bab iv hasil dan pembahasan 4.1 gambaran umum ......peneliti mulai melakukan wawancara dengan...
TRANSCRIPT
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran umum lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Krajan Krandon Lor
Kec. Suruh Kab. Semarang. Pada penelitian ini, peneliti hanya
melakukan penelitian di Dusun Krajan Rt 06,07,dan 08. Dusun
Krajan letaknya dekat dengan Gunung Nalendra. Sehingga Desa ini
memiliki udara yang sejuk dan segar. Sebagian besar warga di
Dusun Krajan ini bekerja sebagai petani. Batas-batas wilayah Desa
Krandon Lor adalah sebagai berikut:
a) Sebelah timur : Kelurahan Cukilan dan Reksosari
b) Sebelah barat : Kelurahan Plumbon dan Sumberejo
c) Sebelah utara : Kelurahan Terban dan Segiri
d) Sebalah Selatan : Kelurahan Suruh
4.1.1 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksankan pada tanggal
1 sampai 30 September 2016. Pada tanggal 1 September
peneliti memberikan penjelasan kepada partisipan terkait
penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti juga meminta
kesediaan partisipan untuk bersedia menjadi partisipan
dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi
partisipan dalam penelitian yang akan dilakukan. Partisipan
30
penelitian yang dipilih adalah 4 orang warga Desa Krajan
Krandon Lor rt 06,07 dan 08.
4.1.2 Gambaran Partisipan
Partisipan yang terlibat dalam penelitian adalah
warga Desa Krajan Krandon Lor. Jumlah subjek penelitian
ada 4 orang antara lain:
Nama Jenis
Kelamin
Usia Agama Pendidikan Pekerjaan
Ny. U Perempuan 33 tahun Islam SMA Ibu rumah
tangga
Ny. T Perempuan 42 tahun Islam SMA Swasta
Ny. S Perempuan 39 tahun Islam SMA Pedagang
Ny. W Perempuan 45 tahun Islam SMA Pedagang
4.1.2.1 Partisipan 1
Peneliti bertemu partisipan di rumah partisipan
bertempat di Desa Krajan Krandon Lor Rt 08 dengan
perkenalan secara singkat. Sebelumnya peneliti meminta
izin kepada kepala Dusun Krajan, setelah mendapatkan ijin
pelaksanaan penelitian akan dimulai pada tanggal 2
September 2016. Partisipan pertama (W1) adalah seorang
31
perempuan warga Desa Krajan Krandon Lor yang berumur
33 tahun. Partisipan telah menjadi kader Posyandu sekitar
6 tahun dan sudah mengikuti kegiatan pelatihan lebih dari
3 kali.
Peneliti mulai melakukan wawancara dengan
partisipan W1 pada hari jumat tanggal 2 September 2016.
Waktu yang dibutuhkan dalam sekali wawancara antara 5
– 15 menit. Partisipan W1 pada saat diberikan pertanyaan
dapat menjawab dengan baik serta komunikatif.
4.1.2.2 Partisipan 2
Peneliti bertemu partisipan di Desa Krajan Krandon
Lor Rt 06 dengan perkenalan secara singkat. Sebelumnya
peneliti sudah meminta izin kepada kepala Dusun Krajan,
penelitian ini dilaksanakan dengan (W2) pada tanggal 3
September 2016. Partisipan kedua (W2) adalah seorang
perempuan warga Desa Krajan Krandon Lor yang berumur
42 tahun. Partisipan telah menjadi kader Posyandu sekitar
3 tahun dan sudah mengikuti kegiatan pelatihan sekitar 2
sampai 3 kali.
Peneliti sebelum melakukan wawancara kepada
partisipan, peneliti terdahulu menjelaskan tujuan dari
penelitian ini. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam
32
wawancara dengan partisipan (W2) antara 5 – 15 menit.
Partisipan (W2) pada saat diberikan pertanyaan sedikit
kurang lancar dalam menjawab dan sedikit terbata – bata
dalam menggunakan bahasa Indonesia.
