bab iv penerapan hipnoterapi pada remaja yang …repository.uinbanten.ac.id/3821/6/bab iv...
TRANSCRIPT
69
BAB IV
PENERAPAN HIPNOTERAPI PADA REMAJA YANG
MENGALAMI ZOOPHOBIA
A. Pelaksanaan Proses Konseling dengan Menggunakan Teknik
Hipnoterapi pada Klien
Penanganan kepada masing-masing klien dilakukan dengan
lima tahap. Tahap pertama dan kedua telah dijelaskan dalam bab
sebelumnya. Dalam subbab ini akan dijelaskan tahap ketiga sampai
tahap lima dari penerapan hipnoterapi dalam proses konseling yang
telah dilakukan kepada lima orang klien.
1. Klien AN
a. Tahap ketiga
Pada pertemuan ketiga ini terapis sudah mulai menggunakan
teknik hipnoterapi sebagai media pemulihan kepada klien. Proses
konseling dilakukan di tempat kost AN karena dirasa cukup
nyaman untuk melakukan sesi hipnoterapi. Walau AN adalah
orang yang memiliki sugestifitas yang tinggi tapi pemilihan
tempat yang tepat juga penting untuk menambah rasa nyaman
juga menjaga privasi klien.
70
Sebelum terapi di mulai, terapis bertanya apakah pernah ada
kejadian lain karena phobia yang dialami AN, lalu AN
menceritakan kembali hal apa saja yang pernah alami karena
phobia nya terhadap kecoak. AN bahwa dirinya pernah membuat
tetangga kotsan nya merasa terjekut karena AN berteriak histeris
saat melihat kecoak dalam kamarnya, “AN juga pernah tidak tidur
semalaman karena saat ia hendak memindahkan kardus tiba-tiba
ada kecoak yang muncul dan membuatnya histeris, hingga
akhirnya AN terjaga semalaman sambil memegang racun
serangga di tangannya dan setiap kali AN melihat kecoak maka
dia menymprotkan racun serangga itu kesegala arah hingga
kamarnya menjadi sangat sesak karena racun serangga tersebut.
Terapis kemudian bertanya kembali pada AN apa alasannya
AN ingin sembuh dari phobia nya pada kecoak. Kemudian AN
mengatakan bahwa ia merasa sangat tak nyaman karena
ketakutannya yang berlebihan terhadap kecoak, selain itu AN juga
sering menjadi bahan olokan teman-temannya karena
ketakutannya pada kecoak. Hal itulah yang membuatnya merasa
lebih tidak nyaman lagi.
71
Saat terapis bertanya apa keuntungan yang AN dapatkan saat
ia telah sembuh dari phobia nya, AN menjawab dengan antusias
“Banyak. Aku jadi lebih tenang, ga digangguin lagi, ya banyak
pokoknya.” Kemudian terapis meminta AN pertama kali untuk
memaafkan si kecoa yang telah membuatnya phobia. AN
menolak karena menurutnya itu sangat sulit, tapi terapis mencoba
untuk memberikan pengertian pada AN dan meminta AN untuk
melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom
Technique)terlebih dahulu agar AN merasa lebih tenang sebelum
melakukan hipnoterapi.
Setelah AN merasa lebih tenang, terapis memulai sesi
hipnoterapi. Dalam sesi kali ini terapis menggunakan teknik
regresi dimana klien dibawa ke masa pertama kali mengalami
kejadian yang menyebabkannya mengalami phobia.
Pada awal di tahap induction AN masih terlihat santai dan
begitu menikmati sesi ini, sampai dirasa induction dan deepening
cukup saya melanjutkan pada tahap pemberian sugesti yang mana
saat itu saya memberikan intruksi agar AN merasakan dan
kembali pada masa dimana ia pertama kali mengalami kejadian
yang menyebabkannya phobia pada kecoak. Saya mengatakan
72
pada AN bahwa saya akan menghitung dari satu sampai tiga dan
pada hitungan ketiga AN akan mengalai kembali kejadian tersebut
begitu jelas dan sama seperti pertama kali ia mengalaminya.
Pada hitungan ketiga AN pun langsung bereaksi, AN menjerit
sambil langsung berdiri dan mengangis. “mamah, mamah aku
takut ada kecoak” AN mengatakannya sambil menangis dan
memegang jidat nya yang saat kejadian itu terluka. Terapis pun
mencoba untuk menenangkan AN dan membawanya untuk
duduk. Terapis mencoba untuk mengajak AN berkominukasi,
“AN sekarang umur berapa?” lalu AN pun menjawab “delapan
tahun” dengan nada khas anak kecil. Dengan menjawab bahwa
usianya sekarang adalah delapan tahun itu berarti terapis telah
berhasil melakukan regresi pada klien.
Selanjutnya terapis mencoba memunculkan sosok AN yang
berusia dua puluh tahun yang dewasa untuk memberikan
pemahaman pada AN kecil bahwa ketakutannya pada kecoak
adalah sesuatu yang irrasional. Kemudian terapis meminta pada
AN besar untuk menasehati AN kecil. Selanjutnya dengan
sendirinya AN berdialog dengan dirinya sendiri sebagai AN besar
dan AN kecil.
73
Dimulai ketika terapis mengatakan “AN besar beritahu pada
AN kecil bahwa kecoak adalah hewan yang tidak berbahaya dan
ia tak perlu takut dengan kecoak”, saat itu juga AN besar
menasehati AN kecil “ AN kecil kamu jangan takut ya, kecoak ga
berbahaya ko, kacoa itu sama kayak hewan lain, sama kayak
semut ga berbahaya jadi AN kecil jangan takut lagi ya sama
kecoak”. Kemudian AN kecil menimpali “ tapi aku ga suka
kecoak, gara-gara kecoa kepala aku jadi berdarah”. Terapis
meminta AN besar untuk memberi tahu AN kecil bahwa kejadian
itu tidak sengaja dan itu bisa terjadi pada siapa saja jadi AN kecil
tak perlu merasa takut lagi. Begitu seterusnya AN besar dan AN
kecil saling berkomunikasi untuk menyelesaikan ketakutanya.
Sampai pada akhir sesi terapis meminta AN besar untuk
meletakan AN kecil di dekat hatinya yang hangat dan aman,
untuk seterusnya dijaga dan tidak merasa takut lagi pada kecoak.
Terapis meminta AN untuk kembali sadar karena sesi
hipnoterapi sudah selesai ini merupakan tahapan termination.
Sambil terus memberikan penguatan sepanjang hitungan untuk
bangun agar sugesti yang telah didapatkan dapat terus bertahan
untuk seterusnya.
74
AN pun tersadar, AN mengusap air matanya dan bernafas
panjang. Terapis bertanya pada AN apa yang dirasakan setelah
sesi terapi itu berakhir. AN menjawab bahwa ia merasa lebih
tenang dan saat mengingat kecoak menjadi terasa biasa saja, tidak
ada rasa takut yang berlebihan meski belum tuntas sepenuhnya.
