bab iv hasil penelitian dan pembahasanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9765/4/t1... ·...

78
70 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SMP Negeri 5 Salatiga merupakan salah satu SMP Negeri di kota Salatiga. SMP Negeri 5 Salatiga berdiri pada tahun 1979 dengan SK pendirian sekolah 0188/0/1979 dalam status kepemilikan oleh pemerintah daerah. Diresmikan pada hari Kamis, 20 Maret 1980 oleh Drs. Koestidjo kepala kantor wilayah departemen P dan K Profinsi Jawa Tengah. SMP Negeri 5 Salatiga terletak di Jln. Bima No.10 RT 3/ RW 8 Grogol Dukuh Sidomukti Salatiga Jawa Tengah, kode pos: 50722, lintang/ bujur (-7. 3387000/110.4857000). SMP Negeri 5 Salatiga berada 2KM dari pusat kota Salatiga, lingkungan yang asri dan jauh dari keramaian membuat lokasi SMP Negeri 5 Salatiga menjadi lokasi yang kondusif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (Sumber: Data TU SMP Negeri 5 Salatiga 2016). 4.1.1 Visi SMP Negeri 5 Salatiga Visi SMP Negeri 5 Salatiga adalah membentuk generasi muda yang PASTI BISA: Pandai, ber-Akhlak mulia, Santun, Terampil, ber-Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bersih, Indah, Sehat dan Aman (Sumber: Data TU SMP Negeri 5 Salatiga 2016). Dari visi diatas terlihat tujuan SMP Negeri 5 Salatiga sebagai satuan pendidikan adalah membentuk generasi muda yang pandai, berakhlaq mulia, santun, terampil, beriman, bersih, indah, sehat dan aman. Jika diperhatikan dengan baik apa yang menjadi visi SMP Negeri 5 Salatiga

Upload: duonghuong

Post on 12-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

70

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

SMP Negeri 5 Salatiga merupakan salah satu SMP Negeri di kota

Salatiga. SMP Negeri 5 Salatiga berdiri pada tahun 1979 dengan SK

pendirian sekolah 0188/0/1979 dalam status kepemilikan oleh pemerintah

daerah. Diresmikan pada hari Kamis, 20 Maret 1980 oleh Drs. Koestidjo

kepala kantor wilayah departemen P dan K Profinsi Jawa Tengah. SMP

Negeri 5 Salatiga terletak di Jln. Bima No.10 RT 3/ RW 8 Grogol Dukuh

Sidomukti Salatiga Jawa Tengah, kode pos: 50722, lintang/ bujur (-7.

3387000/110.4857000). SMP Negeri 5 Salatiga berada 2KM dari pusat kota

Salatiga, lingkungan yang asri dan jauh dari keramaian membuat lokasi SMP

Negeri 5 Salatiga menjadi lokasi yang kondusif dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar (Sumber: Data TU SMP Negeri 5 Salatiga 2016).

4.1.1 Visi SMP Negeri 5 Salatiga

Visi SMP Negeri 5 Salatiga adalah membentuk generasi muda yang

PASTI BISA: Pandai, ber-Akhlak mulia, Santun, Terampil, ber-Iman

kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bersih, Indah, Sehat dan Aman (Sumber:

Data TU SMP Negeri 5 Salatiga 2016).

Dari visi diatas terlihat tujuan SMP Negeri 5 Salatiga sebagai satuan

pendidikan adalah membentuk generasi muda yang pandai, berakhlaq

mulia, santun, terampil, beriman, bersih, indah, sehat dan aman. Jika

diperhatikan dengan baik apa yang menjadi visi SMP Negeri 5 Salatiga

71

tersebut dapat menyentuh tiga ranah tujuan pembelajaran yakni:

pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Untuk mencapai visi diatas tentunya

terdapat beberapa misi yang dilakukan, adapun misi-misi tersebut dapat

dijelaskan secara rinci.

4.1.2 Misi SMP Negeri 5 Salatiga

Adapun misi yang dilakukan sebagai berikut: (1). Meningkatkan

pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran agama sebagai landasan

untuk mewujudkan insan yang beriman dan bertaqwa, (2). Melaksanakan

pembelajaran yang efektif dan penilaian secara menyeluruh dan

berkesinambungan untuk megoptimalkan prestasi akademis siswa, (3).

Menanamkan norma dan tata nilai yang sesuai dengan budaya bangsa

Indonesia, (4). Mendayagunakan seluruh potensi sekolah demi

terwujudnya Wawasan Wiyata Mandala utamanya optimalisasi pembinaan

SDM, (5). Mendorong dan membantu siswa untuk dapat mengenali

potensi dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal, (6).

Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, indah, sehat dan aman

(Sumber: Data TU SMP Negeri 5 Salatiga 2016).

Dari misi diatas terlihat adanya kesinambungan untuk mencapai sebuah

visi yang sudah ditentukan sebelumnya. Adapun kesinambungan tersebut

dapat dirinci sebagai berikut: Pemahaman mengenai agama sebagai

landasan mewujudkan insan yang bertaqwa merupakan misi untuk

mencapai visi peserta didik yang beriman dan berakhlak mulia.

Pembelajaran yang efektif guna mengoptimalkan prestasi peserta didik

72

merupakan misi yang tepat untuk mencapai visi mencetak peserta didik

yang pandai. Menanamkan tata niai dan norma sesuai bangsa Indonesia

dapat mewujudkan peserta didik yang santun. Mendayagunakan seluruh

potensi sekolah untuk mengoptimalkan SDM dan mendorong siswa untuk

mengoptimalkan potensi dirinya merupakan misi untuk mewujudkan

peserta didik yang terampil. Misi mewujudkan lingkungan sekolah yang

bersih, indah, sehat dan aman merupakan upaya membuat lingkungan

yang kondusif untuk proses belajar mengajar.

4.1.3 Tujuan SMP Negeri 5 Salatiga

Tujuan SMP Negeri 5 Salatiga yang utama sebagai satuan pendidikan

adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan nilai rata-rata ujian nasional yang mencapai 7,50 dan

nilai terendah ketuntasan belajar siswa 70.

2. Melaksanakan kelas berjalan dalam rangka pembelajaran CTL.

3. Meraih juara tingkat Kota, Provinsi dalam berbagai perlombaan seperti

lomba keteladanan, lomba mata pelajaran, lomba kir/sinopsis, MTQ,

PMR, Pramuka dan lain lain (Sumber: Data TU SMP Negeri 5 Salatiga

2016).

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, strategi yang dilakukan SMP

Negeri 5 Salatiga adalah sebagai berikut: menyediakan sarana dan

prasarana seperti: laboratorium komputer, laboratorium IPA, laboratorium

Bahasa, ruang ketrampilan, masjid, kapel, perpustakakaan, lapangan

badminton, lapangan basket, lapangan bola, Gamelan, Ruang UKS, ruang

73

OSIS, kamar mandi, dan kantor pos satpam. Fasilitas-fasilitas yang

disediakan dimaksudkan untuk menunjang lancarnya proses belajar

mengajar di SMP Negeri 5 Salatiga.

Selain itu SMP Negeri 5 Salatiga memfasilitasi peserta didik berbakat

dengan kegiatan ektrskurikuler yang dimaksudkan untuk mewujudkan

tujuan yang ketiga, dimana diharapkan SMP Negeri 5 Salatiga berprestasi

dalam berbagai lomba tingkat kota maupun profinsi melalui perwakilan

peserta didik yang terpilih. Adapun kegiatan ektrakulikuler yang ada di

SMP Negeri 5 Salatiga adalah sebagai berikut: Pramuka, PMR, Karawitan,

Silat, Karate, Tekondo dan MTQ. Fasilitas sarana prasarana dan kegiatan

ektrakulikuler yang ada semata-mata untuk memfasilitasi agar apa yang

menjadi tujuan dapat terwujud dengan baik.

4.1.4 Struktur Komite dan Organisasi SMP Negeri 5 Salatiga

Dalam struktur kepengurusan komite SMP Negeri 5 Salatiga terdiri

dari: Kepala Sekolah, Ketua, Wakil Ketua, Bendahara, Sekretaris, Bidang

Penggalian Sumber Daya Sekolah, Bidang Manajemen Sumber Daya

Sekolah, Bidang Pengendalian Kualitas Pelayanan Sekolah, Bidang

Jaringan Kerjasama Dan Sistem Informasi, Bidang Sarana Dan Prasarana,

dan Bidang Usaha. Adapun struktur kepengurusan Komite SMP Negeri 5

Salatiga di jelaskan dalam tabel 1.1 sebagai berikut:

74

Tabel 1.1 Struktur Pengurus Komite Sekolah SMP Negeri 5 Salatiga

Masa Bakti Tahun 2014-2019 No NAMA JABATAN 1 Dwi Hartati S.Si M.Pd Kepala Sekolah

2 Drs.Munawar H.M., M.Pd Ketua

3 Kadar Supriyana Wakil Ketua

4 Haryono, S.Pd Sekretaris

5 Nurwanti Bendahara

6 Tri Wibowo Bidang Penggalian Sumber Daya Sekolah

7 Wahyu Eko S Bidang Manajemen Sumber Daya Sekolah

8 Dyan Ernawati, S.Pd Bidang Pengendalian Kualitas Pelayanan Sekolah

9 Suharto Bidang Jaringan Kerjasama Dan Sistem Informasi 10 Zumpri, S.Pd Bidang Sarana Dan Prasarana

11 Sri Setyo Bidang Usaha

Jumlah 11 Orang (Sumber: Data TU SMP Negeri 5 Salatiga 2016)

Sedangankan dalam struktur organisasi SMP Negeri 5 Salatiga terdiri:

Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Wakil Kepala Sekolah I, Wakil Kepala

Sekolah II, Koordinator Urusan Kurikulum, Koordinator Urusan

Kesiswaan, Koordinator Urusan SARPRAS, Koordinator Urusan Humas,

K.A Perpustakaan, Koordinator Urusan Tata Usaha, Guru Mapel, Wali

Kelas dan Kepala Laboratorium. Adapun struktur organisasi SMP Negeri

5 Salatiga dijelaskan dalam tabel 1.2 sebagai berikut:

75

Tebel 1.2 Struktur Organisasi Sekolah SMP Negeri 5 Salatiga

Tahun Pelajaran 2014/2015 No. NAMA JABATAN

1 Dwi Hartati S.Si M.Pd Kepala Sekolah 2 Drs Munawar H.M., M.Pd Ketua Komite Sekolah

3 Zumpri S.Pd Wakil Kepala Sekolah I 4 Wahyu Eko S.Pd Wakil Kepala Sekolah II 5 Dyan Ernawati S.Pd Koordinator Urusan Kurikulum 6 Amir M S.Pd Koordinator Urusan Kesiswaan 7 Subardan Koordinator Urusan SARPRAS 8 Suyitno S.Pd Koordinator Urusan Humas 9 Joko Kuntoro, S.Pd K.A Perpustakaan 10 Sri Wiji Koordinator Urusan Tata Usaha 11 Guru Mata Pelajaran 47 Orang

12 Wali Kelas 24 Orang

13 Kepala Laboratorium 11 Orang

(Sumber: Data TU SMP Negeri 5 Salatiga 2016)

Dari data yang dipaparkan diatas terlihat tanggungjawab jabatan yang

diemban secara jelas. Sehingga pengemban tugas dituntut untuk

melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik.

4.1.5 Keadaan Tenaga Pengajar di SMP Negeri 5 Salatiga

Tenaga pengajar di SMP Negeri 5 Salatiga sebanyak 47 orang guru

yang terdiri dari lulusan PGSLP, Sarjana Muda, D1, D2, D3, SI, S2.

Adapun keadaan tenaga pengajar menurut lulusan/ Ijazah tertinggi dapat

dilihat dalam tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 1.3 Tenaga Pengajar SMP Negeri 5 Salatiga

Tahun 2015

No Nama Mata Pelajaran Ijazah

tertinggi 1 Dwi Hartati, S.Si M.Pd IPA S2 2 Dyan Ernawati, S.Pd IPA S1 3 P.U Sarwoko IPA D3 4 Jumirah, B.A Olahraga dan Kesehatan Sarjana Muda 5 Siti Utami Ketrampilan Jasa PGSLP

76

6 Surawan Agustomo Bahasa Inggris D2 7 H. Daman Huri, S.Pd Matematika S1 8 S.Muji Ambarwati, S.Pd Matematika D2 9 Sri Winarti Seni Tari D1 10 Sri Indrachcahyatni, S.Pd Matematika S1 11 Hendah Sutrisni U PKN D3 12 Zumri S.Pd BP/BK S1 13 Dra. Nur Hayati BK S1 14 Bambang Subiyatko, M.Pd PENJASKES S1 15 Hj.Susanti, S.Pd Bahasa Inggris S1 16 Restu Nursusanti Y,S.Pd Agama Katholik S1 17 Sujadi S.Ag Bahasa Jawa S1 18 Mumtanikhah, S.Pd Matematika S1 19 Pramono, S.Pd Bahasa Inggris S1 20 Yeni Mulyawati K. S.Pd BK S1 21 Drs. Yusuf Adriyanto IPA S1 22 Dra. Hasanah Fauzati IPA S1 23 Cristanti Yulianingrum S.Pd Matematika S1 24 Sarno S.Pd Bahasa Indonesia S1 25 Aris Munadi, S.Pd Bahasa Indonesia S1 26 Mustaqimah, S.Pd Agama Islam S1 27 Suyitno, S.Pd IPS S1 28 Sastarina Lumantari Seni Musik PGSLP 29 Rumiyati, S.Pd Bahasa Indonesia S1 30 Anis Nuraini, S.Pd Elektronika S1 31 Nurmiyasih, S.Pd Bahasa Jawa S1 32 Suryanti, S.Pd IPS S1 33 Wahyu Eko Sugiyarto, S.Pd Elekstronika S1 34 Amir Mahmud, S.Pd IPS S1 35 Elia Tri Retnaningsih, S.Pd PKN S1 36 Sri Budistuti, S.Pd Olahraga dan Kesehatan S1 37 Lisa Indriasari, S.Psi BP/BK S1 38 Rini Kusuma Dewi, S.Pd IPA S1 39 Anita Utami, S.Pd Bahasa Inggris SI 40 Joko Kuntoro, S.Pd Bahasa Indonesia S1 41 Arif Rahman S, S.Kom TIK S1 42 Sridik, S.Pd Seni Budaya S1 43 Ika Tyasing K, S.Pd IPS S1 44 Nuzhah Al-W, S.Kom TIK S1 45 Cahyanita, S.Th Agama Kristesn S1 46 Muhammad Arif S.Pdi Agama Islam S1 47 Zunita S.Pd Bahasa Indonesia S1

(Sumber: Data TU SMP Negeri 5 Salatiga 2016)

77

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa masih ada tenaga pengajar

dengan lulusan PGSLP 2 orang, Sarjana Muda 1 orang, D1 1 orang, D2 2

orang dan D3 2 orang di SMP Negeri 5 Salatiga. Sedangkan syarat tenaga

pengajar bagi satuan pendidikan minimal lulusan S1, hal tersebut tertulis

dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen yang menjelaskan dalam Pasal 8 guru wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan

rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Pasal 9 kualifikasi akademik sebagaimana dimaksudkan dalam

Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program

diploma empat. Dari penjelasan kedua pasal tersebut menunjukkan bahwa

minimal tenaga pendidik memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana.

