bab iv hasil dan pembahasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 ·...

28
39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi yang berdiri pada tahun 1925 merupakan salah satu rumah sakit di Semarang yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang. Rumah sakit ini terletak di Kecamatan Semarang Tengah, tepatnya di Jl. Dr. Sutomo No.16. RSUP Dr. Kariadi menempati areal tanah seluas 210.080 m 2 yang meliputi bangunan rumah sakit dan bangunan kelengkapan lainnya termasuk gedung fakultas kedokteran Universitas Diponegoro. RSUP Dr. Kariadi Semarang merupakan Rumah Sakit terbesar sekaligus berfungsi sebagai Rumah Sakit rujukan bagi wilayah Jawa Tengah. Saat ini RSUP Dr. Kariadi adalah Rumah Sakit kelas A. Secara struktural, RSUP dr. Kariadi merupakan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Kesehatan dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan yang mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan dan upaya lain sesuai kebutuhan. RSUP Dr. Kariadi juga berfungsi sebagai Rumah sakit Pendidikan maupun penelitian bagi dokter, dokter spesialis,dan sub spesialis dari Fakultas Kedokteran UNDIP,dan Institusi Pendidikan lain serta tenaga kesehatan lainnya oleh sebab itu peneliti menggunakan RSUP Dr. Kariadi sebagai tempat penelitian khususnya dibagian Rekam Medik.

Upload: others

Post on 28-Dec-2019

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi yang berdiri pada

tahun 1925 merupakan salah satu rumah sakit di Semarang yang pengelolaannya

dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang. Rumah sakit ini terletak di

Kecamatan Semarang Tengah, tepatnya di Jl. Dr. Sutomo No.16. RSUP Dr.

Kariadi menempati areal tanah seluas 210.080 m2 yang meliputi bangunan rumah

sakit dan bangunan kelengkapan lainnya termasuk gedung fakultas kedokteran

Universitas Diponegoro. RSUP Dr. Kariadi Semarang merupakan Rumah Sakit

terbesar sekaligus berfungsi sebagai Rumah Sakit rujukan bagi wilayah Jawa

Tengah. Saat ini RSUP Dr. Kariadi adalah Rumah Sakit kelas A.

Secara struktural, RSUP dr. Kariadi merupakan Unit Pelaksana Teknis

di Lingkungan Departemen Kesehatan dan bertanggung jawab kepada Direktur

Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan yang mempunyai tugas

menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara

serasi, terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan

pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan dan upaya lain sesuai kebutuhan.

RSUP Dr. Kariadi juga berfungsi sebagai Rumah sakit Pendidikan

maupun penelitian bagi dokter, dokter spesialis,dan sub spesialis dari Fakultas

Kedokteran UNDIP,dan Institusi Pendidikan lain serta tenaga kesehatan lainnya

oleh sebab itu peneliti menggunakan RSUP Dr. Kariadi sebagai tempat penelitian

khususnya dibagian Rekam Medik.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

40

B. Hasil

1. Analisis Deskriptif

Analisis data mencakup variabel usia, paritas, jarak kehamilan,

hipertensi, anemia, riwayat perdarahan, riwayat seksio sesarea dengan

kejadian perdarahan pasca persalinan. Diskripsi masing-masing variabel

berdasarkan kejadian perdarahan pasca persalinan tercantum dalam tabel-

tabel di bawah ini.

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Usia responden dalam penelitian ini berkisar antara 15 tahun sampai 47

tahun dengan rerata 28,70 tahun ± 6,466 tahun. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa rerata usia responden tidak termasuk dalam usia

berisiko. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok usia dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Usia Frekuensi Persentase

Usia aman (20-35 th) 82 78,8 Usia terlalu muda (< 20 th) Usia terlalu tua (> 35 th)

9 13

8,7 12,5

Total 104 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh gambaran bahwa mayoritas responden

termasuk dalam usia aman (20-35 tahun) untuk melahirkan yaitu

sebanyak 82 responden (78,8%) dan hanya 9 responden (8,7%) yang

termasuk usia terlalu muda (< 20 tahun) untuk melahirkan.

Distribusi frekuensi kategori usia antara kasus dan kontrol ditunjukkan

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kategori Usia antara Kasus dan Kontrol

Usia Tidak PPP PPP

Frekuensi % Frekuensi %

usia aman (20-35 th) 41 78,8 41 78,8

terlalu muda (< 20 th) 5 9,6 4 7,7

terlalu tua(> 30 th) 6 11,6 7 13,5

Total 52 100,0 52 100,0

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

41

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada usia aman untuk

melahirkan (20-35 th) yang tidak mengalami perdarahan pasca persalinan

dan yang mengalami perdarahan pasca persalinan sama besarnya yaitu

78,8%.

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas

Paritas responden dalam penelitian ini berkisar antara 1 anak sampai 6

anak dengan rerata 2,36 anak ± 1,321 anak. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa rerata pada paritas responden tidak termasuk dalam paritas

berisiko. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok paritas

dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas

Paritas Frekuensi Persentase Primipara 37 35,6 Multiparitas Grande Multipara

65 2

62,5 1,9

Total 104 100,0

Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar

responden termasuk dalam multiparitas (2-5 anak) sebanyak 65 resonden

(62,5%) dan hanya ada 2 responden (1,9%) yang termasuk grande

multipara (> 5 anak).

Distribusi frekuensi kategori paritas antara kasus dan kontrol dapat dilihat

pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kategori Paritas antara Kasus dan Kontrol

Paritas

Tidak PPP PPP

Frekuensi % Frekuensi %

Primipara (1 anak) 20 38,5 17 32,7

Multiparitas (2-5 anak) 32 61,5 33 63,5

Grande Multipara (> 5 anak) 0 0,0 2 3,8

Total 52 100,0 52 100,0

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

42

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 2 responden pada kelompok

kasus dengan paritas lebih dari 5 (grande multipara) semuanya mengalami

perdarahan pasca persalinan.

c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan responden dalam penelitian ini berkisar antara 0 tahun

sampai 19 tahun dengan rerata 3,293 tahun ± 3,7731 tahun. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa rata-rata responden berada pada jarak kehamilan

yang tidak berisiko. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jarak

kehamilan dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kehamilan

Jarak Kehamilan Frekuensi Persentase Tidak berisiko (> 2th) 93 89,4 Berisiko (≤ 2th) 11 10,6 Total 104 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh gambaran bahwa mayoritas reponden

mempunyai jarak kehamilan lebih dari 2 tahun sebanyak 93 responden

(89,42%).

