bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1...

68
96 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Kebutuhan Desain Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif menggunakan CEM Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab III, studi pendahuluan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara dan pemberian angket. Wawancara telah dilakukan kepada kepala UPT Dikdas LS Kecamatan Simo, mendapatkan hasil sebagai berikut: a) 20 dari 34 (59 %) SD negeri dan swasta di Kecamatan Simo telah menerapkan Kurikulum 2013, meskipun belum full dari kelas 1 sampai 6; b) Guru kurang menguasai cara mengembangkan pembelajaran tematik, sehingga masih perlu ditingkatkan. Guru hanya menggunakan Buku Guru dari pemerintah dan belum berinovasi mengembangkan sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar siswa. Bahkan guru melaksanakan pembelajaran tematik masih lepas-lepas per mata pelajaran; c) Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik adalah dengan cara mengirimkan guru dalam

Upload: phungtram

Post on 04-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

96

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Kebutuhan Desain Pelatihan Pengembangan

Pembelajaran Tematik Integratif

menggunakan CEM

Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab III,

studi pendahuluan pada penelitian ini dilakukan

dengan teknik wawancara dan pemberian angket.

Wawancara telah dilakukan kepada kepala UPT

Dikdas LS Kecamatan Simo, mendapatkan hasil

sebagai berikut: a) 20 dari 34 (59 %) SD negeri dan

swasta di Kecamatan Simo telah menerapkan

Kurikulum 2013, meskipun belum full dari kelas 1

sampai 6; b) Guru kurang menguasai cara

mengembangkan pembelajaran tematik, sehingga

masih perlu ditingkatkan. Guru hanya

menggunakan Buku Guru dari pemerintah dan

belum berinovasi mengembangkan sendiri sesuai

dengan kondisi lingkungan sekitar siswa. Bahkan

guru melaksanakan pembelajaran tematik masih

lepas-lepas per mata pelajaran; c) Upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru

dalam mengembangkan pembelajaran tematik

adalah dengan cara mengirimkan guru dalam

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

97

kegiatan pelatihan. Namun, kegiatan tersebut

tergolong jarang sekali, karena hanya dilakukan 1

tahun sekali dan tidak semua guru dapat

mengikuti; d) Pelatihan yang dilakukan selama ini

bersifat top down, tidak didasari oleh kebutuhan

guru dalam pembelajaran; e) Oleh karena pelatihan

yang dilakukan selama ini bersifat top down, maka

hasil yang diperoleh belum tentu sesuai dengan

kebutuhan guru dalam hal pembelajaran. Pelatihan

yang dilakukan selama ini sifatnya sosialisasi

dengan alokasi waktu yang terbatas, sehingga

belum melibatkan guru untuk menyusun sebuah

produk yang menunjang pembelajaran tematik,

misalnya merancang jaring tema dan subtema

sesuai kondisi lingkungan siswa.

Angket yang diberikan kepada 20 guru kelas 4

SD di Kecamatan Simo terbagi menjadi dua

komponen yaitu kegiatan pelatihan (6 aspek) dan

kompetensi pedagogik guru (10 aspek). Hasil angket

kegiatan pelatihan dipaparkan pada uraian berikut.

Pada aspek keikutsertaan guru dalam pelatihan

Kurikulum 2013, terdapat 11 (55%) dari 20 guru

belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan

Kurikulum 2013 dan 9 guru lainnya (45%) sudah

pernah mengikuti. Aspek berikutnya yaitu penilaian

terhadap kegiatan pelatihan yang dilakukan selama

ini. 6 dari 11 guru yang pernah mengikuti pelatihan

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

98

(55%) menilai cukup dan 5 lainnya (45%) menilai

baik. Pada aspek pemahaman terhadap

pembelajaran tematik, 11 guru (55%) menyatakan

cukup dan 9 lainnya (45%) menyatakan paham

terhadap pembelajaran tematik.

Pada aspek perlunya pengembangan

pembelajaran tematik berbasis lingkungan, 20 guru

(100%) menyatakan perlu dilakukan pengembangan

pembelajaran tematik berbasis lingkungan. Pada

aspek kebutuhan akan pelatihan, 19 guru (95%)

menyatakan membutuhkan pelatihan dan 1 lainnya

(5%) menyatakan tidak membutuhkan. Alasan yang

ditulis adalah karena tinggal beberapa bulan lagi

sudah pensiun. Selanjutnya, pada aspek kesediaan

mengikuti pelatihan, terdapat 19 guru (95%) yang

bersedia meluangkan waktu untuk kegiatan

pelatihan dan 1 lainnya (5%) menyatakan tidak

bersedia dengan alasan sudah hampir pensiun.

Komponen kedua yaitu kompetensi pedagogik

guru. Rekapitulasi hasil angket kompetensi

pedagogik guru dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Persentase Hasil Angket Kompetensi Pedagogik Guru

Aspek yang dinilai TB C B SB Std. UPT

Gap

1. Pemahaman terhadap model desain pembelajaran tematik

0% 65% 35% 0% 80%

B 45%

2. Kemampuan memerinci kelebihan dan kelemahan model desain pembelajaran tematik

0% 35% 65% 0% 80%

B 15%

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

99

3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik

0% 50% 50% 0% 80%

B 30%

4. Keterampilan mentabulasikan SKL, KI, KD, dan Silabus

0% 30% 70% 0% 80%

B 10%

5. Keterampilan menyusun jaring tema

0% 65% 35% 0% 80%

B 45%

6. Pemahaman terhadap model-model pembelajaran

0% 45% 55% 0% 80%

B 25%

7. Kemampuan memilih model-model pembelajaran

0% 45% 55% 0% 80%

B 25%

8. Keterampilan merancang skenario pembelajaran

0% 60% 40% 0% 80%

B 40%

9. Keterampilan menentukan teknik penilaian

0% 65% 35% 0% 80%

B 45%

10. Keterampilan menyusun instrumen penilaian

0% 75% 25% 0% 80%

B 55%

Sumber: diolah dari hasil angket studi kebutuhan Ket: TB (tidak baik), C (cukup), B (baik), SB (sangat baik)

Tabel 4.1 di atas, merupakan komparasi hasil

angket kompetensi pedagogik guru dengan standar

UPT Dikdas LS-Simo sehingga nampak

kesenjangannya. Pada aspek pemahaman terhadap

model desain pembelajaran tematik, terdapat 13

guru (65%) yang menyatakan cukup dan 7 guru

lainnya (35%) menyatakan memahami model desain

pembelajaran tematik dengan baik. Jika

dibandingkan dengan standar UPT, yaitu setidaknya

terdapat 16 guru (80%) yang menyatakan baik pada

aspek yang dinilai, maka nampak kesenjangannya

sebesar 45%.

Pada aspek kemampuan memerinci kelebihan

dan kelemahan model desain pembelajaran tematik,

terdapat 7 guru (35%) yang menjawab cukup dan 13

guru lainnya (65%) menyatakan baik dalam

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

100

memerinci kelebihan dan kelemahan model desain

pembelajaran tematik. Jika dibandingkan dengan

standar UPT, yaitu setidaknya terdapat 16 guru

(80%) yang menyatakan baik pada aspek yang

dinilai, maka nampak kesenjangannya sebesar 15%.

Aspek kemampuan memilih model desain

pembelajaran tematik, jumlah guru yang menjawab

cukup adalah sebanyak 10 guru (50%) dan 10 guru

lainnya (50%) menyatakan memiliki keterampilan

yang baik dalam memilih model desain

pembelajaran tematik. Jika dibandingkan dengan

standar UPT, yaitu setidaknya terdapat 16 guru

(80%) yang menyatakan baik pada aspek yang

dinilai, maka nampak kesenjangannya sebesar 30%.

Pada aspek keterampilan mentabulasikan

SKL, KI, KD, dan silabus, terdapat 6 guru (30%)

yang menyatakan cukup dan 14 lainnya (70%)

menyatakan memiliki keterampilan yang baik dalam

mentabulasikan SKL, KI, KD, dan silabus. Jika

dibandingkan dengan standar UPT, yaitu setidaknya

16 guru (80%) menyatakan baik, maka

kesenjanganya hanya adalah sebesar 10%.

Pada aspek keterampilan menyusun jaring

tema, terdapat 13 guru (65%) yang menyatakan

cukup dan 7 guru lainnya (35%) menyatakan baik

dalam menyusun jaring tema. Jika dibandingkan

dengan standar UPT, yaitu minimal 16 guru (80%)

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

101

memiliki kemampuan yang baik dalam menyusun

jaring tema, maka kesenjangan yang muncul

sebesar 45%.

Pada aspek pemahaman terhadap model-

model pembelajaran, terdapat 9 guru (45%) yang

menjawab cukup dan 11 lainnya (55%) menyatakan

memiliki pemahaman yang baik terhadap model-

model pembelajaran. Jika dibandingkan dengan

standar UPT, minimal 16 guru (80%) memiliki

pemahaman yang baik terhadap model-model

pembelajaran, maka kesenjangan yang nampak

adalah sebesar 25%.

Pada aspek kemampuan memilih model-model

pembelajaran, ada 9 guru (45%) yang menyatakan

cukup dan 11 lainnya (55%) menyatakan baik

dalam memilih model-model pembelajaran. Jika

dibandingkan dengan standar UPT, yaitu minimal

16 guru (80%) menyatakan baik dalam memilih

model-model pembelajaran, maka besar

kesenjanganya adalah 25%.

Pada aspek keterampilan merancang skenario

pembelajaran, terdapat 12 guru (60%) yang

menyatakan cukup dan 8 lainnya (40%) lainnya

menyatakan baik dalam merancang skenario

pembelajaran. Jika dibandingkan dengan standar

UPT, yaitu minimal 16 guru (80%) menyatakan baik

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

102

dalam merancang skenario pembelajaran, maka

kesenjangan yang nampak adalah sebesar 40%.

Pada aspek keterampilan menentukan teknik

penilaian, terdapat 13 guru (65%) yang menyatakan

cukup dan 7 lainnya (35%) menyatakan baik dalam

menentukan teknik penilaian. Jika dibandingkan

dengan standar UPT, yaitu minimal 16 guru (80%)

menyatakan baik dalam menentukan teknik

penilaian, maka kesenjangan yang nampak adalah

sebesar 45%.

Pada aspek terakhir yaitu menyusun

instrumen penilaian, terdapat 15 guru (75%) yang

menyatakan cukup dan 5 lainnya (25%) menyatakan

memiliki keterampilan yang baik dalam menyusun

instrumen penilaian. Jika dibandingkan dengan

standar UPT, yaitu minimal 16 guru (80%)

menyatakan baik dalam menyusun instrumen

penilaian, maka nampak kesenjangannya sebesar

55%.

4.1.2 Hasil Pengembangan Desain Pelatihan

Pengembangan Pembelajaran Tematik

Integratif menggunakan CEM

Pengembangan langkah-langkah desain

pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik

Integratif SD menggunakan CEM disusun

berdasarkan rambu-rambu kebutuhan guru dalam

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

103

pembelajaran tematik integratif seperti telah

diuraikan pada bagian 4.1.1 di atas. Pengembangan

desain pelatihan Pengembangan Pembelajaran

Tematik Integratif menggunakan CEM ini diambil

dari teori Nadler (1988: 1).

Seperti telah dijelaskan pada Bab III, proses

mendesain pelatihan CEM ini terdiri atas delapan

tahap, yaitu (1) mengidentifikasi kebutuhan

lembaga, (2) spesifikasi pelaksanaan pekerjaan, (3)

mengidentifikasi kebutuhan peserta, (4)

menentukan tujuan, (5) memilih kurikulum, (6)

menentukan strategi pembelajaran, (7) menentukan

sumber-sumber pembelajaran, dan (8) melakukan

pelatihan.

Secara lebih spesifik, proses pengembangan

desain pelatihan pengembangan pembelajaran

tematik integratif untuk guru kelas 4 SD adalah

sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi

kebutuhan SD-SD di Kecamatan Simo yang sudah

menerapkan Kurikulum 2013, dalam hal

meningkatkan kompetensi guru mengembangkan

pembelajaran tematik integratif. Setelah identifikasi

kebutuhan SD di Kecamatan Simo dilakukan,

selanjutnya dilakukan evaluasi untuk memastikan

apakah telah ditemukan masalah dan kebutuhan

akan program pelatihan. Secara garis besar, hasil

evaluasi langkah pertama yaitu telah diketemukan

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

104

kebutuhan sekolah terkait kompetensi guru dalam

mengembangkan pembelajaran tematik integratif.

Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan

sekolah tersebut adalah memberikan pelatihan

kepada guru-guru yang mempunyai kompetensi

rendah dalam hal mengembangkan pembelajaran.

Umpan balik yang diperoleh adalah semestinya

identifikasi masalah tidak hanya dilakukan kepada

kepala UPT saja, namun juga dilakukan dengan

kepala sekolah.

