bab iv analisis terhadap upaya mencapai kesehatan...

27
BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN MENTAL DALAM KELUARGA MENURUT Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan Mental Dalam Keluarga Dalam Pandangan Dr. Kartini Kartono dan dr. Jenny Andari Pandangan Dr. Kartini Kartono dan dr. Jenny Andari tentang kesehatan mental dalam keluarga telah menambah wawasan bagi dunia psikologi. Pada dasarnya semua orang menghendaki atau berkeinginan untuk memperoleh ketenangan dan kebahagiaan hidup. Namun untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah dan yang lebih tinggi lagi adalah tidak semua orang dapat meraih kebahagiaan dalam kehidupan. Memahami masalah kesehatan mental dalam keluarga secara luas adalah penting dalam zaman modern ini walaupun kemajuan ilmu teknologi dan industri dapat memberikan kemudahan dan kesenangan kepada manusia. Akan tetapi semua itu belum dapat menjamin kesejahteraan dan kebahagiaan jiwa. Hal ini disebabkan karena kemajuan tersebut membawa kepada perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang sudah barang tentu mempengaruhi perilaku kehidupan jiwa. Sehingga adaptasi masyarakat modern yang hiper kompleks itu menjadi tidak mudah, dan bahkan menyebabkan kecemasan, konflik terbuka dan eksternal sifatnya

Upload: nguyenlien

Post on 06-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

BAB IV

ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN

MENTAL DALAM KELUARGA MENURUT

Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI

4.1. Konsep Kesehatan Mental Dalam Keluarga Dalam Pandangan Dr.

Kartini Kartono dan dr. Jenny Andari

Pandangan Dr. Kartini Kartono dan dr. Jenny Andari tentang

kesehatan mental dalam keluarga telah menambah wawasan bagi dunia

psikologi. Pada dasarnya semua orang menghendaki atau berkeinginan untuk

memperoleh ketenangan dan kebahagiaan hidup. Namun untuk mencapai

tujuan tersebut tidaklah mudah dan yang lebih tinggi lagi adalah tidak semua

orang dapat meraih kebahagiaan dalam kehidupan.

Memahami masalah kesehatan mental dalam keluarga secara luas

adalah penting dalam zaman modern ini walaupun kemajuan ilmu teknologi

dan industri dapat memberikan kemudahan dan kesenangan kepada manusia.

Akan tetapi semua itu belum dapat menjamin kesejahteraan dan kebahagiaan

jiwa. Hal ini disebabkan karena kemajuan tersebut membawa kepada

perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang

sudah barang tentu mempengaruhi perilaku kehidupan jiwa. Sehingga

adaptasi masyarakat modern yang hiper kompleks itu menjadi tidak mudah,

dan bahkan menyebabkan kecemasan, konflik terbuka dan eksternal sifatnya

Page 2: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

71

maupun yang tersembunyi dan internal dalam batin sendiri banyak orang

mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum

atau, berbuat semau sendiri demi kepentingan sendiri dan mengganggu atau

merugikan orang lain.

Masalah-masalah sosial pada zaman modern yang dianggap

sosiopatik itu merupakan fungsi struktural dan totalitas sistem sosial. Dengan

kata lain penyakit masyarakat merupakan produk sampingan atau

konsekuensi yang tidak diharapkan dari sistem sosial kultural zaman

sekarang lambat laun apabila tingkah laku menyimpang itu menjadi meluas

dalam masyarakat, maka berlangsunglah deviasi situasional yang komulatif

misalnya dalam bentuk kebudayaan korupsi, kriminalitas, deviasi seksual

dan lain-lain.

Tingkah laku atau perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadis,

tetapi selalu ada kelangsungan antara satu perbuatan dengan perbuatan

berikutnya.1

Memang benar apa yang di ungkapkan Dr. Kartini Kartono dan dr.

Jenny Andari bahwa pola tingkah laku, fikiran, dan sugesti ayah ibu dapat

mencetak pola yang hampir sama pada anggota keluarga lainnya dan sangat

besar sekali pengaruhnya dalam proses membentuk tingkah laku terutama

anak-anak. Misalnya, temperamen ayah yang agresif meledak-ledak, suka

marah, sewenang-wenang, serta kriminil, tidak hanya akan

mentransformasikan efek temperamennya saja, akan tetapi juga

1 Sarlito Wirawan , Pengantar Umum Psikologi, Bulan Bintang Jakarta,1975, hlm.30

Page 3: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

72

menimbulkan iklim yang mendemoralisir secara psikis di tengah-tengah

keluarga. Sekaligus juga merangsang kemunculan reaksi-rekasi emosional

yang implusif dan eksplosif pada anak-anak yang mengindikasikan

ketidaksehatan mental mereka. Keluarga penuh konflik keras, keluarga

radikal ekstrim, semua itu biasanya menjadi sumber yang subur bagi

munculnya delinkuensi remaja dan ketidaksehatan mental anak-anaknya.

Sumbangan keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh sifat

hubungan antara anak dengan berbagai anggota keluarga. Tidak semua

anggota keluarga mempunyai pengaruh yang sama pada anak. Besarnya

pengaruh seorang anggota keluarga bergantung sebagian besar pada

hubungan emosional yang terdapat antara anak dan anggota keluarga itu,

walaupun pengaruh seorang ayah pada anak bisanya kurang dari pengaruh

ibu, terutama selama awal masa kanak-kanak.

Seorang ayah yang bersifat otokratis dapat menyebabkan

penyesuaian yang kurang baik seperti juga seorang ayah yang permisif yang

disiplinya tidak efektif. Pada dasarnya hubungan orang tua dan anak

bergantung pada sikap orang tua. Sikap orang tua tidak hanya mempunyai

pengaruh kuat pada hubungan didalam keluarga tetapi juga pada sikap dan

perilaku anak.

