bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1...

21
38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kaliwungu 04 yang beralamatkan di desa Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Dalam hal sarana dan prasarana, SD Negeri Kaliwungu 04 sudah memadai, yang terdiri dari 6 (enam) ruang kelas, 1 (satu) ruang guru, 1 (satu) ruang kepala sekolah, 1 (satu) ruang perpustakaan, 1 (satu) ruang penerima tamu, 1 (satu) gudang sekolah, 2 (dua ruang) WC/kamar mandi dan fasilitas penunjang lainnya antara lain pesawat telepon, alat-alat peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya pun masih terawat. Adapun jumlah pengajar yang ada di SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang berjumlah 6 (enam) guru pegawai negeri, 3 (tiga) wiyata bakti dan 1 penjaga sekolah. Sedangkan jumlah siswa di SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang dari kelas I sampai kelas VI adalah sebanyak 107 siswa. Kesemuanya berasal dari wilayah sekitar sekolah dengan keadaan bakat, minat, ketrampilan, kemampuan intelegensi yang berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan dikelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang yang berjumlah 15 siswa, siswa laki-laki 8 dan siswa perempuan 7. 4.1.2 Kondisi Awal Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 15 siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, terlihat bahwa tingkat pemahaman siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi peserta didik pada mata pelajaran IPS yang telah dilakukan dimana sebagian besar peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65). Ditunjukkan dengan deskpripsi hasil belajar IPS sebelun dilakukan tindakan (Pra siklus) pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Upload: vophuc

Post on 27-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Tindakan

4.1.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kaliwungu 04 yang beralamatkan di desa

Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Dalam

hal sarana dan prasarana, SD Negeri Kaliwungu 04 sudah memadai, yang terdiri dari 6

(enam) ruang kelas, 1 (satu) ruang guru, 1 (satu) ruang kepala sekolah, 1 (satu) ruang

perpustakaan, 1 (satu) ruang penerima tamu, 1 (satu) gudang sekolah, 2 (dua ruang)

WC/kamar mandi dan fasilitas penunjang lainnya antara lain pesawat telepon, alat-alat

peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya pun masih

terawat. Adapun jumlah pengajar yang ada di SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Semarang berjumlah 6 (enam) guru pegawai negeri, 3 (tiga) wiyata

bakti dan 1 penjaga sekolah. Sedangkan jumlah siswa di SD Negeri Kaliwungu 04

Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang dari kelas I sampai kelas VI adalah sebanyak

107 siswa. Kesemuanya berasal dari wilayah sekitar sekolah dengan keadaan bakat,

minat, ketrampilan, kemampuan intelegensi yang berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan

dikelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang yang

berjumlah 15 siswa, siswa laki-laki 8 dan siswa perempuan 7.

4.1.2 Kondisi Awal

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas IV SD Negeri Kaliwungu

04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang semester II Tahun Pelajaran 2011/2012

yang berjumlah 15 siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, terlihat bahwa

tingkat pemahaman siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai sekunder hasil

evaluasi peserta didik pada mata pelajaran IPS yang telah dilakukan dimana sebagian

besar peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65).

Ditunjukkan dengan deskpripsi hasil belajar IPS sebelun dilakukan tindakan (Pra siklus)

pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

39

Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Belajar Sebelum Dilakukan Tindakan (Pra siklus)

Jumlah siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata - rata

15 40 85 63,33

Hasil belajar sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui dari tabel 4.1 bahwa nilai

terendah siswa adalah 40 dan nilai tertinggi siswa adalah 85. Rata – rata nilai siswa kelas

IV sebelum dilakukan tindakan adalah 62,33.

Data hasil belajar IPS sebelum dilakukan tindakan dapat dilihat dalam tabel 4.2 sebagai

berikut:

Tabel 4.2 Hasil Belajar Sebelum Dilakukan Tindakan (Pra siklus)

