bab iii sb mart.doc
DESCRIPTION
BAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docBAB III SB MART.docTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Ritel merupakan strategi usaha untuk menyiasati agar
dapat masuk ke daerah-daerah yang lebih kecil. Sebab,
perusahaan ritel besar dilarang untuk beroperasi di daerah
seperti kecamatan atau pedesaan. Oleh karenanya, mini ritel
ini sebagai alternatif untuk menyiasati aturan dengan
membuka gerai yang besarnya seperti toko kelontong namun
dalam praktek manajemen menggunakan sistem dan standar
perusahaan induknya.
Sistem ini pun banyak ditawarkan dengan konsep
waralaba. Hal ini kerap dikaitkan dengan kebutuhan
konsumen di wilayah yang diinginkan. Termasuk membuka
usaha yang berdekatan dengan pasar tradisional atau di
wilayah pemukiman penduduk, antara lain perumahan.
Kekuatan bisnis ritel ini lazimnya diukur berdasarkan skala
penilaian ‘disukai atau tidak disukai’ yang dibuat konsumen.
1
Format bisnis yang relatif baru di Indonesia ini menjadi usaha
yang paling banyak diminati.
Sebagai sebuah strategi sistem pemasaran, jaringan
usaha ritel waralaba menjadi alternatif yang menjanjikan.
Setidaknya untuk menjual produk dalam satu paket usaha
minimarket. Hal ini sejalan dengan survey Nielsen Research
bahwa minimarket merupakan alternatif belanja yang paling
menarik perhatian dan dapat memenuhi kebutuhan
konsumen akibat pergeseran pola belanja.
Kebutuhan belanja yang dekat dengan lokasi tempat
tinggal, harga jual produk yang bersaing dengan pasar
tradisional merupakan alasan dibalik semakin populernya
perusahaan waralaba ini. Industri ritel terus semakin berubah
seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia
usaha, dan tentunya kebutuhan konsumen. Aktivitas bisnis
yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan
kepada konsumen ini sifatnya individu sebagai pribadi
maupun keluarga. Agar berhasil dalam pasar ritel yang
kompetitif, peritel harus dapat menawarkan produk yang
tepat, dengan harga yang tepat, pada tempat yang tepat, dan
waktu yang tepat.
2
Oleh karena itu, pemahaman peritel tehadap
karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani
merupakan hal yang sangat penting. Itu sebabnya dalam
operasional usaha, para peritel menjalankan beberapa fungsi
antara lain membantu konsumen dalam menyediakan
berbagai produk dan jasa, menjalankan fungsi memecah (bulk
breaking), maupun menambah nilai produk. Secara
keseluruhan, pengelolaan binis ritel membutuhkan
implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi
baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia,
maupun operasional.
Strategi pemasaran ritel adalah pemasaran yang
mengacu kepada beberapa variabel. Pedagang eceran ini
dapat mengkombinasikan beberapa alternatif sebagai suatu
strategi pemasaran untuk dapat menarik konsumen. Variabel
tersebut umumnya meliputi faktor seperti : variasi barang
dagangan dan jasa yang ditawarkan, harga, iklan, promosi,
dan tata ruang, desain store, lokasi store dan merchanding
(Retail Marketing Management, 2003).
Di Indonesia waralaba berbentuk retail mini outlet
sedang berkembang. Beberapa ritel yang sudah terkenal
3
antara lain Indomart, Yomart dan Alfamart. Perusahaan ritel
SB Mart yang dikelola Koperasi Sejahtera Bersama muncul
belakangan yakni pada 3 Agustus 2010 atau 22 Sya’ban
1431 H. Salah satu gerai dibangun di Komplek Perumahan
Bumi Panyawangan, Bandung.
Untuk mengungguli pesaing-pesaingnya, perusahaan
waralaba ini menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada
konsumen untuk dapat menciptakan nilai (value) yang akan
sangat berguna bagi konsumen dengan target utama yakni
keluarga muslim dari kalangan menengah.
Salah satu variabel penting dari pesan yang ditimbulkan
dari respons konsumen adalah motivasi berbelanja. Menurut
Gray (dalam Winardi, 2002) bahwa motivasi berbelanja
merupakan sejumlah proses yang bersifat internal dan/atau
eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya
sikap antusiasme dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan
berbelanja.
