jurnal evaluasi andari
DESCRIPTION
Jurnal Evaluasi, MakalahTRANSCRIPT
EVALUASI PROGRAM PENANGANAN ANAK BERKESULITAN
BELAJAR MATEMATIKA DI SD NEGERI GUMPANG I KECAMATAN
KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2011/2012
ABSTRAK
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui: 1) mengetahui manfaat program pembelajaran remidial dalam menangani anak berkesulitan belajar Matematika di SD Negeri Gumpang I Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo; 2) efektivitas program pembelajaran remidial dalam menangani anak berkesulitan belajar Matematika di SD Negeri Gumpang I Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo; dan 3) hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program pembelajaran remidial di SD Negeri Gumpang I Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo dan bagaiaman solusi yang dilakukan.
Model yang digunakan dalam evaluasi adalah model CIPP. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan analisis dokumen.
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan evaluasi, maka evaluasi ini merekomendasikan sebagai berikut: 1) Kepada guru sebaiknya mempersiapkan program pembelajaran remidial yang efektif, pengembangan selanjutnya perlu dilakukan guru dengan seksama dan intensitasnya pengawasan dan arahan oleh Kepala Sekolah; 2) Kepada pengambil kebijakan di sekolah hendaknya selalu mengembangkan kreativitas guru dalam upaya menangani anak berkesulitan belajar Matematika; dan 3) Mengingat program memberikan manfaat yang sangat besar dalam penanganan anak berkesulitan belajar, maka program layak untuk dilaksanakan setiap tahun.
Kata Kunci: Evaluasi program, kesulitan belajar matematika, pembelajaran remedial.
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) teknologi
sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan
manusia termasuk juga aspek pendidikan. Di satu sisi aspek ini telah
memungkinkan kita untuk memperoleh banyak informasi dengan cepat dan
mudah dari berbagai tempat di dunia, di sisi lain kita tidak mungkin
mempelajari keseluruhan informasi dan pengetahuan yang ada, karena sangat
1
banyak dan tidak semuanya diperlukan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu
kemampuan untuk mendapatkan, memilih, dan mengolah informasi tersebut.
Untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi informasi
tersebut dituntut sumber daya yang handal dan mampu berkompetisi secara
global, sehingga diperlukan keterampilan tinggi yang melibatkan pemikiran
kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerja sama yang efektif. Cara
berfikir seperti ini dapat dikembangkan melalui pelajaran Matematika.
Pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan. Pembelajaran terjadi pada
jenjang pendidikan formal.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia. Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang
sangat penting dan menentukan. Diibaratkan sebuah bangunan, pendidikan
sekolah dasar merupakan pondasinya. Apabila pondasi sebuah bangunan
tidak kuat maka bangunan tersebut tidak akan kuat. Sasaran utama
pendidikan dasar adalah memberi bekal secara maksimal tiga kemampuan
dasar, yaitu meliputi kemampuan membaca, menulis, berhitung. Apabila tiga
kemampuan dasar di Sekolah Dasar lemah, maka akan berdampak pada
kemampuan memahami pelajaran di sekolah yang lebih tinggi juga lemah,
terutama pada pelajaran matematika.
Guru SD dihadapkan pada sejumlah siswa yang mempunyai keunikan
sendiri, sehingga guru harus peka dan peduli menghadapinya, mengenali satu
persatu siswa dengan karakter dan latar belakang yang berbeda. Ada anak
super atau berlebihan dalam prestasi belajar yaitu siswa yang dapat mencapai
prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang
unggul. Sebaliknya tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam proses belajar yang
ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar. Hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh
orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, atau
fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya.
2
Hal di atas selaras dengan buku Program Akta Mengajar V-B (1985:
15) mengatakan bahwa hambatan terjadi karena masalah atau kesulitan itu
tidak pernah menampakkan diri secara langsung. Kesulitan belajar
merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai bentuk yaitu hasil
belajar rendah, hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang
dilakukan, lambat dalam melakukan tugas belajar, sikap yang tidak wajar dan
tingkah laku yang berkelainan.