No Nama siswa Jenis

kelamin Nilai Kualifikasi

1 BP L 60 Tidak Tuntas

2 DN P 70 Tuntas

3 MT L 60 Tidak Tuntas

4 BA L 85 Tuntas

5 EW L 65 Tuntas

6 JE L 50 Tidak Tuntas

7 OG P 65 Tuntas

8 RM L 60 Tidak Tuntas

9 SA P 75 Tuntas

10 WT L 60 Tidak Tuntas

11 WF P 60 Tidak Tuntas

12 BN P 60 Tidak Tuntas

13 IS P 80 Tuntas

14 NG P 60 Tidak Tuntas

15 JS L 40 Tidak Tuntas

Jumlah nilai 950

Rata – rata nilai 63,33

Nilai Terendah 40

Nilai Tertinggi 85

Untuk lebih jelasnya, hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dapat dijabarkan

pada tabel distribusi hasil belajar sebelum dilakukan tindakan (pra siklus) pada tabel 4.3

sebagai berikut:

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

40

Tabel 4.3 Distribusi Hasil Belajar Sebelum Dilakukan Tindakan

No Nilai Sebelum Dilakukan Tindakan Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%) Tuntas Tidak tuntas

1 95 - 100 - 0 - -

2 89 - 94 - 0 - -

3 83 - 88 1 6,67 √ -

4 77 - 82 1 6,67 √ -

5 71 - 76 1 6,67 √ -

6 65 - 70 3 20 √ -

7 <65 9 60 - √

Jumlah 15 100

Nilai rata – rata 63,33

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa untuk nilai < 65 sebanyak 9 orang siswa dengan

presentase 60 %, nilai 65 s/d 70 sebanyak 3 siswa dengan persentase 20%, nilai 71 s/d 76

sebanyak 1 siswa dengan persentase 6,67%, nilai 77 s/d 82 sebanyak 1 siswa dengan

persentase 6,67%, nilai 83 s/d 88 sebanyak 1 siswa dengan persentase 6,67%, nilai 89 s/d

94 tidak ada dengan persentase 0%, dan nilai 95 s/d 100 tidak ada dengan persentase

0%. Berdasarkan distribusi atau sebaran hasil belajar sebelum dilakukan tindakan, dapat

dituangkan dalam bentuk diagram yang dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut:

Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Sebelum Dilakukan Tindakan

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

41

Untuk lebih jelasnya, ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kaliwungu 04

sebelum dilakukan tindakan (Pra siklus) dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4. 4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Sebelum Dilakukan Tindakan

No Ketuntasan Belajar Jumlah

Siswa Persentase (%)

1 Tuntas (≥ 65) 6 40 %

2 Belum Tuntas (≤ 65) 9 60 %

Jumlah 15 100 %

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa persentase siswa yang tuntas sebanyak 40% (6

orang siswa) dan yang tidak tuntas sebanyak 60% (9 orang siswa). Berdasarkan tabel

ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan, dapat dijabarkan dalam

gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Belajar

Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan

Berdasarkan data nilai sebelum dilakukan tindakan pada mata pelajaran IPS,

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 masih rendah.

Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa terhadap materi

yang disajikan masih rendah dikarenakan guru kurang memiliki ketrampilan menciptakan

suasana pembelajaran yang kondusif atau selalu menggunakan pembelajaran yang

monoton atau konvensional, dimana metode ceramah masih mendominasi proses

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

42

kegiatan pembelajaran, sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik yang

berakibat tingkat pemahaman siswa menjadi rendah dan siswa pun kurang aktif dalam

mengikuti proses pembelajaran, sehingga terjadi hambatan dalam transformasi ilmu

pengetahuan yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif.

Berdasarkan data hasil belajar yang rendah dari siswa kelas IV di SD Negeri

Kaliwungu 04 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012, penulis akan melakukan sebuah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan

pada BAB sebelumnya. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan model

pembelajaran Make a Match, guna meningkatkan pemahaman belajar siswa yang akan

dilakukan dalam dua siklus. Siklus I pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar

“Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”, dan

siklus II pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar “Mengenal perkembangan

teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”.

4.1.3 Siklus I

4.1.3.1 Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus I diuraikan sebagai berikut :

Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Materi

yangdipilih dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar “Mengenal pentingnya koperasi

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. Berdasarkan materi yang dipilih tersebut,

kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Materi yang

digunakan dalam siklus I tentang koperasi. Berdasarkan materi tersebut kemudian

dilanjutkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam RPP

di berikan alokasi waktu sebanyak 4 x 35 menit, artinya RPP disampaikan dalam 2 kali

pertemuan (tatap muka).

