bab iv lsm haburas dan pengembangan pariwisata berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan...

35
57 BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis Komunitas di Tutuala “Timor Leste adalah negara yang kecil dan memiliki luas wilayah yang kecil pula, sehingga setelah Timor Leste memperoleh kemerdekaannya, pemerintah dapat melakukan pembangunan di sektor apa saja akan tetapi siapapun tidak dapat memperluas panjang dan lebarnya wilayah Timor Leste, namun apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat Timor Leste supaya negara menjadi lebih besar dan terkenal adalah bahwa semua orang harus bisa melindunggi keaslian dan keindahan alam Timor Leste. Tiap-tiap individu diwajibkan untuk melakukan konservasi terhadap alam agar Timor Leste menjadi surga ekologi di dunia”. (Panglima FALINTIL 63 , Komandan Nino Conis Santana) Pengantar Proses pengembangan pariwisata berbasis masyarakat tidak selalu dapat dilakukan tanpa proses pemberdayaan. Wilayah-wilayah yang berkembang sebagai daerah tujuan wisata pada umumnya adalah wilayah-wilayah terpencil karena wilayah-wilayah inilah banyak terdapat daya tarik alam, budaya dan flora fauna lokal (Ashley, Boyd & Goodwin, 2000). Selain pemerintah, LSM juga sering melakukan pelatihan dalam rangka pemberdayaan. Berbagai pelatihan tersebut biasanya di biayai lembaga internasional dan LSM menjadi penye- lengara (Wowor, 2011). Wilayah Tutuala merupakan salah satu wila- yah terpencil yang terletak di ujung pulau Timor namun memiliki daya tarik alam, budaya dan flora fauna. LSM Haburas adalah salah satu LSM 63 FALINTIL : Forcas Armadas da Libertação de Timor Leste (Angkatan Bersenjata Pembebasan Timor Leste)

Upload: others

Post on 10-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

57

BAB IV

LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis

Komunitas di Tutuala

“Timor Leste adalah negara yang kecil dan memiliki luas wilayah yang kecil pula, sehingga setelah Timor Leste memperoleh kemerdekaannya, pemerintah dapat melakukan pembangunan di sektor apa saja akan tetapi siapapun tidak dapat memperluas panjang dan lebarnya wilayah Timor Leste, namun apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat Timor Leste supaya negara menjadi lebih besar dan terkenal adalah bahwa semua orang harus bisa melindunggi keaslian dan keindahan alam Timor Leste. Tiap-tiap individu diwajibkan untuk melakukan konservasi terhadap alam agar Timor Leste menjadi surga ekologi di dunia”. (Panglima FALINTIL63, Komandan Nino Conis Santana)

Pengantar

Proses pengembangan pariwisata berbasis masyarakat tidak

selalu dapat dilakukan tanpa proses pemberdayaan. Wilayah-wilayah

yang berkembang sebagai daerah tujuan wisata pada umumnya adalah

wilayah-wilayah terpencil karena wilayah-wilayah inilah banyak

terdapat daya tarik alam, budaya dan flora fauna lokal (Ashley, Boyd &

Goodwin, 2000). Selain pemerintah, LSM juga sering melakukan

pelatihan dalam rangka pemberdayaan. Berbagai pelatihan tersebut

biasanya di biayai lembaga internasional dan LSM menjadi penye-

lengara (Wowor, 2011). Wilayah Tutuala merupakan salah satu wila-

yah terpencil yang terletak di ujung pulau Timor namun memiliki daya

tarik alam, budaya dan flora fauna. LSM Haburas adalah salah satu LSM

63 FALINTIL : Forcas Armadas da Libertação de Timor Leste (Angkatan Bersenjata Pembebasan Timor Leste)

Page 2: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

58

Lokal dalam melakukan kerjasama dengan masyarakat lokal Tutuala

untuk mengembangkan usaha pariwisata di pantai Valusere, desa

Tutuala yang dibiayai oleh lembaga internasional yakni Uni Eropa.

Meskipun Tutuala memiliki daya tarik alam yang menarik bagi

wisatawan untuk berkunjung, akan tetapi sampai pada saat ini

pemerintah belum melakukan upaya pengembangan pariwisata di

wilayah tersebut. Setelah anggota LSM Haburas dan LSM CIDAC

melakukan kunjungan ke Tutuala, mereka melihat bahwa masyarakat

yang hidup di wilayah tersebut tidak memperoleh keuntungan dari

kunjungan wisatawan. Dengan demikian, kedua LSM tersebut

melakukan kerjasama untuk mencari dana agar dapat membantu

masyarakat lokal di Tutuala untuk mengembangkan usaha pariwisata

sehingga masyarakat yang hidup di wilayah tersebut dapat

memperoleh pendapatan. Upaya kerjasama yang dilakukan oleh LSM

Haburas dan LSM CIDAC akhirnya membuahkan hasil berupa

pembiayaan yang diperoleh dari Uni Eropa sehingga LSM Haburas

sebagai penyelengara.

Untuk menyelengarakan program kegiatan usaha pariwisata

berbasis masyarakat oleh LSM Haburas dengan masyarakat lokal di

Tutuala membutuhkan beberapa tahapan. Berbagai tahapan keterli-

batan LSM Haburas dengan masyarakat lokal akan diuraikan lebih

lanjut di bagian ini. Sehingga Pada pembahasan bab empat akan

diuraikan tentang kehadiran LSM Haburas di Tutuala dan proses

penjajakan awal untuk melaksanakan program kerja, beserta perma-

salahan yang dihadapi ketika menjalankan program pengembangan

pariwisata berbasis komunitas. Uraian berikut tentang dinamika LSM

dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala.

Membangun Pemahaman Tentang Community Based Tourism

LSM Haburas mengawali karya mereka di Tutuala pada tahun

2003. Kegiatan pemberdayaan yang mereka lakukan di Tutuala berawal

Page 3: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

59

dari keprihatinan mereka tentang situasi kehidupan masyarakat di

Tutuala. Setelah wilayah Tutuala ditetapkan sebagai hutan lindung

dalam regulasi UNTAET No. 19 tahun 2000, akses masyarakat lokal

terhadap hutan menjadi sangat terbatas. Oleh karena itu, LSM Haburas

terdorong untuk membantu masyarakat di Tutuala, mencari solusi

berupa mata pencaharian alternatif untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat lokal.

Kehidupan masyarakat di Tutuala sangat tergantung pada

hutan atau alam yang mereka miliki. Masyarakat Tutuala

memanfaatkan alam untuk aktivitas pertanian berupa penanaman

jagung, ubi, singkong dan sayur-mayur. Disamping itu, mereka juga

melepaskan binatang peliharaan berupa sapi dan kerbau hidup bebas di

lingkungan hutan. Masyarakat lokal Tutuala juga memanfaatkan

alamnya untuk kebutuhan rumah tangga yakni memanfaatkan kayu

yang digunakan sebagai kayu bakar ketika memasak, dan bambu untuk

membangun rumah. Sehingga, dengan adanya regulasi UNTAET

tersebut maka membuat kehidupan masyarakat lokal di Tutuala

menjadi terbatas.

Dari hasil kunjungan awal dan berdasarkan kerjasama yang

dibangun dengan LSM CIDAC dan LSM Haburas mengawali karyanya

di Tutuala. Program kerja LSM Haburas di Tutuala dapat dibagi dalam

beberapa tahapan. Tahap pertama adalah tahap di mana mereka

mencoba mendalami terlebih dahulu persoalan yang dihadapi

masyarakat. Pada tahap pertama ini juga LSM Haburas melakukan

penelitian untuk mengidentifikasi objek wisata dan kehidupan sosial

masyarakat lokal di Tutuala. disamping itu LSM Haburas

mengidentifikasi konsep-konsep pariwisata bagi masyarakat lokal dan

membagi informasi mengenai konsep-konsep tersebut kepada

masyarakat lokal di desa Tutuala. pada tahap pertama ini juga LSM

Haburas membantu masyarakat lokal untuk membentuk kelompok

koperasi dan pelatihan-pelatihan dasar. Tahap kedua adalah tahap di

mana LSM Haburas memfasilitasi masyarakat lokal dan melakukan

pendampingan untuk membangun atau melakukan konstruksi fisik

Page 4: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

60

berupa penginapan, restoran kios dan toilet. Pada tahap ini juga LSM

Haburas tetap melakukan capacity building melalui pelatihan dan studi

banding. Tahap ke tiga adalah implementasi program usaha pariwisata

dan melakukan evalusi. Pada tahap ini juga LSM Haburas masih

mengadakan capacity building bagi anggota koperasi Valusere di

bidang keuangan, manajemen koperasi.

Untuk mulai mendalami persoalan yang dihadapi masyarakat,

LSM Haburas mengadakan pendekatan-pendekatan awal kepada

masyarakat. Dalam hal ini LSM Haburas mengutus salah satu anggota

LSM Haburas bernama Pedrito untuk melakukan observasi di Tutuala.

Sebagai orang yang berasal dari Lospalos, Pedrito memiliki ikatan

kekeluargaan dengan masyarakat yang hidup di Tutuala di samping itu,

beliau juga menguasai bahasa Fataluku yang merupakan bahasa daerah

setempat.

Dalam menjalankan misinya, pertama saudara Pedrito

menemui bapak Victor, mantan kepala desa dan juga tokoh adat di

Tutuala. Pertemuan pertama ini dilakukan pada bulan November

tahun 2003. Pada pertemuan ini, saudara Pedrito dari LSM Haburas

menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh LSM Haburas

di Tutuala. Karena rencana kegiatan ini akan melibatkan masyarakat

secara aktif, maka saudara Pedrito meminta bantuan kepada bapak

Victor selaku tokoh adat di Tutuala membantu dalam sosialisasi

program kerja LSM Haburas kepada masyarakat lokal di Tutuala. Pada

waktu itu, bapak Victor berjanji untuk mendukung program LSM

Haburas yang akan dilakukan di Tutuala sehingga dapat membantu

masyarakat lokal meningkatkan pendapatan.

Pada bulan Desember tahun 2003, LSM Haburas kembali

mengutus saudara Pedrito melakukan observasi kedua di Tutuala.

