bab iv studi hermeneutik terhadap teks lukas...

Download BAB IV STUDI HERMENEUTIK TERHADAP TEKS LUKAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1084/5/T1... · kebahasaan dan penulis akan menafsir Injil Lukas 23:1-25 dan ... (yang memberikan

If you can't read please download the document

Upload: dokhuong

Post on 05-Mar-2018

227 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • BAB IV

    STUDI HERMENEUTIK TERHADAP TEKS LUKAS 23:1-25

    4.1. Pendahuluan

    Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya, konteks sosio-politik

    mempengaruhi situasi peradilan pada zaman Yesus dan konteks ini juga bisa mempengaruhi

    keputusan Pilatus terhadap hukuman mati Yesus. Dengan pemikiran ini, penulis ingin melakukan

    penafsiran terhadap teks Injil Lukas 23:1-25, terutama dalam kaitannya dengan keputusan Pilatus

    menurut Injil Lukas. Studi ini diarahkan untuk melihat bagaimana pemahaman Injil Lukas

    terhadap keputusan Pilatus tentang peradilan Yesus dan juga peradilan Yesus dilihat dari konteks

    sosio-politk pada zaman itu.

    Dalam melihat keputusan Pilatus dalam narasi peradilan Yesus menurut Injil Lukas 23:1-

    25 maka penulis memfokuskan pada analisa sosio-politik. Melalui analisa sosio-politik

    setidaknya dapat menjelaskan dan memberi gambaran tentang situasi yang terjadi pada saat

    peradilan Yesus yaitu apa yang dilakukan Pilatus pada saat peradilan Yesus, apa yang

    melatarbelakangi Pilatus mengambil keputusan itu, apa isi keputusan itu dan dampak yang

    terjadi ketika Pilatus mengambil keputusan tersebut.

    Sebelum melakukan penafsiran dan membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan

    pemahaman Injil Lukas terhadap keputusan Pilatus dalam narasi peradilan Yesus, maka penulis

    akan menguraikan analisa dan persoalan teks yaitu penulis menggunakan kritik aparatus, kritik

    kebahasaan dan penulis akan menafsir Injil Lukas 23:1-25 dan menutupnya dengan kesimpulan

    yang merupakan inti dari tulisan ini

  • 4.2. Persoalan teks

    4.2.1. Kritik Aparatus

    Hayes mengatakan bahwa naskah-naskah Alkitab yang asli itu sendiri sejauh penelitian

    ini tidak ada, yang ada hanyalah naskah-naskah asli yang berupa salinan-salinan kuno. Hal ini

    menyebabkan ada berbagai ragam jenis variasi teks untuk tulisan-tulisan Alkitabiah, seperti:

    variasi-variasi di antara naskah-naskah tulisan dalam bahasa aslinya, variasi dalam terjemahan

    kuno, variasi di antara naskah-naskah tulisan kuno dalam bahasa asli dan naskah tulisan dari

    terjemahan kuno, dan variasi kutipan-kutipan pada karya-karya tulis Yahudi dan Kristen.

    Biasanya variasi semacam ini ditimbulkan oleh kerusakan teks itu sendiri, baik secara tidak

    sengaja maupun disengaja. Keadaan teks asli sewaktu ditemukan tidak utuh (berlubang-lubang)

    sehingga hal ini menjadi kesulitan tersendiri bagi para penyalin untuk meraba dan

    memperkirakan mengenai kata per kata dari teks yang terhilang. Tentunya ini mengakibatkan

    tidak seratus persen (ada banyak perubahan) pada naskah itu ketika disalin. Kemudian, naskah-

    naskah tulisan kuno ini digunakan dalam rentang waktu yang cukup panjang dan mengalami

    penyalinan kembali beserta terjemahannya.45

    Hayes menambahkan juga lokasi geografis menjadi penentu salinan-salinan itu

    mempunyai rumpun-rumpun tersendiri terutama dalam Perjanjian Baru sehingga para peneliti

    tidak terlalu sukar untuk menggolongkan naska-naskah itu dan memeliharanya. Oleh karena itu

    kritik teks ini menaruh perhatian besar pada kritik aparatus (yang memberikan perhatian kritis

    terhadap kasus-kasus aparatus pada setiap kata-kata yang mengalami perubahan baik diganti,

    Hayes dan Holladay, Pedoman Penafsir Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 39-40.

  • dihilangkan, disisipkan, diubah susunannya, dan lain-lain di dalam teks Injil Lukas 23:1-25),

    dan kritik kebahasaan (yang memberikan perhatian bagi struktur bahasa dan perannya di dalam

    teks itu sendiri. Selain itu, kritik ini membahas tentang kata-kata yang ada di dalam teks yang

    artinya berpengaruh terhadap teks itu sendiri, misalnya Herodes, mengolok-olok, salibkan Dia

    dan lain sebagainya). Selain itu juga kritik teks bertujuan untuk menentukan proses penerusan

    teks dan timbulnya bentuk-bentuk varian teks yang beragam, dan untuk menentukan susunan

    kata yang asli jika dinilai mungkin atau terjangkau, dan untuk menentukan bentuk dan susunan

    kata yang terbaik dari teks yang pembaca modern harus dipakai.46

    Dalam Lukas 23:1-25 didapati ada empat ayat yang mengalami baik perubahan,

    penyisipan, penggantian, dan penghilangan di masing-masing katanya Yaitu ayat 11, 15, 16 dan

    23. Pembahasan persoalan yang pertama adalah Lukas 23:11 kasusnya adalah dalam kata

    kai. o` ~Hrw,|dhj.47 Kata kai. o` ~Hrw,|dhj dalam teks ini mendapat

    perubahan sehingga tiga versi hadir untuk menentukan ketegasan teks ini. Namun sebelum

    menganalisa lebih jauh maka perlu kita ketahui bahwa, tingkat keragu-raguan teks ini cukup

    besar. Kata kai sendiri kehadirannya dan kedudukannya dalam teks dipandang masih dalam

    perdebatan. Kedudukannya sendiri dalam kalimat ini merupakan kata kelima setelah kata

    auvtou/.. Dalam aturan tata bahasa, biasanya ada kemungkinan hanya sebagai penegas saja

    untuk menjelaskan dua objek yang berbeda.

    Hayes dan Holladay, Pedoman Penafsir Alkitab, 44. Penulis juga menggunakan sumber-sumber yang

    akan dipakai sebagai alat untuk menganalisa kasus-kasus apparatus teks Injil Lukas 23:1-25, yaitu Alkitab Perjanjian Baru Yunani-Indonesia (Jakarta LAI, 2002); copyright (c) 2003 Bible Works, LLC version 6.0.005y; Newmman, Barclay M. Kamus Yunani-Indonesia untuk Perjanjian Baru (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006).

    Katakai mendapat tanda kurung siku yang berarti kehadiran dan kedudukannya dalam teks dianggap

    masih dalam perdebatan.

  • Pada versi yang pertama, kata kai.ditulis begitu saja tanpa ada tanda kawalan, setelah itu

    diikuti oleh teks o` ~Hrw,|dhj ada kemungkinan pada abad ke-III perdebatan kata ini tidak

    menjadi begitu penting karena tidak mempengaruhi isi kalimat dan kondisi bacaan terhadap

    maksud kalimat sehingga tidak terlalu signifikan ketika tidak dikawal tanda kurung untuk

    pemahaman bagi pembacanya. namun teks yang lain tidak mengalami perubahan.48

    Pada versi kedua, kata kaidihilangkan sehingga menggunakan o` ~Hrw,|dhj saja.

    Sehingga terjemahannya menjadi Herodes yang menjelaskan tentang raja Herodes itu sendiri.

