bab iv pengembangan sarana

26
BAB IV PENGEMBANGAN WILAYAH 4.1 Proyeksi Penduduk Proyeksi jumlah penduduk dan fasilitas-fasilitas yang ada sangat diperlukan untuk kepentingan perencanaan pengembangan kota Padang. Pengembangan kota semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk di masa yang akan datang. Untuk suatu perencanaan diperlukan suatu proyeksi penduduk. Walaupun proyeksi bersifat ramalan di mana keberadaannya dan ketelitiannya bersifat subjektif, bukan berarti tanpa pertimbangan dan metoda. Periode perencanaan pengembangan Kota Padang ini direncanakan pada 3 tahun terakhir yaitu mulai dari tahun 2006 – 2008 agar ukuran atau dimensi nantinya tidak terlalu besar. Perhitungan proyeksi penduduk ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu : Jumlah populasi penduduk dalam suatu area. Bila perkembangan penduduk pada masa lampau tidak terdapat penurunan, maka proyeksi penduduk akan semakin teliti. Kecepatan pertambahan penduduk.

Upload: lidarifi

Post on 30-Jul-2015

53 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV Pengembangan Sarana

BAB IV

PENGEMBANGAN WILAYAH

4.1 Proyeksi Penduduk

Proyeksi jumlah penduduk dan fasilitas-fasilitas yang ada sangat diperlukan untuk

kepentingan perencanaan pengembangan kota Padang. Pengembangan kota semakin lama

akan semakin meningkat sesuai dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk di masa

yang akan datang. Untuk suatu perencanaan diperlukan suatu proyeksi penduduk.

Walaupun proyeksi bersifat ramalan di mana keberadaannya dan ketelitiannya bersifat

subjektif, bukan berarti tanpa pertimbangan dan metoda.

Periode perencanaan pengembangan Kota Padang ini direncanakan pada 3 tahun

terakhir yaitu mulai dari tahun 2006 – 2008 agar ukuran atau dimensi nantinya tidak terlalu

besar.

Perhitungan proyeksi penduduk ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu :

Jumlah populasi penduduk dalam suatu area.

Bila perkembangan penduduk pada masa lampau tidak terdapat penurunan, maka

proyeksi penduduk akan semakin teliti.

Kecepatan pertambahan penduduk.

Bila angka kecepatan pertambahan penduduk pada masa lampau semakin besar, maka

proyeksi penduduk akan berkurang ketelitiannya.

Kurun waktu proyeksi.

Semakin panjang kurun waktu proyeksi, maka proyeksi penduduk akan semakin

berkurang ketelitiannya.

Prediksi jumlah penduduk di masa yang akan datang sangat penting dalam

memperhitungkan jumlah kebutuhan air bersih, timbulan sampah, dan banyaknya air

limbah yang dihasilkan.

Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk dan fasilitas kota

masa lampau, maka metode statistik merupakan metode yang paling mendekati untuk

memperkirakan jumlah penduduk dan fasilitas kota di masa mendatang. Ada beberapa

Page 2: BAB IV Pengembangan Sarana

metode yang dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan jumlah penduduk di masa

mendatang.

Untuk perencanaan kali ini data yang digunakan adalah data jumlah penduduk

Kecamatan Paringin pada tahun 2006 – 2008 yaitu :

Tabel 4.1 Jumlah penduduk tahun 2006-2008

TahunJumlah

Penduduk% Pertumbuhan

2006 819740  

2007 838190 2.25

2008 856815 2.22

Rata-rata Pertumbuhan 2.24

Dalam menentukan metode proyeksi yang akan dipakai, terlebih dahulu mencari

nilai korelasi (r) untuk tiap-tiap metode. Pada periode dengan nilai r paling mendekati 1,

maka metode itulah yang dipakai. Nilai korelasi (r) dicari dengan rumus :

r=n ( Σ xy )−( Σ y )(Σ x )

¿¿¿

% pertumbu han=Σ penduduk t hnn−Σ penduduk th (n−1 )

Σ penduduk t hn (n−1)x 100%

Contoh perhitungan % pertumbuhan pada tahun 2005

% pertumbu h an= Σ penduduk t h n 2007−Σ penduduk th2006Σ penduduk t h n 2006

x100 %

¿(838190−819740)

