bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran...

23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Wilayah Kota Gorontalo Kota Gorontalo adalah ibukota Provinsi Gorontalo, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 64,79 km² (0,53% dari luas Provinsi Gorontalo) dan berpenduduk sebanyak 180.127 jiwa (berdasarkan data Sensus Penduduk 2010) dengan tingkat kepadatan penduduk 2.719 jiwa/km². Kota ini memiliki motto “Adat Bersendikan Syarak, Syarak Bersendikan Kitabullah” sebagai pandangan hidup masyarakat yang memadukan adat dan agama. Secara geografis, Kota Gorontalo terletak antara 00° 28’ 17” – 00° 35’ 56” Lintang Utara dan 122° 59’ 44” – 123° 05’ 59” Bujur Timur. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Bulango Selatan, Kab. Bone Bolango Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Telaga dan Batuda’a, Kab. Gorontalo Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Kabila, Kab. Bone Bolango. Awalnya Kota Gorontalo hanya memiliki 3 kecamatan, namun sejak tahun 2003 Kota Gorontalo telah mengalami dua kali pemekaran sehingga bertambah menjadi 6 kecamatan. Akhirnya pada tahun 2011 diadakan pemekaran kembali sehingga menjadi 9 kecamatan sampai saat ini. Kesembilan kecamatan

Upload: phamcong

Post on 15-Aug-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Wilayah Kota Gorontalo

Kota Gorontalo adalah ibukota Provinsi Gorontalo, Indonesia. Kota ini

memiliki luas wilayah 64,79 km² (0,53% dari luas Provinsi Gorontalo) dan

berpenduduk sebanyak 180.127 jiwa (berdasarkan data Sensus Penduduk 2010)

dengan tingkat kepadatan penduduk 2.719 jiwa/km². Kota ini memiliki motto

“Adat Bersendikan Syarak, Syarak Bersendikan Kitabullah” sebagai pandangan

hidup masyarakat yang memadukan adat dan agama.

Secara geografis, Kota Gorontalo terletak antara 00° 28’ 17” – 00° 35’

56” Lintang Utara dan 122° 59’ 44” – 123° 05’ 59” Bujur Timur. Batas-batas

wilayahnya adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Bulango Selatan, Kab. Bone

Bolango

Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini

Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Telaga dan Batuda’a, Kab.

Gorontalo

Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Kabila, Kab. Bone Bolango.

Awalnya Kota Gorontalo hanya memiliki 3 kecamatan, namun sejak

tahun 2003 Kota Gorontalo telah mengalami dua kali pemekaran sehingga

bertambah menjadi 6 kecamatan. Akhirnya pada tahun 2011 diadakan pemekaran

kembali sehingga menjadi 9 kecamatan sampai saat ini. Kesembilan kecamatan

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

tersebut terdiri atas 50 kelurahan, 459 RW dan 1.302 RT. Adapun data lengkap 9

kecamatan dan 50 kelurahan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dumbo Raya, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Botu; (2) Bugis; (3) Leato

Selatan; (4) Leato Utara; dan (5) Talumolo.

2. Dungingi, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Huangobotu; (2) Libuo; (3)

Tomulabutao; (4) Tomulabutao Selatan; dan (5) Tuladenggi.

3. Hulonthalangi, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Donggala; (2) Pohe; (3)

Siendeng; (4) Tanjung Kramat; dan (5) Tenda.

4. Kota Barat, terdiri atas 7 kelurahan, yaitu: (1) Buladu; (2) Buliide; (3) Dembe

I; (4) Lekobalo; (5) Molosipat W; (6) Pilolodaa; dan (7) Tenilo.

5. Kota Selatan, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Biawao; (2) Biawu; (3) Limba

B; (4) Limba U I ; dan (5) Limba U II.

6. Kota Tengah, terdiri atas 6 kelurahan, yaitu: (1) Dulalowo; (2) Dulalowo

Timur; (3) Liluwo; (4) Paguyaman; (5) Pulubala; dan (6) Wumialo.

7. Kota Timur, terdiri atas 6 kelurahan, yaitu: (1) Heledulaa; (2) Heledulaa

Selatan; (3) Ipilo; (4) Moodu; (5) Padebuolo; dan (6) Tamalate.

8. Kota Utara, terdiri atas 6 kelurahan, yaitu: (1) Dembe II; (2) Dembe Jaya; (3)

Dulomo; (4) Dulomo Selatan; (5) Wongkaditi; dan (6) Wongkaditi Barat.

