bab iv hasil dan pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2010-1-00423-mn bab...
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/1.jpg)
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan
Kem Chicks didirikan pertama kali oleh Bambang Mustari atau yang sering kita kenal
dengan Bob Sadino yang juga merupakan salah satu tokoh entrepreneur sukses di Indonesia.
Pada awalnya Kem Chicks berdiri karena Bob Sadino menerima pemberian 50 ekor ayam ras
dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini usahanya menanjak : Ia berhasil menjadi
pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha dagang sayur dengan sistem hidroponik. Lalu
ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ''warung'' shaslik di
Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Pada Catatan awal tahun 1985 menunjukkan, rata-rata per
bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging
olahan, dan 100 ton sayuran segar.
Kem Chicks hanya ingin bertahan dengan 1 gerai saja karena konsep pulang ke
rumah jadi jumlah rumah hanyalah satu. “Rumah itu biasanya cuman satu kalau banyak
nanti jadi villa atau apartement” tutur Pak Bob Sadino. Tetapi, karena dunia bisnis memang
sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan, maka
Kem Chicks melakukan menambahkan jumlah gerainya berada di Pacific Place dengan luas
2.500 m2 – 1.000 m2. Pacific Place dipilih sebagai lokasi kedua gerai mengingat Pacific Place
memiliki kesamaan segmentasi dengan Kem Chicks yaitu menengah dan menengah atas.
Kem Chicks Di Pacific Place memiliki konsep yang ditawarkan yaitu “pulang ke rumah”
dengan tag line “Lifestyle market”. Konsep tersebut yang menawarkan 70% barang impor,
sisanya sayuran dan produk ternak dari peternakannya sendiri, serta produk lainnya.
Ada konsep baru yang ditawarkan oleh Tim Gourmet dari Kem Chicks adalah your
personal kitchen karena Mall pacific Palce dimana terhubung dengan Ritz Carlton apartment
sehingga membuat Kem Chicks mengambil peluang dengan memungkinkan penghuninya
mendapatkan layanan house keeping dan gourmet room service dari dapur perusahaan
![Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/2.jpg)
50
makanan siap saji sesuai keinginan para penghuni hal ini yang membuat Kem Chicks
merekrut karyawan dari jurusan perhotelan.
Khusus untuk Kem Chicks Pacific Place, Bob Sadino tidak bekerja sendirian. Bob
Sadino selaku owner bekerja sama dengan PT. TOZY SENTOSA untuk membuka gerai kem
Chicks yang kedua dengan sistem franchise. Kem chicks Pacific Place mulai beroperasi
tepatnya pada tanggal 22 November 2007 bersamaan dengan soft opening Pacific Place Mall.
Kem Chicks Pacific Place merupakan salah satu Bisnis Unit atau stategic Business Unit (SBU)
PT. TOZY SENTOSA yang dipimpin oleh Bapak Hutomo Mugi Santoso. PT. TOZY SENTOSA ini
didirikan pada tahun 2003 yang terjun dalam bidang usaha pengecer (retail) yang
diantaranya adalah Centro Department Store yang ada di The Plaza Semanggi Jakarta,
Discovery Shopping Mall Kuta Bali, Margo City depok, Plaza Ambarukmo Yogyakarta dan Mall
Of Indonesia di kelapa Gading Jakarta.
Kem Chicks Pacific Place merupakan kerja sama pengembangan usaha antara Bapak
Hutomo Mugi Santoso dengan Bapak Bambang Mustari Sadino atau lebih dikenal dengan
nama Bob Sadino sebagai founder Kem Chicks. Kem Chicks di Kemang berdiri sejak tahun
1970. Kem Chicks sendiri pada dasarnya merupakan supermarket untuk customer
menengah keatas dan khususnya Kem Chicks Kemang mayoritas pelanggannya adalah
expatriate. Kem Chicks sangat berhati – hati dalam memilih lokasi, karena bagi Kem Chicks
lokasi adalah salah satu faktor utama penanaman secara tepat posisi Kem Chicks di benak
konsumen.
Kem Chicks memperhatikan lokasi di mana harus sesuai dengan segmen dan target
konsumen yang dibidik. Sehingga semua strategi STP yang telah dirancang dapat dicapai
tepat sasaran, dengan kata lain tidak sekedar menjual produk saja. Pemilihan lokasi untuk
membuka Kem Chicks di Pacific Place karena Pacific Place berada di lokasi SCBD (Sudirman
Central Business District). Dimana di lokasi SCBD ini setiap hari nya lebih kurang ada 75.000
orang yang aktivitas, banyak gedung perkantoran seperti BEI (Bursa Efek Indonesia), Artha
Graha Wisma Bank Niaga, Bapindo Plaza dan lainnya, selain itu banyak apartement sebagai
![Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/3.jpg)
51
tempat tinggal para executive termasuk expatriate. Para executive dan expatriate yang
tinggal atau beraktivitas di seputar SCBD sesuai dengan target market Kem Chicks, yaitu
mereka yang membeli kebutuhan sehari hari didasarkan pada lifestyle mereka dan
melakukan transaksi pembelian untuk kualitas (pay for quality).
4.1.1 Barang Dagangan (Merchadise)
Merchandise atau barang dagangan yang dijual di Kem Chicks Pacific Place
sebagaimana yang dijual di Supermarket pada umumnya adalah barang-barang kebutuhan
sehari-hari. Hal yang membedakan Kem Chicks Pacific Place dengan supermarket lain adalah
merchandise yang dijual banyak barang-barang impor, dan barang lokal dengan kualitas
prima serta berbagai macam barang yang khusus hanya ada di Kem Chicks. Kem Chicks
Pacific Place mengklaim sebagai supermarket di jakarta yang terlengkap dalam menyediakan
berbagai macam keju dan makanan (delicatessen).
Berikut ini adalah merchandise - merchandise yang tersedia di Kem Chicks Pacific Place :
a. Produk tidak tahan lama / Perishable :
• Meat (daging sapi, kambing, babi, ayam, kalkun, kelinci dan lain-lainnya ) baik impor
maupun lokal.
• Seafood (berbagai macam ikan seperti salmon, kakap, tenggiri, udang, kepiting dan
lain - lain).
• Delicatessen (berbagai macam ham dan sosis) baik impor dan lokal.
• Dairy (Milk dan berbagai macam product turunan dari milk seperti yoghurt, cream,
butter, keju dan lain -lain) baik impor dan lokal.
• Fruits dan Vegetables baik lokal maupun impor
• Cake dan Bakery dimana roti-roti yang dijual bukan hanya roti sebagai makanan
cemilan tetapi banyak dijual roti sebagai makanan pokok.
• Frozen Food ( makanan beku seperti kentang goreng, daging ayam olahan (nugget),
buah dan sayur beku, pie, roti beku dan lainnya ) baik impor dan lokal.
![Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/4.jpg)
52
• Di Kem Chicks Pacific Place juga memberikan jasa bagi pelanggan yang ingin
mengolah belanjaannya menjadikan makanan untuk disantap saat itu, misalnya
membeli daging sapi untuk dimasakan menjadi steak.
b. Bahan – bahan makanan / Food Groceries :
• Beverage (berbagai macam minuman ringan, beralkohol, air mineral, juice dan lain -
lain) baik impor dan lokal.
• Confectionery (berbagai makanan seperti coklat, biskuit, keripik kentang dan
makanan kecil lainnya) baik impor dan lokal.
• Breakfast (berbagai makanan pagi seperti kopi, teh, selai, sereal dan lain – lainnya)
impor dan lokal.
• Canned Food (makanan kaleng berupa buah, daging, ikan, sayur dan lain - lainnya)
baik impor dan lokal.
• Cooking Need (berbagai macam kecap dan bumbu lain untuk memasak ) impor dan
lokal.
• Commodity (berbagai kebutuhan sehari hari seperti tepung-tepungan, minyak
goreng, gula pasir dan lain lain yang merupakan komoditas) baik impor dan lokal.
• Healthy Food (berbagai makanan organik serta makanan sehat lainnya ) baik impor
dan lokal.
• Baby Food ( berbagai macam makanan untuk bayi ).
c. Bahan non makanan / Non Food groceries :
• Cleaner dan Laundry (berbagai macam keperluan pembersih dan mencuci) baik
impor dan lokal.
• Personal Care (berbagai macam kebutuhan pribadi seperti sabun, shampo dan
keperluan kecantikan dan perawatan pribadi lainnya) baik impor dan lokal.
• House were (seperti alat – alat rumah tangga) baik impor dan lokal.
![Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/5.jpg)
53
• General merchandise (seperti majalah, rokok, dan kebutuhan rumah tangga lainnya)
baik impor dan lokal.
4.1.2 Visi dan Misi
• Visi
Untuk menjadi Supermarket yang inspiratif, disegani dan terpercaya, menyediakan
produk makanan berkualitas super dengan pelayanan yang berkelas dunia
• Misi
o Kepada Pelanggan :
Merebut dan memenangkan hati serta pikiran pelanggan dengan menyediakan
produk yang menunjang gaya hidup terkini dan menciptakan kesan mendalam
disetiap pasar yang kita masuki
o Kepada Karyawan :
Membangun lingkungan kerja yang menyenangkan dan penuh penghargaan bagi
karyawan yang mampu bekerja dengan sepenuh hati dan pikiran, dapat
diandalkan serta mampu mengambil tanggung jawab
o Kepada Mitra Kerja :
Mengembangkan dan membangun hubungan berdasarkan kemitraan stategis
o Kepada Lingkungan :
Menjadi tauladan sebagai warganegara yang baik dalam mematuhi peraturan
pemerintah dan mengambil peran aktif dalam masyarakat serta lingkungan
hidup.
![Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/6.jpg)
54
President Director
Chief Executive Officer
KCPP - Head Of SBU FR
Head Of Store Management
FF
Head Of Quality Assurance
FH
Head Of Marketing FR (acting)
Head Of Merchandising
KS
Head of BIS TT
Head of HR
DHW
Head Of F & A AN
Grocery Merchandiser
1 AN
Grocery Merchandiser
2
Perishable Merchandiser
1 HP
Perishable Merchandiser
2 DW
ADM / Clerk
ADM / Clerk
ADM / Clerk
ADM / Clerk
VM Specialist - SPV
Asst Store Manager
VCT
Store Support Manager
WS
Customer Care - SPV
SFD Manager GS
Visual Merchandiser
CC Clerk
ADM / Clerk
Finance – SPV VCT
Receiving - SPV SRY
IT Specialist – SPV VCT
Maintenance – SPV IWN
Security - SPV SH
ADM / Clerk
Security
ADM / Clerk
Technician
Sales Attendance
Perishable 1 – SPV Toni
Perisahble 2 - SPV AP
Peishable 3 - SPV DD
Food Grocery B - SPV
Perishable 4 – SPV JYD
Perishable 5 - SPV VCT
Food Grocery A–SPV YH
Non Food Grocery-SPV VCT
Sales Attendance
Sales Attendance
Sales Attendance
Sales Attendance
Sales Attendance
Sales Attendance
Sales Attendance
Sales Attendance
![Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/7.jpg)
55
4.2 Profil Responden
Profil responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu yang member dan non-
member. ini bertujuan untuk mengetahui karakterisik - karakteristik dari konsumen yang
terpilih menjadi responden penelitian. Penggolongan terhadap konsumen didasarkan pada
jenis kelamin, pekerjaan, total pengeluaran perbulan dan jumlah frekuensi kunjungan
pelanggan yang berbelanja di Kem Chicks Pacific Place dalam sebulan. Dari penggolongan ini
akan diperoleh suatu kesimpulan mengenai keadaan responden. Penggolongan tersebut akan
disajikan dalam masing-masing tabel berikut ini:
4.2.1 Profil Responden kelompok Non – member (perceived)
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner (non - member)
JENIS KELAMIN FREKUENSI PRESENTASE
PRIA 22 44 %
WANITA 28 56 %
Total 50 100 %
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Dilihat dari hasil Tabel 4.1 di atas yaitu dari jenis kelamin, sebagian besar responden
adalah wanita. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang dikumpulkan oleh penulis
yaitu responden wanita sebanyak 28 orang (56%) dan responden pria sebanyak 22 orang
(44%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.
Jumlah responden pria
Jumlah responden wanita
Gambar 4.1 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan jenis kelamin
Sumber : Hasil Pengolahan data, 2010
![Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/8.jpg)
56
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi (non-member)
PROFESI FREKUENSI PERSENTASE
Mahasiswa 8 16 %
Ibu rumah tangga 10 20 %
Pegawai swasta 10 20 %
Pegawai negeri 3 6 %
Wirausaha 12 24 %
Lainnya 7 14 %
Total 50 100%
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Dilihat dari hasil tabel 4.2 di atas, dapat diketahui jumlah responden yang
frekuensinya paling sering ialah dari responden yang memiliki profesi wirausaha,
sebanyak 12 orang (24%), kemudian disusul oleh ibu rumah tangga dan pegawai
swasta masing-masing sebanyak 10 orang (20%), kemudian mahasiswa sebanyak 8
orang (16%) kemudian yang berprofesi lainnya dalam hal ini dokter, praktisi, dan
lain lain sebanyak 7 orang (14%) dan yang terakhir pegawai negeri sebanyak 3
orang (6%) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 4.2 dibawah ini.