819740x100 %=2,25 %

Page 3: BAB IV Pengembangan Sarana

4.1.1 Metode Aritmatik

Y X^2 XY Y^2

1 18450 1 18450 340402500

2 18625 4 37250 346890625

3 37075 5 55700 687293125

r = 1,00

Metode Geometrik

X Y X^2 XY Y^2

1 13.6167 1 13.6167 185.4157

2 13.6390 4 27.2780 186.0223

3 13.6610 9 40.9829 186.6223

6 40.9167 14

81.877674

6

558.060300

4

r = 1,00

Metode Last Square

X Y X^2 XY Y^2

1 20811 1 20811 433097721

2 22630 4 45260 512116900

3 23169 9 69507 536802561

6 66610 14 135578

148201718

2

r = 0,95

Page 4: BAB IV Pengembangan Sarana

Data Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Padang Tahun 2008-2030

4.1 Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Bersih

Page 5: BAB IV Pengembangan Sarana

4.2 Pengembangan Fasilitas Sampah

Kegiatan Pengumpulan sampah di kota padang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP)

bersama-sama masyarakat. Untuk mendukung kegiatan pengumpulan sampah, pada tahun 2008 di wilayah Kota

Padang terdapat TPS sebanyak 74 lokasi yang tersebar di enam kecamatan dan kontainer sebanyak 39 lokasi yang

tersebar di lima kecamatan. Proyeksi kebutuhan TPS pada tahun 2008-2030 ditunjukan pada tabel berikut:

Tabel

No   2008 2009 2010 2011 2019 2020 2025 2026 2027 2028 2029 2030

1Volume sampah terlayani 2450 2505 2561 2619 3125 3195 3569 3649 3730 3814 3899 3986

2 wadah individu(20lt) 122525 125265 128066 130930 156273 159768 178450 182441 186521 190692 194957 1993173 wadah komunal (5 m3) 490 501 512 524 625 639 714 730 746 763 780 797

Sistem Persampahan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah teknik Sanitary landfill. Teknik sanitary landfill

adalah cara penimbunan sampah padat pada suatu hamparan lahan dengan memperhatikan keamanan lingkungan karena

telah ada perlakuan terhadap sampah. Pada teknik ini sampah dihamparkan hingga mencapai ketebalan tertentu lalu

dipadatkan untuk kemudian dilapisi dengan tanah dan dipadatkan kembali. Pada bagian atas timbunan tanah tersebut

dapat dihamparkan lagi sampah yang kemudian ditimbun lagi dengan tanah. Demikian seterusnya hingga terbentuk

lapisan-lapisan sampah dan tanah.

Hal yang sangat penting diperhatikan sehubungan dengan pembangunan TPA dengan teknik sanitary landfill

adalah kemungkinan timbulnya pencemaran lingkungan di areal TPA tersebut. Ada beberapa jenis pencemaran di lahan

penimbunan sampah (TPA) yaitu;

Page 6: BAB IV Pengembangan Sarana

a. Air lindi, yang keluar dari dalam tumpukan sampah karena masuknya rembesan air

hujan ke dalam tumpukan sampah lalu bersenyawa dengan komponenkomponen

hasil penguraian sampah;

b. Pembentukan gas. Penguraian bahan organik secara aerobik akan meghasilkan gas

CO2, sedangkan penguraian bahan organik pada kondisi anaerobik akan

menghasilkan gas CH4, H2S, dan NH3. Gas CH4 perlu ditangani karena

merupakan salah satu gas rumah kaca serta sifatnya mudah terbakar. Sedangkan

gas H2S, dan NH3 merupakan sumber bau yang tidak enak.

Pemilihan lahan untuk TPA ini harus memenuhi ketentuan SNI 03-3241-1994

yang terdiri atas delapan criteria, yaitu: kemiringan lereng, kondisi geologi, jarak

terhadap badan air, jarak dari permukiman penduduk, kawasan budidaya

pertanian atau perkebunan, kawasan lindung atau cagar alam, jarak dari lapangan

terbang danjarak dari perbatasan daerah.

