bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
38
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus
dilakukan 3 kali pertemuan dengan memanfaatkan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II, dimana setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan tindakan, observasi dan tahap refleksi.
4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1
a. Perencanaan
Hasil evaluasi yang diadakan pra siklus menjadi acuan untuk mengambil
tindakan yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran PKn.
Dalam perencanaan siklus 1 guru: 1) menyusun rencana pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II. 2) menyiapkan papan
kertas kelompok asal, kelompok ahli, papan nomor dada untuk siswa saat kegiatan
pembagian kelompok ahli. 3) menyiapkan tugas kelompok. 4) menyiapkan tes
akhir tiap siklus dengan materi mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan
pemerintahan tingkat pusat. 5) menyiapkan lembar observasi kegiatan belajar
mengajar guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus 1 dilakukan selama 3 kali pertemuan, yang
dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran kelas 4 SDN Sukoharjo 01 Kecamatan
Pabelan. Pertemuan pertama dan kedua membahas materi mengenal lembaga-
lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat yang telah dibagi-bagi
materi untuk setiap siklus pertama dan kedua, dan siklus ketiga untuk membahas
materi yang telah diajarkan dan tes akhir siklus. Dalam pembelajaran yang
dilakukan dinilai oleh observer atau teman sejawat.
Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 5 April 2013.
Kegiatan awal pembelajaran memberikan penjelasan tentang pembelajaran yang
akan dilaksanakan, agar siswa mengerti pembelajaran yang akan dilakukan,
39
karena siswa kelas 4 belum pernah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif tipe jigsaw II.
Pembelajaran yang dilakukan dengan langkah-langkah antara lain: 1)
kegiatan awal melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan susunan
pemerintahan tingkat pusat, MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK. 2)
memberikan motivasi belajar pada siswa agar tidak jenuh saat pembelajaran
berlangsung. 3) menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari yaitu
mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat
“MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK”.
Kegiatan inti, kegiatan eksplorasi antara lain: 1) Peserta didik
dikelompokkan menjadi 5 kelompok sebagai kelompok asal, masing-masing
kelompok terdiri dari 4 orang. 2) Guru membagikan susunan lembaga-lembaga
negara dalam pemerintahan pusat kepada kelompok asal untuk mempelajari
materi yang telah diberikan guru. 3) Tiap peserta didik dalam tim mendapatkan
masalah/pertanyaan yang berbeda yang berkaitan dengan macam-macam
klasifikasi.
Kegiatan elaborasi antara lain: 1) Guru mengorganisasikan siswa kedalam
bentuk kelompok yang bersifat heterogen 5 kelompok (tiap kelompok 4 orang). 2)
Guru membagikan Susunan lembaga-lembaga negara dalam pemerintahan pusat
yang akan dijadikan bahan diskusi ke dalam kelompok “Ahli 1: membahas
susunan lembaga MPR dalam pemerintahan pusat, Ahli 2: membahas susunan
lembaga DPR dalam pemerintahan pusat, Ahli 3: membahas susunan lembaga
DPD dalam pemerintahan pusat, Ahli 4: membahas susunan lembaga presiden
dalam pemerintahan pusat, Ahli 5: membahas susunan lembaga BPK dalam
pemerintahan pusat”. 3) Siswa diskusi dengan kelompok ahli sesuai keahlian
masing-masing, dan setiap kelompok ahli telah diberikan guru 1 anak yang tuntas
KKM agar kelompok ahli tersebut dapat berjalan dengan lancar dengan membantu
siswa yang tertinggal. 4) Setelah diskusi dengan kelompok ahli selesai, siswa
kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan secara bergiliran materi yang
dikuasainya kepada teman-teman di kelompok asal. 5) Tiap-tiap tim ahli secara
bergiliran mempresentasikan hasil diskusinya.
40
Kegiatan konfirmasi antara lain: 1) Guru membimbing peserta didik
mengambil kesimpulan. 2) Siswa bersama guru merumuskan simpulan tentang
lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat. Kegiatan
penutup antara lain: 1) guru memberikan pin sebagai penghargaan kepada tiap
kelompok ahli yang dapat menjawab pertanyaan dari kelompok lain. 2) guru dan
siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 8 April 2013. Pembelajaran
yang dilakukan dengan langkah-langkah antara lain: 1) kegiatan awal melakukan
apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan susunan pemerintahan tingkat pusat,
MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK yang telah dipelajari pertemuan 1. 2)
memberikan motivasi belajar pada siswa agar tidak jenuh saat pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw berlangsung. 3) menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dipelajari yaitu mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan
pemerintahan tingkat pusat “MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK”.
Kegiatan inti, kegiatan eksplorasi antara lain: 1) Peserta didik
dikelompokkan menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4
orang. 2) Guru membagikan susunan lembaga-lembaga negara dalam susunan
pemerintahan tingkat pusat yang akan dijadikan bahan diskusi ke dalam
kelompok. 3) Tiap peserta didik dalam tim mendapatkan masalah/pertanyaan yang
berbeda yang berkaitan dengan macam-macam klasifikasi.
Kegiatan elaborasi antara lain: 1) Guru mengorganisasikan siswa kedalam
bentuk kelompok yang bersifat heterogen 5 kelompok (tiap kelompok 4 orang). 2)
Guru membagikan susunan lembaga-lembaga negara dalam pemerintahan pusat
yang akan dijadikan bahan diskusi ke dalam kelompok: “Ahli 1: membahas
susunan lembaga MA dalam pemerintahan pusat, Ahli 2: membahas susunan
lembaga MK dalam pemerintahan pusat, Ahli 3: membahas susunan lembaga KY
dalam pemerintahan pusat, Ahli 4: membahas susunan lembaga wakil presiden
dalam pemerintahan pusat, Ahli 5: membahas susunan lembaga para menteri
dalam pemerintahan pusat”. 3) Siswa diskusi dengan kelompok ahli sesuai
keahlian masing-masing. 4) Setelah diskusi dengan kelompok ahli selesai, siswa
kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan secara bergiliran materi yang
41
dikuasainya kepada teman-teman di kelompok asal. 5) Tiap-tiap tim ahli secara
bergiliran mempresentasikan hasil diskusinya.
Kegiatan konfirmasi antara lain: 1) Guru membimbing peserta didik
mengambil kesimpulan. 2) Siswa bersama guru merumuskan simpulan tentang
lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat. Kegiatan
penutup antara lain: 1) guru memberikan pin sebagai penghargaan kepada tiap
kelompok ahli yang dapat menjawab pertanyaan dari kelompok lain. 2) guru dan
siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 10 April 2013. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan hanya mengulang kembali materi “susunan
pemerintahan pusat” dan penilaian hasil akhir siklus, kegiatan pertemuan ketiga
ini antara lain: 1) mendiskusikan bersama tentang materi yang telah diajarkan dan
berfungsi menggali kembali yang telah diajarkan. 2) memberikan evaluasi siklus 1
sebagai penilaian hasil.
c. Observasi
Pada pertemuan pertama siklus 1 kegiatan guru dalam pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II diamati oleh observer.
