bab iv analisis hasil penelitian dan pembahasan 4.1...
TRANSCRIPT
62
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitan
Subjek penelitan adalah guru-guru yang berada di
SD gugus I Kecamatan Poso Pesisir Selatan yang terdiri
dari 4 SD Negeri dan 1 SD Swasta yang berjumlah 43
orang. Data selengkapnya terlihat pada Tabel berikut
ini:
Tabel 4.1 Pengelompokan guru berdasarkan asal sekolah,
Gender dan jenjang Pendidikan No
Sekolah Sampel Jenjang Pend. L P Total S1 D3 D2 Total
1. SDN 1 Tangkura 3 6 9 5 - 4 9 2. SDN 2 Tangkura 2 7 9 5 1 3 9 3. SD GKST Dewua 1 7 8 3 - 5 8 4. SDN Sangginora 5 3 8 4 - 4 8 5. SDN Padalembara 5 4 9 4 - 5 9
Total 16 27 43 21 1 21 43 Sumber: Data primer yang diolah 2012
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari jenis
kelamin, jumlah responden laki-laki mempunyai
prosentase sebesar 37,20 % (16 orang), sedangkan
perempuan 62,79 % (27 orang). Sedangkan ditinjau dari
jenjang pendidikan responden yang sudah
berpendidikan sarjana (S1) sebesar 48,83 % (21 orang),
sedangkan responden yang berpendidikan Diploma III
(D-III) sebesar 2,32 % (1 orang), serta yang
berpendidikan Diploma II (D-II) sebesar 48,83 % (21
orang).
63
4.2 Analisis Deskripsi
4.2.1 Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah
Jumlah item Perilaku Kepemimpinan Kepala
Sekolah ada 25 item. Masing-masing item mempunyai 5
alternatif jawaban dengan skor terendah 1 dan skor
tertinggi 5. Oleh sebab itu kemungkinan skor terendah
yang diperoleh responden adalah 25 X 1 = 25 dan
kemungkinan skor tertinggi yang diperoleh responden
adalah 25 X 5 = 125. Karena terdapat 5 kategori pilihan
jawaban maka lebar interval masing-masing kategori
adalah sebagai berikut :
Interval125 25
520
Dari lebar interval tersebut maka penggolongan hasil
pengukuran perilaku kepemimpinan kepala sekolah
seperti terlihat pada Tabel 4.2 berikut:
64
Tabel. 4.2 Distribusi frekuensi Perilaku Kepemimpinan Kepala
Sekolah
Kategori Interval F % Mean SD Maks Min Sangat Rendah
25-45
0
0
106,23
6,324
125
25
Rendah 46-65 0 0 Sedang 66-85 0 0 Tinggi 86-105 20 47 Sangat Tinggi
106-25
23
53
43 100 Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.2 menunjukan bahwa perilaku
kepemimpinan kepala sekolah tinggi ke arah yang
sangat tinggi. Prosentase perilaku kepemimpinan kepala
sekolah dengan posisi tinggi 47% (20 orang) dan sangat
tinggi 53% (23 orang). Jika dilihat dari nilai rata-ratanya
106,23 maka perilaku kepemimpinan kepala sekolah
masuk pada kategori sangat tinggi dengan simpangan
bakunya 6,324. Artinya pemimpin banyak memberi
perhatian kepada tugas dan orang.
Dari Tabel 4.2 diatas, jika diuraikan masing-
masing sekolah maka distribusi perilaku kepemimpinan
kepala sekolah pada 5 sekolah yang ada di gugus 1
kecamatan Poso Pesisir Selatan sebagai berikut:
65
Tabel 4.3 Distribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala
Sekolah Persekolah di gugus 1 Kecamatan Poso Pesisir
Selatan Nama Sekolah F Mean Std.Deviasi Maks Min
SDN I Tangkura 9 106.44 5.918 125 25 SDN II Tangkura 9 102.11 5.510 125 25 SD GKST Dewua 8 111.00 4.751 125 25 SDN Sangginora 8 109.00 6.094 125 25 SDN Padalembara 9 103.44 5.833 125 25
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.3 menunjukan bahwa perilaku
kepemimpinan kepala sekolah pada SDN I Tangkura
masuk kategori sangat tinggi dengan rata-rata 106,44
dengan simpangan baku 5,918 sedangkan SDN II
Tangkura masuk kategori tinggi dengan rata-rata
102,11 dengan simpangan baku 5,510. Pada SD GKST
Dewua, perilaku kepemimpinan kepala sekolah masuk
kategori sangat tinggi dengan rata-rata 111,00 dengan
simpangan baku 4,751, sama halnya juga dengan SDN
Sangginora dengan kategori sangat tinggi dengan rata-
rata109,00 dan simpangan baku 6,094. Sedangkan SDN
Padalembara masuk kategori tinggi dengan rata-rata
103,44 dan simpangan bakunya 5,833.
