bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1...

35
77 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Terbentuknya Kerajaan Buol Dengan Gorontalo Awal Abad XIX Sebelum abad ke XIX pemerintahan kerajaan buol berkedudukan di atinggola dan biau/sumalata, oleh karena pada zaman itu wilayah kerajaan buol sangat luas meliputi daerah-daerah itu sampai dibatas buroko/ kaidipan. Bertepatan Pombang Lripu beada digorontalo setelah mengawini putri Djamalia pada waktu itu raja Limboto memintah kepada raja Gorontalo sebidang tanah dipantai Gorontalo untuk rakyat limboto untuk membuat garam. kebetulan saudara kita raja Buol beada disini, mintalah kepadanya karena wilaya pantai kerajaan Buol sangat luas (dibagian utara ) , sedangkan wilayah Gorontalo (pantai selatan) sangat sempit. Oleh karena terikat tali kekeluargaan dengan Gorontalo /limboto, maka dengan sepontan Raja Pombang Lripu memberikan tanah (pantai ) kepada raja limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu tempat yang disebut Kuwanun (Kwandang) tempat tersebut didiami oleh orang orang pembuat garam dari Limboto. Tetapi lama kelamaan terjadilah perpindahan rakyat kerajaan limboto secara besar-besaran , karena kemungkinan prospek kehidupan disini lebih baik. Setelah berlalu menempati waktu lamanya, rakyat Limboto sudah sangat banyak menempati daerah tersebut, maka raja Llimboto memintah lagi kepada raja Buol supaya daerah antara Kwandang sampai pada sungai kecil dekat Mooti

Upload: vudang

Post on 18-Jul-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

77

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Terbentuknya Kerajaan Buol Dengan Gorontalo Awal Abad XIX

Sebelum abad ke XIX pemerintahan kerajaan buol berkedudukan di atinggola

dan biau/sumalata, oleh karena pada zaman itu wilayah kerajaan buol sangat luas

meliputi daerah-daerah itu sampai dibatas buroko/ kaidipan. Bertepatan Pombang

Lripu beada digorontalo setelah mengawini putri Djamalia pada waktu itu raja

Limboto memintah kepada raja Gorontalo sebidang tanah dipantai Gorontalo untuk

rakyat limboto untuk membuat garam. kebetulan saudara kita raja Buol beada disini,

mintalah kepadanya karena wilaya pantai kerajaan Buol sangat luas (dibagian utara ) ,

sedangkan wilayah Gorontalo (pantai selatan) sangat sempit.

Oleh karena terikat tali kekeluargaan dengan Gorontalo /limboto, maka

dengan sepontan Raja Pombang Lripu memberikan tanah (pantai ) kepada raja

limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu tempat yang disebut

Kuwanun (Kwandang) tempat tersebut didiami oleh orang –orang pembuat garam

dari Limboto. Tetapi lama kelamaan terjadilah perpindahan rakyat kerajaan limboto

secara besar-besaran , karena kemungkinan prospek kehidupan disini lebih baik.

Setelah berlalu menempati waktu lamanya, rakyat Limboto sudah sangat

banyak menempati daerah tersebut, maka raja Llimboto memintah lagi kepada raja

Buol supaya daerah antara Kwandang sampai pada sungai kecil dekat Mooti

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

78

diberikan lagi kepada raja Limboto. Sungai tersebut kemudian diberi nama sungai

Buol, sebab disitulah nantinya batas dari tetap dari kerajaan Buol.

Sebagai imbalanya, raja Limboto akang memberikan hadia sebuah kursi emas

kepada raja Buol . raja Buol menyetujui usul raja limboto itu.

Menurut Nasrudin Mangge ikatan emosional Buol dengan Gorontalo sampai

kapanpun tidak pernah dipisahkan karena Buol dengan Gorontalo satu

keluarga atau budaya kultur Buol dengan Gorontalo sama.dilihat dari segi adat

istiadat. Misalnya bahasa Buol banyak memiliki kemiripan-kemeripan.

(wawancara 27 – maret- 2013).

Menurut Marya G Mailili bahwa Buol dengan Gorontalo Melalui jalur

persahabatan antara Raja-raja dan hubungan kekerabatan melalui perkawinan

antara putra mahkota raja Buol bernama” Prins pombang yakut kuntu amas’

kawin dengan Putri raja Gorontalo yang bernama “Djamalia “ secara otomatis

Buol dengan Gorontalo sudah menjadi satu keluarga. (wawancara 28 - Maret

– 2013 ).

Menurut Supu Tahura mulai dari penghujung abad XVIII dan memasuki abad

Ke XIX , buol sudah dikenal dibagian lain dari nusantara, mulai dari jalur

hubungan persahabatan antara raja-raja, dan hubungan kekeluargaan atau

perkawinan.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

79

Jadi perbaurana antar sosial kultur banyak memiliki kesamaan. Selain dari

pada itu hubungan dibidang perdagangan sudah mulai pesat (wawancara 06 –

April- 2013 ).

4.1.1 Sistem Pemerintahan Kerajaan Pada abad XIX (1810 – 1947 )

Beberapa Raja yang memerintah dalam periode tersebut adalah sebagai berikut :

Mokoapat memerintah (± 1810 -1818)

Pengganti Mokoapat dipilih Pulingala putra raja Kauli saudara dari timumun,

namun ia menolak karena ia merasa tidak sanggup. Kemudian terpilih anaknya

Baeduding. Kemudian Datu yang calon raja itu terjatuh kelaut dan tewas sehingga

tidak diangkat sebagai raja.

Kemudian Baeduding atas permintaan anak angkatnya Ndubu Amas,

mengusulkan agar Ndubu amas saja yang diangkat menjadi raja. Ndubu amas adalah

putranya raja mokoapat yang dipelihara oleh Baeduding . antara baeduding dengan

ndubu amas ada perjanjian yang disertai “sumpah” bahwa keturunannya tidak

menyianyiakan atau memperbodohi keturunan dari baeduding /Raja kalui. Kalau itu

terjadi maka keturunan Ndubu amas akan mendapat sakit ingatan (gila ). Setelah

diangkat menjadi raja, Ndubu amas mengawini putri raja kalui bernama Buki Nike.

Ndubu Amas Memerintah (± 1818 - 1882)

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

80

Dalam pemerintahannya kira-kira sekitar tahun 1819 portugis dapat

mempengaruhinya untuk mendidrikan benteng pertahanan dekat muara sungai Buol

dengan alasan untuk memajukan perdagangan didaerah Buol. Benteng tersebut

menghadap kekampung Bugis desebrangnya, yaitu pusat perdagangan kerajaan Buol

pada waktu itu, maka mulai pada saat itu perdagangan dikerajaan ini sepenuhnya

dapat dikendalikan dan diawasi oleh, yang membikin pihak belanda tidak senang.

Untuk lebih mempererat hubungan kekeluargaan dengan kerajaan Limboto

/Gorontalo, raja Ndubu Amas diperjodohkan putranya Datu Mula dengan putri raja

limboto. Tetapi sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua sijoli berbuat sesuatu

yang melanggar adat. Majelis adat Limboto/ Gorontalo menjatuhkan sanksi yang

harus dipenuhi oleh raja Ndubu amas. Maka untuk membayar “denda “tersebut raja

Buol menyerahkan sebagian daerahnya disebelah timur, yaitu dari sungai Buol dekat

Mooti sampai pada batas sebelah timur sumalata.