Pengamatan yang dilakukan dengan lembar observasi kegiatan guru dan siswa
dalam proses belajar mengajar. Adapun pengamatan yang difokuskan pada
kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
dalam pembelajaran PKn. Hasil aktivitas guru dalam pelajaran PKn selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 13 dan gambar 3 di bawah ini:
Tabel 13Hasil Observasi Aktivitas Guru
Pertemuan MateriTotalSkor
Nilaiaktivitas Kriteria
Siklus 1Pertemuan
1MengenalLembaga-
lembaga sistempemerintahantingkat pusat
60 58% CukupBaik
Siklus 1Pertemuan
274 71% Baik
42
Hasil aktivitas guru dalam pelajaran PKn selengkapnya dapat dilihat pada
gambar 3:
Gambar 3Perbandingan Kegiatan Guru Mengajar menggunakan Model PembelajaranKooperatif Tipe Jigsaw II Siklus 1
Pada pertemuan pertama siklus 1 dengan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II mendapatkan hasil skor penilaian yang berjumlah 60 dengan
persentase 58%. Secara umum dapat dikatakan pada pembelajaran pertemuan
pertama pada siklus 1 dilaksanakan kurang maksimal. Kegiatan yang belum
dilakukan yaitu menyimpulkan bersama dengan siswa hasil pembelajaran yang
telah dipelajari, dan melakukan tindak lanjut.
Pada pertemuan kedua siklus pertama kegiatan guru dalam model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II setelah diamati observer mendapat skor 74
dengan persentase 71% dapat dikatakan pembelajaran yang dilakukan guru baik.
Pada pertemuan kedua ini aspek yang belum dilakukan pada pertemuan pertama
berkurang. Aspek yang belum dilakukan yaitu menyimpulkan bersama siswa dan
guru, dan melakukan tindak lanjut. Dilihat dari hasil tersebut bahwa kegiatan guru
mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada siklus
1 pertemuan pertama yaitu 58% dengan kategori cukup baik dan pertemuan kedua
71% dengan kategori baik.
Siklus 1Pertemuan 1
Siklus 1Pertemuan 2
58%
42
Hasil aktivitas guru dalam pelajaran PKn selengkapnya dapat dilihat pada
gambar 3:
Gambar 3Perbandingan Kegiatan Guru Mengajar menggunakan Model PembelajaranKooperatif Tipe Jigsaw II Siklus 1
Pada pertemuan pertama siklus 1 dengan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II mendapatkan hasil skor penilaian yang berjumlah 60 dengan
persentase 58%. Secara umum dapat dikatakan pada pembelajaran pertemuan
pertama pada siklus 1 dilaksanakan kurang maksimal. Kegiatan yang belum
dilakukan yaitu menyimpulkan bersama dengan siswa hasil pembelajaran yang
telah dipelajari, dan melakukan tindak lanjut.
Pada pertemuan kedua siklus pertama kegiatan guru dalam model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II setelah diamati observer mendapat skor 74
dengan persentase 71% dapat dikatakan pembelajaran yang dilakukan guru baik.
Pada pertemuan kedua ini aspek yang belum dilakukan pada pertemuan pertama
berkurang. Aspek yang belum dilakukan yaitu menyimpulkan bersama siswa dan
guru, dan melakukan tindak lanjut. Dilihat dari hasil tersebut bahwa kegiatan guru
mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada siklus
1 pertemuan pertama yaitu 58% dengan kategori cukup baik dan pertemuan kedua
71% dengan kategori baik.
Siklus 1Pertemuan 2
71%
42
Hasil aktivitas guru dalam pelajaran PKn selengkapnya dapat dilihat pada
gambar 3:
Gambar 3Perbandingan Kegiatan Guru Mengajar menggunakan Model PembelajaranKooperatif Tipe Jigsaw II Siklus 1
Pada pertemuan pertama siklus 1 dengan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II mendapatkan hasil skor penilaian yang berjumlah 60 dengan
persentase 58%. Secara umum dapat dikatakan pada pembelajaran pertemuan
pertama pada siklus 1 dilaksanakan kurang maksimal. Kegiatan yang belum
dilakukan yaitu menyimpulkan bersama dengan siswa hasil pembelajaran yang
telah dipelajari, dan melakukan tindak lanjut.
Pada pertemuan kedua siklus pertama kegiatan guru dalam model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II setelah diamati observer mendapat skor 74
dengan persentase 71% dapat dikatakan pembelajaran yang dilakukan guru baik.
Pada pertemuan kedua ini aspek yang belum dilakukan pada pertemuan pertama
berkurang. Aspek yang belum dilakukan yaitu menyimpulkan bersama siswa dan
guru, dan melakukan tindak lanjut. Dilihat dari hasil tersebut bahwa kegiatan guru
mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada siklus
1 pertemuan pertama yaitu 58% dengan kategori cukup baik dan pertemuan kedua
71% dengan kategori baik.
43
Hasil aktivitas siswa dalam pelajaran PKn selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 14 di bawah ini:
Tabel 14Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pertemuan MateriTotalSkor
Nilaiaktivitas Kriteria
Siklus 1Pertemuan
1MengenalLembaga-
lembaga sistempemerintahantingkat pusat
54 56% CukupBaik
Siklus 1Pertemuan
266 78% Baik
Pada pertemuan pertama dengan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II mendapatkan hasil skor penilaian yang berjumlah 54 dengan persentase
56%. Secara umum dapat dikatakan pada pembelajaran pertemuan pertama pada
siklus 1 dilaksanakan cukup baik. Selama pembelajaran masih ditemui siswa
ramai dan sebagian siswa bingung karena kurang mengerti tentang pembelajaran
yang dilakukan, siswa takut bertanya dengan guru, hanya siswa tertentu yang aktif
dalam kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pada pertemuan kedua siklus pertama kegiatan siswa dalam pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II setelah diamati oleh observer mendapat skor 66 dengan
persentase 78% dapat dikatakan pembelajaran yang dilakukan siswa baik. Pada
pertemuan kedua ini aspek yang belum dilakukan pada pertemuan pertama
berkurang. Walaupun masih ada siswa yang masih ramai tetapi sebagian besar
siswa sudah mengerti alur pembelajaran yang dilakukan.
d. Refleksi
Sebelum melakukan tindakan pada siklus 2 diadakan refleksi proses
pembelajaran yang dilakukan pada siklus 1. Refleksi diadakan dengan melibatkan
teman sejawat. Kegiatan refleksi bertujuan untuk mendapatkan kritik dan saran
dari teman sejawat selaku observer, agar pada siklus 2 hasil evaluasi pembelajaran
mencapai target yang telah ditentukan. Hasil refleksi tersebut adalah sebagai
berikut:
44
1) Pertemuan pertama, menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
II cukup baik. Karena saat pembentukan kelompok asal dan menjadi
kelompok ahli ini memerlukan waktu yang cukup lama karena siswa masih
kebingungan dalam mengikuti instruksi guru. Ini merupakan kelemahan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II, yang harus membutuhkan lebih
dari 1 guru untuk membantu dalam pembentukan kelompok. Seharusnya
peneliti ikut membantu siswa saat pembentukan kelompok asal menjadi
kelompok ahli, ini akan mempercepat waktu seefisien mungkin. Selain itu
guru harus menegur siswa yang ramai saat kegiatan kelompok berlangsung
agar tidak mengganggu siswa lainnya. Menyimpulkan bersama antara guru
dan siswa, kegiatan tindak lanjut, masih banyak kegiatan yang direncanakan
belum dilakukan dan masih terlewatkan. Sehingga pada pertemuan kedua
siklus 1 peneliti harus berusaha melakukan semua kegiatan.