4.1.2.3 Partisipan 3
Peneliti bertemu partisipan di Desa Krajan Krandon
Lor Rt 06 dengan perkenalan secara singkat. Sebelumnya
peneliti meminta izin kepada kepala Dusun Krajan, setelah
mendapatkan ijin pelaksanaan penelitian dimulai pada
tanggal 4 September 2016. Partisipan ketiga (W3) adalah
seorang perempuan warga Desa Krajan Krandon Lor yang
berumur 39 tahun. Partisipan telah menjadi kader
Posyandu sekitar 2 tahun dan baru mengikuti kegiatan
pelatihan sebanyak 1 kali. Peneliti mulai melakukan
wawancara dengan partisipan (W3) pada hari minggu
tanggal 4 september 2016. Waktu yang dibutuhkan untuk
wawancara dengan partisian (W3) antara 5 – 15 menit.
4.1.2.4 Partisipan 4
Peneliti bertemu partisipan di Desa Krajan Krandon
Lor Rt 07. Sebelumnya pada tanggal 1 September 2016
peneliti sudah berkunjung kerumah partisipan (W4) untuk
33
menjelaskan tujuan dari penelitian ini dan meminta izin
kesediaan partisipan untuk terlibat dalam peneiltian ini
sebagai partisipan. Partisipan keempat (W4) adalah
seorang perempuan warga Desa Krajan Krandon Lor yang
berumur 45 tahun. Partisipan baru menjadi kader
Posyandu sejak 1 tahun yang lalu. Namun sebelumnya
partisipan sudah mengikuti kegiatan kader selama 3 tahun
dan sudah mengikuti kegiatan pelatihan sebanyak 3 kali.
4.2 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan empat tema yang
berguna untuk menjawab tujuan penelitian. Adapun tujuan
penelitian ini secara umum yaitu menggambarkan peran kader
dalam pengawasan kesehatan anak di Posyandu. Dari hasil Analisa
Data didapatkan 4 tema yaitu mengenai kader menjalankan
perannya dengan cara melakukan pemantuan kesehatan anak,
peran kader sebagai perantara dalam memberikan informasi
mengenai kesehatan anak terhadap orang tua, kader memiliki
pemahaman mengenai masalah kesehatan yang sering dijumpai
pada anak, dan kurangnya kesadaran orang tua mengenai
kesehatan anak merupakan sebuah tantangan besar bagi seorang
kader.
34
4.2.1 Tema 1 kader dalam menjalankan perannya dengan cara
melakukan pemantuan kesehatan anak
Kata kunci Kategori Sub Tema Tema
t
Dalam penelitian ini partisipan mengungkapkan
pengalamannya selama menjadi kader Posyandu terutama dalam
pengawasan kesehatan anak. Dua dari empat partisipan
memberikan gambaran mengenai pengalamannya dalam
memantau kesehatan anak. Berikut ungkapan yang disampaikan
partisipan mengenai pengalamannya sebagai kader Posyandu
dalam pemantuan kesehatan anak :
“Pengalaman-nya dalam pemantauan kesehatan anak
dengan melakukan penimbangan setiap di adakan
Posyandu setiap bulan sekali”(W1.25)
“Senengnya ya bisa melihat tumbuh kembang si anak
dengan baik sesuai apa yang diinginkan oleh kader dan
orang tua….”(W2.25).
Melakukan
pemantauan:
Penimbangan,
melihat
tumbuh
kembang anak
Pemantuan
Kesehatan
Anak
Peran Kader
dalam
Pemantuan
Kesehatan
Anak
Kader dalam
menjalankan
perannya
dengan cara
melakukan
pemantuan
kesehatan
35
Dari kedua partisipan (W1,W2) mengungkapan bahwa
peran seorang kader dalam pemantuan kesehatan anak dapat
dilakukan dengan melakukan penimbangan yang selalu
dilaksanakan setiap diadakannya Posyandu (bulan Posyandu).
Selain itu, pemantuan kesehatan anak juga dapat dipantau
dengan melihat tumbuh kembang si Anak sendiri.