Mengacu kenyataan di atas maka untuk mengatasi kesulitan belajar
Matematika, guru perlu program pembelajaran yang tepat, yaitu program
pembelajaran remidial. Pembelajaran ini sifatnya lebih khusus karena
disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
Proses bantuan lebih ditekankan pada usaha perbaikan cara belajar, cara
mengajar, menyesuaikan materi pelajaran, penyembuhan hambatan-hambatan
yang dihadapi. Jadi dalam pembelajaran remedial yang disembuhkan, yang
diperbaiki, yang dibetulkan adalah keseluruhan proses belajar-mengajar.
Pembelajaran remidial juga berfungsi sebagai terapeutik. Hal ini senada
dengan buku Program Akta Mengajar V-B (1985: 62) menyatakan bahwa
pembelajaran remidial mempunyai arti terapeutik, artinya dalam proses
pembelajaran remedial secara langsung ataupun tidak langsung juga
menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian yang
diperkirakan adanya penyimpangan. Dengan demikian memperbaiki kondisi
kepribadian dapat menunjang pencapaian prestasi belajar dan demikian pula
sebaliknya.
Program pembelajaran remidial diperuntukkan bagi siswa agar dapat
mempelajari kembali materi pelajaran yang belum dikuasai. Program
pembelajaran remidial sudah dilaksanakan di SD Negeri Gumpang I
Kecamatan Kartasura sejak tahun 2009 yang diperuntukkan bagi siswa kelas I
hingga kelas VI yang mengalami kesulitan belajar dalam mata pelajaran
matematika. Pembelajaran remidial dalam pelajarannya lebih bersifat
individual, sehingga diharapkan siswa dapat mencapai hasil belajar yang
optimal sesuai dengan kemampuannya. Meskipun demikian, program ini
3
belum pernah dilakukan evaluasi sehingga belum dapat diketahui manfaat
yang dapat diperoleh dari program ini.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis mengadakan
evaluasi terhadap program ini. Adapun judul yang diangkat dalam evaluasi
ini adalah “Evaluasi Program Penanganan Anak Berkesulitan Belajar
Matematika di SD Negeri Gumpang I Kecamatan Kartasura Kabupaten
Sukoharjo”
B. Pertanyaan Evaluasi
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan pertanyaan
evaluasi sebagai berikut:
1. Apa manfaat program penanganan anak berkesulitan belajar Matematika di
SD Negeri Gumpang I Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo?
2. Bagaimana efektivitas program penanganan anak berkesulitan belajar
Matematika di SD Negeri Gumpang I Kecamatan Kartasura Kabupaten
Sukoharjo?
3. Apakah hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program penanganan
anak berkesulitan belajar matematika di SD Negeri Gumpang I Kecamatan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo dan bagaiaman solusi yang dilakukan?
C. Tujuan Evaluasi
Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan
evaluasi sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui manfaat program penanganan anak berkesulitan belajar
Matematika di SD Negeri Gumpang I Kecamatan Kartasura Kabupaten
Sukoharjo.
2. Untuk mengetahui efektivitas program penanganan anak berkesulitan
belajar Matematika di SD Negeri Gumpang I Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo.
3. Mengetahui hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program
penanganan anak berkesulitan belajar Matematika di SD Negeri Gumpang I
4
Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo dan bagaiaman solusi yang
dilakukan.
D. Manfaat Evaluasi
1. Manfaat teoretis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dalam pembelajaran
khususnya pembelajaran Matematika.
b. Dapat memberi arah para guru dalam proses pembelajaran Matematika yang
memperhatikan perbedaan siswa.
c. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti/guru bermanfaat untuk menangani anak berkesulitan belajar
dalam pembelajaran Matematika.
b. Bagi siswa dapat digunakan sebagai motivasi belajar supaya tidak
mengalami kesulitan belajar Matematika.
c. Bagi sekolah dapat memperoleh suatu bentuk pembelajaran remidial yang
dapat menangani anak berkesulitan belajar Matematika.
d. Bagi orang tua dapat mengetahui pentingnya tambahan mata pelajaran
khususnya pembelajaran remidial untuk mata pelajaran Matematika.
