bab iii perlindungan hukum bagi bank bilamana …repository.unair.ac.id/13741/11/11. bab...
TRANSCRIPT
36
36
BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANK BILAMANA PEMEGANG
SERTIFIKAT PENDIDIK DIBERHENTIKAN DARI STATUS TENAGA
PENDIDIK PROFESIONAL
Telah dibahas pada bab sebelumnya mengenai karakteristik sertifikat
pendidik yang tidak memenuhi syarat benda jika dijadikan sebagai objek jaminan.
Hal tersebut mempunyai konsekuensi pada hak yang dilahirkan atas
dijaminkannya sertifikat pendidik bukanlah jaminan kebendaan dan hanya berupa
hak perorangan. Selain itu, terdapat konsekuensi yang lain yakni bank sebagai
kreditor hanya mempunyai hak retensi atas sertifikat pendidik yang dijaminkan
oleh debitor bilamana debitor wanprestasi.
Maksud dari hak retensi sendiri adalah hak yang diberikan oleh undang-
undang atau karena perjanjian kepada kreditor untuk menahan sesuatu kebendaan
di dalam penguasaannya sampai piutang pemilik kebendaan itu dilunasi oleh
debitor yang bersangkutan. Hak yang demikian ini timbul karena adanya piutang
atau tagihan yang belum dibayar oleh debitor kepada kreditor, karenanya kreditor
menahan kebendaan yang bertalian dengan piutang tersebut. 50
Sederhananya adalah, bank diberikan kuasa untuk menahan sertifikat
pendidik millik debitor sampai dengan waktu dimana debitor telah melunasi
kewajibannya. Namun, hal tersebut sebenarnya tetap tidak menguntungkan dari
50 Rachmadi Usman, Op. Cit, h. 524
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
37
sisi bank karena kembali pada sifat sertifikat pendidik yang tidak dapat
diuangkan, tidak marketable, dan tidak liquid hingga pada akhirnya mempunyai
konsekuensi bahwa sertifikat pendidik tidak dapat dieksekusi bilamana debitor
wanprestasi.
Dalam hal pemberhentian status guru dan dosen telah dijelaskan dalam
Pasal 30 dan Pasal 67 UU Guru dan Dosen. Dalam pasal tersebut menjelaskan
tentang pemberhentian guru dan dosen baik dengan hormat maupun secara tidak
hormat. Sesuai yang dijelasakan dalam Pasal 30 UU Guru dan Dosen yang
menjelaskan bahwa :
(1) Guru dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatan sebagai guru karena: a. Meninggal dunia; b. Mencapai batas usia pensiun; c. Atas permintaan sendiri; d. Sakit jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat melaksanakan tugas
secara terus-menerus selama 12 (dua belas) bulan; atau e. berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama antara guru
dan penyelenggara pendidikan. (2) Guru dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru
karena: a. Melanggar sumpah dan janji jabatan; b. Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama; atau c. Melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1 (satu) bulan
atau lebih secara terus- menerus. (3) Pemberhentian guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. (4) Pemberhentian guru karena batas usia pensiun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilakukan pada usia 60 (enam puluh) tahun. (5) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah yang
diberhentikan dari jabatan sebagai guru, kecuali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, tidak dengan sendirinya diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil.
Senada dengan ketentuan pemberhentian terhadap guru seperti yang
dijelaskan dalam pasal tersebut juga diatur perihal pemberhentian terhadap dosen
yang terdapat pada Pasal 67 UU Guru dan Dosen bahwa :
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
38
(1) Dosen dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatan sebagai dosen karena: a. Meninggal dunia; b. Mencapai batas usia pensiun; c. Atas permintaan sendiri; d. Tidak dapat melaksanakan tugas secara terus-menerus selama 12 (dua
belas) bulan karena sakit jasmani dan/atau rohani; atau e. Berakhirnya perjanjian kerja atau. kesepakatan kerja bersama antara
dosen dan penyelenggara pendidikan. (2) Dosen dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai dosen karena:
a. Melanggar sumpah dan janji jabatan; b. Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama; atau c. Melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1 (satu) bulan
atau lebih secara terus-menerus. (3) Pemberhentian dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan tinggi yang bersangkutan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(4) Pemberhentian dosen karena batas usia pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan pada usia 65 (enam puluh lima) tahun.