4.2.2 Tema 2 peran kader sebagai perantara dalam memberikan
informasi mengenai kesehatan anak terhadap orang tua
Kata kunci Kategori Sub Tema Tema
Tugas seorang kader dalam pemantuan kesehatan anak
salah satunya dengan memberikan informasi mengenai kesehatan
anak terhadap orang tuanya. Berikut paparan partisipan mengenai
peran kader dalam memberikan informasi :
“……diberikan penyuluhan seperti ditanyain sehat ndak ?
misal ndak sehat kita suruh periksa ke bidan…..”(W1.45)
Memberikan
informasi :
Diberikan
penyuluhan,
menyarankan,
dan memberi
pengetahuan
Peran
seorang
Kader
Peran
sebagai
seorang
Kader dalam
memberikan
Informasi
Peran kader
sebagai
perantara dalam
memberikan
informasi
mengenai
kesehatan anak
terhadap orang
tua
36
“…..sebagai kader itu menyarankan bagaimana balita anda
bisa sehat,…”(W2.35)
“Ya peranan saya sebagai kader salah satunya
memberikan penyuluhan lah atau memberi pengetahuan
terhadap orang tua. Semisal….”(W4.45)
Dengan diberikan informasi mengenai kesehatan anak
diharapkan para orang tua dapat bekerja sama dengan kader untuk
kesejahteraan kesehatan anak. Dengan adanya informasi orang tua
lebih banyak lagi mendapat pengetahuan sehingga terjadi
perubahan perilaku untuk membantu kesehatan pada anak yang
lebih baik.
37
4.2.3 Tema 3 kader memiliki pemahaman mengenai masalah
kesehatan yang sering dijumpai pada anak
Kata kunci Kategori Sub Tema Tema
Selain tugas pokok kader dalam Posyandu, seorang kader
juga dituntut untuk mengetahui permasalahan kesehatan yang
sering menjangkit pada anak di Posyandu. Dalam penelitian ini,
yang menjadi salah satu sub tema yaitu mengenai pemahaman
kader terhadap masalah kesehatan anak. Berbagai pernyataan
terkait pemahaman kader terhadap masalah kesehatan pada anak,
sebagai berikut:
“Oh ya, batuk pilek, panas” (W1.70)
Batuk pilek gitu aja paling mbk.”(W2.85)
“…gatal – gatal gitu. Terus ada yang panas biasa.(W2.95)
“…. Ya penyakitnya batuk, pilek demam, dan diare.”(W3.55)
Masalah –
masalah
Kesehatan :
Batuk, Pilek,
panas, gatal –
gatal, demam
Mengetahui
masalah
kesehatan
pada anak
Pemahaman
terhadap
masalah
kesehatan
pada anak
kader memiliki
pemahaman
mengenai
masalah
kesehatan
yang sering
dijumpai pada
anak
38
“kalau masalah kesehatan ya yang paling sering terjadi
demam lah mbak…”(W4.55)
Dengan adanya pemahaman yang cukup, kader dituntut
untuk dapat memahami masalah kesehatan anak sesuai dengan
tugas kader.
4.2.4 Tema 4 Kurangnya kesadaran orang tua mengenai
kesehatan Anak merupakan sebuah tantangan besar bagi
seorang kader
Kata kunci Kategori Sub Tema Tema
Hambatan yang dijumpai oleh partisipan mengenai
partisipasi orang tua yang membawa anaknya pergi ke Posyandu.
“Hambatannya kadang semua orang tua tu ada yang nggak
sadar bahwa kesehatan anak itu sangat penting. Contohnya
kalau tiap bulan ada Posyandu walaupun udah disiarkan
Masalah –masalah
yang dihadapi kader :
Orang tua itu ada yang
nggak sadar bahwa
kesehatan anak itu
sangat penting, orang
tua yang kadang
kurang komunikatif
Mengetahui
hambatan
yang
dirasakan
kader
Kurang
pentingnya
masalah
kesehatan
anak bagi
orang tua
Kurangnya
kesadaran orang
tua mengenai
kesehatan Anak
merupakan
sebuah
tantangan besar
bagi seorang
kader
39
atau diumumkan tetapi tidak mau berangkat. Dikasih tau
nggak mau katanya sudah sehat….”(W1.105)
“Orang tua yang kadang kurang komunikatif terhadap kader
Posyandu. Misalnya kalau si balita sudah selesai imunisasi
campak gitu, sering tidak berangkat lagi ke
Posyandu…”(W3.75)
“Orang tua yang kurang sadar dengan kesehatan mbak. Ya
itu menjadi hambatan saya. Ya kalau orang tuanya nggak
sadar otomatis jika diberikan penyuluhan informasi
mengenai kesehatan ya pasti diabaikan saja
mbak…”(W4.85)
Dengan adanya orang tua yang kurang memperhatikan
kesehatan anak, maka kader harus bekerja keras dalam
membangkitkan rasa kepedulian orang tua terhadap kesehatan
anak. Karena jika orang tua yang tidak peduli dengan masalah
kesehatan anak mengakibatkan kurang efektifnya orang tua dalam
menerima informasi yang diberikan oleh kader sehingga berdampak
buruk pada kesehatan anak.
