bab iii stroke
DESCRIPTION
daftar pustaka storkeTRANSCRIPT
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Transient Ischemic Attack (TIA) adalah suatu gangguan akut dari fungsi fokal
serebral yang gejalanya berlangsung kurang dari 24 jam atau serangan sementara
dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. Satu sampai dua jam biasanya TIA
dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga belum bisa teratasi sekitar
50% pasien sudah terkena infark.6,7 Menurut World Healh Organization pada
tahun 1988, TIA adalah gangguan fungsi serebral focal atau global yang
memberikan gejala neurologis singkat, kurang dari 24 jam tanpa disertai adanya
gambaran kerusakan vaskular. Sedangkan menurut The National Institute of
Neurological Disorders and Stroke Report , TIA adalah suatu episode cepat
kehilangan fungsi otak secara focal kurang dari 24 jam, merupakan gejala awal
untuk terbentuknya stroke iskemik, biasanya dapat disebabkan gangguan pada
satu sistem perdarahan otak.3
3.2 Epidemiologi
Tingginya angka kejadian stroke bukan hanya dinegara maju saja, tetapi juga
menyerang negara berkembang seperti Indonesia karena perubahan tingkah laku
dan pola hidup masyarakat.8 Usia merupakan salah satu faktor resiko stroke,
semakin tua umurnya maka resiko terkena stroke, semakin tua umurnya maka
resiko terkena stroke pun semakin tinggi. Penelitian WHO MONICA
menunjukkan bahwa insiden stroke bervariasi antara 48 sampai 240 per 10000 per
tahun pada populasi usia 45 sampai 54 tahun, stroke dapat menyerang terutama
pada mereka yang mengkonsumsi makanan berlemak. Life style atau gaya hidup
selalu dikaitkan dengan berbagai penyakit yang menyerang usia produktif.
Generasi muda sering menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan seringnya
mengkonsumsi makanan siap saji yang sarat dengan lemak dan kolesterol tapi
rendah serat.
Di Indonesia belum ada penelitian epidemiologi tentang kejadian stroke terutama
stroke berulang. Pola hidup masyarakat yang meliputi pola makan, aktifitas fisik
atau olah raga, merokok, konsumsi alkohol dan stres merupakan salah satu faktor
8
9
resiko yang diduga berperan dalam menimbulkan pemicu terjadinya stroke.
Keadaan rawan stroke di Indonesia semakin meningkat, karena dikombinasi
perubahan fisik, lingkungan, kebiasaan, gaya hidup dan jenis penyakit yang
berkembang dengan tiba-tiba, menyebabkan resiko masyarakat terkena stroke, di
Indonesia secara kumulatif bisa meningkat menjadi 10 sampai 15 kali atau yang
pasti jauh lebih besar dibandingkan di masa-masa sebelumnya.9 Prevalensi stroke
di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk. Hal ini menunjukkan
sekitar 72,3% kasus stroke dimasyarakat telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan.
Prevalensi stroke tertinggi dijumpai di Nangroe Aceh Darussalam (16,6%) dan
terendah di Papua (3,8%).
3.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Banyak potensi penyebab yang mudah didentifikasi, yaitu:
Ateroskeloris dari ekstrakranial karotis dan arteri vertebral atau
intrakranial.
Sumber emboli – Penyakit valvular, trombus ventrikel, atau pembentukan
trombus dari fibrilasi atrium, penyakit arkus aorta, emboli paradoks
melalui patent foramen ovale (PFO) atau atrial-septal defect (ASD)
Disesksi aorta
Arteritis – peradangan arteri yang terjadi terutama pada orang tua,
khususnya perempuan; noninfectious necrotozong vasculitis (penyebab
utama); obat; iradiasi; trauma lokal; penyakit jaringan ikat.
Obat simpatomimetik (misalnya, kokain)
Lesi massa (misalnya, tumor atau hematoma subdural) – Jarang
menyebabkan gejala sementara dan lebih sering menyebabkan gejala
persisten progresif.
Keadaan hiperkoagulasi (misalnya, genetik atau berhubungan dengan
kanker atau infeksi).
