proposal skripsi ctl fik

35
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Nama : Bayu widyaswara Suwahyo NIM : 3401410094 Prodi : Pendidikan sosiologi dan antopologo Jurusan : sosiologi dan antropologi A. JUDUL MODEL PEMBELAJARAN CTL SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN SIKAP TOLERANSI MELALUI PROSES PEMBELAJARAN SOSIOLOGI POKOK BAHASAN MASYARAKAT MULTIKULTURAN(Studi kasus penerapan metode CTL (contekstual teaching learning) terhadap murid SMAN 1 Boyolali, kabupaten Boyolali kelas XI IPS). B. LATAR BELAKANG Pembangunan suatu bangsa tidak hanya pembangunan yang bersifat fisik namun juga melibatkan pembangunan sumber daya manusia (SDM) sebagai motor utama penggerak pembangunan. Sehingga dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan mampu

Upload: penyuluh

Post on 24-Jul-2015

251 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Skripsi Ctl Fik

KEMENTRIAN PENDIDIKAN

NASIONAL

PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN

ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Nama : Bayu widyaswara Suwahyo

NIM : 3401410094

Prodi : Pendidikan sosiologi dan antopologo

Jurusan : sosiologi dan antropologi

A. JUDUL

MODEL PEMBELAJARAN CTL SEBAGAI UPAYA

MEMBANGUN SIKAP TOLERANSI MELALUI PROSES

PEMBELAJARAN SOSIOLOGI POKOK BAHASAN MASYARAKAT

MULTIKULTURAN(Studi kasus penerapan metode CTL (contekstual teaching

learning) terhadap murid SMAN 1 Boyolali, kabupaten Boyolali kelas XI IPS).

B. LATAR BELAKANG

Pembangunan suatu bangsa tidak hanya pembangunan yang bersifat fisik

namun juga melibatkan pembangunan sumber daya manusia (SDM) sebagai

motor utama penggerak pembangunan. Sehingga dalam upaya peningkatan

kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan mampu mengikuti arus

pembangunan, pendidikan tidak dapat dilepaskan fungsi beserta perannya.

Menurut undang-undang pendidikan nasional nomor 23 tahun 2003,

menyatakan bahwa “ pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar setiap peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, ahklak mulia serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” , dari

Page 2: Proposal Skripsi Ctl Fik

definisi tersebut dapat dijabarkan bahwa proses pembelajaran merupakan aktifitas

yang harus berpusat pada keterlibatan aktif siswa di dalam proses pembelajaran.

Guru juga memiliki fungsi penting dalam proses tersebut, yakni harus mampu

untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung

jawab untuk aktif secara mandiri.

Pada kenyataannya Pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh

pandangan bahwa pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta yang harus

dihapal (khususnya ilmu-ilmu sosial). Selain hal tersebut, praktek pembelajaran

di sekolah cenderung menekankan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal-soal ujian. Kemampuan penalaran yang mengkonstruksikan pengetahuan

lebih sering dikesampingkan. Padahal kemampuan tersebut akan dapat membantu

siswa apabila kelak menghadapi berbagai masalah kehidupan.

Belakangan ini dalam dunia pendidikan ada kecenderungan untuk kembali

pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan

secara alami. Telah terbukti bahwa pembelajaran yang hanya berorientasi target

penguasaan materi hanya mampu dalam kompetisi mengingat jangka pendek,

tetapi tidak berhasil untuk membekali anak memecahkan persoalan kehidupan

jangka panjang. Padahal belajar menjadi lebih bermakna jika anak mengalami apa

yang dipelajari, bukan hanya “mengetahui”. Siswa perlu mengerti tentang makna

belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Pada hakikatnya anak-anak perlu menyadari bahwa apa yang mereka pelajari

berguna bagi kehidupan nanti. Maka mereka dapat memposisikan diri sendiri

yang memerlukan pengetahuan sebagai bekal hidupnya.

Pembelajaran sosiologi di sekolah diarahkan kepada siswa untuk

meningkatkan kepekaan siswa terhadap lingkungan sosial serta dinamika yang

terjadi akibat perubahan sosial-budaya yang melatar belakanginya. Dengan

kepekaan sosial yang dimilikinya, siswa diajak mampu untuk berpikir ilmiah

secara kritis, kreatif, dan mandiri sehingga mampu memahami, mengidentifikasi,

menjelaskan serta mampu menyikapi fenomena-fenomena sosial yang terjadi di

dalam tatanan kehidupan masyarakat.