    Dalam keterangan bahwa teks ini dipertahankan sampai abad X.49

    Pada versi ketiga, kata kai o` dihilangkan dalam teks dan hanya menggunakan

    Hrw,|dhj saja.50 Melihat dari ketiga versi ini yang memiliki masalah teks yang berbeda pada

    versi pertama tidak mengalami penambahan dan pengurangan kata dalam teks tersebut yaitu

    kai. o` ~Hrw,|dhj versi pertama diawali dengan naskah huruf ini merupakan teks

    berwibawa dan paling tua yaitu sekitar abad III. Versi yang pertama lebih berani untuk tidak

    mencantumkan tanda siku namun kalimatnya tidak mengalami perubahan. Sedangkan pada versi

    kedua hanya berbeda satu abad dengan versi pertama yaitu versi kedua sekitar abad IV. Versi ini

    menghilangkan kata kai kata ini mempunyai fungsi yaitu kai yang artinya kata keterangan

    Pendapat mengenai ketiga kata ini ada tiga versi, pertama, versi yang sesuai dengan teks tetapi kata

    kai tidak dikawal oleh tanda kurung siku [ ] tanda ini merupakan tanda yang digunakan untuk mengapit kata-kata (atau sejumlah kata) yang kehadiran atau kedudukannya dalam teks masih dalam perdebatan . pada versi ini ketiga kata tersebut mendapat huruf C yang artinya tingkat keragu-raguan cukup besar. Selain itu, ketiga kata ini masuk dalam kategori (sekitar abad ke-III ), unsial (sekitar abad IV di London).

    Teks dalam versi kedua ini digunakan oleh Bapak Gereja Philo-Carpasia untuk tulisannya beliau adalah

    seorang Bapak Gereja yang berasal dari Carpasia yang tulisannya mengacu pada Lukas 23:11 sekitar abad keempat.

    Versi ketiga ini didukung oleh unsial W (sekitar abad V di Washington). Didukung juga oleh lambang

    yang menjelaskan bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut.

  • versi ini menghilangkan kata keterangan dan langsung saja menggunakan o` Hrw,|dhj.

    Walaupun versi ini menghilangkan kata sandang namun masih ada kai sebagai kata keterangan

    untuk menunjukan tentang Herodes itu sendiri. Versi ketiga lebih banyak mengalami perubahan

    yaitu tidak menggunakan kai o`, dan hanya menggunakan kata Hrw,|dhj. Versi ini

    penyalin tidak melihat kata keterangan dan juga kata sandang sehingga langsung saja

    menggunakan kata Hrw,|dhj. Melihat dari ketiga versi teks di atas dan penjabarannya maka

    penulis lebih memilih versi pertama. Karena alasan yang pertama, versi ini tidak mendapatkan

    penambahan atau pengurangan kata dalam teks tersebut hanya tanda kurung yang tidak

    digunakan. Pada versi ini yang sesuai dengan teks. Kemudian versi ini didukung oleh kategori

    75 sekitar abad III, lebih awal dibandingkan dengan versi kedua dan ketiga penulis memilih

    versi pertama karena kewibawaan teks tetap terus terjaga dalam teks.

    Selanjutnya teks yang bermasalah terdapat dalam Lukas 23:15 dalam kata

    avne,pemyen ga.r auvto.n pro.j h`ma/j( dalam teks ini mendapat perubahan

    sehingga lima versi hadir untuk menegaskan teks ini. Versi pertama dinilai A dengan Unsial

    versi ini sesuai dengan teks.51

    Versi kedua, versi ini mengalami perubahan diakhir kalimat yaitu dari h`ma/j berubah

    menjadi uvma/j yang artinya kami atau kita, berubah menjadi uvma/j, arti dari kata

    Pendapat mengenai kelima kata ini ada lima versi, pertama, versi yang sesuai dengan teks, pada kelima

    kata ini mendapat huruf A yang artinya secara yakin teks ini dapat dikatakan asli. Selain itu kelima kata ini masuk dalam kategori 75 (sekitar abad III), unsial (sekitar abad IV di London). Didukung juga oleh lambang yang menjelaskan bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut.

  • uvma/j ini adalah kalian, kata ganti orang ke-2 jamak, akusatif, yang berasal dari kata su,.52

    Versi kedua ini Sangat sedikit pendukungnya. Versi ini kemungkinan besar pembuktiannya

    sekitar abad XIII dan tidak diketahui sampai kapan teks ini dipertahankan sehingga penulis

    sangat ragu memilih teks ini.

    Pada versi ketiga teks ini pun mengalami perubahan yaitu menjadi avne,pemyen ga.r

    uvma/j pro.j auvto.n. avne,pemyen yang berarti mengirim (keatas) atau mengirim

    kembali kata ini termasuk dalam kata kerja indikatif aorist aktif. ga.r yang berarti karena,

    memang; kata sambung. uvma/j yang berarti aku, ku, kata ganti akusatif bentuk jamak.

    pro.j yang berarti kepada, agar, demi, supaya, kata depan akusatif jamak. Dan perubahan

    yang terakhir ini adalah auvto.n yang berarti Diri sendiri, yang sama, dia atau mereka, kata

    ganti akusativ maskulin bentuk tunggal. Sehingga bisa diterjemahkan menjadi untuk itu aku

    mengirim kembali Dia kepada mereka.53

    Versi keempat juga mengalami perubahan yaitu menjadi avne,pemyen ga.r auvto.n

    pro.j auvto.n. pada versi keempat ini bukti-bukti yang mendukung versi ini juga sangat

    Versi kedua ini didukung oleh f13 family 13, yaitu sekelompok naskah-naskah Yunani yang dilukiskan

    untukk pertama kali oleh Ferar.Didukung juga oleh lambang yang menjelaskan bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut.

    Versi ini didukung oleh unsial A (abad V di London). Didukung juga olehlambang yang menjelaskan

    bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut. Kemudian didukung juga oleh f1

    family 1sekelompok naskah-naskah Yunani yang dilukiskan untuk pertama kali oleh Lake. Didukung juga oleh seorang Bapak Gereja Augustine dari Hippo yang menggunakan atau merujuk injil ini (keempat Injil Matius, Markus dan Yohanes) dalam karyanya Harmony of the Gospels sekitar tahun 354-430 M.

  • sedikit, bahkan ada minuskul dan unsial yang tidak memiliki penjelasan sama sekali, sehingga

    penulis merasa teks ini memiliki tingkat keragu-raguan yang cukup tinggi.54

    Versi kelima ini ada perubahan di awal kata yaitu avne,pemyen berubah menjadi

    avne,pemya ga.r auvto.n pro.j auvto.n. yang mendukung versi ini juga sangat

    sedikit, buktinya bahwa teks ini ditemukan sekitar abad XI di Athen, setelah itu penjelasan

    tentang apakah teks ini dipertahankan atau tidak pun tidak jelas, sehingga penulis merasa sangat

    ragu dengan teks ini.55

    Melihat dari kelima versi yang muncul untuk menentukan dan menegaskan teks ini maka

    penulis memilih versi pertama yaitu kata avne,pemyen ga.r auvto.n pro.j h`ma/j

    . walaupun pada versi ini bukti luar yang mendukungnya hanya sedikit, dibandingkan dengan

    versi lain maka versi pertama merupakan teks tertua yaitu sekitar abad III dan dinilai dengan

    huruf A di mana tidak ada keraguan dalam teks tersebut, sehingga versi pertama merupakan

    pilihan dari penulis.

    Selanjutnya persoalan aparatus terdapat dalam Lukas 23:16. Ada tiga versi yang hadir untuk

    menegaskan teks ini, pertama, versi ini diberi huruf A yakni teks ini secara yakin dapat dikatakan

    asli. Versi ini pun dijelaskan dalam Alkitab Perjanjian Baru Yunani-Indonesia bahwa teks ini

    mengalami (omit verse atau ayat yang dihilangkan).56

    Pendukung versi ini adalah unsialini adalah sebuah daftar bacaan Kitab Suci ditandai dengan angka dan

    dicetak agak naik dibelakangnya.

