bab iv pembahasan dan analisa data 4.1 hasil …

32
28 BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil Pengamatan Penerapan K3 Di Proyek Pembangunan Gedung/Ruko Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan menyediakan program kesejahteraan untuk para tenaga kerja. Macam-macam jaminan keselamatan kerja yang ada di Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan adalah : 1. Program Asuransi yang diberikan oleh pemilik proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan terdiri dari : a. Jaminan kecelakaan kerja Apabila ada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja maka jamsostek akan memberi santunan berupa keringanan biaya rumah sakit dan biaya obat-obatan. b. Jaminan kematian Jaminan kematian diperuntukan bagi ahli waris tenaga kerja yang menjadi peserta Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. c. Koperasi karyawan Koperasi pada dasarnya adalah sebuah medium untuk mendukung kesejahteraan anggota dengan berbagi keuntungan. 2. Fasilitas perawatan kesehatan dan pengobatan Perusahaan menyediakan fasilitas perawatan kesehatan diantaranya : a. Fasilitas biaya pengobatan Jika dapat diatasi dengan poliklinik perusahaan maka biaya pengobatan akan ditanggung perusahaan akan tetapi jika dirujuk ke rumah sakit maka perusahaan akan menanggung beberapa persen biaya yang sudah disepakati. b. Fasilitas periksa kesehatan Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan secara berkala setiap tahun dan untuk itu pimpinan perusahaan mewajibkan karyawan untuk memeriksa kesehatanya. Upaya dalam menangani masalah keselamatan kerja terhadap karyawannya, Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan telah melakukan berbagai usaha diantaranya sebagai berikut :

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

28

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

4.1 Hasil Pengamatan Penerapan K3 Di Proyek Pembangunan Gedung/Ruko

Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan menyediakan

program kesejahteraan untuk para tenaga kerja. Macam-macam jaminan keselamatan

kerja yang ada di Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan adalah :

1. Program Asuransi yang diberikan oleh pemilik proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai

Ngaliyan terdiri dari :

a. Jaminan kecelakaan kerja

Apabila ada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja maka jamsostek akan

memberi santunan berupa keringanan biaya rumah sakit dan biaya obat-obatan.

b. Jaminan kematian

Jaminan kematian diperuntukan bagi ahli waris tenaga kerja yang menjadi

peserta Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan

kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam

bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.

c. Koperasi karyawan

Koperasi pada dasarnya adalah sebuah medium untuk mendukung kesejahteraan

anggota dengan berbagi keuntungan.

2. Fasilitas perawatan kesehatan dan pengobatan

Perusahaan menyediakan fasilitas perawatan kesehatan diantaranya :

a. Fasilitas biaya pengobatan

Jika dapat diatasi dengan poliklinik perusahaan maka biaya pengobatan akan

ditanggung perusahaan akan tetapi jika dirujuk ke rumah sakit maka perusahaan

akan menanggung beberapa persen biaya yang sudah disepakati.

b. Fasilitas periksa kesehatan

Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan secara berkala setiap tahun dan untuk itu

pimpinan perusahaan mewajibkan karyawan untuk memeriksa kesehatanya.

Upaya dalam menangani masalah keselamatan kerja terhadap karyawannya, Proyek

Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan telah melakukan berbagai usaha diantaranya

sebagai berikut :

Page 2: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

29

a. Penerangan

Fungsi penerangan di tempat kerja adalah untuk menerangi obyek pekerjaan agar

terlihat jelas, mudah dikerjakan dengan cepat, dan produktivitas dapat meningkat.

Penerangan yang intensitasnya rendah (poor lighting) akan menimbulkan kelelahan,

ketegangan mata, dan keluhan pegal di sekitar mata. Penerangan yang intensitasnya

kuat akan dapat menimbulkan kesilauan. Penerangan yang terlalu rendah maupun

terlalu kuat sekalipun, memungkinkan terjadinya kecelakan kerja.

Penerangan di Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan diatur secara tepat

dan memadai dalam arti tidak terlalu gelap dan juga tidak terlalu terang. Karena

penerangan yang baik akan berpengaruh positif terhadap keselamatan kerja dan

produktifitas.

b. Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja

1.Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaaan)

Kotak box yang berisi obat - obatan standar untuk memberikan pertolongan pertama

apabila terjadi kecelakaan kerja.

2. Sepatu

Dalam proses pengamatan masih terdapat beberapa karyawan bagian produksi

ketika melakukan proses produksi yang seharusnya harus memakai peralatan

keselamatan kerja dalam hal ini sepatu, ternyata tidak memakai.

Sumber: Dokumentasi 2017

Gambar 4.1 Pabrikasi Foot Plat dan Tie Beam

Page 3: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

30

3. Masker kain

Karyawan bagian finishing diwajibkan menggunakan masker kain sebagai

pengaman karena untuk mengurangi aroma atau bau yang tidak sedap dari cat atau

plitur dan debu dari proses finising.

Sumber: Dokumentasi 2017

Gambar 4.2 Masker kain

4. Pemadam Kebakaran

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) disediakan oleh Proyek Pembangunan Ruko 3

Lantai Ngaliyan di setiap sisi dan sudut ruangan. APAR ini sangat praktis dan

ringan, dapat dibawa kemana-mana dan mampu dipakai cukup satu orang. Hal ini

penting, agar terhindar dari kerugian yang lebih besar. Lebih baik memberikan

pencegahan daripada memadamkan setelah terjadi kebakaran.

Untuk mencegah dan mengatasi bahaya kebakaran, dilakukan usaha-usaha

sebagai berikut:

1. Memelihara dan merawat semua peralatan pemadam kebakaran yang ada

sehingga selalu siap pakai.

2. Memberi pengarahan cara-cara pemakaian alat pemadam kebakaran.

Page 4: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

31

Sumber: Dokumentasi 2017

Gambar 4.3 Pemadam kebakaran

c. Mesin (Gerinda, bor, dll)

Mesin sebagai alat untuk proses proses produksi sudah didesain sebaik mungkin

untuk menghindari kecelakaan kerja. Bagian yang paling mungkin menimbulkan

kecelakaan adalah proses pemotongan. Pada mesin pemotongan ini penggunaannya

harus berhati-hati, karena pada mesin ini terdapat mata pisau yang harus dijaga

kekencangannya.

d. Lingkungan Kerja

Kondisi lingkungan kerja di Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan

khususnya dibagian lapangan sangat bising, hal ini disebabkan karena mesin-mesin

yang digunakan umumnya besar dan suara timbul akibat proses pekerjaan.