Menurut Maryam G. Mailili Dengan adanya beberapa peristiwa maka sifat/

perbatasan buol berakhir ditetapkan dihuludobongo (Umu). Masuk pada abad

ke XIX melalui jalur persahabatan antara raja-raja dan hubungan kekerabatan

melalui jalur perkawinan antara putra mahkota raja buol kawin dengan putri

gorontalo,maka buol dan gorontalo mempunyai hubungan yang erat.

(wawancara, tanggal 28 Maret 2013).

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

81

Maka wilayah kerajaan Buol pada waktu itu masih meliputi daerah sumalata. Raja

Ndubu amas ia meninggal tahun 1828 digantikan oleh saudaranya Takuloe

Mmerintah ( ±1828 -1830 ).

1. Datu Mula Memerintah (± 1830 -1843 )

Dalam pemerintahannya, setelah berjalan sekitar 9 tahun terjadilah “perang

sumalata “ antara kerajaan Limboto/Gorontalo dengan kerajaan BuoL. Penyebabnya

adalah dalam pencarian (pendulangan) emas disumalata, rakyat Buol mendapat

gangguan dari rakyat Limboto /Gorontalo, lalu timbul kejadian bahwa setiap malam

rumah-rumah orang Buol dihujani batu oleh orang-orang Gorontalo.

Setelah tak tertahankan lagi maka terjadilah perang antara Buol dengan

Gorontalo. Korban dari kedua belah pihak demikian besarnya, konon darah mengalir

dapat menghanyutkan lesung. Oleh peristiwa itu datang penyelidikan oleh pemerintah

belanda. Dan hasil penyelidikan, raja Datu mula dipersalahka. Dan jatuh fonis dari

pemerintah penjajah itu. Datu mula diasingkan kepulau jawa (Bandung).

Pihak Gorontalo mintah kepada Belanda, supaya kerugian jiwa dipihak

mereka diganti dengan jiwa pula oleh pihak Buol, lalu pihak Gorontalo memindahkan

sifat perbatasan Buol dari timur sumalata ke Huludo Bongo, hal tersebut belanda

setuju, tetapi pihak buol sangat tidak menyetujui, namun tidak digubris oleh belanda,

sedang datu mula sudah dibawah berlayar kejawa (Bandung). Disana belanda

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

82

membujuk Datu mula supaya menerima saja keputusan pemerintah. Kemudian ia

digantikan oleh Elamo memerintah pada tahun (± 1843 -1857 ).

2. Lahadung memerintah (+1858 – 1864 )

Pengangkatanya sebagai seorang raja diiringi dengan harus menandatangani

kontrak panjang atau Lange Verklaring yang menyatakan hubungannya dengan

pemerintah hindia belanda, meliputi hak dan kekuasaan swapraja, dan sampai dimana

kekuasaan hindia belanda dalam daerah Swapraja:

1. Bahwa susunan pemerintah intern Landschap pada umunya

berdasarkan adat istiadat tradisional

2. Bahwa kekuasaan pemerintah hindia belanda dalam daerah Landschap

hanya berlaku penuh bagi warga negara belanda (Gubernurmen) dan

bagi warga Landschap hanya sekedar sesuai dengan kekuasaan

otonom yang diberikan kepada Landschap itu.

3. Kekuasaan otonom Landschap itu meliputi hak mengatur, mengurus

(termasuk polisi)dan mengadili persengketa hukum disemua lapangan,

dan tidak nyata dikecualikan dari kekuasaan itu.

Raja Lahadung yang sudah ada ikatan dengan belanda harus menandatangani

perjanjian perbatasan dengan Gorontalo di Huludo bongo yang sangat merugikan

buol. “perang sumalata” dimulai oleh Gorontalo tetapi belanda mempersalahkan raja

Datu Mula sebagai yang menimbulkan perang.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

83

Raja Datu mula sangat menentang keputusan tersebut dan belanda dan belanda

tidak berhasil membujuknya. Perjanjian perbatasan dengan Gorontalo itu ditanda

tangani tahun 1860 oleh raja Lahadung Datumula Soradjuddin dari Buol, dan raja

Zainal Abidin Monoarfa dari Gorontalo disaksikan oleh raja-raja kaidipan, Bolaang

itang, Bolaang Mongondouw. Raja Lahadung sudah menandatangani Lange

Verklaring. Mulai saat itu sebagian wilayah Buol dari tanjung huludobongo sampai

tanjung dulang, masuk wilayah Gorontalo.

3.Patra Turungku memerintah (1890 - 1899)

Dimasa pemerintahannya belanda menempatkan Controleur pertama di Buol

pada tahun 1896. Raja Patra turungku menadatangani “ Lange Verklaring” pada

tanggal 13 desember 1890. Pada mulanya Controleur Dr. H. Seiber itu datang

berkedudukan dibuol. Rakyat buol makin tidak senang , kehadiran pembesar belanda

itu jelas untuk menjalankan penjajahan mereka. Setiap setiap malam rumah yang

ditempati Controleur itu dilempar batu. Akhirnya Controleur itu pindah kepaleleh.

Karena hubungan Buol dengan Gorontalo makin tegang karena masaalah

pembatasan, maka raja patra turungku berusaha meredahkan ketegangan itu supaya

tidak terjadi lagi bentrokan. Beliau mengadakan pertemuan diperbatasan dengan

jogugu kuandang bernama Hulupango Putih. Keduanya saling berbalas syair yang

bermaknanya adalah Buol-Gorontalo dan Gorontalo –Buol adalah bersaudara.

Kemudian mereka saling bertukar keris sebagai tanda mata. Dengan Resident manado

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

84

juga raja Patra Turungku memberikan cinderamata (emas. Belanda menyebutnya raja

emas. (Dalam bukunya Abdul Rahim Samad 64 -70)

4. Datu Alam Turungku (Raja ke-29), dengan gelar “Ti Pasumen”

memerintah (1899 – 1914 M) berkedudukan di Kasanangan.

Pada masa pemerintahan Datu Alam Turungku, Belanda menjankan wajib

kerja Rodi (Heerendienst) yaitu pada tahun 1903. Dengan demikian sudah dua

macam kewajiban yang berat dibebankan kepada rakyat, yaitu pajak dan kerja rodi,

yang menyebabkan kehidupan rakyat bertambah susah. Di pihak lain, belum ada

usaha-usaha Belanda untuk memajukan rakyat, semua usaha Belanda adalah hanya

untuk kepentingan semata. Namun demikian, Pemerintah Hindia Belanda

memberikan hadia kepada Raja Datu Alam Turungku yaitu berupa “Pasment”.

Pasment ialah hiasan yang dilapisi emas dan dililitkan pada songkok Raja, maka dari

itu Beliau di beri Gelar “ Ti Pasument “.

Pada tahun 1911 Beliau jatuh gering dan menjadi gila, tetapi sembuh kembali.

Pada tanggal 20 November 1912, Assistent Resident Gorontalo menulis surat kepada

Resident Manado yang mengusulkan perubahan dalam pemerintahan Buol. Pada

tanggal 22 November 1912 Raja Datu Alam Turungku menandatangani Korte

Verklaring.