    Didukung oleh minuskul Yunani nomor 788 (sekitar abad XII, di Athena).

    Versi pertama ini diberi huruf A yaitu teks ini secara yakin dapat dikatakan asli. Didukung juga oleh75

    yaitu sekitar adab III di Paris. Didukung juga oleh lambang yang menjelaskan bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut.

  • Versi kedua, versi ini memasukan ayat (include verse) dan Juga menggunakan sedikit variasi.

    Pada versi yang kedua didukung oleh berbagai minuskul dan juga unsial yang merupakan bukti

    luar yang cukup berwibawa yaitu unsial , W, , , . Versi ini merupakan versi yang dikatakan

    include verse (memasukan ayat), Juga menggunakan sedikit variasi. Sehingga teks tersebut

    vavvnagkh de eicevvn apoluein autoij kata eorthvvn evna. Versi kedua

    ini merupakan Kanon Eusebian yang digunakan oleh Augustine juga. Versi ini diterjemahkan

    sekitar abad V dan dipertahankan samapai XII.57

    Versi ketiga, versi ini juga memasukan ayat (include verse). kesan penulis terhadap versi ini

    adalah sangat ragu-ragu, karena bukti luar yang mendukung versi ini hanya empat dan hanya

    bukti luar satu saja yang berwibawa sedangkan tiga bukti lainnya tidak berwibawa.58

    Melihat dari ketiga versi yang hadir untuk menegaskan teks ini maka penulis memilih versi

    pertama, karena versi pertama didukung oleh bukti yang berwibawa yaitu minuskul pada

    awal abad III. Didukung oleh minuskul Yunani nomor 1241, 070, 892. Versi ini diterjemahkan

    kira-kira pada awal abad III dan dipertahankan sampai pada abad XIII. Walaupun teks tersebut

    dihilangkan tetapi karena teks ini dinilai A, dan didukung oleh bukti luar yang berwibawa.

    Selanjutnya permasalahan aparatus terdapat dalam Lukas 23:23. Dalam permasalahan teks

    ini maka hadir empat versi teks yang berusaha untuk menegaskan teks tersebut. versi yang

    pertama ini sesuai dengan teks. Versi yang pertama diberi huruf B yakni menunjukan bahwa

    Versi kedua ini didukung olelambang yang menjelaskan bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud

    oleh penulis asli dari naskah tersebut. Juga didukung oleh , sekitar abad IV di London. Kemudian didukung juga oleh f1 family 1sekelompok naskah-naskah Yunani yang dilukiskan untuk pertama kali oleh Lake.

    Didukung oleh minuskul Yunani nomor 17 (abad IX, di Paris). Didukung juga oleh yang menjelaskan

    bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut.

  • adanya sedikit keragu-raguan pada teks ini. Versi pertama ini didukung juga oleh bukti-bukti

    luar yang berwibawa, termasuk Augustine juga menggunakan teks ini.59

    Versi kedua, versi ini tidak sesuai dengan teks dimana ada perubahan teks yaitu menjadi

    auvtw/n twn arcierew.60 Melihat dari bukti-bukti pendukung maka penulis masih sangat

    ragu-ragu menggunakan versi untuk analisa. Karena bukti-bukti tersebut tidak terlalu berwibawa

    apalagi mengalami perubahan teks.

    Versi ketiga, versi ketiga juga mengalami perubahan yang besar yaitu auvtw/n kai twn arcontwn kai twn arcierewn..61

    Versi keempat, termasuk dalam omit kai.katiscuon autwn. Versi ini yang mendukung pun hanya dua minuskul saja.62

    Dari penjelasan keempat versi pendukung ayat 23 ini maka penulis lebih memilih versi

    pertama, karena versi yang pertama sesuai dengan teks, kemudian didukung oleh bukti luar

    berwibawa, dan teks ini merupakan teks tertua yaitu sekitar abad III, sehingga penulis memilih

    versi pertama karena berwibawa.

    4.2.2. Persoalan teks yang berkaitan dengan bahasa

    Versi ini didukung oleh75 yaitu sekitar adab III di Paris. Didukung juga oleh lambang yang

    menjelaskan bahwa bunyi teks seperti yang dimaksud oleh penulis asli dari naskah tersebut. Diberi huruf B yaitu adanya sedikit keragu-raguan terhadap teks ini.

    Versi pertama ini didukung oleh unsial A yaitu sekitar abad V di London. Kemudian didukung oleh

    unsial75 yaitu sekitar adab III di Paris. Augustine dari Philo juga menggunakan teks ini dalam tulisannya.

    Versi ini mengalami perubahan kata-kata yaitu auvtw/n kai twn arcontwn kai twn

    arcierewn. versi ini juga didukung hanya oleh 1 pendukung saja yaitu minuskul Yunani nomor 1424 yaitu sekitar abad IX/X, di chicago.

    Vesi ini didukung oleh minuskul Yunani nomor 184 (penjelasannya tidak ada secara rinci). Kemudian

    Unsial ini adalah sebuah daftar bacaan Kitab Suci ditandai dengan angka dan dicetak agak naik dibelakangnya.

  • Peran Lukas dalam menggambarkan situasi perpolitikan di kalangan para imam begitu

    besar. Hal ini dapat dilihat melalui ayat yang kedua pada kata Ia adalah Kristus, yang dalam

    bahasa Yunaninya e`auto.n cristo.n di mana posisi kata e`auto.n sebagai

    pengungkapan penegasan perwakilan diri seseorang. Melalui penegasan inilah (pilihan kata ini)

    yang dicemas-cemaskan oleh kalangan para imam Yahudi dan Yesus dalam kasus ini dituduh

    sebagai penghujat Allah.

    Selain menggambarkan kekuasaan di kalangan imam Yahudi, Lukas juga

    mengidentifikasi adanya dua kekuatan besar, Pilatus dan Herodes, yang muncul pada masa

    Yesus. Perihal hubungannya yang baik atau tidak, para tokoh mengatakan seperti Leks dan

    Barclay bahwa mereka berdua dahulu berseteru namun tidak dijelaskan secara rinci perseteruan

    tersebut. hanya saja kalimat ini ingin mengatakan bahwa dua kekuasaan ini berdamai kembali. 63

    Kemudian dengan berpatokan pada kritik aparatus maka penulis berpendapat bahwa

    pemakaian kata kai. o` ~Hrw,|dhj masih dalam perdebatan dan keragu-raguan yang

    cukup tinggi. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa mungkin saja Herodes tidak ikut

    mengolok Yesus. Menurut penulis kata Herodes digunakan untuk memperkuat pernyataan yang

    menyatakan bahwa Herodes benar-benar tidak menyukai Yesus. Penulis berpendapat bahwa

    dalam ayat 11 tanpa menggunakan subjeknya yaitu Herodes sudah bisa menunjukan bahwa kata

    itu tidak mempengaruhi ayat-ayat sebelumnya karena ketika dilihat dari ayat 8-12 dapat

    dipahami bahwa sudah ada penolakan Herodes terhadap Yesus.

