bab iv hasil dan pembahasanrepository.ub.ac.id/1738/46/bab 4.pdfpencahayaan buatan pada gedung...

64
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinjauan Objek Studi Gedung Layanan Bersama merupakan bangunan baru yang dimiliki oleh Universitas Brawijaya yang berfungsi sebagai perkantoran. Bangunan ini mulai berfungsi sejak bulan April 2016 lalu ini memiliki 10 lantai dan 1 lantai semi basement. Sampai saat ini, Gedung Layanan Bersama ini yang befungsi sejumlah 4 lantai dan telah di tempati oleh beberapa lembaga milik universitas, diantaranya adalah: Badan Usaha Akademik Universitas Brawijaya, Badan Usaha Non Akademik Uniersitas Brawijaya, Internasional Office Universitas Brawijaya, Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Brawijaya, dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Brawijaya. Jam operasinal Gedung Layanan Bersama adalah Senin- Sabtu pukul 07.30 WIB hingga pukul 16.30 WIB. 4.1.1 Kondisi Tapak dan Bangunan Gedung Layanan Bersama terletak di koordinat 7°57'03.9"LS 112°36'55.7"BT dan terletak di Jalan Panjaitan Kota Malang. Jalan Panjaitan Kota Malang termasuk ke dalam Jalan Arteri Sekunder II dan termasuk ke dalam jalan milik Provinsi Jawa Timur. Luas tapak yang digunakan 1214,5 m 2 , luas lantai dasar bangunan 814,3 m 2 dan luas total lantai bangunan 8143,2 m 2 . Bangunan perbatasan sebelah utara dengan Poliklinik Universitas Brawijaya, sebelah timur dengan Institut Biosains Universitas Brawijaya, sebelah Selatan Masjid Raden Patah Universitas Brawijaya, dan sebelah barat UB Guest House. Gambar 4.1 Citra Historis Tapak Tahun 2012 Sumber : Google Earth

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinjauan Objek Studi

Gedung Layanan Bersama merupakan bangunan baru yang dimiliki oleh Universitas

Brawijaya yang berfungsi sebagai perkantoran. Bangunan ini mulai berfungsi sejak bulan

April 2016 lalu ini memiliki 10 lantai dan 1 lantai semi basement. Sampai saat ini, Gedung

Layanan Bersama ini yang befungsi sejumlah 4 lantai dan telah di tempati oleh beberapa

lembaga milik universitas, diantaranya adalah: Badan Usaha Akademik Universitas

Brawijaya, Badan Usaha Non Akademik Uniersitas Brawijaya, Internasional Office

Universitas Brawijaya, Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M)

Universitas Brawijaya, dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

(LPPM) Universitas Brawijaya. Jam operasinal Gedung Layanan Bersama adalah Senin-

Sabtu pukul 07.30 WIB hingga pukul 16.30 WIB.

4.1.1 Kondisi Tapak dan Bangunan

Gedung Layanan Bersama terletak di koordinat 7°57'03.9"LS 112°36'55.7"BT dan

terletak di Jalan Panjaitan Kota Malang. Jalan Panjaitan Kota Malang termasuk ke dalam

Jalan Arteri Sekunder II dan termasuk ke dalam jalan milik Provinsi Jawa Timur. Luas tapak

yang digunakan 1214,5 m2, luas lantai dasar bangunan 814,3 m2 dan luas total lantai

bangunan 8143,2 m2. Bangunan perbatasan sebelah utara dengan Poliklinik Universitas

Brawijaya, sebelah timur dengan Institut Biosains Universitas Brawijaya, sebelah Selatan

Masjid Raden Patah Universitas Brawijaya, dan sebelah barat UB Guest House.

Gambar 4.1 Citra Historis Tapak Tahun 2012

Sumber : Google Earth

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

34

Orientasi bangunan menghadap ke arah timur laut dengan letak bukaan pada bangunan

pada sisi barat daya dan timur laut. Lantai basement pada gedung di fungsikan untuk

kebutuhan Institute Biosains sebagai kandang kelinci. Adapun lantai 1 hingga 7 difungsikan

kantor sebagai berikut ini:

Tabel 4.1 Kantor-kantor

Lantai Kantor

1 Badan Usaha Akademik UB dan Badan Usaha Non Akademik UB 2 Internasional Office UB

3 LP3M

4 -

5 -

6 LPPM

7 LPPM

4.1.2 Sistem Utilitas Bangunan

A. Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan pada bangunan objek studi menggunakan sistem AC Split. Unit AC

yang digunakan pada Gedung Layanan Bersama adalah Merek Panasonic. Dalam setiap

ruang kantor terdapat jumlah 1-3 unit AC split. Air Conditioner (AC) yang digunakan pada

Gedung Layanan Bersama ini menggunakan type refrigeran R32. Outdoor unit AC setiap

ruangan diletakkan pada sela-sela fasad bangunan. Unit tersebut juga ditutupi oleh kisi-kisi

besi yang berfungsi untuk menutupi agar tidak mengganggu pemandangan.

Gambar 4.2 Peta sekitar Objek Penelitian

Sumber : Google Map

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

35

Pemilihan sistem penghawaan gedung berkaitan dengan sistem rating yang terdapat

pada GREENSHIP NB 1.2 yang telah dikeluarkan oleh lembaga GBCI. Beberapa aspek

yang diukur antara lain mengenai jenis refrigeran yang digunakan dan kemampuan dan

bahan material yang digunakan.

B. Sistem Kelistrikan

Sistes Kelistrikan pada Gedung Layanan Bersama hanya menggunakan sumber

kelistrikan yaitu jaringan listrik PLN. Kebutuhan listrik menggunakan sumber listrik PLN

untuk memenuhi listrik 10 lantai di bangunan.

C. Sistem Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik

dengan jenis downlight lamp dan flourscent lamp dengan berbagai macam tingkat daya dan

pencahayaan. Jenis-jenis lampu tersebut digunakan untuk titik-titik yang berbeda sesuai

dengan kebutuhan ruang pada gedung.

Gambar 4.4 Indoor Unit AC Gambar 4.3 Outdoor Unit AC

Gambar 4.5 Meteran PLN

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

36

Pemilihan sistem pencahayaan gedung berkaitan dengan sistem rating yang terdapat

pada GREENSHIP NB 1.2 yang telah dikeluarkan oleh lembaga GBCI. Beberapa aspek

yang diukur antara lain mengenai total penggunaan perangkat pencahayaan dan tingkat

luminitas pada bangunan yang diteliti. Perangkat pencahayaan buatan dapat dihemat dengan

penggunaan jenis lampu hemat energi dan penggunaan ballast berfrekuensi tinggi.

D. Sistem penyedia air bersih

Penyedia air bersih pada Gedung Layanan Bersama hanya menggunakan 1 sumber

primer yaitu air tanah yang diambil melalui sumur bor. Sumur bor tersebut memiliki

kedalaman 80 meter ke bawah tanah dan berdiameter 15 cm. Penyediaan air bersih gedung

dikelola bersama dengan kebutuhan air yang digunakan oleh gedung biosains. Air yang

berasal dari bawah tanah di pompa melalui sumur dan kemudian dimasukkan dalam tabung

penyaringan. Air yang telah melalui proses penyaringan dimasukkan ke Ground Water Tank

(GWT) dengan kapasitas 192000 liter. Air yang berada di GWT kemudian dipompa melalui

ruang pompa menuju ke 2 rooftank Gedung Layanan Bersama yang mempunyai kapasitas

masing-masing 5.000 liter. Tahap selanjutnya adalah air yang berada di rooftank di

distribusikan ke masing-masing lantai yang berada di gedung layanan bersama.

Gambar 4.7 Sumur Bor Gambar 4.6 Water Filter Unit

Gambar 4.8 Mesin Pompa Gambar 4.9 Ground Water Tank (GWT)

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

37

4.2 Analisa dan Hasil terhadap Kategori GREENSHIP NB 1.2

4.2.1 Tepat Guna Lahan

A. ASD P Area Dasar Hijau

Objek Studi telah memiliki area hijau sebesar 156,6 m2 dari area tapak bangunan sebesar

1214,5 m2. Sehingga area hijau yang telah dimiliki oleh Gedung Layanan Bersama sebesar

12,8 % dari luas tapak bangunan. Objek studi juga telah memenuhi syarat yang dikeluarkan

oleh Pemendagri No 1 tahun 2007 Pasal 13 (2a) dan Peraturan Menteri PU No.

5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau. Maka, pada kriteria prasyarat area dasar

hijau terpenuhi.

B. ASD 1 Pemilihan Tapak

Tolok ukur pada kriteria pemilihan tapak pada Gedung Layanan Bersama telah memiliki

delapan prasarana dan sarana kota yang telah ditentukan pada standar GBCI. Berdasarkan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota, kawasan Universitas Brawijaya, tepatnya Gedung

Layanan Bersama masuk dalam BWK Malang Utara (Kelurahan Ketawanggede Kecamatan

Lowokwaru Kota Malang) yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana kota sebagai

berikut :

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

38

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Kota

No Sarana/Prasrana Kota Foto Keterangan

1 Jaringan Jalan

Jaringan jalan yang memfasilitasi

gedung layanan bersama adalah

Jalan Mayjen Panjaitan. Jalan

tersebut merupakan jalan provinsi

dan termasuk jenis jalan arteri

sekunder. Material pekerasan jalan

menggunakan material aspal.