Jika dalam upaya yang dilakukan oleh perusahaan masih tedapat hal-hal yang dapat

membahayakan keselamatan kerja dari karyawan misalnya terjadi kebakaran maka

standarisasi dari perusahaan adalah:

1. Drum berisi pasir dan skop dilokasi rawan kebakaran .

2. APAR (alat pemadam api ringan) yang ditempatkan pada seluruh perusahaan

meliputi office, gripag, kantin, gudang dan bagian produksi sesuai dengan

kebutuhan dan kegunaan masing – masing.

Page 5: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

32

3. Box hydrant

1. Hydrant halaman ditempatkan diluar gedung atau di halaman.

2. Hydrant gedung ditempatkan didalam gedung.

Sumber: Dokumentasi 2017

Gambar 4.4 Pompa Hydrant

4. Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) adalah kotak penyimpanan

yang berisi obat-obatan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan. kotak P3K

(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) ditempatkan dan tersebar diseluruh

lingkungan perusahaan.

Sumber: Dokumentasi 2017

Gambar 4.5 Kotak P3K

Page 6: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

33

5. Pintu darurat

Pintu darurat adalah pintu keluar saat terjadi kejadian darurat. Pintu darurat dibuat di

semua bangunan perusahaan, termasuk pada bagian office.

6. Alarm bahaya

Alarm bahaya adalah penanda kalau ada kejadian darurat, Alarm akan berbunyi. Alarm

darurat ditempatkan diseluruh bangunan yang ada di perusahaan

4.2 Faktor Penghambat Pelaksanaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja memiliki latar belakang sosial-ekonomi dan kultural yang

sangat luas. Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang luas, seperti kebiasaan-

kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan, dll. Demikian juga keadaan ekonomi ada sangkut

pautnya dengan permasalahan keselamatan kerja tersebut. Dari hasil penyelidikan

ternyata menunjukan bahwa faktor manusia memegang peranan penting dalam

pelaksanaan keselamatan kerja dilingkungan Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai

Ngaliyan berupa :

1. Faktor manusia dapat berupa kelalaian atau kesalahan, kecerobohan, kurang

disiplin, tidak mentaati syarat-syarat keselamatan kerja yang telah ditetapkan

baik oleh perusahaan sehingga pekerja dapat melakukan tindakan yang bisa

mencelakakan dirinya sendiri dan tentunya lingkungan sekitar.

2. Pekerja yang bersangkutan tidak mampu atau kurang terampil dalam

menggunakan atau mengoprasikan alat-alat produksi.

3. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang keselamatan kerja para pekerja

disebabkan oleh beberapa aspek yang mempengaruhinya, antara lain :

a. Tingkat pendidikan yang rendah

Tingkat pendidikan rendah yang dimiliki pekerja membawa pengaruh

sebab kecenderungan tidak mengetahui kegunaan pemakaian alat-alat

pelindung diri untuk keselamatan para pekerja itu sendiri.

b. Sikap pekerja

Pekerja yang mempunyai kecenderungan bahwa pekerja dengan

menantang maut atau resiko dan ceroboh, lebih mudah dan lebih cepat,

dan usaha pencegahan kecelakaan tidak begitu penting sebab dia yakin

atau percaya diri untuk dapat menjaga dirinya sendiri dalam semua

keadaan.

Page 7: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

34

Berdasarkan hasil penelitian yang menjadi faktor penghambat sehingga tidak

menerapkan aturan K3 pada Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan antara lain:

1. Faktor Internal

Berdasarkan hasil penelitian faktor internal yang menjadi penghambat

pekerja dalam menerapkan aturan K3 pada Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai

Ngaliyan disebabkan oleh rendahnya pengetahuan pekerja terhadap K3 dimana

berdasarkan tingkat pendidikan pekerja umumnya masih SD dan pekerja belum

mengetahui aturan-aturan K3 dan belum mengetahui bagaimana bekerja sesuai

aturan K3 saat bekerja di proyek konstruksi sehingga keadaan tersebut

menyebabkan sering ditemukan pekerja melakukan tindakan tidak aman sewaktu

bekerja. Sedangkan pada Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan pekerja

sudah memiliki pengetahuan mengenai aturan-aturan K3 dan mengetahui

bagaimana menerapkan aturan K3 saat bekerja namun masih ditemukan pekerja

yang melanggar aturan K3 hal ini disebabkan pekerja tidak disiplin dalam

menerapkan aturan K3 sehingga melakukan tindakan tidak aman (unsafe action).

Tindakan tidak aman oleh pekerja pada Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai

Ngaliyan yang sering ditemukan antar lain merokok sambil bekerja, bekerja sambil

bergurau dengan rekan kerja, tidak menggunakan APD melakukan gerakan-gerakan

berbahaya seperti berlari, melompat dan melempar.

2. Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa selain rendahnya

pengetahuan pekerja pada Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan terhadap

K3 dan rendahnya kedisiplinan pekerja pada Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai

Ngaliyan terhadap K3 pada proyek yang dikerjakan, faktor penghambat perilaku

pekerja dalam menerapkan K3 pada Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan

adalah faktor eksternal dimana perusahaan tidak menerapkan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) pada proyek dan dikerjakan seperti perusahaan tidak

menyediakan APD kepada pekerja, perusahaan tidak menyediakan kondisi

lingkungan aman terhadap pekerja, tidak adanya papan peringatan bahaya, poster

K3, pagar pembatas di sekitar area proyek demikian pula pada Proyek

Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan disebabkan oleh tidak diterapkannya aturan

Page 8: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

35

K3 dengan baik oleh perusahaan dimana penyediaan APD dilakukan setelah

terjadinya kecelakaan kerja yang mengakibatkan hilangnya jam kerja sehingaa

mengakibatkan korban meninggal dunia meskipun demikian pengawasan dan

pemberian sanksi/hukuman terhadap pekerja yang melanggar aturan K3 masih

belum diterapkan pada proyek ini, selain itu juga perusahaan tidak meyediakan

kondisi lingkuan aman disekitar area proyek seperti rambu K3, papan peringatan

K3 dan pagar pembatas di sekitar area proyek sampai pada pekerjaan selesai tidak

terlihat. Tidak adanya kepedulian perusahaan kontraktor dalam menciptakan

kondisi aman sedangkan pada Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan

kondisi tidak aman yang berakibat runtuhnya pelat lantai yang mengakibatkan

terjadinya kecelakaan kerja sehingga merugikan perusahaan.