Kartini Kartono telah menyebutkan bahwa masyarakat modern yang

serba ricuh, cepat berubah, dipenuhi kekerasan dan lain-lain itu disamping

mendorong orang tua dan anak-anak muda menggunakan respon kriminal,

delinkuen juga banyak membuahkan tingkah laku yang neurotis, psikotis

Page 4: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

73

dan psikopstis. Inilah tanda-tanda dari masyarakat yang tengah sakit. Dapat

dinyatakan pula bahwa tingkah laku delinkuen dan neurotis, psikopatis anak-

anak muda itu merupakan reaksi terhadap kondisi keluarga serba berantakan

dan terhadap kondisi sosial masyarakat lingkungan yang tengah sakit.

Maria Ethy berpendapat, ia melihat masyarakat sakit dilihat dari hasil

survei kesehatan mental rumah tangga di 11 kota oleh Jaringan Epidemologi

Psikiatri Indonesia tahun 1995. Survei menunjukan 185 dari 1000 penduduk

menunjukan gejala-gejala gangguan jiwa. Sedangkan survei Departemen

Kesehatan dengan sampel Modul Survei Sosial Ekonomi Nasional

menunjukan prevalensi gangguan jiwa 264/1000 anggota rumah tangga.2

Di kota-kota besar terdapat perbedaan distribusi ekonomis dan

ekologis dari orang-orang yang berasal dari kelas sosial yang berbeda.

Secara otomatis dalam masyarakat tersebut banyak terdapat kesenjangan

antara golongan kaya dengan golongan miskin. Tidak semua kelompok

sosial dalam situasi demikian mendapatkan kesempatan yang sama untuk

menapak jalan menuju kearah kekuasaan kekayaan dan keenakan hidup

sehari-hari. Besarnya ambisi material di tengah struktur keluarga, dan

kecilnya kesempatan untuk meraih sukses materiil ditengah masyarakat

memudahkan pemunculan kebiasaan hidup yang kriminil dan asusila.

Sebagai pakar psikologi sosial, Kartini kartono menyebutkan dua

jenis ekspresi penyimpangan perilaku berdasar teori penyakit jiwa. Pertama,

psikopat diartikan sebagai bentuk kekalutan mental yang diandai dengan

2 www.pikiranrakyat.com/cetak/0903/15/teropong-23k-Cached

Page 5: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

74

tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi, orangnya tidak

pernah bisa bertanggung jawab secara moral dan selalu berkonflik dengan

norma sosial serta hukum, biasanya bersifat immoral. Ciri khas yang melekat

dalam sifat psikopat antara lain, amat fanatik dan egoistik, menentang norma

etis dan lingkungan, aneh dan sering kasar, kurang ajar, ganas dan buas

tanpa sebab jelas, serta bertindak kriminal. Kedua, defek moral sebagai

individu yang hidupnya dillinquent atau jahat, selalu melakukan kejahatan

durjana, asosial, antisosial, meskipun tidak terdapat gangguan intelektual.

Kelemahan dan kegagalannya terutama tidak memiliki kemampuan untuk

mengenal, memahami dan mengendalikan, dan mengatur laku yang salah

dan jahat sehingga sering melakukan kekerasan, penyerangan dan

kejahatan.3

Berkumpulnya macam-macam kebudayaan di kota-kota besar dan

dalam masyarakat modern sekarang ini menimbulkan banyak konflik

disebabkan oleh kontradiksi-kontradiksi dalam segala hal, maka usaha

penyesuaian diri dalam masyarakat yang serba kompleks itu menjadi

semakin sulit. Ditambah makin longsornya norma-norma susila dan sanksi-

sanksi sosial oleh bertemunya macam-macam budaya semua itu

memudahkan penerapan tingkah laku rasionalisasi. Dalam situasi semacam

itu Kartini Kartono berkata :

“Batas antara kejahatan dan usaha-usaha legal menjadi samar sekali.” Alasanya, “penjahat tidak tahu mana yang susila benar dan mana yang jahat-salah”.4

3 www.pikiranrakyat., 4 www.pikiranrakyat.,

Page 6: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

75

Sedemikian parahkah kita dalam menyikapi keadaan? Menjawab

pertanyaan itu tentu tidak ada cara lain, kecuali saling introspeksi diri dan

lingkunganya. Dibarengi ikhtiar untuk menciptakan keluarga dan lingkungan

warga yang sehat serta menumbuhkan rasa keadilan yang objektif. Keluarga

dan lingkungan sekitar berperan membentuk perilaku menyimpang.

Pola hidup dan tingkah laku ayah-ibu atau salah seorang anggota

keluarga itu mudah menular kepada segenap anggota keluarga. Temperamen

orang tua, khususnya ayah yang agresif dan eksposif, mudah marah dan

sewenang-wenang, suka mabuk-mabukan dan kriminil, jelas memberikan

dampak yang mendemoralisir dalam lingkungan keluarganya dan bisa

merangsang emosi-emosi yang mirip sama pada pribadi anak-anaknya.

Kualitas rumah tangga dengan pola kehidupannya memberikan stempel-

pembentuk pada kepribadian anak-anak. Demikian pula semua jenis konflik

familial dan ketegangan/krisis keluarga pada umumnya mengakibatkan

bentuk ketidakimbangan dalam kehidupan psikis anak-anak, serta

memunculkan macam-macam gangguan mental.

Keluarga yang maladjusment yang tidak bisa menyesuaikan diri

terhadap tuntunan perubahan zaman itu menjadi persemaian subur bagi

timbulnya kekalutan jiwa pada anak-anak karena, keluarga tersebut tidak

mengembangkan pola ketenangan, harmonis, loyalitas, solidaritas keluarga

dan disiplin hidup yang baik, sebaliknya malahan menjadi kacau berantakan

sebab masing-masing orang mengikuti kemauan sendiri keluarga yang

demikian jelas mengacaukan perkembangan kepribadian anak.