Pada siklus I persiapan yang dilakukan peneliti adalah menyiapkan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS dengan menggunakan model

pembelajaran Make a Match, menyiapkan kartu-kartu yang berisi beberapa konsep atau

topik tentang pengertian koperasi,tujuan dan manfaat koperasi, lambang dalam koperasi

jenis-jenis koperasi dan pentingnya usaha bersama dalam koperasi, kemudian

menyiapkan lembar observasi atau pengamatan.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

43

Pembelajaran yang direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran Make

a Match dimana pembelajaran ini dengan menggunakan kartu yang berisi soal maupun

jawaban kemudian dibagikan kepada setiap siswa. Setiap siswa yang mendapatkan kartu

berisi soal, siswa tersebut harus mencari jawaban dari kartunya tersebut. Begitu juga

sebaliknya yang mendapatkan kartu jawaban harus mencari soal yang sesuai dengan soal

dari kartunya tersebut. Adapun skenario pembelajaran diatur dan alokasi waktu

direncanakan sebagai berikut:

Waktu pembelajaran 2 x 35 menit = 70 menit terdiri dari:

1. Pra pembelajaran (apersepsi dan motivasi) 5 menit

2. Penyampaian materi, pemberian informasi tata cara melakukan pembelajaran

dengan model pembelajaran Make a Match 20 menit

3. Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match 35 menit

4. Tanya jawab tentang materi 5 menit

5. Kegiatan penutup 5 menit

4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan

1. Pertemuan pertama

Pertemuan pertama pada siklus I dilaksankan pada hari Jumat, 13 April 2012.

Pada tahap apersepsi guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang koperasi

yang ada di sekolah. Setelah apersepsi guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari

ini dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, menjelaskan materi yang

akan di sampaikan hari ini tentang pengertian koperasi, tujuan dan manfaat

koperasi, lambang koperasi, dilanjutkan tata cara melaksanakan model

pembelajaran Make a Match dan menunjukkan kartu-kartu yang berisi konsep atau

topik tentang pengertian koperasi, tujuan dan manfaat koperasi, lambang koperasi.

Selanjutnya guru mengocok kartu tersebut dan dibagikan secara acak kepada

siswa. Setelah peluit ditiup, masing-masing siswa memikirkan jawaban maupun soal

dari kartu – kartu yang mereka pegang dengan waktu yang dibatasi yaitu 1 menit.

Setelah siswa yang menemukan kartu pasangannnya (soal dan jawaban), siswa

tersebut maju kedepan kelas dan di bahas bersama- sama. Sedangkan bagi siswa

yang belum menemukan kartu pasangannya (soal dan jawaban), siswa tersebut

diarahkan untuk menempati tempat duduknya kembali. Setelah itu kartu

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

44

dikumpulkan kembali dan dikocok dan dibagikan kepada siswa secara acak,dan

begitu seterusnya. Setelah kegiatan dilakukan guru bersama siswa membuat

kesimpulan dari pembelajaran ini.

2. Pertemuan kedua

Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 April 2012.

Pada tahap apersepsi guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang

pembelajaran kemarin. Setelah apersepsi guru menjelaskan tujuan pembelajaran

hari ini dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, menjelaskan materi

yang akan di sampaikan hari ini tentang jenis-jenis koperasi dan peranan usaha

bersama dalam koperasi, dilanjutkan tata cara melaksanakan model pembelajaran

Make a Match dan menunjukkan kartu-kartu yang berisi konsep atau topik tentang

jenis-jenis koperasi dan pentingnya usaha bersama dalam koperasi. Selanjutnya

guru mengocok kartu tersebut dan dibagikan secara acak kepada siswa. Setelah

peluit ditiup, masing-masing siswa memikirkan jawaban maupun soal dari kartu –

kartu yang mereka pegang dengan waktu yang dibatasi yaitu 1 menit. Setelah siswa

yang menemukan kartu pasangannnya (soal dan jawaban), siswa tersebut maju

kedepan kelas dan di bahas bersama- sama. Sedangkan bagi siswa yang belum

menemukan kartu pasangannya (soal dan jawaban), siswa tersebut diarahkan

menempati tempat duduknya kembali. Setelah itu kartu dikumpulkan kembali dan

dikocok dan dibagikan kepada siswa secara acak,dan begitu seterusnya.

Setelah kegiatan dilakukan guru bersama siswa membuat kesimpulan dari

pembelajaran hari ini, kemudian guru memberikan soal evaluasi siklus I.