Begitulah pertemuan ketiga ini berakhir.1
b. Tahap keempat
Terapis bertemu kembali dengan klien setelah lama tak
bertemu karena libur semester ganjil dan klien pulang ke daerah
asalnya. Pertemmuan keempat ini pun adalah permintaan klien
karena ia merasakan ada perubahan setelah pertemuan
sebelumnya. Klien menuturkan bahwa phobia yang dialaminya
kepada kecoak sudah berangsur menghilang, kini AN tidak lagi
histeris atau tidak bisa tidur ketika melihat kecoak.
Namun AN mengaku bahwa dirinya masih merasakan sedikit
rasa cemas ketika bertemu dengan kecoak. Seperti saat dirinya
sedang berada di kamar mandi rumahnya, tiba-tiba seekor kecoak
muncul dihadapannya. AN hanya membiarkannya dan tidak lagi
berlari histeris, namun ia masih merasakan kecemasan sehingga ia
1 AN, “Konseling dan Terapi sesi ketiga” diwawancarai oleh Ayu
Nengsih, Catatan Wawancara, kots AN, 11 Desember 2018.
75
menyiram kecoak itu hingga kecoak hanyut dibawa oleh air.
Untuk itu AN ingin agar perasaan cemas nya ini juga ikut hilang,
agar dirinya benar-benar terbebas dari segala rasa takut dan cemas
pada kecoak.
Akhirnya terapis pun memutuskan untuk melakukan
hipnoterapi lagi guna menuntaskan rasa cemas yang masih AN
rasakan. Sesi hipnoterapi pun dimulai, pada saat sesi hipnoterapi
terliat AN benar-benar masuk dan berada dalam keadaan yang
sangat nyaman, terlihat pada awal nya posisi AN terduduk hingga
akhirnya berbaring dengan posisi yang paling nyaman
menurutnya. Setelah selesai melakukan tahap induction dan
deepening terapis melanjutkan dengan memberikan sugesti agar
AN dapat mengeluarkan segala perasaan cemas dan semua
perasaan buruk yang masih ia rasakan ketika melihat kecoak.
Terapis membiarkan AN untuk terus mengeluarkan segala hal
yang masih ia rasakan ketika melihat kecoak hingga AN merasa
semua nya telah hilang dari dirinya.
Saat terapis mendapatkan isyarat dari AN bahwa semua yang
masih ia rasakan ketika melihat kecoak telah hilang dari dirinya,
terapis pun memberikan penguatan-penguatan agar kondisi
76
tersebut bertahan untuk waktu yang lama bahkan selamanya.
Tarapis pun kemudian mengambalikan kesadaran AN. AN
mengatakan bahwa dirinya merasa lebih segar dan merasa ada
sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Namun untuk memastikan
bahwa kecemasan yang ia rasa sudah benar-benar hilang atau
tidak masih perlu waktu untuk membuktikannya.2
c. Tahap Kelima
Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam layanan
konseling yang terapis berikan kepada klien. Selama kurang lebih
dua minggu setelah pelaksanaan terapi terakhir terapis ingin
melihat sejauh mana hasil yang diberikan dengan menggunakan
teknik hipnoterapi ini. Dalam tahap ini klien menceritakan hasil
yang telah didapatkan setelah melakukan proses konseling
dengan menggunakan teknik hipnoterapi. Klien AN mengatakan
bahwa dirinya sudah tidak lagi merasa takut ketika melihat
kecoak, setiap perasaan tidak nyaman, respon yang berlebihan
yang dulu ia rasakan saat membicarakan, membayangkan juga
melihat kecoak saat ini sudah berganti dengan perasaan berani.
AN juga menuturkan bahwa ia pun bahkan berani untuk
2 AN, “Konseling dan Terapi sesi keempat” diwawancarai oleh
Ayu Nengsih, Catatan Wawancara, kots AN, 09 Februari 2019.
77
memegang kecoak, semua itu AN ceritakan kepada terapis
dengan sangat ceria dan tenang bahkan AN mengatakan bahwa
salah satu goals nya tahun ini yaitu untuk menghilangkan phobia
kepada kecoak telah tercapai. 3
2. Klien ES
a. Tahap ketiga
Pada pertemuan ketiga ini terapis sudah mulai menggunakan
teknik hipnoterapi sebagai media pemulihan kepada klien. Proses
konseling dilakukan di tempat kost ES agar terasa lebih nyaman.
Saat terapis sampai di tempat kost ES, ternyata ES sedang
dalam keadaan sedih dan kesal karena suatu hal, akhirnya terapis
membiarkan ES menceritakan terlebih dahulu masalah yang
membuatnya bersedih sampai ES merasa jauh lebih tenang.
Saat ES mulai tenang terapis mencoba untuk kembali pada
phobia yang dialami ES. Terapis mencoba untuk membuka topik
tentang masalah phobia ES terhadap tikus dengan mengajukan
beberapa pertanyaan.
Terapis menanyakan apakah selama beberapa hari tidak
bertemu dengan terapis ada kejadian lain karena phobia yang
3 AN, “Konseling dan Terapi sesi keempat” diwawancarai oleh
Ayu Nengsih, Catatan Wawancara, Kampus 1 UIN SMH Banten , 21
Februari 2019.
78
dialami ES, kemudian ES menceritakan kembali bahwa saat
malam hari ia pernah menahan untuk ke kamar mandi karena
takut dengan adanya tikus, karena hal itu membuat ES menjadi
merasa was-was tiap kali ingin pergi ke kamar mandi.
Dari caranya menceritakan kejadian itu terapis melihat dari
ekspresi dan juga respon yang berikan oleh ES jika membicarakan
tikus masih merasa tak nyaman dan juga perasaan jijik serta mual
juga masih tergambar dari gestur juga ucapan ES.
Terapis kemudian bertanya pada ES apakah yang akan ES
dapatkan ketika sudah tidak lagi mengalami phobia, ES
menuturkan bahwa ia akan merasa lebih nyaman, tidak terus
menerus merasa takut, tidak lagi merasa mual saat membicarakan
atau melihat tikus, dan ES ingin bertingkah normal sama seperti
orang lain tidak lagi terganggu dengan perasaan yang
membuatnya seperti terus di terpenjara dalam ketakutannya.
Selanjutnya terapis mengkondisikan ES untuk menjadi lebih
tenang dengan menarik nafas panjang dari hidung dan
mengeluarkannya dari mulut sampai ES terlihat tenang, terapis
juga meminta ES untuk memposisikan tubuhnya senyaman
mungkin untuk memulai sesi hipnoterapi.