Distribusi frekuensi jarak kehamilan antara kasus dan kontrol ditunjukkan

pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jarak Kehamilan antara Kasus dan Kontrol

Jarak Kehamilan

Tidak PPP PPP

Frekuensi % Frekuensi %

Jarak 3-19 th 27 51,9 24 46,2

Jarak 0 th 21 40,4 21 40,4

Jarak 1-1,5 th 0 0,0 2 3,8

Jarak 1,6-2 th 4 7,7 5 9,6

Total 52 100,0 52 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa terdapat 2 responden pada

kelompok kasus yang mempunyai jarak kehamilan 1-1,5 tahun seluruhnya

mengalami perdarahan pasca persalinan.

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

43

d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah

Tekanan darah responden dalam penelitian ini berkisar antara 90/60

mmHg sampai 220/110 mmHg dengan rerata 122,33 mmHg ± 19,283

pada sistole sedangkan rerata pada diastole menunjukkan angka 77,07

mmHg ± 10,717. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden

mempunyai tekanan darah dalam batas normal. Distribusi frekuensi

berdasarkan tekanan darah responden dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan

Tabel 4.8.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah (Sistole)

Tekanan Darah Sistole Frekuensi Persentase

Normal (< 120 mmHg) 36 34,6 Prehipertensi (120-139 mmHg) Tahap 1 hipertensi (140-159 mmHg) Tahap 2 hipertensi (≥160 mmHg)

53 7 8

51,0 6,7 7,7

Total 104 100,0

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar

responden mempunyai tekanan darah sistole prehipertensi (120-139

mmHg) sebanyak 53 responden (51%) dan hanya 7 responden (6,7%)

yang termasuk dalam tekanan darah sistole tahap 1 hipertensi (140-159

mmHg).

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah (Diastole)

Tekanan Darah Diastole Frekuensi Persentase

Normal (< 80 mmHg) 52 50,0 Prehipertensi (80-89 mmHg) Tahap 1 hipertensi (90-99 mmHg) Tahap 2 hipertensi (≥100 mmHg)

36 6 10

34,6 5,8 9,6

Total 104 100,0

Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar

responden mempunyai tekanan darah diastole normal (< 80 mmHg) dan

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

44

hanya 6 responden (5,8%) yang termasuk dalam tekanan darah diastole

tahap 1 hipertensi (90-99 mmHg).

Kategori tekanan darah sistole responden antara kasus dan kontrol dapat

dilihat pada Tabel 4.9 dan tekanan darah sistole antara kasus dan kontrol

dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.9 Kategori Sistole antara Kasus dan Kontrol

Tekanan Darah Sistole

Tidak PPP PPP

Frekuensi % Frekuensi %

Normal (< 120 mmHg) 17 32,7 19 36,5

Prehipertensi (120-139 mmHg) 29 55,8 24 46,2

Tahap 1 hipertensi (140-159 mmHg 4 7,7 3 5,8

Tahap 2 hipertensi (≥160 mmHg) 2 3,8 6 11,5

Total 52 100,0 52 100,0

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada sebagian besar responden pada

kelompok kontrol dan kelompok kasus memiliki tekanan sistole 120-139

mmHg (Prehipertensi).

Tabel 4.10 Kategori Diastole antara Kasus dan Kontrol

Tekanan Darah Diastole

Tidak PPP PPP

Frekuensi % Frekuensi %

Normal (< 80 mmHg) 23 44,2 29 55,8

Prehipertensi (80-89 mmHg) 23 44,2 13 25,0

Tahap 1 hipertensi (90-99 mmHg 2 3,8 4 7,7

Tahap 2 hipertensi (≥100 mmHg) 4 7,7 6 11,5

Total 52 100,0 52 100,0

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

dengan perdarahan pasca persalinan memiliki tekanan darah diastole

normal (< 80 mmHg).

e. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Haemoglobin

Kadar haemoglobin (Hb) responden dalam penelitian ini berkisar antara

4,72 gr% sampai 15,60 gr% dengan rerata 11,0414 gr% ± 1,80769 gr%.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

45

Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden mempunyai nilai

Kadar Hb normal. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar Hb

dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Hb

Kadar Hb Frekuensi Persentase Tidak Anemia (≥ 11 gr%) 61 58,7 Anemia Ringan (10-10,9 gr%) Anemia Sedang (7-9,9 gr%) Anemia Berat (< 7 gr%)

17 24 2

16,3 23,1 1,9

Total 104 100,0

Berdasarkan Tabel 4.11 menggambarkan bawah sebagian besar

responden tidak mengalami anemia sebanyak 61 responden (58,65%) dan

hanya 2 responden (1,9%) yang mengalami anemia berat.

Kategori kadar Hb antara kasus (tidak perdarahan pasca persalinan) dan

kontrol (perdarahan pasca persalinan) dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Kategori Hb antara Kasus dan Kontrol

Kadar Hb

Tidak PPP PPP

Frekuensi % Frekuensi %

Tidak Anemia (≥ 11 gr%) 39 75,0 22 42,3

Anemia Ringan (10-10,9 gr%) 9 17,3 8 15,4

Anemia Sedang (7-9,9 gr%) 4 7,7 20 38,5

Anemia Berat (< 7 gr%) 0 0,0 2 3,8

Total 52 100,0 52 100,0

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol mayoritas

responden tidak menderita anemia sebesar 39 (75%) dan pada kelompok

kasus menunjukkan bahwa terdapat 2 responden dengan anemia berat

semuanya mengalami perdarahan pasca persalinan.

f. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Perdarahan

Riwayat perdarahan pasca persalinan antara kasus dan kontrol dapat

dilihat pada Tabel 4.13

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

46

Tabel 4.13 Riwayat PPP antara Kasus dan Kontrol

Riwayat PPP

Tidak PPP PPP

Frekuensi % Frekuensi %

Tidak 52 100,0 50 96,2

Ya 0 0,0 2 3,8

Total 52 100,0 52 100,0

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa 2 responden yang

mempunyai riwayat perdarahan pasca persalinan seluruhnya mengalami

perdarahan pasca persalinan.