2 Jaringan Penerangan dan

Listrik

Terdapat Gardu listrik yang

terhubung dari Saluran Udara

Tegangan Menengah. Gardu listrik

tersebut kemudian disalurkan ke

rumah listrik.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

39

Lanjutan Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Kota

No Sarana/Prasrana Kota Foto Keterangan

3 Jaringan Drainase

Jaringan drainase pada sekitar tapak

sudah lengkap. Sepanjang Jalan

Mayjen Panjaitan juga ada rencana

pembuatan sudetan yang berfungsi

sebagai penaggulangan banjir.

4 Sistem Pemadam Kebakaran

Terdapat Jaringan pemadam

kebakaran yang terletak di belakang

bangunan

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

40

Lanjutan Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Kota

No Sarana/Prasrana Kota Foto Keterangan

5 Jaringan Fiber Optik

Terdapat Jaringan fiber optic yang

ditanah di bawah tanah di pinggir

Jalan Panjaitan

6 Jalur Pejalan Kaki Kawasan

Terdapat jalur pejalan pada

kawasan objek studi. Selain itu

terdapat juga jalur pejalan kaki yang

disediakan oleh kampus menuju ke

bangunan objek studi tersebut.

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

41

Lanjutan Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Kota

No Sarana/Prasrana Kota Foto Keterangan

7 Jaringan Telepon

Terdapat jaringan telepon yang

dihubungkan melalui kabel telepon

dan tiang telepon.

8 Jaringan Air Bersih

Terdapat Jaringan air bersih yang

terletak di Jalan Mayjen Panjaitan

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

42

Syarat yang digunakan dalam penilaian tolok ukur ini adalah memiliki sarana dan

prasarana kota minimal 8. Maka dalam penilaian poin kriteria Pemilihan Tapak ini

mendapatkan 1 (satu) poin.

C. ASD 2 Aksesibilitas Komunitas

Lokasi tapak yang terletak di Jalan Panjaitan, berhubungan langsung dengan jalan MT.

Haryono dan Jalan Soekarno Hatta. Dimana jalan-jalan tersebut terdapat berbagai macam

fasilitas umum yang lengkap. Berbagai fasilitas umum yang terdapat di jalan-jalan tersebut

dapat dilihat pada gambar 4.10

Objek studi memiliki akses pejalan kaki menuju ke fasilitas-fasilitas umum tersebut.

Sehingga, objek studi pada kriteria Aksesbilitas Komunitas mendapatkan nilai maksimal

dari penilaian yaitu 2 (dua) poin.

Gambar 4.10 Peta Persebaran Fasilitas Umum

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

43

43

Tabel 4.3 Fasilitas Umum Sekitar Bangunan

No Fasiltas Umum Jarak Foto

1 Poliklinik UB ± 13 meter dari tapak

2 Parkir Motor ± 53 meter dari tapak

3 Pos Keamanan ± 157 meter dari tapak

4 Parkir Mobil ± 46 meter dari tapak

5 Masjid Raden Patah ± 173 meter dari tapak

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

44

Lanjutan Tabel 4.3 Fasilitas Umum Sekitar Bangunan

No Fasiltas Umum Jarak Foto

6 Kantin UB ± 300 meter dari tapak

7 Fotocopy KOPMA UB ± 364 meter dari tapak

8 Bank Mandiri ± 446 meter dari tapak

9 Kantor POS UB ± 467 meter dari tapak

10 Taman Perpustakaan ± 380 meter dari tapak

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

45

45

Lanjutan Tabel 4.3 Fasilitas Umum Sekitar Bangunan

No Fasiltas Umum Jarak Foto

11 Perpustakaan ± 389 meter dari tapak

12

Lapangan

± 357 meter dari tapak

13 KPRI ± 614 meter dari tapak

14 Bank BCA ± 552 meter dari tapak

D. ASD 3 Transportasi Umum

Jalan Panjaitan memiliki sarana transportasi umum yaitu angkutan umum dengan

jurusan ASD, ADL dan LDG. Jalan Panjaitan namun tidak memiliki halte yang terletak di

dekat tapak. Halte kendaraan umum terdekat dari tapak yaitu di jalan MT. Haryono tepatnya

di depan Fakultas Kedokteran Hewan. Objek studi juga tidak memiliki fasilitas transportasi

gedung seperti bus campus namun terdapat jalur pedestarian menuju ke halte tersebut. Maka,

untuk penilaian ini mendapatkan 1 (satu) poin.

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

46

E. ASD 4 Fasilitas Pengguna Sepeda

Gedung Layanan Bersama belum dilengkapi dengan fasilitas pengguna jalan seperti

parkir sepeda. Gedung tersebut juga tidak dilengkapi dengan fasilitas shower sebagai

pendukung pengguna sepeda untuk membersihkan diri. Maka, pada tolok ukur ini

mendapatkan 0 (nol) poin

F. ASD 5 Lansekap pada Lahan (Site Landscaping)

Hasil pengukuran luas lahan terbuka hijau (softscape) dan lahan yang terbangun

(hardscape) pada Gedung Layanan Bersama dijelaskan pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Perhitungan Softscape dan Hardscape

No Nama Keterangan Luas (m2)

1 Area Jalan Beton Hardscape 286

3 Taman Softscape 235

4 Lahan Belakang Softscape 161

Total Hardscape

Total Softscape

Total Hadscape : Total Softscape

286

396

42% : 58%

Hasil perhitungan pebandingan softscape dan hardscape pada lansekap pada lahan

menghasilkan area softscape telah mencapai standar yang ditentukan oleh GBCI yaitu

minimal 40% sehingga pada tolok ukur ini mendapatkan 1 (satu) poin. Hasil dari luas

softscape sebesar 58% sehingga terjadi 3 kali penambahan 5% dari ketentuan minimal. Maka

pada kriteria lansekap pada lahan mendapatkan 3 (tiga) poin.

Gambar 4.11 Lansekap pada lahan

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

47

47

G. ASD 6 Iklim Mikro

Hasil pengukuran Gedung Layanan Bersama terhadap nilai albedo kumulatif dijelaskan

pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Nilai Albedo Material

No Material Area Warna Permukaan α Albdo (ƩA x L) Atap

1 Atap Genting 956 Coklat 0.2(1) 286.8

2 Atap Beton 69,5 Abu-abu 0.35(1) 24.32

Lansekap

1 Vegetasi hijau 156,6 Hijau 0.25(2) 39.15

Total luas 1182,1 Total Albedo 350.27

Nilai albedo kumulatif (ƩA / ƩL) 0.30 Sumber (1) :U.S.Environmental Protection Agency’s Office (2) : Riska (2008)

Nilai albedo kumulatif pada Gedung Layanan Bersama memenuhi dari standar yang

ditentukan oleh GBCI yaitu minimal nilai albedo adalah minimum 0,3 sesuai dengan

perhitungan. Maka pada kriteria lansekap pada lahan mendapatkan 3 (tiga) poin.

H. ASD 7 Manajemen Air Limpasan Hujan

Perhitungan beban air limpasan hujan sesuai dengan standar GBCI pada Gedung

Layanan Bersama dijelaskan pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Limpasan Air Hujan

No Jenis Area Koefisien Vab (0,855 Koef tadah x Area

tadah x R/1000)

ATAP

1 Genting Keramik 956 0.75 3.065 m3

2 Atap Beton 69,5 0.95 2.822 m3

LANSEKAP

1 Vegetasi hijau 156,6 0.25 1.673 m3

Vab Total 7.56 m3

Berdasarkan informasi dari petugas MEE Gedung Layanan Bersama, seluruh limpasan

air hujan yang berasal dari Gedung tersebut dialirkan langsung ke resapan dan riol kota tanpa

ada pengurangan. Pengurangan yang dimaksud adalah pengurangan yang difungsikan untuk

pemanfaatan kembali air hujan untuk kebutuhan gedung seperti flushing toilet dan

penyiraman tanaman. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 0 (nol) poin.

4.2.2 Efesiensi dan Konservasi Energi

A. EEC P1 Pemasangan Sub-Meter

Pemasangan Sub-Meter pada Gedung Layanan Bersama menggunakan sistem terpusat

dan tidak ditemukanya sub meter untuk pengukuran daya listrik kebutuhan tata cahaya, tata

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

48

udara dan panel listrik pada ruang-ruang yang ada di gedung. Maka, pada tolok ukur ini

belum terpenuhi.

B. EEC P2 Perhitungan OTTV

Selubung Bangunan yang tedapat pada gedung layanan bersama adalah dinding bata

ringan dengan finising plaster dan cat warna putih. Terdapat bukaan pada selubung bangunan

berupa jendela dengan material kaca. Perhitungan OTTV dapat dilihat penjelasannya pada

poin EEC 1. Maka, pada tolok ukur ini terpenuhi.

