bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 setting...
TRANSCRIPT
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Setting Penelitian
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian
Peta di atas adalah peta kota Provinsi Jawa Tengah,
tepatnya di Kota Salatiga. Lokasi penelitian yang dilaksanakan
peneliti beralamat di jalan raya Salatiga-Kumpulrejo,
35
Argomulyo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah yang terdapat
pada simbol titik hitam pada gambar di atas.
Panti Asuhan Salib Putih Salatiga sendiri adalah suatu panti
dengan status lembaga swasta, dimana dana yang masuk
berasal dari donatur tetap yaitu dari dermawan yang sukarela
memberikan dana dan tidak mengikat. Data anak yang tingal
pada tahun 2016 di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga ini
terdapat 32 anak,dimana terdapat 14 anak perempuan dan 19
anak laki-laki.
Dalam proses pelaksanaan penelitian peneliti tidak
mendapatkan hambatan terkait birokrasi asministratif karena
dari pihak Panti Asuhan sendiri menerima peneliti secara
terbuka untuk melakukan penelitian. Pelaksanaan penelitian
pertama dimulai pada tanggal 28 November 2016 di Panti
Asuhan Salib Putih Salatiga. Saat itu dilakukan pengambilan
informasi mengenai calon partisipan yang akan diambil sebagai
partisipan kepada petugas panti. Di sini peneliti juga
mendapatkan kemudahan dari pihak panti dengan diberikan
informasi data-data riwayat diri anak di panti asuhan tersebut.
Kemudian setelah itu peneliti mulai melakukan observasi
calon partisipan yang akan diwawancarai dan di hari itu juga
peneliti mulai melakukan wawancara pertama kepada
36
partisipan yang telah dipiliih untuk diwawancarai. Dua hari
berikutnya peneliti kembali melakukan wawancara pada
partisipan kedua,perharinya peneliti melakukan satu kali
wawancara, dimana pada tanggal 12 Desember 2016 pukul
17.10 WIB peneliti melakukan wawancara yang ke delapan
atau terakhir. Berikut tabel karakteristik partisipan:
Tabel 4.1
Tabel Partisipan
NO Inisial L/P Tempat Tanggal Lahir Sekolah
1. An.R L Salatiga,19 Mei 2000 SMK N 2
Salatiga
2. An.A L Wonosobo,16 Agustus 2001 SMK N 2
Salatiga
3. An.W P Magelang, 21 Oktober 2000 SMK N 1
Salatiga
4. An.R P Magelang, 16 Februari 2001 SMK N 2
Salatiga
5. An.E L Balikpapan, 18 November
2000
SMA N 3
Salatiga
37
Sesuai yang tertera pada tabel 4.1 peneliti mendapatkan
delapan partisipan sebagai informan yang akan diwawancarai,
dimana terdapat empat partisipan laki-laki dan empat
partisipan perempuan. Tujuh Partisipan berasal dari Jawa
Tengah dan satu partisipan berasal dari luar Jawa Tengah.
Semua partisipan berada dibawah umur 18 tahun sesuai
dengan tema penelitian.
4.2 Analisa Data
Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan oleh peneliti
pada anak-anak di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga, dan
setelah dilakukan proses pereduksian data, peneliti
mendapatkan lima tema peranan panti asuhan dalam
membina kemandirian anak, di antaranya: Memberikan
Edukasi, Membina Hubungan Komunikasi Sosial, Memberikan
Perhatian, Menjadi teladan yang baik, serta Membina
6. An.D P Salatiga, 29 Februari 2000 SMK N 1
Salatiga
7. An.P L Kab Semarang, 19 Maret
2000
SMA N 1
Salatiga
8. An.K P Magelang, 19 Juni 2000 SMK N1
Salatiga
38
Kemandirian anak. Di sini Panti Asuhan turut berperan serta
dalam membina kemandirian anak dalam hal memberikan
edukasi seperti membiayai sekolah anak tersebut, selain itu
mereka juga diberi ketrampilan pendidikan non-formal.
Sementara itu menurut Fasli (2001) menyatakan pendidikan
nonformal harus berani meniru apa yang baik dari apa ang
tumbuh dimasyarakat, strategi itulah yang perlu terus
dikembangkan dan dilaksanakan oleh pendidikan luar sekolah
dalam membantu menyediakan pendidikan bagi anak. Dalam
hal ini perlu disadari bahwa pengembangan anak itu akan
lancar apabila motivasinya telah tumbuh dan memiliki
ketrampilan tertentu yang menopangnya melalui kegiatan
pendidikan agar kelak anak siap hidup mandiri dengan
ketrampilan yang ia miliki.
Ke-dua Membina Hubungan Komunikasi Sosial, Menurut
Soekanto (2006) kontak sosial dan komunikasi merupakan
syarat terjadinya interaksi sosial. Sementara itu menurut Gea
(2002) ciri-ciri kemandirian menyebutkan beberapa hal yaitu
percaya diri, mampu bekerja sendiri, menguasai keahlian dan
memiliki ketrampilan, menghargai waktu dan bertanggung
jawab. Sedangkan Havighurst (1992) menyatakan kemandirian
seseorang meliputi aspek emosi, ekonomi, intelektual dan
sosial. Di sini peneliti menemukan hasil dari wawancara peneliti
39
yang sejalan dengan penelitian dari Robert Havighurst (1992)
yang dimana mengatakan aspek sosial ditunjukkan dengan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain tanpa tergantung
dan menunggu aksi dari orang lain dan memiliki hubungan
yang baik dengan orang lain merupakan ciri-ciri dari orang
mandiri di mana hasil dari wawancara penliti menemukan
bahwa anak-anak yang berada di panti memiliki hubungan
yang baik dan mampu berkomunikasi secara aktif dengan
lingkungan sosialnya.