Dari Tabel 4.3 diatas, jika diuraikan dari
distribusi frekuensi pada sub konsep perilaku
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan sub
konseb yang berorientasi pada orang untuk variabel
perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada 5 sekolah
66
yang ada di gugus I kecamatan Poso Pesisir Selatan
sebagai berikut:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Pada Sub Konsep Perilaku Yang Berorientasi Pada Tugas Dengan Jumlah Indikator
Empirik 9 Item dan lebar interval 7.2, Persekolah di gugus I Kecamatan Poso Pesisir Selatan
Nama Sekolah F Mean Std.Deviasi Maks Min SDN I Tangkura 9 38.67 2.062 45 9
SDN II Tangkura 9 38.11 1.537 45 9
SD GKST Dewua 8 40.00 1.309 45 9
SDN Sangginora 8 39.50 3.207 45 9
SDN Padalembara 9 38.33 2.646 45 9
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.4 menjelaskan perilaku kepemimpinan
kepala sekolah berdasarkan sub konsep di masing-
masing sekolah yang berada di SD gugus I kecamatan
Poso Pesisir Selatan. SDN I Tangkura masuk kategori
sangat tinggi dengan rata-rata 38,67 dengan simpangan
baku 2,062, SDN II Tangkura masuk kategori sangat
tinggi dengan rata-rata 38,11 dengan simpangan baku
1,537. Pada SD GKST Dewua, sub konsep perilaku yang
berorientasi pada tugas masuk kategori sangat tinggi
dengan rata-rata 40,00 dengan simpangan baku 1,309,
sama halnya juga dengan SDN Sangginora dengan
kategori sangat tinggi dengan rata-rata 39,50 dan
simpangan baku 3,207 dan SDN Padalembara masuk
kategori sangat tinggi dengan rata-rata 38,33 dan
simpangan bakunya 2,646.
67
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pada Sub Konsep Perilaku Yang Berorientasi Pada Orang Dengan Jumlah Indikator
Empirik 16 Item dan lebar interval 12.8, Persekolah di gugus I Kecamatan Poso Pesisir Selatan
Nama Sekolah F Mean Std.Deviasi Maks Min SDN I Tangkura 9 67.78 4.711 80 16
SDN II Tangkura 9 64.00 4.153 80 16
SD GKST Dewua 8 71.00 4.000 80 16
SDN Sangginora 8 69.50 3.162 80 16
SDN Padalembara
9 65.11 3.586 80 16
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.5 menunjukan bahwa perilaku
kepemimpinan kepala sekolah berdasarkan sub konsep
perilaku yang berorientasi pada orang di masing-masing
sekolah yang berada di SD gugus I kecamatan Poso
Pesisir Selatan. SDN I Tangkura masuk kategori sangat
tinggi dengan rata-rata 67,78 dengan simpangan baku
4,711 sedangkan SDN II Tangkura masuk kategori
tinggi dengan rata-rata 64,00 dengan simpangan baku
4,153. Pada SD GKST Dewua, sub konsep perilaku yang
berorientasi pada orang masuk kategori sangat tinggi
dengan rata-rata 71,00 dengan simpangan baku 4,000,
sama halnya juga dengan SDN Sangginora dengan
kategori sangat tinggi dengan rata-rata 69,50 dan
simpangan baku 3.162. Sedangkan SDN Padalembara
masuk kategori tinggi dengan rata-rata 65,11 dan
simpangan bakunya 3,586.
68
4.2.2 Jenjang Pendidikan
Angket jenjang pendidikan ada 10 item dengan
jawaban 5 jawaban alternatif, maka kemungkinan skor
terendah yang diperoleh responden adalah 10 X 1 = 10
dan skor tertinggi adalah 10 X 5 = 10. Karena terdapat
5 kategori pilihan jawaban maka lebar interval masing-
masing kategori adalah sebagai berikut :
Interval50 10
58
Dari lebar interval tersebut maka penggolongan hasil
pengukuran jenjang pendidikan seperti terlihat pada
Tabel 4.6 berikut:
Tabel. 4.6 Distribusi frekuensi Jenjang Pendidikan
Kategori Interval f % Mean SD Maks Min Sangat Rendah
10-18 0 0
37,21
4,719
50
10
Rendah 19-26 1 2 Sedang 27-34 10 23 Tinggi 35-42 23 53 Sangat Tinggi
43-50 9 21
43 100
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.6 menunjukan bahwa jenjang pendidikan
guru rendah ke arah yang sangat tinggi. Prosentase
69
jenjang pendidikan dengan posisi rendah adalah 2% (1
orang), sedang 23% (10 orang), tinggi 53% (23 orang)
dan sangat tinggi 21% (9 orang). Jika dilihat dari nilai
rata-ratanya 37,21 maka jenjang pendidikan masuk
pada kategori tinggi dengan simpangan bakunya 4,72.
Dari tabel 4.6 diatas, jika diuraikan masing-
masing sekolah maka distribusi frekuensi jenjang
pendidikan pada 5 sekolah yang ada di gugus 1
kecamatan Poso Pesisir Selatan sebagai berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jenjang Pendidikan
Persekolah di gugus 1 Kecamatan Poso Pesisir Selatan
Nama Sekolah F Mean Std.Deviasi Maks Min SDN I Tangkura 9 41.56 3.712 50 10 SDN II Tangkura 9 34.67 2.739 50 10 SD GKST Dewua 8 36.62 1.302 50 10 SDN Sangginora 8 39.62 5.829 50 10 SDN Padalembara 9 33.78 4.055 50 10
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.7 menunjukan bahwa jenjang pendidikan
guru pada SDN I Tangkura masuk kategori tinggi
dengan rata-rata 41,56 dengan simpangan baku 3,712
sedangkan SDN II Tangkura masuk kategori sedang
dengan rata-rata 34,67 dengan simpangan baku 2,739.
