publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

20
Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the United States Agency for International Development (USAID). Laporan ini ditulis oleh Tetra Tech

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the United States Agency for International Development (USAID). Laporan ini ditulis oleh Tetra Tech

Page 2: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

Nomor Kontrak : AID-497-C-16-00008

Nama Proyek : USAID Sustainable Ecosystems Advanced (USAID SEA) Project

Periode Kontrak : 21 Maret, 2016- 22 Maret, 2021

Disusun oleh : USAID Sustainable Ecosystems Advanced (USAID SEA) Project

Diserahkan ke Celly Catharina, Contracting Officer’s Representative (COR) [email protected]

Dikirim oleh : Tetra Tech 159 Bank Street, Suite 300, Burlington, VT 05401, USA Tel: 802-495-0282, Fax: 802 658-4247 www.tetratech.com/intdev

Diserahkan pada

: February 22, 2018

Kontak Tetra Tech:

Alan White, Chief of Party [email protected]

Tiene Gunawan, Deputy Chief of Party [email protected]

Gina Green, Project Manager [email protected]

Foto sampul: (searah jarum jam, dari kiri atas) Scoping survey di Pulau Buano (CTC/Marthen Welly); Prosesi Suling-Tambur dalam acara Deklarasi Adat Kawasan TURF-R di Teluk Mayalibit, (RARE/Hari Kushardanto); Penyu hijau di Pulau Lifumatola (CTC/Marthen Welly); nelayan tradisional Desa Sawai, Maluku (WWF/Adib Mustafa)

Page 3: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

PROYEK USAID SUSTAINABLE ECOSYSTEMS ADVANCED (USAID SEA) Laporan Tahunan April 2016-September 2017

PERNYATAAN:

Pandangan penulis pada laporan ini tidak mencerminkan pandangan the United States Agency for International Development (USAID) maupun Pemerintah Amerika Serikat.

Page 4: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

ii

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

U

SAID

SEA

Pro

ject

LATAR BELAKANG

Proyek USAID Sustainable Ecosystems Advanced (USAID SEA) adalah proyek lima tahun untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam upaya perbaikan tata kelola sumber daya kelautan dan perikanan dan konservasi keanekaragamanhayati . Dengan menggunakan pendekatan pengelolaan berbasis ekosistem atau Ecosystem-Based Approach to Management (EBM) yang melibatkan sejumlah pemangku kepentingan kunci, proyek USAID SEA berupaya untuk 1) mengembangkan konservasi dan pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan melalui perbaikan pengelolaan perikanan dan kawasan konservasi perairan sebagai upaya meningkatkan produktivitas ikan, ketahanan pangan dan nutrisi, serta mata pencaharian berkelanjutan di lokasi-lokasi target; dan (2) memperkuat peran kepemimpinan dan kapasitas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta pemerintah daerah dalam mendukung upaya konservasi dan perikanan berkelanjutan. USAID SEA diimplementasikan oleh Tetra Tech dan konsorsium mitra. Proyek ini sudah dimulai sejak Maret 2016 dan berlangsung hingga Maret 2021.

Mitra sub-kontraktor bertambah hingga berjumlah 11 mitra pada Tahun Anggaran 2017 yang meliputi Wildlife Conservation Society (WCS), Coral Triangle Center (CTC), World Wildlife Fund-Indonesia (WWF-ID), Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI), Marine Change (MC), Asosiasi Perikanan Pole & Line dan Handline Indonesia (AP2HI), Rare Indonesia, Indonesia Locally Managed Marine Areas (ILMMA) Foundation, Universitas Negeri Papua (UNIPA), Universitas Kristen Papua (UKIP), dan Reef Check Indonesia. Dua sub-kontraktor lainnya yakni The Nature Conservancy (TNC) dan Conservation International (CI) akan bergabung pada Tahun Anggaran 2018 untuk mendukung berbagai kegiatan terkait Kawasan Konservasi Perairan (KKP) dan jejaring KKP.

