di sekolah, atau menyarankan anak didik untuk tertip

berlalu lintas sepulang sekolah sehingga terhindar dari kecelakaan, memberikan

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

229

Page 13: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

pencerahan terhadap warga masyarakat untuk menjaga kesehatan anak dengan

memberikan nutrisi yang baik dan seimbang, menyarankan orangtua agar

membawa anaknya mendapatkan imunisasi dasar dan imunisasi lengkap di

posyandu atau di polindes/puskesmas/ rumah sakit adalah merupakan salah satu

manifestasi peran guru dalam pencegahan penyakit yang menyebabkan kecacatan.

b. Peran guru yang bersifat kuratif, maksudnya bahwa seorang guru dapat

memberikan kegiatan latihan tertentu sehingga anak menjadi sembuh dari sakit.

Atau merujuk anak ke tenaga medis tertentu untuk mendapatkan intervensi medis

termasuk peran guru yang bersifat kuratif. Penyandang penyakit yang

menyebabkan kecacatan seperti poliomyelitis, campak, infeksi tertentu, awalnya

menunjukkan gejala-gejala seperti panas, lemas, tidak ada nafsu makan, muntah-

muntah, sakit kepala, nyeri apabila menelan, batuk dan pilek. Seorang guru PLB

dapat menyarankan anak segera dirujuk ke tempat-tempat pelayanan kesehatan

untuk agar sembuh dari sakit. Tindakan guru yang demikian itu termasuk peran

guru PLB yang bersifat kuratif.

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

230

Gambar 28.Peran Guru Dalam Mencegah Kecacatan Dapat Bersifat Prevenstif, Kuratif Dan Rehabilitatif

Page 14: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

c. Peran guru PLB yang bersifat rehabilitatif maksudnya adalah ketika

guru PLB menjumpai seorang anak mengalami lumpuh layuh karena virus polio,

organ geraknya kaku, gerak tidak terkendali, tidak dapat melihat, mendengar,

berbicara, dll., maka guru PLB dapat memberikan latihan-latihan tertentu agar

organ tubuh tersebut menjadi berfungsi, yang semula tidak tahu menjadi tahu,

yang semula tidak mampu menjadi mampu, dsb. Usaha-usaha guru ini termasuk

manifestasi peran guru yang bersifat rehabilitatif .

Dengan demikian peran guru PLB dalam penanganan anak dapat sebagai

pelaksana, sebagai tempat rujukan/merujukkan ke ahli lain ataupun sebagai konsultan.

Diantara peran guru PLB adalah:

a. Memberikan konsultasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan, terutama

orangtua berkaitan dengan program penanganan anak.

b. Merujukkan anak ke psikolog klinis, dokter ahli perkembangan anak,

psikiater anak atau neurologist khusus dan ahli lain yang relevan

c. Melakukan identifikasi dan asesmen

d. Menyelenggarakan sidang kasus bagi peserta didik yang bermasalah

belajar

e. Bersama guru dan ahli lain guru merancang program layanan (rehabilitasi

dan habilitasi) bagi peserta didik tertentu sesuai dengan kebutuhan.

f. Sebagai tenaga rehabilitasi untuk memodifikasi tingkahlaku, memberikan

rangsangan sensoris bagi anak yang membutuhkan, memberikan terapi tertentu

yang terpadu dengan pelaksanaan pembelajaran.

g. Sebagai pendidik dan guru khusus, baik yang dilakukan di lingkungan

keluarga, di klinik terapi ataupun di sekolah-sekolah.

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

231

Page 15: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

P. Habilitasi dan Rehabilitasi Anak Berkelainan Akibat Penyakit.

Layanan rehabilitasi dan habilitasi bagi anak berkelainan merupakan salah satu

bentuk usaha untuk membantu mengatasi permasalahan anak berkelainan. Yang

dimaksud dengan rehabilitasi anak berkelainan adalah proses refungsionalisasi dan

pengembangan untuk memungkinkan anak berkelainan mampu melaksanakan fungsi

sosial secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat (UU.No.4/1997, Ps. 1). Atau

upaya memberikan kemampuan kembali melalui bantuan medik, social, psikologik

dan keterampilan yang diselenggarakan secara terpadu bagi peserta didik yang

memiliki kelainan agar dapat mencapai kemampuan fungsionalnya seoptimal

mungkin. Sedangkan habilitasi merupakan upaya memberikan kemampuan melalui

bantuan medik, social, psikologik dan keterampilan yang diselenggarakan secara

terpadu bagi peserta didik yang memiliki kelainan agar dapat mencapai kemampuan

fungsionalnya seoptimal mungkin.

Beberapa penyakit tertentu dapat menyebabkan terjadinya kelainan, baik

penyakit itu terjadi ketika janin masih dalam kandungan, saat kelahiran ataupun

setelah dilahirkan. Seperti dalam bentuk retardasi mental, cerebral palsy,

poliomyelitis, distropi muskular, tunanetra, tunarungu, tunawicara, dan sebagainya.