    63 Lih. Juga ayat 12.

  • Berdasarkan konteks sosio-politik Injil Lukas 23:1-25 penulis beranggapan bahwa

    penolakan Herodes terhadap Yesus juga karena kemungkinan Herodes tidak mau ada orang lain

    yang menandingi kekuasaannya pada saat itu. Herodes yang dimaksud dalam ayat 11 ini adalah

    Herodes yang berkuasa atas wilayah Galilea.64 Ayat ini juga menyatakan bahwa Yesus dikirim

    kembali kehadapan Pilatus alasannya karena kedudukan Pilatus lebih tinggi dari pada Herodes

    sehingga keputusannya mutlak. Di atas penulis telah menjelaskan bahwa melihat dari teks yang

    ada maka mungkin saja Herodes tidak mengolok Yesus. Menurut penulis bisa ditambahkan juga

    bahwa disamping mengolok Yesus sebelumnya sudah muncul rasa ketidaksukaan Herodes

    terhadap Yesus yang pada saat itu hadir, terkenal dan melakukan mujizat di wilayahnya tanpa

    izin, sehingga Herodes hanya berusaha memberikan pertanyaan-pertanyan yang memancing

    Yesus untuk menunjukan kuasanya. Namun penulis juga punya pemikiran lainnya yaitu, apakah

    etis seorang raja Herodes yang otomatis tahu tentang tata krama, etika, sosial, pola pemikiran

    dan cara berbicara yang baik nekad mengolok Yesus di hadapan orang banyak. Apakah hal itu

    tidak mempertontonkan kebodohan seorang raja kepada rakyatnya dengan cara mengolok!

    Mengapa Herodes tidak menginvestigasi Yesus dengan teliti apakah benar tuduhan-tuduhan itu

    tanpa harus mengeluarkan kata olokan. Sehingga di atas penulis menjelaskan bahwa di samping

    olokan yang dilakukan oleh Herodes dibarengi juga dengan ketidaksukaan Herodes terhadap

    Yesus, karena ketika muncul rasa ketidaksukaan terhadap orang lain maka otomatis ada olokan-

    olokan yang keluar untuk merendahkan dan mempermalukan orang itu. Sehingga kata

    ketidaksukaan Herodes terhadap Yesus pun perlu dimasukkan untuk memperlengkap pernyataan

    itu.

    B. F. Walker, Konkordansi Alkitab (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1994), 168.

  • Pada ayat 15 tidak ada keterangan mengenai obyek dari kalimat tersebut LAI hanya

    menggunakan kata kami untuk menjelaskan kata h`ma/j. Menurut Leks, kata kami biasa

    diucapkan oleh atasan atau penguasa bangsa Eropa zaman dulu.65 Akan tetapi Abineno sendiri

    berpendapat bahwa kami di sini mengacu pada yang pertama adalah, imam-imam kepala dan

    seluruh orang banyak yang hadir pada pemeriksaan itu.66 Akan tetapi berdasarkan konteksnya

    maka penulis berpendapat bahwa h`ma/j mengacu pada Pilatus, imam-imam kepala,

    pemimpin-pemimpin serta rakyat yang ada pada saat itu. Menurut penulis bahwa, dilihat dari

    sistem pemerintahan yang terjadi pada saat itu, di mana Herodes sendiri merupakan raja yang

    daerah kekuasaannya hanya di wilayah Galilea, sedangkan Pilatus sendiri merupakan wali negeri

    Roma otomatis Pilatus masih memiliki kekuasaan yang tinggi dibandingkan dengan Herodes.

    Sehingga, peran Herodes tidak terlalu signifikan terhadap Yesus. Setelah didapati kembali Yesus

    di hadapan Pilatus, Pilatus mencoba berdiskusi dengan warga Yahudi (mengacu pada kata

    h`ma/j yang artinya kami ) mengenai hukuman yang layak sehingga ia melakukan penegasan

    tiga kali bahwa tidak ditemukan kesalahan pada Yesus.

    Berdasarkan kritik teks ayat 16 ini mengalami penghilangan teks pada ayat 17. Menurut

    Leks, seluruh kalimat dalam ayat 17 diberi tanda kurung karena teks ini tidak tercantum dalam

    banyak naskah kuno. Leks berpendapat bahwa, diduga kalimat ini dimasukan ke dalam teks ini

    kemudian, karena pengaruh Mat 27:15 atau Mrk 15:6 atau mau membenarkan teriakan yang

    tercantum dalam ayat 18.67 Penulis berpendapat bahwa ada beberapa alasan mengapa ayat ini

    Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas, 617

    Lihat penjelasan BAB II halaman 16.

    Stefan Leks, 617.

  • dihilangkan. Alasan yang pertama mungkin tidak ditemukan serpihan mengenai ayat ini. Alasan

    yang kedua mungkin ayat ini tidak penting sehingga pengarang Lukas tidak mencantumkannya.

    Akan tetapi TB-LAI menambahkan ayat tersebut kemungkinan untuk mempertegas ayat

    sebelumnya yaitu jika dikaitkan dengan tradisi Romawi pada saat itu bahwa ketika hari raya

    paskah tiba maka, harus ada satu tahanan yang dilepaskan dari hukumannya. Tradisi ini yang

    membuat Pilatus mengalami situasi yang sangat sulit mengambil keputusan untuk melepaskan

    Yesus atau Barabas. Namun, dengan ini tidak mengurangi arti dari bacaan tersebut. oleh karena

    itu menurut penulis ayat ini dihilangkan ataupun dimasukan dalam teks ini tidak terlalu

    mengurangi dan mempengaruhi makna yang sebenarnya dari ayat-ayat sebelumnya.

    Dalam ayat 23 kata auvtw/n yang berasal dari kata auvto.j berfungsi sebagai kata

    ganti genitif kalimat tersebut yang artinya mereka. Akan tetapi tidak dijelaskan mereka ini

    dimaksudkan kepada siapa. Namun menurut penulis mereka yang dimaksudkan di sini adalah

    rakyat yang ada pada saat itu, kemudian para ahli-ahli taurat dan imam-imam kepala yang

    menuduh Yesus dengan tuduhan palsu mereka. Dan pemakaian kata auvtw/n ini juga

    diartikan oleh Barclay sebagai orang-orang Yahudi.68 Leks mengartikan kata mereka di sini

    adalah massa atau rakyat. Namun penulis tidak sependapat dengan dua ahli di atas, penulis lebih

    condong menggunakan kata mereka itu menunjuk pada keseluruhan orang yang ada pada saat itu

    yakni ahli-ahli taurat, imam-imam kepala dan para pejabat Romawi. Menurut penulis, dalam ayat

    sebelumnya yakni ayat 22 Pilatus mulai berunding dengan auvtw/n yang artinya mereka yaitu

    para imam kepala, orang-orang Yahudi dan para pejabat tinggi Romawi memutuskan hukuman

    bagi Yesus. Pilatus bukanlah seorang pejabat Romawi yang tidak tahu tentang sistem peradilan

    William Barclay, Pemahaman Alkitab setiap hari Lukas, 413.

  • Romawi yang benar. Oleh karena itu ia tidak mau menghukum mati Yesus karena ia begitu sadar

    bahwa dengan menghukum mati Yesus ia akan mengkhianati keadailan Romawi yang begitu

    dijunjung tinggi. Akan tetapi ada kalimat kunci dari Lukas untuk menunjukan atau

    mengindikasikan alasan kuat Pilatus mengabulkan permintaan hukuman mereka, yaitu teriakan-

    teriakan warga mengenai penyaliban Yesus. Artinya, Lukas ingin menunjukan bahwa Pilatus

    dipaksa oleh keadaan. Menurut penulis, suasana penegasan ketiga kali oleh Pilatus dan teriakan-

    teriakan orang banyak merupakan intrik penulis injil Lukas ini untuk memberitahu siapa yang

    berperan besar terhadap keputusan tersebut.

