bab iii tema perancangan - unmuha

19
50 BAB III TEMA PERANCANGAN 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Perkembangan pembangunan yang tidak memperhatikan keterkaitan antara bangunan dengan lingkungan maupun kaitan antara bangunan dengan aktivitas manusia semakin banyak dijumpai. Seperti banyaknya bentuk bangunan- bangunan modern tanpa memperhatikan kontekstual dan lokalitas daerah dan budaya setempat. Selain perubahan dampak pada pembangunan tersebut juga diikuti dengan perubahan kebiasaan dimana masyarakat modern ingin sesuatu hal yang dapat menyeimbangi kondisi perkembangan zaman. Menanggapi permasalaan tersebut, perlu adanya penanganan yang lebih serius agar dapat mengurangi berbagai pengaruh bangunan terhadap lingkungan seperti penerapan bentuk dalam tema Arsitektur Postmodern. Dalam desain bangunan postmodern ada beberapa elemen non fisik yang harus diperhatikan seperti budaya, pola pikir, seni, ekonomi, kepercayaan ataupun pandangan terhadap ruang maupun tata letak. Selain kondisi ruang tersebut, tema perancangan juga membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya terutama pengaruh dari kondisi masyarakat modern, dimana pengaruhnya adalah tingkat kenyamanan berada dalam ruangan dan mampu menyeimbangi dengan kebutuhan masyarakat dan budaya setempat. Oleh sebab itu tema Arsitektur Postmodern akan diterapkan pada perancangan Perpustakaan modern di Sabang dengan tujuan untuk mengangkat kondisi modern masyarakat dan di adaptasikan ke dalam bentuk bangunan, selain

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

50

BAB III

TEMA PERANCANGAN

3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema

Perkembangan pembangunan yang tidak memperhatikan keterkaitan

antara bangunan dengan lingkungan maupun kaitan antara bangunan dengan

aktivitas manusia semakin banyak dijumpai. Seperti banyaknya bentuk bangunan-

bangunan modern tanpa memperhatikan kontekstual dan lokalitas daerah dan

budaya setempat. Selain perubahan dampak pada pembangunan tersebut juga

diikuti dengan perubahan kebiasaan dimana masyarakat modern ingin sesuatu hal

yang dapat menyeimbangi kondisi perkembangan zaman. Menanggapi

permasalaan tersebut, perlu adanya penanganan yang lebih serius agar dapat

mengurangi berbagai pengaruh bangunan terhadap lingkungan seperti penerapan

bentuk dalam tema Arsitektur Postmodern.

Dalam desain bangunan postmodern ada beberapa elemen non fisik yang

harus diperhatikan seperti budaya, pola pikir, seni, ekonomi, kepercayaan ataupun

pandangan terhadap ruang maupun tata letak. Selain kondisi ruang tersebut, tema

perancangan juga membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya terutama

pengaruh dari kondisi masyarakat modern, dimana pengaruhnya adalah tingkat

kenyamanan berada dalam ruangan dan mampu menyeimbangi dengan kebutuhan

masyarakat dan budaya setempat.

Oleh sebab itu tema Arsitektur Postmodern akan diterapkan pada

perancangan Perpustakaan modern di Sabang dengan tujuan untuk mengangkat

kondisi modern masyarakat dan di adaptasikan ke dalam bentuk bangunan, selain

Page 2: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

51

sebagai ciri khas bangunan tersebut, juga dapat memunculkan ciri khas

lingkungannya.

3.2 Pengertian Tema

3.2.1 Pengertian Arsitektur Postmodern

1. Marcus Pollio Vitruvius

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang

lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan

lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan

perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain

perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses

perancangan tersebut. (Sumber : architectureinhand.blogspot.com)

2. Banhart CL. Dan Jess Stein

Arsitektur adalah seni dalam mendirikan bangunan termasuk didalamnya

segi perencanaan, konstruksi, dan penyelesaian dekorasinya; sifat atau bentuk

bangunan; proses membangun; bangunan dan kumpulan bangunan.

3. Van Romondt

Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan bahagia. Ruang

berarti menunjuk pada semua ruang yang terjadi karena dibuat oleh manusia atau

juga ruang yang terjadi karena proses alam seperti gua, naungan pohon dan lain-

lain.