2

Page 3: Proposal Skripsi Ctl Fik

Hal ini tidak mungkin bisa dicapai hanya dengan hafalan, latihan soal,yang

rutin tanpa mengakaitkannya dengan kenyataan hidup sehari-hari. Kelas juga

masih mengandalkan model-model pembelajaran yang berpusat pada guru

sehingga siswa lebih mengenal pengetahuan dari “apa kata guru”, bukan datang

dari “menemukan sendiri”.

Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah pada umumnya belum optimal

dalam pencapaian tujuan. Salah satu faktornya adalah penggunaan pendekatan

pembelajaran yang kurang tepat. Alasannya antara lain: guru tidak mempunyai

cukup referensi mengenai beberapa pendekatan sosiologi yang dapat digunakan,

waktu yang terbatas, dan alat pembelajaran yang terbatas jumlahnya.

Walaupun pada akhir pemberian materi telah menunjukkan ketuntasan

belajar namun bila ditinjau dari pencapaian tujuan pembelajaran, hal tersebut jauh

dari yang sebenarnya diharapkan. Hal ini ditunjukkan dengan siswa hanya sekadar

menguasai prosedur penyelesaian atau pemecahan masalah tanpa mengerti secara

pasti mengenai hakikat dari penyelesaian atau pemecahan masalah tersebut. Siswa

selama ini hanya terjebak pada sebuah label bahwa sosiologi adalah ilmu

menghafal arti kata , jadi ketika masalah yang ada sudah terpecahkan berdasarkan

jawaban dari hafalan tersebut, berarti penguasaan sosiologi mereka sudah baik.

Hal tersebut sangat berpengaruh tidak baik bagi pembangunan kemampuan

berpikir dan analisis siswa. Berbagai cara telah ditempuh karena memang sudah

menjadi cap dari masyarakat khususnya siswa, bahwa sosiologi adalah mata

pelajaran hafalan. Mata pelajaran yang kegiatannya menghafal kata serapan

asing, berisi kata-kata yang harus dihafalkan, statis sehingga tidak menarik untuk

ditekuni serta tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Siswa menjadi pasif

dan tidak kreatif, belajar apa adanya berdasarkan apa yang diperoleh dari guru.

Beberapa hal tersebut di atas mengarahkan pada kesimpulan bahwa diperlukan

sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak

mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi pendekatan yang mendorong

siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri agar pengaruhnya

yang tidak baik bagi pembangunan kemampuan berpikir dan analisis siswa tidak

berlanjut dengan tanpa mengubah kurikulum yang sudah ada.

3

Page 4: Proposal Skripsi Ctl Fik

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam

kegiatan belajar siswa. Model pembelajaran juga harus disesuaikan dengan

keadaan peserta didik supaya bisa mengembangkan kemampuannya secara

optimal, karena pemilihan model pembelajaran yang tidak sesuai akan

mengakibatkan proses belajar mengajar tidak optimal. Dalam pembelajaran

sosiologi yang menyangkut materi-materi yang terjadi di masyarakat tentu tidak

hanya sekedar teori yang disampaikan saja melainkan mengaitkan antara materi

yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dengan melihat kenyataan

fenomena sosial di sekitar masyarakat, dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupannya

sebagai angggota keluarga dan masyarakat. Salah satu pendekatan atau model

pembelajaran yang terkait.

Ada beberapa pendekatan yang saat ini mulai dikembangkan dan

diterapkan, salah satunya adalah pendekatan kontekstual atau yang lebih dikenal

dengan CTL (Contextual Teaching and Learning).

Menurut Nurhadi (dalam Muslich, 2009:41) mengemukakan pembelajaran

CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Dalam konteks CTL belajar bukan hanya sekedar

mendengarkan dan mencatat, akan tetapi belajar merupakan suatu proses

berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan

perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam

aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotorik.

