bab iv konsep hotel

46
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Bangunan yang direncanakan berupa hotel wisata, yang bertujuan memfasilitasi kegiatan-kegiatan wisata bagi para pelaku kegiatan termasuk para pengunjung/tamu hotel, yang memang secara khusus datang untuk bermalam, istirahat, relaksasi, rekreasi dan menikmati objek wisata yang ada di kota Palembang. Sebagai penguat fungsi hotel yaitu sebagai fasilitas akomodasi wisata, maka keluarlah ide membentuk suasana hotel yang santai, tenang relaksasi dan rekreasi dengan mengadopsikan unsur tradisional dan modern dengan memperhatikan potensi sungai dan bangunan bersejarah disekitarnya. Lebih detailnya, suasana yang ingin diciptakan ditinjau dari kawasan, ekterior dan interior, yaitu: 4.1.1 Kawasan Penataan kawasan yang menampilkan kesan alami yang dapat menimbulkan perasaan nyaman dan tenang dengan cara: 1. Menata kawasan dengan pepohonan yang rindang, dan sejuk dengan memanfaatkan potesi sungai Musi dan

Upload: aas-hasbee

Post on 05-Jul-2015

1.111 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab IV Konsep Hotel

BAB IV

KONSEP PERANCANGAN

4.1 Konsep Dasar Perancangan

Bangunan yang direncanakan berupa hotel wisata, yang bertujuan

memfasilitasi kegiatan-kegiatan wisata bagi para pelaku kegiatan

termasuk para pengunjung/tamu hotel, yang memang secara khusus

datang untuk bermalam, istirahat, relaksasi, rekreasi dan menikmati objek

wisata yang ada di kota Palembang.

Sebagai penguat fungsi hotel yaitu sebagai fasilitas akomodasi

wisata, maka keluarlah ide membentuk suasana hotel yang santai, tenang

relaksasi dan rekreasi dengan mengadopsikan unsur tradisional dan

modern dengan memperhatikan potensi sungai dan bangunan bersejarah

disekitarnya. Lebih detailnya, suasana yang ingin diciptakan ditinjau dari

kawasan, ekterior dan interior, yaitu:

4.1.1 Kawasan

Penataan kawasan yang menampilkan kesan alami yang dapat

menimbulkan perasaan nyaman dan tenang dengan cara:

1. Menata kawasan dengan pepohonan yang rindang, dan sejuk

dengan memanfaatkan potesi sungai Musi dan sungai Sekanak.

Adapun jenis dan fungsi pepohonan yang akan digunakan pada

kawasan yaitu:

Sebagai pengarah ke bangunan

Gambar 4.1 Pohon sebagai pengarahSumber: Konsep,2005

Page 2: Bab IV Konsep Hotel

Pembentuk ruang luar

Gambar 4.2 Pohon sebagai pembentuk ruang luarSumber: Konsep,2005

Menimbulkan kesan alami pada bangunan

Gambar 4.3 Pohon sebagai pencipta kesan alami pada bangunanSumber: Konsep,2005

2. Penerapan suasana santai, rileks yang diwujudkan dengan

penciptaan kondisi lingkungan yang tenang di dalam site didukung

dengan potensi sungai sebagai arah pandang dan bangunan-

bangunan bersejarah disekitarnya sebagai objek wisata yang

potensial.

Pembuatan restoran terapung untuk mengoptimalkan potensi

sungai Musi.

Gambar 4.4 Restoran terapungSumber: Konsep,2005

Page 3: Bab IV Konsep Hotel

Pembuatan dermaga yang dapat difungsikan sebagai arena

jogging.

Gambar 4.5 dermaga sebagai area joggingSumber: Konsep,2005

3. Penataan letak bangunan yang baik agar potensi bangunan yang

bersejarah disekitar tapak masih dapat dinikmati dari lingkungan

sekitar.

Perletakkan bangunan menjorok kedalam site sepanjang

100M dari jalan Merdeka untuk menciptakan ruang luar yang

terbuka pada tapak sekaligus dimaksudkan agar bangunan

menara air tidak tertutupi oleh keberadaan bangunan hotel.

Gambar 4.6 letak bangunan menjorok ke dalam siteSumber:konsep,2005

Bangunan berjarak 10 M dari tepian sungai agar dapat

dimanfaatkan sebagai area rekreasi.

Gambar 4.7 ruang luar tepian sungai Musi sebagai area rekreasiSumber:konsep,2005

Page 4: Bab IV Konsep Hotel

4.1.2 Eksterior bangunan

Penataan eksterior bangunan berdasarkan gaya arsitektur yang

akan diterapkan pada bangunan serta merupakan

tanggapan/penyelesaian permasalahan yang timbul dari hasil analisa,

meliputi:

1. Penerapan gaya arsitektur melayu postmodern pada tampilan dan

bentuk bangunan untuk menciptakan kesan modern tanpa

meninggalkan unsur tradisional yang alami pada bangunan, dapat

dilihat pada:

Bangunan mengimplementasikan bentuk panggung, pada

lantai dasar yang didominasi dengan kaca agar unsur

modern masih dapat terlihat.