Mahasiswa
Ibu rumah tangga
Pegawai swasta
Peegawai negeri
Wirausaha
Lainnya
Gambar 4.2 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi
Sumber : Hasil Pengolahan data, 2010
![Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/9.jpg)
57
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Total Pengeluaran/bulan (non-member)
Total Pengeluaran/bulan FREKUENSI PERSENTASE
< Rp 5.000.000,- 2 4 %
Rp 5.000.000,- - Rp 10.000.000,- 15 30 %
Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000,- 15 30 %
> Rp 15.000.000,- 18 36 %
Total 50 100 %
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Dilihat dari hasil tabel 4.3 di atas, dapat diketahui jumlah responden yang
frekuensinya paling sering ialah dari responden yang memiliki oleh responden yang
memiliki total pengeluaran/bulan > Rp 15.000.000,- besar frekuensi tersebut yaitu
sebesar 18 orang (36%) lalu diikuti oleh responden yang memiliki total
pengeluaran/bulan Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000,- dengan 15 orang (30%),
responden yang memiliki total pengeluaran/bulan Rp 5.000.000,- - Rp 10.000.000,-
sebanyak 15 orang (30%), dan responden yang memiliki total pengeluaran/bulan
< Rp 5.000.000,- sebanyak 2 orang (4 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari
gambar 4.3 di bawah ini.
![Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/10.jpg)
58
responden dengan total pengeluaran/bulan < Rp 5.000.000,‐
responden dengan total pengeluaran/bulan Rp 5.000.000,‐ ‐ Rp 10.000.000,‐
responden dengan total pengeluaran/bulan Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000,‐
responden dengan total pengeluaran/bulan > Rp 15.000.000,‐
Gambar 4.3 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan total pengeluaran/bulan
Sumber Data : Hasil pengolahan Data 2010
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan jumlah frekuensi kunjungan pelanggan yang
berbelanja di Kem Chicks Pacific Place dalam sebulan. (non-member)
PROFESI FREKUENSI PERSENTASE
1X 9 18 %
2X 12 24 %
3X 15 30 %
> 4X 14 28 %
Total 50 100 %
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Dilihat dari hasil tabel 4.3 di atas, dapat diketahui jumlah responden yang
frekuensinya paling sering ialah dari responden dengan jumlah frekuensi kunjungan
pelanggan yang berbelanja/bulan > 3X yaitu sebesar 15 orang (30%) lalu diikuti
oleh responden dengan jumlah frekuensi kunjungan pelanggan yang
berbelanja/bulan 4X dengan 14 orang (28%), responden dengan jumlah frekuensi
![Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/11.jpg)
59
kunjungan pelanggan yang berbelanja/bulan 2X sebanyak 12 orang (24%) dan
responden dengan jumlah frekuensi kunjungan pelanggan yang berbelanja/bulan 1X
sebanyak 9 orang (18%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4 di
bawah ini.
1X
2X
3X
4X
Gambar 4.4 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan frekuensi kedatangan Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010 4.2.2 Profil Responden kelompok member (preference)
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner (member)
JENIS KELAMIN FREKUENSI PRESENTASE
PRIA 24 48 %
WANITA 26 52 %
Total 50 100 %
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Dilihat dari hasil Tabel 4.5 di atas yaitu dari jenis kelamin, sebagian besar responden
adalah wanita. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang dikumpulkan oleh penulis
yaitu responden wanita sebanyak 26 orang (52%) dan responden pria sebanyak 24 orang
(48%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.5 di bawah ini.
![Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/12.jpg)
60
Jumlah responden pria
Jumlah responden wanita
Gambar 4.5 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi (member)
PROFESI FREKUENSI PERSENTASE
Ibu rumah tangga 15 30 %
Pegawai swasta 10 20 %
Pegawai negeri 3 6 %
Wirausaha 15 30 %
Lainnya 7 14 %
Total 50 100%
Sumber data : Hasil Pengolahan Data, 2010
Dilihat dari hasil tabel 4.6 diatas, dapat diketahui jumlah responden yang
frekuensinya paling sering ialah dari responden yang memliki profesi Ibu rumah
tangga dan Wirausaha dengan 15 responden (30%) kemudian disusul dengan
pegawai swasta dengan 10 orang (20%) dan profesi lain sebesar 7 orang (14%)
serta pegawai negeri sebanyak 3 orang (6%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 4.6 dibawah ini.
![Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/13.jpg)
61
Ibu rumah tangga
Pegawai swasta
Peegawai negeri
Wirausaha
Lainnya
Gambar 4.6 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan profesi
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Total Pengeluaran/bulan (member)
Total Pengeluaran/bulan FREKUENSI PERSENTASE
< Rp 5.000.000,- 6 12 %
Rp 5.000.000,- - Rp 10.000.000,- 9 18 %
Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000,- 10 20 %
> Rp 15.000.000,- 25 50 %
Total 50 100 %
Sumber data : Hasil Pengolahan Data, 2010
Dilihat dari hasil tabel 4.7 di atas, dapat diketahui jumlah responden yang
frekuensinya paling sering ialah dari responden yang memiliki oleh responden yang
memiliki total pengeluaran/bulan > Rp 15.000.000,- besar frekuensi tersebut yaitu
sebesar 25 orang (50%) lalu diikuti oleh responden yang memiliki total
pengeluaran/bulan Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000,- dengan 10 orang (20%),
responden yang memiliki total pengeluaran/bulan Rp 5.000.000,- - Rp 10.000.000,-
sebanyak 9 orang (18%), dan dan responden yang memiliki total pengeluaran/bulan
< Rp 5.000.000,- sebanyak 6 orang (12 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari
gambar 4.7 di bawah ini.
![Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/14.jpg)
62
< Rp 5.000.000
Rp 5.000.000 s/dRp 10.000.000Rp 10.000.000 s/d15.000.000> Rp 15.000.000
Gambar 4.7 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan pengeluaran/bulan
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan jumlah frekuensi kunjungan pelanggan yang
berbelanja di Kem Chicks Pacific Place dalam sebulan. (member)
Sumber data : Hasil Pengolahan Data, 2010
Dilihat dari hasil tabel 4.8 di atas, dapat diketahui jumlah responden yang
frekuensinya paling sering ialah dari responden dengan jumlah frekuensi kunjungan
pelanggan yang berbelanja/bulan > 4X yaitu sebesar 17 orang (34%) lalu diikuti
oleh responden dengan jumlah frekuensi kunjungan pelanggan yang
berbelanja/bulan 3X dengan 15 orang (30%), responden dengan jumlah frekuensi
kunjungan pelanggan yang berbelanja/bulan 2X sebanyak 12 orang (24%) dan
responden dengan jumlah frekuensi kunjungan pelanggan yang berbelanja/bulan 1X
sebanyak 6 orang (12%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.8 di
bawah ini.
PROFESI FREKUENSI PERSENTASE
1X 6 12 %
2X 12 24 %
3X 15 30 %
> 4X 17 34%
Total 50 100 %
![Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/15.jpg)
63
1X
2X
3X
4X
Gambar 4.8 Diagram Karakteristik Bedasarkan Frekuensi Kedatangan
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data dapat
dianalisis dengan menggunakan metode standar ilmiah yang baku, untuk keperluan itu
penulis telah mengumpulkan tabulasi pendapat yang telah disebar melalui e-mail maupun
secara langsung di dalam supermarket Kem Chicks Pacific place. Adapun hal ini dilakukan
mengingat penulis mengambil 2 sampel penelitian yaitu kelompok member yang disebut
kelompok preference dan orang yang berbelanja langsung di kem Chicks Pacific Place yaitu
non-member yang kemudian disebut kelompok perceived.