79
Sesi hipnoterapi pun dimulai, terapis melakukan induction
yang cukup lama agar ES benar-benar dalam keadaan yang relax
dan dapat menerima setiap sugesti yang di berikan oleh terapis.
Setelah tahap induction dan deepening selesai terapis mulai
masuk ketahap hypnotherapeutic dengan meminta ES untuk
membayangkan dirinya ada di sebuah ruangan bioskop dan ia
akan melihat dirinya sendiri sebagai pemeran utama dari film
yang akan ia tonton, namun ES mempunyai kuasa penuh untuk
menghentikan film tersebut ketika ES merasa sangat tidak aman.
Selanjutnya setelah ES memberikan respon bahwa ia telah
membayangkan dirinya sebagai pemeran dari film yang ia tonton,
terapis pun meminta ES untuk membayangkan bahwa dirinya
dalam film itu berada di sebuah taman yang sangat indah dengan
bunga yang berwarna-warni dan sungai jernih yang menyejukan.
Saat sesi ini ES terlihat nyaman dan menikmati suasana yang
sedang ia rasakan, sampai pada saat terapis mengatakan bahwa di
taman itu ada seekor tikus yang dilihat nya dari kejauhan ES pun
memberikan respon dengan mengerutkan dahinya juga tubuhnya
bergerak seolah menjauhi tikus itu.
80
Terapis mencoba menenangkan ES dan memberikan sugesti
agar ES sedikit demi sedikit menghilangkan ketakutannya pada
tikus dengan membayangkan perasaan saat ia melihat semut,
kupu-kupu juga binatang lain yang tidak berbahaya dan itulah
yang ia rasakan saat melihat tikus yaitu perasaan biasa saja dan
santai.
Setelah terlihat lebih tenang terapis meminta ES untuk
selangkah demi selangkah lebih dekat dengan tikus itu dan terus
sampai tikus itu berada tepat di depannya, terapis terus
memberikan sugesti dan penguatan agar ES merasakan perasaan
yang biasa saja saat melihat tikus dan memberikan sugesti bahwa
ia berani.
Pada awalnya respon yang di tunjukan oleh ES saat
membayangkan seolah tikus ada di hadapannya terlihat tidak
nyaman dan takut, namun setelah diberkan sugesti ES pun terlihat
lebih tenang. Kemudian terpis meminta ES untuk menyentuh
tikus itu dengan tanggannya ES terlihat masih takut bahkan
sampai menitikan air mata nya, namun perlahan ES mulai berani
untuk menyentuh tikus itu walau masih terlihat sedikit tidak
nyaman.
81
Setelah dirasa cukup, terapis pun meminta ES untuk kembali
pada bangku penonton dalam bioskop itu dan ia mampu untuk
mengambil semua hikmah dan pelajaran dari film yang telah ia
lihat tentang dirinya, bahwa ia berani dan setiap kali
membicarakan tikus dan melihat tikus ia akan merasa biasa saja,
sama seperti hal nya ia melihat semut dan hewan yang tak
berbahaya lainnya.
Selanjutnya terapis melanjutkan pada tahap termination untuk
mengembalikan keadaan ES pada keadaan sadar. Dan jauh lebih
baik dari sebelumnya. Dalam tahap termination ini terapis
menggunakan hitungan dari satu sampai sepuluh dan pada
hitungan ke sepuluh terapis meminta ES untuk kembali sadar.
Dalam setiap hitungan terapi terus memberikan penguatan agar
sugesti yang telah disampaikan selama sesi hipnoterapi terus
melekat sampai seterusnya.
Setelah sadar ES tersenyum dan menghapus air mata yang
keluar saat sesi hipnoterapi. Saat terapis bertanya apa yang
sekarang ES rasakan, ES menjawab bahwa dirinya lebih tenang.
Kemudian saat terapis mencoba untuk membicarakan tikus
dengan nya ES terlihat lebih santai dan relax.
82
Sebelum pertemuan kedua ini berakhir terapis berpesan pada
ES untuk terus berpikiran positif tentang segala hal terutama
tentang dirinya sendiri, bahwa dirinya mampu dan bisa untuk
terbebas dari phobia yang dialaminya.4
b. Tahap keempat
Pada tahap ini terapis bertemu dengan klien, terlihat klien
sedang memiliki suasana hati yang begitu ceria. Pertemuan
keempat ini memang memiliki jarak waktu yang cukup lama dari
pertemuan sebelumnya, itu karena terpotong oleh libur semester
ganjil, sehingga klien pun pulang ke daerah asalnya dan baru
kembali lagi setelah jadwal perkuliahan dimulai.
Walaupun pertemuan terakhir kami sudah lumayan lama, ES
mengaku bahwa efek dari terapi sebelumnya masih ia rasakan. ES
mengatakan bahwa dirinya sudah merasa tidak takut ketika
melihat tikus lagi. Hanya saja perasaan mual dan jijik yang ia
rasakan masih ada. Seperti saat dirinya sedang makan bakso
bersama dengan temannya dan temannya mengatakan hal-hal
yang berkaitan dengan tikus, ES secara spontan akan merasa
mencium bau tikus dan ia langsung berhenti memakan bakso itu
4 ES, “Konseling dan Terapi sesi ketiga” diwawancarai oleh Ayu
Nengsih, Catatan Wawancara, Kotsan ES, 14 Desember 2018.
83
karena merasa mual. ES pun meminta kepada terapis agar dirinya
di terapi lagi, supaya benar-benar terbebas dari perasaan-perasaan
buruk yang masih ia rasakan ketika membayangkan, mendengar
atau melihat tikus.
Akhirnya terapis pun mengiya kan permintaan dari ES dan
memulai sesi hipnoterapi bersama dengan ES. Pada saat sesi
hipnoterapi ES begitu meresapi dan benar-benar masuk kedalam
alam bawah sadarnya. Kemudian terapis memberikan sugesti-
sugesti yang berisi bahwa ES untuk mengikhlaskan segala yang
telah terjadi pada masa lalu nya yang berhibungan dengan tikus
dan juga meyakini dirinya bahwa ia mampu untuk melawan
phobia nya. Selain itu terapis juga memberikan sugesti agar ES
dapat membuang segala kenangan buruk dan setiap perasaan jijik,
takut, mual yang ia rasakan ketika membicarakan,
membayangkan, dan melihat tikus dengan cara meminta ES untuk
menuliskannya dalam buku kosong dan kemudian setelah semua
perasaannya itu berpindan ke dalam buku itu terapis meminta ES
membuang buku nya dan bersamaan dengan itu setiap kenangan
buruk dan perasaan yang masih tersisa ketika membayangkan,
membicarakan dan melihat tikus pun ikut hilang.
84
Saat terapis sudah mendapatkan tanda dari klien bahwa
dirinya sudah merasa jauh lebih baik dengan cara menggerakan
jari telunjuknya maka terapis pun memberikan penguatan-
penguatan juga bersiap untuk mengembalikan kesadarakan klien.