Namun dalam kenyataanya di SMP Negeri 5 Salatiga masih di temui 8

tenaga pengajar yang belum memenuhi syarat tersebut. Adapun tenaga

pengajar yang belum memenuhi syarat adalah guru pengampu mata

pelajaran IPA, Olahraga dan Kesehatan, Ketrampilan Jasa, Bahasa Inggris,

Matematika, Seni Tari, PPKn, dan Seni Musik. Dari kedelapan pengampu

mata pelajaran yang belum memenuhi syarat salah satunya pengampu

mata pelajaran PPKn.

78

4.1.6 Keadaan Murid di SMP Negeri 5 Salatiga

Jumlah murid di SMP Negeri 5 Salatiga dapat dijelaskan dengan tabel

1.4 sebagai berikut:

Tabel 1.4 Jumlah Murid SMP Negeri 5 Salatiga

Tahun 2015

(Sumber: Data TU SMP Negeri 5 Salatiga 2016)

Dari tabel diatas menunjukkan jumlah murid di SMP Negeri 5 Salatiga

sebanyak 677 dengan perincian kelas VII 226, VIII 228 dan IX 223, yang

dibagi kedalam 24 kelas. Setiap jenjang kelas memiliki 8 ruang kelas dari

kelas A sampai dengan kelas H yang menganut kelas kecil, dimana dalam

satu kelas berisi maksimal 30 siswa. Dengan penataan kelas, untuk kelas 7

dan 9 diatur secara acak dimaksudkan untuk mempermudah administrasi

sedangankan untuk kelas 8 diurutkan berdasarkan prestasi yang dicapai

oleh murid. Penelitian ini dilakukan di kelas IX yang menganut penataan

kelas secara acak.

Jika dilihat dari latar belakang Agama, keadaan murid di SMP Negeri 5

Salatiga dapat dijelaskan melalui tabel 1.5.

Kelas Rombel

VII VIII IX Jumlah

L P L P L P A 7 23 8 22 6 24 90 B 14 15 16 16 18 11 90 C 14 14 15 15 18 11 87 D 15 15 14 15 16 14 89 E 13 16 16 14 16 13 88 F 14 13 14 15 14 14 84 G 12 16 12 12 13 11 76 H 13 12 12 12 12 12 73

Jumlah 102 124 107 121 113 110 677

79

Tabel 1.5 Latar Belakang Agama Peserta Didik SMP Negeri 5 Salatiga

Tahun Ajaran 2015/2016 Kelas

Agama VII VIII IX Jumlah

Islam 205 205 198 608 Katolik 1 2 1 4 Kristen 20 21 24 65 Hindu - - - - Budha 1 - - 1 Jumlah 226 228 232 677

(Sumber: Data TU SMP Negeri 5 Salatiga 2016)

Dari tabel diatas terlihat mayoritas agama yang dianut oleh peserta

didik SMP Negeri 5 Salatiga adalah Agama Islam, namun juga dapat

dilihat terdapat beberapa peserta didik yang menganut agama Kristen,

Khatolik dan Budha. Sebagai satuan pendidikan SMP Negeri 5 Salatiga

berusaha memfasilitasi dengan baik untuk mewujudkan salah satu

tujuannya yakni siswa melakukan ibadah sesuai agama yang dianutnya.

Wujud fasilitas yang diberikan berupa Masjid dan Kapel sebagai ruang

pelajaran agama dan tempat beribadah.

Jika dilihat dari penjelasan diatas mengenai gambaran umum SMP Negeri

5 Salatiga, secara jelas sebenarnya SMP Negeri 5 Salatiga sudah mendukung

terlaksananya pembelajaran berdasarkan karakteristik kurikulum 2013 hal

tersebut terlihat dari upaya-upaya sekolah yang dilakukan seperti: sikap

keagamaan yang merupakan (KI 1 ) pihak sekolah memfasilitasi masjid dan

kapel yang disediakan sekolah dimaksudkan sebagai tempat ibadah untuk

peserta didik serta pelaksanaan mata pelajaran Agama, sikap sosial (KI 2)

terlihat dari kebijakan sekolah yang memberikan kesempatan untuk peserta

didik menyelenggarakan berbagai kegiatan yang mendukung sikap sosialnya,

80

pengetahuan (KI 3) terlihat dari tujuan pertama dimana SMP Negeri 5

Salatiga bertekad meningkatkan nilai rata-rata Ujian Naional dan ketuntasan

siswa dengan standart tertentu, dari hal tersebut pihak sekolah memperhatikan

dengan baik peningkatan kualitas hasil belajar peserta didik, penerapan

pengetahuan (KI 4) terlihat dari tujuan pelaksanaan pembelajaran CTL di

SMP Negeri 5 Salatiga. Dimana pembelajaran CTL adalah pembelajaran

yang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut memungkinkan

peserta didik dapat mengimplementasikan pengetahuan yang didapat untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. KI 1 hingga KI 4 yang

termuat dalam kurikulum 2013 sudah seharusnya dapat berjalan dengan baik

karena upaya-upaya yang dilakukan dari pihak sekolah dirasa cukup

memfasilitasi terlaksanaanya pembelajaran sesuai dengan karakkteristik

kurikulum 2013 dengan baik.

4.2 Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dikemukakan mengenai temuan-temuan yang

diperoleh selama penelitian berlangsung.

4.2.1 Manajemen Pembelajaran PPKn Berdasarkan Implementasi

Kurikulum 2013 Dalam Materi “Kepatuhan Terhadap Hukum”

Di SMP Negeri 5 Salatiga Kelas IX Semester Ganjil Tahun Ajaran

2015-2016

Di SMP Negeri 5 Salatiga Kurikulum 2013 sudah berjalan tiga tahun

yakni mulai 2013, 2014, 2015 hingga sekarang. Kurikulum 2013 tetap

dilaksanakan di SMP Negeri 5 Salatiga sekalipun terdapat kebijakan

81

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006

dan Kurikulum 2013, dimana didalamnya menyatakan dalam pasal 1

bahwa satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang

melaksanakan Kurikulum 2013 sejak semester pertama tahun pelajaran

2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 mulai semester

kedua tahun pelajaran 2014/2015 sampai ada ketetapan dari Kementrian

untuk melaksanakan Kurikulum 2013. Pasal 2 ayat 1 Satuan pendidikan

dasar dan pendidikan menengah yang telah melaksanakan kurikulum 2013

selama tiga semester tetap menggunakan kurikulum 2013, ayat 2 Satuan

pendidikan dasar dan menengah yang melaksanakan kurikulum 2013

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan satuan pendidikan rintisan

penerapan kurikulum 2013, ayat 3 Satuan pendidikan rintisan sebagaimana

dimaksud pada ayat 2 dapat berganti melaksanakan Kurikulum Tahun

2006 dengan melapor kepada dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/ kota

sesuai dengan kewenanganya.

Kurikulum 2013 tetap berjalan di SMP Negeri 5 Salatiga dengan alasan

SMP Negeri 5 Salatiga ditunjuk oleh pusat sebagai sekolah pailoting

projek pelaksanaan Kurikulum 2013. Hal tersebut tentunya memiliki

dampak kepada mata pelajaran PPKn yang dituntut pembelajaranya sesuai

dengan karakteristik Kurikulum 2013. Maka dalam penelitian ini akan

mendiskripsikan Manajemen Pembelajaran PPKn Berdasarkan

Implementasi Kurikulum 2013. Dimana didalamnya terdapat kegiatan

82

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian

pembelajaran. Serta peneliti akan mengungkapkan kendala-kendala yang

dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran PPKn berdasarkan Kurikulum

2013.

4.2.1.1 Perencanaan Pembelajaran

Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh

informan terdapat beberapa komponen RPP yang tertulis didalamnya.

Adapun komponen tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:

A. Identitas Mata Pelajaran Tabel 2.1

Identitas Mata Pelajaran

No Komponen RPP

SKOR

1 Tidak ada

2 Kurang lengkap

3 Sudah

lengkap

1. Terdapat: satuan pendidikan, kelas, semester, mata pelajaran dan jumlah pertemuan

(Sumber:Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014) Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa identitas mata

pelajaran 100% dituliskan dalam RPP yang informan buat dan sudah

lengkap. Adapun Identitas mata pelajaran tertuliskan dalam RPP yang

dibuat oleh informan sebagai berikut: Nama Sekolah SMP Negeri 5

Salatiga, Mata Pelajaran PPKn, Kelas IX, Semester Gasal, Materi

pokok kepatuhan terhadap hukum dan Alokasi waktu 4x pertemuan.

Jumlah skor yang diperoleh 3 untuk komponen identitas mata pelajaran

dalam RPP yang dibuat oleh informan dikarenakan komponen identitas

mata pelajaran sudah lengkap dan sesuai dengan instrumen.

83

B. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tabel 2.2

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

No Komponen RPP

SKOR

1 Tidak ada

2 Kurang lengkap

3 Sudah

lengkap

1. Kompetensi Inti

2. Kompetensi Dasar

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014) Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 100% kompetensi inti dan

kompetensi dasar sudah ditulis oleh informan di dalam RPP, adapun

kompetensi inti dan kompetensi dasar yang tertulis dalam RPP dapat

dirinci sebagai berikut:

Dalam masing-masing Kompetensi Inti sudah menggambarkan 4

Kompetensi Inti yang wajib dituliskan oleh informan dalam membuat

RPP. Kompetensi Inti 1 mengenai keagamaan dituliskan menghargai

dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. Kompetensi Inti 2 sikap

sosial dituliskan menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli (toleransi dan gotong royong), santun, percaya

diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan

alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya. Kompetensi Inti 3

mengenai pengetahuan dituliskan dengan jelas yakni memahami dan

menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

budaya terkait fenomena dan kejadian yang tampak oleh mata. Dan

Kompetensi Inti 4 tentang penerapan pengetahuan tergambarkan dalam

84

RPP yakni mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah kongkret

(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan

ranah abstrak (menulis, membaca dan menghitung, menggambar, dan

mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain

yang sama dalam sudut pandang/ teori. Jumlah skor yang diperoleh 3

untuk penilaian terhadap komponen Kompetensi Inti dikarenakan

Kompetensi Inti 1, 2, 3, dan 4 sudah dituliskan dalam RPP dengan jelas.

Kompetensi Dasar yang tertulis dalam RPP yang dibuat oleh

informan tertulis sebagai berikut: 1.1 menghayati perilaku beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia dalam kehidupan di

lingkungan pergaulan antar bangsa, 2.3 menghargai hukum yang

berlaku dalam masyarakat sebagai wahana perwujudan keadilan dan

kedamaian, 3.3 memahami aturan hukum yang berlaku dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara, 4.3 menyaji hasil telaah

tentang aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat

dan bernegara. Jumlah skor yang diperoleh 3 untuk Kompetensi Dasar

yang dibuat oleh informan dalam RPP dikarenakan Kompetensi Dasar

sudah lengkap dan sesuai pengembangan dari Kompetensi Inti.

85

C. Perumusan Indikator Tabel 2.3

Perumusan Indikator

No Komponen RPP

SKOR

1 Tidak sesuai

2 Sesuai

sebagian

3 Sesuai

seluruhnya

1. Kesesuaian dengan kompetensi dasar

2. Kesesuaian penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur

3. Kesesuaian rumusan dengan aspek pengetahuan

4. Kesesuaian rumusan dengan aspek ketrampilan

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa komponen perumusan

indikator dinilai dari kesesuaian dengan kompetensi, penggunaan kata

kerja operasional dengan kompetensi yang diukur, rumusan dengan

aspek pengetahuan serta rumusan dengan aspek ketrampilan 100%

tertulis dalam RPP. Adapun kesesuaian tersebut dapat dirinci sebagai

berikut:

Dalam komponen perumusan indikator mengenai kesesuaian dengan

kompetensi dasar jumlah skor yang diperoleh 3 karena indikator sudah

sesuai dengan pengembangan dari Kompetensi dasar. Dimana informan

juga berpendapat bahwa Indikator dibuat atau ditentukan dari

Kompetensi Dasar hasil (wawancara 20 November 2015).

Kesesuaian penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi

yang diukur sudah sesuai, jumlah skor yang diperoleh 3. Adapun kata-

86

kata operasional yang digunakan antara lain: menunjukkan sikap,

mendiskripsikan, mengidentifikasi perilaku, menyusun laporan,

menyajikan hasil, dan menyajikan praktik. Dimana kata-kata

operasional yang digunakan sudah menjurus kepada tiga ranah tujuan

pembelajaran yakni: sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

Mengenai kesesuaian rumusan indikator dengan aspek pengetahuan

jumlah skor yang diperoleh 3 karena hal tersebut tergambar dalam

indikator yang dituliskan, yakni mendiskripsikan hakikat hukum,

mendiskripsikan Indonesia sebagai negara hukum, mendiskripsikan arti

penting hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,

mengidentifkasi perilaku menaati hukum dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Dimana indikator tersebut sudah

mengacu kepada aspek pengetahuan.