Page 7: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

76

Peneliti sepakat dengan pendapat tersebut karena sumbangan

keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh sifat hubungan antar anak

dengan berbagai anggota keluarga. Hubungan ini sebaliknya dipengaruhi

pola kehidupan keluarga, juga sikap dan perilaku berbagai anggota keluarga

terhadap anak dalam keluarganya tersebut.

Pada dasarnya hubungan orang tua anak tergantung pada sikap orang

tua, jika sikap orang tua menguntungkan, hubungan orang tua dan anak akan

jauh lebih baik ketimbang bila sikap orang tua tidak positif. Kita tidak bisa

menafikan bahwa pola kehidupan keluarga berbeda dari satu kelompok

sosial dengan yang lainya. Menurut Elizabeth B. Hurlock terdapat perbedaan

dalam mengatur rumah tangga, hubungan suami-isteri; dalam konsep peran

orang tua, anak dan keluarga; dalam nilai-nilai keluarga, dalam penyesuaian

sosial; dalam pendidikan anak, dan sikap disiplin, dan dalam sikap terhadap

kehidupan keluarga.5

Ada tiga gaya umum bagaimana orang tua menjalankan perananya

sebagai orang tua yaitu : otoriter, permisif dan otoritatif.6

Orang tua otoriter memberlakukan peraturan-peraturan yang ketat

dan menuntut agar peraturan itu dipatuhi. Mereka yakin bahwa anak-anak

harus berada di tempat yang telah ditentukan dan tidak boleh menyuarakan

pendapatnya. Orang tua otoriter berusaha menjalankan rumah tangga yang

didasarkan pada struktur dan tradisi, walaupun dalam banyak hal, tekanan

5 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid II, Anggota IKAPI, Jakarta, 2000,

hlm.9 6 Lawrence Shapiro, Mengajarkan Emottional Intellegence Pada Anak, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, 1999, hlm.27-28

Page 8: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

77

mereka akan keteraturan, pengawasan membebani anak. Anak-anak yang

berasal dari keluarga yang menerapkan keotoriteran dan pengawasan ketat

tidak memperlihatkan pola yang berhasil. Mereka cenderung tidak bahagia,

dan sulit mempercayai orang lain kadar harga diri paling rendah dibanding

anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang tidak selalu mengatur.

Sebagaimana yang di ungkapkan Kartini Kartono dan Jenny Andari

bahwa anak-anak muda yang delinkuen neurotik biasanya berasal dari

keluarga religius yang ketat dan fanatik, dalam mana penghayatan pribadi

mengenai ketidakberhargaan dan ketidakberdayaan personal (perasaan

inferior, minder) anak di perkuat oleh disiplin keras, dogma-dogma dan

fanatisme religius dari orang tua mereka. Disadari atau tidak tingkah laku,

kebiasaan, fanatisme dan kekerasan orang tuanya yang di terapkan kepada

anak-anak itu tidak adil, tidak manusiawi, dan munafik. Sebagai reaksi

terhadap perilaku orang tuanya anak-anak tadi mengembangkan tingkah laku

kriminil yang neurotik.

Sedangkan orang tua permisif berusaha menerima dan mendidik

sebaik mungkin tetapi cenderung sangat pasif ketika sampai kemasalah

penetapan batas-batas atau menanggapi ketidakpatuhan. Orang tua permisif

tidak begitu menuntut juga tidak menetapkan sasaran yang jelas bagi

anaknya, karena yakin bahwa anak harusnya berkembang sendiri sesuai

dengan keecenderungan alamiahnya. Anak-anak yang dibesarkan dalam

lingkungan keluarga yang sedikit sekali atau tanpa mendapatkan supervisi

atau pengawasan dan latihan disiplin yang teratur, jelas tidak akan sanggup

Page 9: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

78

menginternalisasikan dalam pribadi sendiri norma-norma hidup normal dan

susila. Sehingga untuk selama-lamanya anak-anak muda dan orang dewasa

macam itu tidak akan pernah mampu mengembangkan disiplin diri dan

pengendalian diri.

Orang tua otoritatif berbeda dengan, baik orang tua otoriter maupun

orang tua permisif. Orang tua otoritatif berusaha mengembangkan antara

batas-batas yang jelas dengan lingkungan mereka yang baik untuk tumbuh.

Mereka memberi bimbingan, tetapi tidak mengatur, memberi penjelasan

tentang yang mereka lakukan serta memperbolehkan anak-anak memberi

masukan dalam pengambilan keputusan penting.7

Kiranya tidak dapat disangkal lagi bahwa keluarga merupakan

lingkungan primer hampir setiap individu, sejak lahir sampai datangnya

masa ia meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri.

Lingkungan primer hubungan antara manusia yang paling intensif dan paling

awal terjadi dalam keluarga.

Sebelum seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia lebih

dahulu harus mengenal lingkungan keluarganya, dan sebelum ia mengenal

norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat umum, pertama kali juga

harus menyerap norma-norma yang berlaku dalam keluarganya untuk

dijadikan bagian dari kepribadiannya. Tetapi dalam masyarakat yang

moderen, masalah penerusan nilai-nilai dalam keluarga menjadi lebih rumit.

Bermacam-macam norma dan nilai yang ada tidak terbendung lagi masuk

7Lawrence Shapiro, Ibid.,hlm. 28

Page 10: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

79

kedalam masyarakat yang bentuknya masih tradisional hanya mengenai

sejumlah norma dan nilai yang terbatas.

Teknologi komuniksai menyebabkan masuknya norma dan nilai baru

dari luar, dan perkembangan dalam masyarakat sendiri pun menyebabkan

timbulnya norma dan nilai baru. Pada saat gilirannya norma dan nilai baru

ini masuk kedalam lingkungan keluarga sehingga terjadilah berbagai macam

sikap yang ditunjukan. Sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan

bereaksi individu terhadap suatu hal.8

Oleh karena itu, tradisi-tradisi kebiasaan hidup, sikap hidup cara

berfikir dan filsafat hidup keluarga itu sangat besar sekali pengaruhnya

dalam proses membentuk tingkah laku dan sikap anggota keluarga terutama

anak-anak. Salah satu peristiwa dramatik dalam masa kanak-kanak adalah

transformasi jahat, yakni perasaan bahwa orang hidup diantara musuh-

musuh. Kalau perasaan ini cukup kuat maka anak tidak mungkin

memberikan respon secara positif terhadap cumbuan kasih sayang dari orang

lain. Transformasi jahat merusakan hubungan-hubungan antar pribadi anak

dan menyebabkan anak mengisolasikan diri.9

Banyak gangguan psikis muncul, karena anak sejak usia yang amat

muda mendapatkan perlakuan yang tidak patut dalam situasi keluarganya.