    4.3. Peradilan Yesus

    4.3.1. Dialog Pilatus dan Yesus

    Cerita tentang peradilan Yesus di hadapan Pilatus merupakan suatu kisah yang menarik

    untuk disimak, cerita ini mau menjelaskan tentang pentingnya suatu keadilan yang harus

    ditegakan dan diputuskan di tengah banyak pertentangan dan ancaman yang cukup berat. Kisah

    ini dimunculkan dalam tiga Injil sinoptik yaitu Matius, Markus dan Lukas. Namun, penulis tidak

    membahas ketiga injil tersebut tetapi, penulis akan meneliti dan menganalisa dari teks Lukas

    23:1-25 yang dititik beratkan dalam konteks sosio-politiknya. Sebelum Yesus dibawa ke hadapan

    Pilatus Yesus pertama kali diperiksa oleh Sanhedrin. Sanhedrin adalah dewan tertinggi agama

    Yahudi.69 Kenyataannya bahwa perkara-perkara orang Yahudi tidak pernah dibawa ke hadapan

    gubernur, karena mereka mempunyai lembaga peradilan sendiri. Ketika Yesus berada di hadapan

    Sanhedrin, maka tuduhan mereka adalah bahwa Yesus menyebutkan diri-Nya sebagai Anak

    69 Lih penjelasan Bab III, 32 & 33

  • Allah (Luk 22:70). Tetapi karena tuduhan ini tidak mampu menghukum Yesus dan memang

    mereka (para tua-tua bangsa Yahudi, imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat) dengan kata lain

    peradilan Yahudi melalui Sanhedrin tidak punya kuasa untuk menghukum mati Yesus karena

    otoritas mereka telah dibatasi, dengan demikian mereka mulai merubah tuduhan Yesus dan

    membuat perkara itu menjadi perkara politik agar bisa dibawa ke pengadilan Romawi yang lebih

    tinggi dan Gubernur Romawi mempunyai hak untuk menghukum mati.

    Sesudah pemeriksaan Yesus dalam sidang Sanhedrin, Dia dibawa ke hadapan Pilatus

    untuk diadili. Sebelum dialog antara Pilatus dan Yesus, maka sudah ada tuduhan-tuduhan yang

    dilontarkan oleh para sidang yang hadir pada saat itu di mana tuduhan-tuduhan ini yang

    menghantarkan Yesus dan Pilatus dalam sebuah dialog yang memperdebatkan betul dan tidaknya

    tuduhan tersebut (Luk 23:1-2). Barclay berpendapat bahwa ada tiga tuduhan yang dilontarkan di

    hadapan Pilatus yaitu:1) agitasi durhaka, 2) menuduh Yesus telah menghasut rakyat agar tidak

    membayar pajak kepada kaisar, 3) menuduh Yesus telah menyebut diri-Nya sendiri sebagai raja

    orang Yahudi.70 . Menurut Leks, tuduhan-tuduhan sebelumnya diabaikan oleh Pilatus dan dia

    langsung mempertanyakan status Yesus sebagai raja.71 Boland juga punya pernyataan yang sama

    dengan Leks bahwa tuduhan terakhir atau tuduhan yang ketiga yang diperhatikan oleh Pilatus

    karena gelar Mesianisme inilah yang bersifat politik, sehingga sebagai Gubernur Romawi dia

    harus bersikap waspada terhadap Yesus yang disebut sebagai Raja orang Yahudi.72

    Lihat penjelasan Bab II, halaman 13.

    Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas, 612.

    B. J. Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2001), 554.

  • Penulis sependapat dengan Leks dan Boland bahwa Pilatus mengabaikan dua tuduhan

    sebelumnya dan fokus pada tuduhan terakhir yang mempertanyakan tentang diri-Nya sebagai

    Kristus yaitu raja, karena dengan kata raja bisa diartikan secara politik gelar Mesias di mana

    Yesus bisa dituduh sebagai orang yang mau membebaskan bangsa-Nya dari penjajahan. Di satu

    sisi kondisi pada saat itu Romawi sedang menjajah bangsa Israel, sehingga Pilatus pun berusaha

    waspada terhadap Yesus. Penulis juga berpendapat bahwa di samping waspada, Pilatus merasa

    tuduhan itu bukan suatu ancaman serius bagi kedudukan dan pemerintahannya sehingga dia tidak

    terlalu memperhatikan perkara tersebut, karena kalau Yesus menamakan diri-Nya sebagai raja

    dan punya kekuatan maka sudah pasti pada saat itu Yesus melawan Pilatus, namun kenyataannya

    Yesus tidak melakukan perlawanan sama sekali. Hal ini yang membuat Pilatus merasa bahwa

    tuduhan para ahli taurat dan orang-orang Yahudi tidak berdasar.

    Penulis berpendapat bahwa mengenai peradilan berhubungan dengan suatu tindakan atau

    perbuatan kriminal yang dilakukan oleh seseorang yang telah melanggar hukum dan norma yang

    ada. Namun bisa dilihat bahwa tuduhan terhadap Yesus sama sekali tidak berdasar dan tidak

    berkaitan dengan suatu tindakan kriminal. Pilatus sendiri tahu dan tidak menemukan kesalahan

    Yesus namun mengapa dia mengirim Yesus kehadapan Pilatus untuk diadili lagi? Penulis

    berpendapat bahwa melihat dari sistem kekuasaan Romawi di mana Gubernur mempunyai hak

    memutuskan suatu perkara itu untuk diadili atau tidak adalah absolute atau mutlak. Jadi ketika

    Pilatus menyelidiki Yesus dan memang tidak ditemukan kesalahan pada diri-Nya, mengapa

    Pilatus tidak menggunakan kekuasaannya yang mutlak untuk tidak menghukum Yesus?

    Gubernur juga mempunyai kekuasaan untuk meniadakan perkara-perkara yang dianggap tidak

    perlu untuk diadili, namun Pilatus tidak menggunakan kekuasaannya dalam perkara Yesus dan

    membebaskannya. Penulis berpendapat bahwa yang Pertama, Pilatus tidak mau kepercayaan dan

  • simpatik dari imam-imam kepala, ahli-ahli taurat dan juga orang-orang Yahudi serta rakyat

    hilang darinya. Kedua, Pilatus tidak mau ada kekacauan dan pemberontakan terjadi saat itu.

    Ketiga Pilatus tidak mau menanggung sendiri dosa atas orang yang tak bersalah, sehingga dia

    mengirim Yesus kehadapan Herodes yang merupakan orang Yahudi yang lebih berpengalaman

    dalam mengahadapi perkara-perkara orang Yahudi, dan Pilatus juga menghormati Herodes yang

    merupakan penguasa wilayah Galilea sehingga dia tidak mau begitu saja mencampuri

    pendakwaan terhadap Yesus yang merupakan orang Galilea yang adalah wewenang Herodes.

    Melihat tuduhan di ayat 2, maka kisah selanjutnya adalah dialog antara Pilatus dengan

    Yesus. Dalam teks Lukas 23:1-25 dialog Pilatus dan Yesus hanya dimunculkan dalam satu ayat

    saja yaitu dalam ayat 3:Pilatus bertanya kepada-Nya, Engkaukah raja orang Yahudi? jawab

    Yesus, Engkau sendiri mengatakannya. Menurut Boland, pertanyaan dari Pilatus terhadap

    Yesus tersembunyi senyum mengejek: Engkaukah raja orang Yahudi?. Dari pertanyaan ini

    juga mengandung dua cara Pilatus yaitu 1) sebagai suatu rumusan tetap yaitu pertanyaan Pilatus

    ditanggapi Yesus dengan jawaban Seperti katamu. 2) sebagai jawab yang tidak langsung,

    artinya bahwa predikat raja yang diberikan kepada Yesus ini yang ingin ditanyakan oleh Pilatus,

    karena pemahaman orang tentang raja ini berbeda-beda. Sehingga Pilatus bertanya demikian.