4.3 Upaya Perbaikan Dalam Pelaksanaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada

Pembangunan Gedung/Ruko

Berdasarkan hasil penelitian di Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai

Ngaliyan , Secara umum perusahaan sudah menerapkan kebijakan tentang keselamatan

dan kesehatan kerja. Namun lemahnya pengawasan dari pihak perusahaan, masih saja

terlihat beberapa dari karyawan perusahaan yang tidak mematuhi prosedur keselamatan

dan kesehatan kerja. Maka dalam hal ini akan mencoba memberikan usulan perbaikan

mengenai pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan metode

diagram ishikawa / diagram tulang ikan / diagram sebab akibat.

Pada dasarnya metode ishikawa digunakan untuk menganalisa dan

menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan di dalam menentukan

karakteristik kualiatas output kerja, namun penggunaannya bisa juga untuk

menganalisa penyebab dari terjadinya kecelakaan kerja.

Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, maka di

dapatkan 5 faktor penyebab utama yang meliputi :

1. Man (Manusia)

2.Method (Metode)

3. Machine (Mesin/Peralatan)

4. Material (Bahan baku)

5. Environment (Lingkungan kerja

Page 9: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

36

Tumpukan Bahan Material

Sumber: Dokumentasi 2017

Gambar 4.6 Diagram Ishikawa / Sebab Akibat / Tulang Ikan (Fish Bone)

Keterangan gambar diagram diagram ishikawa / sebab akibat / tulang ikan :

a. Man (Manusia)

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan kerja pada

manusia adalah kurangnya pengalaman kerja. Di Proyek Pembangunan Ruko 3

Lantai Ngaliyan untuk faktor manusia rata-rata mereka sudah berpengalaman

akan tetapi disana para pekerja lapangan rata-rata berpendidikan rendah, jadi

mereka sangat sulit untuk menerima masukan dari orang-orang yang lebih muda,

yang seolah-olah mereka jauh lebih berpengalaman di bandingkan dengan yang

lebih muda.

b. Method (Metode)

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan kerja pada

metode kerja adalah kurangnya pengawasan kerja dan prosedur kerja yang salah.

Contoh : Dalam pemindahan bahan baku dalam hal ini adalah kayu pemindahan

dari satu tempat ke tempat yang lain seharusnya diperlukan pengecekan lebih

dari satu kali agar suatu kecelakaan kerja dapat terhindari.

c. Machine (Mesin/Peralatan)

Manusia

Peralatan

Metode kerja

Bahan baku Lingkungan

kerja

Pengawasan

kurang

Prosedur kerja salah

Pendidikan

rendah

Faktor

terjadi

nya

kecela

kaan

kerja

Bising Di

Lingkungan

Kerja

Bahan Material

Page 10: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

37

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan kerja pada

peralatan adalah minimnya peralatan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

yang digunakan.

Di Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan telah menyediakan

peralatan K3 yaitu berupa masker, helm kerja, wearpack dan sarung tangan

tetapi pada kenyataannya perlengkapan yang telah disediakan tidak sering

dipakai. Hal demikian dapat mengakibatkan para pekerja akan mengalami

gangguan kesehatan. Karena seringnya para pekerja berinteraksi lagsung dengan

bahan material (debu pasir, semen, hasil dari pemotongan ataupun pengamplasan

) tanpa menggunakan alat pelindung diri ataupun masker.

d. Material (Bahan baku)

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan kerja pada

material adalah Biasanya pada waktu pengangkatan pekerja rentan tertimpa

tumpukan material seperti, batu bata, pasir, kayu, dll. Yang kebanyankan

ditumpuk sebelum melalui proses selanjutnya.

e. Environment (Lingkungan kerja)

Lingkungan kerja yang baik akan memberikan kenyamanan dan ketenangan

dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga terajadinya suatu kecelakaan kerja

dapat dihindari.

Di Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Ngaliyan memiliki lingkungan kerja

yang cukup baik, akan tetapi terjadinya penumpukan bahan baku saja yang rentan

menimbulkan kecelakaan kerja.

Dari metode diatas maka untuk usulan perbaikan di Proyek Pembangunan Ruko

3 Lantai Ngaliyan agar kecelakaan dalam bekerja bisa di minimalkan adalah Untuk

Pekerja tidak memakai masker dan sarung tangan. Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai

Ngaliyan sebagian besar pekerjanya tidak memakai masker dikarenakan kesadaran

akan kesehatan kurang.

Dan untuk masalah usulan perbaikan perlu dibentuk tim pengawas yang

bertugas untuk mengawasi karyawan dan bila perlu memberikan sanksi terhadap

karyawan yang terbukti tidak memakai masker/ APD (Alat Pelindung Diri) pada saat

bekerja.

Page 11: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

38

4.4 Tinjauan Umum

Dalam penyusunan laporan tugas akhir yang berjudul “Pemahaman Pelaksanaan

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Proyek Pembangunan Ruko.