2) Pada pertemuan kedua, hampir semua kegiatan yang direncanakan dilakukan
akan tetapi belum maksimal, sehingga pada pertemuan siklus 2 guru harus
seoptimal mungkin melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
4.1.2 Pelaksanaan Siklus 2
a. Perencanaan
Hasil refleksi pada siklus 1 dengan sejawat/observer menjadi salah satu
pertimbangan untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik lagi. Tindakan
awal perencanaan siklus 2, yaitu: 1) menyusun rencana pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II. 2) menyiapkan papan
kertas kelompok asal, kelompok ahli, papan nomor dada untuk siswa saat kegiatan
pembagian kelompok ahli. 3) menyiapkan tugas kelompok. 4) menyiapkan tes
akhir tiap siklus dengan materi menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat
pusat. 5) menyiapkan lembar observasi kegiatan belajar mengajar guru dan siswa
dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II.
6) mempersiapkan lembar wawancara untuk guru dan siswa tentang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II.
45
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus 2 dilakukan selama 3 kali pertemuan, yang
dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran kelas 4 SDN Sukoharjo 01 Kecamatan
Pabelan. Pertemuan pertama dan kedua membahas materi “menyebutkan
organisasi pemerintahan tingkat pusat” yang telah dibagi-bagi untuk setiap
pertemuan pertama dan kedua, dan pertemuan ketiga untuk membahas materi
yang telah diajarkan dan tes akhir siklus. Dalam pembelajaran yang dilakukan
dinilai oleh observer atau teman sejawat.
Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 12 April 2013.
Kegiatan awal pembelajaran memberikan penjelasan tentang pembelajaran yang
akan dilaksanakan, agar siswa mengerti pembelajaran yang akan dilakukan,
karena siswa kelas 4 belum pernah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif tipe jigsaw II.
Pembelajaran yang dilakukan dengan langkah-langkah antara lain: 1)
kegiatan awal melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan susunan
pemerintahan tingkat pusat “presiden, wakil presiden, dan para menteri”. 2)
memberikan motivasi belajar pada siswa agar lebih bersemangat dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran tanpa ada rasa jenuh. 3) menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dipelajari “lembaga eksekutif, tugas membantu
presiden, wewenang dan tugas presiden sebagai kepala negara, wewenang dan
tugas presiden selaku kepala pemerintahan.
Kegiatan inti, kegiatan eksplorasi antara lain: 1) Peserta didik
dikelompokkan menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4
orang. 2) Guru membagikan susunan lembaga-lembaga eksekutif (Presiden)
memahami lembaga eksekutif, menyebutkan pembantu para presiden, wakil
presiden dan menteri yang akan dijadikan bahan diskusi ke dalam kelompok. 5)
Tiap peserta didik dalam tim mendapatkan masalah/pertanyaan yang berbeda yang
berkaitan dengan macam-macam klasifikasi.
Kegiatan elaborasi antara lain: 1) Guru membagi siswa ke dalam
kelompok ahli susunan lembaga-lembaga eksekutif (Presiden) memahami
lembaga eksekutif, menyebutkan pembantu para presiden, wakil presiden dan
46
menteri yang akan dijadikan bahan diskusi ke dalam kelompok, yaitu: Ahli 1
:Membahas susunan lembaga eksekutif, Ahli 2: Membahas susunan lembaga
pembantu presiden, wakil presiden dan para menteri, Ahli 3: Membahas susunan
lembaga tugas dan wewenang presiden selaku kepala negara, Ahli 4: Membahas
susunan lembaga tugas dan wewenang presiden selaku kepala pemerintahan. 2)
Siswa diskusi dengan kelompok ahli sesuai keahlian masing-masing. 3) Setelah
diskusi dengan kelompok ahli selesai, siswa kembali ke kelompok asal untuk
menjelaskan secara bergiliran materi yang dikuasainya kepada teman-teman di
kelompok asal. 4) Siswa diskusi dengan kelompok ahli sesuai keahlian masing-
masing. 5) Tiap-tiap tim ahli secara bergiliran mempresentasikan hasil diskusinya.
Kegiatan konfirmasi antara lain: 1) Guru membimbing peserta didik
mengambil kesimpulan. 2) Siswa bersama guru merumuskan simpulan tentang
menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat. Kegiatan penutup antara
lain: 1) guru memberikan pin sebagai penghargaan kepada tiap kelompok ahli
yang dapat menjawab pertanyaan dari kelompok lain. 2) guru dan siswa
menyimpulkan materi yang telah dibahas.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 15 April 2013. Pembelajaran
yang dilakukan dengan langkah-langkah antara lain: 1) kegiatan awal melakukan
apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan susunan pemerintahan tingkat pusat
“presiden, wakil presiden, dan para menteri”. 2) memberikan motivasi belajar
bahwa belajar dengan bersama-sama akan terasa lebih menyenangkan, siswa agar
lebih bersemangat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tanpa ada rasa
jenuh. 3) menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari “lembaga
eksekutif, tugas membantu presiden, wewenang dan tugas presiden sebagai kepala
negara, wewenang dan tugas presiden selaku kepala pemerintahan.
Kegiatan inti, kegiatan eksplorasi antara lain: 1) Peserta didik
dikelompokkan menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4
orang. 2) Guru membagikan susunan lembaga-lembaga eksekutif (Presiden)
memahami lembaga eksekutif, menyebutkan pembantu para presiden, wakil
presiden dan menteri yang akan dijadikan bahan diskusi ke dalam kelompok. 5)
47
Tiap peserta didik dalam tim mendapatkan masalah/pertanyaan yang berbeda yang
berkaitan dengan macam-macam klasifikasi.
Kegiatan elaborasi antara lain: 1) Guru membagi siswa ke dalam
kelompok ahli susunan lembaga-lembaga eksekutif (Presiden) memahami
lembaga eksekutif, menyebutkan pembantu para presiden, wakil presiden dan
menteri yang akan dijadikan bahan diskusi ke dalam kelompok, yaitu: Ahli 1
:Membahas fungsi lembaga kementerian negara, Ahli 2: Membahas fungsi
lembaga pejabat setinggi menteri, Ahli 3: Membahas fungsi lembaga
pemerintahan non departemen, Ahli 4: Membahas fungsi lembaga presiden dan
wakil presiden dalam pemerintahan. 2) Siswa diskusi dengan kelompok ahli
sesuai keahlian masing-masing. 3) Setelah diskusi dengan kelompok ahli selesai,
siswa kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan secara bergiliran materi yang
dikuasainya kepada teman-teman di kelompok asal. 4) Siswa diskusi dengan
kelompok ahli sesuai keahlian masing-masing. 5) Tiap-tiap tim ahli secara
bergiliran mempresentasikan hasil diskusinya.