CTL dapat menjadi alternatif pendekatan yang digunakan sebagai solusi

permasalahan integritas bangsa utamanya, terkait dengan penulisan karya tulis ini

adalah menyangkut toleransi masyarakat multikultural yang ada di indonesia.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah di paparkan ,maka

penulis menetapkan judul:

“MODEL PEMBELAJARAN CTL SEBAGAI UPAYA

MEMBANGUN SIKAP TOLERANSI MELALUI PROSES

4

Page 5: Proposal Skripsi Ctl Fik

PEMBELAJARAN SOSIOLOGI POKOK BAHASAN MASYARAKAT

MULTIKULTURAN(Studi kasus penerapan metode CTL (contekstual teaching

learning) terhadap murid SMAN 1 Boyolali, kabupaten Boyolali kelas XI IPS).

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang akan

diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana model pembelajaran CTL yang digunakan oleh guru sosiologi di

SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali?

2. Bagaimana guru mengembangkan model pembelajaran CTL dalam

pembelajaran sosiologi yang dilakukannya dalam upaya pemahaman terhadap

sikap toleransi siswa, di dalam pokok bahasan masyarakat multikultural?

3. Bagaimana persepsi siswa kelas XI Ips terhadap pembelajaran guru sosiologi

yang menggunakan model pembelajaran CTL di SMA Negeri 1 Boyolali

Kabupaten Boyolali dalam pemahamannya terhadap sikap toleransi?

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran CTL yang digunakan

oleh guru sosiologi di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali

2. Untuk mengetahui pengembangan model pembelajaran dalam

pembelajaran sosiologi yang dilakukannya dalam upaya membangun

pemahaman siswa terhadap sikap toleransi di dalam masyarakat

multikultural di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali

3. Untuk mengetahui persepsi siswa kelas XI Ips terhadap pembelajaran guru

sosiologi yang menggunakan Model Pembelajaran CTL di SMA Negeri 1

Boyolali Kabupaten Boyolali dalam pemahamannya terhadap sikap

toleransi

E. MANFAAT PENELITIAN

5

Page 6: Proposal Skripsi Ctl Fik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang cukup besar baik

itu secara teoritis maupun secara praktis yaitu sebagai berikut ini,

1. Secara teoretis

Sebagai suatu karya ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat

memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada

khususnya, maupun masyarakat pada umumnya mengenai persepsi siswa

terhadap model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses

belajar mengajar

mata pelajaran sosiologi.

2. Secara praktis

a. Bagi Siswa

Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan, dapat memberikan motivasi

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sosiologi sekaligus

mengembangkan sikap toleransi sesama manusia.

b. Bagi Guru

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik

lagi mengenai model pembelajaran yang digunakan dalam PBM (Proses

Belajar Mengajar) di kelas yang tidak hanya mengacu kepada ketuntasan

hasil belajar tetapi juga kepada manfaat praktisnya dalam kehidupan

masyarakat.

F. BATASAN ISTILAH

Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan terjadinya berbagai

macam pengertian, serta untuk mewujudkan kesatuan berfikir terhadap istilah-

istilah yang ada pada judul skripsi “Model Pembelajaran CTL (contekstual

teaching learning) dalam proses pembelajaran mata pelajaran sosiologi kelas

XI Ips pokok bahasan masyarakat multikultural dalam upaya membangun

pemahaman terhadap sikap toleranasi (Studi kasus penerapan metode CTL

(contekstual teaching learning) terhadap murid SMAN 1 Boyolali, kabupaten

Boyolali XI Ips).memberikan batasan istilah sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran CTL (contextual teaching and learning)

6

Page 7: Proposal Skripsi Ctl Fik

Nurhadi mengemukakan bahwa pembelajaran CTL adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sehari-hari (Muslich, 2009:41). Berdasarkan

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CTL

adalah konsep pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melihat makna

di dalam materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi

kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan mereka.

2. Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran Sosiologi

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses terjadinya

interaksi guru dan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk

kegiatan, yakni belajar siswa dan kegiatan mengajar guru (Sudjana,

2009:43). Proses belajar mengajar merupakan suatu proses atau upaya

yang disengaja guna memperoleh perubahan perilaku siswa akibat adanya

interaksi antar individu dalam pembelajaran, sesuai dengan tujuan yang

telah dirumuskan. Sosiologi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari

hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok (Roucek dan

Warren dalam Soekanto, 2002:20). Mata pelajaran Sosiologi dalam Mata

pelajaran Sosiologi dalam penelitian ini adalah salah satu jenis mata

pelajaran ilmu sosial yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA)

yang mempelajari masyarakat beserta aspek-aspek sosial yang

melingkupinya. Dalam penelitian ini, yang dimaksud proses belajar

mengajar mata pelajaran Dalam penelitian ini, yang dimaksud proses

belajar mengajar mata pelajaran Sosiologi adalah suatu proses terjadinya

interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran mata pelajaran sosiologi.