Dalam kunjungan ini, selain menemui pak Victor untuk melakukan

diskusi tahap kedua, saudara Pedrito juga memilih untuk bertemu

dengan ibu Angelina. Beliau memilih untuk bertemu dengan ibu

Angelina, karena pada saat itu ibu Angelina adalah seorang guru SD

yang pintar berbahasa Portugis dan memiliki pengalaman

Page 5: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

61

berorganisasi. Disamping itu, ibu Angelina juga sudah memiliki

penginapan sederhana serta mempersiapkan akomodasi bagi para tamu

yang membutuhkan penginapan dan akomodasi di Tutuala sebelum

melanjutkan perjalanan ke pantai Valu dan pulau Jaco. Pada pertemuan

tersebut, ibu Angelina mengusulkan agar LSM Haburas membantu

masyarakat mengembangkan pariwisata di Tutuala. Pada kesempatan

ini juga, saudara Pedrito meminta bantuan kepada ibu Angelina

membantu LSM Haburas melakukan sosialisasi mengenai program

pariwisata yang akan dikembangkan di Tutuala.

Pada awalnya LSM Haburas menghadapi kendala dalam

membangun pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Hambatan

utama bagi LSM Haburas adalah cara untuk memperoleh kepercayaan

dari masyarakat lokal dan mengubah cara pemikiran masyarakat agar

mereka benar-benar mengerti bahwa kegiatan yang akan dilakukan

oleh LSM Haburas di wilayah Tutuala akan memberikan manfaat

secara ekonomi bagi masyarakat lokal.

Persoalan pertama adalah rendahnya respons masyarakat pada

saat akan diselenggarakannya dialog. Upaya awal LSM Haburas untuk

mengumpulkan masyarakat untuk berdialog mengenai usulan

pembangunan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala kurang

mendapat respons dari masyarakat. Masyarakat lebih memilih

mengerjakan pekerjaan mereka sehari-hari daripada meluangkan

waktu untuk menghadiri pertemuan.

Persoalan lain yang harus dihadapi LSM Haburas terkait

dengan sikap masyarakat mengenai rencana program kerja. Pada waktu

itu masyarakat di Tutuala berasumsi bahwa LSM Haburas datang

memberikan bantuan materi untuk mereka. Dalam pengalaman-

pengalaman mereka sebelumnya, mereka terbiasa untuk mendapatkan

berbagai bantuan dari pemerintah pusat maupun LSM dalam bentuk

penyediaan fasilitas air bersih, pendidikan, kesehatan, jalan raya dan

kebutuhan listrik. Ketika mereka terlibat dalam pembangunan fasilitas-

fasilitas tersebut maka mereka akan memperoleh upah.

Page 6: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

62

Karena hambatan-hambatan di atas, maka LSM Haburas

mengubah strategi mereka dengan terjun langsung melakukan

pendampingan yakni kegiatan yang dilakukan oleh anggota koperasi

Valusere tetap melibatkan anggota LSM agar bisa diterima sebagai

bagian dari masyarakat. Staff LSM Haburas melakukan kunjungan

rutin ke Tutuala selama dua minggu sekali, ada anggota LSM Haburas

yang menetap di Tutuala sampai dengan satu atau dua bulan. Akhirnya

masyarakat lokal memberikan sebuah rumah di Tutuala kepada LSM

Haburas untuk dipakai sebagai penginapan selama melakukan

kunjungan di Tutuala. Dalam melakukan pendampingan, staf dari LSM

Haburas menggunakan metode pendekatan partisipatis di mana mereka

terlibat dalam aktivitas warga lokal. Melalui keterlibatan langsung

dengan masyarakat, mereka dapat melakukan kajian awal mengenai

situasi kehidupan masyarakat lokal serta aktivitas wisatawan di lokasi.

Namun demikian proses ini tidak mudah bagi anggota LSM Haburas,

karena proses pertemuan yang dilakukan oleh anggota LSM Haburas

sering berbenturan dengan berbagai aktivitas kehidupan sosial

masyarakat di Tutuala. Dengan demikian anggota LSM Haburas

memilih waktu luang untuk melakukan dialog dan diskusi dengan

masyarakat lokal.

Melalui proses diskusi bersama antara LSM Haburas dengan

masyarakat lokal di wilayah Tutuala terdapat perbedaan ide. Perbedaan

ide di antara masyarakat lokal, perbedaan ide antara anggota LSM

Haburas dengan masyarakat lokal. Pada tahap ini LSM Haburas

membutuhkan satu tahun untuk mencapai kesepahaman mengenai

bentuk pembangunan pariwisata berbasis masyarakat yang akan

dikembangkan di wilayah ini.

Masyarakat lokal di Tutuala juga menginginkan agar benar-

benar mengerti karakteristik pembangunan pariwisata berbasis

masyarakat sebelum program ini diimplementasikan di wilayah

Tutuala. Dengan demikian anggota LSM Haburas melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk menganalisis perbedaan ide yang

muncul di masyarakat. Melalui metode diskusi fokus group yang

Page 7: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

63

dilakukan pada akhir tahun 2004 dengan tujuan untuk menyatukan ide

bersama serta membantu masyarakat lokal dalam menyampaikan

pendapat di tempat umum. Akhirnya, melalui Focus Group Discussion (FGD) ini masyarakat lokal sudah mulai mengembangkan pemikiran

mereka, anggota masyarakat mulai memiliki keberanian untuk

menyampaikan pendapat di depan umum, sebagian masyarakat sudah

mulai mengungkapkan kemauan untuk bergabung dan melakukan

kolaborasi dengan LSM Haburas dalam melaksanakan kegiatan

pariwisata berbasis masyarakat di Tutuala.

Dalam pelaksanaan diskusi antara LSM Haburas dengan

masyarakat lokal di Tutuala, anggota LSM Haburas berusaha untuk

menjawab semua pertanyaan dan keluhan secara teliti. Anggota LSM

Haburas juga tidak menjanjikan hal-hal yang berada di luar tanggung

jawab LSM Haburas, untuk menjawab pertanyaan dari masyarakat juga

perlu ketelitian agar tetap menjaga keharmonisan antara LSM Haburas

dengan masyarakat lokal di Tutuala. Kadang-kadang pertanyaan yang

muncul dari masyarakat terdapat kecurigaan dari masyarakat terhadap

LSM Haburas. Terdapat juga pemikiran yang negatif dari masyarakat

lokal terhadap LSM Haburas bahwa LSM datang ke Tutuala memiliki

tujuan untuk memanfaatkan sumberdaya alam untuk kepentingan LSM

bukan kepentingan masyarakat. Dari berbagai pertanyaan yang muncul

dan menyudutkan LSM Haburas, namun demikian anggota LSM

Haburas menganggap bahwa tantangan tersebut adalah sesuatu yang

normal dan harus dihadapi dengan dialog yang dilakukan antara LSM

Haburas dengan masyarakat lokal. Anggota LSM Haburas tetap pada

prinsipnya bahwa kegiatan yang akan dilakukan di Tutuala adalah

sebuah kegiatan pembangunan yang melibatkan masyarakat demi

terciptanya pembangunan yang berkelanjutan di masyarakat lokal

Tutuala.

Dari berbagai dialog dan upaya pendampingan anggota LSM

Haburas dengan masyarakat lokal Tutuala dapat membangun

kesadaran masyarakat lokal. membangun kesadaran masyarakat

mengenai hutan lindung agar timbul rasa memiliki dalam diri

Page 8: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

64

masyarakat terhadap hutan lindung. Membangun kesadaran

masyarakat bahwa lingkungan mereka sangat berharga bagi mereka

sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. Membangun

kesadaran masyarakat bahwa mereka bisa berbuat sesuatu untuk

meningkatkan kehidupan ekonomi bagi generasi mereka sekarang ini

maupun bagi generasi mereka yang akan datang. Dari dialog ini pula

dapat menghasilkan titik terang bagi LSM Haburas mengenai situasi riil

yang dihadapi oleh masyarakat di wilayah Tutuala. Sehingga LSM

Haburas dapat menetapkan jenis prioritas yang akan dilakukan bagi

masyarakat di Tutuala.

Keterlibatan LSM Haburas dalam Pembentukan Koperasi

Pada pertemuan lain, setelah adanya kesepakatan dari

masyarakat lokal untuk memulai kegiatan pariwisata dilakukan oleh

LSM Haburas dengan masyarakat lokal di Tutuala pada awal tahun

2005. Dalam pertemuan ini, LSM Haburas mulai memfasilitasi

masyarakat lokal yang memiliki kemauan sendiri dan telah memiliki

gambaran untuk menjalankan kegiatan pariwisata berbasis masyarakat.

Hal ini dilakukan oleh LSM Haburas berdasarkan pendampingan awal

yang dilakukan oleh anggota LSM Haburas bagi masyarakat lokal di

Tutuala. Setelah anggota LSM Haburas melakukan studi di Tutuala

sebagai sebuah referensi untuk menganalisis situasi sebagai modal dasar

bagi proses pembangunan dengan metode partisipatif untuk

mengimplementasikan kegiatan pariwisata berbasis masyarakat di

wilayah Tutuala.

LSM Haburas juga membagi informasi kegiatan pariwisata di

Tutuala kepada pemerintahan yang berwenang di Dili. Dalam hal ini,

LSM Haburas membagi informasi kepada pemerintah yang memiliki

hubungan dengan kegiatan pariwisata berbasis masyarakat di Tutuala.

Departemen yang memiliki kaitan dengan pariwisata berbasis

masyarakat di Tutuala antara lain: Departemen Pariwisata, Departemen

Kehutanan, Departemen Perikanan, Departemen Sumber Daya Alam

Page 9: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

65

serta Departemen Ekonomi. Pada dasarnya kegiatan pariwisata

berbasis masyarakat yang dilakukan oleh LSM Haburas bersama

masyarakat lokal di Tutuala mendapatkan dukungan moral dari

pemerintah melalui departemen tersebut diatas. Pemerintah

mendukung kegiatan pariwisata ini karena dapat memberikan manfaat

ekonomi bagi masyarakat lokal yang hidup di daerah terpencil.

Puncak pertemuan antara LSM Haburas dengan masyarakat

lokal di Tutuala diadakan pada tanggal 29-30 Maret 2005 di Tutuala.