Pengertian Postmodern adalah

1. Charles Jencks

Postmodern adalah campuran antara macam-macam tradisi dan masa lalu.

Postmodern adalah kelanjutan dari modernism sekaligus melampaui modernism.

Page 3: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

52

Ciri khas karya-karyanya adalah makna ganda, ironi, banyaknya pilihan,

konflik, dan terpecahnya berbagai tradisi karena heterogenitas sanagt memadai

bagi pluralism.

2. Robert Venturi

Arsitek dapat diratapi atau kita dapat mencoba untuk mengabaikan mereka

(mengacu pada unsur-unsur hias dan dekoratif pada bangunan) atau bahkan

mencoba untuk menghilangkan mereka, tetapi mereka tidak akan pergi. Atau

mereka akan pergi tapi tidak untuk waktu yang lama, karena arsitek tidak

memiliki kekuatan untuk menggantikan mereka

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

arsitektur postmodern adalah unsur-unsur dekoratif pada bangunan yang

kelanjutan dari modernism sekaligus melampaui modernism.

3.2.2 Ciri – Ciri Arsitektur Postmodern

Menurut Charles jencks (1977-1992) adapun ciri – ciri postmodern yaitu :

1. Ideologi (IDEOLOGICAL) : Konsep yang menjadi asas arah dan tujuan.

a. Dua gaya (Double coding of Style)

Suatu paduan dari dua gaya atau style, yaitu : Arsitektur modern dengan

arsitektur lainnya.

b. Popular dan pluralis (Popular and pluralist)

Ide atau gagasan yang umum serta tidak terikat terhadap kaidah

tertentu, tetapi memiliki fleksibilitas yang beragam.

c. Bentuk tanda (Semiotic form)

Penampilan bangunan mudah dipahami, Karena bentuk–bentuk

yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan.

Page 4: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

53

d. Traditional dan pilihan (Tradition and choice)

Merupakan hal–hal tradisi dan penerapannya secara terpilih atau

disesuaikan dengan maksud atau tujuan perancang.

e. (Artist or client)

Mengandung dua hal pokok yaitu: Bersifat seni (intern) & Bersifat

umum (extern), yang menjadi tuntutan perancangan sehingga mudah

dipahami secara umum.

f. Elitis dan partisipasi (Elitist and participative)

Lebih menonjolkan suatu kebersamaan serta mengurangi sikap

borjuis seperti dalam arsitektur modern.

g. Terapan dasar (Piecemal)

Penerapan unsur dasar, seperti: sejarah, arsitektur vernacular, lokasi.

h. Wakil arsitek dan aktivis (Architect as representative and activist)

Arsitek berlaku sebagai wakil penerjemah, perancangan dan secara

aktif berperan serta dalam perancangan.

2. Ragam (STYLITIC) : suatu pemahaman bentuk, cara, rupa.

a. Expresi (Hybrid Expression)

Penampilan hasil gabungan unsur–unsur modern dengan

vernacular, Local, Metaphorical, Revivalist, Commercial, contextual.

b. Kompleks (Complexity)

perancangan yang bersifat kompleks.

c. Ruang variabel dengan kejutan (Variable Space with surprise)

Perubahan ruang–ruang yang tercipta akibat kejutan, misalnya:

warna, detail elemen arsitektur, suasana interior dan lain–lain.

Page 5: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

54

d. Konvensional dan bentuk abstrak (Conventional and Abstract Form)

Kebanyakan menampilkan bentuk–bentuk konvensional dan

bentuk–bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah ditangkap artinya.

e. Ekletik (Eclectic)

Campuran langgam–langgam yang saling berintegrasi secara

kontinu untuk menciptakan unity.

f. Semiotik (Semiotic)

Arti yang hendak di tampilkan secara fungsi.

g. Campuran variabel tergantung konteks expresi pada konten dan kesesuaian

semantic terhadap fungsi

Gabungan unsur estetis dan fungsi yang tidak mengacaukan fungsi.

h. Aplikasi ornament organic (Pro Or Organic Applied Ornament)

Mencerminkan kedinamisan sesuatu yang hidup dan kaya

ornament.

i. Representasi (Pro Or Representation)

Menampilkan ciri–ciri yang gamblang sehingga dapat memperjelas

arti dan fungsi.

j. Metaphora (Pro-metaphor)

Hasil pengisian bentuk–bentuk tertentu yang diterapkan pada

desain bangunan sehingga orang lebih menangkap arti dan fungsi

bangunan.

k. Nilai sejarah (Pro-Historical reference)

Menampilkan nilai-nilai histori pada setiap rancangan yang

menegaskan ciri-ciri bangunan.