40
4.3 Pembahasan
4.3.1 Kader menjalankan perannya dengan cara melakukan
pemantuan kesehatan anak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap empat
partisipan didapatkan satu sub tema yang terkait dengan peran
kader. Sub tema didapatkan dari pernyataan yang diungkapkan
oleh partisipan. Peran diartikan sebagai serangkaian perilaku yang
diharapkan oleh masyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada
dalam masyarakat atau suatu sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan diri seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat
(Hidayat, 2006).
Dari pernyataan yang diungkapkan partisipan pada
penelitian ini ditemukan bahwa peran kader yang dilakukan oleh
partisipan dengan melakukan pemantuan terhadap status gizi balita
dengan melihat tumbuh kembang dan penimbangan anak. Fungsi
penimbangan balita setiap bulan sangat penting untuk menilai
status gizi dan perkembangan anak. Hal ini didukung oleh hasil
Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti, dkk (2014) dan Fitriah,
(2012) menyatakan adanya hubungan peran kader dengan status
gizi balita. Dalam penelitian-penelitian tersebut, kader sebagai
tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat serta
bertugas di masyarakat, dimana pengamatan terhadap status gizi
balita di Posyandu merupakan salah satu kegiatan utama Kader
41
dan umumnya menjadi prioritas dalam pelaksanaan kegiatan
Posyandu.
Wahyutomo (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
kader memegang peranan penting, selain sebagai pelaksana
kegiatan Posyandu, Kader memegang peranan penting, selain
sebagai pelaksana kegiatan Posyandu (administrator) dan
memberikan penyuluhan (edukator), kader juga menggerakkan
keaktifan ibu yang mempunyai balita untuk datang ke Posyandu
(motivator). Sumber yang sama mengatakan, Kader Posyandu
merupakan health provider yang berada di dekat kegiatan sasaran
Posyandu dimana tatap muka kader dengan masyarakat lebih
sering dari pada petugas kesehatan lainnya . Peranan kader sangat
penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan
program Posyandu, bila kader tidak aktif maka pelaksanaan
Posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi
bayi atau balita tidak dapat dideteksi secara dini dengan jelas. Hal
ini secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan
program Posyandu khususnya dalam memantau tumbuh kembang
balita. Kader ikut berperan dalam tumbuh kembang anak dan
kesehatan ibu, sebab melalui kader para ibu mendapatkan
informasi kesehatan lebih dulu (Andira, 2012).
Adanya peran kader dapat membantu masyarakat dalam
mengurangi angka gizi buruk. Selain itu, adanya peran kader juga
42
membantu dalam mengurangi angka kematian ibu dan balita
dengan memanfaatkan keahlian serta fasilitas penunjang lainnya
yang berhubungan dengan peningkatan status gizi balita (Purwanti,
dkk, 2014). Sejalan dengan penelitian diatas, menurut Isaura (2011)
menyatakan bahwa bila kader tidak aktif maka pelaksanaan
Posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi
bayi dan balita (bawah lima tahun) tidak dapat dideteksi secara dini
dengan jelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran serta kader
berpengaruh terhadap status gizi balita yang berarti semakin tinggi
peran kader, maka semakin tinggi pula angka penurunan gizi buruk
pada balita.