Kedua, menspesifikasikan kinerja guru.

Spesifikasi kinerja guru dalam mengembangkan

pembelajaran tematik integratif dituangkan dalam

bentuk Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

Dasar (KD) pelatihan yang diambil dari

Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Evaluasi

pada tahap ini mendapatkan hasil bahwa pelatihan

betul-betul dibutuhkan. Pada tahap kedua ini

diperoleh umpan balik bahwa ada baiknya jika

spesifikasi kinerja guru diambil semua dari 10

aspek yang terdapat pada Permendiknas No. 16

Tahun 2007, tidak hanya 3 aspek saja.

Pada langkah ketiga, yaitu mengidentifikasi

kebutuhan guru kelas 4 SD Kec. Simo

menggunakan angket, ditemukan kesenjangan

antara kompetensi guru faktual dengan kompetensi

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

105

guru ideal (yang harapkan UPT). Hasil evaluasi

tahap ini menunjukkan bahwa guru memiliki

kebutuhan yang harus dipenuhi agar mutu

pendidikan dapat meningkat. Salah satu langkah

yang harus dilakukan saat ini adalah memberikan

pelatihan kepada guru agar kebutuhan dalah hal

pembelajaran dapat terpenuhi. Umpan balik yang

diterima adalah ada baiknya jika analisis kebutuhan

guru dilakukan melalui tes, tidak hanya angket.

Keempat, menentukan tujuan pelatihan.

Tujuan pelatihan dirumuskan berdasarkan

indikator yang telah dikembangkan dari SK dan KD

pelatihan. Hasil evaluasi tahap empat ini

menunjukkan bahwa tujuan pelatihan sudah sesuai

dengan kebutuhan guru dan institusi. Namun agak

rancu dengan tujuan penelitian. Pada tahap ini

terdapat masukan, yaitu sebaiknya dipisahkan

antara tujuan pelatihan dan tujuan penelitian.

Kelima, memilih kurikulum. Materi pelatihan

yang digunakan diadaptasi dari Kemendikbud

dengan materi pokok berupa: a) Merancang Jaring

Tema; b) analisis SKL, KI-KD, dan silabus

pembelajaran tematik integratif; c) analisis model-

model pembelajaran tematik integratif dan

merancang jaring tema; d) mengembangkan

instrumen penilaian hasil belajar; e) merancang

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Jaminan

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

106

kelayakan materi pelatihan, telah divalidasi oleh dua

orang ahli materi pelatihan. Hasil evaluasi langkah

ini adalah materi pelatihan ini sudah menjawab

kebutuhan guru dan dapat diujicobakan dengan

beberapa perbaikan. Sehingga setelah materi ini

disajikan, dimungkinkan kebutuhan guru akan

terpenuhi. Hanya saja materi terlalu banyak.

Umpan balik yang diterima yaitu sebaiknya materi

diringkas saja.

Langkah selanjutnya adalah memilih strategi

pembelajaran. Pemilihan strategi pelatihan ini

berupa aktivitas instruktur dan peserta pelatihan di

konkretkan dalam bentuk silabus dan RPP

pelatihan yang telah divalidasi oleh dua orang ahli

desain pelatihan. Hasil evaluasi langkah enam ini

menunjukkan bahwa strategi pelatihan telah

disesuaikan dengan materi pelatihan dengan

memperhatikan karakteristik peserta pelatihan.

Hanya saja metode pembelajaran pada setiap RPP

menggunakan metode yang sama. Umpan balik

yang diterima yaitu sebaiknya metode yang

digunakan berbeda-beda, sehingga peserta tidak

mudah bosan.

Langkah berikutnya adalah menentukan

sumber daya manusia, sumber daya fisik, dan

finansial. Sumber daya manusia pelatihan telah

disiapkan, yaitu supervisor, instruktur, pengelola,

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

107

dan peserta. Adapun sumber daya fisik yang telah

dipersiapkan meliputi ruang pelatihan,

soundsystem, ATK, dll. Evaluasi pada tahap ini telah

dilakukan dan hasil yang diperoleh menunjukkan

bahwa sumber daya manusia, sumber daya fisik,

dan finansial telah tersedia maka kegiatan pelatihan

siap diimplementasikan. Sayangnya, instruktur

pelatihan hanya ada 1, hal ini menyebabkan peserta

bosan. Umpan balik yang diterima yaitu, jika

memungkinkan, sebaiknya instruktur ditambah.

Langkah yang terakhir adalah melaksanakan

pelatihan. Evaluasi pelaksanaan pelatihan ini

dipaparkan pada bagian hasil uji coba terbatas.

Secara lebih rinci hasil evaluasi dan umpan

balik langkah-langkah CEM dapat dilihat pada tabel

4.2 berikut.

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi dan Umpan Balik Langkah-langkah CEM

Langkah 1

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Apakah telah ditemukan

permasalahan yang menjadi

kebutuhan sekolah?

Perancang telah menemukan

permasalahan yang menjadi kebutuhan

sekolah, terkait kompetensi guru dalam

mengembangkan pembelajaran tematik

integratif SD. Namun baru melibatkan

kepala UPT saja belum melibatkan pihak

sekolah untuk mengidentifikasi masalah,

seperti kepala sekolah.

Apakah masalah dan

kebutuhan dinyatakan

dengan jelas secara tertulis?

Ya, masalah dan kebutuhan telah

dinyatakan secara tertulis.

Apakah sekolah dan UPTD Kebutuhan yang telah diidentifikasi telah

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

108

Dikdas telah menyetujui

adanya permasalahan

tersebut?

disetujui oleh pihak sekolah dan UPTD

Dikdas.

Apakah disepakati bahwa

pelatihan adalah solusi yang

tepat untuk memecahkan

masalah yang ditemukan?

Jangan-jangan sudah bisa

dipecahkan hanya dengan

kegiatan pengadaan buku-

buku kurikulum 2013, tidak

perlu pelatihan.

Untuk meningkatkan kompetensi guru

dalam mengembangkan pembelajaran

tematik integratif, guru tidak cukup

hanya diberi buku panduan kurikulum

2013. Hal itu disebabkan karena

motivasi guru untuk belajar berbeda-

beda, sehingga tidak ada jaminan buku

panduan kurikulum 2013 betul-betul

dipelajari oleh guru. Oleh karena itu,

disepakati bahwa program pelatihan

merupakan solusi terbaik dari

permasalahan yang ditemukan.

Apakah perlu dirancang

program pelatihan untuk

mengatasi permasalahan

tersebut?

Perlu dirancang program pelatihan untuk

memetakan sumber daya dan dana yang

dibutuhkan.

Apakah telah ada keputusan

khusus untuk mulai

merancang sebuah program

pelatihan?

Telah diputuskan oleh pihak sekolah dan

UPTD Dikdas untuk mulai merancang

pelatihan dalam rangka mengatasi

kebutuhan yang ditemukan. Program

pelatihan dirancang khusus untuk

mengatasi masalah yang ditemukan.

Apakah telah dilakukan

perancangan yang melibatkan

berbagai pihak dari sekolah

dan UPTD Dikdas untuk

merancang pelatihan?

Ya. Program pelatihan dirancang oleh

peneliti dan disetujui oleh pihak sekolah

dan UPTD Dikdas.

Umpan balik: semestinya identifikasi masalah tidak hanya dilakukan

dengan kepala UPT saja, melainkan juga melibatkan kepala sekolah dasar

di kecamatan Simo.

Langkah 2

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Menginjak tahap yang kedua,

apakah perancangan program

pelatihan sebagai solusi dari

masalah yang muncul dapat

dilanjutkan?

Dapat dilanjutkan

Apakah telah dilakukan Telah dilakukan spesifikasi kinerja guru

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

109

spesifikasi kinerja guru dalam

bentuk Standar Kompetensi

(SK) dan Kompetensi Dasar

(KD) pelatihan yang

diharapkan dapat

meningkatkan kinerja guru

dalam implementasi

Kurikulum 2013?

SD/MI dalam bentuk Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD) pelatihan. Spesifikasi kinerja guru

tersebut diambil dari Permendiknas

nomor 16 tahun 2007, sehingga

spesifikasi kinerja guru sesuai dengan

tuntutan pemerintah.

Apakah spesifikasi kinerja

guru dalam bentuk Standar

Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD)

pelatihan telah disepakati oleh

pihak sekolah dan UPTD

Dikdas?

Ya. Kinerja guru yang telah

dispesifikasikan oleh perancang

selanjutnya didiskusikan dengan pihak

sekolah dan UPTD Dikdas, sehingga

kinerja guru yang dispesifikasikan oleh

perancang sesuai dengan harapan

sekolah dan UPTD Dikdas.

Apakah disepakati bahwa

sekolah dan UPTD Dikdas

bersedia mengalokasikan

waktu untuk program

pelatihan?

Telah disepakati bahwa pihak UPTD dan

sekolah bersedia mengalokasikan waktu

untuk pelatihan dalam rangka

memecahkan permasalahan guru.

Umpan balik: alangkah baiknya jika 10 aspek yang terdapat dalam

permendiknas nomor 16 tahun 2007 dispesifikasikan semua, tidak hanya

3 aspek saja.

Langkah 3

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Bagaimana cara yang

dilakukan untuk

mengidentifikasi

kebutuhan masing-masing

guru? Apakah guru

diberikan tes, wawancara,

angket atau yang lainnya?

Identifikasi kebutuhan guru dilakukan

dengan cara pemberian angket dan tes

kepada guru yang menerapkan kurikulum

2013. Selain itu juga dilakukan wawancara

dengan pihak UPTD Dikdas terkait kinerja

guru melaksanakan pembelajaran.

Jika kebutuhan guru

terpenuhi, apakah kinerja

guru bisa lebih baik atau

meningkat?

Jika kebutuhan guru terpenuhi, dan guru

tersebut mempunyai komitmen juga

tanggungjawab, dimungkinkan akan

meningkatkan kinerja guru dalam

mengimplementasikan kurikulum 2013.

Jika kebutuhan guru

terpenuhi, apakah

permasalahan institusi

akan terpecahkan?

Ya. Permasalahan yang dihadapi institusi

berakar dari permasalahan guru; jadi jika

permasalahan guru terpenuhi, akan

berpengaruh terhadap institusi.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

110

Seberapa penting dan

genting permasalahan

kebutuhan guru tersebut

untuk diatasi?

Pentingnya kebutuhan guru untuk diatasi

adalah karena kebutuhan guru merupakan

akar dari permasalahan institusi (sekolah).

Jika kompetensi guru tidak dapat mencapai

standar yang ditetapkan pemerintah, tentu

akan menyebabkan pembelajaran tidak

bermutu dan pada akhirnya berdampak

pada output yaitu lulusan yang tidak

berkompeten. Oleh karena itu, dipandang

genting untuk segera mencari solusi terbaik

dalam rangka mengatasi permasalahan

guru, mengingat dampak yang ditimbulkan

tidak hanya merugikan institusi tetapi juga

siswa.

Untuk mengatasi

kebutuhan guru, apakah

pelatihan merupakan

solusi terbaik?

Ya. Untuk memberikan pengetahuan dan

keterampilan tentang cara mengembangkan

pembelajaran tematik integratif tidak cukup

dengan memberikan buku panduan

kurikulum 2013 ataupun sosialisasi,

melainkan perlu diberikan pelatihan

sehingga guru dapat berlatih/praktik

mengembangkan pembelajaran,

berkonsultasi dengan instruktur, dan

berdiskusi dengan teman sejawat.

Apakah para guru yang

memiliki kebutuhan untuk

dikembangkan

kompetensinya tersebut

bersedia dilatih?

Sejauh ini, guru yang memiliki kebutuhan

tentang cara mengembangkan pembelajaran

kurikulum 2013 bersedia diberikan

pelatihan. Hal ini telah dinyatakan oleh

masing-masing guru pada angket yang

diberikan.

Umpan balik: jika memungkinkan, alangkah lebih baik analisis

kebutuhan guru-guru dilakukan melalui tes.

Langkah 4

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Apakah tujuan umum

pelatihan yang dirumuskan

perancang dapat diterima

oleh pihak sekolah dan UPTD

Dikdas?

Ya, dapat. Sejauh ini pihak sekolah

maupun UPTD belum pernah

menyelenggarakan pelatihan

menggunakan Critical Events Model

(CEM). Jadi, melalui pelatihan ini

diharapkan dapat menambah wawasan

teoritis dan keterampilan praktis tentang

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

111

pelatihan menggunakan Critical Events

Model (CEM). Namun, tujuan pelatihan

rancu dengan tujuan penelitian. Perlu di

pilah terlebih dahulu sehingga dapat

diterima.

Apakah tujuan khusus

pelatihan dapat diterima oleh

pihak sekolah dan UPTD

Dikdas?