Hasil tabulasi tersebut kemudian oleh penulis dihitung dan diuji validitas serta
reliabilitasnya menggunkan SPSS versi.16. Untuk uji Validitas, apabila R HITUNG > R TABEL
maka dinyatakan butir kuseioner tersebut valid, sehingga apabila R HITUNG < R TABEL maka
dinyatakan butir kuesioner tersebut tidak valid. Untuk uji Reliabilitas, apabila cronbach’s
alpha > 0,6 maka dinyatakan butir kuesioner tersebut valid, sehingga apabia cronbach’s
alpha < 0,6 maka dinyatakan butir kuesioner tersebut tidak valid.
![Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/16.jpg)
64
4.3.1 Uji Validitas dan reliabilitas Kelompok member (Preference)
Penyebaran ini dilakukan melalui e-mail (surat elektronik) dengan mengacu pada
data member perusahaan yang notabene merupakan konsumen (pelanggan setia) Kem
Chicks Pacific Place. Indikator –indikator yang dihasilkan adalah mengacu pada perilaku
konsumen yang non fungsional (permintaan non fungsional) di kem Chicks yang melakukan
pembelian dilandasi oleh efek budaya, efek ikut-ikutan, efek gengsi dan efek pamer. Hasil uji
Validitas dan reliabilitas dari kelompok member (preference) adalah sebagai berikut.
Tabel 4.9 Uji Validitas Tahap I Kelompok Member (Preference)
Corrected Item-Total Correlation
Hasil
p.1 .298 Valid
p.2 .494 Valid
p.3 .328 Valid
p.4 .480 Valid
p.5 .316 Valid
p.6 .506 Valid
p.7 .596 Valid
p.8 .394 Valid
p.9 .287 Valid
p.10 .212 Tidak Valid
p.11 .425 Valid
p.12 .546 Valid
p.13 .543 Valid
p.14 .248 Valid
p.15 .505 Valid
![Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/17.jpg)
65
p.16 .639 Valid
p.17 .519 Valid
p.18 .316 Valid
p.19 .555 Valid
p.20 .377 Valid
p.21 .664 Valid
p.22 .363 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Tabel 4.10 Hasil T tabel dan R Tabel Tahap I Kelompok Member (Preference) T TABEL 1,68
R TABEL 0,24
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Tabel 4.11 Cronbach’s Alpha Tahap I Kelompok Member (Preference)
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Adapun syarat butir pernyataan tersebut valid adalah R hitung < R tabel, dan dari
hasil statistika di atas didapat bahwa pernyataan no.10 tidak valid karena R hitung (0,212) <
R tabel (0,24). Untuk uji Reliabilitas, Cronbach’s alpha(0,859) > 0.6 artinya semua
pernyataan dianggap reliabel. Akan tetapi karena pernyataan no.10 tidak valid maka
dikeluarkan dari kuesioner, kemudian kembali dilakukan uji validitas dan reliabilitas, hasilnya
adalah sebagai berikut:
Statistik Reliabel
Cronbach's Alpha N of Items
.859 22
![Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/18.jpg)
66
Tabel 4.12 Uji Validitas Tahap II Kelompok Member (Preference)
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Tabel 4.13 Hasil T tabel dan R tabel Tahap II Kelompok Member (preference) T TABEL 1,68
R TABEL 0,24
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Corrected Item-Total Correlation HASIL
p.1 .309 Valid
p.2 .483 Valid
p.3 .306 Valid
p.4 .469 Valid
p.5 .296 Valid
p.6 .515 Valid
p.7 .575 Valid
p.8 .375 Valid
p.9 .298 Valid
p11 .423 Valid
p.12 .529 Valid
p.13 .552 Valid
p.14 .245 Valid
p.15 .488 Valid
p.16 .646 Valid
p.17 .544 Valid
p.18 .330 Valid
p.19 .581 Valid
p.20 .382 Valid
p.21 .678 Valid
p.22 .376 Valid
![Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/19.jpg)
67
Tabel 4.14 Cronbach’s Alpha Tahap II Kelompok Member (preference)
Dari analisa data di atas semua butir pernyataan sudah valid sebab tidak ada
satupun R HITUNG > R TABEL dan juga semua pernyataan sudah reliabel sebab cronbach’s
alpha (0,82) > 0,6.
4.3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas kelompok non-member (perceived)
Penyebaran ini dilakukan melalui perorangan dan kuesioner diisi di tempat pada saat
berbelanja di Kem Chicks Pacific Place. Indikator – indikator yang dihasilkan adalah mengacu
pada perilaku konsumen yang non fungsional (permintaan non fungsional) di kem Chicks
yang melakukan pembelian dilandasi oleh efek budaya, efek ikut-ikutan, efek gengsi dan efek
pamer. Hasil uji Validitas dan reliabilitas dari kelompok non-member (perceived) adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.15 Uji Validitas Tahap I Kelompok Non-member (perceived) Corrected Item-Total
Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
P.1 .424 Valid
P.2 .340 Valid
P.3 .424 Valid
P.4 .304 Valid
P.6 .580 Valid
P.5 .198 Tidak Valid
P.7 .586 Valid
P.8 .160 Tidak Valid
P.9 .035 Tidak Valid
P.10 .269 Valid
P.11 .293 Valid
P.12 .659 Valid
Statistik Reliabel
Cronbach’s Alpha N of Items
.862 21
![Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/20.jpg)
68
P.13 .573 Valid
P.14 .382Valid
P.15 .396Valid
P.16 .580 Valid
P.17 .464 Valid
P.18 .431 Valid
P.19 .295Valid
P.20 .371Valid
P.21 .328Valid
P.22 .398Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Tabel 4.16 Hasil T tabel dan R tabel Tahap I Kelompok Non-member (perceived) T TABEL 1,68
R TABEL 0,24
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Tabel 4.17 Hasil Cronbach’s Alpha Tahap I Kelompok Non-member (perceived)
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Adapun syarat butir pernyataan tersebut valid adalah R HITUNG < R TABEL, dan dari
hasil statistika di atas didapat bahwa pernyataan yang tidak valid:
1. no.5 tidak valid sebab 0,198 < 0,24
2. no. 8 tidak valid sebab 0,160 < 0,24
3. no. 9 tidak valid sebab 0,035 < 0,24
Statistik Reliabel
Cronbach's Alpha N of Items
.803 22
![Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/21.jpg)
69
Lalu pernyataan yang ada di atas kemudian dikeluarkan dan kembali diuji validitas dengan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.18 Uji Validitas Tahap II Kelompok Non-member (perceived)
Corrected Item-Total
Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
P.1 .361 Valid
P.2 .359 Valid
P.3 .455 Valid
P.4 .304 Valid
P.6 .538 Valid
P.7 .564 Valid
P.10 .346 Valid
P.11 .365 Valid
P.12 .631 Valid
P.13 .536 Valid
P.14 .336 Valid
P.15 .358 Valid
P.16 .605 Valid
P.17 .512 Valid
P.18 .386 Valid
P.19 .265 Valid
P.20 .385 Valid
P.21 .337 Valid
P.22 .411 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Tabel 4.19 Hasil T Tabel dan R Tabel Tahap II Kelompok Non-member (perceived) T TABEL 1,68
R TABEL 0,24
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
![Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/22.jpg)
70
Tabel 4.20 Hasil Cronbach’s Alpha Tahap II kelompok Non-member (perceived)
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Dari analisa data di atas semua butir pernyataan sudah valid sebab tidak ada
satupun R HITUNG < R TABEL dan juga semua pernyataan sudah reliabel sebab Conbach’s
alpha(0,819) > 0,6
4.4 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data dari kuesioner yang dikumpulkan
berdistribusi normal atapun tidak normal. Selain itu, hal ini juga berguna untuk penentuan
metode yang akan diambil apakah parametrik ataupun non-parametrik.