E. Kajian Teori
1. Kesulitan Belajar Matematika
Hasan Rachjadi (1997: 21) menyatakan bahwa kesulitan belajar
adalah apabila murid mengalami kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-
tujuan belajarnya. Kegagalan itu tidak dapat mencapai nilai enam, under
achiever, slow learner, dan repeaters. Siswa dikatakan gagal kalau yang
bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk
penyesuaian sosial sesuai dengan pola organisasinya, pada fase
perkembangan tertentu seperti yang berlaku pada kelompok sosial di usia
yang bersangkutan. Kasus siswa yang bersangkutan dapat digolongkan ke
5
dalam lambat belajar (slow learners). Sedangkan NJCLD (The National
Joint Committee for Learning Disabilities) mengemukakan definisi :
Kesulitan belajar menunjuk kepada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi Matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem saraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepatt, faktor-faktor psikogenetik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung (Mulyono Abdurrahman, 1996 : 6).
Kesulitan belajar berkenaan dengan ketidakmampuan belajar atau
kemampuan belajar tidak sempurna. Wollfolk dan Mc. Cune – Nicolith
dalam jurnal pendidikan nomor 2 tahun XXIV dikutip Arti Sriati (1994 : 3)
berpendapat “Karakteristik ketidakmampuan belajar antara lain : kekacauan
dalam bahasa dan pemahaman, kekacauan dalam perhitungan Matematika,
kesulitan dalam pembentukan konsep dan kekacauan dalam perhatian serta
konsentrasi”. Dari definisi di atas secara singkat kesulitan belajar dapat
diartikan ketidakmampuan dalam belajar yang ditandai adanya kekurangan
dalam satu atau lebih dalam bidang akademik.
Kesulitan belajar yang dialami siswa dipengaruhi beberapa faktor.
Menurut Mulyono Abdurrahman (1996: 13) menyatakan bahwa kesulitan
dalam belajar yang ditunjukkan oleh hasil belajar yang rendah dapat
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu:
1) Rendahnyaa kemampuan intelektual anak.2) Gangguan perasaan atau emosi yang tidak stabil3) Kurangnya motivasi untuk belajar dari orang-orang sekitarnya.4) Kurang matangnya anak untuk belajar.5) Usia yang terlalu muda dalam memasuki jenjang pendidikan.6) Latar belakang sosial yang tidak menunjang proses belajar.7) Kebiasaan belajar yang kurang baik, di antaranya belajar hanya pada
waktu ada ujian.8) Kemampuan mengingat yang rendah.9) Terganggunya alat-alat indera.
6
10) Proses belajar mengajar yang tidak sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
11) Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.
Menurut Etty Kartikawati (1997: 7) berpendapat bahwa “Faktor-
faktor yang menyebabkan timbulnya masalah kesulitan belajar dari dalam
siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar dari siswa (eksternal)”.
Faktor internal meliputi antara lain: 1) faktor jasman, 2) faktor psikologis,
dan 3) faktor kelelahan. Faktor eksternal meliputi antara lain: 1) faktor
keluarga, 2) faktor sekolah, 3) dan faktor masyarakat.
Menurut Lerner yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (2003:
259) menyatakan bahwa karakteristik anak berkesulitan belajar Matematika
meliputi: 1) Gangguan hubungan keruangan; 2) Abnormalitas persepsi
visual; 3) Asosiasi visual-motor; 4) Perseverasi; 5) Kesulitan mengenal dan
memahami simbol; 6) Gangguan penghayatan tubuh; dan 7) Kesulitan
dalam bahasa dan membaca.
2. Pembelajaran Remedial (Remedial Teaching)
Pembelajaran remidial merupakan salah satu wujud pembelajaran khusus
yang sifatnya memperbaiki prestasi belajar siswa dalam proses belajar
mengajar. Pembelajaran remedial digunakan bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar, seperti dikemukakan oleh Sri Hastuti, P.H (1992: 1) yaitu
“Pengajaran remedial secara umum dapat diartikan sebagai upaya yang
berkaitan dengan perbaikan pada diri orang-orang atau suatu pemberian pada
anak sekolah yang terutama ditujukan kepada anak-anak yang mengalami
hambatan dalam proses belajar mengajar.” Menurut Mulyono Abdurrahman
(1999: 20) menyatakan bahwa pengajaran remedial bertolak dari konsep
belajar tuntas, yang ditandai oleh sistem pembelajaran dengan unit pelajaran,
guru melakukan evaluasi formatif, dan setelah adanya evaluasi itulah anak-
anak yang belum menguasai bahan pelajaran diberikan pengajaran remedial.
