bab iv tahapan pra-produksi, produksi dan pasca …

23
25 BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA PRODUKSI 4.1. Pra-Produksi Sebelum melakukan proses produksi, penulis melalui pra-produksi terlebih dahulu. Pra-produksi melalui beberapa tahap yang di antaranya adalah riset, pembuatan story line, kemudian pembuatan story board. 4.1.1. Riset Tahap riset dimulai dengan mengumpulkan sumber sejarah atau heuristis, pada tanggal 17 September 2016, bertemu dengan Muhammad Edi Kurniawan (Wawan) selaku Ketua Paguyuban Drumblek Salatiga untuk memperoleh informasi umum seputar Drumblek seperti sejarah singkat dan perkembangan Drumblek di Kota Salatiga, sumber sejarah yang diperoleh adalah sumber sejarah lisan dengan hasil mengetahui sejarah singkat, rekomendasi narasumber dan peningkatan jumlah grup Drumblek cukup signifikan dengan bukti nyata eksistensi Drumblek yang semakin digandrungi. Kemudian pada 16 November 2016, penulis bertemu dengan Lilla Eridianti Kepala Seksi Kebudayaan Dinas Perhubungan Komunikasi Budaya dan Pariwisata Kota Salatiga untuk meminta pendapat tentang Drumblek dan bentuk dukungan pemerintah terhadap Drumblek, sumber sejarah yang diperoleh adalah sumber sejarah lisan dengan hasil Drumblek adalah sebuah kesenian dan pemerintah mendukung adanya Drumblek dengan sering mengikutkan Drumblek dalam lomba atau acara tingkat regional serta memberi bantuan dana kepada grup Drumblek yang dinilai berprestasi. Untuk melengkapi sumber sejarah, penulis mencari referensi buku yang memuat sejarah Drumblek dan menemukan sumber sejarah kebendaan yaitu dua buku yang memuat informasi sejarah Drumblek dalam bentuk buku teks, “Drumblek Dari Salatiga Untuk Dunia” dan “Drumblek Kesenian

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

25

BAB IV

TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA PRODUKSI

4.1. Pra-Produksi

Sebelum melakukan proses produksi, penulis melalui pra-produksi terlebih

dahulu. Pra-produksi melalui beberapa tahap yang di antaranya adalah riset,

pembuatan story line, kemudian pembuatan story board.

4.1.1. Riset

Tahap riset dimulai dengan mengumpulkan sumber sejarah atau

heuristis, pada tanggal 17 September 2016, bertemu dengan Muhammad Edi

Kurniawan (Wawan) selaku Ketua Paguyuban Drumblek Salatiga untuk

memperoleh informasi umum seputar Drumblek seperti sejarah singkat dan

perkembangan Drumblek di Kota Salatiga, sumber sejarah yang diperoleh

adalah sumber sejarah lisan dengan hasil mengetahui sejarah singkat,

rekomendasi narasumber dan peningkatan jumlah grup Drumblek cukup

signifikan dengan bukti nyata eksistensi Drumblek yang semakin

digandrungi.

Kemudian pada 16 November 2016, penulis bertemu dengan Lilla

Eridianti Kepala Seksi Kebudayaan Dinas Perhubungan Komunikasi

Budaya dan Pariwisata Kota Salatiga untuk meminta pendapat tentang

Drumblek dan bentuk dukungan pemerintah terhadap Drumblek, sumber

sejarah yang diperoleh adalah sumber sejarah lisan dengan hasil Drumblek

adalah sebuah kesenian dan pemerintah mendukung adanya Drumblek

dengan sering mengikutkan Drumblek dalam lomba atau acara tingkat

regional serta memberi bantuan dana kepada grup Drumblek yang dinilai

berprestasi.

Untuk melengkapi sumber sejarah, penulis mencari referensi buku

yang memuat sejarah Drumblek dan menemukan sumber sejarah kebendaan

yaitu dua buku yang memuat informasi sejarah Drumblek dalam bentuk

buku teks, “Drumblek Dari Salatiga Untuk Dunia” dan “Drumblek Kesenian

Page 2: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

26

Asli Salatiga”. Sangat disayangkan hanya terdapat dua buku yang memuat

informasi sejarah Drumblek.

