bab iii studi kasus - perpustakaan digital...
TRANSCRIPT
36
BAB III
STUDI KASUS
Bab ini menyajikan studi kasus pada penulisan tugas akhir. Studi kasus ini mengambil
data pada proyek pembangunan Bendungan Way Biha. Bab ini mengungkapkan data
teknis stabilitas bendungan Sungai Way Biha dan interpretasi dari data lapangan.
3.1 Data Teknis
Keberadaan Bendungan Way Biha di Lampung Barat dengan jaringan irigasinya telah
dirasakan manfaatnya oleh pengguna lahan Sungai Way Biha dan masyarakat di
sekitarnya sejak tahun 1994 sampai dengan bulan November 2001. Namun pada bulan
November terjadi kerusakan pada bendungan tersebut yang diakibatkan oleh banjir. Saat
itu bangunan utama bendungan Way Biha Lampung telah rusak berat.
Gambar 3.1 Kerusakan bendungan
37
Pemerintah telah melakukan upaya pengamanan sebelum Bangunan Utama Bendung-
Way Biha Lampung (BUB-WBL) hancur yaitu dengan memperbaiki kerusakan-
kerusakan yang terjadi pada badan bendungan, namun usaha tersebut sia-sia karena pada
bulan Januari 2002 terjadi banjir yang mengakibatkan tubuh bendungan pada bagian
tengah patah dan struktur bendungannya amblas sehingga bendung dan peralatannya
tidak dapat dimanfaatkan lagi. Pada gambar di bawah ini dapat dilihat mengenai
kerusakan yang terjadi pada bendungan:
Adapun faktor penyebab yang mengakibatkan hal ini terjadi adalah ketidakmampuan
struktur bendungan untuk menerima beban banjir. Dalam arti bahwa struktur stabilitas
dari bendungan tersebut belum memenuhi dan tidak layak untuk dibangun. Studi kasus
pada penulisan tugas akhir ini mengambil data pada proyek pembangunan struktur
stabilitas Bendungan Way Biha Lampung. Permasalahan yang ditinjau yaitu bearing
capacity, boiling yang mempengaruhi stabilitas dari struktur bangunan, dan gaya uplift
yang diterima bendungan. Perhitungan ini dilakukan untuk mendapatkan besarnya faktor
keamanan (safety factor) yang optimal yang harus dimiliki bendungan tersebut.
3.2 Pengumpulan Dan Interpretasi Data
Data yang didapatkan penulis dari proyek Bendungan Way Biha Lampung berupa lokasi
titik penyelidikan tanah, profil tanah untuk setiap titik bor di lokasi bendungan, parameter
kuat geser tanah, dan data Lab way Biha.
3.2.1 Profil Tanah di Lokasi Bendungan
Profil tanah ditentukan dari peta kontur asli lokasi Bendungan Way Biha yang kemudian
diintepretasikan sebagai profil tanah yang sebenarnya. Dari garis-garis kontur dan
ketinggian titik dari peta kontur, penulis melakukan interpolasi, ekstrapolasi, dan
aproximasi untuk menggambarkan profil tanah yang mendekati kondisi sebenarnya.
Profil pelapisan tanah yang ada di sekitar lokasi penyelidikan dibuat dengan
menggunakan data-data hasil penyelidikan tanah. Untuk menentukan jenis tanah pada
setiap lapisan diperoleh dari identifikasi langsung secara visual dan mekanis dengan
dengan menggunakan bor inti. Identifikasi tersebut diperkuat lagi oleh data uji saringan,
38
berupa prosentase berat kerikil, pasir serta lanau/lempung pada masing-masing lapisan
tanah di tiap-tiap titik bor. Tabel 3.1 berikut ini menunjukkan persentase jenis tanah pada
sampel uji dari tiap-tiap titik bor untuk rentang kedalaman tertentu.
Tabel 3.1 Distribusi pertikel untuk setiap titik bor
39
Dari Tabel 3.1 diatas terlihat bahwa untuk profil tanah dibawah Bangunan Utama
Bendung (BUB), pada lapis pertama dari permukaan dengan kedalaman antara 1 hingga 5
m merupakan lapisan lempung. Pada lapisan ini data penyelidikan langsung di lapangan
hanya berupa data DCPT (S.1 s/d S.3) dengan nilai tahanan ujung (cone resistance) rata-
rata c di tiap titik bervariasi antara 11 hingga 26 kg/cm2. Berdasarkan data yang tertera
pada Tabel 3.1, terlihat bahwa pada lapis pertama di titik bor B-1 s/d B-4 yang berlokasi
di Bangunan Bendung Utama (BUB) persentase jumlah lempung sudah lebih dari 75%.
Persentase sebesar ini menunjukkan bahwa tanah pada lapisan tersebut bersifat lempung,
dengan parameter kuat geser kohesi tanah yang lebih dominan.
Lapisan kedua dengan ketebalan antara 3 hingga 6 m merupakan lapisan dengan
kontribusi lempung dan pasir yang relatif berimbang. Lapisan kedua ini selanjutnya
dideskripsikan sebagai lapisan pasir lepas (loose sand). Harga NSPT rata-rata SPT N = 9
s/d 20 sedangkan data CPT menunjukkan harga c = 20 s/d 86 kg/cm2.