Pada pertemuan ini, anggota LSM Haburas yang hadir adalah Direktur

dan anggota LSM Haburas yang telah melakukan berbagai observasi

dan diskusi dengan masyarakat lokal. Tokoh-tokoh masyarakat di

Tutuala yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah kepala desa,

tokoh adat, kaum perempuan, kaum muda yang tergabung dalam

struktur kaum muda di desa Tutuala. Pertemuan puncak ini diadakan

untuk mendengar pendapat dari masyarakat lokal dan memutuskan

tujuan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat yang akan

dikembangkan di Tutuala. Karakteristik daripada pertemuan

komunal ini menggunakan metode dialog. LSM Haburas

memperkenalkan organisasi LSM Haburas kepada masyarakat yang

hadir dalam pertemuan tersebut. Dialog mengenai tujuan dari

pembangunan pariwisata berbasis masyarakat menjadi topik utama

dalam pertemuan tersebut. Anggota LSM Haburas yang memfasilitasi

pertemuan tersebut menjelaskan secara detail program kerja yang akan

diadakan di Tutuala dalam waktu dekat. Pada pertemuan ini juga

masyarakat lokal menyampaikan pendapatnya secara kritis. Namun

demikian, pada akhir pertemuan tersebut, kepala desa dan tokoh adat

di Tutuala serta mayoritas penduduk yang ikut dalam pertemuan

tersebut mendukung agar program pariwisata berbasis masyarakat yang

akan dikembangkan di Tutuala dapat direalisasikan dalam waktu dekat.

LSM Haburas merasa bahwa perlu dibentuknya sebuah wadah

bagi masyarakat yang akan terlibat dalam kegiatan pariwisata dalam

bentuk koperasi yang diberi nama Koperasi Valusere. Anggota koperasi

sebanyak 67 orang dengan komposisi 44 orang anggota laki-laki dan 23

Page 10: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

66

orang anggota perempuan. Mereka merupakan perwakilan keluarga

dari 12 marga (Klan) yang ada di Tutuala. Proses dalam persetujuan

untuk memilih perwakilan dari masing-masing marga (Klan) untuk

menjadi anggota koperasi Valusere ditetapkan melalui pertemuan

dalam masing-masing marga (klan).

Koperasi Valusere dimaksudkan untuk menjadi wadah bagi

aspirasi masyarakat lokal dan mempermudah anggota LSM Haburas

untuk melakukan diskusi mengenai program kerja mereka. Dalam

menjalankan tugasnya, para anggota koperasi dibagi dalam 7 kelompok

kerja. Masing-masing kelompok beranggotakan antara 10 sampai

dengan 15 orang. Setelah terbentuknya kelompok, masing – masing

memilih seseorang yang akan menjadi koordinator kelompok. Dan

selanjutnya, mereka secara demokratis memilih seorang koordinator

umum untuk memimpin koperasi.

Program Kerja LSM Haburas di Tutuala

Setelah terbentuk kesepakatan untuk membangun koperasi, bersama-

sama dengan LSM Haburas, masyarakat Tutuala melalui koperasi

Valusere merumuskan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

koperasi. Salah satu kesepakatan penting yang mereka rumuskan

adalah bahwa Koperasi Valusere mendasarkan pembangunan

pariwisatanya pada tiga pilar agar pariwisata yang berkembang di

wilayah Tutuala adalah pariwisata berkelanjutan dan berbasis

masyarakat. Ketiga pilar tersebut antara lain: mempertahankan nilai-

nilai ekologi, mempertahankan nilai-nilai sosial dan budaya,

meningkatkan ekonomi masyarakat lokal. Dengan demikian, berikut

ini akan dibahas pembangunan pariwisata berkelanjutan berdasarkan

tiga pilar yang terdapat dalam anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga koperasi Valusere.

Mempertahankan Nilai-nilai Ekologi

Dalam praktek sehari-hari, masyarakat Tutuala menjalani kehidupan

yang harmonis dengan alam. Masyarakat lokal Tutuala memiliki etika

Page 11: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

67

yang menghargai tempat sakral dengan nilai ekologi yang tinggi.

Misalnya upacara Lupurasa merupakan salah satu jenis upacara

larangan yang dilakukan masyarakat lokal Tutuala untuk melarang

masyarakat menggunakan beberapa sumber daya alam. Apabila upacara

Lupurasa telah diadakan, masyarakat tidak boleh mengambil sumber

daya alam yang telah dilarang tersebut. Jika terdapat anggota

masyarakat yang melanggar maka akan dikenakan sanksi berupa

pemotongan kerbau atau sapi maupun babi. Setelah larangan tersebut

berakhir maka akan diadakan lagi upacara yang diberi nama upacara

Masule dimana upacara tersebut diadakan untuk mengizinkan

masyarakat agar dapat memanfaatkan kembali sumber daya alam

tersebut. Contoh lainnya adalah Pulau Jaco, Pulau ini terdapat satwa-

satwa liar sepert Rusa, berbagai jenis burung, ular, di pingir pantai para

wisatawan dapat melihat berbagai jenis penyu serta memiliki

hamparan hutan yang indah dan sejuk. Para wisatawan yang

berkunjung ke pulau Jaco tidak diperbolehkan untuk menginap disitu.

Sudah menjadi turun temurun bagi masyarakat lokal Tutuala bahwa

pulau tersebut dianggap sakral dan tidak ada orang yang boleh tinggal

maupun menginap di pulau Jaco, wisatawan maupun masyarakat

setempat secara adat telah dilarang untuk melakukan kegiatan berburu

di pulau tersebut serta tidak ada kegiatan lain yang merusak alam di

pualu tersebut. Dengan demikian maka nilai-nilai keasliannya akan

tetap melekat di pulau tersebut. Masyarakat keturunan Chailoro

menggunakan batu datar di pingir pantai Jon untuk melakukan upacara

ritual dan memanggil nenek moyang mereka sebagai salah satu simbol

untuk menarik ikan. Ketika tokoh adat melakukan ritual pemangilan,

ikan-ikan akan berenan ke dekat pantai. Setelah tokoh adat melihat

bahwa ikan-ikan sudah berada di dekat pantai maka beliau akan

mengizinkan nelayan untuk menangkap ikan-ikan tersebut. Para

nelayan hanya boleh menangkap ikan untuk konsumsi sendiri dan

konsumsi untuk keluarga, hasil tangkapan ikan tersebut tidak untuk

dijual. Upacara pemangilan ikan dilakukan pada saat keadaan laut dan

cuaca tidak memungkinkan bagi para nelayan menggunakan perahu

untuk melaut. Ketika masyarakat dari keturunan lain maupun dari

Page 12: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

68

daerah lain ingin melakukan penangkapan ikan di pantai Jon maka

terlebih dahulu mereka harus meminta izin kepada para nelayan dari

keturunan Chailoro (Chailoro klan). Jika nelayan dari keturunan lain

maupun daerah lain tidak meminta izin kepada nelayan dari keturunan

Chailuro klan maka mereka akan menanggung resiko berupa nasib

buruk atau bahkan kematian.

Dengan demikian, keindahan dan keaslian alam Tutuala tetap

bertahan. Namun demikian, mengingat pengalaman serta pengetahuan

mengenai kegiatan pariwisata serta dampaknya terhadap lingkungan

masih minim, LSM Haburas merasa perlu untuk melakukan

pendampingan intensif terhadap para pengelola koperasi Valusere.

Beberapa hal yang dilakukan oleh LSM Haburas antara lain, pertama,

membangun kesadaran para anggota koperasi mengenai implikasi dan

manfaat dari keberadaan Tutuala sebagai taman nasional dan daya tarik

wisata. Kedua, mengembangkan rasa tanggung jawab dalam kegiatan

pariwisata yang dikembangkan oleh koperasi Valusere di lingkungan

taman nasional di Tutuala.

Langkah awal yang dilakukan bersama dengan para anggota

Koperasi Valusere adalah memasukkan unsur pemeliharaan ekologi

dalam anggaran dasar koperasi. Dalam anggaran dasar pasal 4 ayat 2

disebutkan bahwa salah satu misi koperasi Valusere adalah

meningkatkan kapasitas sumber daya masyarakat Tutuala tanpa

mengabaikan keberlanjutan lingkungan.

Dalam rangka mencapai apa yang telah ditetapkan dalam

anggaran dasar Koperasi Valusere, LSM Haburas melakukan

pendampingan dalam pengelolaan Tutuala sebagai daya tarik wisata.

Pertama, penerapan manajemen sampah. Manajemen sampah sebagai

salah satu bagian penting untuk mempertahankan nilai ekologi.

Manajemen ini dilakukan melalui pengolahan air limbah dari toilet.

Air kotor yang berasal dari toilet tidak secara langsung dibuang melalui

saluran pembuangan dan mengalir ke laut. Akan tetapi air limbah

tersebut diproses melalui bak yang telah terisi dengan batu kapur. Dari

bak penampungan tersebut, air limbah akan masuk kembali kebawah

Page 13: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

69

tanah melalui proses alami. Sampah organik yang berasal dari kaleng

bekas minuman ringan maupun beer dan aluminum dikumpulkan dan

dijual kembali. Botol plastik dari minuman dikumpulkan pada tempat

tersendiri dan sebagian digunakan oleh masyarakat lokal untuk

menimpan tuak putih dan air madu untuk dijual kepada konsumen.

Sampah – sampah organik dikumpulkan tersendiri untuk dijadikan

sebagai pupuk kompos.

Mempertahankan Nilai-nilai Budaya

LSM Haburas dalam kerjasama dengan koperasi Valusere tetap

melindungi dan mempertahankan nilai socio-kultural masyarakat lokal

Tutuala. Masyarakat lokal Tutuala masih berpegang pada prinsip sosial.

Selalu ada interaksi dan kerjasama dalam bidang-bidang sosial, saling

membantu dan terdapat interaksi antara budaya adat lokal. Salah satu

contohnya adalah upacara Lipale. Upacara ini adalah upacara

pertemuan keluarga pengantin perempuan dan laki-laki. Sebelum

upacara ini dimulai, keluarga dari pengantin laki-laki berkumpul

bersama di rumah untuk mengumpulkan ternak berupa sapi, kerbau,

kambing serta uang untuk diantarkan ke upacara Lipale. Sedangkan

keluarga pengantin perempuan berkumpul di rumah perempuan untuk

menyiapkan barang-barang berupa beras, pakaian tradisional serta

ternak babi. Setelah barang-barang terkumpul maka upacara Lipale

diadakan. Selesai upacara maka barang-barang yang telah dikumpulkan

tersebut sebagian dipakai untuk makan bersama sebagian lagi akan

diberikan kepada keluarga pengantin pria maupun keluarga pengantin

wanita. Namun demikian, LSM Haburas melihat bahwa kerja sama dan

saling membantu antara masyarakat lokal hanya digunakan dalam hal-

hal sosial berupa acara adat, acara pernikahan maupun anggota

masyarakat yang meninggal. Sehingga LSM Haburas memanfaatkan

kekayaan sosial budaya yang dimiliki oleh masyarak lokal menjadi

kerjasama untuk meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.