Atas rekomendasi dari ketua Paguyuban Drumblek Salatiga, pada

tanggal 2 Maret 2017, penulis melakukan wawancara langsung terhadap

pencetus Drumblek untuk pertama kali yaitu Didik Subiyantoro Masruri

untuk mendapatkan informasi mengenai sejarah Drumblek, penulis

mendapatkan sumber sejarah lisan bahwa benar peristiwa ini sudah

dipikirkan sejak tahun 1986 namun baru muncul pada tahun 1988.

Drumblek muncul ketika kreativitas menjadi solusi untuk minimnya biaya,

seperti yang sudah diuraikan dalam bab satu. Penulis juga mendapatkan

sumber sejarah kebendaan yaitu beberapa bukti foto dokumentasi yang

masih tersimpan dalam album lama milik Didik.

Wawancara selanjutnya dilakukan pada tanggal 15 Maret 2017

untuk menguji autentisitas dan kredibilitas atau tahap kritik sumber dari

sumber sejarah lisan yaitu hasil wawancara sebelumnya, sumber sejarah

kebendaan berupa foto dan dua buku yang sudah terbit sebelumnya. Sumber

sejarah lisan yaitu hasil wawancara dengan Wawan dan Didik dapat

dikatakan autentik dan kredibel karena mengandung peristiwa penting yang

tidak lain adalah sejarah Drumblek dan tidak ada kontra tentang sejarah

Drumblek antara generasi Didik tahun 1988 dengan generasi Wawan tahun

2016.

Kemudian uji autentisitas dan kredibilitas sumber sejarah kebendaan

foto dokumentasi Drumblek yang dimiliki Didik. Uji autentisitas

mendapatkan hasil bahwa foto ini dibuat di Kota Salatiga pada tahun sesuai

dengan peristiwa yang tergambar dalam setiap foto, misalkan pada peristiwa

penampilan Drumblek pertama kali pada tahun 1988 maka foto tersebut juga

dicetak pada tahun yang sama, dibuat oleh warga kampung Pancuran,

diambil dengan kamera yang dicetak pada media kertas foto berukuran 4R

(10,2cm x 15,2cm) dan merupakan bentuk asli (bukan fotokopi atau hasil

Page 3: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

27

scan). Untuk uji kredibilitas, Didik menyampaikan bahwa foto yang ada

adalah asli dan sesuai kejadian pada masa itu tanpa adegan rekayasa.

Selanjutnya buku pertama yang sudah terbit sebelumnya “Drumblek

Dari Salatiga Untuk Dunia”. Uji autentisitas mendapatkan hasil bahwa buku

ini dibuat di Kota Salatiga pada tahun 2013, dibuat oleh tim Kampoeng

Salatiga, diketik komputer yang dicetak pada media kertas berbentuk buku

dan merupakan bentuk asli (bukan fotokopi) dengan bukti kesamaan buku

yang diperoleh penulis dengan buku yang dimiliki oleh Didik. Uji

kredibilitas mendapatkan hasil bahwa isi dari buku sudah sesuai dengan

fakta sejarah yang sebenarnya, Didik mengklarifikasi hal tersebut karena

dirinya sendiri yang menjadi narasumber dalam buku “Drumblek Dari

Salatiga Untuk Dunia”.

Uji autentisitas pada buku kedua “Drumblek Kesenian Asli Salatiga”

mendapatkan hasil bahwa buku ini dibuat di Kota Salatiga pada tahun 2014,

dibuat oleh Eddy Supangkat, dkk, diketik komputer yang dicetak pada

media kertas berbentuk buku dan merupakan bentuk asli (bukan fotokopi).