Ke-tiga Perhatian disini peneliti menemukan peran Panti
Asuhan sebagai pengganti orang tua sangat berperan dalam
membina kemandirian anak, dimana mereka memberikan
perhatian, nasehat, perlindungan, serta kasih sayang. Peneliti
menemukan penelitian ini sejalan dengan pernyataan Menurut
Johnson dan Medinnus dalam (Wiwik Sulistyaningsih, 2008)
yang berpendapat terpenuhinya kebutuhan anak untuk
memperoleh rasa aman juga akan berpengaruh positif
terhadap terbentuknya kepribadian anak khususnya dalam
membentuk kemandirian anak.
Ke-empat peneliti menemukan di sini pengasuh Panti
Asuhan dapat menjadi teladan yang baik bagi anak-anak, hal
ini sejalan dengan pendapat dari Dr. Benjamin Spock dalam
40
(Nayla, 2007) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang
dapat mempengaruhi kemandirian anak, diantaranya yaitu:
a. Rasa percaya diri anak
Rasa percaya diri dibentuk ketika anak diberikan kepercayaan
untuk melakukan suatu hal yang ia mampu kerjakan sendiri.
Rasa percaya diri dapat dibentuk sejak anak masih bayi.
b. Kebiasaan
Salah satu peranan orang tua dalam kehidupan sehari-hari
adalah membentuk kebiasaan. Jikalau anak sudah terbiasa
dimanja dan selalu dilayani, ia akan menjadi anak yang tidak
mandiri dan bergantung pada orang lain.
c. Disiplin
Kemandirian berkaitan erat sekali dengan disiplin. Sebelum
anak dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, ia terlebih dahulu
harus di disiplinkan oleh orang tua.
Hal ini sejalan juga dengan pendapat dari Agus Sujanto
(1997) yang menyatakan pendidik/pembina masuk dalam faktor
eksternal yang mempengaruhi kemandirian seorang anak,
yang dimana pembina/penjaga panti asuhan yang notabene
merupakan pengganti orang tua asuh.
Terakhir Membina Kemandirian anak, Menurut Ariani (2015)
bentuk kegiatan-kegiatan yang diberikan panti asuhan kepada
41
anak asuh merupakan suatu sarana terciptanya upaya
kemandirian untuk mempersiapkan kemandirian anak dalaam
menyongsong masa depan anak tersebut. Dalam membina
kemandirian anak panti asuhan tidak hanya memberikan
pengarahan saja melainkan kegiatan-kegiatan yang menunjang
anak-anak tersebut termotivasi untuk maju dan dapat
menumbuhkan kepercayaan diri dari anak tersebut.
Banyak cara yang dilakukan pengurus panti asuhan dalam
melaksanakan perannya dalam menunjang keberlanjutan
pendidikan anak atau masa depannya yang mana peran
pengurus di panti asuhan adalah sebagai keluarga dan orang
tua asuh bagi anak-anak asuh di panti asuhan.
4.2.1 Alasan
Di sini partisipan mengungkapkan alasan dari
mereka masuk ke panti asuhan dikarenakan
ketidakmampuan orang tua mereka untuk
menyekolahkan mereka lagi, banyak partisipan yang
mengatakan demikian selain dikarenakan orang tua
mereka yang tidak mampu, mereka juga ingin belajar
hidup mandiri dan berharap dapat melanjutkan sekolah
kembali, di sini peranan dari Panti Asuhan Salib Putih ini
dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti kepada
42
partisipan dimana mereka mengatakan bahwa
sekolahnya dibiayai termasuk biaya lain-lain seperti
makan, peralatan mandi ataupun buku pelajaran.
4.2.2 Lima tema peranan panti asuhan dan tahapan
kemandirian
Setelah peneliti melakukan wawancara kepada
partisipan di sini peneliti menemukan empat tema dari
peranan Panti Asuhan Salib Putih Salatiga dalam
membina kemandiran anak diantaranya : Memberikan
Edukasi, Membina Hubungan (komunikasi) Sosial,
Memberikan Perhatian, Menjadi teladan yang baik dan
Membina Kemandirian Anak. Selain itu disini peneliti
menemukan bahwa partisipan sudah mampu untuk
melakukan tahapan-tahapan kemandirian dengan baik,
seperti : Anak mampu mengatur kehidupan dan diri anak
sendiri, misalnya : makan, ke kamar mandi, mencuci,
membersihkan diri, dan menyiapkan kebutuhannya
sendiri secara mandiri. Anak bisa melaksanakan ide-ide
anak sendiri dan menentukan tujuan hidupnya. Anak bisa
mengurus hal-hal yang ada di dalam Panti Asuhan dan
bertanggung jawab terhadap sejumlah pekerjaan
domestik, mengatur bagaimana menyenangkan dan
43
menghibur diri sendiri dalam alur yang diperbolehkan,
dan mengelola uang saku sendiri. Anak bisa mengatur
diri sendiri di luar rumah, misalnya di sekolah,
menyelesaikan tugas dari sekolah, menyiapkan segala
keperluan kehidupan sosial di luar Panti Asuhan.
Dan yang terakhir anak juga mampu berinteraksi
dengan baik terhadap lingkungan di sekitarnya.
4.2.2.1 Memberikan Edukasi
Di sini peneliti menemukan hasil dimana
Panti Asuhan Salib Putih ini ternyata tidak hanya
memberikan edukasi kepada anak-anak di bidang
pendidikan formal saja. Ternyata selain itu anak-
anak juga dilatih atau diberikan pelatihan
pendidikan non-formal seperti les musik,
membuat kerajinan tangan dan juga ada
memasak.
