bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 setting...
TRANSCRIPT
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Setting Penelitian
4.1.1 Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melengkapi segala
keperluan dalam pengambilan data, seperti surat ijin, pencarian data
jumlah responden, nama-nama serta alamat responden, persiapan
alat-alat yang digunakan dalam penelitian, seperti pedoman
wawancaraa, informed consent, alat perekam (Handpone), kamera,
pulpen dan kertas yang digunakan selama penelitian, setelah
peneliti mendapatkan nama-nama serta alamat calon responden,
peneliti mulai melakukan survey terhadap calon responden.
Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 02 juni 2014 sampai 26
juni 2014, penelitian pertama dimulai sejak tanggal 02 juni 2014,
peneliti mendatangani rumah ibu F selaku kader yang di temani
bapak K selaku ketua RW 06, Dusun Gamol. Peneliti bersama ibu F
mencari data nama-nama dan alamat akseptor KB Suntik calon
responden dari buku cacatan peserta KB.
4.1.1.1 Awalnya kami menemukan jumlah akseptor KB Suntik di
Dusun Gamol sebanyak 34 akseptor.
4.1.1.2 Setelah mengetahui jumlah akseptor KB Suntik peneliti
mencoba untuk memilih calon responden yang sesuai
41
dengan criteria inklusi yaitu; Wanita usia subur yang menjadi
akseptor kontrasepsi suntik, pernah menggunakan
kontrasepsi lain sebelum menggunakan kontrasepsi suntik,
pernah melahirkan, berdomisili di Dusun Gamol, mampu
membaca dan menulis, bisa berbahasa Indonesia, bersedia
menjadi responden dibuktikan dengan menandatangani
informed consent, sehat secara jasmani dan rohani.
4.1.1.3 Setelah mencocokkan dengan kriteria peneliti menemukan
jumlah akseptor KB suntik sebanyak 16 akseptor .
4.1.1.4 Pada tanggal 04-07 juni 2014 peneliti mendatangai rumah
akseptor KB suntik atau calon responden untuk meminta
kesediaan menjadi responden dalam penelitian yang
dilakukan peneliti, akan tetapi hanya 9 orang yang bersedia
menjadi responden. 4 orang dari calon responden tidak
tinggal menetap di Dusun Gamol, 3 diantaranya menolak
untuk dijadikan responden karena mereka mempunyai
pengalaman atau pernah menjadi responden pada peneliti
sebelumnya yang pernah melakukan penelitian di Dusun
Gamol.
4.1.1.5 Setelah masing-masing responden bersedia menjadi
responden, peneliti membuat kontrak dengan responden,
responden 1 (Ny. R) bersedia untuk langsung di wawacarai
pada tanggal 09 juni 2014, tanggal 10 juni 2014 responden
42
2 (Ny. F) dan responden 3 (Ny. M), responden 4 (Ny. S)
tanggal 11 juni 2014, pada tanggal 12 responden 5 (Ny. S)
dan responden 6 (Ny. K), pada tanggal 13 responden 7
(Ny. R) dan responden 8 (Ny. IY) pada tanggal 14,
responden 9 (Ny. K) pada tanggal 15.
4.1.1.6 Setelah data yang dicari dari responden dirasa sudah
ditemukan semua, peneliti mulai mengolah data rekaman
(voice recorder dalam handpone) data tersebut dirubah
kedalam bentuk verbatim dan dilalukan analisa, kemudian
data dalam bentuk verbatim dilakukan member chek pada
tanggal 18 juni 2014 sampai 24 juni 2014.
4.1.2 Pelaksanaan Penelitian
Pertemuan dengan responden untuk mengambil data dilakukan di
rumah responden kecuali responden 1 dan responden 3. Responden
1 Ny. R di pabrik kripik singkong tempat responden bekerja.
Sedangkan responden 3 Ny. M dilakukan di rumah orang tuanya.
Penelitian berlangsung sejak tanggal 02 juni 2014 sampai dengan
tanggal 15 juni 2014.
43
4.1.3 Gambaran Umum Responden
1. Responden 1
Identitas Responden :
Nama : Ny. R
Umur : 31 tahun
Pendidikan : SLTP
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Pabrik Makanan
Alamat : Dusun Gamol, RW 06, RT 03, Kel. Kecandran-
Sidomukti, Salatiga.
Responden 1 (Ny. R) adalah buruh di sebuah pabrik kripik
singkong milik kakak dari suaminya (kakak ipar), Ny. R memiliki
anak 1 orang yang berumur 9 tahun, sebelumnya Ny. R bekerja
sebagai cleaning service di sebuah Rumah Sakit di Salatiga dan
berhenti bekerja ketika kakak iparnya kekurangan tenaga kerja di
pabriknya.
Saat ditemui Ny. R pada hari Senin, tanggal 09 juni 2014,
Ny. R sedang mengupas singkong di pabrik kakak iparnya. Ny. R
mengatakan tidak keberatan jika wawancaraa dilakukan di pabrik,
karena Ny. R hanya mengupas singkong saja. Kakak ipar atau
pemilik pabrik tersebut juga mengatakan tidak keberatan karena
mereka bekerja santai saja.
44
Saat wawancaraa kami duduk di pabrik, Ny. R menggunakan
pakaian rumah, Ny. R adalah responden yang terbuka dan tidak
merasa keberatan atau curiga terhadap kedatangan peneliti.
Sehingga saat ditemui pada tanggal 09 juni 2014 Ny. R langsung
bersedia untuk diwawancarai.
2. Responden 2
Identitas responden :
Nama : Ny. F
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Dan Buruh Pabrik Makanan
Alamat : Dusun Gamol, RW 06, RT 06, Kel. Kecandran-
Sidomukti, Salatiga.
Responden 2 (Ny. F) adalah seorang ibu rumah tangga dan
buruh, mempunyai 1 orang anak. Sebelum melahirkan Ny. F bekerja
di sebuah pabrik makanan dan berhenti ketika Ny. F melahirkan
anak pertamanya, saat ini anaknya berusia 2,5 bulan. Peneliti
bertemu dengan Ny. F pada hari selasa tanggal 10 juni 2014 di
rumahnya, saat ditemui Ny. F sedang menggendong anaknya dan
menemani suaminya yang sedang mengayak pasir di depan rumah.
