bab iv hasil dan pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2010-1-00423-mn bab...

37
49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Kem Chicks didirikan pertama kali oleh Bambang Mustari atau yang sering kita kenal dengan Bob Sadino yang juga merupakan salah satu tokoh entrepreneur sukses di Indonesia. Pada awalnya Kem Chicks berdiri karena Bob Sadino menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini usahanya menanjak : Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha dagang sayur dengan sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ''warung'' shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Pada Catatan awal tahun 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar. Kem Chicks hanya ingin bertahan dengan 1 gerai saja karena konsep pulang ke rumah jadi jumlah rumah hanyalah satu. “Rumah itu biasanya cuman satu kalau banyak nanti jadi villa atau apartement” tutur Pak Bob Sadino. Tetapi, karena dunia bisnis memang sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan, maka Kem Chicks melakukan menambahkan jumlah gerainya berada di Pacific Place dengan luas 2.500 m2 – 1.000 m2. Pacific Place dipilih sebagai lokasi kedua gerai mengingat Pacific Place memiliki kesamaan segmentasi dengan Kem Chicks yaitu menengah dan menengah atas. Kem Chicks Di Pacific Place memiliki konsep yang ditawarkan yaitu “pulang ke rumahdengan tag line “Lifestyle market”. Konsep tersebut yang menawarkan 70% barang impor, sisanya sayuran dan produk ternak dari peternakannya sendiri, serta produk lainnya. Ada konsep baru yang ditawarkan oleh Tim Gourmet dari Kem Chicks adalah your personal kitchen karena Mall pacific Palce dimana terhubung dengan Ritz Carlton apartment sehingga membuat Kem Chicks mengambil peluang dengan memungkinkan penghuninya mendapatkan layanan house keeping dan gourmet room service dari dapur perusahaan

Upload: lecong

Post on 08-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Perusahaan

Kem Chicks didirikan pertama kali oleh Bambang Mustari atau yang sering kita kenal

dengan Bob Sadino yang juga merupakan salah satu tokoh entrepreneur sukses di Indonesia.

Pada awalnya Kem Chicks berdiri karena Bob Sadino menerima pemberian 50 ekor ayam ras

dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini usahanya menanjak : Ia berhasil menjadi

pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha dagang sayur dengan sistem hidroponik. Lalu

ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ''warung'' shaslik di

Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Pada Catatan awal tahun 1985 menunjukkan, rata-rata per

bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging

olahan, dan 100 ton sayuran segar.

Kem Chicks hanya ingin bertahan dengan 1 gerai saja karena konsep pulang ke

rumah jadi jumlah rumah hanyalah satu. “Rumah itu biasanya cuman satu kalau banyak

nanti jadi villa atau apartement” tutur Pak Bob Sadino. Tetapi, karena dunia bisnis memang

sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan, maka

Kem Chicks melakukan menambahkan jumlah gerainya berada di Pacific Place dengan luas

2.500 m2 – 1.000 m2. Pacific Place dipilih sebagai lokasi kedua gerai mengingat Pacific Place

memiliki kesamaan segmentasi dengan Kem Chicks yaitu menengah dan menengah atas.

Kem Chicks Di Pacific Place memiliki konsep yang ditawarkan yaitu “pulang ke rumah”

dengan tag line “Lifestyle market”. Konsep tersebut yang menawarkan 70% barang impor,

sisanya sayuran dan produk ternak dari peternakannya sendiri, serta produk lainnya.

Ada konsep baru yang ditawarkan oleh Tim Gourmet dari Kem Chicks adalah your

personal kitchen karena Mall pacific Palce dimana terhubung dengan Ritz Carlton apartment

sehingga membuat Kem Chicks mengambil peluang dengan memungkinkan penghuninya

mendapatkan layanan house keeping dan gourmet room service dari dapur perusahaan

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

50

makanan siap saji sesuai keinginan para penghuni hal ini yang membuat Kem Chicks

merekrut karyawan dari jurusan perhotelan.

Khusus untuk Kem Chicks Pacific Place, Bob Sadino tidak bekerja sendirian. Bob

Sadino selaku owner bekerja sama dengan PT. TOZY SENTOSA untuk membuka gerai kem

Chicks yang kedua dengan sistem franchise. Kem chicks Pacific Place mulai beroperasi

tepatnya pada tanggal 22 November 2007 bersamaan dengan soft opening Pacific Place Mall.

Kem Chicks Pacific Place merupakan salah satu Bisnis Unit atau stategic Business Unit (SBU)

PT. TOZY SENTOSA yang dipimpin oleh Bapak Hutomo Mugi Santoso. PT. TOZY SENTOSA ini

didirikan pada tahun 2003 yang terjun dalam bidang usaha pengecer (retail) yang

diantaranya adalah Centro Department Store yang ada di The Plaza Semanggi Jakarta,

Discovery Shopping Mall Kuta Bali, Margo City depok, Plaza Ambarukmo Yogyakarta dan Mall

Of Indonesia di kelapa Gading Jakarta.

Kem Chicks Pacific Place merupakan kerja sama pengembangan usaha antara Bapak

Hutomo Mugi Santoso dengan Bapak Bambang Mustari Sadino atau lebih dikenal dengan

nama Bob Sadino sebagai founder Kem Chicks. Kem Chicks di Kemang berdiri sejak tahun

1970. Kem Chicks sendiri pada dasarnya merupakan supermarket untuk customer

menengah keatas dan khususnya Kem Chicks Kemang mayoritas pelanggannya adalah

expatriate. Kem Chicks sangat berhati – hati dalam memilih lokasi, karena bagi Kem Chicks

lokasi adalah salah satu faktor utama penanaman secara tepat posisi Kem Chicks di benak

konsumen.

Kem Chicks memperhatikan lokasi di mana harus sesuai dengan segmen dan target

konsumen yang dibidik. Sehingga semua strategi STP yang telah dirancang dapat dicapai

tepat sasaran, dengan kata lain tidak sekedar menjual produk saja. Pemilihan lokasi untuk

membuka Kem Chicks di Pacific Place karena Pacific Place berada di lokasi SCBD (Sudirman

Central Business District). Dimana di lokasi SCBD ini setiap hari nya lebih kurang ada 75.000

orang yang aktivitas, banyak gedung perkantoran seperti BEI (Bursa Efek Indonesia), Artha

Graha Wisma Bank Niaga, Bapindo Plaza dan lainnya, selain itu banyak apartement sebagai

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

51

tempat tinggal para executive termasuk expatriate. Para executive dan expatriate yang

tinggal atau beraktivitas di seputar SCBD sesuai dengan target market Kem Chicks, yaitu

mereka yang membeli kebutuhan sehari hari didasarkan pada lifestyle mereka dan

melakukan transaksi pembelian untuk kualitas (pay for quality).

