bab iv hasil dan pembahasan 4.1 gambaran umum ......peneliti mulai melakukan wawancara dengan...

20
29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Krajan Krandon Lor Kec. Suruh Kab. Semarang. Pada penelitian ini, peneliti hanya melakukan penelitian di Dusun Krajan Rt 06,07,dan 08. Dusun Krajan letaknya dekat dengan Gunung Nalendra. Sehingga Desa ini memiliki udara yang sejuk dan segar. Sebagian besar warga di Dusun Krajan ini bekerja sebagai petani. Batas-batas wilayah Desa Krandon Lor adalah sebagai berikut: a) Sebelah timur : Kelurahan Cukilan dan Reksosari b) Sebelah barat : Kelurahan Plumbon dan Sumberejo c) Sebelah utara : Kelurahan Terban dan Segiri d) Sebalah Selatan : Kelurahan Suruh 4.1.1 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilaksankan pada tanggal 1 sampai 30 September 2016. Pada tanggal 1 September peneliti memberikan penjelasan kepada partisipan terkait penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti juga meminta kesediaan partisipan untuk bersedia menjadi partisipan dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi partisipan dalam penelitian yang akan dilakukan. Partisipan

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Krajan Krandon Lor

Kec. Suruh Kab. Semarang. Pada penelitian ini, peneliti hanya

melakukan penelitian di Dusun Krajan Rt 06,07,dan 08. Dusun

Krajan letaknya dekat dengan Gunung Nalendra. Sehingga Desa ini

memiliki udara yang sejuk dan segar. Sebagian besar warga di

Dusun Krajan ini bekerja sebagai petani. Batas-batas wilayah Desa

Krandon Lor adalah sebagai berikut:

a) Sebelah timur : Kelurahan Cukilan dan Reksosari

b) Sebelah barat : Kelurahan Plumbon dan Sumberejo

c) Sebelah utara : Kelurahan Terban dan Segiri

d) Sebalah Selatan : Kelurahan Suruh

4.1.1 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksankan pada tanggal

1 sampai 30 September 2016. Pada tanggal 1 September

peneliti memberikan penjelasan kepada partisipan terkait

penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti juga meminta

kesediaan partisipan untuk bersedia menjadi partisipan

dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi

partisipan dalam penelitian yang akan dilakukan. Partisipan

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

30

penelitian yang dipilih adalah 4 orang warga Desa Krajan

Krandon Lor rt 06,07 dan 08.

4.1.2 Gambaran Partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian adalah

warga Desa Krajan Krandon Lor. Jumlah subjek penelitian

ada 4 orang antara lain:

Nama Jenis

Kelamin

Usia Agama Pendidikan Pekerjaan

Ny. U Perempuan 33 tahun Islam SMA Ibu rumah

tangga

Ny. T Perempuan 42 tahun Islam SMA Swasta

Ny. S Perempuan 39 tahun Islam SMA Pedagang

Ny. W Perempuan 45 tahun Islam SMA Pedagang

4.1.2.1 Partisipan 1

Peneliti bertemu partisipan di rumah partisipan

bertempat di Desa Krajan Krandon Lor Rt 08 dengan

perkenalan secara singkat. Sebelumnya peneliti meminta

izin kepada kepala Dusun Krajan, setelah mendapatkan ijin

pelaksanaan penelitian akan dimulai pada tanggal 2

September 2016. Partisipan pertama (W1) adalah seorang

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

31

perempuan warga Desa Krajan Krandon Lor yang berumur

33 tahun. Partisipan telah menjadi kader Posyandu sekitar

6 tahun dan sudah mengikuti kegiatan pelatihan lebih dari

3 kali.

Peneliti mulai melakukan wawancara dengan

partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016.

Waktu yang dibutuhkan dalam sekali wawancara antara 5

– 15 menit. Partisipan W1 pada saat diberikan pertanyaan

dapat menjawab dengan baik serta komunikatif.

4.1.2.2 Partisipan 2

Peneliti bertemu partisipan di Desa Krajan Krandon

Lor Rt 06 dengan perkenalan secara singkat. Sebelumnya

peneliti sudah meminta izin kepada kepala Dusun Krajan,

penelitian ini dilaksanakan dengan (W2) pada tanggal 3

September 2016. Partisipan kedua (W2) adalah seorang

perempuan warga Desa Krajan Krandon Lor yang berumur

42 tahun. Partisipan telah menjadi kader Posyandu sekitar

3 tahun dan sudah mengikuti kegiatan pelatihan sekitar 2

sampai 3 kali.