USAID SEA bekerja pada tiga tingkat pemerintahan yaitu pada tingkat nasional melalui Wilayah Pengelolaan Perikanan 715 (WPP-715) dan tiga provinsi di timur Indonesia yang berada di WPP tersebut (Papua Barat, Maluku Utara, dan Maluku). Sejumlah kabupaten yang menjadi lokasi kerja proyek USAID SEA meliputi Ternate, Tidore, Halmahera Selatan, Halmahera Tengah, dan Morotai di Provinsi Maluku Utara; Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Timur di Provinsi

Maluku; serta Raja Ampat, Sorong, Sorong Selatan, FakFak, dan Bintuni di Provinsi Papua Barat. Sementara itu jumlah titik lokasi kerja USAID SEA di kabupaten tersebut mencapai 38 lokasi. Di tingkat nasional, Proyek USAID SEA bermitra dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan sejumlah Direktorat yang terkait dengan perikanan tangkap, registrasi kapal

ikan, perikanan, oseanografi, pusat penelitian sosial ekonomi, kawasan konservasi perairan, perencanaan ruang laut, penegakan hukum maritim dan kawasan pesisir, serta peningkatan kapasitas dan pelatihan.

Page 5: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

iii

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

Enam bulan pertama proyek USAID SEA didedikasikan untuk melakukan berbagai upaya mobilisasi dan penyusunan Rencana Kerja Tahun Pertama (Periode April 2016-September 2017). Proses penyusunan Rencana Kerja ini diawali oleh lokakarya dengan menggunakan pendekatan Theory of Change (ToC). Berbekal rantai capaian umum yang telah dikembangkan, proyek USAID SEA menyelenggarakan rangkaian lokakarya di tiga provinsi lokasi kerja untuk mengidentifikasi kebutuhan prioritas terkait perikanan berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya laut. Di saat yang bersamaan, proyek USAID SEA mengkonsultasikan kepada KKP sebagai mitra kunci proyek sekaligus juga mempresentasikan rencana kerja proyek yang lalu dikembangkan lebih lanjut untuk kemudian disetujui oleh USAID. Tahun ini, Proyek USAID SEA melalui proses yang serupa dengan pemangku kepentingan kunci dalam penyusunan Rencana Kerja Tahun ke-2 untuk Tahun Anggaran 2018.

PENDEKATAN STRATEGIS USAID SEA Untuk memastikan seluruh kegiatan USAID SEA mampu berkontribusi pada capaian akhir proyek, rantai capaian/result chains dikembangkan dengan mengacu pada Theory of Change (ToC) sebagai panduan dalam merancang kegiatan dan memberikan panduan implementasi (lihat Gambar I). Rangkaian kegiatan dan intervensi USAID SEA berbasis pada lima Pendekatan Strategis atau Strategic Approaches yang mencakup:

• Strategic Approach 1 (SA1): Menciptakan “demand” melalui kegiatan penyadartahuan dan advokasi terkait pentingnya konservasi laut dan pengelolaan perikanan berkelanjutan

• Strategic Approach 2 (SA2): Menguatkan pengelolaan ekosistem di WPP 715 melalui empat fokus kegiatan atau yang selanjutnya disebut Pendekatan Teknis/Technical Approach (TA) yaitu:

TA1: Perikanan Berkelanjutan, TA2: Kawasan Konservasi Perairan, TA3: Tata Ruang Laut, dan TA4: Penegakan Hukum

• Strategic Approach 3 (SA3): Menciptakan insentif bagi pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. USAID SEA menjalin kemitraan dengan sektor swasta, LSM, maupun mitra universitas dalam rangka mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati dan pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan, mengembangkan insentif dan mendukung implementasi insentif sebagai upaya memperkuat dukungan dan komitmen jangka panjang kelompok pemangku kepentingan.

• Strategic Approach 4 (SA4): Menguatkan kebijakan dan peraturan terkait dengan kelautan dan perikanan. Pendekatan ini dilakukan melalui rangkaian dialog kebijakan sebagai upaya mempercepat penyusunan dan penguatan kebijakan di sektor perikanan dan kelautan.

• Strategic Approach 5 (SA5): Melembagakan pelatihan dan pengembangan kapasitas pengelolaan perikanan dan konservasi sumber daya laut. Proyek USAID SEA mendesain dan mengimplementasikan lokakarya terkait konservasi, kawasan konservasi laut, dan pengelolaan perikanan yang akan berdampak pada meningkatnya kapasitas para pemangku kepentingan dalam mengelola perikanan dan konservasi sumber daya laut. Kelompok pemangku kepentingan mencakup instansi pemerintahan terkait pada tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional serta sejumlah universitas yang memiliki fokus keilmuan dalam pengelolaan perikanan dan sumber daya laut.