Oleh karena itu program habilitasi dan rehabilitasi sangat dibutuhkan oleh anak-anak

berkelainan akibat penyakit tersebut.

Kebutuhan program habilitasi dan rehabilitasi sudah tentu disesuaikan dengan

hambatan-hambatan yang dialami oleh masing-masing anak. Hambatan dan kebutuhan

habilitasi dan rehabilitasi masing-masing anak diketahui lewat analisis hasil asesmen.

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

232

Page 16: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

Habilitasi dan rehabilitasi anak kelainan dilaksanakan oleh sebuah tim yang

terdiri dari multisiplin. Macam profesi yang tergabung di dalam tim sangat tergantung

dari jenis kelainan masing-masing anak.

Tujuan dari program habilitasi dan rehabilitasi bagi anak karena faktor

penyakit antara lain agar mereka mengaktualisasi potensi yang ada seoptimal

mungkin, sehingga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat dilakukan secara

mandiri dan tidak terlalu banyak bergantung pada orang lain.

Bagi anak berkelainan karena akibat penyakit ada banyak bentuk program

habilitasi dan rehabilitasi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak.

Ada anak yang membutuhkan rehabilitasi dan habilitasi kemampuan bicara,

kemampuan ambulasi dan mobilisasi, bimbingan/bina diri, dsb. Melalui kegiatan

rehabilitasi dan habilitasi diharapkan anak berkelainan dapat mengaktualisasikan

potensinya sehingga mereka dapat menjadi orang yang “berguna”, baik bagi diri

sendiri maupun bagi orang lain.

Diantara bentuk program habilitasi dan rehabilitasi bagi anak berkelainan

akibat penyakit adalah:

a. Pemenuhan kebutuhan peralatan khusus, seperti untuk tunanetra membutuhkan

tongkat putih, reglet, ketik braille. Untuk anak tunarungu ada yang membutuhkan

alat bantu dengar. Anak Tunadaksa membutuhkan ortodik dan/atau prostetik.

b. Bimbingan penggunaan alat bantu khusus.

c. Bimbingan pemecahan masalah, seperti bimbingan mental keagamaan,

bimbingan mental kepribadian, bimbingan sosial.

d. Pelayanan pendidikan, baik bagi anak sendiri maupun bagi orangtua.

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

233

Page 17: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

e. Latihan dan bimbingan vokasional, yang disesuaikan dengan bakat, minat dan

kemampuan/kondisi kelainan masing-masing anak.

f. Program terapi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak,

seperti speech therapy, physio therapy, occupational therapy, dan sebagainya.

Melalui kegiatan rehabilitasi dan habilitasi diharapkan anak berkelainan dapat

mengaktualisasikan potensinya sehingga mereka dapat menjadi orang yang “berguna”,

baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Q. Rangkuman

Pada hakekatnya setiap individu yang sakit harus segera mendapatkan

perawatan yang baik dan pengobatan yang tepat. Apapun macam penyakit itu. Ada

penyakit yang dialami janin ketika masih dalam kandungan, ada penyakit yang terjadi

saat proses persalinan, dan ada pula penyakit yang terjadi pada masa balita, anak-anak

dan usia dewasa.

Individu sakit yang gagal memperoleh perawatan dan pengobatan yang tepat

dapat berakibat cacat permanen seperti poliomyelitis, cerebral palsy, distropi

muskular, spina bifida, hidrosefalus, kretin, tunanetra, tunarungu, dan sebagainya.

Upaya pencegahan sakit dan cacat bagi setiap orang adalah lebih baik dan

lebih murah dari pada setelah terlanjur sakit dan cacat. Namun demikian individu yang

sudah terlanjur cacat tidak boleh dibiarkan. Mereka mengalami hambatan dalam

berbagai hal, sehingga mereka membutuhkan intervensi tertentu sesuai dengan

kebutuhan masing-masing individu. Hambatan setiap penyandang cacat diharapkan

dapat dihilangkan/dikurangi melalui program habilitasi dan rehabilitasi yang

dilakukan oleh sebuah tim ahli. Sehingga pada akhirnya pada penyandang kelainan

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

234

Page 18: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

diharapkan dapat menyongsong masa depannya secara mandiri dengan atau tanpa

bantuan orang lain.

Guru PLB memiliki peran yang penting dalam intervensi penyandang kelainan

akibat penyakit, baik sebagai pelaksana, sebagai tempat rujukan, ataupun sebagai

konsultan dalam penanganan anak-anak.

Buku Acuan

Anonim. 2004. Standar Kompetensi Guru Pemula Bidang Pendidikan Luar Biasa.

Jakarta: Ditjen. Dikti. Departemen Pendidikan Nasional.

Abdul Salim. 2006. Hambatan dan Kebutuhan Anak Tunadaksa. Makalah Pelatihan

Teknis Dosen PLB Bidang Tunadaksa. Surakarta: Ditjen. Dikti. Depdiknas.