Ya, dapat; Karena perumusan tujuan

pada program pelatihan ini didasari oleh

kebutuhan guru dan institusi.

Apakah semua kebutuhan

institusi dan guru telah

tercermin dalam rumusan

tujuan?

Ya. Kebutuhan institusi yang berakar

dari kebutuhan guru telah tercermin

dalam rumusan tujuan khusus

meningkatkan kompetensi guru dalam

mengembangkan pembelajaran tematik

integratif.

Adakah tujuan pelatihan

yang diprioritaskan?

Tidak ada.

Apakah rumusan tujuan

pelatihan sinkron dengan

indikator kinerja guru?

Sinkron, karena indikator kinerja guru

dijabarkan dari tujuan pelatihan.

Umpan balik: sebaiknya dibedakan antara tujuan pelatihan dengan

tujuan penelitian. Perlu ada perbaikan pada tujuan umum dan khusus

(sesuai catatan).

Langkah 5

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Bagaimana proses penyusunan

materi pelatihan? Apakah

disusun oleh perancang

pelatihan, disusun oleh

instruktur, atau menggunakan

materi dari Kemendikbud?

Materi pelatihan disusun oleh perancang

pelatihan dengan mengadopsi materi dari

Kemendikbud dan dari berbagai sumber

lain yang relevan dan mutakhir.

Apakah materi pelatihan

memenuhi tujuan yang telah

dirumuskan?

Materi dikembangkan dari kebutuhan

yang tercermin dalam tujuan. Sehingga

materi yang dikembangkan memenuhi

tujuan yang telah dirumuskan. Namun

materi terlalu banyak, mungkin bisa

dibuat ringkas saja.

Jika materi pelatihan dikuasai

oleh guru, apakah kebutuhan

guru akan terpenuhi?

Ya.

Apakah materi pelatihan Relevan. Materi pelatihan dikembangkan

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

112

relevan untuk meningkatkan

kinerja guru?

untuk menjawab kebutuhan guru. Jika

kebutuhan guru telah terpenuhi, maka

pada gilirannya akan meningkatkan

kinerja guru.

Apakah materi pelatihan

relevan dengan kebutuhan

sekolah terkait dengan

kompetensi guru?

Relevan. Secara tidak langsung, materi

pelatihan yang dikembangkan relevan

dengan kebutuhan sekolah. Pada

dasarnya materi pelatihan

dikembangkan untuk memenuhi

kebutuhan guru. Jika kebutuhan guru

telah terpenuhi dan kinerjanya

meningkat, maka kebutuhan sekolahpun

juga terpenuhi.

Umpan balik: materi sebaiknya diringkas saja tidak usah terlalu banyak.

Langkah 6

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Apakah strategi atau metode

pembelajaran dirancang

sesuai dengan materi

pelatihan?

Ya. Pemilihan strategi atau metode

pembelajaran disesuaikan dengan materi

pelatihan.

Apakah pemilihan strategi

pembelajaran yang

direncanakan dapat

diterapkan dalam pelatihan?

Dapat. Strategi pembelajaran telah dipilih

dengan memperhatikan karakteristik

peserta pelatihan, lingkungan belajar, dan

kompetensi instruktur.

Jika lesson plans atau RPP

pelatihan dilaksanakan,

akankah tujuan pelatihan

dapat tercapai?

Ya. Jika lesson plans atau RPP pelatihan

dilaksanakan diikuti dengan komitmen

instruktur & peserta pelatihan, juga

penguasaan materi oleh peserta pelatihan,

maka tujuan pelatihan dapat tercapai.

Apakah lesson plans atau

RPP pelatihan

mencerminkan kebutuhan

guru yang telah

diidentifikasi?

Ya. Lesson plans atau RPP pelatihan

mencerminkan kebutuhan guru. Misal:

guru belum mampu menyusun instrumen

penilaian sikap dan keterampilan, maka

pada lesson plans atau RPP pelatihan

terdapat langkah dimana guru

berkesempatan untuk berlatih, berdiskusi,

dan berkonsultasi tentang cara menyusun

instrumen penilaian sikap dan

keterampilan.

Jika lesson plans atau RPP

pelatihan digunakan,

Ya. Jika lesson plans atau RPP pelatihan

digunakan dan kebutuhan guru telah

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

113

apakah akan berkaitan

dengan kinerja guru?

terpenuhi, maka akan berpengaruh positif

pada kinerja guru.

Jika pelatihan dilakukan

berpedoman pada lesson

plans atau RPP, apakah

permasalahan institusi akan

terpecahkan?

Ya. Jika pelaksanaan pelatihan berpedoman

pada lesson plans atau RPP yang telah

disusun dan tujuan pembelajaran dapat

dicapai oleh guru, maka kebutuhan guru

akan terpenuhi. Setelah kebutuhan guru

terpenuhi maka permasalahan sekolahpun

akan terpecahkan.

Umpan balik: sebainya metode pembelajaran dalam pelatihan berbeda-

beda, sehingga peserta pelatihan tidak bosan.

Langkah 7

Pertanyaan Hasil Evaluasi

Apakah sumber daya manusia,

sumber daya fisik, dan finansial

pelatihan tersedia?

Tersedia, yaitu Sumber Daya

Manusia (Supervisor, Instruktur,

Pengelola, dan Peserta); sumber daya

fisik (ruang pelatihan, soundsystem,

ATK); finansial (anggaran)

Siapakah yang akan menjadi

instruktur pelatihan? Apakah

memiliki kompetensi yang

memadai?

Pengewas SD yang sudah

mempunyai sertifikat sebagai

Instruktur Nasional. Instruktur

pelatihan yang dipilih adalah

instruktur yang berkompeten di

bidang Kurikulum 2013

Akankah instruktur yang ditunjuk

bersedia memberikan pelatihan?

Bersedia. Sayangnya, instruktur

hanya satu, hal ini menimbulkan

perasaan bosan bagi peserta.

Apakah instruktur diberikan

pembekalan awal dari perancang

pelatihan sebelum memulai

pelatihan?

Ya. Sebelum pelaksanaan pelatihan,

instruktur mendapatkan pembekalan

awal dari perancang pelatihan agar

pelaksanaan pelatihan dapat

berjalan sesuai rancangan.

Siapakah yang akan menjadi

peserta pelatihan?

Peserta pelatihan adalah guru-guru

SD/MI kelas 4 yang sudah

menerapkan kurikulum 2013 (yang

mempunyai kebutuhan tentang

pembelajaran tematik integratif) dan

siap mengimplementasikan hasil

pelatihan di sekolah masing-masing.

Akankah peserta yang ditunjuk

bersedia mengikuti pelatihan?

Bersedia, karena peserta yang

ditunjuk adalah guru yang

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

114

mempunyai kebutuhan.

Siapakah yang menjadi supervisor

dalam pelatihan? Apakah memiliki

kompetensi yang memadai?

Supervisor yang dipilih untuk

meninjau perancangan dan

pelaksanaan pelatihan adalah

Ka.UPTD Dikdas yang telah

berkompeten dalam hal pelatihan.

Akankah supervisor bersedia hadir

ketika pelaksanaan pelatihan?

Bersedia

Apakah supervisor memerlukan

instruksi awal dari perancang

pelatihan sebelum meninjau

pelatihan?

Ya. Supervisor mendapatkan

instruksi awal dari perancang untuk

meninjau pelaksanaan pelatihan

dengan menggunakan instrumen

evaluasi.

Siapakah yang menjadi

pengelola/panitia pelaksanaan

pelatihan?

Pengelola/panitia pelatihan adalah

beberapa staf UPTD Dikdas.

Akankah pengelola/panitia yang

ditunjuk bersedia melaksanakan

tugasnya ketika pelaksanaan

pelatihan?

Bersedia.

Bahan-bahan pelatihan apa

sajakah yang perlu dipersiapkan?

Materi pelatihan, alat tulis kantor,

tanda pengenal

Apakah bahan-bahan pelatihan

telah disiapkan?

Telah disiapkan

Peralatan pelatihan apasajakah

yang perlu dipersiapkan?

LCD, proyektor, microphone

Apakah peralatan tersebut telah

dipersiapkan?

Telah disiapkan

Sudahkah ada perkiraan dana

sebelumnya?

Sudah, yaitu sebesar kurang lebih

Rp. 4.000.000,-

Apa saja yang termasuk dalam

anggaran?

Sewa gedung, honorarium

instruktur, transportasi peserta,

honorarium supervisor, panitia,

konsumsi, dll.

Akankah pelatihan menggunakan

biaya secara efektif?

Ya, telah dialokasikan secara detail.

Siapa yang akan dikenai biaya

dalam pelatihan?

Perancang pelatihan (dalam rangka

penelitian tesis)

Apakah ada alternatif lain terkait

anggaran?

Tidak ada

Setelah mengevaluasi beberapa

aspek (dari langkah 1 sampai

dengan 7), apakah rancangan

Dapat.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

115

pelatihan dapat

diimplementasikan?

Umpan balik: Jika memungkinkan, Instruktur sebaiknya ditambah.

Langkah 8

Pertanyaan Hasil Evaluasi

a. Setelah melaksanakan pelatihan,

apakah hasil pelatihan telah

memecahkan masalah institusi

dan guru?

Ya, sejauh ini telah memecahkan

masalah institusi dan guru.

namun keberhasilan ini harus

ditindaklanjuti agar tidak

menurun atau muncul

permasalahan yang baru.

b. Apakah ada kebutuhan untuk

mengulangi pelatihan?

Tidak ada

c. Jika program pelatihan perlu

diulang, modifikasi atau perbaikan

seperti apakah yang dapat

menjawab kebutuhuan?

Tidak perlu diulang.

Umpan balik: sebaiknya panitia tidak ada yang dating terlambat, hingga

tugasnya harus diambil alih oleh panitia yang lainnya.

a. Tingkat Validitas dan Kualitas Produk Desain

Pelatihan Pengembangan Pembelajaran

Tematik Integratif SD

Draft awal desain pelatihan Pengembangan

Pembelajaran Tematik Integratif SD yang telah

dikembangkan, selanjutnya dilakukan uji validasi

ahli. Penilaian dilakukan oleh ahli desain pelatihan

dan ahli materi pelatihan tentang pembelajaran

tematik integratif SD. Validator ahli desain pelatihan

adalah Prof. Dr. Slameto, M.Pd, guru besar Program

Magister Manajemen Pendidikan UKSW Salatiga dan

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

116

Endang Purwaningsih, M.Pd kepala SDN 1 Simo-

Boyolali. Sedangkan validator ahli materi pelatihan

tentang pembelajaran tematik integratif SD adalah

Dr. Mawardi, M.Pd, dosen Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar - FKIP UKSW Salatiga dan Drs.

Abdul Basith, M.Pd.I, kepala Madrasah Ibtidayah

Pulutan-Salatiga.

1. Hasil Uji Tingkat Validitas Produk Desain

Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik

Integratif SD oleh Ahli

a) Tingkat Validitas Silabus dan RPP Pelatihan

Seperti telah dipaparkan pada Bab III, bahwa

produk desain pelatihan akan divalidasi oleh ahli

dengan menggunakan instrumen rubrik penilaian.

Instrumen rubrik penilaian desain pelatihan ini

mencakup dua komponen, yaitu komponen silabus

(8 item) dan komponen Rencana Pelaksanaan

Pelatihan (10 item). Dokumen rubrik penilaian

otentik yang telah diisi oleh para ahli desain

pelatihan dapat dilihat pada lampiran. Hasil

penilaian para ahli terhadap desain pelatihan

disajikan pada tabel 4.3 dan 4.4 berikut.

Tabel 4.3 Penilaian ahli desain pelatihan terhadap silabus

No Aspek yang dinilai

Skor Ahli

Desain Re

rata 1 2

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

117

1. Kelengkapan identitas silabus 5 4 4.5

2. Kualitas perumusan Kompetensi Dasar

4 4 4

3. Kualitas perumusan indikator 5 4 4.5

4. Relevansi antara KD, indikator, materi dan evaluasi

4 4 4

5. Kualitas pengembangan materi pelatihan

5 4 4.5

6. Kejelasan kegiatan pelatihan 4 4 4

7. Kesesuaian jenis dan deskripsi bahan dengan materi

3 4 3.5

8. Ketepatan penentuan alokasi waktu

4 4 4

Jumlah skor 34 32 33

Skor Persentase 85% 80% 83%

Sumber: diolah dari hasil penilaian ahli terhadap silabus

Hasil penilaian ahli desain pelatihan terhadap

silabus seperti pada tabel 4.2, nampak bahwa

persentase skor dari ahli 1 sebesar 85%, ahli 2

sebesar 80%, dan rata-rata dari kedua ahli adalah

83%. Berdasarkan kategori hasil uji validasi ahli

seperti telah dipaparkan pada Bab III, maka skor

persentase dari ahli 1, ahli 2, dan rerata kedua ahli

masuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini berarti

bahwa desain pelatihan Pengembangan

Pembelajaran Tematik Integratif SD berupa silabus

ini layak untuk diujicobakan secara terbatas.