LSM Haburas mengidentifikasi nilai-nilai budaya masyarakat

lokal Tutuala. Relasi antara masyarakat lokal dengan alam. Hubungan

antara masyarakat lokal di Tutuala dengan alam adalah sesuatu yang

Page 14: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

70

khusus dan unik sehingga berbeda dengan distrik lain di Timor Leste.

Terdapat dimensi religius bagi masyarakat lokal dalam praktek ritual

budaya. Salah satu ritual budaya yang biasa dilakukan oleh masyarakat

lokal Tutuala adalah ritual Tei Fai atau biasa disebut dengan

thanksgiving. Upacara ini diadakan pada saat panen jagung maupun

panen padi. Masyarakat percaya bahwa sebelum melakukan ritual Tei

Fai maka mereka tidak akan makan jagung muda maupun beras yang

baru panen. Setelah mereka melakukan ritual Tei Fai untuk

mengucapkan syukur dan berterimakasih kepada nenek moyang

mereka baru bisa mengkonsumsi jagung muda maupun beras. Kata

Uru-Vacu merupakan salah satu bentuk pangilan yang digunakan

dalam doa-doa mereka untuk mengungkapkan keyakinan masyarakat

dalam kekuatan alam. Masyarakat Tutuala percaya bahwa alam yang

merupakan sumber dari segala cahaya dan energi di dunia. Mereka

percaya bahwa kehidupan manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam

yang dapat diubah melalui elemen biotik dan abiotik dari dalam alam.

Ini digambarkan oleh masyarakat lokal Tutuala mengacu pada buaya

yang merupakan nenek moyang mereka, atau dalam bahasa tetum

mereka memanggil buaya sebagai abo. Hal ini dilakukan untuk

mengungkapkan hubungan yang unik antara manusia dengan alam.

Hubungan masyarakat lokal dengan rumah adat. Struktur dan

rumah adat di Lautem dan Tutuala telah menjadi simbol dari rumah

adat tradisional Timor Leste. Rumah adat tersebut memiliki nilai seni,

nilai sejarah dan nilai spiritual. Pada atap rumah adat tradisional

tersebut tersimpan benda yang dianggap suci. Benda tersebut

merupakan warisan dari nenek moyang secara turun temurun.

Masyarakat lokal Tutuala menggunakan lingkungan di sekitar rumah

adat sebagai tempat doa dan melakukan komunikasi dengan para

leluhur mereka. Rumah adat dan lingkungan sekitarnya dianggap

sebagai tempat suci dan sakral. Upacara ritual yang dilakukan di sekitar

rumah adat dilakukan menurut keturunan (clan) masing-masing.

Masyarakat Tutuala dan Lospalos menyebut rumah adat ini dengan

istilah Acakaka (dalam bahasa Fataluku/Lospalos).

Page 15: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

71

Nilai-nilai budaya masyarakat lokal tersebut adalah kekayan

tersendiri. Pada berbagai pertemuan dengan masyarakat lokal Tutuala,

LSM Haburas tetap memberikan rekomendasi kepada pemerintah lokal

Tutuala, tokoh-tokoh adat di Tutuala serta anggota koperasi Valusere

untuk tetap mempertahankan nilai-nilai socio cultural. Nilai-nilai

ekologi dan socio cultural dipertahankan dan ditingkatkan, maka

Tutuala masih menunjukkan keaslian alam dan budayanya, sehingga

para wisatawan akan tetap melakukan kunjungan di Tutuala. Dengan

demikian, maka masyarakat Tutuala akan memperoleh keuntungan

secara ekonomi melalui kegiatan pariwisata yang dikelola oleh anggota

koperasi Valusere.

Meningkatkan Ekonomi Masyarakat lokal

LSM Haburas bekerjasama dengan koperasi Valusere untuk

meningkatkan ekonomi masyarakat lokal. LSM Haburas melihat bahwa

masyarakat lokal Tutuala memiliki sumberdaya alam yang indah, kaya

akan sosial budaya. Wilayah mereka sering dikunjungi oleh wisatawan

lokal maupun wisatawan internasional. Namun demikian, masyarakat

lokal Tutuala hanya sebagai penonton di daerah sendiri. Wisatawan

datang ke wilayah Tutuala untuk menikmati keindahan alam dan

keindahan laut Tutuala tetapi masyarakat lokal tidak memperoleh

manfaat ekonomi dari kunjungan wisatawa. Dengan demikian, maka

LSM Haburas merasa terdorong untuk bekerjasama dengan masyarakat

lokal Tutuala untuk meningkatkan pendapatan mereka melalui

kegiatan pariwisata.

Koperasi Valusere dalam anggaran dasar pasal 4 ayat 1

berbicara mengenai misi koperasi Valusere untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat lokal melalui kegiatan pariwisata.

Berdasarkan misi tersebut, koperasi Valusere bekerjasama dengan LSM

Haburas melakukan bangunan fisik. Program kerja yang dilakukan

pada tahap ini antara lain : memperbaiki jalan raya sepanjang 8 km dari

Tutuala ke pantai Valu, membangun penginapan tradisional dan

restoran, membangun kamar mandi atau toilet, menyediakan fasilitas

air bersih.

Page 16: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

72

Perbaikan jalan raya sepanjang 8 km dari Tutuala ke Pantai

Valu. Untuk mencapai pada lokasi wisata di pantai Valu dan menuju ke

pulau Jaco menempuh jarak 8 km dari wilayah Tutuala. Jalan raya

menuju pantai Valu telah mengalami kerusakan. Pada tahap ini LSM

Haburas bekerjasama dengan masyarkat lokal Tutuala untuk

melakukan rehabilitasi jalan raya. LSM Haburas menyediakan bahan

bangunan berupa semen, pasir dan batu. Masyarakat lokal yang

melakukan pekerjaan fisik. Upah yang didapat oleh masyarakat lokal

untuk perbaikan jalan raya sebesar US$ 3,00 per orang per hari atau

setara dengan Rp. 39.000,-. Dana untuk rehabilitasi jalan raya berasal

dari Uni Eropa dan dikelola oleh LSM Haburas bagi kepentingan

masyarakat lokal Tutuala.

LSM Haburas kerjasama dengan Koperasi Valusere dalam

menyediakan fasilitas pariwisata di pantai Valu. Fasilitas pariwisata

yang dibangun mempertimbangkan pemandangan pantai yang

menarik. Lokasi fasilitas yang dibangun terletak pada posisi yang

strategis, diantara gunung dan laut sehingga memiliki daya tarik

tersendiri. Pada saat itu dibangun 5 bungalow tradisional dengan

kapasitas 7 kamar tidur bagi 14 orang tamu. Dibangun pula dapur,

pondok untuk pengelolaan restoran dan sebuah ruangan untuk kios.

Untuk memfasilitasi anggota koperasi Valusere dalam pengelolaan

pariwisata, maka dibangun pula sebuah penginapan khusus bagi

anggota koperasi Valusere.

LSM Haburas dalam pembangunan fisik hanya memberikan

pendampingan bagi anggota koperasi Valusere. Semua pembangunan

fisik yang dilakukan merupakan hasil kerja keras dari semua anggota

koperasi Valusere. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan

fisik ini adalah bahan lokal yang terdapat di Wilayah Tutuala. Masing-

masing anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk mengum-

pulkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk memfasilitasi

pembangunan fisik.

Pendampingan LSM Haburas dalam pembangunan kamar

mandi dan WC. Pada pembangunan kamar mandi dan WC, LSM

Page 17: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

73

Haburas melakukan pendampingang khusus bagi anggota koperasi

Valusere. Hal ini disebabkan kamar mandi dan WC menghasilkan

limbah dan air kotor. Pembangunan ini disamping menggunakan

bahan lokal, membutuhkan juga bahan-bahan impor lainnya berupa

semen, kloset duduk dan kloset jongkok, pasir serta batako. Bahan-

bahan bangunan tersebut didatangkan oleh LSM Haburas, anggota

koperasi Valusere yang melakukan pembangunan fisik.

Setelah pembangunan fisik selesai, hambatan utamanya adalah

air bersih. LSM Haburas dan anggota masyarakat lokal mencari solusi

untuk menyelesaikan masalah air bersih. Untuk menyediakan air

bersih, LSM Haburas mendatangkan teknisi dari Dili ke Tutuala untuk

menyediakan air bersih. Dalam proses penyediaan air bersih, teknisi

yang didatangkan dari Dili melakukan pengeboran air di kaki gunung

yang berjarak satu kilometer dari lokasi pariwisata koperasi Valusere.

Dengan demikian, setelah melakukan pengeboran dengan kedalam 60

meter, mendapatkan air bersih. Namun demikian air bersih yang ada

tersebut hanya bisa digunakan untuk mandi, cuci dan kebersihan. Air

tersebut tidak dapat digunakan untuk memasak dan minum karena

masih ada rasa asin. LSM Haburas berusaha untuk mencari solusi agar

mendatangkan air dari Pitileti yang berjarak 6 km dari pantai Valu.

Namun demikian LSM Haburas melihat bahwa masyarakat yang

mayoritas hidup di wilayah Tutuala belum memperoleh air bersih dan

membutuhkan jarak 2 km untuk memperoleh air bersih. Dengan

demikian LSM Haburas melakukan diskusi dengan anggota kelompok

Valusere supaya mereka bisa menyediakan air bersih untuk kebutuhan

makan dan memasak, sedangkan air yang telah dibor tersebut

digunakan untuk mandi, cuci dan kebersihan. Akhirnya terjadilah

kesepakatan antara LSM Haburas dengan anggota koperasi valusere,

sehingga sampai saat ini, anggota koperasi valusere dengang giat dan

rajin mengambil air untuk kebutuhan memasak dengan jarak 6 km dari

lokasi kegiatan pariwisata.