Abdul Salim. 2000. Pemberdayaan Penyandang Cacat Menuju Kemandirian dan

Produktivitas Melalui Peranserta Perguruan Tinggi. Laporan Penelitian.

Surakarta: PPRR Lembaga Penelitian UNS.

Abdul Salim. 2000. Uji model Penanganan Anak Kretin dan GAKI di SD Daerah

Gondok Endemik. Surakarta: Jurnal Rehabilitasi dan Remediasi. UNS

Abdul Salim. 1996. Pendidikan Anak Cerebral Palsy. Jakarta: Ditjen. Dikti.

Depdikbud.

Aziz Alimul Hidayat. Musrifatul Uliyah. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran.

Bambang Hartono. 1993 Disfungsi Minimal Otak Anak SD di Daerah Gondok

Endemik. Semarang: FK UNDIP

Bambang Hartono. 1994. Information Processing of the Learning Disabled Children

Living in Iodine Deficient Area. Semarang: FK UNDIP

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

235

Page 19: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

Budi Santosa. 2005. Autisme. Surakarta: Jurusan Okupasi Terapi Politehnik

Kesehatan Surakarta.

Budi Santosa. 2006. Terapi Okupasi pada Anak dengan Tunadaksa. Makalah Pada

Pelatihan Teknis Dosen PLB 2006. Surakarta: Direktorat Ketenagaan Ditjen

Dikti Depdiknas.

David Werner. 2002. Anak-Anak Desa Yang Menyandang Cacat. Malang: Bakti

Luhur.

Djokomoeljanto. 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium. Makalah. Semarang:

FK UNDIP.

Gerald B. Merenstein, David W. Kaplan, Adam A. Rosenberg, Alih Bahasa Hunardja.

Cet. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Jakarta: Widya Medika.

Hallahan Danil P Kauffman James M. 1988. Exceptional Children, Introduction to

Special Education. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Haris Mudjiman, Munawir Yusuf. 1990. Disfungsi Minimal Otak dan Kesulitan

Belajar Anak. Surakarta: PSRR LEMLIT UNS.

Harris. 1989. Your Child Development In Children With Autism. A. Parent Guide.

New York: Woodbine House Inc.

Harsono Salimo. 1994. Ilmu Kesehatan Anak: Pediatri Sosial bagi Anak & Remaja.

Surakarta : UNS Press.

Heather W. 2000. Early Intervention Programs for Children With Autism: Conceptual

Framework for Implementation. American Journal of Orthopsychiatry. 70 (1) January

2000.

Koegel R. et-al.1996. Teaching Children With Austism – Strategies for initiating

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

236

Page 20: BAB IV - Yuswan62's Blog | " HANYA PERSEPSIKU " · Web viewBagi orang yang mengalami kejang-kejang ini tidak dapat mengingat apa-apa yang terjadi selama ia kejang. 2. Petit mal Suatu

Positive Interaction and improving Learning opportunities. Baltimore: Paul Brookes

Publising Co.

Maskun Pudjianto. 2006. Fisio Terapi Pada Anak Tunadaksa. Makalah Pada Pelatihan

Teknis Dosen PLB 2006. Surakarta: Direktorat Ketenagaan Ditjen Dikti

Depdiknas.

Moersintowarti. 1993. Deteksi Dini Balita. Surabaya: Lab. IKA-FK UNAIR.

Moersintowarti. 1993. Deteksi Dini Penyakit-Penyakit yang Mempengaruhi Tumbuh

Kembang anak. Makalah Simposium Tumbuh Kembang Anak Masa Kini.

Surakarta: Lab IKA FK UNS.

Mustarsid. 1993. Pemeriksaan Neulogi Untuk Deteksi Dini Kelainan Tumbuh

Kembang Anak. Makalah Simposium Tumbuh Kembang Anak Masa Kini.

Surakarta: Lab IKA FK UNS.

Nelson Alih bahasa Moelia Raja Siregar. 1988. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran.

Sugiarmin. Ahmad Thoha Muslim. 1996. Artopedi dalam PLB. Jakarta: Depdikbud.

Soeharso. 1977. Ilmu Bedah Ortopedi. Cet.I. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.

Sudaryono. 1996. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dan Upaya

Penanggulangannya di Jawa tengah. Makalah. Semarang: FK UNDIP.

Widyawati. 2003. Manajemen Multidisiplin pada Individu dengan Autstic Spectrum.

Jakarta: Konggres Nasional Autisme 1.

Yulianto Wahyono. 2006. Fisio Terapi Pada Cerebralpalsy. Makalah Pada Pelatihan

Teknis Dosen PLB 2006. Surakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.

Yudhoyono. Susilo Bambang. 2005. Cegah Polio Menyebar Ke Daerah Lain. Kompas

20 Mei 2005

Abdul Salim, Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa, 2006

237