Untuk menjaga kelangsungan hidup serta kemajuan
dan keunggulan dalam bisnis eceran yang semakin
kompetitif, maka pengelola bisnis tersebut harus berupaya
menerapkan strategi berupa program bauran penjualan
4
eceran yang dapat memunculkan minat konsumen.
Komponen tersebut meliputi produk, harga, tempat, dan
promosi atau lebih dikenal dengan 4P yakni product, price,
place, dan promotion.
Untuk lebih mendalami persoalan yang dipaparkan di
atas penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul
“Motivasi Berbelanja Konsumen Keluarga Muslim pada
Ritel SB Mart di Perumahan Bumi Panyawangan
Bandung.”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang penelitian di atas, permasalahan
yang muncul sebagai berikut : Bagaimana Motivasi
Berbelanja Konsumen Keluarga Muslim pada Ritel SB Mart di
Perumahan Bumi Panyawangan Bandung?
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian di atas ini adalah untuk
mengetahui tentang bagaimana motivasi berbelanja
konsumen Keluarga Muslim pada Ritel SB Mart di Perumahan
Bumi Panyawangan Bandung.
5
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan
memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi penelitian lain,
khususnya tentang motivasi berbelanja kaum muslim pada
ritel, khususnya kaum muslim di Komplek Bumi Panyawangan
Bandung pada ritel SB Mart.
2. Kegunaan Praktis
Hasil pemikiran ini diharapkan dapat berguna dan
memberikan sumbangan pemikiran praktis bagi perusahaan
ritel SB Mart dalam mengembankan usahanya yang berkaitan
motivasi berbelanja kaum muslimin., khususnya tentang
motivasi berbelanja kaum muslim di Komplek Bumi
Panyawangan Bandung pada ritel SB Mart.
E. Kerangka Pemikiran
Menurut Kotler (2003:436) aktivitas perniagaan
menjadi alat pemasaran yang potensial yang telah bagian tak
terpisahkan dari bauran pemasaran. SB Mart adalah sebuah
merek. Merek bagi sebuah produk sebagai salah satu dari
bauran pemasaran (marketing mix) yang berfungsi
6
menyokong keberhasilan perusahaan. Oleh sebab itu
perusahaan harus mempunyai program pengemasan merek
usaha yang dapat mendorong munculnya motivasi
berbelanja.
Menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi
berbelanja merupakan sejumlah proses yang bersifat internal
dan/atau eksternal bagi seorang individu konsumen. Sifat
tersebut yang akan menyebabkan timbulnya sikap
antusiasme melaksanakan transaksi keuangan. Intensitas
transaksi pembelian yang dilakukan oleh para konsumen itu
pada gilirannya yang menentukan besaran laba perusahaan.
Pakar ekonomi William J. Stanton. Michael J. Etzel dan
Bruce J. Walker sepakat dengan pendapat di atas. Ia hanya
mengingatkan bahwa motivasi berbelanja bergantung pada
produk. Produk didefinisikan sebagai sekelompok atribut
nyata dan tidak nyata yang di dalamnya terdapat merek,
kemasan, warna, harga, dan mutu layanan serta reputasi
penjual.
Sedangkan pendapat lain sebagaimana dikutip dari
Philip Kotler (1993 : 194) bahwa pengertian produk sebagai
sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan,
7
dimiliki, dipakai atau dikonsumsikan sehingga dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Dalam hal
ini atribut nyata sebuah produk dapat memenuhi atau
memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Posisi
penting ini berfungsi untuk menunjukan bahwa motivasi
berbelanja sama pentingnya dalam menyokong suatu
produk.
Diasumsikan, apabila sebuah perusahaan
dapatmeningkatkan motivasi belanja konsumen maka respon
konsumen semakin positif dapat lebih diperluas atau dibatasi
misalnya konsumen muslim. Pembatasan ini harus disokong
beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya motivasi
belanja diakibatkan kemampuan dan meningkatnya daya beli
konsumen. Dalam konteks sebagai sebuah senjata
pembentuk gaya (styling weapon).