9. Sipatana, terdiri atas 5 kelurahan, yaitu: (1) Bulotadaa; (2) Bulotadaa Timur;

(3) Molosipat U; (4) Tanggikiki; dan (5) Tapa.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

Tabel 1 :

Jumlah Kelurahan Kota Gorontalo Tahun 2013

NO.

NAMA

KECAMATAN

JUMLAH

KELURAHAN

1. Dumbo Raya 5

2. Dungingi 5

3. Hulonthalangi 5

4. Kota Barat 7

5. Kota Selatan 5

6. Kota Tengah 6

7. Kota Timur 6

8. Kota Utara 6

9. Sipatana 5

JUMLAH 50

4.1.2 Sejarah Singkat Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Gorontalo

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia disingkat YLKI adalah organisasi

non-pemerintah dan nirlaba. YLKI Gorontalo berdiri sejak tahun 2001, namun

pada saat itu bantuan hukum yang diberikan hanya dalam bentuk non-litigasi yaitu

berperan sebagai mediator antara para konsumen yang bersengketa dengan pelaku

usaha. Yayasan ini hanya dapat berepran sebagai mediator sebab pada waktu itu

status YLKI Gorontalo belum berbadan hukum.

YLKI Gorontalo didirikan oleh R Mas MH. Agus Rugiarto, SH sejak

tahun 2001 sampai dengan sekarang menjabat sebagai ketua umum. Namun

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

setelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008 YLKI Gorontalo

menerima Verifikasi atau Akreditasi Organisasi Bantuan Hukum oleh Badan

Pembinaan Hukum Nasional sesuai SK Menteri Hukum dan HAM RI No. AHU

1326 AH 01.02 Tahun 2008. Sehingga saat ini jenis bantuan hukum yang

diberikan oleh YLKI Gorontalo tidak hanya secara Non-Litigasi, tetapi juga

secara Litigasi.

Kantor YLKI Gorontalo sekarang berada di Jl. Marten Rachman (eks Jl.

Nila) Limboto, Kabupaten Gorontalo, yang sebelumnya kantor ini beralamatkan

di Jl. Pandjaitan Kota Gorontalo. Alasan dipindahkannya kantor tersebut agar

YLKI Gorontalo tidak hanya dapat menangani masalah konsumen yang berada di

Kota Gorontalo, tetapi juga dapat mengakomodir permasalahan konsumen yang

berada di seluruh kabupaten se-provinsi Gorontalo. Aktifitas kegiatan YLKI

Gorontalo antara lain :

a. Menerima Aduan

b. Sebagai Kuasa Konsumen dalam beracara di Pengadilan

c. Proses Mediasi Penyelesaian Sengketa Konsumen

d. Diklat /Pelatihan/ Seminar Standarisasi Pelayanan Mutu

e. Pengawasan Produk dan Jasa

Pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Gorontalo terdiri dari

Unsur Kalangan Advokat/Pengacara, Akademisi, serta tokoh perubahan sosial

yang berkeadilan. Terbentuknya Pengurus guna menjamin hak konstitusional

setiap orang untuk mendapatkan pengakuan jaminan hukum, perlindungan dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagai

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

sarana bantuan hukum. Pengurus juga bertanggung jawab terhadap pemberian

bantuan hukum bagi orang yang tidak memahami hukum. Adapun para pengurus

tersebut antara lain :

UNSUR PENASEHAT HUKUM

- ASDAR ARTI, SH.,MH

- ALBERT PEDE, SH.,MH

- SITI HASLINA SAID, SH.,MH

- SAIFUL IBRAHIM, SH.,MH

- JON BOKINGS, SH

- BUDIYANTO NAPU, SH.,MH

STRUKTUR PENGURUS

1. R.Mas MH Agus Rugiarto, SH., Jabatan KETUA UMUM

2. Andika Kulap, S.SI, Jabatan WAKIL KETUA

3. Achmad Laiya, Jabatan Sekertaris

4. Dadang Hamdani Sucipto, S.Ip, Jabatan Wakil Sekertaris

5. Fitriya Gusasi, SE, Jabatan Bendahara Umum

UNSUR PENGURUS

1. Sudiar Pagau

2. Irlan Puluhulawa

3. Imam Nurhakim Hasan

4. Mohamad Ramadhan Ishak

5. Wahyunur Sanusi

6. Sri Endang Pependang

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

7. Deisi Djamaludin

8. Wisnu Amu

Prsoses penyelesaian sengketa konsumen yang diberikan oleh Yayasan

Lembaga Konsumen Indonesia Gorontalo dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu

litigasi (pengadilan) dan non-litigasi. Berdasarkan Pasal 1 ayat (10) Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 1999, alternatif penyelesaian sengketa non-litigasi

antara lain :

a) Konsultasi, yaitu pihak YLKI Gorontalo bertindak sebagai konsultan yang

memberikan pendapatnya kepada “klien”.