Page 6: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

iv

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

Gambar I. Diagram Rantai Capaian Proyek USAID SEA

Page 7: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

v

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

HASIL DAN CAPAIAN UTAMA

Gambar II. Ringkasan Capaian Tahun Anggaran 2017 Terhadap Target LOP

Page 8: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

vi

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

Tabel 1. Capaian Proyek USAID SEA dan Indikator Kunci pada Tahun Anggaran 2017

Indikator Kunci Target

LOP Target

FY 2017 Capaian

FY 2016/2017

% capaian

(aktual akumulatif vs target)

KEMAJUAN

SA1.1:

Jumlah individu yang memiliki perilaku positif terhadap konservasi keanekaragaman hayati sebagai hasil dari adanya bantuan pemerintah Amerika (EG.10.2-7)

1.200 (individu)

0

0

0%

150 champions sudah teridentifikasi

SA2.1a:

Luasan (dalam hektar) kawasan yang berada dalam pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik sebagai hasil dari adanya bantuan pemerintah Amerika, yang menerapkan Ecosystem Approach for Fisheries Management (EAFM) (EG.10.2-2)

5,1

(juta hektar)

0

0

0%

Pada Tahun Anggaran 2017, USAID SEA sudah mengidentifikasi komoditas ikan yang akan menjadi target intervensi untuk rencana pengelolaan perikanan. Penentuan target komoditas ikan dilakukan menggunakan data sekunder dan akan dilengkapi dengan data tangkapan yang diperoleh dari intervensi lainnya yaitu melalui studi genetik dan perikanan skala kecil melalui Vessel Monitoring System (VMS). Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, USAID SEA akan mengembangkan rencana pengelolaan tiga target perikanan utama yaitu ikan pelagis kecil, kakap merah, dan kerapu (mencakup 30% dari luasan WPP 715 dimana 18.481.704 ha akan dijadikan sebagai lokasi penangkapan ikan untuk ketiga komoditas perikanan tersebut).

SA2.1b:

Luasan (dalam hektar) kawasan yang berada dalam pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik sebagai hasil dari adanya bantuan pemerintah Amerika, menerapkan pengelolaan kawasan konservasi perairan (EG.10.2-2)

1.1

(juta ha)

0

0

0%

Proyek USAID SEA akan bekerja di 15 Kawasan Konservasi Perairan, dimana sebagian besar masih berstatus “Merah” (berada dalam tahap inisiasi, berdasarkan metode penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasaan Konservasi Perairan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil/E-KKP3K).

Page 9: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

vii

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

SA2.1c:

Luasan (dalam hektar) kawasan yang berada dalam pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik sebagai hasil dari adanya bantuan pemerintah Amerika, menerapkan Perencanaan Zonasi Perairan (EG.10.2-2)

8.5

(juta ha)

0

0

0%

Proyek USAID SEA mengantisipasi tiga dokumen RZWP-3-K provinsi akan difinalisasi dan disahkan di penghujung tahun 2017.

SA2.2:

Luasan (dalam hektar) kawasan yang menunjukkan perbaikan kondisi biofisik sebagai hasil dari adanya bantuan Amerika (EG.10.2-1)

1.000

(ha)

0

0

0%

Proyek USAID SEA akan mengumpulkan data untuk melihat perubahan kondisi biofisik melalui rangkaian kegiatan survei yang dilakukan di Tahun Anggaran 2019

SA2.3:

Jumlah kapal berukuran kecil dan sedang yang teregistrasi dan memperoleh izin (Custom)

900

(kapal ikan)

0

54

540%

54 kapal ikan di Parigi telah teregistrasi yang dilakukan oleh MDPI. Para mitra NGO membangun komunikasi dan koordinasi dengan pemangku kepentingan di daerah terkait registrasi kapal.

SA2.4:

Perubahan (dalam persentase) yang terjadi pada hasil tangkapan per unit alat tangkap atau Catch Per Unit Effort (CPUE) di sejumlah alat tangkap dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) (Custom)

10%

of baseline

0

0

0%

Proyek USAID SEA akan mengumpulkan data untuk melihat perubahan yang terjadi melalui rangkaian kegiatan survei yang dilakukan di Tahun Anggaran 2019

Page 10: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

viii

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

SA2.5:

Perubahan biomasa yang terjadi (dalam persentase) di ikan karang di sejumlah Kawasan Konservasi Perairan Custom)

10%

of baseline

0

0

0%

Proyek USAID SEA akan memperoleh data yang memperlihatkan perubahan biomasa ikan melalui survei yang dilakukan pada tahun anggaran 2019.

