bab iv hasil dan pembahasanrepository.ub.ac.id/1686/5/bab iv.pdf · 2020. 10. 22. · pada awal...
TRANSCRIPT
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab hasil dan pembahasan akan dijelaskan mengenai objek penelitian,
pengumpulan data, pengolahan data, sampai dengan analisa rekomendasi yang diberikan.
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Pada subbab gambaran umum perusahaan akan dijelaskan mengenai profil singkat
perusahaan, sejarah singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan, dan struktur organisasi
pada PT Berlina Tbk Pandaan.
4.1.1 Profil Singkat PT Berlina Tbk-Pandaan
PT Berlina Tbk merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam pencetakan
khusus kemasan plastik dari bahan baku bijih plastik. PT Berlina terletak di Jalan Raya
Kasri KM 43 Desa Tawang Rejo, Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur. PT Berlina
bersebelahan kiri dengan perusahaan tekstil dan kanan dengan ladang hijau terbuka. PT
Berlina Tbk melayani pesanan dari industri produk-produk kosmetika, farmasi, makanan,
minuman, dan barang-barang industri lain sebagainya. Pelanggan utama Perusahaan
diantaranya PT Unilever Indonesia Tbk (termasuk Unilever Cina), PT Tirta Investama, PT
Campina Ice cream, PT Beiersdorf Indonesia, PT Bayer Indonesia, PT Syngenta Indonesia,
PT Reckit Benckiser Indonesia, PT Danone Dairy Indonesia, PT Kao Indonesia, PT Peace
Industrial Packaging, PT Fumakila Indonesia, PT Autochem Industry, PT Wirasraswasta
Gemilang Indonesia, PT Behaestex dan lain-lain.
PT Berlina Tbk menerapkan sistem produksi dengan MTO (Make To Order).
Konsumen akan memberikan desain kemasan plastik kemudian PT Berlina akan
memproduksi pesanan konsumen sesuai dengan jumlah pesanan. Pada awal produksi
Berlina menerapkan sistem MTS (Make To Stock) dengan tujuan untuk menjaga stok
produk yang dipesan. Sistem produksi MTS membuat perusahaan overstock karena stok
yang banyak di gudang penyimpanan produk jadi. Overstock yang terjadi diakibatkan oleh
tidak ada lagi order yang sama untuk item tersebut atau desain kemasan yang diinginkan
konsumen berbeda sebagai pembaruan kemasan konsumen. Hal tersebut membuat
perusahaan harus mendaur ulang atau mengubah produk yang tidak terpakai menjadi pellet
31
32
atau bijih plastik kembali agar bisa digunakan kembali. Perubahan strategi produksi dari
MTS menjadi MTO membuat Berlina dapat mengendalikan stok yang akan disimpan
untuk tidak mengalami kerugian kembali akibat overstock. PT Berlina fokus pada kualitas
kemasan yang diproduksinya mulai dari komposisi bijih plastik sebagai bahan baku utama
produksi hingga finishing produk. PT Berlina Tbk memiliki motto Faster, Better, Bigger.
4.1.2 Sejarah PT Berlina Tbk-Pandaan
PT Berlina Tbk (Perseroan) didirikan pada tahun 1969 berdasarkan akta Notaris Julian
Nimrod Siregar Gelar Mangardja Namora, SH., Notaris di Jakarta, No. 35 tanggal 18
Agustus 1969. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusannya No. Y.A.5/423/18 tanggal 12 Desember 1973 serta
telah diumumkan dalam Berita Negara No. 37 Tambahan No. 284 tanggal 10 Mei 1977.
Anggaran dasar perseroan telah mengalami beberapa perubahan dengan akta
pernyataan keputusan rapat PT Berlina Tbk No. 4 tanggal 8 Juli 2015, dari Dyah Guntari
Listianingsih Soemarwoto, SH., Notaris di Jakarta mengenai perubahan ini telah
memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dengan surat keputusannya No. AHU-3530595.AH.01.11 tanggal 8 Juli 2015.
PT Berlina mulai produksi hanya dengan satu mesin blow moulding pada tahun
pertama. Perusahaan kemudian berkembang menjadi pelaku utama dalam industri kemasan
plastik. Saat ini, PT Berlina Tbk memiliki tujuh buah pabrik, diantaranya adalah di
Pandaan, Pasuruan – Jawa Timur, di Gempol, Pasuruan – Jawa Timur, di Sidoarjo – Jawa
Timur, dua buah pabrik di Tangerang – Banten, di Cikarang – Jawa Barat dan di Hefei –
China. Perseroan saat ini mempekerjakan 1636 karyawan. Perusahaan telah menjadi
perusahaan publik sejak tahun 1989 yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya
dengan kapitalisasi pasar per 31 Oktober 2016, seluruh saham Perusahaan sebanyak
979.110.000 lembar saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.
4.1.3 Visi dan Misi PT Berlina Tbk-Pandaan
Visi PT Berlina Tbk-Pandaan adalah Menjadi pelopor dan industri kemasan plastik
dan komponen plastik di Indonesia dan Regional. Misi dari PT Berlina Tbk-Pandaan
adalah Mencapai tingkat pertumbuhan usaha yang menguntungkan melalui aktivitas
operasional yang prima disertai dengan relasi terhadap pelanggan yang kokoh dan
didukung oleh karyawan yang kreatif dan pro aktif.
33
4.1.4 Struktur Organisasi PT Berlina Tbk-Pandaan
Struktur organisasi pada PT Berlina Tbk Pandaan dapat dibagi menjadi struktur dewan
komisaris dan struktur antar departemen. Struktur organisasi PT Berlina Tbk Pandaan
dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2.
Presiden Direktur
Sekretaris
PerusahaanAudit Internal
Direktur KeuanganDirektur
Operasional
Operasional CinaPenjualan-
PemasaranOperasional Berlina
Supply Chain
Management
Sumber Daya
Manusia
Pengembangan
Teknik
Gambar 4.1 Struktur dewan komisaris PT Berlina Tbk Pandaan
Sumber: PT Berlina Tbk Pandaan
34
CHIEF OPERATING OFFICER
F & A DIRECTOR
Consold Gen. Acct Mgr
OPERATION
DIRECTOR
Sales & Marketing
Director
Marketing & Sales Mgr
East
Sales Executive General Acct East
F & A Pandaan
Mgmt.Acct East & China
Information Tech
MOULD SHOP
Mould Design
Mould Manufacturing
PPIC - MS
QC - MS
PROD. & PROCESS
DEVT. MGR
Material Development
Design Product Devt.
Manufacturing Mgr. Pdn
PPC
PRODUCTION
Blow Molding
Injection Molding
Quality System
TEKNIK
Maintenance
Utility
Logistic manager
Procurement
Inventory Control
Warehouse & Delivery
QA Manager
Quality Control
Decoration & TB
SHE
HR & GA Manager
Industrial Relation
General After
Training & Devt.
Personnel Administration
Gambar 4.2 Struktur organisasi Departemen PT Berlina Tbk
34
35
4.2 Objek Penelitian Departemen Gudang Produk Jadi
PT Berlina Tbk Pandaan memiliki gudang sebagai tempat penyimpanan maupun
sebagai penyangga produk. Pada struktur organisasi gudang produk jadi termasuk dalam
Departemen Warehouse & Distribution yang berada di bawah Manajer Logistik. PT
Berlina membagi gudangnya mejadi dua jenis yaitu, Gudang Material dan Gudang Produk
Jadi. Gudang material dibagi menjadi Material Warehouse I dan Material Warehouse II.
Gudang produk jadi dibagi menjadi gudang mesh pallet dan gudang racking. Gudang
mesh pallet digunakan untuk produk seperti kemasan galon dan jerigen. Gudang racking
digunakan untuk menyimpan produk dalam bentuk akhir packaging box karton. Objek
pada penelitian ini adalah gudang produk jadi racking.
Gudang racking produk jadi saat ini memiliki luas sekitar 1904,1 m2 dengan kapasitas
682 pallet. Gudang racking produk jadi saat ini terletak di sebelah departemen injection
moulding. Antara departemen racking produk jadi dan departemen injection moulding
dihubungkan dengan satu pintu masuk darurat di tengah-tengah antara kedua departemen
tersebut. Pintu darurat tersebut digunakan sewaktu-waktu ketika cuaca hujan dan
produksi perlu untuk mengantarkan produk jadinya ke gudang. Lokasi yang berada dalam
satu gedung bangunan membuat produksi dapat mengantarkan produk lewat pintu darurat,
baik dari Departemen Blow Moulding maupun Injection Moulding. Denah dan lokasi
gudang saat ini dapat ditunjukkan pada gambar 4.3 dan 4.4.
1
TRUCK
19
,85 m
15 m
42 m
66 m
51 4
2
TRUCK
3
6
7
8
Gambar 4.3 Denah gudang racking produk jadi saat ini
Keterangan:
1: Area racking system
2: Area transit produk dari Dept. Produksi
36
3: Office pegawai administrasi kepala gudang produk jadi
4: Meja tim gudang
5: Area bongkar muat truk delivery
6: Pintu masuk darurat dari Dept. Produksi
7: Pintu keluar masuk produk dari Dept. Produksi dan Gudang Racking
G. AFVAL
COMP. IM
R. GILING IM
MATERIAL
WAREHOUSE I
QC LAB
BLOW MOULDING DEPT.
CLEAN ROOM
R. GILING
GALON
FINISHED GOODS WAREHOUSE DEPT.
INJECTION MOULDING DEPT.
BLOW MOULDING DEPT.
MATERIAL
WAREHOUSE II
MPC
COMP.
BM
Gambar 4.4 Lokasi gudang racking produk jadi existing
Gudang racking produk jadi memiliki pegawai sejumlah 21 orang dengan rincian satu
orang leader delivery, tujuh orang keeper incoming, tujuh orang delivery, 2 orang WIP,
tiga orang administrasi gudang, dan satu orang kepala departemen gudang. Leader
delivery memiliki kewajian untuk mengendalikan pengambilan dan penempatan produk,
dan menginstruksikan ke keeper incoming atau delivery untuk perpindahan produk, serta
melapor kepada administrasi mengenai informasi item yang berpindah tersebut. Keeper
incoming bertugas pada proses penempatan produk jadi yang datang dari departemen
produksi, sedangkan delivery bertanggung jawab untuk pengambilan dan perpindahan
produk dari gudang ke truk distribusi item. Keeper incoming dan delivery memiliki 3 shift
berjaga gantian dengan pengaturan shift 2 pagi, 2 siang, dan 2 malam tiap harinya. WIP
bertanggung jawab pada produk work in process yang ditempatkan pada gudang untuk
proses pengambilan dan penempatan produk setengah jadi. Produk WIP pada gudang
dapat berupa kemasan botol plastik yang memerlukan pelabelan stiker atau printing di
Departemen Dekorasi. Administrasi bertanggung jawab pada data segala informasi
37
mengenai produk yang keluar masuk gudang produk jadi dan segala proses administrasi
terkait pergudangan. Kepala departemen bertanggung jawab untuk segala aktivitas
pergudangan yang dilakukan.
Aktivitas penempatan dan pengambilan produk jadi di gudang racking saat ini masih
mengalami beberapa kendala, diantaranya kapasitas gudang saat ini kurang dari kapasitas
produksi seiring dengan bertambahnya permintaan dari konsumen yang berakibat pada
penyimpanan produk yang bisa saja dialihkan ke gudang sewa untuk menjaga produk
tersebut, penempatan produk jadi ke dalam rak yang masih cenderung random yaitu hanya
dengan melihat ketersediaan alamat rak pada papan kendali label rak, dan proses
pengambilan produk jadi dilakukan dengan pencarian alamat rak yang digunakan untuk
menyimpan item produk pada buku catatan manual oleh leader sehingga terkadang masih
ada kesalahan pengambilan batch item produk yang muda didahulukan daripada batch item
produk yang tua. Rak yang digunakan untuk menyimpan produk dibagi menjadi dua zona
yaitu berdasarkan perusahaan dan jenis produk yaitu, WIP dan FG. Permasalahan
kapasitas gudang saat ini membuat PT Berlina untuk membangun gudang produk jadi yang
lebih besar kapasitasnya.
Gudang racking yang akan dibangun PT Berlina Pandaan terletak di sebelah utara
perusahaan saat ini. Gudang yang akan dibangun dibagi menjadi enam gedung gudang,
yaitu empat gedung gudang untuk gudang racking dan dua gedung gudang untuk gudang
mesh pallet. Gudang yang dibangun memiliki tinggi masing- masing 12 meter dari lantai
hingga ke objek paling rendah atap gudang. Berikut adalah rincian dimensi luas gudang
yang akan dibangun. Gambar 4.5 berikut ini menunjukkan rencana layout gudang racking
produk jadi.
1. Gudang I Racking: 72 m x 25 m = 1,800 m2
2. Gudang II Racking: 66 m x 25 m = 1,650 m2
3. Gudang III Racking: 60 m x 25 m = 1,500 m2
4. Gudang IV Racking: 54 m x 25 m = 1,350 m2
GUDANG
RACKING I
72 m x 25 m
GUDANG
RACKING II
66 m x 25 m
GUDANG
RACKING III
60 m x 25 m
GUDANG
RACKING IV
54 m x 25 m
Gambar 4.5 Rencana layout bangunan gudang racking baru
38
4.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan diambil dari data sekunder yang ada pada
Departemen Gudang Produk Jadi PT Berlina Tbk-Pandaan. Berikut adalah subbab yang
menjelaskan data yang digunakan pada penelitian ini.
4.3.1 Karakteristik Produk
Produk yang diproduksi PT Berlina adalah kemasan plastik, seperti botol plastik,
galon, jerigen, cup, dan lain sebagainya. Produk yang disimpan memiliki karakteristik
tidak mudah hancur atau membusuk. Produk yang dibuat berasal dari bijih plastik yang
dilelehkan kemudian diinjeksikan ke dalam mould atau pencetak untuk menghasilkan
bentuk kemasan tertentu sesuai dengan permintaan konsumen. Produk kemasan plastik
yang disimpan memiliki berat yang tergolong ringan karena merupakan kemasan plastik
yang belum diisi. Produk disimpan dengan satuan pcs disimpan ke dalam box karton
tertentu dengan isi per box yang berbeda-beda sesuai dengan jenis item tersebut.
Kemasan plastik yang menjadi produk akhir produksi memiliki beberapa perbedaan
dilihat dari material penyusunnya. Berdasarkan material penyusunnya dapat dicontohkan
pada produk kemasan plastik untuk makanan dan minuman dibandingkan dengan produk
kemasan plastik untuk pestisida. Hal ini karena khusus untuk kemasan makanan atau
minuman terdapat food grade untuk keamanan ketika makanan atau minuman dikonsumsi
menggunakan kemasan tersebut. Pada pengoperasian aktivitas penyimpanan produk,
Berlina mengelompokkan produk ke dalam sembilan segmentasi umum produk.
Segmentasi yang digunakan perusahaan diantaranya adalah engineering, food and drink,
house hold, personal care, pesticides, pharmaceutical, shrink film, tooth brush, dan others.
4.3.2 Jenis Produk Yang Diproduksi
Produk yang diproduksi PT Berlina memiliki identitas atau atribut berupa jenis produk
dan segmentasi produk. Produk yang diproduksi pada tahun 2016 sebanyak 751 produk
dengan rincian 670 item produk gudang racking dan 81 item produk gudang mesh pallet.