4.1.3.3 Observasi

Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar

observasi atau pengamatan yang mengacu pada kegiatan guru pada saat melakukan

pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan

rencana tindakan pada pertemuan berikutnya.

4.1.3.4 Hasil Analisis Data Tes Formatif Siklus I

Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif yang

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

45

dikerjakan siswa pada akhir pembelajaran siklus I. Deskripsi hasil belajar tes formatif I

pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

Jumlah siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata – rata

15 55 90 71,67

Hasil belajar siswa pada Tes Formatif siklus I dapat diketahui dari tabel 4.5 bahwa

nilai terendah siswa adalah 55 dan nilai tertinggi siswa adalah 90. Rata- rata nilai siswa

kelas IV pada siklus I adalah 71,67. Rata – rata nilai siswa mengalami peningkatan

dibandingkan dengan rata – rata nilai siswa sebelum dilakukan tindakan (63,33). Data

Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No Nama siswa Jenis

kelamin Nilai Kualifikasi

1 BP L 85 Tuntas

2 DN P 60 Tidak Tuntas

3 MT L 60 Tidak Tuntas

4 BA L 90 Tuntas

5 EW L 75 Tuntas

6 JE L 65 Tuntas

7 OG P 55 Tidak Tuntas

8 RM L 80 Tuntas

9 SA P 75 Tuntas

10 WT L 85 Tuntas

11 WF P 70 Tuntas

12 BN P 60 Tidak Tuntas

13 IS P 80 Tuntas

14 NG P 60 Tidak Tuntas

15 JS L 75 Tuntas

Jumlah nilai 1075

Rata – rata nilai 71,67

Nilai Terendah 55

Nilai Tertinggi 90

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

46

Untuk lebih jelasnya, hasil belajar tes formatif siswa pada siklus I dapat dijabarkan pada

tabel distribusi hasil belajar tes formatif siswa pada siklus I yang dapat dilihat pada tabel

4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No Nilai Sesudah Siklus I Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%) Tuntas Tidak tuntas

1 95 - 100 - 0 - -

2 89 - 94 1 6,67 √ -

3 83 - 88 2 13,33 √ -

4 77 - 82 2 13,33 √ -

5 71 - 76 3 20 √ -

6 65 - 70 2 13,33 √ -

7 <65 5 33,33 - √

Jumlah 15 100

Nilai rata – rata 71,67

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan model pembelajaran make a

match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas kelas IV SD Negeri Kaliwungu 04

Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. Untuk nilai < 65 sebanyak 5 orang siswa

dengan presentase 33,33%, nilai 65 s/d 70 sebanyak 2 siswa dengan persentase 13,33%,

nilai 71 s/d 76 sebanyak 3 siswa dengan persentase 20%, nilai 77 s/d 82 sebanyak 2

siswa dengan persentase 13,33%, nilai 83 s/d 88 sebanyak 2 siswa dengan persentase

13,33%, nilai 89 s/d 94 sebanyak 1 siswa dengan persentase 6,67%, dan nilai 95 s/d 100

tidak ada dengan persentase 0%. Jadi dengan menggunakan model pembelajaran make a

match pada siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan jumlah siswa yang

tuntas belajar meningkat menjadi 10 siswa. Berdasarkan distribusi atau sebaran hasil

belajar sebelum dilakukan tindakan, dapat dituangkan dalam bentuk diagram yang dapat

dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut:

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

47

Gambar 4.3 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa

Pada Siklus I

Untuk lebih jelasnya, ketuntasan hasil belajar tes formatif siswa pada siklus I kelas IV SD

Negeri Kaliwungu 04 dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No Ketuntasan Belajar Jumlah

Siswa Persentase (%)

1 Tuntas (≥ 65) 10 66,67%

2 Belum Tuntas (≤ 65) 5 33,33%

Jumlah 15 100 %

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa persentase siswa yang tuntas sebanyak 66,67% (10

orang siswa) dan yang tidak tuntas sebanyak 33,33% (5 orang siswa). Berdasarkan tabel

ketuntasan hasil belajar tes formatif siswa pada siklus I, dapat dijabarkan dalam gambar

4.4 sebagai berikut:

Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

48

4.1.3.5 Refleksi

Berdasarkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan model Make a Match, hasil

belajar siswa pada siklus I telah mengalami peningkatan. Tetapi masih ada beberapa

siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM dan belum mencapai ketuntasan 80%. Siswa

yang mencapai nilai tuntas menjadi 10 orang siswa, yang sebelumnya hanya 6 orang

siswa. Selain itu, sebagian besar siswa sudah aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan

model pembelajaran Make a Match. Berdasarkan kekurangan hasil belajar dari

pembelajaran siklus I, maka peneliti akan memperbaiki hasil belajar dengan melakukan

pembelajaran pada siklus II.

