bab i,ii.iii
DESCRIPTION
Makalah manajemen kelasTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakangPendidikan merupakan modal penting dalam pembangunan. Tanpa pendidikan
yang baik, sebanyak dan sebesar apapun sumber daya alam yang kita miliki akan
berujung dengan kegagalan dan kesia-siaan. Tanpa pendidikan yang maupun hanya
menghasilkan generasi lemah dan miskin kreasi. Terbukti, tata kelola sumber daya
alam di negeri ini banyak dikuasai bangsa mancanegara. Sebab sumber daya manusia
Indonesia masih gagap menghadapi perkembangan zaman.
Pada zaman sekarang ini liberalisme telah menjalar ke berbagai sendi
kehidupan, termasuk pendidikan, memang kian meminggirkan kaum miskin. Paham
yang menafikan peran negara dan membuka peluang seluasnya bagi individu, hanya
menguntungkan sebagian kalangan, terutama yang berpunya.
Pada umumnya pendidikan sekarang ini lebih menitikberatkan kemampuan
uang orang tuanya. Apalagi, dalam amendemen UUD 45 Pasal 31 Ayat 1 jelas
disebutkan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Itu baru namanya
pendidikan berkeadilan.
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan pengertian pendidikan berkeadilan
2. Menjelaskan peluang dan tantangan dalam pendidikan berkeadilan
3. Menjelaskan strategi umum dalam pendidikan berkeadilan.
C. Tujuan
1. Melengkapi tugas mata kuliah pengantar ilmu pendidikan dan pendidikan islam
2. Mengetahui pengertian pendidikan berkeadilan
3. Mengetahui peluang dan tantangan dalam pendidikan berkeadilan
4. Mengetahui strategi umum dalam pendidikan berkeadilan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Berkeadilan
Ada dua istilah yang harus dicermati berkenaan dengan pendidikan yang
berkeadilan . Istilah yang dimaksud adalah “pendidikan” dan “berkeadilan ”.
Konsep pendidikan yang berkeadilan dapat dirumuskan sebagai pendidikan
yang menganut prinsip keseimbangan dan pemerataan hak dan kewajiban
pendidikan berdasarkan pada kemajemukan keyakinan beragama, gender,
ekonomi, abilitas pribadi, dan akses informasi dari semua warga. Dengan
demikian realitas sosial yang pluralis dan heterogen dapat benar-benar dijadikan
sebagai akar kekuatan akar rumput (Grass Root) dalam membangun model
pendidikan yang berkeadilan sosial, dimana kepentingan masyarakat benar-benar
terayomi.
Berbeda dari masa Orde Baru (Orba), pendidikan saat ini lebih
mengutamakan kepentingan hidup orang banyak. Pendidikan dirancang secara
desentralistik, meski pemerintah masih tetap memegang kebjakan umum, dan
tetap memusatkan pengaturan agama, keuangan dan hukum. Dengan demikian,
peluang ke arah keadilan dengan menempatkan keragaman penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan potensi masyarakat mulai mendapat prioritas. Persoalan
yang tengah dihadapi adalah bagaimana agar idealisme pendidikan yang populis
itu dapat secara konsisten terimplementasi dalam praktik pendidikan yang benar-
benar memperjuangkan prinsip keadilan sosial dalam konteks kebebasan
beragama, perlakuan kesetaraan terhadap gender, perlakuan kesempatan
pendidikan berdasarkan kemampuan ekonomi, akses informasi, dan abilitas
pribadi. Inilah yang harus kita kawal agar pendidikan tidak keluar dari koridor
semangat reformasi.
Mengenai prinsip berkeadilan ini terdapat dalam Q.S:An-Nahl: 90
Artinya:
2
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.
B. Peluang dan Tantangan Dalam Pendidikan Berkeadilan
1. Peluang dalam pendidikan berkeadilan
Perubahan arah kebijkan pendidikan dari sentralistik ke desentralistik
merupakan salah satu peluang yang cukup kondusif bagi terciptanya
pendidikan yang berkeadilan sosial. Meski pemberlakuan sistem pendidikan
ini masih belum merata, khususnya untuk pendidikan yang dikelola oleh
Departeman agama (MI, MTS, MA), arah kebijkan pendidikan itu telah
mencerminkan adanya i’tikad baik dari pemerintah untuk semakin
memberdayakan potensi masyarakat.