Data jenis produk yang diproduksi pada tahun 2016 dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.3.3 Dimensi Box Karton Produk
Produk yang disimpan dalam gudang racking adalah produk dengan packaging akhir
box karton. Jenis box karton yang digunakan sebagai kemasan sebanyak 28 jenis box.
Produk disimpan ke dalam gudang berbentuk box karton yang disimpan dengan ketentuan
39
susunan sesuai SOP ke dalam pallet. Berikut adalah daftar box karton yang digunakan
dalam penyimpanan produk di gudang.
Tabel 4.1
Daftar Jenis Box Karton Packaging
No. Jenis box karton Dimensi (mm x mm x mm)
1. Box Rexona 34 DW 550 x 290 x 315
2. Box Rexona 34 SW 550 x 290 x 315
3. Box FILMA 0.5 Liter 860 x 600 x 635
4. Box FILMA 1 Liter 860 x 590 x 554
5. Box FILMA 2 Liter 860 x 600 x 580
6. Box Rex 34 550 x 290 x 315
7. Box Rexona 21 460 x 250 x 270
8. Box Rexona 21 SW 460 x 250 x 270
9. Box Rexona 21 DW 460 x 250 x 270
10. Box Small Colibri 585 x 335 x 400
11. Box Small Colibri SW 585 x 335 x 400
12. Box Medium Colibri 685 x 490 x 460
13. Box Medium Colibri SW 685 x 490 x 460
14. Box Medium Colibri DW 685 x 490 x 460
15. Box Marina 600 x 400 x 350
16. Karung Plastik 75 x 115 75 x 115 x 250
17. Pallet Campina 800 x 800 x 1000
18. Box MRN 600 x 400 x 350
19. Box Tiger Lily 588 x 485 x 498
20. Tray Botol Bayer 490 x 560 x 120 490 x 560 x 120
21. Tray Botol Bayer 490 x 590 x 70 490 x 590 x 70
22. Box Handle TB 398 x 198 x 330
23. Box Junior Harlock Cheops 231 x 190 x 233
24. Box Pep.Torsion MP Soft Cheops 278 x 194 x 233
25. Box Peps.Torsion MP Med Cheops 278 x 194 x 233
26. Box Pepsodent Torsion Single Medium Cheops 278 x 194 x 233
27. Box Pepsodent Travel Kid 231 x 274 x 233
28. Box Rexona 21 460 x 250 x 270
4.3.4 Jenis Dan Dimensi Penyusunan Box Karton Produk
Box karton yang sudah diisi dengan produk oleh Departemen Produksi akan disimpan
ke dalam gudang racking produk jadi. Gudang racking produk jadi akan menyusun produk
ke dalam pallet untuk dipindahkan ke rak penyimpanan yang ada di gudang. Berikut
adalah ketentuan penyusunan box produk ke dalam pallet sesuai dengan ketinggian dan
dimensi susunan produk.
Tabel 4.2
Daftar Dimensi Volume Stack Box Produk
No. Jenis box karton Dimensi P x L x T
(mm x mm x mm) Jumlah box/pallet
1. Box Rexona 34 DW 1190 x 1190 x 1890 48
2. Box Rexona 34 SW 1190 x 1190 x 1890 48
3. Box FILMA 0.5 Liter 1200 x 1270 x 1720 8
4. Box FILMA 1 Liter 1180 x 1108 x 1720 8
40
No. Jenis box karton Dimensi P x L x T
(mm x mm x mm) Jumlah box/pallet
5. Box FILMA 2 Liter 1200 x 1160 x 1720 8
6. Box Rex 34 1190 x 1190 x 1890 48
7. Box Rexona 21 1000 x 1000 x 1620 48
8. Box Rexona 21 SW 1000 x 1000 x 1620 48
9. Box Rexona 21 DW 1000 x 1000 x 1620 48
10. Box Small Colibri 1180 x 1180 x 1600 24
11. Box Small Colibri SW 1180 x 1180 x 1600 24
12. Box Medium Colibri 1200 x 1200 x 1840 16
13. Box Medium Colibri SW 1200 x 1200 x 1840 16
14. Box Medium Colibri DW 1200 x 1200 x 1840 16
15. Box Marina 1200 x 1200 x 1750 30
16. Karung Plastik 75 x 115 225 x 575 x 500 30
17. Pallet Campina 800 x 800 x 1000 1
18. Box MRN 1200 x 1200 x 1750 30
19. Box Tiger Lily 1176 x 970 x 1494 12
20. Tray Botol Bayer 490 x 560 x 120 490 x 590 x 70 1
21. Tray Botol Bayer 490 x 590 x 70 490 x 560 x 120 1
22. Box Handle TB 1110 x 1080 x 1290 120
23. Box Junior Harlock Cheops 1100 x 1060 x 1010 128
24. Box Pep.Torsion MP Soft Cheops 990 x 1180 x 1520 120
25. Box Peps.Torsion MP Med Cheops 990 x 1180 x 1520 120
26. Box Pepsodent Torsion Single
Medium Cheops 990 x 1180 x 1520 120
27. Box Pepsodent Travel Kid 1100 x 1060 x 1010 128
28. Box Rexona 21 1000 x 1000 x 1620 48
4.3.5 Dimensi Pallet
Pallet yang digunakan oleh gudang racking produk jadi adalah pallet standar dengan
ukuran 120 cm x 120 cm x 15 cm. Pallet yang digunakan berbahan dasar kayu. Berikut
adalah gambar 4.6 pallet yang digunakan untuk menyimpan produk ke dalam alamat rak
penyimpanan. Spesifikasi pallet yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.3
Spesifikasi Pallet Yang Digunakan
No. Deskripsi Spesifikasi
1. Papan Atas 9 buah plances
2. Papan bawah 3 buah
3. Akses Four way entry
4. Kapasitas berat 1000 – 1200 kg
Gambar 4.6 Pallet 120 cm x 120 cm x 15 cm
41
4.3.6 Jenis Rak Pada Pallet Racking System Gudang Produk Jadi
Jenis rak yang akan digunakan adalah selective pallet racks dan drive-thru racks.
Pada rencana pembangunan gudang baru, perusahaan memutuskan untuk tetap
menggunakan kedua jenis rak tersebut dalam pengoperasian gudang. Rak selective pallet
dan drive-thru merupakan jenis rak yang sesuai dengan karakteristik produk yang
disimpan. Pallet racking system yang digunakan mendukung sistem rotasi gudang yaitu
First In First Out.
1. Selective pallet racks
Selective pallet racks merupakan rak standar untuk pallet dalam sistem pergudangan.
Selective racks merupakan rak dimana setiap pallet pada setiap tingkat jelas dapat diakses
sepanjang tepi lorong atau aisle dan dapat diambil, dipilih, tanpa memindahkan pallet
lainnya. Jenis rak ini dimanfaatkan karena penggunaan penyimpanan yang tinggi,
aksessibilitas yang baik, meminimumkan honeycombing, memudakan dalam sistem rotasi
First In First Out (FIFO), dan ideal untuk semua penggunaan dalam penyimpanan maupun
pengambilan barang.
Selective pallet rack diaplikasikan untuk beban atau loads mulai dari 500 kg sampai
dengan 3 ton per level hambalan. Rak ini dapat mencapai ketinggian 20 meter untuk
memaksimalkan kapasitas ruangan gudang penyimpanan. Gambar 4.7 menunjukkan aisle
width antara selective pallet rack yang dapat digunakan untuk jalan material handling
mengambil atau menempatkan produk. Gambar 4.8 menunjukkan cara mengakses produk
dari selective pallet rack. Selective rack memiliki kemudahan dalam proses pengambilan
barang dengan efisiensi mencapai 100% karena tidak memerlukan waktu tambahan atau
proses tambahan untuk mengambil barang.
Gambar 4.7 Selective pallet rack dan aisle antara selective pallet rack
Sumber: MacDonald dan Binns (2016)
42
Gambar 4.8 Selective pallet rack dan proses pengambilan barang Sumber: Elbowroom (2017)
2. Drive-thru racks
Drive-thru racks biasanya disamakan dengan Drive-in racks. Keduanya berbeda dari
sistem rotasi barang dan proses pengambilan barang, yaitu drive-in racks digunakan untuk
sistem rotasi barang Last In First Out (LIFO) dan drive-thru racks digunakan untuk sistem
rotasi barang First In First Out (FIFO). Drive-thru racks memiliki sisi yang berbeda
dalam proses pengambilan barang yaitu sisi loading dan unloading dengan allowance
space pada rak. Sistem rak drive-thru adalah meminimalkan penggunaan ruang
operasional. Kapasitas efektif pengguna hingga 60% atau lebih. Perbedaan proses
pengambilan barang antara drive-in racks dan drive-thru racks dapat dlihat pada gambar
4.10. Drive-in racks hanya memiliki satu sisi untuk loading dan unloading barang
sehingga sangat efisien untuk rotasi barang yang terakhir masuk ke dalam rak adalah
barang yang diambil pertama kali.
Gambar 4.9 Drive-thru rack dan aisle antara drive-thru rack
Sumber: MacDonald dan Binns (2016)
43
Gambar 4.10 Proses loading dan unloading untuk (a) rak drive-thru dan (b) rak drive-in
Sumber: John Wiley & Sons (2013)
4.3.7 Material Handling Equipment
Material handling memerlukan peralatan tertentu untuk memindahkan barang atau
material. Peralatan material handling yang digunakan pada gudang racking produk jadi
adalah forklift. Karakteristik penyimpanan yang berupa pallet box menjadikan peralatan
material handling forklift sebagai peralatan yang tepat untuk memindahkan pallet.
Berlina memiliki dua buah forklift yang digunakan untuk mendukung aktivitas penempatan
dan pengambilan produk.
Terdapat dua jenis forklift yang digunakan departemen pergudangan. Forklift yang
digunakan adalah jenis Krisbow dan Linde. Forklift tipe Linde yang digunakan adalah
jenis reach truck. Krisbow yang digunakan merupakan forklift jenis center controlled
counterbalanced truck. Gambar 4.6 menunjukkan tipe forklift yang digunakan Departemen
Pergudangan PT Berlina Tbk-Pandaan. Kedua forklift yang digunakan memiliki
spesifikasi yang berbeda dan dapat ditunjukkan pada tabel 4.11.
44
Gambar 4.11 Reach truck dan tree-wheels counterbalanced truck
Sumber: MacDonald dan Binns (2016)
Tabel 4.4
Perbandingan Spesifikasi Forklift Yang Digunakan No Spesifikasi REACH TRUCK COUNTERBALANCED TRUCK
1 Power unit Battery Battery
2 Load capacity (kg) 2,000 1,200
3 Lift (mm) 8,255 7,855
4 Height of mast, extended
(mm) 5,395 2,194
5 Height of overhead guard
(cab) (mm) 2,110 1,970
6 Overall length (mm) 2,411 2,929
7 Overall width (mm) 1,150 1,090
8 Lifting speed with load
(m/s) 0.33 0.4
4.4 Pengolahan Data
Pengolahan data yang akan dilakukan adalah perancangan racking, perhitungan
racking, perancangan tata letak, dan analisis penerapan tata letak gudang baru PT Berlina
Tbk-Pandaan. Pengolahan data disajikan pada subbab berikut ini.
45
4.4.1 Identifikasi Production Rate, Demand Rate, Dan Safety Stock
Berdasarkan jurnal optimasi yang digunakan production rate, demand rate, dan safety
stock merupakan tiga parameter yang digunakan untuk melakukan perancangan dan
perhitungan racking system. Production rate, demand rate, dan safety stock dapat
mempengaruhi jumlah kebutuhan rak yang digunakan untuk menyimpan produk. Ketiga
parameter ini memiliki pengaruh dalam hal perencanaan volume penyimpanan gudang
untuk dapat memenuhi kebutuhan penyimpanan produk.
Produksi menurut Gaspersz (2005) merupakan kegiatan membuat atau melakukan
transformasi nilai tambah yang mengubah input untuk dapat menghasilkan output baik
dalam bentuk barang atau jasa. Produksi yang dilakukan perusahaan dilakukan,
menghasilkan jumlah produk yang kemudian akan disimpan di dalam gudang untuk
dikirim ke konsumen dalam memenuhi permintaan konsumen sesuai order. Safety stock
menurut Ross (1995) adalah stok minimum yang dimiliki perusahaan sebagai stok aman
atau penyangga untuk menjaga keseimbangan jumlah produksi dan permintaan konsumen.
Safety stock yang diproduksi juga memiliki pengaruh dalam penentuan jumlah rak untuk
menyimpan stok produk. Production rate, demand rate, dan safety stock telah
direncanakan perusahaan untuk menjaga agar kegiatan produksi dan pemenuhan
permintaan konsumen. Pengidentifikasian oleh perusahaan untuk masing-masing
parameter dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.4.2 Identifikasi Production Time Dan Cycle Time
Production time dan cycle time merupakan dua parameter yang juga digunakan untuk
merancang dan menghitung jumlah kombinasi rak yang akan digunakan. Berdasarkan
jurnal yang dijadikan acuan untuk mengidentifikasi waktu produksi adalah waktu yang
dibutuhkan untuk memproduksi batch item produk tersebut per satuan produk. Cycle time
merupakan waktu yang diperlukan suatu item produk mulai dari masuk ke dalam gudang
hingga keluar dari gudang untuk proses delivery produk. Cycle time dan production time
dihitung dalam satuan hari. Data daftar cycle time dan production time untuk setiap
produk dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.4.3 Perancangan Racking System
Perancangan racking system dilakukan untuk mengetahui dimensi dari rak yang akan
digunakan pada gudang produk jadi. Pada perhitungan rak, dimensi penyusunan box
karton item produk dalam satu pallet yaitu ukuran 1200 mm x 1200 mm untuk standar
46
maksimal panjang dan lebar dengan maksimal ketinggian produk yang berbeda-beda sesuai
dengan standar ketinggian maksimum setiap item produk. Pada tabel 4.3 terlihat bahwa
tinggi maksimum untuk setiap item produk yang disusun dalam pallet memiliki ketinggian
yang berbeda-beda. Pada perancangan racking disesuaikan dengan ketinggian mayoritas
ketentuan penyusunan produk. Dari ketinggian bersih setiap item produk akan diberikan
allowance untuk masing-masing ukuran dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tinggi satu baris
rak (lanes). Allowance yang diberikan adalah sebesar 0.1 meter untuk masing-masing
dimensional rak. Tabel 4.4 berikut ini akan menunjukkan daftar ketinggian produk sesuai
dengan jenis box karton item tersebut.