4.1.1 Barang Dagangan (Merchadise)

Merchandise atau barang dagangan yang dijual di Kem Chicks Pacific Place

sebagaimana yang dijual di Supermarket pada umumnya adalah barang-barang kebutuhan

sehari-hari. Hal yang membedakan Kem Chicks Pacific Place dengan supermarket lain adalah

merchandise yang dijual banyak barang-barang impor, dan barang lokal dengan kualitas

prima serta berbagai macam barang yang khusus hanya ada di Kem Chicks. Kem Chicks

Pacific Place mengklaim sebagai supermarket di jakarta yang terlengkap dalam menyediakan

berbagai macam keju dan makanan (delicatessen).

Berikut ini adalah merchandise - merchandise yang tersedia di Kem Chicks Pacific Place :

a. Produk tidak tahan lama / Perishable :

• Meat (daging sapi, kambing, babi, ayam, kalkun, kelinci dan lain-lainnya ) baik impor

maupun lokal.

• Seafood (berbagai macam ikan seperti salmon, kakap, tenggiri, udang, kepiting dan

lain - lain).

• Delicatessen (berbagai macam ham dan sosis) baik impor dan lokal.

• Dairy (Milk dan berbagai macam product turunan dari milk seperti yoghurt, cream,

butter, keju dan lain -lain) baik impor dan lokal.

• Fruits dan Vegetables baik lokal maupun impor

• Cake dan Bakery dimana roti-roti yang dijual bukan hanya roti sebagai makanan

cemilan tetapi banyak dijual roti sebagai makanan pokok.

• Frozen Food ( makanan beku seperti kentang goreng, daging ayam olahan (nugget),

buah dan sayur beku, pie, roti beku dan lainnya ) baik impor dan lokal.

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

52

• Di Kem Chicks Pacific Place juga memberikan jasa bagi pelanggan yang ingin

mengolah belanjaannya menjadikan makanan untuk disantap saat itu, misalnya

membeli daging sapi untuk dimasakan menjadi steak.

b. Bahan – bahan makanan / Food Groceries :

• Beverage (berbagai macam minuman ringan, beralkohol, air mineral, juice dan lain -

lain) baik impor dan lokal.

• Confectionery (berbagai makanan seperti coklat, biskuit, keripik kentang dan

makanan kecil lainnya) baik impor dan lokal.

• Breakfast (berbagai makanan pagi seperti kopi, teh, selai, sereal dan lain – lainnya)

impor dan lokal.

• Canned Food (makanan kaleng berupa buah, daging, ikan, sayur dan lain - lainnya)

baik impor dan lokal.

• Cooking Need (berbagai macam kecap dan bumbu lain untuk memasak ) impor dan

lokal.

• Commodity (berbagai kebutuhan sehari hari seperti tepung-tepungan, minyak

goreng, gula pasir dan lain lain yang merupakan komoditas) baik impor dan lokal.

• Healthy Food (berbagai makanan organik serta makanan sehat lainnya ) baik impor

dan lokal.

• Baby Food ( berbagai macam makanan untuk bayi ).

c. Bahan non makanan / Non Food groceries :

• Cleaner dan Laundry (berbagai macam keperluan pembersih dan mencuci) baik

impor dan lokal.

• Personal Care (berbagai macam kebutuhan pribadi seperti sabun, shampo dan

keperluan kecantikan dan perawatan pribadi lainnya) baik impor dan lokal.

• House were (seperti alat – alat rumah tangga) baik impor dan lokal.

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

53

• General merchandise (seperti majalah, rokok, dan kebutuhan rumah tangga lainnya)

baik impor dan lokal.

4.1.2 Visi dan Misi

• Visi

Untuk menjadi Supermarket yang inspiratif, disegani dan terpercaya, menyediakan

produk makanan berkualitas super dengan pelayanan yang berkelas dunia

• Misi

o Kepada Pelanggan :

Merebut dan memenangkan hati serta pikiran pelanggan dengan menyediakan

produk yang menunjang gaya hidup terkini dan menciptakan kesan mendalam

disetiap pasar yang kita masuki

o Kepada Karyawan :

Membangun lingkungan kerja yang menyenangkan dan penuh penghargaan bagi

karyawan yang mampu bekerja dengan sepenuh hati dan pikiran, dapat

diandalkan serta mampu mengambil tanggung jawab

o Kepada Mitra Kerja :

Mengembangkan dan membangun hubungan berdasarkan kemitraan stategis

o Kepada Lingkungan :

Menjadi tauladan sebagai warganegara yang baik dalam mematuhi peraturan

pemerintah dan mengambil peran aktif dalam masyarakat serta lingkungan

hidup.

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

54

President Director

Chief Executive Officer

KCPP - Head Of SBU FR

Head Of Store Management

FF

Head Of Quality Assurance

FH

Head Of Marketing FR (acting)

Head Of Merchandising

KS

Head of BIS TT

Head of HR

DHW

Head Of F & A AN

Grocery Merchandiser

1 AN

Grocery Merchandiser

2

Perishable Merchandiser

1 HP

Perishable Merchandiser

2 DW

ADM / Clerk

ADM / Clerk

ADM / Clerk

ADM / Clerk

VM Specialist - SPV

Asst Store Manager

VCT

Store Support Manager

WS

Customer Care - SPV

SFD Manager GS

Visual Merchandiser

CC Clerk

ADM / Clerk

Finance – SPV VCT

Receiving - SPV SRY

IT Specialist – SPV VCT

Maintenance – SPV IWN

Security - SPV SH

ADM / Clerk

Security

ADM / Clerk

Technician

Sales Attendance

Perishable 1 – SPV Toni

Perisahble 2 - SPV AP

Peishable 3 - SPV DD

Food Grocery B - SPV

Perishable 4 – SPV JYD

Perishable 5 - SPV VCT

Food Grocery A–SPV YH

Non Food Grocery-SPV VCT

Sales Attendance

Sales Attendance

Sales Attendance

Sales Attendance

Sales Attendance

Sales Attendance

Sales Attendance

Sales Attendance

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

55

4.2 Profil Responden

Profil responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu yang member dan non-

member. ini bertujuan untuk mengetahui karakterisik - karakteristik dari konsumen yang

terpilih menjadi responden penelitian. Penggolongan terhadap konsumen didasarkan pada

jenis kelamin, pekerjaan, total pengeluaran perbulan dan jumlah frekuensi kunjungan

pelanggan yang berbelanja di Kem Chicks Pacific Place dalam sebulan. Dari penggolongan ini

akan diperoleh suatu kesimpulan mengenai keadaan responden. Penggolongan tersebut akan

disajikan dalam masing-masing tabel berikut ini:

4.2.1 Profil Responden kelompok Non – member (perceived)

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner (non - member)

JENIS KELAMIN FREKUENSI PRESENTASE

PRIA 22 44 %

WANITA 28 56 %

Total 50 100 %

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Dilihat dari hasil Tabel 4.1 di atas yaitu dari jenis kelamin, sebagian besar responden

adalah wanita. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang dikumpulkan oleh penulis

yaitu responden wanita sebanyak 28 orang (56%) dan responden pria sebanyak 22 orang

(44%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.