b) Negosiasi, yaitu sarana bagi pihak-pihak yang mengalami sengketa untuk

mendiskusikan penyelesaiannya tanpa melibatkan pihak ketiga penengah yang

tidak berwenang mengambil keputusan.

c) Mediasi, yaitu pihak YLKI Gorontalo sebagai mediator bekerjasama dengan

pihak yang bersengketa untuk membantu memperoleh kesepakatan.

d) Konsiliasi, yaitu pihak YLKI Gorontalo mengusahakan pertemuan diantara

para pihak yang berselisih untuk mengupayakan perdamaian.

e) Penialain Ahli, yaitu pendapat hukum oleh lembaga arbitrase.

“Sejak tahun 2008 pihak YLKI Gorontalo telah melakukan pengawasan

serta gugatan terkait permasalahan perlindungan konsumen dengan mengacu pada

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999. Perkara aduan

konsumen yang diterima oleh YLKI Gorontalo yaitu 34 kasus yang diselesaikan

secara litigasi.”1

1 Hasil wawancara dengan Ketua Umum YLKI Gorontalo tanggal 17 Juni 2013

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

Tabel 2 :

Data Penyelesaian Sengketa YLKI Gorontalo

Tahun 2008-2013

PROSES PENYELESAIAN

SENGKETA

JUMLAH KASUS

(TAHUN 2008-2013)

Jalur Litigasi Pengadilan 34 Kasus

Jalur Non-Litigasi

Konsultasi 12 Kasus

Negosisasi -

Mediasi 26 Kasus

Konsiliasi 18 Kasus

Penilaian Ahli -

Jumlah Total 90 Kasus

Gugatan yang telah dilaksanakan YLKI Gorontalo dalam rangka

Perlindungan Konsumen tahun 2010 di antaranya :

1. Gugatan Bank Mega Cabang Gorontalo dengan pelapor nasabah Husen

Usman, beralamat di jalan Agus Salim Kota Gorontalo, dengan

putusan menang mediasi.

2. Gugatan Bank Mega Cabang Gorontalo dengan pelapor nasabah atas

nama Ibu Ida yang ber alamat di jalan Arif Rahman Hakim kota

Gorontalo, dengan putusan NO oleh Hakim Pengadilan Negeri kota

Gorontalo

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

3. Gugatan Bank Mega Syariah Gorontalo, dengan pelapor nasabah Ratna

Laparaga, di putuskan oleh Hakim Pengadilan Negeri Gorontalo

putusan NO

4. Gugatan Bank Mega Syariah Gorontalo, dengan pelapor nasabah

Nurmala Suli, di putuskan oleh Hakim Pengadilan Negeri Gorontalo

putusan NO.

5. Gugatan Bank Mega Syariah Gorontalo, dengan pelapor nasabah

Hadijah Anunu, di putuskan oleh Hakim Pengadilan Negeri Gorontalo

putusan NO

6. Gugatan PT. Bintang Permai, dengan pelapor ibu Emi yang

beralamatkan di jalan Talaga Kab.Gorontalo, putusan menang oleh

Hakim Pengadilan Negeri Kota Gorontalo.

Gugatan yang telah dilaksanakan YLKI Gorontalo dalam rangka

Perlindungan Konsumen tahun 2011 di antaranya :

1. Gugatan BII Finance Gorontalo, pelapor Eman Sulaiman, dengan

putusan NO oleh Hakim Pengadilan Negeri Gorontalo

Gugatan yang telah dilaksanakan YLKI Gorontalo dalam rangka

Perlindungan Konsumen tahun 2012 di antaranya :

1. Gugatan Bank BTN Gorontalo, pelapor atas nama Kristina Bahsoan,

perkara sedang dalam proses gugatan.