7
F. Metode Evaluasi
1. Model Evaluasi
Pendekatan yang digunakan dalam evaluasi ini adalah model CIPP
(Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Daniel
Stufflebeam (Sudjana, 2006: 69). Model yang digunakaan adalah Model
Evaluasi Pembelajaran dari Bloom. Hal ini hal ini dikarenakan model
evaluasi ini lebih komprehensif jika dibandingkan dengan model evaluasi
lainnya.
2. Tempat dan Waktu Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan di SD Negeri Gumpang I Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo. Waktu pelaksanaan adalah selama 1 bulan, yaitu pada
bulan Nopember 2011.
3. Data dan Sumber Data
Data dalam evaluasi ini berupa data primer dan data sekunder. Data
primer adalah berupa data tentang manfaat program, pelaksanaan program,
hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program dan solusi yang
dilakukan. Sedangkan sumber data adalah berupa informan yang terdiri dari
siswa, kepala sekolah dan guru.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi teknik tes,
wawancara, observasi, dokumentasi. Adapun penjelasan teknik pengumpulan
data adalah sebagai berikut.
a. Observasi
Teknik Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data
yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar
(Sutopo, 2002, 64). Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan
setting kegiatan yang terjadi, orang yang terlibat dalam kegiatan, waktu dan
makna yang diberikan oleh para pelaku yang diamati tentang peristiwa
yang bersangkutan (Muhadjir, 2002: 58).
8
b. Wawancara
Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh
keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu. Wawancara ini
bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia
serta pendapat-pendapat mereka (Muhadjir, 2002: 95). Secara umum ada
dua jenis teknik wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur
yang disebut wawancara mendalam (Sutopo, 2002: 58). Wawancara
dilakukan pada siswa untuk memperoleh gambaran tentang kesan mereka
terhadap program bimbingan belajar yang dilaksanakan.
c. Dokumentasi
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan subjek penelitian, selebihnya data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain (Moleong, 2002: 112). Walaupun sumber data dari studi dokumen
hanya sebagai data tambahan, akan tetapi data ini berfungsi memperjelas
dan melengkapi data utama. Dokumentasi yang digunakan dalam evaluasi
ini berupa jurnal yang dibuat siswa dan nilai hasil uji coba ujian.
5. Analisis Data
Sesuai dengan model evaluasi dan jenis data yang dianalisis, maka
data konteks diungkapkan secara naratif dengan pemaknaan dalam konteks
yang sesungguhnya secara wajar. Langkah-langkah analisis yang
dipergunakan untuk pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Memberi bobot terhadap masing-masing butir dengan skor 3, 2, dan 1. Khusus
bagi butir yang tanpa kegiatan, tidak mendapatkan nilai atau dengan skor 0.
Jika masing-masing butir dianalisa tersendiri, maka skor 3 bisa diartikan baik
sekali, skor 2 berari cukup baik dan skor 1 termasuk kurang, sedangkan 0
berarti kurang sekali atau tanpa kegiatan.
b. Menganalisis jumlah hasil skor pengamaan dibagi dengan skor ideal dikalikan
100%.
c. Menginterpretasi data dengan cara membandingkan hasil analisis dengan
standar keberhasilan berikut ini.
90 – 100 % = Kategori sangat baik
9
75 – 89 % = Kategori baik
60 – 74 % = Kategori cukup
40 – 59 % = Kategori kurang
< 40% = Kategori kurang sekali
d. Analisis Kualitatif
Analisis data dalam evaluasi ini menggunakan analisis kualitatif.
Analisis kualitatif yaitu suatu cara yang digunakan untuk menganalisis data
atau informasi yang dikumpulkan melalui konsultasi atau wawancara/dialog,
observasi. Dengan model analisis data ini diharapkan dapat dibuat keputusan
dan atau pertimbangan untuk perbaikan perancangan.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk proses selanjutnya adalah
mengikuti model yang dinyatakan oleh Miles dan Huberman (1984) sebagai
berikut: Pertama, dari bagian deskripsi atau catatan langsung dari lapangan
yang berupa hasil wawncara dan diskusi dengan subjek penelitian dan
informan disesuaikan dengan tujuan penelitian, serta bagian refleksi atau hasil
renungan peneliti terhaap deskripsi itu peneliti melakukan “reduksi data”, yang
berupa pokok-pokok temuan, dan selanjutnya dikembangkan sajian datanya
secara naratif.