Peneliti sebelum melakukan wawancara kepada

partisipan, peneliti terdahulu menjelaskan tujuan dari

penelitian ini. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

32

wawancara dengan partisipan (W2) antara 5 – 15 menit.

Partisipan (W2) pada saat diberikan pertanyaan sedikit

kurang lancar dalam menjawab dan sedikit terbata – bata

dalam menggunakan bahasa Indonesia.

4.1.2.3 Partisipan 3

Peneliti bertemu partisipan di Desa Krajan Krandon

Lor Rt 06 dengan perkenalan secara singkat. Sebelumnya

peneliti meminta izin kepada kepala Dusun Krajan, setelah

mendapatkan ijin pelaksanaan penelitian dimulai pada

tanggal 4 September 2016. Partisipan ketiga (W3) adalah

seorang perempuan warga Desa Krajan Krandon Lor yang

berumur 39 tahun. Partisipan telah menjadi kader

Posyandu sekitar 2 tahun dan baru mengikuti kegiatan

pelatihan sebanyak 1 kali. Peneliti mulai melakukan

wawancara dengan partisipan (W3) pada hari minggu

tanggal 4 september 2016. Waktu yang dibutuhkan untuk

wawancara dengan partisian (W3) antara 5 – 15 menit.

4.1.2.4 Partisipan 4

Peneliti bertemu partisipan di Desa Krajan Krandon

Lor Rt 07. Sebelumnya pada tanggal 1 September 2016

peneliti sudah berkunjung kerumah partisipan (W4) untuk

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

33

menjelaskan tujuan dari penelitian ini dan meminta izin

kesediaan partisipan untuk terlibat dalam peneiltian ini

sebagai partisipan. Partisipan keempat (W4) adalah

seorang perempuan warga Desa Krajan Krandon Lor yang

berumur 45 tahun. Partisipan baru menjadi kader

Posyandu sejak 1 tahun yang lalu. Namun sebelumnya

partisipan sudah mengikuti kegiatan kader selama 3 tahun

dan sudah mengikuti kegiatan pelatihan sebanyak 3 kali.

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan empat tema yang

berguna untuk menjawab tujuan penelitian. Adapun tujuan

penelitian ini secara umum yaitu menggambarkan peran kader

dalam pengawasan kesehatan anak di Posyandu. Dari hasil Analisa

Data didapatkan 4 tema yaitu mengenai kader menjalankan

perannya dengan cara melakukan pemantuan kesehatan anak,

peran kader sebagai perantara dalam memberikan informasi

mengenai kesehatan anak terhadap orang tua, kader memiliki

pemahaman mengenai masalah kesehatan yang sering dijumpai

pada anak, dan kurangnya kesadaran orang tua mengenai

kesehatan anak merupakan sebuah tantangan besar bagi seorang

kader.

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

34

4.2.1 Tema 1 kader dalam menjalankan perannya dengan cara

melakukan pemantuan kesehatan anak

Kata kunci Kategori Sub Tema Tema

t

Dalam penelitian ini partisipan mengungkapkan

pengalamannya selama menjadi kader Posyandu terutama dalam

pengawasan kesehatan anak. Dua dari empat partisipan

memberikan gambaran mengenai pengalamannya dalam

memantau kesehatan anak. Berikut ungkapan yang disampaikan

partisipan mengenai pengalamannya sebagai kader Posyandu

dalam pemantuan kesehatan anak :

“Pengalaman-nya dalam pemantauan kesehatan anak

dengan melakukan penimbangan setiap di adakan

Posyandu setiap bulan sekali”(W1.25)

“Senengnya ya bisa melihat tumbuh kembang si anak

dengan baik sesuai apa yang diinginkan oleh kader dan

orang tua….”(W2.25).

Melakukan

pemantauan:

Penimbangan,

melihat

tumbuh

kembang anak

Pemantuan

Kesehatan

Anak

Peran Kader

dalam

Pemantuan

Kesehatan

Anak

Kader dalam

menjalankan

perannya

dengan cara

melakukan

pemantuan

kesehatan

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

35

Dari kedua partisipan (W1,W2) mengungkapan bahwa

peran seorang kader dalam pemantuan kesehatan anak dapat

dilakukan dengan melakukan penimbangan yang selalu

dilaksanakan setiap diadakannya Posyandu (bulan Posyandu).