SA3.1:

Jumlah individu yang merasakan peningkatan manfaat ekonomi dari pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan sebagai hasil dari adanya bantuan Pemerintah Amerika (EG.10.2-3)

450

(individu)

0

0

0%

Kemajuan pada indikator ini belum akan dilaporkan hingga tahun anggaran 2018 saat individu yang merasakan adanya peningkatan manfaat ekonomi dapat dilaporkan dan dimonitor.

SA3.2:

Meningkatnya investasi untuk konservasi keanekaragaman hayati (dalam USD), yang diperoleh dari sumber publik maupun swasta sebagai hasil dari adanya bantuan Pemerintah Amerika

(Output/Custom)

3

(juta US dollars)

0.5

0.075

15%

MDPI: kontribusi sebesar 7.500 USD (0,0075 juta) dari Walton Family Foundation untuk elektronik I-Fish. Ini merupakan aplikasi android yang akan digunakan di lokasi-lokasi kerja USAID SEA dan sebagian pendanaannya berasal dari USAID SEA.

SA3.3:

Jumlah individu yang memiliki akses pemanfaatan sumber daya laut dan perikanan (Outcome/Custom)

3.000 (individu)

0

0

0%

Indikator ini akan dilaporkan pada tahun anggaran 2018 atau 2019. Kemajuan yang dicapai pada indikator terkait dengan capaian dari SA 2.1, khususnya setelah Kawasan Konservasi Perairan ditetapkan.

Page 11: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

ix

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

SA4.1:

Jumlah hukum, kebijakan, strategi, rencana, atau peraturan yang mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati yang secara resmi diusulkan atau diadopsi sebagai hasil dari adanya bantuan Pemerintah Amerika (agregasi dilakukan berdasarkan tipe atau tahapan)

(Output/EG.10.2-5)

6

(hukum, kebijakan, strategi, rencana,

peraturan)

0

0

0%

Indikator ini akan dilaporkan di Tahun Anggaran 2018 mengingat pengembangan kebijakan membutuhkan waktu. Namun demikian Proyek USAID SEA mengantisipasi ditetapkannya tiga dokumen legal RZWP-3-K pada akhir tahun 2017

SA5.1:

Jumlah individu yang mengikuti pelatihan terkait pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan dana tau konservasi keanekaragaman hayati sebagai hasil dari adanya bantuan Pemerintah Amerika

(Output/EG.10.2-4)

1.200 (individu)

240

205

85%

Pada Tahun Anggaran 2017, program pelatihan mencakup: Port State Measure; M: 33 F: 22 Prinsip MPA untuk Pengelola MPA, M:16 F: 4 Kunjungan studi VIIRS, M: 13 F: 3 Pengukuran Stok & Harvest Strategy, M: 17 F:6 Prinsip MPA, M:13 F: 2 Program magang VIIRS di NOAA, M: 4 F: 0 Pengumpulan Data Perikanan, M: 11 F: 2 Implementasi dan Pengembangan Tata Ruang Laut, M: 8 F: 5 Monitoring Persepsi Masyarakat Terhadap MPA untuk Penyuluh Perikanan di WPP 715, M:13 F:6 Workshop pelatihan Pengelolaan Data Tata Ruang Laut, M: 6 F: 6 Kursus Intensif Pengukuran Stok Ikan dan Harvest Strategy, M: 3 F:2 Pelatihan Western Pacific Fishery Management Council, M:6 F: 3

SA5.2:

Jumlah inovasi yang didukung dari adanya bantuan dari Pemerintah Amerika (Output/STIR-10)

12

(inovasi)

0

3

300%

1. Pengadaan I-Fish elektronik sudah dilakukan dan sedang melalui uji coba tahap akhir 2. Metodologi pemetaan partisipatif RZWP-3-K di lingkup provinsi. RZWP-3-K merupakan salah

satu perangkat untuk mencapai perikanan berkelanjutan dan pengelolaan kawasan konservasi perairan.

3. Spot trace telah dipasang oleh MDPI di Parigi

Page 12: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

x

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

SA5.3:

Jumlah individu yang menerapkan praktik penegakan hukum konservasi yang lebih baik sebagai hasil dari adanya bantuan dari Pemerintah Amerika

(Outcome/EG.10.2-6)

240

(individu)

0

0

0%

Pada Tahun Anggaran 2017, kami tidak mengharapkan adanya individu yang menunjukkan perubahan perilaku secara signifikan, mengingat setiap individu memerlukan waktu untuk berinteraksi, memerlukan dukungan dan keterlibatan yang intensif sebelum mengubah perilakunya.

