bab iv hasil penelitian dan...

24
41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas mengenai hasil pelaksanaan penelitian, perbandingan hasil penelitian antar siklus, dan pembahasan hasil penelitian yang akan disajikan dalam penjabaran sebagai berikut ini. 1.1 Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan ini akan di bahas deskripsi pelaksanaan tiap siklus mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dengan penjabaran sebagai berikut: 4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan pada siklus I dilaksanakan pada standar kompetensi menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan kompetensi dasar menjumlahkan pecahan yang terdiri dari 4 pertemuan. Siklus I akan dilaksanakan pada tanggal 20-23 Maret 2013. 1.1.1.1 Perencanaan Tindakan Sebelum melaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran matematika pada materi penjumlahan pecahan, peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas atau kolaboratornya untuk mengidentifikasi dan menemukan permasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Kemudian peneliti menuliskan rencana perbaikan tersebut dalam bentuk rencana pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi. Tahap perencanaan tindakan dalam penelitian ini meliputi : 1) Menyusun RPP matematika dengan materi penjumlahan pecahan sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi. 2) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran. 3) Membuat kelompok secara acak tanpa melihat kepandaian siswa.

Upload: lydien

Post on 24-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan dibahas mengenai hasil pelaksanaan penelitian,

perbandingan hasil penelitian antar siklus, dan pembahasan hasil penelitian yang

akan disajikan dalam penjabaran sebagai berikut ini.

1.1 Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan ini akan di bahas deskripsi pelaksanaan tiap siklus

mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi

dengan penjabaran sebagai berikut:

4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan pada siklus I dilaksanakan pada standar kompetensi

menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan kompetensi dasar

menjumlahkan pecahan yang terdiri dari 4 pertemuan. Siklus I akan dilaksanakan

pada tanggal 20-23 Maret 2013.

1.1.1.1 Perencanaan Tindakan

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran matematika

pada materi penjumlahan pecahan, peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas

atau kolaboratornya untuk mengidentifikasi dan menemukan permasalahan

pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah.

Kemudian peneliti menuliskan rencana perbaikan tersebut dalam bentuk rencana

pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT

berbantuan media animasi. Tahap perencanaan tindakan dalam penelitian ini

meliputi :

1) Menyusun RPP matematika dengan materi penjumlahan pecahan sesuai

indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi.

2) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran.

3) Membuat kelompok secara acak tanpa melihat kepandaian siswa.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

42

4) Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas guru selama mengajar

dengan model pembelajaran NHT berbantuan media animasi.

5) Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama mendapat

tindakan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi.

6) Menyusun tes akhir siklus I untuk mengetahui hasil belajar yang telah

dilaksanakan.

4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan ini, dilaksanakan berdasarkan skenario

pembelajaran yang telah direncanakan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) siklus I. Siklus I dilaksanakan empat kali pertemuan yaitu

pada hari Rabu-Sabtu tanggal 20-23 Maret dengan mata pelajaran matematika

materi penjumlahan pecahan.

a. Pertemuan 1

Pertemuan pertama dilaksanakan pada kompetensi dasar menjumlahkan

pecahan. Dengan indikator menghitung penjumlahan pecahan biasa dengan tujuan

pembelajaran menghitung penjumlahan pecahan biasa berpenyebut sama.

Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama ini terdiri dari tiga tahap

yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran

sebagai berikut ini.

1) Kegiatan Awal

Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan

siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan

kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

Siswa memperhatikan media animasi tentang menjumlahkan pecahan biasa

berpenyebut sama dengan bimbingan guru. Kemudian guru membentuk siswa

menjadi beberapa kelompok secara acak dan guru memberikan nomor kepada

setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya siswa

menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

43

bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah

diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya.

Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk

seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila

ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi

tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan

skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan

penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara menjumlahkan

pecahan biasa berpenyebut sama. Kemudian guru menutup dengan mengucapkan

salam.

b. Pertemuan 2

Pertemuan kedua dilaksanakan pada kompetensi dasar menjumlahkan

pecahan. Dengan indikator menghitung penjumlahan pecahan biasa dengan tujuan

pembelajaran menghitung penjumlahan pecahan biasa berpenyebut tidak sama.

Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua ini terdiri dari tiga tahap

yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran

sebagai berikut ini.

1) Kegiatan Awal

Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan

siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan

kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

Siswa memperhatikan media animasi tentang menjumlahkan pecahan biasa

berpenyebut tidak sama dengan bimbingan guru. Kemudian guru membentuk

siswa menjadi beberapa kelompok secara acak dan guru memberikan nomor

kepada setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

44

siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa

berfikir bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan

yang telah diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui

jawabannya.

Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk

seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila

ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi

tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan

skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan

penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara menjumlahkan

pecahan biasa berpenyebut tidak sama. Kemudian guru menutup dengan

mengucapkan salam.

c. Pertemuan 3

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada kompetensi dasar menjumlahkan

pecahan. Dengan indikator mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa

dan menerapkan penjumlahan pecahan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

tujuan pembelajaran menyebutkan bentuk pecahan campuran, megubah pecahan

campuran menjadi pecahan biasa, mengubah pecahan biasa menjadi pecahan

campuran dan menerapkan penjumlahan pecahan campuran dengan pecahan biasa

dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan

ketiga ini terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

penutup dengan penjabaran sebagai berikut ini.

1) Kegiatan Awal

Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan

siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan

kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

45

2) Kegiatan Inti

Siswa memperhatikan media animasi tentang mengubah pecahan campuran

dengan pecahan biasa dan mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran.

Selanjutnya siswa menyimak saat guru menjelaskan cara menjumlahkan pecahan

campuran dengan pecahan biasa. Kemudian guru membentuk siswa menjadi

beberapa kelompk secara acak dan guru memberikan nomor kepada setiap

anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya siswa

menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir

bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah

diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya.

Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk

seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila

ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi

tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan

skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan

penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara mengubah pecahan

campuran menjadi pecahan biasa, mengubah pecahan biasa menjadi pecahan

campuran dan cara menjumlahkan pecahan campuran dengan pecahan biasa.

Kemudian guru menutup dengan mengucapkan salam.

b. Pertemuan 4

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke empat diawali dengan tanya

jawab tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya kemudian

diakhiri dengan tes evaluasi siklus I, dimana setiap siswa secara individu

mengerjakan soal-soal tes yang telah disiapkan oleh guru berdasarkan materi yang

telah dipelajari.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

46

1.1.1.3 Observasi

a. Pengamatan terhadap guru

Pada pengamatan pembelajaran siklus I, guru masih belum sepenuhnya

melaksanakan semua yang sudah direncahakan. Dalam memulai pelajaran guru

tergesa-gesa untuk memasuki kegiatan inti tanpa memberikan apersepsi dengan

mengajukan pertanyaan dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada pertemuan

pertama guru belum memberikan motivasi. Namun pada pertemuan kedua dan

ketiga guru sudah melaksanakannya dengan baik.

Pada kegiatan inti semua kegiatan yang direncanakan hampir sudah

dilaksanakan, hanya saja dalam penyampaian materi terlalu cepat sehingga ada

beberapa siswa yang tertinggal. Namun pada pertemuan kedua dan ketiga guru

sudah menjelaskan secara pelan-pelan sehingga siswa dapat menyimak dengan

baik. Pada pertemuan pertama guru belum memberikan bimbingan kepada

kelompok secara merata namun pada pertemuan kedua dan ketiga guru sudah

memberikan bimbingan kepada kelompok secara merata. Pada kegiatan ahkir guru

lupa untuk memberikan refleksi penguatan, penghargaann kepada kelompok yang

mendapat skor tertinggi dan memotivasi pada siswa yang belum berhasil namun

pada pertemuan kedua dan ketiga guru tidak mengulang kesalahan tersebut dan

mampu melaksanakan dengan baik. Pada pertemuan terakhir pembelajaran siklus

I guru memberikan tes untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa kelas 4 tentang

penjumlahan pecahan.

b. Pengamatan terhadap siswa

Pada pertemuan pertama siklus I, pembagian kelompok dapat berjalan

dengan baik akan tetapi saat kerja kelompok dimulai masih ada beberapa siswa

yang kurang dapat mengikuti kegiatan kelompok, hal ini dikarenakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi memang jarang

digunakan oleh guru. Siswa yang sudah terbentuk dalam satu tim atau satu

kelompok tidak menjamin dapat membuat semua anggota kelompok dapat aktif

tetapi ternyata masih ada siswa yang hanya bergurau saja dan tidak

memperhatikan materi yang disampaikan gurunya. Pada saat menyelesaikan tugas

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

47

yang diberikan oleh guru masih banyak yang mengandalkan hasil pekerjaan teman

yang dianggap mampu. Akan tetapi setelah siswa mulai terbiasa dengan kegiatan

kelompok, hal tersebut dapat teratasi. Dari pertemuan pertama hingga pertemuan

ketiga pada siklus I, lama kelamaan siswa mulai dapat ikut berperan aktif dalam

pembelajaran. Melalui hasil observasi siklus I dapat diketahui keberanian siswa

untuk bertanya pada gurunya masih sedikit. Kerja sama antar anggota dalam satu

tim belum tampak. Mereka hanya saling berbicara sendiri dan bergurau. Namun

dengan pantauan dan bimbingan dari guru hal tersebut dapat teratasi.