4.3.2 Peran kader sebagai perantara dalam memberikan
informasi mengenai kesehatan anak terhadap orang tua
Peran kader memang sangat penting dalam menjembatani
masyarakat terutama kelompok sasaran Posyandu khususnya pada
anak. Berbagai informasi dari pemerintah lebih mudah disampaikan
kepada masyarakat melalui kader. Pengetahuan kader yang kurang
mengenai seluruh indikator dari tugas perkembangan balita,
menjadikan kader tidak akan mampu memberikan penyuluhan atau
informasi yang lengkap kepada orang tua. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa partisipan melakukan penyuluhan kepada orang
tua mengenai kesehatan anak. Penelitian yang dilakukan oleh
43
Djafar (2014) menjelaskan pengetahuan kader yang baik mengenai
gizi sangat penting bagi kader, agar kader mampu menyampaikan
penyuluhan dengan baik. Sedangkan penelitian yang lain menurut
Erfandi (2011) bahwa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan
formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan.
Penelitian yang serupa oleh Arwina (2011) di Wilayah Kerja
Puskesmas Amplas Medan menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara minat, kemampuan, pelatihan dan pembinaan
dengan kinerja kader Posyandu. Pembinaan kader dalam
meningkatkan kinerja sangat diperlukan dengan pembinaan seperti
pelatihan yang diberikan kepada kader akan bisa meningkatkan
pengetahuan kader tentang kegiatan-kegiatan Posyandu serta
tugas-tugasnya. Sehingga kader akan bisa menjalankan
pekerjaannya dengan baik. Dengan demikian, apabila pembinaan
kader yang baik akan bisa meningkatkan kinerja kader Posyandu.
4.3.3 Kader memiliki pemahaman mengenai masalah kesehatan
yang sering dijumpai pada anak
Kader mempunyai peran penting dalam perannya
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan anak. Untuk itu, kader
Posyandu harus memiliki pemahaman mengenai masalah
44
kesehatan yang sering di jumpai pada anak. Kader kesehatan
mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Dari penelitian yang telah dilakukan semua partisipan
mengetahui masalah kesehatan yang sering di jumpai pada anak.
Kader dapat memahami masalah kesehatan anak dengan
mengikuti kegiatan pelatihan. Hal ini didukung penelitan yang
dilakukan oleh Wahyuningsih (2009) menyatakan bahwa pelatihan
kader merupakan salah satu dari langkah-langkah pembentukan
kader kesehatan. Apabila kader memiliki peran dan pengetahuan
yang baik tentang Posyandu, diharapkan kader tersebut
mempunyai kesadaran dalam upaya meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat di lingkungannya. Kader adalah sebagai
salah satu sub sistem dalam Posyandu yang bertugas untuk
mengatur jalannya program dalam Posyandu. Kader harus lebih
tahu dan lebih menguasai tentang kegiatan yang harus dijalankan
atau dilaksanakan. Penguasaan akan kegiatan yang akan
dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kualitas mutu
pelayanan kesehatan di masyarakat (Sahrul, 2006). Terkait dengan
hal tersebut penelitian yang dilakukan Nilawati (2008) menyatakan
bahwa diperlukan unsur pelatih kader yang mampu berdedikasi
dalam memberikan pelatihan secara efektif dan berkesinambungan,
yakni melalui pendampingan dan bimbingan. Pelatihan kader
45
diberikan secara berkelanjutan berupa pelatihan dasar dan
berjenjang yang berpedoman pada modul.
Penelitian oleh Muzakkir (2013), kader yang tidak mengikuti
pelatihan memiliki kecenderungan tidak baik yang akan
menyebabkan rendahnya kinerja kader Posyandu, begitu pula
sebaliknya kader yang telah mengikuti pelatihan akan memiliki
kecenderungan kinerja yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh manddalak (2012) tentang Pengaruh Pelatihan
Kader terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Kader tentang
Tugas Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Awu
Kecamatan Luwuk Kabupaten Sulawesi Tengah, hasil evaluasi
menunjukan terjadinya peningkatan pengetahuan peserta yang
mendapatkan nilai dengan kriteria baik setelah dilaksanakanya
pelatihan yang sebelumnya rata – rata kader berpengetahuan
kurang. Peningkatan pengetahuan disebabkan oleh kejelasan
materi pelatihan, dan metode mengajar yang tepat, dan kesiapan
peserta pelatihan. Hasil penelitian Sukiarto (2007) yang
menyimpulkan bahwa pelatihan dengan metode belajar
berdasarkan masalah lebih meningkatkan pengetahuan sikap dan
ketrampilan kader. Hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
kegiatan maupun pelatihan dapat memberikan manfaat secara
langsung terhadap perubahan kemampuan kader.