Selain itu, pemantuan kesehatan anak juga dapat dipantau

dengan melihat tumbuh kembang si Anak sendiri.

4.2.2 Tema 2 peran kader sebagai perantara dalam memberikan

informasi mengenai kesehatan anak terhadap orang tua

Kata kunci Kategori Sub Tema Tema

Tugas seorang kader dalam pemantuan kesehatan anak

salah satunya dengan memberikan informasi mengenai kesehatan

anak terhadap orang tuanya. Berikut paparan partisipan mengenai

peran kader dalam memberikan informasi :

“……diberikan penyuluhan seperti ditanyain sehat ndak ?

misal ndak sehat kita suruh periksa ke bidan…..”(W1.45)

Memberikan

informasi :

Diberikan

penyuluhan,

menyarankan,

dan memberi

pengetahuan

Peran

seorang

Kader

Peran

sebagai

seorang

Kader dalam

memberikan

Informasi

Peran kader

sebagai

perantara dalam

memberikan

informasi

mengenai

kesehatan anak

terhadap orang

tua

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

36

“…..sebagai kader itu menyarankan bagaimana balita anda

bisa sehat,…”(W2.35)

“Ya peranan saya sebagai kader salah satunya

memberikan penyuluhan lah atau memberi pengetahuan

terhadap orang tua. Semisal….”(W4.45)

Dengan diberikan informasi mengenai kesehatan anak

diharapkan para orang tua dapat bekerja sama dengan kader untuk

kesejahteraan kesehatan anak. Dengan adanya informasi orang tua

lebih banyak lagi mendapat pengetahuan sehingga terjadi

perubahan perilaku untuk membantu kesehatan pada anak yang

lebih baik.

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

37

4.2.3 Tema 3 kader memiliki pemahaman mengenai masalah

kesehatan yang sering dijumpai pada anak

Kata kunci Kategori Sub Tema Tema

Selain tugas pokok kader dalam Posyandu, seorang kader

juga dituntut untuk mengetahui permasalahan kesehatan yang

sering menjangkit pada anak di Posyandu. Dalam penelitian ini,

yang menjadi salah satu sub tema yaitu mengenai pemahaman

kader terhadap masalah kesehatan anak. Berbagai pernyataan

terkait pemahaman kader terhadap masalah kesehatan pada anak,

sebagai berikut:

“Oh ya, batuk pilek, panas” (W1.70)

Batuk pilek gitu aja paling mbk.”(W2.85)

“…gatal – gatal gitu. Terus ada yang panas biasa.(W2.95)

“…. Ya penyakitnya batuk, pilek demam, dan diare.”(W3.55)

Masalah –

masalah

Kesehatan :

Batuk, Pilek,

panas, gatal –

gatal, demam

Mengetahui

masalah

kesehatan

pada anak

Pemahaman

terhadap

masalah

kesehatan

pada anak

kader memiliki

pemahaman

mengenai

masalah

kesehatan

yang sering

dijumpai pada

anak

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

38

“kalau masalah kesehatan ya yang paling sering terjadi

demam lah mbak…”(W4.55)

Dengan adanya pemahaman yang cukup, kader dituntut

untuk dapat memahami masalah kesehatan anak sesuai dengan

tugas kader.

4.2.4 Tema 4 Kurangnya kesadaran orang tua mengenai

kesehatan Anak merupakan sebuah tantangan besar bagi

seorang kader

Kata kunci Kategori Sub Tema Tema

Hambatan yang dijumpai oleh partisipan mengenai

partisipasi orang tua yang membawa anaknya pergi ke Posyandu.

“Hambatannya kadang semua orang tua tu ada yang nggak

sadar bahwa kesehatan anak itu sangat penting. Contohnya

kalau tiap bulan ada Posyandu walaupun udah disiarkan

Masalah –masalah

yang dihadapi kader :

Orang tua itu ada yang

nggak sadar bahwa

kesehatan anak itu

sangat penting, orang

tua yang kadang

kurang komunikatif

Mengetahui

hambatan

yang

dirasakan

kader

Kurang

pentingnya

masalah

kesehatan

anak bagi

orang tua

Kurangnya

kesadaran orang

tua mengenai

kesehatan Anak

merupakan

sebuah

tantangan besar

bagi seorang

kader

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

39

atau diumumkan tetapi tidak mau berangkat. Dikasih tau

nggak mau katanya sudah sehat….”(W1.105)

