bab iv adaptasi pedagang existing pasca revitalisasi …repository.unj.ac.id/1482/5/bab...
TRANSCRIPT
116
BAB IV
ADAPTASI PEDAGANG EXISTING PASCA REVITALISASI
PASAR
IV.1. Pengantar
Pada bab ini peneliti akan memfokuskan pembahasan berupa analisis dari
upaya bertahan dari para pedagang existing dalam mempertahankan penghasilan dan
usahanya akibat dampak revitalisasi Pasar Mayestik, yang menyebabkan perubahan
situasi bagi mereka. Sehingga di dalam Bab ini, peneliti juga akan mengaitkan
permasalahan yang dikaji dengan konsep atau teori yang akan digunakan peneliti
yaitu tipologi adaptasi dari Robert K Merton, yaitu berupa Konformitas, Inovasi,
Ritualisme dan Retreatisme. Sehingga dengan adanya dinamika situasi yang dihadapi
oleh pedagang akibat modernisasi yang diwujudkan dalam revitalisasi Pasar
Mayestik, para pedagang di dalam penelitian ini harus melakukan sebuah upaya
bertahan yang akan peneliti kaitkan dengan teori bentuk tipologi adaptasi tersebut.
Secara lebih lengkap mengenai bab ini, akan dijelaskan sebagai berikut.
IV.2. Restrukturisasi Pasar Mayestik akibat Program Revitalisasi Pasar
Tradisional
Pembangunan yang berlangsung dewasa ini dapat dikatakan berorientasi
kepada modernitas, karena seiring dengan perkembangan zaman yang semakin
inovatif, mengakibatkan negara berkembang seperti Indonesia untuk turut serta dalam
117
pembangunan ke arah yang lebih modern tersebut. Hal ini dapat peneliti kaitkan
dengan asumsi modernisasi, yang salah satunya mengutarakan pada saat ini Negara
Timur mengadopsi berbagai sistem yang dianut oleh Negara Barat. Dikarenakan
mereka dijadikan simbol kemajuan dan keberhasilan kesehjateraan ekonomi bagi
negara berkembang.95
Gambar IV.1. Restrukturisasi Fisik Pasar Mayestik Pasca Revitalisasi
Sumber: Majestic Tata Kelola96
(2012) dan Dokumentasi Peneliti (2017)
Apabila dikaitkan dengan sebuah revitalisasi pasar tradisional, maka asumsi
tersebut menurut peneliti merupakan salah satu latar belakang mengapa sebuah
program revitalisasi pasar tradisional gencar dilakukan akhir-akhir ini di Indonesia.
Revitalisasi pasar tradisional dapat diartikan sebagai sebuah pembangunan yang
bertujuan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional, dapat berupa
peremajaan dan renovasi keadaan fisik maupun non fisiknya.97
Sehingga pada
akhirnya program ini digagas dengan maksud menjawab semua permasalahan yang
95
Nanang Martono, Op.cit., hlm. 138 96
Sejarah Pasar Mayestik, 2012, https://www.pasarmayestik.com/index.php/2012/10/08/sejarah-pasar-
tradisional-dan-pasar-modern (diakses pada tanggal 13 Maret 2017) 97
A.A Mirah Pradnya Paramita & A.A Ketut Ayuningsari, Loc.cit., hlm. 235
118
Perubahan
melekat pada pasar tradisional, termasuk juga perubahan tata kelola ke arah yang
lebih modern.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka hasil dari revitalisasi
tentunya menyebabkan perubahan kondisi yang drastis dari Pasar Mayestik.
Sehingga dengan adanya revitalisasi peneliti dapat menyimpulkan bahwa, walaupun
Pasar Mayestik masih bernama Pasar Mayestik, tetapi pada kenyataannya di
dalamnya telah mengalami banyak perubahan dari sebelumnya. Pasca revitalisasi
Pasar Mayestik, perubahan pasar dapat terlihat secara fisik menjadi jauh lebih baik
dengan arsitektur serta sarana dan prasarana yang mewah dan modern.
Skema IV.1. Restrukturisasi Pihak Pasar Mayestik Pasca Revitalisasi
Sumber: Diolah dari data lapangan (2017)
Perubahan juga dapat terlihat dari sistem di dalam pasar sendiri, seperti
perubahan pengelola dan jumlah pedagang yang melangsungkan kegiatan berdagang
di Pasar Mayestik. Dikarenakan perjanjian BOT yang dilakukan PD Pasar Jaya
dengan PT Metroland Permai dalam merevitalisasi Pasar Mayestik sehingga pada
dasarnya PT Metroland Permai diberikan hak mengelola dan memperoleh
PD Pasar Jaya PT Metroland
Permai
Pedagang
Existing
PD Pasar Jaya
Pedagang Existing Pedagang Bebas
119
keuntungan untuk mengembalikan biaya investasi dalam membangun Pasar Mayestik
hingga dapat berubah secara drastis seperti saat ini. Sehingga pada dasarnya, program
PD Pasar Jaya yang menggandeng PT Metroland Permai untuk merevitalisasi Pasar
Mayestik dari bentuk pasar tradisional ke pasar tradisional modern, berhasil membuat
Pasar Mayestik berubah mulai dari segi fisik maupun perubahan di dalam sistem
pasar tersebut yang semakin modern dan kompleks.
Hasil dari restrukturisasi seperti yang dijelaskan diatas, tentunya dapat
mempengaruhi pedagang existing dalam menjalankan kegiatan berdagangnya.
Apabila dilihat dari keberadaan pihak yang terlibat dalam Pasar Mayestik, maka
menurut peneliti dapat dikatakan bahwa pedagang existing di Pasar Mayestik
merupakan pihak utama yang berada paling bawah dari susunan di dalam struktur
sosial di Pasar Mayestik. Sehingga pasca revitalisasi, menurut peneliti pedagang
existing merupakan pihak yang paling merasakan dampak sosial dari hadirnya pihak
ketiga tersebut. Dampak sosial tersebut dapat dilihat dari investasi pembangunan
yang dilakukan PT Metroland Permai di Pasar Mayestik untuk menghasilkan sebuah
pasar modern, yang pada akhirnya mengakibatkan meningkatnya harga tempat usaha
di Pasar Mayestik bagi para pedagang existing.
Begitu juga dengan kebijakan PT Metroland Permai mengenai hal
perencanaan perubahan fisik bangunan dan pengelompokan pedagang perlantai, yang
menurut informan juga ternyata menghasilkan sebuah dampak sosial berupa
intensifitas perdagangan yang berkurang dan hadirnya tempat usaha yang kurang
120
strategis. Sehingga dengan adanya hal tersebut, menurut beberapa informan secara
tidak langsung membuat para pedagang existing terpinggirkan. Tidak jarang para
pedagang existing, termasuk para informan di dalam penelitian ini selalu
mengeluhkan penempatan tempat usahanya pasca revitalisasi. Karena dengan adanya
klasifikasi pedagang menurut barang dagangannya pada saat ini, menurut mereka
lebih mengutamakan pedagang bebas atau baru yang membawa jenis dagangan
tersier, dan membuat sebagian pedagang existing harus menempati lantai-lantai yang
jauh dari pintu masuk utama Pasar Mayestik Sehingga pada akhirnya muncul
pemikiran dari para pedagang existing di dalam penelitian ini, dengan adanya
revitalisasi sama saja dengan meminggirkan pedagang yang telah lama berkegiatan di
Pasar Mayestik.
Di dalam pasar yang baru itu sendiri para pedagang existing pun harus
menghadapi kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak PT Metroland Permai dalam
mengelola Pasar Mayestik. Hal tersebut terjadi dikarenakan intensitas interaksi
dengan pedagang pasca revitalisasi lebih banyak dilakukan oleh PT Metroland
Permai sebagai pengelola utama yang langsung mengatur pedagang akibat perjanjian
BOT yang sudah dibahas di bab sebelumnya. Hadirnya perubahan regulasi dari pihak
ketiga tersebut tentunya menimbulkan dampak berupa naiknya biaya operasional
untuk melakukan kegiatan berdagang di Pasar Mayestik pasca revitalisas.
Dikarenakan menurut para informan, pihak ketiga tersebut lebih bersifat profit
121
oriented, dan mengedepankan ketertiban admininstrasi dalam mengelola Pasar
Mayestik pasca revitalisasi.
Maka dari itu, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan adanya
pembangunan yang dilatarbelakangi modernitas berupa revitalisasi, juga turut
mengubah bagian-bagian yang membentuk Pasar Mayestik sebagai institusi sosial.