Pada hakikatnya bukan maksud orang tua dengan sengaja menyajikan

lingkungan buruk namun, kondisi ekonomi, kultural atau sosial memaksa

rumah tangga menjadi berantakan, para anggota keluarga tercerai berai dan

8Andi Mappiare, Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya, 1982, hlm.58. 9 Calvin S. Hall dan Garder Lindzy, Teori-teori Psikodinamik (Klinis), ed. Supraptikna,

Kanisius, Yogyakarta, 1193, hlm. 285

Page 11: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

80

menjadi asusila, misalnya pola kriminal dan tindak susila dari salah seorang

anggota keluarga secara langsung atau tidak langsung mencetak pola yang

sama pada anak-anak juga teman-teman sebaya (anak-anak remaja) dengan

tingkah laku berandalan, dan perilaku tetangga yang kurang bertanggung

jawab, semua itu memberikan banyak iritasi pada pribadi anak, yang pasti

akan mengganggu perkembangan jiwanya.

Tidak berfungsinya keluarga sebagia lembaga psikososial

menyebabkan orang tua tidak sanggup mengintegrasikan anak dalam

keutuhan keluarganya. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan

keluarga yang sedikit sekali atau tanpa mendapat supervisi pengawasan dan

latihan disiplin yang teratur tidak sanggup menginternalisasikan dalam

pribadi sendiri, norma-norma hidup normal dan susila. Bahkan banyak dari

mereka menjadi kebal nilai kesusilaan.

Suatu kenyataan yang mencemaskan belakangan ini ialah keberanian

remaja melakukan pelanggaran-pelanggaran susila, baik wanita maupun pria

bahkan diantara mereka, ada yang berpendapat bahwa hubungan antara

wanita dan pria, tidak perlu dibatasi dan tidak usah dikontrol orang tua.10

Mereka sengaja menyuarakan zaman modernisasi sehingga harus

bersaing dengan dunia barat. Sebenarnya mereka tidak sadar kalau

modernisasi dianggap dengan westernisasi maka, masyarakat kita telah

menerima banyak nilai kebudayaan barat yang sekuler.

10 Zakiyah Daradjat, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, Bulan Bintang, Jakarta, 1978,

hlm. 481

Page 12: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

81

Perubahan prilaku bisa terjadi oleh pengaruh lingkungan. Manusia

tumbuh menjadi seperti apa yang terbentuk oleh lingkungan (man grows to

be what he is made to be by his environtment). Karena terbentuk oleh

lingkungan, maka dengan lingkungan yang baru ia akan berubah. Karena

manusia selalu berada dalam proses berubah (in a process of

changing)secara teoritis manusia selalu mungkin untuk berubah (sendiri)

atau di ubah (oleh orang lain, lingkungan). Hal inilah yang dipakai sebagai

dasar para konselor dan ahli psikoterapi untuk bersikap positif dan

optimistik bahwa sesuatu masih dan harus dapat dilakukan untuk melakukan

perubahan perilaku.

Keluarga yang bertanggung jawab terhadap perubahan anaknya akan

selalu mengikuti perkembangan tersebut dengan bersikap selektif terhadap

pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Lebih dari itu, keluarga yang

bertanggung jawab harus dapat mangun karsa perkembangan anaknya.11

Dengan mengacu pendapat yang disampaikan Dr. Kartini Kartono

dan dr. Jenny Andari tentang kedehatan mental dalam keluarga dapat kita

pahami sekarang, bahwa faktor sosial paling utama yang memberikan

pengaruh predisposisional baik atau buruk ialah keluarga.

Peneliti sangat sepakat dengan apa yang dituliskan oleh Dr. Kartini

Kartono dan dr. Jenny Andari untuk menanamkan dan mengembangkan jiwa

yang sehat dalam keluarga. Dalam pepatah disebutkan ”man sana in copore

11 Agus Suyanto, Psikologi Perkembangan, Aksara Baru, Jakarta, 1980, hlm.274

Page 13: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

82

sano” dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat badan yang sehat

yang menjadi penunjang utama mental yang sehat.

4.2. Peran Kesehatan Mental Dalam Keluarga Perspektif Bimbingan Dan

Konseling Keluarga Islam

Para ahli barat setuju bahwa terwujudnya pribadi yang sehat itu di

dukung oleh berbagai komponen. Misalnya, laightall menyampaikan tujuh

komponen yang fundamental yakni, faktor biologis, rasional, normatif dan

transaksional, disamping energi, emosi, dan kesenangan (pleasure). Ketujuh

komponen itu saling berkait dan saling mempengaruhi. Sebagai contoh,

orang akan terganggu mentalnya apabila kebutuhan biologis tidak terpenuhi

(sakit) sedang emosi meninggi lalu menjadi berperilaku tidak rasional

sehingga menggangu hubungan transaksionalnya dengan masyarakat.12

Apabila kita tinjau lebih mendalam, teori kesehatan mental dari barat

itu bersifat sekuler yang menjadi pusat perhatiannya ialah manusia di dunia.

Mereka kebanyakan tidak memasukan hal-hal yang berhubungan dengan

faktor transenden ke dalam komponen kesehatan mental. Menurut konsep

barat kesehatan mental itu hanya berorientasi kepada empat hal yakni diri

sendiri, hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan alam serta

untuk masa kini.

