bab ii.pdf

23
12 BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Modal Sosial Modal sosial dapat didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat untuk bekerja sama, demi menjadi tujuan tujuan bersama, di dalam berbagai kelompok dan organisasi (Coleman, 1999). atau secara lebih konperehensif (Burt, 1992) mendefinisikan, modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk berasosiasi berhubungan antara satu dengan yang lain dan selanjutnya menjadi kekuatan penting dalam ekonomi dan aspek eksistensi sosial lainnya. Menurut (Burt, 1992) kemampuan asosiasi pada masyarakat tergantung dari kondisi masyarakat dapat saling berbagi untuk tercapainya sebuah titik temu norma norma serta nilai nilai dalam kehidupan bersama. Kesepakatan bersama ini nantinya akan berdiri diatas kepentingan kepentingan individu masing masing dan pada akhirnya kepentingan komunitas masyarakat tersebutlah yang menjadi acuan. Modal sosial dibentuk dari kehidupan masyarakat tradisional, dan dibentuk setiap hari oleh warga dan organisasi organisasi dalam masyarakat kapitalis modern. Modal sosial akan lebih berkembang ketika teknologi semakin berkembang, organisasi organisasi struktur hirarki semakin bersifat merata (horizontal), dan hirarki dari sistem usaha digantikan oleh jaringan (Fukuyama, 2005). Modal sosial merupakan seperangkat norma norma atau nilai nilai yang terbentuk secara informal. Umumnya norma norma yang terbentuk secara informal, yakni tidak terulis dan diumumkan. Sedangkan norma yang dibentuk melalui wewenang hierarkis lebih

Upload: hikmah-madani

Post on 02-Sep-2015

251 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • 12

    BAB II

    TINJAUN PUSTAKA

    2.1 Landasan Teori

    2.1.1 Definisi Modal Sosial

    Modal sosial dapat didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat untuk

    bekerja sama, demi menjadi tujuan tujuan bersama, di dalam berbagai kelompok dan

    organisasi (Coleman, 1999). atau secara lebih konperehensif (Burt, 1992)

    mendefinisikan, modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk berasosiasi

    berhubungan antara satu dengan yang lain dan selanjutnya menjadi kekuatan penting

    dalam ekonomi dan aspek eksistensi sosial lainnya.

    Menurut (Burt, 1992) kemampuan asosiasi pada masyarakat tergantung dari

    kondisi masyarakat dapat saling berbagi untuk tercapainya sebuah titik temu norma

    norma serta nilai nilai dalam kehidupan bersama. Kesepakatan bersama ini nantinya

    akan berdiri diatas kepentingan kepentingan individu masing masing dan pada

    akhirnya kepentingan komunitas masyarakat tersebutlah yang menjadi acuan.

    Modal sosial dibentuk dari kehidupan masyarakat tradisional, dan dibentuk

    setiap hari oleh warga dan organisasi organisasi dalam masyarakat kapitalis modern.

    Modal sosial akan lebih berkembang ketika teknologi semakin berkembang,

    organisasi organisasi struktur hirarki semakin bersifat merata (horizontal), dan hirarki

    dari sistem usaha digantikan oleh jaringan (Fukuyama, 2005). Modal sosial

    merupakan seperangkat norma norma atau nilai nilai yang terbentuk secara informal.

    Umumnya norma norma yang terbentuk secara informal, yakni tidak terulis dan

    diumumkan. Sedangkan norma yang dibentuk melalui wewenang hierarkis lebih

  • 13

    menujukan kepada bentuk hukum tertulis.

    Gambar 2.1

    Rentang Norma

    Terwujud secara hierarkis Terwujud secara spontan

    Lebih Formal Kurang Formal

    Diantara norma norma sosial, mulai norma hierarkis hingga norma spontan,

    ada pula hadir norma yang lain dari rasional hingga norma arasional. Sehingga akan

    terbentuk sebuah gabungan poros norma menjadi empat bilik norma.

    Gambar 2.2

    Jagat Norma Rasional

    Terbentuk secara hierarkis Terbentuk secara spontan

    Arasional

    Penggunaan kata rasional merujuk kepada realitas bahwa norma norma

    alternatif terbentuk melalui proses perdebatan panjang serta membandingkannya

    terlebih dahulu. Dalam proses pembuatan norma norma rasional, terjadilah diskusi

  • 14

    rasional yang dapat menghadirkan konsekuensi konsekuensi buruk bila tidak

    menampung kepentingan kelompok kelompok perumus norma ini. Sedangkan norma

    norma arasional menjadi begitu vital perannya, seperti dukungan aspek moral dan

    agama turut mendukung tatanan sosial pertumbuhan ekonomi.