Riwayat perdarahan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

perdarahan pasca persalinan. Distribusi frekuensi responden berdasarkan

riwayat perdarahan responden dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Perdarahan

Riwayat Perdarahan Frekuensi Persentase Tidak 102 98,1 Ya 2 1,9 Total 104 100,0

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak

mempunyai riwayat perdarahan pasca persalinan sebanyak 102 responden

(98,1%).

g. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat SC

Riwayat perdarahan pasca persalinan antara kasus dan kontrol dapat

dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Riwayat SC antara Kasus dan Kontrol

Riwayat SC

Tidak PPP PPP

Frekuensi % Frekuensi %

Tidak 51 98,1 48 92,3

Ya 1 1,9 4 7,7

Total 52 100,0 52 100,0

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

47

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol hanya terdapat 1

responden yang memiliki riwayat SC dan pada kelompok kasus terdapat 4

responden yang memiliki riwayat SC.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat SC responden pada

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat SC

Riwayat SC Frekuensi Persentase Tidak 99 95,2 Ya 5 4,8 Total 104 100,0

Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa mayoritas responden tidak

mempunyai riwayat seksio sesarea sebanyak 99 responden (95,19%).

2. Analisis Bivariat

Analisis hubungan faktor risiko dengan kejadian BBLR mencakup

variabel paritas, usia, jarak kehamilan, distensi uterus, hipertensi, anemia,

riwayat perdarahan, riwayat seksio sesarea dengan kejadian perdarahan pasca

persalinan. Hubungan masing-masing variabel tercantum dalam tabel-tabel di

bawah ini :

a. Hubungan antara Paritas dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan

Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan paritas responden yang

terdiri dari primipara, multiparitas dan grande multipara dapat dilihat pada

Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Kejadian PPP Berdasarkan Paritas Responden

No Paritas

PPP Total

Tidak Ya

n % n % n %

1 Primipara 20 54,1 17 45,9 37 100,0

2 Multiparitas 32 49,2 33 50,8 65 100,0

3 Grande Multipara 0 0,0 2 100,0 2 100,0

Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

48

Bedasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa 2 responden yang memiliki

paritas lebih dari 5 (grande multiparitas) seluruhnya mengalami perdarahan

pasca persalinan, pada multiparitas (2-5 anak) 33 dari 65 responden

(50,8%) mengalami perdarahan pasca persalinan.

Analisis hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan pasca

persalinan pada variabel paritas yang sudah dikategorikan menjadi paritas

tidak berisiko dan paritas berisiko dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Hubungan antara Paritas dengan Kejadian PPP

No Paritas

PPP Total

ρ OR Tidak Ya

n % n % n %

1 Tidak Berisiko (≤ 3 anak)

48 60,8 31 39,2 79 100,0

0,000 8,129

2,547-25,949 2 Berisiko (> 3 anak)

4 16,0 21 84,0 25 100,0

Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Hasil analisis hubungan antara paritas dengan kejadian perdarahan

pascapersalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 31 dari 79 (79%) responden

dengan paritas tidak berisiko (≤ 3 anak) mengalami perdarahan pasca

persalinan, sedangkan diantara responden dengan paritas berisiko (> 3

anak) yaitu 21 dari 25 (84%) mengalami perdarahan pasca persalinan.

Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,000 (lebih kecil dari α

0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

paritas dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis

diperoleh pula nilai OR = 8,129 artinya : responden yang termasuk dalam

paritas berisiko mempunyai peluang 8,129 kali mengalami perdarahan

pascapersalinan.

b. Hubungan antara Usia dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan

Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan usia respondendapat

dilihat pada Tabel 4.19.

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

49

Tabel 4.19 Kejadian PPP Berdasarkan Usia Responden

No Usia

PPP Total

Tidak Ya

n % n % n %

1 Usia Aman (20-35 th) 41 50,0 41 50,0 82 100,0

2 Usia Terlalu Muda (<20th) 5 55,6 4 44,4 9 100,0

3 Usia Terlalu Tua (> 35 th) 6 46,2 7 53,8 13 100,0

Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Bedasarkan Tabel 4.19 menunjukkan bahwa 7 dari 13 responden (53,8%)

dengan usia terlalu tua (> 35 tahun) mengalami perdarahan pasca

persalinan dan pada usia aman untuk melahirkan (20-35 tahun) separuhnya

mengalami perdarahan pasca persalinan.

Analisis hubungan antara usia dengan kejadian perdarahan pasca persalinan

yang telah dikategorikan menjadi usia tidak berisiko dan berisiko dapat

dilihat pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20 Hubungan antara Usia dengan Kejadian PPP

No Usia

PPP Total

ρ OR Tidak Ya

n % n % n %

1 Tidak Berisiko (20th-35th)

41 50,0 41 50,0 82 100,0

1,000 1,000

0,390-2,563 2 Berisiko (<20th dan > 35 th)

11 50,0 11 50,0 22 100,0

Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Hasil analisis hubungan antara usia dengan kejadian perdarahan

pascapersalinan sebagian (50%) responden tidak termasuk dalam usia

berisiko mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik Chi

Square diperoleh nilai p = 1,000 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan

kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

50

OR = 1,000 yang artinya : usia bukan merupakan faktor risiko terjadinya

perdarahan pasca persalinan .

c. Hubungan antara Jarak Kehamilan dengan Perdarahan Pascapersalinan

Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan jarak kehamilan dapat

dilihat pada Tabel 4.21. jarak persalinan dibagi menjadi jarak kehamilan

lebih dari 3 tahun, responden yang baru pertama kali melahirkan (0 tahun),

jarak kehamilan 1-1,5 tahun dan jarak kehamilan lebih dari 1,5-2 tahun.