Pada SD GKST Dewua, jenjang pendidikan guru masuk
kategori tinggi dengan rata-rata 36,62 dengan
simpangan baku 1,302, sama halnya juga dengan SDN
Sangginora yang ada pada kategori tinggi dengan rata-
70
rata 39,62 dan simpangan baku 5,829. Sedangkan SDN
Padalembara masuk kategori sedang dengan rata-rata
33,78 dan simpangan bakunya 4,055.
Dari tabel 4.7 diatas, jika diuraikan dari distribusi
frekuensi pada sub konsep pendidikan formal, pelatihan
bimbingan dan bimbingan untuk variabel jenjang
pendidikan pada 5 sekolah yang ada di gugus I
kecamatan Poso Pesisir Selatan sebagai berikut:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pada Sub Konsep Pendidikan Formal Dengan Jumlah Indikator Empirik 3 Item
dan lebar interval 2.4, Persekolah di gugus I Kecamatan Poso Pesisir Selatan
Nama Sekolah F Mean Std.Deviasi Maks Min SDN I Tangkura 9 11.00 2.062 15 3 SDN II Tangkura 9 11.11 1.833 15 3 SD GKST Dewua 8 11.12 2.295 15 3 SDN Sangginora 8 11.75 1.282 15 3 SDN Padalembara
9 11.22 2.224 15 3
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa jenjang pendidikan
berdasarkan sub konsep di masing-masing sekolah
yang berada di SD gugus I kecamatan Poso Pesisir
Selatan. SDN I Tangkura masuk kategori tinggi dengan
rata-rata 11,00 dengan simpangan baku 2,062, SDN II
Tangkura masuk tinggi dengan rata-rata 11,11 dengan
simpangan baku 1,833, SD GKST Dewua masuk
kategori tinggi dengan rata-rata 11,12 dengan
simpangan baku 2,295, sama halnya juga dengan SDN
71
Sangginora dengan kategori tinggi dengan rata-rata
11.75 dan simpangan baku 1,282 dan SDN
Padalembara masuk kategori tinggi dengan rata-rata
11,22 dan simpangan bakunya 2,224.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pada Sub Konsep Pelatihan
Bimbingan Dengan Jumlah Indikator Empirik 4 Item dan lebar interval 3.2, Persekolah di gugus I
Kecamatan Poso Pesisir Selatan Nama Sekolah F Mean Std.Deviasi Maks Min
SDN I Tangkura 9 18.11 12.44 20 4 SDN II Tangkura 9 13.11 2.713 20 4 SD GKST Dewua 8 14.50 1.069 20 4 SDN Sangginora 8 16.25 3.495 20 4 SDN Padalembara
9 13.56 1.944 20 4
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.9 menerangkan bahwa jenjang pendidikan
berdasarkan sub konsep pelatihan bimbingan di
masing-masing sekolah yang berada di SD gugus I
kecamatan Poso Pesisir Selatan. SDN I Tangkura masuk
kategori sangat tinggi dengan rata-rata 18,11 dengan
simpangan baku 12,44 sedangkan SDN II Tangkura
masuk kategori sedang dengan rata-rata 13,11 dengan
simpangan baku 2,713. Pada SD GKST Dewua, sub
konsep pelatihan bimbingan masuk kategori tinggi
dengan rata-rata 14,50 dengan simpangan baku 1,069,
sama halnya juga dengan SDN Sangginora dengan
kategori tinggi dengan rata-rata 16,25 dan simpangan
baku 3,495. Sedangkan SDN Padalembara masuk
72
kategori sedang dengan rata-rata 13,56 dan simpangan
bakunya 1,944.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pada Sub Konsep Bimbingan
Dengan Jumlah Indikator Empirik 3 Item dan lebar interval 2.4, Persekolah di gugus I Kecamatan Poso
Pesisir Selatan Nama Sekolah F Mean Std.Deviasi Maks Min
SDN I Tangkura 9 12.44 2.651 15 3 SDN II Tangkura 9 10.44 0.726 15 3
SD GKST Dewua 8 11.00 0.926 15 3 SDN Sangginora 8 11.62 2.387 15 3 SDN Padalembara 9 9.00 1.500 15 3
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.10 menunjukan bahwa jenjang
pendidikan berdasarkan sub konsep bimbingan di
masing-masing sekolah yang berada di SD gugus I
kecamatan Poso Pesisir Selatan. SDN I Tangkura masuk
kategori tinggi dengan rata-rata 12,44 dengan
simpangan baku 2,651 dan SDN II Tangkura masuk
kategori tinggi dengan rata-rata 10,44 dengan
simpangan baku 0,726, SD GKST Dewua masuk
kategori tinggi dengan rata-rata 11,00 dengan
simpangan baku 0,926, sama halnya juga dengan SDN
Sangginora dengan kategori tinggi dengan rata-rata
11,62 dan simpangan baku 2,387. Sedangkan SDN
Padalembara masuk kategori sedang dengan rata-rata
9,00 dan simpangan bakunya 1,500.