Sedangkan untuk uji kredibilitas mendapatkan hasil bahwa terdapat

beberapa konten yang kurang tepat dengan sejarah yang sebenarnya, Didik

mengklarifikasi hal tersebut dengan menyatakan bahwa dirinya tidak

menjadi narasumber, Didik hanya mengetahui pembuatan buku ini namun

belum pernah membacanya.

Wawancara ketiga dilakukan pada 17 April 2017 untuk memeriksa

ulang dan mendapatkan tambahan mengenai runtutan peristiwa sejarah

kemunculan Drumblek pada saat itu. Pada tahap ini dilakukan analisis dan

sintesis. Analisis dilakukan untuk mengelompokkan runtutan peristiwa

sejarah Drumblek sesuai dengan waktu kejadian dan memilah sumber

sejarah yang akan digunakan. Setelah mendapatkan kelompok sumber

sejarah yang sesuai, tahap sintesis dapat dilakukan. Penulis menyatukan

sumber sejarah yang sudah dianalisis, dengan hasil sumber sejarah lisan

Page 4: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

28

mengisi bagian sumber sejarah kebendaan (foto dokumentasi) yang hilang

atau memang tidak terdokumentasikan.

Berdasarkan hasil sumber sejarah yang sudah dikumpulkan, diuji

dan dianalisis serta disintesis, penulis mendapatkan informasi-informasi

seputar sejarah, keunikan dan perkembangan Drumblek. Dari hasil tersebut

penulis menemukan bahwa dibutuhkan sebuah media komunikasi massa

untuk menyampaikan informasi tentang sejarah dan keunikan Drumblek

kepada masyarakat luas karena masih minimnya media komunikasi massa

yang tersedia.

Tahap selanjutnya adalah interpretasi, yaitu menyusun story line dan

story board.

4.1.2. Story Line

Melalui riset yang sudah dilakukan sebelumnya, penulis memulai

tahap interpretasi yaitu merancang alur cerita dalam buku cerita bergambar

tentang sejarah dan keunikan Drumblek sebagai media komunikasi massa

sebagai berikut:

Tabel 4.1.

Story Line buku cerita bergambar sejarah dan keunikan Drumblek

No Cerita Visual

1 Didik sebagai pemuda Kampung

Pancuran diminta oleh panitia

karnaval HUT RI untuk

mengoordinasi warga Kampung

Pancuran untuk ikut berpartisipasi

dalam acara HUT RI ke 43. Di sinilah

cikal bakal Drumblek dimulai.

Ilustrasi – Didik sedang berbicara

dengan salah satu Panitia Karnaval.

Salah satu panitia seperti menawarkan

sesuatu, terlihat dari belakang. Ekspresi

muka Didik diilustrasikan tertantang

atau tertarik akan sebuah hal baru dan

mengangkat jempol tangannya sebagai

jawaban “oke”. Digambarkan mereka

sedang berada di Kampung Pancuran, di

depan sebuah gapura dengan tulisan 17-

Page 5: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

29

08-88 untuk menunjukkan bahwa pada

waktu itu menjelang HUT RI ke 43.

2 Didik berdiskusi dengan warga

Pancuran mengenai ide yang akan

ditampilkan pada HUT RI. Mereka

berdiskusi di tempat yang disebut

Randu Alas karena pada saat itu,

terdapat sebuah pohon Randu di

tempat mereka sering berkumpul.

Ilustrasi – Didik dan beberapa orang

sedang berkumpul di bawah pohon

Randu. Mereka tampak sedang

berdiskusi satu sama lain.

3 Hasil diskusi mereka adalah mereka

terkendala biaya untuk ikut

berpartisipasi. Mereka merasa sedih,

Indonesia sudah merdeka, namun

untuk merayakan hari kemerdekaan

masih terkendala biaya.

Ilustrasi – Beberapa teman Didik datang

membawa sekantong plastik berisi uang

kepada Didik. Ekspresi mereka sedih,

karena terkendala biaya.

4 Didik mengusulkan ide yang

sebenarnya sudah dia pikirkan sejak

tahun 1986, yaitu menggunakan

barang-barang bekas yang ada di

sekitar mereka sebagai alat musik.