Tabel 4.21 Kejadian PPP Berdasarkan Jarak Kehamilan Responden

No Jarak Kehamilan

PPP Total

Tidak Ya

n % n % n %

1 > 3 th 27 52,9 24 47,1 51 100,0

2 0 th 21 50,0 21 50,0 42 100,0

2 1-1,5 th 0 0,0 2 100,0 2 100,0

3 ˃ 1,5 – 2 th 4 44,4 5 55,6 9 100,0

Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Tabel 4.21 menunjukkan bahwa responden yang memiliki jarak kehamilan

1-1,5 tahun antara anak yang akan dilahirkan dengan anak sebelumnya

seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan dan perdarahan pasca

persalinan terjadi sebesar 55,6% pada responden yang memiliki jarak

kehamilan lebih dari 1,5-2 tahun.

Analisis hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian perdarahan

pasca persalinan dapat dilihat pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22 Hubungan antara Jarak Kehamilan dengan Kejadian PPP

No Jarak Kehamilan

PPP Total

ρ OR Tidak Ya

n % n % n %

1 Tidak Berisiko (> 2 th) 27 52,9 24 47,1 51 100,0

0,508 1,969

0,512-7,563 2

Berisiko (≤ 2 th)

4 36,4 7 63,6 11 100,0

Total 31 50,0 31 50,0 62 100,0

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

51

Hasil analisis hubungan antara jarak kehamilan pada multiparitas dan

grande multipara dengan kejadian perdarahan pasca persalinan diperoleh

bahwa ada sebanyak 24 dari 51 (47,1%) responden termasuk dalam

kategori tidak berisiko (jarak kehamilan > 2 tahun) mengalami perdarahan

pasca persalinan, sedangkan diantara responden yang berisiko (jarak

kehamilan ≤ dari 2 tahun) yaitu 7 dari 11 (63,6%) responden mengalami

perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p

= 0,508 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian

perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,969

artinya : responden mempunyai jarak kehamilan ≤ 2 tahun mempunyai

peluang 1,969 kali mengalami perdarahan pasca persalinan.

d. Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan

Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan tekanan darah

responden yang dibagi menjadi 4 klasifikasi tekanan darah orang dewasa

yang dibagi menjadi tekanan darah normal, prehipertensi, tahap 1

hipertensi dan tahap 2 hipertensi dapat dilihat pada Tabel 4.23 (Kejadian

PPP berdasarkan tekanan darah sistole responden) dan Tabel 4.24

(Kejadian PPP berdasarkan tekanan darah diastole responden).

Tabel 4.23 Kejadian PPP Berdasarkan Sistole Responden

No Tekanan Darah

PPP Total

Tidak Ya

n % n % n %

1 Normal (< 120 mmHg) 17 47,2 19 52,8 36 100,0

2 Prehipertensi (120-139 mmHg) 29 54,7 24 45,3 53 100,0

3 Tahap 1 Hipertensi (140-159 mmHg) 4 57,1 3 42,9 7 100,0

4 Tahap 2 Hiperetensi (≥ 160 mmHg) 2 25,0 6 75,0 8 100,0

Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

52

Berdasarkan Tabel 4.23 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki

tekanan darah sistole ≥ 160 mmHg (Tahap 2 hipertensi) 6 dari 8 (75%)

responden mengalami perdarahan pasca persalinan.

Tabel 4. 24 Kejadian PPP Berdasarkan Diastole Responden

No Tekanan Darah

PPP Total

Tidak Ya

n % n % n %

1 Normal (< 80 mmHg) 23 44,2 29 55,8 52 100,0

2 Prehipertensi (80-89 mmHg) 23 63,9 13 36,1 36 100,0

3 Tahap 1 Hipertensi (90-99 mmHg) 2 33,3 4 66,7 6 100,0

4 Tahap 2 Hiperetensi (≥ 100 mmHg) 4 40,0 6 60,0 10 100,0

Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Tabel 4.24 menunjukkan bahwa responden yang memiliki tekanan darah

diastole 90-99 mmHg (tahap 1 hipertensi) 4 dari 6 (66,7%) responden

mengalami perdarahan pasca persalinan.

Analisis hubungan antara hipertensi dengan kejadian perdarahan pasca

persalinan setelah dikategorikan menjadi tidak hipertensi dan hipertensi

dapat dilihat pada Tabel 4.25.

Tabel 4.25 Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian PPP

No Tekanan Darah

PPP Total

ρ OR Tidak Ya

n % n % n %

1 Tidak Hipertensi (< 140/90 mmHg)

46 51,7 43 48,3 89 100,0

0,577 1,605

0,527-4,886 2 Hipertensi (≥ 140/90 mmHg)

6 40,0 9 60,0 15 100,0

Total 52 50 52 50 104 100,0

Hasil analisis hubungan antara hipertensi dengan kejadian perdarahan

pasca persalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 43 dari 89 (48,3%)

responden yang tidak hipertensi mengalami perdarahan pasca persalinan.

Sedangkan diantara responden yang mengalami hipertensi yaitu 9 dari 15

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

53

(50%) responden mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil uji

statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,577 (lebih besar dari α 0,05) maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

hipertensi dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis

diperoleh pula nilai OR = 1,605 artinya : responden yang mengalami

hipertensi mempunyai peluang 1,605 kali mengalami perdarahan pasca

persalinan.

e. Hubungan antara Anemia dengan Perdarahan Pasca Persalinan

Kejadian perdarahan pasca persalinan berdasarkan kadar Hb dapat dilihat

pada Tabel 4.26.