Kesesuaian rumusan dengan aspek ketrampilan jumlah skor yang

diperoleh 3 tergambar di dalam indikator yang dituliskan, yakni

menyusun laporan hasil telaah tentang aturan hukum yang berlaku,

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, menyaji hasil telaah

tentang aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat

dan bernegara dan menyajikan praktik kewarganegaraan dalam

mewujudkan peraturan hukum. Dimana dari penjelasan tersebut

menggambarkan aspek ketrampilan.

87

D. Perumusan Tujuan Pembelajaran Tabel 2.4

Perumusan Tujuan Pembelajaran

No Komponen RPP

SKOR

1 Tidak sesuai

2 Sesuai

sebagian

3 Sesuai

seluruhnya

1. Kesesuaian dengan KD n.a

2. Kesesuaian dengan indikator

n.a

3. Kesesuaian dengan perumusan aspek audience, behaviour, condition, degree

n.a

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh 0%

dikarenakan perumusan tujuan pembelajaran tidak dituliskan dalam

RPP. Adapun alasan informan tidak menuliskan tujuan pembelajaran

sebagai berikut:

“Tujuan pembelajaran dalam kurikulum 2013 tidak perlu dirumuskan dalam RPP karena tujuan sudah tertuang pada Indikator yang diperoleh dari Kompetensi Inti yang diturunkan ke Kompetensi Dasar kemudian diturunkan ke Indikator. Dimana dalam indikator terdapat beberapa ranah tujuan pembelajaran yakni: (a). sikap yang dibagi menjadi dua bagian yakni: spiritual dan sosial, (b). pengetahuan dan (c). ketrampilan” hasil (wawancara tanggal 20 November 2015).

Dari pendapat diatas dapat dipahami bersama bahwa informan

beranggapan kurikulum 2013 tidak perlu menuliskan tujuan

pembelajaran secara khusus karena tujuan pembelajaran sudah

dirumuskan dalam indikator yang diturunkan dari kompetensi dasar.

Indikator yang dibuat harus menyentuh tiga aspek pembelajaran yakni:

sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

88

Namun sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013,

tujuan pembelajaran perlu dirumuskan dengan berdasarkan KD,

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk KD dan

Indikator pencapaian kompetensi juga perlu dirumuskan kembali. Maka

dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran dan indikator perlu

dirumuskan karena melihat dari permendikbud Nomor 65 salah satu

komponen penulisan RPP adalah tujuan pembelajaran.

E. Pemilihan Materi Ajar Tabel 2.5

Pemilihan Materi Ajar

No Komponen RPP

SKOR

1 Tidak sesuai

2 Sesuai

Sebagian

3 Sesuai

seluruhnya

1. Kesesuaian dengan KD

2. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

n.a

3. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik

4. Keruntutan uraian materi ajar

(Sumber:Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014)

Dari tabel diatas menunjukkan nilai 75% untuk komponen

pemilihan materi ajar. Hasil tersebut didapatkan dari kesesuaian materi

ajar dengan KD, karaketeristik peserta didik dan uraian materi ajar.

Sedangkan kesesuaian dengan tujuan pembelajaran tidak dapat dinilai

karena tidak tertulis dalam RPP yang informan buat. Adapun

kesesuaian pemilihan materi ajar dengan komponen-komponen RPP

yang dinilai, dapat dirinci sebagai berikut:

89

Mengenai kesesuaian komponen pemilihan materi ajar dengan

kompetensi dasar jumlah skor yang diperoleh 3 karena materi ajar

sudah sesuai dengan kompetensi dasar yang tertulis dalam RPP.

Dimana materi ajar yang dipilih mampu menggambarkan 4 kompetensi

dasar yang dituliskan dalam RPP. Adapun materi yang dipilih adalah

hakikat hukum, arti penting hukum dalam kehidupan bermasyarakat

dan bernegara, kepatuhan terhadap hukum yang berlaku dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara (perilaku yang sesuai dengan

hukum dan perilaku yang bertentangan dengan hukum beserta

saksinya).

Jumlah skor yang diperoleh 0 untuk kesesuaian materi ajar dengan

tujuan pembelajaran karena tidak dituliskan didalam RPP yang dibuat

oleh informan. Mengenai kesesuaian pemilihan materi ajar dengan

karakteristik peserta didik jumlah skor yang diperoleh 3. Jika melihat

dari permendikbud tahun 2013 materi ajar memuat fakta, konsep,

prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-

butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi.

Sedangkan karakteristik peserta didik SMP yang sudah memasuki masa

remaja dengan rentang umur 11 atau 12 tahun keatas. Pada tahap ini

anak sudah mampu berfikir logis dengan pemikiran teoritis formal

berdasarkan pada proposisi dan hipotesis serta dapat mengambil

kesimpulan dari apa yang diamati Piaget (Paul, 2001:88). Maka tepat

jika guru memberikan materi ajar mengenai hakikat hukum dengan

90

menampilkan gambar-gambar dan artikel yang relevan dengan materi

ajar. Karena peserta didik tidak hanya dituntut untuk mengetahui saja

namun peserta didik dapat menganalisis dan menyimpulkan dengan

pemikiran yang logis.

Keruntutan uraian materi jumlah skor yang diperoleh 3 karena

penyajian materinya dari mudah ke sulit, dari konkret ke abstrak. Jika

memperhatikan RPP yang dibuat oleh guru keruntutan uraian materi

terlihat dari pemilihan materi ajarnya yakni hakikat hukum, arti penting

hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kepatuhan

terhadap hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara (perilaku yang sesuai dengan hukum dan perilaku yang

bertentangan dengan hukum beserta saksinya).

F. Pemilihan Sumber Belajar Tabel 2.6

Pemilihan Sumber Belajar

No Komponen RPP

SKOR

1 Tidak sesuai

2 Sesuai

sebagian

3 Sesuia

Seluruhnya

1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

n.a

2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran

3. Kesesuaian dengan pendekatan scientific

4. Kesesuaian dengan karatristik peserta didik

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014)

Dari tabel diatas menunjukkan nilai 75% untuk komponen

pemilihan sumber belajar. Hasil tersebut didapatkan dari kesesuaian

sumber belajar dengan materi pembelajaran, pendekatan scientific dan

91

karakteristik peserta didik. Adapun kesesuaian pemilihan sumber

belajar dengan komponen-komponen RPP yang dinilai, dapat dirinci

sebagai berikut:

Jumlah skor yang diperoleh 0 untuk kesesuaian sumber belajar

dengan tujuan pembelajaran karena tidak dituliskan didalam RPP yang

dibuat oleh informan. Kesesuaian sumber belajar dengan materi

pembelajaran jumlah skor yang diperoleh 3 karena selain informan

mengacu kepada Buku Paket PPKn dari permendikbud tahun 2015,

sumber belajar dari internet yang relevan dengan materi berupa gambar

dan artikel tentang hukum dirasa tepat untuk memperkaya informasi

mengenai materi hakikat hukum.

Kesesuaian sumber belajar dengan pendekatan scientific jumlah

skor yang diperoleh 3 karena di dalam RPP tertuliskan secara jelas

mengenai karakteristik pendekatan scientific dimana kegiatan tersebut

terdapat proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi dan

mengkomunikasikan. Dalam kegiatan mengamati peserta didik diminta

untuk mengamati artikel yang sudah disiapkan oleh informan. Kegiatan

menanya peserta didik disuruh untuk membuat pertanyaan mengenai

seputar artikel tersebut. Mengumpulkan informasi tertulis peserta didik

mendiskusikan jawaban pertanyaan yang dibuat dengan melihat buku

paket, bertanya kepada guru, dan membuka internet. Kegiatan

mengasosiasi tertulis peserta didik diminta untuk mendiskusikan

informasi dan menyimpulkannya serta kegiatan mengkomunikasikan

92

tertulis dalam RPP peserta didik diminta untuk mempresentasikan tugas

kelompoknya.

Kesesuaian sumber belajar dengan karakteristik peserta didik

jumlah skor yang diperoleh 3. Dimana diketahui karakter peserta didik

SMP yang sudah memasuki masa remaja dengan rentang umur 11 atau

12 tahun keatas. Pada tahap ini anak sudah mampu berfikir logis

dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan pada proposisi dan

hipotesis serta dapat mengambil kesimpulan dari apa yang diamati

Piaget (Paul, 2001:88). Maka tepat ketika guru menyajikan gambar-

gambar dari internet mengani hukum, artikel kasus hukum yang

relevan. Dimana saat pembelajaran berlangsung peserta didik dituntut

berfikir logis untuk menyimpulkan sesuatu, berkaitan dengan sumber

belajar yang dipilih oleh guru (gambar dan artikel kasus hukum).

G. Pemilihan Media Pembelajaran Tabel 2.7 Pemilihan Media Pembelajaran

No Komponen RPP

SKOR

1 Tidak sesuai

2 Sesuai

sebagian

3 Sesuia

Seluruhnya

1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

n.a

2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran

3. Kesesuaian dengan pendekatan scientific

4. Kesesuaian dengan karatristik peserta didik

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014)

Dari tabel diatas menunjukkan hasil 75% hal tersebut di dapatkan

dari kesesuaian media pembelajaran dengan materi pembelajaran,

93

pendekatan scientific dan karakteristik peserta didik. Adapun

kesesuaian media pembelajaran dengan komponen-komponen RPP

yang dinilai, dapat dirinci sebagai berikut:

Media pembelajaran yang dituliskan di dalam RPP yang dibuat

oleh informan seperti: gambar, artikel didalam hukum, power poin,

laptop, LCD Proyektor, dan papan tulis. Penilaian kesesuaian pemilihan

media dengan tujuan pembelajaran diberikan skor 0 karena di dalam

RPP tidak dituliskan tujuan pembelajaran. Kesesuaian pemilihan media

dengan materi pembelajaran diberikan skor 3 karena media yang

digunakan berupa gambar-gambar dari internet seperti: gambar hakim,

gambar kitap Undang-undang, gambar palu sidang dan gambar kata-

kata yang menunjukkan kalimat “mencari keadilan”. Selain itu

informan juga menggunakan artikel tentang Sindikat pemalsuan BPKB

dan STNK di Salatiga yang sesuai dengan materi saat itu yakni Hakikat

Hukum.

Kesesuaian media pembelajaran dengan pendekatan scientific

jumlah skor yang diperoleh 3 karena media yang dipilih sesuai dengan

pendekatan scientific dimana dalam RPP jelas dituliskan artikel yang

dipilih oleh informan melalui tahap-tahap pendekatan scientific yakni

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan

menkomunikasikan. Dimana artikel sindikat pemalsuan BPKB dan

STNK di Salatiga adalah tugas yang diberikan guru untuk peserta didik.

94

Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik jumlah skor yang

diperoleh 3 karena media yang digunakan dapat memfasilitasi peserta

didik untuk berfikir logis dan menyimpulkanya sesuatu. Hal tersebut

sesuai dengan teoriya Piaget (Paul, 2001:88) dimana kaharaketritik

anak SMP yang pada tahap ini anak sudah mampu berfikir logis dengan

pemikiran teoritis formal berdasarkan pada proposisi dan hipotesis serta

dapat mengambil kesimpulan dari apa yang diamati.

Dalam wawancara ketika peneliti menanyakan tentang media yang

digunakan dalam mengajar informan menjawab sebagai berikut:

“Dalam menentukan media saya menyesuaikan dengan materi, misalnya materi hukum dengan membuat power point memunculkan gambar-gambar sekitar hukum, artikel yang sudah menjurus ke salah satu penggolongan hukum seperti hukum pidana dan hukum acara pidana” (wawancara 20 November 2015). Dari pendapat diatas dipahami bahwa informan dalam menentukan

media pembelajaran yang akan dipakai, melihat terlehih dahulu dengan

kesesuaian materi yang akan diajarkanya. Jadi dapat disimpulkan

bahwa informan cukup bijak dalam menentukan media yang digunakan

karena berpedoman terhadap materi.

H. Model Pembelajaran Tabel 2.8 Model Pembelajaran

No Komponen RPP

SKOR

1 Tidak sesuai

2 Sesuai

sebagian

3 Sesuia

Seluruhnya

1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

n.a

2. Kesesuaian dengan karakteristik materi

n.a

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014)

95

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh 0%

dikarenakan model pembelajaran tidak dituliskan dalam RPP. Namun

dalam kesempatan (wawancara 20 November 2015) informan

mengungkapkan bahwa pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

inkuiri dimana siswa menemukan sendiri dengan kelompoknya dalam

membangun pengetahuannya dari berbagai sumber.

I. Metode Pembelajaran

Tabel 2.9 Metode Pembelajaran

No Komponen RPP

SKOR

1 Tidak sesuai

2 Sesuai

sebagian

3 Sesuia

Seluruhnya

1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

n.a

2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran

n.a

3. Kesesuaian dengan karatristik peserta didik

n.a

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh 0%

dikarenakan metode pembelajaran tidak dituliskan dalam RPP.

Mengacu pada Permendikbud No 65 Tahun 2013 salah satu komponen

RPP adalah metode pembelajaran dimaksudkan untuk pendidik

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta

didik dan KD yang akan dicapai.

96

J. Skenario Pembelajaran Tabel 2.10

Skenario Pembelajaran

No Komponen RPP

SKOR

1 Tidak sesuai

2 Sesuai

sebagian

3 Sesuai

Seluruhnya

1. Menampilkan kegiatan pendahuluan, inti dan penutup secara jelas

2. Kesesuaian kegiatan dengan pendekatan scientific (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan informasi dan mengkomunikasikan)

3. Kesesuaian dengan metode pembelajaran

n.a

4. Kesesuaian kegiatan dengan sistematika/ keruntutan materi

5. Kesesuaian dengan alokasi waktu kegiatan pendahuluan, kegiatan intidan kegiatan penutup dengan cakupan materi

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014) Dari tabel diatas menunjukkan hasil 80% penulisan komponen

skenario pembelajaran karena hanya empat komponen saja yang

dituliskan di dalam RPP. Adapun kesesuain skenario pembelajaran

dengan komponen-komponen yang dinilai, dapat dirinci sebagai

berikut:

Menampilkan kegiatan pendahuluan, inti dan penutup secara jelas.