    Modal sosial sebagai hubungan yang tercipta dari norma sosial yang

    menjadikan hal ini sebagai perekat sosial, yaitu terciptanya sebuah kesatuan dalam

    anggota kelompok secara bersama-sama. Pada jalur yang sama (Solow, 1999)

    mendefinisikan, modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma yang

    diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong kemampuan dan kapabilitas untuk

    bekerjasama dan berkoordinasi untuk menghasilkan kontribusi besar terhadap

    keberlanjutan produktivitas.

    Modal sosial adalah sebagai setiap hubungan hubungan yang terjadi dan

    himpun oleh suatu kepercayaan, kesaling pengertian, dan nilai-nilai bersama yang

    mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat

    dilakukan secara efisien dan efektif, (Cohen dan Prusak L, 2001). Senada dengan

    Cohen dan Prusak L, (Hasbullah, 2006) menjelaskan, modal sosial merupakan segala

    sesuatu dimana dalam masyarakat tersebut bersama sama menuju kepada kemajuan

    dan perubahan yang pada dasarnya ditopang oleh norma norma seperti

    kepercayaan.

    2.1.2 Dimensi Modal Sosial Dalam Ekonomi.

    Modal sosial berbeda dengan (human kapital) baik secara definisi serta

    terminologinya. Bentuk dari human kapital merupakan sebuah dimensi yang merujuk

    kepada pendidikan dan keterampilan pada manusia (Fukuyama, 1995). Human kapital

  • 15

    secara konvensional merupaka sesuatu yang diperoleh dari pendidikan pada

    universitas, jenjang pendidikan, pelatihan dan sebagainya yang berhubungan dengan

    peningkatan kapasitas. Sedangkan modal sosial merupakan kapabilitas yang lahir dari

    kepercayaan masyarakat umum atau kelompok kelompok kecil, untuk menunjang

    peroses kehidupan baik ekonomi maupun non ekonomi.

    Dalam aspek ekonomi modal sosial merupakan aktifitas non pasar yang

    berimplikasi langsung terhadap proses ekonomi yakni peningkatnya income real

    (Filer, 1985), Bank Dunia (1999) meyakini modal sosial adalah sebagai sesuatu yang

    merujuk kedimensi institusional, hubungan-hubungan yang tercipta, dan norma-

    norma yang membentuk kualitas serta kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat.

    Modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah institusi atau kelompok yang

    menopang kehidupan sosial, melainkan dengan spektrum yang lebih luas. Yaitu

    sebagai perekat yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama.

    Norma norma yang terbentuk dalam kehidupan masyarakat berperan serta

    dalam proses ekonomi, aspek kepercayaan mendasari terciptanya sebuah sistem

    ekonomi yang kokoh, kepercayaan (trust) merupakan hal mendasar dalam ekonomi,

    paling sederhana kita bisa melihat proses transaksi terjadi bukan semata mata kita

    butuh akan barang tersebut akan tetapi ada hal yang lebih dalam dimana kita percaya

    bahwa barang yang dijajakan merupakan barang yang sesuai dengan yang dikatakan

    oleh penjual. Namun seiring berjalanya proses ekonomi terjadi degradasi moral yang

    mengakibatkan kegagalan pasar (market failure)

    Stiglitz dalam Cowen, Crampton, Market failure terjadi karena adanya

    degradasi moral dalam proses ekonomi, dimana terdapat ketidak jujuran dalam

  • 16

    pelaksanaan implmentasi ekonomi sehingga menutupi informasi yang sebenarnya,

    ketidak terbukaan atas informasi ini menjadikan kecurangan ekonomi paling kecil

    dilihat ialah pengelabuan harga, bobot timbangan. Kejatuhan moral inilah yang

    disebut (moral hazard), dari kejatuhan moral ini menggiring para ekonom melakukan

    kejahatan ekonomi (economic crime).

    Adam Smith dalam (Adam Thirer, 2009) The Theory of Moral Sentiments :

    (Smith held) that people are born with a moral sense, just as they have inborn

    ideas of beauty or harmony. Our conscience tells us what is right and wrong:

    and that is something innate, not something given us by lawmakers or by

    rational analysis. And to bolster it we also have a natural fellow-feeling,

    which Smith calls sympathy. Between them, these natural senses of

    conscience and sympathy ensure that human beings can and do live together

    in orderly and beneficial sosial organizations. So our morality is the product

    of our nature, not our reason. And Smith would go on to argue that the same

    invisible hand created beneficial sosial patterns out of our economic actions

    too. The Theory of Moral Sentiments establishes a new liberalism, in which

    sosial organization is seen as the outcome of human action but not necessarily

    of human design. Indeed, our unplanned sosial order is far more complex and

    functional than anything we could reason out for ourselves (a point which

    Marxist politicians forgot, to their cost).