Seperti yang diibaratkan oleh Herbert Spencer melalui pemikirannya mengenai
evolusi, yang mengatakan bahwa ibarat manusia, ketika ia mengalami pertumbuhan
ia akan mengalami pertambahan volume, serta pertambahan kepadatan yang
membuat kepadatan struktur yang lebih rumit.98
Sehingga menurut peneliti,
perubahan bagian tersebut pada akhirnya dapat menimbulkan dampak sosial yang
dapat mempengaruhi situasi kegiatan berdagang para informan sebagai salah satu
individu atau pihak utama di dalam Pasar Mayestik sebagai sebuah institusi sosial.
IV.3. Kondisi Anomi dan Adaptasi Pedagang
Untuk mempermudah pemahaman akan bentuk-bentuk adaptasi pedagang
existing untuk tetap bertahan berdagang agar memenuhi kebutuhan ekonomi dirinya
Fmaupun keluarga pasca revitalisasi Pasar Mayestik, maka peneliti akan membahas
terlebih dahulu mengenai teori Anomi, yang dikenal juga sebagai teori ketegangan
yang menjelaskan perilaku menyimpang dari masyarakat dan dalam hal ini, peneliti
akan analogikan dalam masyarakat pasar (Market As Social Structure). Teori Anomi
menganggap bahwa perilaku meyimpang muncul akibat apabila individu tidak dapat
98
Nanang Martono, Op.cit., hlm. 47
122
mencapai tujuan-tujuan mereka melalui cara yang benar atau legal. Sehingga, dengan
demikian individu dapat menjadi frustasi dan berupaya mencapai tujuan tersebut
melalui cara yang ilegal dan menarik diri dari sistem karena kemarahannya.
Robert K Merton berpendapat, bahwa dalam suatu masyarakat terdapat tujuan
tertentu yang ditanamkan kepada seluruh warganya, dan untuk mencapai tujuan
tersebut terdapat cara-cara yang dapat digunakan. namun, kenyataanya tidak semua
individu dapat menggunakan cara-cara yang tersedia, sehingga terjadi ketidak
merataan dalam cara dan kesempatan untuk mencapai tujuan tersebut. Sehingga
Anomi menurut Robert K Merton dapat terjadi, ketika terdapat disjungsi akut antara
norma-norma dan tujuan kultural yang terstruktur secara sosial dengan kemampuan
anggota kelompok untuk bertindak menurut norma dan tujuan tersebut.99
Jadi karena
posisi mereka dalam struktur sosial masyarakat, beberapa orang tidak mampu
bertindak menurut nilai-nilai normatif, hal tersebut dikarenakan di dalam situasi ini
menimbulkan ketidakpuasan, frustasi dan munculnya penyimpangan di kalangan
warga yang tidak mempunyai kesempatan mencapai tujuan tertentu. Situasi Anomi
juga akan menimbulkan keadaan para individu tidak lagi mempunyai ikatan yang
kuat terhadap kesempatan yang ada di dalam masyarakat.
Demikian juga halnya dengan para pedagang existing di Pasar Mayestik. Para
pedagang di dalam penelitian ini harus beradaptasi dengan situasi lingkungan baru
99
George Ritzer dan Douglas J Goodman, 2012, Teori Sosiologi : Dari Teori Sosiologi Klasik sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, Yogyakarta : Kreasi Wacana, hlm. 273
123
yang lebih modern, karena dapat dikatakan situasi pasar yang lama merupakan situasi
dimana pedagang lebih merasa bebas dari tekanan atau pembatasan yang lebih
transaksional terhadap mereka. Di dalam Pasar Mayestik mereka akan melakukan
penyesuaian untuk menghadapi situasi pasca revitalisasi, yang disebut adaptasi.
Kondisi tersebut pun tidak terlepas dari penjelasan bahwa masyarakat sebagai sistem
sosial dalam pandangan struktural fungsional memiliki kemampuan yang fleksibel.
Dalam artian bahwa pada dasarnya masyarakat mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan diri dan mengadaptasi dirinya dengan sesuatu yang baru, yang
berasal dari dalam maupun luar.100
Menurut Soerjono Soekanto, adaptasi juga dapat dijelaskan sebagai berikut.
Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan, penyesuaian terhadap norma-
norma untuk menyalurkan ketegangan, proses perubahan untuk penyesuaian dengan
situasi yang berubah, mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan, dan
terakhir, memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan
dan sistem.101
Lebih sempit lagi, adaptasi pedagang pun dapat dijelaskan dengan
penjelasan dari Evers yang menjelaskan bahwa masing-masing dari pedagang
memiliki apa yang dinamakan “Moral Ekonomi Pedagang”, yang timbul ketika
mereka menghadapi permasalahan dalam aktivitas jual-beli.102
Para pedagang
seringkali mengalami dilema, dan moral ekonomi pedagang muncul karena adanya
100
Nanang Martono, Op.cit., hlm.1 101
Soerjono Soekanto, Op.cit., hlm. 10-11 102
Damsar, Op.cit., hlm. 90-92
124
pertentangan dalam diri pedagang sendiri. Sehingga, pedagang harus mencari jalan
keluar sendiri. Pedagang merupakan manusia yang kreatif dan dinamis, hal tersebut
didasarkan kepada para pedagang yang tidak bertumpu pada norma-norma yang ada
di dalam masyarakat, dan juga pedagang yang dapat menyelesaikan permasalahan
pribadi tanpa melanggar norma yang ada.
Lebih lanjut, Robert K Merton telah menjelaskan mengenai teori lima model
tipologi adaptasi terhadap keadaan Anomi. Ia telah menyusun suatu skema yang akan
ditampilkan dalam tabel IV.1 mengenai usaha-usaha warga masyarakat (secara
perorangan) untuk menyerasikan dirinya dengan nilai-nilai sosial budaya dan kaidah-
kaidah yang ada dalam masyarakat untuk mencapai suatu nilai sosial budaya. Teori
ini juga biasa disebut Conformity dan Deviation, yaitu berupa bentuk-bentuk perilaku
penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan maupun
menyimpang terhadap kaidah dan nilai-nilai di sekitarnya.103
Pada situasi Anomi,
individu akan menyesuaikan atau beradaptasi dengan lima cara, yaitu. Konformitas,
Inovasi, Ritualisme, Retreatisme dan Rebellion. Tetapi apabila dikaitkan dengan
temuan strategi penyesuaian yang dilakukan oleh para informan, maka peneliti dapat
mengkaitkannya dengan empat bentuk adaptasi yang diindentifikasinya yaitu,
Konformitas, Inovasi, Ritualisme dan Retreatisme.
103
Soerjono Soekanto, Op,cit, hlm. 189
125
Tabel IV.1. A Typology of Modes of Individual Adaptation104
No Modes of
Adaptation
Culture Goals Institusionalized Means
1 Conformity + +
2 Innovation + _
3 Ritualism _ +
4 Retreatism _ _
5 Rebellion +_ +_
Sumber: Robert K Merton , ”Social Structure and Anomie”, dalam Jurnal American
Sociological Review
Dari tabel diatas; tanda – (negatif/min) sama dengan menolak, tanda +
(positif/plus) sama dengan menerima, dan tanda +- (plus min) berarti tidak saja
menolak, tetapi juga menghendaki perubahan sistem yang ada. Lebih lanjut Culture
Goals di tabel tersebut akan peneliti gambarkan sebagai tujuan utama dari pedagang
yaitu tetap mendapatkan keuntungan dari berdagang dan tetap bertahan untuk
menafkahi kehidupan ekonominya pasca revitalisasi. Sedangkan Institusionalized
Means peneliti gambarkan sebagai cara-cara untuk mencapai tujuan atau Culture
Goals dari para pedagang tersebut yang berkaitan dengan benar atau tidaknya dengan
norma yang ada di Pasar Mayestik pasca revitalisasi.
104
Robert K Merton , 2002, ”Social Structure and Anomie”, dalam Jurnal American Sociological
Review, Vol. 3 , Issue 5, hlm. 676
126
Sehingga dengan demikian, dengan menggunakan teori Anomi dan adaptasi
dari Robert K Merton. Peneliti berharap dapat menjelaskan fenomena adaptasi
pedagang di Pasar Mayestik pasca revitalisasi dengan relevan, hal tersebut
dikarenakan memenuhi kebutuhan ekonomi dengan cara berdagang dari para
informan merupakan salah satu kebutuhan dasar mereka yang harus dipenuhi. Namun
dengan adanya sebuah dampak dari revitalisasi seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, terjadilah sebuah situasi Anomi. Dikarenakan hal tersebutlah para
informan harus melakukan adaptasi terhadap situasi tersebut. Bentuk adaptasi
dilakukan masing-masing informan dengan berbagai cara, yang akan peneliti bahas
lebih lanjut pada sub-bab berikutnya.