Dalam skenario pembelajaran mengenai kegiatan pendahuluan, inti dan

penutup secara jelas dituliskan dalam RPP yang dibuat oleh informan.

Maka jumlah skor yang diperoleh 3 karena sudah dituliskan secara

97

jelas dengan perincian sebagai berikut: (1) kegiatan pendahuluan: a).

peserta didik disiapkan secara fisik dan psikis untuk mengikuti

pembelajaran diawali dengan berdoa, menanyakan kehadiran peserta

didik, kebersihan dan kerapian kelas, kesiapan buku tulis dan sumber

belajar, b). memotivasi peserta didik dengan menyanyikan lagu

“Surabaya”, c). melakukan apersepsi dengan tanya-jawab mengenai

peraturan hukum, d). menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, e). guru membimbing peserta didik

melalui tanya-jawab tentang manfaat pembelajaran, f). menjelaskan

materi ajar dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan peserta

didik, g). guru menjelaskan teknik dan bentuk penilaian pembelajaran

yang akan dilakukan. (2). Kegiatan Inti, mengamati (peserta didik

dibentuk menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok beranggotakan 5

orang, peserta didik diminta untuk mengamati artikel tentang hukum),

menanya (setelah mengamati artikel yang disampaikan oleh guru,

peserta kelompok di bimbing oleh guru menyusun pertanyaan yang

akan dibuat peta konsep, guru mengamati ketrampilan peserta didik

dalam menyusun pertanyaan), mengumpulkan informasi (untuk mencari

informasi dan mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang sudah di

susun, peserta didik diminta untuk membaca uraian materi di buku

PPKn kelas IX bab 3 bagian A, peserta didik secara kelompok juga

mencari informasi melalui buku, bertanya kepada guru, membuka

internet dan sebagainya), mengasosiasikan, (peserta didik

98

mendiskusikan hubungan atas berbagai informasi yang sudah diperoleh

sebelumnya, peserta didik secara kelompok menyimpulkan tentang

hakikat hukum), mengkomunikasikan (peserta didik mempresentasikan

hasil diskusinya di depan kelas secara bergiliran, guru memberikan

konfirmasi terhadap jawaban peserta didik dalam diskusi, memberikan

penghargaan atau pujian kepada peserta didik bila jawaban benar

dengan tepuk tangan), (3). Kegiatan penutup, a). bersama peserta didik

guru menyimpulkan materi pembelajaran materi pembelajaran melalui

ditanya jawab secara klasikal, b). melakukan refleksi atas manfaat

pembelajaran yang dilakukan, c). guru memberikan umpan balik

pembelajaran dan hasil telaah kelompok, d). guru memberikan tugas

agar peserta didik membaca materi pertemuan berikutnya yaitu tentang

arti penting hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara.

Mengenai kesesuian kegiatan dengan pendekatan scientific jumlah

skor yang diperoleh 3 dimana didalam kegiatan inti sudah jelas

dituliskan mengenai kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Kesuasian dengan

metode pembelajaran diberikan skor 0 hal tersebut dikarenakan metode

pembelajaran tidak dituliskan dalam RPP.

Kesesuaian kegiatan dengan sistematika/ keruntutan materi, jumlah

skor yang diperoleh 3 karena informan menyajikan materi dari yang

mudah ke yang sulit mengacu kepada buku paket PPKn Permendikbud

99

tahun 2015. Kesesuaian dengan alokasi waktu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup dengan cakupan materi jumlah skor

yang diperoleh 3 karena di dalam RPP dituliskan secara jelas dengan

pembagian waktu yang sesuai yakni: kegiatan pendahuluan 10 menit,

kegiatan ini 90 menit dan kegiatan penutup 20 menit. Dimana

pembagian waktu tersebut dirasa tepat dengan cakupan materi yang

akan diajarkan.

K. Rancangan Penilaian Pembelajaran Tabel 2.11 Rancangan Penilaian Pembelajaran

No Komponen RPP

SKOR

1 Tidak sesuai

2 Sesuai

sebagian

3 Sesuia

Seluruhnya

1. Kesesuaian bentuk, teknik dan instrumen dengan indikator pencapaian kompetensi

2. Kesesuaian antara bentuk, teknik, dan instrumen penilaian sikap

3. Kesesuaian antara bentuk, teknik, dan instrumen penilaian pengetahuan

4. Kesesuaian antara bentuk, teknik dan instrumen penilaian ketrampilan

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014) Dari tabel diatas menunjukkan hasil 100% karena rancangan

penilaian pembejaran sudah sesuai seluruhnya dengan komponen-

komponen yang dinilai. Adapun kesesuaian rancangan penilaian

pembelajaran dengan komponen yang dinilai, dapat dirinci sebagai

berikut:

100

Kesesuaian bentuk, teknik dan instrumen dengan indikator

pencapaian kompetensi jumlah skor yang diperoleh 3 karena dalam

penilaian yang dirancang informan didalam RPP sudah dilengkapi

dengan penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Dimana dalam

Indikator pencapaian terlihat aspek sikap, pengetahuan dan ketrampilan

yang diperinci secara jelas di dalam RPP.

Kesesuaian antara bentuk, teknik, dan instrumen penilaian sikap

jumlah skor yang diperoleh 3 karena di dalam RPP yang dibuat oleh

informan mengenai penilaian sikap sudah dilengkapi dengan pedoman

pengamatan sikap dan pedoman penskoran. Adapun sikap yang diamati

adalah: iman dan taqwa, rasa syukur, jujur, disiplin dan tanggung

jawab.

Kesesuaian antara bentuk, teknik, dan instrumen penilaian

pengetahuan jumlah skor yang diperoleh 3 karena di dalam RPP sudah

dituliskan dengan jelas rancangan informan dalam menilai aspek

pengetahuan. Kesesuaian antara bentuk, teknik dan instrumen penilaian

ketrampilan peneliti memberikan skor 3 karena di dalam RPP yang

dibuat oleh informan mengenai penilaian ketrampilan sudah dilengkapi

dengan instrumen dan pedoman penskoran. Kemampuan yang dinilai

dalam penilaian ketrampilan antara lain: kemampuan bertanya,

kemampuan menjawab/ argumentasi, serta memberi masukan/ saran.

Selain penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan informan

juga menuliskan penilaian remedial dan pengayaan, kegiatan remidial

101

diberikan kepada peserta didik yang belum menguasai materi pelajaran

dan belum mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Kegiatan

remidial dilakukan dengan peserta didik secara terencana mempelajari

buku PPKn kelas IX pada bagian tertentu yang belum dikuasainya.

Guru menyediakan soal-soal latihan atau pertanyaan yang merujuk

kepada pemahaman kembali tentang isi buku teks PPKn kelas IX bab 3.

Peserta didik diminta komitmenya untuk belajar secara disiplin dalam

rangka memahami materi pelajaran yang belum dikuasainya. Guru

kemudian mengadakan uji kompetensi kembali pada materi yang belum

dikuasai peserta didik yang bersangkutan. Pengayaan, dilakukan dengan

memberikan kepada peserta didik bahan bacaan yang relevan dengan

materi tentang hakikat hukum.

Dari penjabaran diatas ditemukan beberapa komponen di dalam

RPP yang tidak dituliskan oleh informan yakni: tujuan pembelajaran,

model pembelajaran dan metode pembelajaran. Maka hasil penilaian

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui instrumen dengan

perincian kriteria penilaian sebagai berikut: (skor=1), (skor=2),

(skor=3) atau tidak lengkap/tidak sesuai (1), kurang lengkap/sesuai

sebagian (2), sudah lengkap/sesuai seluruhnya (3). Peringkat nilai Amat

Baik ( AB) 90 < A ≤ 100, Baik (B) 80 < B ≤ 90, Cukup (C) 70 < C ≤ 80

dan Kurang (K) ≤70. Adapun hasil penskroran RPP yang dibuat oleh

informan mendapatkan jumlah 72. maka penghitungan sesuai rumus:

Nilai= jumlah skor (72) x100% = 72,7% 99

102

Jadi RPP yang di buat oleh informan dapat dikatakan Cukup (C)

karena hasil yang diperoleh 72,7%. Dimana nilai tersebut termasuk

dalam kriteria Cukup (C) 70 < C ≤ 80. Mengenai penilian RPP dengan

instrumen dapat dijelaskan melalui tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 2.12 Rekapitulasi Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

NO Komponen Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Skor

1 Identitas Mata Pelajaran 3 2 Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar 6 3 Perumusan Indikator 12 4 Perumusan Tujuan Pembelajaran 0 5 Pemilihan Materi Ajar 9 6 Pemilihan Sumber Belajar 9 7 Pemilihan Media Belajar 9 8 Model Pembelajaran 0 9 Metode Pembelajaran 0 10 Skenario Pembelajaran 12 11 Rancangan Penilaian Pembelajaran 12

Jumlah 72 (Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014)

103

Hasil penilaian RPP yang dibuat oleh informan juga dapat dilihat

melalui diagram 2.1 sebagai berikut:

Diagram 2.1 Hasil Rekapitulasi Penilan RPP

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun 2014)

Dari diagram diatas menunjukkan bahwa terdapat tiga komponen

yang 100% dituliskan dalam RPP yakni: Identitas mata pelajaran,

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, dan perumusan indikator.

Sedangkan komponen RPP yang tidak dituliskan secara lengkap adalah

materi ajar, sumber belajar, media pembelajaran, dan rancangan

penilaian pembelajaran dengan prosentase 75%. Untuk skenario

pembelajaran 80% sudah dirancang dalam RPP dengan baik oleh

informan. Diagram diatas juga menunjukkan bahwa terdapat tiga

komponen yang tidak dituliskan dalam RPP yang informan buat, yakni:

tujuan pembelajaran, model pembelajaran dan metode pembelajaran

maka prosentase yang diperoleh 0%.

100 100 100

0

75 75 75

0 0

80 75

Diagram

104

4.2.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran

Untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran,

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi,

wawancara dan dokumentasi. Observasi dilakukan di kelas 9C pada

tanggal 5 November 2015 dan kelas 9A pada tanggal 7 November

2015, peneliti meminta RPP sebagai acuan untuk observasi. Selain itu

peneliti menyiapkan instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran

untuk menilai sudah sesuaikah pelaksanaan pembelajaran dengan

karakteristik kurikulum 2013. Di dalam intrumen penilaian terdapat

beberapa aspek yang harus diamati saat pelaksanaan pembelajaran

berlangsung. Adapun aspek-aspek tersebut sebagai berikut:

A. Kegiatan Pendahuluan

a. Apersepsi dan Motivasi Tabel 3.1

Apersepsi dan Motivasi No Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik

dengan menyapa dan memberi salam

2 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya

3 Mengajukan pertanyaan menantang untuk memotivasi

4 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran

5 Mendemontrasikan sesuatu yang terkait dengan materi pembelajaran

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun

2014)

Dari tabel diatas menunjukkan 40% saja yang informan lakukan

dalam kegiatan apersepsi dan motivasi, yakni: menyiapkan fisik dan

psikis dengan menyapa dan memberi salam, mengajukan pertanyaan

105

yang menantang untuk memotivasi. Sedangkan yang tidak dilakukan

sebanyak 60% mencakup kegitan mengaitkan materi pembelajaran

sekarang dengan pengalaman peserta didik atau pembelajaran

sebelumnya, menyampaikan manfaat materi pembelajaran, dan

mendemontrasikan sesuatu yang terkait dengan materi pembelajaran.

Adapun kegiatan apersepsi yang dilakukan oleh informan dapat dirinci

sebagai berikut:

Dari hasil observasi diperoleh data yang sama ketika peneliti

melakukan observasi di kelas 9A maupun 9C. Kegiatan apersepsi yang

dilakukan oleh informan dalam proses pelaksanaan pembelajaran

adalah sebagai berikut: proses pembelajaran diawali dengan kegiatan

memberikan salam dan doa, setelahnya informan menanyakan

kehadiran peserta didik, informan menanyakan pekerjaan rumah “PR”

kepada peserta didik. Kemudian Informan mengajak semua peserta

didik untuk menyanyikan lagu “Surabaya” dimana saat itu mendekati

hari peringatan pahlawan. Dengan antusias peserta didik menyanyikan

lagu “Surabaya” sebanyak dua kali. Informan menjelaskan maksud dari

menyanyikan lagu “Surabaya”, adapun maksudnya adalah untuk

mengenang jasa pahlawan-pahlawan yang sudah mendahului dan

berjasa untuk kehidupan sekarang ini.

Setelahya informan menampilkan gambar dalam power point yang

dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar bersemangat dalam

belajar. Gambar tersebut berupa kata-kata motivasi “semangat belajar

106

demi masa depan yang baik” dan “apapun saya bisa jika saya mau”

dari kedua kata-kata tersebut dapat disimpulkan bahwa informan

memberikan motivasi secara tidak langsung agar peserta didik

bersungguh-sungguh dalam belajar. Selain itu informan juga

menampilkan gambar-gambar dari internet berupa gambar palu sidang,

kitap Undang-undang dan opini yang tertuang dalam kata-kata yakni

“mencari keadilan” kemudian gambar tersebut didiskusikan bersama

peserta didik melalui proses tanya jawab. Hal tersebut dilakukan

informan untuk mengantar peserta didik menuju materi yang akan

dipelajari yakni hakikat hukum.

Dalam wawancara saat peneliti menanyakan tentang apersepsi apa

yang biasanya informan gunakan dalam pembelajaran, berikut

jawabanya:

“Hal-hal yang biasa saya lakukan dalam apersepsi adalah

menampilkan gambar-gambar atau kasus-kasus yang

bersangkutan dengan materi serta menghubungkan materi yang

lalu dengan materi yang akan dipelajari. Apersepsi pasti saya

lakukan saat pembelajaran berlangsung” (wawancara 20

November 2015).