Setelah klien kembali sadar terlihat wajah klien yang sumringah.
Kemudian ES mengatakan kepada terapis bahwa hipnotarapi kali
ini ia benar-benar merasa bahwa setiap kata yang terapis katakan
benar-benar nyata dan itu membuatnya merasa jauh lebih baik.
Pertemuan pun kami akhiri dengan rasa syukur dan berharap
bahwa hipnoterapi yang telah dilakukan tadi dapat benar-benar
menghilangkan phobia yang ES alami.5
c. Tahap kelima
Selama kurang lebih dua minggu setelah pelaksanaan terapi
terakhir terapis ingin melihat sejauh mana hasil yang diberikan
dengan menggunakan teknik hipnoterapi ini. Dalam tahap ini
terapis menanyakan hasil dari hipnoterapi yang telah dilakukan
kepada klien pada pertemuan sebelumnya. Klien terlihat sangat
ceria dan bersemangat saat menceritakan bahwa dirinya sudah
merasa jauh lebih baik dari sebelunya. Saat ini ES mengaku
5 ES, “Konseling dan Terapi sesi keempat” diwawancarai oleh
Ayu Nengsih, Catatan Wawancara, Kotsan ES, 14 Februari 2019.
85
bahwa dirinya merasa biasa saja saat melihat tikus secara
langsung, juga saat membicarakan tentang tikus ES tidak lagi
merasa mual atau membayangkan seolah mencium bau tikus.
Phobia yang ES alami kepada tikus dapat dikatakan sudah
berada di tarap yang biasa saja saat ini. 6
3. Klien ESW
a. Tahap ketiga
Pada pertemuan ketiga ini terapis sudah mulai menggunakan
teknik hipnoterapi sebagai media pemulihan kepada klien. Proses
konseling dilakukan di tempat kost ESW yang terletak di daerah
Sumur Pecung agar terasa lebih nyaman.
Dalam pertemuan ini ESW mengaku rasa takutnya masih
sama seperti pertemuan terakhir karena memang dalam pertemuan
sebelumnya terapis belum mulai menggunakan hipnoterapi karena
situasi yang memang kurang mendukung. Sebelum memasuki sesi
hipnoterapi terapis memberikan penguatan-penguatan pada klien
dengan meminta klien untuk memikirkan segala hal yang akan
ESW dapatkan setelah phobia nya pada ulat bulu sembuh.
6 ES, “Konseling dan Terapi sesi kelima” diwawancarai oleh Ayu
Nengsih, Catatan Wawancara, Kampus 1 UIN SMH Banten, 27 Februari
2019.
86
Kemudian terapis meminta ESW untuk memposisikan
tubuhnya senyaman mungkin ini merupakan teknik pre-induction,
setelah itu terapis memulai sesi hipnoterapi dimulai dengan sesi
induction, pada tahap ini ESW terlihat sangat nyaman dan begitu
menghayati setiap kata yang terapis ucapkan sampai
membawanya kedalam kondisi yang benar-benar nyaman dan
santai.
Setelah sesi induction dan deepending usai, teknik
hipnotherapeutic pun dimulai. Terapis meminta ESW untuk
membayangkan drinya berada disebuah bioskop dan akan
meyaksikan dirinya sendiri dalam layar bioskop tersebut, tapi ia
bisa menghentikan film nya kapanpun ia merasa terancam atau
sangat tidak nyaman. Untuk memastikan bahwa ESW telah
membayangkan dirinya berada dalam bioskop terapis meminta
ESW untuk menggerakan jari telunjuknya. Kemudian saat sudah
mendapatkan respon dari ESW terapis pun melanjutkan dengan
meminta ESW untuk membayangkan dirinya kini sedang
menonton film tentang dirinya sendiri dalam layar dan saat ini
film nya mulai diputar dan ESW melihat dirinya berada di sebuah
87
taman bunga yang sangat indah yang dipenuhi oleh bunga-bunga
yang berwarna-warni serta aliran air sungai yang sangat jernih.
Dalam keadaan tenang dan damai ini terapis mencoba untuk
mengubah perspektif ESW tentang ulat bulu dengan merubah
warna ulat bulu itu dengan warna pink ditambah dengan pita pink
yang lucu. Pada saat terapis mengubah warna dari ulat bulu
tersebut terlihat raut wajah ESW yang awalnya takut dan tidak
nyaman saat melihat ulat bulu dari kejauhan seketika berubah
menjadi lebih tenang. Selanjutnya terapis memberikan sugesti
dalam setiap langkah ESW mendekat pada ulat itu ESW menjadi
lebih berani dan semakin dekat ESW dengan ulat bulu itu maka
rasa takutnya akan semakin menghilang.
Setelah semakin dekat terapis merubah warna ulat bulu itu
menjadi normal seperti ulat bulu biasanya seketika ESW
mengerutkan dahinya, terapis pun memberikan sugesti bahwa
ESW tetap akan berani apapun bentuk serta warna dari ulat bulu
yang dilihatnya, terapis terus melakukan pengulangan kata-kata
sugesti tersebut untuk memberikan penguatan kepada ESW agar
sugesti yang diberikan dapat bertahan dalam waktu yang lama
bahkan untuk selamanya.
88
Saat ESW sudah dirasa cukup berani bahkan saat ulat bulu
tepat di hadapannya dan memiliki penampilan layaknya ulat bulu
lainnya, terapis pun mengakhirin sesi hipnoterapi sambil terus
memberikan penguatan di dalam setiap hitungan untuk bangun.
Kata pertama saat ESW terbangun adalah “keren”, ESW
terlihat sangat sumringah dan seolah tak percaya tentang apa yang
baru saja terjadi. ESW mengatakan bahwa ia merasa lebih baik
dan rasa takutnya sudah berkurang cukup banyak, bahkan saat
membicarakan ulat ESW terlihat sangat santai tidak seperti
pertemuan sebelumnya yang sampai membuatnya merasa pusing.
Pertemuan pun harus kami akhiri karena hari sudah semakin
sore, tapi sebelum mengakhiri pertemuan terapis meminta ESW
untuk terus berpikiran positif dan yakin bahwa semakin hari rasa
takutnya akan semakin menghilang dan ia akan menjadi pribadi
yang lebih berani lagi kedepannya. 7
b. Tahap keempat
Terapis kembali bertemu dengan ESW di tempat kots nya
yang berada tak jauh dari kampus. Saat bertemu dengan ESW
terapis pun menanyakan bagaimana tingkat phobia yang sekarang
7 ESW, “Konseling dan Terapi sesi ketiga” diwawancarai oleh
Ayu Nengsih, Catatan Wawancara, Tempat Kots ESW, 18 Januari 2019.