Tabel 4.4 Penilaian ahli desain pelatihan

terhadap RPP

No. Aspek yang dinilai

Skor Ahli Desain

Re rata

1 2

1. Kelengkapan komponen RPP (SK, 4 4 4

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

118

KD, tujuan, metode, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan bahan belajar, penilaian)

2. Kesesuaian rumusan tujuan dengan indikator

4 4 4

3. Ketepatan perumusan tujuan dalam mencapai kompetensi

4 4 4

4. Cakupan materi 4 4 4

5. Kejelasan skenario pelatihan 5 4 4.5

6. Urutan langkah-langkah pembelajaran

5 4 4.5

7. Ketepatan metode pembelajaran 3 4 3.5

8. Kesesuaian pemilihan alat dan bahan dengan metode pelatihan

3 4 3.5

9. Ketepatan penentuan alokasi waktu dengan materi

3 4 3.5

10. Kesesuaian teknik penilaian dengan indikator

4 3 3.5

Jumlah Skor 39 39 39

Skor persentase 78% 78% 78%

Sumber: diolah dari hasil penilaian ahli terhadap RPP

Data pada tabel 4.3 di atas merupakan hasil

penilaian ahli desain pelatihan terhadap RPP.

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa

persentase skor dari ahli 1 dan ahli 2 sebesar 78%,

dan rata-rata penilaian dari kedua ahli sebesar 78%.

Berdasarkan kategori hasil uji validasi ahli, maka

ketiga skor persentase tersebut masuk dalam

kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa desain

pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik

Integratif SD berupa RPP ini dapat diujicobakan

secara terbatas.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

119

Disamping memberikan penilaian terhadap

silabus dan RPP pelatihan, para ahli desain

pelatihan juga memberikan saran-saran untuk

perbaikan. Saran-saran yang diberikan oleh ahli

desain pelatihan 1 adalah sebagai berikut:

a) Perbaiki lembar evaluasi setiap langkah CEM,

agar menggambarkan bahwa setiap langkah CEM

dikritisi oleh supervisor.

b) Lengkapi desain pelatihan dengan panduan

instruktur, panduan peserta, panduan pengelola,

dan panduan supervisor.

c) Tambahkan metode pelatihan pada RPP.

d) Tambahkan jaminan keberhasilan implementasi

pelatihan.

e) Gunakan istilah secara konsisten “model

pelatihan” atau “desain pelatihan”.

f) Perbaiki kata pengantar.

Saran-saran yang diberikan oleh ahli desain

pelatihan 2 adalah sebagai berikut:

a) Sebaiknya tulisan Madrasah Ibtidaiyah dihapus

saja karena UPT hanya mengelola SD Negeri dan

Swasta.

b) Sinkronkan antara indikator dengan instrumen

penilaian yang disusun.

c) Perbaiki lembar evaluasi setiap langkah CEM,

gunakan kata-kata yang operasional, sehingga

supervisor dapat menilai dengan mudah.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

120

d) Perbaiki penulisan “UPTD Dikdas Kecamatan

Simo”, yang tepat adalah “UPT Dikdas LS

Kecamatan Simo”.

e) Bedakan dan perbaiki rumusan tujuan umum

dan khusus. Sebaiknya tujuan penelitian tidak

perlu dimasukkan pada tujuan pelatihan.

b) Tingkat Validitas Materi Pelatihan

Produk materi pelatihan tentang pembelajaran

tematik integratif SD, divalidasi menggunakan

instrumen berupa rubrik penilaian. Instrumen

tersebut terdiri dari 25 item pernyataan. Dokumen

rubrik penilaian otentik yang telah diisi oleh para

ahli materi pembelajaran tematik integratif dapat

dilihat pada lampiran. Pada tabel 4.4 berikut

disajikan hasil penilaian para ahli materi

pembelajaran tematik integratif.

Tabel 4.5 Penilaian Ahli Materi Pembelajaran Tematik Integratif

No Aspek yang dinilai

Skor Ahli Desain

Re rata

1 2

1. Kesesuaian materi dengan indikator

5 5 5

2. Kesesuaian kedalaman materi dengan indikator

4 4 4

3. Kesesuaian keluasan materi dengan indikator

5 4 4.5

4. Materi yang dikembangkan mendorong rasa ingin tahu guru

4 4 4

5. Materi yang dikembangkan akan 4 4 4

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

121

memperkaya pengetahuan dan wawasan guru

6. Keakuratan fakta atau data yang digunakan

3 4 3.5

7. Keakuratan konsep atau definisi yang digunakan

4 4 4

8. Keakuratan prinsip atau

pernyataan kaidah yang digunakan

4 4 4

9. Keakuratan prosedur yang digunakan

4 4 4

10. Keakuratan ilustrasi, gambar, dan diagram

5 4 4.5

11. Keakuratan istilah yang digunakan

5 4 4.5

12. Relevansi materi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru.

4 4 4

13. Kemutakhiran contoh kasus yang digunakan

3 4 3.5

14. Kemutakhiran sumber pustaka 4 4 4

15. Kemutakhiran foto/gambar yang digunakan

5 4 4.5

16. Keruntutan materi 4 4 4

17. Kualitas gambar dalam materi. 5 4 4.5

18. Ketepatan ukuran gambar dalam materi

4 4 4

19. Ketepatan struktur kalimat 4 5 4.5

20. Keefektifan kalimat 4 5 4.5

21. Kebakuan istilah 4 4 4

22. Kemudahan informasi/pesan untuk dipahami

4 5 4.5

23. Keterpaduan antarparagraf 4 5 4.5

24. Kekonsistenan dalam penggunaan istilah

4 5 4.5

25. Kekonsistenan dalam menggunakan tanda baca

4 5 4.5

Jumlah Skor 104 107 106

Skor persentase (%) 83% 86% 85%

Sumber: diolah dari hasil penilaian ahli terhadap materi

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

122

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui

bahwa skor persentase penilaian ahli 1 sebesar 83%,

dan ahli 2 sebesar 86%. Rata-rata skor persentase

kedua ahli adalah 85%. Berdasarkan kategori hasil

uji validasi ahli, skor persentase penilaian ahli 1,

ahli 2, dan rata-rata ahli 1 dan 2 masuk pada

kategori sangat tinggi. Hal ini berarti bahwa materi

pelatihan Pengembangan Pembelajaran Tematik

Integratif SD berupa RPP ini layak untuk

diujicobakan secara terbatas.

Disamping memberikan penilaian terhadap

materi pelatihan, ahli materi 1 juga memberikan

saran-saran untuk perbaikan. Namun ahli materi 2

tidak memberikan saran pada penilaian. Adapun

saran-saran yang diberikan oleh ahli materi 1

adalah sebagai berikut:

Unit 1:

a) Perlu kecermatan dalam editing penomoran.

Lihat halaman 59. … F. Penilaian …, mulai

angka 5, seharusnya 1.

b) Perbaiki kutipan halaman 63 “Tim Pengembang

PGSD (1997)” dengan mengecek sumbernya.

c) Tambahkan contoh-contoh jaring tema yang

dikembangkan pemerintah maupun guru untuk

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

123

mendukung fakta yang digunakan dalam

mengembangkan materi.

d) Perbaiki tata tulis. Lihat halaman 66 Langkah-

langkah mendesain pembelajaran Ayu Tia Wilis,

tidak ada angka 2-nya.

e) Lengkapi dengan materi dalam bentuk

PowerPoint.

Unit 2:

a) Perbaiki pengetikan dan editing. Lihat halaman

71, F. Teknik Penilaian Indikator 8.2, 8.3, dst.

b) Tambahkan contoh hasil tabulasi analisis SKL,

KI, KD, dan Silabus.

c) Perbaiki halaman 77. Analisis SKL, KI, KD, dan

Silabus bagian D. petunjuk no.1 dan 2 sama.

d) Tambahkan materi dalam bentuk PowerPoint.

Unit 3:

a) Perbaiki pengetikan/penomoran halaman 80. F.

No. 5.5, dst.

b) Perbaiki kalimat pada paragraf pertama halaman

81, terdapat lompatan ide.

c) Tambahkan contoh hasil pengembangan

implementasi model pembelajaran.

d) Halaman 88 kolom kegiatan pembelajaran

sebaiknya sintak modelnya, bukan struktur RPP.

e) Tambahkan materi dalam bentuk PowerPoint.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

124

Unit 4:

a) Perbaiki pengetikan halaman 91. F.

b) Tambahkan contoh hasil pengembangan

instrumen penilaian yang dibuat oleh guru SD,

khususnya ranah sikap.

c) Tambahkan materi dalam bentuk PowerPoint.

Unit 5:

a) Perbaiki editing dan tata tulis.

b) Halaman 114, dst. No. 5. Mengidentifikasi dan

Mengembangkan … nomornya 5 atau e?

c) Tambahkan contoh RPP hasil kerja guru SD.

d) Tambahkan materi dalam bentuk PowerPoint.

2. Revisi Produk Desain Pembelajaran

Pengembangan Pembelajaran Tematik Integratif

SD

Hasil uji validasi ahli desain pelatihan

pengembangan pembelajaran tematik integratif

secara keseluruhan sudah valid dan dapat

diujicobakan secara terbatas. Meskipun hasil uji

validasi sudah valid dan layak diujicobakan, namun

harus tetap dilakukan perbaikan pada beberapa

aspek yang disarankan oleh ahli seperti yang telah

dipaparkan pada Subbab sebelumnya. Berikut

dipaparkan hasil revisi desain pelatihan; secara

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

125

lebih jelas perbedaan sebelum dan sesudah direvisi

dapat dilihat pada lampiran nomor 11.

1) Revisi Silabus dan RPP Pelatihan

Berikut adalah hasil revisi silabus dan RPP

pelatihan yang telah dilakukan.

a) Lembar evaluasi setiap langkah CEM telah

direvisi sehingga menggambarkan bahwa

setiap langkah CEM dikritisi oleh supervisor.

b) Produk telah dilengkapi dengan panduan

instruktur, panduan peserta, panduan

pengelola, dan panduan supervisor.

c) Pada RPP setiap sesi pelatihan telah

ditambahkan metode pembelajaran yaitu

ceramah, tanya jawab, diskusi, dan

presentasi.

d) Telah ditambahkan jaminan keberhasilan

implementasi pelatihan.

e) Telah direvisi sehingga konsisten

menggunakan “desain pelatihan”.

f) Kata pengantar telah diperbaiki.

g) Telah direvisi dengan menghapus tulisan

Madrasah Ibtidaiyah.

h) Indikator telah direvisi sehingga sinkron

dengan instrumen penilaian.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

126

i) Lembar evaluasi langkah CEM telah diperbaiki

dengan menggunakan kata-kata yang

operasional.

j) Penulisan “UPTD Dikdas Kecamatan Simo”,

telah diganti dengan “UPT Dikdas LS

Kecamatan Simo”.

k) Telah direvisi rumusan tujuan khusus dan

umum serta telah dihapus tujuan penelitian

yang ada pada tujuan pelatihan.

2) Revisi Materi Pelatihan

a. Telah diperbaiki editing pengetikan dan

penomoran hal. 59 pada bagian F. Penilaian

dimulai angka 1; tata tulis pada hal. 66;

petunjuk lembar kerja peserta pada hal. 77

penomoran pada hal. 114 “e”; penomoran

pada hal. 80; pengetikan pada hal. 91 F; dst.

b. Telah direvisi sumber kutipan “Tim

Pengembang PGSD (1997)” diganti dengan

sumber yang lebih mutakhir yaitu “Mawardi

dan Bambang S. Sulasmono (2011: 96)”.

c. Telah ditambahkan contoh jaring tema yang

dikembangkan oleh pemerintah.

d. Telah ditambahkan contoh hasil tabulasi

analisis SKL, KI, KD, dan Silabus.

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

127

e. Kalimat pada paragraf pertama halaman 81

telah direvisi sehingga sudah tidak ada

lompatan ide.

f. Telah ditambahkan contoh hasil

pengembangan implementasi model

pembelajaran.

g. Kegiatan pembelajaran telah diganti dengan

sintak model.

h. Telah ditambahkan contoh hasil

pengembangan instrumen penilaian yang

dibuat oleh guru SD, khususnya ranah sikap.

i. Telah ditambahkan contoh RPP hasil kerja

guru SD.

j. Telah dilengkapi dengan materi dalam bentuk

PowerPoint pada setiap Unit.

b. Hasil Uji Coba Terbatas

1. Deskripsi Kompetensi Pedagogik Guru

Uji coba lapangan terbatas dilakukan dalam

pelatihan yang diselenggarakan oleh peneliti

bekerjasama dengan UPT Dikdas LS Kecamatan

Simo. Instruktur pelatihan adalah Sutriyono, S.Pd.