C. EEC 1 Langkah Penghematan Energi

Langkah Penghematan Energi pada stadar GBCI dijelaskan bahwa dengan

menggunakan perhitungan per komponen secara terpisah. Perhitungan tersebut dijelaskan

sebagai berikut

1. 1C-1 Perhitungan OTTV

a) Absortansi Radiasi Matahari

Gedung Layanan Bersama pada fasadnya mengunakan bata ringan 10 cm. Bata Ringan

tersebut berlapis dengan batu alam dan cat. Sehingga perhitungan nilai absortansi matahari

sebagai berikut :

- Nilai absortansi radiasi matahari material bata ringan = 0,86

- Nilai absortansi radiasi matahari material cat putih = 0,87

- Nilai absortansi radiasi matahari material bata ringan = 0,25

α1 (Bata Ringan dan Batu Alam) = 0,86 + 0,87 / 2 = 0,865

α2 (Bata Ringan dan Cat Putih) = 0,86 + 0,25 / 2 = 0,55

b) Transmitansi Termal dinding tak tembus cahaya

R. Bata Ringan = t/k = 0,1 / 0,303 = 0,330

Gambar 4.12 Meteran Listrik PLN

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

49

49

R. Plaster = t/k = 0,025/0,533 = 0,047

R. Batu Alam = t/k = 0,015 /2,927 = 0,005

Uw1 (Batu Alam) = 1/ (Rext + R1 + R2 +R3 +R4 +Rint)

= 1/ (0,044 + 0,005 + 0,047 + 0,330 + 0,047 + 0,120)

= 1/0,5693

= 1.68

Uw2 (Cat) = 1/ (Rext + R1 + R2 +R3 +Rint)

= 1/ (0,044 + 0,047 + 0,330 + 0,047 + 0,120)

= 1/0,588

= 1.70

c) Beda Temperature Ekuivalen

Bata Ringan Density = 960 kg/m3

Thickness = 0,10 m

Berat/luas = 96 kg/m2

Plester Density = 15668 kg/m3

Thickness = 0,05

Berat/luas = 78,4 kg/m2

Batu Alam Density = 266640 kg/m3

Thickness = 0,015 m

Berat/luas = 39,6 kg/m2

TDek 1(Bata Ringan+Plester+Batu Alam) =96kg/m2+78,4kg/m2+39,6 kg/m2

= 214 kg/m2

= 10

TDek 2(Bata Ringan+Plester+Cat) =96kg/m2+78,4kg/m2

= 174,4 kg/m2

= 12

d) Koefisien Peneduh (SC)

Koefisien peneduh dicari dengan menggunakan permodelan gambar yang dibantu

dengan sudut datang matahari vertikal dan horisontal. Bedasarkan hasil simulasi yang

dilakukan koefiensi peneduh pada Gedung Layanan Bersama adalah :

Koenfiensi Peneduh = 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑒𝑛𝑑𝑒𝑙𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑒𝑑𝑢ℎ𝑖

𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑒𝑛𝑑𝑒𝑙𝑎 x 100%

= 33 𝑐𝑚

120 𝑐𝑚 x 100%

= 0,275

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

50

e) Faktor Radiasi (SF)

Bedasarkan SNI 03 6389 2000, faktor radiasi yang tertera pada standar tersebut

bedasarkan data radiasi matahari di Jakarta. Dikarenakan belum adanya data radiasi matahari

di Malang, sehingga peneliti menggunakan standar yang terdapat pada SNI 03 6389 2000.

Tabel 4.7 Faktor Radiasi matahari

Orientasi Timur Laut Tenggara Barat Daya Barat Laut Radiasi 113 97 176 211

f) Rasio Dinding dan Jendela

Perbandingan luas jendela yang terdapat pada Gedung Layanan Bersama dengan luas

seluruh dinding pada setiap fasad yang telah ditentukan.

Tabel 4.8 Rasio Dinding dan Jendala

Orientasi Fasad Dinding Tembus Cahaya Dinding tak tembus Cahaya Timur Laut 174 m2 (15%) 1180,83 m2 (85%)

Tenggara 25,08 m2 (2%) 937,74 m2 (98%)

Barat Daya 129,99 m2 (11%) 1137,94 m2 (89%)

Barat Laut 25,08 m2 (2%) 937,74 m2 (98%)

Gambar 4.13 Perhitungan SBV dan SBH

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

51

51

g) Transmitasi Termal Fenestrasi

Uf = Kaca 5 mm, R = t/k

= 0,005/1.053

= 0,0047

Uf = 1/ (0,044 + 0,0047 + 0,120)

= 1/ (0,044+0,0047+0,120)

= 1/0,16687

=5.927

OTTV Timur Laut

= {α1[(Uw1) (WR1) (TDek1)} + {α2[(Uw1)(WR1)(TDek2)} +

[(SC)(WWR) (SF)] + [(Uf)(WWR)(∆T)]

= {0,865[(1,68)(0,3)(10)]} + {0,55{1,70)(0,3)(12)]} + {(0,275)(0,15)(113)}

+ [(5,927)(0,15)(5)]

= 4,35 + 3,37 + 4,66 + 4,44

= 19,825 Watt/m2

OTTV Tenggara

= {α1[(Uw1) (WR1) (TDek1)} + {α2[(Uw1)(WR1)(TDek2)} +

[(SC)(WWR) (SF)] + [(Uf)(WWR)(∆T)]

= {0,865[(1,68)(0,4)(10)]} + {0,55{1,70)(0,4)(12)]} + {(0,275)(0,02)(97)}

+ [(5,995)(0,02)(5)]

= 5,81 + 4,48 + 0,53 + 0,67

= 11,49 Watt/m2

OTTV Barat Daya

= {α1[(Uw1) (WR1) (TDek1)} + {α2[(Uw1)(WR1)(TDek2)} +

[(SC)(WWR) (SF)] + [(Uf)(WWR)(∆T)]

= {0,865[(1,68)(0,4)(10)]} + {0,55{1,70)(0,4)(12)]} + {(0,275)(0,11)(176)}

+ [(5,995)(0,11)(5)]

= 5,81 + 4,48 + 5,32 + 3,3

= 18,91 Watt/m2

OTTV Barat Laut

= {α1[(Uw1) (WR1) (TDek1)} + {α1[(Uw1)(WR1)(TDek2)} +

[(SC)(WWR) (SF)] + [(Uf)(WWR)(∆T)]

= {0,865[(1,68)(0,4)(10)]} + {0,55{1,70)(0,3)(12)]} + {(0.275)(0,02)(211)}

+ [(5,995)(0,02)(5)]

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

52

= 5,81 + 3,36 +1,16 + 0,6

= 10,93 Watt/m2

Tabel 4.9 Akumulasi perhitugan OTTV

Orientasi Luas (Aoi) OTTVi Aoi x OTTVi OTTV Timur Laut 1359,23 m2 19,825 Watt/m2 28054,51

15,92 Watt/m2

Tenggara 962,82 m2 11,49 Watt/m2 11486,44

Barat Daya 1267,94 m2 18,91 Watt/m2 19069,82

Barat Laut 962,82 m2 10,93 Watt/m2 14480,81

Total 4552,81 m2 72509,9

OTTV = Ʃ(Aoix OTTVi) / ƩAoi

= 73091,58 / 4552,81

= 15,92 Watt/m2

Hasil perhitungan OTTV menunjukkan hasil yang sudah sesuai dengan SNI 03-6389-

2011 dimana nilai perpindahan termal menyeluruh untuk selubung bangunan tidak melebihi

35 Watt/m2. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 5 (lima) poin.

2. 1C-2 Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan yang digunakan pada gedung layanan bersama adalah lampu.

Lampu tersebut menggunakan merek Philips. Daya pencahayaan yang terdapat pada SNI 03

6197-2011 untuk ruang kantor adalah 15 W/m2. Berikut merupakan sampel perhitungan

pada ruang pelatihan kantor LPPM lantai 6 yang terdapat pada Gedung Layanan Bersama.

Gambar 4.14 Rencana Titik Lampu

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

53

53

Jumlah titik lampu : 10 titik

Jenis Fitting : RM 300 2x36 W GLOSSY Standard

Jumlah Daya per titik : 36 W x 2 lampu = 72 W

Jumlah Daya semua titik : 72 W x 10 titik = 720 W

Luas Ruangan : 71,5 m2

Daya Pencahayaan : 720 W / 71,5 m2 = 10,06 W/m2

Daya pencahayaan pada ruang pelatihan menghasilkan 10,05 W/m2 dan memenuhi

standar GBCI. Standar GBCI tersebut adalah daya pencahayaan ruang lebih hemat 15%

daripada daya pencahayaan yang terdapat di SNI sebesar 15W/m2. Disamping itu,

penempatan tombol lampu (saklar) pada Gedung Layanan Bersama telah mencapai jarak

penyampaian tangan pada saat buka pintu. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 2 (dua)

poin.

Gambar 4.15 Spesifikasi Lampu TL-D 36W/54-765

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

54

3. 1C-3 Tranportasi Vertikal

Transportasi vertikal pada gedung menggunakan lift dengan merek “Schindler”. Merek

”Schindler” dari data yang didapatkan melalui website resminya menyatakan bahwa merek

”Schindler” telah menggunakan traffic management system (shindler.com, 2017). Maka,

pada tolok ukur ini mendapatkan 1 (satu) poin.

D. EEC 2 Pencahayaan Alami

Pencahayaan Alami pada tolok ukur ini mempunyai standar dimana penggunaan cahaya

alami secara optimal mendapatkan 30% luas lantai yang digunakan untuk bekerja dan

mendapakan intensitas cahaya alami minimal 300 lux. Pengukuran di lapangan

menghasilkan pada sampel ruang yang diukur tidak yang sesuai dengan standar yang

ditentukan. Hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran 2. Maka, pada tolok ukur ini

mendapatkan 0 (nol) poin.

Gambar 4.16 Posisi Saklar Lampu

Gambar 4.17 Ruang Staf

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

55

55

E. EEC 3 Ventilasi

Ruang Toilet, Tangga, Koridor dan lobi lift pada Gedung Layanan Bersama tidak

menggunakan Air Condisioner (AC) dan terdapat ventilasi pada setiap ruang tersebut. Maka,

pada tolok ukur ini mendapatkan 1 (satu) poin.

