bab iv hasil dan pembahasan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4549/5/ika afriatin - bab...

13
29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan bahan dan pemeriksaan makroskopik Salah satu tanaman obat yang digunakan masyarakat Indonesia untuk mengobati diare adalah daun salam. Penggunaan daun salam ini sebagai obat diare oleh masyarakat masih bersifat turun temurun atau secara tradisional berdasarkan pengalaman. Penelitian ini mencoba membuktikan efek antidiare daun salam yang dibuat dalam bentuk ekstrak. Daun salam ini diperoleh dari kebun masyarakat Papringan Banyumas Jawa Tengah. Tanaman ini yang digunakan dalam penelitian adalah bagian daun yang sudah kering, lalu dibuat serbuk dengan menggunakan mesin. Tujuan penyerbukan ini adalah untuk meningkatkan luas permuakaan simplisia yang nantinya akan memudahkan larutan penyari untuk menyari zat-zat aktif yang berbeda dalam simplisia karena interaksi larutan penyari dengan luas permukaan semakin luas. Pemeriksaan makroskopik dilakukan untuk mengetahui identitas sampel bahan yang digunakan tanpa menggunakan alat bantu. Pemeriksaan berupa uji organoleptis diantaranya adalah bentuk, bau, rasa dan warna. Tabel 4.1. Hasil pemeriksaan simplisia daun salam Bentuk Bau Rasa Warna Daun Salam Khas Salam Pahit Hijau Kehitaman Setelah pemeriksaa makroskopik selanjutnya dilakukan determinasi. Determinasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran dari identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar benar tanaman yang diinginkan. Dengan hal tersebut kesalahan dalam pengumpulan bahan yang akan diteliti dapat dihindari. Tanaman daun salam yang digunakan dalam penelitian ini dideterminasi di Laboratrium Taksonomi Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Jendral Soedirman pada tanggal. Hasil determinasi menyatakan benar bahwa tanaman tersebut adalah tanaman daun salam. Hasil determiasi dapat dilihat pada lampiran 1. UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017

Upload: trinhkhue

Post on 03-May-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengumpulan bahan dan pemeriksaan makroskopik

Salah satu tanaman obat yang digunakan masyarakat Indonesia untuk

mengobati diare adalah daun salam. Penggunaan daun salam ini sebagai obat

diare oleh masyarakat masih bersifat turun temurun atau secara tradisional

berdasarkan pengalaman. Penelitian ini mencoba membuktikan efek antidiare

daun salam yang dibuat dalam bentuk ekstrak. Daun salam ini diperoleh dari

kebun masyarakat Papringan Banyumas Jawa Tengah. Tanaman ini yang

digunakan dalam penelitian adalah bagian daun yang sudah kering, lalu

dibuat serbuk dengan menggunakan mesin. Tujuan penyerbukan ini adalah

untuk meningkatkan luas permuakaan simplisia yang nantinya akan

memudahkan larutan penyari untuk menyari zat-zat aktif yang berbeda dalam

simplisia karena interaksi larutan penyari dengan luas permukaan semakin

luas. Pemeriksaan makroskopik dilakukan untuk mengetahui identitas sampel

bahan yang digunakan tanpa menggunakan alat bantu. Pemeriksaan berupa

uji organoleptis diantaranya adalah bentuk, bau, rasa dan warna.

Tabel 4.1. Hasil pemeriksaan simplisia daun salam

Bentuk Bau Rasa Warna

Daun Salam Khas Salam Pahit Hijau Kehitaman

Setelah pemeriksaa makroskopik selanjutnya dilakukan determinasi.

Determinasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran dari

identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar benar tanaman

yang diinginkan. Dengan hal tersebut kesalahan dalam pengumpulan bahan

yang akan diteliti dapat dihindari. Tanaman daun salam yang digunakan

dalam penelitian ini dideterminasi di Laboratrium Taksonomi Tumbuhan,

Fakultas Biologi, Universitas Jendral Soedirman pada tanggal. Hasil

determinasi menyatakan benar bahwa tanaman tersebut adalah tanaman daun

salam. Hasil determiasi dapat dilihat pada lampiran 1.

UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017

30

B. Pembuatan ekstrak etanol daun salam

Pembuatan ekstrak daun salam dilakukan dengan metode maserasi.

Metode ini dipilih karena pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana

dan mudah diusahakan serta baik untuk senyawa yang tidak tahan pemanasan.

Proses maserasi ini menggunakan larutan penyari etanol 96% karena senyawa

tanin yang terdapat dalam daun yang terdapat dalam daun salam dapat

tertarik. Pelarut etanol 96% suatu pelarut yang tidak berwarna (bening) akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat

aktif, zat aktif yang akan larut (warna larutan penyari menjadi hijau

kehitaman) dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif

di dalam sel dengan diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar

dalam waktu 3 hari. Penggunaan pelarut etanol 96% ini juga bertujuan untuk

zat aktif yang diharapkan dapat tersari secara maksimal dan sesuai dengan

sifat zat aktif tersebut serta untuk menghasilkan ekstrak yang kental (murni)

sehingga mempermudah untuk proses identifikasi. Setelah proses maserasi

selama 3 hari lalu dilanjutkan dengan proses remaserasi, remaserasi sendiri

adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat

pertama dan seterusnya. Proses maserasi dan remaserasi tersebut

menghasilkan maserat yang akan diuapkan menggunakan rotary evapolator

dengan suhu 78°C, karena pada suhu tersebut pelarut akan menguap dan

dihasilkan ekstrak kental. Setelah proses rotary evapolator, penguapan

dilanjutkan menggunakan waterbath. Berdasarkan 750 gram daun salam

diperoleh total esktrak kental sebanyak 90,4 gram. Secara orgaoleptis ekstrak

daun salam memiliki bentuk kental, warna hijau kehitaman, rasa pahit, dan

bau khas. Untuk mencegah kerusakan senyawa aktif dan untuk menghindari

kotaminasi mikroba, ekstrak daun salam disimpan di dalam lemari es dengan

suhu 2-8°C.

C. Pembuatan suspensi ekstrak daun salam

Suspensi merupakan suatu sediaan cair yang terdapat partikel obat

yang halus terdispersi secara homogen pada cairan pembawanya. Hambatan

UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017

31

utama dalam memformulasian suspensi adalah kestabilan fisiknya karena

masalah yang sering terjadi diantaranya kecepatan sedimentasi, ketidak

homogenan, pendispersian kembali dan viskositasnya. Oleh karena itu

diperlukan penggunaan suspending agent untuk meningkatkan kestabilan

fisik suspensi, mencegah penurunan partikel dan mencegah penggumpalan

resin dan bahan berlemak. Suspending agent bekerja dengan meningkatkan

kekentalan, kekentalan yang berlebih menyebabkan suspensi sulit

terkonstitusi dengan pengocokan dan sulit untuk dituang. Pemilihan

suspending agent didasarkan pada karakteristik suspending agent yaitu dapat

meningkatkan viskositas untuk membentuk suspensi yang ideal, stabil pada

pH sediaan, bersifat kompatibel dengan eksipien lain dan tidak toksik.

Formulasi suspensi ekstrak daun salam dilakukan dengan bahan

pensuspensinya adalah natrium karboksimetilselulosa (NaCMC). Natrium

karboksimetilselulosa merupakan suspending agent golongan selulosa.

Penambahan Na CMC berfungsi sebagai bahan pengental, dengan tujuan

untuk membentuk sistem dispersi koloid dan meningkatkan viskositas.