(Studi Kasus Ruko Tiga Lantai Superindo Ngaliyan)” hasil pengamatan dengan

melakukan metode kuesioner, dapat dilihat data – data dari responden, pakar, ahli

untuk mengidentifikasi permasalahan yang berpengaruh dalam pemahaman

pelaksanaan K3 dalam proyek tersebut, diantaranya sebagai berikut.

a. Kategori Responden Sebagai

Tabel 4.a. Kategori Responden Sebagai

Sumber: Hasil Kuesioner

Gambar 4.6 Diagram Kategori Responden Sebagai

Pada tabel 4.a hasil pelaksanaan responden terbanyak yang mengisi kuisioner skor 76,67

adalah pekerja, dan yang paling sedikit yaitu skor 3,33 adalah site engineer.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

ProjectManager

Staff Teknik Site Engineer Pelaksana Lainnya /Pekerja

Jumlah

Prosentase

No Kategori Responden Jumlah Prosentse

1 Project Manager 2 6.67

2 Staff Teknik 2 6.67

3 Site Engineer 1 3.33

4 Pelaksana 2 6.67

5 Lainnya / Pekerja 23 76.67

Total 30 100

Page 12: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

39

b. Pendidikan terakhir

Tabel 4.b Pendidikan terakhir

Sumber : Hasil Kuisioner

Gambar 4.7 Diagram Pendidikan Terakhir

Pada tabel 4.b. menunjukan pendidikan terakhir terbanyak adalah skor 46,67

mempunyai pendidikan SMK/SMA, dan skor 36,67 adalah Lainnya(SD/SLTP).

c. Kategori Perusahaan Tempat Bekerja

Tabel 4.c. Kategori Perusahaan Tempat Bekerja

No

Kategori

Perusahaan Jumlah Prosentase %

1 BUMN 9 30.00

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Jumlah

Prosentase %

No

Pendidikan

terakhir Jumlah Prosentase %

1 S2 0 0

2 S1 1 3.33

3 D3 4 13.33

4 SMK/SMA 14 46.67

5 Lainnya(SD/SLTP) 11 36.67

Total 30 100

Page 13: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

40

2 Swasta 4 13.33

3 Perorangan 15 50.00

4 Lainnya 2 6.67

Total 30 100

Sumber : Hasil kuisioner

Gambar 4.8 Diagram Kategori Perusahaan Tempat Bekerja

Pada tabel 4.c. kategori tempat perusahaan tempat responden bekerja dengan

prosentase skor 50 yaitu Perorangan, sedangkan perusahaan Swasta tempat responden

bekerja hanya memperoleh prosentase skor 13,33.

d. Klarifikasi Perusahaan

Tabel 4.d. Klarifikasi Perusahaan

No

Klarifikasi

Perusahaan Jumlah Prosentase %

1 Kecil 0 0.00

2 Menengah 20 66.67

3 Besar 10 33.33

Total 30 100

Sumber : Hasil kuesioner

0

10

20

30

40

50

60

BUMN Swasta Perorangan Lainnya

Jumlah

Prosentase %

Page 14: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

41

Gambar 4.9 Diagram Klarifikasi Perusahaan

Pada tabel 4.d. menunjukan klarifikasi perusahaan yang pernah menangani proyek

yaitu perusahaan skala dengan prosentase terbanyak yaitu skor 66,67, sedangkan

perusahaan skala besar yang pernah menangani proyek hanya memperoleh prosentase

sekor 33,33.

e. Pengalaman Kerja Di Proyek

Tabel 4.e. Pengalaman kerja di proyek

No

Pengalaman kerja di

proyek Jumlah Prosentase %

1 0 - 5 tahun 15 50.00

2 0 - 10 tahun 7 23.33

3 10 - 15 tahun 3 10.00

4 > 15 tahun 5 16.67

Total 30 100

Sumber : Hasil kuisioner

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Kecil Menengah Besar

Jumlah

Prosentase %

Page 15: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

42

Gambar 4.10 Diagram Pengalaman Kerja Di Proyek

Pada tabel 4.e. Terlihat dari pakar ahli yang ikut bekerja adalah skor 50,00

mempunyai pengalaman kerja 0 – 5 tahun.

0

10

20

30

40

50

60

0 - 5 tahun 0 - 10 tahun 10 - 15 tahun > 15 tahun

Jumlah

Prosentase %

Page 16: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

43

Tabel 4.1.1. Hasil Kuisioner Kecelakaan Yang Terjadi Pada Proyek Konstruksi

No

Kecelakaan Kerja yang Terjadi Pada Proyek

Konstruksi Terkait Dengan Keselamatan Kerja

Dan Kesesehatan Kerja ( K3 )

Nilai Pengaruh Kecelakaan

Kerja Pada Proyek

Pembanguna Ruko /

Gedung

TPT JT ST SST

1 2 3 4

1

Terbentur (struck by), kecelakaan ini terjadi pada

saat sesorang yang tidak diduga ditabrak atau

ditampar sesuatu yang bergerak atau bahan

kimia.Contohnya : Terkena pukulan palu,ditabrak

kendaraan,benda asing material.

18 10 2 0

2

Membentur (struck againts), kecelakaan yang

selalu timbul akibat pekerja yang bergerak terkena

atau bersentuhan dengan beberapa objek atau

bahan-bahan kimia. Contohnya : terkena sudut

atau bagian yang tajam, menabrak pipa-pipa, dan

sebagainya.

22 8 0 0

3

Terperangkap (caught in, on, between), contoh

dari caught in adalah kecelakaan yang terjadi bila

kaki pekerja tersangkut diantara papan-papan yang

patah dilantai. Contoh dari caught on adalah

kecelakaan yang timbul bila baju dari pekerja

terkena pagar kawat. Contoh dari caught between

adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan atau

kaki dari pekerja tersangkut dalam bagian mesin

yang bergerak.

19 11 0 0

4 Jatuh dari ketinggian (fall from above), kecelakaan

ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari ketinggian yang

lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah.

Contohnya jatuh dari tangga atau atap.

15 9 5 1

5

Jatuh pada ketinggian yang sama (fall at ground

level), beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe

ini seringkali berupa tergelincir, tersandung, jatuh

dari lantai yang sama tingkatnya.

17 13 0 0

Page 17: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

44

6

Pekerjaan yang terlalu berat (over-exertion or

strain), kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan

yang terlalu berat yang dilakukan pekerja seperti

mengangkat, menaikkan, menarik benda atau

material yang dilakukan diluar batas kemampuan.

20 7 1 2

7

Terkena aliran listrik (electrical contact), luka

yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat

sentuhan anggota badan dengan alat atau

perlengkapan yang mengandung listrik.

25 5 0 0

8 Terbakar (burn), kondisi ini terjadi akibat sebuah

bagian dari tubuh mengalami kontak dengan

percikan, bunga api, atau dengan zat kimia yang

panas.