46
4.3.4 Kurangnya kesadaran orang tua mengenai kesehatan
anak merupakan sebuah tantangan besar bagi seorang kader
Salah satu yang menjadi tantangan kader Posyandu dengan
kurangnya kesadaran orang tua mengenai kesehatan anak. Dari
hasil penelitian yang dilakukan, kurangnya kesadaran orang tua
mengenai kesehatan anak ditandai dengan kurangnya partisipasi
orang tua membawa anaknya ke Posyandu.
Di dalam penelitian ini tidak teridentifikasi faktor – faktor
yang menyebabkan kurangnya kesadaran orang tua mengenai
kesehatan anak akan tetapi penelitian – penelitian terdahulu
menyimpulkan terdapat beberapa faktor penyebab. Umur
merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi
perilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu hal.
Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena
kemampuan yang dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman
sehari-hari di luar faktor pendidikannya (Sedioetama, 2006).
Menurut Wawan, dkk (2010), semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih baik dari pada
yang belum cukup umur dalam berfikir dan bekerja. Hal ini
disebabkan umur mempengaruhi seseorang dalam berpikir. Selain
itu, umur juga membuat seseorang mempunyai pengalaman dalam
hidup sehingga mampu memutuskan yang terbaik dalam kesehatan
anaknya. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ibu balita yang
47
berusia >30 tahun memiliki tingkat pemanfaatan Posyandu baik
dibandingkan dengan kelompok usia ibu< 30 tahun.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi partisipasi ibu untuk
datang ke Posyandu mengenai pendidikan ibu. Pendidikan berarti
bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan
orang lain menuju kearah cita – cita tertentu dalam mencapai
kebahagiaan dan keselamatan, pendidikan diperlukan dalam
mendapatkan informasi, misalnya informasi tentang manfaat
Posyandu ( Wawan dkk, 2010). Pendidikan merupakan faktor yang
sangat penting untuk memberikan kemampuan berfikir, menelaah
dan memahami informasi yang diperoleh dengan pertimbangan
yang baik dan memberikan kemampuan yang baik pula dalam
mengambil keputusan tentang kesehatan keluarga (Hastono, 2011).
Hal ini didukung oleh hasil penelitian oleh Koto (2011)
menyimpulkan bahwa ibu yang memiliki pendidikan rendah
berpeluang 2.964 kali untuk memiliki perilaku kunjungan Posyandu
kurang dibanding dengan ibu yang memiliki pendidikan tinggi.
Selain itu, pekerjaan ibu juga disimpulkan oleh Handayani
dkk (2009) berpengaruh dalam partisipasi ibu membawa anak
balitanya ke Posyandu. yang menyatakan bahwa salah satu
hambatan ibu bekerja adalah hambatan sosial yang menyatakan
kesulitan dalam membagi waktu untuk keluarga. Dalam hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Widiastuti, dkk (2006) yang
48
menyatakan bahwa alasan ibu Balita tidak datang menimbangkan
balita ke Posyandu salah satunya dipengaruhi oleh status
pekerjaan. Sehingga apabila ibu bekerja maka cenderung kesulitan
dalam membagi waktu untuk keluarga, salah satunya ketidakaktifan
menimbangkan balita di Posyandu. Sama halnya dengan Penelitian
yang dilakuakan oleh Paola (2011) yang menyatakan bahwa
pekerjaan ibu mempunyai pengaruh terhadap partisipasi ibu dalam
membawa balitanya untuk melakukan penimbangan di Posyandu.
Dapat disimpulkan bahwa, ibu yang bekerja cenderung tidak aktif
dalam kegiatan Posyandu. Jadi, pekerjaan ibu balita sangat
mempengaruhi kunjungan balita dalam kegiatan di Posyandu.
4.4 Keterbatasan penelitian
Peneliti memiliki keterbatasan dalam penelitian ini dimana
Partisipan dalam penelitian ini awalnya adalah lima orang tetapi
karena ada satu orang yang tidak bersedia untuk dijadikan
partisipan maka partisipan dalam penelitian ini sebanyak empat
partisipan.