Jumlah responden pria

Jumlah responden wanita

Gambar 4.1 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan jenis kelamin

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2010

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

56

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi (non-member)

PROFESI FREKUENSI PERSENTASE

Mahasiswa 8 16 %

Ibu rumah tangga 10 20 %

Pegawai swasta 10 20 %

Pegawai negeri 3 6 %

Wirausaha 12 24 %

Lainnya 7 14 %

Total 50 100%

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Dilihat dari hasil tabel 4.2 di atas, dapat diketahui jumlah responden yang

frekuensinya paling sering ialah dari responden yang memiliki profesi wirausaha,

sebanyak 12 orang (24%), kemudian disusul oleh ibu rumah tangga dan pegawai

swasta masing-masing sebanyak 10 orang (20%), kemudian mahasiswa sebanyak 8

orang (16%) kemudian yang berprofesi lainnya dalam hal ini dokter, praktisi, dan

lain lain sebanyak 7 orang (14%) dan yang terakhir pegawai negeri sebanyak 3

orang (6%) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 4.2 dibawah ini.

Mahasiswa

Ibu rumah tangga

Pegawai swasta

Peegawai negeri

Wirausaha

Lainnya

Gambar 4.2 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2010

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

57

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Total Pengeluaran/bulan (non-member)

Total Pengeluaran/bulan FREKUENSI PERSENTASE

< Rp 5.000.000,- 2 4 %

Rp 5.000.000,- - Rp 10.000.000,- 15 30 %

Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000,- 15 30 %

> Rp 15.000.000,- 18 36 %

Total 50 100 %

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Dilihat dari hasil tabel 4.3 di atas, dapat diketahui jumlah responden yang

frekuensinya paling sering ialah dari responden yang memiliki oleh responden yang

memiliki total pengeluaran/bulan > Rp 15.000.000,- besar frekuensi tersebut yaitu

sebesar 18 orang (36%) lalu diikuti oleh responden yang memiliki total

pengeluaran/bulan Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000,- dengan 15 orang (30%),

responden yang memiliki total pengeluaran/bulan Rp 5.000.000,- - Rp 10.000.000,-

sebanyak 15 orang (30%), dan responden yang memiliki total pengeluaran/bulan

< Rp 5.000.000,- sebanyak 2 orang (4 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari

gambar 4.3 di bawah ini.

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

58

responden dengan total pengeluaran/bulan < Rp 5.000.000,‐ 

responden dengan total pengeluaran/bulan Rp 5.000.000,‐ ‐ Rp 10.000.000,‐ 

responden dengan total pengeluaran/bulan Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000,‐ 

responden dengan total pengeluaran/bulan > Rp 15.000.000,‐ 

Gambar 4.3 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan total pengeluaran/bulan

Sumber Data : Hasil pengolahan Data 2010

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan jumlah frekuensi kunjungan pelanggan yang

berbelanja di Kem Chicks Pacific Place dalam sebulan. (non-member)

PROFESI FREKUENSI PERSENTASE

1X 9 18 %

2X 12 24 %

3X 15 30 %

> 4X 14 28 %

Total 50 100 %

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Dilihat dari hasil tabel 4.3 di atas, dapat diketahui jumlah responden yang

frekuensinya paling sering ialah dari responden dengan jumlah frekuensi kunjungan

pelanggan yang berbelanja/bulan > 3X yaitu sebesar 15 orang (30%) lalu diikuti

oleh responden dengan jumlah frekuensi kunjungan pelanggan yang

berbelanja/bulan 4X dengan 14 orang (28%), responden dengan jumlah frekuensi

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

59

kunjungan pelanggan yang berbelanja/bulan 2X sebanyak 12 orang (24%) dan

responden dengan jumlah frekuensi kunjungan pelanggan yang berbelanja/bulan 1X

sebanyak 9 orang (18%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4 di

bawah ini.

1X

2X

3X

4X

Gambar 4.4 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan frekuensi kedatangan Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010 4.2.2 Profil Responden kelompok member (preference)

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kuesioner (member)

JENIS KELAMIN FREKUENSI PRESENTASE

PRIA 24 48 %

WANITA 26 52 %

Total 50 100 %

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Dilihat dari hasil Tabel 4.5 di atas yaitu dari jenis kelamin, sebagian besar responden

adalah wanita. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang dikumpulkan oleh penulis

yaitu responden wanita sebanyak 26 orang (52%) dan responden pria sebanyak 24 orang

(48%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.5 di bawah ini.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

60

Jumlah responden pria

Jumlah responden wanita

Gambar 4.5 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi (member)

PROFESI FREKUENSI PERSENTASE

Ibu rumah tangga 15 30 %

Pegawai swasta 10 20 %

Pegawai negeri 3 6 %

Wirausaha 15 30 %

Lainnya 7 14 %

Total 50 100%

Sumber data : Hasil Pengolahan Data, 2010

Dilihat dari hasil tabel 4.6 diatas, dapat diketahui jumlah responden yang

frekuensinya paling sering ialah dari responden yang memliki profesi Ibu rumah

tangga dan Wirausaha dengan 15 responden (30%) kemudian disusul dengan

pegawai swasta dengan 10 orang (20%) dan profesi lain sebesar 7 orang (14%)

serta pegawai negeri sebanyak 3 orang (6%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 4.6 dibawah ini.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

61

Ibu rumah tangga

Pegawai swasta

Peegawai negeri

Wirausaha

Lainnya

Gambar 4.6 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan profesi

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Total Pengeluaran/bulan (member)

Total Pengeluaran/bulan FREKUENSI PERSENTASE

< Rp 5.000.000,- 6 12 %

Rp 5.000.000,- - Rp 10.000.000,- 9 18 %

Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000,- 10 20 %

> Rp 15.000.000,- 25 50 %

Total 50 100 %

Sumber data : Hasil Pengolahan Data, 2010

Dilihat dari hasil tabel 4.7 di atas, dapat diketahui jumlah responden yang

frekuensinya paling sering ialah dari responden yang memiliki oleh responden yang

memiliki total pengeluaran/bulan > Rp 15.000.000,- besar frekuensi tersebut yaitu

sebesar 25 orang (50%) lalu diikuti oleh responden yang memiliki total

pengeluaran/bulan Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000,- dengan 10 orang (20%),

responden yang memiliki total pengeluaran/bulan Rp 5.000.000,- - Rp 10.000.000,-

sebanyak 9 orang (18%), dan dan responden yang memiliki total pengeluaran/bulan

< Rp 5.000.000,- sebanyak 6 orang (12 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari

gambar 4.7 di bawah ini.

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

62

< Rp 5.000.000

Rp 5.000.000 s/dRp 10.000.000Rp 10.000.000 s/d15.000.000> Rp 15.000.000

Gambar 4.7 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan pengeluaran/bulan

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan jumlah frekuensi kunjungan pelanggan yang

berbelanja di Kem Chicks Pacific Place dalam sebulan. (member)

Sumber data : Hasil Pengolahan Data, 2010

Dilihat dari hasil tabel 4.8 di atas, dapat diketahui jumlah responden yang

frekuensinya paling sering ialah dari responden dengan jumlah frekuensi kunjungan

pelanggan yang berbelanja/bulan > 4X yaitu sebesar 17 orang (34%) lalu diikuti

oleh responden dengan jumlah frekuensi kunjungan pelanggan yang

berbelanja/bulan 3X dengan 15 orang (30%), responden dengan jumlah frekuensi

kunjungan pelanggan yang berbelanja/bulan 2X sebanyak 12 orang (24%) dan

responden dengan jumlah frekuensi kunjungan pelanggan yang berbelanja/bulan 1X

sebanyak 6 orang (12%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.8 di

bawah ini.