    Adam Smith, The Theory of Moral Sentiments, 1759 dalam (W.I.M Poli,

    2011). Adam smith mengemukakan tiga pasang kecenderungan moral dalam diri

    manusia yang mencegahnya bertindak berlebih lebihan dalam usaha mencapai

  • 17

    keuntungan pribadinya secara rasional. Ketiga pasang kecenderungan moral tersebut

    adalah:

    1) Cinta kepada diri sendiri dan simpati kepada orang lain (self-love &

    sympathy).

    2) Keinginan untuk bebas dan keterikatan pada rasa sopan santun terhadap

    orang lain (The desire to be free and sanse of propriety).

    3) Kebiasaan untuk bekerja, menghasilkan apa yang dibutuhkan, dan

    kecenderungan untuk mengadakan pertukaran hasil produksi sendiri

    dengan hasil produksi orang lain (the habit of labour and the propensity

    to exchange).

    Kecenderungan diatas merupakan gambaran bahwa moral memiliki peran

    sebagai kaki yang melangkah pertama untuk menjalankan apa yang menjadi tujuan

    selanjutnya oleh Adam Smith kaki Kedua yakni melangkahkan kaki

    kesejahteraan yang termuat dalam An inqury in to the nature and causes of the

    wealth of nation, sehingga kita dapat membayangkan bahwa ketika adam smith

    kehilangan satu kaki.

    Dari kutipan diatas kita dapat melihat bahwa dimensi moral tercipta dalam

    kehidupan sosial melalui hubungan hubungan antar individu dalam masyarakat,

    sehingga kita dapat menyimpulkan ekonomi ada dalam masyarakat, dan didalam

    masyarakat ada individu, dan dalam individu ada moral.

    2.1.3 Tipologi Modal Sosial

    Dalam kajian kajian modal sosial banyak menjatuhkan perhatian terhadap

    hubungan interaksi sosial atau hubungan antara kelompok masyarakat dengan

  • 18

    kelompok masyarakat lainnya. Dimensi dimensi lain pula yang menarik perhatian

    ialah mengenai tipologi modal sosial, yaitu mengenai bagaimana pola pola iteraksi

    beserta konsekwensinya antara modal sosial yang berbentuk bonding/eksklusive atau

    berbentuk bridging/inclusive. Keduanya memilik sifat-sifat berbeda di dalamnya.

    Modal Sosial Terikat (Bonding Sosial Terikat)

    Modal sosial terikat ini cenderung bersifat eksklusif, dimana sifat sifat yang

    terkandung hanya terbatas kepada iteraksi masyarakat kelompok itu sendiri, konsep

    ide relasi serta perhatian lebih berinteraksi kedalam (inward looking) ragam

    masyarakat ini pada umumnya homegen. Kelompok masyarakat ini sering disebut

    sacred society.

    Sacred society mengedepankan dogma tertentu dan mempertahankan sifat dari

    masyarakat yang totalitarian, hierarchical serta tertutup. Dimana pola interaksi

    sehari hari mengdepankan norma yang menguntungkan anggota kelompok hierarki

    tertentu serta feodal. Walaupun kelompok masyarakat ini mempunyai keeksklusifan

    yang kuat namun tidak kuat untuk menciptakan modal sosial yang kuat.

    Walaupun masyarakat ini bersifat inward looking bukan berarti masyarakat ini

    tidak mempunyai modal sosial, modal sosial itu ada akan tetapi hanya mempunyai

    akses terbatas serta kekuatan yang terbatas pula dalam satu dimensi saja. Dimensi itu

    yakni kohesifitas dimana pola nilai yang melekat lebih tradisional.

    Modal Sosial yang Menjembatani (bridging sosial kapital).

    Modal sosial ini yang disebut sebagai asosiasi, grup, atau lebih umum kita

    menyebutnya masyarakat. Prinsip yang dianut berdasarkan keuniversalan tentang

    persamaan, kebebasan serta nilai nilai kemajemukan, humanitarian.

  • 19

    Prinsip kemajemukan dan humanitarian, bahwasanya nilai-nilai kemanusiaan,

    penghormatan terhadap hak asasi setiap anggota dan orang lain yang merupakan

    prinsip dasar dalam pengembangan asosiasi, group, kelompok, atau suatu

    masyarakat. Kehendak kuat untuk membantu orang lain, merasakan penderitaan

    orang lain, berimpati terhadap situasi yang dihadapi orang lain, adalah merupakan

    dasar-dasar ide humanitarian.

    Sebagai konsekuensinya, masyarakat yang menyandarkan pada bridging sosial

    kapital biasanya heterogen dari berbagai ragam unsur latar belakang budaya dan

    suku. Setiap anggota kelompok memiliki akses yang sama untuk membuat jaringan

    atau koneksi keluar kelompoknya dengan prinsip persamaan, kemanusiaan, dan

    kebebasan yang dimiliki. Bridging sosial kapital akan membuka jalan untuk lebih

    cepat berkembang dengan kemampuan menciptakan networking yang kuat,

    menggerakkan identitas yang lebih luas dan reciprocity yang lebih variatif, serta

    akumulasi ide yang lebih memungkinkan untuk berkembang sesuai dengan prinsip-

    prinsip pembangunan yang lebih diterima secara universal.