F. EEC 4 Pengaruh Perubahan Iklim

Pengaruh perumbahan iklim pada standar GBCI dapat diukur dengan pengurangan

emisi CO2 dengan dibuktikannya lewat laporan yang dibuat oleh pengelola gedung. Namun

pada saat penelitian belum terdapat dokumen yang menjelaskan tentang laporan tersebut.

Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 0 (nol) poin.

Gambar 4.19 Kondisi Toilet Gambar 4.18 Kondisi Tangga

Gambar 4.20 Lobby Lift Gambar 4.21 Kondisi Koridor

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

56

G. EEC 5 Energi Terbaharukan Dalam Tapak

Bedasarkan pengamatan pada objek penelitian, Gedung Layanan Bersama tidak

menggunakan sumber energi baru dan terbaharukan. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan

0 (nol) poin.

4.2.3 Konservasi Air

A. WAC P1 Meteran Air

Sumber air pada gedung layanan bersama menggunakan air yang berasal dari bawah

tanah. Sehingga tidak ditemukannya keberadaan meteran air pada Gedung Layanan

Bersama. Maka pada kriteria ini tidak memenuhi.

B. WAC P2 Perhitungan Penggunaan Air

Kriteria prasyarat kedua pada kategori konservasi air membutuhkan data berupa

worksheet air standar GBCI. Dikarenakan pengelola tidak memiliki dokumen tersebut, maka

pada kriteria persyarat ini tidak diperhitungkan.

C. WAC 1 Pengurangan Penggunaan Air

Gedung Layanan Bersama dalam pengurangan penggunaan air telah memiliki upaya

untuk penghematan. Penggunaan fungsi water fixture yang memiliki teknologi tinggi untuk

meminimalisir pemborosan air yang diakibatkan oleh penggunaan air yang tidak terkontrol.

Berikut merupakan tabel yang menjelaskan kebutuhan jumlah liter per hari yang di butuhkan

oleh setiap jenis gedung.

Tabel 4.10 Penggunaan Air

No Penggunaan Gedung Pemakaian Air Satuan

1 Rumah tinggal 120 Liter/penghuni/hari

2 Rumah Susun 1001) Liter/penghuni/hari

3 Asrama 120 Liter/penghuni/hari

4 Rumah Sakit 5002) Liter/tempat tidur pasien/hari

5 Sekolah Dasar 40 Liter/siswa/hari

Gambar 4.23 Sumur Pompa

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

57

57

Lanjutan Tabel 4.10 Penggunaan Air

No Penggunaan Gedung Pemakaian Air Satuan 6 SLTP 50 Liter/siswa/hari

7 SMU/SMK dan lebih tinggi 80 Liter/siswa/hari

8 Ruko/Rukan 100 Liter/penghuni dan pegawai /hari

9 Kantor / Pabrik 50 Liter/pegawai/hari

10 Toserba, took pengecer 5 Liter/m2

11 Restoran 15 Liter/kursi

12 Hotel berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari

13 Hotel Melati/Penginapan 150 Liter/tempat tidur/hari

14 Gd. Pertunjukan, Bioskop 10 Liter/tempat tidur/hari

15 Gd. Serba Guna 25 Liter/tempat tidur/hari

16 Stasiun, terminal 3 Liter/penumpang tiba dan pergi

17 Peribadatan 5 Liter/orang 1)hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimparaswil tahun 2000 2)Permen Kesehatan RI No.: 986/Menkes/Per/XI/1992

Perhitungan: Konsumsi pemakaian air di gedung layanan bersama dengan pendekatan

jumlah penghuni

Tabel 4.11 Jumlah Penghuni Gedung

No Kantor Jumlah Penghuni 1 Badan Usaha Akademik UB 10 orang

2 Badan Usaha Non Akademik UB 10 orang

3 Internasional Office UB 18 orang

4 LP3M UB 20 Orang

5 LPPM UB 31 Orang

6 Asumsi Penghuni Lantai 5,9 dan 10 21 Orang

Total Penghuni 110

Jumlah penghuni gedung layanan bersama = 110 Orang

Kapasitas 2 rooftank gedung @5.000 liter = 10.000 liter

Kebutuhan air penghuni tiap harinya = 50 liter / pegawai / hari

= 50 liter x 110 orang

= 5.500 liter

Total jumlah kebutuhan air tiap harinya 55% dari jumlah total kapasitas air pada

rooftank. Sehinga terjadi penurunan konsumsi dari kebutuhan air tertinggi standar GBCI

yaitu 80%. Penurunan konsumsi air bersih dari sumber primer dari standar yang ditentukan

sebesar 25%. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 6 (enam) poin.

D. WAC 2 Fitur Air

Fitur air yang digunakan dalam Gedung Layanan Bersama sudah memiliki upaya

penghematan air. Water Fixure yang digunakan oleh gedung adalah sanitier dengan merek

TOTO. Merek TOTO memiliki teknologi canggih dalam penghematan air sehari-hari

melalui water fixure.

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

58

Tabel 4.12 Fitur Air

Hasil dari tabel diatas adalah semua fitur air yang digunakan pada Gedung Layanan

Bersama telah memenuhi standar yang di tentukan oleh GBCI. Maka, pada tolok ukur ini

mendapatkan 3 (tiga) poin.

E. WAC 3 Daur Ulang Air

Gedung Layanan Bersama sesuai dengan wawancara dengan narasumber yang

merupakan petugas air mengatakan gedung layanan bersama tidak memiliki sistem IPAL

sehingga tidak ada pemanfaatan kembali air yang telah digunakan. Maka, pada tolok ukur

ini mendapatkan 0 (nol) poin.

Item Merek/Tipe Kapasitas keluaran air Standar GBCI Memenuhi Standar GBCI Wastafel TOTO 5.6 liter/meter 8 liter/menit Memenuhi

Kloset duduk TOTO 4.8 liter/flush 6 liter/flush Memenuhi

Urinoir TOTO 1.9 liter/flush 4 liter/flush Memenuhi

Kloset jongkok TOTO 4.85 liter/fush 6 liter/flush Memenuhi Sumber kapasitas keluaran air: Toto & CalGreen

Gambar 4.24 Urinoir Gambar 4.23 Wastafel

Gambar 4.26 Kloset Jongkok Gambar 4.25 Kloset Duduk

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

59

59

F. WAC 4 Sumber Air Alternatif

Sumber air yang ada pada Gedung Layanan Bersama hanya menggunakan sumber air

dari sumur. Tidak ada sumber alternatif yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air

lainnya. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 0 (nol) poin.

G. WAC 5 Penampungan Air Hujan

Air hujan yang jatuh ke gedung layanan bersama mengalir dari atap menuju saluran pipa

dan diteruskan langsung ke saluran riol kota. Hal ini terjadi tanpa ada penampungan untuk

di daur ulang lagi. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 0 (nol) poin.

H. WAC 6 Efisiensi Penggunaan Air Lansekap

Penggunaan air untuk kebutuhan lansekap gedung tidak menggunakan air yang berasal

dari air tanah berupa sumur. Disamping itu juga dalam pengamatan tidak ditemukannya

terknologi yang inovatif untuk irigasi. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 0 (nol) poin.

4.2.4 Sumber dan Siklus Material

A. MRC P Refrigeran Fundamendal

Bedasarkan pengamatan langsung pada sistem penghawaan buatan berupa Air

Conditioner (AC) dengan merek Panasonic R32. Pada merek tersebut perusahaan telah

mendeklarasikan bahwa produk bebas dari cloro fluoro-carbon (CFC) sebagai

Hydrochloroflourocarbon (HCFC) yang merusak lingkungan. (panasonic.com, 2017) Maka,

pada kriteria prasyarat ini dianggap memenuhi syarat.

B. MRC 1 Penggunaan Gedung dan Material Bekas

Bedasarkan hasil wawancara dengan narasumber berupa pengawas dari pihak

Universitas Brawijaya dalam pembangunan gedung layanan bersama mulai dari tahap

struktural hingga finishing bangunan tidak menggunakan material daur ulang dari bangunan

lama maupun tempat lainnya. Material bangunan tersebut berupa bahan struktur utama,

fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 0

(nol) poin.

C. MRC 2 Material Ramah Lingkungan

Menurut data yang diperoleh dari gedung layanan bersama, merek-merek material yang

yang digunakan dalam pembangunan gedung diantaranya adalah

1. Gypsum

Gypsum yang digunakan untuk plafon di gedung layanan bersama menggunakan merek

jaya board. Plafon dengan bahan gypsum dengan ketebalam 9 mm. Merek jaya board yang

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

60

digunakan melupakan produksi dari perushaan Petrojaya Boral Plasterboard telah

mendapatkan sertifikasi Green Label Singapore dan Green Listing.

2. Bahan Plesteran

Bahan plesteran yang digunakan untuk melapisi dinding dan beton menggunkan merek

MU. Merek MU adalah termasuk produsen semen instan yang sudah dan terus berupaya

memenuhi kriteria dari produk ramah lingkungan. Hal tersebut terbukti dengan terdaftarnya

semen instan MU pada Green Listing Indonesia.

3. Coating

Bahan coating yang digunakan untuk melapisi batu alam pada gedung layanan bersama

menggunkan merek propan. Propan Green Coating adalah cat yang didisain dan diproduksi

dengan menggunakan material yang ramah lingkungan dan tidak mengganggu kesehatan.

Tidak mengandung bahan yang bersifat karsinogenik (misal : Formaldehyde, APEO, Lead,

Crhromate) dan memiliki kandungan VOC ( Volatile Organic Compound) yang rendah.