73
4.2.3 Kesejahteraan
Angket kesejahteraan ada 13 item dengan
jawaban 5 jawaban alternatif, maka kemungkinan skor
terendah yang diperoleh responden adalah 13 X 1 = 13
dan skor tertinggi adalah 13 X 5 = 65. Karena terdapat
5 kategori pilihan jawaban maka lebar interval masing-
masing kategori adalah sebagai berikut :
Interval65 13
510.4
Dari lebar interval tersebut maka penggolongan hasil
pengukuran Kesejahteraan seperti terlihat pada Tabel
4.11 berikut:
Tabel. 4.11 Distribusi frekuensi Kesejahteraan
Kategori Interval f % Mean SD Maks Min Sangat rendah
13 - 23,4
0
0
43,26
4,796
65
13
Rendah 23,5 - 33,8 0 0 Sedang 33,9 - 44,2 24 56 Tinggi 44,3 - 54,6 18 42 Sangat Tinggi
54,7 - 65
1
2
43 100
Sumber: Data primer yang diolah 2012
74
Tabel 4.11menunjukan bahwa tingkat
kesejahteraan guru sedang kearah tinggi. Dari tabel
juga nampak bahwa tidak ada responden yang berada
pada kategori sangat rendah dan rendah. Pada kategori
sedang 56% (24 orang), tinggi 42% (18 orang) dan
sangat tinggi 2% (1 orang). Jika dilihat dari nilai rata-
ratanya 43,26 maka kesejahteraan masuk pada kategori
tinggi dengan simpangan bakunya 4,80.
Dari Tabel 4.11 diatas, jika diuraikan masing-
masing sekolah maka distribusi frekuensi kesejahteraan
pada 5 sekolah yang ada di gugus 1 kecamatan Poso
Pesisir Selatan sebagai berikut:
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kesejahteraan
Persekolah di gugus 1 Kecamatan Poso Pesisir Selatan
Nama Sekolah F Mean Std.Deviasi Maks Min SDN I Tangkura 9 43.11 2.804 65 13 SDN II Tangkura 9 43.33 5.123 65 13 SD GKST Dewua 8 46.50 5.707 65 13 SDN Sangginora 8 45.38 3.852 65 13 SDN Padalembara 9 38.56 2.297 65 13
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.12 menunjukan bahwa faktor
kesejahteraan pada SDN I Tangkura masuk kategori
sedang dengan rata-rata 43,11 dengan simpangan baku
2,804 sama dengan SDN II Tangkura yang juga masuk
pada kategori sedang dengan rata-rata 43,33 dengan
simpangan baku 5,123. Pada SD GKST Dewua, faktor
75
kesejahteraan masuk kategori tinggi dengan rata-rata
46,50 dengan simpangan baku 5,707, sama halnya juga
dengan SDN Sangginora yang ada pada kategori tinggi
dengan rata-rata 45,38 dan simpangan baku 3,852.
Sedangkan SDN Padalembara masuk kategori sedang
dengan rata-rata 38,56 dan simpangan bakunya 2,297.
Dari Tabel 4.12 diatas, jika diuraikan dari
distribusi frekuensi pada sub konsep terpenuhinya
kebutuhan material guru dan sub konsep terpenuhinya
kebutuhan non material guru untuk variabel
kesejahteraan pada 5 sekolah yang ada di gugus I
kecamatan Poso Pesisir Selatan sebagai berikut:
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Pada Sub Konsep Terpenuhinya kebutuhan Material Guru Dengan Jumlah Indikator Empirik 9 Item dan lebar interval 7.2, Persekolah di
gugus I Kecamatan Poso Pesisir Selatan Nama Sekolah F Mean Std.Deviasi Maks Min
SDN I Tangkura 9 25.56 2.744 45 9 SDN II Tangkura 9 28.89 3.257 45 9 SD GKST Dewua 8 29.12 5.566 45 9 SDN Sangginora 8 30.62 2.504 45 9 SDN Padalembara
9 26.22 2.224 45 9
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.13 menjelaskan bahwa kesejahteraan
guru berdasarkan sub konsep terpenuhinya kebutuhan
material guru di masing-masing sekolah yang berada di
SD gugus I kecamatan Poso Pesisir Selatan. SDN I
Tangkura masuk kategori Sedang dengan rata-rata
76
25,56 dengan simpangan baku 2,744, SDN II Tangkura
masuk sedang dengan rata-rata 28,89 dengan
simpangan baku 3,257, SD GKST Dewua masuk
kategori sedang dengan rata-rata 29,12 dengan
simpangan baku 5,566, sama halnya juga dengan SDN
Sangginora dengan kategori sedang dengan rata-rata
30,62 dan simpangan baku 2,504 dan SDN
Padalembara masuk kategori sedang dengan rata-rata
26,22 dan simpangan bakunya 2,224.
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pada Sub Konsep Terpenuhinya
kebutuhan Non Material Guru Dengan Jumlah Indikator Empirik 4 Item dan lebar interval 3.2, Persekolah di gugus I Kecamatan Poso Pesisir
Selatan Nama Sekolah F Mean Std.Deviasi Maks Min
SDN I Tangkura 9 16.59 2.007 20 4 SDN II Tangkura 9 14.44 2.351 20 4 SD GKST Dewua 8 17.38 0,518 20 4 SDN Sangginora 8 14.75 2,605 20 4 SDN Padalembara 9 12.33 2.179 20 4
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.14 menunjukan bahwa kesejahteraan
guru berdasarkan sub konsep terpenuhinya kebutuhan
non material di masing-masing sekolah yang berada di
SD gugus I kecamatan Poso Pesisir Selatan. SDN I
Tangkura masuk kategori tinggi dengan rata-rata 16,59
dengan simpangan baku 2,007 sama halnya dengan
SDN II Tangkura masuk kategori tinggi dengan rata-rata
77
14,44 dengan simpangan baku 2,351. Pada SD GKST
Dewua, sub konsep terpenuhinya kebutuhan non
material guru masuk kategori sangat tinggi dengan rata-
rata 17,38 dengan simpangan baku 0,518, sedangkan
dengan SDN Sangginora dengan kategori tinggi dengan
rata-rata 14,75 dan simpangan baku 2,605. SDN
Padalembara masuk kategori sedang dengan rata-rata
12,33 dan simpangan bakunya 2,179.