45
Ny. F sangat terbuka dan mau menceritakan atau menjawab
semua pertanyaaan dari peneliti dan Ny. F bercerita apa saja
berhubungan dengan KB Suntik.
3. Responden 3
Identitas responden :
Nama : Ny. M
Umur : 36 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Dusun Gamol, RW 06, RT 01, Kel. Kecandran-
Sidomukti, Salatiga.
Responden 3 adalah Ny. M. Ny. M berpendidikan SD,
dengan pendidikan SD membuat Ny. M kesulitan mendapatkan
pekerjaan, suami Ny. M adalah tukang kayu di sebuah perusahaan
kayu di kampung. Perkerjaan Ny. M adalah seorang ibu rumah
tangga, jika siang hari saat orang tua dari Ny. M keluar
meninggalkan rumah untuk bekerja, Ny. M selalu dimintai tolong
oleh orang tuanya untuk menjaga rumah. Saat menjaga rumah
Ny. M tidak digaji. Ny. M hanya membantu orang tuanya yang juga
adalah buruh. Keseharian Ny. M hanya mengurus anak-anak dan
46
rumah tangga mereka, Ny. M mempunyai 3 orang anak, namun
anak yang ke 2 meninggal sejak berumur 3 tahun.
Saat peneliti melakukan wawancara pada tanggal 10 juni
2014, Ny. M sedang berada di rumah orang tuanya untuk menjaga
rumah, sehingga kami melakukan wawancaraa di rumah orang tua
Ny. M. saat wawancara Ny. M sedang menggendong anaknya.
Ny. M sangat terbuka dan menerima kedatangan peneliti tanpa
mencurigai kedatangan peneliti. Ny. M bersedia di wawancarai oleh
peneliti dengan sukarela atau tanpa paksaan dan keraguan, saat
ditanya Ny. M langsung menceritakan semua proses Ny. M memilih
untuk mengikuti KB.
47
4. Responden 4
Identitas responden:
Nama : Ny. S
Umur : 33 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Dusun Gamol, RW 06, RT 02, Kel. Kecandran-
Sidomukti, Salatiga.
Responden 4 adalah Ny. S, pendidikan terakhir Ny. S adalah
SD, dengan pendidikan yang rendah membuat Ny. S kesulitan
mendapatkan pekerjaan yang menetap atau yang layak, sehingga
beberapa tahun yang lalu Ny. S terpaksa harus mengadukan
nasibnya ke Malaysia untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW).
Keseharian Ny. S saat sekarang adalah sebagai ibu rumah
tangga. Saat peneliti berkunjung ke rumah Ny. S pada tanggal 11
juni 2014 Ny. S sedang mencuci pakaian. Ny. S tidak keberatan saat
di wawancarai, dan tidak merasa mengganggu pekerjaannya, Ny. S
mengatakan ibu rumah tangga mempunyai pekerjaan yang santai
sehinga tidak perlu terburu-buru, kami berbincang-bincang di ruang
tamu rumah Ny. S.
48
5. Responden 5
Identitas responden:
Nama : Ny. S
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SLTP
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Dusun Gamol, RW 06, RT 02, Kel. Kecandran-
Sidomukti, Salatiga.
Responden 5 adalah Ny. S seorang ibu rumah tangga,
pendidikan terakhir Ny. S adalah SLTP. Enam tahun yang lalu Ny. S
pernah menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia.
Saat peneliti berkunjung ke rumah responden, responden
kelihatannya mencurigai kedatangan peneliti, saat peneliti
menjelaskan maksud dari kedatangan peneliti responden sempat
keberatan karena responden pernah mempunyai pengalaman yang
membuat responden merasa tidak nyaman pada peneliti
sebelumnya. Akan tetapi setelah peneliti menjelaskan maksud
penelitian yang dilakukan peneliti, responden bersedia menjadi
responden dan selama wawancaraa responden sangat terbuka dan
mau menceritakan semua pengalaman yang di alami di keluarga
Ny. S yang merupakan alasan Ny. S memilih KB suntik.
49
6. Responden 6
Identitas responden:
Nama : Ny. K
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Dusun Gamol, RW 06, RT 05, Kel. Kecandran-
Sidomukti, Salatiga.
Responden 6 adalah Ny. K seorang ibu rumah tangga dan
buruh pabrik makanan, Ny. S adalah adik ipar dari Ny. F responden
2. Ny. K merupakan ibu rumah tangga yang mempunyai 1 orang
anak. Anak Ny. K berumur 2,5 tahun. Ny. K mempunyai karakter
yang sedikit pendiam. Ny. K sering di dalam rumah jika tidak ada
pekerjaan yang mengharuskannya keluar rumah. Saat wawancara
Ny. K selalu menekankan bahwa ia kurang tahu akan KB, sehingga
ia hanya mengikuti saran yang diberikan bidan atau tenaga
kesehatan yang menanganinya. Saat peneliti mendatangi rumah
Ny. K pada tanggal 12 Ny. K sedang di dalam rumah dan bermain
bersama anaknya.
50
7. Responden 7
Identitas responden:
Nama : Ny. R
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Dusun Gamol, RW 06, RT 01, Kel. Kecandran-
Sidomukti, Salatiga.
Responden 7 adalah Ny. R. pendidikan terakhir Ny. R adalah
SD, pekerjaan ibu rumah tangga. Ny. R masih tinggal bersama ibu
mertuanya. Suami Ny. R adalah buruh sehingga mereka belum
mampu membuat rumah sendiri. Ny. R tinggal bersama ibu mertua
dan adik iparnya Ny. Iy yang juga merupakan responden peneliti.
Saat peneliti melakukan wawancara pada tanggal 13 juni 2014,
Ny. R sedang membantu ibu mertuanya memasak.
51
8. Responden 8
Identitas responden:
Nama : Ny. IY
Umur : 20 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Dusun Gamol, RW 06, RT 01, Kel. Kecandran-
Sidomukti, Salatiga.