Page 6: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

55

l. Humoris (Pro-Humor)

Mengandung nilai humoris, sehingga pengamat diajak untuk lebih

menikmatinya.

m. Simbolis (Pro-simbolic)

Menyiratkan simbol-simbol yang mempermudah arti dan yang

dikehendaki perancang.

3. Ide – ide desain (Design ideas) : suatu gagasan perancangan

a. Kontekstual daerah dan rehabilitas (Contextual Urbanism and

Rehabilitation)

Kebutuhan akan suatu fasilitas yang berkaitan dengan suatu

lingkungan urban.

b. Campuran fungsi (Functional Mixing)

Gabungan beberapa fungsi dalam perancangan.

c. Cara dan gaya (Mannerist and Baroque)

Kecenderungan untuk menonjolkan diri.

d. Semua sarana (All Phetorical Means)

Bentuk rancangan yang berarti.

e. Ruang dan extensi (Skew Space and Extensions)

Pengembangan rancangan yang asimetris-dinamis.

f. Jalan bangunan (Street Building)

g. Dua unit (Ambiquity)

Menampilkan ciri-ciri yang mendua atau berbeda tetapi masih

unity dalam fungsi.

Page 7: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

56

h. Tren kesimetrisan seimbang (Trends to Asymetrical Symetry)

Menampilkan bentuk-bentuk yang berkesan kesimetrisan yang

seimbang.

i. Berlawanan/ bertabrakan (Collage/Collision)

Gabungan atau paduan elemen-elemen yang berlainan.

Dari beberapa ciri-ciri di atas, maka ciri-ciri yang di terapkan berupa Dua

gaya (Double coding of Style), Bentuk tanda (Semiotic form), Traditional dan

pilihan (Tradition and choice), Terapan dasar (Piecemal), Expresi (Hybrid

Expression), Ruang variabel dengan kejutan (Variable Space with surprise),

Ekletik (Eclectic), Metaphora (Pro-metaphor), Nilai sejarah (Pro-Historical

reference), dan Simbolis (Pro-simbolic).

3.2.3 Aliran – Aliran Arsitektur Postmodern

1. Aliran Historicsm

Pemakaian-pemakaian elemen klasik (misalnya: Ionic, Doric dan

Corinthiant) pada bangunan yang dikombinasikan dengan pola-pola modern.

Tokoh: Aero Saarinen, Phillip Johnson, Robert Venturi, Kisho Kurokawa,

Kyionori Kikutake.

2. Aliran Straight Revivalis

Pembangkitan kembali neo-klasik ke dalam bangunan yang bersifat

monumental dengan irama komposisi berulang dan simetris.

Tokoh: Aldo Rossi, Monta Mozuna, Ricardo Bofill, Mario Botta.

Page 8: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

57

3. Aliran Neo Vernacular

Menghidupkan kembali elemen tradisional yang membuat bentuk dan

bangunan lokal.

Tokoh: Darbourne and Darke, Joseph Isherick, Aldo Van Eyck.

4. Contextualism (Urbanist + ad Hoc)

Memperhatikan lingkungan dalam penempatan bangunan sehingga didapat

komposisi lingkungan yang serasi. Aliran ini juga sering disebut Urbanism.

Tokoh: Lucien Kroll, Leon Krier, James Stirling.

5. Aliran Methapor dan Metaphisical

Mengekspresi eksplisit dan implicit ungkapan metafora dan metafisika

(spiritual) ke dalam bentuk bangunan.

Tokoh: Stinley Tigerman, Antonio Gaudi, Mimoru Takeyama.

6. Aliran Post Modern Space.

Memperlihatkan pembentukan ruang dengan mengkomposisikan

komponen bangunan itu sendiri.