Kebijakan desentralisasi pendidikan yang dibarengi dengan adanya
otonomi pendidikan dapat memberikan peluang bahwa keanekaragaman
potensi kultural, geografis, ekonomi, dan psikologis masyarakat semakin
mendapat tempat untuk diberdayakan. Oleh karena itu, sistem pendidikan
yang tengah dikembangkan saat ini lebih inklusif, akomodatif dan populis jika
dibandingkan dengan sistem pendidikan sebelumnya. Hanya saja, lagi-lagi hal
itu hanya akan mampu meyakinkan publik jika idealisme kebijakan
pendidikan itu benar-benar teruji dalam realitasnya sebagai sistem yang
berpihak pada kepentingan-kepentingan masyarakat lemah.
Saat ini, kebijakan pendidikan yang berorientasi pada kepentingan
masyarakat lebih tegas dengan lahirnya Undang-undang Sisdiknas. Dengan
lahirnya UU tersebut, kemungkinan-kemungkinan untuk membangun
pendidikan yang berkeadilan sosial tercermin dari adanya perluasan akses
pendidikan, revitalisasi pendidikan islam, restrukturisasi kurikulum dan
reorganisasi manajemen sekolah yang mengedepankan prinsip disparitas dan
keadilan. Dengan cara demikian, beberapa tahun ke depan diharapkan
pendidikan dapat dikelola secara optimal, yang pada gilirannya dapat
menyeimbangkan antara prinsip persamaan dan pemerataan dengan prinsip
keadilan pendidikan untuk komunitas masyarakat majemuk. Untuk itu,
3
pendidikan yang berkeadilan sosial memiliki relevansi yang cukup kuat
dengan arah kebijakan pemerintah saat ini.
2. Tantangan dalam pendidikan berkeadilan
Pada kenyataannya kita tidak dapat mengingkari bahwa dalam
membangun sistem pendidikan yang ideal tersebut, sejumlah tantangan harus
kita hadapi. Kualitas sumber daya manusia Indonesi yang masih rendah.
Karena itu, tingkat kesadaran hukum, kemampuan akademik,
kemampuan ekonomi, kepekaan informasi, dan motivasi berkarya masyarakat
kita juga rendah. Hasil-hasil penelitian membuktikan bahwa keadaan sumber
daya manusia Indonesia tidak lebih baik dari negara tetangga kita di ASEAN.
Keadaan itu, bagaimana pun menjadi tantangan berat dalam
penyelenggaraan pendidikan pada era otoda sekarang ini.
C. Strategi Umum dalam Pendidikan Berkeadilan
Dalam menggagas pendidikan yang berkeadilan sosial banyak isu strategis
yang perlu mendapat perhatian secara serius. Isu tersebut adalah : perlakuan
gender, pemerataan ekonomi, aksesibitas informasi, abilitas pribadi, dan keyakian
beragama.
Oleh karena itu, strategi umum yang dapat dilakukan agar pendidikan
pendidikan memiliki kadar berkeadilan sosial dapat dibagi ke dalam dua bagian,
yaitu :
1. Demokratisasi pendidikan sebagai konsep
Demokratisasi pendidikan ini mencakup tiga strategi, yaitu:
a. Pendidikan harus mampu membuka perluasan dan pemerataan
kesempatan kepada setiap warga negara untukm emperoleh pendidikan.
Upaya perluasan dan pemerataan pendidikan sebenarnya telah
dilakukan pemerintah dengan adanya kesempatan pendidikan dasar
sembilan tahun. Hasi yang dicapai cukup memuaskan yang ditunjukan
oleh menngkatnya APM dan APK. Namun akibat krisis ekonomi dan
konflik sosial, angka partisipasi pendidikan tersebut menjadi menurun.