IV.4. Bentuk-Bentuk Adaptasi Pedagang Pasca Revitalisasi Pasar Mayestik
Pasca Revitalisasi tentunya membuat para pedagang di dalam penelitian ini
dihadapi oleh perubahan situasi yang berbeda apabila dibandingkan dengan Pasar
Mayestik sebelumnya, akibat sebuah dampak dari program revitalisasi pasar
tradisional. Menurut informan, kondisi yang dihasilkan dari salah satu kebijakan
Pemerintah Daerah DKI Jakarta yaitu program revitalisasi Pasar Mayestik ternyata
menimbulkan situasi yang Anomi. Dampak-dampak seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya di Pasar Mayestik pasca revitalisasi, tentunya menimbulkan sebuah
dinamika baru yang dapat menimbulkan hambatan untuk memenuhi kehidupan
mereka yang penghidupannya dilakukan dengan berdagang.
127
Skema IV.2. Kondisi Anomi dan Adaptasi Pedagang
Pasar Mayestik Pasca Revitalisasi
Sumber: Diolah dari data lapangan (2017)
Subjek di dalam penelitian ini keseluruhannya merupakan pedagang
profesional, yaitu pedagang yang benar-benar menghidupi kehidupannya dari hasil
berdagang semata, sehingga mereka harus mencari cara agar situasi Anomi tersebut
dapat diminimalisir ataupun dihindari dengan cara-cara tersendiri. Agar tetap
menghasilkan keuntungan, dan menafkahi keluarga mereka masing-masing. Tentunya
hal tersebut berdampak kepada hasil temuan dari para informan di dalam penelitian
ini yang melakukan adaptasi lebih dari satu cara untuk tetap bertahan dalam situasi
Anomi akibat dampak dari revitalisasi Pasar Mayestik. Dari mulai cara yang positif
hingga negatif. Tentunya cara-cara upaya bertahan dari para informan akan peneliti
jelaskan dengan teori tipologi adaptasi individu dalam menghadapi situasi Anomi dari
Robert K Merton, yang akan dibahas sebagai berikut.
Situasi
Anomi
Intensifitas
Perdagangan Berkurang
Hadirnya Regulasi
Pihak Ketiga
Tempat Usaha yang
Kurang Strategis
Konformitas
Inovasi
Retreatisme
Ritualisme
Dampak Restrukturisasi Bentuk Adaptasi Pedagang
128
IV.4.1. Adaptasi Konformitas
Robert K Merton mengindentifikasi Konformitas sebagai upaya yang
dilakukan seseorang atau individu untuk mencapai tujuan sesuai dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Sehingga cara-cara yang telah melembaga memberikan
peluang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk mencapai nilai-nilai sosial
budaya yang menjadi cita-citanya.105
Sehingga pada dasarnya, peneliti menganggap
Konformitas adalah bagaimana seseorang individu dalam situasi Anomi tetap
melakukan cara-cara yang sesuai norma untuk mencapai tujuan. Sehingga para
pedagang yang melakukan Konformitas, melakukan cara yang memang seharusnya
dilakukan seorang pedagang apabila ingin mendapatkan sebuah keuntungan dalam
berdagang, seperti rajin berdagang dan mengaplikasikan strategi pemasaran yang baik
dalam melakukan kegiatan berdagang setiap harinya.
Bentuk pertama Konformitas dari para informan di dalam penelitian ini adalah
dengan meningkatkan pelayanan jual-beli, sehingga dapat menarik pembeli dan
mempertahankan langganan mereka masing-masing. Walaupun di satu sisi, para
informan juga mengutarakan bahwa pasca revitalisasi, ternyata menghasilkan
penurunan tingkat pengunjung dan pembeli yang datang untuk mencari kebutuhan
barang pokok di Pasar Mayestik.
“Jujur ya saya udah langganan puluhan taun di Mayestik, enakan belom
dibangun ya.. Kalo dulu tuh tiap hari rame, apalagi sabtu-minggu,
pedagang mayestik wooh ramenya…. suka banget saya. Karena pedagang
105
Soerjono Soekanto, Op.cit., hlm. 192
129
sekarang naronya dibawah kali ya. Biasanya mayestik itu cuma
langganan aja yang dateng sekarang, kaya saya.”106
Tetapi bagi mereka dengan adanya dampak tersebut, tidak memengaruhi
mereka untuk kehilangan semangat untuk berdagang, dan tetap melangsungkan
perdagangan dengan baik. Berdagang secara baik peneliti maksudkan dengan,
berdagang sesuai dengan apa yang disarankan atau diingini oleh sebuah struktur.
Salah satu tujuan utama dari revitalisasi Pasar Mayestik menurut PD Pasar Jaya
adalah menciptakan sebuah pasar yang bersih bagi pedagang, dan diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan para pedagang kepada pembelinya. Sehingga bagi beberapa
informan, dengan adanya dampak revitalisasi mereka melakukan sebuah cara-cara
untuk memperbaiki pelayanan mereka dalam berdagang sehari-hari, sehingga dapat
meningkatkan keuntungan dan berhasil untuk mengelabui biaya operasional yang
pasca revitalisasi mengalami kenaikan.
Bentuk konformitas tersebut dilakukan tiga orang informan di dalam
penelitian ini yaitu, Pak Bahrudin yang giat berdagang dan mempertahankan
langganan tetapnya, dengan menjaga barang dagangan yang segar. Pak Kanta, yang
selalu giat berdagang dan melayani pembeli dengan baik, serta mempertahankan
langganannya dengan cara penggantian variasi dagangannya setiap hari. Dan Ibu
Rahmini, yang selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan pembeli dengan cara
106
Wawancara dengan Ibu Maryatun, salah satu pengunjung pasar basah mayestik, pada 21 April 2017
pukul 10:00 WIB
130
selalu berinteraksi dan memberikan harga diskon, dan tetap menjaga silaturahmi
kepada langganannya.
Pasca revitalisasi bagi beberapa informan, untuk bertahan mendapatkan
keuntungan di Pasar Mayestik adalah bagaimana cara mereka untuk lebih
meningkatkan pelayanan yang baik untuk mendapatkan langganan dan tetap
mempertahankannya agar jangan berpindah. Dikarenakan menurut para informan,
terjadi penurunan tingkat pengunjung dan pembeli pasca revitalisasi, sehingga bagi
para informan, apabila mereka tidak mempunyai langganan pasca revitalisasi, maka
dapat dipastikan hanya menunggu waktu saja untuk keluar dari Pasar Mayestik.
Dikarenakan akan mengalami kesulitan untuk memenuhi biaya operasional di dalam
Pasar Mayestik pasca revitalisasi.
Menurut Damsar ada beberapa tipe pembeli yang datang ke sebuah pasar
tradisional yaitu.107
Pertama, Pengunjung, yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar
tanpa mempunyai tujuan untuk melakukan pembelian terhadap sesuatu barang atau
jasa. Mereka adalah orang-orang yang menghabiskan waktu luangnya di lokasi pasar.
Kedua, Pembeli, yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk
membeli suatu barang atau jasa, tetapi tidak mempunyai tujuan ke mana akan
membeli. Dan yang terakhir, Pelanggan, yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar
dengan maksud membeli sesuatu barang atau jasa dan punya arah dan tujuan yang
pasti kemana akan membeli. Seseorang yang menjadi pelanggan dari seorang penjual
107
Damsar, Op.cit., hlm. 103
131
tidak terjadi secara kebetulan, tetapi diawali dengan proses interaksi sosial. Tawar
menawar antara penjual dan langganan dapat dikatakan jarang terjadi, karena penjual
telah menetapkan harga yang keuntungannya mendekati batas margin.