Gambar 4.8 Pengimplementasian bentuk panggungSumber:konsep,2005

Bangunan mengadopsi bentukan atap miring sebagai

implementasi bentuk limasan, terbuat dari cor beton dan kaca

agar berkesan modern.

Gambar 4.9 pengadopsian bentuk atap miringSumber:konsep,2005

Page 5: Bab IV Konsep Hotel

Penerapan bentuk modern pada bangunan dapat dilihat pada

pemilihan material yang didominasi oleh kaca dan batu alam

dan bentuk bukaan yang sederhana dan minimalis.

Gambar 4.10 Tanpilan fasade bangunan.Sumber:konsep,2005

2. Tanggapan/penyelesaian dari permasalahan yang timbul dari hasil

analisa, meliputi:

Penyelesaian dari masalah sinar matahari, dengan

pembuatan sirip-sirip dan kanopi pada dinding luar bangunan

untuk menciptakan bayangan agar panas matahari tidak

masuk secara langsung kedalam ruangan.

Gambar 4.11 Pembuatan sirip dan kanopi pada dinding luar bangunanSumber:konsep,2005

Tanggapan dari analisa angin dengan menciptakan bukaan-

bukaan agar unsur angin dapat masuk kedalam bangunan

secara optimal.

Gambar 4.12 Pemanfaatan unsur angin kedalam bangunanSumber:konsep,2005

4.1.3 Interior

Page 6: Bab IV Konsep Hotel

Penataan interior bangunan yang memanfaatkan elemen

lingkungan seperti keberadaan sungai:

1. Pengimplementasian unsur air kedalam bangunan untuk

menciptakan suasana alami.

Penempatan kolam renang menghadap kesungai yang

dibatasi oleh kaca dibagian atas bangunan yang berkonsep

menerus terhadap unsur air.

Gambar 4.13 Penataan kolam renang terbuka menghadap ke sungaiSumber:konsep,2005

Pembuatan kolam dalam ruangan menciptakan suasana

segar dan alami kedalam bangunan.

Gambar 4.14 Pembuatan kolam dalam bangunanSumber:konsep,2005

Penempatan fungsi rekreasi sepeti billiard center menghadap

ke sungai untuk mengoptimalkan potensi sungai.

Gambar 4.15 Pemanfaatan unsur angin kedalam bangunanSumber:konsep,2005

2. Pemanfaatan material alam pada interior bangunan

Page 7: Bab IV Konsep Hotel

Penggunaan elemen batu pada ruang-ruang publik

Gambar 4.16 Pemanfaatan elemen bebatuan kedalam bangunanSumber:konsep,2005

Penggunaan elemen kayu pada interior bangunan seperti

pada dinding dan lanti kamar tidur.

Gambar 4.17 Pemanfaatan elemen kayu kedalam ruanganSumber:konsep,2005

4.2 Konsep Perancangan Tapak

4.2.1 Konsep Pencapaian Tapak

Secara umum pencapaian ke tapak dapat dilakukan melalui dua

jalur, yaitu: dari arah darat dan dari arah sungai.

1. Pencapaian dari arah darat.

Berdasarkan analisa pencapain yang dilakukan pada bab IV

pencapaian utama atau main entrance yang memungkinkan kedalam

tapak yaitu melalui jalan Sekawan yang diletakkan pada jarak 80 M dari

persimpangan jalan Merdeka, hal ini dimaksudkan untuk menghindari

kemacetan yang ditimbulkan oleh kendaraan yang keluar-masuk kedalam

site. Pada jalan Depaten baru side entrance berada 30M dari

persimpangan jalan Sekawan. Kebeadaan enterance ini ditandai dengan

adanya pintu gerbang dengan gaya arsitektur melayu postmodern yang

menyesuaikan dengan gaya arsitektur pada bangunan hotel dan

Page 8: Bab IV Konsep Hotel

fasilitasnya. Lebar pintu gerbang ini yaitu 12M melayani dua jalur sirkulasi.

Entrance untuk servis dipisahkan dari enterance pengunjung untuk

menghindari sirkulasi silang antara kegiatan service dan pengunjung.

Pintu gerbang pengunjung ini memiliki lebar 10 M.

Gambar 4.18 Gerbang main entranceSumber: Konsep,2005

2. Pencapaian dari arah sungai

Enterance dari arah sungai diletakkan pada dua sisi yaitu pada

tepian sungai Musi dan tepi sungai Sekanak, entrance ini ditandai dengan

keberadaan dermaga-dermaga sebagi tempat berlabuh kapal-kapal wisata

dan kapal ketek.

Gambar 4.19 Konsep PencapaianSumber: Konsep,2005

4.2.2 Konsep View dan Orientasi

Main enterance, jarak 80 M, lebar 12M, kendaraan pribadi

Enterance servis, lebar 10M, kendaraan service

Dermaga kapal wisata

Dermaga kapal ketek

Side entrance, jarak 30 M dr Jl sekawan, lebar 12M, kendaraan pribadi Gerbang keluar. Lebar

10M, letak 30M dr simpang Jl Depaten baru

Page 9: Bab IV Konsep Hotel

Untuk mengoptimalkan potensi sungai Musi sebagai arah pandang

terbaik pada site, maka perletakan unit-unit kamar tidur ditempatkan pada

site yang membentang menghadap kesungai, dengan bukaan-bukaan

yang maksimal.