4.1.4 Siklus II

4.1.4.1 Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus I diuraikan sebagai berikut :

Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Materi yang

dipilih dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar “Mengenal perkembangan teknologi

produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”. Berdasarkan

materi yang dipilih tersebut, kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Materi yang digunakan dalam siklus I tentang perkembangan

teknologi. Berdasarkan materi tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam RPP di berikan alokasi waktu sebanyak 4 x 35

menit, artinya RPP disampaikan dalam 2 kali pertemuan (tatap muka).

Pada siklus II persiapan yang dilakukan peneliti adalah menyiapkan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS dengan menggunakan model

pembelajaran Make a Match, menyiapkan kartu-kartu yang berisi beberapa konsep atau

topik tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi, transportasi pada masa lalu

dan masa sekarang, kemudian menyiapkan lembar observasi atau pengamatan.

Pembelajaran yang direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran Make

a Match dimana pembelajaran ini dengan menggunakan kartu yang berisi soal maupun

jawaban kemudian dibagikan kepada setiap siswa. Setiap siswa yang mendapatkan kartu

berisi soal, siswa tersebut harus mencari jawaban dari kartunya tersebut. Begitu juga

sebaliknya yang mendapatkan kartu jawaban harus mencari soal yang sesuai dengan soal

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

49

dari kartunya tersebut. Adapun skenario pembelajaran diatur dan alokasi waktu

direncanakan sebagai berikut:

Waktu pembelajaran 2 x 35 menit = 70 menit terdiri dari:

1. Pra pembelajaran (Apersepsi dan motivasi) 5 menit

2. Penyampaian materi, pemberian informasi tata cara melakukan pembelajaran dengan

model pembelajaran Make a Match 20 menit

3. Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match 35 menit

4. Tanya jawab tentang materi 5 menit

5. Kegiatan penutup 5 menit

4.1.4.2 Pelaksanaan Tindakan

1. Pertemuan pertama

Pertemuan pertama pada siklus II dilaksankan pada hari Rabu, 18 April 2012.

Pada tahap apersepsi guru memperlihatkan sebuah gambar “Mesin jahit” dan

bertanyan kepada siswa kegunaan mesin jahit pada zaman sekarang. Setelah

apersepsi guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini dan skenario pembelajaran

yang akan dilaksanakan, menjelaskan materi yang akan di sampaikan hari ini

tentang perkembangan teknologi produksi dan komunikasi pada masa lalu dan

masa sekarang, dilanjutkan tata cara melaksanakan model pembelajaran Make a

Match dan menunjukkan kartu-kartu yang berisi konsep atau topik tentang

perkembanga teknologi produksi dan komunikasi pada masa lalu dan masa

sekarang. Selanjutnya guru mengocok kartu tersebut dan dibagikan secara acak

kepada siswa. Setelah peluit ditiup, masing-masing siswa memikirkan jawaban

maupun soal dari kartu - kartu yang mereka pegang dengan waktu yang dibatasi

yaitu 1 menit. Setelah siswa yang menemukan kartu pasangannnya (soal dan

jawaban), siswa tersebut maju kedepan kelas dan di bahas bersama- sama.

Sedangkan bagi siswa yang belum menemukan kartu pasangannya (soal dan

jawaban), siswa tersebut diarahkan untuk menempati tempat duduknya kembali.

Setelah itu kartu dikumpulkan kembali dan dikocok dan dibagikan kepada siswa

secara acak, dan begitu seterusnya.

Setelah kegiatan dilakukan guru bersama siswa membuat kesimpulan dari

pembelajaran ini.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

50

2. Pertemuan kedua

Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 19 April 2012.

