bab iv gambaran umum kecamatan...

31
BAB IV GAMBARAN UMUM KECAMATAN TILONGKABILA 4.1. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Tilongkabila merupakan merupakan salah satu dari 17 kecamatan di Kabupaten Bone Bolango, kecamatan ini terletak pada 1,30’ Lintang Utara, 1° Lintang Selatan , 121° Bujur Timur, 123° 30° Bujur Barat dan terdiri 14 Desa setelah pemekaran. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Tilongkabila antara lain sebagai berikut : a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Bulango Timur. b. Sebelah Timur dengan Kecamatan Suwawa. c. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Kabila. d. Sebelah Barat dengan Kota Gorontalo. Melihat dari kondisi georafis yang ada bahwa Kecamatan Tilongkabila merupakan salah satu kecamatan penghasil beras ke dua terbesar di Kabupaten Bone Bolango. Karena mempunyai potensi lahan padi sawah yang luas serta iklim mendukung untuk budidaya usahatani padi sawah.Sehingga pemerintah Kabupaten Bone Bolango memberikan perhatian dan bantuan kepada petani padi sawah di Kecamatan Tilongkabila. Kecamatan Tilongkabila merupakan bagian Timur dari Kabupaten Bone Bolango 16,2 Km sebelah Barat Daya Kota Gorontalo. Secara geografis, luas Kecamatan Tilongkabila 79,74 Km² atau 4,02 % dari luas Kabupaten Bone Bolango.Desa terluas adalah Desa Motilango, Dilihat dari morfologi permukaan bumi, yang terluas adalah daerah pegunungan, dan dataran rendah.Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Upload: dangdung

Post on 30-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV

GAMBARAN UMUM KECAMATAN TILONGKABILA

4.1. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah

Kecamatan Tilongkabila merupakan merupakan salah satu dari 17

kecamatan di Kabupaten Bone Bolango, kecamatan ini terletak pada 1,30’ Lintang

Utara, 1° Lintang Selatan , 121° Bujur Timur, 123° 30° Bujur Barat dan terdiri 14

Desa setelah pemekaran. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Tilongkabila

antara lain sebagai berikut :

a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Bulango Timur.

b. Sebelah Timur dengan Kecamatan Suwawa.

c. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Kabila.

d. Sebelah Barat dengan Kota Gorontalo.

Melihat dari kondisi georafis yang ada bahwa Kecamatan Tilongkabila

merupakan salah satu kecamatan penghasil beras ke dua terbesar di Kabupaten

Bone Bolango. Karena mempunyai potensi lahan padi sawah yang luas serta

iklim mendukung untuk budidaya usahatani padi sawah.Sehingga pemerintah

Kabupaten Bone Bolango memberikan perhatian dan bantuan kepada petani padi

sawah di Kecamatan Tilongkabila.

Kecamatan Tilongkabila merupakan bagian Timur dari Kabupaten Bone

Bolango 16,2 Km sebelah Barat Daya Kota Gorontalo. Secara geografis, luas

Kecamatan Tilongkabila 79,74 Km² atau 4,02 % dari luas Kabupaten Bone

Bolango.Desa terluas adalah Desa Motilango, Dilihat dari morfologi permukaan

bumi, yang terluas adalah daerah pegunungan, dan dataran rendah.Hal ini dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Daerah dan Persentase Terhadap Kecamatan Diperinci Per

Desa/Kelurahan Tahun 2010

Desa/Kelurahan

Luas (Km²)

Persentase (%)

Toto Utara 0,6 0,76

Tamboo 1,08 1,35

Bongoime 8,3 10,41

Bongopini 6,56 8,23

Moutong 1,83 2,29

Tunggulo 4,28 5,37

Lonuo 10,05 12,60

Motilango 39,92 50,06

Iloheluma 2,62 3,29

Pertama 0,44 0,55

Butu 0,72 0,90

Tunggulo Selatan 1,82 2,28

Berlian 0,65 0,82

Bongohulawa 0,87 1,09

Jumlah 79,74 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango, 2010

Tabel 4. Terlihat bahwa Kecamtan Tilongkabila yang memiliki wilayah

paling luas adalah Desa Motilango dengan luas 39,92km² (50,06%). Sedangkan

Desa yang terkecil wilayahnya adalah Desa Toto Utara dengan luas hanya 0,6 km²

(0,76%).

4.2. Topografi dan Jenis Tanah

Topografi wilayah Kecamatan Tilongkabila dengan ketinggian dari

permukaan laut antara 0-500 meter diantaranyaterdapat 3 sungai yakni Tilanta

(Desa Moutong), Peyapata (Desa Tunggulo), Batuwapadu (Desa Butu) dan satu

Gunung yakni Paaya di Desa Butu.

Jenis tanah umumnya bervariasi antara lain, Aluvial, Grumusol, Andosol,

Latosol, Podsolik dan Litosol. Berdasarkan sifat-sifatnya, tanah-tanah ini

mempunyai kemampuan lahan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi. Melihat

kondisi tanah yang ada, maka kebanyakan tanah di Kecamatan Tilongkabila

Kabupaten Bone Bolango dapat dibudidayakan komoditi pertanian, kecuali yang

diklasifikasikan sebagai Litosol, walaupun sebagaian diantaranya memerlukan

pemeliharaan yang efektif dengan adanya kendala-kendala yang dihadapi.

Pembatas uatama bagi pengembangan usahatani padi sawah adalah faktor kondisi

lereng (Bappeda Bone Bolango, 2012).Potensi lahan usahatani padi sawah di

Kecamatan Tilongkabila dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Potensi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Tilongkabila Tahun

2010

Desa/Keluharan

Potensi

Luas

Sawah (Ha)

Diolah (Ha)

Sawah

(PU)

Sawah

Non PU

Jumlah

Toto Utara 116,8 116,8 - 116,8

Tamboo 80,8 79,50 1,30 80,8

Bongoime 115,70 115,70 - 115,70

Bongopini 110,6 101,00 9,60 110,6

Moutong 16,10 16,10 - 16,10

Tunggulo 8,30 - 8,30 8,30

Lonuo 2,00 - 2,00 2,00

Motilango 34,40 34,40 - 34,40

Iloheluma 90,30 90,30 - 90,30

Pertama 100,10 100,10 - 100,10

Butu 3,30 - 3,30 3,30

Tunggulo

Selatan

- - - -

Berlian * * * *

Bongohulaawa * * * *

Jumlah 678,40 653,90 24,50 678,40 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango, 2010

Ket * = Data masih gabung Desa Induk.

Pada Tabel 5, terlihat bahwa Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone

Bolango sangat strategis untuk usahatani padi sawah dengan melihat potensi lahan

yang cukup besar dimana luas lahan terbesar 116,8 Ha di Desa Toto Utara,

terkecil 3,30 Ha di Desa Butu dan hanya satu Desa yang tidak ada potensi lahan

usahatani padi sawah di Desa Tunggulo Selatan.

Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango secara rata-rata

beriklim relatif kering.Wilayah terkering (iklim E2 dengan rata-rata kurang dari 3

Bulan per Tahun bercuarah hujan lebih dari 200 mm) dan wilayah relatif basah

(iklim C1 dan C2, dengan 5 sampai 6 Bulan basah per tahun). Curah hujan tercatat

sekitar 11 mm- 266 mm. Secara umum, suhu udara di Kecamatan Tilongkabila

rata-rata siang hari 32,1°C dan pada malam hari 23,5°C. Kelemababan udara

relatif tinggi dengan rata-rata 79,9%.

4.3. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Tilongkabila pada Tahun 2009 adalah

15.375 jiwa. Dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 2,4 persen.

Sedangkan rata-rata tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Tilongkabila

adalah 193 per km².Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kecamatan Tilongkabila

No

Desa/Kelurahan

Jumlah

penduduk

Luas Km² Kepadatan

Per Km²

1. Toto Utara 1855 0,6 3092

2. Tamboo 1561 1,08 1445

3. Bongoime 2237 8,3 270

4. Bongopini 2474 6,56 377

5. Moutong 147 1,83 80

6. Tunggulo 1242 4,28 290

7. Lonuo 744 10,05 74

8. Motilango 1276 39,92 32

9. Iloheluma 1301 2,62 497

10. Permata 1287 0,44 2925

11. Butu 657 0.72 913

12. Tunggulo Selatan 465 1,82 255

13. Berlian * 0,65 *

14. Bongohulawa * 0,87 *

Total 16.569 79,74 208 Sumber :Dinas Pertanian Bone Bolango, 2010

Ket * = Data masih gabung Desa Induk

Tabel 6, terlihat bahwa Desa Bongopini memiliki jumlah penduduk yang

paling besar yaitu 2474 jiwa, sedangkan Desa Tunggulo Selatan memiliki jumlah

yang paling sedikit yaitu 465 jiwa. Pada Tabel , juga terlihat bahwa Desa Toto

Utara memiliki kapadatan penduduk yang paling besar yaitu 3092 jiwa/Km².

Sedangkan Desa Motilango memiliki kepadatan penduduk terkecil yaitu 32

jiwa/Km².

Tenaga kerja di Kecamatan Tilongkabila Tahun 2010 sebanyak 6.326jiwa

sedangkan yang tidak bekerja 621 jiwa.Tenaga yang bekerja menurut lapangan

usaha untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Jumlah tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan di Kecamatan

Tilongkabila

Gambar 3, terlihat bahwa penduduk Kecamatan Tilongkabila paling

banyak pada sektor pertanian yaitu 3.171 atau 50,13%, sektor jasa 1.462 atau

23,11%, dan Kecamatan Tilongkabila paling sedikit bekerja di sektor listrik, dan

air sebanyak 4 atau 0,06

4.4. Keadaan Ekonomi

Pengukuran tingkat perekonomian daerah biasanya didasarkan pada

angka Produk Demestik Regional Bruto (PDRB) baik berdasarkan atas harga

konstan maupun atas dasar harga yang berlaku.Keadaan PDRB berdasarkan harga

yang berlaku di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2010 adalah Rp.

338.231.485.083.

Data laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone Bolango tahun 2010

adalah sebesar 6,66%, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009

22 4 417

612

606

32 Pertanian

Pertambangan

Listrik, dan Air

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi & Komunikasi Keuagan

Lapangan Usaha Jumlah Tenaga Kerja

sebelumnya yaitu 6,64%, dan pada tahun 2011-2012 diperkirakan 6,81%.Laju

pertumbuhan ekonomi salah satu indikator yang dapat dijadikan untuk

mengevaluasi pembangunan ekonomi suatu wilayah adalah pendapatan per kapita.

Indikator ekonomi ini digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan penduduk

suatu daerah. Pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Bone Bolango tahun

2010 Rp. 6,6 juta.

Untuk menunjang keadaan perekonomian suatu daerah maka diperlukan

infrastruktur pendukung ekonomi di Kecamatan Tilongkabila adalah fasilitas

perdagangan pasar senin, kamis, sabtu1 buah, toko/kios143 buah, warung/rumah

makan 103 bua, fasilitas Angkutan mobil dan bentor, fasilitas jalan

lokal/lingkungan31,1 km. Selain itu, untuk menunjang usahatani padi sawah

disuatu daerah maka diperlukan alat-alat pertanian khususnya untuk proses

budidaya dan pengolahan hasil pertanian agar proses produksi berjalan dengan

baik dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Adapun alat-alat pertanian yang

digunakan dalam pengolahan hasil pertanian di Kecamatan Tilongkabila pada

tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Alat-alat Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Tilongkabila Tahun

2010

Desa/

Kelurahan

Mesin Pengolah

Tanah

Mesin

Pemberantas

Jasad OPT

Pengolah Padi

Traktor

Roda

Dua

(unit)

Traktor

Roda

Empat

(unit)

Hand Sprayer Perontok

Padi

Pengering

Padi

Gilingan

Padi

Besar

Pompa

Air

Toto Utara 5 - 25 12 - 1 2

Tamboo 3 - 20 8 - 2 2

Bongoime 4 - 31 10 - 2 3

Bongopini 5 1 27 10 - 1 3

Moutong 4 - 15 5 - 1 1

Tunggulo - - 2 - - - -

Lonuo - - 2 - - - -

Motilango 2 - 18 6 - - 1

Iloheluma 2 - 10 5 1 - 1

Permata 4 - 20 7 - 3 2

Butu - - 1 - - - -

Tunggulo

Selatan

- 1 2 - - - -

Berlian * * * * * * *

Bongohula

wa

* * * * * * *

Total 29 1 173 63 1 10 15 Sumber : BPS Kab. Bone Bolango

Ket * = Data masih gabung Desa Induk.

Tabel 8, terlihat bahwa alat usatani padi sawah yang paling banyak

jumlahnya yaitu mesin pembrantas jasad organisme pengganggu tanaman yaitu

173 buah, sedangkan alat usahatani padi sawah yang jumlahnya sedikit adalah

tempat pengeringan padi dan pengolahan tanah masing-masing satu (1) buah.

4.5. Visi dan Misi Kabupaten Bone Bolango

Pembangunan dan kinerja penyelenggaraanpemerintahan mengharuskan

dimulai dari semua lini dan jenjang organisasiuntuk memiliki kemampuan dan

kemauan dalam hal membangun komitmen untuk melakukanperubahan terhadap

kualitas dan tatanan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan

public. Arah kebijakan Pemerintahan Kabupaten Bone Bolango dengan visi:

“Terwujudnyapemerintahan yang amanah, demi terciptanya masyarakat madani”

Harus menjadi komitmen besar yang menyemangati penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Demikian pula Misi Pembangunan Kabupaten Bone Bolango 2010 – 2015, yakni

“Mewujudkan pemerintah yang bersih, taat hukum dan demokratis, serta

menciptakan masyarakat yang sejahtera, mandiri dan berkeadilan” harus menjadi

kerangka dasar dalam implementasi kebijakan penyelenggaraan pemerintahan

kedepan, melalui 4 (empat) strategi pembangunan daerah Tahun 2010-2015yang

diharapkan mampu menjembatani upaya pencapaian visi, misi dan tujuan

pembangunan,yaitu :

1. Mewujudkan perbaikan tata kelola pemerintahan

2. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat

3. Mewujudkan pengembangan potensi ekonomi lokal dan sumber daya

alam,

4. Serta mewujudkan pembangunan sarana dan prasarana serta penataan

ruang wilayah

Demi mengantisipasi berbagai macam permasalahan dan tantangan

tersebut, menuntutpemerintah daerah untuk membuat suatu rancangan strategis

dan kebijakan yang tepat, terarahdan mudah dintegrasikan. Oleh karena itu

strategi pembangunan ekonomi lokal adalah salah satu indikator terpenting untuk

lima tahun kedepan, diarahkan untuk peningkatan produktivitas sektorpertanian,

peternakan, perikanan, kehutanan, perdagangan, industri kecil dan

menengah,koperasi, ketenagakerjaan dan pariwisata.