Usul itu telah disetujui oleh Resident Manado dalam surat keputusannya pada

tanggal 1 April 1914, yaitu mengenai surat yang berlaku sejak mulai dari tanggal 1

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

85

Januari 1913, isi surat keputusan tersebut telah merubah system pemerintahan

menurut adat istiadat Buol yaitu :

a. Badan musyawarah Bokidu sebagai lembaga legislatif dihapuskan

b. Jabatan-jabatan Presiden/ Madika (Raja), Jogugu (wakil raja), Wukum (bidang

hukum), Kapitalyau (kapten laut), dan lain-lain jabatan di bawahnya

dihapuskan

c. Distrik-distrik disederhanakan, dari lima distrik menjadi tiga distrik, yaitu

distrik Momunu masuk wilayah distrik Biau dan distrik Paleleh masuk

wilayah distrik Bunobogu.

Maka dengan adanya perubahan tersebut, di pusat pemerintahan hanya ada

Madika (Raja), dan di tingkat distrik hanya ada Marsaoleh yang masing-masing

dibantu oleh Jurutulri (sekertaris).

Namun di tingkat kampung tetap, yaitu Kepala Kampung, Jurutulri

(sekertaris) dan Mayor. Setelah status Afdeling Buol yang sudah berlaku dari tahun

1858 berubah menjadi Onder Afdeling dalam lingkungan Afdeling Gorontalo yaitu

dari tahun 1919 sampai dengan tahun 1926, kemudian pada tahun 1926 sampai

dengan tahun 1933 wilayah Buol masuk dalam Afdeling Donggala.

Melihat jarak antara wilayah Buol dengan Donggala sangat jauh dan susah

transportasi untuk pelayanan masyarakat, mulai dari tahun 1933 wilayah Buol masuk

kembali dalam Afdeling Gorontalo sampai pada masa pendudukan Jepang, karena

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

86

dengan alasan jarak antara wilayah Buol dengan Gorontalo sangat dekat

dibandingkan dengan Donggala.

Mengetahui Raja Datu Alam Turungku (Raja Buol) dalam keadaan tidak

waras, maka Raja Bolang Itang yang bernama Ram Suit Pontoh (Keturunan

Bangsawan Buol), memajukan keras/permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda

untuk menjadi Raja Buol dan permohonannya diterima. Raja Bolaang Itang

berencana setelah menjadi Raja, Beliau akan membangun Ibu Kota kerajaan yang

berlokasi diantara Desa Lokodidi dan Desa Lokodoka yaitu di Tabamuang/Desa

Matinan. Usaha Ram Suit Pontoh tersebut ditantang keras oleh H. Ahmad Turungku

yang waktu itu sebagai Marsaoleh Biau.

H. Ahmad Turungku berpendirian bahwa sebagai Putra dari Datu Alam

Turungku (Raja Buol), Beliau berhak menjadi Raja Buol. Mendapat reaksi tersebut

Belanda membatalkan persetuannya dengan Ram Suit Pontoh, dan

mengembalikannya ke Bolaang Itang. Pada tahun 1914, H. Ahmad Turungku

menggantikan Datu Alam Turungku sebagai Raja Buol.

5. H. Ahmad Turungku (Raja ke-30), memerintah (1914 – 1947 M)

berkedudukan di Roji atau Bendar kemudian di Leok.

Raja H. Ahmad Turungku diangkat pada tahun 1914, dan dinobatkan secara

adat yang dalam bahasa Buol “Ni Tongouk” yaitu pada tahun 1916. Beliau adalah

seorang Raja yang keras kemauan, disiplin dan menjamin keamanan rakyar serta

kerajaan dari semua gangguan.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

87

Beliau menandatangani Korte Verkling pada tanggal 20 November 1915,

pemerintahannya mendapat penilaian yang baik dari Belanda dan mendapat

penghargaan yaitu :

a. Pada tahun 1929 mendapat hadiah “Kepala Tongkat Emas”

b. Pada tanggal 17 Februari diberikan penghargaan “Bintang Emas Besar”

c. Pada tanggal 10 Agustus 1941 diberikan penghargaan “Bintang Emas Kecil”

Beliau diberikan penghargaan tersebut oleh Belanda setelah menjalani dinas

Raja selama 25 tahun. Raja H. Ahmad Turungku membangun Istana yang cukup

megah di Roji yang disebut “Kumalrigu Sirap” atau Istana Atap Sirap.

Nama Roji mulai berlaku tahun 1830 yang diberi nama oleh Pertugis,

kemudian direbut oleh Belanda, dan masih tetap digunakan sebagai nama Ibu Kota

Kerajaan Buol sampai tahun 1930. Setelah itu, Roji berubah menjadi nama “Bendar”

yang berarti Kota.

Pada masa pemerintahan H. Ahmad Turungku, Kota Leok dibangun dan

dijadikan pusat pemerintahan atas usul Controleur Rookmake dan Waiswisz yaitu

pada tahun 1930.

Sekitar tahun 1940 nama Bendar sudah jarang dipakai, masyarakat sudah

menyebutnya Buol, karena nama Buol adalah meliputi seluruh wilayah Kerajaan

Buol. Dengan demikian, Istana Raja Kumalrigu Sirap (Istanah atap sirap) yang baru

dibangun tahun 1924 dipindahkan ke Leok.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

88

Beberapa Istana yang cukup megah yang dibangun oleh Raja-raja dari Dynasti

Mokoapat adalah :

a. Kumalrigu Kasanangano “Istana Kesenangan” dibangun di atas bukit antara

Desa Kali dan Desa Kulango sekarang.

b. Kumalrigu Mopanggato “Istana Tinggi” terletak di Roji yang kemudian

berubah menjadi nama Bendar

c. Kumalrigu Seng “Istana Atap Seng” terletak di Bendar

d. Kumalrigu Sirap “ Istana Atap Sirap” terletak di Leok

e. Kumalrigu Palreleh “Istana Paleleh” terletak di Paleleh.

Istana-istana yang sebelumnya telah dibangun oleh Raja-raja tersebut sebagai

salah satu bukti peninggalan sejarah telah rusak dan pada akhirnya ambruk/hancur

dan menyatu dengan tanah, yang tersisa sekarang tinggal puing-puing dari bangunan

Istana tersebut. Bangunan Istanah tersebut telah hancur karena lapuk dan kurangnya

perhatian dari masyarakat untuk merawat Istana tersebut. Namun, masih ada tersisah

satu bangunan Istana yaitu berada di Leok.

Raja H. Ahmad Turungku memerintah sampai zaman Jepang dengan jabatan

sebagai Suco, dan zaman NICA dengan jabatan sebagai HPB (Hoofd Van Plastsckijke

Bestuvr) dan mengakhiri tugasnya/pensiun pada bulan Mei tahun 1947.

H. Ahmad Turungku kemudian digantikan oleh putranya yang bernama

Muhammad Aminullah Turungku, Beliau adalah salah seorang Raja Buol yang lama

memerintah yaitu ± 33 tahun. (dalam A. Rahim Samad, 2000 : 1- 4)

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

89

4.2 Kedaan Sosial Kultur Buol sebelum ada Hubungan dengan Gorontalo

Sosial adalah upaya ditengah kehidupan masyarakat sebagian kelompok

masyarakat (siciety) ataupun komunikasi (comunity). Sedangkan kultur diartikan dari

kata budaya.