Menurut Islam kesehatan mental harus di kaitkan dengan empat hal

yang lain yaitu; hubungan vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan

laku ibadah, dengan akhlak yang mulia, dan dengan kehidupan kelak

12 Sayekti Pujosuwarno, Bimbingan dan Konseling Keluarga, Menara Mas Offset, Yogyakarta, 1994, hlm. xiii.

Page 14: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

83

diakhirat. Dengan kata lain konsep kesehatan mental Islam selalu

dihubungkan dengan akidah keimanan (tauhid) , perilaku ibadah (dalam arti

luas), budi pekerti yang luhur dan dengan kehidupan ukhrowi.

Keluarga sebagai lembaga sosial paling dasar dan alat kontrol bagi

perkembangan anak-anak sangat berperan penting dalam menumbuhkan jiwa

yang sehat. Apabila ayah dan ibu tidak mampu berfungsi sebagai pendidik

anak-anak akan terganggu kondisi kejiwaannya dan tidak higienis

mentalnya. Keluarga atau rumah tangga, oleh siapapun dibentuk, pada

dasarnya untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. Keluarga

dibentuk untuk menyalurkan nafsu seksual karena tanpa tersalurkan orang

merasa bisa tidak bahagia. Pendidikan seks termasuk bagian dari pendidikan

akhlak karena itu tujuan dari pendidikan seks menurut syar’i atau Islam

harus sesuai.

Sebaiknya pendidikan psikis dimulai sejak bisa berfikir, seseorang

anak harus di didik untuk berani mengatakan yang hak, kesatria, merasa

mampu mencintai orang lain, dapat mengendalikan amarah, dan berhias diri

dengan semua keutamaan jiwa dan moral. Tujuan pendidikan ini tiada lain

untuk membentuk pribadi anak dan menyempurnakannya sehingga ia, bila

sudah mencapai usia dewasa, dapat mengemban segala kewajiban yang

diamanatkan kepadanya.13

Jika seorang anak sejak dilahirkan merupakan amanat di tangan para

pendidik, maka Islam menyuruh mereka dan sangat menekankan agar

13Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam Mengembangkan Kepribadian

Anak, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1996, hlm.109

Page 15: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

84

mereka menanamkan pada anak-anak sejak mulai membuka kedua belah

matanya, dasar-dasar kesehatan jiwa yang dapat mencetaknya kelak menjadi

insan yang berpikiran matang, berpikir sehat, mempunyai pertimbangan dan

berkemampauan tinggi.

Peran orang tua untuk mencapai pada perkembangan anak dengan

kepribadian yang baik, maka orang tua hendaknya memberikan pendidikan

yang didasari oleh keimanan dan akhlakul karimah dan membuat situasi dan

kondisi di dalam keluarga yang nyaman dan tentram, serta memberikan

kasih sayang dan kedamaian batiniah. Hal ini akan dapat mendukung anak

mencapai pada kepribadian yang baik yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran

agama.

Peran orang tua yang besar telah didasarkan oleh hadits Nabi

Muhammad SAW:

����������� ������������������������������������������� �!�"�#�"$�#��#�%��&'���"(��������������)��������!*��&+��*

������,�-.��'��������/0��'�1����2�3��$��4+�56�����'+7

Artinya : “Tidak seorang anakpun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan suci sebagi Islam maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi atau Nasrani ataupun Majusi” (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah).14

John Look sebagai seorang tokoh aliran asosiasi berpendapat bahwa,

pada permulaannya jiwa anak itu adalah bersih semisal selembar kertas putih

14 A. Mustofa, 150 Hadits Pilihan Untuk Pembinaan Akhlak dan Iman, Al-Ikhlas,

Surabaya, 1985, hlm.165

Page 16: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

85

yang belum di tulis yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh

pengalaman pergaulan (teori tabularasa).15

Lalu yang menjadi pertanyaan, sampai dimanakah pembawaan atau

lingkungan itu bertanggung jawab pada suatu perkembangan tertentu ? Jika

demikian jawabnya dapat dirumuskan sebagai berikut :

Tiap-tiap sifat dan ciri-ciri manusia dalam perkembanganya ada yang lebih ditentukan oleh lingkungan dan ada pula yang lebih ditentukan oleh pembawaanya.16

Rumah menjadi tempat berkumpul keluarga dan bernaung untuk

mencari ketenangan dan kedamaian maka di dalam keluarga harus

diciptakan suasana yang harmonis antar anggota keluarga. Dengan demikian

anggota keluarga akan betah tinggal di rumah apalagi untuk anak remaja

yang cenderung untuk tidak betah tinggal di rumah.

Menurut Ahmad Watik dan Abdul Salam dalam buku yang berjudul

“Etika, Islam, dan Kesehatan” menyebutkan ada dua faktor yang

mempengaruhi keharmonisan dalam rumah tangga yaitu:

1. Faktor kecocokan

2. Sikap dan tindakan orang tua terhadap anak17

Menurut ajaran Islam keluarga mempunyai tiga tanggung jawab

yaitu; pertama, tujuan kepada Allah SWT. Karena keluarga dan fungsi-

fungsi itu merupakan pelaksanaan amanat Allah SWT, yaitu amanat ibadah

dan amanat Khalifah. Kedua, tanggung jawab kedalam keluarga itu sendiri

15 Singgih Dirga Gunarso, Pengantar Psikologi, Mutiara, Jakarta, 1983, hlm. 20 16 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan , Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999, hlm. 17 17 Ahmad Watik dan Abdul Salam, Etika, Islam dan Kesehatan, Rajawali, Jakarta, 1986,

hlm.296

Page 17: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

86

terutama tanggung jawab orang tua sebagai pemimpin dalam keluarga untuk

senantiasa membina dan mengembangkan kondisi kehidupan keluarga ke

taraf yang lebih baik. Ketiga, tujuan keluarga ialah bahwa keluarga sebagai

unit terkecil dan bagian dari masyarakat mewujudkan penampilan yang

positif terhadap keluarga lain dalam masyarakat bahkan terhadap bangsa dan

negaranya.