Tabel 4.5
Daftar ketinggian box karton produk
No. Jenis box karton Ketinggian (hj) dalam meter
1. Box Rexona 34 DW 1.89
2. Box Rexona 34 SW 1.89
3. Box FILMA 0.5 Liter 1.72
4. Box FILMA 1 Liter 1.72
5. Box FILMA 2 Liter 1.72
6. Box Rex 34 1.89
7. Box Rexona 21 1.62
8. Box Rexona 21 SW 1.62
9. Box Rexona 21 DW 1.62
10. Box Small Colibri 1.6
11. Box Small Colibri SW 1.6
14. Box Medium Colibri DW 1.84
12. Box Medium Colibri 1.84
13. Box Medium Colibri SW 1.84
15. Box Marina 1.75
16. Karung Plastik 75 x 115 0.5
17. Pallet Campina 1.0
18. Box MRN 1.75
19. Box Tiger Lily 1.49
20. Tray Botol Bayer 490 x 560 x 120 0.12
21. Tray Botol Bayer 490 x 590 x 70 0.07
22. Box Handle TB 1.29
23. Box Junior Harlock Cheops 1.01
24. Box Pep.Torsion MP Soft Cheops 1.52
25. Box Peps.Torsion MP Med Cheops 1.52
26. Box Pepsodent Torsion Single Medium Cheops 1.52
27. Box Pepsodent Travel Kit 1.01
28. Box Rexona 21 1.62
Ketinggian rak yang digunakan pada gudang existing adalah sebesar 2 meter. Pada
tabel 4.4 terlihat bahwa box karton memiliki stack height berkisar antara 0.5 meter sampai
dengan 2 meter. Ketinggian rak untuk satu lanes yang dapat diambil sebagai mayoritas
47
tinggi tumpukan box karton adalah sebesar 2 meter. Lanes adalah satu baris rak atau satu
kolom rak. Ketinggian 2 meter sudah mencakup perhitungan allowance untuk ketinggian
masing-masing item produk yang disimpan. Allowance atau jarak toleransi yang
digunakan minimal adalah sebesar 10 cm dari ketinggian produk di pallet ke tinggi rak.
Ketinggian tumpukan produk maksimal dapat dihitung dari minimal allowance minimal 10
cm, yaitu sebesar 1.9 meter. Berikut adalah tabel 4.5 dimensional yang digunakan pada
masing-masing rak.
Tabel 4.6
Dimensional rak
Ds (meter) Ws (meter) Hs (meter) zs
Selective rack 1.4 1.4 2 5
Dd (meter) Wd (meter) 𝐇𝐭𝐝(meter) 𝐳𝐭
𝐝 (meter)
Drive-thru rack 1.4 1.4 2 5
Keterangan:
Ds = Dd = panjang rak dalam selective racks dan drive-thru racks
Ws = Wd = lebar rak dalam selective racks dan drive-thru racks
Hs = Hd = ketinggian rak dalam selective racks dan drive-thru racks
zs = zd = jumlah level rak selective racks dan drive-thru racks
Tabel 4.5 menunjukkan dimensional masing-masing rak yang akan digunakan pada
gudang baru. Ds dan Dd menunjukkan panjang atau depth lanes rak yang digunakan yaitu
1.2 meter ditambah dengan jarak toleransi ke rak yaitu 10 cm dari kiri pallet ke rak dalam
dan 10 cm dari kanan pallet ke rak dalam sehingga total dimensi panjang rak menjadi 1.4
meter. Ws dan Wd menunjukkan dimensi lebar atau width lanes rak yang digunakan yaitu
dari panjang pallet yang digunakan 1.2 meter ditambah dengan jarak toleransi dari kiri dan
kanan seperti panjang rak sebesar 10 cm menjadi 1.4 meter. Berdasarkan data tersebut
akan dihitung jumlah lanes yang optimal untuk setiap jenis rak. Setiap lanes baik pada
selective rack dan drive-thru rack masing-masing dapat menyimpan satu pallet atau
kedalaman rak untuk satu item produk (r = 1). Lanes merupakan satu baris rak artinya
dalam satu lanes rak terdapat satu pallet produk yang disimpan (r-pallet deep = 1).
Dimensi centerline to centerline pada panjang rak, yaitu panjang dari titik tengah tiang
penyangga rak ke titik penyangga lainnya digunakan untuk menambah jumlah rak bay atau
lanes yang akan digunakan pada sistem penyimpanan gudang. Gambar 4.12 menunjukkan
dimensi centerline to centerline yang digunakan pada panjang rak.
48
Panjang rak 1.4 meter
Centerline to centerline 1.6 meter
Tinggi rak 2 meter
Allowance 10 cm Lebar pallet 120 cm
Lebar dalam rak 140 cm
160 cm
Ke
ting
gia
n ra
k dala
m 2
00
cm
Gambar 4.12 Dimensi centerline to centerline panjang rak
Pada perancangan tinggi stack rak untuk menentukan jumlah level mempertimbangkan
tinggi gudang dan jarak toleransi yang digunakan. Tinggi gudang mengacu pada clear
height yang digunakan pada gudang. Tinggi gudang yang akan dibangun adalah sebesar
12 meter dari lantai paling bawah sampai ke atap puncak gudang. Overhead clearance
yang digunakan adalah sebesar 20 cm. Overhead clearance adalah jarak aman toleransi
dalam pengoperasian gudang. Pemberian jarak ini penting untuk memudahkan aktivitas
penempatan dan pengambilan produk di bagian paling atas tingkat rak. Tinggi rak
maksimum setelah tinggi gudang dikurangi dengan overhead clearance adalah 11.8 meter
yang menjadi clear height perancangan rak. Pada gambar 4.13 dapat dilihat tinggi gudang,
overhead clearance, dan celar height yang digunakan pada perancangan racking system.
Overhead clearance 20
cm
Clear height 11.8 meter
Gambar 4.13 Overhead clearance dan clear height gudang
49
Jumlah level lanes pada rak yang digunakan ditunjukkan pada tabel 4.5 yaitu 𝒛𝒅 untuk
drive-thru racks dan zs untuk selective pallet racks. Pada ketinggian rak 2 meter untuk
selective racks dan drive-thru racks jumlah level yang bisa digunakan adalah sebesar 5
level sehingga total untuk tinggi stack rak dalam adalah sebesar 10 meter.
4.4.4 Perhitungan Racking System
Perhitungan racking system dilakukan untuk item produk yang bukan merupakan
deadstock. Deadstock adalah item produk yang tidak diproduksi lagi oleh perusahaan
karena beberapa faktor. Deadstock merupakan stok akhir yang akan didaur ulang oleh
perusahaan untuk dijadikan bijih plastik kembali. Untuk perhitungan pengoptimalan
racking system akan dipisah antara item yang masih diproduksi dan item deadstock. Hal
ini dilakukan untuk menghindari hasil dari perhitungan yang salah karena pengaruh dari
cycle time produk deadstock yang panjang dibandingkan dengan item selain deadstock.
Perhitungan racking system dilakukan untuk mengetahui jumlah lanes yang optimal
dan jumlah kombinasi tiap jenis rak dari formulasi yang digunakan. Dalam perhitungan
racking system terdapat beberapa parameter yang digunakan, diantaranya adalah
production rate, demand rate, cycle time, production time, jumlah item produk yang
diproduksi, dimensi box karton produk, ketinggian susunan produk pada pallet, dan safety
stock setiap item produk. Perhitungan rak akan dilakukan dengan menghitung utilisasi
volumetric penggunaan masing-masing jenis rak. Berikut ini merupakan langkah-langkah
perhitungan racking system sampai dengan menghitung utilisasi masing-masing jenis rak
(Ferrara, Elisa, Grasi, dan Rimini, 2014).
1. Perhitungan Untuk Drive-Thru Storage
a. Durasi selang waktu pengosongan produk j yang disimpan di rak drive-thru dengan
rumus
𝐼𝑗𝑡𝑟 =𝑧𝑡𝑑𝑟
𝑑𝑗 (1)
Rumus di atas menunjukkan bahwa untuk mencari Ijtr (durasi selang waktu
pengosongan produk j tipe rak drive-thru t (sesuai dengan ketinggian volume stack
produk j) dihitung dengan jumlah level rak drive-thru dikali r kedalaman rak (satuan
pallet) dibagi dengan lebar susunan produk j. Pada penelitian ini tingkat level rak
ditentukan sesuai dengan tinggi maksimum rak dari tinggi gudang dikurangi dengan
clear height. Jenis drive-thru racks pada penelitian ini adalah 2 meter sehingga hanya
ada satu jenis tipe rak. R-pallet deep pada sistem penyimpanan yang digunakan adalah
50
sama rata yaitu 1 pallet. Sehingga dari rumus di atas dapat dihitung durasi selang
waktu pengosongan produk j dengan rumus : 𝐼𝑗 =𝑧𝑑
𝑑𝑗.
b. Menghitung jumlah selang waktu pengosongan dalam cycle time dengan rumus:
𝐾𝑗𝑡𝑟 = ⌈𝑇𝑐𝑗
𝐼𝑗𝑡𝑟⌉ (2)
Rumus menghitung Kjtr didapatkan dari waktu siklus (cycle time) produk j dibagi
dengan durasi selang waktu pengosongan produk j pada rak drive-thru tipe rak t
dengan kedalaman r-pallet deep r, sehingga apabila disesuaikan dengan studi kasus ini
menjadi 𝐾𝑗 = ⌈𝑇𝑐𝑗
𝐼𝑗⌉. R-pallet deep yang sama tidak berpengaruh pada komputasi
perhitungan yang akan dilakukan karena kedalaman r-pallet yang sama yaitu 1 pallet.
c. Selanjutnya untuk setiap selang waktu k, dengan nilai k = 1, …, Kjtr, jumlah lanes yang
dibutuhkan Njtr (k) tergantung pada nilai maksimal inventory level selama selang
waktu pengosongan dan dinyatakan dengan 𝑖𝑗𝑡𝑟𝑀 (k) dan dapat dinotasikan sebagai
berikut:
𝑖𝑗𝑀(𝑘) =
{
{
𝑠𝑗 + (𝑝𝑗 − 𝑑𝑗)𝐼𝑗 𝑖𝑓 𝑘 = 1
𝑖𝑗𝑀(𝑘 − 1) + (𝑝𝑗 − 𝑑𝑗)𝐼𝑗 𝑖𝑓 𝑘𝐼𝑗 < 𝑇𝑝𝑗
{𝐼𝑗𝑀 𝑖𝑓 (𝑘 − 1)𝐼𝑗 < 𝑇𝑝𝑗 ≤ 𝑘𝐼𝑗
𝐼𝑗𝑀 − ((𝑘 − 1)𝐼𝑗 − 𝑇𝑝𝑗) 𝑑𝑗 𝑖𝑓 (𝑘 − 1)𝐼𝑗 ≥ 𝑇𝑝𝑗
(3)
Dalam perhitungan persamaan kedua ini waktu siklus terbagi menjadi 53 selang waktu
pengosongan. Waktu produksi (production time) pada penelitian ini diambil dari
waktu produksi produk j jumlah bulan produksi dalam satu tahun 2016. 𝐼𝑗𝑀 level
inventory maksimal didapatkan dari formulasi perhitungan 𝐼𝑗𝑀=𝑠𝑗 + (𝑝𝑗 − 𝑟𝑗)𝑇𝑝𝑗.
d. Sehingga jumlah lanes untuk rak jenis drive-thru rack tipe rak t dengan nilai r-pallet
deep yang diperlukan untuk menyimpan produk j selama selang waktu pengosongan k
(dengan nilai k = 1, …, Kjtr) dapat ditentukan dengan:
𝑁𝑗𝑡𝑟(𝑘) = ⌈𝑖𝑗𝑡𝑟𝑀 (𝑘)
𝑟𝑧𝑡𝑑 ⌉ (4)
Pada penelitian ini nilai r sama yaitu 1, dengan demikian untuk formulasi di atas dapat
diubah menyesuaikan kondisi yaitu menjadi: 𝑁𝑗(𝑘) = ⌈𝑖𝑗𝑀(𝑘)
𝑧𝑑⌉. Nilai 𝑖𝑗
𝑀 didapatkan dari
nilai level inventory maksimum dari item produk selama bulan produksi dalam satu
tahun.
e. Kemudian melalui rata-rata cycle time, dapat diperoleh jumlah lanes Drive-thru racks
yang diperlukan untuk menyimpan produk j dengan persamaan sebagai berikut:
51
�̅�𝑗 = 𝐼𝑗∑ 𝑁𝑗(𝑘)+
𝐾𝑗−1𝑘=1
(𝑇𝑐𝑗−(𝐾𝑗−1)𝐼𝑗)𝑁𝑗(𝐾𝑗)
𝑇𝑐𝑗 (5)
Catatan: jika waktu siklus bukan sebuah bilangan bulat sebuah bilangan bulat
kelipatan dari nilai panjangnya selang waktu pengosongan, maka selang waktu
pengosongan terakhir harus dianggap hanya untuk bagian dari Tcj – (Kj-1)Ij.
f. Menghitung efisiensi penyimpanannya sebagai rasio antara jumlah lokasi pallet yang
terisi dengan jumlah lokasi pallet yang disediakan untuk produk tersebut selama waktu
siklus dengan cara:
𝑒𝑗 =2𝑇𝑐𝑗𝑠𝑗+𝑇𝑐𝑗(𝐼𝑗
𝑀−𝑠𝑗)
2𝑧𝑗(𝐼𝑗∑ 𝑁𝑗(𝑘)+(𝑇𝑐𝑗−(𝐾𝑗−1)𝐼𝑗)𝑁𝑗(𝐾𝑗))𝐾𝑗−1𝑘=1
(6)
Untuk efisiensi penyimpanan pada selective racks nilainya didefinisikan sama dengan
satu. Hal tersebut dikarenakan masing-masing unit loads dapat diakses secara
bebas/independen.
2. Perhitungan Selective Storage
a. Langkah berikutnya adalah membandingkan antara selective racks dan drive-thru
racks dengan mengidentifikasi nilai ambang batas dari nilai efisiensi
penyimpanannya. Apabila nilai efisiensi penyimpanan ej lebih tinggi daripada
nilai ambang batas maka penggunaan drive-thru racks dianggap lebih baik
daripada selective racks. Jika tidak, maka lebih baik digunakan penyimpanan
selective racks. Nilai ambang batas dapat dihitung dengan mempertimbangkan
utilisasi ruang untuk dua jenis sistem penyimpanan rak. Berikut adalah formulasi
untuk perhitungan utilisasi selective racks.
𝑢𝑠 =𝑤𝑑
(𝐷𝑠+𝐴𝑠2⁄ )𝑤𝑠
(7)
Perhitungan utilisasi drive-thru racks memiliki formulasi sebagai berikut.
𝑢𝑑 =𝑟𝑤𝑑
(𝑟𝐷𝑑+𝐴𝑑2⁄ )𝑤𝑑
(8)
Pada perhitungan utilisasi rak di atas terdapat nilai Aisle width untuk selective
racks dan drive-thru racks, As dan Ad. Nilai keduanya ditentukan dari material
handling equipment yang digunakan yaitu untuk selective racks digunakan three-
wheels counterbalanced forklift sedangkan untuk drive-thru menggunakan forklift
jenis reach truck. Drive-thru racks diasumsikan menggunakan forklift jenis reach
truck, sedangkan selective racks menggunakan forklift jenis CBT. Peralatan
material handling yang digunakan memiliki aisle width sebesar 3.25 m untuk
drive-thru racks dan 2.77 m untuk selective racks. Formulasi yang digunakan
52
pada utilisasi drive-thru racks disesuaikan dengan kondisi penelitian ini menjadi:
𝑢𝑑 =𝑤𝑑
(𝐷𝑑+𝐴𝑑2⁄ )𝑤𝑑
.7
b. zs didefinisikan sebagai jumlah tingkat atau level rak untuk selective racks,
sedangkan untuk drive-thru racks adalah 𝑧𝑑. Maka dapat diperhitungkan nilai
ambang batas untuk efisiensi penyimpanan dari drive-thru racks tipe rak t, rumus
sebagai berikut:
𝑒𝑇 =𝑢𝑠𝑧𝑠
𝑢𝑑𝑧𝑑 (9)
Dalam mengevaluasi alokasi produk j yang ada pada lanes dari rak drive-thru tipe rak
t, apabila didapatkan nilai 𝑒𝑗𝑡 < 𝑒𝑡𝑇 maka akan lebih baik jika produk disimpan atau
dialokasikan ke selective pallet racks.