2. Gugatan Bank Syariah Mandiri Gorontalo, pelapor nasabah atas nama

Nano Rachman, gugatan sedang berjalan dan sedang menunggu

putusan Pengadilan Negeri Gorontalo.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

Tabel 3 :

Program Bantuan Hukum YLKI Gorontalo

Tahun 2010-2011

NO PERKARA PENGGUGAT TERGUGAT KETERANGAN

1. Gugatan Bank Mega

Cab.Gorontalo (Thn

2011)

Husen Usman

diwakili YLKI

Gorontalo

Bank Mega

Cab.Gorontalo

Putusan Menang

Mediasi

2. Gugatan Bank Mega

Cab.Gorontalo (Thn

2011)

Ibu Ida

diwakili YLKI

Gorontalo

Bank Mega

Cab.Gorontalo

putusan NO oleh

Hakim

Pengadilan

Negeri kota

Gorontalo

3. Gugatan Bank Mega

Syariah Gorontalo

(Thn 2011)

Ratna

Laparaga

diwakili YLKI

Gorontalo

Bank Mega

Syariah

Gorontalo

diputuskan oleh

Hakim

Pengadilan

Negeri

Gorontalo

putusan NO

4. Gugatan Bank Mega

Syariah Gorontalo

(Thn 2011)

Nurmala Suli

diwakili YLKI

Gorontalo

Bank Mega

Syariah

Gorontalo

diputuskan oleh

Hakim

Pengadilan

Negeri

Gorontalo

putusan NO

5. Gugatan Bank Mega

Syariah Gorontalo

(Thn 2011)

Hadijah

Anunu

diwakili YLKI

Gorontalo

Bank Mega

Syariah

Gorontalo

diputuskan oleh

Hakim

Pengadilan

Negeri

Gorontalo

putusan NO

6. Gugatan PT.Bintang

Permai (Thn 2011)

ibu Emi di

wakili YLKI

Gorontalo

PT.Bintang

Permai

putusan menang

oleh Hakim

Pengadilan

Negeri Kota

Gorontalo

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

Tabel 4 :

Program Bantuan Hukum YLKI Gorontalo

Tahun 2012-2013

NO PERKARA PENGGUGAT TERGUGAT KETERANGAN

1. Gugatan BII Finance

Gorontalo (Thn 2012)

Eman

Sulaiman

diwakili YLKI

Gorontalo

BII Finance

Gorontalo

putusan NO oleh

Hakim

Pengadilan

Negeri

Gorontalo

2. Gugatan Bank BTN

Gorontalo (Thn 2013)

Kristina

Bahsoan

diwakili YLKI

Gorontalo

Bank BTN perkara sedang

dalam proses

gugatan

3. Gugatan Bank Syariah

Mandiri Gorontalo

(Thn 2013)

Nano

Rachman

diwakili YLKI

Gorontalo

Bank Syariah

Mandiri

Gorontalo

gugatan sedang

berjalan dan

sedang

menunggu

putusan

Pengadilan

Negeri

Gorontalo

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen Republik Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen

diantaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengonsumsi barang dan atau jasa; hak untuk memilih barang dan atau jasa serta

mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi

serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar

dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi

dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai

dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; dan sebagainya.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

Pelanggaran hak-hak konsumen dalam transaksi jual beli dengan

menggunakan media elektronik merupakan kasus pelanggaran yang tergolong

baru dikalangan masyarakat. Sebab kasus ini timbul dikarenakan oleh semakin

berkembangnya kemajuan teknologi yang dimanfaatkan oleh pelaku usaha,

sehingga memungkinkan terjadinya kasus-kasus tersebut. “Kurangnya

pengawasan pemerintah terhadap status legalitas para pelaku usaha menjadi salah

satu faktor penyebab terjadinya kasus pelanggaran konsumen pengguna media

elektronik dalam bertransaksi jual beli. Akibatnya pelaku usaha dengan mudah

dapat melakukan kecurangan terhadap para konsumen.”2

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Tahun 1999 mengatur secara

khusus mengenai hak-hak dan kewajiban baik konsumen maupun pelaku usaha.

Tetapi dalam penerapannya undang-undang tersebut masih perlu untuk

disempurnakan, mengingat suatu produk peraturan perundang-undangan harus

mengikuti suatu perkembangan zaman. Dalam mengatasi permasalahan tersebut,

konsumen membutuhkan lembaga yang mampu melindungi hak-haknya sebagai

seorang konsumen. Lembaga tersebut salah satunya yakni Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia Gorontalo.

4.2.1 Peran YLKI Gorontalo

YLKI berperan sebagai lembaga penghimpun atau lembaga yang

melakukan penggalangan kekuatan dengan cara mengumpulkan aspirasi

masyarakat tentang kurangnya perlindungan terhadap konsumen, yaitu kasus

pelanggaran hak-hak konsumen yang sering ditemui di dalam masyarakat,

2 Hasil wawancara dengan Konsumen Pengguna Media Elektronik dalam bertransaksi jual beli.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

kemudian aspirasi tersebut akan di samapaikan kepada pemerintah pusat ataupun

daerah. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia mengutamakan hak dan

kewajiban konsumen sesuai dengan Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen.