Sarana dan prasarana siswa sudah cukup memadai yakni dibantu dengan

media animasi yang telah disiapkan maka menarik minat siswa untuk

memperhatikan penjelasan guru. Dengan diberlakukannya tunjuk acak dengan

memanggil nomor kepala siswa dalam menyelesaikan soal dapat mendidik siswa

untuk selalu siap dan melatih konsetrasi siswa agar tidak memikirkan hal lain

selain materi ajar. Dengan bimbingan dari guru, siswa lebih dapat melakukan

tugasnya karena guru selalu memantau perkembangan siswanya. Selain itu

pemberian reward juga menumbuhkan sikap untuk saling bersaing secara positif

dengan yang lain untuk mendapat poin tertinggi, hal tersebut dapat membuat

siswa merasa senang dalam belajar sehingga siswa tidak merasa sangat terbeban

dalam belajar.

1.1.1.4 Hasil Belajar Matematika Siklus I

Hasil belajar matematika pada siklus I diukur melalui tes evaluasi di

akhir siklus. Tes formatif di akhir siklus dilakukan setelah dilakukannya

pembelajaran melalui pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga. Dari hasil tes

evaluasi yang telah dilakukan memberikan hasil adanya peningkatan hasil belajar

siswa. Akan tetapi masih terdapat siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) atau belum tuntas. Data hasil belajar matematika

siswa pada siklus I sebelum dianalisa sesuai dengan KKM =70 disajikan dalam

tabel 15 berikut ini.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

48

Tabel 15

Destribusi Hasil Belajar Siswa Siklus I

No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase

(%)

1 50-57 3 7

2 58-65 9 21

3 66-73 2 5

4 74-81 17 40

5 82-89 10 23

6 90-97 2 5

Jumlah 43 100

Nilai Terendah 50

Nilai Tertinggi 95

Rata-Rata 75

Dari tabel destribusi hasil belajar siswa pada siklus I dapat diketahui

adanya peningkatan hasil belajar dari sebelum dilakukan tindakan dengan hasil

belajar pada siklus I yang diukur melalui tes evaluasi. Dari 43 siswa dengan rata-

rata 75 yang mendapatkan nilai dibawah 75 sebanyak 14 siswa dengan persentase

33% dengan nilai terendah 50. Sedangkan siswa yang mendapatkan nilai diatas 75

sebanyak 17 siswa dengan persentase 67% dengan nilai tertinggi 95. Hal ini

menunjukkan adanya peningkatan dari sebelum dilakukan tindakan hingga siklus

I dilakukan, dengan demikian dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas lebih

banyak dari pada jumlah siswa yang tidak tuntas. Akan tetapi ketuntasan tersebut

belum sesuai dengan indikator kinerja hasil belajar matematika menyebabkan

perlunya diadakan tindak lanjut pada siklus berikutnya yaitu siklus II dengan

memperhatikan hasil dari siklus I dan evaluasi bersama antar guru dan observer.

Berdasarkan tabel 15, maka nilai hasil pembelajaran matematika dapat

digambarkan dalam bentuk diagram batang seberti gambar 2 berikut ini.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

49

Gambar 2 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I

Dari perhitungan di atas maka dapat diketahui jumlah siswa yang nilainya

masih di bawah KKM (KKM=70) yakni sebanyak 12 siswa sedangkan 31 siswa

lainnya mendapat nilai diatas KKM. Dengan demikian dapat diketahui adanya

peningkatan dari kondisi awal sebelum diberikan siklus hingga siklus I.

Berdasarkan hasil belajar pada siklus I dapat dibuat tabel ketuntasan belajar

berikut ini.

Tabel 16

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

No. Nilai Jumlah

Siswa

Persentase

(%) Ketuntasan

1 ≥ 70 31 72 Tuntas

2 < 70 12 28 Tidak Tuntas

Ketuntasan belajar siswa pada siklus I mencapai 72%. Dengan demikian

dapat dilihat dari kondisi sebelum diberikan tindakan dengan kondisi pada siklus I

kenaikan persentase mencapai 35%. Pada kondisi pra siklus terdapat 27 siswa

yang belum tuntas, dan setelah diberikan tindakan melalui siklus I terjadi

kenaikan dengan jumlah siswa tidak tuntas hanya 12 siswa dengan persentase

28% sedangkan 31 siswa lainnya dapat tuntas dengan nilai melebihi KKM.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

50-57 58-65 66-73 74-81 82-89 90-97

Jumlah Siswa

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

50

1.1.1.5 Refleksi

Refleksi dilakukan sebagai kegiatan evaluasi dari pertemuan pertama,

kedua, dan ketiga pada siklus I sehingga dapat dibahas kekurangan dan kendala

apa saja yang dihadapi. Berdasarkan observasi pada siklus I, hal-hal yang perlu

diperbaiki dalam pembelajaran pada siklus berikutnya antara lain :

1) Kurangnya bimbingan guru dalam kelompok.