4.2.2.1.1 Pendidikan Non-formal
Berikut dibawah ini kutipan
pernyataan dari 7 partisipan yang
mendapatkan pendidikan non formal:
44
“Disini ya pendidikannya gak cuman di
sekolah kak, kita juga ada pendidikan
buat prakaria, kerajinan tangan gitu kak,
menyulam, sama ada latihan musik
juga. (P1.42)”
“Ya, banyak sih kak di sini sama bapak
penjaga pantinya diajarin selalu ramah
nek menyambut tamu, terus juga belajar
untuk mandiri juga, udah gitu kita juga
ada les musik kak tiap
minggunya.(P2.56)”
“Ya macem-macem kak, yang pertama
pastinya aku bisa lanjut sekolah di sini,
terus nek pendidikan dari bapak
pengasuh nya ya diajarin buat kerajinan
tangan juga, itu hiasan pohon natalnya
kita yang buat lo kak. (P3.47)”
“Ya macam-macam, mas. Contohnya
kita diajarin sopan santun, kalau ada
tamu kita menyambut dan memberi
45
salam, terus Bapak pengasuh juga
memberi kita fasilitas les musik
seminggu sekali.(P5.41)”
“Ya, banyak sih kak macem-macem ya
yang pertama saya bisa sekolah lagi,
terus di luar sekolah kita juga ada
latihan musik, terus buat-buat kerajinan
tangan gitu kak, sambil belajar masak
juga kak hehe.(P6.39)”
“Ya pastinya saya bersyukur bisa
sekolah lagi, karena masih banyak
temen-temenku di desa yang gak bisa
lanjut sekolah, kalau pendidikan selain
sekolah di sini ada latihan musik juga
mas, sama ada pelatihan kerajinan
tangan mas.(P7.45)”
“Ya pendidikannya sih yang pertama
saya seneng bisa sekolah lagi mas,
terus kalau pendidikan selain di sekolah
ya ada kayak latihan musik terus ada
46
juga buat prakaria, menyulam taplak
meja itu mas diajarin sama ibu penjaga
di sini.(P8.44)”
4.2.2.2 Membina Hubungan (komunikasi) Sosial
Hasil dari wawancara peneliti dengan
partisipan, peneliti menemukan hasil dimana
semua partisipan memiliki hubungan yang baik
dengan teman-temannya. Hal ini juga
mempermudah mereka untuk berlatih hidup
mandiri karena mereka dapat berinteraksi dengan
lingkungannya dengan baik.
4.2.2.2.1 Hubungan (komunikasi) Sosial terjalin
dengan baik
Berikut dibawah ini kutipan
pernyataan dari 7 partisipan yang
mengatakan hubungan komunikasi
terjalin baik dengan teman-temannya :
“Baik kok kak, gak pernah ada masalah
ya mereka itu udah tak anggep
keluargaku sendiri.(P2.86)
47
“Ya baik-baik aja kak, gak pernah kok
ada masalah gitu, apalagi aku udah kenal
deket kan sama semua temen-temen
disini.(P3.82)”
“Baik-baik aja ya mas, gak pernah ada
masalah kok.(P4.71)”
“Baik-baik aja kok, mas.Nggak pernah
ada masalah.(P5.67)”
“Baik-baik aja kok kak.(P6.65)”
“Ya, baik-baik aja ya kak.(P7.72)”
“Hubungannya baik-baik aja kok mas,
kalau aku sih gak pernah ada masalah
sama temen-temen yang lain. Temen-
temen disini baik-baik orang nya.(P8.74)”
4.2.2.3 Memberikan Perhatian
Peran Panti Asuhan Salib Putih di sini cukup
besar dimana mereka memberikan perhatian
kepada anak-anak didiknya dimana anak-anak di
48
panti ini diberi perhatian yang cukup agar mereka
dapat berperilaku dengan baik seperti kalau salah
mereka diingatkan, diingatkan untuk rajin belajar,
juga diperhatikan pergaulannya dengan
lingkungan di luar panti.
4.2.2.3.1 Memberikan perhatian pada anak-
anak agar bergaul dan berperilaku
dengan baik
Berikut dibawah ini kutipan
pernyataan partisipan yang mendapatkan
perhatian dalam bergaul dan berperilaku:
“Biasanya Bapak sama Ibu pengasuh
selalu ngingetin kita belajar mas, nggak
boleh males-malesan terus. Pokoknya
perhatian banget. Iya mas, Bapak sama
Ibu pengasuh selalu nasihatin harus bisa
menjaga nama baik sendiri, harus bisa
jaga nama baik panti juga, terus nggak
boleh aneh-aneh, yo yang penting jaga
diri baik-baik gitu mas kalau lagi di luar
panti. Iya selalu mas kalau nasehatin
begitu. Iya mas, Bapak sama Ibu
49
pengasuh sayang sama kita semua disini
.(P1.83.94.108.115)”
“Ya, banyak sih kak misalnya kalau aku
salah contonya lupa nyuci piring diingetin
baik-baik,tiap malem juga bapak
pengasuhnya ngingetin kita untuk belajar,
kadang juga kita dibeliin jajanan ka sama
bapak di sini.Iya kak, bapak ibu bilang
harus pinter-pinter milih temen jangan
sembarangan, kita pun kalau mau main
harus minta izin dulu sama bapakIya kak,
ya diajarin ramah kalau nyambut tamu,
jujur juga, belajar disiplin kayak bangun
pagi tepat waktu gitu. Ya sayang tho kak,
buktinya aku ya betah-betah aja di sini
hehe. (P2.94.109.119.128)”
“Ya, macem-macem kak misalnya kalau
salah ya ditegur baik-baik sama bapak
penjaganya, terus kita semua disini
diajarin untuk belajar mandiri juga, biar ke
depannya kita udah siap untuk hidup
50
sendiri.Iya tho kak, bapak ibu bilang nek
cari temen yang bener-bener dikenal aja,
apalagi kita kan belum bener-bener hapal
sama daerah sini, kita nek mau keluar
juga harus izin dulu juga kak sama ibu-
bapak.Iya tho kak, ya kan bapak sama
ibu pengasuh disini itu udah kayak orang
tua kita sendiri, ya contohnya kita diajarin
untuk sayang sama adek-adek yang
masih kecil di sini terus, peduli sama
temen yang lain misalnya ada yang sakit
gitu ya kita bantu doa bersama, kalau gak
ya dihibur, gitu kak Ya pasti kalau itu kak,
kalau gak sayang paling udah banyak
yang keluar hehe.(P3.91.105.117.133)”
“Biasanya Bapak sama Ibu pengasuh
selalu ngingetin kita untuk rajin belajar
mas, nggak boleh males-malesan,
disuruh belajar hidup berhemat juga mas.