Apalagi perubahan-perubahan keadaan sosial,
ekonomi, dan politik telah mendorong perusahaan ritel
menerpa kalangan kaum urban tertentu di kota. Menimbang
kembali persoalan sebagai bagian dari komunikasi
pemasaran, mengkhususnya pada konsumen kalangangan
kaum muslim merupakan kemasan sebagai salah satu alat
8
promosi. Pendapat para ahli mengenai Integrated
Communication yang disebut dengan The Marketing
Communication Mix atau The Promotion Mix menurut Smith
(1993:19) yakni konsumen bersedia membayar lebih demi
kenyamanan, keunggulan, penampilan, dan gengsi. Selain
citra perusahaan dan merek (company and brand image)
sebagai kekuatan yang memberikan pengakuan seketika
(instant recognition) terhadap perusahaan itu.
F. Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan survey
dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang
sesuatu obyek penelitian. Sedangkan untuk melukiskan
setiap variabel yang diteliti digunakan metode deskriptif
analitis yaitu penelitian yang bertujuan untuk melukiskan
secara sistematis atau karakteristik populasi tertentu
secara faktual dan cermat.
2. Teknik Pengumpulan Data
9
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Angket sebagai data primer. Angket ini berupa
lembaran pertanyaan tertulis yang disebarkan kepada
responden berisikan 4 pertanyaan tentang data diri
responden (jenis kelamin, usia, pendidikan dan
pekarjaan), 19 pertanyaan penelitian yang bersifat
tertutup dengan menggunakan skala Likert meliputi 5
alternatif jawaban ( sangat puas, puas, cukup, tidak
puas, sangat tidak puas) dengan masing-masing skor
pada setiap item 1-5 serta 1 pertanyaan terbuka
tentang saran dan kritik responden.
b. Observasi sebagai data sekunder. Pengumpulan data
dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
terhadap obyek penelitian. Dalam hal ini pengamatan
terrhadap fasilitas yang tersedia pada obyek penelitian
secara kasat mata.
c. Wawancara sebagai data sekunder. Langkah
mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya-
jawab secara langsung dengan sumber data yang
relevan dengan konteks penelitian.
10
d. Dokumentasi sebagai data sekunder. Data yang
dikumpulkan ini melengkapi data-data penelitian
lainnya yang sifat tercetak (printed) antara lain profil
perusahaan, logo perusahaan dan beberapa foto
dokumentasi yang melengkapi keseluruhan penelitian.
G. Populasi dan Teknik Sampel
a. Populasi dalam penelitian ini adalah para pelanggan
yang mengunjungi Warung Nasi Ampera Cabang Jalan
Soekarno-Hatta Bandung . Dalam hal ini penelitian
dilaksanakan selama 8 hari kerja (setiap Sabtu dan
Minggu) selama bulan Nopember 2012.
b. Teknik sampel yang digunakan adalah Purposive
Sampling yaitu memilih orang-orang tertentu pelanggan
Warung Nasi Ampera Cabang Soekarno-Hatta Bandung
yang dianggap mewakili seluruh populasi penelitian.
Dalam hal ini peneliti telah menentukan 40 responden.
H. Analisis Data
11
Untuk menganalisis data dilakukan dengan cara
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Adapun langkah-
langkah untuk menganalisis data ini, sebagai berikut :
a. Melakukan proses editing terhadap angket yang
kembali dengan tujuan untuk meneliti aspek
kelengkapan dan kejelasan atas jawaban yang diberikan
responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam angket.
b. Setelah dianggap memenuhi persyaratan, dilakukan
tahap analisis data dengan menggunakan teknik
statistik deskriptif yang bertujuan untuk melihat data
seperti apa adanya. Ada dua cara yang akan dilakukan
dalam penelitian ini yaitu untuk analisis data responden
dilakukan dengan analisis potret data (frekuensi dab
persentase) dengan menggunakan rumus :
100%
- f adalah frekuensi dan n sebagai jumlah sampel.
Sedangkan untuk data penelitian dilakukan dengan
analisis kecenderungan nilai tengah, dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
12
- Menghitung jumlah skor yang diperoleh dari tiap-tiap
jawaban item dan mengelompokannya sesuai
dengan yang diperoleh responden.
- Menjumlah seluruh skor jawaban item dari tiap-tiap
indikator, lalu membaginya dengan banyaknya
responden.
- Untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya nilai
atau skor yang diperoleh, maka akan diamati
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
0,50 - 1,49 berarti sangat rendah
1,50 – 2,49 berarti rendah
2,50 - 3,49 berarti cukup
3,50 - 4,49 berarti tinggi
13
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Motivasi .