Tokoh: Peter Eisenman, Robert Stern, Charler Moore, Kohn, Pederson-Fox.

3.3 Interpretasi Tema

Pemilihan tema Arsitektur Postmodern sebagai tema perancangan

Perpustakaan Modern di sabang guna menarik minat masyarakat untuk

berkunjung ke Perpustakaan tersebut yang di rancang modern dengan

memasukkan nilai-nilai budaya daerah setempat sehingga membuat pengguna

nyaman berada didalam bangunan dan menciptakan ketertarikan terhadap

pengunjung dengan pengaplikasian aspek-aspek kenyamanan dan estetika.

Page 9: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

58

3.4 Penerapan Tema Pada Bangunan

Penerapan tema Arsitektur Postmodern pada desain diantaranya :

1. Bentuk

konsep bentuk pada bangunan yang sesuai dengan ciri-ciri Postmodern,

yaitu Semiotic form Penampilan bangunan mudah dipahami, Karena bentuk–

bentuk yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan. Sebagian bentuk menyerupai

rumah adat aceh berupa panggung, yang dibawahnya dapat difungsikan tempat

aktivitas.

2. Denah

Denah dirancang sesuai dengan fungsinya. Bentuk denah akan disesuaikan

dengan bentuk ruang dan sirkulasi didalamnya sehingga dapat mempermudah jalur

sirkulasi bagi pengguna bangunan.

3. Fasade

Untuk melindungi bangunan dari pengaruh iklim tropis seperti pemakaian

sun-shading, sunprotection, dan window radiation dengan menambahkan kesan

Estetika. Adapun penambahan fasad yang di ambil dari ciri khas daerah

tersebut.

3.5 Studi Banding Tema Sejenis

3.5.1 Piazza d’italia, New Orleans.

Arsitek : Charles Wilard Moore

Lokasi : New Orleans

Peresmian : 1978

Fungsi : Culture Center

Tema : Arsitektur Post Modern

Page 10: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

59

Gambar 3.1 piazza d’italia

(Sumber: http://www.pinterest.com)

Bangunan ini adalah salah satu icon postmodern yang banyak diulas dalam

dunia arsitektur modern. Menggunakan idiom arsitektur modern yang

digabungkan dengan berbagai elemen arsitektur klasik secara eklektik, arsitektur

ini membawa kembali memori dari masa lalu ke masa depan, dalam konteks yang

dapat diterima sebagai penguat dari 'kekosongan' akibat arsitektur modern yang

terlalu fungsional.

Hal ini karenakan, bangunan-bangunan lama dalam kompleks pemukiman

imigran dari Italia ini dipandang memerlukan sentuhan baru untuk memberikan

jiwa bagi fungsi bangunan yang tidak mencerminkan kebudayaan Italia.

Gambar 3.2 Layout piazza d’italia

(Sumber: pinterest.com)

Page 11: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

60

Bangunan dalam piazza ini bisa disebut sebagai gerbang untuk memasuki

kompleks pemukiman dan area penerima yang memiliki identitas budaya.

Denahnya berbentuk melingkar, dengan kolam ditengahnya, dan bentukan

'dataran' peta Italia pada kolam yang menunjukkan hubungan erat orang Sisilia

dengan air dan laut. eberadaan arsitektur dalam piazza ini, bisa dikategorikan

sebagai sculpture, dimana arsitektur muncul sebagai fragmen dari masa silam

yang ditarik kembali dalam konteks modern dan berada di tempat yang jauh dari

Italia, seakan-akan menyambungkan kembali fragmen-fragmen memori dalam

busana baru.

Gambar 3.3 Sketsa perspektif piazza d’italia

(Sumber: pinterest.com)

Gambar 3.4 ground level plan

(Sumber: pinterest.com)

Page 12: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

61

3.5.2 Masjid Mahligai Minang

Arsitek : Rizal Muslimin

Lokasi : Padang, Sumatera Barat.

Dibangun : 2007

Fungsi : Tempat Ibadah

Aliran : Neo vernakular

Gambar 3.5 masjid mahligai minang

(Sumber: google image)

Konstruksi bangunan dirancang menyikapi kondisi geografis

Sumatera Barat yang beberapa kali diguncang gempa berkekuatan besar. Menurut

rancangan, kompleks bangunan akan dilengkapi pelataran, taman, menara, ruang

serbaguna, fasilitas komersial, dan bangunan pendukung untuk kegiatan

pendidikan.