Iya mas, ya harus sih mas kalau gak
diingetin atau gak dibatesin pergaulannya
nanti kita pada mau nya sendiri mas
51
hehe, karena itu kalau mau keluar pun
kita harus izin dulu mas, pulangnya jam
berapa kita pun harus ngasih tau juga.
Iya selalu mas kalau nasehatin
berprilaku baik. Iya mas, ya gak sama
aku aja, bapak sama Ibu pengasuh
sayang kok sama semua anak-anak di
sini. (P4.77.89.103.110)”
“Ya contohnya kalau bikin salah gitu
sama temen mas, Bapak pengasuhnya
dateng nasihatin kita suruh saling minta
maaf. Ngingetin kita buat rajin belajar
terus nggak malas-malasan. Iya mas
kalau soal itu, soalnya kan kita juga harus
menjaga nama baik panti Jadi kalau
bergaul juga harus baik-baik sama
temen-temen diluar panti. Iya mas selalu,
Bapak pengasuh nggak pernah lupa buat
ngingetin kita terus. Soalnya itu juga demi
kebaikan anak-anak di Panti Asuhan
ini.Iya, mas.Ya itu yang tak rasain.
(P5.77.91.102.114)”
52
“Ya macem-macem kak, misalnya kalau
mau maen butuh uang jajan bapak
penjaganya kadang ngasih uang buat kita
jajan, terus kalau ada berkat gitu kak dari
jemaat pasti langsung dikasih ke kita
dulu. Iya kak, kalau itu emang perlu sih
kak, kan itu buat kebaikan kita juga. Iya
kak, sebisa mungkin kan kita juga jaga
nama baik panti nama baik bapak
pengasuh Ya sayang tho kak, mereka
kalau kita sakit aja pasti langsung
ditemenin buat berobat, kadang kalau
ada adek di sini yang sakit bapak juga
nyuapin makannya.(P6.70.84.91.99)”
“Ya macem-macem sih kak, kalau malem
bapak penjaganya ngingetin udah
ngerjain pr belum gitu, kadang juga kita
kalau dingin gitu kak, bapak penjaganya
buatin teh anget buat kita.Iya kak, pasti
itu ya biar gak kenapa-napa juga tho.Iya
kak selalu kalau itu sih.Iya, kak mereka
53
juga ya udah tak anggep kayak bapak-
ibuku sendiri. (P7.77.91.98.105)”
“Perhatian mereka biasanya nggak lupa
negur kita kalau kita buat salah,
mas.Mereka juga baik banget, ngingetin
juga buat tetep rajin belajar biar cita-
citanya tercapai. Iya mas, mereka selalu
bilang kalau kita harus bisa bedain
pergaulan yang baik sama buruk. Ya itu
kan karena mereka juga perhatian sama
kita, biar gak kenapa-napa tho mas. Iya
selalu mas, Soalnya kalau kita berbuat
baik dari sekarang ya kedepannya
bakalan baik juga buat kita sendiri. Yang
saya rasakan sih iya mas, mereka
sayang sama saya kayak anaknya
sendiri. (P8.84.97.109.120)”
4.2.2.4 Menjadi teladan yang baik
Peneliti menemukan hasil bahwa Panti
Asuhan Salib Putih ini berperan juga dalam
mengajarkan keteladanan yang baik kepada
anak-anak didiknya, agar anak-anak disini juga
54
patuh dan disiplin pada peraturan yang ada,
seperti mereka diajarkan untuk bangun pagi, ijin
saat mau keluar dari panti serta mencuci
pakaiannya sendiri.
4.2.2.4.1 Mengajarkan anak-anak untuk patuh
dan disiplin pada peraturan
Berikut dibawah ini kutipan
pernyataan partisipan yangmengatakan
diajarkan untuk disiplin dan patuh pada
peraturan:
“Iya ketat mas, tapi aku sih nggak
merasa terkekang disini.Kalau mau
keluar tetep dibolehin kok mas, tapi ada
batas jamnya juga.Iya mas, selalu itu
tapi ada batas jamnya
juga.(P1.123.132)”
“Kalau mengekang gak sih kak, ya kan
dibuat peraturan juga biar kita belajar
disiplin juga di sini, belajar mandiri juga
iya kayak beres-beres kamar sendiri
nek sore masak sendiri gitu kak. Ya
jelas donk kak, misalnya kita udah
55
dijadwal untuk bangun pagi jam 4 an gtu
terus baca renungan terus beres-beres
tempat tidur masing-masing, kadang
kita yang udah SMP sama SMA gitu kak
kalau gak lagi banyak tugas kita juga
nyuci baju sendiri nek sore kita juga
masak sendiri.(P2.135.147)”
“Kalau mengekang mungkin agak sih
kak ya hehe, tapi kan ya ini dibuat
peraturan juga biar kita belajar disiplin
juga di sini, belajar mandiri juga iya kak.
Iya tho kak, contohnya kita dikasih tau
sama bapak untuk nyuci piring sendiri
setelah makan, terus nyetrika pakaian
sendiri ,ya yang terutama bangun pagi
terus bersih-bersih kamar, kadang kalau
akhir pekan kita juga ada senam pagi
lho kak.(P3.140.150)”
“Iya lumayan ketat mas, tapi aku sih
nggak merasa terkekang disini, udah
56
terbiasa.Kita tetep dibolehin keluar kok
mas, tapi ada batas waktunya juga.