Responden 8 adalah Ny. Iy. pendidikan terakhir Ny. Iy adalah
SD, pekerjaan ibu rumah tangga. Ny. Iy masih tinggal bersama ibu
mertua dan adik iparnya Ny. K yang juga merupakan reponden
peneliti. Suami Ny. Iy adalah buruh sebelum melahirkan Ny. Iy juga
merupakan buruh di sebuah pabrik makanan. Kondisi ekonomi dan
pekerjaan Ny. Iy, membuat mereka belum mampu memiliki rumah
sendiri.
Saat peneliti melakukan wawancara pada tanggal 14 juni
2014, Ny. Iy sedang membantu ibu mertuanya dan adik iparnya
memasak, Ny. Iy sangat menerima kehadiran peneliti dan mau
menceritakan apa saja yang ditanyakan peneliti.
52
9. Responden 9
Identitas responden:
Nama : Ny. k
Umur : 34 tahun
Pendidikan : SLTP
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Dusun Gamol, RW 06, RT 03, Kel. Kecandran-
Sidomukti, Salatiga.
Responden 9 adalah Ny. K seorang ibu rumah tangga,
tingkat pendidikan terakhir Ny. K adalah SLTP. Selain menjadi ibu
rumah tangga Ny. K juga menjual hasil perkebunan ubi-ubian di
pabrik makanan.
Saat peneliti mendatangi rumah Ny. K, Ny. K sedang
bersama keluarga dan anaknya. Ny. K merupakan ibu rumah tangga
yang juga mempunyai pergaulan yang cukup luas. Ny. K mempunyai
kehidupan yang sangat menghargai keluarganya sehingga untuk
menceritakan pengalamannya selama menggunakan KB terhadap
suaminyapun Ny. K merasa sangat canggung. Keluarga Ny. K
beranggapan dalam masalah pemilihan KB adalah masalah sepeleh
yang tidak membutuhkan masukan dari suami atau orang tua.
53
4.2 Analisa Data di Tinjau dari Hasil Wawancaraa
Setelah peneliti selesai mengumpulkan data dan merasa data yang
dicari telah terkumpul semua, peneliti mulai melakukan analisa data
dengan tehnik yang telah dirancang:
4.2.1 Responden 1
4.2.1.1 Faktor Pengetahuan
4.2.1.1.1 Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Responden 1 awalnya tidak mengetahui KB apa yang
cocok untuknya, sehingga awalnya responden 1 memilih
untuk menggunakan kontrasepsi Implant, saat
menggunakan kontrasepsi Implant responden
mengalami menstruasi yang terus-menerus, setelah tiga
tahun dan Implant dicabut, responden mencoba
kontrasepsi yang lain yaitu kontrasepsi Suntik 3 bulan
sekali selama 6 tahun.
“(Lampiran Verbatim, R1, 28, 31-35)”
4.2.1.2 Hubungan Sosial
Selama menggunakan kontrasepsi Implant, responden tidak
memahami efek samping yang dialaminya sehingga
responden lebih memilih untuk bercerita pada teman kerja.
“(Lampiran Verbatim R1, 46-48)”
54
Selama bekerja menjadi cleaning service disebuah Rumah
Sakit responden 2 sering menceritakan pada teman-teman
responden apa yang dialami responden selama
menggunakan kontrasepsi Implant.
“(Lampiran Verbatim R1, 51-53)”
4.2.2 Responden 2
4.2.2.1 Faktor Pengetahuan
4.2.2.2 Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Responden 2 awalnya menggunakan KB Pil, namum
responden merasa takut mengalami kegagalan karena Pil
merupakan obat yang harus dikonsumsi setiap hari,
responden 2 juga mengatakan malas kalau harus minum
obat setiap hari.
“(Lampiran Verbatim R2, 14-17)”
Pendidikan terakhir responden 2 adalah SMA, secara
jenjang pendidikan responden 2 mempunyai status
pendidikan menengah atas, akan tetapi dalam pengambilan
keputusan responden 2 tidak berani karena takut,
responden 2 lebih melihat pengalaman yang dialami teman-
temannya yang menggunakan kontrasepsi jangka panjang
seperti Implant, IUD yang mengalami kegagalan, seperti
infeksi dan lain-lain.
55
“(Lampiran Verbatim R2, 40-45)”
4.2.2.3 Sumber Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari
berbagai macam sumber, responden 2 awalnya
mengetahui KB Suntik atas saran dari bidan yang
menolong responden, dalam hal ini bidan merupakan
sumber informasi responden, walupun awalnya
responden tidak ingin menggunakan KB dulu, tetapi atas
saran dari bidan, responden memutuskan untuk
menggunakan KB suntik 3 bulan yang juga atas ijin suami
responden.
“(Lampiran Verbatim R2, 40-43)”
4.2.2.4 Status Wanita
Status wanita mempengaruhi responden dalam mempunyai
kesempatan memperoleh pilihan KB dan memutuskan KB
apa yang hendak ia gunakan, responden 2 awalnya ingin
menggunakan KB Susuk namun tidak diijinkan suami.
“(Lampiran Verbatim R2,44-45, 96-100)”
56
4.2.3 Responden 3
4.2.3.1 Faktor Pengetahuan
4.2.3.1.1 Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Sebelumnya responden menggunakan KB Implant
namun merasa sakit karena ditusuk jarum sehingga
responden memilih untuk beralih ke kontrasepsi suntik.
“(Lampiran Verbatim R3, 19-21)”
Sebelum menggunakan KB suntik responden pernah
menggunakan KB Implant selama 5 tahun, selama
menggunakan KB Implant responden sering merasa
sakit dibagian lengan, setelah KB Implant dicabut
responden memutuskan untuk mengganti jenis KBnya
dengan KB Suntik yang menurut responden lebih
mudah dan mudah diingat-ingat.
“(Lampiran Verbatim R4, 24-25)”
Pengalaman seseorang dapat membantunya dalam
menentukan sesuatu, dengan pengalaman
menggunakan jenis KB Implant sebelumnya membuat
responden 3 merasa bahwa KB suntik merupakan KB
yang mudah.
“(Lampiran Verbatim R3, 48-49)
Saat memutuskan akan mengganti jenis KB, responden
3 memilih berdasarkan pertimbangan atas
57
pengalamannya, pengalaman sakit dan biaya yang
dikeluarkan saat menggunakan KB Implant membuat
responden 3 mempertimbangkan lebih lagi saat memilih
untuk mengganti jenis KB yang ia gunakan.