Dengan adanya Na-CMC ini maka partikel-partikel yang tersuspensi akan

terperangkap dalam sistem tersebut atau tetap tinggal ditempatnya dan tidak

mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi. Sediaan suspensi ini dibuat dengan

beberapa formulasi diantaranya adalah suspensi Na CMC sebagai kontrol

negatif, suspensi ekstrak daun salam 5% formulasi I, suspensi ekstrak daun

salam 10% sebagai formulasi II, suspensi ekstrak daun salam 15% sebagai

formulasi III dan suspensi loperamide HCL sebagai sebagai kontrol positif.

Perbedaan konsentrasi ekstrak daun salam yang ditambahkan dalam suspensi

meghasilkan perbedaan warna fisik suspensi.

D. Penetapan Kadar Tanin

Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari

senyawa fenolik yang banyak terdapat pada bermacam-macam tumbuhan.

Pada umumnya tanin tesebar hampir pada seluruh bagian tumbuhan seperti

bagian kulit kayu, batang, biji, daun, dan buah (Sajaratud, 2013). Tanin dapat

UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017

32

mengurangi intensitas diare dengan cara menciutkan selaput lendir usus dan

mengecilkan pori sehingga akan menghambat sekresi cairan dan elektrolit

(Tjay dan Rahardja, 2002). Selain itu, sifat adstringens tanin akan membuat

usus halus lebih tahan (resisten) terhadap rangsangan senyawa kimia yang

mengakibatkan diare, toksin bakteri dan induksi diare oleh castor oil (Kumar,

1983). Tujuan dilakukan penelitian penetapan kadar tanin yaitu untuk

mengetahui adanya kandungan senyawa tanin pada ekstrak daun salam.

Penetapan kadar tanin dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-

Vis yaitu dengan cara mengukur nilai absorbansinya. Absorbansi sebagai

analisa kuantitatif karena untuk menentukan kadar dari suatu senyawa tanin

yang dilakukan berdasarkan Hukum Lambert-Beer. Prinsip pada senyawa

tanin ini menggunakan metode kolorimetri. Prinsip yaitu reaksi reduksi

senyawa besi (III) menjadi senyawa besi (II) oleh tanin membentuk warna

biru-hitam.

Reaksi yang terdiri adalah sebagai berikut :

Fe3+

+ tanin Fe2+

Fe2+

+ K3Fe(CN)6 3KFe[Fe(CN)6]

Sebelum melakukan penetapan kadar tanin sampel, maka terlebih

dahulu melakukan penetapan panjang gelombang maksimum. Tahapan ini

bertujuan untuk mengurangi kesalahan pembacaan serapan seminimal

mungkin, karena pengukuran pada panjang gelombang serapan maksimum

akan menghasilkan serapan maksimum pula. Pada penelitian ini dicari serapan

maksimum dari 400-800 nm, didapatkan panjang gelombang serapan

maksimum dari larutan standar tanin murni adalah 620 nm pada konsentrasi

10 ppm yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017

33

Gambar 4.1 Spektrum penentuan panjang gelombang maksimum tanin

Pembuatan larutan asam galat digunakan untuk standar pengukuran

kadar tanin. Pembuatan kurva standar asam galat ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi asam galat dan

absorbansinya. Dibuat enam konsentrasi dari larutan asam galat tersebut yaitu

2, 4, 6, 8, 10 dan 12 ppm. Selanjutnya kadar asam galat tersebut diukur

serapannya pada panjang gelombang 620 nm. Kemudian dibuat suatu kurva

kalibrasi asam galat. Standar yang digunakan pada analisis kandungan pada

golongan senyawa tanin adalah asam galat, hal ini karena asam galat bersifat

stabil, memiliki sensitivitas yang tinggi, dan harganya cukup terjangkau (Xu

dan Chang, 2007 dalam Rahayu dkk., 2015). Hasil kurva baku asam galat

untuk tanin dapat dilihat pada gambar 4.2.

UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017

34

Gambar 4.3 Kurva baku asam galat tanin

Hasil dari pengukuran absorbansi sejumlah standar asam galat dengan

seri konsentrasi 2-12 ppm pada panjang gelombang 620 nm diperoleh a =

0,174; b = 0,050; c = 0,997 dengan persamaan regresi y = 0,050x + 0,174

dengan nilai r = 0,997. Perhitungan terdapat pada Lampiran 6. Nilai ini

menunjukkan bahwa absorbansi dengan konsentrasi memberikan hubungan

yang linear. Penentuan kadar tanin pada ekstrak etanol daun salam ditentukan

dengan absorbansi sampe kurva kalibrasi. Absorbansi diukur dengan tiga kali

replikasi pada sampel tersebut. Data absorbansi serta kadar tanin yang

diperoleh pada ekstrak etanol daun salam dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Absorbansi kadar tanin

Sampel Absorbansi Kadar Tanin (%)

Replikasi I 0,768 0,1188

Replikasi II 0,717 0,1086

Replikasi III 0,688 0,1028

Hasil penetapan kadar tanin ekstrak etanol daun salam dengan

menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis. Karena hasil yang

didapatkan terlalu pekat maka untuk memenuhi absorbansi yang baik

dilakukan pengenceran dengan cara ambil 1 ml larutan yang telah dibuat

kemudian ad 10 ml menggunakan aquabidest kemudian diperoleh hasil yang

sudah memenuhi syarat absorbansi yang baik karena pada pembacaan

absorbansi sampel atau cuplikan untuk absorban yang terbaca pada

y = 0,050x + 0,174

R2 = 0,997

Konsentrasi Asam Galat (ppm)

Ab

sorb

an

si

UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017

35

spektrofotometer harusnnya antara 0,2 sampai 0,8 (Abdul., et al 2007). Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada setiap replikasi mempunyai nilai

absorbansi tidak ada perbedaan yang bermakna sehingga diperoleh nilai rata-

rata kadar tanin 0,11006%.

E. Penetapan Kadar Fenol

Kadar fenol total ditentukan dengan metode Follin-Ciocalteu (Roy

dkk., 2009). Standar yang digunakan pada analisis kandungan fenolik adalah

asam galat, pemilihan asam galat ini dipilih karena bersifat stabil, memiliki

sensitivitas yang tinggi. Penentuan kandungan fenolik total dilakukan pada

panjang gelombang 765 nm. Menurut Shahidi dan Marian (1995) dalam

Yulia O. (2007) pengujian total fenol bertujuan untuk menentukan total

senyawa fennolik yang terkandung didalam sampel ekstrak etanol daun

salam.

Kadar fenol yang diukur tidak sesuai dengan panjang gelombang yang

telah ditentukan sebelumnya yaitu 765 nm, maka pada penetapan kadar fenol

dilakukan berdasarkan panjang gelombang yang telah ditentukan sebelumnya

yaitu 765 nm. Hasil spektrum dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.4 Spektrum penentuan panjang gelombang maksimum fenol

Pembuatan kurva standar asam galat sama seperti pada penetapan

kadar tanin yang dibuat enam konsentrasi yaitu 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 ppm.

Berikutnya diperoleh kurva standar asam galat untk total senyawa fenol

diukur pada panjang gelombang 765 nm. Untuk kandungan fenolik dari

UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017

36

standar asam galat dapat ditentukan dengan menggunakan metode Follin-

Ciocalteau (Xu dan Chang, 2007 dalam Rahayu dkk., 2015). Prinsip dari

metode folin-Ciocalteau ini adalah reaksi oksidasi senyawa fenol dalam

suasana basa oleh pereaksi folin-Ciocalteau menghasilkan komplek berwarna

biru yang memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 760 nm.

Peningkatan itensitas warna biru akan sebanding dengan jumlah senyawa

fenolik yang ada dalam sampel (Blainski et al., 2013).

Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik

hidroksil. Pereaksi ini mengoksidasi fenolat (garam alkali), mereduksi asam

heteropoli menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten (Mo-W). Fenolat

hanya terdapat pada larutan basa, tetapi pereaksi Folin-Ciocalteu dan

produknya tidak stabil pada kondisi basa. Selama reaksi belangsung, gugus

fenolik-hidroksil bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu, membentuk

kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru dengan struktur yang

belum diketahui dan dapat dideteksi dengan spektrofotometer. Warna biru

yang terbentuk akan semakin pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat

yang terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka

semakin banyak ion fenolat yang akan mereduksi asam heteropoli sehingga

warna biru yang dihasilkan semakin pekat (Singleton dan Rossi, 1965).

Gambar 4.5 Senyawa fenolik dalam suasana basa

(Singleton dan Rossi, 1965)

UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017

37

Gambar 4.6 Reaksi senyawa fenol dengan pereaksi Folin-ciocalteu

(Singleton dan Rossi, 1965)

Hasil kurva baku standar asam galat untuk fenol dapat dilihat pada

gambar 4.6.

Gambar 4.7 Kurva baku asam galat fenol

Untuk hasil pengukuran absorbansi standar asam galat dari seri

konsentrasi yang telah diukur yaitu 2-10 ppm pada panjang gelombang 765

nm dapat diperoleh a = 0,1814; b = 0,052; c = 0,99 dengan persamaan regresi

y = 0,052x+0,181 dan nilai r = 0,99. Perhitungan terdapat pada Lampiran 6.

Berdasarkan hasil tersebut menyatakan bahwa hubungan yang linear antara

absorbansi dengan konsentrasi. Untuk penetapan total senyawa fenol ekstrak

daun salam ditentukan dengan cara absorbansi sampel pada suatu kurva yang

dikalibrasi. Berikutnya absorbansi diukur dengan tiga kali replikasi pada

sampel tersebut. Data absorbansi serta total senyawa fenol yang didapatkan

pada ekstrak etanol daun salam dapat dilihat pada tabel 4.4.

y = 0,052x + 0,181

R2 = 0,99

Konsentrasi Asam Galat (ppm)

Ab

sorb

an

si

UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017

38

Tabel 4.4 Absorbansi total senyawa fenol

Sampel Absorbansi Kadar Fenol (%)

Replikasi I 0,758 0,1109%

Replikasi II 0,729 0,1053%

Replikasi III 0,697 0,0992%

Berdasarkan hasil penetapan kadar total senyawa fenol ekstrak etanol

daun salam menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis dengan panjang

gelombang 765 nm. Karena hasil yang terlalu pekat sehingga tidak memenuhi

absorbansi yang baik dan kemudian agar memperoleh absorbansi yang baik

maka dilakukan pengenceran sama seperrti pada penetapan kadar tanin

sebelumnya yaitu dengan cara ambil 1 ml larutan yang telah dibuat kemudian

ad 10 ml menggunakan aquabidest kemudian diukur absorbansinya dengan

panjang gelombang 765 nm sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat

absorbansi yang baik. Berdasarkan hasil ketiga replikasi mempunyai nilai

absorbansi tidak ada perbedaan yang bermakna sehingga diperoleh nilai rata-

rata kadar total senyawa fenol 0,1051%. Hasil perhitungan data dapat dilihat

pada Lampiran 6.

F. Uji Antidiare pada Tikus

Uji efek antidiare dilakukan dengan menggunakan hewan coba yaitu

tikus. Pemilihan hewan coba tikus dikarenakan banyak keunggulan yang

dimiliki oleh tikus sebagai hewan percobaan yaitu memiliki kesamaan

fisiologi dengan manusia, siklus hidup relative pendek, jumlah anak

perkelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam

penanganan (Moriwaki et al., 1994). Pengujian antidiare ini bertujuan untuk

mengetahui adanya efek antidiare pada formulasi suspensi ekstrak etanol

daun salam yang diinduksi dengan castor oil. Metode yang digunakan dalam

pengujian efek antidiare terhadap tikus ini sudah ditelaah dan disetujui oleh

panitia Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Soedirman.