Lapisan ketiga dengan ketebalan antar 7 hingga 13m, merupakan lapisan pasir yang lebih
padat daripada lapisan pasir diatasnya (medium dense sand) dengan variasi SPT N = 13
s/d 32 dan c = 65 s/d 85 kg/cm2. Sedangkan lapisan terakhir merupakan lapisan lempung
dengan NSPT sekitar 17. Tidak terdapat data DCPT yang memadai pada lapisan tersebut.
Apabila data penyelidikan lapangan tersebut akan dipergunakan untuk penentuan
parameter kuat geser tanah, maka beberapa tabel korelasi dapat digunakan untuk
melengkapi data-data dalam pembuatan profil pelapisan tanah seperti tertera pada Tabel
3.2 dan Tabel 3.3 berikut ini.
40
Tabel 3.2 Klasifikasi tanah berpasir berdasarkan nilai N-SPT (Bowles, 1988)
Tabel 3.3 Klasifikasi tanah lempung berdasarkan nilai N-SPT (Bowles, 1988)
41
3.2.2 Parameter Kuat Geser Tanah
Parameter kuat geser tanah dapat diturunkan berdasarkan data yang diperoleh dari tes
laboratorium dengan mempertimbangkan data hasil uji lapangan, yaitu uji SPT (Standard
Penetration Test) atau uji DCPT (Dutch Cone Penetration Test). Pada kondisi dimana
tidak terdapat hasil pengujian tanah di laboratorium yang memadai, maka interpretasi dari
hasil pengujian lapangan (berupa korelasi terhadap properti) ini memegang peranan yang
sangat penting. Apabila properti tanah sulit diukur secara langsung, parameter tanah
ditentukan berdasarkan engineering judgment. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa
bentuk korelasi yang dipergunakan untuk menentukan parameter kuat geser tanah (c dan
) berdasarkan data NSPT dan DCPT di bawah Bangunan Utama Bendung serta tanggul
penutup.
3.2.2.1 Parameter kuat geser tanah berdasarkan nilai N-SPT
Gambar 3.2 koreksi antara nilai N-SPT dengan kuat geser undrained
(Terzaghi & Peck.1967)
42
Gambar 3.3 korelasi antara nilai N-SPT dengan sudut geser dalam (Terzaghi)
3.2.2.2 Parameter kuat geser tanah berdasarkan nilai DCPT
Nilai kuat geser tanah pada kondisi undrained apabila dikonversikan dengan nilai tahanan
konus qc dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
dimana:
cu = undrained shear strength
qc = tahanan konus hasil DCPT test
= tegangan efektif overburden
Nk = konstanta konus dengan harga antara 15 s/d 20
Untuk tanah pasiran, korelasi parameter sudut geser tanah diturunkan dari Gambar 3.4
berikut ini:
43
Gambar 3.4 korelasi antara nilai qc dengan sudut geser dalam
(Robertson & Campanella,1983)
3.3 Data Laboratorium Hasil Investigasi Tanah
Sebagai data pembanding untuk data hasil dari lapangan maka penulis melampirkan data-
data hasil investigasi tanah di lapangan. Data-data ini meliputi berbagai parameter antara
lain: kuat geser tanah, natural state, atterberg limit, permeabilitas dan konsolidasi. Berikut
adalah data-data hasil uji laboratorium tersebut untuk masing-masing titik bor:
44
45
46
47
48
Table 3.4. Data Lab.Way Biha
49
Dari data-data di atas penulis mencoba untuk memeriksa kembali kebenaran dari data-
data tersebut, dan didapat kenjanggalan dalam lampiran data-data tersebut. Data yang
terlihat sangat rancu adalah data dari Specific Gravity(Gs) dimana nilai dari Specific
Gravity yang terdapat dari data tersebut sangat kecil bila material tanah tersebut adalah
material lempung. Untuk itu penulis berusaha mencari referensi untuk memberikan solusi
atas persalahan ini, dan penulis mendapatkan data-data mengenai kisaran-kisaran specific
gravity(Gs) untuk setiap material yang ada dalam tanah. Data-data tersebut dapat dilihat
dari tabel di bawah ini:
Type of Soil Gs
Sand 2.65 - 2.67
Silty sand 2.67 - 2.70
Inorganic clay 2.67 - 2.80
Soil with mica or iron 2.75 – 3.00
Organic soil 1.0 – 2.60
Tabel 3.5 besar Gs pada setiap jenis tanah (Joseph E Bowles)
Dengan mempertimbangkan bahwa pada setiap lapisan tanah di sekitar bendungan
terdapat banyak material lempung yang bersifat anorganik maka berdasarkan tabel di atas
penulis mengambil nilai Gs secara seragam yaitu dengan mengambil nilai Gs diantara
kisaran 2.67 – 2,80 , hal ini dilakukan untuk lebih mempermudah perhitungan serta untuk
lebih meningkatkan keakuratan data. Data specific gravity ini akan dipakai untuk
selanjutnya dalam perhitungan γs (γ saturated).
Table 3.6.a
50
Tabel 3.6.b
Tabel 3.6.c
Tabel 3.6.d
51
Tabel 3.6 Tabel modifikasi data lab.Way Biha