Gambar 4.20 Konsep bukaan pada kamar tidurSumber: Konsep, 2005

Fasilitas penunjang seperti restoran, fasilitas rekreasi dan olah raga

yang membutuhkan arah pandang yang baik diletakkan pada lokasi

terdekat dengan sungai dan diberi bukaan semaksimal mungkin agar

potensi sungai dapat dinikmati baik dari dalam maupun dari luar

bangunan.

Gambar 4.21 Konsep View Pada Fasilitas RestoranSumber: Konsep,2005

4.2.3 Konsep Sirkulasi Tapak

Konsep sirkulasi tapak dibagi menjadi sirkulasi diluar dan didalam

tapak, secara detail dibahas:

A. Sirkulasi di luar tapak

Sirkulasi diluar tapak berupa sirkulasi darat dan sungai. Sirkulasi

darat mempengaruhi perletakan halte kendaraan umum diluar site,

Page 10: Bab IV Konsep Hotel

sedangkan sirkulasi sungai berupa penyediaan dermaga bagi kapal besar

dan kapal ketek.

Halte kendaraan umum diletakkan di tepi jalan yang dilalui

angkutan umum yaitu jalan Merdeka dan jalan Depaten baru. Dermaga

diletakkan pada dua titik yaitu ditepi sungai sekanak dan sungai Musi.

Gambar 4.22 Perletakkan Halte dan DermagaSumber: Konsep,2005

Konsep bentuk yang digunakan pada dermaga dan halte angkutan

umum menggunakan gaya arsitektur melayu postmodern untuk

menciptakan kesinambungan antara bangunan dengan fasilitas-fasilitas

penunjangnya.

Gambar 4.23 Dermaga kapal wisata dan kapal ketekSumber: Konsep,2005

Halte angkutan kota yg melalui jln Depaten baru

Halte angkot dan bus yg melalui jln Merdeka

Dermaga kapal ketek

Dermaga kapal wisata

Page 11: Bab IV Konsep Hotel

Gambar 4.24 Halte kendaraan umumSumber: Konsep,2005

B. Sirkulasi didalam tapak

1.Sirkulasi manusia

Konsep sirkulasi manusia didasarkan pada penataan gubahan-

gubahan massa pada tapak yang memperhatikan kenyamanan dan

keamanan pengguna, diwujudkan pada:

Penataan jalur pedestrian disepanjang tepian singai Musi dan

Sekanak.

Gambar 4.25 Jalur pedestrian disepanjang sungaiSumber: Konsep,2005

Penataan jalur sirkulasi dengan suasana yang nyaman dapat

dicapai melalui penataan elemen vegetasi disepanjang jalur

sirkulasi.

Gambar 4.26 konsep penataan vegetasiSumber: Konsep,2005

Page 12: Bab IV Konsep Hotel

Penyediaan ruang-ruang terbuka sebagai pencipta suasana

ruang luar bangunan.

Gambar 4.27 Konsep penataan ruang terbukaSumber: Konsep,2005

Sebagai penghubung antar tapak yang terdiri atas dua bagian

maka digunakan jalur penghubung yang berada diatas jalur sirkulasi.

Selain berfungsi sebagai jalur sirkulasi penghubung ini juga berfungsi

sebagai arena duduk karena memiliki arah pandang baik yaitu

menghadap ke sungai, BKB dan ke jembatan Ampera.

Gambar 4.28 Jalur penghubung di atas jalanSumber: Konsep,2005

2.Sirkulasi Kendaraan

Sirkulasi kendaraan diarahkan menuju zona parkir yang dipisahkan

antara parkir pengunjung dengan karyawan dan service. Pola jalur

sirkulasi yaitu dari jalan utama kendaraan masuk melalui enterance dan

diarahkan menuju dua arah yaitu ke area parkir dan ke area drop off. Pintu

keluar kendaraan diletakkan terpisah dengan pintu masuk untuk

menghindari sirkulasi silang kendaraan.

Secara keseluruhan konsep sirkulasi dalam tapak yaitu:

Page 13: Bab IV Konsep Hotel

Gambar 4.29 Konsep SirkulasiSumber: Konsep,2005

4.2.4 Konsep Klimatologi Tapak

Berdasarkan analisa sirkulasi yang telah dilakukan pada bab III

maka konsep klimatologi yang dipakai yaitu:

Arah pandang untuk unit-unit kamar hotel menghadap ke

singai Musi selain menghindari panas matahari, juga

mengoptimalkan potensi view dan angin.

Pada daerah yang memperoleh sinar matahari sore secara

langsung, diberi elemen proteksi berupa pemasangan sirip-

sirip pada dinding luar bangunan serta penanaman vegetasi

yang bertajuk bulat dan lebar yang sekaligus berfungsi

sebagai proteksi angin dari arah sungai

Pada bangunan menggunakan bukaan-bukaan yang

maksimal kearah sungai untuk memasukkan sinar matahari

kedalam ruang kamar agar dapat mengurangi kelembaban

dalam ruangan.

Pembuatan kanopi dan dinding masif yang berfungsi

menciptakan bayangan uantuk mengurangi panas langsung

dari matahari.