4.2.4. Kinerja Guru
Jumlah item kinerja guru ada 40 item. Masing-masing
item mempunyai 5 alternatif jawaban dengan skor
terendah 1 dan skor tertinggi 5. Oleh sebab itu
kemungkinan skor terendah yang diperoleh responden
adalah 40 X 1 = 40 dan kemungkinan skor tertinggi
yang diperoleh responden adalah 40 X 5 = 200. Karena
terdapat 5 kategori pilihan jawaban maka lebar interval
masing-masing kategori adalah sebagai berikut :
Interval200 40
532
Dari lebar interval tersebut maka penggolongan hasil
pengukuran Kinerja Guru seperti terlihat pada Tabel
4.15 berikut:
78
Tabel. 4.15 Distribusi frekuensi Kinerja Guru
Kategori Interval F % Mean SD Maks Min Sangat Rendah
40-72 0 0
144,05
11,902
200
40
Rendah 73-104 0 0 Sedang 105-136 13 30 Tinggi 137-168 29 67 Sangat Tinggi
169-200 1 2
Jumlah 43 100 Sumber: Data primer yang diolah 2012
Dari dara Tabel 4.15 menunjukan bahwa kinerja
guru cenderung kearah tinggi. Hal itu terlihat dengan
prosentase sedang 30%, tinggi 67% dan sangat tinggi
2%. Jika dilihat dari nilai rata-ratanya 144,05 maka
kinerja guru masuk pada kategori tinggi dengan
simpangan bakunya 11,9.
Dari Tabel 4.15 diatas, jika diuraikan masing-
masing sekolah maka distribusi frekuensi kinerja guru
pada 5 sekolah yang ada di gugus 1 kecamatan Poso
Pesisir Selatan sebagai berikut:
79
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Kinerja Guru
Persekolah di gugus 1 Kecamatan Poso Pesisir Selatan
Nama Sekolah F Mean Std.
Deviasi Maks Min
SDN I Tangkura 9 152.00 8.675 200 40 SDN II Tangkura 9 136.00 10.817 200 40 SD GKST Dewua 8 152.88 7.318 200 40 SDN Sangginora 8 147.38 8.749 200 40 SDN Padalembara 9 133.33 8.689 200 40
Tabel 4.16 menunjukan bahwa kinerja guru pada
SDN I Tangkura masuk kategori tinggi dengan rata-rata
152,00 dengan simpangan baku 8,675 sedangkan SDN
II Tangkura masuk kategori sedang dengan rata-rata
136,00 dengan simpangan baku 10,817. Pada SD GKST
Dewua, kinerja guru masuk kategori tinggi dengan rata-
rata 152,88 dengan simpangan baku 7,318, sama
halnya juga dengan SDN Sangginora yang ada pada
kategori tinggi dengan rata-rata 147,38 dan simpangan
baku 8,749. Sedangkan SDN Padalembara masuk
kategori sedang dengan rata-rata 133,33 dan
simpangan bakunya 8,689.
Dari Tabel 4.16 diatas, jika diuraikan dari
distribusi frekuensi pada sub konsep pedagogik,
kepribadian, professional dan sosial untuk variabel
kinerja guru pada 5 sekolah yang ada di gugus I
kecamatan Poso Pesisir Selatan sebagai berikut:
80
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Pada Sub Konsep Pedagogik
Dengan Jumlah Indikator Empirik 12 Item dan lebar interval 9.6, Persekolah di gugus I Kecamatan Poso
Pesisir Selatan Nama Sekolah F Mean Std.Deviasi Maks Min
SDN I Tangkura 9 54.89 2.088 60 12 SDN II Tangkura 9 48.89 7.705 60 12 SD GKST Dewua 8 53.12 5.055 60 12 SDN Sangginora 8 55.25 3.919 60 12 SDN Padalembara 9 44.67 3.905 60 12
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.17 menerangkan bahwa kinerja guru
berdasarkan sub konsep pedagogik di masing-masing
sekolah yang berada di SD gugus I kecamatan Poso
Pesisir Selatan. SDN I Tangkura masuk kategori sangat
tinggi dengan rata-rata 54,89 dengan simpangan baku
2,088 sedangkan SDN II Tangkura masuk kategori
tinggi dengan rata-rata 48,89 dengan simpangan baku
7,705. Pada SD GKST Dewua, sub konsep pedagogik
masuk kategori sangat tinggi dengan rata-rata 53,12
dengan simpangan baku 5,055, sama halnya juga
dengan SDN Sangginora dengan kategori sangat tinggi
dengan rata-rata 55,25 dan simpangan baku 3,919.
Sedangkan SDN Padalembara masuk kategori tinggi
dengan rata-rata 44,67 dan simpangan bakunya 3,905.