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah,
dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.
Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah,
dan ketekunan.
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow,
teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi
kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari
sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu.
Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan
orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk
14
mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan
pekerjaannya yang sekarang.
Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang
berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan
dengan semangat seperti contoh dalam percakapan "saya
ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini
bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya
memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami
bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di
masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah
alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama
dengan semangat.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas,
intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha,
tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang
memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah
yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang
terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa
lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
15
Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan.
Dorongan atau tenaga berupa gerak jiwa dan jasmani untuk
berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force
yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku dan di
dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu
di mulai dengan motivasi (niat). Menurut Wexley & Yukl
(dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau
penimbulan motif. Motivasi juga dapat diartikan sesuatu hal
atau keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut Mitchell
(dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses
psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan
terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter)
yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002)
motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal,
atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan
timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal
melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan
bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus
16
merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut
adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating
states), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut
(motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku
tersebut (goals or ends of such behavior).
McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan
motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang
yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi
mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks
dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap
anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini
berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik
secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas
dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk,
2003).
Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan
motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena
kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat
menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi
17
kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di
dalam diri seseorang.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu
perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala
kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong
individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan
adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus
terpuaskan.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu :
1. Faktor Internal yakni faktor yang berasal dari dalam diri
individu, terdiri atas:
- Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang
termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu
banyak tergantung pada proses kognitif berupa
persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri
akan mendorong dan mengarahkan perilaku
seseorang untuk bertindak;
18
- Harga diri dan prestasi; faktor ini mendorong atau
mengarahkan inidvidu (memotivasi) untuk berusaha
agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan
memperoleh kebebasan serta mendapatkan status
tertentu dalam lingkungan masyarakat; serta dapat
mendorong individu untuk berprestasi;
- Harapan; adanya harapan-harapan akan masa
depan. Harapan ini merupakan informasi objektif dari
lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan
subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari
perilaku.
- Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan
untuk menjadikan dirinya sendiri yang berfungsi
secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya
secara total. Kebutuhan akan mendorong dan
mengarahkan seseorang untuk mencari atau
menghindari, mengarahkan dan memberi respon
terhadap tekanan yang dialaminya.
- Kepuasan kerja; lebih merupakan suatu dorongan
afektif yang muncul dalam diri individu untuk
19
mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari
suatu perilaku.
3. Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri
individu, terdiri atas:
- Jenis dan sifat pekerjaan; dorongan untuk bekerja
pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu sesuai
dengan objek pekerjaan yang tersedia akan
mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau
pilihan pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi ini juga
dapat dipengartuhi oleh sejauh mana nilai imbalan
yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud;
- Kelompok kerja dimana individu bergabung;
kelompok kerja atau organisasi tempat dimana
individu bergabung dapat mendorong atau
mengarahkan perilaku individu dalam mencapai
suatu tujuan perilaku tertentu; peranan kelompok
atau organisasi ini dapat membantu individu
mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran,
kejujuran, kebajikan serta dapat memberikan arti
bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam
kehidupan sosial.
20
- Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu
terdorong untuk berhubungan dengan rasa
mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif
dengan lingkungannya;
- Sistem imbalan yang diterima; imbalan merupakan
karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang
dibutuhkan oleh seseorang yang dapat
mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah
tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang
mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem
pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk
berperilaku dalam mencapai tujuan; perilaku
dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan
tercapai maka akan timbul imbalan.
C. Motivasi Kerja
21
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Koperasi Sejahtera Bersama
Koperasi Sejahtera Bersama atau sering disebut SB berkembang pesat dari koperasi simpan pinjam menjadi raksasa koperasi yang menggarap beberapa bisnis baru. Badan usaha yang dimotori Dasep dan Iwan Setiawan ini pada 14 Juli 2009 sudah mengakuisisi 68,75% saham PT Faryan Nusantara, perusahaan yang bergerak dalam bidang migas. Kemudian pada 10 Februari 2010, koperasi tersebut membeli 65% saham PT Cipta Ekatama Nusantara yang bergerak dalam bidang properti.