Tabel 4.26 Kejadian PPP Berdasarkan Kadar Hb Responden

No Kadar Hb

PPP Total

Tidak Ya

n % n % n %

1 Tidak Anemia (≥ 11 gr%) 39 63,9 22 36,1 61 100,0

2 Anemia Ringan (10-10,9 gr%) 9 52,9 8 47,1 17 100,0

3 Anemia Sedang (7-9,9 gr%) 4 33,3 20 83,3 24 100,0

4 Anemia Berat (< 7 gr%) 0 100,0 2 100,0 2 100,0

Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Tabel 4.26 menunjukkan bahwa 2 responden dengan anemia berat

seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan dan perdarahan pasca

persalinan terjadi pada 20 dari 24 (83,3%) responden dengan kadar Hb 7-

9,9 gr% (anemia sedang).

Analisis hubungan antara kadar Hb (anemia) dengan kejadian perdarahan

pasca persalinan setelah dikategorikan tidak anemia (≥ 11 gr%) dan anemia

(< 7 gr%) dapat dilihat pada Tabel 4.27.

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

54

Tabel 4.27 Hubungan antara Anemia dengan Kejadian PPP

No Kadar Hb

PPP Total

ρ OR Tidak Ya

n % n % n %

1 Tidak Anemia (≥ 11 gr%)

39 63,9 22 36,1 61 100,0

0,001 4,091

1,776-9,426 2 Anemia (< 11 gr%)

13 30,2 30 69,8 43 100,0

Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Hasil analisis hubungan anemia dengan kejadian perdarahan

pasca persalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 22 dari 61 (36,1%)

responden yang tidak anemia mengalami perdarahan pasca persalinan,

sedangkan diantara responden yang anemia yaitu 30 dari 43 (69,8%)

responden mengalami perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik chi

square diperoleh nilai p = 0,001 (lebih kecil dari α 0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara anemia dengan

kejadian perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai

OR = 4,091 artinya : responden anemia mempunyai peluang 4,091 kali

mengalami perdarahan pasca persalinan.

f. Hubungan antara Riwayat Perdarahan dengan Perdarahan Pasca Persalinan

Analisis hubungan antara riwayat perdarahan dengan kejadian perdarahan

pasca persalinan dapat dilihat pada Tabel 4.28.

Tabel 4.28 Hubungan antara Riwayat Perdarahan dengan Kejadian PPP

No Riwayat

Perdarahan

PPP Total

ρ OR Tidak Ya

n % n % n %

1 Tidak 52 51 50 49 102 100

0,495 0,490

0,402-0,597 2 Ya 0 0 2 100 2 100

Total 52 50 52 50 104 100

Hasil analisis hubungan antara riwayat perdarahan dengan

kejadian perdarahan pasca persalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 50

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

55

dari 102 (49%) responden yang tidak memiliki riwayat perdarahan

mengalami perdarahan pasca persalinan dan 2 responden (100%) yang

memiliki riwayat perdarahan seluruhnya mengalami perdarahan pasca

persalinan. Hasil uji statistik Fisher Exact diperoleh nilai p = 0,495 (lebih

besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara riwayat perdarahan dengan kejadian perdarahan pasca

persalinan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,490 artinya :

riwayat perdarahan merupakan faktor protektif dari faktor risiko

perdarahan pasca persalinan.

g. Hubungan antara Riwayat Seksio Sesarea dengan Perdarahan Pasca

Persalinan

Analisis hubungan antara riwayat SC dengan kejadian perdarahan pasca

persalinan dapat dilihat pada Tabel 4.29.

Tabel 4.29 Hubungan antara Riwayat SC dengan Kejadian PPP

No Riwayat SC

PPP Total

ρ OR Tidak Ya

n % n % n %

1 Tidak 51 51,5 48 48,5 99 100

0,363 4,250

0,459-39,385 2 Ya 1 20 4 80 5 100

Total 52 50 52 50 104 100

Hasil analisis hubungan antara riwayat SC dengan kejadian

perdarahan pasca persalinan diperoleh bahwa ada sebanyak 48 dari 99

(48,5%) responden yang tidak mempunyai riwayat SC mengalami

perdarahan pasca persalinan, sedangkan diantara responden yang

mempunyai riwayat SC yaitu 4 dari 5 (80%) responden mengalami

perdarahan pasca persalinan. Hasil uji statistik Fisher Exact diperoleh nilai

p = 0,363 (lebih besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara riwayat SC dengan kejadian

perdarahan pasca persalinan. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 4,250

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

56

artinya : responden dengan riwayat SC mempunyai peluang 4,250 kali

mengalami perdarahan pasca persalinan.

3. Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil uji bivariat terdapat 2 variabel yang memiliki

hubungan signifikan dengan perdarahan pasca persalinan, variabel tersebut

adalah paritas dan anemia yang kemudian akan dianalisis secara multivariat.

Analisis multivariat ditujukan untuk mengestimasi hubungan antara paritas

dan anemia terhadap kejadian perdarahan pasca persalinan. Analisis yang

digunakan adalah regresi logistik multivariat dengan tingkat kepercayaan

95% (95% CI).

a. Regresi logistik multivariat hubungan paritas dan anemia dengan

perdarahan pasca persalinan

1) Pemilihan variabel kandidat

Pemilihan covariat yang akan diikutsertakan dalam analisa

multivariat melalui seleksi pada analisis bivariat dengan uji regresi

logistik sederhana. Kandidat ditentukan berdasarkan variabel yang

memiliki nilai p < 0,25. Setelah dilakukan uji regresi logistik

sederhana diperoleh variabel yang memenuhi syarat nilai p < 0,25

yaitu variabel paritas dan variabel anemia setelah diuji regresi

logistik multivariat hasil dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.30 Hasil pemilihan variabel kandidat yang akan diikutkan

dalam analisis multivariat

No Variabel Wald p keterangan 1. Paritas 12,520 0,000 (+) 2. Anemia 10,943 0,001 (+)

Keterangan :

(-) Variabel yang tidak diikutsertakan dalam analisis multivariat

(+) Variabel yang diikutsertakan dalam analisis multivariat

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

57

2) Analisis hubungan antara variabel (collinearity)

Analisis ini digunakan untuk menilai kemungkinan adanya

hubungan collinearity antara variabel independen. Jika terdapat nilai

Correlation Coefficient (r) > 0,8 artinya terdapat variabel independen

berhubungan koliner dengan variabel independen lainnya, maka

variabel tidak masuk kandidat model dalam analisis multivariat.