Untuk mengetahui data tersebut berdistribusi normal atau tidak maka dapat dilihat
dari signifikansi. Apabila sig < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. Dan dikatakan
normal apabila sig > 0,05.
Untuk mengetahui hubungan yang searah atau berlawanan dapat dilihat pada
R > 0,05 memiliki hubungan yang kuat dan apabila R < 0,05 maka hubungannya berlawanan
4.4.1 Uji Normalitas kelompok member (Preference)
Berikut ini adalah uji normalitas dari kelompok member (preference):
Tabel 4.21 Uji Normalitas Kelompok Member (preference)
Tes Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Average .137 50 .020 .880 50 .000
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Statistik Reliabel
Cronbach's Alpha N of Items
.819 19
![Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/23.jpg)
71
Gambar 4.9 QQ plots Kelompok Member
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Dari hasil analisis Spss di atas di dapat bahwa sig < 0,05 artinya data berdistribusi
tidak normal, dan oleh karena itu menggunakan pengolahan metode non-parametrik.
4.4.2 Uji Normalitas Kelompok non-member (Perceived)
Tabel 4.22 Uji Normalitas Kelompok Non-member (perceived)
Tes Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
average .111 50 .174 .981 50 .581
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
![Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/24.jpg)
72
Gambar 4.10 QQ plots Kelompok Non-member
Sumber : Hasil Pengolahan data, 2010
Dari hasil analisis Spss di atas didapat bahwa sig > 0,05 artinya data berdistribusi
normal, dan oleh karena itu bisa menggunakan pengolahan metode parametrik ataupun non-
parametrik. Oleh karena aturan statistik menjelaskan bahwa data parametrik bisa di non -
parametrikan, sedangkan sebaliknya tidak, maka dalam penelitian ini analisis data utama
menggunakan metode non – parametrik.
![Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/25.jpg)
73
4.5 Hasil Pengolahan Data Kelompok Member (Preference) Menggunakan Korelasi
Non-Parametrik Spearman
4.5.1 Seberapa besar X1( Culture Effect ) mempengaruhi Y ( Keputusan
Pembelian )
Tabel 4.23 Korelasi Culture Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Member (preference)
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Culture Effect (budaya) memiliki hubungan
yang kuat terhadap keputusan pembelian meskipun hubungannya negatif (tidak searah –
Trade Off) sebesar -0,773. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau kontribusi
hubungan variabel di atas, maka nilai korelasi tersebut di kuadratkan (-0,7732 ) =
0,597529 59,75%. Secara statistik hasil ini dapat dijelaskan bahwa bila terjadi kenaikan 1
peringkat persepsi Culture Effect (budaya) maka akan menurunkan peringkat keputusan
pembelian sebesar 1*59,75%(ß). Hasil dan keputusan statistik ini sangat kuat karena kadar
signifikansinya (0,000) menunjukan relatif tidak terdapat toleransi kemungkinan salah
(kemungkinan salahnya rendah sekali).
Secara teoritis dapat dijelaskan mengapa terdapat hubungan terbalik antara Culture
Effect (budaya) terhadap keputusan dalam pembelian sebagai berikut: kelompok pembeli
normal yang non fungsional (konsumen non fungsional) umumnya adalah konsumen yang
membeli suatu barang atas dasar kepentingan di luar kepentingan harga dan sejenisnya.
Secara psikologi ekonomi kelompok orang tertentu sering melakukan konsumsi atas
pertimbangan kebiasaan terdahulu atau tradisi. Tradisi membeli yang selalu berpatokan
Korelasi
Kep.Pem
Culture Effect(budaya)
Spearman's rho Kep. Pem Correlation Coefficient 1.000 -.773**
Sig. (2-tailed) . .000
N 50 50
Culture Effect (budaya)
Correlation Coefficient -.773** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 50 50
![Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/26.jpg)
74
bahwa barang yang dibeli harus diyakini berkualitas tinggi, dilayani dengan sangat baik,
kepedulian yang sangat tinggi dari penjual dan penghormatan penjual atas pembeli yang
tinggi membuat konsumen selalu memutuskan untuk berbelanja ditempat yang
diapriorikannya sebagai tempat yang representatif, dalam hal ini Kem Chicks.
Konsumen ini sangat jarang mempertimbangkan harga murah, bahkan sangat tidak
berkenan dengan sebutan harga murah atau terjangkau. Bagi mereka harga tidak masalah
asalkan apa yang mereka perlukan (barangnya) dan inginkan (kualitas dan harapannya)
dapat diperoleh. Selama penjual tetap mempertahankan bahwa produk dan layanannya
memberikan ”kepuasan” kepada konsumen yang dimaksud maka selama itulah konsumen
akan tetap membeli. Satu hal yang terpenting adalah bahwa penjual berserta merek dan
labelnya yang ternama itu adalah bagian dari penciptaan kesan ”berbudaya tinggi” atas
konsumenya.
Bila di analogikan dalam bentuk yang lain misalkan tingginya derajat orang yang bila
menggunakan mobil Jaguar, tinggal di Apartemen Park Royal, makan Caviar+Podka,
mendengarkan musik klasik Mozart dan Jazz, kuliah di MIT atau Harvard, dan semacamnya.
Begitu juga dengan belanja dan menjadi konsumen di Supermarket Kem Chicks. Supermarket
ini jumlahnya sangat terbatas dan sangat terkenal sebagai tempat belanja kebutuhan sehari-
hari yang produknya sangat berkualitas dengan layanan prima. Bagi sebagian orang
berbelanja di Kem Chicks adalah lambang ”orang kaya” selevel para expatriat (orang bule).