“(Lampiran Verbatim R3 51-55)”
4.2.3.2 Ekonomi
Responden 3 lebih memilih Kontrasepsi suntik, selain
ketakutan akan pengalamannya ia merasa KB suntik
merupakan KB yang paling murah dan efektif karena dalam 3
bulan barulah ia akan kembali mendapatkan suntikan lagi.
“(Lampiran Verbatim R3, 63)”
Responde 3 menggunakan KB suntik 3 bulan sekali,
pemilihannya akan KB suntik 3 bulan sekalipun responden
memilihnya atas pertimbangan keuangan, responden lebih
memilih KB suntik yang 3 bulan sekali karena ia hanya
membayar Rp. 20.000,- dalam 3 bulan, sedangkan yang
1 bulan sekali responden harus menyiapkan uang sebesar
Rp. 15. 000,- tiap bulannya. Selain keuangan responden juga
merasa waktunya terlalu dekat.
“(Lampiran Verbatim R3, 27-29)”
58
Dalam setiap penyuntikan responden hanya akan membayar
Rp. 20.000,- dan menurut responden jauh lebih murah yang
walaupun sering.
“(Lampiran Verbatim R3, 34)”
4.2.4 Responden 4
4.2.4.1 Faktor Pengetahuan
4.2.4.1.1 Coba-coba Salah
Responden 4 awalnya menggunakan KB IUD, akan
tetapi selama 2 bulan penggunaan IUD responden 4
merasa sakit-sakit dibagian perut, sehingga responden
4 memutuskan untuk memeriksakan dirinya ke
Puskesmas Mangunsari, setelah diperiksa, responden
4 mengalami infeksi dan atas saran tenaga kesehatan
responden 4 mencabut kembali IUD, untuk sementara
responden 4 menggunakan kondom, setelah 1 bulan
menggunakan kondom, responden 4 memutuskan
untuk mecoba KB Suntik, responden berharap KB
Suntik merupakan KB yang cocok untuknya.
“(Lampiran Verbatim R4, 49-52)
Untuk menentukan KB yang cocok bagi responden 4,
responden 4 tidak keberatan atau takut untuk mencoba
KB apa saja, setelah menggunakan KB IUD dan
59
Kondom responden merasa tidak cocok responden
memutuskan untuk mencoba KB Suntik, akan tetapi
selama 8 bulan penggunaan KB Suntik responden
merasa tidak cocok yaitu responden mengalami
gangguan menstruasi, selama 2 bulan awal
penyuntikan responden mengalami menstruasi yang tak
kunjung henti, memasuki bulan ke 3 dan 4 responden
hanya mengalami flek-flek, hal ini membuat responden
4 merasa tidak nyaman, sehingga responden
mengatakan akan segera mengganti KB, tetapi
responden, mengatakan masih mau mengkonsulkan ke
bidan.
“(Lampiran Verbatim R4, 54-57)”
Responden 4 berpendapat bahwa dalam memutuskan
penggunaan KB kita tidak akan tahu KB apa yang
cocok dengan kita jika kita tidak berani mencoba, awal
penggunaan rasa takut pasti akan selalu ada, akan
tetapi suatu hal yang baik tidak akan mencelakakan
kita.
“(Lampiran Verbatim R4, 46-47)”
60
4.2.4.1.2 Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Sebelum mengunakan kontrasepsi suntik responden 4
mengunakan IUD, namun mengalami iritasi dan tidak
nyaman selama mengunakan kontrasepsi tersebut,
setelah IUD dicabut responden, menggunakan kondom
dalam 1 bulan, namun menurut responden sangatlah
ribet menggunakan kondom, sehingga responden
memutuskan mencoba KB Suntik.
“(Lampiran Verbatim R4, 6-10)”
4.2.4.1.3 Sumber Pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai macam
sumber, diantaranya pengetahuan yang didapat dari
bidan yang menolong responden, hal tersebut bidan
merupakan sumber informasi responden, karena
menggunakan atas dasar saran bidan yang menolong
sehingga responden menuruti anjuran bidan dan atas
ijin suami responden.
“(Lampiran Verbatim R4, 20-24)”
Sumber informasi (bidan) sangat mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan, dengan keluhan yang dialami
responden 4 akan tetap mendengarkan saran
bidannya.
“(Lampiran Verbatim R4, 22-24)
61
4.2.5 Responde 5
4.2.5.1 Pengetahuan
4.2.5.1.1 Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Awalnya responden 5 menggunakan KB Pil, tetapi
responden mengatakan takut jika suatu saat responden
kelupaan minum.
“(Lampiran Verbatim R5, 45-47)”
Responden 5 memperoleh pengetahuan dengan cara
bercermin dengan pengalaman sebelumnnya, karena
sebelumya teman dari responden pernah
menggunakan Implant, berdasarkan cerita teman-
teman responden 5, jarum (silastik) yang tertancap
dilengan akseptor terasa bergerak sehingga membuat
akseptor merasa tidak nyaman.
“(Lampiran Verbatim R5, 14-16)”
Responden mempunyai trauma tersendiri, yaitu ibu
mertua responden 5 pernah mennggunakan IUD dan
meninggal dunia karena terinfeksi kanker serviks, hal ini
yang membuat responden memilih kontrasepsi suntik
yang ia anggap paling sederhana.
“(Lampiran Verbatim R5, 19-21)”
62
Pengalaman pribadi yang dialami oleh mertua
responden 5 membuat responden sangat merasa takut
untuk mencoba KB jangka panjang,
“(Lampiran Verbatim (R6, 24, 43, 57-59)”
4.2.5.1.2 Sumber Pengetahuan
Selama 5 tahun menggunakan KB suntik, responden
merasa pusing saat akan kembali mendapatkan
suntikan, akan tetapi saat responden 5 mengkonsulkan
hal tersebut, bidan yang merupakan sumber informasi
bagi responden mengatakan tidak berbahaya, itu
merupakan efek samping dari KB suntik.