Page 18: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

74

Program Kerja LSM Haburas Melalui Pelatihan

Untuk mendukung kegiatan pariwisata bagi anggota koperasi

Valusere maka LSM Haburas mengadakan pelatihan dan studi banding.

Prinsip yang digunakan oleh LSM Haburas dalam pelatihan adalah

menggunakan metode partisipatif aktif. Dengan demikian maka

terciptanya pemikiran kritis dari anggota koperasi sehingga terjadinya

perubahan sosial dalam kehidupan anggota koperasi. Metode

partisipatif yang digunakan dalam pelatihan melalui sebuah prinsip

bahwa tidak ada pelatih maupun tidak ada peserta. Anggota koperasi

Valusere yang merupakan peserta dan anggota LSM Haburas yang

merupakan pelatih dalam pelatihan semuanya memiliki posisi yang

sama yakni semua peserta adalah guru dan murid. Hal penting yang

dilakukan dalam pelatihan adalah saling membagi pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki oleh pelatih maupun peserta.

Jenis pelatihan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan dari

anggota koperasi Valusere. Pelatihan yang diadakan bisa melibatkan

seluruh anggota koperasi dan ada pelatihan yang hanya diikuti oleh

utusan dari anggota koperasi. Untuk memilih utusan dari anggota

koperasi dalam menggikuti pelatihan maka diadakan rapat bersama

supaya memilih anggota secara demokrasi dan melihat anggota mana

yang pantas untuk menggikuti pelatihan tersebut. LSM Haburas hanya

melakukan koordinasi dengan kooperasi Valusere, semua keputusan

diambil oleh anggota koperasi melalui rapat anggota. LSM Haburas

yang akan mengorganisir setiap anggota yang akan mengikuti

pelatihan. Dana untuk menggikuti pelatihan berasal dari LSM Haburas.

Mulai dari pemberangkatan ke tempat pelatihan, proses menggikuti

pelatihan dan kembali lagi ke tempat semuanya diorganisir oleh LSM

Haburas.

Berikut akan dibahas jenis – jenis pelatihan yang di fasilitasi

oleh LSM Haburas kepada anggota koperasi Valusere:

Page 19: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

75

Pelatihan kerajinan bambu

Pelatihan kerajinan bambu adalah untuk meningkatkan

kreativitas anggota koperasi dalam menghasilkan berbagai jenis

forniture dari bambu. Untuk memilih anggota yang akan menggikuti

pelatihan tersebut ditentukan oleh anggota kelompok melalui suatu

rapat, LSM Haburas hanya melakukan koordinasi dengan kelompok

Valusere, untuk memilih anggota yang ikut pelatihan sepenuhnya

diserahkan kepada kelompok Valusere untuk menentukan anggota

mana yang cocok dan rajin serta mempunyai kemauan untuk

mengikuti pelatihan agar setelah selesai pelatihan diharapkan dapat

mengimplementasikan dalam kelompok Valusere.

Pada pelatihan kerajinan bamboo ini, kelompok Valusere

melalui LSM Haburas mendapat jatah untuk 2 orang anggota yang akan

mengikuti pelatihan tersebut. Hal ini disebabkan oleh fasilitas

pelatihan yang terbatas sebab pelatihan ini dibuka bagi semua

kelompok yang berada di Timor Leste. Disamping itu karena

diperhitungkan pula biaya akomodasi, tempat penginapan serta biaya

transportasi untuk semua peserta pelatihan yang mengikuti pelatihan

tersebut. Oleh karena itu, setelah melalui sebuah rapat di pantai Valu

yang dihadiri oleh staf LSM Haburas yakni saudara Pedrito, maka

forum memilih saudara Juviano dan saudara Nus karena melihat bahwa

mereka masih mudah dan rajin dalam berbagai kegiatan yang diadakan

didalam kelompok Valusere sehingga merekalah yang memiliki hak

untuk mengikuti pelatihan bambu.

Pelatihan ini difasilitasi oleh LSM Sahe dan mendapat bantuan

dana dari sebuah LSM Internasional yakni USAID. Kedua LSM tersebut

mendatangkan 2 orang teknik atau pelatih dari luar negeri, yakni : 1

orang dari Indonesia dan 1 orang dari Nicaragua. Mereka berdua

adalah ahli di bidang kerajinan bambu yang didatangkan untuk

memberikan pelatihan bagi masyarakat Timor Leste. pelatihan ini

dilakukan di Bucoli, sub distrik Baucau, distrik Baucau dengan durasi

waktu dalam pelatihan selama satu bulan. Pelatihan ini dilakukan

secara rutin mulai dari jam 8 pagi sampai dengan jam 6 sore dan

Page 20: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

76

dilakukan 6 hari dalam seminggu, khusus hari minggu baru istirahat.

Pelatihan ini diadakan pada tahun 2005 dan pada saat itu penginapan

dan restoran di pantai Valu belum dibangun.

Berbagai kegiatan yang diajarkan dalam pelatihan ini adalah

cara menggunakan bambu untuk meningkatkan kreatifitas dalam

memproduksi mejas, kursi, lemari serta diajarkan pula berbagai macam

teknik menganyam bambu untuk membuat dinding rumah serta atap

rumah. Setelah mengikuti pelatihan ini, kedua orang anggota tersebut

kembali ke Tutuala dan mengimplementasikan kerajinan yang telah

mereka peroleh untuk membangun penginapan atau pondok kecil di

pingir pantai Valusere. Dua orang anggota ini juga dapat memproduksi

beberapa jenis forniture berupa meja, kursi dan lemari yang mereka

jual kembali kepada masyarakat lokal di Tutuala.

Pelatihan manajemen dan akuntansi

Bidang manajemen dan akuntansi keuangan merupakan faktor

yang sanggat penting untuk dapat menghasilkan proses pembangunan

berkelanjutan di dalam organisasi koperasi Valusere. Dengan demikian,

maka 10 orang anggota koperasi Valusere diberi kesempatan untuk

mengikuti pelatihan tersebut. Mereka diberi pelatihan mengenai book

keeping, manajemen pemasukan dan pengeluaran (aliran uang masuk

dan uang keluar) untuk kebutuhan koperasi sehari hari. Mereka juga

diajarkan bagaimana cara mengisi formulir keuangan untuk keperluan

pelaporan harian, minguan, bulanan serta triwulan. Para anggota yang

menggikuti pelatihan juga belajar prinsip dasar akuntansi serta

pentingnya keberlanjutan koperasi tersebut bagi penduduk lokal.

Pelatihan manajemen dan akuntansi ini dilakukan di pantai

Valu, yang memberikan pelatihan ini adalah saudara Demetrio (Ex.

Direktur LSM Haburas) dibantu oleh saudara Pedrito, karena saudara

Pedrito yang merupakan putra daerah Lospalos dan bisa berbahasa

daerah. Didalam pelatihan ini, pelatih menggunakan pendekatan

partisipatif yakni saudara Demetrio dan saudara Pedrito tinggal dengan

anggota kelompok di pantai Valusere, menggikuti setiap kegiatan yang

dilakukan oleh anggota kelompok. Mereka tidak mengangap diri

Page 21: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

77

sebagai pelatih atau trainer akan tetapi menjadikan diri sebagai teman

bagi anggota kelomppok Valusere sehingga lebih mudah untuk

mengajarkannya. Pada waktu ita tidak ada materi yang dipersiapkan

secara formal untuk diajarkan namun menggikuti kegiatan yang

dilakukan oleh anggota kelompok Valusere, membimbing masyarakat

mengenai dasar-dasar manajemen dan dasar-dasar akuntansi. Kegiatan

yang dapat dibimbing berupa pencatatan semua pengeluaran untuk

belanja, memperhitungkan harga yang dikenakan untuk setiap

konsumen yang datang berkunjung agar jangan mengalami kerugian,

mencatat semua pemasukan yang diperoleh tiap hari agar lebih

gampang dalam membuat laporan mingguan, bulanan maupun

triwulan.

Pelatihan ini dilakukan secara rutin yakni tiap bulan Saudara

Demetrio dan saudara Pedrito harus berkunjung ke Tutuala 1 sampai 2

kali. Selama kunjungan mereka harus hidup dan mengikuti setiap

kegiatan sehingga membutuhkan 2 sampai 3 hari berada di pantai Valu.

Dengan demikian maka sanggat menyta waktu bagi saudara Demetrio

karena beliau adalah seorang Direktur maka mencari mekanisme lain

untuk melakukan pelatihan ini.

Pada akhirnya LSM Haburas memutuskan untuk membuka

lowongan kerja bagi mereka yang sedang belajar di Universitas dengan

syarat bahwa orang tersebut sudah bebas teori di kampus, adalah orang

Lospalos yang pintar berbahasa daerah (bahasa Fataluku) dan siap

untuk tinggal di Tutuala selama satu sampai tiga bulan untuk

membantu masyarakat di pantai Valu. Akhirnya LSM Haburas dapat

merekrut saudara Cancio sebagai staff LSM Haburas dari tahun 2008

sampai sekarang. Dengan demikian, maka saudara Cancio yang

mengambil alih pelatihan manajemen dan akuntansi bagi kelompok

Valusere Tutuala. Sistim pelatihan yang digunakan masih tetap sama

yakni partisipatif. Saudara Cancio pada tahun 2008 selama tiga bulan

yakni dari bulan Mei sampai dengan bulan Aggustus hidup dengan

kelompok Valusere di Tutuala untuk mengikuti dan membimbing

semua aktivitas kelompok tersebut.

Page 22: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

78

Saudara Cancio membagi pelatihan ini dalam empat kelompok,

yakni: untuk kelompok pertama dengan anggota yang mengikuti

pelatihan adalah bendahara umum, ketua kelompok I, bendahara

kelompok I dan wakil bendahara kelompok I. Kelompok kedua juga

terdiri dari bendahara umum, ketua kelompok II, bendahara kelompok

II, wakil bendahara kelompok II. Kelompok ketiga terdiri dari

bendahara umum, ketua kelompok III, bendahara kelompok III dan

wakil bendahara kelompok III. Kelompok empat juga terdiri dari

bendahara umum, ketua kelompok IV, bendahara kelompok IV, wakil

bendahara kelompok IV. Dengan demikian bendahara umum yakni

bapak Celestino juga rutin menggikuti pelatihan tersebut selama tiga

bulan di pantai Valusere Tutuala.