3. Membangun toleransi

7

Page 8: Proposal Skripsi Ctl Fik

Menurut kamus besar bahasa indonesia toleransi adalah sikap

menenggang (menghargai, membolehkan, membiarkan) pendirian

(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya)

yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Jadi, toleransi

sosial adalah siskap yang menghargai perbedaan-perbedaan sosial yang

terdapat dalam masyarakat. Terkait dengan juduk tulisan membangun

toleransi adalah upaya menamkan sikap yang mau menghargai perbedaan

baik perbedaan agama, suku, ras ataupun hal-hal yang berbeda dan

bertentangan dengan diri pribadi.

G. LANDASAN TEORI

1. Model Pembelajaran CTL (contextual teaching and learning)

Nurhadi (dalam Muslich, 2009:41) mengemukakan bahwa

pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa,

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Johnson (dalam Sugiyanto, 2008:18) menyatakan bahwa CTL adalah

sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat

makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam

kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi,

sosial, dan budaya mereka.

CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada

proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi

yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata

sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan

mereka (Sanjaya, 2006:255). Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus

dipahami, yakni: CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk

menemukan materi, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan

hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata,

8

Page 9: Proposal Skripsi Ctl Fik

CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.

Dalam upaya itu, siswa memerlukan guru sebagai pengarah dan

pembimbing. Pembelajaran CTL sebagai suatu pendekatan memiliki 7

asas atau komponen yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran,

yaitu:

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan

pengalaman. Menurut konstruktiivisme, pengetahuan itu berasal dari

luar akan tetapi dikonstruksikan dalam diri seseorang (Sanjaya, 2006:

264)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dianalogikan bahwa siswa

lahir dengan pengetahuan yang masih kosong. Dengan menjalani

kehidupan dan berinteraksi dengan lingkungannya, siswa mendapat

pengetahuan awal yang diproses melalui pengalaman-pengalaman

belajar untuk memperoleh pengetahuan baru. Dalam hal ini anak akan

belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan

sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan

barunya.

2. Menemukan (inquiry)

Komponen kedua dalam CTL adalah inquiri. Inquiri, artinya

proses pembelajaran didasarkan pada pencairan dan penemuan melalui

proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses Inquiri dapat

dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: merumuskan masalah,

mengajukan hipotesa, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan

membuat kesimpulan (Sanjaya, 2006:265).

Menemukan (Inquiri) merupakan proses pembelajaran

didasarkan pada pencarian dan penemuan. Kegiatan ini diawali dari

pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan

bermakna. untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh

9

Page 10: Proposal Skripsi Ctl Fik

siswa. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa tidak dari

hasil mengingat seperangkat fakta, akan tetapi hasil menemukan

sendiri dari fakta yang dihadapinya Muslich (2009:45).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa

pengetahuan bukanlah sejumlah fakta dari mengingat, akan tetapi hasil

dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian, dalam proses

perencanaan guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang

harus dihafal akan tetapi merancang pembelajaran yang

memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus

dipahaminya.

3. Bertanya (questioning)

Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab

pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari

keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan

mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir (Sanjaya,

2006:266).

Menurut Mulyasa (2009:70) menyebutkan ada 6 keterampilan

bertanya dalam kegiatan pembelajaran, yakni pertanyaan yang jelas

dan singkat, memberi acuan, memusatkan perhatian, memberi giliran

dan menyebarkan pertanyaan, pemberian kesempatan berpikir, dan

pemberian tuntunan. Dalam pembelajaran melalui CTL guru tidak

menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar

siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat

penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing

dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang

dipelajarinya.

Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang

dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para

siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar

siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi,

pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Guru memberi

10

Page 11: Proposal Skripsi Ctl Fik

model tentang bagaimana cara belajar dalam pembelajaran.