Kegiatan konfirmasi antara lain: 1) Guru membimbing peserta didik
mengambil kesimpulan. 2) Siswa bersama guru merumuskan simpulan tentang
menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat. Kegiatan penutup antara
lain: 1) guru memberikan pin sebagai penghargaan kepada tiap kelompok ahli
yang dapat menjawab pertanyaan dari kelompok lain. 2) guru dan siswa
menyimpulkan materi yang telah dibahas.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 17 April 2013. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru mengulang kembali materi “organisasi
pemerintahan tingkat pusat” dan penilaian hasil akhir siklus, kegiatan pertemuan
ketiga ini antara lain: 1) mendiskusikan bersama tentang materi yang telah
diajarkan dan berfungsi menggali kembali yang telah diajarkan. 2) memberikan
evaluasi siklus 2 sebagai penilaian hasil.
c. Observasi
Pada pertemuan pertama siklus 2 kegiatan guru dalam pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II diamati oleh observer.
Pengamatan yang dilakukan dengan lembar observasi kegiatan guru dan siswa
48
dalam proses belajar mengajar. Adapun pengamatan yang difokuskan pada
kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
dalam pembelajaran PKn. Hasil aktivitas guru dalam pembelajaran PKn
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15 dan gambar 4 di bawah ini:
Tabel 15Hasil Observasi Aktivitas Guru
Pertemuan MateriTotalSkor
Nilaiaktivitas Kriteria
Siklus 2Pertemuan 1 Menyebutkan
organisasipemerintahantingkat pusat
87 83% Baik
Siklus 2Pertemuan 2 99 95% Baik
Sekali
Hasil aktivitas guru dalam pembelajaran PKn selengkapnya dapat dilihat
pada gambar 4 dibawah ini:
Gambar 4Perbandingan Kegiatan Guru Mengajar menggunakan Model PembelajaranKooperatif Tipe Jigsaw II Siklus 2
Pada pertemuan pertama siklus 2 dengan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II mendapatkan hasil skor penilaian yang berjumlah 87 dengan
persentase 83%.
Siklus 2Pertemuan 1
Siklus 2Pertemuan 2
83%
48
dalam proses belajar mengajar. Adapun pengamatan yang difokuskan pada
kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
dalam pembelajaran PKn. Hasil aktivitas guru dalam pembelajaran PKn
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15 dan gambar 4 di bawah ini:
Tabel 15Hasil Observasi Aktivitas Guru
Pertemuan MateriTotalSkor
Nilaiaktivitas Kriteria
Siklus 2Pertemuan 1 Menyebutkan
organisasipemerintahantingkat pusat
87 83% Baik
Siklus 2Pertemuan 2 99 95% Baik
Sekali
Hasil aktivitas guru dalam pembelajaran PKn selengkapnya dapat dilihat
pada gambar 4 dibawah ini:
Gambar 4Perbandingan Kegiatan Guru Mengajar menggunakan Model PembelajaranKooperatif Tipe Jigsaw II Siklus 2
Pada pertemuan pertama siklus 2 dengan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II mendapatkan hasil skor penilaian yang berjumlah 87 dengan
persentase 83%.
Siklus 2Pertemuan 2
95%
48
dalam proses belajar mengajar. Adapun pengamatan yang difokuskan pada
kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
dalam pembelajaran PKn. Hasil aktivitas guru dalam pembelajaran PKn
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15 dan gambar 4 di bawah ini:
Tabel 15Hasil Observasi Aktivitas Guru
Pertemuan MateriTotalSkor
Nilaiaktivitas Kriteria
Siklus 2Pertemuan 1 Menyebutkan
organisasipemerintahantingkat pusat
87 83% Baik
Siklus 2Pertemuan 2 99 95% Baik
Sekali
Hasil aktivitas guru dalam pembelajaran PKn selengkapnya dapat dilihat
pada gambar 4 dibawah ini:
Gambar 4Perbandingan Kegiatan Guru Mengajar menggunakan Model PembelajaranKooperatif Tipe Jigsaw II Siklus 2
Pada pertemuan pertama siklus 2 dengan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II mendapatkan hasil skor penilaian yang berjumlah 87 dengan
persentase 83%.
49
Pada pertemuan kedua siklus 2 kegiatan guru dalam model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II setelah diamati observer mendapat skor 99 dengan
persentase 95%, semua kegiatan yang dilakukan guru semua dilaksanakan dengan
kriteria baik. Dilihat dari hasil tersebut bahwa kegiatan guru mengajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada siklus 2
pertemuan pertama yaitu 83% dengan kategori baik dan pertemuan kedua 95%
dengan kategori baik sekali. Dapat disimpulkan kegiatan pembelajaran
menggunakan model kooperatif tipe jigsaw II pada mata pelajaran PKn siswa
kelas 4 SDN 01 Sukoharjo Kec.Pabelan Kab.Semarang dari setiap pertemuan
mengalami peningkatan yang ditunjukkan dari nilai persentase kegiatan guru
mengajar. Jika dilihat dari seluruh kegiatan pembelajaran yang direncanakan,
maka dapat dikatakan kegiatan pembelajaran siklus 2 berhasil.
Hasil aktivitas siswa belajar PKn selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 16
bawah ini:
Tabel 16Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pertemuan MateriTotalSkor
Nilaiaktivitas Kriteria
Siklus 2Pertemuan
1Menyebutkan
organisasi-organisasi
pemerintahantingkat pusat
78 84% Baik
Siklus 2Pertemuan
288 95% Baik
Sekali
Pada pertemuan pertama siklus 2 dengan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II mendapatkan hasil skor penilaian yang berjumlah 78 dengan
persentase 84%. Pada pertemuan kedua siklus 2 kegiatan siswa dalam
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II setelah diamati oleh observer mendapat
skor 88 dengan persentase 95% dapat dikatakan pembelajaran yang dilakukan
siswa baik. Semua siswa sudah mengerti alur pembelajaran yang dilakukan dan
telah tau apa yang dia lakukan.
50
d. Refleksi
Pada akhir kegiatan siklus 2 diadakan refleksi proses pembelajaran yang
telah dilakukan. Refleksi diadakan dengan melibatkan teman sejawat. Kegiatan
refleksi bertujuan untuk mendapatkan kritik dan saran dari teman sejawat selaku
observer. Hasil refleksi tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II pada siklus 2 pertemuan pertama sudah baik sekali, untuk pertemuan
berikutnya guru harus mengoptimalkan seluruh kegiatan yang direncanakan agar
hasilnya lebih baik lagi. Dalam proses pengamatan guru membantu saat
pembentukan kelompok asal dan kelompok ahli agar waktunya dapat efisien.
Pada pertemuan kedua siklus 2 siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II sehingga
pembelajaran yang dilakukan kelihatan aktif dan siswa tidak ramai sendiri. Siswa
yang sebelumnya tidak berani bertanya menjadi berani bertanya terhadap
kesulitan yang ditemui.
Pada pertemuan kedua siklus 2 yang dilakukan guru sudah bisa dikatakan
berhasil, yang dapat ditunjukkan dari meningkatnya ketuntasan hasil belajar siswa
yaitu 20 siswa atau 95% siswa tuntas.