Pintu masuk utama dan sirkulasi kendaraan

Pintu keluar kendaraan

Pintu masuk dan keluar kendaraan

Pintu masuk dan keluar kendaraan servis

Sirkulasi pejalan kaki

Page 14: Bab IV Konsep Hotel

Gambar 4.30 Penataan Vegetasi sebagai proteksiSumber: konsep,2005

Gambar 4.31 Pemasangan elemen proteksi pada dinding Sumber: konsep,2005

4.2.5 Konsep Kebisingan Tapak

Daerah dengan tingkat kebisingan tinggi yaitu yang pada daerah

yang paling dekat dengan jalan Merdeka dan jalan Depaten baru, untuk

mengurangi tingkat kebisingan pada daerah ini yaitu dengan penataan

vegetasi yang dapat mengisolir kebisingan.

Gambar 4.32 Penatan vegetasiSumber: Konsep,2005

Untuk daerah yang memiliki tingkat kebisingan terendah yaitu pada

daerah tepian sungai Musi dan Sekanak, dimanfaatkan untuk kegiatan

penginapan yaitu unit-unit kamar hotel.

4.2.6 Konsep Pendaerahan Tapak

Page 15: Bab IV Konsep Hotel

A. Gubahan Massa

Berdasarkan analisa kelebihan dan kekurangan pola massa

tunggal dan pola massa majemuk diatas, maka ditentukan gubahan

massa yang akan digunakan pada bangunan hotel ini yaitu pola massa

majemuk mengingat bentukan tapak yang persegi panjang dan dipisahkan

oleh jalan dengan luasan yang memadai.

Adapun massa-massa yang direncanakan yaitu terdiri dari empat

gubahan massa, yaitu:

Bangunan penerima

Bangunan hotel

Fasilitas rekreasi

Servis

B. Pola Perletakkan Massa Bangunan

Perletakan massa bangunan ini ditentukan berdasarkan beberapa

pertimbangan yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu:

Bangunan Hotel diletakkan pada tapak yang berada di tepian

sungai Musi, yang memiliki privasi tinggi, view baik, dan

tingkat kebisingan rendah sehingga dapat memenuhi

kenyamanan pengunjung.

Fasilitas penunjang yang berupa fasilitas publik seperti

restoran, lobby, ruang serbaguna dll diletakkan pada dua sisi

tapak yang terdekat dengan jalan Merdeka dengan

pertimbangan kemudahan aksesibilitas.

Fasilitas rekreasi seperti jogging track, restoran terapung,dll

diletakan pada daerah yang dekat dengan fasilitas

penginapan karena fasilitas-fasilitas ini bersifat semi privat

dan merupakan bagian dari pelayanan hotel.

Bangunan servis berada dekat dengan fasilitas utama

bangunan yaitu hotel, untuk mempermudah pelayanan.

Page 16: Bab IV Konsep Hotel

Gambar 4.33 Konsep Zoning TapakSumber: Konsep,2005

4.3 Konsep Tipe dan Jumlah Kamar Hotel

4.3.1 Tipe Hotel

Berdasarkan analisa kelayakan yang telah dilakukan diatas (BAB

III) maka dapat disimpulkan dikota palembang ini layak didirikan hotel

dengan tipe bintang 5 yang memiliki fasilitas lengkap memenuhi standar

dari Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi seperti yang

telah dijelaskan pada bab III.

4.3.2 Jumlah Kamar

Jumlah kamar hotel yang akan disediakan didapat berdasarkan

pertimbangan analisa kebutuhan kamar, yang secara terperinci dijelaskan:

Kamar hotel: 181 kamar

Berdasarkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, penentuan junmlah

kamar hotel bintang 5 terdiri atas :

Strandar Single room = 20% x 180 =36 kamar.

PRIVAT

SEMI PRIVAT

PUBLIK

SERVIS

SEMI PUBLIK

Page 17: Bab IV Konsep Hotel

Standar Double room =65% x 180 = 117 kamar.

Family room = 10% x 180 = 18 Kamar

Suite room = 5% x 180 = 9 kamar.

Penthouse = 1 unit

4.4 Konsep Bangunan

4.4.1 Konsep Program Kegiatan dan Ruang

Beradasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada bab III

diatas, maka telah ditentukan ruang-ruang yang akan disediakan pada

bangunan hotel wisata bintang 5 (lihat bab III).

A. Konsep Kenyamanan Ruang

Konsep kenyamanan yang ingin dicapai pada tiap ruang berbeda

sesuai dengan fungsi dan sifat ruang, antara lain dapat dilihat pada ruang-

ruang yang menonjol pada bangunan hotel:

No Ruang Suasana Penciptaan suasana

1. Kamar tidur o Tenango Nyaman

o Santai

o Akrab

o Ruang kedap suarao Pencahayaan dan sirkulasi udara

memadai o Penyediaan fasilitas peristirahatan

dengan kualitas yang baiko Luasan ruang dan tinggi ruang yang

manusiawi2. Restoran o Santai

o Akrab

o Penataan interior yang dapat menciptakan santai

o Penataan interior yang memberikan kesan hangat

3. Fasilitas rekreasi o Santai oPenataan interior yang dapat menciptakan suasana santai

B. Sirkulasi Dalam Bangunan

Sirkulasi dalam bangunan berdasarkan penggunaannya terbagi

menjadi 3, yaitu:

1. Sirkulasi Manusia

Konsep jalur sirkulasi tamu hotel, yaitu:

Page 18: Bab IV Konsep Hotel

Koridor kamar memiliki lebar 2,0 M, tinggi plafon 2,6 M.