2) Siswa yang bermain-main sendiri pada saat diskusi.

3) Siswa kurang aktif dalam bertanya.

4) Pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh skor tertinggi

agar setiap kelompok menjadi aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

guru.

Dari berbagai kekurangan yang ada pada siklus I maka, untuk itu perlu

dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II.

1.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pembelajaran kooperetif tipe

NHT berbantuan media animasi pada siklus II dilaksanakan pada standar

kompetensi menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan kompetensi

dasar mengurangkan pecahan yang terdiri dari 4 pertemuan. Siklus II akan

dilaksanakan pada tanggal 3-6 April 2013.

4.1.2.1 Perencanaan Tindakan

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran matematika

pada materi pengurangan pecahan, peneliti dibantu guru atau kolaboratornya telah

melakukan diskusi untuk mengidentfikasi dan menemukan permasalahan

pembelajaran matematika pada siklus I dan menentukan langkah-langkah

perbaikan proses pembelajaran siklus II. Kemudian peneliti menuliskan rencana

perbaikan tersebut dalam bentuk rencana pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif NHT berbantuan media animasi. Tahap

perencanaan dalam penelitian ini meliputi :

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

51

1) Menyusun RPP matematika dengan materi pengurangan pecahan sesuai

indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi.

2) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran.

3) Membuat kelompok secara acak tanpa melihat kepandaian siswa.

4) Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas guru selama mengajar

dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi.

5) Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama mendapat

tindakan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi.

6) Menyusun tes akhir siklus II untuk mengetahui hasil belajar yang telah

dilaksanakan.

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan ini, dilaksanakan berdasarkan skenario

pembelajaran yang telah direncanakan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) untuk tiap siklusnya. Siklus II dilaksanakan empat kali

pertemuan yaitu pada hari Rabu-Sabtu tanggal 3-6 April dengan mata pelajaran

matematika materi pengurangan pecahan.

a. Pertemuan 1

Pertemuan pertama dilaksanakan pada kompetensi dasar mengurangkan

pecahan. Dengan indikator menghitung pengurangan pecahan biasa dengan tujuan

pembelajaran menghitung pengurangan pecahan biasa berpenyebut sama.

Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama ini terdiri dari tiga tahap

yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran

sebagai berikut ini.

1) Kegiatan Awal

Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan

siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan

kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

52

2) Kegiatan Inti

Siswa memperhatikan media animasi tentang mengurangkan pecahan biasa

berpenyebut sama dengan bimbingan guru. Kemudian guru membentuk siswa

menjadi beberapa kelompk secara acak dan guru memberikan nomor kepada

setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya siswa

menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir

bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah

diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya.

Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk

seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila

ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi

tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan

skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan

penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara mengurangkan

pecahan biasa berpenyebut sama. Kemudian guru menutup dengan mengucapkan

salam.

b. Pertemuan 2

Pertemuan kedua dilaksanakan pada kompetensi dasar mengurangkan

pecahan. Dengan indikator menghitung pengurangan pecahan biasa dengan tujuan

pembelajaran menghitung pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama.

Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua ini terdiri dari tiga tahap

yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran

sebagai berikut ini.

1) Kegiatan Awal

Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan

siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

53

kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

Siswa memperhatikan media animasi tentang mengurangkan pecahan biasa

berpenyebut tidak sama dengan bimbingan guru. Kemudian guru membentuk

siswa menjadi beberapa kelompk secara acak dan guru memberikan nomor

kepada setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya

siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa

berfikir bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan

yang telah diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui

jawabannya.

Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk

seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila

ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi

tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan

skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan

penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara mengurangkan

pecahan biasa berpenyebut tidak sama. Kemudian guru menutup dengan

mengucapkan salam.

c. Pertemuan 3

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada kompetensi dasar mengurangkan

pecahan. Dengan indikator menerapkan pengurangan pecahan dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan tujuan pembelajaran menerapkan pengurangan pecahan

campuran dengan pecahan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah

pembelajaran pada pertemuan ketiga ini terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran sebagai berikut ini.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

54

1) Kegiatan Awal

Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan

siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan

kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti

Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang cara mengurangkan pecahan

campuran dengan pecahan biasa. Kemudian guru membentuk siswa menjadi

beberapa kelompk secara acak dan guru memberikan nomor kepada setiap

anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya siswa

menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir

bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah

diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya.

Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk

seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila

ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi

tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan

skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan

penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara mengurangkan

pecahan campuran dengan pecahan biasa. Kemudian guru menutup dengan

mengucapkan salam.

d. Pertemuan 4

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke empat diawali dengan tanya

jawab tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya kemudian diakhiri dengan

tes evaluasi siklus II, dimana setiap siswa secara individu mengerjakan soal-soal

tes yang telah disiapkan oleh guru berdasarkan materi yang telah dipelajari.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

55

4.1.2.4 Observasi

a. Pengamatan terhadap guru

Pada pengamatan pembelajaran siklus II, guru menyadari benar

kekurangan-kekurangan pada pembelajaran siklus I sehingga ketika membuka

pelajaran, guru tidak lagi tergesa-gesa untuk memasuki kegiatan inti tapi lebih

dulu memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan, menyampaikan

tujuan pembelajaran dan menerangkan cakupan matei yang akan dipelajari.

Pada kegiatan inti semua kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan,

guru juga sudah memberikan bimbingan kepada kelompok secara merata. Pada

siklus II ini guru sudah memberikan refleksi penguatan serta penghargaan kepada

kelompok yang telah berhasil memperoleh skor tertinggi dan memberikan

motivasi kepada kelompok yang belum berhasil. Guru juga tidak mengulang lagi

kesalahannya dan mampu melaksanakan dengan baik. Pada pertemuan terakhir

pembelajaran siklus II guru memberikan tes untuk mengetahui hasil pembelajaran

siswa kelas 4 tentang pengurangan pecahan.

b. Pengamatan terhadap siswa

Keadaan siswa pada siklus II ini jauh lebih baik lagi. Proses KBM berjalan

lebih efektif. Masing-masing anggota dalam satu tim sudah bisa menempatkan

posisinya. Kerja sama antar anggota atau antar tim jauh lebih maksimal. Antusias

siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan lebih meningkat. Hal ini tampak

pada hasil nilai yang meningkat. Kerja sama antar anggota dalam satu tim sudah

tampak. Perhatian siswa sudah terfokus kepada gurunya dan kegiatan berbicara

sendiri serta bergurau sudah tidak ada lagi. Keadaan lainnya juga mengalami

peningkatan, yaitu dengan keberanian siswa untuk bertanya bertambah. Dengan

adanya peningkatan perilaku siswa ketika proses pembelajaran berlangsung maka

dapat dinilai adanya perubahan yang positif perilaku siswa dan hal ini dapat

berdampak pada hasil belajar. Secara umum siswa dapat mengikuti proses

pembelajaran dengan baik, siswa senang, siswa aktif, siswa menunjukkan minat

belajar yang baik, perhatian siswa fokus dan siswa mampu bekerjasama dalam

kelompoknya.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

56

4.1.2.5 Hasil Belajar Siklus II

Hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Pringapus 03

Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang diperoleh melalui tes evaluasi yang

diadakan setelah siklus II selesai dilaksanakan. Pada siklus II pembelajaran telah

dapat berjalan dengan baik yang telah digambarkan pada lembar observasi. Hasil

tes evaluasi pada siklus II menunjukkan adanya kenaikan hasil belajar siswa pada

Kompetensi Dasar (KD) mengurangkan pecahan. Siswa telah dapat menjalani dan

menyelesaikan tes evaluasi dengan baik. Melalui tes evaluasi dapat dinilai tingkat

keberhasilan siswa melalui nilai yang diperoleh. Data hasil belajar matematika

siswa pada siklus II sebelum dianalisa sesuai dengan KKM = 70 disajikan dalam

tabel 17 berikut ini.