“(Lampiran Verbatim R5, 25-26)”
Responden merasa KB suntik adalah KB yang paling
aman, karena melihat teman-teman disekitar responden
5 mempunyai masing-masing keluhan.
“(Lampiran Verbatim R5, 40-41)”
4.2.5.2 Hubungan Sosial
Pengalaman yang terjadi dilingkungan pada salah satu
teman responden 5 yang menggunakan KB Pil akan tetapi
mengalami kegagalan membuat responden 5 takut memilih
KB yang lain selain KB suntik.
63
“(Lampiran Verbatim R5, 45-47)”
Hubungan sosial banyak memaparkan kita akan pengalaman
orang lain, dengan hal ini dalam pengambilan keputusan
respnden 5 melihat pengalaman yang dialami teman-
temanya yang juga merasakan hal yang sama dengannya
yang dianggap baik-baik saja.
“(Lampiran Verbatim R5 57-59)”
4.2.5.3 Status Wanita
Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan
mereka untuk pengambilan keputusan karena harus
melibatkan orang lain yang diangkap lebih banyak suara,
seperti yang dilakukan responden 5 yang harus melibatkan
suami dan mendengar suami dalam pengambilan keputusan.
”(Lampiran Verbatim R5, 52-54)"
Responden 5 merupakan seorang isteri yang selalu
melibatkan suami dalam pengambilan keputusan, dengan
pengalaman pribadi yang keluarganya alami membuat
responden 5 selalu melibatkan suaminya.
”(Lampiran Verbatim R5, 61-62)”
64
4.2.6 Responden 6
4.2.6.1 Pengetahuan
4.2.6.1.1 Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi merupakan salah satu cara
memperoleh pengetahuan dengan bercermin pada
pengalaman sebelumnya, ini sesuai yang diambil
responden 6 dengan memutuskan untuk tidak
menggambil keputusan yang dianggap merugikan,
responden 6 awalnya minum Pil, saat wawancaraa
responden mengatakan takut kebobolan.
”(Lampiran Verbatim R6, 12-13)”
Responden melihat pengalaman teman-temannya yang
menggunakan susuk tatapi berat badan meningkat dan
sebaliknya, yang mengunakan spiral dapat
menimbulkan infeksi. Pengalaman inilah yang ia
gunakan dalam pengambilan keputusan untuk
menggunakan kontrasepsi suntik.
“(Lampiran Verbatim R6, 45-46)”
4.2.6.1.2 Sumber Pengetahuan
Secara pengetahuan responden 6 mempunyai latar
pendidikan SD yang dianggap sangat minim dalam
pengetahuan, hal inilah yang memaksa ia harus
65
menanyakan informasi dibidan tempat memperoleh
kontrasepsi yang dianggap lebih tahu tentang
kontrasepsi.
“(Lampiran Verbatim R6, 20-21)”
Kurangnya pengetahuan membuat kita merasa baik-
baik saja atas apa yang kita alami, hal yang kita alami
ketika dianggap baik-baik saja orang lain yang
merupakan sumber informasi maka kita akan
mengikutinya.
“(Lampiran Verbatim R6, 25-26, 42-43)”
Sumber informasi akan sangat mempengaruhi kita
dalam mengambil setiap keputusan, setiap keputusan
yang kita ambil selalu sesuai dengan sumber informasi,
sehingga kesulitan atau hal yang kita alami tidak akan
mempengaruhi kita.
“(Lampiran Verbatim R6, 36-37, 42-43, 79-80)”
4.2.6.2 Status Wanita
Status wanita adalah hal yang terkadang masih kontroversi
dalam kehidupan sehari-hari, dibeberapa tempat dalam
pengambilan keputusan wanita mungkin masih selalu
mengikuti anjuran suami, seperti yang dialami responden 6
66
bahwa ia harus mendengarkan anjuran suami walaupun
awalnya responden 6 menginginkan kontrasepsi yang lain.
“(Lampiran Verbatim R6, 51-52)”
Sebelum memilih KB Suntik responden 6 ingin memilih KB
Implant (susuk) namun, reponden 6 harus
mengkonsultasikan hal tersebut ke suaminya.
“(Lampiran Verbatim R6, 69, 71- 78)”
4.2.7 Responde 7
4.2.7.1 Pengetahuan
4.2.7.1.1 Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalam pribadi seseorang dapat digunakan sebagai
salah satu cara memperoleh pengetahuan dengan cara
bercermin dengan pengalaman sebelumnya, responden
7 memilih kontrasepsi suntik berdasarkan pengalaman
dalam meminum obat, responden 7 sangat merasa
takut ketika ia harus minum obat, sehingga ia lebih
memilih kontrasepsi suntik.
“(Lampiran Verbatim R7, 24, 34, 84, 19-20)”
4.2.7.1.2 Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan merupakan hal penting karena
informasi merupakan salah satu faktor dalam
pengambilan keputusan, informasi juga didapat dari
67
berbagai macam sumber, responden 7 mengikuti
anjuran bidan yang menanganinya dalam penggunaan
kontrasepsi yang ia anggap lebih paham dalam
pengambilan kontrasepsi, hal inilah yang membuat ia
harus menggambil keputusan tersebut.
“(Lampiran Verbatim R7,105-106)”
Responden 7 mengkonsultasikan ke bidan tempat ia
suntik tentang gangguan menstruasi yang ia alami,
namum bidan mengatakan tidak menstruasi yang
dialami responden merupakan hal yang biasa dalam
penyuntikan KB suntik 3 bulan.
“(Lampiran Verbatim R7, 72-73, 70)”
Sumber informasi (bidan) sangat mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan, dengan keluhan yang dialami
responden 4 akan tetap mendengarkan saran
bidannya.
“(Lampiran Verbatim R7, 70, 75-78)”
4.2.7.2 Hubungan Sosial
Manusia merupakan mahluk sosial yang dapat berinteraksi
kepada sesama, individu yang berinteraksi secara kontinyu
akan lebih banyak memperoleh informasi dan sebaliknya,
responden 7, ia memaksakan dirinya harus mengambil
68
kontrsasepsi suntik walaupun takut disuntik karena
berdasarkan informasi dari akseptor kontrasepsi lain yang
memakai kontrasepsi selain suntik dan mengalami hal yang
tidak diinginkan.