Semua produk dalam range propan green coatings sudah memenuhi persyaratan European

Norm ( EN 2004/42/CE) dan beberapa produk sudah mendapatkan sertifikat Singapore

Green Label ( Certificate No. 032-116). (sumber : propanraya.com)

Bedasarkan beberapa material yang dijelaskan diatas, beberapa material yang digunakan

untuk membangun gedung menggunakan material yang ramah lingkungan. Namun material

tersebut hanya mewakili beberapa material yang digunakan di gedung. Maka, pada tolok

ukur ini hanya mendapatkan 1 (satu) poin.

D. MRC 3 Pengunaan Refrigeran tanpa ODP

Bedasarkan pengamatan langsung pada sistem penghawaan buatan berupa Air

Conditioner (AC) dengan merek Panasonic R32. Pada merek tersebut perusahaan telah

mendeklarasikan bahwa produk bebas dari cloro fluoro-carbon (CFC) sebagai

Hydrochloroflourocarbon (HCFC) yang merusak lingkungan. Seluruh sistem AC di gedung

menggunakan sistem split. Sehingga penggunaan AC dapat diatur sesuai kebutuhan

pengguna di dalam ruangan. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 2 (dua) poin.

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

61

61

E. MRC 4 Kayu Bersertifikat

Bedasarkan hasil wawancara dengan narasumber berupa pengawas dari pihak

Universitas Brawijaya dalam pembangunan gedung tersebut, pembangunan gedung layanan

bersama tidak menggunakan bahan material kayu bersertifikat. Maka, pada tolok ukur ini

mendapatkan 0 (nol) poin.

F. MRC 5 Material Prabikasi

Bedasarkan pengamatan langsung ke objek penelitian, material yang digunakan pada

pembangunan Gedung Layanan Bersama tidak menggunakan material prafabrikasi atau

modular. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 0 (nol) poin.

G. MRC 6 Material Regional

Material regional yang digunakan dalam pembangunan Gedung Layanan Bersama

dijelaskan pada tabel 4.13

Tabel 4.13 Material Regional

No Material Fungsi Asal Jarak 1 Pasir bahan campuran beton, spesi, dan plaster Lumajang ±123 km

2 Kemarik Merek Granito Sebagai bahan lantai Jakarta ±857 km

3 Semen Instan MU Bahan plesteran dinding dan beton Cibitung, Bekasi ±857 km

4 Cat Dulux Finishing dinding Cikarang, Bekasi ±819 km

5 Gypsum Jaya Bord Bahan Plafon Gresik ±118 km

Bedasarkan hasil survei, material yang pabriknya berada di luar wilayah Replubik

Indonesia adalah peralatan mekanikal dan elektrikal (ME) salah satu contohnya adalah lift

beserta mesinnya. Dikarenakan nilai pengadaan ME jauh dibanding dengan biaya struktur

dan lainnya, dapat diasumsikan bahwa sumber material lebih banyak berasal dari sumber

lokal. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 2 (dua) poin.

Gambar 4.27 AC Split

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

62

4.2.5 Kesehatan dan Kenyamanan Ruang Dalam

A. IHC P Introduksi Udara Luar

Introduksi udara luar pada gedung layanan bersama menurut standar ASHRAE

dibtuhkan data mengenai standar terkait yaitu standar ASHRAE 62.1-2007. Namun,

dikarenakan keterbatasan peneliti dalam mendapatkan standar tersebut sehingga tidak

dilakukan perhitungan ini dalam penelitian ini. Maka, tolok ukur prasyarat ini tidak

diperhitungkan.

B. IHC 1 Pemantauan Kadar CO2

Setiap ruangan yang ada di gedung layanan bersama tidak dilengkapi dengan alat sensor

CO2 maupun yang memiliki kepadatan < 2.3m2 per pengguna. Maka, pada tolok ukur ini

mendapatkan 0 (nol) poin.

C. IHC 2 Kendali Asap Rokok di Lingkungan

Kondisi gedung layanan bersama dalam hal tanda “Dilarang Merokok” pada gedung

layanan bersama tidak terdapat pada setiap ruang. Namun gedung tidak menyediakan area

khusus untuk merokok dalam gedung. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 0 (nol) poin.

D. IHC 3 Polutan Kimia

1. Cat dan Coating

Cat pada bangunan gedung layanan bersma menggunakan merek Dulux yang

menggunakan material kualitas tinggi dan ramah lingkungan. Dengan komitmennya

dibawah HSE&S (Health, Safety, Environment & Security) dan pengembangan yang

berkelanjutan. PT ICI Paints Indonesia memperoleh ISO 9001, ISO 14001 dan juga Green

Label Singapore, serta merupakan anggota pendiri Green Building Council Indonesia.

2. Material Lampu

Lampu yang digunakan untuk bangunan gedung layanan bersama adalah lampu merek

Philips. Philips Lighting merupakan salah satu anggota dari Greenhealth yang merupakan

lembaga dimana sumber solusi lingkungan. Lampu Philips tidak mengandung merekuri dan

asbestos yang dapat merusak lingkungan.(philips.com, 2017) Maka, material lampu pada

gedung layanan bersama telah memenuhi syarat standar GBCI.

Kedua material yang digunakan oleh Gedung Layanan Bersama telah sesuai dengan

syarat yang ditentukan oleh standar GBCI. Material tersebut merupakan mareial ramah

lingkungan dan ramah pengguna. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 2 (dua) poin.

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

63

63

E. IHC 4 Pemandangan keluar Gedung

Kondisi pemandangan keluar gedung pada objek studi, bukaan berupa jendela terdapat

pada sisi bangunan depan dan belakang. Pada sisi samping bangunan terdapat bukaan berupa

jendela namun dengan jumlah 1 buah. Material yang digunakan pada jendela berupa

alumunium sebagai kerangkannya dan kaca clear untuk bidangnya. Kondisi pemandangan

dari dalam gedung dapat ditarik lurus kedepan sesuai dengan 75% dari NLA (Net lettable

area). Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 1 (satu) poin

F. IHC 5 Kenyamanan Visual

Bedasarkan standar yang telah ditentukan oleh SNI 03-6197-2011 tingkat pencahayaan

secara umum setiap ruangan anara 300-350 lux. Berikut adalah hasil pengukuran langsung

di lapangan dengan sampel kantor badan usaha non akademik Universitas Brawijaya.

Gambar 4.29 Ruang Staf

Gambar 4.28 Pemandangan ke luar

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

64

Tabel 4.14 Pengukuran Pencahayaan Ruangan

Tanggal : 29 Maret 2017

Pukul : 08.00 - 09.00 WIB (Orientasi Timur Laut – Barat Daya)

Alat : Luxmeter

Ruang : Staf, Rapat dan Wakil Direktur (Lantai 1)

Kantor : Badan Usaha Non Akademik UB

Hasil pengukuran pagi,

siang dan sore

menunjukkan

penyebaran cahaya

alami dari jendela di

ruang staf kurang

menyebar bila

dibandingkan

dengan ruang wakil

direktur. Iluminasi

pada ruang staf juga

kurang dari standar

yang telah

ditentukan. Namun

U

Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

65

65

pada ruang wakil

direktur telah

mencapai standar

yang ditentukan.

Pengaruh hasil

pengukuran ini dapat

dari berbagai aspek.

Salah satunya adalah

lokasi ruang dimana

ruang staf berada di

sisi selatan dan ruang

wakil direktur brada

pada posisi utara.

Pada akhirnya

kondisi tersebut

membuat para staf

yang ada pada kantor

tersebut menyalakan

lampu untuk

penerangan saat

bekerja.

U

U

Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

66

Tabel 4.15 Rekapitulasi Pengukuran Tingkat Pencahayaan

No Kantor Ruang Standar Iluminasi

1 Badan Usaha Non Akademik UB Ruang Staf Tidak Memenuhi

Ruang Wakil Direktur Tidak Memenuhi

2 Internasional Office UB Ruang Rapat Tidak Memenuhi

Ruang Staf Tidak Memenuhi

3 LP3M UB Ruang Rapat Tidak Memenuhi

Ruang Staf Tidak Memenuhi

4 LPPM UB

Ruang Staf Tidak Memenuhi

Ruang Kepala Bagian Tidak Memenuhi

Hasil detail pengukuran pada ruangan yang lain dapat dilihat pada Lampiran 5 Pada

setiap ruang yang ada pada gedung layanan bersama sebagian besar tidak memenuhi standar

luminasi yang ditetntukan oleh SNI. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 0 (nol) poin.

Setelah melakukan pengukuran dengan alat, peneliti juga mencari tahu secara langsung

bagaimana respon penghuni gedung dalam kenyamanan visual saat bekerja. Berikut adalah

hasil kuesioner yang dibagikan kepada penghuni kantor.

Hasil dari pertanyaan pada digambar diatas, bahwa 45,2% responden mengaku bahwa

intensitas pencahayaan sangat mempengaruhi pekerjaan mereka saat di gedung layanan

bersama.

Gambar 4.30 Hasil Kuesioner 1

Page 35: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

67

67

Hasil dari pertanyaan pada digambar diatas, bahwa 90,5% responden mengaku bahwa

selama mereka bekerja menyalakan lampu untuk mencapai kenyaman visualnya. Padahal

setiap ruang pada kantor terdapat bukaan berupa jendela.

Hasil dari pertanyaan pada digambar diatas, bahwa 28,6% responden mengaku bahwa

selama mereka bekerja ketika lampu tidak dinyalakan masih merasa cukup dalam hal

kenyamanan visual.