    Mengikuti (Colemen, 1999), tipologi masyarakat bridging sosial kapital dalam

    gerakannya lebih memberikan tekanan pada demensi fight for (berjuang untuk). Yaitu

    yang mengarah kepada pencarian jawaban bersama untuk menyelesaikan masalah

    yang dihadapi oleh kelompok (pada situasi tertentu, termasuk problem di dalam

    kelompok atau problem yang terjadi di luar kelompok tersebut). Pada keadaan

    tertentu jiwa gerakan lebih diwarnai oleh semangat fight againts yang bersifat

    memberi perlawanan terhadap ancaman berupa kemungkinan runtuhnya simbol-

    simbol dan kepercayaan-kepercayaan tradisional yang dianut oleh kelompok

  • 20

    masyarakat. Pada kelompok masyarakat yang demikian ini, perilaku kelompok yang

    dominan adalah sekedar hasrat bersolidaritas (solidarity making).

    Bentuk modal sosial yang menjembatani (bridging kapital sosial) umumnya

    mampu memberikan kontribusi besar bagi perkembangan kemajuan dan kekuatan

    masyarakat. Hasil-hasil kajian di banyak negara menunjukkan bahwa dengan

    tumbuhnya bentuk modal sosial yang menjembatani ini memungkinan perkembangan

    di banyak demensi kehidupan, terkontrolnya korupsi, semakin efisiennya pekerjaan-

    pekerjaan pemerintah, mempercepat keberhasilan upaya penanggulangan kemiskinan,

    kualitas hidup manusia akan meningkat dan bangsa menjadi jauh lebih kuat.

    2.1.4 Modal Finansial

    Modal (barang modal) dapat diartikan sebagai barang barang yang diproduksi

    yang tahan lama dan pada gilirannya dapat digunakan sebagai input input untuk

    produksi lebih lanjut. (Samuelson, 2003). Ada tiga kategori utama dari barang

    modal;Struktur (yang di dalamnya berupa pabrik dan rumah). Perlengkapan ( barang

    barang konsumsi yang tahan lama seperti mobil dan perlengkapan produsen tahan

    lama seperti mesin, dan alat alat produksi ). Inventarisasi.

    Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang

    digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Misalkan orang membuat jala

    untuk mencari ikan. Dalam hal ini jala merupakan barang modal, karena jala

    merupakan hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lain (ikan).

    Modal dapat dibedakan menurut kegunaan dalam proses produksi, pertama

    modal tetap adalah barang-barang modal yang dapat digunakan berkali-kali dalam

    proses produksi. Kedua modal lancar adalah barang-barang modal yang habis sekali

  • 21

    pakai dalam proses produksi.

    Adapun bentuk dari modal ialah: Pertama modal konkret (nyata) adalah modal

    yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Kedua modal abstrak (tidak

    nyata) adalah modal yang tidak dapat dilihat tetapi mempunyai nilai dalam

    perusahaan.

    2.1.5 Modal Dalam Teori Klasik

    Perkembangan kajian tentang modal dalam kelompok klasik, dalam hal ini

    dikembangkan oleh penelitian secara independen diantaranya E.V. Bohm Bawarek

    (Austria), Knut Wickscell (Swedia), dan Irving Fisher (Amerika Serikat). diantaranya

    pengkajian tentang modal meliputi ketidak langsungan.

    Dalam kajian ini modal mengutamakan pengorbanan terlebih dahulu untuk

    mencapai sebuah keutungan dimasa depan kemudian, sebagai analogi nelayan

    terlebih dahulu memikirkan memiliki perahu terlebih dahulu dari pada jaring dan

    kemudian menggunakan kedua duanya untuk menangkap ikan. Sehingga dapat kita

    simpulkan investasi atas barang barang modal meliputi konsumsi sekarang yang

    hilang untuk meningkatkan konsumsi dimasa mendatang. Dengan mengkonsumsi

    sedikit pada waktu sekarang memberikan kesempatan bagi tenaga kerja untuk

    membuat jaring, agar dapat memaksimalkan penangkapan ikan untuk keesokan

    harinya.

    dengan mengorbankan konsumsi saat ini dan membangun barang barang

    modal saat ini, masyarakat dapat meningkatkan konsumsi mereka dikemudian hari

    (Samuelson)

  • 22

    2.1.6 Pendapatan

    Secara teoritis garis kemiskinan dapat dihitung dengan menggunakan tiga

    pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pedapatan, dan pendekatan

    pengeluaran (Sumodiningrat, 1996).