MM dan satu orang supervisor sebagai pengamat,

yaitu Ali Mahmud, S.Pd. Peserta yang dilibatkan

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

128

dalam pelatihan ini adalah 10 orang guru kelas 4

SD di Kecamatan Simo.

Pelaksanaan uji coba terbatas dilakukan pada

tanggal 20 dan 23 November 2017. Alokasi waktu

adalah 16 jam tatap muka dan 16 jam tugas

mandiri tanpa tatap muka. Proses pelatihan

pengembangan pembelajaran tematik integratif

berpedoman pada RPP yang telah disusun. Kegiatan

ujicoba meliputi pretes untuk mengukur kompetensi

pedagogik guru sebelum pelatihan, kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup,

serta postes untuk mengukur kompetensi pedagogik

guru setelah pelatihan.

Pada kegiatan pendahuluan, instruktur

menyampaikan tujuan pembelajaran, cakupan

materi, aktivitas pembelajaran, produk yang

diharapkan, dan teknik penilaian. Selanjutnya pada

kegiatan inti, instruktur memaparkan materi

dengan metode ceramah dan tanya jawab.

Instruktur juga memberikan contoh cara

mengerjakan tugas pada setiap sesi. Setelah itu

instruktur menginisiasi peserta pelatihan untuk

membentuk kelompok dan mengerjakan tugas

setiap sesi. Tugas yang dikerjakan pada saat sesi

berlangsung tidak harus selesai semua dan dapat

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

129

dilanjutkan pada sesi mandiri tanpa tatap muka.

Meskipun demikian, setiap kelompok harus

mempresentasikan progress ataupun hasil yang

didapat untuk memperoleh masukan dari instruktur

dan teman sejawat.

Pada kegiatan penutup, peserta melakukan

refleksi terhadap proses belajarnya dan instruktur

menginisiasi peserta untuk melanjutkan tugasnya

secara mandiri tanpa tatap muka.

Selama peserta mengerjakan tugas mandiri,

peserta dapat berkonsultasi dengan instruktur via

email. Kegiatan uji coba pelatihan ini diakhiri

dengan postes untuk mengukur kompetensi

pedagogik guru setelah melakukan pelatihan. Tabel

4.5 berikut \memaparkan data hasil pretes dan

postes guru.

Tabel 4.6 Data Hasil Pretes dan Postes

No Inisial Peserta

Pelatihan

Skor Pretes

Skor Postes

Gain Skor

1. W 60 83 23

2. S 70 76 6

3. HD 56 76 20

4. AS 66 80 14

5. II 70 86 16

6. R 70 76 6

7. SL 63 80 17

8. P 76 86 10

9. IB 70 83 13

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

130

10. SH 63 80 17

Rerata 66 81 14,3

Minimal 56 76

Maksimal 76 86

Sumber: diolah dari hasil pretes dan postes

Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa

pada rerata skor pretes kompetensi guru sebesar 66,

skor minimal 56 dan maksimal 76. Pada kolom

postes, rerata kompetensi guru mencapai 81,

dengan skor minimal 76 dan maksimal 86.

2. Hasil Uji Wilcoxon

Pada bagian Bab III telah dipaparkan

bahwa untuk melihat ada tidaknya peningkatan

kompetensi pedagogik guru, khususnya dalam

mengembangkan pembelajaran tematik integratif

di SD, dilakukan uji Wilcoxon. Tabel 4.6. berikut

memaparkan hasil olahan uji Wilcoxon

menggunakan bantuan program SPSS.

Tabel 4.7 Hasil Uji Wilcoxon Ranks

N

Mean Rank

Sum of Ranks

sesudahpelatihan - sebelumpelatihan

Negative Ranks

0 (a) .00 .00

Positive Ranks

10 (b) 5.50 55.00

Ties 0 (c)

Total 10

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

131

a. sesudahpelatihan < sebelumpelatihan

b. sesudahpelatihan > sebelumpelatihan

c. sesudahpelatihan = sebelumpelatihan

Test Statistics (b)

Sesudahpelatihan

- sebelumpelatihan

Z -2.807 (a)

Asymp. Sig. (2-tailed) .005

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Hasil uji Wilcoxon seperti dalam Tabel 4.7 di

atas menunjukkan bahwa:

1) negative rank atau selisih negatif antara pretes

(skor tes sebelum pelatihan) dengan postes (skor

tes sesudah pelatihan) adalah 0, artinya tidak

ada penurunan dari hasil pretes ke postes;

2) positive ranks atau selisih positif antara pretes

adalah 10, artinya ke-10 peserta pelatihan

mengalami peningkatan kompetensi pedagogik,

khususnya dalam mengembangkan pembelajaran

tematik integratif di SD. Mean rank positif atau

rata-rata peningkatan tersebut sebesar 5,50,

sedangkan Sum of Ranks atau jumlah ranking

sebesar 55,00;

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

132

3) Ties, yaitu kesamaan skor pretes dan postes

adalah 0, artinya tidak ada skor yang sama

antara pretes dan postes.

Pada ouput tentang Test Statistics diketahui

bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,005 dan

nilai Z sebesar -2,807. Lazimnya dasar pengambilan

keputusan uji Wilcoxon berbantuan program SPSS

adalah menggunakan nilai Asymp. Sig. (2-tailed)

sebesar 0,005, dimana apabila nilai Asymp. Sig. (2-

tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima,

sebaliknya apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05

maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Jika dirumuskan hipotesis:

H0: M-setelah pelatihan ≤ M-sebelum pelatihan

Median kompetensi pedagogik guru SD

dalam mengembangkan pembelajaran

tematik integratif setelah pelatihan lebih

rendah atau sama dengan sebelum

pelatihan.

Ha: M-setelah pelatihan > M-sebelum pelatihan

Median kompetensi pedagogik guru SD

dalam mengembangkan pembelajaran

tematik integratif setelah pelatihan lebih

tinggi dibandingkan sebelum pelatihan.

Oleh karena hipotesisnya menghendaki uji

satu sisi (one-tail) maka nilai probabilitas 0,005

harus dibagi dua, sehingga diperoleh nilai 0,005/2 =

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

133

0,0025. Nilai 0,0025 ini ternyata < 0,05, maka H0

ditolak dan Ha diterima. Artinya kompetensi

pedagogik guru SD dalam mengembangkan

pembelajaran tematik integratif setelah pelatihan

lebih tinggi dibandingkan sebelum pelatihan.

c. Deskripsi Keterlaksanaan dan Keterterimaan

Pelatihan

Data penilaian tentang keterlaksanaan

pelatihan pengembangan pembelajaran tematik

integratif diperoleh berdasarkan rubrik penilaian

yang diberikan kepada supervisor. Rubrik penilaian

keterlaksanaan pelatihan tersebut terdiri dari 18

item pernyataan.

Tabel 4.8 Data Hasil Penilaian Keterlaksanaan

Pelatihan

No. Pernyataan Skor Komentar

dan Saran 1 2 3 4 5

1. Penjelasan pra pelatihan √

2. Menjawab pertanyaan

perserta

3. Pemahaman terhadap tujuan

pelatihan

4. Pemahaman terhadap silabus dan Lesson Plans Pelatihan

5. Pemahaman terhadap Lesson Plans Pelatihan

6. Penguasaan materi pelatihan √

7. Kejelasan penyajian materi √

8. Membantu peserta

memahami konsep/materi

9. Mmemberikan kesempatan √

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

134

bertanya atau berpendapat

10. Membantu mencari sumber

informasi tambahan

11. Mendorong peserta berpikir

kritis, memecahkan masalah,

dan memotivasi secara

perorangan

12. Menciptakan suasana belajar yang kondusif

13. Pengelolaan proses pelatihan sesuai rencana (lesson plans)

14. Perlakuan terhadap peserta √

15. Bimbingan kepada peserta √

16. Pemberian evaluasi dan

umpan balik

17. Pemberian pretes dan posttes √

18. Pemberian umpan balik

terhadap tugas-tugas

Skor total 76

Skor Persentase 84%

Sumber: diolah dari hasil penilaian keterlaksanaan

pelatihan

Berdasarkan data pada tabel 4.8, skor total hasil

penilaian supervisor terhadap keterlaksanaan pelatihan

adalah 76, skor persentasenya adalah sebesar 84%.

Berdasarkan kategori hasil evaluasi keterlaksanaan

pelatihan, skor persentase tersebut masuk kategori

sangat tinggi. Artinya bahwa tingkat kualitas

pelaksanaan pelatihan berada pada kategori sangat

tinggi.

Tabel 4.9 Data Hasil Penilaian Keterterimaan Pelatihan

Peserta Jumlah skor Persentase

1 130 96

2 131 97

3 122 90

4 119 88

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

135

5 130 96

6 112 83

7 114 84

8 130 96

9 123 91

10 119 88

Rerata 123 91 %

Sumber: diolah dari data hasil penilaian peserta terhadap pelatihan

Bedasarkan data pada tabel 4.9 di atas, dapat

diketahui bahwa skor rerata penilaian peserta terhadap

pelatihan pengembangan pembelajaran tematik

integratif menggunakan CEM sebesar 123, dengan

rerata skor persentase sebesar 91%. Jika dibandingkan

dengan kategori keterterimaan pelatihan seperti

diuraikan pada Bab 3, maka skor persentase tersebut

masuk kategori sangat tinggi. Artinya bahwa tingkat

keterterimaan pelatihan pengembangan pembelajaran

tematik integratif menggunakan CEM berada pada

tingkatan sangat tinggi.

4.2. Pembahasan

Seperti telah dipaparkan pada bagian Bab II

kajian pustaka dan bab IV bagian hasil penelitian,

bahwa desain pelatihan Pengembangan Pembelajaran

Tematik Integratif menggunakan CEM ini

dikembangkan dari teori Nadler (1988: 1). Nadler

sendiri menegaskan bahwa pelatihan CEM terbukti

efektif: “… it is one with which I have had success that

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

136

my student have found useful and that my client have

been able to relate to so offer it as one model…” (Nadler

& Nadler, 1988: 11). Dalam rangka membuktikan

keefektifan teori Nadler ini, dilakukan suatu penelitian

dan pengembangan (R&D). Mulastin (2016)

menyatakan bahwa melalui penelitian dan

pengembangan yang dilakukan telah membuktikan

keberhasilan pelatihan CEM untuk meningkatkan

sumber daya manusia.

Sesuai teori Nadler, ada delapan tahapan dalam

pelatihan ini, yaitu mengidentifikasi kebutuhan

lembaga, spesifikasi pelaksanaan pekerjaan,

mengidentifikasi kebutuhan peserta, menentukan

tujuan, memilih kurikulum, menentukan strategi

pembelajaran, menentukan sumber-sumber

pembelajaran, dan melakukan pelatihan.

Temuan hasil identifikasi kebutuhan

menyatakan bahwa SD-SD di Kecamatan Simo

membutuhkan pelatihan agar para guru mampu

mengembangkan pembelajaran tematik integratif

sehingga siap melaksanakan kurikulum 2013 dengan

baik. Langkah identifikasi ini penting untuk

memastikan bahwa pelatihan tersebut merupakan

kebutuhan sekolah, bukan sekedar kegiatan yang sia-

sia. Kegiatan identifikasi ini sesuai dengan pandangan

Firdousi (2011: 113), bahwa sebelum melakukan

pelatihan, diwajibkan untuk mengidentifikasi

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

137

kebutuhan pelatihan dalam organisasi agar tercapai

tujuan yang diinginkan. Identifikasi kebutuhan

merupakan komponen kritis dan sangat penting dalam

keseluruhan proses pelatihan bahwa menganalisis

kebutuhan pelatihan organisasi merupakan langkah

pertama yang harus dilakukan dalam mendesain

program pelatihan (Dick, Carey & Carey, 2009: 23;

Hariandja dan Hardiwat, 2007: 174).

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian

Kanada (2015: 158), bahwa pelatihan In-House Training

secara konsisten dan berkesinambungan dapat

terjamin secara kuantitas, tetapi disisi lain dibutuhkan

pelatihan yang terjamin secara kualitas. Untuk

menjamin kualitas pelatihan, dibutuhkan analisis

kebutuhan pelatihan organisasi, jabatan, dan individu

pegawai. Bahkan setelah dilakukan identifikasi

kebutuhan dilakukan kegiatan evaluation and feedback

pada setiap event sebagai output event yang sedang

berlangsung dan input pada event berikutnya. (Nadler

& Nadler, 1988: 12; 2011: 15).