Tabel 17

Destribusi Hasil Belajar Siswa Siklus II

No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase

(%)

1 70-74 1 2

2 75-79 11 26

3 80-84 8 19

4 85-89 12 28

5 90-94 3 7

6 95-100 8 19

Jumlah 43 100

Nilai Terendah 70

Nilai Tertinggi 100

Rata-Rata 84

Dari tabel destribusi hasil belajar siswa pada siklus II dapat diketahui dari

43 siswa dengan rata-rata 84 yang mendapat nilai 70-74 sebanyak 1 siswa dengan

persentase 2%, kemudian pada rentang nilai 75-79 sebanyak 11 siswa dengan

persentase 26%, 80-84 sebanyak 8 siswa dengan presentase 19% dan 85-89

sebanyak 12 siswa dengan persentase 28% sedangkan siswa yang mendapat nilai

di atas 90 sebanyak 11 siswa dengan presentase 26%. Dengan demikian dapat

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

57

diketahui siswa secara keseluruhan mendapat nilai di atas KKM (KKM=70), hal

ini menunjukkan bahwa keseluruhan siswa mengalami ketuntasan belajar.

Berdasarkan tabel 17 dapat disajikan nilai hasil pembelajaran matematika melalui

diagram batang berikut ini.

Gambar 3 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II

Dari gambar diagram batang di atas maka dapat diketahui jumlah siswa

yang mendapat nilai terendah adalah 1 siswa dengan persentase 2% dan nilai

tertinggi dengan rentang nilai 95-100 sebanyak 11 siswa. Dengan demikian

melalui tes evaluasi pada siklus II, seluruh siswa kelas IV mengalami ketuntasan

belajar dengan standar KKM 70 dengan perolehan nilai paling banyak pada siswa

yang mendapat nilai 85. Berdasarkan hasil belajar pada siklus II dapat dibuat tabel

ketuntasan belajar berikut ini.

Tabel 18

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II

No. Nilai Jumlah

Siswa

Persentase

(%) Ketuntasan

1 ≥ 70 43 100 Tuntas

2 < 70 0 0 Tidak Tuntas

0

2

4

6

8

10

12

14

70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-100

Jumlah Siswa

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

58

Dari tabel 18 dapat diketahui bahwa pada siklus II keseluruhan siswa

mengalami ketuntasan belajar dengan nilai yang sangat baik. Berdasarkan

indikator kinerja dengan KKM 70, hasil belajar siswa pada siklus II ini telah

tuntas 100% dan ini berarti indikator kinerja telah tercapai

4.1.2.6 Refleksi

Dalam kegiatan pembelajaran siklus II ini sudah berjalan dengan lancar.

Guru sudah dapat menguasai kelas dengan baik dan siswa sudah cenderung aktif

dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif

NHT berbantuan media animasi pada mata pelajaran matematika materi

pengurangan pecahan. Hasil pembelajarannya juga mengalami peningkatan

walaupun masih ada satu siswa yang nilainya sama dengan KKM 70. Hasil

pembelajaran dari siklus II sudah mengalami ketuntasan 100%.

4.2 Hasil Analisis Data

Pada bagian ini akan dilakukan analisis hasil penelitian yaitu yang berkaitan

dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan

dan pengurangan pecahan di kelas 4 SD Negeri Pringapus 03 Kecamatan

Pringapus Kabupaten Semarang. Data hasil belajar siswa dilakukan analisis

dengan cara analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil belajar

siswa antar siklus. Pada bagian sebelumnya telah dipaparkan pelaksanaan

penelitian untuk masing-masing siklus maka pada bagian ini akan dipaparkan

pelaksanaan penelitian semua siklus secara bersamaan dan diperbandingkan

sehingga akan diketahui perkembangan hasil belajar siswa.

Dalam rangka lebih memperjelas peningkatan hasil belajar siswa sebelum

dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media animasi

maka dipaparkan hasil pengolahan nilai hasil belajar siswa dalam bentuk tabel 19

berikut ini.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

59

Tabel 19

Perolehan Nilai Tes Siswa Antar Siklus

No. Kategori Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Nilai terendah 45 50 70

2. Nilai tertinggi 80 95 100

3. Rata-rata nilai 64 75 84

Dari data tabel 19 dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan nilai hasil

belajar pada mata pelajaran matematika dari pra siklus yaitu sebelum penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) berbantuan

media animasi dan setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT

berbantuan media animasi pada siklus I dan siklus II. Terjadi peningkatan nilai

terendah siswa yaitu dari 45 menjadi 70 pada siklus II terjadi kenaikan sebesar 25

point, demikian juga pada nilai tertinggi siswa juga terjadi peningkatan dari 80

pada pra siklus menjadi 100 pada siklus II atau 20 point sedangkan rata-rata nilai

siswa secara klasikal menunjukkan peningkatan yaitu dari 64 pada pra siklus

menjadi 84 pada akhir pembelajaran siklus II atau terjadi peningkatan sebesar 18

point.

Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran matematika di kelas 4

SD Negeri Pringapus 03 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan media animasi maka ditetapkan

indikator keberhasilan yaitu 80% siswa tuntas belajar pada materi penjumlahan

dan pengurangan pecahan dengan KKM 70. Kriteria Ketuntasan Minimal

digunakan sebagai acuan untuk menyatakan siswa tuntas dalam mengikuti

pembelajaran, KKM harus ditetapkan diawal tahun pembelajaran berdasarkan

hasil musyarwarah pendidik dan lembaga pendidikan. KKM pada setiap sekolah

berbeda-beda tergantung dengan karakteristik setiap sekolah. KKM sebagai acuan

bagi seorang guru untuk menilai pencapaian kompetensi siswa sesuai dengan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar suatu mata pelajaran.

Berhasilnya pencapaian kompetensi siswa dilihat dari hasil belajarnya

apakah sudah tuntas atau belum dengan didasarkan pada KKM yang telah

ditentukan setiap sekolah. Peningkatan hasil belajar peserta didik dikatakan

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

60

meningkat apabila 80% siswa telah berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal

yang ditentukan. Untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan proses

pembelajaran maka dapat dilihat pada paparan tabel 20 tentang ketuntasan belajar

siswa berikut ini.

Tabel 20

Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No. Ketuntasan

Belajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jml % Jml % Jml %

1. Siswa tuntas 16 37% 31 72% 43 100%

2. Siswa tidak tuntas 27 63% 12 28% 0 0%

Jumlah 43 100% 43 100% 43 100%

Dari paparan data pada tabel 20 dapat disimpulkan bahwa telah terjadi

peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar matematika dari pra siklus sampai

dengan pembelajaran siklus II. Pada pra siklus 37% siswa tuntas dan 63% siswa

tidak tuntas, pada siklus I 72% siswa tuntas dan 28% siswa tidak tuntas.

Sedangkan pada siklus II siswa mengalami ketuntasan belajar sebesar 100%

dengan jumlah 43 siswa mengalami ketuntasan belajar secara keseluruhan.

Peningkatan Ketuntasan belajar pada kondisi pra siklus hingga siklus II pada tabel

20 dapat digambarkan dalam diagram batang berikut ini.

Gambar 4 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I

dan Siklus II

27%

12%

0%

16%

31%

43%

0

10

20

30

40

50

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Tidak Tuntas

Tuntas

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

61

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pembahasan Pra Siklus

Peneliti melakukan pengamatan atau observasi terlebih dahulu sebelum

melaksanakan penelitian siklus I dengan melihat kondisi siswa, kelas dan

mengidentifikasi masalah yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

Hasil observasi awal menunjukkan bahwa proses belajar mengajar belum

sepenuhnya optimal, penyampaian materi masih selalu menggunakan metode

klasikal dan ceramah tanpa diselingi metode dan penggunaan media pembelajaran

yang sesuai. Pada saat pembelajaran siswa hanya duduk, mencatat, dan

mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk

bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif

sehingga siswa menjadi pasif yang berdampak pada hasil belajar siswa. Hal itu

terlihat dari hasil pretest mata pelajaran matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri

Pringapus 03 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun

Pelajaran 2012/2013 yang masih di KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Dari

jumlah siswa sebanyak 43 hanya 16 siswa atau 37% yang tuntas. Sedangkan yang

tidak tuntas 27 siswa atau 63% dengan nilai rata-rata 64. Hal tersebut

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika masih

rendah. Bentuk pemecahan dari permasalahan ini adalah dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi.

4.3.2 Pembahasan Siklus I

Hasil belajar siswa pada siklus I masih belum optimal. Namun, keaktifan

siswa dalam pembelajaran siklus I mengalami peningkatan dibandingkan sebelum

tindakan kelas dilaksanakan. Meskipun pada awalnya siswa masih belum terbiasa

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi

karena jarang digunakan oleh guru dan pada saat diskusi kelompok masih ada

siswa yang hanya bergurau tidak memperhatikan materi yang disampaikan

gurunya. Dalam menyelesaikan tugas pun masih banyak yang mengandalkan hasil

pekerjaan teman yang dianggap mampu. Akan tetapi setelah siswa mulai terbiasa

dengan kegiatan kelompok, hal tersebut dapat teratasi. Lama kelamaan siswa

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

62

mulai dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran. Media animasi yang telah

disiapkan juga dapat menarik minat siswa untuk memperhatikan penjelasan guru.

Pada pengamatan pembelajaran siklus I, guru masih belum sepenuhnya

melaksanakan semua yang sudah direncahakan. Dalam memulai pelajaran guru

tergesa-gesa untuk memasuki kegiatan inti tanpa memberikan apersepsi dengan

mengajukan pertanyaan dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan dalam

penyampaian materi terlalu cepat sehingga ada beberapa siswa yang tertinggal.