Jika dilihat dalam RPP kegiatan pendahuluan yang dituliskan

informan sebagai berikut: a). peserta didik disiapkan secara fisik dan

psikis untuk mengikuti pembelajaran diawali dengan berdoa,

menanyakan kehadiran peserta didik, kebersihan dan kerapian kelas,

kesiapan buku tulis dan sumber belajar, b). memotivasi peserta didik

dengan menyanyikan lagu “Surabaya”, c). melakukan apersepsi dengan

tanya-jawab mengenai peraturan hukum, d). menyampaikan kompetensi

107

dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, e). guru membimbing

peserta didik melalui tanya-jawab tentang manfaat pembelajaran, f).

menjelaskan materi ajar dan kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan peserta didik, g). guru menjelaskan teknik dan bentuk

penilaian pembelajaran yang akan dilakukan.

Dari penjabaran diatas terdapat bebarapa hal yang tertulis di RPP

namun tidak dilaksanakan, seperti: guru menjelaskan teknik dan bentuk

penilaian pembelajaran yang akan dilakukan. Sedangkan dalam

wawancara informan mengungkapkan salah satu apersepsi yang

dilakukan biasanya adalah menghubungkan materi yang lalu dengan

sekarang namun pada pelaksanaanya tidak dilaksanakan. Maka dapat

disimpulkan guru belum sepenuhnya melakukan kegiatan apersepsi.

b. Penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan

Tabel 3.2 Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

No Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Menyampaikan kemampuan yang akan

dicapai peserta didik

2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya: individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun

2014)

Dari tabel diatas menunjukkan 100% kegiatan penyampaian

kompetensi dan rencana kegiatan dilaksanakan oleh informan. Kegiatan

tersebut dapat dirinci sebagi berikut:

Dari hasil observasi kelas 9A dan 9C informan menyampaikan

kemampuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran, dengan cara

108

menampilkan satu persatu KD dan indokator dalam power point,

kemudian peserta didik secara bergantian membacakanya. Didalam

RPP yang dibuat juga dituliskan secara jelas mengenai penyampaikan

kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai, guru membimbing

peserta didik melalui kegiatan tanya jawab tentang manfaat

pembelajaran, menjelaskan materi ajar dan kegiatan yang akan

dilakukan peserta didik.

“Penyampaian Indikator sangat diperlukan dan pasti saya lakukan

dalam pembelajaran. Karena dengan adanya penyampaian indikator

proses belajar mengajar akan lebih terarah.” (Wawancara 20

November 2015).

Ungkap informan saat peneliti menanyakan, apakah informan

melakukan penyampaian kemampuan yang ingin dicapai kepada peserta

didik dalam proses belajar mengajar. Dari penjelasan informan dapat

disimpulkan bahwa penyampaian indikator sangat diperlukan dalam

proses belajar mengajar agar pembelajaran lebih terarah.

Menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran, aspek tersebut

terlihat saat guru menjelaskan sistematika pelaksanaan tugas kelompok.

Dimana peserta didik dihimbau bersama kelompoknya mengenai tugas

apa yang akan diberikan dan bagian-bagian apa saja yang masing-

masing kelompok dapatkan. Contoh: Kelompok 1 membahas sub

pertama.

109

B. Kegiatan Inti

a. Penguasaan materi pembelajaran Tabel 3.3

Penguasaan Materi Pembelajaran No Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan

tujuan pembelajaran

2 Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan iptek, dan kehisupan nyata

3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat

4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkret ke abstrak)

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun

2014)

Dari tabel diatas menunjukkan 100% penguasaan materi

pembelajaran dengan beberapa aspek yang diamati dilaksanakan oleh

informan. Adapun aspek-aspek yang diamati dapat dirinci sebagai

berikut:

Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran

(kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut). Dari

hasil observasi di kelas 9A maupun 9C informan sudah mampu

menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran. Dimana kompetensi

sikap, pengetahuan, dan ketrampilan sudah diramu dengan baik dalam

RPP dan dilaksanakan dengan baik pula di dalam proses

pembelajaranya.

Materi yang informan gunakan mengacu kepada Buku Paket PPKn

dari Permendikbud 2015 dan sumber-sumber internet yang relevan

berupa gambar dan artikel. Dimana dalam pembahasannya peserta didik

110

terlibat secara langsung sehingga kompetensi sikap, pengetahuan dan

ketrampilan terlihat saat proses belajar mengajar berlangsung.

Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang

relevan, perkembangan iptek, dan kehidupan nyata. Hal tersebut

nampak saat guru dengan peserta didik membahas artikel tentang kasus

sindikat pemalsuan BPKB dan STNK yang dibongkar Polres Salatiga.

Dimana kejadian nyata itu sengaja dipilih oleh guru untuk ditampilkan

dan didiskusikan bersama peserta didik.

Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat. Apa

yang disampaikan oleh guru sudah sesuai dengan RPP yang ditulis, dan

dalam pengembangnya guru dapat memberikan sanggahan terhadap

pertanyaan atau presentasi peserta didik dengan tepat.

Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkret

ke abstrak). Hal tersebut terlihat saat informan membantu peserta didik

dalam kegiatan apersepsi ditayangkan gambar-gambar sekitar hukum

dan dibahas dengan sitematika tanya jawab, sehingga peserta didik

mengetahui banyak informasi yang berkaitan dengan materi ajar untuk

memudahkan pembahasan materi selanjutnya.

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa guru sudah

menguasai materi karena aspek-aspek yang diamati dalam penilaian

melalui instrumen sudah dilakukan oleh guru dengan baik.

111

b. Penerapan strategi pembelajaran yang mendidik Tabel 3.4

Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik NO Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

kompetensi yang akan dicapai

2 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 3 Menguasai kelas 4 Melaksanakan pembelajaran yang

menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik dalam mengajukan pertanyaan

5 Melaksanakan pembelajaran yang menumbuh partisipasi aktif peserta didik dalam mengemukakan pendapat

6 Melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan ketrampilan peserta didik sesuai dengan materi ajar

7 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat konteksual

8 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan dan sikap positif

9 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun

2014)

Dari tabel diatas menunjukkan hanya 55,5% saja yang

dilaksanakan oleh informan dalam kegiatan penerapan pembelajaran

yang mendidik. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan tersebut

dapat dirinci sebagai berikut:

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan

dicapai. Diketahui bersama bahwa kurikulum 2013 memeliki empat

kompetensi yang harus dicapai yakni K1 sikap keagamaan, K2 sikap

sosial, K3 pengetahuan dan K4 penerapan pengetahuan. Jika dilihat dari

RPP yang dituliskan oleh informan secara terperinci sudah tertuliskan

empat kompetensi yang ada dalam kurikulum 2013, dimana hal tersebut

112

tertuang dalam indikator yang diturunkan dari kompetensi dasar. Dalam

pelaksanaanya sudah sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

terlihat tugas yang diberikan oleh guru mampu meramu empat

kompetensi diatas dengan baik. Dimana dalam mengerjakan tugas

kelompok tersebut tidak hanya membutuhkan pengetahuan saja namun

juga membutuhkan aspek sikap dan ketrampilan untuk dapat

menghasilkan tugas yang maksimal.

Melaksanakan pembelajaran secara runtut. Dalam RPP yang dibuat

oleh informan mengenai tahapan langkah-langkah pelaksanaan sudah

dituliskan dengan rinci beserta alokasi waktu yang tepat. Jika melihat

dari hasil observasi 9A dan 9C pembelajaran terlaksana secara runtut

dimana pembelajaran diwali dengan kegiatan pendahuluan, kegiatan

inti dan penutup. Semuanya dilaksanakan secara runtut sesuai dengan

apa yang dituliskan dalam RPP. Namun ditemukan pada pelaksanaanya

kegiatan penutup tidak sepenuhnya dilakukan oleh guru dengan baik

dikarenakan alokasi waktu yang kurang.

Menguasai kelas, dari hasil observasi mengenai penguasaan kelas

pada awalnya dapat berjalan secara kondusif namun terlihat saat tugas

kelompok berlangsung kelas menjadi ramai. Hal tersebut dikarenakan

beberapa peserta didik yang asik sendiri mengobrol dan bermain. Guru

terlihat sibug dengan penilaianya. Sebenarnya terdapat upaya yang

dilakukan guru dalam menguasai kelas seperti guru mengelilingi satu

persatu kelompok, namun upaya tersebut tidak memberikan dampak

113

yang berarti untuk peserta didik yang asik dan ramai sendiri. Upaya

penguasaan kelas juga terlihat ketika akan presentasi guru

menayangkan gambar dari internet bertujuan untuk mengembalikan

konsentrasi peserta didik. Dari penjabaran tersebut sebenarnya guru

terlihat berusaha mengupayakan diri untuk menguasai kelas, namun

upaya tersebut tidak dapat berdampak berarti saat tugas kelompok

berlangsung.

Melaksanakan pembelajaran yang menumbuhkan partisipasi aktif

peserta didik dalam mengajukan pertanyaan. Hal tersebut terlihat dalam

presentasi banyak peserta didik yang antusias dalam bertanya. Selain itu

guru memfasilitasi gambar dan artikel dari internet yang membuat

peserta didik ingin menannyakan banyak hal. Dari penjelasan tersebut

dapat dikatakan guru dapat menumbuhkan partisipasi peserta didik

dalam bertanya melalui pelaksanaan pembelajaran yang dirancangnya

serta media-media yang digunakan oleh guru.

Melaksanakan pembelajaran yang menumbuhkan partisipasi aktif

peserta didik dalam mengemukakan pendapat. Hal tersebut juga

nampak terlihat dalam presentasi, selain bertanya peserta didik mampu

mengeluarkan pendapatnya terhadap topik yang dibahas. Melaksanakan

pembelajaran yang mengembangkan ketrampilan peserta didik sesuai

dengan materi ajar. Hal tersebut belum nampak dalam pelaksanan

pembelajaran.

114

Melaksanakan pembelajaran yang bersifat konteksual. Hal tersebut

terlihat saat guru memberikan artikel tentang kasus sindikat pemalsuan

BPKB dan STNK yang dibongkar Polres Salatiga. Dimana kejadian

nyata itu sengaja dipilih oleh guru untuk ditampilkan dan didiskusikan

peserta didik. Dari hal tersebut guru mampu melaksanakan

pembelajaran yang bersifat kontekstual dimana dalam proses

pembelajarannya dapat mengaitkan dengan situasi nyata. Selain itu

pembelajaran kontekstual merupakan salah satu tujuan dari SMP Negeri

5 Salatiga. Sehingga dalam pelaksanaanya memang guru dituntut untuk

melaksanakan pembelajaran kontekstual.

Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya

kebiasaan dan sikap positif. Hal tersebut belum nampak terlihat saat

proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Dalam

hasil observasi kelas 9A dan 9C memiliki masalah yang sama dengan

alokasi waktu. Pada pelaksanaanya apa yang dirancanakan didalam

RPP tidak sesuai dengan pelaksanaanya. Adapun faktor yang membuat

pembelajaran tidak sesuai dengan RPP adalah tugas kelompok yang

dilakukan peserta didik menyita waktu yang lama. Sehingga kegiatan

penutup yang dirancang oleh guru dalam RPP tidak terlaksana dengan

baik.

115

c. Penerapan pendekatan scientific Tabel 3.5

Penerapan Pendekatan Scientific

No Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Memfasilitasi dan menyajikan kegiatan bagi

peserta didik untuk mengamati

2 Memancing peserta didik untuk bertanya, mengapa dan bagaimana

3 Memfasilitasi dan menyajikan kegiatan bagi peserta didik untuk mengumpulkan informasi

4 Memfasilitasi dan menyajikan kegiatan bagi peserta didik untuk mengasosiasikan data dan informasiyang dikumpulkan

5 Memfasilitasi dn menyajikan kegiatan bagi peserta didik untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun

2014)

Dari tabel diatas menunjukkan kegiatan penerapan pendekatan

scientific sudah 100% dilakukan oleh informan dalam pelaksanaan

pembejaranya. Adapun kegiatan tersebut dapat diperinci sebagai

berikut:

Ketika inforrman ditanya oleh peneliti tentang pemahamannya

mengenai pendekatan Scientfic, informan menjawab:

“Pendekatan scientific adalah pendekatan yang mana anak diajak

untuk berfikir secara ilmiah, menemukan sendiri pengetahuannya,

serta membangun sendiri pengetahuannya. Dalam pendekatan

scientific terdapat proses 5M dalam pelaksanaan pembelajaranya,

yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan scientific

tersebut membuat peserta didik sangat aktif, karena masing-masing

aspek tujuan pembelajaran dinilai sehingga peserta didik berusaha

berbuat yang terbaik. Jikalau ada pesera didik yang tidak aktif satu

atau dua anak hal tersebut dikarenakan latar belakang dirumah”

(wawancara 20 November 2015).

116

Dari pendapat diatas dapat dikatakan informan cukup paham

dengan pembelajaran scientific dimana pembelajaran tersebut menuntut

anak berfikir secara ilmiah membangun sendiri pengetahuanya melalui

5 tahap pembelajaran yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.

Jika melihat RPP yang dibuat oleh informan sudah sesuai dengan

pembelajaran scientific, dimana dalam kegiatan tersebut terdapat proses

5 M yang dapat dirinci sebagai berikut: (1). mengamati peserta didik

diminta untuk mengamati artikel yang sudah disiapkan oleh informan.

(2). menanya peserta didik disuruh untuk membuat pertanyaan

mengenai seputar artikel tersebut. (3). mengumpulkan informasi tertulis

peserta didik mendiskusikan jawaban pertanyaan yang dibuat dengan

melihat buku paket, bertanya kepada guru, dan membuka internet. (4).

Mengasosiasi, peserta didik diminta untuk mendiskusikan informasi

dan menyimpulkanya. (4). dan mengkomunikasikan, peserta didik

diminta untuk mempresentasikan tugas kelompoknya.