PROFESI FREKUENSI PERSENTASE

1X 6 12 %

2X 12 24 %

3X 15 30 %

> 4X 17 34%

Total 50 100 %

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

63

1X

2X

3X

4X

Gambar 4.8 Diagram Karakteristik Bedasarkan Frekuensi Kedatangan

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data dapat

dianalisis dengan menggunakan metode standar ilmiah yang baku, untuk keperluan itu

penulis telah mengumpulkan tabulasi pendapat yang telah disebar melalui e-mail maupun

secara langsung di dalam supermarket Kem Chicks Pacific place. Adapun hal ini dilakukan

mengingat penulis mengambil 2 sampel penelitian yaitu kelompok member yang disebut

kelompok preference dan orang yang berbelanja langsung di kem Chicks Pacific Place yaitu

non-member yang kemudian disebut kelompok perceived.

Hasil tabulasi tersebut kemudian oleh penulis dihitung dan diuji validitas serta

reliabilitasnya menggunkan SPSS versi.16. Untuk uji Validitas, apabila R HITUNG > R TABEL

maka dinyatakan butir kuseioner tersebut valid, sehingga apabila R HITUNG < R TABEL maka

dinyatakan butir kuesioner tersebut tidak valid. Untuk uji Reliabilitas, apabila cronbach’s

alpha > 0,6 maka dinyatakan butir kuesioner tersebut valid, sehingga apabia cronbach’s

alpha < 0,6 maka dinyatakan butir kuesioner tersebut tidak valid.

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

64

4.3.1 Uji Validitas dan reliabilitas Kelompok member (Preference)

Penyebaran ini dilakukan melalui e-mail (surat elektronik) dengan mengacu pada

data member perusahaan yang notabene merupakan konsumen (pelanggan setia) Kem

Chicks Pacific Place. Indikator –indikator yang dihasilkan adalah mengacu pada perilaku

konsumen yang non fungsional (permintaan non fungsional) di kem Chicks yang melakukan

pembelian dilandasi oleh efek budaya, efek ikut-ikutan, efek gengsi dan efek pamer. Hasil uji

Validitas dan reliabilitas dari kelompok member (preference) adalah sebagai berikut.

Tabel 4.9 Uji Validitas Tahap I Kelompok Member (Preference)

Corrected Item-Total Correlation

Hasil

p.1 .298 Valid

p.2 .494 Valid

p.3 .328 Valid

p.4 .480 Valid

p.5 .316 Valid

p.6 .506 Valid

p.7 .596 Valid

p.8 .394 Valid

p.9 .287 Valid

p.10 .212 Tidak Valid

p.11 .425 Valid

p.12 .546 Valid

p.13 .543 Valid

p.14 .248 Valid

p.15 .505 Valid

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

65

p.16 .639 Valid

p.17 .519 Valid

p.18 .316 Valid

p.19 .555 Valid

p.20 .377 Valid

p.21 .664 Valid

p.22 .363 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Tabel 4.10 Hasil T tabel dan R Tabel Tahap I Kelompok Member (Preference) T TABEL 1,68

R TABEL 0,24

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Tabel 4.11 Cronbach’s Alpha Tahap I Kelompok Member (Preference)

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Adapun syarat butir pernyataan tersebut valid adalah R hitung < R tabel, dan dari

hasil statistika di atas didapat bahwa pernyataan no.10 tidak valid karena R hitung (0,212) <

R tabel (0,24). Untuk uji Reliabilitas, Cronbach’s alpha(0,859) > 0.6 artinya semua

pernyataan dianggap reliabel. Akan tetapi karena pernyataan no.10 tidak valid maka

dikeluarkan dari kuesioner, kemudian kembali dilakukan uji validitas dan reliabilitas, hasilnya

adalah sebagai berikut:

Statistik Reliabel

Cronbach's Alpha N of Items

.859 22

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

66

Tabel 4.12 Uji Validitas Tahap II Kelompok Member (Preference)

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Tabel 4.13 Hasil T tabel dan R tabel Tahap II Kelompok Member (preference) T TABEL 1,68

R TABEL 0,24

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Corrected Item-Total Correlation HASIL

p.1 .309 Valid

p.2 .483 Valid

p.3 .306 Valid

p.4 .469 Valid

p.5 .296 Valid

p.6 .515 Valid

p.7 .575 Valid

p.8 .375 Valid

p.9 .298 Valid

p11 .423 Valid

p.12 .529 Valid

p.13 .552 Valid

p.14 .245 Valid

p.15 .488 Valid

p.16 .646 Valid

p.17 .544 Valid

p.18 .330 Valid

p.19 .581 Valid

p.20 .382 Valid

p.21 .678 Valid

p.22 .376 Valid

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

67

Tabel 4.14 Cronbach’s Alpha Tahap II Kelompok Member (preference)

Dari analisa data di atas semua butir pernyataan sudah valid sebab tidak ada

satupun R HITUNG > R TABEL dan juga semua pernyataan sudah reliabel sebab cronbach’s

alpha (0,82) > 0,6.

4.3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas kelompok non-member (perceived)

Penyebaran ini dilakukan melalui perorangan dan kuesioner diisi di tempat pada saat

berbelanja di Kem Chicks Pacific Place. Indikator – indikator yang dihasilkan adalah mengacu

pada perilaku konsumen yang non fungsional (permintaan non fungsional) di kem Chicks

yang melakukan pembelian dilandasi oleh efek budaya, efek ikut-ikutan, efek gengsi dan efek

pamer. Hasil uji Validitas dan reliabilitas dari kelompok non-member (perceived) adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.15 Uji Validitas Tahap I Kelompok Non-member (perceived) Corrected Item-Total

Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

P.1 .424 Valid

P.2 .340 Valid

P.3 .424 Valid

P.4 .304 Valid

P.6 .580 Valid

P.5 .198 Tidak Valid

P.7 .586 Valid

P.8 .160 Tidak Valid

P.9 .035 Tidak Valid

P.10 .269 Valid

P.11 .293 Valid

P.12 .659 Valid

Statistik Reliabel

Cronbach’s Alpha N of Items

.862 21

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

68

P.13 .573 Valid

P.14 .382Valid

P.15 .396Valid

P.16 .580 Valid

P.17 .464 Valid

P.18 .431 Valid

P.19 .295Valid

P.20 .371Valid

P.21 .328Valid

P.22 .398Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Tabel 4.16 Hasil T tabel dan R tabel Tahap I Kelompok Non-member (perceived) T TABEL 1,68

R TABEL 0,24

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Tabel 4.17 Hasil Cronbach’s Alpha Tahap I Kelompok Non-member (perceived)