Tabel 4.6 Ketentuan Peletakan TPA Sesuai SNI 03-3241-1994

Parameter Harkat

1. Kemiringan Lereng

a. 0-15%

b. > 15 %

1

0

2. Kondisi geologi

a. Tidak berada di zone Holocene fault (sesar aktif)

b. berada di zone Holocene fault (sesar aktif)

1

0

3. Jarak terhadap badan air

a. > 300 m

b. < 300 m

1

0

4. Jarak dari permukiman

a. > 1500 m

b. < 1500 m

1

0

5. Kawasan budidaya pertanian dan atau perkebunan

Page 7: BAB IV Pengembangan Sarana

a. > 150 m dari kawasan budidaya

b. < 150 m dari kawasan budidaya

1

0

6. Kawasan lindung/cagar alam

a. Di luar kawasan lindung/cagar alam

b. Di dalam kawasan lindung/cagar alam

1

0

7. Jarak dari lapangan terbang

a. > 3000 m

b. < 3000m

1

0

8. Jarak dari perbatasan daerah

a. > 1000 m

b. < 1000 m

1

0

Drake dan Pereira (2002) menjelaskan bahwa kriteria-kriteria tersebut merupakan

faktor pembatas utama dalam penetapan lokasi TPA sampah yang berwawasan

lingkungan sehingga kelas kelayakan I (layak untuk TPA sampah) apabila harkat

mencapai juumlah maksimal (harkat delapan) dan kelas kelayakan II (tidak layak

untuk TPA sampah) apabila harkat di bawah jumlah maksimal (kurang dari harkat

delapan).

Tahap Kelayakan Penyisih

Analisis tahap kelayakan penyisih dilaksanakan pada saat penelitian lapangan

dengan maksud untuk memilih lokasi terbaik dari beberapa alternatif yang telah

diperoleh pada tahap kelayakan regional. Analisis dilakukan berdasarkan tujuh

kriteria tahap kelayakan penyisih dalam ketentuan SNI 03-3241-1994. Penilaian

kesesuaian lahan secara fisik pada tahap kelayakan penyisih dilakukan untuk

memilih lokasi terbaik dari beberapa alternatif lokasi yang telah diperoleh pada

tahap kelayakan regional. Penilaian dilakukan berdasarkan tujuh kriteria tahap

kelayakan penyisih dalam ketentuan SNI 03-3241-1994, yaitu :

1. Permeabilitas Tanah

Menurut Purbayanti dkk., (1998) permeabilitas merupakan kemudahan cairan

dan atau gas menembus tanah. Dalam kaitannya dengan penentuan lokasi TPA

Page 8: BAB IV Pengembangan Sarana

sampah, permeabilitas tanah perlu diperhatikan karena adanya reaksi antara

beberapa bahan organik hasil dekomposisi sampah dengan tanah yang dapat

mengubah struktur tanah dan permeabilitas tanah yang dapat meningkatkan

potensi pencemaran air tanah (Tchobanolous, 1993).

2. Kedalaman muka air tanah

Penetapan lokasi TPA sampah harus memperhatikan kondisi kedalaman air

tanah. Karena lindi dapat meresap hingga menuju muka air tanah yang kemudian

menimbulkan pencemaran terhadap air tanah. Dalam SNI 03-3241-1994

ditetapkan bahwa penilaian kesesuaian lahan untuk TPA sampah berdasarkan

faktor kedalaman air tanah berkaitan dengan kondisi permeabilitas tanah lokasi

yang bersangkutan.