Mengembalikan arti musik pada

hakikatnya yaitu nada, suara dan

irama.

Ilustrasi – Dengan ide yang Didik

punya, dia membawa tong kaleng bekas

sambil memukulnya di hadapan warga

yang ketika itu ikut berkumpul. Warga

yang ada di sana menjadi senang karena

mempunyai sebuah harapan.

5 Warga mulai mengumpulkan barang

bekas, tong kaleng bekas, bambu,

drum plastik bekas ke tempat mereka

berkumpul, Randu Alas. Beberapa

orang juga mulai mengubah barang-

barang bekas yang akan digunakan

sebagai alat musik Drumblek.

Ilustrasi – Warga membawa barang-

barang bekas untuk di kumpulkan ke

Randu Alas. Ekspresi mereka senang.

Beberapa orang digambarkan mulai

sibuk mengubah barang-barang bekas

menjadi alat musik Drumblek.

6 Merasa masih kurang, untuk

menambah alat musik, beberapa orang

pergi meminjam drum plastik ke

penjual ikan.

Ilustrasi – Beberapa teman Didik pergi

meminjam drum plastik ke penjual ikan

di sekitar Kampung Pancuran untuk

menambah alat musik Drumblek.

Penjual ikan digambarkan setuju.

Page 6: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

30

7 Latihan pertama dilakukan. Sekitar 50

orang ikut dalam latihan pertama ini.

Mengilustrasikan foto dokumentasi.

Latihan pertama Drumblek di sekitar

Kampung Pancuran.

8 Mereka membutuhkan nama untuk

Drumblek ini. Akhirnya mereka

memutuskan untuk memakai nama

Tinggal Kandas yang merupakan

plesetan dari nama program

pemerintah pada masa itu yaitu

Skenario Tinggal Landas.

Ilustrasi – Satu orang terlihat sedang

menggambar tulisan “Tinggal Kandas”

di selembar kain berukuran besar.

9 Persiapan penampilan pertama.

Anggota Drumblek mulai berkumpul

lengkap dengan kostum dan teklek.

Ilustrasi – Anggota Drumblek mulai

berkumpul dengan sudah memakai

kostum dan menggunakan teklek.

Terdapat satu mayoret, digambarkan

juga salah satu orang yang tampak

grogi.

10 Penampilan pertama Drumblek

Tinggal Kandas pada HUT RI ke 43,

tahun 1988. Dengan keunikannya,

barang bekas, teklek dan kostum

sederhana. Keberhasilan ekspresi budi

daya.

Mengilustrasikan foto dokumentasi.

Penampilan Drumblek pertama kali

tahun 1988.

11 Warga Kota Salatiga begitu antusias

dengan kehadiran Drumblek. Pada

waktu itu Drumblek menjadi sebuah

acara tahunan dengan tampil di

karnaval HUT RI setiap tahunnya.

Mengilustrasikan foto dokumentasi.

Penampilan kedua Drumblek tahun

1989 dan penampilan ketiga Drumblek

tahun 1990.

12 Eksistensi Drumblek di Kota Salatiga

terus berkelanjutan setiap tahunnya.

Sampai pada HUT RI ke 50, tahun

1995, penampilan Drumblek diliput

oleh salah satu stasiun televisi

nasional (RCTI).

Mengilustrasikan dua foto yang

digabungkan menjadi satu peristiwa.

Penampilan Drumblek kedelapan tahun

1995 dan potongan foto dokumentasi

ketika RCTI meliput Drumblek.

13 Beberapa tahun kemudian, Drumblek

mendapat kesempatan tampil pada

Ilustrasi – Didik (terlihat dari belakang)

membaca surat undangan acara

Page 7: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

31

acara Deklarasi HAM ke 60 di Jakarta.

Untuk acara besar tersebut, mereka

bergabung dengan grup Drumblek

lain sehingga terkumpul kurang lebih

300 orang yang akan berangkat ke

Jakarta dengan menggunakan bus dan

truk untuk mengangkat alat.