Ilmu sosial dasar adalah pengetahuan yang mempelajari tentang masalah-masalah

sosial, khususnya masalah-masalah yang terjadi pada masyarakat Indonesia, dengan

menggunakan Teori-teori ( fakta, konsep, teori ) yang berasal dari berbagai bidang

pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-lapangan sosial, seperti Geografi Sosial,

Sosiologi, Antropologi Sosial, Ilmu Politik, Ekonomi, Psikologi Sosial dan Sejarah.

Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu sosial dasar adalah

pengetahuan yang mempelajari tentang cara manusia berkomunikasi/berhubungan

dengan satu sama lain. Sebagai mahkluk sosial, berkomunikasi/berhubungan antar

sesama haruslah terjalin dengan harmonis agar tercipta manusia yang peduli

Kebudayaan adalah suatu fenomena universal. Setiap masyarakat-bangsa

didunia memiliki kebudayaan, meskipun bentuk dan coraknya berbeda-beda dari

masyarakat-bangsa yang satu ke masyarakat-bangsa yang lainnya. Kebudayaan secara

jelas menampakan kesamaan kodrat manusia dari pelbagai suku, bangsa, dan ras.

Orang bisa mendefinisikan manusia dengan cara masing- masing, namun

manusia sebagai cultural being, mahluk budaya merupakan suatu fakta historis yang

tak terbantakan oleh siapanpun juga. Sebagai cultural being, manusia adalah pencipta

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

90

kebudayaan. Dan sebagai ciptaan manusia, kebudayaan adalah ekspresi eksistensi

manusia di dunia. Pada kebudayaan, manusia menampakkan jejak-jejaknya dalam

panggung sejarah.

Pengertian kebudayaan secara luas yakni apa saja yang dipikirkan dan

dilakukan oleh manusia termasuk segala peralatan yang digunakannya, maka

teknologi adalah anak kandung kebudayaan, disamping perangkat budaya yang lain,

seperti ilmu, seperti ilmu, seni, filsafat, sistem nilai, nilai keterampilan, pertukaran,

perdagangan. Kebudayaan sifatnya abstrak , tak dapat di raba atau di foto. Lokasinya

ada di kepala-kepala masayarakat, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiraan

dari warga masayarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup.

Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama

secara sosial oleh para anggota suatau masyarakat. Di samping itu kebudayaan adalah

suatu sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan bagi

masyarakat tersebut. (Paul B. Horton dkk, 1999 : 58).

Kehidupan Sosial kultur/ Budaya masyarakat Buol sangat premitif, sederhana,

dan sangat bersifat kekeluargaan. Budaya-budaya dalam masyarakat sangat di jaga

dan dijunjung tinggi oleh masyarakat. Adat istiadat yang ada pada masyarakat selalu

dipertahankan dan dilaksanankan oleh masyarakat. Karena belum ada sentuhan dan

pengaruh dari budaya-budaya asing/barat. Belanda melalui aparat pemerintahannya di

daerah memerintahkan kepada raja-rajanya supaya mengarahkan rakyatnya

memenuhi perintah dalam pemungutan pajak, kerja rodi dan sebagainya. Dari segi

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

91

kewajban rakyat dituntut untuk memenuhinya, tapi pada segi hak, rakyat dibatasi

karena Belanda takut kalau rakyat berpendidikan kelak nanti akan membahayakan

kedudukannya.

Karena itu rakyat harus tetap bodoh dan ketaatan kepada Raja harus tetap

dipupuk dan ditanamkan baik-baik agar bisa mencapai tujuannya untuk

mengeksploitasi rakyat bagi kepentingan penjajah melalui Rajanya masing-masing.

Dengan datangnya pengaruh partai potik dan organisasi pergerakan lainnya,

maka tokoh-tokoh pergerakan mulai menyadari rakyat akan harga dirinya dan

ditimbulkan kesadarannya untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan tanah

air. Kebencian pada penjajah menjadi salah satu penyebab banyak rakyat Buol

meninggalkan daerahnya pergi merantau. Terbukanya jaringan jalan raya antara satu

kota dengan kota lainnya, menyebabkan mobilitas dalam bidang ekonomi menjadi

lebih mudah, pergaulan antara orang dari kampung yang satu dengan kampung

lainnya menjadi baik. Seiring dengan adanya jalan tersebut dan suatu perkawinan

menimbulkan rasa persaudaraan yang erat dan sering mengadakan suatu perjanjian

kerja sama dalam hal-hal tertentu, yang sebelumnya orang pergi dari satu tempat ke

tempat yang lain berjalan kaki dengan memilkul barang-barang, maka seiring

berjalannya waktu mereka sudah menggunakan kuda sebagai alat pengangkut dan

kemudian berganti dengan gerobak yang ditarik oleh kerbau atau sapi.

Perdagangan yang tadinya tukar menukar barang, berubah menggunakan mata

uang sebagai alat tukar/mengukur nilai suatu benda. Mata uang yang digunakan

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

92

sebelumnya adalah mata uang yang dibuat dari logam dengan berbagai macam tinggi

nilai tukarnya. Kemudian berganti uang logam yang di dalamnya tergambar ayam,

dalam baha Buol doi manuk, lalu berganti dengan uang logam baru yang dicetak oleh

pemerintah Hindia Belanda di awal abad XIX.

Persekutuan hukum yang mengatur hidup bermsayarakat selama berabad-abad

yang dikenal sebagai Kerajaan Buol, mempunyai corak budaya dan adat istiadat

sendiri sebagai ciri khas dari suatu suku bangsa dan bagian dari budaya Indonesia.

Beberapa diantaranya masih nampak dalam kehidupan dan pergaulan

masyarakat di Daerah Buol, atau masyarakat Buol yang berada di daerah lain dan

merasa masih terikat dengan budaya sebagai peninggalan leluhurnya. Berikut ini

salah satu Adat Buol adalah :

1. Adat Perkawinan.

Salah satu Adat yang dimiliki oleh masyarakat Buol adalah Adat Perkawinan

yang terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Mongoyokap (mencari kepastian apakah ada respon yang baik dari

keluarga, dan gadis tersebut belum mempunyai seorang calon atau

tunangan).

2. Modolyo Sunangano (membawa gadis dan kedua keluarga mereka untuk

berjalan-jalan atau pergi makan, kemudian keluarga mereka melihat serta

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

93

memastikan apakan kedua remaja tersebut saling jatuh cinta satu sama

lain).

3. Molyako Nikah (pelamaran yang dilakukan oleh pihak atau keluarga laki-

laki/pria kepada keluarga wanita/perempuan).

4. Mongundudo Undudo (mengantar harta perkawinan yang sudah disepakati

terlebih dahulu, seperti kue, beras, buah-buahan, seperangkat pakaian

wanita, tempat sirih pinang dan lain-lain sebagainya)

5. Mongundudo Totombu (mengantar harta seperti totombu atau mohar, yang

berupa emas atau surat-suratan, pohon kelapa maupun uang).

6. Mongolyondigi atau mapaci (memberikan semacam ramuan obat

tradisional yang ditaruh di tangan atau kuku kepada kedua calon

pengantin, dengan harapan semogah keduanya sehat dan rukun dalam

memasuki gerbang perkawinan

7. Nikah Batin (pembacaan khotbah nikah oleh penghulu dan ijab Kabul

sebagi serah terima dari wali kepada pengantin pria atau akad nikah.