    Secara garis besar kebutuhan rumah tangga dapat dikelompokkan kedalam

    dua kategori besar, yaitu kebutuhan pangan dan non pangan. Dengan demikian pada

    tingkat pendapatan tertentu, rumah tangga akan mengalokasikan pendapatannya

    untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut. Secara alamiah kuantitas pangan yang

    dibutuhkan seseorang akan mencukupi sementara kebutuhan bukan pangan, termasuk

    kualitas pangan tidak terbatasi dengan cara yang sama.

    Dengan demikian, besaran pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan dari

    suatu rumah tangga dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat kesejahteraan rumah

    tangga tersebut. Dengan kata lain semakin tinggi pangsa pengeluaran pangan, berarti

    semakin kurang sejahtera rumah tangga yang bersangkutan. Sebaliknya, semakin

    kecil pangsa pengeluaran pangan maka rumah tangga tersebut semakin sejahtera

    (Mulyanto, 2005).

    Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi.

    Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena

    ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli

    aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar dan pola hidup juga menjadi

    berubah.

    Setiap orang atau keluarga mempunyai skala kebutuhan yang dipengaruhi oleh

    pendapatan. Kondisi pendapatan seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsinya.

  • 23

    Makin tinggi pendapatan, makin banyak jumlah barang yang dikonsumsi. Sebaliknya,

    makin sedikit pendapatan, makin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi. Bila

    konsumsi ingin ditingkatkan sedangkan pendapatan tetap, terpaksa tabungan

    digunakan akibatnya tabungan berkurang.

    Permintaan terhadap barang non pangan pada umumnya tinggi. Keadaan ini

    terlihat jelas pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi pangan sudah

    mencukupi, sehingga peningkatan pendapatan akan digunakan untuk memenuhi

    kebutuhan barang non pangan, ditabung, ataupun investasi (Kuncoro, 2007).

    Pada tingkat pendapatan yang dibelanjakan atau pendapatan disposibel yang

    sangat rendah pengeluaran rumah tangga adalah lebih besar dari pendapatannya. Ini

    berarti pengeluaran konsumsi bukan saja dibiayai oleh pendapatannya tetapi juga dari

    sumber-sumber lain seperti dari tabungan yang dibuat pada masa lalu, dengan

    menjual harta kekayaannya, atau dari meminjam. Keadaan dimana terdapat kelebihan

    pengeluaran jika dibandingkan dengan pendapatan ini dinamakan dissaving. Semakin

    tinggi pendapatan disposible yang diterima rumah tangga, makin besar pula konsumsi

    pangan yang akan mereka lakukan. Akan tetapi pertambahan konsumsi pangan yang

    akan terjadi adalah lebih rendah dari pendapatan yang berlaku. Maka makin lama

    kelebihan konsumsi rumah tangga yang wujud kalau dibandingkan dengan

    pendapatan yang diterimanya akan menjadi bertambah kecil (Sukirno, 1981).

    2.1.7 Modal Sosial Dalam Dimensi Pendapatan

    Modal sosial merupakan faktor yang mempengaruhi terbentuknya pendapatan,

    lebih dalam melihat ranah ekonomi dapat disimpulkan ekonomi bekerja diranah

    kehidupan masyarakat yang paling mendasar dari kehidupan bermasyarakat itu

  • 24

    sendiri sehingga proses interaksi sosial merupakan variabel non-ekonomi namun

    berimplikasi terhadap berbagai variabel murni ekonomi. Modal sosial dapat

    diterjemahkan secara sifat yakni modal sosial bukanlah merupakan bentuk fisik

    namun merupakan sebuah aturan melekat dalam kehidupan masyarakat, fitur sosial

    serta individu yang menjalani (Coleman. 1988). Namun dari sifat modal sosial yang

    bukanlah berbentuk fisik sanggup untuk diperbaiki layaknya asset melalui pelatihan

    dan pemberdayaan, dengan proses pemberdayaan ini akan menuju kepada suatu

    bentuk penanaman moral, kepercayaan, serta sifat percaya diri.

    Senada dengan (Sandefur dan Laumann. 1999) modal sosial merupakan

    variabel mempunyai kapasitas produktif yang sama seperti modal-modal berbentuk

    fisik yang dapat memberikan keuntungan mencapai tujuan-tujuan dari masyarakat.

    Secara empiris kita dapat melihat bahwa modal sosial merupakan asset untuk

    dapat digunakan dan diatur penggunaannya melalui struktur sosial dan tepat

    penggunaannya dalam proses ekonomi, dari perspektif ini merupakan kemampuan

    dari masyarakat mengelolah penggunaan modal sosial dalam proses kegiatan hal

    inilah disebut sebagai kapasitas sosial (Reimer. 2002). Dalam hal ini

    menggambarkan bahwa modal sosial setara dengan input fisik seperti tenaga kerja,

    atau lahan yang dikombinasikan dalam proses menambah nilai guna dari output yang

    dihasilkan.