Tabel 4.7 Parameter dan Pengharkatan Kriteria Tahap Kelayakan Penyisih

Parameter Bobot Harkat

1. Luas Lahan

a. Untuk operasional lebih dari 10 tahun

b. Untuk operasional 5 tahun - 10 tahun

c. Untuk operasional kurang dari 5 tahun

3

2

1

2. Kebisingan dan bau

a. Terdapat zone penyangga

b. Terdapat zone penyangga yang terbatas.

c. Tidak terdapat zone penyangga

3

2

1

3. Permeabilitas tanah

a. Kurang dari 10-9 cm/det

b. 10-9 - 10-6 cm/det

c. Lebih dari 10-6 cm/det

3

2

1

Page 9: BAB IV Pengembangan Sarana

4. Kedalaman muka air tanah

a. ≥ 10 m dengan permebilitas <10-9 cm/det

b. < 10 m dengan permebilitas <10-9 cm/det

atau ≥ 10 m dengan permebilitas <10-9 -

10-6 cm/det

c. < 10 m dengan permebilitas <10-9 - 10-6

cm/det

3

2

1

5. Intensitas hujan

a. Kurang dari 500 mm/tahun

b. 500-1000 mm/tahun

c. Lebih dari 1000 mm/tahun

6. Bahaya banjir

a. Tidak ada bahaya banjir

b. Kemungkinan banjir > 25 tahunan

c. Kemungkinan banjir < 25 tahunan

3

2

1

7. Transport sampah

a. < 15 menit dari pusat sumber sampah

b. 16-60 menit dari pusat sumber sampah

c. > 60 menit dari pusat sumber sampah

3

2

1

Pengharkatan dilakukan dengan membagi kelas kesesuaian lahan secara fisik

menjadi tiga kelas, yaitu: baik, sedang, dan jelek. Penentuan interval kelas

kesesuaian lahan secra fisik menggunakan persamaan berikut :

IK = (bobot x nilai terbesar) – (bobot x nilai terkecil)

kelas

Interval kelas pengharkatan pada tahap penyisih adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 Kelas Pengharkatan pada tahap Penyisih

Page 10: BAB IV Pengembangan Sarana

Kelas kesesuaian Kelas Interval Keterangan

I 71 – 90 Baik

II 51 – 70 Sedang

III 30 – 50 Jelek

Tahap Kelayakan Regional

Penilain kesesuian lahan secara fisik pada tahap kelayakan regional dilakukan

dengan maksud untuk menentukan zone layak atau zone tidak layak untuk lokasi

TPA sampah. Penilaian dilakukan terhadap delapan kriteria tahap kelayakan

regional berdasarkan ketentuan SNI 03-3241-1994 dan Bagchi (1982), yaitu :

1. Kemiringan Lereng

Untuk mencegah terjadinya pencemaran air pada aliran permukaan (runoff)

maka TPA sampah harus ditempatkan pada lokasi dengan kemiringan lereng

0-15%.

Tabel 4.7 Kondisi dan Pengharkatan Faktor Kemiringan Lereng

No. Kemiringan Lereng Topografi Luas (km2) Harkat

1 0-8% Datar-Landai

2 8-15% Agak miring

3 15-25% Miring

4 25-45% Agak curam

1. Kondisi Geologi

Kondisi geologi yang menjadi persyaratan lokasi TPA sampah adalah zone

Holocene fault (sesar aktif). Menurut Lin dan Kao (1989) dalam Drake dan

Pereira (2002), untuk mencegah terjadinya dampak lingkungan akibat

perubahan kondisi geologi, maka TPA sampah ditempatkan pada jarak 100 m

di luar zone sesar aktif.

Tabel 4.8 Kondisi dan Pengharkatan Faktor Zone Sesar Aktif

Page 11: BAB IV Pengembangan Sarana

No

.

Jarak dari Zone Sesar Aktif Luas (km2) Harkat

1 ≤ 100 m dari zone sesar aktif 0

2 >100 m dari zone sesar aktif 1

2. Jarak Terhadap Badan Air

Air lindi hasil proses pembusukan sampah dalam TPA sampah dapat

mengakibakan tingginya resiko pencemaran terhadap air tanah dan badan air

di sekitarnya, maka penempatan lokasi TPA sampah harus memperhatikan

jarak aman terhadap badan air (sungai). Penempatan lokasi TPA sampah

yang berdekatan dengan sungai bertipe effluent stream akan menimbulkan

resiko pencemran air sungai oleh masuknya air lindi sampah ke dalam badan

air. Pada sungai bertipe influent stream, maka resiko pencemarannya berupa

pencampuran antara air sungai yang masuk ke dalam tanah dengan air lindi

sampah yang kemudian mengalami proses perkolasi dan bercampur dengan

air tanah.