Setelah dilakukan uji collinearitas, ternyata tidak terdapat hubungan

antar variabel paritas dan variabel anemia dengan nilai r = -0,015

lebih kecil dari r = 0,8.

3) Penilaian interaksi

Pada tahapan ini dilakukan uji regresi logistik multivariat

dengan variabel utama (perdarahan pasca persalinan) dan covariat

(variabel anemia dan paritas). Jika nilai p variabel interaksi antar

variabel tidak signifikan (p > 0,05) maka dikeluarkan dari model.

Dari hasil uji variabel anemia diperoleh p-value 0,000 dan pada

variabel paritas diperoleh p-value 0,000, nilai dari masing-masing

variabel lebih besar dari 0,05 sehingga signifikan dan diikutsertakan

dalam model. Interaksi paritas dan anemia memiliki p-value = 0,441

(p > 0,05) sehingga model tanpa variabel interaksi.

4) Regresi Logistik Multivariat

Hasil uji regresi logistik multivariat pada kandidat variabel yang

terpilih dapat dilihat pada Tabel 4.29.

Tabel 4.31 Uji Regresi Logistik Multivariat B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

kat_Hb 1.717 .478 12.897 1 .000 5.567

kat_paritas 2.415 .636 14.415 1 .000 11.195

Constant -1.220 .343 12.634 1 .000 .295

a. Variable(s) entered on step 1: kat_Hb, kat_paritas.

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

58

Berdasarkan tabel 4.29 dapat dilihat bahwa hasil analisis

regresi logistik pada variabel anemia diperoleh p-value = 0,000 (p-

value lebih kecil dari α 0,05) maka kesimpulannya ada hubungan

antara anemia dengan perdarahan pasca persalinan. Dari hasil uji juga

diperoleh OR 5,567 yang artinya responden dengan anemia

mempunyai peluang terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar

5,567 kali dibandingkan dengan responden yang tidak anemia.

Variabel anemia mempunyai nilai B sebesar 1,717 dan Wald 12,897.

Hasil analisis regresi logistik pada variabel paritas

diperoleh p-value = 0,000 (p-value lebih kecil dari α 0,05), maka

kesimpulannya ada hubungan antara paritas dengan perdarahan pasca

persalinan. Dari hasil tabel juga diperoleh OR 11,195 yang artinya

responden dengan paritas berisiko (> 3 anak) mempunyai peluang.

terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 11,195 kali

dibandingkan dengan responden dengan paritas tidak berisiko (≤ 3

anak). Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor paritas inilah yang

paling mempengaruhi kejadian perdarahan pasca persalinan. Variabel

paritas mempunyai nilai B 2,415 dan Wald 14.415.

Logit perdarahan pasca persalinan berdasarkan Tabel 4.29 yaitu :

Logit (PPP) = -1,220 + 2,415 kat_paritas + 1,717 kat_Hb artinya jika

responden mempunyai paritas berisiko dan anemia maka responden

memiliki peluang 2,912 untuk terjadinya perdarahan pasca

persalinan.

Berdasarkan rumus P (Z) = 1 maka

1 + e-(β0+β1Kat_paritas+β2Kat_anemia)

dapat disimpulkan bahwa:

a) Jika responden tidak anemia dan tidak memiliki paritas yang

berisiko maka responden memiliki peluang terjadinya perdarahan

pasca persalinan sebesar 22,79%.

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

59

b) Jika responden anemia dan tidak memiliki paritas berisiko maka

responden memiliki peluang terjadinya perdarahan pasca

persalinan sebesar 64,49%.

c) Jika responden tidak anemia tetapi responden termasuk dalam

paritas berisiko maka responden memiliki peluang terjadinya

perdarahan pasca persalinan sebesar 76,76%.

d) Jika responden anemia dan termasuk dalam paritas berisiko maka

responden memiliki peluang terjadinya perdarahan pasca

persalinan sebesar 94,84%.

C. Pembahasan

1. Hubungan Anemia dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,001 (lebih kecil

dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara anemia dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari hasil

analisis diperoleh pula nilai OR = 4,091 artinya : responden anemia

mempunyai peluang 4,091 kali mengalami perdarahan pasca persalinan.

Kejadian perdarahan pasca persalinan di RSUP Dr. Kariadi berdasarkan

kadar Hb responden menunjukkan hasil bahwa responden dengan kadar Hb

< 7 gr% (anemia berat) seluruhnya mengalami perdarahan pasca persalinan

dan perdarahan pasca persalinan terjadi pada responden dengan kadar Hb 7-

9,9 gr% (anemia sedang) sebanyak 83,3%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

di RSUD Rokan Hulu pada tahun 2010 yang menunjukkan hasil bahwa

terdapat hubungan antara kadar Hb dengan kejadian pasca persalinan

primer.21 Ibu anemia memiliki risiko 2,9 kali lebih besar terhadap kejadian

perdarahan pasca persalinan.15 Penelitian yang dilakukan di Tanzania pada

tahun 2008 juga menunjukkan hasil bahwa keparahan anemia pada ibu

sangat berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah saat melahirkan