Dari penjelasan diatas maka dapat dikatakan informan yang melakukan
Konformitas dengan meningkatkan pelayanan tersebut juga melakukan sebuah
interaksi sosial kepada para langganannya, sehingga dapat dikatakan para informan
tersebut memiliki sebuah keterampilan pribadi untuk mengembangkan dan
mempertahankan hubungan sosial kepada pembelinya dengan cara-cara tersebut
secara langsung maupun tidak langsung. Tentunya untuk mendapatkan sebuah
kepercayaan dalam hubungan sosial dengan pembelinya, dilakukan atau dibangun
secara bertahap yang membutuhkan waktu, dan menciptakan suatu kepercayaan
kepada pembelinya. Dan pada akhirnya berhasil membuat sebuah hubungan dagang
yang terus menerus dan mengubah status pembeli menjadi langganan. Bentuk
konformitas ini dianggap berhasil untuk beberapa informan sehingga dapat bertahan
berdagang seperti Ibu Rahmini. Bahkan beberapa informan mengakui dengan
melakukan cara Konformitas tersebut, dapat meningkatkan usahanya pasca
revitalisasi Pasar Mayestik seperti yang diakui oleh Pak Bahrudin dan Pak Kanta..
Bentuk Konformitas selanjutnya, dapat dilihat di dalam bentuk strategi para
pedagang existing yang bekerja sama pasca revitalisasi Pasar Mayestik. Peneliti
dalam hal ini membagi dua jenis kerjasama yang dilakukan oleh informan. Pertama
132
adalah kerjasama antara pedagang dengan pedagang. Dan yang kedua adalah
kerjasama yang dilakukan pedagang dengan pemasok barang dagangan.
Bentuk adaptasi kerjasama yang dilakukan oleh pedagang dengan pedagang
paling mudah terjalin diantara pelaku pasar di Pasar Mayestik. Hal tersebut peneliti
lihat dari adanya bentuk peminjaman barang ke sesama pedagang di sekitarnya,
maupun sekedar hanya menukar atau meminjamkan uang untuk kembalian yang
dilakukan di antara pedagang di saat melakukan observasi. Selain bentuk kerjsama
dalam keseharian tersebut, bentuk kerjasama antar pedagang lainnya juga dijelaskan
oleh Pak Suma dan Pak Bahrudin, kedua informan ini mengutarakan bahwa pasca
revitalisasi, terdapat beberapa pedagang existing yang membentuk sebuah persatuan
secara sukarela untuk saling membantu sesama pedagang existing agar tetap bertahan
pasca revitalisasi.
Pak Suma menjelaskan, pasca revitalisasi dirinya mengikuti sebuah arisan
yang dicetuskan oleh para pedagang existing yang mendominasi lantai basement dan
semi basement. Arisan yang biasanya dilakukan secara bertahap sekitar sepuluh hari
sekali ini berhadiahkan uang, dengan kisaran Rp.5.000.000 –Rp.8.000.000, setiap kali
pengundiannya. Menurut Pak Suma, arisan tersebut merupakan sebuah bentuk
keterikatan sejarah antara pedagang existing, dan arisan tersebut diakuinya telah lama
ada bahkan dari semenjak para pedagang berjualan di pasar yang lama. Tetapi hanya
fungsinya lah yang pasca revitalisasi berbeda, ia mengutarakan, apabila dulu dirinya
memenangkan arisan, maka uang tersebut dapat digunakan untuk keperluan pribadi
133
maupun keluarganya. Tetapi pasca revitalisasi, uang tersebut ia akui lebih banyak
difungsikan sebagai penutup kerugian berdagang, sampai dengan pembayaran BPP,
listrik maupun cicilan tempat usaha. Begitu juga dengan para pedagang existing
lainnya, yang memiliki nasib yang sama dengannya pasca revitalisasi. Sehingga
dengan adanya arisan tersebut diakuinya dapat dijadikan salah satu faktor bertahan.
Bentuk kerjasama selanjutnya dijelaskan oleh Pak Bahrudin, ia mengutarakan
dengan adanya dampak revitalisasi, banyak dari pedagang existing daging yang
memilih keluar dari Pasar Mayestik, dikarenakan biaya operasional mengalami
kenaikan. Oleh karena itu, para pedagang daging di dalam penelitian ini membentuk
sebuah perkumpulan untuk meminimalisir hal tersebut terjadi. Dengan adanya
perkumpulan tersebut, masing-masing pedagang daging selalu berusaha menabung
setiap minggunya untuk dikumpulkan di dalam uang kas, dan dari uang kas
tersebutlah perkumpulan tersebut membantu sesama pedagang daging setiap
bulannya kepada yang menurut mereka paling membutuhkan.
Selain bentuk kerjasama antar pedagang daging, Pak Bahrudin juga
melakukan sebuah kerjasama yang dilakukannya dengan pemasok barang dagangan.
Dengan adanya hubungan baik dengan pihak rumah potong tersebut. Pak Bahrudin
pada saat ini dapat mendapatkan stok daging dengan kualitas yang baik atau fresh,
dan dapat menjadikan salah satu faktor yang dapat mempertahankan langganan
tetapnya yang menjadi salah satu adaptasi Konformitasnya pasca revitalisasi.
134
Dengan adanya upaya-upaya bertahan tersebut, maka menurut peneliti bentuk
kerja sama dengan pelaku pasar yang lain, juga termasuk kepada bentuk Konformitas
yang dilakukan oleh hampir seluruh informan di dalam penelitian ini. Dari hasil
observasi juga, bentuk Konformitas tersebutlah yang paling sering terjadi di kegiatan
berdagang para informan sehari-hari, sehingga pada dasarnya peneliti dapat
menyimpulkan, bahwa pedagang existing saling membutuhkan dukungan untuk
mempertahankan usahanya di Pasar Mayestik. Sehingga hal tersebut memunculkan
sebuah rasa kesamaan nasib diantara mereka.
Menurut Soerjono Soekanto, kerjasama merupakan suatu usaha bersama
antara individu untuk mencapai tujuan bersama.108
Kerjasama timbul apabila individu
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama, dan akan semakin
kuat apabila ada bahaya dari luar yang menyinggung dengan kesetiaan yang sceara
tradisional atau institusional telah tertanam di individu. Maka dengan adanya hal
tersebut, tentunya dapat menumbuhkan sikap solidaritas, hubungan yang harmonis
serta menungkatkan rasa semangat dan kebersaman diantara mereka, sehingga dapat
berdampak positif terhadap kebertahanan para pedagang existing di Pasar Mayestik.
IV.4.2. Adaptasi Inovasi
Menurut Robert K Merton, Inovasi merupakan tindakan dimana tekanan
terlampau diletakan pada nilai-nilai sosial-budaya yang pada suatu saat berlaku,
sedangkan seseorang merasakan bahwa cara-cara atau kaidah untuk mencapai tujuan
108
Soerjono Soekanto, Op.cit., hlm. 66
135
tersebut kurang memadai, atau Inovasi juga dapat didefinisikan sebagai bentuk upaya
yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan, dengan mengabaikan norma yang
berlaku di dalam masyarakat.109
Adaptasi ini mencakup mereka yang tetap meyakini
bahwa sukses dianggap berharga, namun bisa saja beralih menggunakan illegitimate
means atau cara yang tidak sah jika individu tersebut menemui halangan terhadap
cara yang sah untuk menemui sukses ekonomi atau culture goals dari para informan
pasca revitalisasi. Tentunya dengan pernyataan tersebut, maka Inovasi menurut
peneliti dapat dikategorikan menjadi dua bentuk. Yaitu mencari cara tersendiri untuk
mencapai tujuan sesuai dengan norma yang berlaku, maupun mencari cara untuk
mencapai tujuan dengan mengabaikan norma yang berlaku di dalam struktur untuk
mencapai culture goals.
Di dalam penelitian ini, para informan yang melakukan sebuah inovasi
sebagai bentuk adaptasi tentunya berpikir bahwa cara-cara konformis seperti
meningkatkan pelayanan yang kepada pembelinya dan kerjasama yang sudah
dijelaskan sebelumnya, dianggap belum cukup maupun tidak dapat lagi digunakan
untuk membantu mereka melepaskan diri dari kondisi Anomi pasca revitalisasi Pasar
Mayestik. Sehingga pada dasarnya, mereka harus mencari sebuah jalan lain agar tetap
mendapatkan keuntungan agar dapat memenuhi kebutuhan ekonominya dan bertahan
di Pasar Mayestik pasca revitalisasi.