Kemudian dilanjutkan dengan batal wudhu, yaitu pengantin pria

menyentuh bagian wajah/muka pengantin wanita yang dalam bahasa Buol

monowbu unggago).

8. Nikah Hadat (selesai akad nika dan batal wudhu, kedua pengantin

dibimbing keluar dari kamar adat menuju pelaminan dan duduk

bersanding yang dalam bahasa Buol di sebut poyagano atau ditonton dan

disaksikan oleh masyarakat/hadirin para undangan. Kemudian kedua

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

94

pengantin tersebut sungkem/memohon doa restu kepada keempat orang

tua mereka serta kakek dan nenek. Pada kesempatan itu diberikan

hidangkan makanan atau kue kepada tamu dan hadirin).

9. Mopoalyumo (Kedua mempelai diarahkan ke rumah orang tua mempelai

pria sebagain tanda bahwa pengantin wanita sudah menjadi anggota

keluarga/menantu dari orang tua pengantin pria. Kemudian rombongan

tersebut kembali lagi ke rumah pengantin wanita).

1. Biatono (dihadapan kedua keluarga mempelai dan mengiringi doa

keselamatan, kedua mempelai diberikan nasihat pernikahan oleh pejabat

agama atau orang tua terkemuka tentang bagaimana seharusnya berumah

tangga menurut tuntunan agama isalam).

2. Mogolya Mongaano (keluarga pengantin pria mengundang keluarga

pengantin wanita untuk makan bersama sebagai tanda makin eratnya

hubungan kekeluargaan mereka. Kemudian kedua mempelai kembali lagi

ke rumah mempelai wanita).

3. Mogolya Mopolyongo (kedua mempelai dijemput untuk bermalam di

rumah pengantin pria selama sehari atau dua hari. Pada kesempatan itu

mereka merundingan dimana mereka akan tinggal menetap, apakah di

rumah orang tua wanita atau di rumah orang tua pria ataukah sudah akan

hidup berdiri sendiri). (dalam A. Rahim Samad, 2000 : 18-23).

2. Adat Bayi Pertama Kali Naik Buian

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

95

Adat ini disebut MONUNI. Seorang bayi sebelum naik buian untuk pertama

kali , sebelumnya dibuatkan dulu acara adat. Mula-mula disiapkan dulu Donden yaitu

semacam sajian dilengkapi dengan tunas kelapa, dua jenis bambu kuning (Bulyatu

Bwulyaan dan Tomulyang Bwulyaan) dan sejenis kayu disebut Bindonu.

Ketiga tumbuhan tersebut musti ada bersama Bindonu, konon adalah tumbuhan

pertama digunung pogogul waktu kejadian manusia pertama diBuol. Dari bambu

kuning itudibuat satu ruas untuk tempat air sebanyak tujuh buah, dan gayung dari

daun Nibong yang disebut Tetembu, juga banyaknya tujuh buah. Kegiatan

selanjutnya adalah menggambil air dengan alat tersebut pada tujuh buah rumah dari

orang terkemuka dikampung tersebut sebagai air mandi sibayi , yang maksudnya

bahwa mulai sat itu sibayi dsuadah menjadi warga dari pada masyarakata dan

menghadap doa restu untuk keshatan dan kesejatraan. Yang melaksanakan adalah

bayi , nenek, mama dan keluarga dekat.

Adapun Buian khas Buol terbuat dari kayu yang halus buatnya dengan

perlengkapan yang khas pula. Bayi dibaringkan dalam buian pada dada dan

tangannya ditaruh semacam bantal penahan dan diikat seperlunya, yang dimaksud

agar sibayi tetap tenang dan tidak mudah kaget. Pada dahi sibayi diletakkan semacam

alat untuk membuat dahinya rata dan bagus yang disebut : Totadilo . dalam buian itu

sibayi dapat buang air dengan bebas dengan karena sudah ada lubang dan

dibawahnya sudah disiapkan alat penampungnya dari daun Nibong yang disebut

Tumoyiko . untuk dapatnya diayun , dibuatlah alatnya yang disebut Gugondango .

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

96

Buian Khas Buol ini yang namanya Tuni, oleh pemerintah Hindia Belanda dahulu

disuruh buatkan dupliknya ukuran dalam Museum “Gedung Gaja” dijakarta.

3. Adat Dalam Pertanian

Ada beberapa tradisi adat dalam pertanian yang dikenal dalam masyrakat Buol.

Tiap kelompok petani mempunyai seorang dukun yang disebut Panggoba . tugas

panggoba adalah menentukan hari dan bulan yang baik untuk bertanam. Dia

mendasarkan perhitunganya pada jalanya bintang yang disebut Yakuan . diamaping

itu juga berkewajiban menolak bahaya berupa hama atau gangguan hewan-hewan .

tiapa memulai setiap pekerjaan harus didahului oleh pangoba, seperti mulai membuka

hutan, menanam dan menuai padi dan menghitung hasil panen atau Moraga.

Dalam pengelolaan pertanian ini dikenal cara bergotong-royong yang diBuol

disebut Notaalyo. Mereka yang datang bekerja membantu dandijamin makan-minum

dan rokok. Selain dari pada itu ada pula kebiasaan yang disebut Mopodobwu, yang

artinya menumpang tanam. Bila kebun sudah siap panen , biasanya ada orang tertentu

diberikan atau dipinjamkan sedikit tanah untuk ditanaminya sendiri.

Yang diberikan itu adalah dari keluarga yang tidak mampu tenaganya (seperti

seorang sudah tua, atau ibu yang tidak ada suaminya lagi).

Ini sifatnya sosial apabila ada yang Mopodobwu itu seorang pejabat atau pemuka

agama , maka bagi petani dianggap sebagai suatu kehormatan dan mengharapkan

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

97

berkah dari padanya . tetapi dari segi ekonomi jelas merugikan karena berkurang

hasil panennya.

4. Adat Kematian

Untuk penghormatan terakhir pada orang orang yang meninggal maka

diadakanlah acra adat pemakamanya. Dalam acara berlangsung ini semua pejabat dan

petugas adat serta orang tua yang hadir diberi sepotong kain putih untuk ikat kepala.

Semua perlengkapan adat juga dibungkus dengan kain putuh termasuk tiang-tiang

dan tangga rumah.

Tidak ketinggalan tangga adat Tukadu Diapalya. Bendera adat Embero dikibarkan

terus siang malam. Kulintang dibunyikan dengan irama khusus yang disebut Ndeng-

ndeng. Setiap melakukan kegiatan mengurus mayat oleh pejabat hukum syar’i

dibunyikan kulintang dengan irama Ndeng-ndeng beralun lemah , sayub-sayub

menyediakan yaitu pada waktu jenaza dibawah ketempat permandian , pada waktu

mulai dimandikan, pada waktu selesai dimandikan , pada waktu kembali kedalam

rumah, pada waktu mulai dikapankan , pada waktu selesai dikapankan , pada waktu

mulai disembayangkan , pada waktu selesai disembayangka , dan pada waktu mulai

diangkat untuk dibawah kepemakaman.