YLKI Gorontalo memiliki dua peran penting yaitu memberikan

perlindungan hukum tidak hanya kepada konsumen tetapi juga perlindugan

hukum terhadap nasabah, user, pasien dan lain sebagainya yang mengalami kasus

pelanggaran hak-hak sebagai seorang konsumen. Selain itu YLKI Gorontalo

berperan sebagai prinsipal dalam hal melakukan gugatan untuk kepentingan

konsumen.

Tujuan bantuan hukum yang diberikan oleh YLKI Gorontalo terhadap

konsumen yang merasa dirugikan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16

Tahun 2011 tentang bantuan hukum yakni :

a. Menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk

mendapatkan akses keadilan;

b. Mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip

persamaan kedudukan di dalam hukum;

c. Menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara

merata di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia; dan

d. Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

4.2.2 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan

perlindungan adalah :

a. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat

(1), Pasal 27 , dan Pasal 33.

b. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan

lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821

c. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.

d. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif

Penyelesian Sengketa

e. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan

Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

f. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001

Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas

Indag Prop/Kab/Kota

g. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795

/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen.

4.2.3 Jenis Bantuan Hukum YLKI Gorontalo

“Jenis bantuan hukum yang diberikan oleh Yayasan Lembaga Konsumen

Indonesia Gorontalo terbagi atas dua yaitu Letigasi dan Non Letigasi. Jenis

bantuan letigasi adalah jenis bantuan hukum yang diberikan oleh YLKI Gorontalo

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

berupa pendampingan hukum terhadap konsumen didalam pengadilan. Sedangkan

jenis bantuan hukum non litigasi terdiri dari beberapa bagian, antara lain :”3

a. Penyuluhan Hukum, yaitu bantuan hukum berupa intervensi sosial yang

melibatkan penggunaan komunikasi informasi secara sadar untuk membantu

masyarakat membentuk pendapat mereka sendiri dan mengambil keputusan

dengan baik.

b. Konsultasi Hukum, yaitu bantuan hukum yang diberikan dalam bentuk

kegiatan atau proses bertukar informasi dan saran terhadap konsumen yang

membutuhkan informasi hukum mengenai masalah yang sedang dialami.

c. Investigasi Perkara, yaitu bantuan hukum berupa serangkaian kegiatan petugas

atau sering disebut dengan investigator yang diberi wewenang untuk mencari

serta mengumpulkan bukti yang dapat mengindikasikan terjadinya suatu

pelanggaran terhadap hukum yang berlaku.

d. Penelitian Hukum, yaitu bantuan hukum berupa kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan

untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

menganalis gejala tersebut.

e. Mediasi, yaitu bantuan hukum berupa upaya penyelesaian konflik dengan

melibatkan pihak ketiga yang tidak memiliki kewenangan untuk mengambil

keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa tersebut mencapau

penyelesaian atau solusi yang diterima oleh kedua belah pihak.

3 Hasil wawancara dengan Ketua Umum YLKI Gorontalo tanggal 30 Juni 2013

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

f. Negosiasi, yaitu bantuan hukum berupa suatu proses saat dua pihak mencapai

perjanjian yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan

dengan elemen-elemen kerjasama dan kompetisi. Negosiasi adalah sebuah

bentuk iteraksi sosial saat pihak-pihak yang terlibat berusaha saling

menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan.

g. Pemberdayaan Masyarakat, yaitu bantuan hukum berupa suatu proses

pembangunan dalam bidang hukum dimana masyarakat berinisiatif untuk

memulai prosees kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri

sendiri.

h. Pendampingan diluar pengadilan, yaitu bantuan hukum berupa pendampingan

hukum terhadap konsumen untuk mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar

mengenai persoalan yang sedang dihadapi. Penyelesaian sengketa diluar

pengadilan merupakan upaya tawar menawar untuk memperoleh kesepakatan

yang saling menguntungkan bagi semua pihak.

i. Drafting, yaitu bantuan hukum yang dapat diartikan sebagai penyusunan atau

perancangan peraturan perundang-undangan. Melalui pendekatan hukum,

legal drafting adalah kegiatan praktek hukum yang menghasilkan peraturan

tertentu. Contoh : Pemerintah membuat Peraturan Perundang-undangan;

Hakim membuat keputusan Pengadilan yang mengikat publik; Swasta

membuat ketentuan atau peraturan privat seperti; perjanjian/kontrak,

kerjasama dan lainnya yang mengikat pihak-pihak yang melakukan perjanjian

atau kontrak dari proses kreatif sehingga menjadi hasil jadi.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

4.2.4 Proses dan Jalur Aduan dalam YLKI Gorontalo

“YLKI Gorontalo sebagai lembaga bantuan hukum yang berbadan hukum

memiliki aturan atau prosedur mengenai aduan yang diadukan oleh konsumen.