Deklarasi HAM ke 60. Tampak di

hadapan Didik, teman-temannya sedang

menaikkan alat Drumblek ke truk untuk

dibawa ke Jakarta dan beberapa orang

juga tampak sedang masuk ke dalam

bus.

14 Drumblek gabungan se-Kota Salatiga

berjumlah 300 orang, berkesempatan

tampil pada acara Deklarasi HAM ke

60 di Jakarta tahun 2008.

Ilustrasi – Menggambarkan situasi

Monas dari atas, tampak sekumpulan

orang yaitu grup Drumblek sedang

berada di Monas.

15 Tahun berganti tahun, kini Drumblek

menjadi kesenian untuk menghibur

masyarakat. Tampil lebih modern

dengan kostum yang lebih menarik.

Drumblek pada tahun 2017.

Mengilustrasikan foto dokumentasi.

Penampilan Drumblek BCAD dari Kota

Salatiga.

Page 8: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

32

4.1.3. Story Board

Setelah alur cerita sudah dirancang, kemudian penulis membuat

story board yang digunakan sebagai acuan ketika proses produksi dilakukan.

Story board dibuat berdasarkan dengan alur cerita yang sudah dirancang

sebelumnya sebagai berikut:

Page 9: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

33

Page 10: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

34

Page 11: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

35

Page 12: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

36

4.1.4. Perancangan Buku Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar akan diberi judul dengan penyusunan

sebagai berikut:

Buku Cerita Bergambar

Salam Prak Prak Brung Sejarah dan Keunikan Drumblek

#DariSalatigaUntukDunia

Keterangan “Buku Cerita Bergambar” disematkan pada bagian atas

sebagai tanda jenis buku. Judul utama diambil dari jargon atau salam khas

para pemain Drumblek masa kini yaitu “Salam Prak Prak Brung”, salam

yang unik menirukan bunyi yang dihasilkan dari alat Drumblek itu sendiri.

Pemilihan judul utama ini dirasa lebih menarik dan menjual karena unik

dalam penulisan dan pelafalan kata namun tetap mencerminkan Drumblek

dan semangat para pemainnya. Kalimat “Sejarah dan Keunikan Drumblek”

ditampilkan untuk memperjelas judul utama. Kemudian terakhir adalah

hashtag yang memuat slogan Paguyuban Drumblek Salatiga yaitu

“#DariSalatigaUntukDunia”, memberikan kalimat ini untuk mewakili

semangat orang-orang pencetus, pengurus, pembina dan peserta Drumblek.

Layout atau tata letak pada buku yang akan dibuat oleh penulis akan

dijelaskan dalam gambar berikut, kecuali untuk story board 8.

Bagan 4.1. Konsep Layouting atau Tata Letak Tampilan Buku yang Akan Dibuat.

Page 13: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

37

Meskipun ilustrasi dalam bentuk kartun, ilustrator akan membuat

ilustrasi tetap realis dalam arti tidak meninggalkan elemen, keterangan dan

ciri-ciri penting yang terdapat dalam foto dan narasi hasil wawancara

dengan Didik. Proses ilustrasi menggunakan aplikasi grafis komputer yaitu

Adobe Photoshop CS6 dan CorelDraw X8.

Gambar 4.1. Contoh Ilustrasi dari Foto yang Sudah Diambil. Ilustrator: Greg Sidharta.

Page 14: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

38

4.2. Produksi

Pada proses produksi, penulis dibantu oleh seorang ilustrator Greg Sidharta.

Software yang digunakan adalah Adobe Photoshop CS6. Proses produksi melalui

beberapa tahap dengan acuan story line dan story board yang telah dibuat

sebelumnya.

Tahap pertama adalah penyempurnaan garis-garis setiap elemen dari sketsa

gambar pada story board agar lebih terlihat jelas anatomi dan line art cartoon

sehingga menjadi ilustrasi yang matang untuk masuk ke proses pewarnaan.