Bila raja yang mengankat, maka diabuatkan kereta jenaza yang disebut

Talyanggkeda.ada kebiasaan pula para pengantar kerata jenazah itu saling tarik

menarik atau tolak menolak kereta itu yang disebut Mobwutukano.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

98

Pada hari yang ditetapkan (biasa hari ke-40 atau ke-100) diadakan acara

Kenduri Adat yang disebut Mengupas. Dalam upacara adat Buol selain upacara

penobatan raja (Monongouko) , ada dua upacara adat yang besar , yaitu waktu

perkawinan dan waktu kematian

Pada waktu acara adat besar seperti itu yang dihadiri raja dan pembesar-

pembesar kerajaan lainnya serta para pejabat tinggi hukum Syar’i , maka ruangan dan

tempat duduk diatur dan dihiasi sedemikian rupa beralaskan permandi dan lain-lain.

Adapun urutan tempat duduk adalah sebagai berikut :

- Raja berhadapan dengan : Mofuti (Mufti)

- Jogugu berhadapn dengan : Kaalri (kadri )

- Kapitalau berhadap dengan : Hakimo

- Ukumo berhadapan dengan : Naabi

- Ulreano Lripu berhadapan dengan : Imam

- Anakopunu berhadapan dengan : Atibi

- Maiyordoka berhadap dengan : Seehe

- Pahalyaano berhadapan dengan : Sara’a

Baru sesudah itu duduk para kepala kampung dan tokoh-tokoh masyarakat

lainnya . dalam kenduri besar ini dihadangkan untuk raja dan beberapa pembesar

lainnya diletakkan diatas dulang tinggi dari tembaga. Selesai Tahilan simati, biasanya

kesempatan itu dipakai untuk tugas-tugas pemerintahan.

Pada zamn dahulu dimana perangkat adat masih lengkap dan lembaga bokidu

belum dibubarkan oleh belanda, maka pada kesempatan seperti itu biasanya diadakan

musyawara (Mobokidu), mengenai pengangkatan dan pemberhentian pejabat-pejabat

kerajaan.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

99

Setelesai semua acara , sebagai penutup acara Mengupas , ditutup dengan

mandi berkabung, yaitu semua yang turun dari rumah dari rumah dan saling siram

menyiram dengan air tidak ada terkecuali , disebut Monimukalyo

5. Penobatan Raja (Monongouko)

Bilamana raja mengankat (segeralah diadak adat kematian seperti diuraika

diatas), maka jabatan raja lowong . pemerintahan untuk sementara dijalankan oleh

jogugu. Jogugu yang memimpin upacara pemakaman raja dan minta supaya Bokidu

bersidang, untuk memilih pengganti raja.

Bila sudah mufakat, maka sang calon raja diharuskan memasuki Masa Semedi

yang bahasa Buol disebut Kuutono. Ini berlangsung selama empat puluh hari empat

puluh mala, dan tidak boleh berhubungan dengan dunia luar , dalam sebuah kamar

tersendiri.

Dia memusatkan perhatiannya pada tugas yang bakal dipikulnya dan

senantiasa memohon kehadirat Tuhan Yang Maha Esa agar supaya diberikan

kekuatan lahir maupun batin dan selalu diberinya petunjuk bimbinganya.

Selesai Melakukan semedi , lalu dimandikan secara adat (dengan ramuan-

ramuan dan perlengkapan adat), dengan air yang diambil dari tujuh tempat yang

berarti agar sang raja tetap dapat memperrsatukan seluruh wilayahnya dan dapat

berbuat adil kepada semua orang yang berada dalam kekuasaanya.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

100

Pada peresmiannya sebagai raja dihadapan majelis besar yang dihadiri para

pejabat-pejabat tinggi sampai yang rendah, tokoh-tokoh agama dan pemuka

masyarakat serta wakil-wakil daerah , maka dipakaikan kepada Samada sebagai topi

kebesaran raja, kemudian diserahkan keris sebagai lambang kekuasaan., dan

dilanjutkan dengan penyerahan Botangoraja (Tongkat Raja) sebagai lambang

kepemimpinan.

Pada saat itu lah raja disumpah dengan unggkapan kata-kata:

- Nai Ko Poyi-Poyili

- Nai Ko Tigo-Tigogo

- Nai Monambango Ato Dolyano

Selesai upacar tersebut maka raja itu diarak keliling (ibu kota) tuju kali , untuk

disaksikan oleh rakyatnya , lalu mereka mengadakan sembah sujud dengan menyusun

sepuluh jari diantara keningnya , (Monubu) sambil membisikan kata-kata’’ Tubo

Kalyangan’’.

Budaya-budaya dalam masyarakat sangat di jaga dan dijunjung tinggi, serta

dipertahankan oleh seluruh masyarakat. Adat istiadat yang ada pada masyarakat

selalu di taati dan dilaksanankan.

Kehidupan sosial masyarakat lebih bersifat gotong royong, mapalus (kerja

sama) dan kekeluargaan. Masyarakat melakukan aktifitasnya sehari-hari selalu

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

101

berjalan kaki karena pada saat itu alat transportasi masih sangat terbatas seperti

motor dan mobil.

Salah satu budaya atau tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Buol adalah

“paki” (gasing) dan “marah” (layang-layang). Paki (gasing) dan marah ((layang-

layang) adalah merupakan sebuah permainan masyarakat Buol yang menandakan

musim panen padi.

Apabila masyarakat sudah mulai bermain gasing, berarti menandakan

waktunya untuk menanam padi, dan apabila masyarakat sudah mulai bermain layang-

layang berarti menandakan sebuah musim panen padi. Masyarakat yang sudah selesai

memanen padi harus menumbuk padi agar terpisah dari kulitnya dan bisa dikonsumsi,

karena belum ada mesin penggiling padi. Kendaraan yang digunakan masyarakat

sebagai alat transportasi adalah perahu dan gerobak yang ditarik oleh sapi.

Selain itu, salah satu tradisi atau budaya yang dimiliki masyarakat dan selalu

dilakukan adalah Tog ndeng-ndeng (alat musik yang mirip dengan kulintang),

apabila sudah berbunyi Tog ndeng-ndeng tersebut berarti menandakan sebuah duka,

hingga semua keluarga meneteskan air mata namun tidak di izinkan untuk menangis

keras.

Tog ndeng-ndeng adalah sebuah alat musik tradisional masyarakat Buol yang

mirip dengan kulintang, namun cara dan tekhnik memukul atau memainkannya

sangat berbeda dengan cara bermain Kulintang dan biasanya di mainkan disaat terjadi

sebuah duka pada masyarakat Buol.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

102

Masyarakat Buol mempunyai alat musik tradisional Kurindang (Kulintang),

rabana, gambos (gambus), palumba, mogunugon, gugobiyan (teka-teki), alat musik

tradisional tersebut digunakan untuk mengisi acara hiburan pada sebuah lembaga

adat.

Semangat gotong royong masyarakat masih sangat kental dan masyarakat

menyebutnya mapalus (gotong royong/kerja sama). Salah satu contoh adalah apa bila

ada seorang masyarakat yang sedang Mopayat Gua (memaras kebun), masyarakat

yang melihatnya akan ikut membantu untuk memaras kebun tersebut.

Hubungan kekerabatan dalam keluarga masih sangat terjalin erat, saling

menghargai, hormat menghormati, dan tidak boleh memanggil nama kepada orang

yang lebih tua. Seluruh masyarakat melakukan Silaturahmi dengan pejabat di saat

hari lebaran, yaitu diadakan kunjungan dari masing-masing distrik dengan

menggunakan alat musik tradisional seperti rebana, menuju rumah kediaman Madika

(Raja).