89
dialami oleh ESW. Kemudian ESW menjawab bahwa sudah jauh
lebih baik, kini saat mendengar kata ulat bulu dan
membicarakannya sudah tidak lagi merasa pusing, atau merasa
tidak nyaman.
Namun ESW mengaku bahwa seminggu yang lalu dirinya
melihat ulat bulu secara langsung dan ternyata masih ada perasaan
jijik, juga tidak nyaman. Walau sudah berkurang namun ESW
ingin agar perasaan yang tidak menyenangkan kepada ulat bulu
benar-benar hilang dan ia ingin merasa biasa saja ketika melihat
ulat bulu. Akhirnya terapis memutuskan untuk melakukan sesi
hipnoterapi untuk benar-benar menghilangkan perasaan yang
mengganggu ESW ketika melihat ulat bulu hingga ESW merasa
biasa saja saat melihat ulat bulu.
Sesi hipnoterapi pun dimulai terapis memberikan sugesti
dengan meminta klien untuk membayangkan dirinya berada di
tempat yang paling nyaman dengan udara yang segar. Setelah
klien berada dalam keadaan yang sangat nyaman terapis meminta
klien untuk menuliskan segala hal buruk yang masih tersisa saat
melihat ulat bulu pada sebuah buku yang berada ditempat itu dan
setiap kata yang klien tulis akan membuat setiap perasaan takut
90
itu berpindah dari dalam diri klien kedalam buku itu. Terapis
meminta klien untuk menuliskan dan menggambarkan setiap
perasaan itu dengan jelas, saat semua perasaan takut yang tersisa
itu sudah berpindah, klien pun memberikan isyarat dengan
menggerakan jari telunjuknya.
Setelah mendapatkan isyarat dari klien terapis pun kembali
memberikan penguatan kepada klien dengan memberikan sugesti
bahwa mulai detik ini hingga seterusnya klien tidak akan lagi
merasa takut pada ulat dan saat melihat ulat bulu klien akan
merasa biasa saja tidak lagi merasakan rasa gatal, pusing, dan
perasaan-perasaan yang mengganggu lain nya. Setelah dirasa
cukup terapis pun kembali menyadarkan klien pada kondisi
normal. Saat terbangun klien pun menceritakan apa yang ia
rasakan selama sesi hipnoterapi dan pertemuan kali ini pun
diakhiri.8
c. Tahap kelima
Pada tahap ini terapis mencoba untuk mengetahui hasil yang
klien rasakan setelah melakukan konseling dengan menggunakan
teknik hipnoterapi. ESW menuturkan bahwa dirinya merasakan
8 ESW, “Konseling dan Terapi sesi kempat” diwawancarai oleh
Ayu Nengsih, Catatan Wawancara, Tempat Kots ESW, 15 Februari 2019.
91
hasil yang baik dari proses hipnoterapi yang telah dilakukan
sebelumnya. ESW tidak lagi merasa pusing atau mual ketika
membicarakan tentang ulat, bahkan terlihat sangat santai, berbeda
dengan sebelum melakukan terapi. ESW juga mengucapkan
banyak terima kasih karena dirinya kali ini bisa melawan
perasaan yang dahulu sulit untuk bisa ia lawan. ESW juga
mengatakan bahwa phobia nya yang awal berada pada angka 8
saat ini sudah berkurang dan berada pada angka 4.9
4. Klien EF
a. Tahap ketiga
Pada tahap ini terapis bertemu dengan EF di tempat kots nya
yang berada tak jauh dari kampus. Ditahap ini terapis sudah mulai
menggunakan teknik hipnoterapi untuk mengatasi phobia yang
dialami oleh EF.
Saat pertama datang ke tempat kots EF terapis di sambut
dengan hangat dan EF sangat bersemangat sekali karena tahu
bahwa kali ini ia akan melakukan sesi hipnoterapi, sebelum
melakukan terapi EF menceritakan bahwa dirinya sempat bertemu
9 ESW, “Konseling dan Terapi sesi kelima” diwawancarai oleh
Ayu Nengsih, Catatan Wawancara, Kampus 1 UIN SMH Banten, 01 Maret
2019.
92
dengan kucing dijalan, lalu ia tak berani untuk melihatnya dan
langsung pergi menjauhi kucing yang dilihatnya. Hal seperti
itulah yang membuat EF merasa tidak nyaman karena hampir
disetiap harinya EF pasti akan bertemu dengan kucing.
Terapis pun akhirnya memutuskan untuk memulai sesi
hipnoterapi pada EF. Pada tahap preinduction terapis meminta EF
untuk memposisikan tubuhnya senyaman mungkin, kemudiaan
terapis meminta EF untuk mengatur nafasnya agar tubuhnya
menjadi semakin relax. Kemudian terapis melanjutkan pada tahap
selanjutnya yaitu tahap induction. Tak butuh waktu yang lama EF
sudah mulai memasuki alam bawah sadarnya dan terlihat sangat
nyaman dan santai.
Setelah tahap induction dan deepening kemudian mulai
memasuki tahap pemberian sugesti, di awal terapis meminta EF
untuk membayangkan dirinya berada disebuah bioskop dan akan
menonton film tentang dirinya namun ia mempunyai kuasa penuh
untuk menghentikan film itu jika dirasa membuatnya merasa tidak
aman. Kemudian film itupun dimulai dan EF melihat dirinya
berada di layar itu menjadi pemeran utama, dalam film itu EF
berada di sebuah taman yang sangat indah dan sejuk. Tarapis
93
kemudian memberikan gambaran bahwa dari kejauhan EF melihat
seekor kucing, baru saja terapis mengucapkan itu EF tiba-tiba
mengeluarkan air mata yang cukup banyak.
Untuk mengatasi hal itu terapispun mencoba untuk
mengembalikan ketenangan EF, dan menceritakan bahwasannya
kucing adalah salah satu binatang kesayangan dari Nabi
Muhammad SAW. Setelah ketenangan EF telah kembali
terapispun mencoba untuk kembali menghadirkan kucing dari
kejauhan, respon yang diberikan EF berbeda dari sebelumnya, EF
terlihat sangat santai dan nyaman. Kemudian terapis melanjutkan
dengan memberikan sugesti-sugesti bahwa EF dapat menerima
dengan ikhlas setiap pengalaman masa lalunya yang kurang baik
dengan kucing juga anak kucing.
Setelah pemberian sugesti juga penguatan terapis kemudian
membawa EF untuk kembali sadar. Saat terbangun EF
mengatakan tidak sadar saat dirinya menangis dan saat terbangun
EF merasa tubuhnya lebih segar bahkan karena saking
94
menikmatinya saat di hipnoterapi EF sampai meminta terapis
untuk mengulangi sesi hipnoterapi. 10
b. Tahap keempat
Pada pertemuan keempat ini EF begitu percaya diri bercerita
bahwa dirinya sudah tidak takut lagi saat bertemu dengan kucing,
bahkan saat di kampus ada seekor kucing yang lewat
dihadapannya dan ia pun berani untuk menghampiri kucing itu.