Keluarga adalah persekutuan hidup berdasarkan perkawinan yang sah

terdiri dari suami dan istri yang juga selaku orang tua dari anak-anak yang

dilahirkannya. Dalam pembinaan keluarga sejahtera prinsip-prinsip akhlak

perlu ditegakkan dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban moral yang

menjadi kemestian baginya. Kewajiban ini meliputi kewajiban suami

terhadap isterinya, kewajiban isteri terhadap suaminya, kewajiban orang tua

terhadap anaknya dan kewajiban anak terhadap orang tuanya. Jika semua

kewajiban moral sepanjang ajaran etika Islam ini dilaksanakan dengan baik,

sementara masing-masing pihak menerima haknya dengan sempurna,

menurut Burhanudin Salam disanalah akan terwujud keluarga yang bahagia

dan sejahtera.18

Baik suami ataupun isteri dalam kehidupan berkeluarga harus dapat

menerima dan memberikan kepercayaan kepada dan dari masing-masing

pihak. Keluarga yang tidak adanya rasa saling mempercayai satu dengan

yang lain, dapat dikatakan bahwa keluarga itu hidup di atas sekam dan api.

Menurut Bimo Walgito dalam buku “Bimbingan Dan Konseling

18 Burhanudin Salam, Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia, Rineke Cipta,

Jakarta, 1997. hlm.16-17

Page 18: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

87

Perkawinan” menyebutkan, memberi dan menerima kepercayaan merupakan

hal yang sulit, akan tetapi bila tidak ada unsur kepercayaan dalam keluarga

maka yang ada hanyalah rasa curiga, rasa syakwasangka, yang semua itu

akan menimbulkan rasa tidak tentram dalam kehidupan berkeluarga.19

Oleh karena itu keluarga harus senantiasa menciptakan kasih sayang.

Kasih sayang merupakan kelembutan perasaan sayang terhadap orang lain

(antar anggota keluarga) merasa sependeritaan, mengasihi dan ikut serta

menghapus air mata kesedihan. Semua itulah yang mempersiapkan seorang

mukmin untuk menghindari penderitaan, menjauhi kejahatan, dan untuk

menjadi sumber kebaikan, kebajikan, dan kedamaian.20

Gambaran yang sekilas dapatlah diambil gambaran positif tentang

masyarakat yang mencerminkan ujudnya, yaitu pandangan hidup dalam

situasi yang aman, makmur, adil, dan jaya, dengan mendapat jaminan

yang penuh tanggung jawab. Islam dengan tata hukumnya yang komplit,

mengatur kehidupan segala bangsa telah membuktikan diri sebagai

pengantar hidup bagi manusia diseluruh punggung bumi. Telah (pernah

mencapai sukses yang gemilang dalam fakta sejarahnya yang tidak bisa

dipungkiri, yaitu tata hidup umat padang pasir yang langsung diantar oleh

pendiri utamanya sendiri, dengan motto ”Aku pembawa Akhlak yang

mulia”.21

19 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan, Yayayasan Penerbitan Fak.

Psikologi UGM, Yogyakarta, 1984. hlm. 49 20Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam Pendidikan Sosial Anak,

Remaja Rosdakarya, Bandung, 1996, hlm. 11 21 Ashadi Falih dan Cahyo Yusuf, Akhlak membentuk pribadi muslim, Aneka Ilmu,

Semarang, 1973, hlm.83-84

Page 19: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

88

Islam membentuk masyarakat, dimulainya orang per orang.

Diberikanya dasar aqidah-aqidah yang kuat dan mendalam, yaitu tauhid.

Benih yang pokok mengesakan Allah dan mengamalkan seluruh ajaran Islam

secara intensif sebagai ajaran Al-Ihsan. Kemudian dibentuklah keluarga.

Adanya keluarga ialah merupakan satu kesatuan kecil dalam lingkungan

masyarakat. Atau, adanya keluarga adalah merupakan batu sendi dan dasar

perkembangan, tempat manusia melakukan adanya tuntutan kelanjutan

jenisnya sebagai insting fitri manusiawi, yaitu harus adanya pertemuan

kedua jenis (pria dan wanita-muda dan mudi-positif dan negatif).

Tidak bisa disangkal lagi bahwa melangkahnya manusia keperbuatan

dosa dan tercela adalah disebabkan oleh ego dan nafsu yang bersarang di hati

atau (jiwa) dari sinilah timbul sombong, iri, dengki dan sebagainya. Itu

semuanya merupakan penghalang pencapaian hubungan dengan Allah, dan

itu hanya akan membawa kepada kegagalan dan kekecewaan. Biasanya

penderita yang tidak sehat mentalnya adalah individu yang tidak mampu atau

sengaja tidak mau memikul tanggung jawab kedewasaan.

Dalam beberapa ayat Al Qur’an, ayat 204, 205, 206 dalam surat Al

Baqarah, Allah menggambarkan keadaan jiwa manusia yang mengaku

mengenal Allah, tetapi sikap-sikapnya tidak sesuai dengan kehendaknya.

Dalam ayat-ayat tadi Allah menggambarkan keadaan manusia yang busuk,

yang ingin menjerumuskan diri sendiri dan orang lain kedalam kesengsaraan.

Apabila mereka di ajak kembali kejalan Allah, maka mereka menunjukan

keangkuhanya, sikap sombong, dan menentang ajakan kembali kejalan yang

Page 20: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

89

benar. Itulah sedikit gambaran jiwa manusia yang tidak sehat, yang

dilukiskan oleh Allah. Kita dapat menyaksikan jiwa manusia seperti dalam

penampakan tingkah lakunya dulu, sekarang maupun nanti, dipermukaan

bumi. Oleh karena itu tugas utama para pekerja kesehatan mental dalam

menangani kasus-kasus ketidak sehatan mental ini ialah:

a) Menemukan dengan segera tanda-tanda keabnormalan yang menjadi

sinyal berbahaya bagi perkembangan pribadi

b) Mencegah perkembangannya, dan meniadakan konflik batin yang serius.

c) Membimbing penderita memasuki kembali realitas hidup nyata, dengan

jalan mengembangkan sikap realistis, keberanian dan bertanggung jawab

dan di bantu oleh obat-obatan.