4. Masyarakat Belajar (Learning Comunity)

Didasarkan pada pendapat Vygotsky, bahwa pengetahuan dan

pemahaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain.

Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi

membutuhkan bantuan orang lain. Konsep masyarakat belajar tidak

mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang

lain. Konsep masyarakat belajar (Learning Comunity) dalam CTL

hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain,

teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru (Sanjaya,

2006:267).

Muslich (2009:46) mengemukakan konsep masyarakat belajar

dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui

kerjasama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa

diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang

tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan

sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Modeling

merupakan azas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab

melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis

(abstrak) yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme (Sanjaya,

2006:267).

Konsep pemodelan (modeling), dalam CTL menyarankan

bahwa pembelajaran ketrampilan dan pengetahuan tertentu diikuti

dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa

berupa pemberian contoh tentang cara mengoperasikan sesuatu,

menunjukan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan. Cara

pembelajaran seperti ini, akan lebih cepat dipahami siswa dari pada

11

Page 12: Proposal Skripsi Ctl Fik

hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa

ditunjukan model atau contohnya (Muslich, 2009:46).

Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang

dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para

siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar

siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi,

pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Guru memberi

model tentang bagaimana cara belajar. Dalam pembelajaran

kontekstual, guru bukan satu-satunya model, akan tetapi model dapat

dirancang dengan melibatkan siswa atau juga dapat didatangkan dari

luar.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah

dipelajari dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau

peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses

pembelajaran dengan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau

mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya (Sanjaya, 2006:268).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dengan

memikirkan apa yang baru saja dipelajari atau pengalaman yang terjadi

dalam pembelajaran, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang

baru diperolehnya merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan

yang telah dimiliki sebelumnya.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assesment)

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk

mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang

dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah

siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa

memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik

12

Page 13: Proposal Skripsi Ctl Fik

intelektual ataupun mental siswa. Pembelajaran CTL lebih

menekankan pada proses belajar bukan sekedar pada hasil belajar

(Sanjaya, 2006:268).

Muslich (2009:47) Penilaian yang sebenarnya (authentic

assesment) merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan

pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman

belajar siswa perlu diketahui oleh guru setiap saat agar bisa

memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan dalam pembelajaran

CTL penilaian bukan sekedar pada hasil belajar, akan tetapi lebih

menekankan pada proses belajar juga. Apabila data yang dikumpulkan

guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam

pembelajaran, maka guru bisa segera melakukan tindakan yang tepat

agar siswa terbebas dari kemacetan tersebut.

H. KERANGKA BERFIKIR

Kerangka berfikir memaparkan dimensi-dimensi kajian utama, faktor-

faktor kunci, variabel-variabel dan hubungan-hubungan antara dimensi yang

disusun dalam bentuk narasi atau gambar. Dalam pembelajaran sosiologi yang

menggunakan model pembelajaran CTL guru sosiologi tidak hanya

menggunakan model tersebut akan tetapi guru bisa mengembangkannya

dengan model pembelajaran ataupun metode yang lainnya, sehingga kegiatan

pembelajaran berjalan menarik dan tidak membosankan.

Model pembelajaran CTL yang digunakan oleh guru sosiologi dalam

pembelajaran sosiologi, akan menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda

pada siswa yang diajar. Sehingga, akan menimbulkan pandangan atau persepsi

yang berbeda-beda dari siswa tersebut. Secara singkat kerangka berpikir

dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam skema sepert sebagai berikut:

13

Page 14: Proposal Skripsi Ctl Fik

14

GURU SOSIOLOGI

POKOK BAHASAN MASYARAKAT

MULTIKULTURAL

Model Pembelajaran CTL (contextual

teaching and learning)

MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

PENGARUHNYA TERHADAP

SIKAP TOLERANSI

SISWA

UPAYA MENGEMBANGKAN METODE CTL

Page 15: Proposal Skripsi Ctl Fik

I. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, untuk

menjawab model pembelajaran CTL dalam proses belajar mengajar mata

pelajaran sosiologi kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten

Boyolali. Pendekatan deskriptif kualitatif adalah pendekatan penelitian

dimana data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka. Data-data tersebut diperoleh melalui hasil wawancara, catatan

lapangan, foto, videotape, dokumentasi pribadi, catatan atau memo dan

dokumen resmi lainnya.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali.