3. Menentukan variabel keputusan dari model
Variabel keputusan merupakan rangkaian variabel biner xjtr menyatakan apabila
produk j disimpan dalam drive-thru dengan tipe rak t. Kemudian rangkaian variabel
biner yj menyatakan apabila produk j disimpan pada selective racks. Sehingga
didapatkan persamaan sebagai berikut:
𝑥𝑗 {1 𝑖𝑓 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑗 𝑠𝑡𝑜𝑟𝑒𝑑 𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑒𝑠 𝑜𝑓 𝑑𝑟𝑖𝑣𝑒 − 𝑡ℎ𝑟𝑢 𝑟𝑎𝑐𝑘𝑠
0 𝑜𝑡ℎ𝑒𝑟𝑤𝑖𝑠𝑒∀𝑗
𝑦𝑗 = {1 𝑖𝑓 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑗 𝑠𝑡𝑜𝑟𝑒𝑑 𝑖𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑟𝑎𝑐𝑘𝑠
0 𝑜𝑡ℎ𝑒𝑟𝑤𝑖𝑠𝑒𝑒∀𝑗
4. Menentukan fungsi tujuan dari model
Fungsi tujuan dari model matematika ini adalah maksimasi jumlah utilisasi volumetric
masing-masing produk dalam gudang yang dapat dituliskan sebagai berikut.
𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑓(𝑥𝑗 , 𝑦𝑗) = ∑𝑤𝑑ℎ𝑗
(𝑟𝐷𝑑+𝐴𝑑2⁄ )𝑊𝑑𝐻𝑑
𝑗 𝑒𝑗𝑥𝑗 + ∑𝑑𝑤ℎ𝑗
(𝐷𝑠+𝐴𝑠2⁄ )𝑊𝑠𝐻𝑠𝑗 𝑦𝑗 (10)
Pada persamaan fungsi tujuan di atas diketahui bahwa f(xj,yj) tergantung pada efisiensi
penyimpanan ej yang dihitung menggunakan persamaan sebelumnya untuk drive-thru
racks dan sama dengan 1 untuk selective racks sehingga efisiensi selective tidak
dituliskan ke dalam fungsi tujuan. Asumsi yang digunakan adalah setiap produk dapat
disimpan baik di selective racks ataupun di drive-thru racks. Jika suatu produk j
ditempatkan di drive-thru racks produk tersebut ditempatkan pada lanes rak sama.
5. Menentukan batasan-batasan model optimasi
Batasan 1 digunakan untuk memberikan jaminan apabila produk j ditempatkan pada
drive-thru racks, maka produk tersebut disimpan pada lanes yang sama.
∑ 𝑥𝑗 ≤ 1, ∀𝑗𝑗 (11)
53
Batasan (2) digunakan untuk memberikan jaminan bahwa apabila produk j tidak
ditempatkan pada drive-thru racks, maka produk tersebut disimpan pada selective
racks.
𝑦𝑗 = 1 − ∑ 𝑥𝑗 , ∀𝑗𝑗 (12)
Batasan (3) digunakan untuk memberikan jaminan bahwa luas area yang dibutuhkan
untuk sistem penyimpanan dengan menggunakan rak yang terpilih tidak akan melebihi
luas area penyimpanan yang tersedia pada gudang.
∑ (𝐷𝑑 +𝐴𝑑
2)𝑊𝑑𝑁𝑗𝑥𝑗 + ∑ (𝐷𝑠 +
𝐴𝑠
2)𝑊𝑠 𝐼𝑗
𝑧𝑠𝑗𝑗 𝑦𝑗 ≤ 𝑆𝑡𝑜𝑡 (13)
Pada penelitian ini luas area yang digunakan Stot pada penyimpanan merupakan luas
untuk area racking yang digunakan untuk menempatkan rak adalah sebesar 6300 m2.
Batasan (4) digunakan untuk mencegah produk ditempatkan pada drive-thru racks
ketika selective racks lebih cocok untuk produk tersebut (berdasarkan efisiensi
penyimpanan dan tingkat ambang batas).
𝑥𝑗 ≤ 1 +𝑒𝑗−𝑒
𝑇
𝑒𝑇, ∀𝑗 (14)
Batasan (5) digunakan untuk memastikan bahwa variabel keputusan adalah bilangan
bulat dan bernilai nol-satu.
𝑥𝑗 , 𝑦𝑗 ∈ {0,1}, ∀𝑗 (15)
Keterangan:
𝑗 = 1,… , 𝐽: SKUs atau produk yang akan disimpan pada gudang (j= 1,…,535)
𝑡 = 1,… , 𝑇: jenis dari drive-thru racks (type 1 t=1 dan type 2 t=2)
𝑟 = 1,… , 𝑅: kedalaman rak (satuan jumlah pallet posisi) dari drive-thru racks (dalam kasus ini
hanya dapat menampung 1 pallet, r=1)
w, d: panjang dan lebar (dalam meter) dari tumpukan produk/unit loads
Wd, Dd: panjang dan lebar (dalam meter) untuk satu pallet posisi dari drive-thru racks
(termasuk allowance yang diperlukan antara unit loads dengan rangka rak Wd= 1.4, Dd=1.4)
hj: ketinggian (dalam meter) tumpukan untuk produk j (meter)
𝐻𝑡𝑑: ketinggian (dalam meter) satu level lanes untuk drive-thru racks (2 meter)
Hs: ketinggian (dalam meter) satu level lanes untuk selective racks (2 meter)
𝑧𝑡𝑑: jumlah level lanes untuk drive-thru racks (5 level)
zs: jumlah level lanes untuk selective racks (5 level)
Ad: lebar (dalam meter) lorong untuk drive-thru racks
As: lebar (dalam meter) lorong untuk selective racks
Stot: luas area penyimpanan yang tersedia pada gudang
54
pj, rj: tingkat produksi dan tingkat permintaan, untuk produk j (dalam satuan pallet per hari)
Tcj, Tpj: waktu siklus dan waktu produksi (dalam hari) untuk produk j
sj: safety stock (dalam pallet)
𝐼𝑗𝑀, 𝐼�̅� : tingkat persediaan maksimum dan rata-rata (dalam satuan pallet)
𝐼𝑗𝑀=𝑠𝑗 + (𝑝𝑗 − 𝑟𝑗)𝑇𝑝𝑗 dan 𝐼�̅� = 𝑠𝑗 + 𝐼𝑗
𝑀/2.
𝐼𝑗𝑚𝑎𝑥: periode penyimpanan maksimal dari produk j (dalam hari)
ejt: efisiensi penyimpanan dari produk j apabila disimpan pada drive-thru racks rak tipe t
𝑒𝑡𝑟𝑇 : tingkat ambang batas untuk efisiensi penyimpanan pada drive-thru racks rak tipe t
�̅�𝑗𝑡𝑟: rata-rata jumlah lanes dengan tipe rak t yang dibutuhkan untuk menyimpan produk j
Berdasarkan data input model matematika pada Lampiran 5 dan formulasi di atas
maka dapat dilakukan proses perhitungan menggunakan bantuan Visual Basic Microsoft
Excel untuk logika menghitung Imj(k). Berikut ini merupakan langkah-langkah yang
dilakukan menggunakan software Excel.
1. Memasukkan data input model matematika pada kolom worksheet yang ada di Excel.
Data input model matematika yang dimasukkan adalah kode item produk, production
rate, demand rate, safety stock, production time, dan cycle time.
Gambar 4.14 Input model matematika pada worksheet excel
2. Tambahkan tab Developer dengan langkah-langkah klik File pilih Options pilih
Customize ribbon. Setelah customize ribbon muncul pada Main tab centang pilihan
Developer kemudian klik ok. Membuka tab Developer pada tab Microsoft Excel. Pilih
Visual Basic untuk memasukkan logika pemrograman untuk menghitung formulasi
pada model matematika perhitungan rak.
Gambar 4.15 Visual Basic pada tab Developer
55
3. Memasukkan logika pemrograman dengan memilih menambah “Module” dengan klik
Insert pada jendela Visual Basic kemudian pilih Module seperti pada gambar 4.16.
Gambar 4.16 Tab pada jendela visual basic Ms. Excel
4. Setelah jendela “Module” terbuka untuk mencari nilai 𝑖𝑗𝑀(𝑘) dapat diperoleh dari
beberapa kategori dalam algoritma yang dapat dituliskan sebagai berikut.
a. Mulai
b. Do while (untuk fungsi looping)
c. If 𝑘𝑗=1, pada worksheet Ms. Excel terletak di kolom ke 15, maka nilai 𝑖𝑗𝑀(𝑘) = 𝑠𝑗 +
(𝑝𝑗 − 𝑑𝑗)𝐼𝑗 .
d. Elseif 𝑘𝐼𝑗 < 𝑇𝑝𝑗 maka nilai 𝑖𝑗𝑀(𝑘)= 𝑖𝑗
𝑀(𝑘 − 1) + (𝑝𝑗 − 𝑑𝑗)𝐼𝑗 .
e. Elseif (𝑘 − 1)𝐼𝑗 < 𝑇𝑝𝑗 ≤ 𝑘𝐼𝑗, maka nilai 𝑖𝑗𝑀(𝑘)=𝐼𝑗
𝑀.
f. Elseif (𝑘 − 1)𝐼𝑗 ≥ 𝑇𝑝𝑗 , maka nilai 𝑖𝑗𝑀(𝑘)=𝐼𝑗
𝑀 − ((𝑘 − 1)𝐼𝑗 − 𝑇𝑝𝑗) 𝑑𝑗.
g. Endif
h. j = j+1
i. Loop
j. Selesai. 5. Mengetikkan logika pemrograman sesuai dengan kebutuhan logika yang digunakan
pada perhitungan menggunakan formulasi optimasi rak. Untuk memanggil perintah
Macro digunakan shape dengan mengetikkan Sub Button dan mulai perhitungan pada
baris kedua ketikkan variabel sembarang pada penelitian ini j =2.
Sub ButtonO_Click()
Dim j As Integer
j = 2
Do While Sheets("REVISI").Cells(j - 1, 15) <> ""
If Sheets("REVISI").Cells(j, 15) = 1 Then
Sheets("REVISI").Cells(j, 16) = Sheets("REVISI").Cells(j, 7) + ((Sheets("REVISI").Cells(j, 4) -
Sheets("REVISI").Cells(j, 10)) * Sheets("REVISI").Cells(j, 14))
ElseIf (Sheets("REVISI").Cells(j, 16)*Sheets("REVISI").Cells(j, 15))<Sheets("REVISI").Cells(j, 7) Then
Sheets("REVISI").Cells(j, 16) = (Sheets("REVISI").Cells(j, 14)*(Sheets("REVISI").Cells(j, 15)-
1))+(((Sheets("REVISI").Cells(j, 3) - Sheets("REVISI").Cells(j, 10)) * Sheets("REVISI").Cells(j, 14)))
ElseIf ((Sheets("REVISI").Cells(j,15)-1)*Sheets("REVISI").Cells(j,14))< Sheets("REVISI").Cells(j, 6) <=
Sheets("REVISI").Cells(j, 15) * Sheets("REVISI").Cells(j, 14) Then
Sheets("REVISI").Cells(j, 16) = Sheets("REVISI").Cells(j, 8)
ElseIf((Sheets("REVISI").Cells(j,15)1)*Sheets("REVISI").Cells(j,14))>=Sheets("REVISI").Cells(j, 6) Then
Sheets("REVISI").Cells(j,16) = (Sheets("REVISI").Cells(j, 8)-((Sheets("REVISI").Cells(j, 15)-1) *
Sheets("REVISI").Cells(j, 14)) - Sheets("REVISI").Cells(j, 8))*Sheets("REVISI").Cells(j, 10)
End If
j = j + 1
Loop
End Sub
56
6. Insert shape sembarang kemudian letakkan shape tersebut disembarang sisi pada sheet
data input model matematika. Kemudian klik kanan pada icon shape tersebut dan
pilih “Assign Macro”, selanjutnya pilih perintah yang sesuai dengan nama Module
yang sudah dibuat pada Visual Basic.
7. Langkah selanjutnya setelah assign macro dilakukan adalah dengan menjalankan
program yang sudah dibuat pada Module dengan klik shape yang sudah ditugaskan
dengan assign macro sebelumnya.
Setelah dilakukan perhitungan seperti model di atas, didapatkan hasil perhitungan
jumlah optimal kombinasi tiap jenis rak dan jumlah lanes optimal yang diterapkan pada
gudang racking produk jadi baru. Daftar jenis rak untuk setiap item yang masih diproduksi
dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7. Berikut adalah rekapitulasi hasil total kombinasi
jenis rak dan jumlah lanes optimal masing-masing jenis rak untuk produk yang masih
diproduksi.
Tabel 4.7
Hasil optimasi menggunakan software Ms. Excel untuk produk bukan deadstock
Storage system Type of racks t Number of items Number of lanes
Drive-thru 2 meters 157 540
Selective 2 meters 428 796
Total 535 1336
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dihitung fungsi tujuan yaitu maksimasi
volumetric utilization f (xj, yj). Solusi yang dihasilkan memberikan utilisasi volumetric
dari drive-thru racks 71.50% dan 64.60% untuk selective racks. Volumetric utilization
menunjukkan volume rak yang terpakai dibandingkan dengan volume yang tersedia.
4.4.5 Pengelompokkan Produk Dengan Class Based Storage Policy
Pengelompokkan produk kan dilakukan berdasarkan prinsip kebijakan penempatan
menggunakan class based storage. Kebijakan class based storage dipilih karena sesuai
dengan karakteristik produk yang disimpan dalam gudang racking. Class based storage
merupakan kebijakan penyimpanan dengan menggunakan prinsip Pareto. Produk
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok A dengan persentase frekuensi S/R
80% dan persentase jumlah item 20%, kelompok B dengan persentase frekuensi S/R 15%
dan persentase jumlah item 30%, dan kelompok C dengan persentase frekuensi S/R 5% dan
persentase jumlah item 50%.
Pada penelitian ini, perhitungan pengelompokkan dengan class based storage policy
akan dilakukan sebanyak dua kali. Perhitungan pertama adalah dengan mengelompokkan
57
segmentasi produk pada finished goods dan WIP. Perhitungan kedua dilakukan untuk
masing-masing segmentasi baik FG maupun WIP, item produk mana saja yang termasuk
ke dalam kelompok A, B, dan C. Kelompok A merupakan segmentasi atau item produk
fast moving, kelompok B adalah kelompok segmentasi atau item produk medium moving,
dan kelompok C adalah kelompok segmentasi atau item produk slow moving.