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Adapun syarat butir pernyataan tersebut valid adalah R HITUNG < R TABEL, dan dari

hasil statistika di atas didapat bahwa pernyataan yang tidak valid:

1. no.5 tidak valid sebab 0,198 < 0,24

2. no. 8 tidak valid sebab 0,160 < 0,24

3. no. 9 tidak valid sebab 0,035 < 0,24

Statistik Reliabel

Cronbach's Alpha N of Items

.803 22

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

69

Lalu pernyataan yang ada di atas kemudian dikeluarkan dan kembali diuji validitas dengan

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.18 Uji Validitas Tahap II Kelompok Non-member (perceived)

Corrected Item-Total

Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

P.1 .361 Valid

P.2 .359 Valid

P.3 .455 Valid

P.4 .304 Valid

P.6 .538 Valid

P.7 .564 Valid

P.10 .346 Valid

P.11 .365 Valid

P.12 .631 Valid

P.13 .536 Valid

P.14 .336 Valid

P.15 .358 Valid

P.16 .605 Valid

P.17 .512 Valid

P.18 .386 Valid

P.19 .265 Valid

P.20 .385 Valid

P.21 .337 Valid

P.22 .411 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Tabel 4.19 Hasil T Tabel dan R Tabel Tahap II Kelompok Non-member (perceived) T TABEL 1,68

R TABEL 0,24

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

70

Tabel 4.20 Hasil Cronbach’s Alpha Tahap II kelompok Non-member (perceived)

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Dari analisa data di atas semua butir pernyataan sudah valid sebab tidak ada

satupun R HITUNG < R TABEL dan juga semua pernyataan sudah reliabel sebab Conbach’s

alpha(0,819) > 0,6

4.4 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data dari kuesioner yang dikumpulkan

berdistribusi normal atapun tidak normal. Selain itu, hal ini juga berguna untuk penentuan

metode yang akan diambil apakah parametrik ataupun non-parametrik.

Untuk mengetahui data tersebut berdistribusi normal atau tidak maka dapat dilihat

dari signifikansi. Apabila sig < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. Dan dikatakan

normal apabila sig > 0,05.

Untuk mengetahui hubungan yang searah atau berlawanan dapat dilihat pada

R > 0,05 memiliki hubungan yang kuat dan apabila R < 0,05 maka hubungannya berlawanan

4.4.1 Uji Normalitas kelompok member (Preference)

Berikut ini adalah uji normalitas dari kelompok member (preference):

Tabel 4.21 Uji Normalitas Kelompok Member (preference)

Tes Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Average .137 50 .020 .880 50 .000

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Statistik Reliabel

Cronbach's Alpha N of Items

.819 19

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

71

Gambar 4.9 QQ plots Kelompok Member

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Dari hasil analisis Spss di atas di dapat bahwa sig < 0,05 artinya data berdistribusi

tidak normal, dan oleh karena itu menggunakan pengolahan metode non-parametrik.

4.4.2 Uji Normalitas Kelompok non-member (Perceived)

Tabel 4.22 Uji Normalitas Kelompok Non-member (perceived)

Tes Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

average .111 50 .174 .981 50 .581

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

72

Gambar 4.10 QQ plots Kelompok Non-member

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2010

Dari hasil analisis Spss di atas didapat bahwa sig > 0,05 artinya data berdistribusi

normal, dan oleh karena itu bisa menggunakan pengolahan metode parametrik ataupun non-

parametrik. Oleh karena aturan statistik menjelaskan bahwa data parametrik bisa di non -

parametrikan, sedangkan sebaliknya tidak, maka dalam penelitian ini analisis data utama

menggunakan metode non – parametrik.

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

73

4.5 Hasil Pengolahan Data Kelompok Member (Preference) Menggunakan Korelasi

Non-Parametrik Spearman

4.5.1 Seberapa besar X1( Culture Effect ) mempengaruhi Y ( Keputusan

Pembelian )

Tabel 4.23 Korelasi Culture Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Member (preference)

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Culture Effect (budaya) memiliki hubungan

yang kuat terhadap keputusan pembelian meskipun hubungannya negatif (tidak searah –

Trade Off) sebesar -0,773. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau kontribusi

hubungan variabel di atas, maka nilai korelasi tersebut di kuadratkan (-0,7732 ) =

0,597529 59,75%. Secara statistik hasil ini dapat dijelaskan bahwa bila terjadi kenaikan 1

peringkat persepsi Culture Effect (budaya) maka akan menurunkan peringkat keputusan

pembelian sebesar 1*59,75%(ß). Hasil dan keputusan statistik ini sangat kuat karena kadar

signifikansinya (0,000) menunjukan relatif tidak terdapat toleransi kemungkinan salah

(kemungkinan salahnya rendah sekali).

Secara teoritis dapat dijelaskan mengapa terdapat hubungan terbalik antara Culture

Effect (budaya) terhadap keputusan dalam pembelian sebagai berikut: kelompok pembeli

normal yang non fungsional (konsumen non fungsional) umumnya adalah konsumen yang

membeli suatu barang atas dasar kepentingan di luar kepentingan harga dan sejenisnya.

Secara psikologi ekonomi kelompok orang tertentu sering melakukan konsumsi atas

pertimbangan kebiasaan terdahulu atau tradisi. Tradisi membeli yang selalu berpatokan

Korelasi

Kep.Pem

Culture Effect(budaya)

Spearman's rho Kep. Pem Correlation Coefficient 1.000 -.773**

Sig. (2-tailed) . .000

N 50 50

Culture Effect (budaya)

Correlation Coefficient -.773** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 50 50

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

74

bahwa barang yang dibeli harus diyakini berkualitas tinggi, dilayani dengan sangat baik,

kepedulian yang sangat tinggi dari penjual dan penghormatan penjual atas pembeli yang

tinggi membuat konsumen selalu memutuskan untuk berbelanja ditempat yang

diapriorikannya sebagai tempat yang representatif, dalam hal ini Kem Chicks.

Konsumen ini sangat jarang mempertimbangkan harga murah, bahkan sangat tidak

berkenan dengan sebutan harga murah atau terjangkau. Bagi mereka harga tidak masalah

asalkan apa yang mereka perlukan (barangnya) dan inginkan (kualitas dan harapannya)

dapat diperoleh. Selama penjual tetap mempertahankan bahwa produk dan layanannya

memberikan ”kepuasan” kepada konsumen yang dimaksud maka selama itulah konsumen

akan tetap membeli. Satu hal yang terpenting adalah bahwa penjual berserta merek dan

labelnya yang ternama itu adalah bagian dari penciptaan kesan ”berbudaya tinggi” atas

konsumenya.

Bila di analogikan dalam bentuk yang lain misalkan tingginya derajat orang yang bila

menggunakan mobil Jaguar, tinggal di Apartemen Park Royal, makan Caviar+Podka,

mendengarkan musik klasik Mozart dan Jazz, kuliah di MIT atau Harvard, dan semacamnya.

Begitu juga dengan belanja dan menjadi konsumen di Supermarket Kem Chicks. Supermarket

ini jumlahnya sangat terbatas dan sangat terkenal sebagai tempat belanja kebutuhan sehari-

hari yang produknya sangat berkualitas dengan layanan prima. Bagi sebagian orang

berbelanja di Kem Chicks adalah lambang ”orang kaya” selevel para expatriat (orang bule).