    Namun menurut penulis pertanyaan Pilatus itu merupakan suatu penegasan dari Pilatus, yang

    berusaha menanyakan kepada Yesus sendiri apakah betul yang dikatakan oleh mereka bahwa

    Engkau adalah raja orang Yahudi, Pilatus ingin mendengar sendiri dari mulut Yesus apakah

    benar dia raja Yahudi? Sehingga Pilatus bertanya demikian. Karena Pilatus ingin tahu betul di

    mana letak kesalahan Yesus sehingga ia berusaha bertanya demikian.

  • Setelah itu respon atau jawaban Yesus terhadap pertanyaan Pilatus Menurut penulis

    adalah jawaban yang dilematis dalam arti bahwa Yesus tidak mengatakannya dan juga tidak

    mengelak pertanyaan dari Pilatus. Penulis juga setuju dengan Boland bahwa di ayat 3 jawaban

    Yesus itu bukan pengakuan yang biasa saja,73 dan Pilatus lebih menekankan pada status Yesus

    sebagai Mesianisme. Penulis berpendapat demikian karena, melihat dari sistem politik

    masyarakat pada zaman Yesus bersifat semiteokratis yang artinya Yahweh, Allah mereka ialah

    raja yang sesungguhnya. Sementara itu raja yang sedang memerintah menjadi wali Yahweh dan

    dipandang sebagai orang yang diurapi Tuhan. Rakyat Yahudi meyakini bahwa Tuhan itu punya

    kuasa yang sesungguhnya dia akan datang dan menggunakan kekuasaannya untuk membela

    mereka dari penjajahan, namun ketika Yesus datang dan menyebut diri-Nya sebagai Raja dengan

    cara yang biasa-biasa saja dan memperhatikan orang-orang golongan bawah dan yang tersingkir

    membuat banyak pertanyaan yang muncul dari mereka, apakah betul Dia ini raja atau bukan?

    Hal ini yang membuat pemahaman mereka tentang Yesus yang punya kuasa berubah menjadi

    seorang raja yang lemah dan tak berdaya, orang Yahudi tidak percaya akan status Yesus sebagai

    raja sehingga mereka memunculkan beberapa tuduhan untuk menggeser kedudukan Yesus.

    Penulis berpendapat bahwa, melihat dari latar belakang penulisan Injil Lukas yang

    bertujuan untuk menjawab kebutuhan jemaat. Di mana pada masa setelah kehancuran Yerusalem

    pada tahun 70 jemaat sedang menanti kedatangan Yesus untuk memulihkan kehidupan mereka

    secara jasmani dan rohani namun peristiwa itu tidak terjadi.74 Sehingga Lukas berusaha menulis

    Injilnya untuk jemaat pada saat itu bahwa, waktu kedatangan Yesus itu adalah hal yang berharga,

    Boland, Tafsir Alkitab Injil Lukas,

    Lih penjelasan Bab III, 12.

  • tergpantung jemaat di dalam menunggu kedatangan-Nya apakah masih tetap setia pada-Nya

    ataukah tergoda untuk meninggalkan Yesus.

    4.3.2. Reaksi rakyat

    Menurut Ellis reaksi rakyat atau orang banyak yang hadir pada waktu peradilan Yesus di

    hadapan Pilatus (4), yaitu melalui pemeriksaan orang-orang (rakyat) mengikuti pemimpin

    mereka yaitu imam-imam kepala dan ahli taurat untuk menghukum Yesus.75 Tetapi menurut

    Boland reaksi rakyat (orang Yerusalem yang ada juga pada saat itu) ketika Yesus diadili di depan

    Pilatus masih belum terlalu agresif untuk menghukum Yesus, reaksi yang sangat dominan untuk

    menghukum Yesus adalah para imam-imam kepala dan ahli taurat yang dengan lancar

    melontarkan tuduhan yang berat kepada Yesus, setelah itu baru mereka menghasut rakyat agar

    Dia dihukum mati.76 Menurut Leks, Lukas berbeda dengan Injil lain yaitu dia membedakan

    antara para penguasa Yahudi dari rakyat atau khalayak atau orang banyak dan rakyat atau orang

    banyak yang ada pada saat itu belum tentu semuanya sependapat dengan para pemimpin Yahudi

    untuk menghukum Yesus.77

    Menurut penulis, ketika melihat di awal ayat Lukas 23 ini maka ketika Yesus diadili di

    adapan Pilatus reaksi rakyat masih belum terlalu antusias, reaksi yang heboh justru datang dari

    para imam-imam kepala dan ahli taurat yang mulai menuduh Yesus. Namun setelah diperiksa

    75 E. Earle Ellis, The New century Bible commentarry the gospel of Luke (Murburg:Grand Rapids,

    Michigan & Marshall, Morgan & Scott, 1964), 261.

    B. J. Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas, 554-555.

    Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas, 613.

  • oleh Pilatus dan Yesus tidak bersalah, Yesus kemudian dikirim kehadapan Herodes yang

    merupakan penguasa diwilayah Galilea.

    Menurut Phillips ketika Yesus di hadapan Herodes reaksi rakyat sudah mulai terlihat, di

    mana ketika Herodes bertanya kepada Yesus namun tidak ada satupun jawaban yang di

    keluarkan oleh Yesus, sehingga ahli taurat dan imam kepala mulai membuat tuduhan yang paling

    berat terhadap-Nya. Phillips juga berpendapat bahwa bukan hanya rakyat saja yang beraksi

    melihat peradilan Yesus namun, para pasukan Herodes juga ikut mengejek dan mencemooh

    Yesus (11).78 Herodes juga tidak suka dengan kehadiran Yesus pada saat itu sehingga ketika

    Yesus di hadapan Herodes, Yesus hanya diolok dan ditantang untuk melakukan mujisat. Dari

    penjelasan Lukas tentang Herodes maka dalam ayat 11 Herodes dan pengawalnya mengolok

    Yesus ayat ini dalam aparatus mengalami kasus di kata kai. o` ~Hrw,|dhj di mana

    kata ini tingkat keragu-raguannya cukup besar, sehingga penulis berpendapat bahwa Lukas

    berusaha menyajikan pengadilan Yesus di hadapan Herodes adalah untuk menyatakan bahwa

    Herodes juga punya andil atas kematian Yesus yang merupakan korban politik para penguasa

    Romawi pada saat itu. Penulis berpendapat bahwa, Herodes merasa berkuasa sehingga ia tidak

    mau tersisihkan oleh Yesus yang menamai diri-Nya sebagai raja.

    Ketika Yesus dikirim kembali ke Pilatus maka ini merupakan titik puncak penantian

    rakyat terhadap peradilan Yesus. Bagi Leks, peradilan Yesus terakhir di hadapan Pilatus

    dilakukan secara terbuka sehingga semua orang atau rakyat diikutsertakan untuk menyaksikan

    pengadilan tersebut.79 Namun menurut Phillips, Pilatus dalam peradilan terkahir ini dia tidak

    J. B. Phillips, The Gospel in modern English, (Redbill:Fontana books, 1962), 192.

    Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas, 616.