3. Jarak dari Permukiman penduduk

Untuk mencegah masalah bau, estetika, kebisingan, kesehatan masyarakat dan

penurunan harga lahan akibat penggunaan lahan untuk TPAsampah, maka

penempatan lokasi TPA sampah harus berjarak lebih dari 1500 m dari wilyah

permukiman penduduk. Untuk itu, maka perlu ditentukan batas jarak

penempatan lokasi TPA sampah terhadap permukiman penduduk.

4. Kawasan budidaya pertanian dan perkebunan

Adanya TPA sampah dapat menyebabkan penurunan kualitas lahan yang

akhirnya dapat berdampak pada penurunan produktivitas pertanian dan

perkebunan. Oleh karena itu, penempatan loasi TPA sampah harus berjarak

ebih dari 150 m dari wilayah budidaya pertanian dan perkebunan.

5. Kawasan Lindung atau cagar alam

Page 12: BAB IV Pengembangan Sarana

Keberadaan TPA sampah dapat mengakibatkan perubahan kondisi cagar alam,

maka penempatan lokasi TPA sampah harus berada di luar kawasan tersebut.

6. Jarak dari lapangan terbang

Menurut Tchobanolous dkk.,(1993) lokasi TPA sampah merupakan tempat

yang cukup menarik beberapa jenis burung tertentu untuk mencari makan.

Penempatan lokasi TPA sampah yang berdekatan dengan lapangan terbang

akan menimbulkan resiko gangguan jalur penerbangan pesawat oleh burung-

burung yang mencari makan di lokasi TPA sampah. Selain itu, mengingat

bahwa lapangan terbang merupakan fasilitas umum yang harus memenuhi

unsure estetika dan kebersihan terutama dalam kebersihan lingkungan dan

sumber air. Oleh karena itu, ditetapkan bahwa lokasi TPA sampah

ditempatkan pada jarak lebih dari 3.000 meter terhadap lapangan terbang.

7. Batas Administrasi

Menurut Otieno dan Reddy (1999) menjelaskan bahwa dalam melakukan

penilaian terhadap kesesuaian lahan untuk lokasi TPA sampah (terutama

untuk pengelolaan secara mandiri) perlu dilakukan pembatasan (proses

buffering) sejauh 1 km dari batas administrasi. Hal ini perlu dilakukan untuk

menghindari konflik sosial politik antar dua wilayah administrasi yang

berbatasan.

Page 13: BAB IV Pengembangan Sarana

Dalam perencanaan ini ada 2 penambahan TPA yang akan dibangun. Untuk TPA 1 luas areal TPAnya adalah 68 Ha dan

TPA 2 luas arealnya adalah 85 Ha dengan tingkat pemadatan sampah yang dilakukan per hari 500 kg/m3 sampah. Jumlah

timbulan sampah yang akan diolah di wilayah perencanaan selama 20 tahun dari tahun 2010 sampai 2030, ditunjukkan oleh table

berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Timbulan sampah yang akan Diolah:

Tahun Jumlah penduduk

Proyeksi timbulan

domestik sampah perhari (T = 2,6

l/o/h)

Proyeksi imbulan domestik sampah

perhari (m3/org/hari)

proyeksi timbulan sampah Non

Domestik perhari (m3/org/hari)

Total proyeksi timbulan

sampah perhari (m3/org/hari)

2008 856.815 2784649 2785 278 24502009 875.977 2846924 2847 285 25052010 895.567 2910592 2911 291 25612011 915.595 2975684 2976 298 26192012 936.071 3042232 3042 304 26772013 957.005 3110268 3110 311 27372014 978.408 3179825 3180 318 27982015 1.000.289 3250938 3251 325 28612016 1.022.659 3323642 3324 332 29252017 1.045.530 3397971 3398 340 29902018 1.068.912 3473963 3474 347 30572019 1.092.816 3551654 3552 355 31252020 1.117.256 3631082 3631 363 31952021 1.142.242 3712287 3712 371 3267