81
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Pada Sub Konsep Kepribadian
Dengan Jumlah Indikator Empirik 13 Item dan lebar interval 10.4, Persekolah di gugus I Kecamatan Poso
Pesisir Selatan Nama Sekolah F Mean Std.Deviasi Maks Min
SDN I Tangkura 9 32.67 9.274 65 13 SDN II Tangkura 9 30.00 8.093 65 13 SD GKST Dewua 8 37.25 4.528 65 13 SDN Sangginora 8 28.00 7.464 65 13 SDN Padalembara 9 36.33 2.500 65 13 Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.18 menjelaskan bahwa kinerja guru
berdasarkan sub konsep kepribadian di masing-masing
sekolah yang berada di SD gugus I kecamatan Poso
Pesisir Selatan. SDN I Tangkura masuk kategori rendah
dengan rata-rata 32,67 dengan simpangan baku 9,274,
SDN II Tangkura masuk kategori rendah dengan rata-
rata 30,00 dengan simpangan baku 8,093. Pada SD
GKST Dewua, sub konsep kepribadian masuk kategori
sedang dengan rata-rata 37,25 dengan simpangan baku
4,528, sama halnya juga dengan SDN Padalembara
dengan kategori sedang dengan rata-rata 36,33 dan
simpangan baku 2,500. Sedangkan SDN Sangginora
masuk kategori rendah dengan rata-rata 28,00 dan
simpangan bakunya 7,464.
82
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Pada Sub Konsep Profesional
Dengan Jumlah Indikator Empirik 10 Item dan lebar interval 8, Persekolah di gugus I Kecamatan Poso
Pesisir Selatan Nama Sekolah F Mean Std.Deviasi Maks Min
SDN I Tangkura 9 42.22 4.893 50 10 SDN II Tangkura 9 36.67 3.708 50 10 SD GKST Dewua 8 40.50 3.162 50 10 SDN Sangginora 8 42.38 3.335 50 10 SDN Padalembara 9 34.56 5.247 50 10 Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.19 menerangkan bahwa kinerja guru
berdasarkan sub konsep profesional di masing-masing
sekolah yang berada di SD gugus I kecamatan Poso
Pesisir Selatan. SDN I Tangkura masuk kategori tinggi
dengan rata-rata 42,22 dengan simpangan baku 4,893
sedangka, SDN II Tangkura masuk kategori tinggi
dengan rata-rata 36,67 dengan simpangan baku 3,708.
Pada SD GKST Dewua, sub konsep profesional masuk
kategori tinggi dengan rata-rata 40,50 dengan
simpangan baku 3,162, sama halnya dengan SDN
Sangginora dengan kategori sangat tinggi dengan rata-
rata 42,38 dan simpangan baku 3,335. Sedangkan SDN
Padalembara masuk kategori sedang dengan rata-rata
34,56 dan simpangan bakunya 5,247.
83
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Pada Sub Konsep Sosial Dengan Jumlah Indikator Empirik 5 Item dan lebar interval
4, Persekolah di gugus I Kecamatan Poso Pesisir Selatan
Nama Sekolah F Mean Std. Deviasi Maks Min
SDN I Tangkura 9 22.22 2.330 25 5 SDN II Tangkura 9 20.44 2.242 25 5 SD GKST Dewua 8 22.00 2.330 25 5 SDN Sangginora 8 21.75 1.909 25 5 SDN Padalembara
9 17.78 2.489 25 5
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Tabel 4.20 menerangkan bahwa kinerja guru
berdasarkan sub konsep sosial di masing-masing
sekolah yang berada di SD gugus I kecamatan Poso
Pesisir Selatan. SDN I Tangkura masuk kategori sangat
tinggi dengan rata-rata 22,22 dengan simpangan baku
2,330 sedangkan SDN II Tangkura masuk kategori
tinggi dengan rata-rata 20,44 dengan simpangan baku
2,242. Pada SD GKST Dewua, sub konsep pedagogik
masuk kategori sangat tinggi dengan rata-rata 22,00
dengan simpangan baku 2,330, berbeda halnya dengan
SDN Sangginora dengan kategori tinggi dengan rata-rata
21,75 dan simpangan baku1,909. Sedangkan SDN
Padalembara masuk kategori sedang dengan rata-rata
17,78 dan simpangan bakunya 2,489.
84
4.3 Uji Regresi
Pada bagian ini menyajikan hasil analisis regresi
antara variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah
dengan kinerja guru, variabel jenjang pendidikan
dengan kinerja guru dan variabel kesejahteraan dengan
kinerja guru.
4.3.1 Uji Regresi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru
Tabel 4.21 di bawah ini menyajikan data hasil
analisis regresi dari perilaku kepemimpinan kepala
sekolah terhadap kinerja guru.
Tabel 4.21
Hasil Analisis Regresi Perilaku Kepemimpinan
Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru
Variabel Koefisien Regresi
t Hitung
Koefisien Determinasi
Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah
0,668
2,432
0,126
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Nilai koefisien regresi 0,668 yang bertanda positif
berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan
perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru. Koefisien determinasi sebesar 0,126 menunjukan
bahwa sekitar 12,6 % perubahan kinerja guru (Y) dapat
dijelaskan oleh perilaku kepemimpinan kepala sekolah
85
(X1) sedangkan sisanya (87,4) dijelaskan oleh faktor-
faktor lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini.
Dengan menggunakan derajat signifikansi (α =
5%) derajat kebebasan (df) sebesar 40 (n-3) dan diuji
satu sisi, besar nilai t-tabel adalah t(0,05; 40 = 1,684.
Sedangkan nilai t-hitung mempunyai nilai sebesar
2,432, sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti perilaku
kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja guru.