109
Ibid., hlm. 192
136
Peneliti menemukan dua buah bentuk Inovasi yang dilakukan para informan
untuk dapat bertahan berdagang pasca revitalisasi. Ada yang melakukan sebuah cara
yang positif dan juga cara yang negatif. Bentuk pertama dari Inovasi yang dilakukan
oleh informan adalah strategi berupa penghematan modal. Bentuk strategi tersebut,
dilakukan oleh para informan yang mendapati tempat kurang strategis atau
“pinggiran” pasca revitalisasi pasar. Berbeda dengan ketiga informan yang dapat
melakukan Konformitas seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kedua informan
dalam penelitian ini yaitu Pak Suma dan Ibu Sri yang mengakui mengalami
penurunan pendapatan yang tidak sedikit, dikarenakan menurunnya jumlah pembeli
dan langganan mereka pasca revitalisasi. Bentuk penghematan modal kedua informan
ini adalah dengan cara penggantian variasi barang dagangan. Walaupun inovasi yang
dilakukan pedagang hanya sebatas mengganti variasi barang dagangan, tetapi melalui
inovasi sederhana tersebut kedua informan ini mengakui dapat mempertahankan
usahanya di Pasar Mayestik pasca revitalisasi.
Bentuk Inovasi penggantian variasi barang dagangan secara keseluruhan
dilakukan oleh Pak Suma. Pasca revitalisasi Pasar Mayestik, dirinya melakukan
pengantian variasi dagangan sayuran tahan lama demi menghemat modal dan tetap
bertahan berdagang. Selain itu Pak Suma dalam hal ini juga melakukan sebuah
penggantian variasi barang dagangan apabila memasuki bulan Puasa. Apabila bulan
Puasa akan tiba, tidak jarang dirinya akan mengganti variasi barang dagangan seperti
137
bahan untuk membuat kolak dan es buah. Karena menurutnya di saat-saat tersebut,
Pasar Mayestik mengalami peningkatan jumlah pengunjung.
Selanjutnya, bentuk penghematan modal juga dilakukan oleh Ibu Sri, yang
pasca revitalisasi mengakui hanya berbelanja barang dagangan dengan modal
seperlunya. Ibu Sri melakukan sebuah Inovasi berupa memperbanyak stok ayam
potong di saat akhir pekan. Hal itu dilakukan dirinya, dikarenakan apabila memasuki
akhir pekan biasanya Pasar Mayestik lebih ramai untuk dikunjungi. Sehingga
menurutnya dengan adanya Inovasi tersebut, dapat menekan modal untuk berjualan
dan menjaga keuntungan agar tetap bertahan berdagang di Pasar Mayestik.
Selain bentuk Inovasi dari para pedagang yang bersifat positif seperti yang
sudah dijelaskan diatas, tidak jarang beberapa informan pun melakukan bentuk
Inovasi dengan cara negatif yaitu dengan cara melakukan sebuah pelanggaran dalam
kegiatan berdagang sehari-hari terhadap regulasi pihak ketiga pasca revitalisasi pasar
sampai dengan bentuk protes terhadap pengelola kebijakannya pasca revitalisasi
Pasar Mayestik. Menurut pengamatan peneliti, tiga dari lima informan di dalam
penelitian yaitu Pak Suma, Ibu Sri dan Pak Bahrudin, melakukan penataan barang
melebihi batas tempat usaha mereka masing-masing dengan memodifikasinya. Para
informan yang melakukan Inovasi pada penelitian ini, merasa bahwa regulasi berupa
pembatasan barang dagangan merupakan hal yang dapat menghambat kegiatan
berdagang mereka.
138
Seperti Pak Suma dan Ibu Sri, yang pada dasarnya kedua informan tersebut
sama-sama mengutarakan bahwa menurutnya memajang barang dagangan secara
lebih bervariasi merupakan salah satu faktor penarik untuk mendatangkan pembeli,
sehingga mereka pada akhirnya menggunakan meja tambahan untuk berdagang dan
juga memodifikasi tempat usahanya agar dapat menyimpan stok dagangan lebih
banyak dibandingkan sebelumnya. Sedangkan untuk Pak Bahrudin, melakukan
Inovasi dengan meletakan lemari es atau freezer untuk menyimpan stok daging
disamping tempat usahanya, untuk memudahkan akses kegiatan berdagangnya agar
lebih mudah dan terjangkau. Padahal untuk meletakan freezer tersebut, para pedagang
daging, ayam, dan ikan harus menyewa satu tempat khusus yaitu sebuah gudang
penyimpanan yang terletak di ujung lantai basement.
Dengan adanya bentuk Inovasi berupa pelanggaran seperti di atas, tentunya
membuat PT Metroland Permai sebagai pihak pengelola Pasar Mayestik pun harus
melakukan sebuah cara untuk menertibkannya, yaitu dengan cara melakukan
peneguran lisan maupun formal kepada pedagang existing yang melakukan. Tetapi
tidak jarang, bagi para informan yang melakukan pelanggaran tersebut, pada akhirnya
melakukan sebuah perlawanan kecil-kecilan demi melanggengkan pelanggaran yang
mereka lakukan pasca revitalisasi Pasar Mayestik. Salah satu bentuk perlawanan
secara formal dilakukan oleh Ibu Rahimni, yang mengakui pernah beberapa kali
pernah mendatangi kantor pihak pengelola untuk memprotes dengan diberlakukannya
regulasi pembatasan tempat usaha tersebut.
139
Sedangkan bentuk perlawanan sehari-hari yang dilakukan oleh Pak Bahrudin
dan Pak Suma, yang pasca revitalisasi sering beradu mulut dengan petugas keamanan
dari pihak pengelola melakukan pelanggaran. Semenjak Inovasi berupa protes atau
perlawanan kecil-kecilan tersebut, maka pada saat ini para informan mengutarakan
bahwa terjadi sebuah pembiaran untuk mereka melakukan pemajuan maupun
memodifikasi tempat usaha mereka. Tetapi dengan adanya kondisi pelanggaran
mengenai batasan tempat usaha yang dilakukan oleh para informan tersebut, menurut
pengamatan peneliti menyebabkan beberapa lorong menjadi sempit dan menghalangi
akses dari pengunjung.
Sehingga peneliti melihat, pada dasarnya beberapa informan tidak dapat
menerima regulasi batasan tempat usaha yang menganggap dapat menghambat
mereka dalam melakukan kegiatan berdagang. Sehingga mereka pun terus melakukan
sebuah Inovasi sampai pada akhirnya pengelola harus menyerah. Tetapi semua
bentuk pelanggaran dan perlawanan tersebut, tentunya dilakukan oleh para pedagang,
sebagai sebuah adaptasi agar tetap memenuhi kebutuhan ekonominya, dan dapat
bertahan di Pasar Mayestik hingga saat ini.
IV.4.3. Adaptasi Ritualisme
Bentuk adaptasi selanjutnya adalah Ritualisme. Hal tersebut dapat terjadi pada
masyarakat yang berpegang teguh pada sosial-budaya yang ada dan berlaku.110
Sehingga pada dasarnya, terjadi apabila seseorang berperilaku meninggalkan tujuan 110
Soerjono Soekanto, Op.cit., hlm. 193
140
budaya, tetapi tetap berpegang pada cara yang telah ditetapkan. Pada sisi yang
berlawanan, individu yang beradaptasi secara ritualisme terlihat menyesuaikan diri
atau beradaptasi dengan cara konformitas, dengan norma-norma yang mengatur
institutionalised mean. Walaupun demikian, mereka meredakan ketegangan dengan
cara berusaha menghindari resiko dan hidup dalam batasan rutinitas hidup sehari-
hari.
Dengan kata lain, peneliti melihat bahwa pada dasarnya Ritualisme dapat
dikaitkan dengan sebuah bentuk kepasrahan dari individu, dan tidak melakukan usaha
berarti dalam menjalankan atau mencapai tujuannya. Bentuk Ritualisme dapat dilihat
dari pedagang yang hanya pasrah dan tidak melakukan adaptasi secara signifikan
pasca revitalisasi Pasar Mayestik. Kecendrungan pedagang dalam menghadapi
dampak revitalisasi secara ritualisme dapat terlihat dari salah satu informan yaitu Ibu
Sri.
Salah satu contoh yang terlihat dari bentuk Ritualisme Ibu Sri adalah dengan
adanya pengakuan bahwa salah satu alasan utama dirinya tetap bertahan berdagang di
Pasar Mayestik, karena dilatar belakangi kewajibannya untuk membayar cicilan
tempat usaha yang ia beli tahun 2012 silam. Ia mengutarakan bahwa dirinya
menyesal telah menebus tempat usaha di pasar yang baru pada saat ini. Penyesalan
tersebut terjadi dikarenakan kondisi Pasar Mayestik yang pasca revitalisasi membuat
usahanya mengalami penurunan yang drastis. Penurunan tersebut dapat terjadi,
dikarenakan dirinya mengalami penurunan dalam hal langganan dan pembeli pasca
141
revitalisasi Pasar Mayestik. Sebagai contoh, pasca revitalisasi dirinya hanya dapat
menjual ayam kurang lebih sekitar 10 ekor perhari, berbeda dengan di pasar lama
yang diakuinya dapat menjual ayam sebanyak 75 ekor dalam sehari. Tetapi
sayangnya semua itu sudah berlalu, dan waktu tidak dapat diputar kembali. Tidak
ingin tempat usahanya disegel oleh pengelola, sehingga pasca revitalisasi Ibu Sri
mengakui tidak lagi mengejar keuntungan dalam berdagang, berdagang hanya ia
lakukan untuk sekedar dapat menutup cicilan tempat usahanya semata.