Namun EF mengatakan dirinya belum tahu pasti bagaimana
respon kepada anak kucing karena ia belum melihat atau bertemu
dengan anak kucing. Namun EF mengaku bahwa perasaannya
sudah lebih baik saat membicarakan anak kucing dan tidak
bereaksi dengan berlebihan seperti mual saat membicarakan anak
kucing.
Tapi EF mengaku bahwa pagi tadi sebelum terapis datang ia
mengalami lagi hal yang kurang menyenangkan dengan kucing.
Saat dirinya hendak ke kamar mandi EF terkejut karena seekor
kucing tiba-tiba melompat kearahnya. Karena kejadian itu EF
mengaku bahwa dirinya menjadi memiliki ketakutan tersendiri
10
EF, “Konseling dan Terapi sesi ketiga” diwawancarai oleh Ayu
Nengsih, Catatan Wawancara, Tempat Kots EF, 22 Januari 2019.
95
pada kucing tersebut, hingga membuatnya sangat merasa takut
jika kucing tersebut datang lagi ke tempat kotsnya.
Ahkirnya terapis pun memutuskan untuk melakukan
hipnoterapi sekali lagi pada EF untuk menghilangkan dampak
yang ditimbulkan dari kejadian yang baru saja EF alami, agar
tidak timbul lagi phobia terhadap kucing manapun. EF pun
bersedia untuk melakukan sesi hipnoterapi pada kesempatan saat
ini, agar phobia yang dialaminya benar-benar tuntas.
Seperti biasa sesi hipnoterapi dimulai dengan memposisikan
klien dengan senyaman mungkin setelah itu masuk pada tahap
induction, dalam tahap ini terlihat sekali EF sangat menikmati
setiap kata yang terapis katakan dan benar-benar membayangkan
dirinya dalam kondisi paling nyaman. Dalam sesi ini terapis
memberikan penguatan dan juga meminta EF untuk
mengeluarkan segala perasaan yang ia rasakan saat melihat atau
bertemu dengan kucing. Hal itu dilakukan dengan cara
menuliskan semua perasaan buruk tentang kucing itu dalam
sebuah buku dan dalam setiap kata yang ditulis akan membuat
setiap perasaan takut, cemas, mual dan perasaan lain nya ikut
hilang bersama dengan tulisan itu. Sesi hipnoterapi pun berakhir
96
dan klien pun kembali sadar dan menceritakan segala hal yang ia
rasakan saat sesi hipnotarapi berlangsung.11
c. Tahap kelima
Terapis kembali bertemu dengan EF, setelah kurang lebih 12
hari dari proses terapi terakhir. Dalam pertemuan ini EF
menyampaikan hasil yang ia dapatkan setelah mengikuti
serangkaian proses hipnoterapi. EF mengaku dalam setiap sesi
hipnoterapi ia sangat menikmatinya, bahkan setelahnya membuat
ia merasa lebih segar dari sebelumnya. EF juga menuturkan
bahwa phobia yang ia alami pada kuing juga anak kucing saat ini
sudah berkurang. EF sudah berani untuk mendekati kucing, tidak
lagi berlari menjauh ketika melihat kucing, juga sudah tidak lagi
merasakan perasaan mual dan tidak nafsu makan ketika
membicarakan tentang anak kucing. Semuanya sudah mulai
terasa biasa saja.12
11
EF, “Konseling dan Terapi sesi keempat” diwawancarai oleh
Ayu Nengsih, Catatan Wawancara, Tempat Kots EF, 29 Januari 2019. 12 EF, “Konseling dan Terapi sesi kelima” diwawancarai oleh
Ayu Nengsih, Catatan Wawancara, Tempat Kots EF, 11 Februari 2019.
97
5. Klien AH
a. Tahap ketiga
Dalam tahap ini terapis kembali bertemu dengan klien. Dalam
sesi ini terapis sudah mulai menggunakan teknik hipnoterapi
untuk mengatasi phobia yang dialami oleh klien. Dalam
pertemuan ini klien terlihat lebih optimis dan yakin bahwa phobia
yang dialaminya bisa sembuh, berbeda dengan pertemuan yang
sebelumnya yang mana klien masih merasa ragu apakah phobia
nya akan bisa sembuh atau tidak.
Untuk lebih membuat klien merasa yakin dan percaya pada
dirinya, terapis meminta klien untuk menyebutkan semua hal
yang akan klien dapatkan setelah bisa terbebas dari phobia yang
selama ini menghantuinya. Kemudian terapis juga meminta klien
untuk terus mengingatnya dan percaya bahwa itu bisa terjadi.
Selanjutnya terapis pun memberikan hipnoterapi kepada klien
dengan memberikan relaksasi dan meminta klien untuk
membayangkan dirinya berada disebuah tempat yang sangat indah
dan sedikit demi sedikit mampu untuk berada dekat dengan
seekor anak kucing bahkan berrani untuk menyentuhnya.
98
Selama sesi hipnoterapi berlangsung kondisi sekitar yang
berisik dan tempat yang memang dirasa kurang nyaman membuat
sesi hipnoterapi menjadi terganggu, sebisa mungkin terapis
mencoba untuk terus membuat klien tetap fokus dan merasa
nyaman walau kondisi disekitar terasa kurang mendukung.
Sesi hipnoterapi pun berakhir, klien membuka matanya dan
menceritakan apa yang ia rasakan selama sesi hipnoterapi
berlangsung. AH juga mengatakan bahwa dirinya merasa sudah
lebih baik ketika membicarakan anak kucing ia tidak terlalu
merasa takut dan jijik, tapi jika untuk bertemu langsung dengan
anak kucing AH mengaku masih belum berani.13
b. Tahap keempat
Ditahap ini terapis kembali bertemu dengan klien dan klien
mengatakan bahwa belum tahu sejauh apa perkembangan dari
pertemuan sebelumnya. Klien juga menambahkan bahwa dirinya
masih agak sedikit merasakan geli dan jijik ketiha melihat
gambar atau video dari anak kucing. Namun terapis melihat
adanya perubahan dari cara klien menyampaikan tentang phobia
13
AH, “Konseling dan Terapi sesi ketiga” diwawancarai oleh
Ayu Nengsih, Catatan Wawancara, Pondok Pesantren Tempat AH tinggal,
28 Januari 2019.
99
nya kepada terapis jauh lebih santai dan tenang berbeda saat
pertemuan pertama.