1. Class Based Storage Policy Pada Finished Goods dan WIP
Pengelompokkan produk dengan class based storage policy dilakukan pada
segmentasi produk berdasarkan masing-masing sifat produk yaitu finished goods dan work
in process. Produk finished goods memiliki delapan segmentasi produk, yaitu engineering,
food&drink, house hold, others, pesticides, personal care, pharmaceutical, dan tooth
brush. Hasil rekapitulasi pengelompokkan untuk produk FG dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Class Based Storage Policy Pada Segmentasi Finished Goods
No Segmentasi
Total
produk
masuk
(pallet in)
Total
produk
keluar
(pallet
out)
Total
frekuensi
perpindahan
(pallet)
Persen-
tase
perpin-
dahan
Persen –
tase
jumlah
frekuensi
perpinda-
han
Persen
jumlah
segmen
Kelas
1 Food & Drink 8,804 8,478 17,282 32.72% 67.68% 25% A
2 Personal care 9,456 9,004 18,460 34.95%
3 Pesticides 6,871 6,408 13,279 25.14% 28.88% 25% B
4 Pharmaceutical 1,028 945 1,973 3.74%
5 Others 448 368 816 1.55%
3.44% 50% C 6 Tooth Brush 265 248 513 0.97%
7 House Hold 247 233 480 0.91%
8 Engineering 5 5 10 0.02%
Total 27,124 25,689 52,813 100.00% 100.00% 100.00%
Total frekuensi perpindahan = total produk masuk + total produk keluar
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖
∑ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa segmentasi food and drink dan personal care
masuk ke dalam kelompok A fast moving. Hal ini berarti kedua segmentasi tersebut adalah
segmentasi yang paling banyak dan paling sering keluar masuk gudang racking produk jadi
dengan persentase total sebesar 67.68% lebih dari setengah persentase frekuensi
perpindahan atau penggunaan. Kelompok segmentasi yang termasuk kelas B medium
moving adalah segmentasi pesticides dan pharmaceutical dengan persentase frekuensi
perpindahan sebesar 28.88%. Kelompok C slow moving pada produk FG diantaranya
adalah segmentasi others, tooth brush, house hold, dan engineering dengan total persentase
58
frekuensi perpindahan 3.44%. Contoh perhitungan untuk pengelompokkan sesuai dengan
CBS dapat dilihat pada perhitungan berikut ini.
Total frekuensi perpindahan segmentasi food & drink = total produk masuk + total produk keluar
= 8,084 pallet + 8,478 pallet = 17,282 pallet
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑓𝑜𝑜𝑑 & 𝑑𝑟𝑖𝑛𝑘 = 17,282
52,813 = 32.72%
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝐴 = 2
8 = 25%
Setelah mengetahui kelas masing-masing segmentasi pada finished goods, selanjutnya
adalah pengelompokkan kelas segmentasi pada Work in process (WIP). Untuk WIP
pengelompokkan berdasarkan CBS dilakukan perhitungan sama dengan produk FG dan
hasil rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Class Based Storage Policy Pada Segmentasi Work In Process (WIP)
No Segmentasi
Total
produk
masuk
(pallet
in)
Total
produk
keluar
(pallet
out)
Total
frekuensi
perpindahan
(pallet)
Persen-
tase perpin-
dahan
Persen –
tase
jumlah
frekuensi
perpinda-
han
Persen-
tase
jumlah
segmen
Kelas
1 Personal care 6,149 4,276 10,425 65.14% 65.14% 14.29% A
2 Pesticides 1,343 847 2,190 13.68% 21.69% 28.57% B
3 Food & Drink 722 560 1282 8.01%
4 Others 450 435 885 5.53%
13.17% 57.14% C 5 Pharmaceutical 295 284 579 3.62%
6 Tooth brush 370 165 535 3.34%
7 House hold 68 41 109 0.68%
Total 9,397 6,608 16,005 100.00% 100.00% 100.00%
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa kelas A hanyak terdiri dari satu segmentasi produk
yaitu segmentasi personal care dengan persentase penggunaan atau total perpindahan
produk sebesar 65.14%. Kelas B terdiri dari segmentasi pesticides dan food&drink dengan
total persentase perpindahan 28.57%. Kelas C terdiri dari empat segmentasi yaitu others,
pharmaceutical, tooth brush, dan house hold. Berdasarkan pengelompokkan segmentasi
per kelas, penempatan produk masing-masing segmentasi di rak dapat ditentukan rak
dengan segmentasi mana yang ditempatkan paling dekat dengan titik keluar masuk atau
I/O point gudang racking produk jadi. Pemilihan lokasi zona rak untuk segmentasi dapat
dipertimbangkan dengan melihat kelas segmentasi, sehingga segmentasi yang paling
banyak keluar masuk dapat menjadi lebih dekat jarak pengambilannya.
59
2. Class Based Storage Policy Produk Pada Masing-Masing Segmentasi
Pengelompokkan pada produk finished goods dan work in process dengan class based
storage policy telah dilakukan untuk segmentasi. Langkah selanjutnya adalah
pengelompokkan produk dengan class based storage policy untuk masing-masing item
produk sesuai dengan segmentasinya masing-masing. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
item produk apa yang termasuk dalam kelompok A, kelompok B, dan kelompok C pada
segmentasinya masing-masing. Hasil perhitungan untuk masing-masing item produk
masing-masing segmentasi dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Contoh
perhitungan dalam pengelompokkan sesuai dengan class based adalah sebagai berikut.
Total frekuensi perpindahan item P1S08300070101 segmentasi food&drink
= total produk masuk + total produk keluar = 2,288 pallet + 2,287 pallet = 4,575 pallet
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑃1𝑆08300070101 = 4,575
17,282 = 26.47 %
Jumlah persentase total frekuensi perpindahan kelas A segmentasi food&drink = 26.47% + 17.08% +
9.48% + 8.56% + 6.93% + 5.64 % + 5.35% + 3.84% = 83.35%
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝐴 = 8
50 = 16%
3. Pengelompokkan Produk Dengan Dedicated Storage Policy
Kebijakan dedicated storage policy dilakukan untuk produk deadstock yang tidak
diproduksi lagi. Item produk yang disimpan merupakan item yang sama-sama memiliki
waktu siklus penyimpanan yang panjang atau lama, serta memiliki tujuan yang sama yaitu
ke peleburan produk menjadi bijih plastik. Item deadstock yang disimpan di dalam gudang
racking berjumlah sebesar 670 item total dikurangi dengan 585 item yang masih
diproduksi, menjadi 85 item.
Kebijakan ini dipilih karena jika item deadstock digabung penempatannya dengan item
lain yang bukan deadstock maka akan menambah waktu dan aktivitas pada saat
pengambilan ataupun penempatan menjadi kurang teratur. Kebijakan untuk memisahkan
item deadstock dengan yang lain agar jika item deadstock akan dikirimkan ke tempat
peleburan plastik menjadi bijih maka operator gudang akan langsung menuju area racking
penyimpanan item produk yang semuanya adalah item deadstock. Kebijakan ini digunakan
agar penempatan item deadstock memiliki lokasi rak yang tetap.
Item produk yang termasuk ke dalam deadstock akan disimpan ke dalam rak selective
pallet. Selective pallet racks dipilih karena aksesnya yang mudah, aisle yang diperlukan
lebih minimal dibandingkan dengan rak jenis lain drive-thru racks, pengambilan atau
penempatan juga tidak memerlukan untuk FIFO karena hanya akan dikeluarkan jika
60
perusahaan memerlukan tempat lebih untuk penyimpanan saja. Jumlah rak yang
diperlukan dapat dilihat pada Lampiran 10.
4.4.6 Perancangan Tata Letak Gudang Racking Produk Jadi Baru
Perancangan tata letak gudang racking produk jadi yang baru dilakukan setelah
perhitungan jumlah lanes rak masing-masing item produk yang disimpan diketahui. Pada
subbab sebelumnya sudah dilakukan perhitungan kebutuhan jumlah rak dan
pengelompokkan item ke dalam kelas masing-masing kebijakan yang dipilih. Perancangan
layout gudang baru racking produk jadi akan diusulkan sesuai dengan kebijakan
penyimpanan yang telah dipilih, yaitu item non-deadstock dengan class based storage dan
item deadstock dengan dedicated storage. Penempatan produk non-deadstock berdasarkan
class based storage akan diusulkan menggunakan dua usulan, yaitu class based storage
tipe across aisle dan class based storage tipe within aisle.
Warehouse space planning menurut Tompkins & Smith (1998) dilakukan melalui
beberapa tahap. Tahap yang dilakukan untuk merancang tata letak diantaranya adalah
mengidentifikasi aktivitas apa saja yang memerlukan perencanaan space, menentukan
space requirements untuk setiap aktivitas, dan mengembangkan tata letak dari total space
requirements dengan batasan-batasan yang ada.
4.4.7 Identifikasi aktivitas pergudangan
Gudang racking yang akan dibangun memiliki fungsi dalam penerimaan produk dari
produksi dan pengiriman ke konsumen. Aktivitas yang dilakukan di dalam gudang untuk
menjalankan fungsinya diantaranya adalah, receiving/penerimaan, shipping/pengiriman,
storing/penyimpanan, dan picking/pengambilan. Aktivitas di dalam pergudangan
memerlukan area agar dapat dijalankan. Area yang digunakan untuk menjalankan aktivitas
tersebut diantaranya adalah area penyimpanan atau area racking, area untuk produk transit
atau staging area baik untuk produk yang masuk dari production maupun produk yang
akan dikirim ke konsumen.
4.4.8 Identifikasi kebutuhan space untuk aktivitas pergudangan
Kebutuhan space yang diperlukan diantaranya adalah area untuk staging area,
receiving area, storing area, dan shipping area. Staging area digunakan untuk
menyimpan produk sementara baik produk yang datang dari produksi kemudian diperlukan
untuk pengecekan dan penyortiran item sebelum ditempatkan ke dalam rak/ loading, dan
61
digunakan untuk pengecekan area ketika produk unloading dari rak untuk dikirimkan ke
kendaraan konsumen yang akan mengambil. Receiving area yaitu area yang digunakan
untuk kegiatan administrasi produk yang datang dari produksi untuk mengidentifikasi
atribut produk yang akan disimpan, seperti jenis produk, nama produk, dan sebagainya.
Storing area digunakan untuk menyimpan produk yaitu racking system yang digunakan
dalam gudang untuk menyimpan. Shipping area merupakan area yang digunakan untuk
mengirimkan produk yang keluar dari gudang menuju kendaraan konsumen atau
perusahaan untuk proses delivery.
Pada penelitian ini staging area yang direncanakan dapat menampung sebanyak 72
pallet. Staging area yang digunakan ada dua yaitu untuk receiving dan delivery produk.
Luas staging area untuk memenuhi kebutuhan aktivitas yang dilakukan menjadi 2 x (32.2
meter x 7.05 meter) = 2 x 227.01 m2 yaitu sebesar 454.02 m2. Area administrasi untuk
receiving dan delivery yang direncanakan adalah adanya sebuah meja untuk proses
pengawasan dan pengecekan masuk dan keluarnya produk dari dalam gudang. Luas
kebutuhan untuk meja administrasi ditambah dengan allowance pegawai gudang adalah
sebesar 2 meter x 2 meter = 4 m2 pada masing-masing receiving dan delivery. Storing area
merupakan area yang digunakan untuk menyimpan produk yaitu sistem penyimpanan rak
yang dijelaskan pada subbab selanjutnya. Shipping area berkaitan dengan kendaraan yang
digunakan konsumen atau perusahaan utntuk mengirimkan produk ke konsumen yang
berkaitan dengan dock area. Dock area tidak akan dihitung keperluannya karena
perusahaan sudah mengestimasikan untuk kebutuhan tersebut dan tidak termasuk ke dalam
area di dalam gudang racking.
4.4.9 Penentuan Kebutuhan Luas Penyimpanan Racking
Kebutuhan area penyimpanan yang dihitung mempertimbangkan jumlah lanes yang
dibutuhkan untuk menyimpan produk yang akan disimpan di dalam gudang. Area
penyimpanan yang ada di dalam gudang adalah berupa racking system. Racking system
yang digunakan memiliki dimensional, baik dimensional internal dan overall dimensi.
Rekapitulasi kebutuhan jumlah lanes yang dibutuhkan untuk menyimpan produk dalam
bentuk pallet dapat dilihat pada tabel 4.10.
62
Tabel 4.10
Rekapitulasi kebutuhan jumlah lanes rak
Berdasarkan dimensional rak keseluruhan untuk satu lanes, yaitu dengan panjang
keseluruhan untuk satu bays 2.9 m dan lebar rak keseluruhan 1.6 m. Dimensi untuk satu
rack bays dapat dilihat pada gambar 4.15. Kedua jenis rak memiliki dimensional yang
sama pada dimensi internal dan overall dimension, akan tetapi selective pallet racks
memiliki akses yang bebas melalui sisi depan rak untuk pengambilan sedangkan drive-thru
racks memiliki sisi loading dan unloading berbeda. Satu bay rak drive-thru bisa
menampung 2 pallet karena terdapat dua lanes pada satu kolom. Luas 9.28 m2 dapat
menampung 4 pallet dengan ketinggian tingkat level 5 sehingga jumlah pallet yang dapat
ditampung adalah sebanyak 20 pallet. Tinggi stack rak hingga 5 level dapat dihitung rasio
perbandingan dengan panjang rak. Menurut Tompkins dan Smith (1998) rasio keseluruhan
tinggi rak atau tinggi stack rack tidak boleh lebih dari 6:1 dengan panjang rak. Tinggi
stack rack 10.4 meter dibandingkan dengan panjang rak 2.9 meter adalah sebesar 3.58:1
hal ini berarti rak yang dirancang sudah memenuhi ketentuan. Luas area penyimpanan
dapat dihitung sebagai berikut.
2900 mm
2700 mm1200 m 100 mm
2000 m
m
1900 m
m
2200 m
m
Gambar 4.17 Dimensi satu rack bay
Luas satu bay rak selective = 2.9 meter x 1.6 meter = 4.64 m2
Luas kebutuhan area rak selective = 4.64 x (796
(2 𝑝𝑎𝑙𝑙𝑒𝑡 𝑥 5 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙)) = 369.344 m2
No Jenis rak Sifat produk Keperluan jumlah lanes Keperluan rack bays
1. Drive-thru racks
Finished goods 359 359/2 pallet= 179.5
Work in process 181 181/2 pallet = 90.5
Total lanes drive-thru 540 270
2. Selective pallet
racks
Finished goods 576 576/2 pallet = 288
Work in process 220 220/2 pallet = 110
Total lanes selective 796 398
63
Luas satu bay rak drive-thru = ((lebar rak x 2) + allowance bay rack) x panjang rak
= ((1.6 x 2 )+ 0.1) x 2.9 = 9.57 m2
Luas kebutuhan area rak drive-thru = luas satu bay rak x jumlah rak yang dibutuhkan
= 4.64 m2 x 540
(2 𝑝𝑎𝑙𝑙𝑒𝑡 𝑥 5) = 250.56 m2
Luas total kebutuhan area racking = luas area selective + luas area drive-thru
= 369.344 + 250.56 = 619.904 m2
Pada perhitungan di atas diketahui luas kebutuhan area penyimpanan untuk racking
system adalah sebesar 619.904 m2. Luas gudang racking baru yang tersedia adalah sekitar
6300 m2. Hal ini menunjukkan bahwa solusi untuk perhitungan optimasi jumlah rak
feasible.
4.4.10 Penentuan Lebar Gang (Aisle)
Penentuan lebar gang digunakan untuk mengetahui berapa lebar antar rak dengan
mempertimbangkan peralatan material handling yang digunakan. Gudang produk jadi
menggunakan forklift sebagai alat bantu untuk kegiatan loading dan unloading pallet
produk. Penentuan lebar gang ini berguna agar kegiatan loading dan unloading dapat
dilakukan dengan baik. Tabel 4.11 menunjukkan hasil perhitungan lebar aisle yang
diperlukan untuk masing-masing jenis forklift yang digunakan.