Gambar 4.2. Software Adobe Photoshop CS6.

Gambar 4.3. Proses Penyempurnaan Garis-Garis, Menggunakan Adobe Photoshop CS6.

Page 15: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

39

Tahap kedua adalah pewarnaan. Setelah garis-garis setiap elemen

disempurnakan, setiap elemen siap diberi warna sesuai dengan citranya.

Gambar 4.4. Proses Penyempurnaan Garis-Garis, Menggunakan Adobe Photoshop CS6.

Gambar 4.5. Proses Pemberian Warna dengan Adobe Photoshop CS6.

Page 16: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

40

Tahap terakhir dari proses produksi adalah pembuatan sampul buku bagian

depan dan belakang. Bagian depan berisi judul dan ilustrasi pendukung, sedangkan

bagian belakang berisi narasi sinopsis buku.

Gambar 4.6. Proses Pewarnaan Sudah Selesai Dilakukan dengan Adobe Photoshop CS6.

Gambar 4.7. Sampul Buku.

Page 17: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

41

4.3. Pasca Produksi

Tahap selanjutnya dalam pembuatan buku sebelum naik cetak adalah

layouting. Dalam tahap ini penulis menggunakan software Corel-Draw X8 untuk

mengatur tata letak dari setiap ilustrasi yang telah dibuat. Tujuan dari tahap ini

adalah mendapatkan susunan atau runtutan ilustrasi yang tepat dan sesuai story line

setelah melalui proses cetak dan jilid.

Layouting disesuaikan dengan pembaca buku cerita bergambar ini yaitu

masyarakat Kota Salatiga dan masyarakat pendatang, laki-laki dan perempuan

semua umur khususnya pelajar SD (6-12 tahun) yang gemar membaca. Gaya yang

Gambar 4.8. Software CorelDraw X8.

Gambar 4.9. Proses Layouting Menggunakan Software CorelDraw X8.

Page 18: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

42

dipakai adalah satu ilustrasi landscape menjadi dua halaman portrait. Dengan gaya

tersebut dapat mendukung fungsi desain sebagai media komunikasi massa penyalur

informasi, sehingga pesan yang akan disampaikan berupa ilustrasi tidak terpisah di

halaman selanjutnya.

Untuk memudahkan dalam mengatur susunan atau runtutan ilustrasi dengan

halaman buku maka penulis membagi setiap ilustrasi menjadi dua bagian dan

memberi tanda huruf A dan B. Misalnya pada ilustrasi 7, akan dibagi menjadi 7A

dan 7B, begitu juga dengan ilustrasi selanjutnya. Hal ini dilakukan karena proses

cetak dilakukan pada dua sisi kertas dan disusun seperti buku tulis garis-garis pada

umumnya sehingga ilustrasi 7A akan bersebelahan dengan 9B dan 7B akan tercetak

dengan 9A.

Gambar 4.10. Proses Layouting, Pembagian Ilustrasi.

Page 19: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

43

Tahap ketiga adalah penataan teks atau narasi pendukung ke dalam setiap

bagian ilustrasi yang telah dibuat. Berbeda dengan story board lain, pada story

board 8 penempatan teks berada ditengah, seperti contoh pada gambar berikut.

Gambar 4.11. Penataan Teks atau Narasi Pendukung pada Story Board 8.

Gambar 4.12. Hasil dari Penataan Teks.

Page 20: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

44

Untuk mengisi sampul bagian belakang, maka perlu ditambahkan sinopsis

tentang buku tersebut.

“Apakah kalian tahu Drumblek?

Drumblek adalah seni bermain musik sebagai bentuk ekspresi budi daya.

Kesenian ini mulai muncul tahun 1988 diawali oleh warga Kampung Pancuran,

Kota Salatiga

Perjalanan dan semangat Drumblek di Kota Salatiga dari awal sampai sekarang,

terus berdentum hingga kamu membuka halaman depan buku ini.

Salam Prak Prak Brung!”