Oleh sebab itu, strategi yang perlu dilakukan adalah pemantapan
pendidikan dasar sembilan tahun, pemberian bea siswa dengan sasaran
strategis, pemberian insentif kepada guru yang bertugas di daerah
terpencil, pemantapan sistem pendidikan terpadu untuk anak
4
berkelainan, dan peningkatan keterlibatan peran serta masyarakat
dalam membantu pendidikan.
b. Pendidikan harus diarahkan pada tercapainya pendidikan untuk semua
(Education for all). Ada kecendrungan bahwa program pendidikan
hanya berorientasi untuk kelompok tertentu, terutama pada institusi
yang diklaim masyarakat sebagai kelompok sekolah “favorit”. Pada
sekolah ini tidak cukup ruang untuk kelompok lain dalam mengakses
pendidikan. Apabila dibiarkan maka kondisi ini dapat berdapampak
pada perlakuan diskriminatif terhadap anak bangsa. Demikian pula,
pemberlakuan sistem peneriman mahasiswa baru pun yang dilakukan
melalui penelusuran minat-bakat dan potensi (PMBP) berpotensi untuk
menyemaikan benih diskriminatif kalau tidak dilakukan secara
transparan dan berorientasi akademik. Padahal masih banyak peserta
didik yang memilki kemampuan akademis yang belum tersentuh oleh
lembaga pendidikan unggul. Untuk memecahkan masalah ini perlu
diakomodasi ide-ide “pendidikan Untuk Semua”, yang membuka
kesempatan kepada semua siswa dimana pun dan kapan pun.
c. Pendidikan harus membuka peluang akan hak-hak masyarakat
termasuk hak pendidikan. Selama ini ada anggapan bahwa sebagai
masyarakat dan orang tua masih kurang peduli terhadap pendidikan
anaknya. Sikap demikian tidak dapat dibiarkan secara terus menerus
karena dapat berakibat terhadap penurunan martabat anak, masyarakat
bahkan pemerintah. Untuk itu, dimasa mendatang pengakuan hak
pendidikan bagi semua warga negara perlu disosialisasikan kepada
publik.
2. Perhatian terhadap sasaran khusus sebagai konsekuensi dari adanya
demokratisasi pendidikan.
Perhatian terhadap kelmpok sasaran kelompok khusus meliputi
strategi:
a. Persamaan hak pendidikan atas dassr gender. Dalam pendidikan, kaum
perempuan-khususnya kelompok usia sekolah- masih termasuk kelompok
beruntung. Dilihat dari angka partisipasi pendidikan, partisipasi anak
perempuan cenderung rendah daripada usia anak laki-laki. Kekurang-
5
seimbangan ini disebabkan oleh banyak faktor, yang paling utama adalah
faktor budaya yang melekat pada sebagaian masyarakat. Misalnya, ada
anggapan bahwa perempuan tidak perlu menempuh jenjang pendidikan
tingi karena pada akhirnya ia akan kembali ke dapur. Akibatnya pada
wahana pendidikan yang populis sekalipun, partisipasi anak perempuan
masih rendah. Oleh karena itu, dalam beberapa waktu ke depan, akses
pendidikan bagi Kaum Hawa pada semua jenis, jenjang dan jalur
pendidikan perlu diperluas.
b. Pendidikan harus mampu menjangkau masyarakat terpencil. Masyarakat
terpencil baik secara geografis maupun sosio-kultural merupakan
masyarakat yang mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan
secara normal. Untuk itu, perlu dikembangkan strategi pendidikan yang
lebih sesuai dengan kondisi masyarakat mereka. Adapaun strategi yang
perlu dikembangkan adalah sekolah kecil, SLTP/MTS Terbuka, model
Guru kunjung, insentif khusus kepada Guru, dan paket-paket materi
fungsional yang sesuai dengan kebutuhan setempat.
c. Pendidikan harus mampu membuka kesempatan kepada siswa yang
kurang beruntung. Yang dimaksud siswa kutrang beruntung adalah
mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dan secara
struktural-kultural mereka berada pada posisi termarjinalkan. Kelompok
masyarakat ini adalah: mereka yang tidak meiliki pekerjaan tetap, kaum
gelandangan atau meraka yang tinggal di daerah terpencil. Untuk dapat
mengangkat kelompok ini perlu dikembangkan model pendidikan yang
mampu memberdayakan mereka yang materi dan cara penyampainyannya
disesuaikan dengan keadaan kelompok tersbut.