(5) Profesor yang berprestasi dapat diperpanjang batas usia pensiunnya sampai 70 (tujuh puluh) tahun.
(6) Dosen yang diangkat oleh Pemerintah yang diberhentikan dari jabatan sebagai dosen, kecuali sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dan huruf b, tidak dengan sendirinya diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil.
Adanya ketentuan yang mengatur tentang pemberhentian tenaga pendidik
tentunya membawa konsekuensi bahwa hapusnya status guru dan dosen yang
telah diberhentikan mempunyai konsekuensi pada tidak berlakunya sertifikat
pendidik yang bersangkutan, karena dengan diberhentikannya debitor dari status
tenaga pendidik praktis debitor tidak lagi mendapat tunjangan profesi yang
menjadi hak-nya selama masih menyandang status tenaga pendidik. Seperti yang
dijelaskan dalam Pasal 1 angka 8 UU Guru dan Dosen mengenai pemberhentian
kerja bahwa :
Pemutusan hubungan kerja atau pemberhentian kerja adalah pengakhiran perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama guru atau dosen karena sesuatu hal yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
39
guru atau dosen clan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan scsuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dari ketentuan tersebut dapat diartikan bahwa tunjangan profesi yang
dijadikan sumber pembayaran angsuran tidak lagi diterima setelah debitor
dinyatakan untuk diberhentikan dari status tenaga pendidik. Tidak berlakunya
sertifikat pendidik praktis juga menjadikan posisi sertifikat pendidik yang
dijaminkan tidak bermanfaat bagi bank, walaupun masih terdapat hak retensi yang
dimiliki oleh bank namun tidak berlakunya sertifikat pendidik tidak memberikan
benefit apapun pada bank, bahkan pada pemilik sertifikat pendidik yang
bersangkutan. Keadaan dimana tunjangan profesi tidak lagi diterima setelah
debitor diberhentikan tentunya dapat berpengaruh pada kualitas pembayaran
karena tunjangan profesi tersebut berperan sebagai sumber pembayaran yang
utama. Dalam keadaan tersebut maka sangat dimungkinkan dan bahkan
berpotensi akan terjadi kredit bermasalah.
Oleh karenanya, sebelum merealisasikan kredit bagi tenaga pendidik
profesional yang menjadi calon debitor dengan menggunakan sertifikat pendidik
sebagai jaminan, hendaknya bank menerapkan prinsip kehati-hatian dengan
melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir risiko-risiko yang kemungkinan
terjadi di kemudian hari yang salah satunya adalah wanprestasi atau gagal bayar
oleh debitor.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
40
1. Upaya Bank Meminimalisir Risiko Kredit
Dalam pemberian kredit ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai
upaya untuk melindungi dan mengamankan dana masyarakat yang dikelola bank
dan disalurkan dalam bentuk kredit, yaitu : 51
a. Harus dilakukan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian (prudential
principles).
b. Harus mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitor
untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.
c. Wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan masyarakat
yang mempercayakan dananya pada bank.
d. Harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.
Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian dan dipancangkannya
berbagai rambu sebagai penjabaran dari prinsip kehati-hatian tersebut antara lain
adalah untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan melindungi nasabah
penyimpan dana. Dengan demikian diharapkan bank akan selalu dalam keadaan
sehat, sehingga dapat memenuhi kewajibannya kepada para penyimpan dananya
(liquid dan solvent) dan dapat melakukan kegiatan yang menunjang
pembangunan. Hal yang terpenting adalah bertujuan agar likuiditas dan
solvabilitas bank terjamin. Dengan demikian kadar kepercayaan masyarakat
kepada perbankan dalam mengelola dananya tetap terjaga dan tidak meragukan
lagi. Tegasnya sebagai lembaga perantara (financial intermediary) adalah wajar
apabila bank mengejar keuntungan (profitability), namun di sisi lain harus juga 51 Agus Yudha Hernoko, “Lembaga Jaminan Hak Tanggungan sebagai Penunjang Kegiatan Perkreditan Perbankan Nasional”, Tesis, Program Pascasarjana, Unair, Surabaya, 1998, h. 54
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
41
diimbangi dengan rasa aman baik bagi bank maupun nasabah penyimpan dana
(safety). 52
Sebagai konkretisasi dari penerapan prinsip kehati-hatian, dalam hal
pemberian kredit bank terlebih dahulu akan diperlukan suatu analisis atau
penilitian terhadap calon debitor dengan menggunakan beberapa asas atau prinsip
perkreditan yang dijadikan pedoman untuk penilaian kelayakan aplikasi atau
permohonan kredit.
1.1 Analisis Kredit
Jika dibandingkan dengan produk dan jasa perbankan yang
ditawarkan, pendapatan atau keuntungan suatu bank lebih banyak
bersumber dari pemberian kredit kepada nasabahnya. Oleh karenanya,
pemberian kredit tersebut pasti secara terus-menerus dilakukan oleh bank
dalam rangka menjaga kesinambungan operasionalnya. Hal ini
mencerminkan bahwa kredit adalah sumber pendapatan utama bank.
Tentunya hal tersebut bukan tanpa risiko. Semakin besar kredit yang
dikucurkan oleh bank maka semakin besar pula risiko akan terjadi kredit
macet atau gagal bayar oleh nasabah. Posisi kredit sebagai sumber
pendapatan utama akan menjadi bumerang ketika terjadi kredit macet,
karena kredit macet akan berpengaruh pada penurunan laba,
membengkaknya biaya operasional dan likuiditas keuangan bank yang akan
52 Sutan Remi Syahdeni, Sudah memadaikah Perlindungsn Yang Diberikan Oleh Hukum Kepada Nasabah Penyimpan Dana ?, Orasi Ilmiah pada Peringatan Lustrum VII/Dies Natalis XL Universitas Airlangga, 10 Nopember 1994, h. 12-13 sebagaimana dikutip oleh Agus Yudha Hernoko, Ibid, h. 48
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
42
terganggu. Dengan demikian diperlukan upaya preventif oleh bank yang
digunakan untuk meminimalisir kemungkinan adanya risiko kredit macet
yang salah satunya dengan analisis kredit.
Menurut Sutan Remi Sjahdeni, analisis kredit dilakukan untuk
mengetahui kemauan nasabah untuk membayar kembali kredit yang
diberikan oleh bank dan untuk mengetahui kemampuan nasabah untuk
membayar kembali kredit tersebut. Dalam kalangan perbankan dikenal
dengan istilah mengukur faktor willingness to repay dan ability to repay
nasabah. 53 Dalam teori perbankan terdapat beberapa prinsip dasar yang
perlu dilakukan sebelum bank memutuskan permohonan kredit calon
debitor yang antara lain dikenal 5C, 5P, 3R, 6A.
1. Prinsip 5 C
a. Character
Character menggambarkan watak dan kepribadian calon debitor.