Iya mas, pasti itu.(P4.119.19)”
“Enggak sih mas, karena saya udah
terbiasa ya jadinya saya nggak ngerasa
terkekang.Iya mas, disini banyak yang
bisa dilakuin buat melatih kemandirian
kita. (P5.1291.129)”
“Kalau mengekang gak sih kak, ya
dijalanin aja kan disini juga ada
peraturannya udah tinggal di sini ya
harus nurut tho kak, saya kan tinggal di
sini udah lama jadi ya udah biasa kak.
Ya jelas donk kak, disini semuanya
udah terjadwal kak, dari bangun pagi
sampek tidur malem lagi, jadi semuanya
diajarin tuh buat displin.(P6.110.122)”
“Enggak kok kak udah biasa saya sama
peraturan di sini. Iya kak, di sini banyak
hal yang bisa ngelatih kemandirian kita,
57
ya kayak nyuci piring sendiri setelah
makan, belajar untuk bangun subuh pas
pertama-tama dulu kan agak susah kak,
tapi sekarang sih udah biasa kak.
(P7.113.120)”
“Ya biasa aja sih mas menurutku,
mungkin dulu iya, tapi kalau aku udah
biasa. Iya mas, ya tinggal di panti ini
kan gunanya biar kita belajar untuk
hidup mandiri juga kalau soal disiplin,
anak-anak di sini pada rajin-rajin sama
disiplin kok mas. (P8.129.137)”
4.2.2.4.2 Memberikan contoh keteladanan
yang baik
Berikut dibawah ini kutipan
pernyataan partisipan yang menyatakan
tentang keteladanan yang baik:
“Iya mas, Bapak sama Ibu pengasuh
biasanya ikut membantu kita kerja bakti
juga.(P1.140)”
58
“Ya pasti kak kalau soal itu, contohnya
kayak selalu jujur, saling berbagi gitu
kak sama temen-temen yang lain,atau
gak belajar bareng yang udah gede
diajarin bantuin adek-adek nya nek
misalnya ada yang gak bisa ngerjain pr
nya gitu kak.(P2.164)
“Ya pasti kak kalau itu, misalnya ni
kalau ada tamu disapa dengan ramah,
senyum gitu kak, terus kita juga diajarin
untuk saling berbagi sama bantu-bantu
apalagi adek-adek yang masih SD
kadang kan butuh bantuan kita nek
bapak terus yang ngurusin kasihan
capek juga.(P3.166)”
“Iya mas, ya kayak tiap malam kita
selalu doa bersama sama bapak ibu
juga, bapak juga orang nya disiplin mas,
kalau ada acara bapak pasti on
time.(P4.137)”
59
“Iya mas, misalnya kita semua disini
punya jatah piket masing-masing, tapi
terkadang Bapak juga ikut bantuin kita
piket. Kalau lagi belajar malem, Bapak
ikut ngajarin adek-adek yang masih
kecil.(P5.139)”
“Ya pasti kak kalau soal itu, bapak
selalu ngajarin hal yang baik-baik,
kayak bantuin temen kalau ada yang
lagi susah, terus displin juga apalagi
kalau soal jadwal bersih-bersih panti
kak hehe.(P6.134)”
“Iya kak, ya contoh kecilnya aja pasti
bapak pengasuh udah bangun pagi
duluan sebelum kita bangun, terus dia
langsung bersih-bersih panti
kak.(P7.137)”
“Iya tho mas, misalnya tiap pagi bapak
pengasuh pasti sudah bangun lebih
dulu, kalau taman di panti udah mulai
60
kotor bapak pasti langsung nyapu
dibersihin.(P8.151)”
4.2.2.5 Membina Kemandirian Anak
Dari hasil wawancara pertanyaan terakhir
peneliti kepada anak-anak di Panti Asuhan Salib
Putih ini peneliti menyimpulkan dari hasil asuhan
atau didikan dari Panti Asuhan Salib Putih ini turut
berperan dalam membesarkan anak terutama
membina kemandirian mereka, dimana peneliti
menemukan hasil bahwa partisipan mengatakan
mereka siap untuk hidup mandiri setelah keluar
dari panti.
4.2.2.5.1.Membuat anak siap untuk hidup
mandiri setelah keluar dari panti
Berikut di bawah ini kutipan
pernyataan dukungan moral yang
diberikan pengasuh bagi anak-anak
dalam menyongsong masa depan :
“Kalau saya sih sudah siap ya kak,
apalagi saya kan sekolah di SMK yang
emang saya pengennya langsung kerja
gitu kak setelah lulus nanti. (P2.178)”
61
“Udah siap sih kak ya apalagi kan saya
sekarang udah kelas 2 SMK termasuk
yang paling tua disini saya juga
rencananya memang mau langsung kerja
kak, mau hidup mandiri. (P3.182)”
“Ya udah harus siap juga mas, gak
mungkin juga mau hidup di panti terus,
rencana kalau udah lulus saya juga
emang udah ada niatan buat kerja di kota
mas, kan kita juga udah dapet bekal
banyak dari sini. (P4.147)”
“Ya harus siap mas, karena tujuan saya
kesini buat ngelatih kedisiplinan dan
kemandirian saya. Itu jadi prinsip saya
kalau udah waktunya untuk hidup mandiri
nantinya. (P5.151)”
“Udah siap donk kak, rencana saya
emang pengennya langsung cari kerja
saya kan dari SMK. (P6.147)”
62
“Kalau saya pribadi udah siap sih kak,
saya kan rencananya habis lulus
memang mau langsung kerja. (P7.147)”
“Ya, kalau saya sih udah siap mas, udah
gak sabar pengen lulus sekolah juga
mas, biar bisa cepet kerja, terus cari
uang sendiri. (P8.161)
4.3 Pembahasan
4.3.1 Edukasi
4.3.1.1 Pendidikan Non-Formal
Kesulitan dan tantangan dalam kehidupan
manusia baik yang diakibatkan oleh lingkungan
maupun alam yang kurang bersahabat, sering
memaksa manusia untuk mencari cara yang
memungkinkan mereka untuk keluar dari kesulitan
yang dialaminya. Masih banyaknya warga yang
tidak melanjutkan pendidikan ke taraf yang
memungkinkan mereka menggeluti profesi
tertentu, menuntut upaya-upaya untuk membantu
mereka dalam mewujudkan potensi yang
63
dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi
pembangunan bangsa. Dalam hubungan ini
pendidikan termasuk pendidikan nonformal yang
berbasis kepentingan masyarakat lainnya, perlu
mencermati hal tersebut, agar keberadaannya
dapat diterima dan dikembangkan sejalan dengan
tuntutan masyarakat berkaitan dengan
kepentingan hidup mereka dalam mengisi upaya
pembangunan di masyarakatnya. Ini berarti
bahwa pendidikan nonformal perlu menjadikan
masyarakat sebagai sumber atau rujukan dalam
penyelenggaaraan program pendidikannya.