“(Lampiran Verbatim R7, 26-27)”
4.2.8 Responden 8
4.2.8.1 Faktor Pengetahuan
4.2.8.1.1 Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Responden awalnya memilih KB Suntik karena
sebelumnya responden 8 mempunyai pengalaman
dengan KB Spiral, awalnya responden 8 menggunakan
KB Spiral, namum responden 8 tidak cocok ia terus
mengalami pendarahan sehingga responden
memutuskan untuk mengganti KB yang ia gunakan,
“(Lampiran Verbatim R8, 12, 14-15)”
4.2.8.1.2 Sumber Pengetahuan
Responden 8 adalah ibu rumah tangga yang
mempunyai status pendidikan SD, dengan status
pendidikan yang rendah responden 8 mempunyai
pengalaman dan pengetahuan yang terbatas, sehingga
dalam pengambilan keputusan responden mengikuti
saran dari pemberi informasi.
69
“(Lampiran Verbatim R8, 89-93)”
Pengalaman di lingkungan mempengaruhi pengetahuan
responden, sumber pengetahuan yang dilihat di lingkungan
membuat responden merasa bahwa apa yang dialaminya
baik-baik saja.
“(Lampiran Verbatim R8, 89-93)”
Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai macam
sumber, diantaranya pengetahuan yang didapat dari bidan
yang menolong responden 8, hal tersebut bidan
merupakan sumber informasi responden yang
menganjurkan menggunakan kontrsepsi suntik.
Sebelum menggunakan KB suntik responden
menggunakan KB Spiral, selama menggunakan KB spiral
reponden merasa tidak nyaman, berat badan responden 8
makin menurun dan mengalami menstruasi yang tak
kunjung berhenti, sehingga reponden mengkonsulkan hal
tersebut ke bidan, bidan menyarankan agar responden 8
mengganti KBnya dengan jenis KB suntik,
“(Lampiran Verbatim R8, 20)”
Responden 8 merasa tidak takut lagi setelah mendapatkan
informasi dari sumber informasinya (bidan).
“(Lampiran Verbatim R8, 44-46)
70
4.2.8.2 Status Wanita
Status wanita sangat mempengaruhi kemampuan karena
meganggap dirinya tidak bisa sendiri dalam mengambil
keputusan, hal itu pula yang dialami responden 8 bahwa dalam
pemakaian kontrasepsi selain kemauan sendiri juga kemauan
suami.
“(Lampiran Verbatim R8, 47-48, 52)”
4.2.9 Responden 9
4.2.9.1 Pengetahuan
4.2.9.1.1 Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Responden 9 awalnya menjalankan ASI Ekslusif dan
menggunakan obat tradisional, setelah 7 bulan
responden memutuskan menggunakan KB suntik.
“(Lampiran Verbatim R9, 24-29)”
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat
diperoleh dari lingkungan dan ia menganggap
membahayakan, responden 9 menggunakan kontrasepsi
suntik hanya beralasankan takut kalau menggunakan
kontrasepsi yang lain, responden juga melihat teman-
temannya yang menggunakan KB suntik dan tidak
mengalami masalah, sehingga menurut pendapat
responden KB suntik merupakan pilihan yang aman.
71
“(Lampiran Verbatim R9, 53-36)”
4.2.9.2 Hubungan Sosial
Berinteraksi kepada sesama merupakan hal yang biasa dan
secara tidak sengaja memperoleh informasi, hal tersebut yang
responden terapkan dalam pemilihan kontrasepsi suntik karena
responden mengikuti teman-temannya.
“(Lampiran Verbatim R9, 58-61)”
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu dapat
terpapar informasi yang mungkin dapat mempengaruhi cara
berpikir dan tentunya mempengaruhi responden dalam
mengambil keputusan.
“(Lampiran Verbatim R9, 64-67)”
Responden 9 merasa tidak takut lagi, setelah mendapatkan
informasi dari sumber informasinya (dokter).
“(Lampiran Verbatim R9, 42-43)”
72
Tabel Kategori “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur dalam Pemilihan KB Suntik”
Responden
Faktor-faktor yang mempengaruhi WUS dalam pemilihan KB suntik
Pengetahuan
Ekonomi Hubungan
sosial Status wanita
Cara kuno
Sumber pengetahuan Coba-coba
salah
Berdasarkan pengalaman
pribadi
R1
Ѵ
Ѵ
R2
Ѵ Ѵ
Ѵ
R3
Ѵ
Ѵ
R4 Ѵ Ѵ
Ѵ
R5
Ѵ Ѵ
Ѵ Ѵ
R6
Ѵ Ѵ
Ѵ
R7
Ѵ Ѵ
Ѵ
R8
Ѵ √
√
R9
Ѵ
√
73
Keterangan:
R1: Responden 1
R2: Responden 2
R3: Responden 3
R4: Responden 4
R5: Responden 5
R6: Responden 6
R7: Responden 7
R8: Responden 8
R9: Responden 9
74
4.4 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan member check, dalam menguji
keabsahan data yang peneliti lakukan adalah setelah hasil wawancara
yang peneliti dapatkan dari lapangan peneliti mengubahnya dalam
bentuk verbatim yang kemudian dianalisa dengan tahap reduksi data
atau merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dengan dibantu oleh
komputer dalam pengkodean, setelah peneliti menyimpulkan hasil
wawancara tersebut, peneliti memberikan hasil tersebut kepada
responden untuk dicheck atau dibaca kembali untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan
oleh responden. Dalam melakukan member check sejak tanggal 18 juni
2014 sampai tanggal 26 juni 2014, tidak ada data yang berbeda atau
data yang disajikan peneliti dalam bentuk verbatim sesuai dengan data
yang diperoleh dari responden, kesembilan responden dalam penelitian
ini menyetujui data yang disajikan oleh peneliti, maka data hasil yang
peneliti peroleh adalah valid. Sehingga data tersebut dapat dianalisa
lebih jauh dan dikelompokan berdasarkan tema yang kemudian peneliti
dapat menarik kesimpulan dari data tersebut.