Masyarakat Buol mempunyai satu organisasi sosial yaitu organisasi arisan

membangun rumah.. Pada kegiatan arisan membangun rumah tersebut yang

dilakukan setiap bulan, masyarakat terlebih dahulu melakukan Bokidu (musyawarah)

untuk memutuskan siapa yang menjadi Itoy Kalreja (orang yang dituakan) dalam

pekerjaan untuk membangun rumah tersebut. Itoy Kalreja (orang yang dituakan)

kemuudian akan memilih satu orang dari anggota-anggotanya kepada siapa yang

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

103

pertama dan berhak untuk dibangunkan rumah, dengan melihat kondisi dan

kehidupannya sehari-hari.

Menurut Samsudin Lasau, kehidupan sosial budaya masyarakat Buol masih

sangat sederhana. Masyarakat yang ingin pergi belanja di pasar Buol harus

berjalan kaki karena pada saat itu masih sngat terbatas alat transportasi seperti

motor atau mobil. Budaya-budaya yang ada pada masyarakata sangat di jaga

dan selalu dipertahankan. Salah satu budaya masyarakat Buol adalah dengan

bermain “paki” (gasing) dan “marah” (layang-layang), apabila masyarakat

sudah mulai bermain gasing, berarti menandakan waktunya untuk menanam

padi, dan apabila masyarakat sudah mulai bermain layang-layang berarti

menandakan sebuah musim panen padi. Masyarakat yang sudah selesai

memanen padi harus menumbuk padi agar terpisah dari kulitnya dan bisa

dimakan, karena belum ada mesin penggiling padi. Kendaraan yang

digunakan masyarakat sebagai alat transportasi adalah gerobak yang ditarik

oleh sapi. (wawancara, tanggal 26 Maret 2013).

Menurut Maryam G. Mailili, Lembaga adat mempunyai anggota yang terdiri

dari beberapa orang kepala kampung, salah satu anggota adat adalah

Permaisyuri Raja. Di samping itu, Masyarakat Buol mempunyai alat musik

tradisional Kurindang (Kulintang), rebana, gambus, palumba, mogunugon,

gugobiyan (teka-teki), alat musik tradisional tersebut digunakan untuk

mengisi acara hiburan pada sebuah lembaga adat. Salah satu budaya yang

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

104

dimiliki oleh masyarakat Buol yaitu Tog ndeng-ndeng (alat musik yang mirip

dengan kulintang), apabila sudah berbunyi Tog deng-deng tersebut berarti

menandakan sebuah duka, dan semua keluarga meneteskan air mata namun

tidak di izinkan untuk menangis keras. Tog ndeng-ndeng adalah sebuah alat

musik yang mirip dengan kulintang, namun cara dan tekhnik memukul atau

memainkannya sangat berbeda dengan cara bermain Kulintang dan biasanya

di mainkan disaat terjadi sebuah duka pada masyarakat Buol. Semangat

gotong royong masyarakat Buol masih sangat kental dan masyarakat

menyebutnya mapalus (gotong royong/kerja sama). Apa bila ada seorang

masyarakat yang sedang Mopayat Gua (memaras kebun) masyarakat yang

melihatnya akan ikut membantu untuk memaras kebun tersebut. Hubungan

kekerabatan dalam keluarga masih sangat terjalin erat, saling menghargai,

hormat menghormati, dan tidak boleh memanggil nama kepada orang yang

lebih tua. Masyarakat melakukan Silaturahmi dengan pejabat di saat hari

lebaran, yaitu diadakan kunjungan dari masing-masing distrik (kecamatan)

dengan menggunakan rebana, kemudian diterima oleh Madika (Raja).

(wawancara, tanggal 28 Maret 2013).

Menurut Nasarudin Mangge, kehidupan sosial masyarakat Buol sangat

bersifat kekeluargaan dan selalu menghormati orang yang lebih tua.

Masyarakat selalu mengutamakan sikap gotong royong, dan selalu sopan

santun kepada orang lain. Dalam membangun sebuah rumah seperti rumah

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

105

patok (Rumah yang terbuat dari patok ) mereka selalu bersama-sama dan

saling membantu, bahkan ada salah satu kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat yaitu arisan membangung rumah yang dilakukan setiap bulan.

Pada kegiatan arisan membangun rumah tersebut yang dilakukan setiap bulan,

masyarakat terlebih dahulu melakukan Bokidu (musyawarah) untuk

memutuskan siapa yang menjadi Itoy Kalreja (orang yang dituakan) dalam

pekerjaan untuk membangun rumah tersebut. Itoy Kalreja (orang yang

dituakan) akan memilih satu orang dari anggota-anggotanya kepada siapa

yang pertama dibangun rumah, dengan melihat kondisi dan kehidupannya.

(wawancara, tanggal 27 Maret 2013).

Menurut Aisyah Entu, “kehidupan sosial masyarakat pada saat itu sangat

sederhana sekali, hubungan-hubungan dalam masyarakat terlajin dengan baik dan

sifat motalyo (kerja sama) selalu dilakukan dalam kehidupan masyarakat, budaya-

budaya sangat di pertahankan dan dijunjung tinggi oleh masyarakat”. (wawancara,

tanggal 05 April 2013).

Menurut Ibrahim Turungku, “hubungan dalam masyarakat sangat tejalin

dengan baik dan bersifat kekeluargaan, budaya-budaya yang ada pada masyarakat

dijunjung tinggi, selalu di jaga dan tetap dilaksanakan”. (wawancara, tanggal 07 April

2013).

4.3 Hubungan Sosial Kultur Kerajaan Buol Dengan Gorontalo

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

106

Istilah sosialisasi sudah familiar juga. Banyak orang menggunakannya untuk

berbagai keperluan. Sampai saat ini masih saja banyak orang yang latah

menggunakan kata yang satu ini, karena tidak pas penggunaannya. Sama saja halnya

dengan orang memakai cincin Memang cincin di pasangkan pada jari tanggan. Akan

tetapi ada saja orang memasangnya pada jari telunjuk atau ibu jari. Pada hal

sebaiknya, agar indah dipandang tentunya dipasang pada jari manis.

pengertian dasar dari kata sosialisasi. Kata sosialisasi berasal dari kata sosial.

Kata “sosial” digunakan untuk menunjukan sifat dari makhluq yang bernama

manusia. Sehinga munculah ungkapan “manusia adalah makhluq sosial”.

Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain yang paling penting

proses terjadi adalah suatu reaksi yang menyebabkan munculnya berbagai tindakan.

Reaksi itu disebut dengan proses sosial. Proses sosial itu terjadi disebabkan karena

dalam tiap-tiap diri mausia Allah telah menanamkan mawaddah dan rahmah.

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang saling

mempengaruhi antara orang perorangan, antara orang dengan kelompok dan juga

antara kelompok dengan kelompok manusia lainnya. Di dalam interaksi itu salah satu

faktor yang sangat penting dalam kelancaran dan kesuksesannya adalah komunikasi.

Dengan menggunakan bahasa yang sama maka proses komunikasi dalam berinteraksi

akan terlaksana dengan mudah.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

107

Interaksi sosial yang kedua ini yang mengantarkan seseorang kepada saling

pengertian dan persaudaraan disebut sebagai sosialisasi. Proses sosialisasi adalah

proses penyesuaian diri. Dengan kemampuan penyesuaian diri itulah orang dapat

hidup dengan baik.