Dari hasil obeservasi yang dilakukan di kelas 9A dan 9C

memperoleh hasil yang sama. Dimana pembelajaran scientific nampak

ketika peserta didik disuruh oleh guru untuk mengamati artikel,

membuat pertanyaan mengenai artikel, kemudian peserta didik bersama

kelompoknya mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang dibuat

dengan melihat buku paket PPKn, kemudian peserta didik

117

mempresentasikan hasil tugas kelompok mereka secara bergantian di

depan kelas.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pelaksanaan

pembelajaran yang berlangsung sudah terlihat penerapan pendekatan

scientific. Dimana dalam penerapanya terdapat proses 5 M yakni:

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan

mengkomunikasikan.

d. Pemanfaatan sumber belajar/ media dalam pembelajaran Tabel 3.6

Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media dalam Pembelajaran No Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Menunjukkan ketrampilan dalam penggunaan

sumber belajar dan bervariasi

2 Menunjukkan ketrampilan dan penggunaan media pembelajaran

3 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran

4 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media belajar pembelajaran

5 Menghasilkan pesan yang menarik (Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun

2014)

Dari tabel diatas menunjukkan hanya 80% kegiatan yang

dilakukan oleh informan dalam aspek pemanfaatan sumber belajar/

media dalam pembelaran. Adapun kegiatan yang dilakukan dapat

dirinci sebagai berikut:

Menunjukkan ketrampilan dalam penggunaan sumber belajar dan

bervariasi. Penggunaan sumber belajar yang digunakan oleh informan

dapat dikatakan bervariasi karena selain berpedoman dengan buku

Paket dari Permendikbud tahun 2015, informan mampu memanfaatkan

internet dengan mencari sumber belajar yang relevan seperti gambar-

118

gambar mengenai hukum dan artikel kasus hukum yang terjadi nyata di

Salatiga.

Menunjukkan ketrampilan dan penggunaan media pembelajaran.

Ketrampilan penggunaan media oleh informan dapat dikatakan cukup

baik karena informan mampu mengoperasikan LCD, laptop dengan

tidak canggung. Mampu membuat power point yang menarik sehingga

peserta didik tertarik untuk menyimak apa yang disampaikan oleh

informan dalam mengajar. Selain itu media seperti papan tulis tetap

digunakan informan dalam mengajar dengan seperlunya. Jika

mencermati dalam RPP media yang digunakan dituliskan oleh informan

seperti gambar, artikel tentang hukum, power point, laptop, LCD

proyektor dan papan tulis.

Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar

pembelajaran belum sepenuhnya dikatakan baik. Namun, sudah

dilakukan hal tersebut nampak ketika informan menyuruh peserta didik

mencari jawaban atas pertanyaanya dalam buku paket PPKn

permendikbud 2015 secara mandiri.

Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media belajar

pembelajaran, hal tersebut nampak saat peserta didik diajak untuk

mendiskuskikan gambar dan artikel yang sudah disediakan dalam

power point oleh guru.

Menghasilkan pesan yang menarik dari pembelajaran yang

berlangsung di kelas 9A mapun 9C belum nampak terlihat pesan

119

menarik apa yang dapat diambil selama proses pembelajaran

berlangsung.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan

sumber belajar/ media dalam pembelajaran sudah cukup baik. Karena

hampir semua aspek yang diamati oleh peneliti sudah dilakukan

informan dengan baik. Hanya saja pembelajaran yang berlangsung

belum mampu menghasilkan pembelajaran yang menarik.

e. Pelaksanaan penilaian otentik Tabel 3.7

Pelaksanaan Penilaian Otentik No Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Melaksanakan penilaian sikap 2 Melaksanakan penilaian pengetahuan 3 Melaksanakan penilaian ketrampilan 4 Kesesuaian teknik dan intrumen dengan

indikator pencapaian kompetensi

5 Kesesuaian antara bentuk, teknik, dan instrumen penilaian otentik

6 Ketersediaan pedoman pesekoran (Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun

2014)

Dari tabel diatas menunjukkan 100% kegiatan penilaian otentik

dilaksanakan oleh informan dengan baik. Adapun kegiatan tersebut

dapat dirinci sebagai berikut:

Penilaian sikap, penilaian sikap sudah dilaksanakan oleh guru.

Adapun aspek yang dinilai adalah: iman dan taqwa, rasa syukur, jujur,

disiplin dan tanggung jawab. Penilaian sikap juga dilengkapi dengan

format serta pedoman penskroran yang jelas dengan kriteria sebagai

berikut: sangat baik (skor 3,51-4,00), baik (skor 2,51-3,50), cukup (skor

1,51-1,20), kurang (skor kurang dari 1,50).

120

Penilaian pengetahuan di dalam RPP dilakukan dalam bentuk

penugasan, peserta didik diminta untuk mengerjakan tugas mandiri 3.2

dalam buku paket PPKn dari Permendibud tahun 2015. Mengenai

penilaian ketrampilan yang dinilai adalah kemampuan bertanya,

kemampuan menjawab/argumentasi dan memberi masukan/saran.

Dengan format dan pedoman penskroran yang jelas, misalnya: skor 4

selalu bertanya, skor 3 sering bertanya, skor 2 kadang-kadang bertanya

dan skor 1tidak pernah bertanya.

Kesesuai dengan pencapaian kompetensi, penilaian yang dibuat

oleh informan dirasakan sudah sesuai karena tujuan kompetensi dapat

tercapai melalui tiga aspek yang dapat tersentuh dengan baik yakni:

sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Kesesuaian antara bentuk, teknik,

dan instrumen penilaian otentik sudah sesuai karena bukan hanya aspek

pengetahuan saja yang dinilai namun aspek sikap dan ketrampilan juga

dinilai dengan memperhatikan instrumen yang tepat. Ketersediaan

pedoman pesekoran. Dalam penilaian yang dibuat oleh informan sudah

terdapat instrumen, format dan pedoman penskoran yang jelas.

Sehingga dapat dikatakan guru sudah mampu melaksanakan

penilaian otentik dengan baik. Karena aspek yang diamati dalam

instrumen sudah terlihat jelas dalam RPP maupun pelaksanaanya.

121

f. Pelibatan peserta didik dalam pembelajaran Tabel 3.8

Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran NO Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik

melalui interkasi guru, peserta didik, sumber belajar

2 Merespon positif partisipasi peserta didik 3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon

peserta didik

4 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif

5 Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam belajar

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun

2014)

Dari tabel diatas menunjukkan 100% kegiatan guru dalam

melibatkan peserta didik dalam pembelajaran dilakukan dengan baik.

Adapun kegiatan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi

guru, peserta didik, sumber belajar. Hal tersebut terlihat saat informan

menyuruh peserta didik untuk membacakan indikator secara bergantian,

berdiskusi bersama mengenai gambar motivasi, tanya jawab tentang

gambar yang menjurus pada materi hukum, pembahasan artikel yang

melibatkan peserta didik. Dari hal-hal yang dilakukan diatas dapat

dikatakan bahwa guru sudah berusaha menumbuhkan partisipasi aktif

peserta didik dalam proses pembelajaran.

Merespon positif partisipasi peserta didik, terlihat saat informan

mengajak peserta didik lain untuk bertepuk tangan menghargai

kelompok yang presentasi. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon

peserta didik. Hal tersebut terlihat saat informan meluruskan

122

pertanyaan, sanggahan, tanggapan peserta didik saat tanya-jawab tanpa

menyalahkan. Meluruskan kesalah pahaman peserta didik santun,

sehingga membuat peserta didik tidak merasa takut dikemudian hari

dalam memberikan tanggapan, pendapat, sanggahan dan lain-lain.

Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif. Hal tersebut

terlihat saat peserta didik merasa kesulitan dengan tugas yang

diberikan, namun guru menjelaskan dengan sabar dan mau menjawab

satu persatu pertanyaan peserta didik yang kesulitan saat mengerjakan

tugas.

Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam

belajar. Terlihat saat guru mengajak peserta didik menyanyikan lagu

Surabaya. Mengajak peserta didik berkonsentrasi sebelum presentasi

dengan menebak tebakan warna yang dibuat menarik. Dari kedua hal

tersebut peserta didik terlihat ceria dan antusias dalam proses belajar

mengajar.

g. Penggunaan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran Tabel 3.9

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran NO Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan

lancar

2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar (Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun

2014)

Dari tabel 3.9 menujukkan 100% guru mampu menggunakan

bahasa lisan secara jelas dan lancar, serta menggunakan bahasa tulis

yang baik dan benar. Hal tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

123

Selama peneliti melakukan obervasi tidak ditemukan penggunaan

bahasa yang salah dalam proses pembelajaranya. Hal tersebut juga

nampak dalam wawancara informan selalu menggunakan bahasa yang

benar, jelas dan lancar. Mengenai penggunaan bahasa tulis yang baik

dan benar, hal tersebut nampak saat guru menulis dipapan tulis, tulisan

dapat terbaca dengan baik, tidak ada satupun dari peserta didik kelas 9A

dan 9C yang mengeluh dengan tulisan yang informan tulis. Di dalam

RPP juga tidak ditemukan kesalahan redaksional yang berarti. Sehingga

dari penjelasan diatas dapat dikatakan guru sudah mampu

menggunakan bahasa dan penulisan yang baik dan benar.

C. Kegiatan penutup

a. Penutup pembelajaran Tabel 3.10

Penutup Pembelajaran NO Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Memfasilitasi dan membimbing peserta didik

untuk merangkum materi pembelajaran

2 Memfasilitasi dan membimbing peserta didik ntuk merefleksi proses dan materi pembelajaran

3 Memberikan tes lisan atau tulisan 4 Mengumpulkan hasil kerja sebagai banhan

portofolio

5 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun

2014)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 0% kegiatan penutup yang

dilakukan oleh informan. Kegiatan penutup tidak terlaksana

dikarenakan alokasi waktu yang kurang.

124

Jika melihat dalam RPP yang dibuat kegiatan penutup tertuliskan

sebagai berikut: a). bersama peserta didik guru menyimpulkan materi

pembelajaran materi pembelajaran melalui ditanya jawab secara

klasikal, b). melakukan refleksi atas manfaat pembelajaran yang

dilakukan, c). guru memberikan umpan balik pembelajaran dan hasil

telaah kelompok, d). guru memberikan tugas agar peserta didik

membaca materi pertemuan berikutnya yaitu tentang arti penting

hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dalam hasil observasi yang dilakukan dalam kelas 9C dan 9A pada

tanggal 5 dan 7 November sama, karena keterbatasan alokasi waktu

yang kurang guru menghimbau peserta didik untuk menyelesaikan

kembali tugas kelompoknya dirumah, kemudian pertemuan yang akan

datang dikumpulkan. Setelah pembelajaran selesai guru mengajak

peserta didik untuk berdoa. Jadi dapat disimpulkan apa yang di nilai

pada komponen penutup semua tidak dilakukan oleh informan seperti

halnya yang dituliskan di dalam RPP. Hal tersebut dikarenakan alokasi

waktu yang kurang dan terbatas.

Upaya guru untuk mengatasi masalah diatas adalah memberikan

kesempatan kepada peserta didik menyelesaikan tugas kelompok

dirumah, menyediakan satu buku untuk menampung pertanyaan peserta

didik yang tidak sempat ditanyakan serta membuat jurnal harian untuk

membantu guru dalam mengavaluasi pembelajaran.

125

Hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran melalui instrumen

dengan perincian kriteria penilaian sebagai berikut: YA dan TIDAK.

Peringkat nilai Amat Baik ( AB) 90 < A ≤ 100, Baik (B) 80 < B ≤ 90,

Cukup (C) 70 < C ≤ 80 dan Kurang (K) ≤70. Adapun hasil penskroran

pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh informan mendapatkan

jumlah skor ya sebanyak 35. maka penghitungan sesuai rumus:

Nilai= 35 x 100% = 72,9%

48

Jadi pelaksanaan pembelajaran yang di lakukan oleh informan

dapat dikatakan Cukup (C) karena memperoleh nilai 72, 9%. Dimana

nilai tersebut termasuk dalam kriteria Cukup (C) 70 < C ≤ 80.

Mengenai penilian pelaksanaan pembelajaran dengan instrumen dapat

dijelaskan melalui tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 3.11

Rekapitulasi Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran

No Aspek yang diamati Skor Jumlah 1 Kegiatan Pendahuluan 4 4 2 Kegiatan Inti 31 31 3 Kegiatan Penutup 0 0

Jumlah Keseluruhan 35 (Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun

2014)

126

Hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran juga dapat dilihat

melalui diagram 3.1 sebagai berikut:

Diagram 3.1 Rekapitulasi Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran

(Sumber: Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013

tahun 2014)

Dari digaram diatas menunjukkan bahwa kegiatan pendahuluan

hanya 70% saja yang dilaksanakan oleh guru, kegitan inti memperoleh

hasil 90,79% sedangkan untuk kegitan penutup 0% yang dilaksanakan

oleh guru. Hal tersebut dikarenakan alokasi waktu kurang sehingga

kegiatan penutup yang dirancang dalam RPP tidak terlaksana.

4.2.1.3 Penilaian Pembelajaran

Untuk memperoleh data mengenai penilaian pembelajaran peneliti

melakukan wawancara dengan informan dan peserta didik. Wawancara

dilakukan pada tanggal 20 November 2015 dengan informan dan

peserta didik pada tanggal 5 dan 7 November 2015. Dalam wawancara

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Column1

Kegiatan Pendahuluan 70%

Kegiatan Inti 90,79%

Kegiatan Penutup 0%

127

peneliti menyiapkan pedoman wawancara, adapun hasil wawancara

dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Pengetahuan guru mengenai penilaian otentik

Dalam hasil wawancara saat peneliti menanyakan

pengetahuan informan mengenai penilaian otentik. Informan

mengungkapkan pemahamanya sebagai berikut:

“Penilaian otentik adalah penilaian yang benar-benar

dilaksanakan pada semua aspek secara lengkap dan nyata.

Penilaian yang tidak berasal dari hasil ulangan saja. Penilaian

otentik adalah penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran

dari awal hingga akhir pembelajaran. Penilaian yang di lakukan

di dalam maupun di luar kelas, di dalam dan di luar sekolah.

Penilaian otentik adalah penilaian yang sangat kompleks. Tidak

hanya guru yang menilai, namun dirinya sendiri, teman,

laporan dari bapak ibu guru juga mempengaruhi nilai”

(Wawancara 20 N0vember 2015).