”Sebetulnya jujur ya saya udah gak kuat lagi dagang di sini, pengennya sih
pindah tapi nanggung karena uang saya udah banyak masuk ke metroland untuk
bayar stand ini, kalau saya jual kan sayang ya, pengennya sih pas udah lunas
saya pengennya nyewain stand ini terus pindah ke Pasar BSD.”111
Pasca revitalisasi, Ibu Sri juga mengakui sering meminjam uang pensiun dari
sang suami untuk menutupi kerugian atau bahkan untuk membayar cicilan tempat
usahanya. Dirinya mengutarakan bahwa pada dasarnya ia sudah tidak ingin
berdagang di Pasar Mayestik, dan berniat pindah ke pasar modern di bilangan BSD
atau Bumi Serpong Damai, Tangerang disaat cicilan tempat usahanya di Pasar
Mayestik telah lunas. Dan pada akhirnya dirinya mengakui dengan kondisi pasca
revitalisasi di Pasar Mayestik, dirinya hanya bisa mengikuti kondisi saat ini, serta
berpasrah diri dan percaya bahwa mungkin memang rezekinya sudah ditakdirkan
tidak sebanyak dahulu.
IV.4.4. Adaptasi Retreatisme
111
Wawancara dengan Ibu Sri, Pedagang Ayam Potong , pada 26 April 2017 Pukul 10:43
142
Bentuk adaptasi terakhir adalah retreatisme. Adaptasi ini terjadi, apabila nilai-
nilai sosial budaya yang berlaku tak dapat tercapai melalui cara-cara yang
melembaga, akan tetapi mereka mempunyai kepercayaan yang demikian dalam
dirinya sehingga tidak ingin menyimpang dari norma-norma yang telah ada. Sehingga
konflik tersebut ia hilangkan dengan cara meninggalkan, baik nilai sosial budaya
maupun cara untuk mencapainya dengan menarik diri.112
Sehingga dengan penjelasan
tersebut, peneliti dapat menyimpulkan retreatisme adalah dimana seseorang tidak lagi
mengakui norma dalam struktur sosial yang ada, dan menarik diri dari sistem
tersebut. Bentuk retreatisme dapat dilihat dari adanya pedagang existing Pasar
Mayestik yang memilih keluar dari Pasar Mayestik dan mencari tempat dagangan lain
karena Pasar Mayestik dirasa sudah tidak menguntungkan untuk melakukan akitivitas
berdagang.
Gambar IV.2. Tempat Usaha yang Dibatalkan
Sumber: Dokumentasi Peneliti (2017)
Menurut para informan tidak jarang ada pedagang existing yang memilih
keluar dari Pasar Mayestik dengan adanya situasi yang dihasilkan oleh revitalisasi
112
Soerjono Soekanto, Op.cit.
143
Pasar Mayestik. Para pedagang existing yang keluar tersebut biasanya mengutarakan
keberatan mereka untuk membayar cicilan tempat usaha dan biaya operasional
berdagang. Ditambah beberapa dari mereka mengeluhkan mengenai sepinya pembeli,
sehingga pada akhirnya mereka mencari tempat berdagang lain. Maka dari itu, tempat
usaha mereka dibiarkan disegel dan dibatalkan ataupun menjual SHM mereka untuk
dijual kepada pedagang lainnya, tetapi tidak jarang juga sebagian dari mereka yang
pada akhirnya mempensiunkan diri dari profesinya tersebut.
“Ya ada, misalkan mereka tadinya punya tiga surat kios atau stand di pasar lama,
tapi pas masuk kesini mereka hanya punya satu.. karena gak mampu untuk nebus
tiga-tiganya , biasanya yang duanya itu dibatalkan. Kalo dibatalkan nanti kios
itu yang gabisa ditebus nanti dipasarin sama developer. Ada juga pedagang
lama yang engga masuk sama sekali ke pasar yang baru, karena gabisa
nebus.”113
Dalam hal ini PD Pasar Jaya pun mengakui bahwa memang ada sebagian
pedagang existing yang memilih dari Pasar Mayestik pasca revitalisasi dilakukan,
walaupun PD Pasar Jaya mengakui tidak memiliki data pasti mengenai jumlah
pedagang existing yang keluar pasca revitalisasi. Menurut pengamatan peneliti, di
dalam lantai basement terdapat tempat-tempat usaha yang ditempeli sebuah stiker
“dibatalkan”, menurut PD Pasar Jaya, tempat usaha yang “dibatalkan” akan diberikan
kepada pedagang yang tidak dapat melunasi cicilan tempat usaha mereka, sehingga
pada nantinya tempat usaha tersebut akan dipasarkan kembali oleh pihaknya atau
developer. Tetapi menurut para informan di dalam penelitian, tidak jarang ada
pedagang yang keluar dari Pasar Mayestik dan menjual tempat usahanya ke sesama
113
Wawancara dengan Bang Hanes, Kepala PD Pasar Jaya Mayestik, pada 28 April 2017 pukul 09:00
WIB
144
pedagang untuk dilanjuti cicilannya, dengan cara bertransaksi SHM tempat usaha.
Seperti yang diakui oleh Pak Kanta, yang pernah membeli SHM tersebut dari
pedagang Retreatisme dan melanjutkan cicilan tempat usaha mereka.
Tabel IV.2. Bentuk Adaptasi dan Kondisi Usaha Pedagang Existing
No Nama
Informan
Bentuk
Adaptasi
Informan
Cara Adaptasi Kondisi Usaha Saat Ini
1. Pak Suma Konformitas
Upaya yang
dilakukan
seseorang atau
individu untuk
mencapai tujuan
sesuai dengan
norma yang
berlaku dalam
masyarakat.
Inovasi
Merupakan
tindakan dimana
seseorang
merasakan
bahwa cara-cara
atau kaidah
untuk mencapai
tujuan tersebut
kurang
memadai.
Konformitas dengan cara,
- Mengikuti arisan sesama
pedagang lama, yang
diadakan setiap 10 hari
sekali. Untuk membantu
membayar biaya operasional
dan menutupi kerugian
berdagang.
Inovasi dengan cara,
- Melakukan penggantian
variasi barang dagangan
dari sayuran cepat layu
menjadi tahan lama, untuk
menghemat modal belanja.
- Melakukan pelanggaran dan
perlawanan terhadap
pengelola karena pemajuan
barang dagangan melebihi
batas tempat usaha dan
masalah pembayaran BPP,
Pak Suma berhasil bertahan
sampai saat ini, tetapi
kondisi usahanya menurun
dibandingkan sebelum
revitalisasi dilakukan, hal
tersebut diakui dirinya
karena merasa berat untuk
membayar BPP dan cicilan.
Sehingga harus mencari cara
untuk mengirit modal atau
berharap menang arisan.
2. Pak
Bahrudin
Konformitas
Upaya yang
dilakukan
seseorang atau
individu untuk
mencapai tujuan
sesuai dengan
norma yang
berlaku dalam
masyarakat.
Konformitas dengan cara,
- Giat berdagang dan
berusaha untuk tetap
menjaga kualitas dagangan
agar dapat menarik pembeli
dan mempertahankan
langganan tetapnya yang
diakui bertambah pasca
revitalisasi.
Pak Bahrudin berhasil
bertahan hingga saat ini di
Pasar Mayestik. Kondisi
usahanya pun diakui
mengalami peningkatan,
akibat giat berdagang dan
berusaha mempertahankan
langganannya yang
bertambah pasca revitalisasi
dengan menjaga kualitas
dagangan. Walaupun dirinya
145
No Nama
Informan
Bentuk
Adaptasi
Informan
Cara Adaptasi Kondisi Usaha Saat Ini
Inovasi
Merupakan
tindakan dimana
seseorang
merasakan
bahwa cara-cara
atau kaidah
untuk mencapai
tujuan tersebut
kurang
memadai.