Koridor ditata dengan penerangan yang cukup yang

dilengkapi dengan hiasan-hiasan dinding berupa tenunan

songket Palembang dan lukisan-lukisan.

Gambar 4.34 Koridor kamar hotelSumber: Konsep,2005

2. Sirkulasi service

Jalur sirkulasi service memiliki lebar 2,5 M agar lebih leluasa

dilalui kereta dorong (standar lebar kereta dorong 80 Cm).

Sirkulasi service berada pada tempat yang tidak dilalui

umum/pengunjung.

Gambar 4.35 Koridor sirkulasi serviceSumber: Konsep,2005

3. Sirkulasi Barang

Jalur sirkulasi barang lebih lebar dari pada sirkulasi manusia

yaitu 3,0 M.

Sirkulasi barang menghubungkan area bongkar muat (loading

dock) dan area penyimpanan.

Page 19: Bab IV Konsep Hotel

C. Konsep Penataan Parkir

Penataan parkir dibedakan menjadi 4 zona yaitu:

Parkir pengunjung/tamu hotel dan fasilitas umum

Parkir service dan karyawan

D. Penataan Pola Parkir

Luas area tapak yang dibutuhkan untuk parkir yaitu: 1350 M2 agar

luasan parkir dapat diminimalis maka penataan pola parkir harus

menggunakan pola yang dapat mamuat banyak mobil pada jarak

panjang tertenti, berdasarkan analisa terhadap pola parkir maka

pola parkir yang akan digunakan pada bangunan yaitu pola parkir

dengan sudut 900 dengan pertimbangan

Pada jarak tertentu dapat menampung lebih banyak

kendaraan.

Dapat dicapai dari dua arah.

Gambar 4.36 Perletakan parkir Sumber: Konsep,2005

Parkir pengunjung

Parkir Karyawan

Parkir tamu hotel

Page 20: Bab IV Konsep Hotel

4.4.2 konsep Tampilan Bentuk Arsitektur

A. Gaya Arsitektur.

Gaya arsitektur yang akan digunakan pada bangunan yaitu gaya

arsitektur melayu postmodern yang merupakan penggabungan antara

gaya arsitektur modern dengan arsitektur tradisional palembang, secara

detail diterapkan pada:

1. Gaya arsitektur Tradisional

Berdasarkan analisa mengenai arsitektur tradisional yang telah

dijelaskan diatas, maka gaya tradisional ini diterapkan pada:

Bentuk bangunan berupa panggung.

Gambar 4.37 Bentuk panggung Sumber: konsep,2005

Bentukan atap merupakan implementasi dari bentuk atap

limas yang telah diolah kembali.

Gambar 4.38 Pengolahan bentukan atap limasanSumber: Konsep,2005

Menggunakan ornamen khas Palembang pada kolom,

plafon, dan bagian-bagian interior.

Implementasi dari bentuk panggung

Page 21: Bab IV Konsep Hotel

Gambar 4.39 Ornamen kolom dan plafon ruanganSumber: Konsep,2005

2. Gaya Arsitektur Postmodern

Penggunaan arsitektur postmodern yang merupakan

pengembangan dari arsitektur modern diimplementasikan pada:

Penggunaan material dari kaca yang mendominasi

bangunan.

Gambar 4.40 penggunaan elemen kaca pada bangunanSumber: Konsep, 2005

Bentuk dasar massa yang menggunakan bentuk-bentuk

sederhana seperti balok.

Gambar 4.41 Bentuk dasar massa bangunanSumber: Konsep,2005

Bentuk jendela dan ventilasi yang sederhana dan

merupakan hasil pengolahan bentuk-bentuk geometri.

Page 22: Bab IV Konsep Hotel

Gambar 4.42 Bentuk jendela dan ventilasiSumber: Konsep,2005

B. Konsep Bentukan Massa Bangunan

Pada bangunan hotel ini bentuk yang akan diimplementasikan pada

bangunan yaitu bentuk dasar berupa balok yang mengalami pengolahan

dengan menggunakan komposisi :

1. Bentuk beraturan, sesuai dengan fungsi yanng berupa kamar-

kamar tidur hotel yang memegang prinsip pengulangan.

Gambar 4.43 Bentuk beraturan pada hotelSumber: Konsep,2005

2. Perubahan bentuk, untuk mengurangi kesan membosankan karena

prinsip dasar bangunan hotel berupa pengulangan. Perubahan

bentuk berupa manipulasi dimensi dengan penambahan bentuk,

penambahan bentuk ini menggunakan sistem Interlocking

relationship.

Page 23: Bab IV Konsep Hotel

Gambar 4.44 Penambahan bentuk pada hotelSumber: Konsep,2005

3. Pemotongan bentuk dengan dimensi-dimensi yang jelas tanpa

menghilangkan bentuk dasar bangunan tersebut.

Gambar 4.45 Pemotongan bentuk pada hotelSumber: Konsep,2005

4. Secara keseluruhan bentuk bangunan memanjang/linier

menyesuaikan denga bentukan tapak.

