bab iv fha
DESCRIPTION
laporan praktikum FHATRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
Kelompok26⁰
Rata2I II III IV V
1 178 182 187 163 175 1772 134 154 135 138 152 1433 107 104 117 137 137 1204 155 151 153 189 199 1695 131 76 151 177 161 1396 124 140 137 177 177 1517 109 113 104 102 105 1078 84 108 116 134 175 1239 113 114 118 120 120 117
10 138 145 136 131 147 13911 124 163 143 135 154 14412 121 136 133 143 137 13413 145 132 139 121 132 13414 167 144 148 165 155 15615 188 133 89 94 133 12716 142 135 172 156 158 15317 121 126 126 144 129 12918 132 156 118 121 124 13019 158 132 158 173 189 16220 161 174 140 201 186 17221 166 158 169 173 183 17022 139 112 107 128 143 12623 131 141 190 188 199 170
Rata Rata 137.74 136.04 138.52 148.26 155.22Table 1. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu Kamar (26º C)
Kelompo 29⁰ Rata2
k I II III IV V1 203 230 239 208 199 2162 136 209 200 199 209 1913 173 96 108 83 121 1164 209 217 207 241 233 2215 249 200 217 231 239 2276 169 185 211 198 209 1947 95 103 126 122 107 1118 139 170 178 212 221 1849 133 144 145 152 133 141
10 178 176 181 167 178 17611 155 172 184 158 174 16912 114 130 128 122 128 12413 148 152 153 146 153 15014 194 190 197 170 133 17715 150 163 179 115 101 14216 217 200 203 170 178 19417 153 147 153 159 151 15318 132 157 152 167 141 15019 183 156 196 197 210 18820 204 208 183 218 205 20421 204 177 185 173 175 18322 162 163 146 173 163 16123 186 193 220 219 127 189
Rata Rata 168.96 171.22 177.87 173.91 169.04Tabel 2. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu +3o C di
atas Suhu Kamar (29oC)
Kelompok23⁰
Rata2I II III IV V
1 128 142 138 149 144 1402 148 148 143 164 164 1533 72 75 99 109 119 954 192 123 116 120 136 1375 130 133 168 175 151 1516 157 119 131 146 157 1427 79 83 92 83 88 858 62 107 86 101 94 909 112 94 93 93 85 95
10 156 139 159 177 163 15911 99 125 135 129 140 12612 115 113 114 110 110 11213 103 118 123 121 92 11114 162 138 155 141 124 14415 143 132 72 151 81 11616 163 124 133 130 143 13917 108 111 109 115 110 11118 135 135 145 137 142 13919 139 139 169 178 190 16320 185 167 158 161 149 16421 174 161 181 178 181 17522 119 118 132 151 113 12723 168 161 187 193 179 178
Rata Rata 132.57 126.30 132.09 139.65 132.83Tabel 3. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas Pada suhu -3o C di atas Suhu
Kamar (23oC)
4. 2 Pembahasan
Ikan merupakan hewan yang bersifat poikilotermik, suhu tubuhnya mengikuti
suhu lingkungan. Bagi hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor pembatas.
Oleh karena itu, perubahan suhu media air akan mempengaruhi kandungan
oksigen terlarut yang akan berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme
hewan akuatik tersebut. Ikan bernafas dengan menggunakan insang yang ditutupi
oleh tutup insang (operculum). Proses pernafasan pada ikan adalah dengan
membukanya mulut, sehingga terdapat sedikit tekanan negatif dalam rongga maupun
rongga insang.
Begitu mulut ditutup, tekanan dalam rongga mulut meningkat (menjadi
positif), air di dorong masuk rongga insang dan selanjutnya mendorong operculum,
dan air keluar rongga insang. Tekanan dalam rongga mulut dari rongga insang
menjadi lebih kecil daripada tekanan air diluar tubuh, sehingga tutup insang
menutup kembali. Pada saat air masuk ke dalam rongga maka oksigen yang terlarut
dalam air masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam
insang sedangkan pada saat air keluar melalui insang karbondioksida juga
dikeluarkan.
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan didapat bahwa frekuensi
membuka serta menutupnya operculum pada ikan mas terjadi lebih sering pada setiap
kenaikan suhu serta penurunan suhu dari suhu awal kamar T₁ sampai dengan T₃
semakin sering ikan itu membuka serta menutup mulutnya hal ini dapat kita
simpulkan bahwa bila suhu meningkat, maka laju metabolisme ikan akan meningkat
sehingga gerakan membuka dan menutupnya operculum ikan akan lebih cepat
daripada suhu awal kamar (T₁), serta sebaliknya pula jika suhu menurun maka
semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup mulutnya.
Hubungan antara peningkatan serta penurunan temperatur dengan laju
metabolisme menurut ranking biasanya 2 – 3 kali lebih cepat pada setiap peningkatan
suhu, sedangkan kelarutan O₂ di lingkungannya menurun dengan meningkatnya
temperature, karena kebutuhan dalam proses metabolism tinggi sebanding dengan laju
metabolisme.
Pada peristiwa temperature tepat pada suhu kamar (26oC), ikan berada pada
suhu normal dengn rata-rata paling besar 155.22, lebih besar dari pada rata-rata suhu -
3 dibawah suhu kamar dan lebih rendah dari pada rata-rata +3 diatas suhu kamar,
sehingga ikan tidak perlu terlalu banyak menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Frekuensi gerakan buka tutup operculum ikan, normal pada suhu yang normal, dalam
artian tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat dalam melakukan gerakan buka
tutup opeculum karena sudah sesuai dengan tingkat kebutuhan oksigen yang
dibutuhkannya.
Pada peristiwa temperature dibawah suhu kamar (23oC) maka tingkat
frekuensi membuka dan menutupnya operculum akan semakin lambat dengan rata-
rata 139.65 dari pada suhu kamaryan rata-ratanya 155.22. Dengan adanya penurunan
temperature, maka terjadi penurunan metabolisme pada ikan yang mengakibatkan
kebutuhan O₂ menurun, sehingga gerakannya melambat. Penurun O₂ juga dapat
menyebabkan kelarutan O₂ di lingkungannya meningkat.
Pada peristiwa temperature diatas suhu kamar (29oC) maka tingkat frekuensi
membuka dan menutupnya operculum akan semakin cepat dengan rata-rata buka
tutup operculum sebesar 177.87 dari pada suhu kamar yang ada di ruangan yaitu 26°
C, yang rata-ratanya hanya 155.22. Dengan adanya kenaikan temperature, maka
terjadi peningkatan metabolisme pada ikan yang mengakibatkan kebutuhan O₂
meningkat, sehingga gerakannya dipercepat. Kenaikan kebutuhan O₂ pada ikan
tersebut juga dapat menyebabkan kelarutan O₂ di lingkungannya menurun.
Dipercepatnya buka tutup operculum pada temperature ini juga dapat disebabkan
karena ikan dalam keadaan stress, karena suhu lingkungan ikan yang berubah drastis.
Dalam tubuh ikan suhunya bisa berkisar ± 1° dibandingkan temperature
linkungannya (Nikolsky, 1927). Maka dari itu, perubahan yang mendadak dari
temperature lingkungan akan sangat berpengaruh pada ikan itu sendiri.
Pada praktikum kali ini kita dapat memahami bahwa sebenarnya suhu air pada
media beaker glass ini dalam suhu 29° C lebih tinggi dengan rata-rata buka tutup
operculum sebesar 177.87 dari pada suhu kamar yang ada di ruangan yaitu 26° C,
yang rata-ratanya hanya 155.22, sehingga pada waktu dipindahkan ke dalam beaker
glass ikan tersebut akan mengalami stress. Sedangkan ukuran ikan yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu ikan ukuran benih yang sangat rentan dan juga mudah
stress sehingga agak sulit juga untuk melihat mekanisme membuka serta menutupnya
overculum ikan tersebut karena gerakannya yang sangat cepat.
Pada kelompok kami (16) ikan ke III yang mengalami buka tutup operculum
cepat sebanyak 172 pada suhu 26oC, ikan ke I sebanyak 163 pada suhu 23oC dan ikan
ke I sebanyak 217 pada suhu 29oC, ini bisa disebabkan karena ukuran ikan yang lebih
kecil dari yang lain, sehingga mengalami stress dan menjadi agresif saat praktikan
mengamati operculumnya. Perbedaan ikan bisa disebabkan oleh pengambilan
praktikan secara acak saat pengamatan di suhu yang berbeda.
Dalam hal ini juga tidak mutlak kesalahan dari bahan ataupun alat yang kita
gunakan, seperti keadaan hand counter yang sering kali error, praktikan yang salah
dalam menggunakan/memegang thermometer saat melakukan pengukuran suhu
sehingga suhu menjadi terlalu panas atau bahkan terlalu dingin (tidak sesuai
prosedur), praktikan juga dapat menjadi kendala dalam kesalahan kekurang telitian
dalam melihat mekanisme membuka serta menutup overculum ikan tersebut karena
hal ini juga dapat mempengaruhi ketepatan dalam pengamatan ini.
Waktu penghitungan frekuensi gerakan membuka serta menutupnya
operculum juga sangat berpengaruh. Hal tersebut yaitu daya adaptasi yang berbeda
pada umur benih ikan mas dengan waktu dimulainya perhitungan sangat berkaitan
erat dalam mempenagruhi hasil pengamatan ini. Keterlambatan menekan tombol pada
hand counter juga menyebabkan hasil tidak sesuai dengan pengamatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5 .1 Kesimpulan Ikan adalah hewan poikiloterm, karena ikan suhu tubuhnya mengikuti suhu
lingkungannya, dibuktikan dengan gerakan membuka dan menutup operculum ikan
tersebut.
Suhu yang diatur akan akan menimbulkan efek membuka dan menutup
operculum ikan tersebut dari stabil akan menjadi semakin cepat atau semakin lambat.
Ketika suhu dinaikan, gerakan operculum semakin cepat dan ketika suhu diturunkan
gerakan operculum menjadi lambat.
Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan suhu lingkungan
pada ikan itu sangat mempengaruhi laju konsumsi oksigen pada ikan tersebut, dalam
suhu kamar kebutuhan oksigen lebih optimal sehingga gerakan membuka serta
menutupnya operculum stabil.
Kenaikan suhu pada suatu peraiaran menyebabkan kelarutan oksigen (DO)
Dissolve Oksigen di peraiaran tersebut akan menurun, sehingga akan kebutuhan
organisme air terhadap oksigen semakin bertambah dengan pergerakan operculum
yang semakin cepat.
Penurunan suhu pada suatu perairan dapat menyebabkan kelarutan oksigen
dalam perairan itu meningkat sehingga kebutuhan organisme dalam air terhadap
oksigen semakin berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya frekuensi membuka serta
menutupnya overculum pada ikan tersebut makin lambat.
5 .2 Saran
Untuk laboratorium sebaiknya menyediakan alat praktikum yang lebih baik
lagi seperti hand counter yang tidak error, ikan thermometer dengan tali diatasnya
agar saat pengukurann jari praktikan tidak mempengaruhi pengukuran suhu, wadah
plastic ikan yang tidak pecah.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto,Pudyo 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Proyek
Pengembangan Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No. 3979 Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Proyek Pengembangan
Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No. 3979. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Tim dosen. 2004. Diktat Biologi Dasar. Makassar: UPT MKU Universitas
Hasanuddin Makassar
Tim pengajar. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar: Jurusan
Biologi FMIPA UNM.
Darmadi. 2009. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan (Operkulum Ikan). Bandung.
Universitas Padjajaran. http://dharmadharma.wordpress.com/ diakses pada
Sabtu, 17 Oktober 2015 pukul 19.30 WIB
Koesbiono, 1980. Biologi Laut. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.