Menurut Fasli Jalal (2001) Hasil kajian Tim
reformasi pendidikan dalam konteks Otonomi
daerah dapat disimpulkan bahwa apabila
pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal)
ingin melayani, dicintai, dan dicari masyarakat,
maka mereka harus berani meniru apa yang baik
dari apa yang tumbuh di masyarakat dan
kemudian diperkaya dengan sentuhan-sentuhan
yang sistematis dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sesuai dengan lingkungan
masyarakatnya. Strategi itulah yang perlu terus
64
dikembangkan dan dilaksanakan oleh pendidikan
luar sekolah dalam membantu menyediakan
pendidikan bagi masyarakat yang karena berbagai
hal tidak terlayani oleh jalur formal/sekolah.
Bagi masyarakat yang tidak mampu, apa
yang mereka pikirkan adalah bagaimana hidup
hari ini, karena itu mereka belajar untuk
kehidupan; mereka tidak mau belajar hanya untuk
belajar, untuk itu masyarakat perlu didorong untuk
mengembangkannya melalui Pendidikan
nonformal berbasis masyarakat, yakni pendidikan
nonformal dari, oleh dan untuk kepentingan
masyarakat.
Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
dimaksud dengan pengertian pendidikan non
formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang. Terdapat beberapa jenis lembaga
pendidikan yang menyediakan layanan
pendidikan non-formal di Indonesia, yaitu:
65
a. Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah
dan Pemuda (BP-PLSP) : adalah unit pelaksana
teknis di lingkungan Departemen Pendidikan
Nasional di bidang pendidikan luar sekolah. BP-
PLSP mempunyai tugas melaksanakan
pengkajian dan pengembangan program serta
fasilitasi pengembangan sumberdaya pendidikan
luar sekolah berdasarkan kebijakan Departemen
Pendidikan Nasional.
b. Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB):
adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Dinas
Pendidikan Propinsi di bidang pendidikan luar
sekolah. BPKB mempunyai tugas untuk
mengembangkan model program pendidikan luar
sekolah sesuai dengan kebijakan Dinas
Pendidikan Propinsi dan kharakteristik
propinsinya.
c. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB): adalah unit
pelaksana teknis Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota di bidang pendidikan luar
sekolah (nonformal). SKB secara umum
mempunyai tugas membuat percontohan program
66
pendidikan nonformal, mengembangkan bahan
belajar muatan lokal sesuai dengan kebijakan
dinas pendidikan kabupaten/kota dan potensi
lokal setiap daerah.
d. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM):
suatu lembaga milik masyarakat yang
pengelolaannya menggunakan azas dari, oleh
dan untuk masyarakat. PKBM ini merupakan
wahana pembelajaran dan pemberdayaan
masyarakat sehingga mereka semakin mampu
untuk memenuhi kebutuhan belajarnya
sendiri.PKBM merupakan sumber informasi dan
penyelenggaraan berbagai kegiatan belajar
pendidikan kecakapan hidup sebagai perwujudan
pendidikan sepanjang hayat.
e. Lembaga PNF sejenis: adalah lembaga
pendidikan yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat, yang memberikan pelayanan
pendidikan nonformal berorientasi life
skill/keterampilan dan tidak tergolong ke dalam
kategori-katagori di atas, seperti; LPTM,
67
Organisasi Perempuan, LSM dan organisasi
kemanusiaan lainnya.
Dalam hal ini perlu disadari bahwa
pengembangan masyarakat itu akan lancar
apabila di masyarakat itu telah berkembang
motivasi untuk membangun serta telah tumbuh
kesadaran dan semangat mengembangkan
diri.Ditambah lagi dengan kemampuan serta
keterampilan tertentu yang menopangnyadan
juga melalui kegiatan pendidikan.Khususnya
pendidikan nonformal diharapkan dapat tumbuh
suatu semangat yang tinggi untuk membangun
masyarakat desanya sendiri sebagai suatu
kontribusi bagi pembangunan bangsa pada
umumnya.
Di sini Panti Asuhan Salib Putih yang
berperan sebagai lembaga kemanusiaan ikut
berperan serta dalam memberikan pendidikan
non-formal kepada anak-anak panti, seperti les
musik, membuat kerajinan tangan seperti
menyulam dan membuat pernak-pernik,
diharapkan pendidikan non-formal ini membuat
68
anak siap untuk hidup lebih layak di lingkungan
masyarakat yang baru ke depannya.
4.3.2 Membina Hubungan (Komunikasi) Sosial
4.3.2.1 Hubungan Sosial terjalin dengan baik
Menurut Soekanto (2006) kontak sosial dan
komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi
sosial. Kata kontak berasal dari bahasa Latin con
atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango
(yang artinya menyentuh). Secara harafiah kontak
artinya bersama-sama menyentuh, namun
sentuhan yang dimaksud bukan berarti secara
fisik saja. Seseorang dapat melakukan
komunikasi yang melibatkan aksi dan reaksi
dengan berbicara tanpa menyentuh fisik pihak
lain.