Page 13: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

xi

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

SA1: MENCIPTAKAN DEMAND MELALUI KESADARTAHUAN DAN ADVOKASI Proyek USAID SEA melalui CTC telah melakukan survei persepsi di tiga provinsi di Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat. Survei tersebut menjabarkan informasi dasar terkait tingkat pemahaman masyarakat tentang konservasi laut dan perikanan serta bentuk kegiatan yang diminati dalam rangka meningkatkan pemahaman tersebut. Temuan survei akan digunakan oleh proyek USAID SEA sebagai panduan dalam merancang materi komunikasi yang efektif dan responsif guna mendukung perubahan perilaku menuju pengelolaan sumber daya kelautan yang berkelanjutan proyek berlangsung. Proyek USAID SEA, melalui mitra LSM telah mengidentifikasi kelompok Pejuang Laut “champion” atau individu berpengaruh yang akan berperan sebagai “agen perubahan” dan bersinergi dengan USAID SEA dalam mendorong perubahan perilaku di organisasi atau kelompoknya.

67%

49%

66%

29%

45%

28%

4% 6%1%0% 0%

4%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Maluku Maluku Utara Papua Barat

Persepsi Responden Terhadap Ketersediaan Ikan

Setiap hari Terkadang Jarang Sulit didapat

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Maluku Maluku Utara Papua Barat

Persepsi Responden Terhadap Perikanan Destruktif Sebagai Praktik yang Umum

Setuju Tidak Setuju Tidak Tahu

Page 14: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

xii

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

SA2: PERBAIKAN PENGELOLAAN EKOSISTEM DI WPP-715 DAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN Pemahaman yang mendalam tentang permasalahan aktual di sektor kelautan dan perikanan di Indonesia khususnya di tiga provinsi lokasi kerja proyek sangat krusial dalam merancang kegiatan SA2.

Sejumlah kegiatan sebagai pondasi pelaksanaan proyek telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2017 yang meliputi: scoping atau rapid assessment, studi baseline, kemitraan dengan pemerintah, LSM, pihak swasta dan masyarakat. Analisis dan sintesis data dari kegiatan-kegiatan tersebut digunakan untuk mempertajam dan mengembangkan intervensi proyek, seperti misalnya penambahan pilihan lokasi kerja proyek; strategi yang lebih terarah; kemitraan yang lebih erat dengan pemangku kepentingan kunci dari KKP maupun DKP, serta peningkatan kegiatan pengembangan kapasitas dan advokasi untuk perbaikan pengelolaan perikanan.

TA1: Pengelolaan Perikanan Berbasis Ekosistem atau Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) Proyek USAID SEA telah melakukan berbagai upaya dalam menentukan model dan praktik terbaik untuk pengelolaan perikanan. Langkah ini menjadi strategis mengingat KKP baru saja menginisiasi pembentukan 11 Lembaga Pengelolaan Perikanan (LPP) di 11 WPP di Indonesia. Walaupun proses pembentukan LPP masih berlangsung, proyek USAID SEA telah melakukan sejumlah kegiatan peningkatan kapasitas untuk KKP dan DKP di provinsi dan kabupaten lokasi kerja proyek serta mendukung pemerintah dalam mengembangkan sistem untuk pengukuran stok ikan dan registrasi kapal ikan (SIMKADA).

74%80%

76%

9% 12% 10%16% 8% 14%

Maluku Maluku Utara Papua Barat

Tingkat Pemahaman Responden tentang Kawasan Konservasi Perairan

Pernah Mendengar Tidak Tahu Tidak Yakin

Page 15: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

xiii

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

U

SAID

SEA

/Adi

b M

usta

fa

U

SAID

SEA

/Mar

then

Wel

ly

Berbagai lokakarya peningkatan kapasitas baik di tingkat nasional maupun provinsi yang difasilitasi proyek USAID SEA, diawali dengan upaya membangun kesadartahuan dan pemahaman tentang EAFM.

Pengukuran perikanan mengungkap, data tangkapan tuna selama ini dikumpulkan menggunakan pendekatan yang berbeda dan tidak terintegrasi dengan pengukuran stok secara keseluruhan. Hal ini mendorong USAID SEA untuk mendukung pengembangan sistem dan standar data tangkapan ikan untuk diadopsi oleh mitra NGO yang melakukan pengumpulan data. Proyek USAID SEA telah menginisiasi forum yang mempertemukan para pemangku kepentingan KKP, DKP di tiga provinsi, dan para mitra LSM untuk bersama-sama mengembangkan protokol yang terstandarisasi untuk pengukuran stok ikan dan menggali berbagai pembelajaran dari para peneliti KKP dan pengalaman-pengalaman mitra LSM. Protokol pengukuran stok ikan ini didukung oleh para pemangku kepentingan kunci dan saat ini sedang diimplementasikan.