Secara umum, arsitektur masjid ini mengikuti tipologi arsitektur

Minangkabau dengan ciri bangunan berbentuk gonjong, hingga penggunaan

ukiran Minang sekaligus kaligrafi pada dinding bagian luar. Selain itu, jika dilihat

dari atas masjid ini memiliki sudut lancip yang mirip dengan desain atap rumah

gadang, arsitektur masjid ini juga menggambarkan kejadian peletakan batu hajar

aswad dengan menggunakan kain yang dibawa oleh empat orang perwakilan

suku di Mekkah pada setiap sudutnya.

Page 13: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

62

Berikut pembahasan langgamsetiap bagian masjid :

1. Master Plan

Gambar 3.6 masterplan

(Sumber: google image)

Bentuk siteplan menyesuaikan nuansa lokal masyarakat

minangkabau. Mahligai Minang tidak semata - mata sebuah masjid, tetapi sebuah

identitas yang akan menjadi pusat peradaban, di mana salah satunya adalah

bangunan masjid. Di situlah perpaduan antara Islam dan Minang kabau, dengan

kelengkapan antara lain ada berbagai lembaga pendidikan, perpustakaan, tempat

rekreasi keluarga sakinah, ruang serba guna yang menampung 3000 orang yang

bisa digunakan untuk seminar, pertunjukan kesenian, dan sebagainya.

2. Eksterior Masjid

Gambar 3.7 eksterior masjid

(Sumber: google image)

Pada eksterior Masjid Mahligai Minang bentukan khas Minang

kabau terlihat dari atap berbentuk gonjong atau yang biasa dipakai dalam rumah

Page 14: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

63

tradisional adat gadang dengan ciri khas atap runcing. Secara fisik tampak

luarnya, keempat sisinya bagaikan gonjong yang dimodifikasi dan di tengahnya

terdapat kubah masjid.

Gambar 3.8 Filosofi atap masjid

(Sumber: https://www.academia.edu/16462382/TIPOLOGI_LANGGAM_MASJID_MAHLIGAI_MINANG)

Konsep dan filosofi yang kuat memberikan bentuk mesjid seperti itu,

selain menggambarkan arsitektur khas Minang bagonjong, juga menggambarkan

kejadian peletakan hajar aswad dengan menggunakan kain yang dibawa oleh 4

orang perwakilan suku di Makkah di setiap sisinya sebagai simbolisasi intelektual

dan persatuan.

Gambar 3.9 ukiran masjid

(Sumber: https://www.academia.edu/16462382/TIPOLOGI_LANGGAM_MASJID_MAHLIGAI_MINANG)

Pada bagian fasad eksterior masjid terdapat ukiran - ukiran nama - nama

Allah Swt dan juga ukiran Nabi Muhammad Saw yang mengadopsi pola songket

khas Minang kabau. Corak songket yang terbuat dari baja tersebut mengambil dari

Page 15: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

64

seluruh corak songket asli Sumatera Barat atau lebih tepatnya warisan budaya

Minang kabau.

3. Interior Masjid

Gambar 3.10 ukiran masjid

(Sumber: https://www.academia.edu/16462382/TIPOLOGI_LANGGAM_MASJID_MAHLIGAI_MINANG) Selain pada atap dan dinding eksterior, interior masjid juga menerapkan

langgam ornamentasi budaya minang kabau. Secara tampilan memang hampir

sama dengan fasad eksterior masjid, namun dalam interior lebih kepada

fungsionalitas, dalam artian ornamentasi tersebut tidak hanya berupa gambar atau

kaligrafi namun juga memiliki fungsi.

Gambar 3.11 interior masjid

(Sumber: https://www.academia.edu/16462382/TIPOLOGI_LANGGAM_MASJID_MAHLIGAI_MINANG)

Selain sebagai ventilator udara, langgam tersebut juga memiliki fungsi

pencahayaan alami dari rongga - rongga ornamentasi pada dinding menimbulkan

Page 16: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

65

penyebaran cahaya yang memberi efek dramatisir ruang sholat yang dapat

mengesankan akan kekhusukan dalam beribadah.