  • hanya melibatkan para pemimpin-pemimpin Yahudi dan ahli taurat tetapi juga rakyat

    diikutsertakan, di mana Pilatus mencoba berbicara kepada orang banyak untuk ketiga kalinya

    bahwa tidak kutemukan kesalahan dalam diri Yesus! Namun reaksi rakyat adalah menunjuk

    kepada-Nya dan berteriak agar Dia disalibkan saja.80

    Penulis melihat bahwa, pada awalnya reaksi rakyat biasa-biasa saja terhadap Yesus dalam

    peradilan. Namun, ketika para imam kepala mulai melemparkan beberapa tuduhan kepada Yesus

    dan menghasut rakyat setelah itu barulah respon rakyat mulai sangat antosias dan seakan-akan

    tidak mau menerima keputusan Pilatus yang berusaha mencambuk Yesus dan setelah itu

    membebaskan-Nya. Ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa rakyat yang hadir dalam

    persidangan Yesus itu tidak hanya saja mereka yang membenci Yesus, tetapi ada juga yang

    percaya kepada Yesus. Menurut penulis dalam suatu persidangan pastilah ada yang disebut

    dengan namanya pro dan kontra, namun dalam persidangan Yesus yang lebih mendominasi pada

    saat itu adalah rakyat yang kontra terhadap Yesus. Melihat dari konteks pada waktu itu, dan

    melihat dari tujuan Yesus ke dunia maka sebenarnya Yesus memiliki pengikut yang cukup

    banyak tetapi karena rakyat yang pro kepada-Nya berasal dari kalangan bawah maka mereka

    tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk melawan. Sehingga para rakyat yang pada

    dasarnya tidak tahu betul pokok persoalan yang terjadi dan ditambah lagi dengan hasutan-

    hasutan dari para imam-ima kepala maka reaksi mereka pada saat itu sangat antusias untuk

    menghukum mati Yesus yang sebenarnya tidak bersalah.

    4.3.3. Keputusan Pilatus

    J. B. Phillips, The Gospel in modern English, 193.

  • Setelah Yesus melewati beberapa proses peradilan yang cukup panjang Sanhedrin-

    Pilatus-Herodes-Kembali ke Pilatus. maka keputusan terakhir ini merupakan hak sepenuhnya

    dari Pilatus. keputusan Pilatus ini bisa dilihat dari ayat 18-25, ini merupakan kunci utama Lukas

    menggambarkan keputusan Pilatus yang sebenarnya tentang peradilan Yesus. Banyak para ahli

    menafsir tentang keputusan akhir Pilatus terhadap Yesus. Gooding berpendapat bahwa, para

    kepala imam berusaha menuntut untuk menghukum Yesus dengan mencoba untuk

    menggulingkan otoritas politik. Sedangkan Pilatus sendiri punya keinginan untuk melepaskan

    Yesus (23:20), tetapi mereka tetap meneriakan, salibkan Dia. Pilatus berusaha yang ketiga

    kalinya untuk menyelesaikannya, namun sekali lagi mereka tetap berteriak kepadanya dan

    akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka (23:22-23).81

    Barclay sendiri juga punya tafsiran berbeda bahwa, Pilatus berupaya melepaskan Yesus

    dengan cara berkompromi dengan imam-imam kepala dan rakyat namun ternyata upaya itu tidak

    berhasil dan akhirnya Pilatus dipaksa untuk menghukum Yesus dengan hukuman mati.82

    Sedangkan menurut Leks, ayat 22 menyatakan bahwa tuduhan terhadap Yesus dipandang

    tidak relevan sehingga ia berkata kejahatan yang dilakukan orang ini tidak setimpal dengan

    hukuman mati. Sehingga Pilatus masih memegang pendiriannya agar mencambuk Yesus dan

    setelah itu melepaskan-Nya. Namun dengan ungkapan berteriak keras mereka mendesak agar

    Yesus dihukum mati. Leks berpendapat bahwa, suara mereka lebih kuat daripada pernyataan

    Pilatus. dan terkadang teriakan dan ribut sering kali berhasil mengalahkan kebenaran. Tidak

    berdaya dengan tuntutan masa, maka Pilatus mengalah. Leks menekankan bahwa, keputusan

    David Gooding, According to Luke, (USA:Wm. B. Eerdamns Publishing Company, 1987), 339

    William Barclay, Pemahaman Alkitab setiap hari Lukas, 417.

  • yang diambil Pilatus ini tidak berlandaskan hasil pemeriksaan tetapi paksaan belaka. Setelah

    keputusan Pilatus ayat 24, sepertinya Yesus dibawa ke tempat penyaliban oleh orang-orang

    Yahudi sendiri, bukan oleh orang-orang Romawi. Leks berpendapat bahwa, Lukas sangat

    menekankan bahwa kematian Yesus terjadi atas kehendak bangsa Yahudi sendiri.83

    Pandangan Boland berbeda dengan beberapa ahli di atas, menurutnya Pilatus berada

    dalam posisi yang sulit di dalam mengambil keputusan tersebut, Pilatus harus memilih satu dari

    dua hal yaitu dia harus harus memulihkan ketentraman dengan cara meluluskan permintaan

    orang-orang Yahudi agar Yesus disalibkan. Namun Pilatus mengambil jalan yaitu ia menyangkal

    keadilan dan kebenaran dengan maksud untuk menyelamatkan kedudukannya sendiri. Boland

    juga menegaskan bahwa Lukas berusaha menggambarkan bahwa Pilatus tidak mengucapkan

    keputusan hukuman mati kepada Yesus, Pilatus hanya memutuskan tuntutan mereka dikabulkan

    ayat 24, jadi Pilatus menyerahkan kewenangan sepenuhnya kepada orang-orang Yahudi untuk

    memberikan hukuman yang pantas kepada Yesus.84

    Dari pandangan beberapa ahli di atas, di mana Barclay dan Leks sependapat bahwa

    keputusan yang diambil oleh Pilatus itu karena adanya paksaan baik itu dari imam-imam kepala

    maupun teriakan rakyat yang lebih keras dari pernyataan Pilatus untuk membebaskan Yesus.

    Sedangkan Gooding dan Boland berpendapat bahwa sebenarnya karena adanya desakan dari

    imam-imam kepala dan orang Yahudi maka Pilatus tidak mengambil keputusan untuk

    menghukum Yesus, tetapi dia berusaha memberikan kewenangan kepada orang Yahudi untuk

    menghukumnya sesuai kehendak mereka. Namun menurut penulis, pendapat dari semua ahli

    Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas, 619-620.

    B. J. Boland, Tafsiran Alkitab Injil Lukas, 559-560.

  • merupakan point penting bagi penulis untuk melihat sebenarnya Lukas ingin menggambarkan

    bagaimana keputusan Pilatus dalam narasi peradilan Yesus ini dilihat dari konteks sosio-politik

    yang terjadi pada saat itu.

    Penulis berpendapat bahwa keputusan Pilatus ini tidak bisa terlepas dari keadaan politis

    yang terjadi saat itu. Di Palestina sendiri sering sekali terjadi kerusuhan yang membuat para

    pemimpin susah dan pusing untuk menanganinya. Ketika itu Yesus tampil tepat di tengah masa

    pergolakan dan perubahan besar dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik serta keagamaan,

    masa persaingan antara berbagai aliran keagamaan sehingga menjadi masa yang rawan

    kerusuhan. Pilatus sendiri yang pada saat itu merupakan wali negeri pun sudah sangat repot

    dengan pemberontakan-pemberontakan kecil yang terjadi di wilayahnya. Selain itu para

    pemimpin keagamaan pun saling bersaing satu dengan yang lain untuk memperoleh kedudukan

    dan ketika Yesus muncul menjadikan diri-Nya sebagai Raja membuat mereka berpikir bahwa

    Yesus adalah pengganggu sehingga mereka berusaha untuk menghilangkan Yesus dengan cara

    menuduh Yesus tanpa bukti yang relevan. Menurut penulis keadaan ini jugalah yang membuat

    Pilatus mengambil keputusan untuk melepaskan Barabas dan Yesus yang diserahkan kepada

    orang Yahudi untuk dihukum sesuai kemauan mereka. Dalam bahasa Yunani ayat 24 berbunyi

    demikian Kai. Pila/toj evpe,krinen gene,sqai to. ai;thma auvtw/n\

    dalam arti sesungguhnya kalimat ini berbunyi demikian:Lalu Pilatus mengambil keputusan agar

    permintaan mereka dikabulkan. Kemudian dilanjutkan dengan ayat 25: avpe,lusen de.

    to.n dia. sta,sin kai. fo,non beblhme,non eivj fulakh.n o]n

    hv|tou/nto( to.n de. VIhsou/n pare,dwken tw/| qelh,mati auvtw/n

    yang artinya:lalu ia (Pilatus) melepaskan orang (Barabas) yang telah dilempar ke dalam penjara

  • karena pemberontakan dan pembunuhan sesuai dengan yang mereka minta, tetapi Yesus

    diserahkan kepada mereka untuk diperlakukan sesuai keinginan mereka.