Terakhir, setelah melalui proses layouting baik itu penataan ilustrasi dan

penataan teks, tahap selanjutnya adalah proses cetak. Berikut adalah gambar

pratinjau dari buku cerita bergambar yang telah dicetak.

4.4. Korelasi

Hubungan teori komunikasi dengan buku cerita bergambar yang akan dibuat

dapat dijelaskan mulai dari penulis bertindak sebagai komunikator atau pemberi

Gambar 4.13. Pratinjau Buku Cerita Bergambar Setelah Melalui Proses Cetak.

Page 21: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

45

pesan, sejarah dan keunikan Drumblek adalah pesan yang akan disampaikan, media

yang dipakai adalah buku cerita bergambar, masyarakat Kota Salatiga dan

masyarakat pendatang adalah komunikan atau penerima pesan dan efek yang

diharapkan adalah komunikan yang berarti masyarakat Kota Salatiga dan

masyarakat pendatang dapat lebih mengetahui sejarah dan keunikan Drumblek

yang berasal dari Kota Salatiga. Unsur-unsur tersebut kemudian disusun dalam satu

konsep model komunikasi dari Lasswell.

Sehubungan dengan pesan yang disampaikan bersifat umum, melalui

saluran sebuah buku cerita bergambar, dengan komunikan yang heterogen, proses

komunikasi satu arah dan dengan harapan menimbulkan keserempakan, maka

produk dari tugas akhir ini berhubungan dengan komunikasi massa. Produk dari

tugas akhir ini adalah sebuah buku, yang termasuk dalam salah satu bentuk media

komunikasi massa, dapat memenuhi fungsi dari media komunikasi massa tersebut

yaitu fungsi informasi dengan pesan yang akan disampaikan adalah sejarah dan

keunikan Drumblek yang berasal dari Kota Salatiga. Dengan pesan tersebut pula,

buku cerita bergambar ini juga dapat memenuhi fungsi transmisi budaya atau

pewarisan sosial. Informasi sejarah dan keunikan Drumblek mentransmisikan

budaya yang ada pada masa lampau untuk generasi selanjutnya, mewariskan

informasi meliputi ide pencetusan Drumblek, aktivitas pembuatan Drumblek

pertama kali dan benda hasil kegiatan manusia berupa alat-alat Drumblek.

Buku merupakan produk utama dalam tugas akhir ini, berjenis buku cerita

bergambar dengan pesan atau berisi informasi sejarah dan keunikan Drumblek.

Dipilih karena perancangan akan fokus pada gambar, sedangkan teks adalah narasi

pendukung. Gambar yang dibuat merefleksikan sumber-sumber sejarah yang telah

diteliti sebelumnya, kemudian divisualisasikan dalam bentuk dua dimensi atau

desain grafis. Pesan yang dimuat menjadikan buku ini juga sebagai pendorong

budaya yang kuat, karena menjadi tempat menyimpan budaya yang penting dan

dapat digunakan sebagai jendela untuk melihat sejarah munculnya Drumblek serta

keunikannya.

Page 22: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

46

Desain grafis dapat diartikan sebagai ketrampilan seni dan komunikasi.

Sebagaimana pula dengan buku cerita bergambar ini akan dikemas, seni dalam

pembuatan gambar harus dapat mewakili pesan yang akan disampaikan yaitu

sejarah dan keunikan Drumblek. Selain fungsinya untuk menyalurkan pesan, desain

grafis dalam buku cerita bergambar ini juga berfungsi sebagai pengilustrasian

sumber-sumber sejarah yang hilang dan sekaligus membuat buku cerita bergambar

ini lebih menarik perhatian.

Gambar-gambar yang akan ditampilkan pada buku memang bukan hanya

sekedar foto-foto yang disusun ulang namun berupa ilustrasi. Ilustrasi selain

sebagai reka ulang adegan, juga sebagai penjelasan atas suatu makna secara visual.