Membantu individu memahami hakekat kehidupan berkeluarga dan

membantu memahami tujuan hidup berkeluarga adalah tujuan dari

bimbingan dan konseling keluarga Islam.

Bimbingan dan konseling keluarga Islam seperti halnya bimbingan

dan konseling Islam umumnya ditujukan pada upaya membantu individu

mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akherat sehingga ketentraman

keluarga yang didasari kasih dan sayang akan tercapai.

Upaya pemeliharaan kesehatan mental tidak akan terwujud tanpa

kerja sama orang tua, pendidik dan para konselor. Oleh karena itu

pembimbing atau konselor dalam bimbingan konseling agama islam harus

orang yang mempunyai keahlian profesional dibidang tersebut.

Page 21: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

90

1. Konselor

Konselor adalah orang yang ahli. Konselor dalam proses

konseling mempunyai peranan yang sangat penting sehingga, konselor

harus memiliki wawasan luas tentang berbagai masalah di dalam kasus.

Konsep atau ide-ide tentang rincian setiap masalah serta kemungkinan

sebab-sebab dan akibat-akibatnya sedapat mungkin dikuasai oleh

konselor. 22

W.S Winkel menyebutkan adanya syarat bagi konselor yaitu,

mengenal diri sendiri, memahami orang lain dan mempunyai kemampuan

berkomunikasi.23

Hamdani Bakran menetapkan tiga aspek yang harus dimiliki

konselor yaitu, spiritualitas, moral serta aspek keilmuan.24 Dalam hal ini

adalah konselor yang yang benar-benar menjalankan agamanya dengan

baik khususnya konselor Islam (Muslim).

2. Konseli

Konseli adalah individu atau keluarga yang bermasalah dalah hal

ini adalah masalah yang sedang dihadapi oleh sebuah keluarga.

Oleh karena itu bimbingan dan konseling agama Islam merupakan

suatu aktivitas yang hidup dan mengharapkan akan lahirnya perubahan dan

22 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Rieneke Cipta,

Jakarta, 1999, hlm.86. 23 W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Grafindo, Jakarta,

1997, hlm 344 24 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam, Fajar Pustaka Baru,

Yogyakarta, 2001, hlm. 299

Page 22: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

91

perbaikan-perbaikan yang sangat didambakan oleh konselor dan klien sesuai

dengan fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling keluarga Islam, yaitu :

a. Remedia atau Rehabilitatif

Fungsi ini berfokus pada masalah penyesuaian diri,

menyembuhkan masalah psikologi, mengembalikan kesehatan mental

dan mengatasi gangguan emosional.25

Nana Sukmadinata memberikan acuan untuk pemeliharan

kesehatan mental. Upaya yang pertama adalah menciptakan lingkungan

sosial psikologis yang sehat dan wajar. Hal ini akan tercipta apabila

orang tua terlebih dahulu memiliki mental yang sehat. Dalam interaksi

antar orang dewasa, dan antar orang dewasa dengan anak akan

tertampilkan pribadi yang sehat dan matang. Dalam situasi ideal seperti

itu perkembangan mental anak yang sehat dapat terjamin. Upaya kedua,

ciptakan interaksi dengan anak, atau individu dengan dasar kasih sayang

dan penghargaan akan karya-karya dan martabat anak tersebut sebagai

individu. Ketiga, pemeliharaan kesehatan fisik. Dan yang keempat,

dalam pemeliharan adalah melakukan berbagai bentuk kegiatan belajar

penyaluran yang sehat dan sesuai dengan tahap pekembangan anak.26

Dengan demikian orang yang sehat mentalnya itu secara mudah

bisa melakukan adaptasi (penyesuaian diri), selalu aktif berpartisipasi,

bisa menerapkan diri dengan lancar pada setiap perubahan sosial, selalu

25 Ibid., hlm. 217. 26 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Remaja Rosda

Karya, Bandung, 2003, hlm.150

Page 23: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

92

sibuk melaksanakan realisasi diri, dan senantiasa dapat menikmati

kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya.

Fungsi kehidupan kejiwaan dengan segala macam unsurnya

adalah penyesuaian diri manusia terhadap suasana lingkungan, sosial dan

ekonomi. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

manusia, yang bisa tercapai melalui interaksi dengan lingkungan. Orang

yang sehat mental mampu menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang

dialami baik itu gangguan fisik maupun psikis.

Dalam kesehatan mental gangguan kejiwaan berarti kumpulan

dari keadaan yang tidak normal. Baik yang berhubungan dengan fisik

maupun psikis. Keabnormalan tersebut terjadi bukan disebabkan oleh

sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota badan, kendatipun gejalanya

kelihatan pada fisik akan tetapi banyak disebabkan oleh keadaan jiwa

dan jasmani yang terganggu. Abnormal adalah kelainan atau

penyimpangan dari keadaan biasa, baik menurut satistik maupun menurut

norma (berbeda dari norma atau rata-rata).27 Enrich Fromn, berbicara

abnormalitas dengan menempatkannya pada kontek kebaikan dan nilai.28

b. Fungsi Edukatif atau Pengembangan

Fungsi ini membantu meningkatkan kemampuan menghadapi

transisi dalam kehidupan.29

27 Kamarudin, Kamus Riset, Angkasa, Bandung, 1987, hlm. 1 28 Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian II Teori Motivasi dengan Pendekatan

Hirearki Kebutuhan Manusia, Pustaka Binaman Presindo, 1994, hlm. 146 29 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Op.Cit., hlm 217.