Faktor resiko yang tidak dapat diubah:
Umur
Jenis kelamin
Genetik
Faktor resiko yang dapat dirubah:
10
Hipertensi
Diabetes melitus
Kelainan jantung
Kebiasaan merokok
Aktifitas fisik/ olahraga
Kepatuhan kontrol
Obesitas
Minum alkohol
Diet
Pada anak-anak juga terdapat penyebab TIA yang berbeda dengan orang dewasa,
berikut beberapa faktor penyebab TIA pada anak-anak2:
Penyakit jantung kongenital dengan tromboemboli otak
Penggunaan obat-obatan (misalnya, cocain)
Kelain pembekuan darah
Infeksi pada sistem saraf pusat
Marfan sindrom
Vaskulitis
3.3 Patogenesis TIA
Pada prinsipnya patofisiologi TIA dapat ditinjau dari 4 sudut, yaitu:
1. Penurunan aliran darah ke otak
Jantung sebagai pompa akan menghasilkan tekanan darah arteri rata-rata
yang merupakan tekanan darah perfusi ke otak, hal ini disebabkan karena
tekanan vena maupun tekanan intrakranial dapat diabaikan. Cerebral
Blood Flow adalah hasil pengurangan tekanan perfsi dengan resistensi
vaskular.
2. Pembentukan thrombus arterial
Trombus adalah pembenukan bekuan platelet atau fibrin di dalam darah
yang dapat menyumbat pembuluh vena atau arteri dan menyebabkan
iskemia dan nekrosis jaringan lokal. Trombus ini bisa terlepas dari dinding
pembuluh darah dan disebut tromboemboli. Trombosis dan tromboemboli
memegang peranan penting dalam patogenesis stroke iskemik, termasuk
11
TIA. Lokasi trombosis sangat menentukan jenis gangguan yang
ditimbulkannya, misalnya trombosis arteri dapat mengakibatkan infark
jantung, stroke (TIA), maupun claudicatio intermitten, sedangkan
trombosis vena dapat menyebabkan emboli paru. Trombosis merupakan
hasil perubahan dari satu atau lebih komponen utama hemostasis yang
meliputi faktor koagulasi, protein plasma, aliran darah, permukaan
vaskuler, dan konstituen seluler, terutama platelet dan sel endotel.
Trombosis arteri merupakan komplikasi dari aterosklerosis yang terjadi
karena adanya plak aterosklerosis yang pecah.
3. Autoregulasi otak
Yaitu kemampuan darah arterial otak untuk mempertahankan aliran darah
otak (ADO) tetap meskipun terjadi perubahan pada tekanan perfusi otak.
Dalam keadaan fisiologis, tekanan arterial rata-rata adalah 50 – 150 mmHg
pada penderita normotensi. Pembuluh darah serebral akan berkontraksi
akibat peningkatan tekanan darah sistemik dan dilatasi bila terjadi
penurunan. Keadaan inilah yang mengakibatkan perfusi otak tetap
konstan. Autoregulasi masih dapat berfungsi baik, bila tekanan sistolik 60
– 200 mmHg dan tekanan diastolik 60 – 120 mmHg. Dalam hal ini 60
mmHg merupakan ambang iskemik, 200 mmHg merupakan batas sistolik
dan 120 mmHg adalah batas atas diastolik. Respon autoregulasi juga
berlangsung melalui refleks miogenik intrinsik dari dinding arteriol dan
melalui peranan dari sistem saraf otonom.
4. Metabolisme otak
Otak dapat berfungsi dan bermetabolisme tergantung dengan pemasukan
oksigen. Pada individu yang sehat pemasukan oksigen sekitar 3,5 ml/100
gr/menit dan ADO sekitar 50 ml/100 gr/menit. Glukosa merupakan
sumber energi yang dibutuhkan otak otak, bila dioksidasi maka akan
dipecah menjadi CO2 dan H2O. Secara fisiologis 90% glukosa mengalami
metabolisme oksidatif secara komplit, 10% yang diubah menjadi asam
piruvat dan asam laktat (metabolisme anaerob). Bila ADO turun menjadi
20–25 ml/100 gr otak/menit maka akan terjadi kompensasi berupa
peningkatan ekstraksi ke jaringan otak sehingga fungsi-fungsi neuron
12
dapat dipertahankan (patofisiologi stroke secara umum ada pada gambar
3.1).