22
Pada 2009, total aset SB melonjak dari Rp 1 milyar pada saat pertama berdiri menjadi lebih Rp 100 milyar. Jumlah anggota SB juga membengkak dari hanya 900 anggota hinggga mencapal 17 ribuan anggota. Kiprah bisnis SB pun kini mulai mengembangkan beberapa unit perdagangan, bergerak dalam bidang finance dengan nama SB Finance. Selain itu, SB juga kini tengah giat mengembangkan unit usaha ritel minimarket dan furniture dengan nama SB Mart dan SB Furniture.
SB Mart dan SB Furniture cukup memberikan kontribusi besar bagi profit SB dan menjadi penopang bisnis SB sejak beberapa tahun berdiri. SB Mart adalah payung bisnis yang mengelola franchise minimarket. Saat ini SB Mart memiliki 32 cabang dari sekitar 3 atau 4 unit bisnis pada tahun 2006 .Margin bisnis ini maksimal 5% dari investasi
Sedangkan SB Furniture adalah payung unit bisnis furniture yang memiliki franchise MER dan Furnimart. MER pertama dibuka di Sukabumi pada 2007, di Solo tahun 2008 dan di Cipto pada 2008. Furniture mempunyai margin minimal 20% setiap bulan dari omset. Franchise MER dalam tiga tahun sudah BEP(break event point) meskipun investasinya masih sebatas satu milyar rupiah.
MER dan Furnimartdiawali kerjasama dengan grup Olympic milik AU Bintoro, icon furniture di Indonesia. MER sendiri adalah merk waralaba asing yang hak master franchise-nya dipegang Olympic Group. Orang Indonesia pasti akan lebih aware dengan merek asing. Sedangkan Furnimart dirancang untuk menyasar segmen menengah bawah.
B. Ritel SB Mart
SB Mart adalah salah satu unit usaha dari Sejahtera Bersama Finance yang bergerak dalam bidang perdagangan kebutuhan pokok yang diharapkan dapat menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari bagi anggota / calon anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya dengan kualitas
23
baik dan harga yang terjangkau serta menjadi pembina bagi toko-toko kecil yang dimiliki masyarakat disetiap daerah.
Beberapa tahun ini SB sedang serius menggeluti SB Mart sebagai payung bisnis yang mengelola franchise minimarket. Saat ini SB Mart memiliki 32 cabang sejak berdiri pada tanggal 3 Agustus 2010 atau 22 Sya’ban 1431 H.
Pendirian SB Mart dilatarbelakangi oleh rasa rindu akan hadirnya sarana belanja bagi masyarakat umum yang betul-betul memihak masyarakat umum baik konsumen, pedagang serta pelaku ekonomi di lingkungan sekitar SB Mart berdiri. Itu sebabnya SB Mart memiliki nuansa yang berbeda dengan minimarket-minimarket yang sudah ada. Juga memiliki filosofi dan orientasi yang berbeda.
Seiring dengan maraknya bisnis ritel minimarket di Indonesia, SB Mart hadir dalam melayani masyarakat dengan nuansa gerai yang berbeda. Baik dalam hal suasana belanja, tampilan, ataupun produk-produk yang dijual didalamnya. SB Mart tidak menjual minuman keras serta barang-barang haram lainnya sehingga SB Mart sangat bersahabat dengan keluarga Indonesia.
Di SB Martpun dijual barang dagangan yang khas seperti Habbatusauda, air Zam-Zam, jus kurma, peralatan shalat, serta buku-buku islam membuat SB Mart terlihat sangat kental dengan nuansa Islamnya. Dengan variasi produk lebih dari 4.000 item barang dagangan, serta diperkuat dengan manajemen Syariah dan Sistem Teknologi Informasi (IT) yang mumpuni, diharapkan masyarakat dapat mengandalkan keberadaan SB Mart di lingkungannya masing-masing sebagai penyedia kebutuhan pokok sehari-hari, terlebih lagi SB Mart menyediakan variasi buah lebih banyak khususnya buah-buah lokal.
SB Mart memiliki program-program yang sangat berpihak kepada pedagang kecil serta pelaku usaha dilingkungan sekitar SBmart, yaitu dengan program Rak Kemitraan, Muhasaba (Mitra Usaha Sejahtera Bersama), serta Harga Anggota. Rak kemitraan digunakan sebagai sarana untuk menampung produk-produk baik itu berupa makanan,
24
kerajinan dan lain sebagainya yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar gerai SB Mart berada.