Terapis juga cukup menyayangkan sikap klien yang terlihat
kurang optimis dapat terbebas dari phobia yang dialaminya,
padahal keyakinan dari klien adalah hal yang sangat penting agar
sugesti yang diberikan saat hipnoterapi dapat bertahan. Karena
dirasa sesi sebelumnya belum maksimal maka terapis
menawarkan kepada klien untuk melakukan hipnoterapi kembali,
dan klien menyetujui untuk melakukan hipnoterapi kembali.
Terapispun memulai sesi hipnoterapi, pada tahap induction
sampai pada tahap deepening klien terlihat sangat menikmati dan
terbawa sampai pada kondisi yang sangat tenang juga telah
memasuki alam bawah sadarnya. Namun pada saat terapis
mencoba untuk membawa klien kembali pada masa dimana klien
pertama kali merasakan phobia pada anak kucing untuk
mengetahui awal mula dari phobia nya, tiba-tiba klien terbangun.
Terapis menyadari ada yang salah dan ternyata klien masih
belum sampai pada keadaan dimana dirinya benar-benar sudah
memasuki alam bawah sadarnya sehingga saat terapis meminta
klien untuk merasakan kembali semua perasaan takut itu
100
membuat klien terbangun. Selain itu perasaan klien yang masih
ragu juga kurang percaya diri membuat sugesti yang terapis
berikan pada klien kurang bekerja secara optimal. Akhirnya
terapis memutuskan untuk tidak menggunakan teknik regrasi.
Terapis memulai kembali sesi hipnoterapi dengan lebih lama
pada tahap induction dan deepening untuk memastikan klien
benar-benar telah memasuki alam bawah sadarnya. Setelah
dipastikan klien sudah memasuki alam bawah sadarnya, terapis
mulai memasuki tahap hypnotheurapeutik dengan memberikan
sugesti-sugesti positif bahwa klien mampu menghadapi rasa
takutnya dan akan terbebas dari phobia nya kepada anak kucing.
Proses memberian sugesti ini pun berjalan cukup lama hal ini
terapis lakukan agar sugaesti-sugesti yang telah terapis berikan
dapat tertanam dalam diri klien sehingga klien bisa benar-benar
terbebas dari phobia nya.
Setelah mendapatkan tanda bahwa klien sudah merasa lebih
baik terapis pun memulai hitungan untuk membangunkan klien
kembali. Dalam setiap hitungan terapis terus memberikan
penguatan-penguatan agar sugesti yang telah diberikan bertahan.
101
Setelah klien tersadar, klien pun bercerita bahwa dirinya
merasa jauh lebih segar namun belum terlalu merasakan adanya
perubahan pada phobia nya. Namun klien terlihat lebih tenang
dan tidak lagi memberikan ekspresi jijik atau kegelian saat
membicarakan anak kucing. 14
c. Tahap Kelima
Tahap ini merupakan tahapan terakhir dari serangkaian
layanan konseling dengan menggunakan hipnoterapi. Setelah 14
hari dari proses terapi terakhir terapis mencoba untuk mencari
tahu bagaimana hasil dari proses terapi yang telah dijalani
sebelumnya. AH menceritakan apa saja yang ia dapatkan atau apa
saja hasil yang ia rasakan setelah melakukan serangkaian tahapan
hipnoterapi. AH mengaku dirinya merasa lebih baik saat
membicarakan anak kucing AH sudah tidak lagi merasa gemetar,
geli, atau merasa tidak nyaman. Namun AH mengaku bahwa
dirinya belum mengetahui bagaimana reaksinya ketika melihat
anak kucing secara langsung apakah ada yang berbeda atau tidak.
14 AH, “Konseling dan Terapi sesi keempat” diwawancarai oleh
Ayu Nengsih, Catatan Wawancara, Pondok Pesantren Tempat AH tinggal,
15 Maret 2019.
102
AH mengaku phobia nya mengalami penurunan dari angka 8
sekarang berada pada angka 6. 15
B. Hasil Penerapan Hipnoterapi pada Remaja yang Mengalami
Zoophobia
Berdasarkan hasil dari penelitian, treatment serta wawancara
yang telah dilakukan kepada lima orang remaja yang mengalami
zoophobia di Fakultas Dakwah UIN Sultan Maulana Hasanuddin
Banten, maka didapatkan hasil dari penerapan hipnoterapi pada
remaja yang mengalami zoophobia sebagai berikut:
1. Klien AN
a. Keadaan sebelum diterapi
Sebelum melakukan konseling dengan penggunaan
teknik hipnoterapi AN banyak merasakan dampak-dampak
yang kurang baik. dampak itu seperti histeris ketika melihat
kecoak, AN akan berusaha menghindar sejauh mungkin yang
tak jarang membuatnya terluka karena dia tidak
memperhatikan kondisi disekitarnya. AN juga merasakan rasa
tidak nyaman di perut, gemetar, keringat dingin, detak jantung
15 AH, “Konseling dan Terapi sesi kelima” diwawancarai oleh
Ayu Nengsih, Catatan Wawancara, Kampus 1 UIN SMH Banten, 29 Maret
2019.
103
meningkat ketika melihat kecoak. Selain itu AN juga
merasakan perasaan gelisah, cemas, saat membicarakan
kecoak. Kemudian AN juga kesulitan untuk tidur ketika ia
mendengar suara-suara kecil dari barang-barang yang di
hinggapi oleh kecoak.
b. Keadaan setelah terapi
Setelah melakukan konseling dengan menggunakan
teknik hipnoterapi phobia yang dialami AN berangsur
membaik bahkan saat ini AN sudah bisa dikatakan sembuh
dari phobianya. AN tidak lagi histeris ketika melihat kecoak,
tidak lagi merasakan tidak nyaman di perut, gemetar, keringat
dingin, dan detak jantung meningkat ketika melihat kecoak.
Ketika membicarakan kecoak AN juga sudah tidak merasa
cemas juga gelisah, AN terlihat santai bahkan sumringah saat
membicarakan kecoak. Saat malam hari AN mendengar suara-
suara kecil yang di sebabkan kecoak AN sudah merasa biasa
saja dan bisa tidur dengan nyenyak.
104
2. Klien ES
a. Keadaan sebelum diterapi
Sebelum melakukan konseling dengan penggunaan
teknik hipnoterapi kondisi ES saat membicarakan tikus di
pertemuan tahap pertama dan kedua terlihat sangat tidak
nyaman. ES bahkan merasakan perasaan mual ketika
membicarakan tikus. Kemudian saat bertemu dengan tikus ES
akan cenderung berlari menjauh karena ketika melihat tikus
secara langsung ES bisa sampai muntah dan juga tidak nafsu
makan seolah terbayang aroma tikus yang tidak sedap.
b. Keadaan setelah terapi
Keadaan ES setelah melaksanakan proses konseling
dengan menggunakan teknik hipnoterapi terlihat ada nya
perubahan yang cukup baik. ES tidak lagi terlihat tidak
nyaman atau mual saat membicarakan tikus. Kemudian ES
juga sudah merasa biasa saja ketika ia bertemu dengan tikus di
tengah jalan. Tidak lagi merasakan perut yang tidak enak atau
muntah-muntah ketika melihat tikus. ES juga terlihat lebih
ceria karena ia telah terbebas dari phobia yang selama ini ia
rasakan.
