bab irevisi - copy

5

Click here to load reader

Upload: rustina

Post on 25-Jul-2015

75 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB Irevisi - Copy

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai fungsi utama

mempertahankan homeostatis dalam tubuh sehingga terdapat keseimbangan optimal

untuk kelangsungan hidup dan berfungsinya sel. Ginjal mempertahankan homeostasis

dengan cara mengatur konsentrasi banyaknya konstituen plasma, terutama elektrolit

dan air, dan dengan mengeliminasi zat-zat yang tidak diperlukan atau berlebihan di

urin (Sherwood, L. 2001). Kegagalan ginjal dalam melakukan fungsi-fungsi vital ini

menimbulkan keadaan yang disebut uremia atau penyakit ginjal stadium akhir (Price

dan Wilson, 2006).

Gagal ginjal yang merupakan stadium akhir dari penyakit ginjal kronis, merupakan

kondisi kesehatan yang penting untuk diperhatikan. Hal ini mengingat tingginya

angka kesakitan dan kematian yang ditimbulkannya.

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi masalah gagal ginjal kronik (GGK)

seperti pola makan, transplantasi ginjal dan salah satunya dengan hemodialisis.

Hemodialisis merupakan terapi pengganti utama pada pasien GGK yang berlangsung

seumur hidup. Dahulu, pasien gagal ginjal sudah ditakdirkan meninggal apabila

semua metode konservatif gagal. Sekarang, hidup mereka mungkin masih dapat

diperpanjang beberapa tahun lagi dengan pemeliharaan dialisis atau transplantasi

ginjal (Wilson, L. M. 2005).

Pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa, membutuhkan waktu 12-15 jam

untuk dialisa setiap minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam setiap kali terapi.

Kegiatan ini akan berlangsung terus-menerus sepanjang hidupnya. Penyesuaian diri

terhadap kondisi sakit mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupan pasien.

Dampak psikologis pasien gagal ginjal kronik yang menjalani program terapi seperti

hemodialisa dapat dimanifestasikan dalam serangkaian perubahan perilaku antara lain

1

Page 2: BAB Irevisi - Copy

2

menjadi pasif, ketergantungan, merasa tidak aman, bingung dan menderita

(Wilkinson 1981).

Dua pertiga dari pasien yang mendapat terapi dialisis tidak pernah kembali pada

aktifitas atau pekerjaan seperti sedia kala. Dengan demikian pasien akan mengalami

kehilangan pekerjaan, penghasilan, kebebasan, harapan umur panjang, fungsi seksual,

sehingga dapat menimbulkan kemarahan yang akhirnya timbul suatu keadaan depresi

sekunder sebagai akibat dari penyakit sistemik yang mendahuluinya (Bishop dalam

Asri P., 2006).

Berdasarkan data dari National Kidney and Urologic Disease Information

Clearinghouse (NKUDIC) pada akhir tahun 2009, prevalensi penderita penyakit

ginjal stadium akhir di Amerika Serikat yaitu 1.738 penderita per satu juta penduduk

dan 370.274 diantaranya menjalani hemodialisis (USRDS, 2011).

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai depresi pada pasien-pasien

hemodialisis. Kimmel pada tahun 2001 mendapati prevalensi depresi pada pasien

hemodialisis dengan menggunakan kuesioner BDI (Beck Depression Inventory)

dengan skor >10 mencapai 46,4%. Pada tahun 2010 Cengic melakukan penelitian dan

mendapati prevalensi depresi dengan skor BDI > 11 mencapai 51% (Cengic, 2010).

Berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry, pada tahun 2008 prevalensi

penderita penyakit ginjal kronis yaitu berkisar 200-250 per satu juta penduduk, dan

yang menjalani hemodialisis mencapai 2.260 orang. Jumlah ini meningkat dari tahun

sebelumnya, dimana pasien hemodialisis pada tahun 2007 berjumlah 2.148 orang.

Seperti yang telah dikemukakan, bahwa salah satu dampak psikologis dari

hemodialisis adalah depresi. Sebuah penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia menemukan bahwa prevalensi depresi pada pasien PGK (Penyakit Ginjal

Kronik) yang menjalani hemodialisis mencapai 31,1% dan sebagian besar komponen

kualitas hidup mereka lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak menderita

depresi (Wijaya, 2005).

Sedangkan di Kalimantan Barat sendiri, khususnya di RSUD dr. Soedarso jumlah

pasien gagal ginjal pada tahun 2011 mencapai 284 orang (Laporan RSUD dr.

Page 3: BAB Irevisi - Copy

3

Soedarso, 2011). Dari jumlah tersebut, yang menjalani hemodialisis rata-rata 60-80

orang perbulan (Laporan RSUD dr. Soedarso, 2011).

Mengingat tingginya angka prevalensi depresi pada pasien hemodialisis, penulis

merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai tingkat depresi pada pasien

hemodialisis di RSUD dr. Soedarso.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana tingkat depresi pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD dr. Soedarso?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisis di RSUD dr. Soedarso.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan dapat mengembangkan

kemampuan peneliti dalam menulis dan melakukan penelitian ilmiah.

2. Bagi Institusi Pendidikan Fakultas Kedokteran, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi sumber informasi bagi penelitian sejenis di masa akan datang.

3. Bagi rumah sakit, hasil penelitian ini dapat sebagai tambahan informasi mengenai

tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD

dr. Soedarso.

4. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, hasil penelitian ini diharapkan

dapat sebagai tambahan informasi mengenai tingkat depresi pada pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD dr. Soedarso.