Oleh karena itu rencana ekspansi SBmart diarahkan untuk dapat menjangkau sampai ke pelosok daerah. Dengan program-program tersebut diharapkan SB Mart menjadi pembina bagi toko-toko kecil yang dimiliki masyarakat disetiap daerah serta dapat betul-betul menjadi minimarket yang mampu bersaing dan mensejahterakan setiap anggota / calon anggota Sejahtera Bersama Finance dan masyarakat luas pada umumnya.
Dalam menjalankan usahanya, SB Mart memegang teguh prinsip-prinsip Koperasi yang diorientasikan untuk dapat membantu, memperkokoh dan mengembangkan perekonomian masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial dari masyarakat itu sendiri. SB Mart memiliki Anggota yang sangat banyak dan tersebar diseluruh Indonesia.
Layaknya filosofi perekonomian “dari anggota untuk anggota”, SB Mart memberikan harga khusus kepada anggotanya. Harga yang sangat murah ini diharapkan mampu memberikan loyalitas lebih kepada anggota untuk berbelanja dan memenuhi kebutuhan sehari-hari di SB Mart. Semakin sering anggota berbelanja di SB Mart maka semakin besar SHU yang dinikmati.
Akan tetapi target market SB Mart tidaklah melulu anggota, target utama adalah keluarga muslim dari kalangan menengah. Oleh karena itu SB Mart didirikan dengan motto Nyaman dan Ideal. Pendirian gerai-gerai SB Mart selalu mempertimbangkan kondisi tersebut. Mulai dari parkiran yang luas, tampilan gerai yang bersih, lorong belanja yang lebar, pelayanan yang ramah, penyediaan trolley belanja dan lain sebagainya. Tersedianya harga yang sesuai dengan seluruh target market SB Mart diharapkan mampu memuaskan seluruh konsumen sehingga SB Mart Ideal bagi semua kalangan.
Dengan cepatnya pertumbuhan gerai dan tepatnya posisi dari gerai itu sendiri, maka besar harapan kami SB Mart dapat berkembang dengan cepat dan baik, serta menjadi tempat belanja yang nyaman dan ideal sesuai dengan visi dan misinya dalam melayani masyarakat.
25
C. Visi, Misi dan Motto SB Mart
Visi SB Mart dirumuskan secara spesifik dengan kalimat “Menjadi jaringan distribusi ritel berdaya saing tinggi yang mensejahterakan”. Sedangkan Misinya adalah “Menjalankan unit usaha dengan struktur yang baik dan efisien dengan azas pelayanan.”
Motto SB Mart yaitu “Belanja Nyaman dan Ideal”. Nyaman dengan sapaan, senyum dan pelayanan kepada setiap konsumen, bersih, sejuk, rapi, ideal, dan sesuai harapan target market SB Mart, anggota dan konsumen umum. Ideal harganya, tempatnya dan produknya.
Adapun posisioning yang diciptakan ditetapkan sebagai berikut :
Sarana belanja yang nyaman, bersih dan ramah. Selling space 120 m2.
Variasi produk yang dijual kurang lebih 3500 item.
Harga terjangkau bagi seluruh masyarakat dan murah bagi anggota/calon anggota.
Dekat, murah dan berwawasan kedepan serta mampu memenuhi harapan konsumen SB Mart.
D. Legalitas Usaha SB Mart
1. Serifikasi Usaha Koperasi Nomor : 518/025–KUKM & PERINDAG/TAHUN 2010 dari Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian, Perdagangan Pemerintahan Kota Bandung.
2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Nomor: 510/2-7661-BPMPPT dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Pemerintah Kota Bandung.
3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Nomor: 101125100422 dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Prizinan Terpadu Pemerintah Kota Bandung.
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Nomor: 02.300.901.2-429.002 dari Direktorat Jenderal Pajak Departemen
26
Keuangan Republik Indonesia Kantor Wilayah Kanwil DJP Jawa Barat I.
E. Pembahasan
Data responden dalam penelitian ini adalah pelanggan yang
datang ke gerai Alfamart di Perumahan Permata Biru Bandung.
Penelitian dilaksanakan selama 4 hari kerja setiap hari Minggu pada
bulan Nopember 2012. Penetapan satu hari kerja pada akhir pekan
karena hari libur dimana sebagian konsumen lebih aktif melakukan
belanja keluarga di gerai ini.