Tabel 4.11
Hasil perhitungan lebar gang No. Jenis forklift Panjang diagonal Allowance Lebar aisle
1. Reach truck √(𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑓𝑜𝑟𝑘𝑙𝑖𝑓𝑡)2 + (𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑟𝑘𝑙𝑖𝑓𝑡)2
= √(2.411)2 + (1.15)2 = 2.7 meter 0.1 meter 2.8 meter
2. Counterbalanced truck √(𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑓𝑜𝑟𝑘𝑙𝑖𝑓𝑡)2 + (𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑟𝑘𝑙𝑖𝑓𝑡)2
= √(2.929)2 + (1.09)2 = 3.12 meter 0.1 meter 3.22 meter
4.4.11 Usulan Layout Gudang Racking
Layout gudang racking pada usulan penelitian ini akan dibuat dua alternatif, yaitu
dengan penempatan posisi rak dilihat dari sisi pintu keluar dan masuk. Penempatan rak di
dalam gudang bisa horizontal atau vertikal terhadap sumbu X yaitu pintu gudang. Hal ini
dilakukan untuk melihat perbandingan antara penyusunan rak secara vertikal dan
horizontal dengan pertimbangan kapasitas pallet yang dapat ditampung pada masing-
masing usulan layout dan kemudahan akses dari pintu keluar masuk ke rak.
Layout yang direncanakan pada penelitian ini adalah gudang yang dapat mencukupi
kebutuhan jumlah rak yang dibutuhkan pada perhitungan formulasi optimasi subbab
sebelumnya. Perancangan gudang yang dilakukan dapat dicukupi dengan dua gudang
64
racking yaitu gudang racking pertama dan kedua. Layout dengan penyusunan rak yang
mungkin dengan posisi horizontal atau sejajar dengan sumbu X pintu masuk gudang dapat
dilihat pada gambar 4.18, sedangkan layout untuk penyusunan vertikal dapat dilihat pada
gambar 4.19. Selective pallet racks ditandai dengan persegi panjang kuning, sedangkan
drive-thru racks ditandai dengan simbol persegi panjang biru.
Usulan layout yang ditunjukkan pada gambar 4.18 dan 4.19 memiliki tipe U-shape.
Hal ini terlihat dari pintu masuk dan pintu keluar yang terletak di sisi ujung kiri dan ujung
kanan gudang. U-shape dipilih untuk memudahkan aliran produk pada aktivitas keluar dan
masuk gudang. Hal ini juga mempertimbangkan rencana gudang untuk loading dock di
sisi selatan gudang. Perbandingan kedua usulan layout dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12
Perbandingan usulan layout gudang
No Parameter
pembanding
Layout dengan susunan rak
Horizontal Vertikal
1. Kemudahan akses
Pada susunan horizontal untuk
menyimpan atau mengambil produk
dari rak, forklift yang digunakan
memiliki lebih banyak tikungan atau
belokan untuk mencapai alamat rak
yang dituju.
Pada susunan vertikal untuk
menyimpan atau mengambil
produk forklift yang digunakan
akan mencapai produk dengan
mudah dari pintu masuk dengan
langsung memasuki flow atau
aliran material handling pada
gudang untuk mencapai rak.
2. Jumlah pallet yang
dapat ditampung
Selective racks: 1810 pallet
Drive-thru racks: 1020 pallet
Total kapasitas: 2830 pallet
Selective racks:1700 pallet
Drive-thru racks: 1480 pallet
Total kapasitas: 3180 pallet
3. Jumlah aisle 9 aisle 6 aisle
Pada tabel 4.12 dapat dilihat perbandingan antara kedua alternatif usulan layout
dengan posisi penyusunan rak yang berbeda, yaitu horizontal dan vertikal. Alternatif
layout yang dipilih adalah dengan melihat perbandingan parameter yang digunakan sebagai
pembanding. Rak yang disusun vertikal memiliki keunggulan baik pada kemudahan akses
forklift sebagai material handling equipment dan kapasitas pallet yang dapat ditampung
oleh gudang lebih banyak. Pada rak horizontal jarak material handling lebih besar untuk
mencapai produk pada rak. Pada rak vertikal forklift akan langsung menuju flow
pengambilan produk. Kemudahan akses lebih unggul pada usulan layout dengan rak yang
disusun vertikal. Hal ini juga dibuktikan dengan banyaknya aisle yang ada dalam layout
usulan, semakin banyak aisle maka utilitas kapasitas layout semakin rendah dan jarak
material handling juga menjadi lebih panjang. Rak vertikal memiliki lebih banyak
kapasitas pallet dibandingkan dengan rak horizontal, yaitu dengan selisih 350 pallet lebih
banyak. Berdasarkan perbandingan parameter yang digunakan maka usulan layout terpilih
adalah layout dengan susunan rak vertikal.
65
Gambar 4.18 Layout dengan penyusunan rak horizontal
65
66
Gambar 4.19 Layout usulan dengan penyusunan rak vertikal
66
67
4.4.12 Perhitungan Utilitas Layout Gudang
Alternatif layout terpilih pada subbab sebelumnya adalah layout dengan penyusunan rak
vertikal terhadap pintu keluar masuk gudang. Penyusunan vertikal dapat mempermudah
akses peralatan material handling yang akan menempatkan produk atau mengambil produk.
Pada layout terpilih akan dihitung berapa utilitas luas penyimpanan dibandingkan dengan
luas total keseluruhan gudang. Berikut ini merupakan perhitungan total luas area
penyimpanan pada alternatif layout vertikal yang terpilih.
Tabel 4.13
Perhitungan Luas Penyimpanan Produk Pada Layout Vertikal
Luas gudang yang terpakai pada rencana layout terpilih vertikal sebesar 3,450 m2 dengan
rincian gudang racking I sebesar 72 m x 25 m dan gudang racking II sebesar 66 m x 25 m.
Luas area penyimpanan dihitung dari luas untuk penyimpanan sementara sebelum ke rak
yaitu staging area ditambah dengan luas area yang terisi dengan rak penyimpanan. Berikut
merupakan perhitungan utilitas luas gudang.
𝑈𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑔𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 = 1702.53 𝑚2
3450 𝑚2 = 0.4935 𝑥 100% = 49.35 %
Luas aisle = Luas total gudang – Luas area penyimpanan = 3450 – 1702.53 = 1747.47 m2
𝑈𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑠𝑙𝑒 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑖𝑠𝑙𝑒
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑔𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 = 1747.47 𝑚2
3450 𝑚2= 0.5065 𝑥 100% = 50.65 %
4.4.13 Perancangan Alamat Rak
Perancangan alamat rak diperlukan untuk tetap dapat mengontrol dan mengelola
perputaran keluar masuk produk dari dan ke luar gudang. Alamat rak diperlukan untuk
mengetahui lokasi penyimpanan produk di rak. Gudang racking produk jadi yang baru
memiliki kapasitas sebanyak 3180 pallets, hal ini berarti jika dikonversikan menjadi rack
bays menjadi 3180 dibagi dengan 2 pallets kapasitas satu rack bay menjadi 1590 racks.
Jumlah rak ini memerlukan alamat sebagai penanda lokasi rak penyimpanan produk untuk
memudahakan aktivitas penempatan dan pengambilan produk di rak penyimpanan yang ada
di gudang.
Layout terpilih dengan penyusunan rak vertikal memiliki jumlah blok rak sebanyak 10
blok rak, termasuk drive-thru dan selective racks. Jumlah rack bays pada selective pallet
No Jenis rak Luas rack bays Luas rak
1. Selective pallet racks = 170 x (2.9 m x 1.6 m) 788.8 m2
2. Drive-thru racks = 148 x (2.9 m x 1.6 m) 686.72 m2
3. Luas staging area = 32.2 m x 7.05 m 227.01 m2
Luas total 1,702.53 m2
68
racks adalah berjumlah 170 dan untuk drive-thru 148 rack bays. Rincian jumlah rack bays
yang ada di layout vertikal dapat dilihat pada tabel 4.14.
Tabel 4.14
Jumlah Rack Bays Pada Layout Vertikal No Blok rak Jenis rak Jumlah baris racks
1. Blok A Selective racks 24
2. Blok B Drive-thru racks 42
3. Blok B Drive-thru racks 42
4. Blok C Selective racks 42
5. Blok C Selective racks 40
6. Blok D Selective racks 16
7. Blok E Drive-thru racks 32
8. Blok F,G Selective racks 16
9. Blok F,G Drive-thru racks 32
10. Blok H Selective racks 32
Total baris racks 318
Daftar blok pada tabel 4.14 di atas akan diberikan alamat rak untuk mempermudah
pencarian lokasi rak. Kombinasi huruf dan angka akan mempermudah pegawai gudang
untuk mencari alamat rak baik dalam aktivitas penyimpanan atau pengambilan produk.
Pemberian alamat rak dimulai dari rak yang berada di dekat titik incoming product, yaitu
blok 1, dilanjutkan blok 2, dan seterusnya. Berikut adalah tabel 4.15 untuk daftar alamat rak
sesuai dengan blok rak.
Tabel 4.15
Daftar Alamat Rak Pada Gudang Produk Jadi No Blok Jenis rak Alamat rak per baris Alamat rak per level
1. Blok A Selective racks
AS1,AS2,…,AS24 AS1.1, AS1.2, …, AS1.5
AS2.1, AS2.2, …,AS2.5
.
.
.
AS24.1,AS24.2,…,AS24.5
2. Blok B Drive-thru racks
BD1, BD2,…, BD42 BD1.1, BD1.2, …, BD1.5
BD2.1, BD2.2,…,BD2.5
.
.
.
BD.42.1, BD42.2,…, BD42.5
3. Blok C Drive-thru racks
CD1, CD2,…, CD42 CD1.1, CD1.2,…, CD1.5
CD2.1, CD2.2,…,CD2.5
.
.
.
CD.42.1, CD42.2,…, CD42.5
4. Blok D Selective racks
DS1, DS2, …, DS42 DS1.1, DS1.2, …, DS1.5
DS2.1, DS2.2, …, DS2.5
.
.
.
DS42.1, DS42.2, …, DS42.5
5. Blok E Selective racks ES1, ES2, …, ES40 ES1.1, ES1.2, …, ES1.5
ES2.1, ES2.2, …, ES2.5
69
No Blok Jenis rak Alamat rak per baris Alamat rak per level
.
.
.
ES40.1, ES40.2, …, ES40.5
6. Blok F Selective racks
FS1, FS2, …, FS16 FS1.1, FS1.2, …, FS1.5
FS2.1, FS2.2, …, FS2.5
.
.
.
FS16.1, FS16.2, …, FS16.5
7. Blok F Drive-thru racks
FD1, FD2, …, FD32 FD1.1, FD1.2, …, FD1.5
FD2.1, FD2.2, …, FD2.5
.
.
.
FD32.1, FD32.2, …, FD32.5
8. Blok G Selective racks
GS1, GS2, …, GS16 GS1.1, GS1.2, …, GS1.5
GS2.1, GS2.2, …, GS2.5
.
.
.
GS16.1, GS16.2, …, GS16.5
9. Blok G Drive-thru racks
GD1, GD2, …, GD32 FD1.1, FD1.2, …, FD1.5
FD2.1, FD2.2, …, FD2.5
.
.
.
FD32.1, FD32.2, …, FD32.5
10. Blok H Selective racks
HS1, HS2, …., HS32 FD1.1, FD1.2, …, FD1.5
FD2.1, FD2.2, …, FD2.5
.
.
.
FD32.1, FD32.2, …, FD32.5
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa setiap blok memiliki alamat untuk setiap rack bay.
Setiap alamat rack bays memiliki lima tingkat atau lima level sesuai dengan perancangan rak
di subbab sebelumnya. Alamat yang dibuat memiliki kombinasi angka dan huruf. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah pelafalan alamat atau lokasi rak. Blok 1 sampai dengan 10
diberi nama Blok A sampai dengan Blok H, kemudian diikuti inisial dari jenis rak yaitu S
untuk selective racks dan D untuk drive-thru racks. Contoh Blok1 adalah blok rak selective
sehingga namanya adalah AS yang memiliki 24 baris rack bays yaitu dari AS1 sampai
dengan AS24, dimana AS1 memiliki level rak sebanyak 5 sehingga nama untuk membedakan
level diberikan AS1.1 untuk alamat blok AS pertama level 1, AS1.2 untuk alamat baris AS1
level kedua, dan seterusnya.
70
4.4.14 Perhitungan Jarak Rak Pada Layout Usulan
Pada penelitian ini produk yang datang dari produksi akan ditempatkan di staging area
sebelum ditempatkan ke dalam alamat rak, sehingga perhitungan jarak akan dilakukan dari
titik koordinat staging area ke rak. Perhitungan jarak lokasi alamat rak dilakukan dengan
menggunakan metode perhitungan jarak rektilinier. Teknik perhitungan rektilinier
menghitung jarak antar titik secara tegak lurus. Perhitungan jarak dengan metode rektilinier
digunakan karena karena bentuk tata letak dan rak persegi dan digunakan untuk area racking
system sehingga lebih mudah untuk diterapkan pada perhitungan jarak.
Setiap rack bays memiliki titik koordinat pusat rak yang dihitung dari Sumbu X dan
Sumbu Y. Koordinat titik pusat digunakan untuk menghitung jarak dari lokasi alamat rak ke
staging area for incoming products, jarak dari rak ke staging area for delivery products, dan
jarak total yang diperlukan dari pintu masuk ke gudang sampai dengan pintu keluar gudang.
Pada desain tata letak yang digunakan diasumsikan bahwa titik kiri pojok sebagai koordinat x
dan y (0,0). Koordinat titik pusat untuk setiap rak dapat dilihat pada Lampiran 11. Koordinat
titik pusat digunakan untuk menghitung jarak dengan menggunakan metode rektilinier. Titik
koordinat staging area untuk incoming product sumbu X dapat dihitung dari panjang area
yaitu 32.2 meter, karena berbentuk pesegi panjang maka titik pusat adalah setengah dari
panjang sebesar 16.1 meter ditambah dengan jarak koordinat dari titik (0,0) ke staging area
sebesar 15.75 meter sumbu x menjadi 31.85 meter. Koordinat titik pusat pada staging area
untuk sumbu Y dapat dihitung dari setengah lebar area yaitu sebesar 7.05/2 = 3.525 meter,
sehingga koordinat pusat untuk staging area adalah (31.85, 3.525).
Berdasarkan hasil perhitungan koordinat titik pusat untuk setiap alamat rak dan titik
koordinat staging area, maka dapat dihitung jarak antara staging area dan rak. Hasil
perhitungan jarak setiap rak dapat dilihat pada Lampiran 11. Sebagai contoh perhitungan
jarak yang dilakukan dengan menggunakan metode rektilinier pada rak AS1 dapat
ditunjukkan pada perhitungan berikut ini.