Proses atau jalur aduan tersebut yakni :”4

1. Konsultasi Permasalahan

Konsultasi permasalahan merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh

konsumen yang ingin mengadukan permasalahan yang sedang dihadapi

kepada YLKI Gorontalo.

2. Verifikasi Data atau Bukti yang Diajukan

Verifikasi data atau bukti merupakan langkah selanjutnya yang dilakukan

YLKI berupa pemeriksaan terhadap kebenaran suatu data awal atau bukti yang

telah diajukan oleh konsumen.

3. Laporan Aduan

Setelah konsumen melakukan konsultasi dan verifikasi data atau bukti yang

diajukan, selanjutnya pihak YLKI akan menyusun laporan aduan mengenai

permasalahan tersebut.

4. Analisis Laporan Aduan

Setelah disusun laporan aduan yang diajukan konsumen, langkah selanjutnya

yaitu menganalisis laporan aduan yang telah disusun tersebut.

5. Verifikasi Data Pembuktian

4 Hasil wawancara dengan Sekretaris YLKI Gorontalo tanggal 17 Juni 2013

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

Setelah analisis laporan aduan dilakukan, langkah selanjutnya yaitu verifikasi

kembali data-data pembuktian. Hal ini dilakukan untuk memastikan

kelengkapan data sebelum diajukannya gugatan perkara.

6. Pengajuan Gugatan / Mediasi

Pengajuan gugatan ke pengadilan dilakukan oleh YLKI Gorontalo setelah

berkas laporan aduan dianggap telah lengkap dengan data dan pembuktian

yang telah diverifikasi sebelumnya. Pada tahap ini juga dapat dimungkinkan

adanya jalan damai antara konsumen dengan pelaku usaha dengan jalan

mediasi.

4.2.5 Sanksi bagi Pelaku Usaha

Sejak berlakunya Undang-Undang Perlindungan Konsumen tanggal 20

April 1999, masalah pelanggaran atas hak-hak konsumen masih terus saja terjadi.

Kasus konsumen yang banyak terjadi pada hakekatnya merupakan pelanggaran

terhadap hak-hak konsumen dan kurangnya kesadaran pelaku usaha seperti

tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

Tidak dipenuhinya hak konsumen oleh pelaku usaha dalam transaksi

pesanan merupakan sebuah tindakan yang melanggar Pasal 16 UU No. 8 Tahun

1999. Secara sederhana, pelanggaran terhadap Pasal 16 UU No. 8 tersebut

berawal dari perikatan yang timbul dari adanya kesepakatan antara pelaku usaha

sebagai pihak penawar barang/jasa dan konsumen sebagai pihak pemesan

barang/jasa melalui media elektronik.

“Pengenaan sanksi pidana terhadap pelanggaran perjanjian pesanan barang

atau jasa menimbulkan beberapa permasalahan. Mengingat lahirnya perikatan atau

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

perjanjian pesanan itu berasal dari adanya kesepakatan para pihak maka sudah

seharusnya penyelesaian sengketa yang mungkin terjadi dilakukan dalam lingkup

hukum perdata.”5

Lahirnya hubungan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 UU

No. 8 Tahun 1999 sebenarnya berawal dari kehendak konsumen memesan barang

maupun jasa yang diinginkannya. Kehendak untuk mendapatkan barang tersebut

kemudian bertemu dengan penawaran pelaku usaha yang dalam hal ini menjual

barang seperti yang dikehendaki konsumen. Pelayanan melalui pesanan dengan

menggunakan media elektronik menjadi bentuk baru dalam penawaran barang

yang disediakan pelaku usaha. Pelayanan melalui pesanan disini sebenarnya

merupakan satu bagian utuh dari penawaran pelaku usaha kepada konsumen

karena pada hakekatnya penawaran barang melalui media elektronik menjadi satu

hal penting yang dipertimbangkan oleh konsumen untuk membuat kesepakatan.