Gambar 3.12 struktur masjid

(Sumber: https://www.academia.edu/16462382/TIPOLOGI_LANGGAM_MASJID_MAHLIGAI_MINANG)

Gambar 3.13 struktur masjid

(Sumber: https://www.academia.edu/16462382/TIPOLOGI_LANGGAM_MASJID_MAHLIGAI_MINANG)

Pada struktur masjid juga mencerminkan bentuk “kujujuran” dimana

dalam bentuk masjid sendiri merupakan konsekuensi logis dari kebutuhan

strukturnya.

3.5.3 Portland Building (1982)

Arsitek : Michael Graves

Lokasi : Amerika Serikat

Dibangun : 1982

Fungsi : Pemerintahan

Tema : Postmodern

Page 17: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

66

Gambar 3.14 Tampak Porland Building

(Sumber : google image)

Bangunan 15 tingkat tersebut didirikan pada 1982 dan telah didapuk

sebagai salah satu bangunan bergaya postmodern penting pertama. Bangunan ini

semacam bangunan pemerintahan, publicservice. Bentuknya seperti kotak dengan

beberapa bentuk geometri dan elemen dekoratif. Entrance depannya terdapat

patung sebagai eye capture. Di bagian atas atau atapnya yang datar terdapat

konstruksi seperti rumah-rumahan kecil miripseperti kuil-kuil dari arthemis

Yunani beratap piramid danpelana. Bangunan ini mayoritas berwarna natural,

cokelat,abu-abu, juga merah bata. Bentuknya mengadopsi bagian-bagian pilar

klasik.

Gambar 3.15 Denah

(sumber : http://niningmasitoh.blogspot.co.id/2016/10/html)

Page 18: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

67

Figuratif yang merupakan manifesto Graves terhadap Bangunan Portlan

Building ini dapat dilihat dari tranformasi bentuk pilar ionik (pilar klasik dari jenis

yang paling sederhana) yang dituangkan ke dalam fasade bangunan. Tranformasi

3 dimensi menuju 2 dimensi. Terlihat jelas susunan kolom dari fasade yang

nampak. Jika dilihat dari bawah keatas, maka akan berurut mulai dari kolom,

frieze, cornice, architrave hingga bagian-bagian entablature-nya.

Gambar 3.16 Bagian kolom

(sumber : http://niningmasitoh.blogspot.co.id/2016/10/.html

Bentuknya yang kotak, baik denah maupun form. Disesuaikan dengan

fungsi bangunan itu sendiri yakni sebagai bangunan pemerintahan pada masanya.

3.6 Kesimpulan Studi Banding

Kesimpulan dari ketiga bangunan yang menjadi studi banding tema dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Page 19: BAB III TEMA PERANCANGAN - UNMUHA

68

Table : 3.1 kesimpulan studi banding tema sejenis

No Kriteria Piazza D’italia Masjid Mahligai

Minang

Portland

Building

1. Lokasi New orleans Padang, Sumatera

Barat. Amerika serikat

2. Fungsi Culture center Tempat Ibadah Pemerintahan

3. Konsep Postmodern Neovernakular Historicsm

4. Bentuk Denah Abstrak Persegi persegi

5. Ciri Postmodern

yang diterapkan

- warna, distorsi

skala,

permainan

massa,

kombinasi

material yang

unik,

- Pada Fasad

Bangunan.

- Unsur budaya

- Bentuk simetris

- Penggunaan

kolom ionic - Bentuk simetris

6. Jumlah Lantai - 3 15

(Sumber: Hasil Analisis, 2018)

Dari kesimpulan studi banding tema sejenis tersebut, manfaat yang dapat

diambil untuk perpustakaan modern di sabang adalah :

Konsep bentuk dari tiga jenis tema postmodern dengan pengaplikasian

konsep bentuk sesuai dengan fungsi bangunan yang akan dirancang berupa

buku.Pemakaian bentuk persegi perpaduan lingkaran yang terdapat pada denah

membuat lebih mudah dalam penataan ruang serta penyesuaian terhadap

lingkungan sekitar dan pengolahan fasad yang di ambil dari ciri khas setempat.