Terkait implementasi logbook, kajian yang telah dilakukan mengungkap bahwa format logbook yang ada saat ini terlampau rumit untuk diimplementasikan oleh nelayan skala kecil. Di tahun ke-2, Proyek USAID SEA akan melakukan inovasi untuk merancang format logbook yang lebih sederhana bagi nelayan skala kecil dan melakukan uji coba format baru tesebut.

Di samping itu, Proyek USAID SEA juga berkolaborasi dengan KKP, DKP di tiga provinsi, dan mitra LSM dalam mengembangkan registrasi kapal ikan (SIMKADA) serta penggunaan logbook yang berujung adanya kesepakatan terkait prosedur registrasi kapal ikan dan proses verifikasi. Mitra pelaksana proyek USAID SEA yakni MDPI, Rare, dan AP2HI melakukan pengumpulan data

untuk pengukuran stok ikan dan registrasi kapal ikan menggunakan I-fish, logbook dan alat pengumpulan data lainnya.

TA2: Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Sejumlah kemajuan proyek USAID SEA dapat terlihat dalam upaya memastikan konservasi sumber daya laut oleh para pemangku kepentingan kunci. Kemitraan dengan pemangku kepentingan baik itu pemerintah, LSM, dan pertemuan dan konsultasi berjalan dengan baik dan berhasil mendorong inisiatif untuk membentuk kelompok kerja baik di tingkat nasional dan provinsi sebagai forum membangun komunikasi dan koordinasi yang lebih baik dalam mendukung pengelolaan kawasan konservasi perairan

Page 16: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

xiv

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

U

SAID

SEA

/Dir

ga

dan jejaring kawasan konservasi perairan. Capaian kunci Proyek USAID SEA untuk TA2 di Tahun Anggaran 2017 adalah pengumpulan data dan analisis biofisik (tipe habitat bentik, kondisi ekosistem terumbu karang, keragaman dan kelimpahan ikan karang ), status perikanan dan sosial ekonomi di beberapa lokasi kerja proyek, khususnya data-data yang dibutuhkan dalam mendukung pembentukan kawasan konservasi perairan baru di Maluku Utara (Morotai dan Lifmatola-Sula), Maluku (Buano, Teluk Sawai, Koon-Neiden) dan Papua (Sorong Selatan). Survei tersebut dilakukan oleh sejumlah mitra

pelaksana proyek yaitu WWF, WCS, dan CTC. Kumpulan data tersebut digunakan untuk mendukung inisiasi di beberapa kawasan konservasi perairan baru yang tertuang dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) yang saat ini sedang dalam proses finalisasi. Proyek USAID SEA juga telah melakukan intervensi awal dalam memperkuat jejaring KKP melalui kolaborasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk melakukan penilaian (assessments).

TA3: Tata Ruang Laut

Proses tata ruang laut di Maluku saat ini berada dalam tahap rencana alokasi ruang dan penyusunan draft peraturan daerah RZWP-3-K. Mengacu pada peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), status dokumen RZWP-3-K Maluku ada di tahap kedua penyusunan dokumen teknis. Proses penyusunan dokumen awal RZWP-3-K Maluku telah melalui proses partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan di pemerintahan provinsi dan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Maluku. Sementara itu di Maluku Utara, proses tata ruang laut mencapai tahap finalisasi rencana alokasi ruang laut. Mengacu pada peraturan KKP, Utara ada pada tahap ketiga penyusunan dokumen teknis. Proyek USAID SEA diharapkan mampu mencapai target awal KKP untuk mendukung pemerintah Maluku dan Maluku Utara menyelesaikan dokumen final RZWP-3-K pada Oktober 2017 dimana dokumen tersebut sudah disahkan secara legal. Namun demikian, upaya mendorong percepatan RZWP-3-K hingga mendekati proses akhir sudah menjadi capaian penting sebagaimana seperti yang tercantum di Rencana Kerja Proyek USAID SEA Tahun Pertama.