4.2 Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari pengamatan dalam penelitian ini meliputi hasil
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran baik dari siklus 1 dan siklus 2 sebagai
berikut:
4.2.1 Deskripsi data
Berdasarkan tindakan pada siklus 1 dan 2, hasil penelitian menunjukkan
sebagai berikut:
51
4.2.1.1 Data Siklus 1
Distribusi frekwensi hasil belajar PKn siklus 1 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 17 di bawah ini:
Tabel 17Distribusi Frekwensi Hasil Belajar PKn Siklus 1
Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 SukoharjoKec. Pabelan Kab. Semarang
No Interval Frekwensi Persentase
1 <59 7 32%2 60-70 2 10%3 71-80 11 53%4 81-100 1 5%
21 100%
Tabel 17 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa kelas 4 SDN
Sukoharjo 01 Kec.Pabelan Kab.Semarang setelah diadakan tindakan 14 siswa
yang mendapatkan nilai diatas 60 dengan persentase 68% dan 7 siswa
mendapatakan nilai dibawah 60 dengan persentase 32%. Hasil ketuntasan belajar
siswa pada siklus 1 apabila disajikan dalam bentuk gambar 5 seperti di bawah ini:
Gambar 5Distribusi Frekwensi Hasil Belajar PKn Siklus 1Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 Sukoharjo Kec. Pabelan Kab. Semarang
<59
32%
51
4.2.1.1 Data Siklus 1
Distribusi frekwensi hasil belajar PKn siklus 1 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 17 di bawah ini:
Tabel 17Distribusi Frekwensi Hasil Belajar PKn Siklus 1
Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 SukoharjoKec. Pabelan Kab. Semarang
No Interval Frekwensi Persentase
1 <59 7 32%2 60-70 2 10%3 71-80 11 53%4 81-100 1 5%
21 100%
Tabel 17 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa kelas 4 SDN
Sukoharjo 01 Kec.Pabelan Kab.Semarang setelah diadakan tindakan 14 siswa
yang mendapatkan nilai diatas 60 dengan persentase 68% dan 7 siswa
mendapatakan nilai dibawah 60 dengan persentase 32%. Hasil ketuntasan belajar
siswa pada siklus 1 apabila disajikan dalam bentuk gambar 5 seperti di bawah ini:
Gambar 5Distribusi Frekwensi Hasil Belajar PKn Siklus 1Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 Sukoharjo Kec. Pabelan Kab. Semarang
<59 60-70 71-80 81-100
32%
10%
53%
5%
51
4.2.1.1 Data Siklus 1
Distribusi frekwensi hasil belajar PKn siklus 1 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 17 di bawah ini:
Tabel 17Distribusi Frekwensi Hasil Belajar PKn Siklus 1
Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 SukoharjoKec. Pabelan Kab. Semarang
No Interval Frekwensi Persentase
1 <59 7 32%2 60-70 2 10%3 71-80 11 53%4 81-100 1 5%
21 100%
Tabel 17 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa kelas 4 SDN
Sukoharjo 01 Kec.Pabelan Kab.Semarang setelah diadakan tindakan 14 siswa
yang mendapatkan nilai diatas 60 dengan persentase 68% dan 7 siswa
mendapatakan nilai dibawah 60 dengan persentase 32%. Hasil ketuntasan belajar
siswa pada siklus 1 apabila disajikan dalam bentuk gambar 5 seperti di bawah ini:
Gambar 5Distribusi Frekwensi Hasil Belajar PKn Siklus 1Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 Sukoharjo Kec. Pabelan Kab. Semarang
81-100
5%
52
4.2.1.2 Data Siklus 2
Distribusi frekwensi hasil belajar PKn siklus 2 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 18 di bawah ini:
Tabel 18Distribusi Frekwensi Hasil Belajar PKn Siklus 2
Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 SukoharjoKec. Pabelan Kab. Semarang
No Interval Frekwensi Persentase
1 <59 1 5%2 60-70 5 23%3 71-80 3 15%4 81-100 12 57%
21 100%
Tabel 18 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa kelas 4 SDN
Sukoharjo 01 Kec.Pabelan Kab.Semarang setelah diadakan tindakan 20 siswa
yang mendapatkan nilai diatas 60 dengan persentase 95% dan 1 siswa dengan
nilai dibawah 60 dengan persentase 5%. Hasil ketuntasan belajar siswa pada
siklus 2 apabila disajikan dalam bentuk gambar 6 seperti di bawah ini:
Gambar 6Distribusi Frekwensi Hasil Belajar PKn Siklus 2Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 SukoharjoKec. Pabelan Kab. Semarang
<59
5%
52
4.2.1.2 Data Siklus 2
Distribusi frekwensi hasil belajar PKn siklus 2 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 18 di bawah ini:
Tabel 18Distribusi Frekwensi Hasil Belajar PKn Siklus 2
Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 SukoharjoKec. Pabelan Kab. Semarang
No Interval Frekwensi Persentase
1 <59 1 5%2 60-70 5 23%3 71-80 3 15%4 81-100 12 57%
21 100%
Tabel 18 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa kelas 4 SDN
Sukoharjo 01 Kec.Pabelan Kab.Semarang setelah diadakan tindakan 20 siswa
yang mendapatkan nilai diatas 60 dengan persentase 95% dan 1 siswa dengan
nilai dibawah 60 dengan persentase 5%. Hasil ketuntasan belajar siswa pada
siklus 2 apabila disajikan dalam bentuk gambar 6 seperti di bawah ini:
Gambar 6Distribusi Frekwensi Hasil Belajar PKn Siklus 2Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 SukoharjoKec. Pabelan Kab. Semarang
60-70 71-80 81-100
23%15%
57%
52
4.2.1.2 Data Siklus 2
Distribusi frekwensi hasil belajar PKn siklus 2 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 18 di bawah ini:
Tabel 18Distribusi Frekwensi Hasil Belajar PKn Siklus 2
Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 SukoharjoKec. Pabelan Kab. Semarang
No Interval Frekwensi Persentase
1 <59 1 5%2 60-70 5 23%3 71-80 3 15%4 81-100 12 57%
21 100%
Tabel 18 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa kelas 4 SDN
Sukoharjo 01 Kec.Pabelan Kab.Semarang setelah diadakan tindakan 20 siswa
yang mendapatkan nilai diatas 60 dengan persentase 95% dan 1 siswa dengan
nilai dibawah 60 dengan persentase 5%. Hasil ketuntasan belajar siswa pada
siklus 2 apabila disajikan dalam bentuk gambar 6 seperti di bawah ini:
Gambar 6Distribusi Frekwensi Hasil Belajar PKn Siklus 2Siswa Kelas 4 SD Negeri 01 SukoharjoKec. Pabelan Kab. Semarang
53
4.2.2 Analisis Data
4.2.2.1 Analisis Ketuntasan
Analisis ketuntasan hasil belajar PKn siklus 1 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 19 di bawah ini:
Tabel 19Analisis Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 1
Siswa Kelas 4 SDN Sukoharjo 01Kec. Pabelan Kab.Semarang
NO Ketuntasan Frekwensi Persentase1 Tuntas 14 67%2 Tidak Tuntas 7 33%