Dari penjelasan informan diatas dapat disimpulkan bahwa

pemahamanya mengenai penilaian otentik adalah penilaian yang

dilakukan pada semua aspek pembelajaran, yakni: sikap,

pengetahuan dan ketrampilan. Penilaian yang tidak berpatokan

kepada hasil ulangan saja, namun penilaian yang dilakukan dari awal

hingga akhir pembelajaran, di dalam maupun di luar kelas dan

sekolah. Hal tersebut menjelaskan bahwa penilaian dilakukan tidak

hanya di dalam kelas saja, namun perilaku peserta didik di luar kelas

maupun sekolah juga mempengaruhi nilai. Penilaian otentik tidak

hanya guru yang menilai namun dirinya sendiri, teman, dan bapak

ibu guru yang lain. Dari pemahaman informan dapat dikatakan

128

bahwa informan memiliki pemahaman yang cukup tepat mengenai

penilaian otentik, dimana penilaian otentik adalah penilaian yang

nyata menyentuh tiga aspek tujuan pembelajaran yakni: sikap,

pengetahuan dan ketrampilan.

B. Perbedaan penilaian kurikulum KTSP dengan penilian Kurikulum

2013

Tidak dipungkiri bahwa penilaian pembelajaran dalam

kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013 sangatlah berbeda. Hal

tersebut juga diungkapkan oleh informan dalam sebuah wawancara,

sebagai berikut:

“Perbedaanya penilaian berdasarkan kurikulum KTSP

aspek pengetahuan yang lebih dominan. Dimana penilaian

aspek kognitif dimaksudkan membentuk anak mengetahui

informasi-informasi, untuk apa informasi dan menerapkan

informasi yang sudah diadapatkan. Untuk aspek sikap

dalam kurikulum KTSP kurang kuat” (Wawancara 20

November 2015).

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa penilaian KTSP

lebih dominan pada aspek pengetahuan saja, sedangkan aspek sikap

kurang kuat. Jika pada kurikulum 2013 aspek sikap, pengetahuan,

dan ketrampilan merupakan hal yang sama-sama penting dimana

ketiga aspek itu diramu dengan baik kemudian dituangkan kedalam

empat Kompetensi Inti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

penilaian KTSP aspek pengetahuan dominan sedangkan Kurikulum

2013 menyentuh aspek sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

129

Dalam sebuah kesempatan peneliti mewawancari kepala sekolah,

yang mengungkapkan:

“Kurikulum 2013 bagus sekali, terdapat muatan sikap KI 1

dan KI 2 luar biasa menumbuh kembangkan anak. Sikap

yang utama untuk generasi muda sekarang. Selain

pengetahuan dan ketrampilan, sikap benar-benar diperkuat

dalam kurikulum 2013. Hal tersebut mampu menyiapkan

generasi muda yang baik, serta mencetak generasi yang

religius dan sosial” (wawancara 20 November 2015).

Dari ungkapan diatas terlihat kepala sekolah memahami

bahwa kurikulum 2013 aspek sikap diperkuat. Hal tersebut sama

dengan ungkapan informan bahwa dalam kurikulum 2013 tidak

hanya aspek pengetahuan saja yang di tonjolkan namun sikap dan

ketrampilan juga tersentuh. Dari hasil penjelasan diatas dapat

disimpulkan bahwa informan cukup paham dengan perbedaan

penilaian kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013.

C. Jenis-jenis penilaian otentik dalam Kurikulum 2013

Dalam sebuah wawancara ketika peneliti menanyakan

pengetahuan informan mengenai jenis-jenis penilaian otentik

kurikulum 2013, informan mengungkapkan sebagai berikut:

“Jenis penilaian otentik dalam kurikulum 2013 adalah

portofolio, penilaian diri, penilaian antar teman projek, dan

observasi, yang semuanya pernah saya terapkan” (Wawancara

20 November 2016).

Dari pendapat diatas dapat dikatakan pemahaman informan

mengenai jenis-jenis penilaian otentik dalam kurikulum 2013 cukup

baik. Karna terdapat ahli Abdul (2014:62-73) yang menuliskan

130

beberapa jenis penilaian otentik adalah: penilaian proyek, penilaian

kinerja, penilaian portofolio, jurnal, penilaian tertulis. Yang mana

jenis-jenis penilaian otentik yang disebutkan oleh informan terdapat

beberapa di dalamnya.

Untuk mengetahui jenis penilaian yang digunakan oleh informan

dalam pembelajaranya selain observasi peneliti juga melakukan

wawancara dengan peserta didik, adapun hasil wawancara sebagai

berikut: (Aditya Ramadhan 9C) mengungkapkan bahwa tugas yang

di berikan guru dapat berupa praktek dan presentasi kelompok serta

mencari sumber dari internet. Pada pembelajaran PPKn sering

peserta didik mendapatkan tugas semacam itu. Hal tersebut sepaham

dengan (Heru 9C dan Anita 9A) bahwa tugas kelompok yang

menuntut kerjasama dan mencari sumber dari internet adalah wujud

tugas yang sering di dapat dari guru. (Bagas 9A) menambahkan

tugas yang diberikan guru dapat berupa membuat kliping dan

presentasi. Sedangkan (Okta Fiana 9A) mengungkapkan tugas yang

diberikan berupa tugas untuk membuat power point, bagan,

presentasi dan tanya jawab.

Dari hasil wawancara dengan peserta didik dapat disimpulkan

bahwa jenis tugas yang diberikan tidak hanya menyentuh aspek

pengetahuan saja namun sikap dan ketrampilan juga nampak

diperhatikan dalam penilaian tugas yang diberikan. Tugas seperti

membuat kliping, peta konsep dan presentasi tidak hanya

131

membutuhkan pengetahuan saja namun ketrampilan yang cukup

untuk dapat menyelesaiakan tugas tersebut dengan baik. Tugas

berkelompok yang menuntut peserta didik mampu bekerja sama

merupakan hal penting dalam penilaian sikap. Sehingga dari tugas-

tugas yang diberikan oleh guru dapat dikatakan sudah mampu

menyentuh tiga aspek penilaian yakni: sikap, pengetahuan dan

ketrampilan.

Jika melihat RPP yang dituliskan oleh informan jenis penilaian

yang informan gunakan adalah observasi, penugasan dan portofolio.

Penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan dituliskan dengan

rinci dilengkapi instrumen dan pedoman penskoran.

Sedangkan dalam observasi di kelas 9A dan 9C nampak bahwa

tugas yang diberikan oleh guru berupa tugas kelompok. Dimana

peserta didik di tugaskan membuat peta konsep dengan sub-sub

materi yang sudah dibagi oleh guru dengan rata. Selain peta konsep

guru meminta peserta didik memberikan definisi mengenai peta

konsep tersebut di dalam kertas yang berbeda. Peta konsep yang

telah dibuat dipresentasikan dan dikumpulkan setelahnya.

Mengenai pengembangan penilaian otentik informan

mengungkapkan pengembangan penilaian otentik yang dilakukan

sesuai dengan perangkat dan karakteristik materinya. Jadi dapat

disimpulkan bahwa informan cukup memahami jenis-jenis penilaian

132

otentik dan dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran dengan

cukup bijak.

D. Dampak penilaian otentik terhadap peserta didik

Dari hasil wawancara saat peneliti menanyakan dampak

penilaian otentik terhadap peserta didik. Informan mengungkapkan

dampak yang terlihat adalah peserta didik lebih aktif dan

bertanggung jawab.

Jika dilihat dari hasil observasi di kelas 9A dan 9C dampak yang

terlihat memang peserta didik lebih aktif. Namun pada

pelaksanaannya masih ditemui beberapa peserta didik terlihat asik

sendiri saat sedang mengejakan tugas. Dimana diketahui bersama

bahwa penilaian otentik banyak tugas yang dikerjakan secara

berkelompok. Sehingga memberikan peluang bagi peserta didik yang

tidak bertanggung jawab bergantung kepada peserta didik lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik memiliki

dampak positif dan negatif sehingga guru sebaiknya memperhatikan

dengan baik proses pelaksanaan penilaian otentik tersebut. Agar

dampak negatif dapat dikurangi atau dihilangkan.

4.2.1.4 Kendala-kendala yang dihadapi dalam Manajemen Pembelajaran

PPKn berdasarkan Implementasi Krurikulum 2013

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada bulan

September sampai November 2015 di SMP Negeri 5 Salatiga, peneliti

menemukan beberapa kendala yang terjadi dalam pelaksanaan

pembelajaran PPKn berdasarkan Kurikulum 2013, yaitu:

133

1. Alokasi waktu yang kurang

Alokasi waktu menjadi kendala dalam manajemen pembelajaran

PPKn berdasarkan Kurikuluim 2013. Berikut penjelasannya: Dari

hasil observasi kelas 9A dan 9C memperoleh hasil yang sama bahwa

alokasi waktu yang kurang menjadi kendala tersendiri dalam

pelaksanaan pembelajaran PPKn kurikulum 2013. Hal tersebut

dikarenakan tugas yang diberikan guru berupa tugas kelompok,

dimana tugas kelompok tersebut menyita waktu yang lama. Selain

itu dampak dari kurikulum 2013 adalah siswa lebih aktif, hal tersebut

membuat siswa lebih banyak bertanya. Antusias peserta didik dalam

presentasi dan tanya-jawab juga membuat alokasi waktu menjadi

kurang.

Alokasi waktu dalam pembelajaran PPKn berdasarkan

Kurikulum 2013 adalah tiga jam dimana satu jamnya 40 menit. Di

dalam RPP alokasi waktu sudah diatur sedemikian rupa oleh

informan namun pada pelaksanaanya tidak dapat sesuai dengan apa

yang ditentukan.

“Kendala yang dihadapi adalah alokasi waktu yang kurang,

hal tersebut disebabkan peserta didik tidak dapat

memanajemen waktu dengan baik, tidak dapat

menyelesaikan tugas dengan cepat serta peserta didik

menjadi banyak bertanya” (Wawancara 20 November

2015).

Hal tersebut diungkapkan oleh informan saat peneliti

menanyakan kendala pelaksanaan kurikulum 2013. Dari pendapat

134

diatas dapat disimpulkan bahwa alokasi waktu yang kurang

disebabkan oleh peserta didik yang tidak dapat memanajemen waktu

dengan baik dalam menyelesaikan tugas serta menjadi banyak

bertanya.

Sebagai seorang guru informan melakukan beberapa upaya

untuk mensiasati masalah diatas dengan berbagai hal, antara lain:

tugas yang dapat dilanjutkan kembali dirumah kemudian di

kumpulkan dalam pertemuan yang akan datang, menyiapkan sebuah

buku untuk peserta didik guna menampung pertanyaan yang tidak

sempat ditanyakan. Membuat jurnal harian menulis setiap kejadian

baik dan buruknya peserta didik yang digunakan di luar maupun di

dalam kelas.

2. Penilaian yang rumit

Penilaian yang rumit, penilaian yang harus menyentuh tiga aspek:

sikap, pengetahuan dan ketrampilan merupakan kesulitan sendiri

bagi informan hal tersebut juga di ungkapakan dalam wawancara,

berikut ungkapanya:

“Dalam penerapan kurikulum 2013 penialian yang rumit

menjadi kesulitan tersendiri untuk guru karena harus

menilai tiga ranah pembelajaran. Ini tidak hanya saya saja

yang merasakan, banyak guru juga mengeluh dengan

penilaian yang rumit dalam kurikulum tersebut”

(Wawancara 20 November 2015).

Dari pendapat diatas menggambarkan penilaian kurikulum

2013 menjadi kesulitan untuk guru karena di dalamnya terdapat tiga

135

aspek yang di nilai yakni: sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Yang

kesemuanya harus menggunakan instrumen dan pedoman penskoran

yang tepat. Menjadi kesulitan yang berarti karena tidak hanya

pengetahuan peserta didik saja yang diamati namun sikap dan

ketrampilan, dimana untuk menilai sikap dan ketrampilan tidak

semudah menilai pengetahuan. Guru benar-benar harus mengamati

peserta didik satu persatu dengan baik untuk menilai sikap dan

ketrampilan masing-masing peserta didik.

3. Keefektifan kerja kelompok

Kerja kelompok yang menuntut kerjasama menjadi hal

yang mudah ditemui dalam setiap tugas-tugas yang diberikan oleh

guru dalam penerapan kurikulum 2013. Namun dalam

pelaksanaanya masih di temui beberapa masalah yang terjadi, dari

hasil observasi masih ditemukan beberapa peserta didik yang tidak

bersungguh-sungguh dalam belajar, beberapa peserta didik asik

sendiri saat peserta didik yang lain mengerjakan tugas. Hal tersebut

terlihat saat peneliti menemukan peserta didik sedang asik ngobrol

sendiri, dan mainan kertas. Dimana hal tersebut membuat kondisi

kelas menjadi tidak kondusif.

Sedangkan kendala yang dihadapi oleh pesera didik yang

diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan beberapa peserta didik

antara lain sebagai berikut:

136

1. Aditya Ramadhan (9C) mengungkapakan kurikulum 2013 materinya

terlalu padat sehingga peserta didik merasa keberatan dengan tugas

yang menumpuk dan waktunya terbatas, hal tersebut sepaham

dengan Okta Fiana (9A) mengatakan dalam kurikulum 2013 terdapat

tugas yang banyak dan waktu terbatas sehingga sering tugas

menumpuk.

2. Kendala lain yang dihadapi di ungkapkan oleh Heru (9C) masalah

biaya menjadi kendala karena dalam kurikulum 2013 peserta didik

sering mendapatkan tugas yang mengharuskan peserta didik mencari

sumber dari internet.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1Manajemen Pembelajaran PPKn Berdasarkan Implementasi

Kurikulum 2013 Dalam Materi “Kepatuhan Terhadap Hukum”

Di SMP Negeri 5 Salatiga Kelas IX Semester Ganjil Tahun Ajaran

2015-2016

Pengertian kurikulum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan

manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi

dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

137

serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

bernegara, dan peradaban dunia (Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia No. 70 Tahun 2013). Dari penjelasan

diatas dapat disimpulkan tujuan kurikulum 2013 tidak hanya

menyentuh kompetensi pengetahuan saja namun kompetensi sikap dan

ketrampilan juga diperhatikan di dalamnya.