Ketika kesepakatan antara konsumen dan pelaku usaha penjualan barang

bertemu, maka pada saat itu juga terjadilah hubungan kontraktual atau disebut

privity of contract. Akibat hukum dari adanya hubungan kontraktual ini adalah

terikatnya para pihak pembuat kesepakatan pesanan untuk melakukan prestasi dan

kontra prestasi (Pasal 1338 BW-Asas Pacta Sunt Servanda) dan timbulnya prestasi

dan kontra prestasi yang dibebankan pada para pembuat kesepakatan. Pada tahap

pertama pemenuhan kesepakatan, pelaku usaha harus melakukan prestasi berupa

mengirimkan barang sesuai dengan permintaan konsumen. Sedangkan bagi

5 Hwian Christianto. Ketentuan Sanksi Pidana. (gagasanhukum.wordpress – diakses tanggal 3 Juli

2013)

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

konsumen begitu menerima pesanan makanan ia harus melakukan kontra prestasi

dengan memberikan pembayaran sesuai dengan kesepakatan di awal.

Permasalahan terjadi manakala prestasi tidak sesuai dengan kesepakatan

para pihak. Sebagai contoh, pada transaksi jual beli barang melalui media

elektronik, ketika pesanan telah melebihi waktu kesepakatan maka pelaku usaha

dapat dikatakan telah melakukan pelanggaran pada perjanjian dan harus

melakukan penggantian kerugian yang diderita oleh konsumen (Pasal 1365 KUH

Perdata). Peristiwa hukum di atas ini merupakan hubungan hukum yang

melibatkan para pihak dalam hal keperdataan sehingga termasuk dalam lingkup

hukum perdata dan seharusnya pula di kenakan sanksi perdata berupa ganti rugi

atau pemenuhan prestasi.

Kebijakan pengenaan sanksi pada pelanggaran hak konsumen seharusnya

didasarkan atas pemahaman hubungan hukum yang akan dikenakan sanksi.

Bentuk sanksi seharusnya mengikuti hubungan hukum yang diatur. Secara khusus

pada Pasal 16 UU No. 8 Tahun 1999 terdapat hubungan hukum perdata berupa

perjanjian jual-beli makanan dengan sistem pesanan maka bentuk sanksi yang

seharusnya dikenakan adalah sanksi keperdataan berupa ganti rugi, pembatalan

perjanjian atau pemenuhan prestasi pada perjanjian.

Pihak YLKI Gorontalo sebagai pihak yang mewakili konsumen dapat

melakukan gugatan secara perdata terhadap pelaku usaha yang telah melakukan

pelanggaran. Hanya dengan adanya pengaturan Pasal 62 ayat (1) UU No. 8 Tahun

1999 ini, konsumen bisa saja menuntut si pelaku usaha secara pidana karena

dinilai telah melakukan tindak pidana perlindungan konsumen.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

“Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Hukum

Perlindungan Konsumen, sanksi yang dikenakan kepada pelaku usaha yang

melakukan suatu pelanggaran antara lain :”6

a. Sanksi Perdata

Sanksi perdata adalah sanksi yang ditujukan kepada si pelanggar dengan

memberikan hukuman berupa ganti kerugian, melalui proses peradilan. Adapun

sanksi perdata yaitu :

1. Ganti rugi dalam bentuk

a) Pengembalian uang atau

b) Penggantian barang atau

c) Perawatan kesehatan, dan/atau

d) Pemberian santunan

2. Ganti rugi diberikan dalam tenggang waktu 7 hari setelah tanggal transaksi

b. Sanksi Administrasi

Sanksi Administrasi adalah sanksi yang ditujukan pada perbuatan

pelanggarannya, agar perbuatan pelanggarannya tersebut dihentikan. Sifat

sanksinya adalah reparatoir artinya memulihkan pada keadaan semula. Sanksi

administrasi dapat diterapkan tanpa harus melalui proses peradilan. Sanksi

administrasi yaitu : Maksimal Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), melalui

BPSK jika melanggar Pasal 19 ayat (2) dan (3), 20, 25

c. Sanksi Pidana

6 Syafiqry. 2011. Sanksi bagi Pelaku Usaha. (http://depdag.go.id – diakses 27 November 2012)

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

Sanksi pidana adalah pengenaan suatu derita kepada seseorang yang

dinyatakan bersalah melakukan suatu kejahatan atau perbuatan pidana melalui

suatu rangkaian proses peradilan oleh kekuasaan atau hukum yang secara

khusus diberikan untuk hal itu, yang dengan pengenaan sanksi pidana tersebut

diharapkan orang tidak melakukan tindak pidana lagi. Adapun sanksi pidana

yaitu :