Gambar 1 Model Analisis DataSumber: Miles dan Huberman (1992: 21)
10
Pengumpulan Data
3Pemeriksaan Kesimpulan dan Verifikasi
2. Sajian Data 1. Reduksi Data
G. Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi diperoleh melalui wawancara, observasi dan analisis
dokumen yang berkaitan dengan program pembelajaran remedial yang
dilakukan. Analisis dokumen yang dimaksudkan adalah analisis dokumen
hasil tes mid semester pada semester II yang diselenggarakan Dinas
Pendidikan Nasional Kabupaten Sukoharjo, khususnya pada mata pelajaran
Matematika.
1. Analisis Konteks
Stufflebeam dalam Arikunto dan Safrudin (2004: 18) menyebutkan,
tujuan evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekutan dan
kelemahan yang dimilki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan
kelemahan ini, evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang
diperlukan.
Konteks yang dimaksud dalam evaluasi program ini adalah pemberian
pembelajaran remedial yang bersifat individual untuk menangani masalah
kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Pembelajaran
remedial dilakukan oleh masing-masing guru kelas dari kelas I sampai dengan
kelas VI di luar jam pelajaran sekolah. Hasil evaluasi pada konteks
menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran remedial yang dilakukan
sudah sesuai dengan konsep inti dari pembelajaran remedial, yaitu dilakukan
secara individual dan dilakukan di luar jam pelajaran sekolah sehingga tidak
mengganggu proses persekolahan.
2. Evaluasi Input
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi
masukan. Komponen evaluasi masukan meliputi : 1) Sumber daya manusia,
2) Sarana dan peralatan pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4) Berbagai
prosedur dan aturan yang diperlukan.
Hasil analisis evaluasi input menunjukkan bahwa program pemberian
pembelajaran remedial sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya
kesiapan dalam aspek sumber daya manusia, yaitu berupa guru-guru kelas
yang bersedia melaksanakan program pembelajaran remedial, adanya sarana
11
dan prasarana yang mendukung, dianggarkannya biaya pemberian jam
tambahan di dalam RAKS.
3. Evaluasi Prosess
Worthen & Sanders (1981 : 137) dalam Eko Putro Widoyoko
menjelaskan bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan : “ 1) to
detect or predict in procedural design or its implementation during
implementation stage, 2) to provide information for programmed decision,
and 3) to maintain a record of the procedure as it occurs “. Evaluasi proses
digunakan untuk menditeksi atau memprediksi rancangan prosedur atau
rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi
untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah
terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan
dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program.
Hasil evaluasi proses menunjukkan bahwa sebagian besar proses sudah
berjalan dengan baik. Jadwal waktu pelaksanaan sudah sesuai dengan
perencanaan, adanya kesanggupan guru yang terlibat dalam program tersebut
untuk menyelesaikan program sesuai dengan tanggungjawabnya masing-
masing, adanya pemanfaatan sarana dan prasarana yang sudah cukup optimal,
dan satu-satunya hambatan yang dihadapi adalah berkaitan dengan
pembiayaan.
4. Evaluasi Product
Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk
melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang
evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi kepada evaluan
apakah suatu program dapat dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau
bahkan dihentikan.
Hasil-hasil evaluasi produk dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Tes Mid Semester I
Berdasarkan hasil tes mid semester I tahun pelajaran 2011/2012
diperoleh hasil bahwa dari sebanyak 233 orang siswa kelas I hingga kelas VI
12
SD N Gumpang I Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo, diketahui
terdapat 58 orang siswa atau sekitar 24,89% yang harus mengikuti remedial
karena belum mencapai ketuntasan belajar. Secara rinci daftar jumlah siswa
kelas I hingga kelas VI yang harus mengikuti remedial adalah sebagai berikut.
