BAB IV
GAMBARAN UMUM KECAMATAN TILONGKABILA
4.1. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah
Kecamatan Tilongkabila merupakan merupakan salah satu dari 17
kecamatan di Kabupaten Bone Bolango, kecamatan ini terletak pada 1,30’ Lintang
Utara, 1° Lintang Selatan , 121° Bujur Timur, 123° 30° Bujur Barat dan terdiri 14
Desa setelah pemekaran. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Tilongkabila
antara lain sebagai berikut :
a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Bulango Timur.
b. Sebelah Timur dengan Kecamatan Suwawa.
c. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Kabila.
d. Sebelah Barat dengan Kota Gorontalo.
Melihat dari kondisi georafis yang ada bahwa Kecamatan Tilongkabila
merupakan salah satu kecamatan penghasil beras ke dua terbesar di Kabupaten
Bone Bolango. Karena mempunyai potensi lahan padi sawah yang luas serta
iklim mendukung untuk budidaya usahatani padi sawah.Sehingga pemerintah
Kabupaten Bone Bolango memberikan perhatian dan bantuan kepada petani padi
sawah di Kecamatan Tilongkabila.
Kecamatan Tilongkabila merupakan bagian Timur dari Kabupaten Bone
Bolango 16,2 Km sebelah Barat Daya Kota Gorontalo. Secara geografis, luas
Kecamatan Tilongkabila 79,74 Km² atau 4,02 % dari luas Kabupaten Bone
Bolango.Desa terluas adalah Desa Motilango, Dilihat dari morfologi permukaan
bumi, yang terluas adalah daerah pegunungan, dan dataran rendah.Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Daerah dan Persentase Terhadap Kecamatan Diperinci Per
Desa/Kelurahan Tahun 2010
Desa/Kelurahan
Luas (Km²)
Persentase (%)
Toto Utara 0,6 0,76
Tamboo 1,08 1,35
Bongoime 8,3 10,41
Bongopini 6,56 8,23
Moutong 1,83 2,29
Tunggulo 4,28 5,37
Lonuo 10,05 12,60
Motilango 39,92 50,06
Iloheluma 2,62 3,29
Pertama 0,44 0,55
Butu 0,72 0,90
Tunggulo Selatan 1,82 2,28
Berlian 0,65 0,82
Bongohulawa 0,87 1,09
Jumlah 79,74 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango, 2010
Tabel 4. Terlihat bahwa Kecamtan Tilongkabila yang memiliki wilayah
paling luas adalah Desa Motilango dengan luas 39,92km² (50,06%). Sedangkan
Desa yang terkecil wilayahnya adalah Desa Toto Utara dengan luas hanya 0,6 km²
(0,76%).
4.2. Topografi dan Jenis Tanah
Topografi wilayah Kecamatan Tilongkabila dengan ketinggian dari
permukaan laut antara 0-500 meter diantaranyaterdapat 3 sungai yakni Tilanta
(Desa Moutong), Peyapata (Desa Tunggulo), Batuwapadu (Desa Butu) dan satu
Gunung yakni Paaya di Desa Butu.
Jenis tanah umumnya bervariasi antara lain, Aluvial, Grumusol, Andosol,
Latosol, Podsolik dan Litosol. Berdasarkan sifat-sifatnya, tanah-tanah ini
mempunyai kemampuan lahan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi. Melihat
kondisi tanah yang ada, maka kebanyakan tanah di Kecamatan Tilongkabila
Kabupaten Bone Bolango dapat dibudidayakan komoditi pertanian, kecuali yang
diklasifikasikan sebagai Litosol, walaupun sebagaian diantaranya memerlukan
pemeliharaan yang efektif dengan adanya kendala-kendala yang dihadapi.
Pembatas uatama bagi pengembangan usahatani padi sawah adalah faktor kondisi
lereng (Bappeda Bone Bolango, 2012).Potensi lahan usahatani padi sawah di
Kecamatan Tilongkabila dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.Potensi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Tilongkabila Tahun
2010
Desa/Keluharan
Potensi
Luas
Sawah (Ha)
Diolah (Ha)
Sawah
(PU)
Sawah
Non PU
Jumlah
Toto Utara 116,8 116,8 - 116,8
Tamboo 80,8 79,50 1,30 80,8
Bongoime 115,70 115,70 - 115,70
Bongopini 110,6 101,00 9,60 110,6
Moutong 16,10 16,10 - 16,10
Tunggulo 8,30 - 8,30 8,30
Lonuo 2,00 - 2,00 2,00
Motilango 34,40 34,40 - 34,40
Iloheluma 90,30 90,30 - 90,30
Pertama 100,10 100,10 - 100,10
Butu 3,30 - 3,30 3,30
Tunggulo
Selatan
- - - -
Berlian * * * *
Bongohulaawa * * * *
Jumlah 678,40 653,90 24,50 678,40 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango, 2010
Ket * = Data masih gabung Desa Induk.
Pada Tabel 5, terlihat bahwa Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone
Bolango sangat strategis untuk usahatani padi sawah dengan melihat potensi lahan
yang cukup besar dimana luas lahan terbesar 116,8 Ha di Desa Toto Utara,
terkecil 3,30 Ha di Desa Butu dan hanya satu Desa yang tidak ada potensi lahan
usahatani padi sawah di Desa Tunggulo Selatan.
Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango secara rata-rata
beriklim relatif kering.Wilayah terkering (iklim E2 dengan rata-rata kurang dari 3
Bulan per Tahun bercuarah hujan lebih dari 200 mm) dan wilayah relatif basah
(iklim C1 dan C2, dengan 5 sampai 6 Bulan basah per tahun). Curah hujan tercatat
sekitar 11 mm- 266 mm. Secara umum, suhu udara di Kecamatan Tilongkabila
rata-rata siang hari 32,1°C dan pada malam hari 23,5°C. Kelemababan udara
relatif tinggi dengan rata-rata 79,9%.
4.3. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Tilongkabila pada Tahun 2009 adalah
15.375 jiwa. Dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 2,4 persen.
Sedangkan rata-rata tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Tilongkabila
adalah 193 per km².Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kecamatan Tilongkabila
No
Desa/Kelurahan
Jumlah
penduduk
Luas Km² Kepadatan
Per Km²
1. Toto Utara 1855 0,6 3092
2. Tamboo 1561 1,08 1445
3. Bongoime 2237 8,3 270
4. Bongopini 2474 6,56 377
5. Moutong 147 1,83 80
6. Tunggulo 1242 4,28 290
7. Lonuo 744 10,05 74
8. Motilango 1276 39,92 32
9. Iloheluma 1301 2,62 497
10. Permata 1287 0,44 2925
11. Butu 657 0.72 913
12. Tunggulo Selatan 465 1,82 255
13. Berlian * 0,65 *
14. Bongohulawa * 0,87 *
Total 16.569 79,74 208 Sumber :Dinas Pertanian Bone Bolango, 2010
Ket * = Data masih gabung Desa Induk
Tabel 6, terlihat bahwa Desa Bongopini memiliki jumlah penduduk yang
paling besar yaitu 2474 jiwa, sedangkan Desa Tunggulo Selatan memiliki jumlah
yang paling sedikit yaitu 465 jiwa. Pada Tabel , juga terlihat bahwa Desa Toto
Utara memiliki kapadatan penduduk yang paling besar yaitu 3092 jiwa/Km².
Sedangkan Desa Motilango memiliki kepadatan penduduk terkecil yaitu 32
jiwa/Km².
Tenaga kerja di Kecamatan Tilongkabila Tahun 2010 sebanyak 6.326jiwa
sedangkan yang tidak bekerja 621 jiwa.Tenaga yang bekerja menurut lapangan
usaha untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Jumlah tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan di Kecamatan
Tilongkabila
Gambar 3, terlihat bahwa penduduk Kecamatan Tilongkabila paling
banyak pada sektor pertanian yaitu 3.171 atau 50,13%, sektor jasa 1.462 atau
23,11%, dan Kecamatan Tilongkabila paling sedikit bekerja di sektor listrik, dan
air sebanyak 4 atau 0,06
4.4. Keadaan Ekonomi
Pengukuran tingkat perekonomian daerah biasanya didasarkan pada
angka Produk Demestik Regional Bruto (PDRB) baik berdasarkan atas harga
konstan maupun atas dasar harga yang berlaku.Keadaan PDRB berdasarkan harga
yang berlaku di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2010 adalah Rp.
338.231.485.083.
Data laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone Bolango tahun 2010
adalah sebesar 6,66%, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009
22 4 417
612
606
32 Pertanian
Pertambangan
Listrik, dan Air
Konstruksi
Perdagangan
Transportasi & Komunikasi Keuagan
Lapangan Usaha Jumlah Tenaga Kerja
sebelumnya yaitu 6,64%, dan pada tahun 2011-2012 diperkirakan 6,81%.Laju
pertumbuhan ekonomi salah satu indikator yang dapat dijadikan untuk
mengevaluasi pembangunan ekonomi suatu wilayah adalah pendapatan per kapita.
Indikator ekonomi ini digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan penduduk
suatu daerah. Pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Bone Bolango tahun
2010 Rp. 6,6 juta.
Untuk menunjang keadaan perekonomian suatu daerah maka diperlukan
infrastruktur pendukung ekonomi di Kecamatan Tilongkabila adalah fasilitas
perdagangan pasar senin, kamis, sabtu1 buah, toko/kios143 buah, warung/rumah
makan 103 bua, fasilitas Angkutan mobil dan bentor, fasilitas jalan
lokal/lingkungan31,1 km. Selain itu, untuk menunjang usahatani padi sawah
disuatu daerah maka diperlukan alat-alat pertanian khususnya untuk proses
budidaya dan pengolahan hasil pertanian agar proses produksi berjalan dengan
baik dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Adapun alat-alat pertanian yang
digunakan dalam pengolahan hasil pertanian di Kecamatan Tilongkabila pada
tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Alat-alat Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Tilongkabila Tahun
2010
Desa/
Kelurahan
Mesin Pengolah
Tanah
Mesin
Pemberantas
Jasad OPT
Pengolah Padi
Traktor
Roda
Dua
(unit)
Traktor
Roda
Empat
(unit)
Hand Sprayer Perontok
Padi
Pengering
Padi
Gilingan
Padi
Besar
Pompa
Air
Toto Utara 5 - 25 12 - 1 2
Tamboo 3 - 20 8 - 2 2
Bongoime 4 - 31 10 - 2 3
Bongopini 5 1 27 10 - 1 3
Moutong 4 - 15 5 - 1 1
Tunggulo - - 2 - - - -
Lonuo - - 2 - - - -
Motilango 2 - 18 6 - - 1
Iloheluma 2 - 10 5 1 - 1
Permata 4 - 20 7 - 3 2
Butu - - 1 - - - -
Tunggulo
Selatan
- 1 2 - - - -
Berlian * * * * * * *
Bongohula
wa
* * * * * * *
Total 29 1 173 63 1 10 15 Sumber : BPS Kab. Bone Bolango
Ket * = Data masih gabung Desa Induk.
Tabel 8, terlihat bahwa alat usatani padi sawah yang paling banyak
jumlahnya yaitu mesin pembrantas jasad organisme pengganggu tanaman yaitu
173 buah, sedangkan alat usahatani padi sawah yang jumlahnya sedikit adalah
tempat pengeringan padi dan pengolahan tanah masing-masing satu (1) buah.
4.5. Visi dan Misi Kabupaten Bone Bolango
Pembangunan dan kinerja penyelenggaraanpemerintahan mengharuskan
dimulai dari semua lini dan jenjang organisasiuntuk memiliki kemampuan dan
kemauan dalam hal membangun komitmen untuk melakukanperubahan terhadap
kualitas dan tatanan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
public. Arah kebijakan Pemerintahan Kabupaten Bone Bolango dengan visi:
“Terwujudnyapemerintahan yang amanah, demi terciptanya masyarakat madani”
Harus menjadi komitmen besar yang menyemangati penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.
Demikian pula Misi Pembangunan Kabupaten Bone Bolango 2010 – 2015, yakni
“Mewujudkan pemerintah yang bersih, taat hukum dan demokratis, serta
menciptakan masyarakat yang sejahtera, mandiri dan berkeadilan” harus menjadi
kerangka dasar dalam implementasi kebijakan penyelenggaraan pemerintahan
kedepan, melalui 4 (empat) strategi pembangunan daerah Tahun 2010-2015yang
diharapkan mampu menjembatani upaya pencapaian visi, misi dan tujuan
pembangunan,yaitu :
1. Mewujudkan perbaikan tata kelola pemerintahan
2. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
3. Mewujudkan pengembangan potensi ekonomi lokal dan sumber daya
alam,
4. Serta mewujudkan pembangunan sarana dan prasarana serta penataan
ruang wilayah
Demi mengantisipasi berbagai macam permasalahan dan tantangan
tersebut, menuntutpemerintah daerah untuk membuat suatu rancangan strategis
dan kebijakan yang tepat, terarahdan mudah dintegrasikan. Oleh karena itu
strategi pembangunan ekonomi lokal adalah salah satu indikator terpenting untuk
lima tahun kedepan, diarahkan untuk peningkatan produktivitas sektorpertanian,
peternakan, perikanan, kehutanan, perdagangan, industri kecil dan
menengah,koperasi, ketenagakerjaan dan pariwisata.
Pembangunan pertanian di Kabupaten Bone Bolango tetap dianggap sektor
terpentingdari keseluruhan pembangunan ekonomi. Beberapa alasan mendasar
pentingnyapembangunan pertanian adalah :
1. Potensi sumberdayanya yang besar dan beragam
2. Pangsa terhadap pendapatan daerah cukup besar
3. Besarnya penduduk yangmenggantungkan hidupnya pada sektor ini
4. Peranannya dalam penyediaan pangan masyarakat
5. Menjadi basis pertumbuhan di perdesaan.
Fakta menunjukkan bahwa walaupun potensi pertanian di Kabupaten Bone
Bolangosangat besar, namun sampai saat ini, sebagian besar pelaku ekonomi yang
terlibat dalamsektor pertanian yakni petani, merupakan golongan masyarakat
sangat miskin. Sebagian besar petani masih hidup dalam kondisi yang subsisten
dengan posisi bargaining dan nilai tukar petaniyang sangat lemah.
Berdasarkan permasalahan dan tantangan pembangunan sektor pertanian
pada limatahun kedepan, maka sasaran pembangunan pertanian diarahkan untuk:
1. Penajamanpelaksanaan “Panca Usaha Tani” yang meliputi, pemakaian dan
perbaikan irigasi, penggunaanbibit unggul, penggunaan pupuk,
pemberantasan hama dan penyakit, serta perbaikan cara bercocok tanam
dan teknologi.
2. Investasi proyek-proyek padat karya di pedesaan.
3. Mengembangkan ciri khas komoditi daerah dengan mengadopsi teknologi
yang ramah lingkungan.
4. Peningkatan hak akses petani untuk memperoleh kredit pertanian.
5. Pembangunan sistem agribisnis dan usaha agribisnis yang berdaya saing,
berkerakyatan,berkelanjutan, dan desentralistik.
4.6. Gambaran Umum Instansi
Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Ketahanan Pangan, sesuai
dengan Keputusan Bupati Bone Bolango, mempanyai tugas pokok merencanakan,
merumuskan dan melaksanakan kebijakan umum di bidang Pertanian dan
Peternakan. Sementara fungsi dari Dinas Pertania, Perkebunan, Peternakan dan
Ketahanan Pangan ini adalah sebagai berikut :
1. Menyusun rencana teknis operasional pembangunan pertanian
2. Melaksanakan kegiatan pengembangan pembangunan pertanian
3. Mengkaji dan menganalisa teknologi pertanian
4. Melaksanakan pelatihan, pengujian dan penerapan teknologi
5. Melaksanakan produksi dan pengembangan peternakan serta kesehatan
hewan
6. Melakukan koordinasi untuk pemuliaan dan sertifikasi bibit
7. Melaksanakan tugas pengawasan operasional kesehatan ternak serta
peredaran obat-obatan untuk hewan
8. Pengawasan pakan ternak dan hasil ikutannya
9. Monitor dan evaluasi peternak dan kelompok tani/ternak
10. Monitor dan evaluasi serta pelaporan
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, maka Dinas Pertanian,
Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan Pangan mengacu pada Visi Pemerintah
Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan visi tersebut, maka Dinas Pertanian,
Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan Pangan menetapkan Visinya yaitu :
“Pertanian Maju dan Berkelanjutan”.
Selanjutnya untuk mewujudkan Visi tersebut dirumuskan Misi Dinas
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone
Bolango sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah yang
kreatif, produktif di bidang pertanian yang amanah dan profesional
2. Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efesien berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan sumber daya lokal, serta
berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis
3. Memfasilitasi petani, kelompok tani/gapoktan dan akses modal usahatani
melalui perbankan/swasta
4. Meningkatkan produksi dan produkifitas pertanian dalam pemenuhan
kebutuhan pangan dan mengalakkan penganekaragaman komsumsi pangan
5. Memantapkan sistem kelestarian alam dan sumber daya air serta pemanfaatan
lahan bagi sumber pakan ternak
Dalam mencapai visi misi tersebut, maka perlu ditetapkan tujuan dan
sasaran yang akan dicapai dalam jangka 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun yang
mengacu pada Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Tahun
2011-2015.
a. Tujuan
1. Mengembangkan sistem dan Usaha Agribisnis dalam rangka peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani
2. Mengembangkan komoditi tanaman pangan, palawija, hortikultura dan
peternakan melalui sentra-sentra produksi pertanian dan peternakan yang
sudah ada, serta mendorong pengembangan sentra produksi baru
3. Mengembangkan komoditas unggulan spesifik lokasi sebagai komoditas
andalan kabupaten
4. Meningkatkan penerapan ilmu dan teknologi pertanian dan peternakan untuk
peningkatan produksi, serta mendorong pengembangan sistem dan usaha
agribisnis yang efisien, modern dan global
5. Mengantisipasi pasar global dengan meningkatkan mutu dan daya saing
produk pertanian dan peternakan
6. Memenuhi kebutuhan pangan di daerah dan mendukung diversifikasi pangan
melalui pengembangan pangan lokal
b. Sasaran
1. Meningkatnya pendapatan petani dan peternak lewat usahatani dan usaha
peternakan
2. Meningkatnya produksi pertanian dan peternakan
3. Tersedianya Sumberdaya Manusia di bidang pertanian yang professional dan
berwawasan global
4. Terciptanya lapangan kerja di sektor pertanian
5. Terciptanya sistem agribisnis yang utuh dan dinamis untuk mendorong iklim
ekonomi daerah yang mantap
6. Peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat petani, untu mencapai 10
juta ton beras
Adapun program Dinas Pertanian Khususnya Bagian Ketahanan Pangan
antara lain sebagai berikut :
- Sekolah lapang pengendalian tanaman terpadu terpadu (SL-PTT)
- Sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SL-PHT)
- Farmer Empowerment Trought Agricultural Technology and
Informationatau Program pemberdayaan petani melalui teknologi dan
Informasi Pertanian(FEATI)
- Penerapan budidaya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP) dan
Prosedur Operasional Standar Budidaya (Standar Operasional Prosedur
/SOP)
- Evaluasi dan pelaporan kinerja penyuluh sebagai pelaksana teknis
dilapangan
Pengembangan usahatani padi sawah istansi terkait yaitu Balai
Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH)
Provinsi Gorontalo, Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPTPH) Provinsi Gorontalo, Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Bone Bolango, Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan
Ketahanan Pangan, Kabupaten Bone Bolango, dan memiliki peran yang strategis
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah terutama dikaitkan dalam rangka
pemenuhan pangan dan pemberdayaan petani yaitu Balai Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kelautan (BP3K) Kecamatan Tilongkabila sebagai pelaksana
teknis program Dinas pertanian.
Kecamatan Tilongkabila mempunyai sumberdaya lahan yang cukup
potensial untuk dimanfaatkan dan didayagunakan terutama untuk lahan pertanian
dan komoditi pertananian di Kecamatan Tilongkabila jagung, kedelai, kecang
tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Berdasarkan data tahun 2007, potensi
lahan yang digunakan untuk penanaman padi sawah adalah seluas 1.242 Ha
dengan produksi sebesar 8.092 ton.Data selengkapnya bisa dilhat pada Tabel 9.
Tabel 9.Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Kecamatan
Tilongkabila Tahun 2006-2011
Keterangan
2007
2008 2009 2010 2011
Luas Tanam
(Ha) 1.150 1.356 1.389 1.749 1.342
Luas Panen
(Ha) 1.242 1.343 1.160 1.308 1.996
Produksi
(Ton) 8.092,5 6.132,5 7.888 6.801,6 6.585,4
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Ketahanan Pangan dan Peternakan, 2011
Berdasarkan Tabel 9, terlihat bahwa pada tahun 2007 terjadi peningkatan
produksi yang signifikan. Hal itu disebabkan oleh bertambahnya luas lahan yang
ditanami padi sawah.Di tahun-tahun berikutnya produksi padi sawah di
Kecamatan Tilongkabila stabil, bahkan terjadi peningkatan lagi di tahun
2009.Tetapi melihat tahun 2011 menurun produksi hanya 6.585,4 ton. Maka
dicanakan program SL-PTT yaitu Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU)
tahun 2012 menerapkan sistem 2 pola SL-PTT yaitu pola sistem spesifikasi lokasi
dengan syarat kelompok mempunyai lahan 25 Ha dengan jumlah uang Rp.
3.700.000/kelompok tani dan pola sistem regular yaitu syarat luas lahan 25 Ha,
hanya 1 Ha yang memperoleh sarana produksi lengkap dan 24 Ha hanya
ditanggung benih unggul.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal digunakan untuk menilai faktor-faktor
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) yang dalam upaya
pengembangan ushatani padi sawah di Kecamatan Tilongkabila sebagai salah
satu komoditas unggulan daerah. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
melakukan analisis lingkungan internal akan diuraikan berikut ini.
5.1.1. Kekuatan
a. Adanya dukungan Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango
Pemerintah Kabupaten Bone Bolango memprioritaskan peningkatkan
produksi dan produkifitas pertanian dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan
mengalakkan penganekaragaman komsumsi pangan, melaksanakan pelatihan
dalam peningkatan Sumberdaya Manusia sebagai penguatan kelembagaan petani,
melakukan koordinasi untuk pemuliaan dan sertifikasi bibit serta memfasilitasi
benih unggul, sarana dan prasarana pertanian.
Dalam mewujudkan keberhasilan ketahanan pangan dan kesejahteraan
petani pengembangan usahatani padi sawah di Kecamatan Tilongkabila, untuk
mengoptimalkan potensi wilayah Kecamatan Tilongkabila sebagai kawasan
pengembangan usahatani padi sawah, diperlukan penanganan secara terintegrasi
dan terpadu oleh seluruh instasi terkait dengan jaringan usahanya mulai dari tahap
budidaya hingga pemasarannya.
Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango dalam pengembangan program
sub sektor tanaman pangan untuk pencapaian swasembada berkelanjutan
ditempuh melalui :
1. Peningkatan produktivitas hasil dengan meningkatkan mutu intensifikasi,
penerapan teknologi unggul tepat guna dan spesifik lokasi, pengunaan
benih varietas unggul bermutu, penerapan pupuk berimbang dan organik
2. Perluasan areal tanam melalui upaya khusus dengan peningkatan cetak
sawah baru, optimalisasi pemanfaatan Jaringan Irigasi Tingkat Usahatani
(JITUT) dan Jaringan Irigasi Desa (JIDES)
3. Pengamanan produksi melalui : Pengendalian Organisme Penganggu
Tanaman (OPT), Penanganan Penen dan Pasca Panen, serta pemanfaatan
Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA).
4. Program peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan
kemampuan kelembagaan kelompok tani dan Gabungan Kelompok tani
(Gapoktan), manajemen usahatani, kemampuan penangkar benih,
penerapan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT),
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) dan
Kewirausahaan.
5. Pengenalan teknologi baru yaitu penerapan pola tanam sistem jajar legowo
4 (empat) kali 1 (satu) dan legowo 2 (dua) kali 1 (satu) dan alat Bagan
Warna Daun (BWD) untuk mengetahui pemakaian dosis pupuk yang
digunakan, kekurangan atau berlebihan dalam pemakaian.
b. Tersedianya Benih Unggul
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPSBTPH) Provinsi Gorontalo dukungannya dalam pembangunan pertanian
Kabupaten Bone Bolango Khususnya di Kecamatan Tilongkabila yaitu :
1. Terwujudnya Good Governence di bidang pertanian
2. Beredarnya benih bersertifikat yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan petani
3. Terselenggaranya pengawasan perbenihan yang berkualitas dan
professional
4. Terselenggaranya sarana dan prasarana pengawasan mutu dan sertifikasi
tanaman
Indikator pencapaian program ialah peningkatan penguasaan ilmu
pengetahuan di bidang perbenihan melalui program “Sumberdaya Manusia
Bidang Perbenihan”, peningkatan pengembangan sistem perbenihan melalui
kegiatan “Permasyarakatan Penggunaan Benih Unggul dan Sosialisasi Peraturan
Perbenihan” dan peningkatan kelembagaan perbenihan melalui kegiatan
“Pembenihan Penangkar Benih”. Benih bersertifikasi dan dibudidayakan di
Kecamatan Tilogkabila yaitu Benih Cibogo, Ciherang, Impari 3 (tiga), 4 (empat),
10, 13, Cigenlis, Mekongga, Mira 1 (satu), Tukad Balian dan R64.
c. Tingkat Kesuburan Tanah
Tanaman padi dapat tumbuh subur di tempat yang cukup tinggi dan
dataran rendah sesuai varietas padi seperti di daerah pegunungan dengan
ketinggian sekitar 500 sampai 3000 meter dan di dataran rendah di atas
permukaan laut (dpl). Namun tempat yang ideal berkisar antara 1000-1300 m
diatas permukaan laut.Tetapi tingkat kesuburan tanah untuk usahatani padi sawah
dipengaruhi oleh unsur hara tanah, ketersediaan air untuk lahan basah, pemupukan
berimbang, varietas benih.teknik budidaya yang baik dan benar.
Hasil kerjasama instansi terkait sehingga vareitas sesuai spesifikasi tanah,
uji kelayakan dan kesuburannya maka ditentukan varietas padi yang dapat
dikembangkan dan dibudidayakan yaitu Cibogo, Ciherang, Impari3 (tiga), 4
(empat), 10, 13, Cigenlis, Mekongga, Mira 1 (satu), Tukad Balian dan R64.
d. Waktu Tanam dan Panen
Pola tanam yang dilakukan petani usahatani padi sawah di Kecamatan
Tilongkabila adalah pola tanam Legowo sesuai instruksi penyuluh pertanian.
Tetapi masih banyak juga yang mengunakan pola tanam Tabela karena
menurutnya sistem tanam tersebut lebih menguntungkan.
Pertanaman usahatani padi sawah biasanya dilakukan pada bulan Januari,
Juli dan Oktober sebagai waktu pertanaman yang utama sesuai kesepakatan
musyawarah yang dihadiri petani, pemerintah dalam penentuan bulan tanam
serentak. Namun demikian berdasarkan pengamatan dilapangan, pertanaman
usahatani padi sawah yang sama. Sehingga ini menunjukkan bahwa ada
kesamaan waktu dalam melakukan pertanaman sehingga masa panen pun dapat
terjadi secara bersamaan pada bulan Desember (panen raya).
e. Kondisi Agroklimat yang Mendukung
Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango secara rata-rata
beriklim relatif basah.Wilayah terkering (iklim E2 dengan rata-rata kurang dari 3
Bulan per Tahun bercuarah hujan lebih dari 200 mm) dan wilayah relatif basah
(iklim C1 dan C2, dengan 5 sampai 6 Bulan basah per tahun). Curah hujan tercatat
sekitar 11 mm- 266 mm. Secara umum, suhu udara di Kecamatan Tilongkabila
rata-rata siang hari 32,1°C dan pada malam hari 23,5°C. Kelemababan udara
relatif tinggi dengan rata-rata 79,9%.Maka berdasarkan dari suhu iklim dan curah
hujan ini usahatani padi sawah bisa dikembangkan di Kecamatan Tilongkabila.
f. Kualitas Sumber Daya Manusia Penyuluh Pertanian Kecamatan
Tilongkabila
Sumberdaya manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam
memajukan aspek agribisnis.Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dapat
menurunkan kualitas agribisnis, demikian pula sebaliknya.Oleh karena itu,
kualitas sumber daya manusia harus diperhatikan atau ditingkatkan dalam hal
pendidikan, penguasaan teknologi, keterampilan dan pengalaman.
Sumberdaya Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kelautan
Kecamatan Tilongkabila dinilai cukup baik hal ini dapat dilihat dari tingkat
pendidikan para pegawai yang ada. Sampai tahun 2012 jumlah pegawai dengan
tingkat pendidikan strata 1 (satu) berjumlah 2 (dua) orang, diploma berjumlah 2
(dua) orang dan tamatan SMA berjumlah 8 orang. 12 orang penyuluh terbagi di
14 Desa yang ada di Kecamatan Tilongkabila. Tapi disamping itu untuk
meningkatkan kualitas Sumberdaya manusia Balai Peyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kelautan (BP3K) Kecamatan Tilongkabila yang merupakan
kepanjangan tangan dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Bone Boalango diberikan kesempatan bagi para pegawai
untuk melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi melalui beasiswa daerah.
5.1.2. Kelemahan
a. Mutu Beras Rendah
Kandungan kadar air gabah dalam seluruh tingkatan mutu tidak boleh
melebihi 14%. Penetepan BULOG dalam pembelian beras dalam negeri maupun
impor atas tingkat kadar air lebih merupakan pertimbangan untuk penyimpanan
daripada gambaran mengenai pilihan konsumen. Beras yang ada di Kecamatan
Tiongkabila masih berkadar air 14% melalui pengeringan tetapi kualiitas atau
mutu berasnya masih dibawah. Hal ini lihat dari segi fisiknya putih, kecil, tidak
panjang, kurus dan biasanya ada yang hitam berasnya.
b. Kurannya Kesadaran Petani dalam Aspek Budidaya
Sebagian besar petani di Kecamatan Tilongkabila masih belum mengenal
pedoman budidaya yang baik dan benar (GoodAgriculturepreactices) yang
diterapkan oleh pemerintah. Kesadaran petani tentang budidaya yang baik dan
benar belum diterapkan walaupun didampingi oleh penyuluh. Sehingga ini
merupakan suatu kelemahan dalam pengembangan usahatani padi sawah. Tetapi
juga ada sebagian petani yang sudah melakukan budidaya yang baik dan benar
seperti petunjuk penyuluh pertanian.
Teknik budidaya yang mempengaruhi produktivitas usahatani padi sawah
sehingga yang diharapkan oleh penyuluh kesadaran dalam budidaya yang meliputi
penggunaan bibit berkualitas baik, varietas berproduksi tinggi, pengendalian hama
dan penyakit yangoptimal, penggunaan sarana produksi yang tepat, serta
pengelolaan tanah dan air dan pemupukan yang berimbang. Karena satu kesatuan
ini merupakan subtansi yang perlu diperhatikan dalam usahatani padi sawah.
c. Penyaluran Modal yang tidak Obyektif
Modal menjadi faktor kelemahan karena petani padi sawah di Kecamatan
Tilongkabila hanya memiliki modal yang kecil dalam pengembangan usahanya.
Demikian juga dengan kelembagaan petani seperti kelompok tani kurang berjalan
dengan baik karena petani terbiasa mengharapkan bantuan dari pemerintah
khususnya Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Bone Bolango dalam melakukan kegiatan kelompok usahatani.
Kemudian juga dalam penyaluran bantuan pemerintah lambat sehingga petani
sudah lebih dulu mengutang penampung beras. Modal yang disalurkan tidak
obyektif biasanya bantuan masuk hanya orang-orang berpengaruh dalam sebuah
kelompok tani dan biasanya bantuan sistem sentris atau keluarga.
d. Penanganan Panen dan Pasca Panen
Petani di Kecamatan Tilongkabila cara penangan panen masih memakai
sabit, dan prontok. Setelah penen dilakukan pengeringan di tempat pengeringan di
Desa Permata salah satu penampung beras sampai mencapai kadar air 14%
kemudian digiling, diparut, pemutih beras kemudian setelah itu dipasarkan ke
penampung beras.
a. Sulitnya Akses terhadap Perbankan
Usaha agribisnis padi sawah di Kecamatan Tilongkabila mendapat
dukungan dari lembaga keuangan berupa perbankan seperti Bank Rakyat
Indonesia, Bank Sulut, BNI dan Bank Danamon.Lembaga keuangan tersebut
umumnya telah terdapat di Kecamatan dan dapat diakses oleh petani dan pelaku
usaha. Tetapi pada kenyataannya petani susah untuk meminjam kredit dari Bank
karena syarat-syarat yang memberatkan posisi petani sulit karena terlalu banyak
administrasi yang diurus dan biasanya harus ada jaminan atau angunan dalam
proses peminjaman.
e. Upah Tenaga Kerja Tinggi
Upah tenaga kerja adalah salah satu komponen penting dalam usahatani
padi sawah. Upah tenaga kerja dari yang semakin tinggi mulai dari proses
pengolahan tanah trektor Rp.200.000, penanaman Rp.200.000, pemeliharaan
Rp.650.000 Hal ini menjadi salah satu kelemahan dalam pengembangan
usahatani padi sawah karena akan meningkatnya upah tenaga kerja sehingga
keuntungan yang diperoleh petani sedikit dan biasa juga tidak mendapatkan
keuntungan.
Tabel 10. Indentifikasi Faktor-Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
Kekuatan Kelemahan
1. Adanya dukungan Dinas
Pertanian Kabupaten Bone
Bolango
2. Tersedianya benih unggul
3. Tingkat keseburan lahan
4. Waktu tanam dan panen
5. Kondisi Agroklimat yang
mendukung
6. Kualiatas SDM penyuluh
lapangan
1. Mutu beras rendah
2. Tingkat kesadaran dalam aspek budidaya
3. Panyaluran modal yang tidak obyektif
4. Perbaikan irigasi yang berkepanjangn
5. Sulitnya akses terhadap perbankan
6. Upah tenaga kerja tinggi
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.
Berdasarkan Tabel 10. Maka untuk pengembangan usahatani padi sawah
ada 6 kekuatan dan 6s kelemahan yang perlu ditingkatkan untuk mendukung
pengembangan usatani padi sawah di Kecamatan Tilongkabila.
5.2. Analisis Lingkungan Eksternal
5.2.1. Peluang
a. Adanya Potensi Pemasaran Beras
Usahatani padi sawah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal
yang ada di Kecamatan Tilongkabila untuk menjadi pemasok di 103 rumah
makan yang ada di Kecamatan Tilongkabila,dan satu pasar tradisional di
Kecamatan yakni di Desa Bongoime yaitu Pasar Jaya.Tetapi penyalur beras
terbesar yang ada di Kecamatan Tilongkabila yang distribusikan ke pedang
pengecer yaitu Pak Samsudin.Pernah memasukkan beras ke Departemen Store
Karsa Utama dengan kemasan 5kg. Tetapi kebutuhan akan beras di Kecamatan
Tilongkabila lebih tinggi. Sehingga Pak Samsudin memutuskan mitra dengan
Karsa Utama.
b. Pasar Keluar Daerah
Ada 3 (tiga) penampung beras di Kecamatan Tilongkabila, Pak Samsudin
sebagai pemasar di tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten. Sedangkan Ibu
Yusri dan Pak Daud sebagai penyalur beras keluar daerah guna memenuhi
permintaan beras per musim tanam khususnya ke Manado, Bitung, Amurang, dan
Tomohon sebesar 32 ton terbagi ke 4 (empat) tempat tersebut. Beras yang dibeli
akan dijual kembali ke pasar tradisional dan rumah makan.
c. Perkembangan Teknologi dan Informasi yang Cepat
Perkembangan teknologi dan informasi yang makin cepat saat ini bisa
membantu petani untuk mendapatkan informasi yang tepat dan akurat yang
berhubungan produksi, pengolahan dan pemasaran beras. Demikian juga bagi
Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone
Bolango akan semakin mudah mengakses berbagai informasi terkait dengan
pengembangan usahatani padi sawah. Langkah pengenalan teknologi terus di
informasikan kepada petani melalui pelatihan, sosialisasi dan pengujian langsung
dilapangan.
d. Pertambahan Penduduk Semakin Meningkat
Pertambahan penduduk merupakan suatu potensi besar dalam permintaan
suatu barang. Karena pada hakekatnya manusia atau masyarakat membutuhkan
sebuah kebutuhan pangan untuk mempertahankan hidupnya. Kemudian beras
menjadi bahan pokok yang dikomsumsi oleh masyarakat. Baik dari kalangan
bawah, menengah dan kalangan atas. Untuk itu pertambahan penduduk
mendorong agar ketersediaan bahan pangan seperti beras tetap harus di jaga dan
dibudidayakan dalam menekan impor luar negeri.
e. Kawasan Toluk Tomini
Kawasan toluk tomini merupakan salah satu potensi kawasan pemasaran
untuk ekspor beras keluar daerah. Karena ini merupakan infrastruktur mendukung
dan kiranya ini menjadi salah satu yang bisa dimanfaatkan agar beras pemasaran
bukan saja melalui darat, tapi juga melalui laut. Potensi dan infrastruktur yang
ada ini agar kiranya menjadi motivasi besar buat petani usahatani padi sawah di
Kecamatan Tilongkabila. Lebih progres dalam meraih pasar.
f. Bertambahnya Dominasi Rumah Makan di Provinsi Gorontalo
Bertambahnya dominasi rumah makan di Provinsi Gorontalo merupakan
peluang yang sangat besar dalam mendistribusikan atau bermintra dengan pihak
rumah makan menjadi pemasok. Sehingga yang menjadi catatan untuk petani
yaitu agar memperbaiki kualitas dan mutu beras melalui budidaya yang baik dan
benar.
5.2.2. Ancaman
a. Fluktuasi Harga Beras
Naik turunnya harga komoditas pertanian yang termasuk di dalamnya
harga beras menjadi salah satu kendala dalam pengembangan usahatani padi
sawah di Kecamatan Tilongkabila. Ketidakpastian dan permainan harga ditingkat
saluran pemasaran membuat kerugian dikalangan petani dalam usahatani padi
sawah.Harga beras Manado Rp.8.000/kg, harga penampung, Rp.7.500/kg, harga
tangkulak Rp. 7.000/kg sampai Rp. 6.500/kg.
b. Serangan Organisme Pengganggu Tanaman
Di Kecamatan Tilongkabila Serangan Organisme Pengganggu Tanaman
sangat meresahkan di antara petani. Karena disaat mengalami serangan OPT ini
petani bisa mengalami penurunan produksi beras bahkan sampai menyebabkan
gagal panen. Beberapa organisme penggaggu tanaman atau hama yang menyerang
tanaman padi sawah di Kecamatan Tilongkabila ialah lalat bibit, keong, ulat
grayak, walang sangit, pengerek batang, ulat, kupu-kupu putih palsu, wereng
coklat, dan kepiting tanah. Tetapi sebaliknya penyakit yang menyerang tanaman
padi di Kecamatan Tilongkabila antara lain : Hawar daun, cendawan dan blas
daun.
c. Beras Impor dengan Kualitas dan Harga Bersaing
Beras hasil gilingan di Kecamatan Tilongkabila masih dibawah
kualitasnya hal ini dinilai dari fisiknya dimana beras impor lebih putih dari beras
lokal. Tetapi dari segi rasa beras lokal lebih enak dari pada beras impor, sehingga
banyak konsumen dan produsen melakukan pencampuran ke 2 (dua) beras
tersebut. Kemudian juga dari segi harga beras impor lebih murah dibandingkan
beras lokal.Contohnya ketika harga beras lokal Rp. 8.000/kg, maka harga beras
impor turun dengan harga Rp. 7.000/kg.
d. Pasar Bebas (Neoliberalisme)
Dengan adanya pasar bebas
e. Permainan Harga dalam Saluran Pemasaran Beras
Berdasarkan hasil dilapangan bahwa ternyata ada permainan dalam saluran
pemasaran beras. Dimana di Kecamatan Tilongkabila tangkulak-penampung
beras-pengecer, saluran sering mempermainkan harga. Misalnya harga beras Rp.
8.000/kg, diambil tangkulak 6.500/kg, penampung Rp. 7.000/kg. Namun di
Kecamatan Tilongkabila penampung memberikan modal dalam proses produksi
atau budidaya dengan catatan berasnya dipasarkan ke penampung, tapi dengan
lebih rendah yang sementara berjalan.
f. Konversi
Adapun peluang dan ancaman yang dihadapi usahatani padi sawah dalam
pengembangannya dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Indentifikasi Faktor-Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Peluang Ancaman
1. Poteni pemasaran beras
2. Pasar keluar daerah
3. Pasar keluar Daerah
4. Perkembangan teknologi dan
informasi yang cepat
5. Pertambanhan penduduk semakin
meningkat
6. Bertambahnya dominasi rumah
makan di Prov. Gorontalo
1. Fluktuasi harga beras
2. Serangan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT)
3. Beras impor dengan kualitas dan
harga bersaing
4. Pasar Bebas (Neoliberalisme)
5. Permainan harga dalam saluran
pemasaran
6. Konversi produksi padi sawah ke
komoditi kedelai
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.
Pada Tabel 11. Terlihat bahwa pengembangan usahatani padi sawah
terdapat 6 peluang yang dapat dimanfaatkan dengan mengunakan kekuatan-
kekuatan yang dimiliki dan 6 ancaman yang sewaktu-waktu dapat menyebabkan
kegagalan atau kerugian sehingga diperlukan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor yang paling mendukung
pengembangan usahatani padi sawah di Kecamatan Tilongkabila dilakukan sesuai
analisis sebagai berikut : pemberian bobot pada setiap faktor yang nilai
kumulatifnya dimulai dari 1,00 (paling penting) hingga 0,00 (tidak penting).
Bobot tersebut maksimal sampai nilai skor 1,00. Kemudian faktor-faktor tersebut
diberi nilai rating dan pemberian nilai kelemahan sebaliknya, jika kelemahan
terbesar diberi nilai 1, tetapi apabila kelemahannya kecil diberi nilai 4 dan peluang
paling kecil diberi nilai 1. Kemudian sebaliknya pada ancaman yang paling kecil
diberi nilai 4 dan yang paling besar diberi nilai (Hunger dan Wheleen,
2003).Nilai rating untuk faktor internal dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Nilai Rating Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
No
.
Faktor Internal Bobot Rating B x R Ket
1.
2.
3.
4.
5.
6.
a. Kekuatan (strength)
Adanya dukungan Dinas
Pertanian Kabupaten Bone
Bolango
Tersedianya benih unggul
Tingkat keseburan lahan
Kualitas SDM penyuluh
lapangan
Kondisi agroklimat yang
mendukung
Waktu tanam dan panen
0,09
0,13
0,07
0,13
0,04
0,04
3
4
1
4
3
2
0,27
0,52
0,07
0,52
0,12
0,08
Kekuatan utama :
1. Kualiatas SDM
penyuluh
lapangan
2. Ketersediaan
benih unggul
Nilai Total =1,58
1.
2.
3.
4.
5.
6.
b. Kelemahan(weakness)
Mutu beras rendah
Kurangnya kesadaran
petani dalam aspek
budidaya
Perbaikan irigasi yang
berkepanjangan
Penyaluran modal tidak
obyektif
Sulitnya akses terhadap
perbankan
Upah tenaga kerja tinggi
0,13
0,09
0,07
0,13
0,04
0,04
1
2
2
1
3
4
0,13
0,18
0,14
0,13
0,12
0,16
Kelemahan utama :
1. Mutu beras
rendah
2. Penyaluran
modalyang
tidak obyektif
Nilai Total =0,86
Total 1,00 2,44 Sumber : Data setelah diolah, 2012.
Tabel 12, terlihat bahwa nilai total faktor kekuatan adalah 1,58sedangkan
nilai total faktor kelemahan hanya 0,86keadaan ini menunjukkan bahwa faktor
kekuatan untuk pengembangan usahatani padi sawah lebih besar dari faktor
kelemahan sebagai penghambat perkembangan usahatani. Kekutan utama yang
harus didayagunakan kualitas sumberdaya manusia penyuluh lapangan dan
ketersediaan benih unggul sedangkan kelemahan utama yang harus diatasi adalah
standar mutu dan kualitas beras dan peyaluran modal yang tidak
obyektif.Sedangkan nilai rating untuk faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Nilai Rating Eksternal (Peluang dan Ancaman)
No. Faktor Eksternal Bobot Rating B x R Ket
1.
2.
3.
4.
5.
6.
a. Peluang(opportunities)
Potensi pemasaran beras
Pasar keluar daerah
Perkembangan teknologi
dan informasi yang cepat
Pertambahan penduduk
semakin meningkat
Kawasan teluk tomini
Bertambahnya dominasi
rumah makan di Prov.
Gorontalo
0,13
0,13
0,07
0,09
0,04
0,04
4
4
3
3
2
1
0,52
0,52
0,21
0,27
0,08
0,04
Peluang utama :
1. Adanya
potensi
pemasaran
beras
2. Pasar ke luar
Daerah
Nilai Total =1,64
1.
2.
3.
4.
5.
6.
b. Ancaman(threats)
Fluktuasi harga beras
Serangan Organisme
Pengganggu Tanaman
(OPT)
Beras impor dengan
kalialitas dan harga
bersaing
Pasar bebas
(neoliberalisme)
Permainan harga dalam
saluran pemasaran
Konversi produksi padi
sawah ke kedelai
0,09
0,07
0,13
0,04
0,13
0,04
2
2
1
3
1
4
0,18
0,14
0,13
0,12
0,13
0,16
Ancaman utama :
1. Permainan
harga dalam
saluran
pemasaran
2. Masuknya
beras impor
dengan
kualitas yang
harga bersaing
Nilai Total =0,86
Total 1,00 2,50 Sumber : Data setelah diolah, 2012.
Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa nilai total faktor peluang 1,64lebih
besar dari pada nilai total ancaman 0,86. Hal ini menunjukkan bahwa peluang
pengembangan usahatani padi sawah lebih besar dibanding dengan ancaman yang
akan dihadapi dalam pengembangan usahatani padi sawah.
Peluang utama yang sangat menjanjikan adalah adanya potensi pemasaran
beras di Kecamatan Tilongkabila dan pemasaran ke luar daerah untuk meraih
peluang tersebut tentunya mendayagunakan kekuatan yang dimiliki.Sedangkan
ancaman utama yang dihadapi sulitnya akses untuk perbankan dan masuknya
beras dengan kualitas dan harga yang bersaing.
Untuk mengetahui strategi pengembangan usahatani padi sawah di
Kecamatan Tilongkabila dengan mengunakan diagram Analisis SWOT dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram Analisis SWOT usahatani padi sawah di Kecamatan
Tilongkabila
Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki lebih
besar dari pada kelemahannya, menghasilkan sumbu X dalam diagram SWOT.
Demikian juga peluang yang dihadapi lebih besar dari pada ancaman sehingga
menghasilkan sumbu Y dalam diagram SWOT dengan nilai menunjukkan bahwa
selesih antara peluang dan ancaman menunjukkan angka 0,78 sedangkan selisih
antara kekuatan dan kelemahan 0.72. Strategi pengembangan usahatani padi
sawah di Kecamatan Tilongkabila berada pada kuadran 1 dimana mendukung
startegi yang agresif atau strategi SO (Strenght – Opportunities), pengambil
keputusan menggabungkan dua situasi dimana memiliki posisi yang kuat, yang
ditunjukkan oleh kekuatan dan peluang yang dimiliki (Pearce dan Robinson,
2008).
Hal ini menunjukkan bahwa posisi pengembangan usahatani padi sawah di
Kecamatan Tilongkabila berada pada situasi yang sangat menguntungkan karena
memiliki kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.Dengan
demikian, strategi sebaiknya yang dijalankan pada kondisi demikian ini adalah
strategi kebijakan mendukung pertumbuhan agresif (Growth Oriented Strategy)
yaitu mengunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (Hunger dan Wheleen,
2003).
Untuk mengetahui lebih lanjut strategi pengembangan usahatani padi
sawah di Kecamatan Tilongkabila adalah mengidentifikasi cara-cara alternatif
sehingga organisasi dapat mengunakan kekuatan khususnya untuk mengunakan
kesempatan peluang atau untuk menghindari ancaman, dan mengantasi
kelemahan.Matriks SWOT mengambarkan bagaimana manajemen dapat
mencocokkan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi suatu perusahaan
tertentu dengan kekuatan dan kelemahan internalnya.Metode ini mengarah pada
brainstorming untuk menciptakan strategi-strategi alternatif yang mungkin tidak
terpikirkan oleh manajemen (Hunger dan wheleen, 2003).Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 14.
Tabel 14. Analisis Strategi Interaksi Faktor Internal dan Eksternal
Faktor-Faktor Eksternal
Peluang (opportunities) Ancaman (threats)
Faktor-Faktor Internal
1. Solidaritas kelompok
tani
2. Adanya potensi
pemasaran beras di
Kecamatan
Tilongkabila
3. Pasar keluar Daerah
4. Perkembangan
teknologi dan
informasi yang cepat
5. Kondisi agroklimat
yang mendukung
6. Potensi wilayah yang
dikembangkan luas
1. Fluktuasi harga beras
2. Serangan Organisme
Pengganggu
Tanaman (OPT)
3. Sulitnya akses untuk
perbankan
4. Petani menunggak
pengembalian
pinjaman
5. Masuknya beras
impor dengan
kualitas dan harga
yang bersaing
6. Perbaikan irigasi
lomaya yang
berkepanjangan
Kekuatan (strength)
1. Adanya dukungan Dinas
Pertanian Kabupaten
Bone Bolango
2. Tersedianya benih
unggul
3. Tingkat keseburan lahan
4. Kualiatas SDM penyuluh
lapangan
5. Adanya dukungan
perusahaan pestisida
6. Waktu tanam dan panen
Strategi : SO
1. Memanfaatkan
ketersediaan benih
unggul untuk
meningkatkan produksi
beras yang diterima oleh
pangsa pasar
2. Memanfaatkan potensi
wilayah yang luas untuk
mendayagunakan
kualitas SDM penyuluh
lapangan dalam
pendampingan budidaya
Strategi : ST
1. Memanfaatkan
dukungan Dinas
Pertanian membuka
akses ke perbankan dan
mempercepat rehabilitas
irigasi Lomaya
2. Memanfaatkan
dukungan perusahaan
pestisida untuk
mengatasi serangan
organisme pengganggu
tanaman (OPT)
Kelemahan (weakness)
1. Standard mutu dan
kualias
2. Teknik budidaya
3. Pengunaan pestisida yang
tidak tepat sasaran
4. Penyaluran modal yang
tidak obyektif
5. Penanganan panen dan
pascapanen
6. Upah tenaga kerja tinggi
Strategi : WO
1. Penyaluran modal yang
tidak obyektif diatasi
dengan solidaritas
kelompok tani yang kuat
2. Memperbaiki standar
mutu dan kualitas beras
dengan memanfaatkan
kondisi agroklimat dan
kesuburan tanah yang
medukung
Strategi : WT
1. Memperbaiki budidaya
yang kurang benar
untuk mengatasi
dominasi beras impor
dengan kualitas dan
harga bersaing
2. Tingkatan mutu dan
kualitas untuk
mengatasi fluktuasi
harga yang sangat besar
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012.
Berdasarkan Tabel 14, matriks strategis interaksi antara faktor internal dan
faktor eksternal dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Strategi SO
Memanfaatkan ketersediaan benih unggul untuk meningkatkan produksi
beras yang diterima oleh pangsa pasar dan memanfaatkan potensi wilayah
yang luas untuk mendayagunakan kualitas sumberdaya manusia penyuluh
lapangan dalam pendampingan budidaya.
2. Strategi ST
Memanfaatkan dukungan Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango
membuka akses untuk perbankan dan mempercepat rehabilitas irigasi
lomaya danmemanfaatkan dukungan perusahaan pestisida untuk mengatasi
serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
3. Strategi WO
Penyaluran modal yang tidak obyektif diatasi dengan solidaritas kelompok
tani yang kuat dan memperbaiki standar mutu dan kualitas beras dengan
memanfaatkan kondisi agroklimat dan kesuburan tanah yang medukung.
4. Strategi WT
Memperbaiki budidaya yang kurang benar untuk mengatasi dominasi
beras impor dengan kualitas dan harga bersaing dan tingkatan mutu dan
kualitas untuk mengatasi fluktuasi harga yang sangat besar.
Dari uraian SWOT diatas dalam kaitannya dengan strategi pengembangan
usahatani padi sawah di Kecamatan Tilongkabila perlu mempertimbangkan
strategi sebagai berikut :
1. Strategi keberlanjutan : Memperbanyak penangkarbenih unggul baik
diusahakan oleh instansi terkait dalam hal ini Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Gorontalo,
Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Bone Bolango dan Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kelautan Kecamatan Tilongkabila dimana yang fasilitator penangkar,
kemudian diperlukan kembali pemetaan wilayah jadwal tanam dengan
memperhatikan faktor iklim, kesuburan tanah, pengunaan sarana produksi
sehingga produsi beras yang kualitas gabah dengan kadar air 12-14%
melalui penanganan budidaya dan pasca panen yang baik.
2. Strategi penetapan : alternatif yang memungkinkan Kecamatan
Tilongkabila menjadi supplier bagi industri-industri rumah makan,
Depertement store di wilayah Provinsi Gorontalo kemudian diintegrasikan
dengan dukungan pemerintah melalui bantuan permodalan, penguatan
kelembagaan, sarana dan prasarana terutama menambah mesin pengolah
gabah.
3. Strategi Pemasaran : Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango
ini memerlukan pusat informasi pasar baik yang bersifat elektronik
maupun yang berbentuk institusi perkantoran agar menjadi salah satu pintu
informasi untuk melayani stakeholder eksternal maupun internal terkait
dengan padi beras dan pemerintah memaksimalkan pelaksanaan
pendampingan SL-PTT dan SL-PHTditingkatan Desa dengan
mendayagunakan kualitas penyuluh yang tersebar di 14 Desa di
Kecamatan Tilongkabila agar produksi beras bertambah sehingga
permintaan akan beras semakin meningkat dan kesejahteraan petani
tercapai.