Dengan alasan peneliti ingin mengetahui bagaimana Model Pembelajaran

CTL yang digunakan oleh guru sosiologi kelas XI SMA Negeri 1 Negeri

1 Boyolali Kabupaten Boyolali dalam pembelajaran mata pelajaran

sosiologi khususnya pokok bahasan masyarakat multicultural kaitannya

dalam menanamkan sikap toleransi siswa. Peneliti melihat bahwa SMA

Negeri 1 Boyolai merupakan salah sat SMA favorit di kabupaten boyolali

sehingga dari banyaknya peminat tidak hanya berasal dari daerah yang

sama tetapi dari latar belakang yang berbeda.

3. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pokok persoalan yang dijadikan

sebagai pusat penelitian. Subjek dari penelitian ini adalah guru mata

pelajaran sosiologi dan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten

Boyolali. Pengambilan informan dengan menggunakan sistem purposive

sampling yaitu dengan disesuaikan tujuan atau fokus penelitian ini adalah

model pembelajaran yang berbasis contextual teaching and learning

(CTL) dalam proses belajar mengajar mata pelajaran sosiologi kelas XI

IPS pada pokok bahasan masyarakat multikultural sebagai upaya

menanamkan sikap toleransi. SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali.

diantaranya; a.Bagaimana model pembelajaran CTL digunakan oleh guru

15

Page 16: Proposal Skripsi Ctl Fik

sosiologi di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali?, b. Bagaimana

guru mengembangkan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran

sosiologi yang dilakukannya dalam upaya pemahaman terhadap toleransi

di dalam masyarakat multikulturali, c. Bagaimana persepsi siswa kelas

XI IPS terhadap pembelajaran guru sosiologi yang menggunakan model

pembelajaran CTL di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali dalam

pemahamannya terhadap sikap toleransi.

J. Sumber Data Penelitian

1. Sumber data Primer

Sumber data primer ini diperoleh melalui observasi dan wawancara

mendalam dengan guru sosiologi dan siswa kelas XI IPS. Dapat penulis

ketahui mengapa model pembelajaran CTL digunakan oleh guru sosiologi

dan bagaimana pengembangan model pembelajaran tersebut dalam

pembelajaran sosiologi, serta bagaimana persepsi siswa kelas XI mengenai

penggunaan model pembelajaran tesebut terkait pemahaman mereka

dengan sikap toleransi. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang

kurikulum, dan staf tata usaha serta guru bimbingan dan konseling sebagai

informan dalam penelitian ini memberikan informasi dan keterangan-

keterangan mengenai kurikulum dan data sekolah.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen

serta arsip-arsip yang terdapat disekolah guna melengkapi dan mendukung

data utama yang diperoleh. Dokumen tersebut meliputi perangkat

pembelajaran sosiologi seperti prota, promes, silabus, RPP, daftar nilai

siswa dan komponen lainnya, serta data-data mengenai sekolah yang

meliputi jumlah siswa, jumlah guru dan staf karyawan, profil sekolah, visi

dan misi sekolah, sarana dan prasarana sekolah. Selain itu peneliti juga

memerlukan data berupa foto atau gambar yang diambil pada saat

observasi.

K. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

16

Page 17: Proposal Skripsi Ctl Fik

Instrumen dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan yang disusun

dan disiapkan oleh peneliti sendiri, tape recorder dan handphone. Setelah

mempersiapkan instrumen penelitian maka dilanjutkan dengan teknik

pengumpulan data. Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematik

untuk memperoleh data mengenai masalah penelitian yang ingin dipecahkan.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi (pengamatan)

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti (Usman, 2009:52). Sedangkan Nazir

(2005:175) menerangkan bahwa pengumpulan data dengan observasi

langsung atau pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan

menggunakan mata tanpa menggunakan alat standaar lain untuk keperluan

tersebut. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi

secara langsung terhadap fenomena yang diteliti. Dalam teknik ini, peneliti

secara langsung mengamati kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan model pembelajaran CTL yang digunakan oleh guru

sosiologi kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Boyolali. Dimana sebelumnya

peneliti sudah membuat chek list atau pedoman pengamatan yang tersusun

secara sistematis dan mempunyai tujuan yang jelas.