Pada tahap kedua, menspesifikasikan kinerja

guru menghasilkan daftar kompetensi yang seharusnya

dikuasai guru dalam mengembangkan pembelajaran

tematik integratif. Daftar ini dituangkan dalam bentuk

Standar Kompetensi (berjumlah 2 SK) dan Kompetensi

Dasar (berjumlah 10 KD) pelatihan yang diambil dari

daftar kompetensi pedagogik guru (lihat Lampiran

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

138

Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi dan Kompetensi Guru).

Dua Standar Kompetensi pelatihan tersebut

adalah: menguasai secara luas dan mendalam hakikat

pembelajaran tematik integratif yang mendukung

pembelajaran tematik integratif di SD; dan mampu

mengembangkan pembelajaran tematik integratif

sesuai lingkungan sekolah. Sedangkan sepuluh KD

tersebut terlampir dalam silabus. Pemetaan kompetensi

ini senada dengan pandangan Hakim (2009: 243),

kompetensi pedagogik merupakan suatu performansi

(kemampuan) seseorang dalam bidang ilmu

pendidikan. Untuk menjadi guru yang profesional

harus memiliki kompetensi pedagogik. Seorang guru

harus memiliki pengetahuan dan pemahaman serta

kemampuan dan keterampilan pada bidang profesi

kependidikan. Kompetensi pedagogik atau akademik ini

merujuk kepada kemampuan guru untuk mengelola

proses belajar, mengajar, termasuk di dalamnya

perencanaan dan pelaksanaan, evaluasi hasil belajar

dan pengembangan siswa sebagai individu-individu.

Menurut Atwi Suparman (2012: 68) hakikat

kompetensi dalam pelatihan berbasis kompetensi

sebenarnya adalah tujuan umum yang hendak dicapai

oleh sebuah pelatihan. Berdasarkan penelitian Sari

(2014: 47) menunjukan bahwa kompetensi pedagogik

memberikan konstribusi terhadap kinerja mengajar

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

139

guru. Lebih lanjut hasil penelitian Sari menunjukkan

bahwa semakin tinggi kompetensi pedagogik guru

maka semakin tinggi pula kinerja mengajar guru dan

sebaliknya semakin rendah kompetensi pedagogik yang

dimiliki guru maka semakin rendah pula kinerja

mengajarnya.

Setelah dilakukan spesifikasi kinerja guru dalam

bentuk SK dan KD, selanjutnya dilakukan evaluasi

untuk meninjau apakah kinerja guru yang

dispesifikasikan dikembangkan dari permendiknas dan

untuk memastikan bahwa kegiatan pelatihan betul-

betul dibutuhkan. Hasil evaluasi pada tahap ini

menunjukkan bahwa spesifikasi kinerja guru dalam

bentuk SK dan KD dikembangkan dari permendiknas

dan disepakati bahwa program pelatihan merupakan

alternatif terbaik.

Pada langkah ketiga, yaitu mengidentifikasi

kebutuhan guru kelas 4 SD Kecamatan Simo,

ditemukan kebutuhan pelatihan guru yang sejalan

dengan kebutuhan sekolah sebagai berikut: 1)

pelatihan tentang model desain pembelajaran tematik

integratif; 2) materi tentang kelebihan dan kelemahan

model desain pembelajaran tematik integratif; 3)

pelatihan memilih model pembelajaran tematik

integratif dengan baik; 4) pelatihan mentabulasikan

SKL, KI, KD, dan silabus; 5) menyusun jaring tema; 6)

pelatihan tentang model-model pembelajaran; 7)

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

140

memilih model-model pembelajaran dengan baik; 8)

merancang skenario pembelajaran; 9) memilih teknik

penilaian yang tepat; dan 10) menyusun instrument

penilaian dengan baik.

Hasil evaluasi tahap ini menunjukkan bahwa

guru memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar

mutu pendidikan dapat meningkat. Salah satu langkah

yang harus dilakukan saat ini adalah memberikan

pelatihan kepada guru agar kebutuhan dalah hal

pembelajaran dapat terpenuhi.

Teknik identifikasi kebutuhan guru

menggunakan front-end analysis. Teknik ini digunakan

untuk mengidentifikasi kesenjangan yang nampak

antara kompetensi guru yang diharapkan UPT Dikdas

dengan kompetensi guru pada kenyataannya. Teknik

ini sesuai dengan rekomendasi Nedler & Nadler (2011:

19), bahwa untuk mengetahui kebutuhan yang muncul

dapat dilihat dari kesenjangan antara kondisi yang

diharapkan dengan kondisi faktualnya, dapat

menggunakan analisis awal dan akhir (front-end

analysis). Hal ini juga sejalan dengan pendapat

Mawardi (2014: 34) langkah untuk mengidentifikasi

defisit kompetensi pedagogik dan profesional sebagai

kebutuhan pelatihan dapat dilakukan dengan analisis

awal-akhir (front-end analysis). Proses front-end

analysis terdiri dari: analisis kinerja (performance

analysis), analisis kebutuhan (need assessment), dan

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

141

analisis pekerjaan (job analysis) untuk program

pelatihan tertentu.

Temuan pada langkah keempat, berhasil

merumuskan tujuan pelatihan dalam bentuk indikator

yang dikembangkan dari SK dan KD pelatihan

(deskripsi 16 indikator pelatihan menyatu dalam

Silabus pelatihan terlampir). Soetarno Joyoatmojo

(2011: 80-81) menyatakan bahwa indikator pelatihan

sebenarnya merupakan tujuan pembelajaran/pelatihan

khusus yang dikembangkan dari tujuan umum

pelatihan (SK dan KD). Tujuan pelatihan khusus

merupakan deskripsi pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang akan dicapai oleh perserta pelatihan,

sekaligus sebagai acuan dalam memilih materi, strategi

dan instrumen penilaian. Tujuan pelatihan khusus

yang dinyatakan dengan jelas akan menjadi pedoman

bagi peserta pelatihan untuk menguasai kompetensi

pelatihan.

Senada dengan Soetarno Joyoatmojo, perumusan

tujuan pelatihan yang didasarkan pada indikator yang

telah dikembangkan dari SK dan KD pelatihan ini,

Mujiman (2011: 70), menyatakan bahwa tujuan

pelatihan mengacu pada penguasaan terhadap

kemampuan yang ditargetkan untuk dapat dikuasai

pada akhir pelatihan. Hasil evaluasi tahap empat ini

menunjukkan bahwa tujuan pelatihan sudah sesuai

dengan kebutuhan guru dan kebutuhan sekolah.

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

142

Hasil pengembangan langkah kelima, memilih

kurikulum, hakikatnya adalah memilih materi

pelatihan yang digunakan. Materi ini diadaptasi dari

Kemendikbud dengan materi pokok berupa: a)

Merancang Jaring Tema; b) analisis SKL, KI-KD, dan

silabus pembelajaran tematik integratif; c) analisis

model-model pembelajaran tematik integratif dan

merancang jaring tema; d) mengembangkan instrumen

penilaian hasil belajar; e) merancang rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pemilihan materi

pelatihan yang telah ada ini sesuai saran dari Soetarno

Joyoatmojo (2011: 86) yang menyatakan bahwa materi

pelatihan dapat menggunakan materi yang telah ada

asalkan sesuai dengan tujuan pelatihan. Pemilihan

materi ini juga disesuaikan dengan tujuan pelatihan

sebagaimana ditegaskan oleh Mujiman (2011: 71) yang

menyatakan hal yang sama.

Jaminan kelayakan materi pelatihan, telah

divalidasi oleh dua orang ahli materi pelatihan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Mujiman (2011: 71), bahwa

dalam menyusun materi pelatihan, perlu didiskusikan

dengan kolega untuk mendapatkan masukan. Hasil

evaluasi langkah ini adalah materi pelatihan ini sudah

menjawab kebutuhan guru. Sehingga setelah materi ini

disajikan, dimungkinkan kebutuhan guru akan

terpenuhi.

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

143

Hasil pengembangan langkah selanjutnya

(keenam) adalah memilih strategi pelatihan. Pemilihan

strategi pelatihan ini berupa aktivitas instruktur dan

peserta pelatihan di konkretkan dalam bentuk silabus

dan RPP pelatihan. Hasil evaluasi pada tahap ini

menunjukkan bahwa strategi pelatihan telah

disesuaikan dengan materi pelatihan dengan

memperhatikan karakteristik peserta pelatihan. Hal ini

sesuai dengan pandangan Nadler (2011: 164) bahwa

dalam memilih strategi pembelajaran perlu disesuaikan

dengan materi pelatihan. Berbeda dengan pandangan

Nadler, Mujiman (2011: 71) mengungkapkan bahwa

strategi pembelajaran dalam pelatihan ditentukan oleh

tujuan pembelajaran, karakteristik peserta pelatihan,

ketersediaan alat bantu pembelajaran, preferensi,

kemampuan instruktur, dan sebagainya.

Pengembangan berikutnya, pada langkah

ketujuh yaitu menentukan sumber daya manusia,

sumber daya fisik, dan finansial. Sumber daya manusia

pelatihan telah disiapkan, yaitu supervisor, instruktur,

pengelola, dan peserta. Adapun sumber daya fisik yang

telah dipersiapkan meliputi ruang pelatihan,

soundsystem, ATK, dll. Evaluasi pada tahap ini telah

dilakukan dan hasil yang diperoleh menunjukkan

bahwa sumber daya manusia, sumber daya fisik, dan

finansial telah tersedia maka kegiatan pelatihan siap

diimplementasikan.

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

144

Hal ini sesuai dengan pandangan Mujiman (2011:

72), sumber belajar pelatihan dapat berupa bahan ajar

baik cetak maupun elektronik, alat bantu belajar,

instruktur, dan peserta pelatihan. Semua sumber

belajar harus telah teridentifikasi sebelum instruktur

memulai pelatihan.

Langkah yang terakhir, langkah kedelapan

adalah melaksanakan pelatihan. Evaluasi pelaksanaan

pelatihan ini dipaparkan pada bagian hasil uji coba

terbatas. Khusus langkah terakhir akan dibahas secara

khusus pada bagian Pembahasan Keefektifan Desain

Pelatihan Berdasarkan Uji Perbedaan Rerata.

Pembahasan yang telah dipaparkan di atas

merupakan pembahasan yang didasarkan pada

delapan langkah desain pelatihan pengembangan

pembelajaran tematik integratif menggunakan CEM.

Pembahasan berikutnya akan dipaparkan pembahasan

yang didasarkan pada lima perumusan masalah R &

D: 1) bagaimana desain pelatihan yang selama ini

digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru

mengembangkan pembelajaran tematik integratif?; 2)

apa kelemahan desain pelatihan yang selama ini

digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru

mengembangkan pembelajaran tematik integratif?; 3)

bagaimana Desain Pelatihan menggunakan CEM untuk

meningkatkan Kompetensi Guru Mengembangkan

Pembelajaran Tematik Integratif di SD?; 4) seberapa

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

145

tinggi tingkat validitas Desain Pelatihan menggunakan

CEM untuk meningkatkan Kompetensi Guru dalam

Mengembangkan Pembelajaran Tematik Integratif di

SD?; dan 5) apakah kompetensi guru SD dalam

Mengembangkan Pembelajaran Tematik Integratif dapat

ditingkatkan melalui Desain Pelatihan menggunakan

CEM?

4.2.1 Pembahasan Kebutuhan Desain Pelatihan

Pengembangan Pembelajaran Tematik

Integratif menggunakan CEM

Mengulas uraian pada Bab II, bahwa untuk

mengembangkan kompetensi yang dimiliki guru, salah

satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui

kegiatan pelatihan (Suyanto, 2013: 1; Kemendiknas,

2010: 1). Mengacu pada teori tersebut, maka perlu

dirancang program pelatihan untuk mengembangkan

kompetensi guru, termasuk kompetensi pedagogik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala UPT

Dikdas LS Kec. Simo, pelatihan yang dilakukan selama

ini bersifat top down, tidak didasari oleh kebutuhan

guru. Dampak yang diakibatkan oleh penyelenggaran

pelatihan yang bersifat top down, akan mendapatkan

hasil yang belum tentu sesuai dengan harapan guru,

sehingga kegiatan pelatihan nampak sia-sia. Meskipun

pada saat pelatihan guru dapat menanyakan tentang

hal yang menjadi kebutuhannya, namun jawaban yang

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

146

diterimanya tidak begitu detail karena materi pelatihan

sifatnya umum, tidak spesifik pada permasalahan

guru.

Desain pelatihan yang dapat menutup

kekurangan pelatihan top down, yaitu desain pelatihan

menggunakan CEM. Desain pelatihan CEM ini memiliki

8 langkah yang prosedural dan saling berkaitan.

Langkah pertama yang dilakukan pada desain

pelatihan menggunakan CEM adalah mengidentifikasi

kebutuhan. Kebutuhan yang teridentifikasi inilah yang

akan menjadi titik pijak pelatihan. Dengan demikian

kegiatan pelatihan akan sesuai kebutuhan dan tidak

ada hal yang sia-sia.