Jadi bisa saja ada pembeli yang demi meningkatkan citra diri dengan sangat terpaksa belanja

kebutuhan sehari-harinya di kem Chicks

Bagi yang tidak bermasalah dan memang sangat mampu berbelanja di kem Chicks

adalah merupakan faktor kebiasaan atau budaya ”yang sudah tinggi”. Tentu saja

kecenderungan untuk terus berbelanja di tempat yang sama selain untuk menghidari

penilaian ”buruk” dari penjual atas ”tingkat budaya belanjanya” juga adalah karena takut

belanja di tempat lain karena takut atau khawatir mendapatkan barang yang tidak sesuai

dengan keinginan dan tidak mendapatkan layanan prima (takut kecewa).

Akan tetapi bagi konsumen tertentu yang merasa bahwa ”jati dirinya” relatif telah

memiliki tingkat budaya yang tinggi tanpa harus menunjukan dengan bantuan ”pihak lain”,

maka yang terjadi adalah 2 kemungkinan yaitu :

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

75

1. Bila ia merasa bahwa ”budayanya/kebiasaannya” lebih tinggi dari pada orang lain, maka

ia akan terus menggunakan kebiasaan lamanya untuk mempertahankan statusnya

bahkan akan memperbesar transaksinya.

2. Bila ia merasa bahwa ”budaya/kebiasaannya” telah menjadi tinggi dan orang lain sudah

mengetahuinya baik atas persepsinya maupun karena persepsi orang lain, maka bisa

saja ia akan menurunkan transaksinya untuk kebiasaannya, karena ia merasa semakin

tinggi nilai budayanya maka semakin ia tidak memerlukan transaksi yang besar lagi.

Dalam kasus di atas, maka kemungkinan yang ke-2 inilah yang akan terjadi, dimana bila

”taraf budaya” konsumen Kem Chicks semakin tinggi maka kemungkinan ia untuk

memperbesar belanjanya di kem Chicks relatif akan semakin turun, atau relatif tetap.

Dalam konteks Hukum ANGEL dalam ilmu ekonomi, yaitu bila terdapat kenaikan tingkat

pendapatan atau terjadi kenaikan pendapatan terus menerus secara signifikan maka

akan menurunkan proporsi konsumsi barang primer.

4.5.2 Seberapa besar X2 ( Wagon Effect ) mempengaruhi Y ( Keputusan

Pembelian )

Tabel 4.24 Korelasi Wagon Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Member

(preference)

Korelasi

Kep.Pem

Wagon effect (ikut-ikutan)

Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 .393**

Sig. (2-tailed) . .005

N 50 50

Wagon effect (ikut-ikutan)

Correlation Coefficient .393** 1.000

Sig. (2-tailed) .005 .

N 50 50

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

76

Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Wagon Effect (ikut-ikutan) memiliki

hubungan yang lemah terhadap keputusan pembelian dan hubungannya positif (searah)

sebesar 0,393. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau kontribusi hubungan

variabel di atas, maka nilai korelasi tersebut di kuadratkan (0,3932 ) = 0,154449

15,4449%. Secara statistik hasil ini dapat dijelaskan bahwa bila terjadi kenaikan 1 peringkat

persepsi Wagon Effect (ikut-ikutan) maka akan menaikkan peringkat keputusan pembelian

sebesar 1*15,4449%(ß). Hasil dan keputusan statistik ini sangat kuat karena kadar

signifikansinya (0,005) menunjukan relatif tidak terdapat toleransi kemungkinan salah

(kemungkinan salahnya rendah sekali).

Secara teoritis dapat dijelaskan mengapa terdapat hubungan yang lemah dan searah

antara Wagon Effect (ikut-ikutan) terhadap keputusan dalam pembelian sebagai berikut:

kelompok member (preference) umumnya adalah konsumen yang membeli tanpa ada rasa

ingin ikut-ikutan dengan orang lain. Mereka berbelanja memang atas dasar pribadi masing-

masing, dalam artian mereka belanja karena kebutuhan mereka sendiri. Secara psikologis

ekonomi, mereka berbelanja tidak didasarkan pada pengamatan terhadap pihak lain.

Mereka mengetahui bahwa di suatu tempat tersebut memang menjual barang dan

kebutuhan yang mereka memang butuhkan. Akan tetapi masih ada sedikit kemungkinan

orang berbelanja karena memang melihat perilaku orang lain sehingga apabila memunculkan

kenaikan 1 peringkat persepsi Wagon Effect (ikut-ikutan) maka akan menaikkan peringkat

keputusan pembelian sebesar 15,4449%, umumnya pada awal sebelum atau saat masih

menjadi member baru.

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

77

4.5.3 Seberapa besar X3 ( Snob Effect ) mempengaruhi Y ( keputusan Pembelian)

Tabel 4.25 Korelasi Snob Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Member (preference)

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Snob effect (gengsi) memiliki hubungan

yang cukup kuat terhadap keputusan pembelian dan hubungannya positif (searah) sebesar

0,440 Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau kontribusi hubungan variabel di

atas, maka nilai korelasi tersebut di kuadratkan (0,4402 ) = 0,1936 19,36%. Secara

statistik hasil ini dapat dijelaskan bahwa bila terjadi kenaikan 1 peringkat persepsi Snob

effect (gengsi) maka akan menaikkan peringkat keputusan pembelian sebesar 1*19,36%(ß).

Hasil dan keputusan statistik ini sangat kuat karena kadar signifikansinya (0,001)

menunjukan relatif tidak terdapat toleransi kemungkinan salah (kemungkinan salahnya

rendah sekali).

Secara teoritis dapat dijelaskan mengapa terdapat hubungan yang cukup kuat dan

searah antara Snob effect (gengsi) terhadap keputusan dalam pembelian sebagai berikut:

kelompok pembeli member umumnya mereka membeli sesuatu karena mereka merasa

gengsi. Mereka merasa bukan orang yang ”berada” apabila tidak berbelanja di tempat yang

mewah. Dalam hal ini konsumen Kem Chicks terutama dari kelompok member mereka

seakan ingin memperlihatkan bahwa mereka menyadari betul gengsi itu ada dan alasan

mereka berbelanja adalah gengsi. Hal ini memunculkan setiap kenaikan 1 peringkat persepsi

Korelasi

Kep.Pem

Snob effect (gengsi)

Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 .440**

Sig. (2-tailed) . .001

N 50 50

Snob effect (gengsi)

Correlation Coefficient .440** 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 50 50

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

78

Snob effect maka akan menaikkan peringkat keputusan pembelian sebesar 19,36% artinya

mau tidak mau ketika merasa gengsi mereka akan mencoba membeli dan tentu menaikkan 1

peringkat.