2. Wawancara

Wawancara merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dengan

mewawancarai informan secara langsung. Wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Metode ini dilakukan

dengan tujuan mendapatkan data yang lebih mendalam tentang model

pembelajaran CTL dalam proses belajar mengajar mata pelajaran

sosiologi kelas XI IPS pada pokok bahasan Masyarakat Multikultural di

SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali khususnya mengenai

pemahaman siswa terhadap siskap toleransi. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan alat pengumpul data yang berupa pertanyaan yang ditujukan

kepada guru sosiologi dan siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Boyolali.

3. Dokumentasi

17

Page 18: Proposal Skripsi Ctl Fik

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

oleh peneliti dengan cara mengumpulkan semua bahan-bahan yang terkait

dengan penelitian. Metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dengan mengumpulkan bahan berupa data-data, arsip,

dokumentasi mengenai gambaran umum sekolah yang meliputi jumlah

siswa, jumlah guru dan staf karyawan, profil sekolah, visi dan misi

sekolah, sarana dan prasarana sekolah, dan foto-foto yang berkaitan

dengan penelitian ini, serta data-data mengenai perangkat pembelajaran

guru sosiologi kelas X yang meliputi prota, promes, silabus, RPP, daftar

nilai siswa dan komponen lainnya.

L. Triangulasi Data

Untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan taraf kepercayaan data dengan teknik triangulasi. Teknik

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu di luar data untuk keperluan pengecekan data. Untuk mendapatkan

derajat kepercayaan data maka digunakan triangulasi sumber. Triangulasi

dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 2006:330). Teknik

triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek beberapa sumber data dengan

metode yang sama. Data ini diperoleh dengan mencari beberapa informan

dengan metode yang sama. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

pengecekan derajat kepercayaan sumber dengan metode wawancara pada

informan yang berbeda-beda yakni guru sosiologi dan siswa kelas X SMA

Negeri 1 boyolali.

M. Teknik Analisis Data

Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model

analisis interaktif seperti yang diungkapkan oleh Miles dan Hubberman, yaitu

proses analisis yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.

Proses analisis ini melalui empat tahapan, yaitu pengumpulan data, reduksi

18

Page 19: Proposal Skripsi Ctl Fik

data, penyajian data, dan penarikakesimpulan. Adapun langkah-langkah model

analisis interaktif dalasebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Merupakan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi yang dicatat dalam catatan lapangan yang berisi tentang apa

yang dilihat, didengar, disaksikan dan juga temuan apa yang dijumpai

selama penelitian. Observasi dan wawancara dilakukan di lokasi penelitian

seperti yang telah disajikan pada bagian sumber data dan teknik

pengumpulan data Sedangkan pengumpulan data dalam bentuk dokumen

diperoleh dari laporan program kerja sekolah yang bersangkutan.

Pengumpulan data dalam bentuk dokumen ini dilakukan pada saat awal

penelitian berlangsung dengan meminta kepada staf tata usaha.

2. Reduksi data

Reduksi data merupakan sebuah proses dimana peneliti melakukan

pemilihan, pemutusan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan

hasil penelitian. Proses ini juga sering dikatakan sebagai proses

transformasi data, yaitu perubahan dari data mentah menjadi data yang

benar-benar siap dipakai sebagai hasil dari penelitian. Data yang direduksi

yaitu data yang diperoleh melalui wawancara. Data yang siap dipakai

untuk penulisan hasil penelitian ini dilakukan melalui beberapa teknik

yaitu membuat ringkasan, penyeleksian, menggolongkannya dengan

membuat transkip yang bersifat mempertegas, memperpendek, membuat

fokus, dan kemudian membuang data yang tidak diperlukan.

3. Penyajian Data

Penyajian data dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam

melihat hasil penelitian. Banyaknya data yang diperoleh akan menyulitkan

peneliti untuk melihat gambaran hasil penelitian maupun proses

pengambilan kesimpulan, sebab data hasil penelitian masih berupa data

yang berdiri sendiri. Penyajian data ini menggunakan sajian deskriptif

yang ditampilkan dengan jenis kutipan langsung, gambar, maupun bagan

19

Page 20: Proposal Skripsi Ctl Fik

atau tabel. Data disajikan sesuai dengan apa yang diteliti, maksudnya

penelitian ini dibatasi mengenai model pembelajaran CTL dalam proses

belajar mengajar mata pelajaran sosiologi kelas X pada pokok bahasan

Masyarakat multikultural di SMA Negeri 1 Boyolali sesuai dengan

permasalahan yang ada.