Pembangunan pertanian di Kabupaten Bone Bolango tetap dianggap sektor

terpentingdari keseluruhan pembangunan ekonomi. Beberapa alasan mendasar

pentingnyapembangunan pertanian adalah :

1. Potensi sumberdayanya yang besar dan beragam

2. Pangsa terhadap pendapatan daerah cukup besar

3. Besarnya penduduk yangmenggantungkan hidupnya pada sektor ini

4. Peranannya dalam penyediaan pangan masyarakat

5. Menjadi basis pertumbuhan di perdesaan.

Fakta menunjukkan bahwa walaupun potensi pertanian di Kabupaten Bone

Bolangosangat besar, namun sampai saat ini, sebagian besar pelaku ekonomi yang

terlibat dalamsektor pertanian yakni petani, merupakan golongan masyarakat

sangat miskin. Sebagian besar petani masih hidup dalam kondisi yang subsisten

dengan posisi bargaining dan nilai tukar petaniyang sangat lemah.

Berdasarkan permasalahan dan tantangan pembangunan sektor pertanian

pada limatahun kedepan, maka sasaran pembangunan pertanian diarahkan untuk:

1. Penajamanpelaksanaan “Panca Usaha Tani” yang meliputi, pemakaian dan

perbaikan irigasi, penggunaanbibit unggul, penggunaan pupuk,

pemberantasan hama dan penyakit, serta perbaikan cara bercocok tanam

dan teknologi.

2. Investasi proyek-proyek padat karya di pedesaan.

3. Mengembangkan ciri khas komoditi daerah dengan mengadopsi teknologi

yang ramah lingkungan.

4. Peningkatan hak akses petani untuk memperoleh kredit pertanian.

5. Pembangunan sistem agribisnis dan usaha agribisnis yang berdaya saing,

berkerakyatan,berkelanjutan, dan desentralistik.

4.6. Gambaran Umum Instansi

Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Ketahanan Pangan, sesuai

dengan Keputusan Bupati Bone Bolango, mempanyai tugas pokok merencanakan,

merumuskan dan melaksanakan kebijakan umum di bidang Pertanian dan

Peternakan. Sementara fungsi dari Dinas Pertania, Perkebunan, Peternakan dan

Ketahanan Pangan ini adalah sebagai berikut :

1. Menyusun rencana teknis operasional pembangunan pertanian

2. Melaksanakan kegiatan pengembangan pembangunan pertanian

3. Mengkaji dan menganalisa teknologi pertanian

4. Melaksanakan pelatihan, pengujian dan penerapan teknologi

5. Melaksanakan produksi dan pengembangan peternakan serta kesehatan

hewan

6. Melakukan koordinasi untuk pemuliaan dan sertifikasi bibit

7. Melaksanakan tugas pengawasan operasional kesehatan ternak serta

peredaran obat-obatan untuk hewan

8. Pengawasan pakan ternak dan hasil ikutannya

9. Monitor dan evaluasi peternak dan kelompok tani/ternak

10. Monitor dan evaluasi serta pelaporan

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, maka Dinas Pertanian,

Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan Pangan mengacu pada Visi Pemerintah

Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan visi tersebut, maka Dinas Pertanian,

Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan Pangan menetapkan Visinya yaitu :

“Pertanian Maju dan Berkelanjutan”.

Selanjutnya untuk mewujudkan Visi tersebut dirumuskan Misi Dinas

Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone

Bolango sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah yang

kreatif, produktif di bidang pertanian yang amanah dan profesional

2. Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efesien berbasis ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan sumber daya lokal, serta

berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis

3. Memfasilitasi petani, kelompok tani/gapoktan dan akses modal usahatani

melalui perbankan/swasta

4. Meningkatkan produksi dan produkifitas pertanian dalam pemenuhan

kebutuhan pangan dan mengalakkan penganekaragaman komsumsi pangan

5. Memantapkan sistem kelestarian alam dan sumber daya air serta pemanfaatan

lahan bagi sumber pakan ternak

Dalam mencapai visi misi tersebut, maka perlu ditetapkan tujuan dan

sasaran yang akan dicapai dalam jangka 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun yang

mengacu pada Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Tahun

2011-2015.

a. Tujuan

1. Mengembangkan sistem dan Usaha Agribisnis dalam rangka peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan petani

2. Mengembangkan komoditi tanaman pangan, palawija, hortikultura dan

peternakan melalui sentra-sentra produksi pertanian dan peternakan yang

sudah ada, serta mendorong pengembangan sentra produksi baru

3. Mengembangkan komoditas unggulan spesifik lokasi sebagai komoditas

andalan kabupaten

4. Meningkatkan penerapan ilmu dan teknologi pertanian dan peternakan untuk

peningkatan produksi, serta mendorong pengembangan sistem dan usaha

agribisnis yang efisien, modern dan global

5. Mengantisipasi pasar global dengan meningkatkan mutu dan daya saing

produk pertanian dan peternakan

6. Memenuhi kebutuhan pangan di daerah dan mendukung diversifikasi pangan

melalui pengembangan pangan lokal

b. Sasaran

1. Meningkatnya pendapatan petani dan peternak lewat usahatani dan usaha

peternakan

2. Meningkatnya produksi pertanian dan peternakan

3. Tersedianya Sumberdaya Manusia di bidang pertanian yang professional dan

berwawasan global

4. Terciptanya lapangan kerja di sektor pertanian

5. Terciptanya sistem agribisnis yang utuh dan dinamis untuk mendorong iklim

ekonomi daerah yang mantap

6. Peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat petani, untu mencapai 10

juta ton beras

Adapun program Dinas Pertanian Khususnya Bagian Ketahanan Pangan

antara lain sebagai berikut :

- Sekolah lapang pengendalian tanaman terpadu terpadu (SL-PTT)

- Sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SL-PHT)

- Farmer Empowerment Trought Agricultural Technology and

Informationatau Program pemberdayaan petani melalui teknologi dan

Informasi Pertanian(FEATI)

- Penerapan budidaya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP) dan

Prosedur Operasional Standar Budidaya (Standar Operasional Prosedur

/SOP)

- Evaluasi dan pelaporan kinerja penyuluh sebagai pelaksana teknis

dilapangan

Pengembangan usahatani padi sawah istansi terkait yaitu Balai

Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH)

Provinsi Gorontalo, Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BPTPH) Provinsi Gorontalo, Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA)

Kabupaten Bone Bolango, Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan

Ketahanan Pangan, Kabupaten Bone Bolango, dan memiliki peran yang strategis

dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah terutama dikaitkan dalam rangka

pemenuhan pangan dan pemberdayaan petani yaitu Balai Penyuluhan Pertanian,

Perikanan, dan Kelautan (BP3K) Kecamatan Tilongkabila sebagai pelaksana

teknis program Dinas pertanian.