Materi yang dapat didampingi dan diajarkan kepada mereka

adalah bagaimana bisa melakukan laporan mingguan supaya setiap

pergantian kelompok dalam mengelola penginapan, restoran dan kios

dapat berjalan dengan baik. Sehingga setiap pergantian kelompok di

akhir minggu harus ada laporan pertanggungjawaban yang baik dan

jelas dari satu kelompok kepada kelompok lainnya. Jadi pada tahap ini

diharapkan supaya bendahara umum, ketua kelompok, bendahara

kelompok dan wakil bendahara kelompok sudah bisa melakukan

laporan dengan sendirinya. Pelatihan lain yang diberikan adalah

laporan bulanan dan laporan triwulan, jenis laporan ini juga

didampinggi supaya bendahara umum, ketua kelompok, bendahara

kelompok dan wakil bendahara kelompok benar – benar mengerti dan

mengimplementasikan pada akhir bulan dalam rapat anggota. Laporan

triwulan diajarkan kepada bendahara umum supaya beliau bisa

melakukan atau melaporkan hasil pendapatan bagi anggota koperasi

dalam rapat triwulan. Disamping itu diajarkan pula manajemen

pembagian hasil atau keuntungan. Berdasarkan kesepakatan dari

seluruh anggota kelompok bahwa pembagian hasil dilakukan setiap

tiga bulan sekali, diman pendapatan tersebut 25% disimpang di kas

kelompok dan sisanya 75% dibagikan kepada anggota kelompok

berdasarkan kehadirannya. Selain itu, saudara Cancio juga

mengajarkan mengenai cara mengisi buku tamu, cara membuat nota.

Page 23: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

79

Pelatihan dalam bidang manajemen dan akuntansi ini pula

yang dapat memberikan kepercayaan diri serta kekuatan bagi para

anggota koperasi sehingga mereka bisa mandiri serta memenuhi

keberlanjutan keuangan dan transparansi manajemen keuangan

didalam koperasi. Melalui pelatihan ini pula dapat menghasilkan

budaya percaya diri, saling mempercayai antara sesama anggota supaya

dapat bersama sama memajukan organisasi di bidang keuangan

sehingga dapat mencapai pembangunan berkelanjutan dari organisasi

Valusere.

Setelah LSM Haburas melakukan sebuah evaluasi mengenai

pendapatan yang diperoleh dari Koperasi Valusere, menunjukkan

bahwa dari bulan Oktober 2007 samai dengan bulan September 2008

mereka sudah memperoleh pendapatan sebesar US$ 36,000.

Berdasarkan kuantitas pendapatan yang diperoleh tersebut, dapat

dikatakan bahwa setiap anggota dapat memperoleh pendapatan antara

US$ 300 sampai dengan US$ 600 pada tahun tersebut. Pendapatan

tersebut diperoleh dari hasil kegiatan penginapan, restoran, kios dan

sewa tenda.

Pelatihan Tourism Services

LSM Haburas memfasilitasi pula pelatihan mengenai usaha di

bidang pariwisata yang dapat dipraktekkan dalam kegiatan sehari-hari

di tempat usaha mereka di Valusere. LSM Haburas juga mengadakan

pendampingan bagi anggota koperasi dalam kegiatan sehari-hari di

Valusere dalam hal pelayanan tamu, supaya dapat memenuhi standar

universal.

Fokus pelatihan ini berbicara mengenai managemen

akomodasi, sanitasi, manajemen restoran, manajemen dalam mengelola

toilet. Pelatihan ini juga dapat meningkatkan etika komunikasi yang

baik antara sesama anggota dan etika yang baik dengan wisatawan.

Pada pelatihan ini juga menggunakan pendekatan partisipatis.

Pelatihan ini didampinggi oleh ibu Santina yang merupakan staff LSM

Haburas, beliau melakukan kunjungan rutin ke Valusere untuk

mendampinggi mereka serta mengajarkan kebersihan, mulai dari

Page 24: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

80

anggota yang menerima tamu, anggota yang memasak di dapur,

kebersihan di tempat tidur, kebersihan di kamar mandi. Disamping itu

juga mengidentifikasi makanan lokal yang dapat disajikan bagi para

tamu yang ingin menikmati makanan lokal. Pelatihan ini hanya

dilakukan di pantai Valu, ibu Santina didampingi oleh saudara pedrito

yang melakukan kunjungan setiap bulan 2 sampai 3 hari hidup dengan

masyarakat lokal di pantai Valusere.

Pelatihan Kuliner

Pada dasarnya para anggota koperasi sudah memiliki kapasitas

yang cukup dalam hal memasak makanan sehari-hari. Namun

demikian para anggota koperasi masih membutuhkan peningkatan

kapasitas untuk mengetahui perbedaan menu makan yang diinginkan

oleh wisatawan. Pada pelatihan ini didampinggi oleh Ibu Santina dan

saudara Pedrito. Pelatihan selalu menggunakan pendekatan partisipatif

dan berbaur dengan para anggota kelompok. Pada pelatihan ini, ibu

Santina mengajarkan sedikit makanan modern untuk disajikan yakni:

Beef, soup ikan, bumbu untuk ikan bakar, Kalderada. Bahan-bahan

yang digunakan dalam pelatihan ini dipersiapkan oleh LSM Haburas

dan dibawah dari Dili ke Tutuala. Sebenarnya anggota kelompok

Valusere juga sudah pintar memasak, seperti ibu Angelina, karena

mereka sering memasak pada acara-acara resmi di Tutuala. LSM

Haburas memberikan pelatihan ini supaya para anggota kelompok

lebih memperhatikan kebersihan daripada makanan yang disajikan

kepada tamu.

Pada pelatihan ini, dapat meningkatkan pengetahuan para

anggota mengenai pentingnya memasak, baik masakan tradisional

maupun menu yang lain dimana harus memperhatikan tingkat

keberhasil, sanitasi dan kualitas nutrisi. Dalam pelatihan ini juga

mereka dapat mengetahui bahwa kuliner yang baik merupakan daya

tarik tersendiri bagi wisatawan untuk tetap menggunakan jasa restoran

tersebut.

Page 25: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

81

Studi Banding

Dalam hal untuk meningkatkan pengetahuan dan visi

pembangunan pariwisata, LSM Haburas mengutus 5 orang anggota

koperasi Valusere yang didampinggi oleh 2 orang staf LSM Haburas

melakukan observasi pada kegiatan pariwisata alternatif di Bali,

Indonesia. Kegiatan observasi dan studi banding ini sangat penting bagi

anggota koperasi, karena mereka dapat mengobservasi sendiri dan

mendiskusikan aktivitas pariwisata yang dijalangkan atau dilakukan di

wilayah Bali.

Untuk menentukan 5 orang anggota yang akan mengikuti studi

banding di Bali bukan dari LSM Haburas yang menentukan, akan

tetapi mandat sepenuhnya diserahkan kepada anggota kelompok

Valusere untuk memilih dan menentukan siapa saja yang akan

menggikuti studi banding tersebut melalui sebuah rapat. LSM Haburas

merekomendasikan bahwa Koordinator kelompok koperasi Valusere

ibu Angelina harus ikut karena beliau yang menjadi lider dalam

kelompok tersebut tetapi empat orang yang lain bisa ditentukan di

dalam kelompok melalui rapat anggota. Melaui rapat anggota di pantai

Valusere, akhirnya forum memutuskan untuk mengutus 5 orang antara

lain : Ibu Angelina, ibu Rosalia, bapak Justino, saudara Delcio dan

saudara Joao.

Tempat studi banding di Bali merupakan kegiatan ekotourism

yang dinamakan “jaringan eko wisata Bali” yang difasilitasi oleh

Yayasan Wisnu. Kegiatan studi banding lebih banyak dilakukan di

tempat masyarakat lokal (jaringan ekowisata desa) yang merupakan

sebuah pariwisata alternatif di Bali. Faktor penyebab LSM Haburas

memilih tempat tersebut sebagai tempat studi banding karena koperasi

Valusere juga terdapat karakteristik pembangunan yang memiliki

kesamaan dan persamaan prinsip pariwisata. Pariwisata berbasis

masyarakat ini sebagai suatu alternatif lain yang dipraktekkan di Bali

sebagai akibat dari lingkungan, kultur yang telah terkikis serta

masyarakat lokal menjadi tersingkir akibat dari pariwisata massal yang

terjadi di Bali.

Page 26: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

82

Berbagai materi yang didapat dalam studi banding ini adalah

mempraktekkan sistim pariwisata berbasis masyarakat, praktek guide

lokal, managemen konservasi ekologi, konservasi rumput laut,

observasi terhadap agrowisata serta observasi terhadap pariwisata

budaya.

Setelah menggikuti studi banding di Bali, maka kelima anggota

koperasi bersama dengan 2 orang staff LSM Haburas yang menggikuti

studi banding tersebut kembali lagi ke Tutuala dan mengadakan

workshop bagi semua anggota koperasi yang tidak menggikuti studi

banding. Workshop dilakukan selama sehari. Para anggota dan staf

LSM Haburas menceritakan kembali kepada anggota lain menggenai

penggalaman selama berada di Bali serta bagaimana jaringan ekowisata

bisa berjalan dengan baik dan mendatangkan keuntungan bagi

masyarakat lokal. mereka juga menceritakan mengenai observasi yang

dilakukan di daerah masstourism, dimana masyarakat lokal telah

disingkirkan, mereka hanya bertemu dengan orang-orang asing,

masyarakat lokal tidak kelihatan. Dengan demikian berdasarkan

pengalaman kunjungan ini maka ibu Anjelina juga memberikan

masukan kepada sesama anggota kelompok supaya tetap

mengembangan pariwisata berbasis masyarakat dan menghindar dari

mass tourism.

Pelatihan Manajemen Sampah

Anggota koperasi juga diberi pelatihan mengenai bagaimana

pengelolaan sampah yang baik. Pelatihan ini juga penting bagi anggota

koperasi Valusere untuk melindungi ekologi yang ada. Dalam

pelatihan ini diberikan 2 sistem manajemen sampah. Pertama

pengelolaan air kotor dari kamar mandi dan toilet. Air kotor dari toilet

tidak langsung di buang ke laut, tetapi melalui suatu proses sederhana

yakni di tampung didalam bak yang telah diisi dengan batu kapur

sehingga dari situ, air kotor tersebut diserap oleh batu kapur dan akan

menghilang didalam tanah. Yang kedua adalah pengelolaan sampah

melalui pemisahan jenis sampah. Sampah non-organik seperti kaleng –

kaleng dari bir maupun minuman ringan serta botol – botol bir di

Page 27: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

83

kumpulkan pada tempt tersendiri serta mereka bisa menjual kembali.