Jadi bisa saja ada pembeli yang demi meningkatkan citra diri dengan sangat terpaksa belanja
kebutuhan sehari-harinya di kem Chicks
Bagi yang tidak bermasalah dan memang sangat mampu berbelanja di kem Chicks
adalah merupakan faktor kebiasaan atau budaya ”yang sudah tinggi”. Tentu saja
kecenderungan untuk terus berbelanja di tempat yang sama selain untuk menghidari
penilaian ”buruk” dari penjual atas ”tingkat budaya belanjanya” juga adalah karena takut
belanja di tempat lain karena takut atau khawatir mendapatkan barang yang tidak sesuai
dengan keinginan dan tidak mendapatkan layanan prima (takut kecewa).
Akan tetapi bagi konsumen tertentu yang merasa bahwa ”jati dirinya” relatif telah
memiliki tingkat budaya yang tinggi tanpa harus menunjukan dengan bantuan ”pihak lain”,
maka yang terjadi adalah 2 kemungkinan yaitu :
![Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/27.jpg)
75
1. Bila ia merasa bahwa ”budayanya/kebiasaannya” lebih tinggi dari pada orang lain, maka
ia akan terus menggunakan kebiasaan lamanya untuk mempertahankan statusnya
bahkan akan memperbesar transaksinya.
2. Bila ia merasa bahwa ”budaya/kebiasaannya” telah menjadi tinggi dan orang lain sudah
mengetahuinya baik atas persepsinya maupun karena persepsi orang lain, maka bisa
saja ia akan menurunkan transaksinya untuk kebiasaannya, karena ia merasa semakin
tinggi nilai budayanya maka semakin ia tidak memerlukan transaksi yang besar lagi.
Dalam kasus di atas, maka kemungkinan yang ke-2 inilah yang akan terjadi, dimana bila
”taraf budaya” konsumen Kem Chicks semakin tinggi maka kemungkinan ia untuk
memperbesar belanjanya di kem Chicks relatif akan semakin turun, atau relatif tetap.
Dalam konteks Hukum ANGEL dalam ilmu ekonomi, yaitu bila terdapat kenaikan tingkat
pendapatan atau terjadi kenaikan pendapatan terus menerus secara signifikan maka
akan menurunkan proporsi konsumsi barang primer.
4.5.2 Seberapa besar X2 ( Wagon Effect ) mempengaruhi Y ( Keputusan
Pembelian )
Tabel 4.24 Korelasi Wagon Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Member
(preference)
Korelasi
Kep.Pem
Wagon effect (ikut-ikutan)
Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 .393**
Sig. (2-tailed) . .005
N 50 50
Wagon effect (ikut-ikutan)
Correlation Coefficient .393** 1.000
Sig. (2-tailed) .005 .
N 50 50
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
![Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/28.jpg)
76
Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Wagon Effect (ikut-ikutan) memiliki
hubungan yang lemah terhadap keputusan pembelian dan hubungannya positif (searah)
sebesar 0,393. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau kontribusi hubungan
variabel di atas, maka nilai korelasi tersebut di kuadratkan (0,3932 ) = 0,154449
15,4449%. Secara statistik hasil ini dapat dijelaskan bahwa bila terjadi kenaikan 1 peringkat
persepsi Wagon Effect (ikut-ikutan) maka akan menaikkan peringkat keputusan pembelian
sebesar 1*15,4449%(ß). Hasil dan keputusan statistik ini sangat kuat karena kadar
signifikansinya (0,005) menunjukan relatif tidak terdapat toleransi kemungkinan salah
(kemungkinan salahnya rendah sekali).
Secara teoritis dapat dijelaskan mengapa terdapat hubungan yang lemah dan searah
antara Wagon Effect (ikut-ikutan) terhadap keputusan dalam pembelian sebagai berikut:
kelompok member (preference) umumnya adalah konsumen yang membeli tanpa ada rasa
ingin ikut-ikutan dengan orang lain. Mereka berbelanja memang atas dasar pribadi masing-
masing, dalam artian mereka belanja karena kebutuhan mereka sendiri. Secara psikologis
ekonomi, mereka berbelanja tidak didasarkan pada pengamatan terhadap pihak lain.
Mereka mengetahui bahwa di suatu tempat tersebut memang menjual barang dan
kebutuhan yang mereka memang butuhkan. Akan tetapi masih ada sedikit kemungkinan
orang berbelanja karena memang melihat perilaku orang lain sehingga apabila memunculkan
kenaikan 1 peringkat persepsi Wagon Effect (ikut-ikutan) maka akan menaikkan peringkat
keputusan pembelian sebesar 15,4449%, umumnya pada awal sebelum atau saat masih
menjadi member baru.
![Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/29.jpg)
77
4.5.3 Seberapa besar X3 ( Snob Effect ) mempengaruhi Y ( keputusan Pembelian)
Tabel 4.25 Korelasi Snob Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Member (preference)
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Snob effect (gengsi) memiliki hubungan
yang cukup kuat terhadap keputusan pembelian dan hubungannya positif (searah) sebesar
0,440 Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau kontribusi hubungan variabel di
atas, maka nilai korelasi tersebut di kuadratkan (0,4402 ) = 0,1936 19,36%. Secara
statistik hasil ini dapat dijelaskan bahwa bila terjadi kenaikan 1 peringkat persepsi Snob
effect (gengsi) maka akan menaikkan peringkat keputusan pembelian sebesar 1*19,36%(ß).
Hasil dan keputusan statistik ini sangat kuat karena kadar signifikansinya (0,001)
menunjukan relatif tidak terdapat toleransi kemungkinan salah (kemungkinan salahnya
rendah sekali).
Secara teoritis dapat dijelaskan mengapa terdapat hubungan yang cukup kuat dan
searah antara Snob effect (gengsi) terhadap keputusan dalam pembelian sebagai berikut:
kelompok pembeli member umumnya mereka membeli sesuatu karena mereka merasa
gengsi. Mereka merasa bukan orang yang ”berada” apabila tidak berbelanja di tempat yang
mewah. Dalam hal ini konsumen Kem Chicks terutama dari kelompok member mereka
seakan ingin memperlihatkan bahwa mereka menyadari betul gengsi itu ada dan alasan
mereka berbelanja adalah gengsi. Hal ini memunculkan setiap kenaikan 1 peringkat persepsi
Korelasi
Kep.Pem
Snob effect (gengsi)
Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 .440**
Sig. (2-tailed) . .001
N 50 50
Snob effect (gengsi)
Correlation Coefficient .440** 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 50 50
![Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/30.jpg)
78
Snob effect maka akan menaikkan peringkat keputusan pembelian sebesar 19,36% artinya
mau tidak mau ketika merasa gengsi mereka akan mencoba membeli dan tentu menaikkan 1
peringkat.