Sementara itu menurut Gea (2002) ciri-ciri
kemandirian menyebutkan beberapa hal yaitu
percaya diri, mampu bekerja sendiri, menguasai
keahlian dan keterampilan, menghargai waktu
danbertanggung jawab.Sedangkan Havighurst
(1992) menyatakan kemandirian seseorang
meliputi aspek emosi, ekonomi, intelektual dan
69
sosial. Kemandirian emosi ditunjukkan dengan
kemampuan mengontrol emosi dan tidak
tergantungnya kebutuhan emosi pada orang tua
atau orang dewasa lainnya. Kemandirian ekonomi
ditunjukkan dengan kemampuan mengatur sendiri
perekonomiannya. Kemandirian intelektual
ditunjukkan dengan kemampuan dalam
mengatasi masalah, dan kemandirian sosial
ditunjukkan dengan kemampuan berinteraksi
dengan orang lain tanpa tergantung dan
menunggu aksi dari orang lain. Dari pendapat-
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-
ciri kemandirian pada seorang anak adalah
percaya diri, mampu berinisiatif, mampu
mengatasi masalah, mampu mengerjakan tugas
pribadi, mampu mempertahankan prinsip mampu
mengambil keputusan, hemat, mampu
melaksanakan transaksi ekonomi, mempunyai
perencanaan karier di masa depan, mampu
mengontrol emosi, bebas secara emosi dari orang
tua, mempunyai kehendak yang kuat, puas
dengan keputusan sendiri, menghargai waktu,
bertanggung jawab, mampu menghindari
70
pengaruh negatif pergaulan, mampu menerima
kritik, mampu menerima perbedaan pendapat,
mempunyai hubungan baik dengan orang lain.
Di sini peneliti menemukan hasil dari
wawancara peneliti yang sejalan dengan
penelitian dari Robert Havighurst (1992) yang
dimana mengatakan aspek sosial ditunjukkan
dengan kemampuan berinteraksi dengan orang
lain tanpa tergantung dan menunggu aksi dari
orang lain dan memiliki hubungan yang baik
dengan orang lain merupakan ciri-ciri dari orang
mandiri di mana hasil dari wawancara penliti
menemukan bahwa anak-anak yang berada di
panti memiliki hubungan yang baik dan mampu
berkomunikasi secara aktif dengan lingkungan
sosialnya.
4.3.3 Memberikan Perhatian
4.3.3.1 Memberikan perhatian kepada anak-anak
panti
Di sini peneliti menemukan peran panti
asuhan sebagai pengganti orang tua sangat
berperan dalam hal membina kemandirian anak
71
terkhususnya dalam hal memberikan perhatian,
nasehat, perlindungan, kasih sayang, merupakan
salah satu cara terpenuhinya kebutuhan anak
untuk memperoleh rasa aman juga akan
berpengaruh positif terhadap terbentuknya
kepribadian anak khususnya dalam hal
membentuk kemandirian anak.
Peneliti menemukan penelitian ini sejalan
dengan pernyataan Menurut Johnson dan
Medinnus dalam (Sulistyaningsih, 2008) yang
berpendapat terpenuhinya kebutuhan anak untuk
memperoleh rasa aman juga akan berpengaruh
positif terhadap terbentuknya kepribadian anak
khususnya dalam membentuk kemandirian anak.
Apabila anak diberikan suasana yang penuh
perlindungan, cukup kasih saying dan perhatian
orang tua, jauh dari perasaan iri, cemburu,
cemas, khawatir dan sebagainya, hal ini akan
mendorong memberikan keberanian bagi anak
untuk melatih dirinya berinisiatif, bertanggung
jawab, menyelesaikan sendiri masalahnya dan
menjadi mandiri.
72
Begitu pula dengan hasil penelitian yang
ditemukan oleh Ariani Putri (2015) yang
menyatakan bahwa Panti Asuhan adalah tempat
atau sarana untuk mendidik, membina anak dan
merawat anak-anak yang sengaja maupun tidak
sengaja ditelantarkan oleh kedua orang tuanya
serta memberi pendidikan dan memenuhi segala
kebutuhannya. Selain itu panti asuhan melindungi
anak-anak tersebut dari ancaman orang-orang
yang ingin berbuat jahat kepadanya.Anak-anak
asuh memperoleh pendidikan dan pembinaan
kemandirian dari pengasuhnya di berbagai bidang
pendidikan termasuk juga di bidang mental,
kepribadian, ketrampilan, rohani dan lain-lain.
Tidak hanya pendidIkan di sekolah, anak tersebut
juga diberikan pendidikan rohani agar kelak
memiliki iman yang baik.
4.3.4 Keteladanan
4.3.4.1.Mengajarkan anak-anak untuk patuh dan
disiplin pada peraturan
Menurut Dr. Benjamin Spock dalam (Nayla,
2007) menyebutkan bahwa ada beberapa hal
73
yang dapat mempengaruhi kemandirian anak,
diantaranya yaitu:
a. Rasa percaya diri anak
Rasa percaya diri dibentuk ketika anak
diberikan kepercayaan untuk melakukan suatu
hal yang ia mampu kerjakan sendiri. Rasa
percaya diri dapat dibentuk sejak anak masih
bayi.
c. Kebiasaan
Salah satu peranan orang tua dalam
kehidupan sehari-hari adalah membentuk
kebiasaan. Jikalau anak sudah terbiasa dimanja
dan selalu dilayani, ia akan menjadi anak yang
tidak mandiri dan bergantung pada orang lain.
d. Disiplin
Kemandirian berkaitan erat sekali dengan
disiplin. Sebelum anak dapat mendisiplinkan
dirinya sendiri, ia terlebih dahulu harus di
disiplinkan oleh orang tua.