4.3.2 Uji Regresi Jenjang Pendidikan terhadap Kinerja Guru
Tabel 4.22 di bawah ini menyajikan data hasil
analisis regresi dari jenjang pendidikan terhadap kinerja
guru.
Tabel 4.22
Hasil Analisis Regresi Jenjang Pendidikan terhadap Kinerja Guru
Variabel Koefisien Regresi
t Hitung
Koefisien Determinasi
Jenjang Pendidikan
1,000
2,767
0,157
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Nilai koefisien regresi 1,000 yang bertanda
positif berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan
jenjang pendidikan terhadap kinerja guru. Koefisien
determinasi sebesar 0,157 menunjukan bahwa sekitar
86
15,7 % perubahan kinerja guru (Y) dapat dijelaskan oleh
jenjang pendidikan (X2) sedangkan sisanya (84,3)
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan
dalam penelitian ini.
Dengan menggunakan derajat signifikansi (α =
5%) derajat kebebasan (df) sebesar 40 (n-3) dan diuji
satu sisi, besar nilai t-tabel adalah t(0,05; 40 = 1,684.
Sedangkan nilai t-hitung mempunyai nilai sebesar
2,767, sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti jenjang
pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja guru.
4.3.3 Uji Regresi Kesejahteraan terhadap Kinerja Guru
Tabel 4.23 di bawah ini menyajikan data hasil
analisis regresi dari kesejahteraan terhadap kinerja
guru.
Tabel 4.23
Hasil Analisis Regresi Kesejahteraan terhadap Kinerja Guru
Variabel Koefisien Regresi
t Hitung
Koefisien Determinasi
Kesejahteraan
1,232
3,663
0,247
Sumber: Data primer yang diolah 2012
Nilai koefisien regresi 1,232 yang bertanda positif
berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan
87
kesejahteraan terhadap kinerja guru. Koefisien
determinasi sebesar 0,247 menunjukan bahwa sekitar
24,7 % perubahan kinerja guru (Y) dapat dijelaskan oleh
kesejahteraan (X3) sedangkan sisanya (75,3) dijelaskan
oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan dalam
penelitian ini.
Dengan menggunakan derajat signifikansi (α =
5%) derajat kebebasan (df) sebesar 40 (n-3) dan diuji
satu sisi, besar nilai t-tabel adalah t(0,05; 40 = 1,684.
Sedangkan nilai t-hitung mempunyai nilai sebesar
3,663, sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti kesejahteraan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
guru.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Analisis Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru
Dari hasil analisis regresi sederhana yang
dilakukan, seperti terlihat pada Tabel 4.21
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dan
signifikan dari perilaku kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru.
Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya kinerja
guru salah satunya ditentukan oleh perilaku
kepemimpinan kepala sekolah. Adanya dampak positif
perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
88
guru disebabkan kepemimpinan yang baik, sangat
dibutuhkan guru dalam melaksanakan tugas yang
diembannya. Baik buruknya perilaku kepemimpinan
secara langsung akan dirasakan oleh para guru dan
berdampak pada kinerja guru. Dari hasil penelitian ini
menunjukan bahwa perilaku kepemimpinan kepala
sekolah berada pada kategori sangat tinggi. Dilihat dari
data analisis deskripsi perilaku kepemimpinan kepala
sekolah yang ada pada SDN I tangkura, SD GKST
Dewua, SDN Sangginora berada pada kategori yang
sangat tinggi sedangkan SDN II Tangkura dan SDN
Padalembara berada pada katagori tinggi. Dari kelima
sekolah ini, SDN Dewua yang memiliki rata-rata paling
tinggi 111,00. Sedangkan kalau dilihat dari data
analisis deskripsi perilaku kepemimpinan kepala
sekolah persub konsep bisa dilihat bahwa data
persekolah untuk sub konsep perilaku yang berorientasi
pada tugas yang ada pada SDN I Tangkura, SDN II
Tangkura, SD GKST Dewua, SDN Sangginora dan SDN
Padalembara semua guru-guru memiliki skor sangat
tinggi. Kemudian untuk sub konsep perilaku yang
berorientasi pada orang dari masing-masing sekolah
SDN I Tangkura, SD GKST Dewua dan SDN Sangginora
rata-rata memiliki skor sangat tinggi sedangkan untuk
SDN II Tangkura dan SDN Padalembara memiliki rata-
rata skor tinggi. Hal ini menunjukan bahwa guru
89
memiliki persepsi yang sangat baik terhadap perilaku
kepemimpinan kepala sekolah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat
Hause (Prasetyorini 2004), bahwa kepemimpinan
merupakan faktor yang sangat menentukan kinerja
bawahan. Bila pemimpin mampu menerapkan
kepemimpinan yang tepat dan mampu memberi
dorongan kepada bawahan kearah harapan yang
diinginkan, maka akan meningkatkan kinerjanya.
Dengan demikian penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Kusmedi (2003) pada SMP
Negeri Ambarawa, hasil analisis menunjukan bahwa
perilaku kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Sama
halnya dengan Penelitian Manuhutu (2005) pada SMAN
dan SMA Swasta di Kota Soe, yang menemukan bahwa
perilaku kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh
positif dan signifikan.