4.5.4 Seberapa besar X4 ( Veblen Effect ) mempengaruhi Y ( keputusan
Pembelian)
Tabel 4.26 Korelasi Veblen Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Member
(preference)
Korelasi
Kep.Pem
Veblen Effect (Pamer)
Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 -.594**
Sig. (2-tailed) . .000
N 50 50
Veblen Effect(Pamer)
Correlation Coefficient -.594** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 50 50
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Veblen Effect (Pamer) memiliki hubungan
yang cukup kuat terhadap keputusan pembelian meskipun hubungannya negatif (tidak
searah – Trade Off) sebesar -0,594. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau
kontribusi hubungan variabel di atas, maka nilai korelasi tersebut di kuadratkan (-0,5942 )
= 0,352836 35,2836%. Secara statistik hasil ini dapat dijelaskan bahwa bila terjadi
kenaikan 1 peringkat persepsi Veblen Effect (Pamer) maka akan menurunkan peringkat
keputusan pembelian sebesar 1*35,2836%(ß). Hasil dan keputusan statistik ini sangat kuat
karena kadar signifikansinya (0,000) menunjukan relatif tidak terdapat toleransi kemungkinan
salah (kemungkinan salahnya rendah sekali).
Secara teoritis dapat dijelaskan mengapa terdapat hubungan yang cukup kuat dan
searah antara Veblen Effect (Pamer) terhadap keputusan dalam pembelian sebagai berikut:
kelompok member umumnya mereka membeli sesuatu karena mereka ingin pamer.
![Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/31.jpg)
79
Seseorang melakukan konsumsi adalah untuk mendapatkan status dari lingkungannya,
sehingga setiap memiliki kesempatan konsumen akan selalu berusaha untuk pamer. Mereka
senang ketika memberitahukan orang lain bahwa mereka berbelanja di tempat mahal.
Mereka senang membicarakan bagaimana mereka berbelanja dan dimana mereka
berbelanja. Semakin orang merasa kagum akan konsumsi pembeliannya disitulah akan terus
memunculkan perasaan pamer. Dalam hal ini pula umumnya pelanggan Kem Chicks juga
ingin dan memberitahukan pengalaman mereka kepada orang lain bahwa ia berbelanja di
tempat yang berkelas atas. Tetapi hal ini justru berbanding terbalik dengan keputusan
pembelian, sebab dengan pamer bukan berarti harus membelanjakan semuanya di 1 tempat.
Hal ini Hal ini memunculkan setiap kenaikan 1 peringkat persepsi Veblen Effect (Pamer)
maka akan menaikkan peringkat keputusan pembelian sebesar 35,2836%.
4.6 Hasil Pengolahan Data Kelompok non - member (Perceived) Menggunakan
Korelasi Non-Parametrik Spearman
4.6.1 Seberapa besar X1( Culture Effect ) mempengaruhi Y ( Keputusan
Pembelian )
Tabel 4.27 Korelasi Culture Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Non-member (Perceived)
Korelasi
Kep.Pem
Culture Effect(Budaya)
Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 -.496**
Sig. (2-tailed) . .000
N 50 50
Culture Effect (Budaya)
Correlation Coefficient -.496** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 50 50
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
![Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/32.jpg)
80
Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Culture Effect (Budaya) memiliki hubungan
yang cukup kuat terhadap keputusan pembelian meskipun hubungannya negatif (tidak
searah – Trade Off) sebesar -0,496. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau
kontribusi hubungan variabel di atas, maka nilai korelasi tersebut di kuadratkan (-0,4962 )
= 0,246016 24,6016%. Secara statistik hasil ini dapat dijelaskan bahwa bila terjadi
kenaikan 1 peringkat persepsi Culture Effect (Budaya) maka akan menurunkan peringkat
keputusan pembelian sebesar 1*24,6016%(ß). Hasil dan keputusan statistik ini sangat kuat
karena kadar signifikansinya (0,000) menunjukan relatif tidak terdapat toleransi kemungkinan
salah (kemungkinan salahnya rendah sekali).
Secara teoritis dapat dijelaskan mengapa terdapat hubungan yang cukup kuat
namun berbanding terbalik (trade-off) antara Culture Effect (budaya) terhadap keputusan
dalam pembelian sebagai berikut: kelompok pembeli normal yang non fungsional (konsumen
non fungsional) umumnya adalah konsumen yang membeli suatu barang atas dasar
kepentingan diluar kepentingan harga dan sejenisnya. Secara psikologi ekonomi kelompok
orang tertentu sering melakukan konsumsi atas pertimbangan kebiasaan terdahulu atau
tradisi.
Tradisi membeli yang selalu berpatokan bahwa barang yang dibeli harus diyakini
berkualitas tinggi, dilayani dengan sangat baik, kepedulian yang sangat tinggi dari penjual
dan penghormatan penjual atas pembeli yang tinggi membuat konsumen selalu memutuskan
untuk berbelanja ditempat yang diapriorikannya sebagai tempat yang representatif, dalam
hal ini Kem Chicks. Ketika konsumen merasa bahwa mereka tahu apa yang mereka butuhkan
dan dimana mereka membeli maka muncullah efek budaya tersebut. Dalam hal ini kelompok
non – member (perceived) juga tahu bahwa Kem Chicks adalah tempat supermarket yang
memiiki kualitas produk yang baik.
![Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/33.jpg)
81
4.6.2 Seberapa besar X2 ( Wagon Effect ) mempengaruhi Y ( Keputusan
Pembelian )
Tabel 4.28 Korelasi Wagon Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Non-member
(perceived)
Korelasi
Kep.Pem Ikut-Ikutan
Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 .046
Sig. (2-tailed) . .749
N 50 50
Wagon Effect (Ikut-Ikutan)
Correlation Coefficient .046 1.000
Sig. (2-tailed) .749 .
N 50 50
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Wagon Effect (Ikut-Ikutan) tidak
berpengaruh kepada keputusan pembelian di mana tingkat signifikansinya melebihi batas
toleransi yaitu 0.749 dari yang seharusnya kurang dari atau sama dengan 0,05. Andaikata
tidak mempertimbangkan tingkat signifikansi maka sebenarnya kekuatan hubungan variabel
ini hanya sebesar 4,6%, sangat rendah sekali.
Dengan demikian secara teoritis dapat dijelaskan untuk kelompok non – member
(perceived) ini ternyata Wagon Effect tidak berpengaruh terhadap keputusan pembeliannya.
Artinya dalam kondisi riil dalam hal membeli di Kem Chicks kelompok persepsi tidak
terpengaruh atas pengaruh atau propaganda orang lain (kerumunan belanja, omongan,
ajakan), teman dan iklan. Kemungkinan besar bagi kelompok persepsi pengaruh ikut-ikutan
untuk belanja di di Kem Chicks bukan level mereka karena secara psikologi ekonomi orang ini
bukanlah orang yang terikat dengan Merek (Brand) penjual, melainkan hanya butuh secara
kebetulan atau hanya coba-coba saja karena ingin tahu, ingin membuktikan dan
semacamnya. Meskipun rendah sekali yaitu sebesar 4,6% tingkat hubunngannya akan tetapi
tetap saja ada hubungan meskipun secara statisitik nilai itu setara dengan tidak ada
hubungan, angka 4,6% ini menunjukan bahwa ada saja yang membeli karena ikut-ikutan.
![Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/34.jpg)
82
4.6.3 Seberapa besar X3 ( Snob Effect ) mempengaruhi Y ( Keputusan Pembelian )
Tabel 4.29 Korelasi Snob Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Non-member
(perceived)
Korelasi
Kep.Pem Gengsi
Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 -.046
Sig. (2-tailed) . .749
N 50 50
Snob Effect (Gengsi)
Correlation Coefficient -.046 1.000
Sig. (2-tailed) .749 .
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Snob Effect (Gengsi) tidak berpengaruh
kepada keputusan pembelian di mana tingkat signifikansinya melebihi batas toleransi yaitu
0.749 dari yang seharusnya kurang dari atau sama dengan 0,05. Seandainya pun tidak
mempertimbangkan tingkat signifikansi maka sebenarnya kekuatan hubungan variabel ini
hanya sebesar 4,6%, sangat rendah sekali.
Dengan demikian secara teoritis dapat dijelaskan untuk kelompok persepsi ini
ternyata snob effect (Gengsi) tidak berpengaruh terhadap keputusan pembeliannya. Artinya
dalam kondisi riel dalam hal membeli di Kem Chicks kelompok persepsi ini tidak untuk gengsi
atau malu kepada orang lain dan semacamnya. Kemungkinan besar bagi kelompok persepsi
pengaruh gengsi untuk belanja di di Kem Chicks bukan level mereka karena secara psikologi
ekonomi orang ini bukanlah orang yang terikat dengan Merek (Brand) penjual, melainkan
hanya butuh secara kebetulan atau hanya coba-coba saja karena ingin tahu, ingin
membuktikan dan semacamnya. Meskipun rendah sekali yaitu sebesar -4,6% tingkat
hubunngannya akan tetapi tetap saja ada hubungan meskipun secara statisitik nilai itu setara
dengan tidak ada hubungan, angka 4,6% ini menunjukan bahwa ternyata efek gengsi
berdampak negatif kepada keputusan pembelian.
![Page 35: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/35.jpg)
83
4.6.4 Seberapa besar X4 ( Veblen Effect ) mempengaruhi Y ( Keputusan
Pembelian )
Tabel 4.30 Korelasi Veblen Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok non-member
(perceived)
Korelasi
Kep.Pem
Veblen effect (Pamer)
Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 .513**
Sig. (2-tailed) . .000
N 50 50
Veblen effect(pamer)
Correlation Coefficient .513** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 50 50
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010
Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Veblen Effect (pamer) memiliki hubungan
yang cukup kuat terhadap keputusan pembelian dan hubungannya positif (searah) sebesar
0,513 Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau kontribusi hubungan variabel di
atas, maka nilai korelasi tersebut di kuadratkan (0,5132 ) = 0,263169 26,3169%.
Secara statistik hasil ini dapat dijelaskan bahwa bila terjadi kenaikan 1 peringkat persepsi
Veblen Effect (pamer) maka akan menaikkan peringkat keputusan pembelian sebesar
1*26,3169%( ß). Hasil dan keputusan statistik ini sangat kuat karena kadar signifikansinya
(0,00) menunjukan relatif tidak terdapat toleransi kemungkinan salah (kemungkinan
salahnya rendah sekali).
Dengan demikian dapat diartikan bahwa pelanggan merasa pamer itu penting. Ia
berbelanja di Kem Chicks karena pamer akan perilaku pembeliannya kepada orang lain.
Dalam hal ini setiap kenaikan 1 peringkat persepsi Veblen Effect (pamer) maka akan dapat
menaikkan peringkat keputusan pembelian sebesar 26,3169%.
![Page 36: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/36.jpg)
84
4.7 Implikasi Hasil Penelitian
Dengan mempertimbangkan hasil analisis data di atas baik untuk kelompok member
(Preference) dan Non-member (Perceived) maka dapat di analisis implikasinya sebagai
berikut :
1. Secara teoritis efek budaya, sosial dan psikologis konsumen dalam menentukan
membeli suatu barang pada suatu tempat sangat perlu dipertimbangkan karena bagi
konsumen tertentu terdapat faktor-faktor lain yang justru lebih utama selain harga
untuk mereka dalam memutuskan membeli atau tidak. Inilah yang disebut ilmu
ekonomi sebagai permintaan non fungsional. Efek permintaan non fungsional ini
akan sangat berdampak positif bagi produsen bila produsen dapat memahami
konsumennya dengan baik, tidak perlu mengsegmentasi dalam bentuk apapun, tidak
perlu mentargetkan apapun apalagi harus memposisikannya di mana. Yang
terpenting adalah bagaimana menjaga faktor non fungsional tersebut tetap menjadi
hak konsumen dan produsen menjamin bahwa hak itu tidak hilang bila berhubungan
dengannya, terutama konsumen yang telah menjadi pelanggannya. Oleh karena itu
hal-hal tabu bagi produsen (dalam hal ini Kem Chicks) adalah :
a. Membuka usahanya di tempat/lokasi sembarangan meskipun jumlah populasinya
sangat banyak, karena hal ini akan menurunkan faktor non fungsional konsumen
terutama untuk pelanggan.
b. Melakukan diskon harga atau potongan harga musiman.
c. Membuka terlalu banyak cabang. Gunakan prinsip ”apabila mau, saya...datang”
d. Tidak memberikan pelayanan yang ramah dan maksimal kepada para pelanggan.
Hal ini dikarenakan pelanggan Kem Chicks adalah pelanggan yang ingin merasa
”ditinggikan”
![Page 37: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022013008/5c818f3909d3f263728c6cda/html5/thumbnails/37.jpg)
85
2. Secara statistik hasilnya menunjukan bahwa kelompok member (preference)
terdapat perbedaan dengan kelompok non – member (Perceived) sehubungan
dengan keputusan pembelian yang dipengaruhi oleh faktor non fungsional dalam
permintaan. Bagi kelompok member, faktor non fungsional berpengaruh terhadap
keputusan pembelian meskipun dalam kadar dan kontribusi yang berbeda.
Sedangkan bagi kelompok non - member keputusan pembelian hanya dipengaruhi
oleh efek budaya dan efek pamer. Sedangkan faktor lain tidak ada hubungannya.
Hasil statistik ini membuktikan bahwa konsumen non fungsional ini memang sangat
terbatas jumlahnya, bisa saja bertambah akan tetapi tetap saja terbatas. Karena
jumlahnya terbatas maka konsumen ini disebut sebagai konsumen prima, setara
pengertiannya dengan bilangan prima yaitu hanya habis dibagi oleh bilangan itu
sendiri. Konsumen prima adalah konsumen yang hanya dimengerti oleh produsen itu
sendiri. Hubungan yang tercipta antara konsumen dan produsen sehingga mereka
bisa sehati sangatlah sulit dan memerlukan proses waktu yang relatif lama, oleh
karenanya bila hubungan antara konsumen dan produsen rusak karena ada faktor-
faktor yang menganggap bahwa bila prima sama dengan ganjil maka faktor non
fungsional ini akan rusak dengan sendirinya.