Di sini peneliti menemukan pendapat yang
sejalan dengan penelitian Dr. Benjamin Spock
dalam (Nayla, 2007) yang mengatakan
kedisiplinan ikut berperan serta dalam pembinaan
74
kemandirian anak, disini panti asuhan turut
berperan serta dalam mendidik kedisiplinan anak.
Hal ini sejalan juga dengan pendapat dari
Agus Sujanto (1997) yang menyatakan
pendidik/pembina masuk dalam faktor eksternal
yang mempengaruhi kemandirian seorang anak,
yang dimana pembina/penjaga panti asuhan yang
notabene merupakan pengganti orang tua asuh, di
sini dari hasil wawancara peneliti penjaga panti
asuhan salib putih ini ikut berperan dalam
menerapkan peraturan kedisiplinan untuk
membina kemandirian anak.
4.3.4.2 Memberikan anak-anak contoh keteladanan
hidup secara mandiri
Kemandirian bukanlah hal yang dimiliki anak
sejak lahir, melainkan hasil dari proses belajar
dan didikan dari lingkungan maupun pendidiknya,
bisa orang tua maupun pengganti orang tua,
penelitian ini sejalan dengan pernyataan hasil
penelitian dai Basri (2000) menyatakan bahwa
kemandirian merupakan hasil dari pendidikan dan
diperkuat juga dalam literatur Kartawijaya dan
75
Kuswanto (2000) mengemukakan bahwa
kemandirian anak harus dibina sejak anak masih
bayi dengan penanaman disiplin yang konsisten
sehingga kemandirian yang dimiliki dapat
berkembang secara utuh.
Tentang hal tersebut Ali dan Asrori (2004)
menyatakan perkembangan kemandirian juga
dipengaruhi oleh stimulus lingkungannya selain
oleh potensi yang telah dimiliki sejak lahir sebagai
keturunan dari orang tuanya.Kemandirian
terbentuk oleh interaksi antara faktor bawaan dan
lingkungan. Kemandirian dapat berkembang
dengan baik jika diberikan kesempatan untuk
mengembangkan potensi bawaan melalui latihan
terus menerus dan dilakukan sejak dini. Proses
belajar tersebut juga harus diikuti dengan
pemberian didikan yang baik dari lingkungan nya
maupun pendidiknya. Proses belajar tersebut
diawali dari lingkungan terdekat yaitu keluarga,
dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai
lingkungan di luar rumah.
76
Jika lingkungan mendukung tumbuhnya
kemandirian pada masa kanak-kanak dan
mengembangkannya pada masa remaja akan
terbentuk pribadi mandiri yang utuh pada masa
dewasa. Dan bila sebaliknya remaja tumbuh
menjadi pribadi yang selalu menggantungkan diri
pada orang lain, selalu ragu-ragu dalam
mengambil keputusan dan bahkan tidak berani
memikul tanggung jawabnya sendiri. Kemandirian
semakin berkembang pada setiap masa
perkembangan seiring pertambahan usia dan
pertambahan kemampuan.
Di sini peran panti asuhan sebagai pengganti
orang tua sangat terlihat dari hasil wawancara,
dimana semua partisipan mengatakan bahwa
pengasuh panti memberikan contoh keteladanan
yang baik kepada anak asuh, hal ini diperkuat
dengan jawaban anak asuh di pertanyaan
wawancara berikutnya, dimana anak asuh sudah
siap untuk hidup mandiri ke depannya.
77
4.3.5 Membina Kemandirian
4.3.5.1 Membuat anak siap untuk hidup mandiri
dalam menyambut masa depannya
Menurut Ariani (2015) bentuk kegiatan-
kegiatan yang diberikan panti asuhan kepada
anak asuh merupakan suatu sarana terciptanya
upaya kemandirian untuk mempersiapkan
kemandirian anak dalaam menyongsong masa
depan anak tersebut. Dalam membina
kemandirian anak panti asuhan tidak hanya
memberikan pengarahan saja melainkan
kegiatan-kegiatan yang menunjang anak-anak
tersebut termotivasi untuk maju dan dapat
menumbuhkan kepercayaan diri dari anak
tersebut.
Banyak cara yang dilakukan pengurus panti
asuhan dalam melaksanakan perannya dalam
menunjang keberlanjutan pendidikan anak atau
masa depannya yang mana peran pengurus di
panti asuhan adalah sebagai keluarga dan orang
tua asuh bagi anakanak asuh di panti asuhan.
Seperti yang tertuang dalam UU RI No. 23 Tahun
78
2002 Tentang Perlindungan Anak, yaitu Bab I
butir 3 menyatakan bahwa: Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami
istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga
sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah
sampai dengan derajat ketiga. Terkait dengan
pengertian keluarga di atas dapat disimpulkan
bahwa anak-anak yang ada di panti asuhan di
berikan pengasuhan yang berbasis keluarga,
dimana pengasuh anak di panti asuhan ini
merupakan pengganti keluarga bagi mereka.
Hal ini sejalan dengan hasil peneliti dimana
peran panti asuhan sebagai pengganti peran
keluarga, pengasuh panti di sini ikut serta
membina kemandirian diri anak tersebut dengan
anak tersebut juga diberi kegiatan-kegiatan yang
memotivasi kepercayaan diri anak tersebut, di sini
hasil wawancara peneliti menunjukan bahwa
anak-anak sudah siap untuk hidup mandiri setelah
keluar dari panti asuhan untuk mempersiapkan
masa depannya.
79
4.4. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan.
Referensi mengenai penelitian tentang peranan panti asuhan
dalam membina kemandirian anak sangat terbatas
referensinya. Selain itu beberapa tema jurnal atau penelitian
yang didapatkan peneliti tidak terlalu banyak yang terkait
dengan judul penelitian.Keterbatasan yang lain adalah
partisipan yang masih sedikit malu-malu saat ditanya, sehingga
jawaban mereka menjadi tidak lancar, sehingga peneliti perlu
meminta kembali partisipan untuk mengulang jawaban atas
pertanyaan yang diberikan.