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

60

dan anemia secara signifikan menyebabkan kehilangan darah yang lebih

besar dibandingkan ibu yang tidak anemia.16

Hal ini dikarenakan kondisi kurangnya sel darah merah yang

ditandai dengan rendahnya kadar Hb, membuat proses oksigenasi ke rahim

atau janin jadi tidak lancar. Padahal kadar Hb inilah yang menentukan

jumlah oksigen yang diangkut oleh darah. Pada ibu hamil yang anemia

dengan Hb di bawah 10 risiko terjadi perdarahan akibat hipotoni ataupun

atonia besar sekali, sekitar 20-25 persen.18

Anemia juga berkaitan dengan debilitas yang merupakan

penyebab langsung atonia uterus.13 Hal ini dikarenakan anemia dapat

melemahkan kekuatan otot rahim sehingga anemia berkontribusi terhadap

perdarahan pasca persalinan.16 Hal yang sama diungkapkan oleh Sarwono

bahwa pengaruh anemia kehamilan pada masa nifas adalah perdarahan

postpartum karena atonia uteri.7

2. Hubungan Paritas dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan

Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,000 (lebih kecil

dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara paritas dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari hasil

analisis diperoleh pula nilai OR = 8,129 artinya : responden yang termasuk

dalam paritas berisiko mempunyai peluang 8,129 kali mengalami perdarahan

pascapersalinan. Kejadian perdarahan pasca persalinan di RSUP Dr. Kariadi

berdasarkan paritas responden menunjukkan hasil bahwa responden dengan

paritas lebih dari 5 (grandemultipara) seluruhnya mengalami perdarahan

pasca persalinan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Babinszki, dkk

(1999) melaporkan insiden perdarahan postpartum sebesar 0,3 persen pada

wanita dengan paritas rendah, tetapi 1,9 persen pada mereka dengan para 4

atau lebih.17 Lebih tinggi paritas, lebih tinggi pula kematian maternalnya,

salah satunya diakibat oleh perdarahan pasca persalinan.7 Hal ini

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

61

dikarenakan ibu yang pernah melahirkan sebanyak lima kali atau lebih,

mengalami peningkatan risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan

dikarenakan pada setiap kehamilan, jaringan fibrosa menggantikan serat otot

di dalam uterus, hal ini akan menurunkan kontraktilitas uterus dan pembuluh

darah menjadi lebih sulit dikompresi.13 Paritas tinggi juga akan

mempengaruhi keadaan uterus ibu, karena semakin sering ibu melahirkan

dapat mempengaruhi kekuatan kontraksi rahim, sehingga menyebabkan

terjadinya perdarahan pasca persalinan.14

3. Hubungan Usia dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan

Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 1,000 (lebih besar

dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara usia dengan kejadian perdarahan pasca persalinan. Dari

hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,000 artinya : usia bukan merupakan

faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan.

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di

RSUD Majene pada tahun 2013 juga menunjukkan hasil bahwa umur < 20

tahun dan > 35 tahun memiliki risiko 3,1 kali besar dibandingkan dengan ibu

yang berusia 20-35 tahun.15Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan di Ruang Delima RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung

pada Tahun 2009 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia

dengan kejadian perdarahan pasca persalinan.26 Hal ini dikarenakan rata-rata

usia responden dalam penelitian ini adalah 28,70 tahun, usia tersebut tidak

termasuk dalam usia berisko terjadinya perdarahan pasca persalinan dan

dapat dikatakan bahwa ibu dengan usia tersebut sudah matang dalam faktor

fisik (fungsi rahim) dan mental untuk menghadapi persalinan dan mengambil

perannya sebagai seorang ibu.14 Kejadian perdarahan pasca persalinan di

RSUP Dr. Kariadi berdasarkan usia responden menunjukkan hasil bahwa

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

62

responden dengan usia lebih dari 35 tahun (terlalu tua) mengalami

perdarahan pasca persalinan sebesar 53,8%.

4. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Perdarahan Pasca

Persalinan

Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,508 (lebih besar

dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian perdarahan pasca

persalinan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,969 artinya :

responden mempunyai jarak kehamilan ≤ 2 tahun mempunyai peluang 1,969

kali mengalami perdarahan pasca persalinan.

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di

Rumah Bersalin Kasih Ibu Pekalongan pada tahun 2004 menunjukkan hasil

bahwa ada hubungan jarak lahir (jarak < 2 tahun) dengan perdarahan pasca

persalinan dan memiliki risiko 2,82 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu

yang memiliki jarak lahir > 2 tahun.29Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan di RSUD dr. H. Soewondo pada tahun 2004 yang

menunjukkan hasil bahwa jarak persalinan tidak mempunyai hubungan

bermakna dengan kejadian perdarahan pasca persalinan.30

Penelitian yang dilakukan peneliti tidak ada hubungan yang

signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian perdarahan pasca

persalinan namun jarak kehamilan yang berisiko mempunyai peluang 1,867

kali mengalami perdarahan pasca persalinan. Hal ini dikarenakan rata-rata

jarak kehamilan responden tidak termasuk dalam jarak kehamilan yang

berisiko yaitu 3,293 tahun. Jarak kehamilan 36 tahun atau 3 tahun merupakan

jarak kehamilan yang optimal karena rahim ibu sudah dalam keadaan pulih

kembali.14 Walaupun jarak kehamilan tidak menunjukkan hubungan yang

signifikan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan tetapi kejadian

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

63

perdarahan pasca persalinan 100% terjadi pada responden yang memiliki

jarak kehamilan 1-1,5 tahun.

5. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Perdarahan Pasca Persalinan

Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,577 (lebih besar

dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara hipertensi dengan kejadian perdarahan pasca persalinan.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,605 artinya : responden yang

mengalami hipertensi mempunyai peluang 1,605 kali mengalami perdarahan

pasca persalinan.

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di

Ruang Delima RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung pada Tahun

2009 menunjukkan hasil bahwa hipertensi (preeklampsia atau eklampsia)

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian perdarahan pasca

persalinan.26Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RSUD

Sukadana Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2010-2011 yang

menunjukkan hasil bahwa hipertensi (pre eklampsia atau eklampsia) tidak

terbukti bermakna dengan perdarahan pasca persalinan.19 Walaupun

penelitian yang dilakukan peneliti tidak ada hubungan yang signifikan antara

hipertensi dengan kejadian perdarahan pasca persalinan namum hipertensi

mempunyai peluang 1,605 kali mengalami perdarahan pasca persalinan. Hal

ini disebabkan karena rata-rata responden penelitian tidak menderita

hipertensi dengan rerata sistole 122,33 mmHg dan diastole 77,07 mmHg,

sehingga kecil kemungkinan gangguan pembekuan darah terjadi. Kejadian

perdarahan pasca persalinan di RSUP Dr. Kariadi menunjukkan bahwa

responden dengan tekanan darah sistole ≥ 160 mmHg (tahap 2 hipertensi)

mengalami perdarahan pasca persalinan sebesar 75% dan perdarahan pasca

persalinan terjadi pada responden dengan tekanan darah diastole 90-99

mmHg (tahap 1 hipertensi) sebanyak 66,7%.

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

64

6. Hubungan Riwayat Perdarahan dengan Kejadian Perdarahan Pasca

Persalinan

Hasil uji statistik Fisher Exact diperoleh nilai p = 0,495 (lebih

besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara riwayat perdarahan dengan kejadian perdarahan pasca

persalinan. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,490 artinya :

riwayat perdarahan merupakan faktor protektif dari faktor risiko perdarahan

pasca persalinan.

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di di

RSUD Majene tahun 2013 menunjukkan hasil bahwa ibu yang memiliki

riwayat persalinan buruk memiliki risiko 3,1 kali lebih besar untuk

mengalami perdarahan pasca persalinan dibandingkan dengan ibu yang tidak

memiliki riwayat persalinan buruk.15 Hasil yang sama menunjukkan terdapat

hubungan yang signifikan antara riwayat perdarahan pasca persalinan dengan

kejadian perdarahan pasca persalinan di RSIA Bunda Arif Purwokerto tahun

2011.28Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD

Dr. Syaiful Anwar Malang pada tahun 2011 menunjukkan hasil bahwa

riwayat persalinan buruk tidak mempengaruhi kejadian perdarahan pasca

persalinan.31

Penelitian yang dilakukan tidak ada hubungan yang signifikan

antara riwayat perdarahan dengan kejadian perdarahan pasca persalinan dan

riwayat perdarahan hanya merupakan faktor protektif tetapi dari hasil

penelitian didapatkan hasil bahwa responden yang mempunyai riwayat

perdarahan seluruhnya (100%) mengalami perdarahan pasca persalinan. Hal

ini dikarenakan riwayat perdarahan pasca persalinan memiliki risiko untuk

kambuh kembali pada kehamilan berikutnya.13

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

65

7. Hubungan Riwayat Seksio Sesarea dengan Kejadian Perdarahan Pasca

Persalinan

Hasil uji statistik Fisher Exact diperoleh nilai p = 0,363 (lebih

besar dari α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara riwayat SC dengan kejadian perdarahan pasca persalinan,

tetapi dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 4,250 artinya : responden

dengan riwayat SC mempunyai peluang 4,250 kali lebih besar mengalami

perdarahan pasca persalinan dibandingkan dengan responden yang tidak

memiliki riwayat SC.

Penelitian tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSUD

Kraton Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 yang menunjukkan bahwa

ada hubungan antara riwayat seksio sesarea dengan kejadian perdarahan

perdarahan pasca persalinan.32 Walaupun penelitian yang dilakukan peneliti

tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat SC dengan kejadian

perdarahan pasca persalinan namum riwayat SC mempunyai peluang 4,250

kali mengalami perdarahan pasca persalinan. Perdarahan pasca persalinan

khususnya yang dikarenakan retensio plasenta (plasenta akreta, inkreta dan

perkreta) terjadi pada seperempat pasien yang pernah menjalani seksio

sesarea.18Hal ini juga dikarena mayoritas responden di RSUP Dr. Kariadi

tidak mempunyai riwayat SC sebanyak 99 responden (95,19%) dan sebanyak

(80%) yang mempunyai riwayat SC mengalami perdarahan pasca persalinan.

8. Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap Kejadian Perdarahan Pasca

Persalinan

Hasil analisis regresi logistik pada variabel anemia diperoleh p-

value = 0,000 (p-value lebih kecil dari α 0,05) maka kesimpulannya ada

hubungan antara anemia dengan perdarahan pasca persalinan. Dari hasil uji

juga diperoleh OR 5,567 yang artinya responden dengan anemia mempunyai

peluang terjadinya perdarahan pasca persalinan sebesar 5,567 kali

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum

66

dibandingkan dengan responden yang tidak anemia. Pada variabel anemia

hasil uji multivariat nilai OR meningkat bila dibandingkan dengan nilai OR

pada uji bivariat (OR multivariat 5,567 sedangkan OR bivariat 4,091).

Hasil analisis regresi logistik pada variabel paritas diperoleh p-

value = 0,000 (p-value lebih kecil dari α 0,05), maka kesimpulannya ada

hubungan antara paritas dengan perdarahan pasca persalinan. Dari hasil uji

juga diperoleh nilai OR 11,195) yang artinya responden dengan paritas

berisiko (> 3 anak) mempunyai peluang. terjadinya perdarahan pasca

persalinan sebesar 11,195 kali dibandingkan dengan responden dengan

paritas tidak berisiko (≤ 3 anak). Pada variabel paritas hasil uji multivariat

nilai OR meningkat bila dibandingkan dengan nilai OR pada uji bivariat (OR

multivariat 11,195 sedangkan OR bivariat 8,129). Dari hasil uji multivariat

maka dapat disimpulkan bahwa faktor paritas inilah yang paling

mempengaruhi kejadian perdarahan pasca persalinan karena memiliki nilai

OR tertinggi bila dibandingkan dengan variabel anemia.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini meneliti tentang perdarahan pasca persalinan yang

sebenarnya masih bersifat umum karena perdarahan pasca persalinan bukan

merupakan suatu diagnosa sehingga diagnosa perdarahan pasca persalinan

yang peneliti gunakan dibatasi pada diagnosa atonia uteri, retensio plasenta,

sisa plasenta atau plasenta restan, laserasi jalan lahir, hematoma dan

pembekuan darah. Jadi masih ada diagnosa lain yang dapat menyebabkan

perdarahan pasca masih belum diikutsertakan dalam penelitian ini.