Pengujian efek antidiare ekstrak etanol daun salam menggunakan beberapa

variasi regimen dosis yang diberikan secara oral yaitu dengan sediaan

suspensi berupa dosis 200,400, dan 800mg/kgbb. Variasi regimen dosis yang

diberikan bertujuan untuk mengetahui dosis pemberian yang efektif untuk

UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017

39

menurunkan diare. Untuk menentukan efek antidiare dilakukan dengan cara

mengamati saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses dan berat feses yang

tidak berbentuk dan berat feses yang tidak berbentuk. Data hasil yang

didapatkan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil aktivitas antidiare suspensi ekstrak etanol daun salam

Perlakuan Bobot Feses(g)

RI RII RIII RIV RV Rata-rata+SD

Kelompok I 0,87 0,29 0,52 0,46 0,82 0,592+0,246

Kelompok II 0,76 0,28 0,49 0,44 0,67 0,528+0,190

Kelompok III 0,44 0,06 0,35 0,35 0,54 0,348+0,179

Kelompok IV 0,88 0,30 0,75 0,60 0,92 0,690+0,251

Kelompok V 0,44 0,02 0,34 0,25 0,52 0,314+0,193

Keterangan

Kelompok I : Suspensi ekstrak etanol daun salam dosis 200 mg/kgbb

Kelompok II : Suspensi ekstrak etanol daun salam dosis 400 mg/kgbb

Kelompok III : Suspensi ekstrak etanol daun salam dosis 800 mg/kgbb

Kelompok IV : Suspensi Na CMC 1% (b/v)

Kelompok V : Suspensi Loperamide HCl

Pada uji aktivitas antidiare dilaksanakan induksi dengan

menggunakan castor oil sebagai penginduksi diare karena metabolit aktifnya

yaitu asam risinoleat (Gaginella, et al., 1975) yang dapat menyebabkan iritasi

dan inflamasi pada dinding mukosa usus (Lullmann et al., 2005), sehingga

dapat menstimulasi pelepasan autocoids dan prostaglandin (Cappasso, 1986).

Trigliserida dari asam risinoleat yang terdapat dalam castor oil akan

mengalami hidrolisis dalam usus halus oleh lipase pankreas menjadi gliserida

dan asam risinoleat (Katzung, 2004). Asam risinoleat yang merupakan

metabolit aktif dari castor oil memiliki kemampuan dalam menginduksi

terjadinya diare dengan cara menstimulasi aktivitas peristaltik di mukosa

intestinal, sehingga akan mengakibatkan perubahan permeabilitas sel mukosa

intestinal terhadap cairan dan elektrolit, serta meningkatkan biosintesis

prostaglandin (Ammon et al., 1974).

Berdasarkan dari data yang dianalisis yaitu bobot feses dan perlakuan

tiap kelompok. Untuk hasil uji aktivitas antidiare dianalisis normalitasnya

menggunkan Kolmorgorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk untuk menunjukkan

terdistribusi normal atau tidak normal dengan nilai signifikan p>0,05

sehingga syarat dari uji ANOVA dapat dilakukan. Hasil normalitas tersebut

diperoleh 0,200 atau nilai signifikan p>0,05 menunjukkan bahwa tidak ada

UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017

40

perbedaan yang signifikan artinya normal. Kemudian untuk hasil uji

homogenitas menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh yaitu 0,718 atau nilai

signifikan p>0,05 artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada uji

homogenitas dan dapat diketahui untuk hasil tersebut adalah homogen.

Berikutnya dilanjutkan uji ANOVA (One Way Anova) untuk uji aktivitas

antidiare menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yaitu 0,054 atau nilai

signifikan p>0,05. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara

kelompok perlakuan satu dengan kelompok perlakuan yang lain. Maka tidak

ada pengaruh efek antidiare pada tikus putih. Hasil analisis data dapat dilihat

pada Lampiran 11.