    Dalam fungsi produksi neoklasik, output produksi ialah dengan

    mengkombinasikan berbagai faktor produksi terutama tenaga kerja dan modal. Maka

    berdasarkan pendapat Reimer kapasitas sosial ialah kemampuan dari masyarakat

    mengelolah faktor-faktor produksi dan modal sosial dalam proses ekonomi. Dari

  • 25

    proses produksi dengan mengkombinasikan input fisik dan non-fisik menghasilkan

    output yang menambah nilai guna yang dapat kita artikan pendapatan.

    Dari beberapa penjelasan tantang hubungan modal sosial diatas maka modal

    sosial berimplikasi terlebih dahulu dalam masyarakat membentuk sebuah tatanan

    kesamaan paradigma tentang penglolaan sumber daya produksi dalam kegiatan

    ekonomi, paradigma inilah yang membentuk kapasitas sosial dalam keputusan

    keputusan pengelolaan input fisik maupun input non-fisik dan pengelaborasi kedua

    input ini. Setelah matang dalam proses pengolaan dan pengelaborasi input fisik serta

    input non-fisik maka langkah produksi dijalankan, proses produksi yang berjalan

    akan mendorong terciptanya pendapatan, kerangka kerja modal sosial dalam proses

    produksi dapat kita lihat pada gambar 2.3.

    Gambar 2.3.

    Prinsip Kerja Modal Sosial

    MODAL SOSIAL

    PARADIGMA

    KAPASITAS SOSIAL

    INPUT FISIK INPUT NON-FISIK

    PENDAPATAN

    PRODUKSI

  • 26

    2.1.8 Modal Finansial Terhadap Pendapatan

    Modal finansial dalam dalam proses produksi merupakan input yang akan

    mendukung terciptanya pendapatan, pendapatan tercipta dikarenakan hasil

    pengelolaan input menjadi output sehingga output yang dihasilkan menambah nilai

    guna dan berimplikasi terhadap pendapatan usaha.

    Sumber-sumber dari modal finansial dapat bersumber dari rentenir, bank,

    koperasi serta lembaga lembaga keuangan lainnya. Besar dari modal finansial

    berpengaruh besar terhadap pendapatan usaha. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

    (Yusuf Djumran & Arif. 2008) bahwa pendapatan yang diberikan melalui lembaga

    keuangan swadaya masyarakat papalele berperan aktif dalam menjembatani

    kegiatan produksi nelayan pada kecamatan galesong, serta meningkatkan pendapatan

    masyarakat.

    Eksistensi dari modal finansial berimplikasi positif untuk proses produksi

    begitu juga sebaliknya ketika modal finansial berkurang maka kecenderungan

    rendahnya produksi akan mempengaruhi pendapatan usaha, hal ini senada dengan

    penelitian (Fatihudin Udin, Adam, Hariyadi, Iis Holisin. 2007). Dalam penelitian

    tersebut menyatakan bahwa tingkat produktifitas dari pengrajin sepatu pada pasar

    krisan Sidoarjo mangalami kendala akses modal finansial oleh sebab itu produktifitas

    terhambat pendapatan tidak mengalami kenaikan.

  • 27

    2.2 Penelitian Sebelumnya

    No Judul/peneliti/tahun Hasil penelitian

    1 Faktor pembentuk mutu modal manusia, modal sosial dan

    pengaruhnya terhadap

    kesejahteraan rumah tangga

    keluarga. (Studi pada Rumah

    Tangga Petani, Nelayan, dan

    Pedagang di Pedesaan dan

    Perkotaan di Sumatera Barat)/ Yulhendri/2011

    1) Tingkat kesejahteraan rumah tangga secara langsung dipengaruhi oleh

    mutu modal manusia. Sementara itu

    tingkat pendidikan dan modal sosial

    tidak memiliki pengaruh secara

    langsung terhadap tingkat

    kesejahteraan rumah tangga.

    2) Mutu modal manusia dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan

    motivasi belajar kepala rumah

    tangga. Sementara itu intensitas

    merantau tidak memiliki pengaruh

    secara langsung dalam pembentukan

    mutu modal manusia rumah tangga

    keluarga

    3) Mutu modal Sosial rumah tangga dipengaruhi oleh motivasi belajar

    kepala rumah tangga. Sementara itu

    intensitas merantau dan tingkat

    pendidikan kepala rumah tangga

    tidak memiliki pengaruh langsung

    dalam pembentukan mutu modal

    sosial rumah tangga.

    4) Hasil analisis yang dilakukan menemukan tidak ada perbedaan

    antara tingkat kesejahteran, mutu

    modal manusia dan modal sosial,

    intensitas merantau, tingkat

    pendidikan dan motivasi belajar

    antara rumah tangga yang tinggal di

    desa dan di kota di Sumatera Barat.