25 5 0 0

Rata – Rata 20 8 1 0,38

Jumlah Rata – Rata 7,50

Sumber : Hasil Kuisioner

Keterangan :

TPT : Tidak Pernah Terjadi ST : Sering Terjadi

JT : Jarang Terjadi SST : Sangat Sering Terjadi

Gambar 4.11 Diagram Hasil Kuisioner Kecelakaan Yang Terjadi Pada Proyek Konstruksi

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8

TPT

JT

ST

SST

Page 18: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

45

Berdasarkan Tabel 4.1.1 diketahui bahwa dari 8 jenis kecelakaan, rata – rata sebanyak

66,7 % responden memilih tidak pernah terjadi, dan sebanyak 26,6 % responden mengatakan

jarang terjadi. Seperti pada hasil dari data tersebut kecelakaan kerja hampir tidak pernah

terjadi. Dari 8 jenis kecelakaan yang ditanyakan , yang paling sering terjadi diantara yang lain

adalah jatuh dari ketinggian (fall from above), dikarenakan para pekerja tidak menggunakan

alat pelindung diri contohnya tidak memakai body harness pada ketinggian di atas lebih dari 2

meter, yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja tersebut. Hasil ini sesuai dengan

pengamatan dilapangan.

Page 19: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

46

Tabel 4.1.2 Faktor Penghambat Pemahaman Pelaksanaan Keselamatan Dan Kesehatan

Kerja (K3)

No Indikator

Faktor Penghambat

Pemahaman

Pelaksanaan

Keselamatan Kerja

Dan Kesehatan

Kerja ( K3 )

Hasil Faktor

Penghambat

Pemahaman Dalam

Pelaksanaan

Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja (

K3)

Rata

-

Rata

Keterangan

Total

Rata

Rata

TB KB B SB

1 2 3 4

1

Faktor

Perencanaan

1. Tidak adanya

perencanaan dan

penetapan K3 dalam

pelaksanaan proyek

Sangat

Berpengaruh

3.650

0 0 13 17 3.6

2. Tidak adanya

komitmen terhadap

pelaksanaan K3 di

suatu proyek

Sangat

Berpengaruh 0 0 9 21 3.7

3. Tidak adanya

komitmen terhadap

tujuan K3 dalam

suatu proyek

Sangat

Berpengaruh 0 0 11 19 3.6

4. Tidak adanya

komunikasi tiap

koordinator dalam

pelaksanaan K3 di

proyek

Sangat

Berpengaruh

0 0 9 21 3.7

2

Sumber

Daya

Manusia

1. Kurangnya

pengertian tentang

K3

0 0 7 23 3.7 Sangat

Berpengaruh

3,725

2. Kurangnya

penyuluhan dari tim

kepada pelaksana

tentang K3

dilapangan

0 0 8 22 3.7 Sangat

Berpengaruh

3. Kurangnya

pengetahuan tentang

K3

0 0 8 22 3.7 Sangat

Berpengaruh

4. Pelaksana

dilapangan tidak

bekerja sesuai

dengan perintah

0 0 12 18 3.6 Sangat

Berpengaruh

5. Kurangnya

pengawasan terhadap

para pekerja di

0 0 9 21 3.7 Sangat

Berpengaruh

Page 20: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

47

Sumber : Hasil Kuisioner

Keterangan :

TB : Tidak Berpengaruh KB : Kurang Berpengaruh

B : Berpengaruh SB : Sangat Berpengaruh

lapangan

6. Tidak difasilitasi

Alat Pelindung Diri

(APD) oleh pihak

proyek

0 0 9 21 3,8 Sangat

Berpengaruh

7. Tidak tahu

Standard Operating

Procedure (SOP)

suatu proyek

0 0 7 23 3.8 Sangat

Berpengaruh

8. Human error

(Kelelahan,

Mengantuk, Kurang

Berkonsentrasi)

0 0 6 24 3.8 Sangat

Berpengaruh

3 Faktor

Lingkungan

1. Perubahan cuaca

yang mengganggu

proses pengerjaan

0 0 11 19 3.7 Sangat

Berpengaruh

3.733

2. Bencana alam 0 0 6 24 3.8

Sangat

Berpengaruh

3. Lingkungan

proyek yang sulit

dijangkau

0 0 7 23 3.8 Sangat

Berpengaruh

4. Lahan sempit yang

tidak memungkinkan

pengoperasian alat-

alat berat

0 0 8 22 3.7

Sangat

Berpengaruh

5. Sanitasi yang

buruk 0 0 7 23 3,6

Sangat

Berpengaruh

6. Lokasi proyek

yang dekat dengan

jalan raya dan pusat

keramaian sehingga

menambah

kebisingan

menyebabkan

komunikasi antar

pekerja terganggu.

0 0 11 19 3.6 Sangat

Berpengaruh

Page 21: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

48

Gambar 4.12 Diagram Faktor Penghambat Pemahaman Pelaksanaan Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja (K3)

Pada tabel 4.1.2 dapat diketahui semua faktor sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan

K3. mulai dari faktor lingkungan sangat berpengaruh di dalam proses proyek dengan skor

3,73 pada Faktor Lingkungan disekeliling area bekerja. Sedangkan mengenai Sumber Daya

Manusia itu sendiri dengan skor 3,72,dan yang paling sedikit adalah Faktor Perencanaan

dengan skor 3,65.

Faktor Sumber Daya Manusia sangat berpengaruh dalam pelaksanaan K3, karena

pekerja dapat menerapkan proses pelakasaan K3, agar mereka dapat terhindar dari resiko

kecelakaan kerja saat pekerja bekerja.

Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh dalam pelaksanaan K3, karena pekerja di

tempat itu bisa bekerja dengan semaksimal mungkin dengan keadaan tempat yang bersih

dari material – material yang berbaya atau yang dapat menggangu pekerja saat bekerja.

Sedangkan Faktor Perencanaan juga sangat berpengaruh dikarenakan semua proses

pembangunan di mulai dari perencanaan yang matang dan di diteliti terlebih dahulu agar

mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.