Gambar 4.46 Bentuk bangunan memanjangSumber: Konsep,2005

C. Implementasi Gaya Arsitektur Bangunan di Sekitar Kawasan.

Page 24: Bab IV Konsep Hotel

Untuk menciptakan “benang merah” antara bangunan hotel dengan

bangunan lain yang berada disekitar kawasan BKB maka konsep bentuk

dan penampilan bangunan hotel mengimplementasi bangunan

disekitarnya, antara lain:

1. Kolom bangunan berbentuk balok, merupakan pengadopsian dari

bentuk geometri pada bangunan menara air.

Gambar 4.47 Pengadopsian bentuk bangunan menara airSumber: Konsep,2005

2. Bangunan berbentuk panggung dan atap limas, mengadopsi

bentuk bangunan museum sultan Mahmud Badarrudin II.

Gambar 4.48 Pengadopsian bentuk museum SMB IISumber: Konsep,2005

D. Skyline Kawasan

Page 25: Bab IV Konsep Hotel

Berdasarkan analisa terhadap skyline atau garis ketinggian

bangunan disekitar kawasan Benteng Kuto Besak, dapat dilihat ketinggian

bangunan disekitar kawasan cenderung rata hanya satu bangunan yang

terlihat menonjol yaitu bangunan menara air, sehingga bangunan ini

dijadikan landmark bagi kawasan. Oleh karena terdapat peraturan tidak

tertulis yang menyatakan bahwa diperbolehkan mendirikan bangunan

disekitar kawasan dengan syarat tidak menutupi pandangan ke arah

landmark kawasan yaitu bangunan Menara air.

Dari alasan tersebut maka didapat konsep bahwa bangunan hotel

diharapkan dapat menjadi latar dari menara air. Secara detail bangunan

hotel akan terlihat seperti membingkai bangunan menara air dengan

penataan bentuk solid void pada bangunan. Sehingga bangunan masih

dapat dilihat dari arah sungai.

Gambar 4.49 Bangunan hotel membingkai bangunan Menara air.Sumber: Konsep,2005

E. Kawasan Water Front

Pengaplikasian arsitektur tepi air pada bangunan hotel

menggunakan sistem yang berbeda-beda pada tiap fungsinya, antara lain:

1. Sistem involmen of water.

Sistem ini diaplikasikan dengan membawa elemen permukaan air

kedalam ruang arsitektur, menghasilkan kenyamanan visual dan

karakter ruang yang intim. Secara detail digunakan pada:

Pada ruang-ruang publik dengan memasukkan unsur air

sungai yang menjorok kedalam bangunan.

Page 26: Bab IV Konsep Hotel

Gambar 4.50 Pemasukkan unsur air kedalam bangunanSumber: Konsep,2005

Penggunaan elemen kaca sebagai pelapis lantai agar

permukaan air yang terdapat pada bagian bawah bangunan

dapat dinikmati dari dalam ruangan.

Gambar 4.51 Penggunaan elemen kaca sebagai pelapis lantaiSumber: Konsep,2005

2. Sistem spanning the water

Hubungan ini diaplikasikan dengan menciptakan ruang arsitektur

membentang diatas badan air dimana permukaan air yang rata

menawarkan suatu kontras terhadap bentuk arsitektur. Secara

detail digunakan pada:

Lantai dasar bangunan hotel berada menjorok ke arah

sungai musi untuk memasukkan unsur air kedalam

bangunan.

Page 27: Bab IV Konsep Hotel

Gambar 4.52 lantai dasar bangunanSumber: Konsep,2005

3. sistem Afloat the water

Karya arsitektur yang terapung diatas permukaan air memberikan

kesan alami, menjaga suatu pola terhadap kondisi air yang

mengelilinginya. Penerapan desain pada:

Digunakan pada bangunan dermaga yang berada di tepi

sungai Musi dan Sekanak.

Gambar 4.53 Dermaga sungai musi dan SekanakSumber: Konsep,2005

Fasilitas tematik restoran yang mengutamakan penciptaan

suasana tepian Sungai.

Gambar 4.54 Restoran terapungSumber: Konsep,2005

E. Konfigurasi Bangunan Hotel

Konsep konfigurasi yang akan digunakan pada bangunan hotel ini

yaitu sistem konfigurasi Slab yang merupakan sistem konfigurasi

Page 28: Bab IV Konsep Hotel

bangunan dengan bentuk memanjang. Keuntungan sistem konfigurasi

slab:

1. Mengoptimalkan pandangan unit-unit kamar hotel ke arah sungai

Musi.

2. Pengaruh bentukan tapak yang memanjang.

Gambar 4.55 Konfigurasi bangunan hotelSumber: Konsep,2005

F. Konsep Ruang/Kamar Tidur Hotel

Konsep kamar tidur terdiri dari penentuan jenis kamar tidur,

pengaturan letak dan posisi kamar tidur serta perletakan kamar mandi

didalam kamar.

1. Jenis kamar tidur yang akan disediakan yaitu:

Standar singel room

Standar double room

Family room (Connecting room)

Suite room

Penthouse

2. Pengaturan posisi kamar tidur terhadap koridor sebagai jalur

sirkulasi horizontal yaitu menggunakan sistem double loaded

koridor dimana satu jalur sirkulasi melayani dua sisi kamar.