Dukungan teknis proyek USAID SEA untuk penyusunan RZWP-3-K telah diakui oleh Pemerintah Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Dukungan dari USAID SEA mendorong Pemerintah kedua provinsi tersebut untuk dapat memenuhi persyaratan KKP untuk menghasilkan RZWP-3-K dengan kualitas yang baik dan membantu Pemerintah kedua provinsi dalam mengidentifikasi wilayah perairan untuk konservasi dan aktivitas perikanan. Di Papua Barat, penyusunan RZWP-3-K mengalami keterlambatan karena terhambatnya proses perekrutan konsultan (dilakukan oleh Pemerintah Provinsi). Upaya awal yang telah dilakukan proyek USAID SEA adalah mengkaji dokumen perancanaan saat ini (existing) dan sejumlah data. Memahami kondisi internal di Pemerintahan Papua Barat, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah memperpanjang tenggat waktu penyelesaian RZWP-3-K untuk Papua Barat hingga pertengahan tahun 2018.

Page 17: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

xv

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

U

SAID

SEA

/Dav

id H

erm

an Ja

ya

U

SAID

SEA

/Mas

ayu

Vin

anda

TA4: Penegakan Hukum

Proyek USAID SEA mendukung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam upaya penegakan hukum sebagai bagian dari perbaikan pengelolaan perikanan dan konservasi melalui peningkatan kapasitas dalam implementasi Port State Measures (PSM) dimana Proyek USAID SEA berkolaborasi dengan NOAA.

Proyek USAID SEA menggali potensi penggunaan VIIRS sebagai alat pengawasan dan deteksi kapal untuk perbaikan pengelolaan perikanan dan kawasan konservasi perairan. Namun demikian, data deteksi kapal satelit VIIRS belum cukup dapat diandalkan dalam mendukung aksi cepat penegakan hukum untuk praktik perikanan ilegal khususnya pengawasan kapal ikan asing. Proyek USAID SEA sebelumnya telah merencanakan penguatan POKMASWAS, namun demikian kegiatan ini ditunda pelaksanaannya dan dimasukkan dalam Rencana Kerja Tahun Anggaran 2018.

SA3: MENCIPTAKAN INSENTIF UNTUK MARINE STEWARDSHIP Proyek USAID SEA bermitra dengan Marine Change mengembangkan model ekonomi untuk bisnis kelautan/perikanan (masih berlangsung, dimulai sejak akhir kuartal) yang lebih berkelanjutan dan

dapat berfungsi sebagai mata pencaharian alternatif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi perairan. Mitra pelaksana proyek USAID SEA lainnya, MDPI, mendorong implementasi perdagangan adil atau Fair Trade di kelompok-kelompok nelayan melalui peningkatan kesadartahuan dan rangkaian kegiatan untuk memperkenalkan Fair Trade. Kajian kebutuhan terkait potensi implementasi Fair Trade

telah dilakukan oleh MDPI di Maluku Utara dan Maluku, serta kajian serupa di Papua Barat dilakukan oleh WWF.

SA4: MENDORONG PENGEMBANGAN KEBIJAKAN DAN PERATURAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Melalui SA4, sejumlah upaya yang dilakukan di tahun pertama fokus dalam memberikan masukan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di lingkup nasional dalam mendukung KKP untuk memperbaharui dan memperbaiki Undang-Undang Perikanan Indonesia. Dukungan tersebut dapat dikatakan merupakan pondasi bagi reformasi perikanan di Indonesia di sejumlah aspek kunci yang dianggap masih belum disertakan dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan. Proyek USAID SEA

Page 18: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

xvi

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

U

SAID

SEA

/Yog

a Pu

tra

menginisiasi diskusi dan menyusun dokumen white paper dalam mendefinisikan perikanan skala kecil serta proses untuk memperoleh marine tenure pada skala lokal.

Proyek USAID SEA juga membantu pemerintah di tingkat nasional dan provinsi dalam mengembangkan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria implementasi UU No. 23/2014 dan mendukung pemerintah provinsi dalam finalisasi serah terima Personil, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen atau P3D terkait pengelolaan kawasan konservasi perairan. Pada tingkat provinsi, dukungan untuk finalisasi RZWP-3-K di Maluku Utara dan Maluku telah berhasil membawa kedua provinsi ke tahap akhir menuju pengesahan RZWP-3-K. Sementara itu di Papua Barat, dikarenakan kondisi di luar kontrol proyek, dukungan akan diupayakan di Rencana Kerja tahun ke-2.