Untuk sampah organik seperti sisa-sisa sayuran akan dikuburkan lagi

supaya dijadikan sebagai pupuk kompos serta sisa makanan dapat

digunakan untuk memberi makan kepada ternak.

Pelatihan didampingi oleh saudara Virgilio Guterres (Direktur

LSM Haburas sekarang), dengan seorang volunteer dari perancis yang

sedang melakukan magang di LSM Haburas. Pelatihan juga dilakukan

di pantai Valusere dengan menggunakan sistem partisipatif dari pelatih

maupun peserta. Pelatihan ini diberikan kepada seluruh anggota

koperasi yang terlibat dalam kelompok koperasi Valusere. Waktu

pelatihan selama satu minggu, sehingga saudara Virgilio dan volunteer dari perancis tersebut harus berbaur dengan anggota kelompok

Valusere.

Pelatihan Manajemen Ekologi

Pelatihan ini sangat penting bagi anggota koperasi dalam hal

pembangunan berkelanjutan. Faktor penting dari pealatihan ini adalah

bahwa bagaimana sumberdaya ekologi yang ada dapat mendatangkan

keuntungan secara ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal.

Mempertahankan perspektif yang benar mengenai prinsip

pembangunan yang bersih, konsep kesehatan lingkungan bagi

masyarakat lokal, keseimbangan antara ekologi dan keanekaragaman

hayati, aspek politik ekologi pada pembangunan ekonomi serta politik

konservasi. Masyarakat Tutuala memiliki budaya interaksi dengan alam

sekitarnya yang menunjukkan kehidupan yang harmonis antara

masyarakat dan alam. Mereka memiliki etika dan menghargai tempat-

tempat sakral yang memiliki nilai ekologi.

Pelatihan ini juga dilakukan di Tutuala, yang mendampinggi

pelatihan ini adalah saudara Pedrito. Selama memberikan pelatihan ini,

saudara Pedrito didampinggi oleh anggota koperasi yang masih muda,

mereka keluar masuk hutan untuk melihat jenis-jenis pohon yang

tidak boleh dipotong, mengajarkan kepada anggota kelompok supaya

tetap harus melindungi hutan yang ada. Namun demikian masyarakat

Tutuala juga memiliki kepercayaan dan budaya interaksi yang kuat

Page 28: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

84

antara mereka dengan alam yang ada. Jadi sudah sejak jaman nenek

moyang mereka sudah menghormati alam yang ada sehingga alam

tersebut masih dapat dilindungi sampai sekarang.

Pelatihan Pemandu Wisata

Dari pengalaman yang didapat dari studi banding di Bali

menunjukkan bahwa kegiatan pariwisata berbasis masyarakat dapat

memperoleh keuntungan jika ada pemandu wisata lokal yang memiliki

pengetahuan yang memadai guna memberikan informasi bagi

wisatawan.

Dasar informasi mengenai salah satu wilayah seperti di Tutuala,

telah melekat pada masyarakat Tutuala sendiri. Permasalahannya

adalah bahwa perlu suatu metode yang baik untuk mengumpulkan

semua cerita mengenai Tutuala dalam sebuah alur cerita sehingga dapat

menarik wisatawan.

Modal utama dari guide lokal adalah cerita atau sejarah dari

wilayah mereka sendiri, cerita mengenai situs-situs sejarah, makanan

tradisional, kepercayaan dari nenek moyang mereka, legenda, cerita

mengenai kultur dan ritual tradisional. Modal lainnya adalah

kemampuan berkomunikasi dengan wisatawan. Disini, tidak menuntut

lebih mengenai kesempurnaan menggunakan bahasa inggris dan

portugis dengan baik. Tetapi yang terpenting adalah memiliki sedikit

pengetahuan berbahas inggris dan portugis untuk membantu guide

lokal supaya dapat mengekspresikan pikiran mengenai sejarah dan

cerita Tutuala.

Bahasa merupakan salah satu hambatan, namun demikian

bahasa dapat dibangun melalui kursus untuk membantu dalam

komunikasi dengan wisatawan. LSM Haburas pada awalnya telah

memberikan pelatihan bagi empat orang anggota mengenai pemandu

wisata lokal dalam bahasa portugis, pemandu wisata lokal dalam bahasa

ingris serta telah menerjemahkannya dalam bahasa tetum. Dari

keempat orang yang menggikuti kursus atau training tersebut, tiga

orang anggota telah keluar dari anggota koperasi dan memiliki

Page 29: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

85

pekerjaan lain dimana mereka memperoleh pendapatan yang cukup

tinggi dibandingkan dengan penghasilan di koperasi Valusere.

Permasalahan yang di hadapi LSM Haburas dalam

kerjasama dengan koperasi Valusere

LSM Haburas dalam kerjasama dengan koperasi Valusere selain

membawa keberhasilan bagi masyarakat lokal juga terdapat berbagai

permasalahan yang dihadapi oleh LSM Haburas. Beberapa

permasalahan yang dihadapi oleh anggota LSM Haburas dalam

menjalangkan program kerja membutuhkan waktu pendampingan

yang banyak. Permasalahan yang masih menjadi kendala bagi LSM

Haburas pada saat itu antara lain adalah masyarakat belum terbiasa

dengan sistem bisnis, masyarakat lokal belum memiliki pengetahuan

yang mendalam mengenai konsep pembangunan pariwisata, terlalu

banyak waktu yang dipakai oleh masyarakat dalam kegiatan sosial.

Masyarakat Tutuala pada saat itu masih terbiasa dengan sistim

ekonomi subsistensi. Produksi sebatas untuk kebutuhan konsumsi

mereka, masyarakat tidak memproduksi lebih agar hasil produksi

tersebut dijual untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Masyarakat

tidak terbiasa dengan sistim bisnis sehingga untuk meningkatkan

pendapatan ekonomi tergolong rendah. Pada saat itu, masyarakat lokal

hanya menunggu bantuan dari pemerintah pusat maupun LSM agar

memenuhi kebutuhan dasar. Masyarakat lokal mengharapkan bahwa

LSM Haburas datang ke tempat mereka agar kebutuhan dasar berupa

akses terhadap air bersih, permasalahan listrik, jalan raya dan masalah

komunikasi dapat diselesaikan oleh LSM Haburas. Pemikiran

masyarakat bahwa permasalahan ini merupakan hambatan utama bagi

mereka.

Persoalan lain yang dihadapi oleh LSM Haburas pada

pendampingan bagi masyarakat lokal adalah mereka belum memiliki

pengetahuan yang mendalam mengenai konsep pembangunan

pariwisata. Belum ada seorang tokoh yang berpengaruh dan memiliki

Page 30: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

86

inisiatif bagi pemanfaatan sumberdaya alam dan sosial budaya yang

mereka miliki untuk dikelola serta mendatangkan keuntungan secara

ekonomi bagi masyarakat lokal. Sebagian masyarakat memiliki

pemikiran yang negatif terhadap LSM Haburas. Mereka mengangap

bahwa LSM Haburas datang ke Tutuala mengeksploitasi potensi

sumberdaya alam bagi kepentingan LSM secara pribadi. Untuk

memperoleh kepercayaan dan meyakinkan masyarakat bahwa

merekalah yang merupakan pemilik daripada sumberdaya alam serta

memiliki kekuatan dalam pembangunan di wilayahnya.

Secara budaya masyarakat Tutuala memiliki tradisi tersendiri

bagi kehidupan mereka sehari-hari. Terlalu banyak waktu yang dipakai

oleh masyarakat lokal pada kegiatan sosial dan budaya. Anggota LSM

Haburas dalam melakukan pendampingan harus disesuaikan dengan

kegiatan masyarakat. Proses pendampingan sedang berlangsung terjadi

acara adat yang tak terduga, maka pendampingan tersebut harus di

tunda untuk beberapa hari. Setelah acara adat tersebut selesai

kemudian dilanjutkan lagi dengan program kerja oleh anggota LSM

Haburas.

Anggota LSM Haburas dalam melakukan proses pendam-

pingan, menghadapi juga permasalahan sosial di Tutuala. Masyarakat

juga dituntut untuk melakukan kegiatan sehari-hari berupa kegiatan

pertanian, nelayan, melakukan pekerjaan rumah tangga dan aktivitas

sosial lainnya. Mereka berpikir supaya kegiatan pendampingan jangan

dilakukan terus menerus karena dapat menghambat aktivitas

masyarakat. Dengan demikian masyarakat menuntut supaya segera

melakukan sebuah aksi konkrit dari pembangunan pariwisata tersebut.

Dari permasalahan yang dihadapi oleh anggota LSM Haburas di

Tutuala, dengan sabar tetap melakukan pendekatan. Berpatok pada

pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat lokal sehingga anggota

LSM Haburas mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi. Proses pendampingan sering membuat masyarakat lokal

jenuh akan tetapi anggota LSM Haburas tetap menggunakan berbagai

strategi. Pembangunan berkelanjutan terealisir berdasarkan kesiapan

Page 31: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

87

masyarakat lokal serta butuh proses yang panjang untuk merealisasikan

kegiatan pariwisata berbasis masyarakat.

Konflik yang Timbul Setelah Koperasi Valusere Mandiri

Permasalahan koperasi Valusere menjadi semakin rumit pada

proses penyerahan dan pengelolaan secara mandiri oleh anggota

koperasi Valusere. Hal ini disebabkan oleh kurangnya manajemen

pengelolaan hasil usaha, kecemburuan dari anggota masyarakat yang

tidak terlibat didalam koperasi, kecurigaan antara sesama anggota

koperasi. Sehingga LSM Haburas memiliki tanggung jawab untuk

terlibat dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh

anggota koperasi Valusere.

Persoalan manajemen pengelolaan hasil usaha. Setelah koperasi

Valusere memperoleh keuntungan dari usaha yang dikelola bersama,

maka mereka masih kurang kapasitas dalam mengelola hasil yang

diperoleh tersebut. Dalam hal ini para anggota koperasi binggung

untuk membagikan hasil pendapatan yang mereka peroleh tersebut.