Data responden yang dihimpun mencakup jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, pekerjaan/profesi. Hal ini yang dimaksudkan
untuk melukiskan secara sistematis atau karakteristik populasi
tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat yang
merupakan dasar dari seluruh pertanyaan penelitian yang diajukan
dalam angket. Data responden tersebut diperlukan untuk melengkapi
penganalisaan karena setiap responden dalam menyampaikan
penilaiannnya berdasarkan frame of refference dan field of experience.
1. Data Responden Konsumen Alfamart Perumahan Permata Biru
1.1. Jenis Kelamin
Tabel 3.1.Jenis Kelamin Responden
27
No.
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Pria 25 62,5%2 Wanita 15 37,5%
Jumlah 40 100 %
Dari pertama pada Tabel 3.1. Jenis kelamin responden
dari 40 responden, terdapat 25 responden atau 62,5%%
adalah pria, sedangkan 15 responden atau 37,5%
perempuan. Berdasarkan data resonden tersebut ditafsirkan
bahwa perbandingan antara pelanggan berjenis kelamin pria
dan wanita yang berkunjung ke Alfamart Perumahan
Permata Biru Bandung selisih 10 responden. Pelanggan pria
lebih sering berkunjung dibandingkan wanita.
1.2. Usia
Tabel 3.2.Usia Responden
Alternatif Jawaban Jumlah Persentase20- 25 Tahun 8 20%26-30 Tahun 8 20%31-35 Tahun 8 20%36-40 Tahun 6 15%Diatas 41 tahun 10 25%Jumlah 40 100%
28
Tabel di atas menunjukan bahwa mayoritas usia
responden di atas 40 tahun atau 25 % dari keseluruhan
responden. Sedangkan sebagian lainnya merata sekitar 20%
di seluruh usia antara 21-25 tahun sebanyak 8 responden
atau 20%, usia 26-30 tahun 8 responden atau 20% dan usia
antara 31-40 tahun sebanyak 8 responden atau 20%, usia
antara 41-50 tahun sebanyak 9 responden atau 20, 94 % dan
terakhir usia di atas 40 tahun sebanyak 10 responden atau
25 %.
Data tersebut dapat ditafsirkan bahwa pelanggan
Alfamart Perumahan Permata Biru Bandung sudah berusia
dewasa, di atas 20 tahun dan bervariasi hingga 40 tahun,
Jumlah pelanggan pada usia tersebut berada pada kisaran
75% dari seluruh responden. Selebihnya diatas usia 41
tahun, atau sekitar 25 persen dari seluruh pelanggan. Data
tersebut menunjukan bahwa pelanggan sebagian besar
hampir sebaya, mereka masih relatif muda. Pengecualiaan
diatas usia 40 tahun menunjukan penurunan signifikan
bahwa pelanggan yang sudah berusia lanjut sudah jarang
kembali bertandang.
29
1.3. Pendidikan Terakhir
Tabel 1.3.Pendidikan Terakhir Responden
Alternatif Jawaban
Jumlah Persentasi
SLTA 9 22,5 %Sarjana (S1) 29 72,5 %Pascasarjana
(S2)2 5 %
Jumlah 40 100%
Tabel di atas menunjukan pendidikan terakhir
responden mayoritas pendidikan sarjana sebanyak 29
responden atau 72,5 %, ditambah sedikit pendidikan
pascasarjana 2 responden atau 5%. Sisanya responden yang
berpendidikan SLTA sebanyak 9 responden atau 22,5 % saja.
Data di atas menggambarkan realitas pelanggan yang
bertandang Alfamart Perumahan Permata Biru Bandung
berpenddikan tinggi. Sebagian besar mereka pendidikan
sarjana bahkan sebagian kecil telah menempuh
pascasarjana. Pelanggan yang berpendidikan minimal SLTA
lebih sedikit dibanding sarjana. Penafsiran berdasarkan latar
belakang pekerjaan/profesi ini ada hubungannya dengan
pekerjaan. Mereka yang telah menempuh pendidikan tinggi
ini telah memiliki pekerjaan atau berpenghasilan.