Tabel 1Jumlah Siswa Berkesulitan Belajar Matematika
(Hasil Mid Semester I)
No. Kelas Jumlah Siswa Siswa Berkesulitan Belajar
%
1 Kelas I 41 9 21.95%2 Kelas II 38 10 26.32%3 Kelas III 39 9 23.08%4 Kelas IV 37 8 21.62%5 Kelas V 38 10 26.32%6 Kelas VI 40 12 30.00%
Jumlah 233 58 24.89%Sumber: SD N Gumpang I Kecamatan Kartasura Surakarta
Berdasarkan data pada tabel di atas, jumlah siswa berkesulitan belajar
matematika dengan prosentase tertinggi adalah siswa kelas VI, yaitu sebanyak
30% dari jumlah seluruh siswa. Atas dasar hal tersebut di atas, maka jumlah
siswa yang diikutsertakan dalam program pembelajaran remedial adalah
sebanyak 58 siswa.
b. Tes Semester I
Berdasarkan hasil tes semester I tahun pelajaran 2011/2012 diperoleh
hasil bahwa jumlah siswa berkesulitan belajar matematika menurun
dibandingkan hasil pada mid semester I. Dari sebanyak 9 orang siswa kelas I
yang berkesulitan belajar pada Mid Semester I menjadi 2 orang pada tes
Semester I atau mengalami penurunan sebesar 77,78%; pada kelas II dari 10
menjadi 3 atau turun 70%; pada kelas III dari 9 menjadi 2 atau turun 77,78%;
pada kelas IV dari 8 menjadi 3 atau turun 62,50%; pada kelas V dari 10
menjadi 4 atau turun 60%; dan pada kelas VI dari 12 menjadi 3 atau turun
75%. Secara keseluruhan penurunan jumlah siswa berkesulitan belajar adalah
dari sebanyak 58 orang pada mid semester I menjadi 17 orang atau turun
13
sebesar 70,69%. Secara rinci daftar jumlah siswa kelas I hingga kelas VI yang
masih belum mencapai ketuntasan pada semester II adalah sebagai berikut.
Jumlah siswa berkesulitan belajar pada kelas I adalah 2 orang atau
4,88%; kelas II adalah 3 atau 7,89%; kelas III adalah 2 atau 5,13%; kelas IV
adalah 3 atau 8,11%; kelas V adalah 4 atau 10,53%; dan kelas VI adalah 3
atau 7,50%. Secara keseluruhan jumlah siswa berkesulitan belajar atas hasil
tes mid semester II adalah 17 orang atau 7,30%. Data tersebut dapat disajikan
ke dalam tabel berikut.
Tabel 2Jumlah Siswa Berkesulitan Belajar Matematika
(Hasil Tes Semester I)
No. Kelas Jumlah Siswa Siswa Berkesulitan Belajar
%
1 Kelas I 41 2 4.88%2 Kelas II 38 3 7.89%3 Kelas III 39 2 5.13%4 Kelas IV 37 3 8.11%5 Kelas V 38 4 10.53%6 Kelas VI 40 3 7.50%
Jumlah 233 17 7.30%Sumber: SD N Gumpang I Kecamatan Kartasura Surakarta
Berdasarkan tingkat penurunan yang signifikan dalam jumlah siswa
berkesulitan belajar antara hasil tes mid Semester I dan tes semester I dapat
diketahui bahwa program yang dilakukan sangat bermanfaat dalam mengatasi
kesulitan belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah siswa
berkesulitan belajar matematika pada tes semeseter I sebanyak 58 anak atau
24,89 turun menjadi 17 orang atau 7,30% pada tes semester I. Hasil
perbandingan dapat disajikan pada tabel berikut ini.
14
Tabel 3Perbandingan Jumlah Siswa Berkesulitan Belajar Matematika
(Hasil Tes Mid Semester I & Tes Semester I)
No. Kelas Mid Smt I Tes Smt I PerubahanJmlh % Jmlh % Jmlh %
1 Kelas I 9 21.95% 2 4.88% 7 77.78%2 Kelas II 10 26.32% 3 7.89% 7 70.00%3 Kelas III 9 23.08% 2 5.13% 7 77.78%4 Kelas IV 8 21.62% 3 8.11% 5 62.50%5 Kelas V 10 26.32% 4 10.53% 6 60.00%6 Kelas VI 12 30.00% 3 7.50% 9 75.00%
Jumlah 58 24,89% 17 7,30% 41 70,69%Sumber: SD N Gumpang I Kecamatan Kartasura Surakarta
Atas hasil pada tabel di atas, jumlah penurunan terbesar terjadi pada
kelas I dan III yaitu sebesar 77,78%. Sedangkan penurunan terrendah terjadi
pada kelas V yaitu hanya mencapai 60%.