“Orang tua yang kadang kurang komunikatif terhadap kader

Posyandu. Misalnya kalau si balita sudah selesai imunisasi

campak gitu, sering tidak berangkat lagi ke

Posyandu…”(W3.75)

“Orang tua yang kurang sadar dengan kesehatan mbak. Ya

itu menjadi hambatan saya. Ya kalau orang tuanya nggak

sadar otomatis jika diberikan penyuluhan informasi

mengenai kesehatan ya pasti diabaikan saja

mbak…”(W4.85)

Dengan adanya orang tua yang kurang memperhatikan

kesehatan anak, maka kader harus bekerja keras dalam

membangkitkan rasa kepedulian orang tua terhadap kesehatan

anak. Karena jika orang tua yang tidak peduli dengan masalah

kesehatan anak mengakibatkan kurang efektifnya orang tua dalam

menerima informasi yang diberikan oleh kader sehingga berdampak

buruk pada kesehatan anak.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

40

4.3 Pembahasan

4.3.1 Kader menjalankan perannya dengan cara melakukan

pemantuan kesehatan anak

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap empat

partisipan didapatkan satu sub tema yang terkait dengan peran

kader. Sub tema didapatkan dari pernyataan yang diungkapkan

oleh partisipan. Peran diartikan sebagai serangkaian perilaku yang

diharapkan oleh masyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada

dalam masyarakat atau suatu sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang

diharapkan diri seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat

(Hidayat, 2006).

Dari pernyataan yang diungkapkan partisipan pada

penelitian ini ditemukan bahwa peran kader yang dilakukan oleh

partisipan dengan melakukan pemantuan terhadap status gizi balita

dengan melihat tumbuh kembang dan penimbangan anak. Fungsi

penimbangan balita setiap bulan sangat penting untuk menilai

status gizi dan perkembangan anak. Hal ini didukung oleh hasil

Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti, dkk (2014) dan Fitriah,

(2012) menyatakan adanya hubungan peran kader dengan status

gizi balita. Dalam penelitian-penelitian tersebut, kader sebagai

tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat serta

bertugas di masyarakat, dimana pengamatan terhadap status gizi

balita di Posyandu merupakan salah satu kegiatan utama Kader

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

41

dan umumnya menjadi prioritas dalam pelaksanaan kegiatan

Posyandu.

Wahyutomo (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

kader memegang peranan penting, selain sebagai pelaksana

kegiatan Posyandu, Kader memegang peranan penting, selain

sebagai pelaksana kegiatan Posyandu (administrator) dan

memberikan penyuluhan (edukator), kader juga menggerakkan

keaktifan ibu yang mempunyai balita untuk datang ke Posyandu

(motivator). Sumber yang sama mengatakan, Kader Posyandu

merupakan health provider yang berada di dekat kegiatan sasaran

Posyandu dimana tatap muka kader dengan masyarakat lebih

sering dari pada petugas kesehatan lainnya . Peranan kader sangat

penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan

program Posyandu, bila kader tidak aktif maka pelaksanaan

Posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi

bayi atau balita tidak dapat dideteksi secara dini dengan jelas. Hal

ini secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan

program Posyandu khususnya dalam memantau tumbuh kembang

balita. Kader ikut berperan dalam tumbuh kembang anak dan

kesehatan ibu, sebab melalui kader para ibu mendapatkan

informasi kesehatan lebih dulu (Andira, 2012).

Adanya peran kader dapat membantu masyarakat dalam

mengurangi angka gizi buruk. Selain itu, adanya peran kader juga

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

42

membantu dalam mengurangi angka kematian ibu dan balita

dengan memanfaatkan keahlian serta fasilitas penunjang lainnya

yang berhubungan dengan peningkatan status gizi balita (Purwanti,

dkk, 2014). Sejalan dengan penelitian diatas, menurut Isaura (2011)

menyatakan bahwa bila kader tidak aktif maka pelaksanaan

Posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi

bayi dan balita (bawah lima tahun) tidak dapat dideteksi secara dini

dengan jelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran serta kader

berpengaruh terhadap status gizi balita yang berarti semakin tinggi

peran kader, maka semakin tinggi pula angka penurunan gizi buruk

pada balita.