Pada tahap apersepsi guru memperlihatkan gambar sebuah truk, kemudian

bertanya kepada siswa” Truk merupakan salah satu contoh teknologi?”. Setelah

apersepsi guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini dan skenario pembelajaran

yang akan dilaksanakan, menjelaskan materi yang akan di sampaikan hari ini

tentang perkembangan teknologi transportasi pada masa lalu dan masa sekarang,

dilanjutkan tata cara melaksanakan model pembelajaran Make a Match dan

menunjukkan kartu-kartu yang berisi konsep atau topik tentang perkembangan

teknologi transportasi pada masa lalu dan masa sekarang. Selanjutnya guru

mengocok kartu tersebut dan dibagikan secara acak kepada siswa. Setelah peluit

ditiup, masing-masing siswa memikirkan jawaban maupun soal dari kartu - kartu

yang mereka pegang dengan waktu yang dibatasi yaitu 1 menit. Setelah siswa yang

menemukan kartu pasangannnya (soal dan jawaban), siswa tersebut maju kedepan

kelas dan di bahas bersama- sama. Sedangkan bagi siswa yang belum menemukan

kartu pasangannya (soal dan jawaban), siswa tersebut diarahkan menempati tempat

duduknya kembali. Setelah itu kartu dikumpulkan kembali dan dikocok dan

dibagikan kepada siswa secara acak,dan begitu seterusnya.

Setelah kegiatan dilakukan guru bersama siswa membuat kesimpulan dari

pembelajaran hari ini, kemudian guru memberikan soal evaluasi siklus II.

4.1.4.3 Observasi

Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar

observasi atau pengamatan yang mengacu pada kegiatan guru pada saat melakukan

pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan

rencana tindakan pada pertemuan berikutnya.

4.1.4.4 Hasil Analisis Data Tes Formatif Siklus II

Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif

yang dikerjakan siswa pada akhir pembelajaran siklus II. Deskripsi hasil belajar tes formatif

pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

51

Tabel 4.9

Deskripsi Hasil Belajar Tes Formatif Pada Siklus II

Jumlah siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata - rata

15 70 100 84

Hasil belajar siswa pada tes formatif siklus II dapat diketahui dari tabel 4.9 bahwa

nilai terendah siswa adalah 70 dan nilai tertinggi siswa adalah 100. Rata- rata nilai siswa

kelas IV pada siklus II adalah 84. Rata – rata nilai siswa mengalami peningkatan

dibandingkan dengan rata – rata nilai tes formatif siswa pada siklus I yaitu 71,67.

Data hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Siklus II

No Nama siswa Jenis

kelamin Nilai Kualifikasi

1 BP L 90 Tuntas

2 DN P 85 Tuntas

3 MT L 70 Tuntas

4 BA L 100 Tuntas

5 EW L 75 Tuntas

6 JE L 85 Tuntas

7 OG P 95 Tuntas

8 RM L 80 Tuntas

9 SA P 85 Tuntas

10 WT L 75 Tuntas

11 WF P 100 Tuntas

12 BN P 85 Tuntas

13 IS P 80 Tuntas

14 NG P 75 Tuntas

15 JS L 80 Tuntas

Jumlah nilai 1260

Rata – rata nilai 84

Nilai Terendah 70

Nilai Tertinggi 100

Untuk lebih jelasnya, hasil belajar tes formatif siswa pada siklus II dapat dijabarkan pada

tabel distribusi hasil belajar tes formatif siswa pada siklus II yang dapat dilihat pada tabel

4.11 sebagai berikut:

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

52

Tabel 4.11

Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

No Nilai Sesudah Siklus II Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%) Tuntas Tidak tuntas

1 95 - 100 3 20 √ -

2 89 - 94 1 6,67 √ -

3 83 - 88 4 26,67 √ -

4 77 - 82 3 20 √ -

5 71 - 76 3 20 √ -

6 65 - 70 1 6,67 √ -

7 <65 0 0 - -

Jumlah 15 100

Nilai rata – rata 84

Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan model pembelajaran make a

match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas kelas IV dari siklus I ke siklus II di SD

Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. Untuk nilai < 65 tidak

ada dengan presentase 0%, nilai 65 s/d 70 sebanyak 1 siswa dengan persentase 6,67%,

nilai 71 s/d 76 sebanyak 3 siswa dengan persentase 20%, nilai 77 s/d 82 sebanyak 3

siswa dengan persentase 20%, nilai 83 s/d 88 sebanyak 4 siswa dengan persentase

26,67%, nilai 89 s/d 94 sebanyak 1 siswa dengan persentase 6,67%, dan nilai 95 s/d 100

sebanyak 3 dengan persentase 20%. Jadi dengan menggunakan model pembelajaran

make a match pada siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan jumlah siswa

yang tuntas belajar meningkat sebanyak 14 siswa. Berdasarkan distribusi atau sebaran

hasil belajar sebelum dilakukan tindakan, dapat dituangkan dalam bentuk diagram yang

dapat dilihat pada gambar 4.5 sebagai berikut:

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

53

Gambar 4.5 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa

Pada Siklus II

Untuk lebih jelasnya, ketuntasan hasil belajar tes formatif siswa pada siklus II kelas IV SD

Negeri Kaliwungu 04 dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

No Ketuntasan Belajar Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

1 Tuntas (≥ 65) 15 100%

2 Belum Tuntas (≤ 65) 0 0%

Jumlah 15 100 %

Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa persentase siswa yang tuntas sebanyak 100% dan

yang tidak tuntas sebanyak 0% .Berdasarkan tabel ketuntasan hasil belajar tes formatif

siswa pada siklus II, dapat dijabarkan dalam gambar 4.6 sebagai berikut:

Gambar 4.6 Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

54

4.1.4.5 Refleksi

Berdasarkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan model Make a Match, hasil

belajar siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan. Nilai seluruh siswa kelas IV

100% tuntas pada siklus II dan mencapai KKM. Dan sudah mencapai indikator

keberhasilan yaitu 80%. Siswa sudah aktif dalam pembelajaran dengan model

pembelajaran Make a Match. Dan Indikator keberhasilan penelitian untuk variabel hasil

belajar sudah tercapai pada siklus II.

4.1.5 Analisis Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan,

Siklus I dan Siklus II

Perbandingan ketuntasan siswa sebelum dilakukan tindakan, siklus I dan siklus II dapat

dijabarkan dalam tabel 4.13 sebagai berikut:

Tabel 4.13 Perbandingan Ketuntasan Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan,

Siklus I dan Siklus II

No Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II

1 Tuntas (≥ 65) 6 10 15

2 Belum Tuntas (≤ 65) 9 5 0

Jumlah 15 15 15

Dari tabel 4.14, Perbandingan ketuntasan siswa diatas dapat dilihat adanya

peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan jumlah siswa yang tuntas hanya 6

orang, sedangkan setelah siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa dan siklus

II jumlah siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa atau semua siswa tuntas. Pada klasifikasi

tidak tuntas, sebelum diadakan tindakan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 9

orang pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, setelah siklus I jumlah siswa yang

belum tuntas sebanyak 5 orang dan siklus II tidak ada siswa tidak tuntas artinya semua

siswa atau 15 siswa mengalami ketuntasan belajar (≥ KKM=65). Hal ini membuktikan

bahwamelalui model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan table 4.13 diatas maka perbandingan siswa tuntas dan tidak tuntas dapat

dilihat pada gambar sebagai berikut:

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

55

Gambar 4.7 Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Siswa

Sebelum Dilakukan Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan,

siklus I dan siklus II, dapat dijabarkan dalam bentuk tabel 4.14 sebagai berikut:

Tabel 4.14 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan,

Siklus I dan Siklus II

No Tindakan Persentase Ketuntasan

1 Sebelum Tindakan 40%

2 Siklus I 66,67%

3 Siklus II 100%

Dari tabel 4.14 diatas dapat dilihat persentase ketuntasan sebelum dilakukan

tindakan adalah 40%, pada siklus I persentase ketuntasan meningkat menjadi 66,67% dan

pada siklus II persentase ketuntasan menjadi 100%. Berdasarkan tabel ketuntasan hasil

belajar siswa sebelum dilakukan tindakan, siklus I dan siklus II, dapat dijabarkan dalam

gambar 4.8 sebagai berikut:

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

56

Gambar 4.8 Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Sebelum Dilakukan Tindakan, Siklus I dan Siklus II

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Kaliwungu

04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang menyatakan tingkat pemahaman siswa

kelas IV khususnya Mata pelajaran IPS masih rendah, dan hasil belajar siswa masih

banyak yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini salah satu

penyebabnya adalah karena guru dalam penyampaian pembelajaran masih menggunakan

model pembelajaran konvensional. Dimana guru hanya berceramah di depan kelas dan

siswa mendengarkan, sehingga siswa hanya pasif saat pembelajaran dan pembelajaran

terkesan membosankan. Siswa terlihat jenuh karena pembelajaran selalu monoton

sehingga menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS rendah. Proses

pembelajaran sebelum dilakukan tindakan menunjukkan hasil belajar yang rendah yaitu

siswa yang nilainya memenuhi KKM sebanyak 6 siswa atau 40% dari 15 siswa dengan

nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 40 dengan rata-rata hanya 63,33.