- Menjaga hubungan baik
dengan sesama pedagang
daging dan rumah potong /
distributor, untuk saling
membantu dalam kegiatan
berdagang dan tetap
mendapatkan daging sapi
yang segar setiap harinya.
Inovasi dengan cara,
Meletakan Freezer untuk
menyimpan daging di
samping tempat usahanya,
agar memudahkan kegiatan
berdagang. Dirinya
mengakui sering beradu
mulut dengan petugas untuk
tetap dapat meletakan
Freezer tersebut,
juga melakukan sebuah
pelanggaran kecil.
3. Ibu Sri Inovasi
Merupakan
tindakan dimana
seseorang
merasakan
bahwa cara-cara
atau kaidah
untuk mencapai
tujuan tersebut
kurang memadai
Ritualisme
Terjadi apabila
seseorang
berperilaku
meninggalkan
tujuan budaya,
tetapi tetap
berpegang pada
cara yang telah
ditetapkan atau
sebagai bentuk
kepasrahan dari
individu.
Inovasi dengan cara,
- Memperbanyak stok ayam
potong hanya di akhir
pekan, dan juga berbelanja
ayam potong secukupnya,
untuk mengirit modal dan
meminimalisir kerugian.
Ritualisme dengan cara,
- Walaupun dirinya juga
melakukan inovasi, tetapi
kecendrungan ritualisme
lebih terlihat pada Ibu Sri,
yang mengakui lebih
banyak pasrah dan
melakukan pembayaran
cicilan maupun
pemeliharaan dengan cara
meminjam uang kepada
keluarganya.
Ibu Sri berhasil bertahan
hingga pada saat ini di Pasar
Mayestik, tetapi latar
belakang ia berupaya untuk
bertahan adalah sekedar
untuk melunasi tempat
usahanya, dan tidak
mengejar untung lagi di
dalam berdagang untuk
pemenuhan ekonominya.
4. Pak Kanta Konformitas Konformitas dengan cara, Pak Kanta berhasil bertahan
hingga pada saat ini di Pasar
146
No Nama
Informan
Bentuk
Adaptasi
Informan
Cara Adaptasi Kondisi Usaha Saat Ini
Upaya yang
dilakukan
seseorang atau
individu untuk
mencapai tujuan
sesuai dengan
norma yang
berlaku dalam
masyarakat.
- Selalu giat berdagang,
karena diakuinya dengan
kondisi pasar pada saat ini
membuat dirinya terpacu
untuk lebih baik lagi untuk
melakukan kegiatan
berdagang dengan cara
sebisa mungkin melayani
pembeli dan langganan
dengan baik.
- Selalu melihat peluang apa
dagangan yang pembeli dan
langganan akan cari di
setiap harinya, dengan
selalu mengerti apa yang
pembeli dan langganan mau
diakuinya dapat menambah
jumlah langganan dan
mempertahankannya.
Mayestik. Kondisi usaha
mengalami kenaikan, karena
dengan revitalisasi dirinya
lebih semangat berdagang.
Peningkatan terlihat dari
kepemilikan tempat usaha
Dari satu tempat usaha,
menjadi empat tempat usaha
pasca revitalisasi Pasar
Mayestik.
5. Ibu Rahmini Konformitas
Upaya yang
dilakukan
seseorang atau
individu untuk
mencapai tujuan
sesuai dengan
norma yang
berlaku dalam
masyarakat.
Inovasi
Merupakan
tindakan dimana
seseorang
merasakan
bahwa cara-cara
atau kaidah
untuk mencapai
tujuan tersebut
kurang
memadai.
Konformitas dengan cara,
- Selalu berusaha melayani
dengan baik kepada
pembeli, dan selalu menjaga
hubungan baik dengan
langganan, dengan cara
selalu mengajak berinteraksi
dan memberikan harga
diskon, sehingga tetap
menjaga silaturahmi kepada
langganannya.
Inovasi dengan cara,
- Melakukan pelanggaran
batas tempat usaha dan
melakukan bentuk protes ke
kantor pengelola mengenai
penolakan peraturan
tersebut dan kondisi
eskalator yang sering
bermasalah pasca
revitalisasi, agar di gubris
oleh pihak pengelola.
Ibu Rahmini berhasil
bertahan hingga pada saat ini
di Pasar Mayestik, walaupun
dirinya melakukan cara-cara
untuk mengantisipasi situasi
akibat revitalisasi dengan
berbagai cara. Tetapi
diakuinya kondisi usaha
dapat dibilang sama saja
dengan dahulu, dalam artian
tidak dapat dibilang maju
maupun mundur, sehingga
selalu bersyukur dengan
kondisi pada saat ini.
Sumber: Diolah dari data analisis (2017)
147
IV.5. Penutup
Konteks sosial yang sedang berlangsung di masyarakat, khususnya di kota-
kota besar seperti DKI Jakarta adalah modernisasi. Revitalisasi pasar tradisional dapat
dikatakan merupakan salah satu wujud bentuk dari proses modernisasi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah DKI Jakarta untuk membenahi pusat perdagangan
atau pasar tradisional yang memfokuskan kepada beberapa aspek, seperti kebersihan,
kenyamanan, penataan lokasi penjual sesuai dengan barang yang dijual, dan lain-lain.
Dengan adanya revitalisasi sebagai wujud modernisasi tersebut, tentunya akan
berdampak kepada unit-unit sosial yang salah satunya adalah diwakili oleh Pasar
Mayestik sebagai sebuah institusi sosial yang mengalami restrukturisasi oleh
pemerintah daerah.
Dengan penjelasan tersebut, maka pedagang sebagai salah satu agen di
dalamnya pun tentunya mengalami sebuah perubahan situasi dibandingkan sebelum
revitalisasi dilakukan. Dampak atau situasi yang dihasilkan program revitalisasi bagi
para informan ternyata dapat menghambat kegiatan mereka dalam berdagang,
sehingga menurut peneliti terjadilah suatu kondisi Anomi pasca revitalisasi Pasar
Mayestik yang dirasakan oleh mereka. Tentunya dengan adanya kondisi tersebut,
mereka harus menyiasatinya dengan cara beradaptasi.
Bentuk adaptasi yang dilakukan oleh masing-masing pedagang existing Pasar
Mayestik di dalam penelitian dilakukan lebih dari satu cara, dari mulai secara positif
sampai dengan yang negatif. Sehingga peneliti mengkaitkannya dengan tipologi
148
adaptasi akibat keadaan Anomi. Yaitu, Konformitas, Inovasi, Ritualisme dan
Retreatisme, yang dijelaskan oleh Robert K Merton. Bentuk konformitas dapat
terlihat dari cara mempertahankan langganan serta bekerjasama dengan sesama
pelaku pasar untuk melangsungkan usaha mereka. Bentuk inovasi dapat dilihat dari
adanya bentuk penghematan modal dan pelanggaran oleh pedagang existing yang
seharusnya tidak dapat dilakukan karena bertentangan dengan aturan pengelola yang
ada di Pasar Mayestik pasca revitalisasi.
Bentuk ritualisme dapat dilihat dari pedagang yang hanya pasrah terhadap
keadaan dan tidak melakukan adaptasi secara signifikan pasca revitalisasi Pasar
Mayestik untuk tetap bertahan berdagang. Dan yang terakhir bentuk retreatisme dapat
dilihat dari adanya pedagang existing Pasar Mayestik yang memilih keluar dari Pasar
Mayestik dan mencari tempat dagangan lain, karena Pasar Mayestik dirasa sudah
tidak menguntungkan untuk melakukan akitivitas berdagang. Dari betuk-bentuk
adaptasi tersebut maka, dapat disimpulkan apabila seorang pedagang existing ingin
tetap bertahan dan mengejar keuntungan di Pasar Mayestik, maka pedagang existing
yang bersangkutan harus jeli dan memkirkan secara matang untuk mencari solusi
agar mengatasi perubahan situasi perdagangan akibat dampak yang terjadi akibat
berkembangnya sistem di Pasar Mayestik pasca revitalisasi.
149
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Pasar Mayestik merupakan salah satu pasar terbesar yang ada di DKI Jakarta
yang banyak dikunjungi oleh masyarakat, tetapi lama kelamaan pasar tersebut
berubah menjadi pasar yang menurut PD Pasar Jaya kurang layak untuk digunakan.