Jumlah 21 100%Nilai Maksimum 90Nilai Minimum 47Nilai rata-rata 68,5
Dengan demikian nilai rata-rata siswa dalam kelas pada siklus 1 adalah
68,5. Jumlah siswa yang tuntas belajarnya pada siklus 1 meningkat menjadi 67%
atau 14 siswa dan yang tidak tuntas menjadi 33% atau 7 siswa. Nilai tertinggi
yang diperoleh siswa pada siklus 1 sudah ada yang mencapai nilai maksimum
yaitu 90, nilai terendah 47. Hasil tes pada siklus 1 apabila dianalisis berdasarkan
ketuntasan hasil belajar dapat disajikan dalam bentuk gambar 7 di bawah ini:
Gambar 7Grafik Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 1 Siswa Kelas 4SDN 01 SukoharjoKec.Pabelan Kab.Semarang
Analisis ketuntasan hasil belajar PKn siklus 2 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 20 di bawah ini:
33%
67%
53
4.2.2 Analisis Data
4.2.2.1 Analisis Ketuntasan
Analisis ketuntasan hasil belajar PKn siklus 1 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 19 di bawah ini:
Tabel 19Analisis Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 1
Siswa Kelas 4 SDN Sukoharjo 01Kec. Pabelan Kab.Semarang
NO Ketuntasan Frekwensi Persentase1 Tuntas 14 67%2 Tidak Tuntas 7 33%
Jumlah 21 100%Nilai Maksimum 90Nilai Minimum 47Nilai rata-rata 68,5
Dengan demikian nilai rata-rata siswa dalam kelas pada siklus 1 adalah
68,5. Jumlah siswa yang tuntas belajarnya pada siklus 1 meningkat menjadi 67%
atau 14 siswa dan yang tidak tuntas menjadi 33% atau 7 siswa. Nilai tertinggi
yang diperoleh siswa pada siklus 1 sudah ada yang mencapai nilai maksimum
yaitu 90, nilai terendah 47. Hasil tes pada siklus 1 apabila dianalisis berdasarkan
ketuntasan hasil belajar dapat disajikan dalam bentuk gambar 7 di bawah ini:
Gambar 7Grafik Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 1 Siswa Kelas 4SDN 01 SukoharjoKec.Pabelan Kab.Semarang
Analisis ketuntasan hasil belajar PKn siklus 2 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 20 di bawah ini:
33% Tidak Tuntas
Tuntas
53
4.2.2 Analisis Data
4.2.2.1 Analisis Ketuntasan
Analisis ketuntasan hasil belajar PKn siklus 1 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 19 di bawah ini:
Tabel 19Analisis Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 1
Siswa Kelas 4 SDN Sukoharjo 01Kec. Pabelan Kab.Semarang
NO Ketuntasan Frekwensi Persentase1 Tuntas 14 67%2 Tidak Tuntas 7 33%
Jumlah 21 100%Nilai Maksimum 90Nilai Minimum 47Nilai rata-rata 68,5
Dengan demikian nilai rata-rata siswa dalam kelas pada siklus 1 adalah
68,5. Jumlah siswa yang tuntas belajarnya pada siklus 1 meningkat menjadi 67%
atau 14 siswa dan yang tidak tuntas menjadi 33% atau 7 siswa. Nilai tertinggi
yang diperoleh siswa pada siklus 1 sudah ada yang mencapai nilai maksimum
yaitu 90, nilai terendah 47. Hasil tes pada siklus 1 apabila dianalisis berdasarkan
ketuntasan hasil belajar dapat disajikan dalam bentuk gambar 7 di bawah ini:
Gambar 7Grafik Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 1 Siswa Kelas 4SDN 01 SukoharjoKec.Pabelan Kab.Semarang
Analisis ketuntasan hasil belajar PKn siklus 2 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 20 di bawah ini:
54
Tabel 20Analisis Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 2
Siswa Kelas 4 SDN Sukoharjo 01Kec. Pabelan Kab.Semarang
NO Ketuntasan Frekwensi Persentase1 Tuntas 20 95%2 Tidak Tuntas 1 5%
Jumlah 21 100%Nilai Maksimum 100Nilai Minimum 59Nilai rata-rata 79,5
Dengan demikian nilai rata-rata siswa dalam kelas pada siklus 2 adalah
79,5. Jumlah siswa yang tuntas belajarnya pada siklus 2 meningkat menjadi 95%
atau 20 siswa dan siswa yang tidak tuntas 5% atau 1 siswa. Nilai tertinggi yang
diperoleh siswa pada siklus 2 sudah ada yang mencapai nilai maksimum yaitu
100, nilai terendah 59. Hasil tes pada siklus 2 apabila dianalisis berdasarkan
ketuntasan hasil belajar dapat disajikan dalam bentuk gambar 8 di bawah ini:
Gambar 8Grafik Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 2 Siswa Kelas 4SDN Sukoharjo 01Kec.Pabelan Kab.Semarang
4.2.2.2 Analisis Komparatif
Setelah diamati dan dicatat oleh guru ataupun observer mengenai hasil
belajar siswa kelas 4 SDN Sukoharjo 01 Kecamatan Pabelan pada mata pelajaran
PKn materi sistem pemerintahan tingkat pusat diperoleh data seperti tampak pada
Tabel 21 dan gambar 9 di bawah ini:
95%
54
Tabel 20Analisis Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 2
Siswa Kelas 4 SDN Sukoharjo 01Kec. Pabelan Kab.Semarang
NO Ketuntasan Frekwensi Persentase1 Tuntas 20 95%2 Tidak Tuntas 1 5%
Jumlah 21 100%Nilai Maksimum 100Nilai Minimum 59Nilai rata-rata 79,5
Dengan demikian nilai rata-rata siswa dalam kelas pada siklus 2 adalah
79,5. Jumlah siswa yang tuntas belajarnya pada siklus 2 meningkat menjadi 95%
atau 20 siswa dan siswa yang tidak tuntas 5% atau 1 siswa. Nilai tertinggi yang
diperoleh siswa pada siklus 2 sudah ada yang mencapai nilai maksimum yaitu
100, nilai terendah 59. Hasil tes pada siklus 2 apabila dianalisis berdasarkan
ketuntasan hasil belajar dapat disajikan dalam bentuk gambar 8 di bawah ini:
Gambar 8Grafik Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 2 Siswa Kelas 4SDN Sukoharjo 01Kec.Pabelan Kab.Semarang
4.2.2.2 Analisis Komparatif
Setelah diamati dan dicatat oleh guru ataupun observer mengenai hasil
belajar siswa kelas 4 SDN Sukoharjo 01 Kecamatan Pabelan pada mata pelajaran
PKn materi sistem pemerintahan tingkat pusat diperoleh data seperti tampak pada
Tabel 21 dan gambar 9 di bawah ini:
5%
95%
Tidak Tuntas
Tuntas
54
Tabel 20Analisis Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 2
Siswa Kelas 4 SDN Sukoharjo 01Kec. Pabelan Kab.Semarang
NO Ketuntasan Frekwensi Persentase1 Tuntas 20 95%2 Tidak Tuntas 1 5%
Jumlah 21 100%Nilai Maksimum 100Nilai Minimum 59Nilai rata-rata 79,5
Dengan demikian nilai rata-rata siswa dalam kelas pada siklus 2 adalah
79,5. Jumlah siswa yang tuntas belajarnya pada siklus 2 meningkat menjadi 95%
atau 20 siswa dan siswa yang tidak tuntas 5% atau 1 siswa. Nilai tertinggi yang
diperoleh siswa pada siklus 2 sudah ada yang mencapai nilai maksimum yaitu
100, nilai terendah 59. Hasil tes pada siklus 2 apabila dianalisis berdasarkan
ketuntasan hasil belajar dapat disajikan dalam bentuk gambar 8 di bawah ini:
Gambar 8Grafik Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 2 Siswa Kelas 4SDN Sukoharjo 01Kec.Pabelan Kab.Semarang
4.2.2.2 Analisis Komparatif
Setelah diamati dan dicatat oleh guru ataupun observer mengenai hasil
belajar siswa kelas 4 SDN Sukoharjo 01 Kecamatan Pabelan pada mata pelajaran
PKn materi sistem pemerintahan tingkat pusat diperoleh data seperti tampak pada
Tabel 21 dan gambar 9 di bawah ini:
55
Tabel 21Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar PKn
Siswa Kelas 4 SDN Sukoharjo 01Kec. Pabelan Kab. Semarang
No KetuntasanPra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Frekwensi Persentase Frekwensi Persentase Frekwensi Persentase
1 Tuntas 4 19,04% 14 67% 20 95%
2 Tidak Tuntas 17 80,96% 7 33% 1 5%
Jumlah 21 100% 21 100% 21 100%
Nilai Minimum 20 47 59
Nilai Maksimum 74 90 100
Nilai Rata-rata 55,14 68,5 79,5
Dari tabel 21 dapat dilihat bahwa ada kenaikan hasil belajar dari pra siklus
sampai siklus 2. Nilai siswa yang diatas KKM dari pra siklus 4 siswa meningkat
pada siklus 1 menjadi 14 siswa, meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 20 siswa
dari 21 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 8 di bawah ini:
Gambar 9Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas 4SDN Sukoharjo 01 Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
4
17
14
7
20
1
Tuntas Tidak Tuntas
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
56
4.2.2.3 Membandingkan Hasil Skala Sikap
Setelah diamati dan dicatat oleh guru ataupun observer mengenai hasil
skala sikap siswa kelas 4 SDN Sukoharjo 01 pada pelajaran PKn materi sistem
pemerintahan tingkat pusat diperoleh data yang tampak tabel 22 di bawah ini:
Tabel 22Hasil Skala Sikap
No PertanyaanFrekwensi
%SS S TS STS
1 Saya senang pelajaran PKn 18 1 1 1 93%
2 Tidak semua anak senang pelajaran PKn 1 1 16 3 75%
3Saya jarang bertanya pada guru tentangpelajaran PKn 1 2 3 15 88%
4Saya selalu mengerjakan soal PKn sebaik-baiknya 19 2 0 0 97%
5 Saya tidak senang bila ada tugas pelajaran PKn 0 0 4 17 95%
6 Memiliki buku PKn sangat penting bagi siswa 21 0 0 0 100%Jumlah Total Frekwensi 60 6 24 36
Frekwensi Kelas 21 21 21 21Dilihat dari hasil tersebut bahwa hasil skala sikap kelas 4 SDN Sukoharjo
01 Kec. Pabelan Kab. Semarang setelah menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II, 18 suara anak menjadi senang pelajaran PKn dengan
persentase 93%, 16 suara tidak setuju apabila semua anak tidak senang pelajaran
PKn dengan persentase 75%, 15 suara sangat tidak setuju jarang bertanya kepada
guru tentang pelajaran PKn dengan persentase 88%, 19 suara sangat setuju
mengerjakan soal PKn dengan sebaik baiknya dengan persentase 97%, 17 suara
sangat tidak setuju apabila tidak ada tugas rumah dengan persentase 95%, 21
suara anak sangat setuju bahwa memiliki buku PKn sangat penting bagi siswa
dengan persentase 100%. Dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan baik hasil
skala sikap positif dengan hasil belajar mempengaruhi hasil belajar PKn siswa
kelas 4 SDN Sukoharjo 01 Kec. Pabelan yang positif juga, jadi dengan adanya
hubungan yang baik antara skala sikap dan hasil belajar, dapat melancarkan
proses pendidikan di sekolah.
57
4.3 Pembahasan
Pemberian tindakan dalam penelitian ini berlangsung selama 2 siklus
setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Pada siklus 1 pertemuan pertama
dengan materi mengenal lembaga-lembaga sistem pemerintahan tingkat pusat.
Dari pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan didapatkan
permasalahan antara lain siswa kurang mengerti tentang model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II, dalam proses pembelajaran masih banyak siswa sibuk
sendiri dan membuat keramaian kelas, siswa tidak berani bertanya bila mengalami
kesulitan. Selain itu karena terbiasa dengan proses pembelajaran yang lalu dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu ceramah, siswa masih
bingung dan kurang optimal terlihat pada kegiatan-kegiatan guru dalam
pembelajaran yang direncanakan belum dilakukan. Dari kasus-kasus di atas, pada
pertemuan berikutnya harus berusaha melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran
yang sudah direncanakan.
Pada pertemuan kedua siklus 1 masih ditemukan permasalahan seperti
pertemuan pertama, sehingga guru terus menerus untuk memotivasi siswa untuk
mau berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Walaupun kegiatan-kegiatan
yang direncanakan sudah banyak dilakukan tetapi kurang optimal yang ditujukan
hasil penilaian observer terhadap pembelajaran yang dilakukan masih di bawah
kriteria baik sekali.
Pada pertemuan siklus 2 masalah-masalah tersebut sudah berkurang, yang
ditunjukkan antara lain: siswa sudah berani bertanya kepada guru, siswa sudah
terbiasa menempatkan diri sesuai tanggung jawab kelompok masing-masing
berdasarkan perintah guru sehingga kondisi kelas tidak ramai.
Dari tabel 21 dapat dilihat bahwa ada kenaikan hasil belajar dari pra siklus
sampai siklus 2. Nilai siswa yang diatas KKM dari pra siklus 4 siswa meningkat
pada siklus 1 menjadi 14 siswa, meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 20 siswa
dari 21 siswa.
Berdasarkan gambar 9 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dan ketuntasan
hasil belajar siswa sebelum tindakan kelas dilaksanakan mengalami peningkatan
dari nilai rata-rata 54,14 dengan ketuntasan klasikal 19,04% siswa tuntas dan
58
setelah dilaksanakan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II pembelajaran nilai rata-rata siklus 1 menjadi 68,5 dengan
ketuntasan belajar mencapai 67% siswa tuntas, sedangkan pada siklus 2 nilai rata-
rata siswa meningkat menjadi 79,5 dengan ketuntasan klasikal mencapai 95%
siswa tuntas hasil belajarnya.
4.3.1 Hasil Observasi Guru Dan Siswa
Observasi guru pada pertemuan pertama siklus 1 kegiatan guru dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II diamati
oleh observer. Pengamatan yang dilakukan dengan lembar observasi kegiatan
guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun pengamatan yang
difokuskan pada kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II dalam pembelajaran PKn.