4.3.1 Budaya

Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya

kebudayaan berasal dari kata Latin colera. Artinya mengelolah atau mengerjakan,

yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut, yaitu colera kemudian

culture, diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia mengolah dan mengubah

alam.

Budaya buol dan gorontalo saling pengaruh mempengaruhi. Karena perbauran

budaya-budaya tersebut. maka banyak kemiripan-kemiripan antara adat istiadat atau

pun tradisi antara suku Buol dan Gorontalo.

Menurut Maryam G. Mailili dari hubungan kekerabatan ini ada perbauran

sosial kultur dari kerajaan ini terutama dari seni budaya di Buol memiliki

rebana kecil- Gorontalo memiliki rebana besar disebut buruda banyak yang

menggunakannya. (wawancara, tanggal 28 Maret 2013).

Nasrudin Mangga bahwa kebudayaan Buol dengan Gorontalo banyak

memiliki kemiripan seperti dalam adat kematian, perinkahan.

(wawancara 27 – maret -2013).

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

108

4.3.2 Bahasa

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyatukan

berbagai macam suku-suku bangsa di Indonesia. Tanpa bahasa manusia tidak akan

bisa mengenal satu sama lain dan tidak bisa hidup dalam masyarakat.

Buol adalah salah satu daerah yang mempunyai adat istiadat dan bahasa

sendiri sebagai salah satu alat untuk menyatukan masyarakat Buol dan sebagai sebuah

ciri khas daerah tersebut.

Pungganaan bahasa buol di gunakan dalam kehidupan sehari- hari dan Bahasa

juga adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling

berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa

isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan

bicaranya atau orang lain.

Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat,

tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya

dengan segala bentuk masyarakat.

Sedangkan Gorontalo merupakan salah satu suku di Indonesia memang sejak

dahulu telah memiliki satu bangsa bahasa pengantar dalam masyarakat dan

kebudayaan yang disebut bahasa daerah Gorontalo. Dalam klasifikasi bahasa daearah

Gorontalo termaksud bahasa daerah yang perlu dilestarikan oleh pemerintaha dan

masyarakat agar bahasa ini senantiasa hidup dan dapat digunakan secara terus

menerus.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

109

Begitu juga Pungganaan dalam bahasa Gorontalo adalah sebagai alat

komunikasi antar sesama, berlangsung dalam kehidupan sehari dan dalam upacara

adat. Disamping itu bahasa Gorontalo juga menjadi alat penyampaian sastra, baik

secara lisan maupun tulisan.

Menurut Maryam G. Mailili dari segi Bahasa buol dengan bahasa gorontalo

memiliki kemiripan bahasa. Kadang-kadang, orang-orang Buol dianggap

sebagai sub kelompok dari suku Gorontalo karena memiliki kemiripan-

kemiripan budaya dan bahasa.(wawancara 28 – maret 2013).

Lebih lanjut menurut Samsudin Lasau dalam Bahsa buol dan gorontalo banyak

memiliki kemeripan-kemiripan atau kesamaan karena buol dan gorontalo

memiliki hubungan yang erat. (26 – maret 2013).

4.3.Latar Belakang keluarnya Buol dari federasi daerah sulawesi utara (DSU)

Gagasan Buol keluar dari Federasi sulawesi utara berasal dari partai politik

islam masyumi yang tertuang dalam Program perjuangan tertanggal 13 maret 1954

yang ditanda tangani oleh T. Kawandaud , J.A Lamaka dan B. Hi. Rauf :

a. Alasan untuk keluar dari sulawesi utara

1. Undang- undang yang dipakai sulawesi utara tidak sama , sebab

gorontalo memakai peraturan secara langsung dari pemerintahan

belanda dahulu (aturan tanah Gubernem dahulu), sedang Buol

(swapraja Buol) memakai peraturan tanah-tanah Landschap (ZBR)

tahun 1938.

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

110

2. Gorontalo sudah lama dimodernisasikan, sedang wilayah Buol masih

masih terikat dengan tradisi tanah Landschap (adat istiadat kerajaan)

yang membawa peradaban secara moreel.

3. Mengenai kecerdasan masyarakat, Buol ditinggalkan beberap taraf

kebawah oleh Gorontalo.

4. Buol (wilayah buol) terdapat disekitar laut sulawesi, Sedang Gorontalo

terdapat teluk temini (teluk gorontalo) hal mana yang menyulitkankan

perhubungan politik, ekonomi dan sosial.

Menurut Marya G. Mailili penyebab Buol dan Gorontalo berpisah karena

ingin menghapuskan penjajahan dan ingin berdiri sendiri, berpemerintahan

sendiri, berdasarkan UU Nor 44/1945 Dati II sulawesi utara ibu kota

Gorontalo karena daerah swapraja Buol di hapuskan tinggal kenangan maka

madika Aminullah Turungku sebagai panung praja, Buol memisahkan diri

dari sulawesi utara (gorontalo) bergabung dengan toli-toli yang juga

memisahkan diri daru Dunggala kemudian membentuk Kab. Dati II Buol toli-

toli ibukotanya Toli-toli. (wawancara, tanggal 28 Maret 2013).

Menurut Nasrudin Mangge Sebelum abad ke-19 dan masuk abad ke 20 buol

dan gorontalo yang pertama masih dalam afdeling manado yaitu Bolmong,

Gorontalo dan Buol masih kesatuan pemerintahan. Sekitar Pada tahun 1925

Buol bergabung kembali dengan gorontalo daerah swapraja buol karean

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …eprints.ung.ac.id/2882/9/2013-1-87201-231409111-bab4-30072013035743.pdf · limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu

111

kedekatan emosional, kemudian menarik diri untuk begabung dengan Buol

Toli-toli pada tahun 1945.(wawancara 27 – maret- 2013).

Lebih lanjut menurut Supu Tahura bahwa Buol berpisah dengan Gorontalo

bukan unsur politik. Setelah kemerdakaan Buol sudah bergabung denga toli-

toli (wawancara 06 – april -2013 ).

4.4 Faktor-faktor Hubungan Buol dengan Gorontalo Menjadi Renggang

Faktor lain lain yang membut hubungan Buol dengan Limboto/ Gorontalo

menjadi renggang ialah pelarian orang-orang bualemo ke Buol. Masaalah pelarian

orang-orang boalemo ini sudah berlarut-larut . ada beberapa sebab orang-orang

Buolemo menyingkir keBuol. Sebelumnya mereka disebut orang tembelo.

Dijelaskan pada waktu kerajaan tompotikat dikalahkan oleh pasukan

gabungan banggai dengan Limboto/ Gorontalo , maka rakyat tompotikat jadi kocar

kacir . sebagain lari kepegunungan bercampur dengan suku asli , sebagian ditawan

dengan pasukan limboto dan ditempatkan ditilamuta dan diberi nama orang bualemo .

sebagain lagi lolos kebuol

Mengenai pelarian orang-orang buolemo ini , lebih lanjut J.G.F.ridel jelaskan

: “ Raja limboto berulang kali memanggil mereka untuk kembali , tetapi raja buol

tidak menghiraukan panggilan tersebut dan tetap menjadikan orang-orang bualemo

menjadi warganya . maka terjadilah ketegangan bahwa perang antara Buol dengan

Limboto