5. Evaluasi Hasil Non Tes
Hasil non tes pada awal sebelum dilakukan tindakan berupa hasil
pengamatan dan wwancara. Aspek pengamatan difokuskan pada sikap yang
ditunjukkan siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil wawancara yang
ditujukan kepada beberapa orang siswa dan orang tua siswa menunjukkan
bahwa mayoritas menyatakan bahwa program remedial sangat bermanfaat dan
perlu dilaksanakan setiap tahun. Hal ini menunjukkan bahwa program
bermanfaat dalam mengatasi kesulitan belajar.
6. Kendala Pelaksanaan Program
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program adalah
berhubungan dengan pendanaan. Hal ini dikarenakan program dilaksanakan di
luar jam belajar atau dilaksanakan pada kegiatan ekstra kurikuler. Dengan
demikian dibutuhkan dana khusus untuk memberikan kompensasi kepada guru
pembimbing.
H. Penutup
Berdasarkan hasil evaluasi di atas, selanjutnya dapat disampaikan
kesimpulan dan rekomendasi hasil evaluasi sebagai berikut.
15
1. Kesimpulan
a. Program pembelajaran remidial dalam menangani anak berkesulitan belajar
Matematika di SD Negeri Gumpang I Kecamatan Kartasura Kabupaten
Sukoharjo sangat bermanfaat dalam menangani anak berkesulitan belajar. Hal
ini ditunjukkan dengan semakin rendahnya jumlah anak berkesulitan belajar
matematika setelah program berjalan.
b. Program pembelajaran remidial efektif dilaksanakan dalam menangani anak
berkesulitan belajar Matematika di SD Negeri Gumpang I Kecamatan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Hal ini dapat diketahui dari tingkat
penurunan jumlah anak berkesulitan belajar dari sebanyak 58 anak atau 24,89
pada mid semester I menjadi 17 anak atau 7,30 pada mid semester II.
c. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program adalah masalah dana.
Hal ini diatasi dengan menarik iuran tambahan kepada siswa sebagai
kompensasi bagi tenaga pembimbing.
2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kesimpulan evaluasi di atas maka selanjutnya dapat
disusun rekomendasi sebagai berikut:
a. Kepada guru sebaiknya mempersiapkan program pembelajaran remidial yang
efektif, pengembangan selanjutnya perlu dilakukan guru dengan seksama dan
intensitasnya pengawasan dan arahan oleh Kepala Sekolah.
b. Kepada pengambil kebijakan di sekolah hendaknya selalu mengembangkan
kreativitas guru dalam upaya menangani anak berkesulitan belajar Matematika
c. Mengingat program memberikan manfaat yang sangat besar dalam
penanganan anak berkesulitan belajar, maka program layak untuk
dilaksanakan setiap tahun.
16
Daftar Pustaka
Arti Sriati. 1994. “Kesulitan Belajar Matematika pada Siswa SMA”. Jurnal Kependidikan, 2, 1-13.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Dimyati Mahmud. 1990. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Etty, Kartikawati. 1997. Hakekat Bimbingan di SD. Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan UT.
Guba, Egon G., & Yvonna S. Lincoln. 1981. Effective Evaluation: Improving the Usefulness of Evaluation Results Through Responsive and Naturalistic Approaches. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.
Hartono dan Edy Legowo, 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional.
Hasan Rachjadi. 1997. Dasar-dasar Pendidikan. Bandung: P3G.
Herman Hudoyo. 1998. Belajar Mengajar Matematika. Bandung: CV. Angkasa.
Marika Subrata dan Munzayanah. 1992. Remedial Teaching. Surakarta: UNS.
Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.
Moh. Suryo dan Moh. Amien. 1989. Pengejaran Remedial. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Program Akta Mengajar V-B. 1985 Komponen Dasar Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan UT.
Slameto. 1995. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Krida. Jakarta: Bumi Aksara.
Sunardi. 1997. Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar. Surakarta: UNS.
----------. 2000. Ortopedagogik Umum II Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta: UNS.
17