Berdasarkan identifikasi kebutuhan guru dalam

mengembangkan pembelajaran, diperoleh kesenjangan

sebagai berikut: 1) 45% guru belum memahami model

desain pembelajaran tematik integratif; 2) 15% guru

belum mampu memerinci kelebihan dan kelemahan

model desain pembelajaran tematik integratif dengan

baik; 3) 30% guru belum memiliki kemampuan memilih

model pembelajaran tematik integratif dengan baik; 4)

10% guru belum memiliki keterampilan

mentabulasikan SKL, KI, KD, dan silabus dengan baik;

5) 45% guru belum memiliki keterampilan dalam

menyusun jaring tema dengan baik; 6) 25% guru belum

memiliki pemahaman terhadap model-model

pembelajaran dengan baik; 7) 25% guru belum

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

147

memiliki kemampuan untuk memilih model-model

pembelajaran dengan baik; 8) 40% guru belum

memiliki keterampilan untuk merancang skenario

pembelajaran dengan baik; 9) 45% guru belum

memiliki kemampuan untuk menentukan teknik

penilaian dengan baik; 10) 55% guru belum memiliki

keterampilan dalam menyusun instrument penilaian

dengan baik.

Berdasarkan kesenjangan yang muncul, dapat

disimpulkan bahwa kesenjangan tersebut di atas

menjadi kebutuhan untuk dipecahkan. Oleh sebab itu

perlu dikembangkan desain pelatihan menggunakan

CEM. Desain pelatihan menggunakan CEM ini secara

teoritik memiliki potensi untuk memperbaiki desain

pelatihan sebelumnya yang sifatnya top down.

Kelebihan desain pelatihan menggunakan CEM yaitu:

1) desain pelatihan CEM didasari oleh kebutuhan

instansi dan guru (bottom up), sehingga hasilnya pun

juga sesuai kebutuhan; 2) CEM memiliki langkah-

langkah yang prosedural, artinya tahapan demi

tahapan pelaksanaan pelatihan memiliki keterkaitan

logis; 3) setiap langkah CEM selalu dievaluasi sebagai

masukan bagi tahap berikutnya.

4.2.2 Desain Pelatihan Pengembangan Pembelajaran

Tematik Integratif menggunakan CEM

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

148

Pembahasan hasil pengembangan desain

pelatihan menggunakan CEM (menjawab rumusan

masalah yang ketiga) tentang bagaimana desain

pelatihan pengembangan pembelajaran tematik

integratif menggunakan CEM. Desain pelatihan

pengembangan pembelajaran tematik integratif

menggunakan CEM, dikonkretkan dalam sebuah buku

yang dilampiri dengan silabus, RPP pelatihan lengkap

dengan materi pelatihan dan instrument evaluasi,

buku panduan untuk pengelola, supervisor, instruktur,

dan peserta.

Buku desain pelatihan menggunakan CEM itu

sendiri terdiri dari tiga bagian. Bagian pendahuluan

berisi latar belakang, tujuan, dan fungsi. Bagian kedua

berisi tentang matalatih pengembangan pembelajaran

tematik integratif, yang terdiri dari tiga subjudul,

antara lain hakikat matalatih, tujuan matalatih, dan

kompetensi dasar dan materi pokok pelatihan. Bagian

ketiga pada buku desain ini berisi tentang desain

pelatihan pengembangan pembelajaran menggunakan

CEM, yang terdiri dari empat subjudul yaitu pelatihan

CEM, desain pelatihan, desain pelatihan menggunakan

CEM, dan jaminan keberhasilan implementasi

pelatihan.

Silabus pelatihan berisi tentang jabaran standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator, kegiatan

pelatihan, penilaian, bahan pelatihan, dan alokasi

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

149

waktu. RPP pelatihan mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, tujuan, metode, langkah-

langkah pembelajaran, sumber belajar, bahan, teknik

penilaian, dan alokasi waktu. Buku panduan pengelola,

berisi tiga Bab, yaitu pendahuluan, pelaksanaan

pelatihan, dan tugas pengelola. Pada Bab I

Pendahuluan berisi tentang rasional perlunya pelatihan

bagi guru SD, dasar pelaksanaan pelatihan, tujuan

pelatihan, dan hasil yang diharapkan. Pada Bab II

Pelaksanaan Pelatihan berisi penjelasan tentang

peserta, waktu, dan tempat pelatihan, pola kegiatan,

instruktur pelatihan, jadwal pelaksanaan pelatihan,

alur kegiatan pelatihan, pembiayaan pelatihan, dan

evaluasi pelatihan. Pada Bab III berisi penjelas tentang

tugas panitia.

Buku panduan supervisor juga berisi tiga Bab,

yaitu pendahuluan, pelaksanaan pelatihan, dan tugas

supervisor. Bab I Pendahuluan berisi tentang rasional

perlunya pelatihan bagi guru SD, dasar pelaksanaan

pelatihan, tujuan pelatihan, dan hasil yang

diharapkan. Pada Bab II Pelaksanaan Pelatihan berisi

penjelasan tentang peserta, waktu, dan tempat

pelatihan, pola kegiatan, instruktur pelatihan, jadwal

pelaksanaan pelatihan, alur kegiatan pelatihan,

pembiayaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan. Pada

Bab III berisi penjelasan tentang tugas panitia.

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

150

Buku panduan instruktur terdiri dari tiga Bab,

yaitu pendahuluan, pelaksanaan pelatihan, dan tugas

supervisor. Bab I Pendahuluan berisi tentang rasional

perlunya pelatihan bagi guru SD, dasar pelaksanaan

pelatihan, tujuan pelatihan, dan hasil yang

diharapkan. Pada Bab II Pelaksanaan Pelatihan berisi

penjelasan tentang peserta, waktu, dan tempat

pelatihan, pola kegiatan, instruktur pelatihan, jadwal

pelaksanaan pelatihan, alur kegiatan pelatihan,

pembiayaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan. Pada

Bab III berisi penjelasan tentang tugas dan peran

instruktur.

Buku panduan peserta juga terdiri dari tiga Bab,

yaitu pendahuluan, pelaksanaan pelatihan, dan tugas

supervisor. Bab I Pendahuluan berisi tentang rasional

perlunya pelatihan bagi guru SD, dasar pelaksanaan

pelatihan, tujuan pelatihan, dan hasil yang

diharapkan. Pada Bab II Pelaksanaan Pelatihan berisi

penjelasan tentang peserta, waktu, dan tempat

pelatihan, pola kegiatan, instruktur pelatihan, jadwal

pelaksanaan pelatihan, alur kegiatan pelatihan,

pembiayaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan. Pada

Bab III berisi tentang tata tertib, kewajiban, dan hak

peserta.

4.2.3 Tingkat Validitas Desain Pelatihan

Pengembangan Pembelajaran Tematik

Integratif menggunakan CEM

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

151

a. Tingkat Validitas Desain Berdasarkan Uji Ahli

Pada bagian hasil validasi ahli telah dipaparkan

bahwa ahli yang memberikan penilaian terhadap

produk desain pelatihan pengembangan pembelajaran

tematik integratif meliputi: 1) Prof. Dr. Slameto, M.Pd,

guru besar Program Magister Manajemen Pendidikan

UKSW Salatiga, sebagai validator ahli desain pelatihan.

2) Dr. Mawardi, M.Pd, dosen Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar UKSW Salatiga, sebagai validator

ahli materi pelatihan pengembangan pembelajaran

tematik integratif. 3) Endang Purwaningsih, M.Pd,

Kepala SDN 1 Simo-Boyolali, sebagai validator ahli

desain pelatihan. 4) Drs. Abdul Basith, M.Pd, Kepala MI

Ma’arif Pulutan-Salatiga, sebagai validator ahli materi

pelatihan pengembangan pembelajaran tematik

integratif.

Pembahasan hasil validasi ahli ini, menjawab

rumusan masalah yang ke empat dalam penelitian ini,

yaitu seberapa tinggi tingkat validitas desain pelatihan

menggunakan CEM untuk meningkatkan kompetensi

guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik

integratif. Rerata persentase skor penilaian ahli

terhadap silabus oleh ahli desain pelatihan yaitu

Slameto dan Endang Purwaningsih sebesar 83%.

Besaran ini diperoleh dari penilaian ahli 1 sebesar 85%

dan ahli 2 sebesar 83%. Berdasarkan kategori uji

validasi ahli sebagaimana telah dipaparkan pada Bab

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

152

III, maka angka persentase dari ahli 1, ahli 2, maupun

rerata dari kedua ahli tergolong dalam kategori sangat

tinggi. Hal ini berarti bahwa kualitas silabus sebagai

bagian dari desain pelatihan pengembangan

pemelajaran tematik integratif, kualitasnya sangat

baik.

Temuan rerata persentase skor penilaian

terhadap RPP pelatihan oleh ahli desain pelatihan yaitu

Slameto dan Endang Purwaningsih adalah 78%. Jika

dibandingkan dengan kriteria hasil uji ahli, maka

angka 78% masuk kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa

RPP pelatihan kualitasnya tinggi.

Meskipun penilaian terhadap silabus dan RPP

sudah masuk kategori sangat tinggi dan tinggi, namun

tetap ada saran dari ahli agar silabus dan RPP lebih

baik lagi. Adapun saran yang diberikan oleh kedua ahli

terhadap silabus dan RPP yaitu: 1) Perbaiki lembar

evaluasi setiap langkah CEM, agar menggambarkan

bahwa setiap langkah CEM dikritisi oleh supervisor. 2)

Lengkapi desain pelatihan dengan panduan instruktur,

panduan peserta, panduan pengelola, dan panduan

supervisor. 3) Tambahkan metode pelatihan pada

RPP. 4) Tambahkan jaminan keberhasilan

implementasi pelatihan. 5) Gunakan istilah secara

konsisten “model pelatihan” atau “desain pelatihan”. 6)

Perbaiki kata pengantar. 7) Sebaiknya tulisan

Madrasah Ibtidaiyah dihapus saja karena UPT hanya

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

153

mengelola SD Negeri dan Swasta. 8) Sinkronkan antara

indikator dengan instrumen penilaian yang disusun. 9)

Perbaiki lembar evaluasi setiap langkah CEM, gunakan

kata-kata yang operasional, sehingga supervisor dapat

menilai dengan mudah. 10) Perbaiki penulisan “UPTD

Dikdas Kecamatan Simo”, yang tepat adalah “UPT

Dikdas LS Kecamatan Simo”. 11) Bedakan dan perbaiki

rumusan tujuan umum dan khusus. Sebaiknya tujuan

penelitian tidak perlu dimasukkan pada tujuan

pelatihan

Berkaitan dengan penilaian terhadap materi

pelatihan, diperoleh persentase skor dari ahli materi

ke-1 sebesar 83%, ahli ke-2 sebesar 86%, sehingga

rerata skor persentase dari kedua ahli sebesar 85%.

Berdasarkan kategori uji ahli, angka persentase dari

ahli ke-1, ahli ke-2, dan rerata dari keduanya berada

pada kategori sangat tinggi. Artinya kualitas materi

pelatihan pengembangan pembelajaran tematik

integratif sebagai bagian dari produk desain pelatihan

ini berada pada kategori sangat tinggi.

Meskipun secara kuantitatif kualitas materi

pelatihan berada pada tingkat sangat tinggi, namun

ahli materi ke-1 (Mawardi) tetap memberikan saran

untuk perbaikan. Secara garis besar, saran yang

diberikan oleh ahli materi ke-1 mencakup: 1) Perlu

kecermatan dalam editing penomoran dan tata tulis,

misal halaman 59. … F. Penilaian …, mulai angka 5,

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

154

seharusnya 1, sdt. 2) Perbaiki kutipan halaman 63

“Tim Pengembang PGSD (1997)” dengan mengecek

sumbernya. 3) Tambahkan contoh-contoh jaring tema

yang dikembangkan pemerintah maupun guru untuk

mendukung fakta yang digunakan dalam

mengembangkan materi. 4) Tambahkan contoh hasil

tabulasi analisis SKL, KI, KD, dan Silabus. 5) Perbaiki

kalimat pada paragraf pertama halaman 81, terdapat

lompatan ide. 6) Tambahkan contoh hasil

pengembangan implementasi model pembelajaran. 7)

Halaman 88 kolom kegiatan pembelajaran

sebaiknya sintak modelnya, bukan struktur RPP. 8)

Tambahkan contoh hasil pengembangan instrumen

penilaian yang dibuat oleh guru SD, khususnya ranah

sikap. 9) Tambahkan contoh RPP hasil kerja guru SD.

10) tambahkan materi dalam bentuk PowerPoint pada

setiap unitnya.