Kecamatan Tilongkabila mempunyai sumberdaya lahan yang cukup

potensial untuk dimanfaatkan dan didayagunakan terutama untuk lahan pertanian

dan komoditi pertananian di Kecamatan Tilongkabila jagung, kedelai, kecang

tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Berdasarkan data tahun 2007, potensi

lahan yang digunakan untuk penanaman padi sawah adalah seluas 1.242 Ha

dengan produksi sebesar 8.092 ton.Data selengkapnya bisa dilhat pada Tabel 9.

Tabel 9.Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Kecamatan

Tilongkabila Tahun 2006-2011

Keterangan

2007

2008 2009 2010 2011

Luas Tanam

(Ha) 1.150 1.356 1.389 1.749 1.342

Luas Panen

(Ha) 1.242 1.343 1.160 1.308 1.996

Produksi

(Ton) 8.092,5 6.132,5 7.888 6.801,6 6.585,4

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Ketahanan Pangan dan Peternakan, 2011

Berdasarkan Tabel 9, terlihat bahwa pada tahun 2007 terjadi peningkatan

produksi yang signifikan. Hal itu disebabkan oleh bertambahnya luas lahan yang

ditanami padi sawah.Di tahun-tahun berikutnya produksi padi sawah di

Kecamatan Tilongkabila stabil, bahkan terjadi peningkatan lagi di tahun

2009.Tetapi melihat tahun 2011 menurun produksi hanya 6.585,4 ton. Maka

dicanakan program SL-PTT yaitu Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU)

tahun 2012 menerapkan sistem 2 pola SL-PTT yaitu pola sistem spesifikasi lokasi

dengan syarat kelompok mempunyai lahan 25 Ha dengan jumlah uang Rp.

3.700.000/kelompok tani dan pola sistem regular yaitu syarat luas lahan 25 Ha,

hanya 1 Ha yang memperoleh sarana produksi lengkap dan 24 Ha hanya

ditanggung benih unggul.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal digunakan untuk menilai faktor-faktor

kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) yang dalam upaya

pengembangan ushatani padi sawah di Kecamatan Tilongkabila sebagai salah

satu komoditas unggulan daerah. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam

melakukan analisis lingkungan internal akan diuraikan berikut ini.

5.1.1. Kekuatan

a. Adanya dukungan Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango

Pemerintah Kabupaten Bone Bolango memprioritaskan peningkatkan

produksi dan produkifitas pertanian dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan

mengalakkan penganekaragaman komsumsi pangan, melaksanakan pelatihan

dalam peningkatan Sumberdaya Manusia sebagai penguatan kelembagaan petani,

melakukan koordinasi untuk pemuliaan dan sertifikasi bibit serta memfasilitasi

benih unggul, sarana dan prasarana pertanian.

Dalam mewujudkan keberhasilan ketahanan pangan dan kesejahteraan

petani pengembangan usahatani padi sawah di Kecamatan Tilongkabila, untuk

mengoptimalkan potensi wilayah Kecamatan Tilongkabila sebagai kawasan

pengembangan usahatani padi sawah, diperlukan penanganan secara terintegrasi

dan terpadu oleh seluruh instasi terkait dengan jaringan usahanya mulai dari tahap

budidaya hingga pemasarannya.

Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango dalam pengembangan program

sub sektor tanaman pangan untuk pencapaian swasembada berkelanjutan

ditempuh melalui :

1. Peningkatan produktivitas hasil dengan meningkatkan mutu intensifikasi,

penerapan teknologi unggul tepat guna dan spesifik lokasi, pengunaan

benih varietas unggul bermutu, penerapan pupuk berimbang dan organik

2. Perluasan areal tanam melalui upaya khusus dengan peningkatan cetak

sawah baru, optimalisasi pemanfaatan Jaringan Irigasi Tingkat Usahatani

(JITUT) dan Jaringan Irigasi Desa (JIDES)

3. Pengamanan produksi melalui : Pengendalian Organisme Penganggu

Tanaman (OPT), Penanganan Penen dan Pasca Panen, serta pemanfaatan

Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA).

4. Program peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan

kemampuan kelembagaan kelompok tani dan Gabungan Kelompok tani

(Gapoktan), manajemen usahatani, kemampuan penangkar benih,

penerapan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT),

Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) dan

Kewirausahaan.

5. Pengenalan teknologi baru yaitu penerapan pola tanam sistem jajar legowo

4 (empat) kali 1 (satu) dan legowo 2 (dua) kali 1 (satu) dan alat Bagan

Warna Daun (BWD) untuk mengetahui pemakaian dosis pupuk yang

digunakan, kekurangan atau berlebihan dalam pemakaian.

b. Tersedianya Benih Unggul

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BPSBTPH) Provinsi Gorontalo dukungannya dalam pembangunan pertanian

Kabupaten Bone Bolango Khususnya di Kecamatan Tilongkabila yaitu :

1. Terwujudnya Good Governence di bidang pertanian

2. Beredarnya benih bersertifikat yang sesuai dengan keinginan dan

kebutuhan petani

3. Terselenggaranya pengawasan perbenihan yang berkualitas dan

professional

4. Terselenggaranya sarana dan prasarana pengawasan mutu dan sertifikasi

tanaman

Indikator pencapaian program ialah peningkatan penguasaan ilmu

pengetahuan di bidang perbenihan melalui program “Sumberdaya Manusia

Bidang Perbenihan”, peningkatan pengembangan sistem perbenihan melalui

kegiatan “Permasyarakatan Penggunaan Benih Unggul dan Sosialisasi Peraturan

Perbenihan” dan peningkatan kelembagaan perbenihan melalui kegiatan

“Pembenihan Penangkar Benih”. Benih bersertifikasi dan dibudidayakan di

Kecamatan Tilogkabila yaitu Benih Cibogo, Ciherang, Impari 3 (tiga), 4 (empat),

10, 13, Cigenlis, Mekongga, Mira 1 (satu), Tukad Balian dan R64.

c. Tingkat Kesuburan Tanah

Tanaman padi dapat tumbuh subur di tempat yang cukup tinggi dan

dataran rendah sesuai varietas padi seperti di daerah pegunungan dengan

ketinggian sekitar 500 sampai 3000 meter dan di dataran rendah di atas

permukaan laut (dpl). Namun tempat yang ideal berkisar antara 1000-1300 m

diatas permukaan laut.Tetapi tingkat kesuburan tanah untuk usahatani padi sawah

dipengaruhi oleh unsur hara tanah, ketersediaan air untuk lahan basah, pemupukan

berimbang, varietas benih.teknik budidaya yang baik dan benar.

Hasil kerjasama instansi terkait sehingga vareitas sesuai spesifikasi tanah,

uji kelayakan dan kesuburannya maka ditentukan varietas padi yang dapat

dikembangkan dan dibudidayakan yaitu Cibogo, Ciherang, Impari3 (tiga), 4

(empat), 10, 13, Cigenlis, Mekongga, Mira 1 (satu), Tukad Balian dan R64.

d. Waktu Tanam dan Panen

Pola tanam yang dilakukan petani usahatani padi sawah di Kecamatan

Tilongkabila adalah pola tanam Legowo sesuai instruksi penyuluh pertanian.

Tetapi masih banyak juga yang mengunakan pola tanam Tabela karena

menurutnya sistem tanam tersebut lebih menguntungkan.

Pertanaman usahatani padi sawah biasanya dilakukan pada bulan Januari,

Juli dan Oktober sebagai waktu pertanaman yang utama sesuai kesepakatan

musyawarah yang dihadiri petani, pemerintah dalam penentuan bulan tanam

serentak. Namun demikian berdasarkan pengamatan dilapangan, pertanaman

usahatani padi sawah yang sama. Sehingga ini menunjukkan bahwa ada

kesamaan waktu dalam melakukan pertanaman sehingga masa panen pun dapat

terjadi secara bersamaan pada bulan Desember (panen raya).

e. Kondisi Agroklimat yang Mendukung

Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango secara rata-rata

beriklim relatif basah.Wilayah terkering (iklim E2 dengan rata-rata kurang dari 3

Bulan per Tahun bercuarah hujan lebih dari 200 mm) dan wilayah relatif basah

(iklim C1 dan C2, dengan 5 sampai 6 Bulan basah per tahun). Curah hujan tercatat

sekitar 11 mm- 266 mm. Secara umum, suhu udara di Kecamatan Tilongkabila

rata-rata siang hari 32,1°C dan pada malam hari 23,5°C. Kelemababan udara

relatif tinggi dengan rata-rata 79,9%.Maka berdasarkan dari suhu iklim dan curah

hujan ini usahatani padi sawah bisa dikembangkan di Kecamatan Tilongkabila.

f. Kualitas Sumber Daya Manusia Penyuluh Pertanian Kecamatan

Tilongkabila

Sumberdaya manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam

memajukan aspek agribisnis.Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dapat

menurunkan kualitas agribisnis, demikian pula sebaliknya.Oleh karena itu,

kualitas sumber daya manusia harus diperhatikan atau ditingkatkan dalam hal

pendidikan, penguasaan teknologi, keterampilan dan pengalaman.

Sumberdaya Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kelautan

Kecamatan Tilongkabila dinilai cukup baik hal ini dapat dilihat dari tingkat

pendidikan para pegawai yang ada. Sampai tahun 2012 jumlah pegawai dengan

tingkat pendidikan strata 1 (satu) berjumlah 2 (dua) orang, diploma berjumlah 2

(dua) orang dan tamatan SMA berjumlah 8 orang. 12 orang penyuluh terbagi di

14 Desa yang ada di Kecamatan Tilongkabila. Tapi disamping itu untuk

meningkatkan kualitas Sumberdaya manusia Balai Peyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kelautan (BP3K) Kecamatan Tilongkabila yang merupakan

kepanjangan tangan dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan

Pangan Kabupaten Bone Boalango diberikan kesempatan bagi para pegawai

untuk melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi melalui beasiswa daerah.

5.1.2. Kelemahan

a. Mutu Beras Rendah

Kandungan kadar air gabah dalam seluruh tingkatan mutu tidak boleh

melebihi 14%. Penetepan BULOG dalam pembelian beras dalam negeri maupun

impor atas tingkat kadar air lebih merupakan pertimbangan untuk penyimpanan

daripada gambaran mengenai pilihan konsumen. Beras yang ada di Kecamatan

Tiongkabila masih berkadar air 14% melalui pengeringan tetapi kualiitas atau

mutu berasnya masih dibawah. Hal ini lihat dari segi fisiknya putih, kecil, tidak

panjang, kurus dan biasanya ada yang hitam berasnya.

b. Kurannya Kesadaran Petani dalam Aspek Budidaya

Sebagian besar petani di Kecamatan Tilongkabila masih belum mengenal

pedoman budidaya yang baik dan benar (GoodAgriculturepreactices) yang

diterapkan oleh pemerintah. Kesadaran petani tentang budidaya yang baik dan

benar belum diterapkan walaupun didampingi oleh penyuluh. Sehingga ini

merupakan suatu kelemahan dalam pengembangan usahatani padi sawah. Tetapi

juga ada sebagian petani yang sudah melakukan budidaya yang baik dan benar

seperti petunjuk penyuluh pertanian.

Teknik budidaya yang mempengaruhi produktivitas usahatani padi sawah

sehingga yang diharapkan oleh penyuluh kesadaran dalam budidaya yang meliputi

penggunaan bibit berkualitas baik, varietas berproduksi tinggi, pengendalian hama

dan penyakit yangoptimal, penggunaan sarana produksi yang tepat, serta

pengelolaan tanah dan air dan pemupukan yang berimbang. Karena satu kesatuan

ini merupakan subtansi yang perlu diperhatikan dalam usahatani padi sawah.

c. Penyaluran Modal yang tidak Obyektif

Modal menjadi faktor kelemahan karena petani padi sawah di Kecamatan

Tilongkabila hanya memiliki modal yang kecil dalam pengembangan usahanya.

Demikian juga dengan kelembagaan petani seperti kelompok tani kurang berjalan

dengan baik karena petani terbiasa mengharapkan bantuan dari pemerintah

khususnya Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Bone Bolango dalam melakukan kegiatan kelompok usahatani.

Kemudian juga dalam penyaluran bantuan pemerintah lambat sehingga petani

sudah lebih dulu mengutang penampung beras. Modal yang disalurkan tidak

obyektif biasanya bantuan masuk hanya orang-orang berpengaruh dalam sebuah

kelompok tani dan biasanya bantuan sistem sentris atau keluarga.

d. Penanganan Panen dan Pasca Panen

Petani di Kecamatan Tilongkabila cara penangan panen masih memakai

sabit, dan prontok. Setelah penen dilakukan pengeringan di tempat pengeringan di

Desa Permata salah satu penampung beras sampai mencapai kadar air 14%

kemudian digiling, diparut, pemutih beras kemudian setelah itu dipasarkan ke

penampung beras.

a. Sulitnya Akses terhadap Perbankan

Usaha agribisnis padi sawah di Kecamatan Tilongkabila mendapat

dukungan dari lembaga keuangan berupa perbankan seperti Bank Rakyat

Indonesia, Bank Sulut, BNI dan Bank Danamon.Lembaga keuangan tersebut

umumnya telah terdapat di Kecamatan dan dapat diakses oleh petani dan pelaku

usaha. Tetapi pada kenyataannya petani susah untuk meminjam kredit dari Bank

karena syarat-syarat yang memberatkan posisi petani sulit karena terlalu banyak

administrasi yang diurus dan biasanya harus ada jaminan atau angunan dalam

proses peminjaman.

e. Upah Tenaga Kerja Tinggi

Upah tenaga kerja adalah salah satu komponen penting dalam usahatani

padi sawah. Upah tenaga kerja dari yang semakin tinggi mulai dari proses

pengolahan tanah trektor Rp.200.000, penanaman Rp.200.000, pemeliharaan

Rp.650.000 Hal ini menjadi salah satu kelemahan dalam pengembangan

usahatani padi sawah karena akan meningkatnya upah tenaga kerja sehingga

keuntungan yang diperoleh petani sedikit dan biasa juga tidak mendapatkan

keuntungan.

Tabel 10. Indentifikasi Faktor-Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

Kekuatan Kelemahan

1. Adanya dukungan Dinas

Pertanian Kabupaten Bone

Bolango

2. Tersedianya benih unggul

3. Tingkat keseburan lahan

4. Waktu tanam dan panen

5. Kondisi Agroklimat yang

mendukung

6. Kualiatas SDM penyuluh

lapangan

1. Mutu beras rendah

2. Tingkat kesadaran dalam aspek budidaya

3. Panyaluran modal yang tidak obyektif

4. Perbaikan irigasi yang berkepanjangn

5. Sulitnya akses terhadap perbankan

6. Upah tenaga kerja tinggi

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 10. Maka untuk pengembangan usahatani padi sawah

ada 6 kekuatan dan 6s kelemahan yang perlu ditingkatkan untuk mendukung

pengembangan usatani padi sawah di Kecamatan Tilongkabila.

5.2. Analisis Lingkungan Eksternal

5.2.1. Peluang

a. Adanya Potensi Pemasaran Beras

Usahatani padi sawah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal

yang ada di Kecamatan Tilongkabila untuk menjadi pemasok di 103 rumah

makan yang ada di Kecamatan Tilongkabila,dan satu pasar tradisional di

Kecamatan yakni di Desa Bongoime yaitu Pasar Jaya.Tetapi penyalur beras

terbesar yang ada di Kecamatan Tilongkabila yang distribusikan ke pedang

pengecer yaitu Pak Samsudin.Pernah memasukkan beras ke Departemen Store

Karsa Utama dengan kemasan 5kg. Tetapi kebutuhan akan beras di Kecamatan

Tilongkabila lebih tinggi. Sehingga Pak Samsudin memutuskan mitra dengan

Karsa Utama.

b. Pasar Keluar Daerah

Ada 3 (tiga) penampung beras di Kecamatan Tilongkabila, Pak Samsudin

sebagai pemasar di tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten. Sedangkan Ibu

Yusri dan Pak Daud sebagai penyalur beras keluar daerah guna memenuhi

permintaan beras per musim tanam khususnya ke Manado, Bitung, Amurang, dan

Tomohon sebesar 32 ton terbagi ke 4 (empat) tempat tersebut. Beras yang dibeli

akan dijual kembali ke pasar tradisional dan rumah makan.

c. Perkembangan Teknologi dan Informasi yang Cepat

Perkembangan teknologi dan informasi yang makin cepat saat ini bisa

membantu petani untuk mendapatkan informasi yang tepat dan akurat yang

berhubungan produksi, pengolahan dan pemasaran beras. Demikian juga bagi

Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone

Bolango akan semakin mudah mengakses berbagai informasi terkait dengan

pengembangan usahatani padi sawah. Langkah pengenalan teknologi terus di

informasikan kepada petani melalui pelatihan, sosialisasi dan pengujian langsung

dilapangan.

d. Pertambahan Penduduk Semakin Meningkat

Pertambahan penduduk merupakan suatu potensi besar dalam permintaan

suatu barang. Karena pada hakekatnya manusia atau masyarakat membutuhkan

sebuah kebutuhan pangan untuk mempertahankan hidupnya. Kemudian beras

menjadi bahan pokok yang dikomsumsi oleh masyarakat. Baik dari kalangan

bawah, menengah dan kalangan atas. Untuk itu pertambahan penduduk

mendorong agar ketersediaan bahan pangan seperti beras tetap harus di jaga dan

dibudidayakan dalam menekan impor luar negeri.

e. Kawasan Toluk Tomini

Kawasan toluk tomini merupakan salah satu potensi kawasan pemasaran

untuk ekspor beras keluar daerah. Karena ini merupakan infrastruktur mendukung

dan kiranya ini menjadi salah satu yang bisa dimanfaatkan agar beras pemasaran

bukan saja melalui darat, tapi juga melalui laut. Potensi dan infrastruktur yang

ada ini agar kiranya menjadi motivasi besar buat petani usahatani padi sawah di

Kecamatan Tilongkabila. Lebih progres dalam meraih pasar.

f. Bertambahnya Dominasi Rumah Makan di Provinsi Gorontalo

Bertambahnya dominasi rumah makan di Provinsi Gorontalo merupakan

peluang yang sangat besar dalam mendistribusikan atau bermintra dengan pihak

rumah makan menjadi pemasok. Sehingga yang menjadi catatan untuk petani

yaitu agar memperbaiki kualitas dan mutu beras melalui budidaya yang baik dan

benar.

5.2.2. Ancaman

a. Fluktuasi Harga Beras

Naik turunnya harga komoditas pertanian yang termasuk di dalamnya

harga beras menjadi salah satu kendala dalam pengembangan usahatani padi

sawah di Kecamatan Tilongkabila. Ketidakpastian dan permainan harga ditingkat

saluran pemasaran membuat kerugian dikalangan petani dalam usahatani padi

sawah.Harga beras Manado Rp.8.000/kg, harga penampung, Rp.7.500/kg, harga

tangkulak Rp. 7.000/kg sampai Rp. 6.500/kg.

b. Serangan Organisme Pengganggu Tanaman

Di Kecamatan Tilongkabila Serangan Organisme Pengganggu Tanaman

sangat meresahkan di antara petani. Karena disaat mengalami serangan OPT ini

petani bisa mengalami penurunan produksi beras bahkan sampai menyebabkan

gagal panen. Beberapa organisme penggaggu tanaman atau hama yang menyerang

tanaman padi sawah di Kecamatan Tilongkabila ialah lalat bibit, keong, ulat

grayak, walang sangit, pengerek batang, ulat, kupu-kupu putih palsu, wereng

coklat, dan kepiting tanah. Tetapi sebaliknya penyakit yang menyerang tanaman

padi di Kecamatan Tilongkabila antara lain : Hawar daun, cendawan dan blas

daun.

c. Beras Impor dengan Kualitas dan Harga Bersaing

Beras hasil gilingan di Kecamatan Tilongkabila masih dibawah

kualitasnya hal ini dinilai dari fisiknya dimana beras impor lebih putih dari beras

lokal. Tetapi dari segi rasa beras lokal lebih enak dari pada beras impor, sehingga

banyak konsumen dan produsen melakukan pencampuran ke 2 (dua) beras

tersebut. Kemudian juga dari segi harga beras impor lebih murah dibandingkan

beras lokal.Contohnya ketika harga beras lokal Rp. 8.000/kg, maka harga beras

impor turun dengan harga Rp. 7.000/kg.

d. Pasar Bebas (Neoliberalisme)

Dengan adanya pasar bebas

e. Permainan Harga dalam Saluran Pemasaran Beras

Berdasarkan hasil dilapangan bahwa ternyata ada permainan dalam saluran

pemasaran beras. Dimana di Kecamatan Tilongkabila tangkulak-penampung

beras-pengecer, saluran sering mempermainkan harga. Misalnya harga beras Rp.

8.000/kg, diambil tangkulak 6.500/kg, penampung Rp. 7.000/kg. Namun di

Kecamatan Tilongkabila penampung memberikan modal dalam proses produksi

atau budidaya dengan catatan berasnya dipasarkan ke penampung, tapi dengan

lebih rendah yang sementara berjalan.

f. Konversi

Adapun peluang dan ancaman yang dihadapi usahatani padi sawah dalam

pengembangannya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Indentifikasi Faktor-Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)

Peluang Ancaman

1. Poteni pemasaran beras

2. Pasar keluar daerah

3. Pasar keluar Daerah

4. Perkembangan teknologi dan

informasi yang cepat

5. Pertambanhan penduduk semakin

meningkat

6. Bertambahnya dominasi rumah

makan di Prov. Gorontalo

1. Fluktuasi harga beras

2. Serangan Organisme Pengganggu

Tanaman (OPT)

3. Beras impor dengan kualitas dan

harga bersaing

4. Pasar Bebas (Neoliberalisme)

5. Permainan harga dalam saluran

pemasaran

6. Konversi produksi padi sawah ke

komoditi kedelai

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Pada Tabel 11. Terlihat bahwa pengembangan usahatani padi sawah

terdapat 6 peluang yang dapat dimanfaatkan dengan mengunakan kekuatan-

kekuatan yang dimiliki dan 6 ancaman yang sewaktu-waktu dapat menyebabkan

kegagalan atau kerugian sehingga diperlukan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

Selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor yang paling mendukung

pengembangan usahatani padi sawah di Kecamatan Tilongkabila dilakukan sesuai

analisis sebagai berikut : pemberian bobot pada setiap faktor yang nilai

kumulatifnya dimulai dari 1,00 (paling penting) hingga 0,00 (tidak penting).

Bobot tersebut maksimal sampai nilai skor 1,00. Kemudian faktor-faktor tersebut

diberi nilai rating dan pemberian nilai kelemahan sebaliknya, jika kelemahan

terbesar diberi nilai 1, tetapi apabila kelemahannya kecil diberi nilai 4 dan peluang

paling kecil diberi nilai 1. Kemudian sebaliknya pada ancaman yang paling kecil

diberi nilai 4 dan yang paling besar diberi nilai (Hunger dan Wheleen,

2003).Nilai rating untuk faktor internal dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai Rating Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

No

.

Faktor Internal Bobot Rating B x R Ket

1.

2.

3.

4.

5.

6.

a. Kekuatan (strength)

Adanya dukungan Dinas

Pertanian Kabupaten Bone

Bolango

Tersedianya benih unggul

Tingkat keseburan lahan

Kualitas SDM penyuluh

lapangan

Kondisi agroklimat yang

mendukung

Waktu tanam dan panen

0,09

0,13

0,07

0,13

0,04

0,04

3

4

1

4

3

2

0,27

0,52

0,07

0,52

0,12

0,08

Kekuatan utama :

1. Kualiatas SDM

penyuluh

lapangan

2. Ketersediaan

benih unggul

Nilai Total =1,58

1.

2.

3.

4.

5.

6.

b. Kelemahan(weakness)

Mutu beras rendah

Kurangnya kesadaran

petani dalam aspek

budidaya

Perbaikan irigasi yang

berkepanjangan

Penyaluran modal tidak

obyektif

Sulitnya akses terhadap

perbankan

Upah tenaga kerja tinggi

0,13

0,09

0,07

0,13

0,04

0,04

1

2

2

1

3

4

0,13

0,18

0,14

0,13

0,12

0,16

Kelemahan utama :

1. Mutu beras

rendah

2. Penyaluran

modalyang

tidak obyektif

Nilai Total =0,86

Total 1,00 2,44 Sumber : Data setelah diolah, 2012.

Tabel 12, terlihat bahwa nilai total faktor kekuatan adalah 1,58sedangkan

nilai total faktor kelemahan hanya 0,86keadaan ini menunjukkan bahwa faktor

kekuatan untuk pengembangan usahatani padi sawah lebih besar dari faktor

kelemahan sebagai penghambat perkembangan usahatani. Kekutan utama yang

harus didayagunakan kualitas sumberdaya manusia penyuluh lapangan dan

ketersediaan benih unggul sedangkan kelemahan utama yang harus diatasi adalah

standar mutu dan kualitas beras dan peyaluran modal yang tidak

obyektif.Sedangkan nilai rating untuk faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Nilai Rating Eksternal (Peluang dan Ancaman)

No. Faktor Eksternal Bobot Rating B x R Ket

1.

2.

3.

4.

5.

6.

a. Peluang(opportunities)

Potensi pemasaran beras

Pasar keluar daerah

Perkembangan teknologi

dan informasi yang cepat

Pertambahan penduduk

semakin meningkat

Kawasan teluk tomini

Bertambahnya dominasi

rumah makan di Prov.

Gorontalo

0,13

0,13

0,07

0,09

0,04

0,04

4

4

3

3

2

1

0,52

0,52

0,21

0,27

0,08

0,04

Peluang utama :

1. Adanya

potensi

pemasaran

beras

2. Pasar ke luar

Daerah

Nilai Total =1,64

1.

2.

3.

4.

5.

6.

b. Ancaman(threats)

Fluktuasi harga beras

Serangan Organisme

Pengganggu Tanaman

(OPT)

Beras impor dengan

kalialitas dan harga

bersaing

Pasar bebas

(neoliberalisme)

Permainan harga dalam

saluran pemasaran

Konversi produksi padi

sawah ke kedelai

0,09

0,07

0,13

0,04

0,13

0,04

2

2

1

3

1

4

0,18

0,14

0,13

0,12

0,13

0,16

Ancaman utama :

1. Permainan

harga dalam

saluran

pemasaran

2. Masuknya

beras impor

dengan

kualitas yang

harga bersaing

Nilai Total =0,86

Total 1,00 2,50 Sumber : Data setelah diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa nilai total faktor peluang 1,64lebih

besar dari pada nilai total ancaman 0,86. Hal ini menunjukkan bahwa peluang

pengembangan usahatani padi sawah lebih besar dibanding dengan ancaman yang

akan dihadapi dalam pengembangan usahatani padi sawah.

Peluang utama yang sangat menjanjikan adalah adanya potensi pemasaran

beras di Kecamatan Tilongkabila dan pemasaran ke luar daerah untuk meraih

peluang tersebut tentunya mendayagunakan kekuatan yang dimiliki.Sedangkan

ancaman utama yang dihadapi sulitnya akses untuk perbankan dan masuknya

beras dengan kualitas dan harga yang bersaing.

Untuk mengetahui strategi pengembangan usahatani padi sawah di

Kecamatan Tilongkabila dengan mengunakan diagram Analisis SWOT dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Analisis SWOT usahatani padi sawah di Kecamatan

Tilongkabila

Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki lebih

besar dari pada kelemahannya, menghasilkan sumbu X dalam diagram SWOT.

Demikian juga peluang yang dihadapi lebih besar dari pada ancaman sehingga

menghasilkan sumbu Y dalam diagram SWOT dengan nilai menunjukkan bahwa

selesih antara peluang dan ancaman menunjukkan angka 0,78 sedangkan selisih

antara kekuatan dan kelemahan 0.72. Strategi pengembangan usahatani padi

sawah di Kecamatan Tilongkabila berada pada kuadran 1 dimana mendukung

startegi yang agresif atau strategi SO (Strenght – Opportunities), pengambil

keputusan menggabungkan dua situasi dimana memiliki posisi yang kuat, yang

ditunjukkan oleh kekuatan dan peluang yang dimiliki (Pearce dan Robinson,

2008).

Hal ini menunjukkan bahwa posisi pengembangan usahatani padi sawah di

Kecamatan Tilongkabila berada pada situasi yang sangat menguntungkan karena

memiliki kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.Dengan

demikian, strategi sebaiknya yang dijalankan pada kondisi demikian ini adalah

strategi kebijakan mendukung pertumbuhan agresif (Growth Oriented Strategy)

yaitu mengunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (Hunger dan Wheleen,

2003).

Untuk mengetahui lebih lanjut strategi pengembangan usahatani padi

sawah di Kecamatan Tilongkabila adalah mengidentifikasi cara-cara alternatif

sehingga organisasi dapat mengunakan kekuatan khususnya untuk mengunakan

kesempatan peluang atau untuk menghindari ancaman, dan mengantasi

kelemahan.Matriks SWOT mengambarkan bagaimana manajemen dapat

mencocokkan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi suatu perusahaan

tertentu dengan kekuatan dan kelemahan internalnya.Metode ini mengarah pada

brainstorming untuk menciptakan strategi-strategi alternatif yang mungkin tidak

terpikirkan oleh manajemen (Hunger dan wheleen, 2003).Hal ini dapat dilihat

pada Tabel 14.

Tabel 14. Analisis Strategi Interaksi Faktor Internal dan Eksternal

Faktor-Faktor Eksternal

Peluang (opportunities) Ancaman (threats)

Faktor-Faktor Internal

1. Solidaritas kelompok

tani

2. Adanya potensi

pemasaran beras di

Kecamatan

Tilongkabila

3. Pasar keluar Daerah

4. Perkembangan

teknologi dan

informasi yang cepat

5. Kondisi agroklimat

yang mendukung

6. Potensi wilayah yang

dikembangkan luas

1. Fluktuasi harga beras

2. Serangan Organisme

Pengganggu

Tanaman (OPT)

3. Sulitnya akses untuk

perbankan

4. Petani menunggak

pengembalian

pinjaman

5. Masuknya beras

impor dengan

kualitas dan harga

yang bersaing

6. Perbaikan irigasi

lomaya yang

berkepanjangan

Kekuatan (strength)

1. Adanya dukungan Dinas

Pertanian Kabupaten

Bone Bolango

2. Tersedianya benih

unggul

3. Tingkat keseburan lahan

4. Kualiatas SDM penyuluh

lapangan

5. Adanya dukungan

perusahaan pestisida

6. Waktu tanam dan panen

Strategi : SO

1. Memanfaatkan

ketersediaan benih

unggul untuk

meningkatkan produksi

beras yang diterima oleh

pangsa pasar

2. Memanfaatkan potensi

wilayah yang luas untuk

mendayagunakan

kualitas SDM penyuluh

lapangan dalam

pendampingan budidaya

Strategi : ST

1. Memanfaatkan

dukungan Dinas

Pertanian membuka

akses ke perbankan dan

mempercepat rehabilitas

irigasi Lomaya

2. Memanfaatkan

dukungan perusahaan

pestisida untuk

mengatasi serangan

organisme pengganggu

tanaman (OPT)

Kelemahan (weakness)

1. Standard mutu dan

kualias

2. Teknik budidaya

3. Pengunaan pestisida yang

tidak tepat sasaran

4. Penyaluran modal yang

tidak obyektif

5. Penanganan panen dan

pascapanen

6. Upah tenaga kerja tinggi

Strategi : WO

1. Penyaluran modal yang

tidak obyektif diatasi

dengan solidaritas

kelompok tani yang kuat

2. Memperbaiki standar

mutu dan kualitas beras

dengan memanfaatkan

kondisi agroklimat dan

kesuburan tanah yang

medukung

Strategi : WT

1. Memperbaiki budidaya

yang kurang benar

untuk mengatasi

dominasi beras impor

dengan kualitas dan

harga bersaing

2. Tingkatan mutu dan

kualitas untuk

mengatasi fluktuasi

harga yang sangat besar

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 14, matriks strategis interaksi antara faktor internal dan

faktor eksternal dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Strategi SO

Memanfaatkan ketersediaan benih unggul untuk meningkatkan produksi

beras yang diterima oleh pangsa pasar dan memanfaatkan potensi wilayah

yang luas untuk mendayagunakan kualitas sumberdaya manusia penyuluh

lapangan dalam pendampingan budidaya.

2. Strategi ST

Memanfaatkan dukungan Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango

membuka akses untuk perbankan dan mempercepat rehabilitas irigasi

lomaya danmemanfaatkan dukungan perusahaan pestisida untuk mengatasi

serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).

3. Strategi WO

Penyaluran modal yang tidak obyektif diatasi dengan solidaritas kelompok

tani yang kuat dan memperbaiki standar mutu dan kualitas beras dengan

memanfaatkan kondisi agroklimat dan kesuburan tanah yang medukung.

4. Strategi WT

Memperbaiki budidaya yang kurang benar untuk mengatasi dominasi

beras impor dengan kualitas dan harga bersaing dan tingkatan mutu dan

kualitas untuk mengatasi fluktuasi harga yang sangat besar.

Dari uraian SWOT diatas dalam kaitannya dengan strategi pengembangan

usahatani padi sawah di Kecamatan Tilongkabila perlu mempertimbangkan

strategi sebagai berikut :

1. Strategi keberlanjutan : Memperbanyak penangkarbenih unggul baik

diusahakan oleh instansi terkait dalam hal ini Balai Pengawasan dan

Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Gorontalo,

Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Bone Bolango dan Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan

Kelautan Kecamatan Tilongkabila dimana yang fasilitator penangkar,

kemudian diperlukan kembali pemetaan wilayah jadwal tanam dengan

memperhatikan faktor iklim, kesuburan tanah, pengunaan sarana produksi

sehingga produsi beras yang kualitas gabah dengan kadar air 12-14%

melalui penanganan budidaya dan pasca panen yang baik.

2. Strategi penetapan : alternatif yang memungkinkan Kecamatan

Tilongkabila menjadi supplier bagi industri-industri rumah makan,

Depertement store di wilayah Provinsi Gorontalo kemudian diintegrasikan

dengan dukungan pemerintah melalui bantuan permodalan, penguatan

kelembagaan, sarana dan prasarana terutama menambah mesin pengolah

gabah.

3. Strategi Pemasaran : Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango

ini memerlukan pusat informasi pasar baik yang bersifat elektronik

maupun yang berbentuk institusi perkantoran agar menjadi salah satu pintu

informasi untuk melayani stakeholder eksternal maupun internal terkait

dengan padi beras dan pemerintah memaksimalkan pelaksanaan

pendampingan SL-PTT dan SL-PHTditingkatan Desa dengan

mendayagunakan kualitas penyuluh yang tersebar di 14 Desa di

Kecamatan Tilongkabila agar produksi beras bertambah sehingga

permintaan akan beras semakin meningkat dan kesejahteraan petani

tercapai.