Page 29: Bab IV Konsep Hotel

Gambar 4.56 Sistem double loaded koridorSumber: Konsep,2005

3. Perletakan posisi kamar mandi pada kamar tidur yaitu pada sisi

dinding terdekat dengan pintu masuk.

Gambar 5.57 Perletakan kamar mandiSumber: Konsep,2005

4.4.3 Konsep Struktur Bangunan

A. Konsep Struktur Bangunan

1.Struktur atas

Berdasarkan analisa terhadap sistem struktur yang biasanya

digunakan pada bangunan yaitu struktur rangka yang terdiri dari rangkaian

rangka balok dan kolom. Adapun besar dari balok dan kolom bangunan

ditentukan berdasarkan perhitungan 1/10 atau 1/12 dari bentang rangka.

2.Struktur bawah

Struktur yang digunakan pada bangunan ini yaitu pondasi tiang

pancang dengan pertimbangan:

Dapat digunakan pada berbagai kondisi tanah

Pemasangan relatif mudah

Page 30: Bab IV Konsep Hotel

Gambar 5.58 Pondasi tiang pancangSumber: Konsep,2005

B. Modul

Modul bangunan ditentukan berdasarkan pertimbangan antara lain:

kebutuhan ruang gerak dan aktifitas kegiatan, kapasitas kebutuhan ruang,

sistem dan kekuatan struktu yang digunakan, dimensi parkir yang optimal

serta ukuran-ukuran bahan bangunan, berdasarkan pertimbangan

tersebut ditentukan modul struktur bangunan:

1.Modul horizontal merupakan kelipatan 0,6 M , jarak antar kolom

bangunan yaitu 8 M.

2.Modul vertikal merupakan kelipatan 0,3 M, ketinggian perlantai 4,2 M

C. Bahan Bangunan

1. Bahan finishing lantai

Pada lobby dan front office digunakan marmer dan granit

dengan dimesi 90x90 cm, serta dikombinasi batu alam (slate

stone) pipih.

Ruang tidur menggunakan material parket dan dilapisi

sebagian oleh karpet. Kamar mandi menggunakan keramik

berpola, dengan dimensi 30x30 cm.

Koridor menggunakan keramik, serta sebagian parket.

Dapur menggunakan bahan yang tidak licin dan dilengkapi

dengan material untuk menjaga agar ruangan selalu dalam

keadaan kering.

2. Bahan finishing dinding

Untuk kamar tidur, kantor dan ruang lain yang bersifat umum

digunakan bahan bata.

Untuk rungan-ruangan yang digunakan untuk acara

pertemuan atau jamuan, digunkan penambahan pemasangan

Page 31: Bab IV Konsep Hotel

dinding panel dan dinding kisi kayu jati yang berfungsi

menyerap suara sebesar 75% dengan pemasangan rangka

panel dan dilengkatkan dengan baut.

Untuk dapur dan toilet, digunakan bahan keramik karena

mudah dibersihkan dan tahan terhadap asam.

Untuk ruangan bagi alat-alat teknik yang menimbulkan

kebisingan (generator), digunakan dinding beton 2 lapis tebal

dinding 20 cm.

3. Bahan finishing plafon

Pada foyer, lounge dan top restaurant tidak menggunakan

plafon karena ingin menampilkan suasana lokal yang alami

dengan cara mengekspose struktur pada atap.

Semua ruangan menggunakan bahan plafon dan gypsum

mengingat karakterisiknya memiliki nilai akustik cukup baik,

mudah dibentuk, tahan terhadap api dan nilai estetisnya

tinggi.

4. Bahan finsihing atap

Atap struktur rangka menggunakan bahan baja.

Atap model tropis menggunakan bahan sirap.

4.4.4 Konsep Untilitas dan Kelengkapan bangunan

A. Air Conditioning (AC)

Penghawaan buatan dalam bangunan menggunakan AC dengan

sistem sentral. Pemasangan secara detail, yaitu:

1. Pada kawasan perhotelan sistem pelayanan AC dibagi menjadi dua

titik yaitu pada tapak bangunan hotel dan pada tapak bangunan

fungsi penunjang.

2. Ruang mesin AC diletakkan pada lantai dasar untuk mempermudah

perbaikkan dan pada ruangan dilengkapi dengan loading dock.

Page 32: Bab IV Konsep Hotel

3. Pada bangunan hotel penataan AC dipasang secara linier, ducting

diletakkan pada koridor dibawah plafon kemudian bercabang ke

masing-masing ruangan kamar.

Gambar 5.59 Perletakkan ducting pada koridorSumber: Konsep,2005

4. Pada ruang-ruang publik ducting berada di bawah plafon gipsum

dengan titik penghawaan berjarak 4 M.

5. Ruang AHU pada bangunan hotel diletakan pada kedua sisi di

sudut bangunan.

B. Listrik

Daya utama pada kawasan perhotelan ini yaitu dari PLN dengan

daya listrik cadangan dari generator, dengan pemasangan secara detail

untuk listrk dari PLN:

1.Panel kontrol utama listrik diletakkan pada bangunan terpisah untuk

mengindari terjadinya perambatan jika terjadi konsleting listrik.