1. Kurungan

a) Penjara, 5 tahun, atau denda Rp. 2.000.000.000 (dua milyar -rupiah)

(Pasal 8, 9, 10, 13 ayat (2), 15, 17 ayat (1) huruf a, b,c, dan e dan Pasal 18

b) Penjara, 2 tahun, atau denda Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah)

(Pasal 11, 12, 13 ayat (1), 14, 16 dan 17 ayat (1) huruf d dan f

2. Ketentuan pidana lain (di luar Undang-undang No. 8 Tahun. 1999 tentang

Perlindungan Konsumen) jika konsumen luka berat, sakit berat, cacat tetap

atau kematian

3. Hukuman tambahan, antara lain :

a) Pengumuman keputusan Hakim

b) Pencabuttan izin usaha;

c) Dilarang memperdagangkan barang dan jasa ;

d) Wajib menarik dari peredaran barang dan jasa;

e) Hasil Pengawasan disebarluaskan kepada masyarakat.

Pelanggaran lain yang sering dilakukan oleh pelaku usaha selain dari

ketentuan-ketentuan pidana yang disebutkan diatas yaitu pencantuman kalusula

baku tentang hak pelaku usaha untuk menolak penyerahan kembali barang yang

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

dibeli konsumen dalam setiap nota pembelian barang. Klausula baku tersebut

biasanya dalam praktiknya sering ditulis dalam nota pembelian dengan kalimat

“barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan”. Selain bisa

dikenai pidana selama 5 tahun penjara, pencantuman klausula tersebut secara

hukum tidak ada gunanya, karena di dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 dinyatakan bahwa klausula baku yang masuk dalam

kualifikasi seperti, “barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau

dikembalikan” dapat dipastikan batal demi hukum.

Dalam praktiknya masih banyak para pelaku usaha yang mencantumkan

klausula baku tersebut, untuk itu dibutuhkan peran polisi ekonomi dalam

menertibkan permasalahan ini. Ketentuan yang sering dilanggar selain

pencantuman klausula baku adalah tentang cara penjualan dengan cara obral

supaya barang kelihatan murah, padahal harga barang tersebut sebelumnya sudah

dinaikan terlebih dahulu. Hal tersebut jelas bertentangan dengan ketentuan Pasal

11 huruf f Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 dimana pelaku usaha ini dapat

diancam pidana paling lama 2 tahun penjara dan/atau denda paling banyak Rp.500

juta rupiah.

Pengaturan tentang kewenangan sanksi administratif dalam UU

Perlindungan Konsumen hanya bisa diberikan oleh Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen. Hal yang berbeda diberlakukan pada pengaturan sanksi pidana dalam

UU No. 8 Tahun 1999 ternyata dapat dikenakan langsung pada pelaku usaha yang

melanggar beberapa ketentuan hukum perlindungan konsumen. Kebijakan

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/2263/9/2013-1-74201-271409102-bab4-29072013044933.pdfsetelah tujuh tahun didirikan, akhirnya pada tahun 2008

pengenaan sanksi pada pelanggaran hak konsumen seharusnya didasarkan atas

pemahaman hubungan hukum yang akan dikenakan sanksi.

Bentuk sanksi seharusnya mengikuti hubungan hukum yang diatur. Secara

khusus pada pasal 16 UU No. 8 Tahun 1999 terdapat hubungan hukum perdata

berupa perjanjian jual-beli dengan sistem pesanan maka bentuk sanksi yang

seharusnya dikenakan adalah sanksi keperdataan berupa ganti rugi, pembatalan

perjanjian atau pemenuhan prestasi pada perjanjian. Pemahaman ini sangat

penting mengingat sanksi pidana seringkali digunakan sebagai alat pengancam

bagi pelanggar hukum suatu ketentuan hukum. Hal ini sangat tidak tepat jika

dikaitkan dengan hakekat sanksi pidana sendiri sebagai ultimum remidium.

Masalah perlindungan konsumen sebenarnya bukan hanya menjadi

urusan YLKI Gorontalo atau lembaga/instansi sejenis dengan itu, berdasarkan

Pasal 45 ayat (3) Jo. Pasal 59 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen tanggung

jawab pidana bagi pelanggarnya tetap dapat dijalankan atau diproses oleh pihak

kepolisian.