3,6

3,62

3,64

3,66

3,68

3,7

3,72

3,74

FaktorPerencanaan

Sumber DayaManusia

Faktor Lingkungan

Total Rata-Rata

Page 22: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

49

Tabel 4.1.3. Faktor Penanganan Yang Menghambat pelaksanaan K3

No Indikator

Faktor Penanganan

Yang Menghambat

pelaksanaan K3

Hasil Faktor

Penanganan Yang

Menghambat

pelaksanaan K3 Rata -

Rata Keterangan

Total

Rata –

Rata TB KB B SB

1 2 3 4

1 Manajerial

1. Komunikasi antar

koordinator, mengadakan

rapat antar koordinator

0 0 8 22 3.7 Sangat

Berpengaruh

3.8

2. Menjaga kedisiplinan

tim di proyek, terutama

mengenai jam kerja

Sangat

Berpengaruh 0 0 7 23 3.8

3. Melakukan evaluasi

kerja

Sangat

Berpengaruh 0 0 10 20 3.7

4. Aktif menggali

informasi mengenai K3

Sangat

Berpengaruh 0 0 8 22 3.7

5. Memotivasi para

pekerja dengan baik

Sangat

Berpengaruh 0 0 5 25 3.8

6. Menjaga kualitas hasil

pekerjaan

Sangat

Berpengaruh 0 0 6 24 3.8

7. Menambah personil

yang paham akan K3,

Sehingga dapat

membimbing rekannya

Sangat

Berpengaruh 0 0 5 25 3.8

8. Mengadakan

penyuluhan mengenai

pentingnya K3 dalam

suatu proyek.

Sangat

Berpengaruh 0 0 5 25 3.8

9. Mengadakan

penyuluhan mengenai

pentingnya K3 dalam

suatu proyek.

Sangat

Berpengaruh

0 0 5 25 3.8

10. Pengadaan P3K (Alat

Kesehatan)

Sangat

Berpengaruh 0 0 5 25 3.8

11. Pemasangan papan

instruksi K3

Sangat

Berpengaruh 0 0 5 25 3.8

12. Pemasangan bendera

K3

Sangat

Berpengaruh 0 0 5 25 3.8

13. Penyediaan

perlengkapan Alat

Pelindung Diri (APD)

Sangat

Berpengaruh 0 0 6 24 3.8

14. Bekerja sesuai

Sangat

Page 23: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

50

Standard Operating

Procedure (SOP) di

suatu proyek

Berpengaruh

0 0 4 26 3.9

2 Alat

1. Alat dirawat sesuai

prosedur, sehingga aman

ketika digunakan untuk

bekerja

Sangat

Berpengaruh

3.7

0 0 9 21 3.7

2. Mengganti alat yang

membahayakan

penggunanya

Sangat

Berpengaruh 0 0 10 20 3.7

3. Menyediakan suku

cadang cadangan

apabila ada penggantian

suku cadang alat yang

mendadak

Sangat

Berpengaruh

0 0 6 24 3.8

4. Menambah jumlah alat

sehingga mencukupi

kebutuhan

Sangat

Berpengaruh 0 0 7 23 3.8

5. Service berkala alat-

alat yang digunakan

Sangat

Berpengaruh 0 0 8 22 3.7

6. Menggunakan alat

sesuai dengan fungsinya

Sangat

Berpengaruh 0 0 7 23 3.8

3 Tenaga

Kerja

1. Tenaga kerja disebar

tetapi di monitoring

dengan baik

Sangat

Berpengaruh

3.7

0 0 8 22 3.7

2. Menyediakan tempat

istirahat bagi para

pekerja di daerah sekitar

proyek

Sangat

Berpengaruh

0 0 9 21 3.7

3. Memberikan

penyuluhan mengenai

K3

Sangat

Berpengaruh 0 0 9 21 3.7

4. Aktif memantau para

pekerja dilapangan

Sangat

Berpengaruh 0 0 9 21 3.7

5. Adanya penindakan

secara langsung apabila

ada pekerja yang bekerja

tidak sesuai dengan

Standard Operating

Procedure (SOP)

Sangat

Berpengaruh

0 0 6 24 3.8

4 Lingkup

Pekerjaan

1. Penyediaan APAR

(Alat Pemadam

Kebakaran)

Sangat

Berpengaruh 3.9 0 0 5 25 3.8

Page 24: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

51

Sumber : Hasil Kuisioner

Keterangan :

TB : Tidak Berpengaruh KB : Kurang Berpengaruh

B : Berpengaruh SB : Sangat Berpengaruh

Gambar 4.13 Diagram Faktor Penanganan Yang Menghambat pelaksanaan K3

Pada tabel 4.1.3 dapat diketahui semua faktor penanganan sangat berpengaruh

dalam pelaksanaan K3, dari hasil kuesioner mengenai tentang faktor penghambat

paling sedikit adalah mengenai indikator Alat dan Tenaga Kerja yaitu dengan skor 3.7,

sedangakan Manajerial dengan sekor 3,8. Indikator Lingkup Pekerjaan paling banyak

yaitu dengan skor 3,9, dan masing – masing indikator Sangat Berpengaruh satu sama

3,6

3,65

3,7

3,75

3,8

3,85

3,9

3,95

Manajerial Alat Tenaga Kerja LingkupPekerjaan

Total Rata – Rata

2. Pemantauan

penumpukan material

yang membahayakan

para pekerja

Sangat

Berpengaruh

0 0 3 27 3.9

3. Perbaikan sanitasi di

lingkungan proyek

Sangat

Berpengaruh 0 0 2 28 3.9

4. Pengupayaan

pengadaan klinik darurat

Sangat

Berpengaruh 0 0 3 27 3.9

Page 25: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

52

lain dalam hal Faktor Penghambat Pelaksanaan Proyek Ruko Tiga Lantai Superindo

Ngaliyan Semarang.

Dari indikator alat dan pekerja tahu bahwa pekerjaan dan alat yang digunakan

untuk proses pembangunan dapat menentukan waktu pekerjaan itu sendiri, apabila alat

mencukupi atau lengkap pasti tidak akan ada kendala dalam proses pembangunan.

Dari faktor tenaga kerja tenaga kerja juga sangat berpengaruh dalam proses

pelaksaan K3 dimana mereka dapat terlatih dalam kesigapan saat bekerja dan harus

mengetahui atau mengidentifikasi pekerjaan mereka itu sendri pada saat bekerja

Dan sedangkan proses manajerial juga sangat berpengaruh karena dapat lebih

mengantisipasi akan adanya suatu kecelakaan kerja yang tidak kita inginkan terjadi.

Idikator lingkup pekerjaan sangat berpengaruh akan kualitas pekerja dimana

mereka tidak terganggu akan adanya pejalan kaki atau lalu lalang kendaraan bermotor

yang leawat, sehingga pekerja dapat bekerja dengan lebih konsentrasi.