d. Pendidikan harus memberikan kesempatan yang sama kepada para
penyandang cacat. Dewasa ini masih banyak kalangan masyarakat yang
belum menerima secara positif kehadiran penyandang cacat. Sebagian
besar masih memberikan perlakuan yang diskriminatif terhadap siswa
yang berkelainan dilihat dari perspektif pendidikan, hal itu bertentangan
dengan Hak Azasi Manusia (HAM). Karena itu, model pendidikan yang
menyatukan mereka dengan anak lain. Dengan cara seperti itu, anak yang
“berkelainan” memiliki kesempatan untuk bersosialisasi dengan
6
anaknormal, sekaligus mendidik anak normal untuk seecara jujur dan
sukarela menerima kehadirannya.
e. Pendidikan harus mampu mengayomi anak cemerlang. Secara hukum
sebenarnya Pendidikan Nasional telah memberikan perhatian terhadap
anak cemerlang dalam belajar. Yang dimaksud anak cemerlang adalah
mereka yang memiliki berbagai potensi dan kinerja unggul dalam
berbagai bidang kehidupan. Pengembangan potensi mereka secara optimal
diharapkan akan memberikan kontribusi berharga bagi kehidupan bangsa.
Secara ideal pengembangan pendidikan yang bersifat individual bagi
mereka akan sangat cocok, tetapi dalam kondisi pendidikan kita yang
melibatkan banyak peserta didik, perhatian terhadap anak cemerlang dapat
dilakukan melalui model terpadu, yakni tetap melibatkan mereka dengan
anak rata-rata tetapi dalam hal-hal tertentu mereka diberikan muatan
pembelajaran tambahan.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Pendidikan Berkeadilan
Konsep pendidikan yang berkeadilan dapat dirumuskan sebagai pendidikan
yang menganut prinsip keseimbangan dan pemerataan hak dan kewajiban
pendidikan berdasarkan pada kemajemukan keyakinan beragama, gender,
ekonomi, abilitas pribadi, dan akses informasi dari semua warga.
2. Peluang dan Tantangan Dalam Pendidikan Berkeadilan
Kebijakan desentralisasi pendidikan yang dibarengi dengan adanya otonomi
pendidikan dapat memberikan peluang bahwa keanekaragaman potensi kultural,
geografis, ekonomi, dan psikologis masyarakat semakin mendapat tempat untuk
diberdayakan.
Tantangan dalam pendidikan berkeadilan Pada kenyataannya kita tidak dapat
mengingkari bahwa dalam membangun sistem pendidikan yang ideal tersebut,
sejumlah tantangan harus kita hadapi. Kualitas sumber daya manusia Indonesi
yang masih rendah
3. Strategi Umum dalam Pendidikan Berkeadilan
strategi umum yang dapat dilakukan agar pendidikan pendidikan memiliki
kadar berkeadilan sosial dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu :
a. Demokratisasi pendidikan sebagai konsep
Demokratisasi pendidikan ini mencakup tiga strategi, yaitu:
1) Pendidikan harus mampu membuka perluasan dan pemerataan
kesempatan kepada setiap warga negara untukm emperoleh pendidikan.
2) Pendidikan harus diarahkan pada tercapainya pendidikan untuk semua
(Education for all).
3) Pendidikan harus membuka peluang akan hak-hak masyarakat
termasuk hak pendidikan
b. Perhatian terhadap sasaran khusus sebagai konsekuensi dari adanya
demokratisasi pendidikan.
1) Persamaan hak pendidikan atas dassr gender.
2) Pendidikan harus mampu menjangkau masyarakat terpencil
8
3) Pendidikan harus mampu membuka kesempatan kepada siswa yang
kurang beruntung
4) Pendidikan harus memberikan kesempatan yang sama kepada para
penyandang cacat
5) Pendidikan harus mampu mengayomi anak cemerlang.
B. Saran
Penulis minta maaf kepada pembaca jika ada kekhilafan dalam penulisan
makalah ini. Dan penulis mohon kritikan, sarannya agar penulis dapat melengkapi
kekurangan dan mengadakan perubahan dimasa yang akan datang.
9