SA 5: MELEMBAGAKAN PELATIHAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS

Hasil survei kajian kapasitas mengungkap adanya kesenjangan tingkat pengetahuan dan keahlian dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan dan perikanan dari para pengelola di tingkat kabupaten dan provinsi, penyuluh perikanan, dan enumerator perikanan. Survei juga mengungkap topik prioritas pelatihan yang meliputi permasalahan dan aspek

pengelolaan perikanan, perangkat pengelolaan kawasan konservasi perairan dan aspek lainnya, misalnya seasonal closing, pembatasan alat tangkap, alat untuk mengurangi tangkapan sampingan (by-catch) serta pengumpulnan data perikanan.

SA 5 berkontribusi terhadap indikator capaian proyek USAID SEA melalui jumlah individu yang dilatih serta jumlah inovasi dan pendekatan yang dikembangkan. Berbagai pelatihan dan kajian kebutuhan peningkatan kapasitas dilakukan bersamaan dengan rangkaian studi baseline dan survei lapangan. Proyek USAID SEA mengadakan pelatihan dan peningkatan kapasitas untuk sejumlah topik di berbagai tingkatan pemerintahan.

Untuk pengelolaan perikanan berkelanjutan, kegiatan yang dilakukan meliputi pengukuran stok ikan, pembelajaran operasional Lembaga Pengelolaan Perikanan (LPP) dari LPP di Hawaii serta kegiatan magang untuk pengembangan algoritma dan operasional data VIIRS dan pelatihan untuk tata ruang laut serta pengelolaan data untuk proses perencanaan ruang laut.

Di tingkat lapangan, Proyek USAID SEA mengadakan pelatihan dasar Kawasan Konservasi Perairan atau MPA 101, standar keamanan, dan EAFM. Proyek USAID SEA juga menyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia untuk wisata berkelanjutan dan mengembangkan perangkat dan pendekatan untuk pengelolaan perikanan berkelanjutan.

Page 19: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

xvii

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

Pada komponen manajemen dan aktivitas cross-cutting, sejumlah capaian yang diraih meliputi: perekrutan seluruh staf yang dibutuhkan untuk menjalankan proyek baik dalam lingkup tim USAID SEA inti maupun mitra pelaksana LSM dan universitas (sub-kontraktor); implementasi Rencana Komunikasi Terintegrasi, kunci sukses pengelolaan proyek; pengembangan jaringan ke media sebagai upaya meningkatkan profil USAID, proyek USAID SEA, serta berbagai kegiatan dan produk komunikasi yang telah dilakukan dan dikembangkan untuk kesadartahuan pengelolaan perikanan berkelanjutan seperti factsheets, penyelenggaraan events, dan liputan media.

Di samping itu, hubungan dengan Pemerintah Indonesia terbangun melalui Technical Arrangement antara Pemerintah Indonesia dan USAID. Proyek USAID SEA menyelesaikan hampir seluruh proses mobilisasi yang ditandai dengan semakin lengkapnya personel yang diperlukan (staffing), kantor-kantor yang sudah beroperasi dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas antar kantor dan antara mitra pelaksana proyek dan Tim Inti SEA.

+ Gambar III. Jumlah Pelatihan dan Workshop yang Diselenggarakan (April 2016- September 2017)

3

1

5

1

0

5

11

29

1 2

0 5 10 15 20 25 30

Papua Barat

Maluku Utara

Maluku

Nasional

Peliputan Media (Februari 2016-Agustus 2017)

Cetak Online Radio Televisi

2

1

7

49

0 10 20 30 40 50

Distribusi Peliputan Media(Berdasarkan Jenis Media)

Online Cetak Radio Televisi

50 workshop

1.353 peserta

Page 20: Publikasi ini disusun untuk dikaji lebih lanjut oleh the

xviii

USAID.GOV Laporan Tahunan Proyek USAID SEA April 2016-September 2017

Dari aspek Monitoring, Evaluation, and Learning Plan (ME&L), Proyek USAID SEA telah meraih sejumlah target di Tahun Anggaran 2017 dalam dua indikator (misalnya jumlah individu yang dilatih dan jumlah inovasi yang dikembangkan) serta sejumlah pembaharuan target yang diusulkan sebagai respon dari bertambahnya jumlah mitra yang bergabung dalam proyek USAID SEA. Dokumen Rencana ME&L telah dikaji ulang dan versi terbaru akan diselesaikan pada kuartal pertama Tahun Anggaran 2018 yang juga dilengkapi dengan manual pengukuran indikator.