Gambar 4.31 Hasil Kuesioner 2

Gambar 4.32 Hasil Kuesioner 3

Page 36: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

68

Hasil dari pertanyaan pada digambar diatas, bahwa 61,9% responden mengaku bahwa

selama mereka bekerja ketika lampu dinyalakan masih merasa terang dalam hal

kenyamanan visual.

Sehingga dari hasil kuesioner dalam hal kenyaman visual, para penghuni merasa

nyaman ketika bekerja. Kenyamanan tersebut ditunjang dengan kenyamanan visual yang

baik. Namun kenyamanan ini ditunjang juga dengan dinyalakan lampu saat bekerja.

Gambar 4.33 Hasil Kuesioner 4

Gambar 4.34 Kondisi ruang kerja saat dinyalakan lampu

Page 37: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

69

69

G. IHC 6 Kenyamanan Termal (Thermal Confort)

Bedasarkan standar yang telah ditentukan oleh GBCI, kenyamanan termal secara umum

setiap ruangan pada suhu 25ºC dan kelembaban relatif 60%. Berikut adalah rekapitulasi

pengukan pada gedung layanan bersama.

Tabel 4.16 Rekapitulasi Pengukuran Suhu dan kelembaban

No Kantor Ruang Rata-RataSuhu/

Kelembaban

Standar

(Ya/Tidak)

1 Badan Usaha Non

Akademik UB

Ruang Staf 28,4º C / 76,2% Tidak

Ruang Wakil Direktur 27,5º C / 72,2% Tidak

2 Internasional Office

UB

Ruang Rapat 24.43º C / 75,8% Tidak

Ruang Staf 25,74º C / 68,6% Tidak

3 LP3M UB Ruang Rapat 27,06º C / 72,4% Tidak

Ruang Staf 28,08º C / 70,7% Tidak

4 LPPM UB Ruang Staf 27,28º C / 70,0% Tidak

Ruang Kepala Bagian 26,92º C / 64,2% Tidak

Hasil detail pengukuran pada ruangan yang lain dapat dilihat pada lampiran 2 Pada

setiap ruang yang ada pada gedung layanan bersama sebagian besar tidak memenuhi standar

luminasi yang ditetntukan oleh SNI. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 0 (nol) poin.

Setelah melakukan pengukuran dengan alat, peneliti juga mencari tahu secara langsung

bagaimana respon penghuni gedung dalam kenyamanan visual saat bekerja. Berikut adalah

hasil kuesioner yang dibagikan kepada penghuni kantor.

Hasil dari pertanyaan pada digambar diatas, bahwa 40,5% responden mengaku bahwa

keadaan suhu sangat mempengaruhi pekerjaan mereka saat di gedung layanan bersama.

Gambar 4.35 Hasil Kuesioner 5

Page 38: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

70

Hasil dari pertanyaan pada digambar diatas, bahwa 73,8% responden mengaku bahwa

selama mereka bekerja menghidupkan AC untuk mencapai kenyaman termalnya. Padahal

setiap ruang pada kantor terdapat bukaan berupa jendela.

Hasil dari pertanyaan pada digambar diatas, bahwa 45,2% responden mengaku

bahwa mengatur suhu AC antara 22-24 derajat saat AC beroprasi.

Gambar 4.36 Hasil Kuesioner 6

Gambar 4.37 Hasil Kuesioner 7

Page 39: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

71

71

Hasil dari pertanyaan pada digambar diatas, bahwa 57,1% responden mengaku bahwa

selama mereka bekerja ketika AC beroprasi merasa dingin dalam hal kenyamanan

termalnya.

Gambar 4.38 Hasil Kuesioner 8

Gambar 4.39 Hasil Kuesioner 9

Page 40: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

72

Hasil dari pertanyaan pada digambar diatas, bahwa 71,4% responden mengaku bahwa

selama mereka bekerja ketika AC tidak beroprasi merasa cukup dalam hal kenyamanan

termalnya.

Sehingga dari hasil kuesioner dalam hal kenyaman termal, para penghuni merasa

nyaman ketika bekerja. Kenyamanan tersebut ditunjang dengan keberadaan AC pada setiap

ruang.

H. IHC 7 Tingkat Kebisingan (Acoustic Level)

Bedasarkan standar yang telah ditentukan oleh GBCI, kenyamanan akustik secara

umum setiap ruangan antara 30-55 dB. Berikut adalah rekapitulasi pengukan pada gedung

layanan bersama.

Tabel 4.17 Rekapitulasi Pengukuran Tingkat Kebisingan

No Kantor Ruang Rata-RataTingkat

Kebisingan

Standar

(Ya/Tidak)

1 Badan Usaha Non

Akademik UB

Ruang Staf 44,80 dB Ya

Ruang Wakil Direktur 51,03 dB Ya

Ruang Staf 51,30 dB Ya

2 Internasional Office

UB

Ruang Rapat 49,28 dB Ya

Ruang Staf 50,64 dB Ya

3 LP3M UB Ruang Rapat 51,72 dB Ya

Ruang Staf 51,33 dB Ya

4 LPPM UB Ruang Staf 63,83 dB Tidak

Ruang Kepala Bagian 48,46 dB Ya

Hasil detail pengukuran pada ruangan yang lain dapat dilihat pada lampiran 2 Hasil

pengukuran menunjukkan bahwa setiap ruang telah memenuhi standar tingkat kebisinganya.

Namun hanya 1 ruang yang tidak memenuhi, pada akhirnya pada tolok ukur ini tetap

menggunakan hasil terbanyak pada pengukuran setiap ruang. Maka pada tolok ukur ini

mendapatkan 1 (satu) poin.

Setelah melakukan pengukuran dengan alat, peneliti juga mencari tahu secara langsung

bagaimana respon penghuni gedung dalam kenyamanan visual saat bekerja. Berikut adalah

hasil kuesioner yang dibagikan kepada penghuni kantor.

Page 41: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

73

73

Hasil dari pertanyaan pada digambar diatas, bahwa 33,3% responden mengaku bahwa

tingkat kebisingan sangat mempengaruhi mereka saat bekerja di gedung layanan bersama.

Hasil dari pertanyaan pada digambar diatas, bahwa 40,5% responden mengaku bahwa

kondisi tingkat kebisingan saat bekerja di gedung layanan bersama adalah biasa. Sehingga

dari hasil kuesioner dalam hal kebisingan, para penghuni merasa nyaman ketika bekerja.

Gambar 4.40 Hasil Kuesioner 10

Gambar 4.41 Hasil Kuesioner 11

Page 42: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

74

Hasil kesimpulan dari kuesioner juga menyebutkan sebagai berikut:

Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 42 responden, 52,4 % telah mengatakan

bahwa nyaman dengan kondisi kantor saat ini. Kondisi tersebut terpengaruhi oleh 3 aspek

yaitu suhu, cahaya dan kebisingan. Hamya 7,1 % responden yang merasa tidak nyaman

dengan kondisi saat ini.

4.2.6 Manajemen Lingkungan Bangunan

A. BEM P Dasar Pengolahan Sampah

Kriteria prasyarat dasar pengelolaan sampah pada gedung layanan bersama bedasarkan

hasil survey langsung terdapat pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah tersebut dikelola

langsung dari pihak Universitas Brawijaya. Maka, pada kriteria prasyarat dasar pengelolaan

sampah telah telah terpenuhi.

B. BEM 1 GP Sebagai Anggota Tim Proyek

Tolok ukur berupa GP sebagai anggota tim proyek ini dapat dilihat pada saat

pelaksanaan pembangunan gedung. Dikarenakan kondisi gedung penelitian saat ini sudah

jadi hampir 100% sehingga pada tolok ukur ini tidak terpenuhi.

Gambar 4.42 Hasil Kuesioner 12

Page 43: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

75

75

C. BEM 2 Polusi dari Aktifitas Konstruksi

Tolok ukur berupa polusi dari aktifitas konstruksi ini dapat dilihat pada saat pelaksanaan

pembangunan gedung. Dikarenakan kondisi gedung penelitian saat ini sudah jadi hampir

100% sehingga pada tolok ukur ini tidak dapat diukur.

D. BEM 3 Pengelolaan Sampah Tingkat Lanjut

Pengelolaan sampah tingkat lanjut di kelola langsung oleh pihak universitas.

Pengelolaan tersebut berupa pemanfaatan sampah organik sebagai kompos. Selain itu,

sampah unorganik berupa kertas dan plastik juga di sortir kemudian di press dan di jual.

Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 2 (dua) poin.

E. BEM 4 Sistem Komisioning yang Baik dan Benar

Tolok ukur berupa sistem komisioning yang baik dan benar ini dapat dilihat pada saat

pelaksanaan pembangunan gedung. Dikarenakan kondisi gedung penelitian saat ini sudah

jadi hampir 100% sehingga pada tolok ukur ini tidak dapat diukur.

F. BEM 5 Penyerahan Data Green Building

Pengelola gedung yang langsung dikelola langsung oleh pihak universitas belum

mempunyai data implementasi green building dan surat pernyataan yang telah terdapat pada

standar GBCI pada tolok ukur ini. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 0 (nol) poin.

G. BEM 6 Kesepakatan dalam Melakukan Aktifitas Fit

Pengelola gedung yang langsung dikelola langsung oleh pihak universitas belum

mempunyai surat perjanjian dengan pengguna gedung dalam beberapa ketentuan yang telah

terdapat pada standar GBCI pada tolok ukur ini. Maka, pada tolok ukur ini mendapatkan 0

(nol) poin.

Gambar 4.43 Kantor Pengelolahan Sampah UB

Page 44: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

76

H. BEM 7 Survei Penggunaan Gedung (Occupant Survey)

Kondisi pengelola gedung belum memnpunyai surat pernyataan bahwa akan

mengadakan survei suhu dan kelembaban. Sehingga pada tolok ukur ini mendapatkan 0 (nol)

poin.