𝑑𝑖𝑗 = |𝑥𝑖 − 𝑥𝑗| + |𝑦𝑖 − 𝑦𝑗|
Keterangan:
𝑥𝑖 = 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑥 𝑝𝑖𝑛𝑡𝑢
𝑥𝑗 = 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑥 𝑟𝑎𝑘
𝑦𝑖 = 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑦 𝑝𝑖𝑛𝑡𝑢
𝑦𝑗 = 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑦 𝑟𝑎𝑘
𝑥𝑖 =1
2(𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑟𝑎𝑘) =
1
2𝑥 1.6 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 0.8 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
71
𝑦𝑖 =1
2(𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑘)+ jarak dari sumbu y (0,0) = (½ x 2.9 meter) + 2.4 meter = 3.85 meter
𝑑𝑖𝑗 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛 𝑘𝑒 𝑟𝑎𝑘 = |31.85 − 0.8| + |3.525 − 3.85| = 31.375 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑑𝑖𝑗 𝑘𝑒 𝑝𝑖𝑛𝑡𝑢 𝑂𝑢𝑡 = |61.85 − 0.8| + |3.525 − 3.85| = 67.675 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑑𝑖𝑗 𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒
𝐼
𝑂 = 𝑑𝑖𝑗 𝑘𝑒 𝑝𝑖𝑛𝑡𝑢 𝐼𝑛 + 𝑑𝑖𝑗 𝑘𝑒 𝑝𝑖𝑛𝑡𝑢 𝑂𝑢𝑡 = 99.05 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Perhitungan jarak dari staging area incoming products dan staging area delivery
products ke rak dibedakan karena letak area yang berbeda dari pemilihan bentuk aliran
gudang U-shape. Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui jarak total yang ditempuh
untuk rak AS1 yaitu sebesar 99.05 meter. Jarak total yang ditempuh dapat digunakan
sebagai landasan untuk mengetahui peringkat masing-masing rak dari jarak yang terpendek
hingga jarak terpanjang. Hal ini dapat membantu untuk penugasan rak pada penentuan lokasi
alamat rak produk.
4.4.15 Penugasan Rak Dengan Class Based Storage Policy
Penugasan rak ini dilakukan berdasarkan jumlah lanes yang diperlukan pada perhitungan
sebelumnya. Jumlah lanes setiap produk yang memiliki atribut segmentasi dan sifat produk
FG atau WIP menjadi landasan untuk merencanakan alokasi rak pada setiap segmentasi.
Penerapan kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan terbatas hingga pengelompokkan dan
WIP, dimana setiap FG dan WIP memiliki segmentasi produk yang penting untuk
dikelompokkan untuk memudahkan pencarian lokasi produk yang akan diambil atau akan
ditempatkan. Penugasan rak dilakukan berdasarkan jenis rak, yaitu drive-thru racks dan
selective racks.
Penugasan rak yang dilakukan berdasarkan CBS dibagi menjadi dua alternatif pemilihan
lokasi rak yaitu CBS dengan Within Aisle dan Across Aisle. CBS dengan Within Aisle adalah
penempatan produk dengan membagi blok secara vertikal berdasarkan kelas produk. CBS
dengan Across Aisle adalah penentuan produk dengan membagi blok secara horizontal
berdasarkan kelas produk. Pada penelitian ini, lokasi rak untuk WIP dan Finished Goods
dibedakan yaitu untuk Blok AS dan DS digunakan untuk Finished goods, sedangkan Blok ES
digunakan untuk WIP. Penugasan rak dengan within aisle dapat dilihat pada tabel 4.16
sampai dengan 4.19, sedangkan dengan across aisle dapat dilihat pada tabel 4.20 sampai
dengan 4.23. Penugasan rak dengan within aisle pada tata letak gudang dapat dilihat pada
Lampiran 12 dan untuk across aisle pada Lampiran 13
Finished goods dan WIP pada penugasan rak dibagi menjadi dua jenis rak sesuai dengan
jenis rak yang digunakan dalam gudang berdasarkan keputusan jumlah lanes dan jenis rak
72
pada perhitungan formulasi optimasi sebelumnya. Pembagian kelas pada masing-masing FG
dan WIP diambil pada tabel 4.9 dan 4.10 untuk mengetahui segmentasi apa saja yang
termasuk pada kelas A, B, dan C. Penugasan rak dilakukan berurutan sesuai dengan kelas
segmentasi. Pada tabel 4.16 jumlah segmentasi produk sebanyak tujuh segmentasi, dimana
kelas A sebanyak 2 segmentasi, kelas B sebanyak 2 segmentasi, dan kelas C sebanyak 3
segmentasi.
Tabel 4.16
Penugasan rak sesuai Class Based Storage dengan Within Aisle FG Pada Selective Racks
Kelas Jenis
Segmentasi
Jumlah
Pallet
Total
Pallet
Jumlah
Rack Bays
Total Rack
Bays Alamat Rak
A
Food&Drink 64
398
32
199
AS1-AS7.2
Personal Care 334 167 AS7.3-AS24 dan DS1-
DS16
B Pesticides 83
156 41.5
78 DS17-DS25.2
Pharmaceutical 73 36.5 DS25.3 - DS32
C
Others 13
22
6.5
11
DS33 - DS34.2
Tooth Brush 8 4 DS34.3 - DS35.1
Engineering 1 0.5 DS35.2
Total 576 576 288 288
Pada tabel 4.17 penugasan rak dilakukan untuk rak selective produk WIP yang memiliki
segmentasi produk sebanyak enam segmentasi dengan jumlah masing-masing kelas A satu
segmentasi, kelas B dua segmentasi, dan kelas C tiga segmentasi. Rak yang digunakan
merupakan blok rak jenis yang berbeda dengan rak untuk finished goods, yaitu blok rak ES
dengan kapasitas blok sebesar 40 rack bays.
Tabel 4.17
Penugasan rak sesuai Class Based Storage dengan Within Aisle Pada WIP Pada Selective Racks
Kelas Jenis
Segmentasi
Jumlah
Pallet
Total
Pallet
Jumlah
Rack Bays
Total
Rack Bays Alamat Rak
A Personal care 113 113 56.5 56.5 ES1-ES12.2
B Food&Drink 32
62 16
31 ES13 - ES16.1
Pesticides 30 15 ES16.2 - ES19.1
C
Pharmaceutical 32
45
16
22.5
ES19.2 - ES22.2
Tooth brush 5 2.5 ES22.3- ES22.5
Others 8 4 ES23
Tabel 4.18 menunjukkan penugasan rak finished goods jenis rak drive-thru dengan
jumlah segmentasi sebanyak tujuh segmentasi yang memiliki kelas A sebanyak dua
segmentasi, kelas B dua segmentasi, dan kelas C tiga segmentasi. Penugasan rak within aisle
blok rak drive-thru yang digunakan adalah blok BD dengan kapasitas 42 rack bays.
Tabel 4.18
Penugasan rak sesuai Class Based Storage dengan Within Aisle FG Pada Drive-thru Racks
73
Kelas Jenis
Segmentasi
Jumlah
Pallet
Total
Pallet
Jumlah
Rack Bays
Total
Rack Bays Alamat Rak
A Food&Drink 122
233 61
116.5 BD1 - BD13.1
Personal care 111 55.5 BD13.2 - BD24.2
B Pesticides 95
115 47.5
57.5 BD24.3 - BD33
Pharmaceutical 20 10 BD34 - BD36
C
Others 2
11
1
5.5
BD37.1
Tooth brush 1 0.5 BD37.2
House hold 8 4 BD37.3 - BD38.1
Tabel 4.19 menunjukkan penugasan rak WIP jenis rak drive-thru dengan jumlah
segmentasi sebanyak tujuh segmentasi yang memiliki kelas A sebanyak dua segmentasi,
kelas B dua segmentasi, dan kelas C tiga segmentasi. Penugasan rak within aisle blok rak
drive-thru yang digunakan adalah blok CD dengan kapasitas 42 rack bays.
Tabel 4.19
Penugasan rak sesuai Class Based Storage dengan Within Aisle WIP Pada Drive-thru Racks
Kelas Jenis Segmentasi Jumlah
pallet
Total
pallet
Jumlah
rack bays
Total rack
bays Alamat Rak
A Personal Care 119 119 59.5 59.5 CD1-CD2
B Pesticides 22 36 11 18 CD13-CD15.1
Food&Drink 14 7 CD15.2-CD16.3
C Others 8 26 4 13 CD17.1-CD17.4
Pharmaceutical 1 0.5 CD17.5
House Hold 4 2 CD18.1-CD18.2
Tooth Brush 13 6.5 CD18.3-CD19
Tabel 4.20 menunjukkan penugasan rak across aisle untuk finished goods jenis rak
selective dengan jumlah segmentasi sebanyak tujuh segmentasi yang memiliki kelas A
sebanyak satu segmentasi, kelas B dua segmentasi, dan kelas C empat segmentasi. Penugasan
rak blok rak selective yang digunakan adalah blok AS dengan kapasitas 24 rack bays dan
blok DS dengan kapsitas 42 rack bays.
Tabel 4.20
Penugasan rak sesuai Class Based Storage dengan Across Aisle FG Pada Selective Racks
Kelas Jenis
Segmentasi
Jumlah
Pallet
Total
Pallet
Jumlah
Rack Bays
Total
Rack Bays Alamat Rak
A Food&Drink 64
398 32
199 AS1-AS4 dan DS1-DS3.2
Personal care 334 167 DS3.3-DS24 dan AS5-AS16
B Pesticides 83
156 41.5
78 AS17-AS19 dan DS25-DS30.2
Pharmaceutical 73 36.5 AS20-AS22 dan DS30.3-DS34
C
Others 13
22
6.5
11
DS35-DS36.2
Tooth brush 8 4 DS36.3-DS37.1
Engineering 1 0.5 DS37.2
Tabel 4.21 menunjukkan penugasan rak WIP jenis rak selective dengan jumlah
segmentasi sebanyak enam segmentasi yang memiliki kelas A sebanyak satu segmentasi,
74
kelas B dua segmentasi, dan kelas C tiga segmentasi. Penugasan rak across aisle blok rak
selective yang digunakan adalah blok ES dengan kapasitas 40 rack bays.
Tabel 4.21
Penugasan rak sesuai Class Based Storage dengan Across Aisle WIP Pada Selective Racks
Kelas Jenis
Segmentasi
Jumlah
Pallet
Total
Pallet
Jumlah
Rack Bays
Total
Rack Bays Alamat Rak
A Personal care 113 113 56.5 56.5 ES1-ES12.2
B Food&Drink 32
62 16
31 ES12.3-ES15.3
Pesticides 30 15 ES15.4-ES18.3
C
Pharmaceutical 32
45
16
22.5
ES19-ES21
Tooth brush 5 2.5 ES22.1-ES22.3
Others 8 4 ES22.4-ES23.2
Tabel 4.22 menunjukkan penugasan rak finished goods jenis rak drive-thru dengan
jumlah segmentasi sebanyak tujuh segmentasi yang memiliki kelas A sebanyak dua
segmentasi, kelas B dua segmentasi, dan kelas C tiga segmentasi. Penugasan rak across aisle
blok rak drive-thru yang digunakan adalah blok BD dan blok CD dengan kapasitas masing-
masing 42 rack bays.
Tabel 4.22
Penugasan rak sesuai Class Based Storage dengan Across Aisle FG Pada Drive-thru Racks
Kelas Jenis
Segmentasi
Jumlah
Pallet
Total
Pallet
Jumlah
Rack Bays
Total
Rack Bays Alamat Rak
A
Food&Drink 122
233
61
116.5
BD1-BD7.1 dan CD1-
CD6
Personal care 111 55.5 BD7.2 - BD12 dan CD7-
CD12
B Pesticides 95
115 47.5
57.5
BD13-BD17 dan CD13-
CD17.3
Pharmaceutical 20 10 BD18 dan CD18
C
Others 2
11
1
5.5
BD19.1
Tooth brush 1 0.5 BD19.2
House hold 8 4 BD19.3-BD19.5 dan
BD20.1
Tabel 4.23 menunjukkan penugasan rak WIP jenis rak drive-thru dengan jumlah
segmentasi sebanyak tujuh segmentasi yang memiliki kelas A sebanyak satu segmentasi,
kelas B dua segmentasi, dan kelas C empat segmentasi. Penugasan rak across aisle blok rak
drive-thru yang digunakan adalah blok BD dan blok CD dengan masing-masing kapasitas 42
rack bays.
Tabel 4.23
Penugasan rak sesuai Class Based Storage dengan Across Aisle WIP Pada Drive-thru Racks
Kelas Jenis
Segmentasi
Jumlah
Pallet
Total
Pallet
Jumlah Rack
Bays
Total Rack
Bays Alamat Rak
A Personal
care 119 119 59.5 59.5
BD25-BD30 dan
CD25-CD30
B Pesticides 22 36 11 18 BD31-BD33.1
75
Kelas Jenis
Segmentasi
Jumlah
Pallet
Total
Pallet
Jumlah Rack
Bays
Total Rack
Bays Alamat Rak
Food&Drink 14 7 BD33.2-BD34
C
Others 8
26
4
13
CD31.1-CD31.4
Pharmaceuti
cal 1 0.5 CD31.5
House hold 4 2 CD32.3-CD33
Tooth brush 13 6.5 CD32.1-CD32.2
4.4.16 Perhitungan Jarak Class Based Storage Within Aisle Layout Usulan
Perhitungan jarak CBS within aisle dilakukan setelah penugasan masing-masing rak
yang diperlukan untuk menyimpan produk pada subbab sebelumnya. Perhitungan jarak
dilakukan dengan metode rektilinier. Pada perhitungan ini digunakan jumlah lanes yang
diperlukan setiap segmentasi dari data produk yang termasuk segmentasi tersebut pada
perhitungan optimasi sebelumnya. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui berapa
alokasi jumlah rak yang diperlukan masing-masing segmentasi dan tujuan pengelompokkan
rak berdasarkan segmentasi dari masing-masing FG dan WIP. Perhitungan untuk kelas
segmentasi ada yang memerlukan dua jenis blok rak atau satu jenis blok rak. Kelas
segmentasi yang memiliki dua jenis blok rak seperti misalnya kelas A FG dengan rak
selective. Kelas A akan dihitung terlebih dahulu koordinat titik gabungan sebelum dilakukan
perhitungan jarak dari titik staging area incoming products dan staging area delivery
products. Berikut adalah contoh perhitungan titik gabungan dan jarak pada kelas A FG
dengan selective racks.
𝑥0 = 𝐴1𝑥1+𝐴2𝑥2
𝐴1+𝐴2=
(0.8𝑥74.24)+(16.55𝑥111.36)
74.24+111.36= 59.392+1843.008
185.6= 10.25
𝑦0 = 𝐴1𝑦1+𝐴2𝑦2
𝐴1+𝐴2=(25.6𝑥74.24)+(28.5𝑥111.36)
74.24+111.36= 1967.36+3173.76
185.6= 27.34
𝑑𝑖𝑗 𝑖𝑛 = |31.85 − 10.25| + |3.525 − 27.34|= 52.625 meter
𝑑𝑖𝑗𝑜𝑢𝑡 = |68.15 − 10.25| + |3.525 − 27.34|= 88.925 meter
𝑑𝑖𝑗 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙= 52.625 meter + 88.925 meter = 141.55 meter
Contoh di atas merupakan contoh perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui titik
gabungan ketika satu kelas terdapat lebih dari blok rak penyimpanan berbeda untuk
mengetahui jarak titik pusat setiap rak kelas, jarak dari staging area produk datang dan
produk keluar untuk mengetahui jarak tempuh masing-masing rak. Tabel 4.24 menunjukkan
rekapitulasi perhitungan titik pusat dan jarak material handling pada finished goods dengan
jenis rak selective untuk menerapkan aturan class based within aisle.