Persentase efek antidiare dihitung dari perhitugan pada (Lampiran 10).

Dapat diketahui bahwa untuk Loperamide diperoleh 54,49%; untuk dosis 200

mg/kgBB mempunyai presentasi efek antidiare sebesar 14,20%; untuk dosis

400 mg/kgBB diperoleh presentase efek antidiare sebesar 23,47%; dan untuk

dosis 800 mg/kgBB diperoleh presentase efek antidiare sebesar 49,56%.

Berdasarkan hasil persentase efek antidiare tersebut dapat diketahui bahwa

kelompok pembanding menggunkana Loperamide HCl terbukti memiliki efek

sebagai antidiare pada tikus putih yang diinduksi castor oil yang artinya

paling besar karena mampu mengurangi feses cair yang tidak berbentuk

paling besar. Hasil dari data uji aktivitas antidiare tersebut menunjukkan

bahwa pada suspensi ekstrak etanol daun salam konsentrasi 15% dosis 800

mg/kgbb tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol positif sebagai

pembanding suspensi Loperamide HCl memiliki efek antagonis terhadap

diare yang disebabkan oleh castor oil (Awouters, et al., 1975). Pada suspensi

ekstrak daun salam konsentrasi 5% dengan dosis 200 mg/kgbb dan pada

suspensi ekstrak daun salam konsentrasi 10% dengan dosis 400 mg/kgbb

tidak berbeda bermakna. Untuk hasil uji pada kelompok negatif dengan

menggunkan Na CMC 1% (b/v) memiliki feses yang tidak berbentuk (cair)

paling banyak dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang lainnya. Hasil

perlakuan kelompok dapat diketahui bahwa pada hewan coba kelompok

perlakuan dengan suspensi ekstrak daun salam yang memiliki feses yang

tidak berbentuk (cair) paling sedikit terdapat pada kelompok perlakuan

UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017

41

dengan suspensi ekstrak etanol daun salam konsentrasi 15% dengan dosis 800

mg/kgbb. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi dan

semakin besar dosis yang diberikan, maka semakin kecil efek yang dihasilkan

karena terjadi suatu hambatan yang lebih lama. Berdasarkan hasil tersebut

dapat dihitung prensentase efek antidiare suspensi ekstrak etanol daun salam

yang diperoleh pada dosis 800 mg/kgbb adalah 49,56%.

Hasil dari data uji aktivitas antidiare tersebut menunjukkan bahwa

pada suspensi ekstrak etanol daun salam dosis 800 mg/kgBB tidak berbeda

bermakna dengan kelompok kontrol positif sebagai pembanding

menggunakan suspensi loperamide HCl memiliki efek antagonis terhadap

diare yang disebabkan oleh castor oil (Awouters, et.al., 1975). Hal ini sesuai

dengan penelitian Anas (2012) bahwa pada dosis 800 mg/kgBB memiliki

efek antidiare, karena pada dosis tersebut mampu menghambat pembentukan

feses cair dan tidak berbentuk pada tikus jantan yang diinduksi oleh 1,0 ml

castro oil. Pada suspensi ekstrak daun salam konsentrasi 5% dosis 200

mg/kgBB dan pada suspensi ekstrak daun salam konsentrasi 10% dosis 400

mg/kgBB tidak berbeda makna. Untuk hasil uji pada kelompok negatif

dengan menggunakan suspensi Na CMC memiliki feses yang tidak berbentuk

(cair) paling banyak dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Hasil

perlakuan kelompok dapat diketahui bahwa suspensi ekstrak daun salam yang

memiliki feses yang tidak berbentuk (cair) paling sedikit terdapat pada

suspensi esktrak daun salam dengan dosis 800mg/kgBB. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi dan semakin besar dosis yang

diberikan, maka semakin besar efek yang dihasilkan karena terjadi suatu

penghambatan yang lebih lama.

UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017