Perilaku pekerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memegang

peranan yang sangat penting dalam mengurangi kecelakaan kerja di bidang konstruksi,

sehingga perlu dilakukan studi bagaimana perilaku pekerja dalam menerapkan aturan-

aturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui perilaku pekerja konstruksi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) dan faktor penghambat pekerja dalam menerapkan aturan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Superindo

Ngaliyan.

Pengumpulan data yang dilakukan yaitu data primer berupa kuesioner, observasi

dan wawancara langsung, dan data sekunder yang diperoleh berupa data jumlah

pekerja dan data Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pekerja terhadap K3 masih sangat

kurang karena masih banyak ditemukan pekerja melakukan tindakan tidak aman

sewaktu bekerja seperti tidak menggunakan APD, bergurau dengan rekan kerja,

merokok, dan melakukan gerakan berbahaya (berlari pada saat bekerja, melempar

material dan tidak menggunakan alat bantu). Faktor penghambat pekerja dalam

menerapkan K3 pada Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai Superindo Ngaliyan yaitu

akibat rendahnya pengetahuan pekerja terhadap penerapan K3 dan perusahaan tidak

menerapkan K3.

Page 26: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

53

Beberapa responden umumnya sudah mengetahui mengenai pentingnya

penggunaan APD sewaktu bekerja agar menghindari terjadinya kecelakaan dan penyakit

akibat kerja, responden juga umumnya setuju perusahaan seharusnya mewajibkan

penggunaan APD kepada pekerja. Namun berdasarkan observasi lapangan pada Proyek

Pembangunan Ruko 3 Lantai Superindo Ngaliyan menunjukkan bahwa tidak satupun

pekerja menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). padahal perusahaan sudah menyediakan

Alat Pelindung Diri (APD) kepada pekerjanya berupa helm, masker, safety belt, sepatu

pengaman, meskipun sudah disediakan masih sering juga ditemukan di lapangan pekerja

yang mengabaikan untuk tidak digunakan Alat Pelindung Diri (APD).

4.5 Analisa Potensi Bahaya Di Tempat Kerja Akibat Kurangnya Pemahaman Akan

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Pembangunan Ruko 3 Lantai

Superindo Ngaliyan.

Bahaya Pada dasarnya diproteksi kedalam 3 faktor utama dilingkungan kerja

diantaranya:

1. Manusia atau Karyawan.

2. Material, alat atau Mesin.

3. Lingkungan Kerja atau Lingkungan Sekitar.

Apa bila ketiga elemen kerja diatas diabaikan dapat menimbulkan berbagai kerugian

baik langsung maupun secara tidak langsung. Adapun kerugian yang ditimbulkan

adalah sebagai berikut:

a. Kerugian Secara Langsung.

Kerugian ini timbul akibat kecelakaan kerja, sehingga langsung dirasakan oleh

pihak perusahaan melalui:

1. Biaya Pengobatan dan Kompensasi;

2. Kerusakan sarana atau fasilitas akibat dari bahaya yang timbul

b. Kerugian Tidak langsung.

Meskipun resiko yang ditimbulkan secara tidak langsung, namun dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan serta dapat merugikan perusahaan, kerugian

yang ditimbulkan sebagai berikut:

1. Kerugian Jam Kerja.

2. Kerugian Produksi.

Page 27: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

54

3. Kerugian sosial.

4. Kerugian dari efect Kurangnya Citra dan kepercayaan Konsumen.

Analysis Potensi Hazard atau Penilaian potensial bahaya pada umumnya menyertakan

aktivitas sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tugas/task

2. Membentuk team (untuk task yg sederhana – satu orang)

3. Membagi tugas/ task menjadi beberapa steps

4. Mengidentifikasi potential hazards

5. Membuat solusi/ mengontrol untuk memitigasi hazards

Tujuan dari Penilaian potensi Bahaya ini adalah untuk menyediakan pedoman saat

melakukan analisis potensi bahaya dengan mengikuti tiga tahap analisis potensi bahaya;

a. Tahap Perencanaan Job Hazard Analysis (JHA) Analisa Bahaya Pekerjaan /Job Hazard Analysis adalah salah satu tehnik

dimana memusatkan tugas-tugas dalam pekerjaan sebagai langkah untuk

mengidentifikasi bahaya sebelum kecelakaan terjadi. Ini berfokus

pada hubungan antara pekerja, tugas, peralatan dan lingkungan tempat kerja.

Idealnya setelah anda mengidentifkasi bahaya yang tidak dapat kendalikan, anda

akan mengambil langkah mengeliminasi/menghilangkan atau mengurangi

bahaya menjadi ke tingkat yang dapat diterima/acceptable.

Tahap Perencanaan– Job Hazard Analysis (JHA) bertujuan untuk:

1.Untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan tindakan pencegahannya

2.Untuk memastikan bahwa jumlah orang, pengaturan keahlian, peralatan

dan APD sudah termasuk dalam perencanaan.

3.Memberikan kesempatan untuk menyesuaikan rencana kerja untuk

mengurangi risiko.

4.Untuk mengidentifikasi jenis perizinan yang diperlukan untuk melakukan

pekerjaan

5.Digunakan sebagai titik awal (starting point) untuk Onsite JSA.

6.Q-SOP dapat digunakan sebagai analisis potensi bahaya untuk

perencanaan pekerjaan.

Page 28: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

55

b. Tahap Perizinan (Job Safety Analysis)

Merupakan suatu program kerja yang didalamnya terdapat proses mengenali

bahaya pada suatu pekerjaan, membuat identifikasi bahaya dan nilai dari resiko

bahaya tersebut kemudian melakukan pengendalian terhadap resiko bahaya yang

telah teridentifikasi.

Tahap Perizinan - Onsite Job Safety Analysis (Onsite JSA):

1.Dilakukan dilapangan sesaat sebelum pekerjaan dimulai.

2.Melibatkan tim untuk memastikan bahwa orang yang melakukan

pekerjaan mengerti pekerjaan yang akan dilakukan, potensi bahaya yang

ada serta tindakan pencegahannya

3.Mengidentifikasi potensi bahaya pada waktu pekerjaan akan dimulai dan

tindakan pencegahan yang spesifik.