    Menurut penulis dua ayat ini merupakan kata kunci keputusan Pilatus atas peradilan

    Yesus. Di sinilah Pilatus mulai memutuskan. Pilatus bukanlah seorang pejabat Romawi yang

    tidak tahu tentang sistem peradilan Romawi yang benar. Oleh karena itu ia tidak mau

    menghukum mati Yesus karena ia begitu sadar bahwa dengan menghukum mati Yesus ia akan

    mengkhianati keadilan Romawi yang begitu tinggi. Akan tetapi ada kalimat kunci dari Lukas

    untuk menunjukan atau mengindikasikan alasan kuat Pilatus mengabulkan permintaan hukuman

    mereka, yaitu teriakan-teriakan warga mengenai penyaliban Yesus. Artinya, Lukas ingin

    menunjukan bahwa Pilatus dipaksa oleh keadaan. Menurut penulis, suasana penegasan ketiga

    kali oleh Pilatus dan teriakan-teriakan orang banyak merupakan intrik penulis Injil Lukas ini

    untuk memberitahu siapa yang berperan besar terhadap keputusan Pilatus.

    Oleh karena itu menurut penulis dampak dari keputusan Pilatus ada tiga yaitu :

    1. Dampak yang pertama adalah bagi orang Yahudi, karena secara positif keinginan

    mereka terkabul. Bisa dilihat dalam teks bahwa setiap ayat tentang tuduhan dialog-

    dialog itu menggunakan kata kami, karena kata kami ini mencakup para imam-imam

    kepala, orang-orang Yahudi yang ada pada saat itu.

    2. Keputusan Pilatus ini juga otomatis berdampak pada dirinya secara pribadi juga, bisa

    dikatakan dia merasa bersalah karena telah mengkhianati keadilan Romawi. Namun

    secara politis hal ini merupakan keputusan yang terbaik karena mempertimbangkan

    suara rakyat dan kerja sama dengan Herodes dalam kerangka berpikir untuk

  • mengantisipasi pemberontakan-pemberontakan yang marak terjadi pada saat itu, yakni

    dengan cara melepaskan Barabas.

    3. Dampak yang terakhir adalah mungkin dengan keputusan Pilatus ini terjadi karena

    untuk menggenapi nubuat para nabi tentang kedatangan Mesias anak Allah.

    Kedatangan Mesias kedunia untuk meyelamatkan umat manusia lewat jalan

    kesengsaraan, ditolak dan disalibkan.

    4..4. Penutup

    Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa konteks sosio-politik mempengaruhi situasi

    peradilan dan juga keputusan Pilatus terhadap hukuman mati Yesus. Oleh kerana itu melihat dari

    pembahasan dari bab IV ini maka penulis menyimpulkan bahwa:

    1. Dalam perikop tentang Yesus di hadapan Pilatus yaitu Lukas 23:1-25 di mana cerita ini

    sama-sama dibahas dalam tiga Injil Sinoptik yaitu Matius, Markus, dan Lukas. tetapi

    Matius dan Markus tidak menjelaskan secara panjang lebar tetapi mereka lebih

    menjelaskan secara singkat dan jelas tentang kisah ini, sedangkan Lukas lebih banyak

    membahas tentang kisah Yesus di hadapan Pilatus. Bahkan dalam gaya ceritanya Lukas

    dia membahas dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Sehingga dalam Lukas kita juga

    menemukan kisah tentang Yesus di hadapan Herodes dan akhirnya dikirim kembali

  • kehadapan Pilatus untuk dijatuhkan hukuman. Dari ketiga Injil Sinoptik ini Lukas dalam

    Injil lebih halus di dalam mengolah kata-katanya, dan walaupun Markus merupakan

    sumber utama dari penulisan Injil Lukas namun, Lukas tidak hanya menulis sama seperti

    yang dituliskan oleh Markus. Lukas yang merupakan sarjana yang terpelajar

    menggunakan gaya bahasa yang lebih halus dan berimajinasi sehingga pembaca bisa

    memahami apa sebenarnya yang Lukas meksudkan.

    2. Dalam kesimpulan yang pertama penulis katakan bahwa tiga Injil sinoptik sama-sama

    membahas tentang peradilan Yesus di hadapan Pilatus. Namun, narasi peradilan Yesus

    versi injil Lukas memuat banyak intrik-intrik politik seperti persekongkolan antara kaum

    agama Yahudi-Warga-Pilatus-Herodes. Ceritera ini mencoba menjelaskan asal usul

    keputusan tersebut terjadi. Pilatus terlihat sepintas mempunyai peran besar dalam sistem

    peradilan Roma zaman Yesus pada waktu itu. Keadaan ini dimanfaatkan oleh

    kepentingan-kepentingan yang sedang berkecamuk pada saat itu baik di kalangan orang

    Yahudi maupun orang Romawi. Penulis juga mau bilang berdasarkan penjelasan dan

    analisa di atas bahwa, rakyat atau penguasa agama mempunyai potensi besar untuk

    meguasai situasi sosial dalam suatu pemerintahan. Selanjutnya jika dilihat maka, baik

    massa maupun penguasa bisa menjadi alat golongan tertentu untuk memanfaatkan situasi.

    Seperti contoh ketika rakyat teriak dengan sangat keras untuk menyalibkan Yesus itu

    sangat jelas bahwa mereka diperdaya oleh golongan tertentu untuk memanfaatkan situasi

    itu agar tujuan dari golongan tertentu dapat tercapai lewat rakyat atau penguasa pada saat

    itu.

    3. Melihat dari konteks sosio-politik, dialog Pilatus dan Yesus kemudian reaksi rakyat pada

    saat itu maka, penulis berpendapat bahwa Lukas(23:1-25) ingin menggambarkan bahwa

  • Pilatus sendiri sebagai seorang wali negeri Roma merasa dilema untuk mengambil

    keputusan menghukum Yesus, namun tiga hal di atas menjadi pertimbangan besar bagi

    Pilatus untuk mengambil keputusan yang terbaik dan tidak hanya menguntungkan satu

    pihak saja.

    4. Lukas sebenarnya ingin mendeskripsikan bahwa Yesus dihukum mati bukan semata-mata

    karena keputusan dan juga hukuman yang dijatuhkan oleh Pilatus, tetapi Lukas ingin

    mengatakan bahwa Pilatus memutuskan supaya tuntutan mereka dikabulkan (ayat 24).

    Kemudian Lukas ingin bilang bahwa Pilatus menyerahkan Yesus kepada orang-orang

    Yahudi untuk mengambil tindakan untuk menghukum Yesus sesuai dengan kehendak

    orang-orang Yahudi.

    5. Menurut penulis hasil keputusan yang diambil oleh Pilatus bukan berdasarkan hasil

    pemeriksaan tetapi karena paksaan baik itu dari orang-orang Yahudi, dan juga teriakan

    rakyat. Karena takut terjadi keributan dan pemberontakan pada saat itu maka dengan

    terpaksa Pilatus mengambil keputusan demikian. Lukas juga ingin menekankan bahwa

    kematian Yesus ini merupakan kehendak bangsa Yahudi itu sendiri.