4.2.4 Keefektifan Desain Pelatihan Pengembangan

Pembelajaran Tematik Integratif

menggunakan CEM

Pada hakikatnya uji keefektifan desain pelatihan

merupakan sebuah eksperimen untuk menguji apakah

desain pelatihan ini mampu meningkatkan kompetensi

guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik

integratif di SD. Fokus pembahasan pada bagian ini

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

155

digunakan untuk menjawab rumusan pertanyaan

penelitian yang ke lima yaitu “Apakah kompetensi guru

SD dalam Mengembangkan Pembelajaran Tematik

Integratif dapat ditingkatkan melalui Desain Pelatihan

menggunakan CEM?”

a. Pembahasan Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru

Temuan gain skor pretes dan postes kompetensi

guru mencapai 14,3 poin bergerak antara 6 sampai

dengan 23 merupakan temuan yang mengejutkan

karena 8 dari 10 guru (80%) mengalami peningkatan

yang tinggi (10 sd 23 poin). Data ini menunjukkan

bahwa desain pelatihan pengembangan pembelajaran

tematik integratif menggunakan model CEM mampu

meningkatkan kompetensi pedagogik guru SD.

Lebih lanjut temuan ini sesuai dengan pendapat

Nadler & Nadler (2011) yang menyatakan bahwa

pelatihan guru menggunakan CEM dipandang paling

relevan untuk menutup kelemahan pelatihan yang

digunakan selama ini, sehingga menghasilkan output

yang lebih baik. Temuan peningkatan kompetensi guru

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mulastin,

Samsudi, Rusdarti (2016), yang meskipun

persiapannya kurang maksimal, namun memberikan

hasil yang baik. Hasil uji t terhadap hasil postes

pelatihan kelompok eksperimen menggunakan ICEM

terbukti efektif digunakan dalam pelatihan penelitian

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

156

bagi Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Jawa

Tengah (t-hitung = 10,72> nilai t-tabel 2,101).

b. Pembahasan Keefektifan Desain Pelatihan

Berdasarkan Uji Perbedaan Rerata

Hasil uji hipotesis H0 yang menyatakan bahwa

“Median kompetensi pedagogik guru SD dalam

mengembangkan pembelajaran tematik integratif

setelah pelatihan lebih rendah atau sama dengan

sebelum pelatihan” ditolak, dan Ha diterima. Hal ini

dibuktikan dengan nilai probabilitas 0,0025 ternyata <

0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya

kompetensi pedagogik guru SD dalam mengembangkan

pembelajaran tematik integratif setelah pelatihan lebih

tinggi dibandingkan sebelum pelatihan.

Secara umum, keefektifan desain pelatihan CEM

dalam penelitian ini disebabkan oleh berbagai faktor,

beberapa diantaranya yaitu setiap langkah-langkah

desain pelatihan CEM selalu dievaluasi untuk

perbaikan, sehingga ketika sampai pada tahap conduct

training, pelatihan dapat berjalan lancar. Seperti

simpulan Barger (2008) melalui penelitian literatur

tentang CEM yang berisi bahwa CEM merupakan model

terbuka dan fleksibel. CEM juga melibatkan pihak-

pihak terkait dalam merancang pelatihan melalui

proses evaluasi dan pemberian umpan balik (feedback).

Evaluasi dan umpan balik bukan merupakan aktivitas

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

157

tunggal dalam pelatihan, melainkan merupakan

sebuah proses pada setiap tahap. Fleksibilitas CEM

terlihat pada pertanyaan yang muncul setiap tahapan

sebagai bantuan perancang untuk memutuskan

tindakan selanjutnya. Hal inilah yang membantu

keefektifan desain pelatihan CEM dalam meningkatkan

kompetensi guru.

Faktor berikutnya, yaitu desain pelatihan CEM

didasari oleh kebutuhan sekolah dan guru dalam

pembelajaran tematik integratif, sehingga guru lebih

termotivasi untuk mendapatkan apa yang di butuhkan.

Hal ini sesuai dengan temuan Kazu, H. & Demiralp, D.

(2016) yang menyarankan bahwa semestinya kegiatan

pelatihan dilakukan berbasis kompetensi yang

dibutuhkan guru.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi

keberhasilan implementasi pelatihan adalah kegiatan

pelatihan dilengkapi dengan proyek sehingga

melibatkan guru untuk praktik menyusun instrument

pembelajaran. Aktivitas pelatihan dengan melibatkan

guru ini dapat membuat pelatihan menjadi bermakna

bagi guru, karena guru tidak hanya mendengar

ceramah dari instruktur. Hal ini senada dengan

temuan Tuginem dan Muhyadi (2014) bahwa pelatihan

yang melibatkan guru untuk praktik akan

meningkatkan kompetensi guru.

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

158

Temuan lain yang mendukung temuan penelitian

ini adalah temuan Jalmo dan Rustaman (2010).

Temuan Jalmo dan Rustaman menunjukkan bahwa

program pelatihan dengan strategi Scaffolding efektif

meningkatkan kompetensi guru. Meskipun sedikit

berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan

desain pelatihan CEM, namun secara umum kedua

penelitian sama-sama melakukan pelatihan untuk

meningkatkan kompetensi guru, tetapi peningkatan

kompetensi guru tidak semata-mata hanya karena

dilakukan pelatihan tanpa menggunakan strategi

didalamnya.

Hasil penelitian lain yang mendukung temuan

peneliti ini adalah temuan Kasmad (2015) dan Yama &

Setiyani (2016) menunjukkan bahwa melalui kegiatan

pelatihan, dapat meningkatkan kompetensi guru dalam

implementasi Kurikulum 2013. Hasil penelitian

Wangid, Mustadi, dan Astuti (2013) menunjukkan

bahwa Pelatihan Pembelajaran Tematik Integratif Bagi

Guru Sekolah Dasar dapat membantu upaya

pemerintah dalam memberikan pelatihan terhadap

guru-guru dalam implementasi kurikulum 2013.

Keberhasilan penelitian tersebut dibuktikan dengan

dua indikator: 1) adanya peningkatan nilai rata-rata

pretes dan postes; 2) adanya peningkatan nilai rata-

rata RPP yang dibuat sebelum pelatihan dan sesudah

pelatihan.

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

159

Secara garis besar, beberapa hasil penelitian di

atas membuktikan bahwa program pelatihan

merupakan salah satu cara yang efektif untuk

meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Oleh

sebab itu, kegiatan pelatihan harus dilakukan secara

continew seperti yang diungkapkan Yoto (2015).

Berdasarkan hasil penelitian literatur yang dilakukan

oleh Yoto, bahwa guru perlu melakukan pelatihan

secara terus-menerus agar mengetahui dan memahami

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Melalui pelatihan, guru mampu dan terampil dalam

memainkan peran di hadapan peserta didik, sehingga

mutu pendidikan akan menjadi baik dan lulusannya

mampu bersaing dalam mencari pekerjaan. Hal

tersebut didukung oleh hasil penelitian Sari (2014: 47)

yang menunjukan bahwa kompetensi pedagogik

memberikan konstribusi terhadap kinerja mengajar

guru. Semakin tinggi kompetensi pedagogik guru maka

semakin tinggi pula kinerja mengajar guru dan

sebaliknya semakin rendah kompetensi pedagogik yang

dimiliki guru maka semakin rendah pula kinerja

mengajarnya.

Secara lebih spesifik, temuan penelitian yang

mendukung keefektifan desain pelatihan CEM

dilaporkan oleh Mulastin, Samsudi, Rusdarti (2016).

Hasil penelitiannya menunjukankan: 1). Hasil analisis

pelatihan yang ada selama ini berkaitan dengan

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

160

perencanaan dan pelaksanaan pelatihan penelitian bagi

dosen masih kurang efektif dan 2). Integrated Critical

Event Model (ICEM) terbukti efektif digunakan dalam

pelatihan penelitian bagi Dosen Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan di Jawa Tengah (t-hitung = 10,72> nilai t-

tabel 2,101). Senada dengan temuan Mulastin, pada

penelitian ini juga telah membuktikan keefektifan

desain pelatihan CEM dengan nilai Z sebesar -2.807.

dan nilai probabilitas 0,0025 (<0,05), maka H0 ditolak

dan Ha diterima. Artinya kompetensi pedagogik guru

SD dalam mengembangkan pembelajaran tematik

integratif setelah pelatihan lebih tinggi dibandingkan

sebelum pelatihan.

Temuan lain yang mendukung penelitian ini

adalah temuan Rahayu, Pujianto dan Purwaningsih

(2014). Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa

pelatihan pengembangan model pembelajaran tematik

dan terintegrasi webbed bermuatan kearifan lokal bagi

guru SD mampu meningkatkan kompetensi guru SD

sebagai penunjang kesiapan implementasi Kurikulum

2013. Dalam penelitian ini produk yang dihasilkan

pelatihan adalah model pembelajaran tematik integratif

webbed berbasis lingkungan. Temuan Masrukhi,

Widodo, Sukestiyarno dan Raharjo (2015) yang

melakukan R&D tentang Pengembangan Model

Pelatihan PTK Berbasis Pendampingan memperoleh

hasil model dan perangkat pelatihan PTK yang terdiri

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

161

dari buku panduan instruktur dan peserta, model

pelatihan PTK berbasis pendampingan, buku pedoman

pelatihan, dan modul materi pelatihan. Setelah

dilakukan kegiatan pelatihan, peserta mampu

menghasilkan produk berupa karya ilmiah laporan

hasil PTK. Temuan ini mendukung R&D yang

dilakukan oleh peneliti tentang pengembangan desain

pelatihan CEM. Bedanya dalam penelitian yang

dilakukan oleh Masrukhi, Widodo, Sukestiyarno dan

Raharjo adalah mengembangkan model pelatihan PTK

berbasis pendampingan dengan menghasilkan

beberapa produk berupa buku panduan instruktur dan

peserta, buku pedoman pelatihan, dan modul materi

pelatihan, sedangkan pada R&D yang dilakukan

peneliti adalah mengembangkan desain pelatihan

menggunakan CEM dengan produk berupa silabus,

RPP, dan materi pelatihan.

Kelebihan desain pelatihan CEM dalam

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

4.2.5 Keterlaksanaan dan Keterterimaan Desain

Pelatihan

Penilaian keterlaksanaan pelatihan dilakukan

oleh Kepala UPT Dikdas LS Kec. Simo (Ali Mahmud, S.

Pd) sebagai supervisor. Instrumen penilaian

menggunakan rubrik penilaian yang terdiri dari 18

item. Dari 18 item, tidak terdapat aspek yang skornya 1

dan 2; terdapat 1 aspek yang skornya 3; 12 aspek yang

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

162

skornya 4, dan 5 aspek lainnya diberi skor 5. Total skor

yang diperoleh adalah 76 dengan skor persentase 84%.

Berdasarkan kategori hasil penilaian keterlaksanaan,

perolehan 84% berada pada kategori sangat baik. Hal

ini berarti bahwa, tingkat keterlaksanaan pelatihan

pengembangan pembelajaran tematik integratif

menggunakan CEM berada pada kategori sangat tinggi.

Penilaian keterterimaan pelatihan dilakukan oleh

peserta pelatihan sejumlah 10 guru kelas 4 SD.

Instrumen penilalaian menggunakan rubrik penilaian

yang terpilah menjadi 4 aspek dengan 27 item.

Berdasarkan hasil penilalaian, diperoleh skor rerata

sebesar 123 dengan persentase 91%. Berdasarkan

kategori hasil penilaian keterterimaan pelatihan,

perolehan 91% masuk pada kategori sangat tinggi. Hal

ini berarti bahwa tingkat keterterimaan pelatihan

pengembangan pembelajaran menggunakan CEM

berada pada kategori sangat tinggi, sehingga desain

pelatihan ini dapat digunakan.

4.2.6 Keterbatasan Penelitian

Berikut ini merupakan keterbatasan dalam

penelitian dan pengembangan desain pelatihan

pengembangan pembelajaran tematik integratif SD.

1. Desain pelatihan yang dirancang hanya terbatas

untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru

dalam mengembangkan pembelajaran tematik

integratif di SD, belum sampai pada pengembangan

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16480/4/T2_942016019_BAB IV... · 99 3. Kemampuan memilih model desain pembelajaran tematik 0%

163

kompetensi yang lain (kepribadian, profesional, dan

sosial).

2. Prosedur R&D tidak dilakukan secara utuh sampai

pada pengujian produk, namun hanya sampai pada

tahap desain dan pengembangan produk.

3. Subjek pelatihan yang dilibatkan hanya 10 guru

dalam 1 kecamatan, karena sebagian guru sudah

mengikuti pelatihan kurikulum 2013 dan juga

karena keterbatasan biaya pelatihan.

4. Pengukuran kondisi awal kompetensi pedagogik

guru dalam mengembangkan pembelajaran tematik

integratif tidak dilakukan pengukuran

menggunakan tes, tetapi dilihat berdasarkan hasil

angket yang diberikan kepada 20 guru.