Pada tahun 2010 lalu Revitalisasi pun dilakukan, yang bertujuan untuk membangun
pasar modern yang layak untuk berdagang dan pada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan serta transaksi jual-beli dari pedagang existing serta
kepuasan konsumen. Revitalisasi Pasar Mayestik berhasil mengubah pasar menjadi
mewah dan nyaman, dengan segala perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.
Bentuk fisik bangunan pasca revitalisasi dibangun lebih besar oleh developer,
sehingga hal tersebut menyebabkan datangnya pedagang bebas atau baru di Pasar
Mayestik sehingga jenis barang dagangan di dalamnya lebih bervariasi. Begitu juga
dengan sistem kepengelolaan Pasar Mayestik yang pasca revitalisasi juga di kelola
oleh pihak swasta yaitu PT Metroland Permai, yang di latarbelakangi perjanjian
pembangunan yang disetujui bersama oleh PD Pasar Jaya selaku pengelola tunggal
Pasar Mayestik sebelum revitalisasi. Tetapi, perubahan akibat revitalisasi tersebut
ternyata masih menimbulkan masalah bagi mereka. Sebagian besar pedagang existing
di dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa pada dasarnya mereka merasa tidak
149
150
puas dengan hasil revitalisasi Pasar Mayestik karena di satu sisi revitalisasi
menimbulkan dampak sosial bagi para pedagang existing yang dapat menghambat
kegiatan mereka dalam berdagang. Seperti mahalnya tempat usaha, intensifitas
perdagangan yang berkurang, hadirnya regulasi pihak swasta yang lebih ketat, dan
juga sebagian pedagang existing di dalam penelitian ini yang harus menempati tempat
usaha yang kurang strategis, merupakan dampak yang kurang menguntungkan dari
adanya revitalisasi Pasar Mayestik. Dengan adanya hal tersebut, maka para pedagang
dalam penelitian ini pun harus melakukan adaptasi untuk mempertahankan kegiatan
berdagang dengan kondisi Pasar Mayestik pasca revitalisasi yang ternyata
menghambat mereka memperoleh keuntungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proses adaptasi yang dilakukan pedagang bervariasi dalam menghadapi perubahan
yang terjadi di Pasar Mayestik, yaitu sebagai berikut.
1. Setiap informan pedagang Pasar Mayestik tidak hanya melakukan satu
bentuk adaptasi saja, tetapi informan juga melakukan dua bentuk adaptasi.
Dengan melakukan adaptasi, para informan berhasil bertahan.
2. Seluruh pedagang yang menjadi informan dalam penelitian ini melakukan
adaptasi dengan cara kerjasama untuk mempertahankan usahanya setelah
revitalisasi Pasar Mayestik. Kerjasama merupakan bentuk dari adaptasi
Konformitas. Bentuk adaptasi ini paling mudah terjalin diantara pedagang di
Pasar Mayestik, karena pedagang saling membutuhkan dukungan untuk
mempertahankan usahanya. Terlebih setelah pasar Mayestik di revitalisasi.
151
Tetapi, kerjasama yang dilakukan pedagang tidak hanya sebatas itu, ada pula
kerjasama yang dilakukan pedagang dengan pemasok barang dagangan.
Bentuk Konformitas berupa meningkatkan pelayanan juga dilakukan sebagian
besar informan, yang dilakukan demi mencari pembeli dan mempertahankan
langganan para informan masing-masing.
3. Bentuk adaptasi yang sering dilakukan pedagang, selain kerjasama adalah
Inovasi. Sayangnya bentuk inovasi pelanggaran juga dilakukan sebagian besar
informan, untuk memodifikasi dan memajukan barang dagangannya pasca
revitalisasi demi menarik pembeli. Terdapat juga bentuk Inovasi yang
dilakukan oleh pedagang yang mengatur jumlah dan variasi barang dagangan
demi mengirit modal usahanya. Walaupun, Inovasi yang dilakukan pedagang
hanya sebatas mengatur jumlah atau variasi barang dagangan, tetapi melalui
Inovasi sederhana tersebut para informan mengakui dapat mempertahankan
usahanya di Pasar Mayestik pasca revitalisasi.
4. Bentuk kepasrahan dan tidak berharap lebih pasca dinamika akibat dampak
revitalisasi juga ditunjukan oleh satu informan, adaptasi Ritualisme dilakukan
dengan cara meminjam uang untuk tetap berdagang. Salah satu informan tetap
bertahan berdagang hanya demi cicilan tempat usahanya lunas, lalu berniat
pindah ke pasar lain. Tidak semua pedagang ingin mempertahankan
dagangannya di pasar Mayestik. Ada beberapa pedagang yang membiarkan
tempat usahanya “dibatalkan” dan menjual tempat usahanya ke pedagang
152
lain, dikarenakan merasa berat untuk tetap berdagang di Pasar Mayestik pasca
revitalisasi. Sehingga mereka berpindah tempat berjualan untuk tetap
mempertahankan kelangsungan usahanya dengan cara Retreatisme.
V.2. Saran
Pada dasarnya, dengan adanya kenyataan yang dialami pedagang di dalam
revitalisasi Pasar Mayestik menurut peneliti ditimbulkan oleh permasalahan klasik
dari sebuah perencanan dan pembangunan revitalisasi pasar tradisional, yaitu
sebagian besar muncul dari kehendak Pemerintah. Sehingga Pemerintah terkesan lupa
bahwa transfromasi tradisional-modern melibatkan berbagai aspek yang kesemuanya
harusnya mendapatkan sentuhan yang proporsional. Maka dari itu, peneliti
menawarkan beberapa saran bagi pihak PD Pasar Jaya dan pihak lainnya yang terkait
untuk merencanakan sebuah program revitalisasi pasar tradisional. Terlebih
revitalisasi pasar tradisional akan ditingkatkan pada kedepannya, terutanma di DKI
Jakarta, saran tersebut adalah sebagai berikut.
1. Adanya keterlibatan pedagang yang harus lebih berperan dari perencanaan
program revitalisasi pasar tradisional agar sesuai dengan kehendak pedagang
pasar, pembangunan hingga pembagian tempat usaha setelah pasar dibangun.
Hal tersebut dapat meminimalisasi munculnya kontradiksi dari pedagang
existing yang ada di sebuah pasar.
2. Memaksimalkan pengawasan dalam proses revitalisasi. Bila dipandang perlu,
bisa juga dibentuk satu badan khusus dari pihak pedagang existing yang
153
bertugas mengawasi berjalannya revitalisasi pasar. Hal tersebut dilakukan
dikarenakan dari penelitian ini, menurut informan masih terdapat
ketidaksesuaian antara desain konsep fisik bangunan yang disosialisasikan,
dengan hasil pasar yang sebenarnya.
3. Harus dipastikan akses pedagang existing untuk berdagang di pasar yang telah
direvitalisasi untuk kedepannya, jangan sampai dengan adanya keterlibatan
pihak swasta dalam merevitalisasi pasar tradisional menjadikan akses dan
kegiatan berdagang pedagang existing pasca revitalisasi menjadi terhambat,
dikarenakan terlalu berorientasi kepada profit oriented agar biaya investasi
dapat kembali.
4. Apabila menyentuh perbaikan non-fisik melalui perbaikan manajemen
pengelolaan pasar agar lebih profesional dan modern seperti di Pasar
Mayestik, diharapkan untuk kedepannya agar pihak swasta melakukan
sosialisasi secara kekeluargaan dan bertahap sebelum sebuah kebijakan pada
akhirnya dikeluarkan. Hal tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan kontra
dan pelanggaran dari para pedagang existing yang notabene sudah terbiasa
dengan aturan atau pengelolaan dengan cara lama yang terkesan
membebaskan mereka.
5. Walaupun pengembangan dan infrastruktur pasar-pasar tematik sangat perlu,
(seperti Pasar Mayestik yang merupakan pasar bertemakan tekstil). Tetapi
untuk kedepannya, pemerintah diharapkan juga lebih memperhatikan
154
pedagang-pedagang jenis barang lainnya yang ada di sebuah pasar tematik
seperti para informan yang ada di dalam penelitian ini, jangan sampai
pedagang-pedagang tersebut menempati tempat yang kurang strategis.
6. Penyediaan sarana dan prasarana yang diharapkan dapat ditingkatkan lagi
kedepannya, terlebih lagi mengenai jumlah serta perawatannya. Karena
menurut informan dan observasi peneliti, masih terdapat kekurangan sarana
seperti lift pengunjung dan eskalator untuk menuju lantai tertentu. Padahal
revitalisasi Pasar Mayestik telah menghabiskan dana ratusan milyar untuk
pembangunannya.