4. Penarikan kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan adalah suatu tinjauan ulang pada catatan dilapangan

atau kesimpulan dapat ditinjau sebagaimana yang timbuldari data yang

harus diuji kebenaranya, kekokohanya dan kecocokanya yaitu merupakan

validitasnya.

Verifikasi penelitian ini, berarti data dikumpulkan dari informan

tentang model pembelajaran CTL dalam proses belajar mengajar mata

pelajaran sosiologi kelas XI pada pokok bahasan masyarakat multikultural

di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali. Setelah data terkumpul

kemudian menganalisis mengenai model pembelajaran CTL dalam proses

belajar mengajar mata pelajaran sosiologi kelas XI IPS terkait dengan

penanaman sikap toleransi.

Proses verifikasi data sekaligus mereduksi data guna menyeleksi

data, dalam hal ini dilakukan penyederhanaan data-data yang ada. Dari

data yang dikelompokkan, dipisahkan antara penggunaan dan

Pengembangan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran sosiologi

yang dilakukan oleh guru sosiologi, Persepsi siswa kelas XI IPS mengenai

pembelajaran guru sosiologi yang menggunakan model pembelajaran CTL

serta pengaruhnya terhadap sikap toleransi siswa.

Untuk menarik kesimpulan, data yang telah dikelompokkan

disajikan dalam betuk kalimat, yang difokuskan pada model pembelajaran

CTL dalam proses belajar mengajar mata pelajaran sosiologi kelas XI

pada pokok bahasan Masyarakat multikultural di SMA Negeri 1 Boyolali

Kabupaten Boyolali, dengan uraian sesuai permasalahan yang diteliti

yaitu, a. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran CTL yang

20

Page 21: Proposal Skripsi Ctl Fik

digunakan oleh guru sosiologi di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten

Boyolali, b. Untuk mengetahui pengembangan model pembelajaran dalam

pembelajaran sosiologi yang dilakukannya dalam upaya pemahaman

terhadap toleransi di dalam masyarakat multikultural di SMA Negeri 1

Boyolali Kabupaten Boyolali, c. Untuk mengetahui persepsi siswa kelas

XI Ips terhadap pembelajaran guru sosiologi yang menggunakan Model

Pembelajaran CTL di SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali dalam

pemahamannya terhadap sikap toleransi

N. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan meliputi tiga tahap yaitu:

1. Tahap pra penelitian

Dalam tahap ini peneliti membuat rancangan skripsi, membuat

instrumen penelitian dan surat ijin penelitian yang ditujukan kepada kepala

sekolah SMA Negeri 1 Boyolali Kabupaten Boyolali.

2. Tahap penelitian

Pengamatan secara langsung yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Boyolali

Kabupaten Boyolali mengenai penggunaan model pembelajaran CTL dan

pengembangan model pembelajaran tersebut dalam pembelajaran sosiologi

yang dilakukan oleh guru sosiologi kelas XI. Persepsi siswa kelas XI IPS

mengenai pembelajaran guru sosiologi yang menggunakan model

pembelajaran CTL yang berkaitan dengan penanaman sikap toleransi.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru sosiologi dan siswa kelas

XI terkait dengan tujuan penelitian, serta melakukan kajian pustaka yaitu

pengumpulan data dari informasi dan buku-buku.

3. Tahap pembuatan laporan

Dalam tahap ini peneliti menyusun data hasil penelitian untuk dianalisis

kemudian dideskripsikan sebagai suatu pembahasan dan terbentuk suatu

laporan hasil penelitian.

21

Page 22: Proposal Skripsi Ctl Fik

DAFTAR PUSTAKA

Moleong, J L. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja:Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. M, M. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses

pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, N. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

Bandono. 2008. Menyusun model pembelajaran contextual teaching and

learning (CTL).

http://bandono.web.id/menyusun-model-pembelajaran-contextual-

teaching-and-learning-ctl.(2008/07/03)

Suharto. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Yang Efektif.

http://drssuharto.wordpress.com/pengembangan-model-pembelajaran-

yangefektif. (27/09/2010).

22