4.4.2 Bahasan Analisis Pengaruh Jenjang Pendidikan terhadap kinerja guru.
Dari hasil analisis regresi sederhana seperti pada
tabel 4.23 dapat dilihat bahwa ada pengaruh yang
positif dan signifikan dari jenjang pendidikan terhadap
kinerja guru. Hal ini berarti bahwa jika jenjang
pendidikan guru-guru yang berada di SD gugus I
Kecamatan Poso Pesisir Selatan semakin tinggi, maka
90
akan semakin tinggi juga kinerja guru tersebut. Guru
akan semakin baik dalam melaksanakan tugas dan
fungsi profesinya yang ditunjukan dalam bentuk kerja
keras, disiplin, tekun dan berwawasan kedepan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Pasimanjeku (2003) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seorang guru, maka semakin tinggi pula kinerjanya.
Sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seorang
guru, maka akan semakin rendah pula kinerjanya.
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa
jenjang pendidikan guru rendah ke arah yang sangat
tinggi. Dilihat dari data analisis deskripsi jenjang
pendidikan yang ada pada SDN I tangkura, SD GKST
Dewua, SDN Sangginora berada pada kategori yang
tinggi sedangkan SDN II Tangkura dan SDN
Padalembara berada pada katagori sedang. Dari kelima
sekolah ini, SDN I Tangkura yang memiliki rata-rata
paling tinggi 41,56. Kalau dilihat dari data analisis
deskripsi untuk jenjang pendidik persub konsep, bisa
dilihat sub konsep pendidikan formal pada kelima
sekolah yang berada di SD gugus I Kecamatan Poso
Pesisir Selatan memiliki rata-rata skor tinggi. Kemudian
untuk sub konsep pelatihan bimbingan untuk masing-
masing sekolah SDN I Tangkura memiliki rata-rata skor
sangat tingggi sedangkan SDN II Tangkura memiliki
rata-rata skor sedang sama halnya dengan SDN
Padalembara yang memiliki rata-rata skor sedang. Lain
91
halnya dengan SDN Sangginora yang memiliki rata-rata
skor tinggi. Jadi dari kelima sekolah tersebut SDN I
Tangkura yang memiliki rata-rata skor yang sangat
tinggi. Selanjutnya untuk sub konsep bimbingan di
masing-masing sekolah menunjukan bahwa SDN I
Tangkura, SDN II Tangkura, SD GKST Dewua dan SDN
Sangginora memiliki rata-rata skor tinggi sedangkan
SDN Padalembara memiliki rata-rata skor sedang. Jadi
dari kelima sekolah diatas ada 4 sekolah yang memiliki
rata-rata skor tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
jenjang pendidikan guru berpengaruh terhadap kinerja
guru tersebut.
Dengan demikian penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Subari (2004)
Mengatakan Jenjang Pendidikan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru.
4.4.3 Bahasan Analisis Pengaruh Kesejahteraan terhadap kinerja guru.
Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana yang
dilakukan seperti terlihat pada Tabel 4.23
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dan
signifikan dari kesejahteraan terhadap kinerja guru. Ini
berarti bahwa tinggi rendahnya kinerja guru salah
satunya ditentukan oleh tingkat kesejahteraan yang
diterima oleh para guru. Adanya dampak positif
kesejahteraan guru terhadap kinerja guru karena salah
92
satu tujuan guru dalam bekerja adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini sesuai dengan
tingkat kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow
(dalam Mulyasa 2002), kesejahteraan merupakan salah
satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia
dengan berbagai cara diantaranya bekerja. Dari data
deskripsi, rata-rata guru memiliki skor kesejahteraan
pada kategori sedang menuju tinggi, dengan
prosentasenya pada kategori sedang 56%, tinggi 42%
dan sangat tinggi 2%. Dilihat dari data analisis
deskripsi tingkat kesejahteraan yang ada pada SD GKST
Dewua dan SDN Sangginora berada pada kategori yang
tinggi sedangkan SDN I Tangkura, SDN II Tangkura dan
SDN Padalembara berada pada katagori sedang. Dari
kelima sekolah ini, SD GKST Dewua yang memiliki rata-
rata paling tinggi 46,50. Kalau dilihat dari data analisis
deskripsi untuk kesejahteraan persub konsep, bisa
dilihat bahwa sub konsep terpenuhinya kebutuhan
material di masing-masing sekolah dapat dilihat bahwa
SDN I Tangkura, SDN II Tangkura, SD GKST Dewua,
SDN Padalembara memiliki rata-rata skor rendah.
Sedangkan SDN Sangginora memiliki skor tinggi.
Kemudia sub konsep terpenuhinya kebutuhan non
material untuk masing-masing sekolah dapat dilihat
SDN I Tangkura, SDN II Tangkura dan SDN Sangginora
memiliki rata-rata skor tinggi, kemudian SD GKST
Dewua memiliki rata-rata skor sangat tinggi. Lain
93
halnya dengan SDN Padalembara yang memiliki rata-
rata skor sedang. Itu berarti tidak semua guru yang
berada di SD gugus I Kecamatan Poso Pesisir Selatan
mempunyai tingkat kesejahteraan yang tinggi, sehingga
mereka mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya seperti menjadi tukang ojek,
petani kakao dan pedagang.
Dengan demikian penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Harsanto (2003)
mengatakan bahwa kesejahteraan guru berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru di
yayasan penyelenggaraan ilahi. Penelitian dari
Muhamad (2010) menyatakan bahwa ada hubungan
positif dan signifikan antara kesejahteraaan dengan
kinerja mengajar guru SD di Kecamatan Gedungjati
Kabupaten Grobogan.