    5) Perilaku rumah tangga dalam intensitas merantau, bersekolah, dan

    motivasi belajar tidak jauh berbeda

    antara petani, nelayan dan pedagang

    dalam pembentukan mutu modal

    manusia dan modal sosial dan

    tingkat kesejahteraan. Namun ada

    sedikit perbedaan dalam hal tingkat

    kepercayaan antara rumah tangga

    pedagang dengan nelayan, kasih

  • 28

    sayang antara rumah tangga

    pedagang dengan petani dan rasa

    aman antara pedagang dan petani.

    2 Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di Kota

    Makassar (Kasus Penjual Pisang

    Epe di Pantai Losari)/ Yunus Auliya/2011

    1) Keadaan sosial ekonomi penjual pisang epe di pantai losari cukup

    memadai.

    2) Sebagai pekerja di sektor informal,keadaan tempat tinggal

    mereka yang status kepemilikan

    rumah sendiri yang terbuat dari

    setengah batu.

    3) Kesadaran yang tinggi akan pentingnya kesehatan bagi

    kelangsungan hidup.

    4) Hubungan sosial yang baik antar sesama penjual pisang epe walaupun

    persaingan tetap ada.

    3 Dinamika Modal Sosial Masyarakat Pesisir dalam

    Pengelolaan Sumber daya Pesisir

    dan Lautan (studi kasus pada desa

    desa pesisir desa asahan)

    /Muhammad Badrun/2005

    1) Masyarakat kehilangan kepercayaan kepada pemerintah diakibatkan arah

    kebijakan yang tidak melalui proses

    pengambilan kebijakan bottom Up, sehingga proses pembangunan

    dan pengembangan dibidang

    perikanan dan kelautan terhambat.

    2) Terdapat pula korelasi yang erat karakter individu masyarakat pesisir

    dalam hubungannya terhadap

    pembentukan karakter modal sosial

    terkhusus nelayan petambak.

    4 Making Democracy Work civic Traditions in Modern Italy / Robert Putnam / 1993

    1) Desentralisa telah menumbuhkan modal sosial, partisipasi warga

    dalam kewargaan pada tingkat local

    telah membentuk demokrasi serta

    komitmen warga yang luas maupun

    hubungan hubungan horizontal :

    kepercayaan (trust), toleransi,

    kerjasama, dan solidaritas yang

    dimana disebutkan oleh Putnam

    merupakan komunitas sipil (civil

    community)

    2) Kawasan Italy utara lebih maju ketimbang Italy selatan baik dari

    segi desentralisasi, demokrasi local,

  • 29

    modal sosial, tradisi kewargaan,

    serta pembangunan ekonomi.

    Kawasan utara Italy merupakan

    kawasan industri yang telah sejak

    lama memiliki tradisi kewargaan.

    Penghasilan dikawasan utara lebih

    tinggi dibandingkan dengan selatan,

    pada bagian utara Italy terdapat

    perusahaan keluarga yang begitu

    banyak perusahaan berdiri pada titik

    fital modal sosial, hal ini berbeda

    dengan selatan yang muncul

    paradigma ketidak saling percayaan.

  • 30

    2.3 Kerangka Pikir

    Pada kerangka fikir tersebut menjelaskan hubungan antara variable, serta masalah

    penelitian yang telah dirumuskan ialah pertama kita melihat dalam pembentukan

    pendapatan sektor informal terdapat dua faktor ekonomi dan non-ekonomi saling

    berkaitan. Dari kedua faktor ekonomi dan non-ekonomi ialah Modal Finansial dan

    Modal Sosial dimana masing masing dari variable tersebut memiliki bagian bagian,

    dari kedua variable tersebut saling berkolaborasi dalam pola interaksi.

    Pendapatan usaha

    sektor informal Faktor ekonomi Faktor non

    ekonomi

    Modal finansial;

    - Aksesibilitas

    Modal

    -Bunga tinggi

    (rentenir)

    Pola interaksi Modal sosial;

    - Moral

    -Trust

    -jaringan sosial

    (hubungan sosial)

    Karakteristik pedagang kecil pada Universitas

    Hasanuddin.

  • 31

    Faktor non-ekonomi (Modal Sosial)

    Pengaruh dari modal sosial dalam pembentukan pendapatan sangat berperan

    penting, dengan sifat dari modal sosial merupakan modal berbentuk non-fisik tetap

    berpengaruh sejalan dalam fungsi faktor produksi yang bersifat fisik seperti fungsi

    produksi neoklasik. Dari beberapa jurnal penelitian diantaranya (Bjrnskov. 2002),

    menyebutkan bahwa modal sosial berpengaruh terhadap pembentukan pendapatan di

    Denmark.

    Sejalan dengan penelitian oleh Bjrnskov, modal sosial pula menjadi salah

    satu variabel pembentuk pendapatan pada masyarakat pedesaan di Kanada oleh

    (Teipoh & Reimer. 2004) dalam jurnal ekonomi berjudul Social capital, information

    flows, and income creation in rural Canada. Dimana dalam jurnal tersebut

    menghasilkan kesimpulan bahwa pendapatan rumah tangga dipengaruhi oleh adanya

    faktor modal sosial, serta ketersediaan stok modal sosial berpengaruh positif terhadap

    pendapatan.