4.4.7 Rangkuman Hasil Penelitian Kondisi Eksisting

Hasil yang telah dianalisa setiap kategori kemudian akan dijumlahkan untuk mengetahui

perolehan poin. Perolehan poin tersebut dilihat dari kondisi eksisting Gedung Layanan

Bersama. Total poin yang didapatkan pada kondisi eksisting kemudian akan dikategorikan

peringkat yang terdapat pada GRENNSHIP NB 1.2.

Tabel 4.18 Hasil Penelitian Kondis Eksisting

Page 45: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

77

77

Lanjutan Tabel 4.18 Hasil Penelitian Kondisi Eksisting

Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kondisi Eksisting

Total hasil pengukukuran diperoleh nilai 40 poin, hasil tersebut telah mencapai

peringkat BRONZE yang merupakan perringkat ketiga GBCI. Peringkatan BRONZE pada

standar GREENSHIP NB 1.2 mempunyai poin minimal sebesar 35 poin.

Page 46: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

78

4.3 Rekomendasi

Bedasarkan hasil penilaian, dilakukan rekomendasi desain untuk penyampaian target

menjadikan Gedung Layanan Bersama menjadi green building. Disamping itu, rekomendasi

desain akan dijadikan acuan dalam meningkatkan peringkat yang telah ditentukan oleh

standar penilaian GBCI yaitu GREENSHIP NB 1.2. Sehingga penyampaian peringkat bukan

hanya sekedar menuju ke peringkat BRONZE, namun diharapkan dapat menuju ke peringkat

PLATINUM.

Di dalam kriteria GREENSHIP NB 1.2 terdapat beberapa tolok ukur yang dapat

dikategorikan sebagai tolok ukur yang berpengaruh dalam desain dan manajemen bangunan.

Sehingga dalam rekomendasi dibedakan menjadi dua yaitu rekomendasi dalam segi desain

(arsitektural) dan didalam segi manajemen (non arsitektural).

4.3.1 Rekomendasi arsitektural bedasarkan sistem rating bangunan hijau

A. Halte untuk Transportasi Umum

Kategori tepat guna lahan pada kriteria traportasi umum terdapat tolok ukur tersedianya

halte atau stasiun transportasi umum dalam jarak 300 m. Hasil dari pengamatan ternyata

tidak ditemukan halte tersebut, maka dalam tolok ukur ini dijadikan rekomendasi desain.

Lokasi yang tepat untuk meletakkan halte tersebut adalah disepanjang jalan Mayjen

Panjaitan dan dekat depan pintu masuk Universitas Brawijaya. Sehingga aksesbilitas

pengguna transportasi umum menuju ke gedung layanan bersama menjadi mudah.

Hasil pengamatan langsung, ditemukan lokasi yang tepat untuk dibangunnya halte bagi

pengguna tranpotasi umum. Lokasi tersebut berada di samping pintu masuk Jalan Mayjen

Panjaitan Universitas Brawijaya. Lebar lokasi penempatan halte sebesar 5 m dan tanah

tersebut merupakan tanah kosong milik kampus. Berikut adalah titik lokasi penempatan

rekomendasi halte untuk pengguna transportasi umum. Jarak titik halte ke lokasi gedung ±

189 m.

Gambar 4.44 Lokasi Halte

Page 47: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

79

79

Desain halte untuk pengguna transportasi umum ini menggunakan konsep yang

disamakan dengan konsep desain umum Universitas Brawaijaya yaitu dengan penggunaan

berbagai material khas yaitu expose dinding batu bata, batu alam dan atap perisai.

Penambahan vertikal garden disamping halte bertujuan untuk menambahkan nilai

estetikanya.

Gambar 4.45 Tampak Lokasi Halte

Gambar 4.46 Rekomendasi Halte

Page 48: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

80

Gambar 4.47 Perspektif Halte 1

Gambar 4.48 Perspektif Halte 2

Page 49: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

81

81

Peletakan halte pada samping pintu gerbang masuk Jalan Mayjen Panjaitan juga telah

didukung dengan penyediaan fasilitas jalur pedestarian menuju ke gedung layanan bersama.

Dengan adanya penambahan halte, keberadaan jalur pedestarian, dan penambahan suttle bus

campus maka pada kriteria transportasi umum akan bertambah (2) poin.

B. Parkir Sepeda dan Tempat Shower

Kategori tepat guna lahan pada kriteria fasilitas pengguna sepeda terdapat tolok ukur

tersedianya parkir sepeda dan tempat shower 1 unit untuk setiap 10 parkir sepeda. Namun

kondisi di lapangan tidak tersedianya fasilitas-fasilitas tersebut. Maka dalam tolok ukur ini

dijadikan rekomendasi desain berupa penambahan parkir sepeda dam tempat shower.

Gambar 4.50 Rencana Lokasi Parkir Sepeda dan tempat Shower

Gambar 4.49 Jalur pejalan kaki

Page 50: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

82

Gedung layanan bersama memiliki lantai semi basement yang berfungsi salah satunya

adalah sebagai tempat parkir mobil. Sedangkan pada area sekitar lobby lift lantai basement

terdapat beberapa ruang diaantaranya adalah tangga, toilet dan ruang panel. Berikut adalah

posisi tata letak ruang tersebut dan rencana peletakan rencana parkir sepeda dan tempat

shower.

Tempat parkir sepeda akan diletakkan fasilitas tempat sepeda yang terbuat dari bahan

besi silinder. Penempatan fasilitas tersebut bertujuan untuk merapikan sepeda ketika

diparkirkan. Disediakannya 10 tempat sepeda untuk penghuni gedung layanan bersama yang

menggunakan sepeda ke kantor.

Gambar 4.51 Desain Parkir Sepeda

Gambar 4.52 Perspsektif Parkir Sepeda

Page 51: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

83

83

Dengan adanya penambahan parkir sepeda dan tempat shower, maka pada kriteria

fasilitas pengguna sepeda akan bertambah (2) poin.

C. Pemanfaatan Air Hujan

Kategori tepat guna lahan pada kriteria manajemen air limpasan hujan terdapat tolok

ukur pengurangan beban volume limpasan air hujan ke drainase kota. Air hujan juga dibahas

pada kategori konservasi air pada kriteria sumber air alternatif, penampungan air hujan dan

efisiensi penggunaan air lansekap. Namun kondisi di lapangan air hujan yang jatuh ke

bangunan maupun sekitarnya langsung masuk kedalam sumur resapan tanpa ada

Gambar 4.53 Desain Toilet 1

Gambar 4.54 Desain Toilet 2

Page 52: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

84

pemanfaatannya lagi. Maka dalam beberapa tolok ukur ini dijadikan rekomendasi desain

berupa penambahan pemanpungan air hujan dan upaya pemafaatannya.

Sistem penampungan air hujan ini titik lokasinya akan diletakkan pada posisi belakang

bangunan yang masih terdapat lahan kosong. Air hujan yang berasal dari bangunan maupun

lingkungan dialirkan dan ditampung pada tempat sementara. Pengendapan akan terjadi pada

tempat sementara tersebut.

Selajutnya air yang berasal dari tempat sementara di alirkan menuju tangki

penampungan yang telah melewati alat penyaringan. Setelah air berada di tangki

penampungan kemudian disalurkan dan dimanfaatkan sebagai penyiraman tanaman dan

flushing toilet.

Gambar 4.56 Posisi Tangki Air Hujan

Air Hujan

Talang Atap Bangunan Lansekap Bangunan

Saluran Air (Bak Kontrol)

Penampunga Sementara

(Proses Pemngendapan)

Tangki Air Hujan

Pemanfaatan Kembali

(Flussing Toilet,

Penyiraman tamanan , dll)

Gambar 4.55 Alur Pemanfaatan Air Hujan

Page 53: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

85

85

Kapasitas tangki air hujan yang direkomendasikan adalah dengan kapasitas 85% dari

volume limpasan air hujan bangunan. Selain itu upaya tersebut juga dapat menjadikan

sebagai aksi penanganan penguranagn beban banjir lingkungan. Hal tersebut dikarenakan

agar mendapatkan poin maksimal pada penilaian kriteria manajemen air limpasan hujan.

Tabel 4.20 Kapasitas Rainwater Harvesting yang disarankan

Instalasi Rainwater Harvesting Kapasitas

Volume Air Limpasan Hujan 7560 liter

Pengurangan standar GBCI 85%

Kapasitas Tangki Air Hujan 6426 liter

Dengan adanya penampungan air hujan dan pemanfaatannya kembali, maka pada

kriteria manajemen air limpasan hujan akan bertambah 3 (tiga) poin. Kriteria sumber air

alternatif bertambah 2 (dua) poin, kriteria penampungan air hujan bertambah 3 (tiga) poin

dan kriteria efisiensi penggunaan air lansekap bertambah 1 (satu) poin.

Gambar 4.57 Desain Tangki Air Hujan

Page 54: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

86

D. Desain Shading Device dan Light-Self

Desain bukaan menjadi rekomendasi untuk kategori tepat kesehatan dan kenyamanan

ruang dalam pada kriteria kenyamanan visual. Perubahan bukaan berfungsi untuk meratakan

penyebaran cahaya alami ke dalam ruangan.