4.3.2 Peran kader sebagai perantara dalam memberikan

informasi mengenai kesehatan anak terhadap orang tua

Peran kader memang sangat penting dalam menjembatani

masyarakat terutama kelompok sasaran Posyandu khususnya pada

anak. Berbagai informasi dari pemerintah lebih mudah disampaikan

kepada masyarakat melalui kader. Pengetahuan kader yang kurang

mengenai seluruh indikator dari tugas perkembangan balita,

menjadikan kader tidak akan mampu memberikan penyuluhan atau

informasi yang lengkap kepada orang tua. Dari hasil penelitian

didapatkan bahwa partisipan melakukan penyuluhan kepada orang

tua mengenai kesehatan anak. Penelitian yang dilakukan oleh

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

43

Djafar (2014) menjelaskan pengetahuan kader yang baik mengenai

gizi sangat penting bagi kader, agar kader mampu menyampaikan

penyuluhan dengan baik. Sedangkan penelitian yang lain menurut

Erfandi (2011) bahwa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan

formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka

pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan.

Penelitian yang serupa oleh Arwina (2011) di Wilayah Kerja

Puskesmas Amplas Medan menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara minat, kemampuan, pelatihan dan pembinaan

dengan kinerja kader Posyandu. Pembinaan kader dalam

meningkatkan kinerja sangat diperlukan dengan pembinaan seperti

pelatihan yang diberikan kepada kader akan bisa meningkatkan

pengetahuan kader tentang kegiatan-kegiatan Posyandu serta

tugas-tugasnya. Sehingga kader akan bisa menjalankan

pekerjaannya dengan baik. Dengan demikian, apabila pembinaan

kader yang baik akan bisa meningkatkan kinerja kader Posyandu.

4.3.3 Kader memiliki pemahaman mengenai masalah kesehatan

yang sering dijumpai pada anak

Kader mempunyai peran penting dalam perannya

meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan anak. Untuk itu, kader

Posyandu harus memiliki pemahaman mengenai masalah

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

44

kesehatan yang sering di jumpai pada anak. Kader kesehatan

mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang

optimal. Dari penelitian yang telah dilakukan semua partisipan

mengetahui masalah kesehatan yang sering di jumpai pada anak.

Kader dapat memahami masalah kesehatan anak dengan

mengikuti kegiatan pelatihan. Hal ini didukung penelitan yang

dilakukan oleh Wahyuningsih (2009) menyatakan bahwa pelatihan

kader merupakan salah satu dari langkah-langkah pembentukan

kader kesehatan. Apabila kader memiliki peran dan pengetahuan

yang baik tentang Posyandu, diharapkan kader tersebut

mempunyai kesadaran dalam upaya meningkatnya derajat

kesehatan masyarakat di lingkungannya. Kader adalah sebagai

salah satu sub sistem dalam Posyandu yang bertugas untuk

mengatur jalannya program dalam Posyandu. Kader harus lebih

tahu dan lebih menguasai tentang kegiatan yang harus dijalankan

atau dilaksanakan. Penguasaan akan kegiatan yang akan

dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kualitas mutu

pelayanan kesehatan di masyarakat (Sahrul, 2006). Terkait dengan

hal tersebut penelitian yang dilakukan Nilawati (2008) menyatakan

bahwa diperlukan unsur pelatih kader yang mampu berdedikasi

dalam memberikan pelatihan secara efektif dan berkesinambungan,

yakni melalui pendampingan dan bimbingan. Pelatihan kader

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

45

diberikan secara berkelanjutan berupa pelatihan dasar dan

berjenjang yang berpedoman pada modul.

Penelitian oleh Muzakkir (2013), kader yang tidak mengikuti

pelatihan memiliki kecenderungan tidak baik yang akan

menyebabkan rendahnya kinerja kader Posyandu, begitu pula

sebaliknya kader yang telah mengikuti pelatihan akan memiliki

kecenderungan kinerja yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh manddalak (2012) tentang Pengaruh Pelatihan

Kader terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Kader tentang

Tugas Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Awu

Kecamatan Luwuk Kabupaten Sulawesi Tengah, hasil evaluasi

menunjukan terjadinya peningkatan pengetahuan peserta yang

mendapatkan nilai dengan kriteria baik setelah dilaksanakanya

pelatihan yang sebelumnya rata – rata kader berpengetahuan

kurang. Peningkatan pengetahuan disebabkan oleh kejelasan

materi pelatihan, dan metode mengajar yang tepat, dan kesiapan

peserta pelatihan. Hasil penelitian Sukiarto (2007) yang

menyimpulkan bahwa pelatihan dengan metode belajar

berdasarkan masalah lebih meningkatkan pengetahuan sikap dan

ketrampilan kader. Hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan

kegiatan maupun pelatihan dapat memberikan manfaat secara

langsung terhadap perubahan kemampuan kader.