Minimnya foto-foto dokumentasi yang tersisa dapat dikaitkan dengan peristiwa

terbentuknya Drumblek, yang mana pada saat itu tidak ada yang mengira bahwa

Drumblek akan menjadi kesenian yang populer sampai masa kini sehingga ada

beberapa peristiwa yang tidak terdokumentasi, selain itu perlu diketahui bahwa

pada tahun sekitar 1986 kamera adalah barang eksklusif yang hanya dimiliki

beberapa orang saja. Jika pun ada, foto-foto dokumentasi yang tersisa sudah

termakan usia, ada beberapa bagian yang mulai rusak, maka dibutuhkan ilustrasi

untuk menampilkan kembali dalam bentuk yang lebih fresh dan menarik. Untuk

melengkapi bagian yang hilang atau memang tidak terdokumentasi, ilustrasi dalam

bentuk gambar diperlukan untuk reka ulang adegan hasil dari wawancara dengan

Didik dan menjadi jembatan untuk menggabungkan kedua sumber tersebut

sehingga didapatkan sebuah keselarasan yang utuh.

Sentuhan terakhir yang diperlukan adalah layouting atau tata letak. Seperti

yang telah dibahas pada bab pasca produksi, layouting sangat diperlukan dalam

proses pencetakan agar dapat tersusun dengan benar, selain itu juga disesuaikan

dengan siapa pembaca, gaya yang dipakai, fungsi desain, pesan yang disampaikan

dan tempat buku cerita bergambar tersebut akan dibaca. Selain itu, dalam layouting

juga dilakukan penataan teks atau narasi sebagai penjelasan dari ilustrasi yang

ditampilkan.

Page 23: BAB IV TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA …

47

Segmentasi, targeting dan positioning tentu saja berhubungan dengan

perancangan buku cerita bergambar ini. Ketiga hal tersebut memengaruhi gaya

ilustrasi sepenuhnya dalam penentuan garis gambar dan warna serta juga layouting.

Hubungan bauran pemasaran dengan pembuatan atau produk tugas akhir ini

adalah sebagai perkiraan jika suatu saat produk dari tugas akhir ini yaitu buku cerita

bergambar tentang sejarah dan keunikan Drumblek akan diproduksi masal atau

menjadi barang profit dengan catatan tetap mencantumkan nama penulis dan

ilustrator. Dalam bauran pemasaran terdapat empat unsur yaitu yang pertama

produk, sudah jelas bahwa produk adalah buku cerita bergambar tentang sejarah

dan keunikan Drumblek.

Kedua adalah price atau harga, dengan perkiraan biaya produksi sebesar Rp

30.000 – Rp 35.000 per buku, buku cerita bergambar ini dapat dijual kembali

dengan range harga Rp 50.000 (harga tersebut adalah perkiraan untuk biaya

produksi partai kecil). Penghasilan atau laba yang didapat akan dibagi untuk

penerbit dan penulis dengan perhitungan yang akan disepakati atau dapat disebut

sebagai royalti, dengan catatan jika penerbitlah yang membiayai seluruh biaya

produksi. Namun jika biaya ditanggung sepenuhnya oleh penulis maka laba akan

menjadi hak penulis sepenuhnya.

Ketiga, place atau tempat, buku cerita bergambar ini diperkirakan dapat

dijual di toko buku, di pameran buku atau ketika diselenggarakannya sebuah event

Drumblek.

Keempat, promosi. Dalam pemasarannya, buku cerita bergambar ini dapat

mengikuti promosi sesuai tempat penjualannya. Misalkan dijual di toko buku,

perkiraan promosi dapat menggunakan x-banner dan media sosial dengan catatan

toko tersebut mempunyai aplikasi media sosial seperti Instagram. Sedangkan untuk

pameran atau event, perkiraan promosi dapat mengikuti media publikasi yang dapat

dijangkau oleh pameran atau event tersebut, seperti brosur, spanduk dan media

sosial dengan catatan jika pameran atau event tersebut mempunyai aplikasi media

sosial. Selain itu diperkirakan juga dapat dipromosikan melalui mulut ke mulut.