Page 24: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

93

Perlu kita ketahui beberapa sifat lingkungan rumah yang baik

sehingga dapat membentuk sifat-sifat itu antara lain : kesediaan orang tua

menerima anak sebagai anggota dan pertengkaran tidak terjadi di

hadapan anak-anak. Dengan demikian menciptakan kondisi rumah yang

baik itu akan memberikan kedamaian dan kesejahteraan tiap anggota

keluarga terutama anak yang semakin memahami dan mengerti kondisi

keluarga. Setiap subyek keluarga harus mengerti tugas dan peranannya

yang sesuai dengan kedudukannya baik itu kedudukan sebagai istri,

suami dan anak.

c. Fungsi Perfentif

Fungsi ini membantu individu agar dapat berupaya aktif

melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah kejiwaan karena

kurangnya perhatian. Upaya perfentif meliputi pengembangan program-

program yang dapat digunakan untuk mengantisipasi resiko hidup yang

tidak perlu terjadi.30 Fungsi utama konseling dalam Islam yang

hubungannya dengan kejiwaan tidak dapat terpisahkan dengan masalah

spiritual (keyakinan). Islam memberikan bimbingan kepada individu agar

dapat kembali kepada bimbingan al-Qur’an dan as-Sunnah.

Islam tidak menganggap kesehatan mental semata-mata sebagai

tiadanya gejala-gejala penyakit, tetapi juga menekankan aspek-aspek

positif. Aspek-aspek positif itu antara lain:

30 Ibid., hlm. 218.

Page 25: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

94

1. Program kesehatan mental tidak menganjurkan penekanan-penekanan

nafsu saja tetapi menekankan keseimbangan. Konsep ini di

ilustrasikan secara baik sekali dalam al-Quran dengan menggunakan

istilah sawa’al-sabil dan tawasut (tenang). Artinya tidak ada nafsu

yang lebih diperlukan dengan mengorbankan nafsu-nafsu yang lain.

Ini menghasilkan sebuah personalitas yang berfungsi penuh, suatu

personalitas yang mampu menghadapi problem personal dan sosial

secara memadai. Dengan itu manusia terbebaskan dari banyak situasi

yang menimbulkan krisis.

2. Salah satu sebab utama yang memilu adalah kondisi mental yang

buruk, perasaan kecewa dan putus asa karena iri hati dan cemburua.

Agar hal itu bisa dicegah manusia diajarkan supaya tidak

membandingkan dirinya dengan orang lain.

3. Islam mendorong nilai-nilai spiritual seperti ridha dan tawakal,

signifikan nilai-nilai ini dalam meningkatkan kesehatan mental

amatlah besar.

4. Beberapa emosi seperti amarah menjadi penyebab penyakit

psikodinamik. Kaum muslim diajak untuk mengendalikan emosi-

emosi mereka.

5. Setiap manusia berkewajiban menjaga hubungan baik dalam

menjalankan hak-hak dan kewajiban tertentu.31

31 Zafar Afaq Ansari, Al Qur'an Bicara Tentang Jiwa, Mizan, Bandung, 2003, hlm. 73-74

Page 26: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

95

Kenyataan akan adanya problem yang berkaitan dengan keluarga,

kerap kali tidak bisa diatasi sendiri. Untuk mewujudkan keluarga yang sehat

mental oleh yang terlibat dengan masalah tersebut, menunjukkan bahwa

diperlukannya bantuan konseling dari orang lain untuk turut serta

mengatasinya. Selain itu, kenyataan bahwa kehidupan keluarga selalu saja

ada problemnya.

Dahulu orang beranggapan teruatama orang barat yang sekuleristik,

materialistik, bahwa menghadapi kesukaran hidup semacam itu cukup

dengan badan sehat, mental sehat, dan rasio yang aktif dinamis. Tetapi

kenyataan berkata lain, setelah mereka sampai pada kondisi puncaknya,

ternyata mereka kehilangan sesuatu yang menjadikan kehidupan menjadi

hampa, mereka sadar bahwa budaya glamor yang gemerlap itu hanya

kenikmatan sesaat yang membawa problem semakin canggih. Disana angka

kejahatan, angka neurosis, bunuh diri, kecanduan narkotik dan penderita

AIDS terus meningkat. Mereka sebenarnya telah kehilangan satu faktor yang

sangat penting dalam hidupnya yakni faktor “sakinnah”.

Disinilah letak penting bimbingan dan konseling keluarga Islam,

yaitu layanan yang tidak hanya mengupayakan mental yang sehat dan hidup

yang sejahtera melainkan juga dapat menuntun kearah hidup yang sakinnah,

batin merasa tenang dan tentram karena selalu dekat dengan Tuhan. Faktor

sakinah yang disebabkan oleh rasa dekat dengan Tuhan inilah yang tidak kita

jumpai pada konsep bimbingan dan konseling model barat. Apabila umat

Islam dapat merumuskan kemudian menjabarkan faktor tersebut menjadi

Page 27: BAB IV ANALISIS TERHADAP UPAYA MENCAPAI KESEHATAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/6/jtptiain-gdl-s1-2004... · Dr. KATINI KARTONO DAN dr. JENNY ANDARI 4.1. Konsep Kesehatan

96

terapi sakinah dengan baik dan tepat, hal ini merupakan sumbangan yang

amat besar bagi umat Islam.

Dalam pemeliharaan kesehatan mental berlaku pepatah lebih baik

mencegah daripada mengobati. Orang tua sedini mungkin melakukan

berbagai upaya pencegahan ketidak sehatan mental. Kesehatan mental yang

wajar adalah pada kesanggupan seseorang memperoleh kebiasaan yang

sesuai dan dinamis yang dapat menolongnya berinteraksi dengan orang

lain.32

Pada zaman yang sangat kacau ini, saat psikologi moderen telah

gagal memberikan garis pedoman untuk mencapai kedamaian jiwa,

pandangan Islam akan menjadi sebuah anugerah Tuhan.

32 Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, Pustaka Al Khusna, Jakarta, 1986.

hlm. 24