76
Tabel 4.24
Perhitungan Titik Gabungan Dan Jarak FG Rak Selective Within Aisle
Kelas Jenis Segmentasi Xj Yj Luas X0 Y0 X1 Y1 X2 Y2 Dij in Dij out
A Food&Drink 0.8 37.2 111.4
7.1 31.4 31.8 3.5 68.2 3.5 52.6 88.9 Personal care 16.5 22.7 74.2
B Pesticides
16.5 45.1 74.2 16.5 45.1 31.8 3.5 68.2 3.5 56.8 93.2 Pharmaceutical
C
Others
16.5 60.4 18.6 16.5 60.4 31.8 3.5 68.2 3.5 72.2 108.5 Tooth brush
Engineering
Total 181.6 290.5
Tabel 4.25 menunjukkan rekapitulasi perhitungan koordinat titik pusat untuk rak yang
ditugaskan menyimpan produk pada masing-masing kelas dengan metode class based within
aisle pada produk WIP jenis rak selective. Luas yang digunakan merupakan luas keseluruhan
rak yan digunakan untuk menyimpan produk pada masing-masing kelas. Rak yang digunakan
adalah blok rak ES yang penempatan produknya secara vertikal ke belakang.
Tabel 4.25
Perhitungan Titik Gabungan Dan Jarak WIP Rak Selective Within Aisle
Kelas Jenis Segmentasi Xj Yj Luas X0 Y0 X1 Y1 X2 Y2 Dij in Dij out
A Personal care 23.3 19.8 55.7 23.3 19.8 31.8 3.5 68.2 3.5 24.8 61.1
B Food&Drink 23.3 32.8 18.56
23.2 34 31.8 3.5 68.2 3.5 37.8 75.5 Pesticides 22.5 38.6 4.6
C
Pharmaceutical 24.2 38.6 4.6
23.5 42.1 31.8 3.5 68.2 3.5 42.8 83.2 Tooth brush 23.3 43 18.6
Others
Total 105.4 219.8
Tabel 4.26 merupakan rekapitulasi perhitungan yang dilakukan pada produk finished
goods dengan jenis rak drive-thru. Rak yang digunakan pada produk yang termasuk FG
drive-thru racks adalah blok rak BD. Blok BD digunakan karena within aisle menggunakan
prinsip menyusun rak sesuai dengan urutan peringkat jarak terkecil kemudian berurutan
vertikal untuk rak penyimpanan selanjutnya.
Tabel 4.26
Perhitungan Titik Gabungan Dan Jarak FG Rak Drive-thru Within Aisle
Kelas Jenis Segmentasi Xj Yj Luas X0 Y0 X1 Y1 X2 Y2 Dij in Dij out
A Food&Drink
6.5 22 111.4 6.5 22 31.8 3.5 68.2 3.5 43.8 80.1 Personal care
B Pesticides
6.5 51.3 55.7 6.5 51.4 31.8 3.5 68.2 3.5 73.2 109.5 Pharmaceutical
C
Others
6.5 61.5 9.3 6.5 61.5 31.8 3.5 68.2 3.5 83.3 119.6 Tooth brush
House hold
77
Kelas Jenis Segmentasi Xj Yj Luas X0 Y0 X1 Y1 X2 Y2 Dij in Dij out
Total 200.4 309.2
Tabel 4.27 merupakan rekapitulasi perhitungan yang dilakukan pada produk WIP dengan
jenis rak drive-thru. Rak yang digunakan pada produk yang termasuk WIP drive-thru racks
adalah blok rak CD. Blok CD digunakan karena within aisle menggunakan prinsip menyusun
rak sesuai dengan urutan peringkat jarak terkecil kemudian berurutan vertikal untuk rak
penyimpanan selanjutnya.
Tabel 4.27
Perhitungan Titik Gabungan Dan Jarak WIP Rak Drive-thru Within Aisle
Kelas Jenis Segmentasi Xj Yj Luas X0 Y0 X1 Y1 X2 Y2 Dij in Dij out
A Personal care 10 13.3 55.7 10 13.3 31.8 3.5 68.2 3.5 31.6 67.9
B Pesticides
10 24.9 18.6 10 24.9 31.8 3.5 68.2 3.5 43.2 79.5 Food&Drink
C
Others 10 29.3 9.3
10 30.2 31.8 3.5 68.2 3.5 48.5 84.8 Pharmaceutical
10 32.2 4.6 House hold
Tooth brush
Total
123.4 232.3
Perhitungan jarak dari titik masuk ke rak dan dari titik keluar ke rak dibedakan karena
titik koordinat yang berbeda antara titik masuk dan keluar produk. Pada usulan tata letak
gudang titik koordinat pusat staging area delivery adalah (68.15, 3.525). Usulan penempatan
CBS dengan within aisle akan menghasilkan total jarak yang harus ditempuh untuk satu kali
pengambilan barang pada masing-masing rak. Jarak dari segmentasi rak ke titik masuk
produk ditambah dengan jarak titik keluar ke rak akan menghasilkan total jarak tempuh yang
diperlukan.
4.4.17 Perhitungan Jarak Class Based Storage Across Aisle Layout Usulan
Perhitungan jarak juga dilakukan pada alternative penugasan rak dengan CBS across
aisle. Penugasan rak untuk across aisle telah dilakukan pada subbab sebelumnya.
Perhitungan jarak ini menggunakan metode rektilinier dengan cara yang sama dilakukan pada
CBS within aisle. Rekapitulasi hasil perhitungan pada masing-masing kelas sesuai dengan
jenis rak dan FG atau WIP dapat dilihat pada tabel 4.28 sampai dengan 4.31.
78
Tabel 4.28
Perhitungan Titik Gabungan Dan Jarak FG Rak Selective Across Aisle
Kelas Jenis Segmentasi Xj Yj Luas X0 Y0 X1 Y1 X2 Y2 Dij in Dij out
A Food&Drink 0.8 25.6 74.2
10.3 27.3 31.8 3.5 68.2 3.5 45.4 81.7 Personal care 16.6 28.5 111.4
B Pesticides 0.8 57.5 27.8
10.6 54.8 31.8 3.5 68.2 3.5 72.5 108.8 Pharmaceutical 16.6 53.15 46.4
C
Others
16.6 63.3 18.6 16.5 63.3 31.8 3.5 68.2 3.5 75.1 111.4 Tooth brush
Engineering
Total 192.9 301.8
Tabel 4.29 merupakan rekapitulasi perhitungan yang dilakukan pada produk WIP dengan
jenis rak selective. Rak yang digunakan pada produk adalah blok rak ES. Blok ES digunakan
karena merupakan rak yang digunakan untuk menyimpan produk WIP di beda wilayah
dengan FG.
Tabel 4.29
Perhitungan Titik Gabungan Dan Jarak WIP Rak Selective Across Aisle
Kelas Jenis Segmentasi Xj Yj Luas X0 Y0 X1 Y1 X2 Y2 Dij in Dij out
A Personal care 23.3 19.8 55.7 31.8 3.5 31.8 3.5 68.2 3.5 24.8 100.5
B Food&Drink
23.3 32.8 27.8 31.8 3.5 31.8 3.5 68.2 3.5 37.8 59.6 Pesticides
C
Pharmaceutical
23.3 41.5 27.8 31.8 3.5 31.8 3.5 68.2 3.5 46.5 50.9 Tooth brush
Others
Total 109.1 211
Tabel 4.30 merupakan rekapitulasi perhitungan yang dilakukan pada produk finished
goods dengan jenis rak drive-thru. Rak yang digunakan pada produk yang termasuk FG
drive-thru racks adalah blok rak BD dan CD. Blok BD dan CD digunakan karena across aisle
menggunakan prinsip menyusun rak dengan peringkat jarak rak terpendek dan kombinasi
dengan penyusunan secara horizontal atau menyamping.
Tabel 4.30
Perhitungan Titik Gabungan Dan Jarak FG Rak Drive-thru Across Aisle
Kelas Jenis Segmentasi Xj Yj Luas X0 Y0 X1 Y1 X2 Y2 Dij in Dij out
A Food&Drink 6.5 13.3 55.7
8.3 13.3 31.8 3.5 68.2 3.5 33.4 69.7 Personal care 10 13.3 55.7
B Pesticides 6.5 26.3 27.8
8.3 26.4 31.8 3.5 68.2 3.5 46.4 82.7 Pharmaceutical 10 26.3 27.8
C
Others
6.5 32.2 9.3 6.5 32.2 31.8 3.5 68.2 3.5 53.9 90.3 Tooth brush
House hold
Total 133.7 242.7
79
Tabel 4.31 merupakan rekapitulasi perhitungan yang dilakukan pada produk finished
goods dengan jenis rak drive-thru. Rak yang digunakan pada produk yang termasuk WIP
drive-thru racks adalah blok rak CD. Blok CD digunakan karena across aisle menggunakan
prinsip menyusun rak sesuai dengan urutan peringkat jarak terkecil kemudian berurutan
horizontal untuk rak penyimpanan selanjutnya. Blok CD digunakan untuk produk ini karena
untuk memisahkan blok penyimpanan antara FG dan WIP.
Tabel 4.31
Perhitungan Titik Gabungan Dan Jarak WIP Rak Drive-thru Across Aisle
Kelas Jenis Segmentasi Xj Yj Luas X0 Y0 X1 Y1 X2 Y2 Dij in Dij out
A Personal care 6.5 47 27.8 8.2 47 31.8 3.5 68.2 3.5 67.1 103.4
B Pesticides 10 47 27.8
Food&Drink 6.5 54.3 18.6 6.5 54.5 31.8 3.5 68.2 3.5 76.1 112.4
C
Others
Pharmaceutical
10 54.3 18.6 54.3 18.6 31.8 3.5 68.2 3.5 37.4 28.9 House hold
Tooth brush
Total 180.6 244.7
4.4.18 Analisis Dan Pembahasan Penerapan Usulan Tata Letak
Analisis penerapan dilakukan untuk mengetahui hasil perhitungan yang telah dilakukan
dari alternatif layout dan alternatif penempatan produk pada penugasan rak penyimpanan.
Pada alternatif layout yang digunakan adalah penyusunan rak secara horizontal dan vertikal
pada layout gudang. Layout penyusunan rak yang terpilih adalah layout dengan penyusunan
rak secara vertikal. Layout secara vertikal memiliki kelebihan kapasitas rak yang dapat
ditampung gudang lebih banyak sehingga utilitas penggunaan luas untuk penyimpanan rak
akan lebih besar dibandingkan dengan layout dengan posisi penyusunan rak secara
horizontal.
Layout penyusunan secara vertikal juga akan memudahkan alat material handling untuk
mengakses area penyimpanan dari pintu masuk gudang dan pintu keluar gudang. Arah
vertikal membuat alat material handling akan langsung masuk ke dalam aliran atau flow rak
yang ada di gudang sehingga memberikan kemudahan dalam aktivitas penyimpanan maupun
pengambilan produk. Kemudahan akses menjadi faktor pertimbangan dalam pemilihan tata
letak penyusunan rak. Layout dengan arah rak vertikal terhadap pintu masuk dan keluar
memberikan jumlah aisle dan jumlah tikungan atau belokan lebih sedikit dibandingkan
dengan penyusunan rak secara horizontal.
Pada penelitian ini digunakan pembagian wilayah untuk racking system. Setiap produk
yang disimpan dalam gudang memiliki atribut finished goods atau work in process dan setiap
80
FG atau WIP memiliki masing-masing segmentasi. Pengelompokkan yang sudah dilakukan
oleh perusahaan selama ini adalah membagi wilayah untuk produk FG dan WIP, sedangkan
untuk produk ditempatkan pada rak yang masih available. Pada penelitian ini ditambahkan
setelah pengelompokkan sesuai FG dan WIP, area racking dibagi untuk masing-masing
segmentasi FG atu WIP. Pembagian area racking ini dilakukan agar memudahkan aktivitas
penempatan dan pengambilan produk.
Permasalahan pada saat proses pengambilan juga terjadi karena item deadstock atau yang
sudah tidak digunakan lagi masih disimpan wilayah rak yang sama dengan item non-
deadstock atau yang masih diproduksi. Proses pengambilan yang masih manual dari buku
administrasi untuk melihat lokasi penyimpanan rak juga menjadi pemicu untuk memisahkan
antara item deadstock dan non-deadstock. Pada penelitian ini item deadstock yang sudah
tidak digunakan lagi akan ditempatkan terpisah wilayah raknya dengan item non-deadstock
menggunakan dedicated storage policy. Dedicated storage policy dipilih karena item
deadstock memerlukan wilayah tetap tersendiri yang digunakan untuk menyimpan produk.
Pemilihan layout u-shape untuk gudang produk jadi dikarenakan pertimbangan frekuensi
keluar masuknya produk dari gudang menurut data gudang yang setiap jamnya terdapat
produk keluar untuk proses delivery produk. Produk yang datang dari produksi akan masuk
ke gudang melalui pintu, sehingga digunakan dua pintu berbeda untuk incoming product dan
outgoing atau delivery product agar memudahkan aktivitas yang dilakukan selama proses
tersebut. Pemilihan dua pintu yang berbeda untuk incoming dan delivery berpengaruh juga
pada pengawasan pegawai gudang terhadap produk yang keluar dan masuk ke dalam gudang.
Pemilihan lokasi pintu masuk di pojok kiri dikarenakan pada posisi tersebut lebih dekat dari
produksi menuju gudang penyimpanan. Pengawasan produk masuk dan keluar juga
didukung dengan staging area yang berbeda untuk incoming product dan outgoing product.
Tabel 4.32
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Jarak Material Handling CBS Within Aisle Dan Across Aisle
No Sifat
produk Jenis rak
Across aisle
Total
Within aisle
Total Total
jarak dij in
Total
jarak dij
out
Total
jarak dij in
Total jarak
dij out
1. Finished
goods
Selective
racks 192.95 301.85 494.8 181.65 290.565 472.215
2. Work in
process
Selective
racks 109.125 211.035 320.16 105.375 219.765 325.14
3. Finished
goods
Drive-
thru racks 133.775 242.675 376.45 200.325 309.225 509.55
4. Work in
process
Drive-
thru racks 180.585 244.685 425.27 123.39 232.29 355.68
Total jarak 616.435 1000.245 1616.6 610.74 1051.845 1662.58
81
Alternatif penyusunan rak yang terpilih adalah penyusunan rak vertikal terhadap titik
masuk, selanjutnya pada kebijakan CBS dimunculkan alternatif penyimpanan produk untuk
penugasan rak dengan withim aisle dan across aisle. Masing-masing alternatif penempatan
menghasilkan jarak material handling yang harus ditempuh dari rak menuju titik keluar atau
dari titik masuk menuju rak. Jarak material handling yang ditempuh oleh masing-masing
alternatif penempatan within aisle dan across aisle ditunjukkan pada tabel 4.32. Alternatif
CBS dengan within aisle menghasilkan total jarak material handling dari staging area produk
masuk ke rak sebesar 610.74 meter, sedangkan total jarak material handling dari rak ke
staging area produk keluar sebesar 1051.845 meter. Alternatif CBS dengan across aisle
menghasilkan total jarak material handling dari staging area produk masuk ke rak sebesar
616.435 meter, sedangkan total jarak material handling dari rak ke staging area produk
keluar sebesar 1000.245 meter. Total jarak material handling in dan out pada masing-masing
within aisle dan across aisle adalah sebesar 1662.585 meter dan 1616.68 meter. Berdasarkan
total jarak material handling yang dihasilkan total jarak alternatif untuk CBS across aisle
lebih pendek dibandingkan dengan within aisle, sehingga alternatif penugasan rak yang
dipilih adalah class based storage dengan across aisle dengan jarak material handling yang
pendek.
82
Halaman sengaja dikosongkan