75
4.5 Pembahasan
Keluarga Berencana merupakan suatu upaya pengaturan kelahiran
dalam rangka mewujudkan hak-hak pasangan untuk menentukan kapan
akan melahirkan, berapa jumlah anak, jarak anak yang akan dilahirkan,
dan memilih upaya untuk mewujudkan hak-hak tersebut dengan
sasaran pasangan usia subur (suami dan isteri), calon pasangan dan
masyarakat umum (BkkbN Jateng, 2013). Menurut UU No. 10 Tahun
1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, dengan teori tersebut
menunjukkan betapa besar usaha pemerintah dalam mensukseskan
program Keluarga Berencana, akan tetapi perlu kita perhatikan upaya
yang diambil pasangan usia subur dalam pemilihan jenis Kontrasepsi.
Belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar 100%
sempurna, maka ada 2 hal yang sangat penting yang ingin diketahui
oleh pasangan calon akseptor yaitu; keektifitasan dan keamanan, hal ini
yang akan selalu menjadi pertanyaan utama pasangan calon akseptor
kepada tenaga kesehatan (Hartanto 2012). Seperti halnya bahwa
semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka semua kontrasepsi
juga menimbulkan resiko pada pemakaian, yaitu yang pertama; resiko
yang berhubungan dengan metode itu sendiri, seperti; hospitalisasi,
76
kematian, infeksi dan lain-lain. yang kedua adanya resiko yang potensial
dalam bentuk ketidaknyamanan, misalnya senggama menjadi
kurang/tidak menyenangkan, gangguan berat badan, gangguan
menstruasi, biaya yang tinggi dan lain-lain.
Pemilihan suatu metode kontrasepsi merupakan suatu dilema besar
bagi kaum perempuan, setiap kaum perempuan tentunya menginginkan
metode kontrasepsi yang efektif, tetapi setiap kaum perempuan
tentunya tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait dengan metode
kontrasepsi. KB merupakan suatu metode yang membutuhkan
kedisiplinan dari pengguna, di mana masyarakat harus secara teratur
dan disiplin untuk menjalankan aturan dari program tersebut sesuai
dengan metode KB yang digunakan, sehingga dalam pemilihan metode
KB ada beberapa faktor yang mendasari responden.
Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal dan mengerti.
Pengetahuan merupakan kemampuan untuk membentuk model mental
yang menggambarkan objek dengan tepat dan mempresentasikannya
dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu objek. Dari berbagai macam
cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
sepanjang sejarah dapat dikelompokan menjadi dua yakni cara
tradisional (cara kuno) atau non ilmiah dan sumber pengetahuan lain
yang kebenaran pengetahuannya berdasarkan hasil penelitian, sumber
informasih yang dapat dipercaya. Cara tradisional atau cara kuno
77
adalah cara yang memperoleh kebenaran pengetahuan tanpa melalui
penelitian, cara-cara penemuan pengetahuan anatar lain; coba-coba
salah (Trial and Error), secara kebetulan, cara kekuasaan atau otoritas,
dan berdasarkan pengalaman pribadi.
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persolannya dari
mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan itu di
dapat, dari sinilah timbul pertanyaan bagaimana caranya kita
memperoleh pengetahuan? Atau dari mana sumber pengetahuan itu?
Pengetahuan yang ada diperoleh dengan menggunakan alat yang
merupakan sumber pengetahuan itu sendiri.
Sumber pengetahuan seseorang biasanya juga diperoleh dari
berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik,
buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan
sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
Tinggi rendahnya keadaan ekonomi penduduk di Indonesia akan
mempengaruhi kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program
KB tidak terlepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat
dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan
dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatu negara akan
lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan
78
dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin (Handayani,
2010).
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi,
sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media.
Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan
mereka memperoleh dan mempergunakan berbagai metode
kontrasepsi. Pengambilan keputusan juga didasarkan pada status
wanita (sosial) dimana suami sebagai kepala keluarga selalu menjadi
pihak yang dominan atau utama dalam pengambilan keputusan
bersama. Seperti halnya di daerah timur dimana wanita harus
melibatkan suami dalam mengambil keputusan, suami merupakan
kepala keluarga yang dihargai dan harus diikutsertakan dalam
pengambilan keputusan. Juga di daerah yang wanitanya lebih dihargai,
mungkin hanya dapat sedikit pembatasan dalam memperoleh berbagai
metode, misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan suami
sebelum layanan KB dapat diperoleh (Handayani 2010).
Salatiga merupakan daerah yang mempunyai jumlah pengguna
metode kontrasepsi Non Jangka Panjang paling banyak dari pada
metode kontrsepsi Jangka Panjang, yaitu; IUD 3.219 akseptor,
79
MOW,1.409 akseptor, MOP, 244 akseptor, Kondom 972 akseptor,
Implant 3,107 akseptor, Suntik 9,657 akseptor, dan Pil 4. 340 akseptor,
dari data tersebut terlihat bahwa akseptor terbanyak adalah KB suntik.
Dalam penelitian, peneliti menemukan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi Wanita Usia Subur dalam pemilihan KB Suntik, seperti
faktor-faktor pengetahuan, (coba-coba salah dan berdasarkan
pengalaman sendiri dan sumber pengetahuan lain), faktor ekonomi,
hubungan sosial, dan status wanita.
Cara memperoleh pengetahuanpun berbeda-beda, yaitu;
4.5.1 Coba-coba salah
Berdasarkan hasil wawancara responden 4 pemilihan KB Suntik
berdasarakan coba-coba salah, menurut responden dalam
memilih KB apa yang cocok untuk kita bukan merupakan hal yang
mudah sehingga kita membutuhkan keberanian untuk mencoba
jenis-jenis KB yang ada, responden 4 sudah mencoba 3 jenis KB
yaitu, Spiral, Kondom dan Suntik, saat wawancara responden
mengatakan selama menggunakan KB Suntik ini reponden
mengalami gangguan menstruasi, namun responden masih
bertahan untuk beberapa waktu, jika setelah penyuntikan yang
berikutnya responden masih mengalami gangguan menstruasi
maka responden akan mencoba metode KB yang lain, hal
tersebut sesuai dengan teori (Wawan & Dewi, 2010). Dikutip dari
Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa cara coba salah
80
tersebut dilakukan hanya mengandalkan kemungkinan atau
dilakukan dengan mencoba-coba. Cara-coba salah (trial and
error) adalah cara yang dipakai manusia sebelum adanya
kebudayaan bahkan sampai saat ini masih dipakai bagi mereka
yang belum mengenal cara-cara untuk menyelesaikan suatu
masalah, Untuk memecahkan sebuah persoalan atau masalah
metode ini menggunakan beberapa kemungkinan, dan jika
kemungkinan tersebut tidak menyelesaikan masalah maka akan
dicoba dengan kemungkinan-kemungkinan selanjutnya dan
begitu seterusnya sampai masalah tersebut dapat teratasi atau
terpecahkan.