Peneliti juga melakukan validasi sofware DIALux 4.12 untuk membuktikan nilai

keakuratannya. Validasi akan berhasil ketika perbedaan nilai yang ada pada simulasi tidak

mencapai 20% perbedaannya dengan kondisi yang ada pada lapangan. Berikut adalah hasil

dari validasi yang dijelakan pada tabel 4.22

Tabel 4.21 Validasi

Ruang Kepala Bidang LPPM

Titik Ukur

1 2 3 4 5 6 Lapangan 715 143 307 829 379 310

Simulasi 360 429 381 316 344 323

Presentase 12% 19% 17% 17% 9% 4%

Aplikasi yang digunakan untuk mensimulasikan hasil rekomendasi adalah DIALux

4.12. Simulasi dilakukan menggunakan kondisi ruangan eksiting dan hasil rekomendasi.

Rekomendasi desain dilakukan pada ukuran shading device dan penambahan light-self pada

bukaan jendela.

Gambar 4.58 Skema Light-Self

Page 55: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

87

87

Hasil simulasi menunjukkan bahwa kondisi eksisting, setiap ruang pada kantor Gedung

Layanan Bersama kondisinya terlalu banyak menerima cahaya matahari. Sehingga pada sisi

terdekat dengan jendela tingkat pencahayaannya sangat tinggi. Oleh karena itu penambahan

Gambar 4.59 Rekomendasi desain

Page 56: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

88

shading device sepanjang 50 cm dan ligh-self untuk membantu menurunkan intensitas

cahaya dan meratakaannya ke dalam ruangan. Hasil simulasi dapat dilihat pada lampiran 3.

Maka dengan adanya rekomendasi ini akan menambahkan poin pada kriteria penchayaan

alami 4 (empat) poin dan kriteria kenyamanan visual 1 (satu) poin

Gambar 4.60 Rekomendasi desain Light-Self

EKSISTING

EKSISTING

REKOMENDASI

REKOMENDASI

DETAIL

Page 57: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

89

89

4.3.2 Rekomendasi non arsitektural

A. Pemasangan Sub-Meter Listrik pada Gedung

Kategori efisiensi dan konservasi energi pada kriteria prasyaratnya terdapat tolok ukur

pemasangan kWh meter untuk mengukur konsumsi listrik pada setiap kelompok beban dan

sistem peralatan. Kelompok beban dan sistem peralatan tersebut, diantaranya adalah

1. sistem tata udara

2. sistem tata cahaya dan kotak kontak

3. sistem air (pompa air)

Dengan adanya sub meter pada sistem kelistrikan, maka pada kriteria prasyarat kategori

efisiensi dan konservasi energi telah terpenuhi.

Gambar 4.61 Sub Meter System

sumber : www.submetering4less.com

Page 58: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

90

B. Pemasangan Meteran Air

Kategori konservasi air pada kriteria prasyaratnya terdapat tolok ukur pemasangan

meteran air (volume water) yang ditempatkan di lokasi tertentu pada sistem distribusi air.

Namun kondisi di lapangan dikarenakan sumber primer air bersih merupakan hasil dari air

tanah, maka tidak ditemukannya meteran air. Maka dalam kriteria prasyarat ini dijadikan

rekomendasi agar penilaian untuk kategori konservasi air dapat dinilai semua.

Sumber air yanga akan dipasang meteran air adalah sumber air utama (air tanah) dan

suber air alternatif (air hujan). Titik letak pemasangan meteran air pada ruang pompa yang

letaknya diujung tapak sebelah gedung biosains. Dengan adanya sub meter pada sistem

distribusi air, maka pada kriteria prasyarat kategori konservasi energi air telah terpenuhi.

C. Daur Ulang

Kategori konservasi air pada kriteria daur ulang air terdapat tolok ukur penggunaan

seluruh air bekas pakai (grey water) yang telah didaur ulang untuk kebutuhan flushing. Maka

dalam kriteria ini dijadikan rekomendasi agar penilaian untuk kategori konservasi air dapat

dinilai semua.

Gambar 4.62 Sub Meter Water

Page 59: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

91

91

Air buang dari urinoir, wastafel, tempat wudlu dan toilet akan disalurkan menuju ke

grey water treatmet untuk di daur ulang menjadi air bersih lagi dan digunakan kembali

sebagai flushing toilet. Dengan adanya daur ulang grey water, maka pada kriteria daur ulang

air akan mendapatkan 3 (tiga) poin.

D. Pemasangan tanda “Dilarang Merokok”

Kategori kesehatan dan kenyamanan dalam ruang pada kriteria kendali asap rokok di

lingkungan terdapat tolok ukur memasang tanda “dilarang merokok” dan tidak menyediakan

area khusus untuk merokok di dalam gedung. Gedung layanan bersama bedasarkan

pengamatan langsung tidak menyediakan area khusus untuk merokok. Namun untuk tanda

“dilarang merokok” tidak di temukan di seluruh bangunan. Sehingga perlu adanya

rekomendasi peletakan tanda dilarang merokok di setiap ruang yang ada di gedung layanan

bersama. Tanda tersebut dalam terbuat dari kaca akrilic dan gambar dan tulisannya terbuat

dari bahan kertas bontax (sticker). Dengan adanya pemasangan tanda “dilarang merokok”,

maka pada kriteria kendali asap rokok di lingkungan akan mendapatkan 2 (dua) poin.

Gambar 4.63 Grey Water System

sumber : sustainabledesignresources.pbwork.com

Page 60: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

92

E. GP Sebagai anggota manajemen bangunan

Kategori manajemen lingkungan bangunan pada kriteria GP sebagai anggota tim proyek

terdapat tolak ukur melibatkan minimal seorang tenaga ahli yang sudah bersertifikat. Namun

kondisi saat ini bangunan sudah mau mencapai 100% selesai dan tidak ditemukannya

greenship profesional (GP) pada saat proyek. Sehingga pada tolok ukur ini dapat menjadi

rekomendasi namun dalam kondisi dilibatkannya greenship profesional (GP) dalam

manajemen bangunan. Dikarenakan bangunan tersebut adalah milik Universitas Brawijaya

greenship profesional (GP) juga dapat langsung dimasukkan dalam tim program Green

Campus.

F. Kelengkapan Dokumen dan Manajemen

Kriteria yang terdapat di GREENSHIP NB 1.2 beberapa terdapat tolak ukur yang

membahas dokumen-dokumen manajemen bangunan dalam hal teknis maupun non teknis.

Hal ini dalam kondisi yang sekarang, pihak pengelola masih belum memperhatikan khusus

mengenai dokumen-dokumen tersebut. Beberapa dokumen yang perlu diperhatikan yang

telah terdapat pada tolok ukur GREENSHIP NB 1.2 diantaranya adalah :

1. Dokumen perhitungan menggunakan worksheet GBCI

2. Dokemen adanya potensi introduksi udara luar

3. Dokumen perhitungan pengurahan emisi CO2

4. Dokumen data implementassi Green Building

5. Dokumen pernyataan telah mengadakan survei

6. Dokumen Surat Perjanjian mengenai

a. Penggunaan kayu yang bersertifikat

b. Pelaksanaan pelatihan

Gambar 4.64 Tanda Dilarang Merokok

Page 61: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

93

93

c. Pelaksanaan manajemen Indoor air Quality

Disamping dokumen yang harus dipersiapkan, tolok ukur GREENSHIP NB 1.2 juga

terdapat beberapa tolok ukur yang membahas tentang manajemen bangunan. Hal ini dalam

kondisi yang sekarang, pihak pengelola masih belum memperhatikan khusus mengenai

dokumen-dokumen tersebut. Beberapa manajemen yang perlu diperhatikan yang telah

terdapat pada tolok ukur GREENSHIP NB 1.2 diantaranya adalah :

1. Melakukan prosedur testing-commissioning

2. Memastikan measuring adjusting

3. Survei pengguna gedung

Dengan adanya rekomendasi mengenai dokumen dan manajemen, maka pada kriteria

prasyarat kategori konservasi air dan kesehatan dan kenyamanan dalam ruang telah

terpenuhi, kriteria pengaruh perubahan iklim mendapatkan satu (1) poin. Kriteria

penyerahan data green building mendapatkan 2 (dua) poin. Kriteria sistem komisioning

yang baik dan benar mendapatkan 3 (tiga) poin. Kriteria kesepakatan dalam melakukan

aktifitas Fit Out mendapatkan 1 (satu) poin. Kriteria survei pengguna gedung mendapatkan

2 (dua) poin.

G. Rekapitulasi Rekomendasi Desain

Tabel 4.23 Rekapitulasi Rekomendasi Desain

Page 62: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

94

Lanjutan Tabel 4.23 Rekapitulasi Rekomendasi Desain

4.4 Hasil Rekomendasi

Penerapan seluruh poin-poin yang dibahas pada pembahasan sebelumnya akan

berpengaruh pada hasil perhitungan tolok ukur GREENSHIP 1.2. Hasil tersebut juga akan

berpengaruh pada peringkat yang didapatkan setelah mengalami rekomendasi.

Tabel 4.24 Hasil Rekomendasi

Page 63: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

95

95

Lanjutan Tabel 4.24 Hasil Rekomendasi

Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Perhitungan setelah Rekomendasi

Page 64: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/1738/46/BAB 4.pdfPencahayaan buatan pada Gedung Layanan Bersama menggunakan lampu elektronik dengan jenis downlight lamp dan flourscent

96

Hasil rekomendasi menunjukkan bahwa poin yang diperoleh memcapai 74 poin. Poin

tersebut mempunyai peringkat PLATINUM. Peringkatan PLATINUM pada standar

GREENSHIP NB 1.2 mempunyai poin minimal sebesar 74 poin .