30
1.4. Pekerjaan /Profesi
Tabel 1.4.Pekerjaan/Profesi Responden
Alternatif Jawaban Jumlah PersentasiPelajar/Mahasiswa 5 16,28 %PNS/Militer 4 10 %Pegawai Swasta 11 27,5 %Wiraswasta 6 15 %Ibu Rumah Tangga 14 35 %Jumlah 40 100 %
Pada tabel 3.4 menunjukan bahwa pekerjaan atau
profesi responden adalah ibu rumah tangga yang mencapai
14 responden atau 35%. Sedangkan sebagian pekerjaan dan
profesi responden lainnya berturut-turut pegawai swasta 11
responden (27,5%), PNS/militer 4 responden (10%),
wiraswasta 6 responden (15%) dan pelajar/mahasiswa 5
responden (16,28%).
Dari data di atas pekerjaan/profesi pelanggan yang
datang ke Alfarmart Perumahan Permata Biru teridentifikasi
sebagian besar berasal dari ibu rumah tangga. Responden
dengan kualifikasi ibu rumah tangga tidak terdeteksi latar
belakang pendidikan atau pekerjaannya. Jumlah terbesar
kedua ditempati para pegawai swasta dan wiraswasta.
Sedangkan pelanggan dari kalangan PNS dan militer
31
sebanding jumlahnya dengan pelanggan yang masih sekolah
atau kuliah dengan selisih satu orang saja.
2. Kepuasan Pelanggan atas Pelayanan dan Pertunjukan Live Music
Berikut rincian hasil penelitian :
2.1. Indikator pertama diajukan untuk mengetahui respon secara
keseluruhan yang kasat mata dengan pertanyaan pada
responden, puaskan Anda terhadap sarana dan fasilitas yang
tersedia pada Alfamart Perumahan Permata Biru Bandung?
Atas pertanyaan tersebut diperoleh hasil pendataan bahwa
32 responden (80%) yang menilai puas, dan 8 responden
(20%) menilai cukup puas. Dengan demikian, nilai rata-rata
adalah 3,80. Angka tersebut berada pada interval 3,5 – 4,49.
Artinya untuk item nomor 1, respon pelanggan berada pada
katagori tinggi yang sekaligus menunjukan ada hubungan
yang kuat antara kepuasan pelanggan terhadap fasilitas
yang tersedia di Alfamart Perumahan Permata Biru
Bandung .
2.2. Indikator yang kedua dengan pertanyaan yang diarahkan
untuk mengukur kredibilitas pegawai pelayanan dengan
pertanyaan pada responden, puaskah Anda terhadap
layanan pegawai di Alfamart Perumahan Permata Biru
Bandung?
32
Diperoleh data dari responden bahwa 2 responden atau 5%
yang menilai pelayanan pegawai pada perusahaan mini
market ini sangat memuaskan. Selebihnya yakni 24 ( 60%)
responden menilai puas, 14 (35%) responden menilai cukup
puas. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 3,70 dan berada
pada interval 3,50 – 4,49 yang berarti katagori tinggi. Hal ini
dimaknai bahwa pelayanan pada mini market ini memenuhi
harapan pelanggan.
2.3. Indikator yang ketiga dengan pertanyaan yang diarahkan
untuk mengetahui tanggapan tentang gagasan/ide
meningkatan komunikasi dengan pelanggan. Puaskah Anda
dengan ide/gagasan kartu member atau kuis pada moment
tertentu oleh manajemen pelayanan Alfamart Perumahan
Permata Biru Bandung?
Diperoleh data bahwa 22 responden (45%) menilai puas dan
18 responden (35%) menilai cukup puas. Nilai rata-rata yang
diperoleh 3,55 berada pada katagori tinggi. Penilaian
pelanggan tersebut dimaknai bahwa ide/gagasan
manajemen menyelenggarakan pertunjukan kuis dinilai baik
dan pelanggan merasakan kepuasan.
2.4. Indikator yang keempat untuk mengukur kompetensi
pelayan Alfamart Perumahan Permata Biru Bandung dengan
33
pertanyaan, puaskah Anda atas pelayanan Alfamart
Perumahan Permata Biru Bandung ?
Hasil penilaian responden masing-masing 30 responden
(75%) menilai puas, dan 10 responden (25%) menilai cukup
puas. Data ini menunjukan komulasi nilai yang tinggi dan
berada pada interval 3,50 – 4,49. Hal ini dimaknai bahwa
memenuhi penilaian yang tinggi menunjukan perasaan puas
atas pelayanan pegawai.
34