4.5.2 Berdasarkan Pengalaman Sendiri
Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia sehari-harinya. Pengalaman juga sangat
berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat
diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi
pedoman serta pembelajaran manusia. Pengalaman kesembilan
responden peneliti dalam ber-KB merupakan hal yang tidak
terlupakan, pengalaman kesembilan responden menjadi dasar
dalam pengambilan keputusan dalam mengganti KB yang
sebelumnya ke KB Suntik.
4.5.3 Sumber Pengetahuan
81
Pengetahuan merupakan hal yang selalu diperlukan dalam
membuat suatu keputusan dan merupakan patokan ketika harus
malakukan hal yang kerjakan atau dilakukan. Sumber
pengetahuan dapat diperoleh dari beberapa sumber baik formal
maupun non formal. Susuai hasil wawancara yang peneliti dapat
bahwa dari 6 orang responden memperoleh pengetahuan hanya
dari bidan tempat memperoleh KB, hal inilah yang membuat
responden 2, 4, 5, 6, 7, dan 8. Menjadikan sumber informasih
yang mereka anggap lebih paham tentang KB suntik karena bidan
merupakan konsoler yang memiliki pengetahuan tentang alat
kontrasepsi yang berkaitan dengan pengunaannya. Sesuai
dengan pendapat Notoatmodjo (2012) bahwa sumber
pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai macam sumber
diantaranya media massa, buku petunjuk, petugas kesehatan,
media poster, kerabat dekat, dan sebagainya.
4.5.4 Ekonomi
Dalam menentukan suatu metode yang akan kita gunakan
tentunya tidak lari dari suatu keadaan ekonomi seseorang, tinggi
rendahnya keadaan ekonomi penduduk berkaitan erat dengan
kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan,
(Handayani, 2010). Hal tersebut berkaitan dengan responden 3
yang menggunakan KB suntik 3 bulan sekali, pemilihannya akan
KB suntik 3 bulan sekali responden memilihnya atas
82
pertimbangan keuangan, responden lebih memilih KB suntik yang
3 bulan sekali karena ia hanya membayar Rp 20.000 dalam 3
bulan, sedangkan yang 1 bulan sekali responden harus
menyiapkan uang sebesar Rp 15.000 tiap bulannya, dan jika ia
menggunakan KB Susuk maka ia harus menyiapkan uang
sebesar Rp. 300.000 dan saat mencabut silastik responden harus
menyiapkan setidaknya Rp. 50.000,-, Selain keuangan responden
juga merasa waktunya terlalu dekat.
4.5.5 Hubungan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang
dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar
informasih, sementara faktor hubungan sosial juga
mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk
menerima pesan menurut model komunikasi, misalnya dengan
bekerja seorang wanita yang sudah menikah akan mempunyai
dua lingkungan yaitu dalam keluarga dan lingkungan di lapangan
pekerjaan, sehingga mempengaruhi dia dalam memilih alat
kontrasepsi. Hubungan sosial banyak memaparkan kita akan
pengalaman orang lain yang mempengaruhi kita dalam
pengambilan keputusan.
Hubungan antara alat kontrasepsi yang diminati di
lingkungan dengan KB suntik bagi responden dapat diambil
83
kesimpulan bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam
menentukan sikap seseorang. Menurut Blum 1974, secara garis
besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,
kelompok atau masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan, hereditas atau keturunan. Berdasarkan urutan
terbesar pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu lingkungan.
Begitu pula pada penelitian ini keputusan responden 1, 5, 7 dan
responden 9 dalam menentukan pilihan kontrasepsi dipengaruhi
oleh teman-teman di lingkungan masihng-masing.
4.5.6 Status Wanita
Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan
mereka memperoleh dan mempergunakan berbagai metode
kontrasepsi. Pengambilan keputusan juga didasarkan pada status
wanita (sosial) dimana suami sebagai kepala keluarga selalu
menjadi pihak yang dominan atau utama dalam pengambilan
keputusan bersama. Seperti halnya di daerah timur wanita harus
melibatkan suami dalam mengambil keputusan, suami
merupakan kepala keluarga yang dihargai dan harus
diikutsertakan dalam pengambilan keputusan, misalnya peraturan
yang mengharuskan persetujuan suami sebelum layanan KB
dapat diperoleh (Handayani 2010).
Teori Handayani (2010), menggambarkan hasil wawancara
yang peneliti peroleh pada responden 2, 5, 6, dan 8. Dalam
84
pengambilan keputusan responden 2, 5, dan 6 awalnya ingin
menggunakan KB Susuk, namun ketika didiskusikan dengan
suami, suami dari responden 2, 5, dan 6 mempunyai pemahaman
bahwa KB Susuk merupakan metode KB yang berat resikonya
sehingga suami dari responden menyuruh responden untuk
memilih metode yang dianggap jauh lebih mudah dan efektif.
Selain merasa metode yang diinginkan responden, suami
dari responden 5 juga tidak mengijinkan responden untuk
menggunakan metode susuk berdasarkan pengalaman yang
terjadi pada ibunya. Sedangkan responden 8 sebelum
memutuskan untuk memilih KB Suntik ia mendiskusiskan hal
tersebut dengan suaminya dan suaminya menyetujui jika yang
dipilih adalah metode KB yang mudah dan tidak membahayakan.
Dari pemahaman suami responden membuat responden tidak
mendapatkan keleluasan dalam ber-KB sesuai dengan metode
yang mereka inginkan.