    Berdasarkan beberapa jurnal maka kerangka fikir dalam penelitian ini,

    mengambarkan hubungan dari modal sosial sebagai faktor non-ekonomi berperan

    serta dalam pembentukan pendapatan pada usaha sektor informal. Bagian-bagian

    modal sosial dalam penelitian ini merujuk kepada (Fukuyama. 1995) yakni moral,

    kepercayaan (trust), jaringan sosial.

    Faktor Ekonomi (Modal Finansial)

    Dalam variabel ekonomi terdapat masalah ekonomi dalam mencapai tingkat

    pendapatan berupa : aksessibilitas modal yang terbatas, tingkat bunga yang tinggi,

    ketidak pastian pendapatan. Masalah dari keterbatasan aksesibilitas modal merupakan

  • 32

    faktor yang mempengaruhi pembentukan pendapatan sektor informal, modal yang

    terbatas tentunya tidak memaksimalkan produkstifitas. Sejalan dengan penelitian

    yang dilakukan oleh (Fatihudin, Adam, Harioadi, Holisin. 2007) menyebutkan bahwa

    keterbatasan modal pada pengrajin sepatu dipasar Krisan Sidoarjo menyebabkan tidak

    maksimalnya produkstifitas sehingga menyebabkan pendapatan tidak mengalami

    kenaikan.

    Dalam aksesibilitas modal ada beberapa pilihan sumber pembiayaan formal

    baik dari bank maupun rentenir, pinjaman modal dari bank maupun rentenir selalu

    dalam proeses pengembalian diikuti dengan pembayaran pokok pinjaman beserta

    beban bunga. Pada umumnya yang menjadi sumber permodalan bagi sektor informal

    ialah melalui rentenir, sebagaimana kita ketahui beban bunga pastinya akan

    memberatkan serta menggerus pendapatan usaha sektor informal.

    Suku bunga yang diberikan sebagai nominal persen pertahun merupakan

    bunga yang akan dibayarkan jika jumlah tersebut dipinjam sepanjang satu tahun,

    penetapan bunga akan disesuaikan dengan periode waktu pembayaran ditetapkan

    secara proposional (Samuelson. 2003).

    Rentenir merupakan bentuk dari penyedian kekurangan modal pada

    masyarakat dalam pengaksesannya serta merapkan bunga yang tinggi sehingaa

    membebani usaha kecil (Ridwan. 2006). Menurut dari laporan BPS tahun 2000

    menyebutkan bahwa hanya sebagian kecil usaha yang mengunakan bank sebagai

    media keuangan dalam pengaksesan modal usaha, ini membuktikan bahwa ada

    kesenjangan antara pihak bank serta usaha kecil. Ketidak mampuan dari perbankan

    ini menjadikan adanya celah bagi rentenir untuk mengisi kekosongan ketersedian

  • 33

    modal pada usaha kecil dengan bunga yang tinggi (Muhammad. 2000).

    Proses Interaksi

    Dari masalah yang terjadi pada lingkungan sosial ekonomi pada pedagang

    kecil, kita melihat aspek lain yang mempengaruhi serta berelaborasi dengan variabel

    ekonomi untuk peningkatan pendapatan. Aspek lain ini berupa modal sosial pada

    pedagang kecil dimana terdapat hubungan hubungan non ekonomi yang

    mempengaruhi tingkat pendapatan dari pedagang kecil, aspek modal sosial dalam

    lingkungan para pedagang kecil meliputi trust (kepercayaan), hubungan emosional

    antara pedagang dengan pedagang dan hubungan mahasiswa dengan pedagang

    tersebut.

    2.4 Definisi Operasional

    1. Modal sosial meliputi moral, kepercayaan (trust), jaringan sosial yang

    berkembang pada lingkungan masyarakat melakukan rutinitas keseharian serta

    berpengaruh terhadap mental model dan paradigma melihat realita.

    2. Modal finansial merupakan modal fisik yang dijadikan input dalam proses

    produksi yakni berupa uang.

    3. Pendapatan merupakan omset dari hasil kegiatan usaha yang dijalankan sektor

    informal.

    4. Sektor informal ialah pedagang makanan yang menjual pada daerah sekitar

    fakultas ataupun kantin sentral universitas.

    5. Sektor informal terkelola merupakan pedagang makanan yang berjualan pada

    foodcourt yang disediakan universitas melalui bidang sarana dan prasarana

    dengan dikenakan biaya sewa.

  • 34

    6. Sektor informal tidak terkelola merupakan pedagang makanan yang berjualan

    pada daerah fakultas-fakultas dan tidak dikenakan biaya sewa.