Kurikulum 2013 sudah berjalan 3 tahun di SMP Negeri 5 Salatiga

yakni mulai 2013, 2014, 2015 hingga sekarang. Kurikulum 2013 tetap

berjalan di SMP Negeri 5 Salatiga dengan alasan SMP Negeri 5

Salatiga ditunjuk oleh pusat sebagai sekolah pailoting projek

pelaksanaan Kurikulum 2013. Hal tersebut tentunya memiliki dampak

kepada mata pelajaran PPKn yang dituntut pembelajaranya sesuai

dengan karakteristik Kurikulum 2013. Dari hasil penelitian mengenai

Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran PPKn Berdasarkan Kurikulum

2013 dilihat dari segi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

pembelajaran dapat dikatakan cukup baik. Hal tersebut terlihat dari

hasil RPP yang dibuat oleh guru pengampu mata pelajaran PPKn

memperoleh nilai 72,7% dimana nilai tersebut termasuk dalam katagori

Cukup (C) 70 < C ≤ 80. Jika dilihat dari pelaksanaanya, nilai yang

diperoleh 72,9% dimana nilai tersebut termasuk dalam katagori Cukup

(C) 70 < C ≤ 80. Sedangkan penilaian pembelajaran informan memiliki

pemahaman yang cukup tepat mengenai penilaian otentik, dimana

penilaian otentik adalah penilaian yang nyata menyentuh tiga aspek

138

yakni: sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Selain itu informan juga

menerapkan penelitian otentik tersebut dalam proses pelaksanaan

pembelajaanya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran masih ditemukan kendala-

kendala yang menyebabkan pelaksanaan Manajemen Pembelajaran

PPKn Berdasarkan Kurikulum 2013 belum berjalan baik sepenuhnya.

Hal tersebut dikarenakan kendala-kendala yang menghambat

kesuksesan pelaksanaan pembelajaran PPKn berdasarkan kurikulum

2013. Adapun kendala-kendala tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Alokasi waktu yang kurang dalam pelaksanaan pembelajaran

Kemendikbud Tahun 2013 tentang Kurikulum 2013 tertulis

bahwa beban belajar di SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, dan IX

masing-masing 38 jam per minggu. Jam belajar SMP/MTs adalah 40

menit. Dalam struktur kurikulum SMP/MTs ada penambahan jam

belajar per minggu dari semula 32 menjadi 38 untuk masing-masing

kelas VII, VIII, dan IX. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam

belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40 menit. Dengan adanya

tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi

Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan

proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif belajar. Proses

pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang

dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta

139

didik perlu latihan untuk melakukan pengamatan, menanya,

asosiasi, menyaji, dan komunikasi. Proses pembelajaran yang

dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu

respon peserta didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu,

bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian

proses dan hasil belajar.

Dari penjelasan diatas mengenai alokasi waktu atau beban belajar

yang diberikan sudah cukup baik dengan memperhatikan

karakteristik kurikulum 2013 yang menuntut peserta didik aktif

melalui proses pembelajaran scientific. Kebijakan yang dibuat juga

sudah menyadari dengan baik bahwa dalam pelaksanaan kurikulum

2013 membutuhkan alokasi waktu yang lebih lama agar proses

belajar mengajar terlaksana dengan baik.

Diketahui bersama beban belajar mata pelajaran PPKn dalam

setiap jenjang kelas di SMP sama yakni 3 jam mata pelajaran,

dimana satu jam mata pelajaran 40 menit jadi setiap satu kali

pertemuan pembelajaran PPKn diberikan waktu 120 menit atau 2

jam (Kemendikbud 2013). Guru dituntut untuk memanfaatkan

waktu tersebut dengan baik agar pembelajaran sesuai karakteristik

kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik.

Namun dalam pelaksanaanya, berdasarkan observasi kelas 9A dan

9C memperoleh hasil bahwa alokasi waktu yang kurang menjadi

kendala tersendiri dalam pelaksanaan pembelajaran PPKn

140

berdasarkan kurikulum 2013. Hal tersebut dikarenakan tugas yang

diberikan guru berupa tugas kelompok. Dimana tugas kelompok

tersebut menyita waktu yang lama. Selain itu dampak dari kurikulum

2013 adalah peserta didik lebih aktif, hal tersebut membuat peserta

didik lebih banyak bertanya. Antusias peserta didik dalam presentasi

dan tanya-jawab juga membuat alokasi waktu menjadi kurang.

Menurut Winarno (2013:34) PPKn memiliki kelemahan materi

yang terkesan Overload, tumpang tindih, banyak hal yang harus

diajarkan, dan kurang ilmiah sehingga membebani siswa. Pendidikan

kewarganegaraan paradigma baru berupaya untuk memperbaiki

dengan cara menyederhanakan materi, memperjelas landasan

keilmuanya dan menekan pada kompetensi siswa, mengajarkan

kewarganegraan tidak dengan menyampaikan sebanyak mungkin

materi pelajaran tetapi membelajarkan siswa dengan prinsip learning

by doing belajar sambil melakukan. Penyampaian materi yang

banyak hanya akan membebani siswa, ibaratnya “memasukkan

sampah akan keluar sampah pula” yang tentu tidak berguna. Oleh

karena itu, alokasi waktu yang banyak dengan materi yang cukup

dapat dilakukan dengan memperbanyak praktik belajar

kewarganegaraan.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa alokasi waktu

yang disediakan sudah cukup untuk seorang guru pengampu mata

pelajaran PPKn melaksanakan pembelajaran berdasarkan

141

karakteristik Kurikulum 2013. Namun guru harus dapat mengelola

pembelajaran dengan baik. Memantau proses pelaksanaan

pembelajaran sesuai dengan RPP yang dituliskan merupakan langkah

yang tepat untuk mengatasi masalah alokasi waktu. Selain itu

pemaparan materi yang cukup, pemilihan tugas yang tepat untuk

peserta didik juga perlu diperhatikan.

2. Penilaian yang rumit

Permendiknas Nomor 27 Tahun 2007 dan Nomor 66 Tahun

2013 (dalam Abdul, 2014:35) tentang standart penilaian

pendidikan dikemukakan pengertian penilaian adalah proses

pengumpulan dan Manajemen informasi untuk menentukan

pencapaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara

sitematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang

bermakna. Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah

penilaian otentik. Penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta

didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik

proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang

disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di standar

kompetensi (SK) dan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar

(KD). Dalam penelitian otentik peserta didik diminta untuk

menerapkan konsep atau teori dalam kehidupan nyata (Kunandar,

2013: 35-36).

142

Dari penjelasan ahli diatas dapat disimpulkan penilaian

adalah proses yang sistematis dalam pengumpulan informasi

mengenai hasil belajar peserta didik dalam rangka untuk membuat

keputusan atau tindak lanjut. Sedangkan penilaian otentik yang

merupakan karakteristik penilaian Kurikulum 2013 adalah proses

pengumpulan informasi hasil belajar peserta didik dengan bukti-

bukti yang nyata dengan menggunakan berbagai instrumen

penilaian yang sesuai tuntutan kompetensi.

Menurut Kunandar (2013: 36-220) kurikulum 2013

mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian yakni

dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan

berdasarkan hasil saja) namun penilaian otentik mengukur

kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan berdasarkan

proses dan hasil. Adapun hal-hal yang menjadi ruang lingkup

penilian kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan dapat

dirinci sebaga berikut: Dalam ranah sikap terdapat lima jenjang

proses berfikir, yakni: (1) menerima dan memperhatikan, (2)

merespon atau menanggapi, (3) menilai atau meghargai, (4)

mengorganisasikan atau mengelola, (5) berkarakkter. Ruang

lingkup penilaian kompetensi pengetahuan, dalam ranah

kompetensi pengetahuan atau kognitif itu terdapat enam jenjang

proses berfikir yakni: (1) kemampuan menghafal, (2) kemampuan

memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mensintesis dan

143

(6) mengevaluasi. Sedangkan ruang lingkup penilaian kompetensi

ketrampilan terdapat lima jenjang proses berfikir yakni: (1) imitasi

yakni kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan

sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya, (2)

manipulasi yakni kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang

belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau

petunjuk saja, (3) presisi yakni kemampuan melakukan kegiatan

yang akurat sehingga mamapu menghasilkan produk kerja dengan

tepat, (4) artikulasi yakni kemampuan melakukan kegiatan yang

kompleks dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu

yang utuh, dan (5) naturalisasi yakni kemampuan melakukan

kegiatan secara refleks kegiatan yang melibatkan fisik saja

sehingga efektivitas kerja tinggi.

Dari pendapat ahli diatas menunjukkan bahwa penilaian

berdasarkan karakteristik Kurikulum 2013 tidak hanya menyentuh

kompetensi pengetahuan saja namun kompetensi sikap dan

ketrampilan juga dinilai. Bukan hal yang mudah ketika seorang

guru harus menilai ketiga kompetensi tersebut dengan

memperhatikan ruang lingkup penilaianya.

Jika melihat hasil wawancara penilaian berdasarkan

kurikulum 2013 menjadi kesulitan untuk guru karena terdapat tiga

kompetensi yang dinilai yakni: sikap, pengetahuan dan ketrampilan

144

yang semuanya harus menggunakan instrumen dan pedoman

penskoran yang tepat.

Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan Saefudin M.Pd (Tanpa Tahun) dalam penelitiaanya

tentang Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1

Ketanggunan. Menyimpulkan bahwa sebagian guru masih

kesulitan dalam mengakomodasikan penilian sikap, baik sikap

spiritual maupun sosial, karena menafsirkan satu KD pada KI 1

dan KI 2 seakan akan semua aspek dinilai sekaligus dalam

pembelajaran, sehingga menyiapkan sejumlah instrumen penilaian

sikap yang sulit dilaksanakan dan terkesan membebani.

Resmaningrum Yuni Haryono Tahun 2015 dalam

penelitiannya tentang Implementasi Kurikulum 2013 dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 4 Kalasan.

Menyimpulkan bahwa semua guru sudah melaksanakan penelian

otentik dan tindak lanjut hasil pembelajaran sesuai dengan

Kurikulum 2013. Penilaian otentik meliputi ranah kognitif, afektif

dan psikomotorik. Hasil penelitian di SMP N Kalasan dapat

dikatagorikan baik dalam segi perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran, akan tetapi

terdapat kendala yang dialami adalah penilaian.

Dari kedua hasil penelitian yang dipaparkan diatas memang

menggambarkan kesulitan penilaian berdasarkan karakteristik

145

Kurikulum 2013, yakni penilaian otentik yang nyata dan harus

menyentuh tiga kompetensi pembelajaran yakni: pengetahuan,

sikap dan ketrampilan. Sebenarnya hal tersebut dapat diatasi

dengan guru memiliki tekat yang kuat untuk mempelajari

penilaian otentik dengan sungguh-sungguh. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan membaca literatur-literatur penilaian, berdiskusi

dengan teman sejawad dan mengikuti-mengikuti pelatihan.

3. Keefektifan kerja kelompok

Metode kerjasama ialah upaya saling membantu antara dua

orang atau lebih antara individu dengan kelompok, antara

kelompok dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas

atau menyelesaikan problem yang dihadapi dan atau menggarap

berbagai program yang bersifat presprektif guna mewujudkan

kemaslahatan dan kesejateraan bersama Abdul (2005:157).

Dari penjelasan ahli diatas kerja sama merupakan upaya

saling membantu antara dua orang atau lebih dalam kelompok

untuk menyelesaikan tugas bersama guna mewujudkan

kesejahteraan bersama. Namun pada pelaksanaanya masih di temui

beberapa masalah yang terjadi, dari hasil observasi masih

ditemukan beberapa peserta didik yang tidak bersungguh-sungguh

dalam belajar, asik sendiri saat peserta didik yang lain mengerjakan

tugas. Hal tersebut tentunya membuat kondisi kelas menjadi tidak

kondusif, cenderung peserta didik yang asik sendiri, ngobrol

146

menyebakan kelas menjadi ramai. Berdasarkan hasil wawancara

juga mengungkapkan dalam tugas kelompok peserta didik tidak

dapat memanajemen waktu dengan baik, tidak dapat

menyelesaikan tugas dengan cepat serta peserta didik menjadi

banyak bertanya.

Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

keefektifan kerja kelompok dipertanyakan, karena dalam

pelaksanaanya masih ditemui sejumlah masalah yang terjadi.

Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian Shinta Pertiwi,

dalam skripsinya Tahun 2014 tentang Pemahaman dan

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan melalui Scientific Approach Kurikulum 2013 di

Kelas VII B SMP Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014

menyimpulkan bahwa: Pemahaman pembelajaran dengan

menggunakan Scientific Approach sudah diterapkan guru dalam

proses pembelajaran, sehingga peserta didik aktif dan kreatif.

Dari hasil penelitian Shinta diatas menunjukkan bahwa

dampak dari penerapan pendekatan Scientifik berdasarkan

kurikulum 2013 dalam mata pelajaran PPKn membuat peserta

didik aktif dan kreatif. Namun jika melihat dari hasil observasi

masih ditemukan masalah yang terjadi terlihat peserta didik tidak

semuanya aktif saat kerja kelompok berlangsung. Seharusnya kerja

kelompok dapat terlaksana dengan baik apabila terdapat

147

pengawasan yang ketat oleh guru. Guru yang selalu mengawasi

jalanya peserta didik dalam pelaksanaan tugas kelompok tidak

memberikan peluang untuk peserta didik yang tidak mau bekerja

dan asik sendiri.

Sedangkan kendala yang dihadapi oleh pesera didik yang

diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan beberapa peserta didik

antara lain sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian kendala yang dihadapi oleh peserta didik

adalah menumpuknya tugas dengan terbatasnya waktu. Upaya yang

dilakukan peserta didik adalah mengerjakan tugas tepat waktu,

tidak menumpuk-numpuk tugas yang diberikan oleh guru.

2. Kendala lain yang dihadapi adalah masalah biaya karena dalam

kurikulum 2013 peserta didik sering mendapatkan tugas yang

mengharuskan peserta didik mencari sumber dari internet. Upaya

yang dilakukan dengan iuran bersama kelompoknya agar tidak

menjadi beban yang berat dalam pelaksanaan tugasnya.