4.5.4 Seberapa besar X4 ( Veblen Effect ) mempengaruhi Y ( keputusan

Pembelian)

Tabel 4.26 Korelasi Veblen Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Member

(preference)

Korelasi

Kep.Pem

Veblen Effect (Pamer)

Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 -.594**

Sig. (2-tailed) . .000

N 50 50

Veblen Effect(Pamer)

Correlation Coefficient -.594** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 50 50

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Veblen Effect (Pamer) memiliki hubungan

yang cukup kuat terhadap keputusan pembelian meskipun hubungannya negatif (tidak

searah – Trade Off) sebesar -0,594. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau

kontribusi hubungan variabel di atas, maka nilai korelasi tersebut di kuadratkan (-0,5942 )

= 0,352836 35,2836%. Secara statistik hasil ini dapat dijelaskan bahwa bila terjadi

kenaikan 1 peringkat persepsi Veblen Effect (Pamer) maka akan menurunkan peringkat

keputusan pembelian sebesar 1*35,2836%(ß). Hasil dan keputusan statistik ini sangat kuat

karena kadar signifikansinya (0,000) menunjukan relatif tidak terdapat toleransi kemungkinan

salah (kemungkinan salahnya rendah sekali).

Secara teoritis dapat dijelaskan mengapa terdapat hubungan yang cukup kuat dan

searah antara Veblen Effect (Pamer) terhadap keputusan dalam pembelian sebagai berikut:

kelompok member umumnya mereka membeli sesuatu karena mereka ingin pamer.

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

79

Seseorang melakukan konsumsi adalah untuk mendapatkan status dari lingkungannya,

sehingga setiap memiliki kesempatan konsumen akan selalu berusaha untuk pamer. Mereka

senang ketika memberitahukan orang lain bahwa mereka berbelanja di tempat mahal.

Mereka senang membicarakan bagaimana mereka berbelanja dan dimana mereka

berbelanja. Semakin orang merasa kagum akan konsumsi pembeliannya disitulah akan terus

memunculkan perasaan pamer. Dalam hal ini pula umumnya pelanggan Kem Chicks juga

ingin dan memberitahukan pengalaman mereka kepada orang lain bahwa ia berbelanja di

tempat yang berkelas atas. Tetapi hal ini justru berbanding terbalik dengan keputusan

pembelian, sebab dengan pamer bukan berarti harus membelanjakan semuanya di 1 tempat.

Hal ini Hal ini memunculkan setiap kenaikan 1 peringkat persepsi Veblen Effect (Pamer)

maka akan menaikkan peringkat keputusan pembelian sebesar 35,2836%.

4.6 Hasil Pengolahan Data Kelompok non - member (Perceived) Menggunakan

Korelasi Non-Parametrik Spearman

4.6.1 Seberapa besar X1( Culture Effect ) mempengaruhi Y ( Keputusan

Pembelian )

Tabel 4.27 Korelasi Culture Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Non-member (Perceived)

Korelasi

Kep.Pem

Culture Effect(Budaya)

Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 -.496**

Sig. (2-tailed) . .000

N 50 50

Culture Effect (Budaya)

Correlation Coefficient -.496** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 50 50

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

80

Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Culture Effect (Budaya) memiliki hubungan

yang cukup kuat terhadap keputusan pembelian meskipun hubungannya negatif (tidak

searah – Trade Off) sebesar -0,496. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau

kontribusi hubungan variabel di atas, maka nilai korelasi tersebut di kuadratkan (-0,4962 )

= 0,246016 24,6016%. Secara statistik hasil ini dapat dijelaskan bahwa bila terjadi

kenaikan 1 peringkat persepsi Culture Effect (Budaya) maka akan menurunkan peringkat

keputusan pembelian sebesar 1*24,6016%(ß). Hasil dan keputusan statistik ini sangat kuat

karena kadar signifikansinya (0,000) menunjukan relatif tidak terdapat toleransi kemungkinan

salah (kemungkinan salahnya rendah sekali).

Secara teoritis dapat dijelaskan mengapa terdapat hubungan yang cukup kuat

namun berbanding terbalik (trade-off) antara Culture Effect (budaya) terhadap keputusan

dalam pembelian sebagai berikut: kelompok pembeli normal yang non fungsional (konsumen

non fungsional) umumnya adalah konsumen yang membeli suatu barang atas dasar

kepentingan diluar kepentingan harga dan sejenisnya. Secara psikologi ekonomi kelompok

orang tertentu sering melakukan konsumsi atas pertimbangan kebiasaan terdahulu atau

tradisi.

Tradisi membeli yang selalu berpatokan bahwa barang yang dibeli harus diyakini

berkualitas tinggi, dilayani dengan sangat baik, kepedulian yang sangat tinggi dari penjual

dan penghormatan penjual atas pembeli yang tinggi membuat konsumen selalu memutuskan

untuk berbelanja ditempat yang diapriorikannya sebagai tempat yang representatif, dalam

hal ini Kem Chicks. Ketika konsumen merasa bahwa mereka tahu apa yang mereka butuhkan

dan dimana mereka membeli maka muncullah efek budaya tersebut. Dalam hal ini kelompok

non – member (perceived) juga tahu bahwa Kem Chicks adalah tempat supermarket yang

memiiki kualitas produk yang baik.

Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

81

4.6.2 Seberapa besar X2 ( Wagon Effect ) mempengaruhi Y ( Keputusan

Pembelian )

Tabel 4.28 Korelasi Wagon Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Non-member

(perceived)

Korelasi

Kep.Pem Ikut-Ikutan

Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 .046

Sig. (2-tailed) . .749

N 50 50

Wagon Effect (Ikut-Ikutan)

Correlation Coefficient .046 1.000

Sig. (2-tailed) .749 .

N 50 50

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Wagon Effect (Ikut-Ikutan) tidak

berpengaruh kepada keputusan pembelian di mana tingkat signifikansinya melebihi batas

toleransi yaitu 0.749 dari yang seharusnya kurang dari atau sama dengan 0,05. Andaikata

tidak mempertimbangkan tingkat signifikansi maka sebenarnya kekuatan hubungan variabel

ini hanya sebesar 4,6%, sangat rendah sekali.

Dengan demikian secara teoritis dapat dijelaskan untuk kelompok non – member

(perceived) ini ternyata Wagon Effect tidak berpengaruh terhadap keputusan pembeliannya.

Artinya dalam kondisi riil dalam hal membeli di Kem Chicks kelompok persepsi tidak

terpengaruh atas pengaruh atau propaganda orang lain (kerumunan belanja, omongan,

ajakan), teman dan iklan. Kemungkinan besar bagi kelompok persepsi pengaruh ikut-ikutan

untuk belanja di di Kem Chicks bukan level mereka karena secara psikologi ekonomi orang ini

bukanlah orang yang terikat dengan Merek (Brand) penjual, melainkan hanya butuh secara

kebetulan atau hanya coba-coba saja karena ingin tahu, ingin membuktikan dan

semacamnya. Meskipun rendah sekali yaitu sebesar 4,6% tingkat hubunngannya akan tetapi

tetap saja ada hubungan meskipun secara statisitik nilai itu setara dengan tidak ada

hubungan, angka 4,6% ini menunjukan bahwa ada saja yang membeli karena ikut-ikutan.

Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

82

4.6.3 Seberapa besar X3 ( Snob Effect ) mempengaruhi Y ( Keputusan Pembelian )

Tabel 4.29 Korelasi Snob Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok Non-member

(perceived)

Korelasi

Kep.Pem Gengsi

Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 -.046

Sig. (2-tailed) . .749

N 50 50

Snob Effect (Gengsi)

Correlation Coefficient -.046 1.000

Sig. (2-tailed) .749 .

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Snob Effect (Gengsi) tidak berpengaruh

kepada keputusan pembelian di mana tingkat signifikansinya melebihi batas toleransi yaitu

0.749 dari yang seharusnya kurang dari atau sama dengan 0,05. Seandainya pun tidak

mempertimbangkan tingkat signifikansi maka sebenarnya kekuatan hubungan variabel ini

hanya sebesar 4,6%, sangat rendah sekali.

Dengan demikian secara teoritis dapat dijelaskan untuk kelompok persepsi ini

ternyata snob effect (Gengsi) tidak berpengaruh terhadap keputusan pembeliannya. Artinya

dalam kondisi riel dalam hal membeli di Kem Chicks kelompok persepsi ini tidak untuk gengsi

atau malu kepada orang lain dan semacamnya. Kemungkinan besar bagi kelompok persepsi

pengaruh gengsi untuk belanja di di Kem Chicks bukan level mereka karena secara psikologi

ekonomi orang ini bukanlah orang yang terikat dengan Merek (Brand) penjual, melainkan

hanya butuh secara kebetulan atau hanya coba-coba saja karena ingin tahu, ingin

membuktikan dan semacamnya. Meskipun rendah sekali yaitu sebesar -4,6% tingkat

hubunngannya akan tetapi tetap saja ada hubungan meskipun secara statisitik nilai itu setara

dengan tidak ada hubungan, angka 4,6% ini menunjukan bahwa ternyata efek gengsi

berdampak negatif kepada keputusan pembelian.

Page 35: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

83

4.6.4 Seberapa besar X4 ( Veblen Effect ) mempengaruhi Y ( Keputusan

Pembelian )

Tabel 4.30 Korelasi Veblen Effect Terhadap Keputusan Pembelian Kelompok non-member

(perceived)

Korelasi

Kep.Pem

Veblen effect (Pamer)

Spearman's rho Kep.Pem Correlation Coefficient 1.000 .513**

Sig. (2-tailed) . .000

N 50 50

Veblen effect(pamer)

Correlation Coefficient .513** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 50 50

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2010

Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa Veblen Effect (pamer) memiliki hubungan

yang cukup kuat terhadap keputusan pembelian dan hubungannya positif (searah) sebesar

0,513 Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau kontribusi hubungan variabel di

atas, maka nilai korelasi tersebut di kuadratkan (0,5132 ) = 0,263169 26,3169%.

Secara statistik hasil ini dapat dijelaskan bahwa bila terjadi kenaikan 1 peringkat persepsi

Veblen Effect (pamer) maka akan menaikkan peringkat keputusan pembelian sebesar

1*26,3169%( ß). Hasil dan keputusan statistik ini sangat kuat karena kadar signifikansinya

(0,00) menunjukan relatif tidak terdapat toleransi kemungkinan salah (kemungkinan

salahnya rendah sekali).

Dengan demikian dapat diartikan bahwa pelanggan merasa pamer itu penting. Ia

berbelanja di Kem Chicks karena pamer akan perilaku pembeliannya kepada orang lain.

Dalam hal ini setiap kenaikan 1 peringkat persepsi Veblen Effect (pamer) maka akan dapat

menaikkan peringkat keputusan pembelian sebesar 26,3169%.

Page 36: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

84

4.7 Implikasi Hasil Penelitian

Dengan mempertimbangkan hasil analisis data di atas baik untuk kelompok member

(Preference) dan Non-member (Perceived) maka dapat di analisis implikasinya sebagai

berikut :

1. Secara teoritis efek budaya, sosial dan psikologis konsumen dalam menentukan

membeli suatu barang pada suatu tempat sangat perlu dipertimbangkan karena bagi

konsumen tertentu terdapat faktor-faktor lain yang justru lebih utama selain harga

untuk mereka dalam memutuskan membeli atau tidak. Inilah yang disebut ilmu

ekonomi sebagai permintaan non fungsional. Efek permintaan non fungsional ini

akan sangat berdampak positif bagi produsen bila produsen dapat memahami

konsumennya dengan baik, tidak perlu mengsegmentasi dalam bentuk apapun, tidak

perlu mentargetkan apapun apalagi harus memposisikannya di mana. Yang

terpenting adalah bagaimana menjaga faktor non fungsional tersebut tetap menjadi

hak konsumen dan produsen menjamin bahwa hak itu tidak hilang bila berhubungan

dengannya, terutama konsumen yang telah menjadi pelanggannya. Oleh karena itu

hal-hal tabu bagi produsen (dalam hal ini Kem Chicks) adalah :

a. Membuka usahanya di tempat/lokasi sembarangan meskipun jumlah populasinya

sangat banyak, karena hal ini akan menurunkan faktor non fungsional konsumen

terutama untuk pelanggan.

b. Melakukan diskon harga atau potongan harga musiman.

c. Membuka terlalu banyak cabang. Gunakan prinsip ”apabila mau, saya...datang”

d. Tidak memberikan pelayanan yang ramah dan maksimal kepada para pelanggan.

Hal ini dikarenakan pelanggan Kem Chicks adalah pelanggan yang ingin merasa

”ditinggikan”

Page 37: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2010-1-00423-MN Bab 4.pdf · sangat dinamis dan hal ini menuntut Kem Chicks untuk memenuhi desakan pelanggan,

85

2. Secara statistik hasilnya menunjukan bahwa kelompok member (preference)

terdapat perbedaan dengan kelompok non – member (Perceived) sehubungan

dengan keputusan pembelian yang dipengaruhi oleh faktor non fungsional dalam

permintaan. Bagi kelompok member, faktor non fungsional berpengaruh terhadap

keputusan pembelian meskipun dalam kadar dan kontribusi yang berbeda.

Sedangkan bagi kelompok non - member keputusan pembelian hanya dipengaruhi

oleh efek budaya dan efek pamer. Sedangkan faktor lain tidak ada hubungannya.

Hasil statistik ini membuktikan bahwa konsumen non fungsional ini memang sangat

terbatas jumlahnya, bisa saja bertambah akan tetapi tetap saja terbatas. Karena

jumlahnya terbatas maka konsumen ini disebut sebagai konsumen prima, setara

pengertiannya dengan bilangan prima yaitu hanya habis dibagi oleh bilangan itu

sendiri. Konsumen prima adalah konsumen yang hanya dimengerti oleh produsen itu

sendiri. Hubungan yang tercipta antara konsumen dan produsen sehingga mereka

bisa sehati sangatlah sulit dan memerlukan proses waktu yang relatif lama, oleh

karenanya bila hubungan antara konsumen dan produsen rusak karena ada faktor-

faktor yang menganggap bahwa bila prima sama dengan ganjil maka faktor non

fungsional ini akan rusak dengan sendirinya.