Sebab pada awalnya baik LSM Haburas maupun masyarakat yang

tergabung dalam anggota koperasi tidak membayangkan bahwa usaha

yang mereka kelola tersebut bisa mendapatkan keuntungan yang besar.

Pada awal usaha tersebut pendapatan yang diperoleh masih minim,

tetapi setelah berjalan beberapa bulan maka pendapatan yang diperoleh

terus meningkat dan terjadi di luar dugaan. Berdasarkan laporan dari

para anggota koperasi kepada LSM Haburas pada tahun 2009 bahwa

terkadang pendapatan yang diperoleh dari koperasi Valusere bisa

mencapai $ 40.000 per tahun atau dikonversikan ke kurs rupiah

menjadi Rp. 520.000.000 per tahun.

Dari hasil pendapatan yang mereka peroleh membawa juga

permasalahan baru bagi anggota koperasi sendiri, karena sudah ada

pendapatan dan keuntungan maka mulai terjadi kecurigaan antara

sesama anggota. Dengan demikian, maka LSM Haburas harus kembali

ke Tutuala untuk mencari solusi dan menyelesaikan permasalahan

Page 32: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

88

yang mereka hadapi serta LSM Haburas dituntut untuk membantu

masyarakat dalam hal memfasilitasi anggota koperasi untuk

mendiskusikan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang dapat

digunakan untuk menggikat seluruh anggota koperasi dalam

menjalangkan usaha mereka. Setelah anggaran dasar dan anggaran

rumah tangga dibuat maka semua anggota mulai sadar dan mengerti

untuk bekerjasama mengelola usaha yang dimiliki bersama tersebut.

LSM Haburas melakukan pendampingan bagi masyarakat lokal

melalui koperasi Valusere sejak tahun 2003 sampai dengan 2008. LSM

Haburas merasa bahwa sudah saatnya untuk melepaskan anggota

koperasi Valusere mengelola usaha secara mandiri. Dengan demikian

pada tahun 2008 LSM Haburas berencana untuk melakukan serah

terima kegiatan pariwisata kepada koperasi Valusere untuk mengelola

usaha mereka tanpa ada campur tanggang dari pihak LSM Haburas.

Akan tetapi pada saat mau melakukan serah terima, terjadi satu

permasalahan lagi di kelompok Valusere, di mana terdapat beberapa

orang Tutuala yang tidak setuju dengan kegiatan tersebut untuk

dikembangkan. Hal ini disebabkan oleh kecemburuan sosial yang

terjadi dari masyarakat yang tidak terlibat dalam koperasi Valusere.

Usaha yang telah berjalan tersebut mendatangkan keuntungan bagi

anggota koperasi. Masyarakat yang tidak ikut dalam kelompok koperasi

Valusere memiliki pemikiran bahwa usaha tersebut adalah milik LSM

Haburas. Orang-orang Tutuala yang tidak terlibat didalam anggota

koperasi menjadi tidak senang dengan penghasilan yang diperoleh dari

hasil kegiatan pariwisata tersebut.

Permasalahan menjadi rumit dan masyarakat lokal saling

memberikan ancaman untuk saling serang antara kelompok yang tidak

terlibat dalam koperasi Valusere dengan anggota kelompok koperasi

Valusere. Namun demikian, masyarakat desa Tutuala masih memiliki

ikatan kekeluargaan yang kuat dan adat istiadat yang mengikat mereka

masih tinggi sehingga semua permasalahan yang dihadapi tersebut

akhirnya dapat diselesaikan secara adat atau disebut dalam istilah

bahasa tetum adalah nahe biti boot. Melalui penyelesaian secara adat,

Page 33: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

89

akhirnya kedua kelompok tersebut saling menerima satu sama lain.

Setelah permasalahan tersebut diselesaikan secara adat, pada akhirnya

tahun 2008 terjadilah serah terima dari LSM Haburas kepada anggota

koperasi Valusere yang dihadiri oleh pihak pemerintah yakni Menteri

Muda Urusan Kehutanan dan acara serah terima tersebut berjalan

dengan lancar.

Konflik lain yang terjadi di anggota koperasi Valusere setelah

mereka mengelola sendiri kegiatan pariwisata di pantai Valu pada

tahun 2011. Permasalahan ini terjadi akibat daripada saling mencurigai

antara satu anggota dengan anggota yang lainnya serta ada anggota

yang tidak masuk kerja juga meminta supaya mendapatkan juga

penghasilan yang sama dengan anggota lainnya. Disamping itu, ada

sebagian anggota koperasi yang mengusulkan supaya pendapatan yang

diperoleh dari usaha penginapan maupun restoran harus dibagikan

semuanya, tidak perlu ada simpanan koperasi lagi. Dengan demikian,

maka mereka bersama sama memutuskan untuk membagi semua

keuntungan yang ada secara merata dan menutup usaha tersebut. Hal

ini akhirnya benar benar terjadi, semua anggota melakukan sebuah

rapat dan memutuskan untuk membagi semua penghasilan dan modal

usaha yang ada kepada para anggota kelompok serta memutuskan

untuk menutup usaha tersebut. Dari hasil rapat tersebut mereka

melaporkan kepada LSM Haburas bahwa kegiatan pariwisata tersebut

telah dibubarkan. LSM Haburas pada saat itu tidak memiliki pilihan

lain selain menggikuti tuntutan dari anggota koperasi.

Setelah usaha tersebut tidak berjalan lagi maka semua anggota

kembali seperti semula, yakni menjadi petani dan beternak serta ada

yang menganggur. Namun demikian, menjelang satu atau dua bulan,

beberapa anggota merasakan tidak memiliki pendapatan dari sektor

lain, akhirnya mereka berkumpul kembali mengadakan diskusi untuk

menjalangkan kembali usaha mereka. Orang - orang yang

menginginkan untuk melanjutkan usaha tersebut berjumlah 43 orang.

Mereka melakukan rapat bersama dan mengutus dua orang ke Dili

untuk mengadakan konsultasi dengan LSM Haburas. Maka dengan

Page 34: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

90

senang hati LSM Haburas menerima ide tersebut. LSM Haburas juga

sadar bahwa sudah saatnya mereka merasakan bahwa usaha tersebut

menjadi milik mereka dan bukan milik LSM atau pihak lain karena

sebelumnya mereka tidak merasa memiliki dan hanya merasakan

bahwa yang menjadi pemilik dari usaha ini adalah LSM bukan koperasi

Valusere. Untuk melanjutkan kembali usaha tersebut, para anggota

yang aktif mengumpulkan modal awal sendiri yakni setiap anggota

dikenakan biaya sebesar $ 50 setara dengan Rp. 650.000, sebagai modal

awal untuk melanjutkan kembali usaha penginapan, restoran dan kios.

Anggota koperasi tidak meminta modal dari LSM Haburas untuk

membantu usaha mereka, tetapi mereka memiliki inisiatif sendiri

untuk mengelola usaha. Anggota koperasi Valusere hanya meminta

support ide untuk memfasilitasi dalam rapat dan kesulitan lain yang

tidak dapat diselesaikan oleh anggota koperasi Valusere. Dengan

demikian para anggota yang awalnya adalah 67 KK akhirnya yang aktif

kembali hanyalah 43 kk yang bertahan dengan usaha tersebut sampai

sekarang. Semua permasalahan yang dihadapi oleh koperasi valusere

akhirnya dapat diselesaikan sendiri oleh anggota koperasi tanpa

melibatkan lagi LSM Haburas serta mereka sudah mengelola usaha

mereka secara mandiri dan berkembang dengan baik sampai saat ini.

Kesimpulan

LSM Haburas dalam mengembangkan Community Based Tourism bagi masyarakat lokal di Tutuala melalui tiga tahap. Tahapan-

tahapan yang dikerjakan dengan masyarakat tersebut antara lain :

pertama, tahap di mana mereka mencoba mendalami terlebih dahulu

persoalan yang dihadapi masyarakat. Pada tahap pertama ini juga LSM

Haburas melakukan penelitian untuk mengidentifikasi objek wisata

dan kehidupan sosial masyarakat lokal di Tutuala. disamping itu LSM

Haburas mengidentifikasi konsep-konsep pariwisata bagi masyarakat

lokal dan membagi informasi mengenai konsep-konsep tersebut kepada

masyarakat lokal di desa Tutuala. pada tahap pertama ini juga LSM

Haburas membantu masyarakat lokal untuk membentuk kelompok

Page 35: BAB IV LSM Haburas dan Pengembangan Pariwisata Berbasis … · 2017. 1. 20. · dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Membangun Pemahaman Tentang Community

91

koperasi dan pelatihan-pelatihan dasar. Kedua, Tahap kedua adalah

tahap di mana LSM Haburas memfasilitasi masyarakat lokal dan

melakukan pendampingan untuk membangun atau melakukan

konstruksi fisik berupa penginapan, restoran kios dan toilet. Pada tahap

ini juga LSM Haburas tetap melakukan capacity building melalui

pelatihan dan studi banding. Ketiga, Tahap ke tiga adalah implementasi

program usaha pariwisata dan melakukan evalusi. Pada tahap ini juga

LSM Haburas masih mengadakan capacity building bagi anggota

koperasi Valusere di bidang keuangan, manajemen koperasi.

Dalam kerjasama antara LSM Haburas dengan koperasi

Valusere, selain membawa manfaat dan keberhasilan, terdapat juga

berbagai masalah yang dihadapi di lapangan. Beberapa permasalahan

yang dihadapi oleh anggota LSM Haburas dalam menjalangkan

program kerja membutuhkan waktu pendampingan yang banyak.

Permasalahan yang masih menjadi kendala bagi LSM Haburas pada saat

itu antara lain adalah masyarakat belum terbiasa dengan sistem bisnis,

masyarakat lokal belum memiliki pengetahuan yang mendalam

mengenai konsep pembangunan pariwisata, terlalu banyak waktu yang

dipakai oleh masyarakat dalam kegiatan sosial. Akan tetapi melalui

pengalaman dan kerjasama yang baik antara anggota LSM Haburas

dengan masyarakat lokal, akhirnya berbagai permasalahan tersebut

dapat teratasi dan koperasi tersebut dapat berjalan dengan baik sampai

saat ini.