Guru juga belum memberikan bimbingan kepada kelompok secara merata dan

tidak memberikan penghargaann kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi

dan memotivasi pada siswa yang belum berhasil. Namun pada pertemuan II dan

III guru sudah tidak mengulang kesalahan tersebut dan mampu melaksanakan

dengan baik. Guru dan siswa harus bekerjasama lebih baik lagi dalam

pembelajaran di siklus II agar penggunaaan pembelajaran kooperatif tipe NHT

berbantuan media animasi ini dapat terlaksana dengan efektif.

Berdasarkan hasil penelitian kegiatan pembelajaran pada siklus I ini

terlihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya

pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi. Hasil belajar pada

pra siklus, ketuntasan belajar mencapai 63%. Pada siklus I ketuntasan belajar

siswa meningkat menjadi 72% dengan nilai rata-rata 75. Walaupun hasil belajar

meningkat, tetapi masih terdapat siswa yang belum tuntas sebanyak 12 siswa atau

28%. Sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II karena belum mencapai

indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 80% siswa tuntas belajar.

4.3.3 Pembahasan Siklus II

Keadaan siswa pada siklus II ini jauh lebih baik lagi. Proses KBM berjalan

lebih efektif. Masing-masing anggota dalam satu tim sudah bisa menempatkan

posisinya. Kerja sama antar anggota atau antar tim jauh lebih maksimal. Antusias

siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan lebih meningkat. Hal ini tampak

pada hasil nilai yang meningkat. Perhatian siswa sudah terfokus kepada gurunya

dan kegiatan berbicara sendiri serta bergurau sudah tidak ada lagi. Secara umum

siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, siswa senang, siswa

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

63

aktif, siswa menunjukkan minat belajar yang baik, perhatian siswa fokus dan

siswa mampu bekerjasama dalam kelompoknya. Sedangkan pada siklus II, guru

menyadari benar kekurangan-kekurangan pada pembelajaran siklus I sehingga

ketika membuka pelajaran, guru tidak lagi tergesa-gesa untuk memasuki kegiatan

inti tapi lebih dulu memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan,

menyampaikan tujuan pembelajaran dan menerangkan cakupan matei yang akan

dipelajari. Semua kegiatan inti yang direncanakan sudah dilaksanakan dan guru

tidak mengulang lagi kesalahannya dan mampu melaksanakan dengan baik

Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Rata-

rata hasil belajar siswa pada siklus I 75 dan ketuntasan belajar sebesar 72%.

Sebanyak 12 siswa yang tidak tuntas atau 28%. Rata-rata hasil belajar siswa siklus

II sebesar 84 dan ketuntasan belajar siswa sebesar 100% dengan jumlah 43 siswa

mengalami ketuntasan belajar secara keseluruhan. Menunjukkan bahwa

pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari melalui proses pembelajaran

yang telah dilaksanakan mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa

ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator kinerja yang

telah ditetapkan yaitu sebesar 80%.

4.3.4 Pembahasan Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Pada kondisi awal (pra siklus) sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas

di SD Negeri Pringapus 03 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, nilai rata-

rata 64 dan setelah diadakan tindakan penelitian pada siklus I, nilai rata-rata

menjadi 75 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 50. Hasil ini menunjukkan

bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dengan tingkat keberhasilan ketuntasan

73% dari jumlah siswa sebanyak 43 siswa. Akan tetapi, masih terdapat 12% siswa

yang belum tuntas sehingga perlu diadakan pelaksanaan tindakan siklus II. Pada

siklus II, ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% dan nilai rata-rata

meningkat menjadi 84 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3771/5/T1_292009010_BAB IV.pdf · siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok

64

media animasi ini juga membantu guru dalam mengajarkan sebuah materi serta

dapat sesuai dengan perkembangan karakteristik siswa yaitu dengan model belajar

bersama di dalam kelompok dalam proses pembelajaran.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismiyati

(2012) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa

Kelas 1 Semester 2 SD N Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun

Pelajaran 2011/2012”. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pada pra

siklus ketuntasan belajar 42 % pada siklus 1 menjadi 64 % dan pada siklus 2

menjadi 83% tuntas.

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa hasil belajar

matematika dapat ditingkatkan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) berbantuan media animasi melalui empat tahapan

kegiatan, yaitu : (1) penomoran, (2) mengajukan pertanyaan, (3) berpikir bersama,

dan (4) menjawab pertanyaan pada siswa kelas 4 SD Negeri Pringapus 03

Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang semester 2 tahun pelajaran

2012/2013.