Adanya perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas karena

siswa yang sudah mencapai ketuntasan (6 siswa) telah mampu menangkap materi yang

disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah, dan mempunyai kemampuan

belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang lain, sedangkan 9 siswa yang

belum bisa menangkap materi yang disampaikan guru dengan ceramah karena

kemampuan dalam belajar mereka masih rendah jika menerima pembelajaran dengan

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

57

bentuk ceramah. Oleh karena itu diperlukan tindakan untuk meningkatkan hasil belajara

siswa di kelas agar lebih baik dalam memahami materi pembelajaran.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nana sudjana (2010 : 8) menyatakan

bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang

dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses

belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.

Peningkatan hasil belajar siswa didapatkan dari hasil perolehan nilai siklus I dan II adalah

sebagai berikut:

i. Siklus I

Pada Siklus I melalui model pembelajaran Make a Match, rata-rata kelas meningkat

menjadi 71,67. Siswa yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM=65) sebanyak 5 siswa atau 33,33% dan siswa yang memenuhi KKM sebanyak

10 siswa atau 66,67%. Dengan nilai terendah siswa yaitu 55 dan nilai tertinggi siswa

yaitu 95.

ii. Siklus II

Pada Siklus II melalui model pembelajaran Make a Match, rata-rata kelas meningkat

menjadi 84. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak

15 siswa atau 100% dan artinya semua siswa telah tuntas. Dengan nilai terendah

siswa yaitu 70 dan nilai tertinggi siswa 100.

Dari uraian diatas dapat dilihat kondisi sebelum dilakukan tindakan nilai rata-rata

siswa 63,33 dan terdapat 6 siswa tuntas (40%) dari 15 siswa. Pada Siklus I nilai rata-rata

siswa meningkat menjadi 71,67 dan terdapat siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa

(66,67%) dari 15 siswa. Pada Siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 84 dan 15

siswa tuntas (100%). Dapat dilihat dari hasil tersebut bahwa pembelajaran melalui model

pembelajaran Make a Match lebih baik digunakan pada saat proses pembeljaran karena

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bagus Edi

Rosanto “Penerapan Model Pembelajaran Make a Match Pada Mata Pelajaran IPS

Tentang Keadaan Alam Indonesia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V

di SD Negeri Semanggi 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora “. Selain itu penelitian

ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Rejeki, Edi Sukrisno,

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/868/5/T1_292008116_BAB IV.pdf · peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya

58

Raehanum, dan Heny Ambarwati. Peneliti menggunakan model pembelajaran Make a

Match dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran sebelum

dilakukan tindakan, siklus I dan siklus II terjadi peningkatan rata-rata kelas dan persentase

ketuntasan hasil belajar. Adanya peningkatan ini menunjukan bahwa model pembelajaran

Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar.

Tujuan pembelajaran Make a Match ini untuk mengembangkan atau membangun

keaktifan dan pengetahuan siswa dalam belajar. Peran guru dalam pembelajaran Make a

Match tidak lain sebagai fasilitator, moderator, motivator dan evaluator pada proses

pembelajaran yang selanjutnya mengarahkan atau membimbing siswa. Model

pembelajaran Make a Match sangat efektif karena siswa akan terlihat aktif saat

pembelajaran dan sistem kerja sama, komunikasi antar siswa terjalin dengan baik. Kondisi

pembelajaran seperti ini berdampak positif terhadap hasil belajar siswa, karena siswa akan

lebih memahami materi ketika siswa menemukan pengetahuannya sendiri yaitu dengan

cara berdiskusi atau bekerjasama dengan temanya. Pada akhirnya model pembelajaran

Make a Match membawa perubahan positif pada siswa dalam pembelajaran IPS. Dan

siswa tidak akan merasa bosan dalam pembelajaran, karena dengan model pembelajaran

make a match ini, siswa bisa belajar sambil bermain.