4.JSA yang sudah dibuat bisa disimpan sebagai referensi untuk operasi yang

serupa dimasa yang akan datang.

5.Dikembangkan dalam bahasa yang sesuai untuk tim yang bekerja

(terjemahaan secara verbal mungkin diperlukan) untuk mengatasi kondisi

dilapangan pada hari pekerjaan dilakukan

Cara Mengembangkan Sebuah JSA:

1) Memilih Pekerjaan Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk

mempunyai prioritas dan harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih

pekerjaan yang akan dianalisa, supervisor sebuah departemen harus

memenuhi faktor berikut ini :

a.Frekuensi kecelakaan.Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang

kecelakaan merupakan prioritas utama dalam JSA.

b.Tingkat cedera yang menyebabkan cacat. Setiap pekerjaan yang

menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.

c.Kekerasan potensi Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah

kecelakaan namun mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.

d.Pekerjaan baru JSA untuk setiap pekerjaan baru harus dibuat sebisa

mungkin. Analisa tidak boleh ditunda hingga kecelakaan atau hampir

terjadi kecelakaan dapat diatasi.

Page 29: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

56

e. Mendekati bahaya Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus

menjadi prioritas JSA.2) Membagi Pekerjaan Untuk membagi pekerjaan,

pilihlah pekerja yang benar untuk melakukan observasi. Pilihlah pekerja

yang berpengalaman, mampu dan kooperatif sehingga mampu berbagi ide.

Jelaskan tujuan dan keuntungan dari JSA kepada pekerja.

2) Membagi Pekerjaan Untuk membagi pekerjaan, pilihlah pekerja yang benar

untuk melakukan observasi. Pilihlah pekerja yang berpengalaman, mampu

dan kooperatif sehingga mampu berbagi ide. Jelaskan tujuan dan keuntungan

dari JSA kepada pekerja. Observasi performa pekerja terhadap pekerjaan dan

tulis langkah dasar JSA. Rekaman video pekerjaan dapat digunakan untuk

peninjauan di masa mendatang. Pertanyakan langkah awal pekerjaan

dilanjutkan langkah selanjutnya dan seterusnya.

3) Identifikasi Bahaya dan Potensi Kecelakaan Kerja Tahap berikutnya untuk

mengembangkan JSA adalah identifikasi semua bahaya termasuk dalam

setiap langkah. Identifikasi semua bahaya baik yang diproduksi oleh

lingkungan dan yang berhubungan dengan prosedur kerja.

4) Mengembangkan Solusi Langkah terakhir dalam JSA adalah mengembangkan

prosedur kerja yang aman untuk mencegah kejadian atau potensi kecelakaan.

Beberapa solusi yang mungkin dapat diterapkan:

a. Menemukan cara baru untuk suatu pekerjaan

b. Mengubah kondisi fisik yang menimbulkan bahaya.

c. Mengubah prosedur kerja,

d. Mengurangi frekuensi pekerjaan.

Tujuan Dilakukan Identifikasi Bahaya (Job Safety Analysis ):

1. Memantau resiko-resiko bahaya yang jarang diketahui atau beberapa resiko

bahaya yang tidak dihiraukan dalam pekerjaan, padahal beresiko kecelakaan

atau pada kesehatan.

2. Menentukan cara laksana kedali bahaya dan mengurangi resiko kecelakaan.

3. Acuan dalam menentukan APD (Alat Pelindung Diri) dan dasar pengajuan

ke Manajemen.

4. Tujuan akhir dari program ini adalah menurunkan angka kecelakaan kerja

dan meningkatkan produktifitas.

Page 30: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

57

5. Mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengendalikan bahaya serta risiko

dari setiap kegiatan operational dan produksi perusahaan, baik kegiatan rutin

maupun non rutin.

6. Menetapkan target dan program peningkatan kinerja K 3 berdasarkan hasil

identifikasi bahaya dan penilaian Risiko.

Definisi :

1. PENILAIAN RESIKO : Adalah keseluruhan proses dalam mengestimasi besarnya

suatu risiko

2. LIKELIHOOD ( Lh ) : Adalah KEMUNGKINAN terjadi suatu bahaya dari suatu

aktivitas

3. SEVERITY ( Sv ) : Adalah TINGKAT BAHAYA / KESERIUSAN yang

ditimbulkan dari suatu aktivitas.

c. Tahap Pelaksanaan (Self Assesment)

Tahap Pelaksanaan – Self Assessment

Setiap pekerja bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keselamatan

dirinya sendiri dan tim di seluruh aktifitas termasuk melindungi lingkungan.

Untuk itu, semua karyawan diberikan hak untuk menghentikan pekerjaannya

atau SSWA (Self Stop Work Authority) dengan memikirkan langkah yang aman

untuk bekerja.

Dalam hal ini perlu melibatkan orang yang berwenang untuk mengambil

keputusan.

Page 31: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

58

Susunan Penerapan Tahap Analysis Potensi bahaya Sebagai Berikut:

Sumber: Dokumentasi 2017

Gambar 4.14 Tahap Analysis Potensi bahaya

Untuk meningkatkan keselamatan kerja di perusahaan atau di tempat – tempat

kerja, maka ILO, (1989) menyusun suatu ketentuan, yaitu sebagai berikut :

Peraturan-peraturan, yaitu peraturan perundangan yang bertalian dengan syarat-syarat kerja

umum, perencanaan –perencanaan, kontruksi, perawatan, pengujian dan pemakaian

industri, kewajiban pengusaha dan pekerja, latihan, pengawasan kesehatan kerja,

pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengujian kesehatan.

Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar.

Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan yang

diwajibkan. Penelitian bersifat teknis, yang meliputi sifat dan ciri-ciri dari bahan-bahan

yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat pelindung diri. Riset

medis, meliputi tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan

teknologis, keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi,

banyaknya mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab-sebabnya.

Page 32: BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil …

59

Pendidikan, menyangkut pendidikan keselamatan dan kurikulum teknik, sekolah-sekolah

perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.

Latihan-latihan yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga yang

baru, dalam keselamatan kerja.

Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk

menimbulkan sikap untuk selamat.

Asuransi, yaitu intensif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan,

misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan

Usaha kesehatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya

penerapan keselamatan kerja.