Page 14: BAB IV Pengembangan Sarana

2022 1.167.787 3795308 3795 380 33402023 1.193.903 3880185 3880 388 34152024 1.220.603 3966961 3967 397 34912025 1.247.901 4055678 4056 406 35692026 1.275.809 4146378 4146 415 36492027 1.304.341 4239107 4239 424 37302028 1.333.511 4333910 4334 433 38142029 1.363.333 4430832 4431 443 38992030 1.393.822 4529923 4530 453 3986

Tabel proyeksi Pealatan TPA pada tahun 2008-2030

NoJenis

PeralatanTAHUN 

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

1 Bulldozer 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

2 Excavator 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

3 Loader 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2

4Bak komunal 5 m3 613  626 640 655 669 684 700 715 731 748 764 781 799 817 835 854 873 892 912 933 953 975 997

5 Kontainer 65 66 68 69 71 73 74 76 78 79 81 83 85 87 89 91 93 95 97 99 101 103 106

6Gerobak sampah 993 1015 1038 1061 1085 1109 1134 1159 1185 1212 1239 1267 1295 1324 1353 1384 1415 1446 1479 1512 1545 1580 1615

7 Dump truck 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

8Arm roll truck 12 12 13 13 13 13 14 14 14 15 15 15 16 16 16 17 17 17 18 18 19 19 20

Jumlah Timbulan  2673 2733 2794 2857 2921 2986 3053 3121 3191 3262 3335 3410 3486 3564 3643 3725 3808 3893 3981 4070 4161 4254 4349

Page 15: BAB IV Pengembangan Sarana

Luas Areal TPA Perencanaan dimensi cell untuk TPA 1 mempunyai panjang 1000 m tinggi 6 m dan lebar adalah 565 m,

sedangkan dimensi cell untuk TPA 2 mempunyai panjang 1000 m , tinggi 6 m dan lebar 705 m. Biaya investasi untuk peralatan

yang digunakan sebagai berikut:

No Jenis PeralatanKebutuhan (Unit)

Harga Satuan Biaya Investasi (Rp)

2008 2020202

5 2030 (Rp) 2008 2020 2025 2030

1 Bulldozer1 1 1 2

861.781.250

861.781.250 861.781.250 861.781.250 1.723.562.500

2 Excavator1 1 1 2

751.093.750

751.093.750 751.093.750 751.093.750 1.502.187.500

3 Loader1 1 1 2

242.000.000

242.000.000 242.000.000 242.000.000 484.000.000

4 Bak komunal 0,5 m3

4901 6391713

8 7973 1.173.205 5.227.142.138,79 6.816.005.970 8.374.328.684 8.503.224.611

5 Kontainer 65 85 95 106 16.500.000 1.072.500.000 1.402.500.000 1.567.500.000 1.749.000.000

6 Gerobak sampah993 1295

1446 1615 1.650.000 1.638.450.000 2.136.480.066

2.386.306.369 2.665.345.759

8 Dump truck2 2 3 3

240.000.000 480.000.000 480.000.000 720.000.000 720.000.000

9 Arm roll truck12 16 17 20

220.000.000 2.640.000.000 3.520.000.000 3.740.000.000 4.400.000.000

Total 13.388.161.878 16.829.497.943 19.404.312.660 22.187.340.370

Biaya oprasional pengangkutan

Page 16: BAB IV Pengembangan Sarana

No Jenis PeralatanKebutuhan (Unit)

Harga Sat.

Harga Sat. Biaya Operasional dan Pemeliharaan

2006 2010 2015(Rp/jam)

(Rp/hari*) 2006 2010 2015

                   

1.Bak komunal 0,5 m3 613 799 892

1.650,00 11.550,00

2.582.664.252,92

3.367.701.604,56

3.761.499.071,96

2. Kontainer 65 85 951.958,0

0 13.706,00 - 425.228.650,00

475.255.550,00

3. Gerobak sampah 993 1295 14461.870,0

0 13.090,00 - 6.186.534.111,62

6.909.947.807,73

Total1670,

62178,6

72433,

5    

2.582.664.252,92

9.979.464.366,18

11.146.702.429,68

*1 Hari = 7 jam

Page 17: BAB IV Pengembangan Sarana
Page 18: BAB IV Pengembangan Sarana

4.3 Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah