bab iv evaluasi standard operating procedures …thesis.binus.ac.id/doc/bab4/2009-2-00520-ak bab...
TRANSCRIPT
64
BAB IV
EVALUASI STANDARD OPERATING PROCEDURES ATAS FUNGSI
PENJUALAN GUNA MENING KATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS
PADA PT. DINAMIKAJAYA BUMI PERSADA
IV.1. Perencanaan dan Pengendalian Evaluasi Standard Operating Procedures
(SO P)
Dalam memulai suatu evaluasi atau pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih
dahulu memiliki perencanaan pemeriksaan, yaitu yang merupakan bentuk penyusunan
strategi menyeluruh mengenai tindakan yang akan dilakukan dan ruang lingkup
pemeriksaan. Yang menentukan luas dan sempitnya dari ruang lingkup adalah pada
pengendalian internnya. Semakin sempit ruang lingkup pemeriksaaan dan analisis bila
perusahaan memiliki pengendalian internal yang semakin baik, begitu pula sebaliknya.
Perencanaan pemeriksaan dan evaluasi atas fungsi penjualan berupa :
1. Membuat perencanaan dan waktu pelaksanaannya :
Jadwal pemeriksaan dan evaluasi ini dimulai :
• Pada pertemuan pertama, diterimanya proposal oleh pihak perusahaan PT.
Dinamikajaya Bumipersada sebagai objek penelitian skripsi dengan
persetujuan dari direktur.
• Pada pertemuan kedua, tahap survei pendahuluan dimulai dengan Factory
Manager yaitu Bapak Hendri Hendayat untuk memperoleh dan mendapatkan
informasi umum mengenai perusahaan dan juga meminta data – data
Standard Operating Prochedure (SOP) yang telah diterapkan. Dengan
65
adanya survei pendahuluan maka diharapkan akan diperolehnya data – data
yang bermanfaat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
• Kemudian pada pertemuan ketiga, peneliti kemudian melakukan wawancara
dan meminta PPIC (Production, Planning and Inventory Control) yaitu
Bapak Agus Risdiyanto dan Bagian Penjualan yaitu Ibu Yuanita Susanti
untuk mengisi Internal Control Questionnaire yang telah disusun oleh
peneliti. Kemudian hasil temuan tersebut dibahas antar dua belah pihak.
• Dan pada pertemuan keempat, penulis membahas hasil temuan yang
diperoleh dengan Bapak Hendri Hendayat.
2. Membuat program kerja pemeriksaan dan evaluasi
a. Survei pendahuluan, bertujuan untuk mendapatkan informasi umum mengenai
perusahaan (auditan) tentang tata cara / operasi auditan dan ketaatan pada SOP
(Standard Operating Procedure) yang telah ada, khususnya dalam bidang
penjualan.
b. Pengujian SOP (Standard Operating Procedure), yang bertujuan untuk
mengidentifikasi akan kelemahan SOP yang berjalan dan dampaknya, serta
memanfaatkan TAO (Tentative Audit Objective) menjadi FAO (Finding Audit
Objective).
c. Pengembangan hasil temuan atau audit rinci, bertujuan untuk memantapkan FAO
menjadi temuan (finding) dan menetapkan unsur – unsur temuan seperti kondisi,
kriteria, sebab, akibat dan rekomendasi.
Tujuan dari pemeriksaan secara terinci adalah sebagai berikut :
66
1. Untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan penjualan yang telah berjalan
hingga saat ini telah sesuai dengan SOP (Standard Operating Prochedure)
perusahaan yang berlaku.
2. Menilai efektifitas kegiatan penjualan auditan.
Penjualan disebut efektif apabila barang yang dibutuhkan oleh pelanggan
dapat tersedia dengan tepat waktu, kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan
permintaan pelanggan, serta diterima oleh pelanggan pada tempat yang tepat.
3. Menilai efisiensi kegiatan penjualan.
Penjualan disebut efektif apabila harga jual yang ditetapkan sesuai dengan
laba yang ingin dicapai perusahaan, tetapi dengan tetap menjaga akan
kualitas barang yang dijualnya.
4. Memberikan saran – saran atau opini perbaikan yang diperlukan.
Setelah dilakukan pemeriksaan, analisis serta evaluasi terhadap SOP
(Standard Operating Prochedure), maka akan diberikan saran – saran atau
rekomendasi perbaikan atas kelemahan yang mungkin timbul dalam fungsi
penjualan tersebut.
IV.2. Pelaksanaan Pemeriksaan dan Evaluasi
IV.2.1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey)
Pemeriksaan pendahuluan ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang
bersifat umum mengenai latar belakang objek yang diperiksa dalam waktu yang relatif
singkat mengenai bisnis perusahaan, kegiatan operasional perusahaan, program atau
sistem yang dipertimbangkan untuk diperiksa, sehingga diperoleh pengetahuan dan
gambaran yang jelas secara umum mengenai kegiatan perusahaan tersebut. Survei
67
pendahuluan yang dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai fungsi penjualan
perusahaan.
Pemeriksaan pendahuluan ini dilakukan dengan :
1. Dilakukan pengamatan fisik, mencakup fasilitas, kedisiplinan, ketaatan dan
kompetensi dari personil yang terlibat di dalam kegiatan penjualan.
2. Mengumpulkan bukti – bukti tertulis mengenai prosedur – prosedur yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Untuk mengetahui, menentukan dan memahami hal – hal yang telah disebutkan
di atas, maka penulis akan melakukan langkah – langkah berikut :
a. Melakukan survey langsung ke PT. Dinamikajaya Bumipersada yang diawali dengan
survei pendahuluan untuk persiapan dan perencanaan pemeriksaaan. Dengan langkah
ini, maka akan diperoleh struktur organisasi perusahaan, uraian tugas (job
description), tanggung jawab dari masing – masing bagian yang terkait khususnya
fungsi penjualan yang berjalan dalam perusahaan, serta Standard Operating
Prochedure (SOP) perusahaan yang telah berjalan.
b. Wawancara / interview dengan pihak yang berwenang dan bertanggungjawab.
Dengan adanya wawancara sebelum dilakukannya pemeriksaaan dan analisis, maka
akan menghasilkan data yang akurat dan pasti mengenai kegiatan penjualan
perusahaan, yang nantinya akan diperiksa dan hal – hal yang berkaitan dengan
penerapan SOP (Standard Operating Procedure) yang telah berjalan.
c. Mempelajari prosedur atau langkah – langkah proses penjualan secara tunai dan
kredit.
d. Melakukan pengamatan (observasi) langsung terhadap cara kerja karyawan yang
terkait dalam proses penjualan tersebut.
68
e. Diajukannya daftar pertanyaan kepada pihak – pihak yang terkait dengan kegiatan
penjualan perusahaan yang akan diperiksa dan dievaluasi SOP-nya.
IV.2.2. Evaluasi Pengendalian Intern atas Fungsi Penjualan.
Evaluasi pengendalian intern atas fungsi penjualan ini dilakukan untuk menilai
kuat atau lemahnya suatu sistem pengendalian intern, sehingga kemudian dapat
dijadikan sebagai tolak ukur bagi penulis dalam menentukan luasnya pemeriksaan yang
akan dilakukan.
Selain dengan melakukan wawancara dengan para pejabat yang berwenang,
penulis juga membuat kuesioner untuk memperoleh data – data yang berkaitan dengan
pengendalian intern. Diharapkan dengan adanya kuesioner ini akan membantu
mempermudah dan memperjelas pemahaman atas data – data terkait. Pertanyaan dalam
kuesioner merupakan pertanyaan umum yang bersifat objektif dan disertai dengan
jawaban singkat masing – masing pertanyaan.
Kuesioner dapat dijawab “Ya” atau “Tidak”. Jawaban “Ya” menunjukkan
adanya kekuatan dalam pelaksanaan pengendalian penjualan yang telah dilakukan oleh
perusahaan. Sedangkan jawaban “Tidak” menunjukkan kelemahan dalam pengendalian
atas penjualan perusahaan. Kelemahan yang ditemukan akan dievaluasi dan diberikan
saran – saran perbaikannya. Hasil kuesioner dapat dilihat pada halaman berikut :
69
PT DINAMIKAJAYA BUMIPERSADA
Internal Control Questionnaire (ICQ)
PENJUALAN
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
1. Apakah perusahaan memiliki daftar uraian
tugas (job desk) untuk para karyawannya? √
2. Apakah perusahaan memiliki daftar harga
produk (price list) secara tertulis?
Bila “Ya”, apakah daftar harga tersebut
mencantumkan kode barang untuk tiap
jenis produk yang berbeda?
√
3 Apakah perusahaan mempunyai prosedur
penjualan dan kebijakan secara tertulis
mengenai harga jual, syarat penjualan
kredit, dan potongan penjualan?
Bila “Ya”, apakah prosedur dan kebijakan
yang berlaku, saling berbeda untuk tiap
customer?
Bila “Ti dak”, apakah manajer pemasaran
yang menetapkan semua kebijakan secara
informal dalam setiap transaksi penjualan?
√
4. Apakah penyimpangan dari daftar harga
(price list) yang berlaku harus disetujui
70
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
oleh management?
Bila “Ya”, apakah kebijakan daftar harga
baru tersebut dikomunikasikan dengan
baik ke seluruh bagian penjualan, termasuk
manajer pemasaran?
√
√
5. Apakah perusahaan memberlakukan sistem
reward & punishment bagi para
karyawannya?
Bila “Ya”, apakah management memiliki
wewenang :
a. Memberikan punishment berupa skors
bagi karyawan yang melanggar
peraturan?
b. Memberikan reward berupa bonus
tambahan gaji bagi karyawan yang
berprestasi?
√
√
√
6. Apakah perusahaan memberlakukan sanksi
bagi customer yang telat membayar
piutang?
Bila “Ya”, apakah pembeliannya akan
ditangguhkan sampai customer tersebut
melunasi piutang sebelumnya?
√
71
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
Bila “Ti dak”, apakah perusahaan akan
tetap menyetujui pembelian customer
tersebut tetapi tetap terus melakukan tindak
lanjut (follow-up) terhadap piutang yang
belum lunas?
√
7. Apakah fungsi penjualan terpisah dengan :
a. Fungsi keuangan?
b. Fungsi akuntansi?
c. Fungsi penagihan?
√
√
√
8. Sebelum pesanan (order) diproses, apakah
dilakukan persetujuan penawaran harga
terlebih dahulu dengan customer?
Bila “Ya”, apakah Kepala Penjualan yang
harus menyetujui penawaran harga
tersebut?
√
√
9. Apakah ada penilaian kredit yang
diberlakukan bagi semua customer secara
berkala dan teratur?
Bila “Ya”, apakah customer yang
pembayaran kreditnya lancar
akan mendapatkan peningkatan credit
limit?
√
√
72
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
10. Apakah ada penilaian kredit terhadap
customer baru sebelum penjualannya
disetujui?
Bila “Ya”, apakah ada kebijakan
pemberian credit limit terhadap customer
baru tersebut?
√
√
11. Apakah perusahaan melakukan
pengecekan terhadap status piutang
customer sebelum melakukan transaksi
penjualan?
Bila “Ya”, apakah sales admin
memberikan daftar piutang ke salesman
untuk cek status customer (mana saja
customer yang piutangnya belum lunas)?
√
√
12. Apakah setiap transaksi penjualan (sales
order) diminta purchase order dari
customer?
Bila “Ti dak”, apakah untuk SO yang
dibuat tanpa PO, di-confirm ke customer
terlebih dahulu?
√
13. Setelah pengiriman, apakah admin sales
selalu confirm ke customer jika barangnya
√
73
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
telah dikirim?
14. Apakah Delivery Order sementara :
a. Sudah prenumbered (bernomor urut
tercetak)?
b. Hanya salesman yang berhak membuat
saat memberikan barang ke customer?
c. Tembusannya diberikan ke admin sales
dan gudang setelah diotorisasi oleh
customer terlebih dahulu?
√
√
√
15. Apakah Delivery Order resmi :
a. Sudah prenumbered (bernomor urut
tercetak)?
b. Apakah hanya sales admin yang berhak
membuat & kabag. penjualan yang
mengotorisasi?
c. Dikaitkan dengan invoice untuk
menjamin DO telah dibuatkan invoice-
nya sebelum dikirim bersama barang?
√
√
√
16. Apakah Sales Invoice :
a. Sudah prenumbered (bernomor urut
tercetak)?
b. Hanya admin sales yang berhak
√
74
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
membuat & kabag. penjualan yang
mengotorisasi?
√
17. Apakah DO dan invoice yang batal, dicap
“BATAL” oleh manajer penjualan sebelum
akhirnya disimpan?
Bila “Ya”, apakah ada penjelasan tertulis
dalam dokumen mengenai alasan
pembatalan & diotorisasi oleh manajer
penjualan?
√
√
18. Retur penjualan :
a. Apakah ada kebijakan mengenai
tenggat waktu berlakunya retur?
b. Apakah admin sales akan membuat
credit memo berdasarkan Bukti
Penerimaan Barang dari gudang?
Apakah retur barang dibukukan dalam :
a. Buku besar persediaan?
b. Buku besar piutang?
√
√
√
√
19. Apakah perusahaan mempunyai kebijakan
cadangan kerugian piutang?
Bila “Ya”, apakah jumlah cadangan
√
75
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
kerugian piutang selama ini sudah efektif
dan telah sesuai dengan jumlah piutang tak
tertagih yang terjadi?
√
20. Apakah terdapat kebijakan manajemen
tentang penghapusan piutang?
Bila “Ya”, apakah penghapusan piutang
tak tertagih mendapat persetujuan lebih
dahulu dari management?
√
√
21. Apakah semua kebijakan telah
dikomunikasikan dengan baik antara
manajer penjualan dengan seluruh bagian
penjualan terkait?
Bila “Ya”, apakah informasi Laporan
Penjualan diberikan tiap bulannya ke
bagian finance dan accounting?
√
√
22. Apakah Laporan Penjualan yang dibuat
selalu diberikan tepat waktu ke pihak
management?
Bila “Ya”, apakah Laporan Penjualan
tersebut diberikan :
- Per bulan?
- Per kuartal?
√
√
76
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
23. Apakah setiap penyimpangan yang ada
dalam Laporan Penjualan dijelaskan
kepada management?
√
24. Apakah management melakukan tindakan
untuk mengatasi penyimpangan atas
laporan yang diterimanya?
√
Tabel 4.1. ICQ Penjualan
Internal Control Questionnaire (ICQ)
GUDANG (FINISH ED GOO DS WAREHOUSE)
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
1. Apakah perusahaan mempunyai daftar
uraian tugas (job desk) untuk para
karyawannya?
√
2. Apakah perusahaan memiliki prosedur
penyimpanan & pengiriman barang secara
tertulis?
√
3. Apakah dilakukan rekonsiliasi secara
berkala antara stok barang salesman
dengan catatan stok gudang?
Bila “Ya”, apakah tiap salesman
mendapatkan jumlah stok barang yang
√
77
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
sama dari gudang? √
4. Apakah dalam melakukan stock opname
bagian accounting ikut serta melakukan
pengecekannya dengan bagian gudang?
√
5. Apakah gudang membuat analisa stok
barang secara berkala sebagai dasar
pemesanan barang ke bagian produksi?
√
6. Apakah fungsi gudang / penyimpanan
barang terpisah dengan :
a. Fungsi pengiriman barang?
b. Fungsi penjualan?
c. Fungsi akuntansi?
√
√
√
7. Apakah ada pengecekan terhadap mutu dan
spesifikasi barang sebelum dikirim ke
customer maupun saat terima retur dari
customer?
√
8. Bila barang yang tersedia di gudang tidak
mencukupi jumlah order, apakah bagian
gudang akan melakukan pemesanan ke
bagian produksi?
Bila “Ya”, apakah gudang menggunakan
form Permintaan Barang Urgent untuk
√
78
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
confirm jumlah tambahan barang yang
diperlukan?
Bila “Ti dak”, apakah order akan di-
pending sampai jumlah barang yang
tersedia di gudang memenuhi?
√
9. Apakah salesman menggunakan form
Bukti Pengambilan Barang untuk
membawa stok barang dari gudang?
Bila “Ya”, apakah :
a. Sudah prenumbered (bernomor urut
tercetak)?
b. Hanya bagian gudang yang berhak
membuat & kepala bagian gudang yang
mengotorisasi?
√
√
√
10. Apakah Delivery Order :
a. Sudah prenumbered (bernomor urut
tercetak)?
b. Apakah hanya admin sales yang berhak
membuat & kepala bagian penjualan
yang mengotorisasi?
c. Apakah hanya bagian gudang yang
berhak membuat & kepala bagian
√
√
79
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
penjualan yang mengotorisasi? √
11. Apakah setiap pengiriman barang
didasarkan pada DO yang telah diotorisasi? √
12. Apakah dibuat Laporan Pengeluaran
Barang berdasarkan DO yang telah
diotorisasi oleh customer?
√
13. Retur penjualan :
a. Apakah gudang melakukan pengecekan
fisik terhadap kuantitas barang yang
dikembalikan oleh customer?
b. Apakah bagian gudang menggunakan
Bukti Penerimaan Barang untuk
diberikan ke admin sales & customer
untuk confirm bahwa retur disetujui?
c. Apakah retur barang dibukukan dalam :
• Kartu stok gudang?
• Buku besar persediaan?
√
√
√
√
14. Apakah semua kebijakan telah
dikomunikasikan dengan baik antar
seluruh bagian gudang?
Bila “Ya”, apakah informasi Laporan
Pengeluaran Barang diberikan secara
√
80
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
berkala ke bagian sales admin, accounting,
dan management?
15. Apakah Laporan Pengeluaran Barang
selalu diberikan tepat waktu kepada pihak
management?
Bila “Ya”, apakah laporan tersebut
diberikan :
a. Per bulan?
b. Per kuartal?
√
√
16. Apakah setiap penyimpangan yang ada
dalam Laporan Pengeluaran Barang selalu
dijelaskan kepada management?
√
17. Apakah management melakukan tindakan
untuk mengatasi penyimpangan atas
laporan yang diserahkan padanya?
√
Tabel 4.2. ICQ Gudang (Finished Good Warehouse)
81
Internal Control Questionnaire (ICQ)
FINANC E
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
1. Apakah perusahaan mempunyai daftar
uraian tugas (job desk) secara tertulis untuk
para karyawannya?
√
2. Apakah perusahaan memiliki syarat
pembayaran tertentu untuk tiap customer
(Terms of Payment)?
Bila “Ya”, apakah hal ini ditetapkan oleh
manajer pemasaran berdasarkan kelancaran
pembayaran piutang tiap customer?
√
√
3. Apakah dilakukan rekonsiliasi berkala
antara saldo buku bank dengan rekening
koran atas semua transaksi penerimaan &
pengeluaran kas perusahaan?
√
4. Apakah fungsi penerimaan kas terpisah
dari :
- Fungsi pencatatan kas?
- Fungsi akuntansi?
- Fungsi penagihan?
√
√
√
5. Retur Penjualan :
a. Apakah bagian finance akan
82
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
mengurangi piutang customer sesuai
dengan credit memo yang dibuat oleh
admin sales?
b. Apakah retur barang dibukukan dalam :
• Buku besar persediaan?
• Kartu piutang?
√
√
√
6. Apakah perusahaan membuat analisis
umur piutang (aging schedule) untuk tiap
customer?
Bila “Ya”, apakah customer yang
piutangnya sudah mendekati jatuh tempo,
di-follow-up?
√
√
7. Apakah perusahaan memiliki kartu
piutang?
Bila “Ya”:
a. Apakah secara bulanan diadakan
pencocokan dengan buku besar?
b. Apakah yang melakukan pencatatannya
terpisah dari yang mengerjakan buku
besar?
c. Bila terdapat selisih dalam rekonsiliasi
dengan buku besar, apakah hanya
√
√
√
83
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
manager keuangan yang berhak
mengotorisasi?
√
8. Apakah setiap bulan dikirimkan statement
of account kepada customer?
Bila “Ya”:
a. Apakah secara bulanan diadakan
pencocokan dengan kartu piutang
perusahaan?
b. Apakah pengirimannya dilakukan oleh
orang selain petugas administrasi
piutang?
c. Bila terdapat selisih dalam rekonsiliasi
dengan kartu piutang, apakah hanya
manajer keuangan yang berhak
mengotorisasi?
√
√
√
√
9. Apakah semua kebijakan telah
dikomunikasikan dengan baik antara
manajer keuangan dengan seluruh bagian
keuangan terkait?
Bila “Ya”, apakah :
a. Laporan Piutang diberikan secara
berkala ke bagian sales admin,
√
84
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
accounting, & management?
b. Laporan Penerimaan Kas diberikan
secara berkala ke bagian accounting &
management?
√
√
10. Apakah Laporan Piutang & Laporan
Penerimaan Kas selalu diberikan tepat
waktu ke management?
Bila “Ya”, apakah diberikan :
- Per bulan?
- Per kuartal?
√
√
11. Apakah setiap penyimpangan yang ada
dalam Laporan Piutang dan Laporan
Penerimaan Kas selalu dijelaskan kepada
management?
√
12. Apakah management melakukan tindakan
untuk mengatasi penyimpangan atas
laporan yang diserahkan padanya?
√
Tabel 4.3. ICQ Finance
85
Internal Control Questionnaire (ICQ)
ACCO UNTING
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
1. Apakah perusahaan mempunyai daftar
uraian tugas (job desk) untuk para
karyawannya?
√
2. Apakah hanya bagian accounting yang
dapat mengakses pencatatan akuntansi di
dalam sistem?
Bila “Ya”, apakah selalu di-update per
transaksi tiap harinya?
√
√
3. Apakah dilakukan rekonsiliasi secara
berkala antara Laporan Penjualan dengan
Laporan Pengeluaran Barang?
√
4. Apakah fungsi accounting terpisah dari :
a. Fungsi penjualan?
b. Fungsi keuangan?
c. Fungsi penagihan?
√
√
√
5. Apakah bagian accounting melakukan
pengecekan ulang atas dokumen-dokumen
berikut yang diserahkan padanya :
a. Transaksi penjualan : DO, invoice,
kwitansi, Laporan Penjualan, Laporan
86
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
Piutang?
b. Transaksi penerimaan kas : Laporan
Penerimaan Kas?
c. Transaksi retur : invoice, Laporan
Pengembalian Barang?
√
√
√
6. Apakah dilakukan pengecekan ulang
secara periodik terhadap buku besar &
neraca saldo atas semua transaksi?
Bila “Ya”, apakah secara rutin disusun :
a. Rekonsiliasi bank?
b. Laporan keuangan bulanan?
c. Laporan keuangan tahunan?
√
√
√
√
7. Apakah semua informasi sehubungan
dengan pencatatan penjualan &
pembukuan telah dikomunikasikan dengan
baik antara manajer keuangan dengan
bagian accounting & management?
√
8. Apakah Laporan Keuangan selalu
diberikan tepat waktu ke direksi?
Bila “Ya”, apakah diberikan :
a. Secara bulanan?
b. Secara kuartalan?
√
√
87
No Pertanyaan Ya Ti dak Keterangan
c. Secara tahunan?
9. Apakah setiap penyimpangan yang ada
dalam Laporan Keuangan dijelaskan
kepada management?
√
10. Apakah management melakukan tindakan
untuk mengatasi penyimpangan atas
laporan yang diserahkan padanya?
√
Tabel 4.4. ICQ Accounting
IV.3. Hasil dan Temuan Pemeriksaan O perasional atas Fungsi Penjualan
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap penjualan, piutang dagang dan
penerimaan kas melalui data – data yang dikumpulkan baik berupa wawancara,
dokumen – dokumen dan pengisian internal control questionnaire (ICQ), ditemukan
beberapa kelemahan dalam pelaksanaan prosedur dan kebijakan manajemen yang telah
berjalan.
Dalam pelaporan temuan selama pemeriksaan, laporan tersebut harus
berdasarkan pada fakta, data serta bukti – bukti yang kuat. Fakta dan rekomendasi yang
disajikan harus disusun secara tepat dan jelas, sehingga kesimpulan yang dibuat dapat
mendukung hasil temuan. Penulis akan mengemukakan hasil pemeriksaan secara rinci
atas temuan yang sesuai dengan kondisi, kriteria yang seharusnya, sebab dan akibat dari
temuan tersebut, serta rekomendasi atas temuan tersebut, yang merupakan hasil akhir
dari pemeriksaan terhadap penjualan, piutang dan penerimaan kas pada perusahaan.
88
Berikut adalah laporan hasil temuan pemeriksaan atas fungsi penjualan, piutang
dan penerimaan kas pada PT. Dinamikajaya Bumipersada :
1. Tidak terdapat daftar uraian tugas (job desk) secara tertulis pada setiap bagian.
Kondisi : Perusahaan tidak memiliki daftar uraian tugas (job desk) secara tertulis,
dimana yang dimiliki hanya uraian tugas secara lisan saja.
Kriteria : Daftar uraian tugas (job desk) harus tertulis dan diberikan kepada setiap
bagian agar pembagian tugas dan tanggung jawab terbagi secara jelas dan
baik.
Sebab : Karena perusahaan mengganggap dengan mengkomunikasikannya
secara lisan saja sudah dapat dimengerti dan dipahami dengan baik, juga
tidak terjadi kekeliruan dalam wewenang dan tanggung jawab. Sehingga
perusahaan merasa tidak diperlukan lagi daftar uraian tugas (job desk)
secara tertulis.
Akibat : Bila perusahaan tidak mempunyai daftar uraian tugas (job desk) secara
tertulis maka besar kemungkinan terjadinya penyelewengan wewenang
dan tanggung jawab, yang nanti akan menyebabkan kurangnya efisiensi
dan efektifitas perusahaan.
Rekomendasi : Sebaiknya perusahaan memiliki daftar uraian tugas (job desk) secara
tertulis yang diberikan kepada setiap bagian. Sehingga dapat mengurangi
timbulnya kesalahpahaman atau penyelewengan wewenang dan tanggung
jawab, dan meskipun jika terjadi penyelewengan dapat diusut secara baik,
karena didukung dengan bukti yang kuat dan tertulis.
89
2. Perusahaan tidak memiliki kebijakan maksimum kredit terhadap para pelanggannya
(customer).
Kondisi : Belum ada kebijakan maksimum kredit yang ditetapkan oleh perusahaan
bagi para pelanggannya (customer).
Kriteria : Perusahaan perlu memiliki sanksi atau kebijakan yang diatur secara
tertulis bagi pelanggan mengenai keterlambatan pelunasan piutang.
Sebab : Karena selama ini pembayaran yang dilakukan pelanggan (customer)
lancar dan bila ada pelanggan (customer) yang melakukan pelunasannya
terlambat tetap melunasinya dengan itikad baik. Sehingga perusahaan
menganggap bahwa kebijakan mengenai pelunasan piutang masih belum
diperlukan bagi perusahaan.
Akibat : Perusahaan dapat mengalami kerugian di kemudian hari apabila
pelanggan tidak dapat melunasi piutangnya. Dan jumlah piutang tak
tertagih tersebut dapat menjadi sangat besar karena tidak adanya
kebijakan maksimum kredit.
Rekomendasi : Perusahaan sebaiknya membuat kebijakan maksimum kredit untuk
mencegah kerugian dikemudian hari apabila terdapat pelanggan yang
tidak dapat melunasi piutangnya.
3. Surat jalan (delivery order) sementara dan form bukti pengambilan barang tidak
bernomor urut cetak (prenumbered).
Kondisi : Formulir perusahaan yang berupa surat jalan sederhana dan juga form
bukti pengambilan barang tidak bernomor urut tercetak (prenumbered).
90
Kriteria : Surat jalan sederhana dan form bukti pengambilan barang harusnya
memiliki nomor urut tercetak (prenumbered) guna memudahkan proses
dokumentasi dan mempermudah penelurusan kebelakang (traceback).
Sebab : Perusahaan tidak memberikan nomor urut tercetak (prenumbered)
kepada surat jalan sederhana karena surat tersebut jarang digunakan,
sehingga tidak begitu diperlukan adanya nomor urut tercetak. Sedangkan
untuk form bukti pengambilan barang dikarenakan pihak yang ingin
mengambil barang digudang harus melalui izin dari kepala gudang
terlebih dahulu.
Akibat : Bila surat jalan sederhana dan formulir bukti pengambilan barang tidak
bernomor urut tercetak maka akan menyulitkan perusahaan dalam
menelusuri dokumen – dokumen tersebut.
Rekomendasi : Seharusnya walaupun sifatnya hanya surat jalan sederhana, tetapi
tetap harus diberikan nomor urut tercetak (prenumbered), begitu juga
dengan form bukti pengambilan barang. Karena dengan adanya
pemberian nomor urut tercetak (prenumbered) akan meningkatkan
pengendalian internal perusahaan dan mempermudah pemeriksa bila
terjadi kecurangan pada perusahaan, misalnya seperti kehilangan barang
tanpa adanya kejelasan.
4. Tidak terdapat batas waktu atau tenggat waktu dalam retur barang.
Kondisi : Perusahaan tidak memiliki kebijakan tertulis mengenai batas waktu atau
tenggat waktu dalam retur barang dari pihak pelanggan (customer).
Kriteria : Perusahaan harus mempunyai kebijakan dengan jelas dan tertulis yang
mengatur mengenai batas waktu atau tenggat waktu dalam retur barang
91
dari pihak pelanggan (customer). Sehingga proses retur penjualan tidak
terjadi secara sembarangan tanpa ada aturan yang jelas dan hanya
berdasarkan pada kebijakan manajemen seseorang saja.
Sebab : Perusahaan merasa bertanggung jawab terhadap produk yang dijual dan
bersedia menerima retur penjualan kapanpun.
Akibat : Dengan tidak adanya kebijakan mengenai retur barang, maka transaksi
retur yang diajukan oleh pelanggan tidak mengenal batas waktu, dengan
kata lain kapanpun pelanggan menyadari kualitas barang tidak sesuai
dengan permintaan, pelanggan dapat melakukan retur penjualan dan
disetujui oleh perusahaan, padahal bisa saja barang tersebut cacat karena
kesalahan dalam penyimpanan oleh pelanggan itu sendiri.
Rekomendasi : Perusahaan harus memiliki kebijakan tertulis mengenai tenggat
waktu atau batas waktu retur barang, sehingga kebijakan ini dapat
diberikan kepada pihak pelanggan (customer) dan akan mengurangi
kemungkinan timbulnya perlakuan semena – mena atau manipulasi retur
oleh pihak pelanggan.
5. Perusahaan tidak memiliki penyisihan piutang tak tertagih.
Kondisi : Perusahaan tidak memiliki ketentuan atau kebijakan tertulis yang
mengatur mengenai penyisihan piutang tak tertagih.
Kriteria : Seharusnya perusahaan mempunyai kebijakan dan ketentuan tertulis
dalam bentuk laporan keuangan yang mengatur mengenai penyisihan
piutang tak tertagih sehingga terdapat tindakan atau langkah – langkah
pencegahan bila terjadi piutang tak tertagih yang material yang nantinya
dapat mengganggu keuangan perusahaan.
92
Sebab : Karena selama ini perusahaan tidak mengalami hambatan yang berarti
dalam pelunasan piutang pelanggannya (customer), dan meskipun pernah
terdapat beberapa pelanggan yang mengalami hambatan dalam
pelunasannya, tetapi mereka masih memiliki itikad baik dalam melunasi
kewajibannya. Oleh karena itu perusahaan memutuskan untuk tidak
menetapkan penyisihan atas piutang tak tertagih.
Akibat : Perusahaan yang tidak memiliki penyisihan piutang tak tertagih
cenderung besar kemungkinannya untuk mengalami kerugian material
yang cukup besar dan akan mempengaruhi keuangan perusahaan.
Rekomendasi : Sebaiknya perusahaan membuat penyisihan atas piutang tak tertagih
yang bertujuan untuk berjaga – jaga bila terdapat piutang yang material
dan tidak dapat dilunasi sehingga dapat mengganggu keuangan
perusahaan. Dengan adanya penyisihan piutang tak tertagih perusahaan
juga akan menjadi lebih tertib dan mudah dalam mengawasi
keuangannya, sehingga penilaian piutang juga akan menjadi lebih baik.
6. Tidak terdapat pemisahan antara bagian penerimaan kas dan pencatatan kas.
Kondisi : Perusahaan tidak melakukan pemisahan tugas pada bagian penerimaan
kas dengan bagian pencatatan kas, sehingga hal ini dapat menimbulkan
kurangnya pengendalian internal dan bisa menyebabkan terjadinya
kecurangan.
Kriteria : Setiap perusahaan harus melakukan pemisahan tugas secara jelas antara
bagian penerimaan kas dengan bagian pencatatan kas guna memiliki
pengendalian internal yang kuat dalam mengawasi kegiatan penerimaan
dan pencatatan kas.
93
Sebab : Karena selama ini tidak terjadi penyelewangan dan kehilangan kas pada
perusahaan dan perusahaan menyatakan bahwa bagian pencatatan dan
penerimaan kas telah disupervisi oleh pihak lain, sehingga perusahaan
merasa bahwa tidak diperlukan pemisahan tugas lagi pada bagian ini.
Akibat : Bila perusahaan tidak melakukan pemisahan tugas dengan jelas pada
bagian penerimaan dan pencatatan kas, maka hal ini dapat menimbulkan
kecurangan pada kas, mengingat kas itu tidak memiliki entitas yang pasti,
karena itu kitting dan lapping dapat terjadi. Hal ini jika terus berlanjut
maka akan menimbulkan kerugian pada perusahaan dan menyebabkan
pengendalian internal yang buruk yang akan mempengaruhi efisiensi dan
efktivitas kegiatan operasional perusahaan.
Rekomendasi : Perusahan sebaiknya memiliki pemisahan tugas yang jelas pada
bagian penerimaan dan pencatatan kas. Hal ini dikarenakan kas itu
bersifat sensitif, sehingga dapat berpindah tangan dengan mudah. Oleh
karena itu diperlukan dua orang yang berbeda yang memiliki independasi
yang baik sehingga dapat saling mengawasi satu sama lain. Bila hal ini
sudah dijalakankan, maka perusahaan akan memiliki pengendalin internal
yang baik dan efisiensi dan efektifitas kegiatan operasional juga akan
semakin baik.
7. Tidak terdapat Surat Perintah Muat Barang (SPMB) pada waktu bagian gudan g
memasukkan barang ke dalam truk.
Kondisi : Perusahaan tidak memiliki bukti tertulis seperti Surat Perintah Muat
Barang (SMPB) pada waktu bagian gudang diperintahkan untuk
memindahkan barang dari gudang ke dalam truk untuk dikirim.
94
Kriteria : Perusahaan harus memiliki bukti tertulis bila memerintahkan bagian
gudang untuk memindahkan barang ke dalam truk sebelum dikirim
kepada pelanggan (customer) yang dapat berupa Surat Perintah Muat
Barang (SPMB). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengendalian
internal pada perusahaan, sehingga meminimalkan kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam bentuk jenis atau jumlah barang sebelum truk
kembali ke bagian penjualan untuk dibuatkan surat jalan dan juga
memberikan bukti tertulis yang kuat bahwa bagian penjualan
mengotorisasi bagian gudang untuk memuat barang ke truk.
Sebab : Perusahaan tidak memiliki SPMB karena bagian penjualan sudah
mempercayai ketelitian dari kinerja bagian gudang. Sehingga kecil sekali
kemungkinan bahwa akan terjadi kesalahan dalam memuat (loading)
barang ke dalam truk, dan juga perusahaan merasa tidak dibutuhkan
dokumen tertulis lagi dari bagian gudang karena otoritas dapat dilakukan
lewat telepon saja.
Akibat : Hal ini dapat menimbulkan kegiatan operasional yang tidak efisien dan
efektif, dimana bila akan menimbulkan kerja dua kali jika terjadi
kesalahan. Perusahaan harus mengirim barang kembali ke pelanggan
(customer) bila terjadi kekurangan pesanan atau kesalahan jenis barang,
dan perusahaan harus kembali memasukkan ke gudang bila terjadi
kelebihan pesanan. Dan juga bagian gudang tidak memiliki bukti tertulis
yang kuat bila terjadi kesalahpahaman dengan bagian penjualan, dimana
hal ini nanti sulit dibuktikan karena tidak memiliki bukti tertulis (SPMB).
95
Rekomendasi : Perusahaan menerbitkan atau membuat ketetapan mengenai
penggunaan bukti tertulis yaitu Surat Perintah Muat Barang (SPMB)
setiap kali bagian penjualan mengotorisasi bagian gudang untuk memuat
(loading) barang dari gudang ke dalam truk, sehingga nanti pada saat truk
sampai pada bagian penjualan untuk dibuatkan surat jalan, maka bagian
penjualan tinggal memeriksa kembali jumlah dan jenis barang sesuai
SPMB dan kemudian dibuatkan surat jalan untuk ditukar dengan SPMB
tersebut. Hal ini akan mencegah timbulnya kesalahan dalam pengiriman
barang kepada pelanggan (customer), memberikan bukti tertulis yang
kuat bagi bagian gudang serta meningkatkan pengendalian internal dan
kinerja operasi perusahaan menjadi efektif dan efisien.
8. Tidak terdapat pemisahan antara fungsi pengiriman barang dan penyimpanan
barang di gudang.
Kondisi : Perusahaan masih menggabungkan antara fungsi pengiriman barang dan
penyimpanan barang di gudang.
Kriteria : Harus ada pemisahan antara fungsi penyimpanan dan fungsi pengiriman
barang di bagian gudang. Sehingga dapat mengurangi kesalahan data dan
juga mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan, sehingga dapat
meningkatkan pengendalian internal perusahaan.
Sebab : Perusahaan menganggap bahwa secara berkala telah dilakukan stock
opname atas fungsi gudang sehingga bila nanti terjadi kekurangan barang
atau kesalahan dapat dideteksi. Oleh karena itu perusahaan menganggap
bahwa tidak diperlukan pemisahan tugas pada fungsi penyimpanan dan
pengiriman barang.
96
Akibat : Bila tidak terdapat pemisahan fungsi penyimpanan dan pengiriman
barang maka timbulnya kesalahan dan kecurangan ada bagian gudang
menjadi semakin besar. Hal ini dikarenakan bagian gudang tidak ada
yang mengawasi, mengingat fungsi mereka tidak terpisah. Walaupun
pada akhirnya nanti akan dilakukan stock opname, tetap hal ini tetap akan
merugikan perusahaan lebih dahulu, karena selama proses stock opname
belum berlanjut, kecurangan masih dapat terjadi.
Rekomendasi : Perusahaan melakukan pemisahan tugas antara fungsi penyimpanan
dan pengiriman barang pada bagian gudang. Sehingga orang yang
menyimpan barang pada gudang tidak sama dengan orang yang
melakukan pengiriman barang. Dengan dilakukan pemisahan maka
pengendalian internal akan menjadi lebih baik dan mengurangi timbulnya
kecurangan dan kesalahan data.
9. Tidak terdapat Standard Operating Procedures (SOP) dalam pembuatan surat jalan
sederhana.
Kondisi : Perusahaan belum memiliki pedoman tertulis yang berupa Standard
Operating Procedures (SOP) untuk pembuatan surat jalan sederhana,
dimana sekarang ini masih memakai surat jalan biasa yang diberikan
memo seperlunya saja.
Kriteria : Perusahaan harus memiliki Standard Operating Procedures (SOP)
untuk memberikan pedoman tertulis bagi para staff-nya yang terlibat
dalam proses pembuatan surat jalan sederhana.
Sebab : Karena perusahaan menganggap dalam membuat surat jalan sederhana
tidak terlalu rumit sehingga dapat dijelaskan langsung kepada staff yang
97
berkepentingan melalui lisan saja, sehingga hal ini masih belum
dipertimbangkan oleh perusahaan untuk dibuatkan pedoman pembuatan
surat jalan sederhana secara tertulis.
Akibat : Dengan tidak dimilikinya pedoman tertulis yang mengatur dalam
pembuatan surat jalan sederhana maka akan mengakibatkan perusahaan
tidaka ada bukti tertulis yang mengatur secara jelas mengenai surat jalan
sederhana yang nantinya bisa dapat menimbulkan kesalahan pemahaman
atau kesalahan pembuatan dalam membuat surat jalan sederhana.
Misalnya saja surat jalan sederhana tidak diotorisasi oleh pihak – pihak
yang tepat atau surat jalan sederhana tersebut tidak didistribusikan
dengan tepat kepada orang yang berkepentingan.
Rekomendasi : Sebaiknya perusahaan memiliki pedoman tertulis surat jalan
sederhana berupa Standard Operating Procedures (SOP) sehingga
terdapat kebijakan dan aturan – aturan yang jelas dan tertulis yang
mengatur prosedur, batasan – batasan serta keperluan dalam membuat
surat jalan sederhana. Hal ini tentu juga akan mencegah timbulnya
kesalahan dalam pendistribusian surat jalan dan kesalahan otorisasi oleh
pihak – pihak diluar berkepentingan. Berikut adalah SOP yang
disarankan :
No Uraian Pelaksana Time Frame
III.1
III.1. Surat jalan sederhana dibuat untuk :
a. Sample product / komponen.
b. Adrindo tidak bisa digunakan.
Staff/Adm. Sales
H
98
No Uraian Pelaksana Time Frame
c. Barang pengganti
III.2
Surat jalan sederhana harus mencantumkan : Item barang / komponen yang dikirm, jumlah, No. PO / No. Memo berserta harga dan satuannya.
Staff/Adm. Sales
H
III.3
Surat jalan sederhana ke inter group, tanda tangan hanya pada kolom penanggung jawab barang dan kepala sales administrasi tidak perlu tanda tangan kepala pabrik.
Staff/Adm. Sales
H
III.4
Surat jalan sederhana keluar (selain inter group) tanda tangan harus semua kolom, yaitu penanggung jawab barang, kepala sales administrasi dan kepala pabrik.
Adm. Kepala Sales, Kepala
Pabrik H
III.5 Kepala pabrik memberi otorisasi kepada Sales untuk membuat rekap surat jalan sederhana setiap akhir bulan.
Ka. Subsie Sales
H + 5
Tabel 4.5. SOP Surat Jalan Sederhana
IV.4. Program Pemeriksaan atas Fungsi Penjualan
IV.4.1 Prosedur Pemeriksaan atas Penerimaan Pesanan
Tujuan pemeriksaan
Untuk menilai apakah penerimaan pesanan telah dipenuhi sesuai dengan pesanan
pelanggannya, untuk memeriksa apakah pesanan tersebut telah tercatat oleh bagian
penjualan, serta untuk mengetahui dan memeriksa apakah perusahaan telah memiliki
prosedur penerimaan pesanan.
Prosedur Pemeriksaan
99
1. Mendapatkan informasi, memeriksa serta mempelajari proses penerimaan
pesanan dari bagian penjualan.
2. Mengevaluasi apakah kebijakan penerimaan pesanan yang berjalan sudah efisien
dan efektif.
3. Memeriksa serta mengevaluasi apakah terdapat dokumen pendukung yang
relevan , misalnya bila ada perubahan permintaan pelanggan dibuatkan surat
perintah kerja yang baru.
4. Mengevaluasi dan memeriksa kelengkapan isi dari dokumen pesanan pelanggan
serta data – data pelanggan, apakah telah tertulis jelas mengenai :
a. Nama, alamat serta tujuan pengiriman barang.
b. Jenis, jumlah dan unit satuan barang.
c. Tanggal penerimaan pesanan dan tanggal pengiriman barang.
d. Adanya potongan harga (discount) yang diberikan.
5. Memberikan saran – saran perbaikan atas permasalahan yang ada.
IV.4.2. Prosedur Pemeriksaan atas Pembuatan Surat Jalan dan Faktur
Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui apakah terjadi penyelewengan dalam pembuatan surat jalan
dan faktur, untuk mengetahui pihak – pihak mana saja yang berwenang dalam membuat
dan mengotorisasi surat jalan dan faktur, serta untuk mengetahui apakah perusahaan
telah memiliki prosedur tertulis dalam pembuatan surat jalan dan faktur.
Prosedur Pemeriksaan
1. Mendapatkan data – data atau informasi serta mempelajari proses pembuatan
surat jalan dan faktur.
100
2. Memeriksa apakah surat jalan dan faktur yang telah dibuat sudah sesuai dengan
pesanan pelanggan, berikut hal – hal yang harus diperhatikan :
a. Identitas Pelanggan.
b. Nomor dan tanggal pembuatan surat jalan dan faktur.
c. Syarat pembayaran (dalam faktur).
d. Harga barang, kode barang, jenis barang dan jumlah barang.
e. Potongan harga (discount) yang telah disetujui.
3. Memeriksa apakah faktur dan surat jalan yang akan dikirimkan kepada
pelanggan sudah diotorisasi oleh pihak yang berwenang.
4. Memeriksa apakah terdapat kesalahan data dalam pembuatan surat jalan dan
faktur yang akan menyebabkan kesalahan pengiriman barang kepada pelanggan.
5. Memberikan saran – saran perbaikan kepada perusahaan atas masalah yang
dihadapi.
IV.4.3. Prosedur Pemeriksaan atas Pengiriman Pesanan kepada Pelanggan
Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui apakah pesanan pelanggan telah dikirimkan dengan tepat
waktu dan sesuai permintaan pelanggan, serta untuk mengetahui apakah pesanan
pelanggan tersebut telah didukung oleh dokumen yang lengkap.
Prosedur Pemeriksaan
1. Mempelajari dengan seksama mengenai prosedur dan ketentuan dalam
pengiriman barang kepada pelanggan.
2. Memeriksa sebelum pengiriman barang apakah barang yang akan dikirim telah
sesuai dengan surat jalan dan faktur yang dibuat.
101
3. Memeriksa apakah surat jalan serta faktur penjualan sudah diotorisasi oleh pihak
yang berwenang pada saat pengiriman barang.
4. Memeriksa apakah dokumen pengiriman barang sudah dicap “sudah dikirim /
diterima” oleh pihak pelanggan atau penerima barang.
5. Memeriksa apakah ada pesanan telah dikirim tepat waktu kepada pelanggan.
6. Memeriksa apakah terdapat kemungkinan kesalahan pada saat pengiriman
barang kepada pelanggan.
7. Memberikan kesimpulan dan saran – saran yang dibutuhkan.
IV.4.4. Prosedur Pemeriksaan atas Pencatatan Piutang
Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui apakah penyisihan piutang tak tertagih telah ditetapkan secara
memadai, untuk mengetahui apakah akan terjadi penyelewengan pada piutang, serta
untuk mengetahui apakah piutang tersebut telah dilaporkan secara berkala kepada pihak
yang berkepentingan.
Prosedur Pemeriksaan
1. Mendapatkan dan mempelajari dengan baik akan proses pencatatan piutang
perusahaan.
2. Memeriksa apakaha ada bagian khusus yang bertanggungjawab atau bertugas
untuk melakukan penagihan piutang kepada pelanggan.
3. Memeriksa dokumen – dokumen yang mendukung terjadinya transaksi piutang
(faktur penjualan, memo kredit dan dokumen – dokumen lainnya).
4. Memeriksa apakah terdapat sanksi bagi pelanggan yang telat membayar
piutangnya.
102
5. Memberikan saran – saran perbaikan atas temuan yang ada.
IV.4.5. Prosedur Pemeriksaan atas Penagihan Piutang
Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui apakah piutang telah dibayar dengan tepat waktu dan
semestinya, untuk mengetahui apakah sudah terdapat prosedur atau kebijakan tertulis
mengenai penagihan piutang, serta untuk mengetahui apakah kebijakan tersebut sudah
cukup baik dalam meningkatkan kolektibilitas piutang sehingga perusahaan tidak
mengalami hambatan yang akan menyebabkan kerugian akibat tingginya piutang tak
tertagih.
Prosedur pemeriksaan
1. Mendapatkan serta mempelajari prosedur penagihan piutang yang ada pada
perusahaan.
2. Memeriksa apakah bagian piutang telah membuat daftar piutang dagang dan
mengirimkan tagihan kepada pelanggan secara rutin.
3. Memeriksa apakah semuan penerimaan pembayaran (uang tunai, giro, cek atau
bukti pelunasan lainnya) telah diterima sebagaimana mestinya oleh bagian
piutang.
4. Memeriksa kembali apakah informasi yang tercantum dalam faktur yang akan
dikirim kepada pelanggan telah benar.
5. Memberikan saran – saran perbaikan serta kesimpulan kepada perusahaan.
IV.6. Prosedur Pemeriksaan atas Pencatatan Penerimaan Kas
Tujuan Pemeriksaan
103
Untuk memeriksa apakah prosedur penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan
sudah ditaati dan dijalankan dengan semestinya, serta untuk mengevaluasi apakah setiap
penerimaan kas sudah didukung dengan bukti – bukti yang cukup.
Prosedur Pemeriksaan
1. Memeriksa apakah kebijakan pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas yang
telah berjalan sudah efisien dan efektif.
2. Mengevaluasi dan memeriksa apakah sudah dilakukan pemisahan atas bagian
penagihan, bagian piutang dan bagian penerimaan kas.
3. Memeriksa apakah bukti penerimaan kas telah sesuai dengan faktur yang dibuat
sebelumnya.
4. Mengevaluasi serta memeriksa apakah kas atau cek yang diterima telah langsung
disetorkan kepada Bank pada hari yang sama atau paling tidak selambat –
lambatnya keesokan harinya, serta apakah jumlah yang disetor sama dengan
jumlah uang yang ditagih.
5. Memberikan saran – saran serta kesimpulan atas temuan yang ada.