2.Sistem jaringan listrik dibuat melalui jalur bawah tanah agar fasade

lingkungan menjadi bersih.

3.Pada setiap bangunan terdapat panel control tersendiri yang

mengatur sistem jaringan listrik pada bangunan tersebut.

Pemasangan listrik dari generator dengan sisitem:

Page 33: Bab IV Konsep Hotel

1.Ruang generator berada pada bangunan tersendiri, selain berfungsi

sebagai pengamanan, juga untuk menghindari kebisingan dan

getaran yang disebabkan oleh mesin.

2.Sistem jaringan menuju kebangunan melalui sistem bawah tanah.

3.Ruang generator memiliki ventilasi udara yang baik dan dilengkapi

dengan loading dock.

C. Air Bersih

Menurut peraturan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,

kapasitas minimal untuk hotel bintang 5 adalah 750 liter/ kamar/ hari,

berarti kapasitas air hotel wisata ini setiap harinya adalah 750 liter x181

kamar = 135.750 liter.

Sumber air utama dari PDAM, sedangkan untuk sumber air

cadangan yaitu dari air sungai Musi yang diolah dengan water tratmen

terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke bak penampungan.

Konsep pengaturan sistem jaringan air yaitu:

1.Menggunakan sistem upper tank, tangki air pada bagian atas

bangunan dibuat dengan menggunakan beton kedap air.

2.Tangki air pada bangunan hotel diletakkan pada dua titik yaitu sudut

kanan dan kiri bangunan.untuk menghindari beban terpusat.

D.Air Kotor

Air kotor berupa limbah padat dibuang kedalam septik tank

kemudian diangkut dengan menggunakan mobil tinja. Septik tank

diletakkan dekat bangunan utilitas.

Air kotor berasal dari saluran pembuangan disterilkan dengan water

treatment yang kemudian dibuang keriol kota atau dimanfaatkan kembali

untuk menyiram tanaman.

E. Konsep Penanggulangan Kebakaran

Page 34: Bab IV Konsep Hotel

Penanggulangan kebakaran secara aktif dapat dilakukan dengan

beberapa cara yaitu:

1.Pemakaian bahan-bahan bangunan yang tahan api seperti dinding

beton, plafon gypsum, penyekat dinding yang diplester dan pintu

yang tahan terhadap api.

2.Melokalisasi ruang-ruang yang dapat menimbulkan kebakaran seperti

gudang bahan bakar, dapur ruang generator, dll,

Sedangkan penanggulangan secara pasif dapat dilakukan dengan:

1.Memasang alat pendeteksi kebakaran, seperti heat detector, smoke

detector dan alarm kebakaran.

2.Menggunakan sprinkler pada plafon dengan jarak tertentu pada

kamar dan koridor hotel.

3.Menyediakan tabung pemadam kebakaran dengan jarak tertentu

terutama pada daerah publik dan koridor.

4.Pemasangan stand pipe dan hoss system dalam hydran box pada

bangunan setiap jarak 15-30 meter.

5.Pemasangan pilar hydran diluar bangunan dengan jarak maksimal

30M.

F. Konsep Penangkal Petir

Berdasarkan analisa terhadap jenis penangkal petir tersebut maka

ditentukan bangunan akan menggunakan sistem Sangkar Faraday,

adapun perletakan tiang-tiang penagkal petir ini yaitu pada bagian atas

kolom bangunan dengan bentuk yang disamarkan sehingga tidak terlalu

mengganggu fasade bangunan.

4.5. Konsep Luasan Tapak dan Bangunan

4.5.1 Konsep Luasan Tapak

A. Luasan tapak kotor

Tapak terbagi menjadi dua sisi adapun luasan tapak secara

keseluruhan yaitu:

Page 35: Bab IV Konsep Hotel

Tapak 1 (Tepi sungai Musi) = 1,48 Ha

Tapak 2 ( Tepi jalan Merdeka) = 1,595 Ha

Luas tapak keseluruhan = 3,75 Ha

B. Sempadan bangunan

Garis sempadan pada tapak meliputi sempadan jalan dan

sempadan sungai, yaitu:

1.Tapak 1

Jl. Depaten Baru : 9 M

Sungai Musi : 16M

Sungai Sekanak : 9M

Kawasan BKB : 7M

2.Tapak 2

Jl. Depaten Baru : 9 M

Jl. Merdeka : 11M

Sungai Sekanak : 9M

Jl. Sekawan : 7M

C. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

1.Tapak 1 : 60% x 1,48 Ha = 8880 M2

2.Tapak 2 : 60% x 1, 595 Ha = 9570 M2

Luasan tapak yang dapat ditutup bangunan yaitu: 18.450 M2

4.5.2 Konsep Luasan Bangunan

Luasan bangunan perlantai :

Lantai dasar = 6.727,595 M2

Lantai 1 = 3.225,7 M2

Lantai 2 = 3.165,5 M2

Lantai 3 = 3.165,5 M2

Page 36: Bab IV Konsep Hotel

Lantai 4 = 5.237,6 M2

Lantai 5 = 5.237,6 M2

Luas total = 26.759,495 M2 = 2,675 Ha