Pada pertemuan pertama dengan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw II pada guru mendapatkan hasil skor penilaian yang berjumlah 60 dengan
persentase 58%. Secara umum dapat dikatakan pada pembelajaran pertemuan
pertama pada siklus 1 dilaksanakan kurang maksimal. Kegiatan yang belum
dilakukan yaitu menyimpulkan bersama dengan siswa hasil pembelajaran yang
telah dipelajari, dan melakukan tindak lanjut.
Pada pertemuan kedua siklus 1 kegiatan guru dalam model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II pada guru setelah diamati observer mendapat skor 74
dengan persentase 71% dapat dikatakan pembelajaran yang dilakukan guru baik.
Pada pertemuan kedua ini aspek yang belum dilakukan pada pertemuan pertama
berkurang. Aspek yang belum dilakukan yaitu memberi pin kepada kelompok
ahli, dan memuji siswa yang aktif dalam menyampaikan pendapatnya.
Pada pertemuan pertama siklus 1 dengan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II pada siswa mendapatkan hasil skor penilaian yang berjumlah 54
dengan persentase 56%. Secara umum dapat dikatakan pada pembelajaran
pertemuan pertama pada siklus 1 dilaksanakan kurang maksimal. Selama
pembelajaran siswa masih saja ramai dan sebagian siswa bingung karena kurang
mengerti tentang pembelajaran yang dilakukan, siswa takut bertanya dengan guru,
hanya siswa tertentu yang aktif dalam kegiatan pembelajaran berlangsung.
59
Observasi siswa pada pertemuan kedua siklus 1 kegiatan siswa dalam
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada siswa setelah diamati oleh observer
mendapat skor 66 dengan persentase 78% dapat dikatakan pembelajaran yang
dilakukan siswa baik. Pada pertemuan kedua ini aspek yang belum dilakukan pada
pertemuan pertama berkurang. Walaupun masih ada siswa yang masih ramai
tetapi sebagian besar siswa sudah mengerti alur pembelajaran yang dilakukan.
Observasi guru pada pertemuan pertama siklus 2 kegiatan guru dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II diamati
oleh observer. Pengamatan yang dilakukan dengan lembar observasi kegiatan
guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun pengamatan yang
difokuskan pada kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II dalam pembelajaran PKn.
Pada pertemuan pertama siklus 2 dengan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw II pada guru mendapatkan hasil skor penilaian yang berjumlah 87
dengan persentase 84%. Pada pertemuan kedua siklus 2 kegiatan guru dalam
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II setelah diamati observer mendapat
skor 99 dengan persentase 95%, semua kegiatan yang dilakukan guru semua
dilaksanakan dengan kriteria baik.
Observasi siswa pada pertemuan pertama siklus 2 dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II mendapatkan hasil skor penilaian yang
berjumlah 87 dengan persentase 84%. Pada pertemuan kedua siklus 2 kegiatan
siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II setelah diamati oleh observer
mendapat skor 99 dengan persentase 95% dapat dikatakan pembelajaran yang
dilakukan siswa baik. Semua siswa sudah mengerti alur pembelajaran yang
dilakukan dan telah tau apa yang dia harus lakukan.
60
4.3.2 Makna Hasil Penelitian Dengan Menggunakan Kajian Teori Dan Hasil
Penelitian Yang Relevan
Penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II pada pembelajaran
PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Walaupun masih ada beberapa aspek
yang masih mendapat kategori nilai cukup. Hal ini disebabkan kegiatan ini
merupakan hal baru bagi guru dan masih diperlukan peningkatan lagi dan ini
dapat dilihat pada hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II dimana hasil
belajar menunjukkan nilai lebih baik bila dibandingkan sebelum perbaikan atau
pra siklus. Selama kegiatan pembelajaran siswa sudah dapat mengikuti aktivitas
dengan antusias dan penuh semangat, serta siswa merasa senang dan lebih aktif
dalam mengikuti pelajaran, yang ditunjukkan dari hasil analisis data selama
proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw II pada mata pelajaran PKn. Setiap siklusnya mengalami
peningkatan, hal ini berdampak positif terhadap hasil belajar siswa yaitu
meningkatnya ketuntasan hasil belajar siswa dan meningkatnya rata-rata kelas
pada setiap siklusnya.
Sebelum Penelitian terdapat 17 siswa belum tuntas atau hasil belajarnya
masih di bawah KKM (60) dari jumlah siswa 21 anak dan baru 4 anak yang sudah
tuntas, dari 4 siswa itulah yang akan digunakan sebagai ahli untuk membantu
proses pembelajaran pada teman lainnya yang belum tuntas melalui kegiatan
diskusi dengan tipe jigsaw II. Setelah dilaksakanan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dilaksanakan selama 2 siklus
ketuntasan belajar siswa mencapai 95%, sehingga tinggal 1 siswa yang belum
tuntas 5%. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II tidak berhasil
menuntaskan 1 siswa dari 21 siswa pada kelas 4. Tidak berhasilnya siswa tersebut
dikarenakan :
a. Dari kemampuan kognitif siswa tersebut tergolong sangat rendah, siswa
tersebut mengalami kesulitan dalam belajar.
b. Karakteristik siswa tersebut sulit untuk beradaptasi dengan kelompoknya,
kurang memiliki rasa sosial, sikap percaya diri yang sangat rendah serta
kesadaran untuk belajar sangat rendah.
61
Sesuai uraian dari Anita Lie (2005), peneliti berpendapat bahwa dalam
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat membentuk keterampilan sosial
nampak dari, ketergantungan positif dalam pembelajaran kooperatif saat
penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota
kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling
ketergantungan yang meliputi seluruh kehidupan sosial, kerjasama, kepekaan
terhadap semua informasi yang diterima, mendidik anak untuk disiplin dan berani
dalam mengemukakan pendapat serta mampu melakukan komunikasi sesama
teman. Partisipasi dan komunikasi, yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi
aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran, ini merupakan
keterampilan pendidikan yang dapat mengajarkan siswa untuk belajar memberi
dan menerima. Dari kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II
melibatkan tanggung jawab perseorangan, karena keberhasilan kelompok sangat
tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Hal ini terbukti dengan
peningkatan hasil belajar PKn pada siswa kelas 4 SD Negeri Sukoharjo 01 Kec.
Pabelan Kab. Semarang yang pada pra siklus ketuntasan belajar baru mencapai
19,04%, dan pada siklus I meningkat menjadi 67% dan pada siklus II hampir
semua siswa nilai ketuntasan belajar meningkat yaitu sudah mencapai 95%, masih
ada 1 siswa atau 5% yang belum tuntas karena dari segi kognitifnya dan
efektifnya memang sangat rendah, sikap individualnya sangat tinggi dan
kesadaran untuk bersosial sangat rendah, dengan karakterisktik siswa seperti itu
perlu pendekatan dengan model pembelajaran yang lain, karena peneliti dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dilaksanakan pada
siswa yang memiliki karakteristik seperti siswa tersebut di atas tidak dapat tuntas.