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

46

4.3.4 Kurangnya kesadaran orang tua mengenai kesehatan

anak merupakan sebuah tantangan besar bagi seorang kader

Salah satu yang menjadi tantangan kader Posyandu dengan

kurangnya kesadaran orang tua mengenai kesehatan anak. Dari

hasil penelitian yang dilakukan, kurangnya kesadaran orang tua

mengenai kesehatan anak ditandai dengan kurangnya partisipasi

orang tua membawa anaknya ke Posyandu.

Di dalam penelitian ini tidak teridentifikasi faktor – faktor

yang menyebabkan kurangnya kesadaran orang tua mengenai

kesehatan anak akan tetapi penelitian – penelitian terdahulu

menyimpulkan terdapat beberapa faktor penyebab. Umur

merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi

perilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu hal.

Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena

kemampuan yang dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman

sehari-hari di luar faktor pendidikannya (Sedioetama, 2006).

Menurut Wawan, dkk (2010), semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih baik dari pada

yang belum cukup umur dalam berfikir dan bekerja. Hal ini

disebabkan umur mempengaruhi seseorang dalam berpikir. Selain

itu, umur juga membuat seseorang mempunyai pengalaman dalam

hidup sehingga mampu memutuskan yang terbaik dalam kesehatan

anaknya. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ibu balita yang

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

47

berusia >30 tahun memiliki tingkat pemanfaatan Posyandu baik

dibandingkan dengan kelompok usia ibu< 30 tahun.

Faktor lain yang diduga mempengaruhi partisipasi ibu untuk

datang ke Posyandu mengenai pendidikan ibu. Pendidikan berarti

bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju kearah cita – cita tertentu dalam mencapai

kebahagiaan dan keselamatan, pendidikan diperlukan dalam

mendapatkan informasi, misalnya informasi tentang manfaat

Posyandu ( Wawan dkk, 2010). Pendidikan merupakan faktor yang

sangat penting untuk memberikan kemampuan berfikir, menelaah

dan memahami informasi yang diperoleh dengan pertimbangan

yang baik dan memberikan kemampuan yang baik pula dalam

mengambil keputusan tentang kesehatan keluarga (Hastono, 2011).

Hal ini didukung oleh hasil penelitian oleh Koto (2011)

menyimpulkan bahwa ibu yang memiliki pendidikan rendah

berpeluang 2.964 kali untuk memiliki perilaku kunjungan Posyandu

kurang dibanding dengan ibu yang memiliki pendidikan tinggi.

Selain itu, pekerjaan ibu juga disimpulkan oleh Handayani

dkk (2009) berpengaruh dalam partisipasi ibu membawa anak

balitanya ke Posyandu. yang menyatakan bahwa salah satu

hambatan ibu bekerja adalah hambatan sosial yang menyatakan

kesulitan dalam membagi waktu untuk keluarga. Dalam hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Widiastuti, dkk (2006) yang

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ......Peneliti mulai melakukan wawancara dengan partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali

48

menyatakan bahwa alasan ibu Balita tidak datang menimbangkan

balita ke Posyandu salah satunya dipengaruhi oleh status

pekerjaan. Sehingga apabila ibu bekerja maka cenderung kesulitan

dalam membagi waktu untuk keluarga, salah satunya ketidakaktifan

menimbangkan balita di Posyandu. Sama halnya dengan Penelitian

yang dilakuakan oleh Paola (2011) yang menyatakan bahwa

pekerjaan ibu mempunyai pengaruh terhadap partisipasi ibu dalam

membawa balitanya untuk melakukan penimbangan di Posyandu.

Dapat disimpulkan bahwa, ibu yang bekerja cenderung tidak aktif

dalam kegiatan Posyandu. Jadi, pekerjaan ibu balita sangat

mempengaruhi kunjungan balita dalam kegiatan di Posyandu.

4.4 Keterbatasan penelitian

Peneliti memiliki keterbatasan dalam penelitian ini dimana

Partisipan dalam penelitian ini awalnya adalah lima orang tetapi

karena ada satu orang yang tidak bersedia untuk dijadikan

partisipan maka partisipan dalam penelitian ini sebanyak empat

partisipan.