105
3. Klien ESW
a. Keadaan sebelum diterapi
Sebelum melakukan konseling dengan penggunaan
teknik hipnoterapi ES akan merasakan pusing juga perasaan
tidak enak di perutnya, selain itu ESW juga terlihat sangat
tidak nyaman ketika ia membicarakan ulat. Ketika ESW
melihat ulat dalam gambar ia akan terkejut dan menjauhi
gambar itu. Kemudian ketia ESW melihat ulat secara
langsung ia akan histeris dan berusaha menjauh dari ulat itu,
selain itu ESW juga akan merasakan detak jantung yang
meningkat, keringat dingin, nafas yang semakin cepat juga
ESW merasaakan gatal pada bagian tubuhnya seolah ulat itu
menempel pada tubuhnya.
b. Keadaan setelah terapi
Setelah melakukan terapi dengan menggunakan hipnoterapi
ESW terlihat tenang saat membicarakan ulat. ESW juga
menuturkan bahwa dirinya saat ini merasa biasa saja ketika ia
mengingat ulat atau melihat gambar ulat. Ketika tak sengaja
melihat ulat di jalan ESW juga menuturkan pada pertemuan
terakhir bahwa dia sudah merasa biasa saja walau masih ada
106
rasa takut sedikit namun rasa takut itu sudah mulai bisa
diatasi.
4. Klien EF
a. Keadaan sebelum diterapi
Sebelum EF diberikan layanan konseling dengan
menggunakan teknik hipnoterapi, EF akan merasa sangat tidak
nyaman ketika membicarakan kucing terlebih anak kucing. EF
akan terbayang kejadian masa lalunya yang menyebabkan
dirinya merasakan rasa yang tidak enak di perutnya. Selain itu
EF juga akan menghindar jika melihat kucing dari kejauhan
maka ia akan mencari jalan lain. Ketika EF bertemu dengan
anak kucing nafsu makan EF akan menurun, merasakan cemas
juga histeris.
b. Keadaan setelah terapi
Setelah EF menjalani layanan konseling dengan
menggunakan teknik hipnoterapi, EF terlihat lebih santai
ketika diajak berbicara tentang anak kucing. EF juga mengaku
bahwa dirinya sudah mulai berani untuk mendekati kucing.
Perasaan mual yang EF rasakan ketika melihat anak kucing
juga sudah berangsur menghilang.
107
5. Klien AH
a. Keadaan sebelum diterapi
Sebelum AH mengikuti layanan konseling dengan
mengguakan teknik hipnoterapi, AH terlihat sangat gugup dan
tidak nyaman saat harus membicarakan anak kucing, bahkan
AH mengaku bahwa dirinya merasakan mual ketika
membicarakan anak kucing. AH juga akan menangis histeris
ketika ia melihat anak kucing. AH juga mengatakan bahwa
dirinya juga akan sulit tidur ketika mendengar suara anak
kucing walaupun anak kucing itu berada cukup jauh dari
tempatnya.
b. Keadaan setelah terapi
Setelah AH melakukan konseling dengan teknik
hipnoterapi memang tidak terlihat signifikan perubahannya.
Hanya saja AH mulai terlihat tenang ketika membicarakan
anak kucing berbeda dengan keadaan sebelum terapi yyang
terlihat sekali tidak nyaman. Namun untuk bertemu dengan
anak kucing secara langsung AH mengaku bahwa dirinya
belum cukup berani tapi ia mengatakan bahwa ia merasa
sedikit lebih berani dari sebelumnya.
108
Tabel 4.1
Perubahan Kondisi Klien Sebelum dan Setelah Proses Konseling
No Klien Sebelum diterapi Sesudah diterapi
1. AN Fisik: detak jantung
meningkat, keringat
dingin, sering terluka,
gemetar, perasaan
tidak enak di perut.
Fisik: tidak ada reaksi
berlebihan ketika
membicarakan atau
melihat secara langsung,
bahkan berani untuk
menyentuh objek
phobia.
Emosional: cemas,
gelisah, kesulitan
untuk tidur, histeris.
Emosional: relax dan
merasa biasa saja ketika
membicarakan atau
melihat objek phobia
secara langsung.
2. ES Fisik : detak jantung
meningkat, keringat
dingin, perasaan tidak
enak di perut, muntah.
Fisik: tidak ada reaksi
berlebihan ketika
membicarakan atau
melihat secara langsung.
Emosional: cemas, Emosional: relax dan
109
gelisah, merasa
terbatasi, histeris.
merasa biasa saja ketika
membicarakan atau
melihat objek phobia
secara langsung.
3. ESW Fisik : detak jantung
meningkat, keringat
dingin, perasaan tidak
enak di perut, merasa
gatal, pusing.
Fisik: tidak ada reaksi
berlebihan ketika
membicarakan atau
melihat secara langsung.
Emosional: cemas,
gelisah, merasa
terbatasi, histeris.
Emosional: relax dan
merasa biasa saja ketika
membicarakan atau
melihat objek phobia
secara langsung dalam
jarak jauh.
4. EF Fisik : detak jantung
meningkat, keringat
dingin, perasaan tidak
enak di perut, tidak
nafsu makan.
Fisik: tidak ada reaksi
berlebihan ketika
membicarakan atau
melihat secara langsung
dan berani untuk
110
mendekat.
Emosional: cemas,
gelisah, merasa
terbatasi, histeris.
Emosional: relax dan
merasa biasa saja ketika
membicarakan atau
melihat objek phobia
secara langsung.
5. AH Fisik : detak jantung
meningkat, keringat
dingin, perasaan tidak
enak di perut.
Fisik: tidak ada reaksi
berlebihan ketika
membicarakan objek
phobia.
Emosional: cemas,
gelisah, merasa
terbatasi, histeris.
Emosional: relax dan
merasa biasa saja ketika
membicarakan objek
phobia. Namun belum
berani jika harus
berhadapan secara
langsung.
111
Dari hasil pengamatan juga proses konseling dan terapi yang
telah di berikan kepada klien. Terlihat adanya perubahan respon yang
diberikan klien ketika membicarakan, membayangkan atau melihat
langsung objek yang memicu adanya phobia menjadi lebih berani
juga dapat bersikap normal layaknya orang kebanyakan. Hal ini
menunjukan bahwa teknik hipnoterapi dapat digunakan sebagai salah
satu upaya untuk melakukan proses konseling juga terapi pada remaja
yang memiliki zoophobia.