Bank perlu melakukan analisis terhadap karakter calon debitor, tujuannya
adalah untuk mengetahui bahwa calon debitor mempunyai keinginan untuk
memenuhi kewajiban membayar pinjamannya sampai dengan lunas. Bank
ingin mengetahui bahwa calon debitor mempunyai karakter yang baik, jujur,
dan mempunyai komitmen terhadap pelunasan kredit yang akan diterima
bank. 54 Dalam prakteknya untuk sampai kepada pengetahuan bahwa calon
debitor tersebut mempunyai watak yang baik dan memenuhi syarat sebagai
53 Sutan Remi Sjahdeni, Kapita Selekta Hukum Perbankan, Jilid I Ketentuan-Ketentuan Pokok, tanpa tahun, tanpa penerbit, h. 59 sebagaimana dikutip dalam Trisadini P. Usanti, Prinsip Kehati-hatian Pada Transaksi Perbankan, Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga, 2013, h. 75 54 Ismail, Op.cit. h. 112
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
43
peminjam, tidaklah semudah yang diduga, terutama untuk debitor yang baru
pertama kalinya. Oleh karena itu, dalam upaya “penyidikan” tentang watak
ini pihak bank haruslah mengumpulkan data dan informasi-informasi pihak
yang dapat dipercaya. 55
Setelah keluarnya Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/BI/2007
tentang Sistem Informasi Debitur, bank semakin dimudahkan dalam hal
penerapan manajemen risiko. Bank mendapat fasilitas berupa kemudahan
dalam hal meminta informasi mengenai debitor kepada Bank Indonesia
untuk mengetahui riwayat kolektabilitas atau kualitas calon debitor. Hal ini
persis seperti yang dijelaskan dalam Pasal 22 ayat (1) Peraturan Bank
Indonesia Nomor 9/14/BI/2007 bahwa :
Informasi Debitur yang diperoleh Pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) hanya dapat digunakan untuk keperluan Pelapor dalam rangka: a. kelancaran proses Penyediaan Dana; b. penerapan manajemen risiko; dan c. identifikasi kualitas Debitur dalam rangka pemenuhan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
b. Capacity
Analisis terhadap capacity ini ditujukan untuk mengetahui
kemampuan calon debitor dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka
waktu kredit. Bank perlu mengetahui dengan pasti kemampuan calon
debitor tersebut. Kemampuan keuangan calon debitor sangat penting karena
merupakan sumber utama pembayaran kembali kredit yang diberikan oleh
bank. Semakin baik kemampuan keuangan calon debitor, maka akan
55 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum, Alfabeta, Bandung, 2009, h. 83
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
44
semakin baik kemungkinan kualitas kreditnya, artinya dapat dipastikan
bahwa kredit tersebut dapat dibayar sesuai dengan jangka waktu yang
diperjanjikan.56
Untuk mengetahui sampai dimana capacity calon peminjam, bank
dapat memperolehnya dengan berbagai cara, misalnya terhadap nasabah
lama yang sudah dikenalnya, tentu tinggal melihat-lihat dokumen-dokumen,
berkas-berkas, arsip dan catatan-catatan yang ada tentang pengalaman-
pengalaman kredit sebelumnya.57
Selain mengacu pada riwayat kredit sebelumnya dan juga jumlah
penghasilan bersih setelah dikurangi biaya pengeluaran bulanan, untuk
dapat mengetahui lebih jauh tentang capacity debitor yang dalam hal ini
adalah tenaga pendidik, dapat juga dilakukan dengan meminta informasi
tentang riwayat keuangan calon debitor kepada bendahara atau bidang
keuangan di institusi tempat tenaga pendidik atau calon debitor mengajar.
Capacity juga bertolak pada umur debitor yang dalam hal ini adalah tenaga
pendidik. Umur sangat berpengaruh pada pertimbangan jangka waktu
kredit, karena semakin mendekati umur pensiun maka jangka waktu
pemberian kredit akan menyesuaikan sisa umur produktif dari debitor yang
bersangkutan.
c. Capital
Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek kredit perlu
dilakukan analisis yang lebih mendalam. Modal merupakan jumlah modal
56 Ismail, Op.Cit, h. 112 57 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Op.Cit. h. 84
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
45
yang dimiliki oleh calon debitor atau berapa banyak dana yang akan
diikutsertakan dalam proyek yang dibiayai oleh calon debitor. Semakin
besar modal yang dimiliki oleh calon debitor akan semakin meyakinkan
bagi bank akan keseriusan calon debitor dalam mengajukan kredit.58
Asas capital atau modal ini menyangkut berapa banyak dan
bagaimana struktur modal yang telah dimiliki oleh calon debitor. Jumlah
modal yang dimiliki ini penting untuk diketahui oleh bank untuk menilai
tingkat debt to equity ratio (DER) 59 yang selanjutnya berkaitan dengan
tingkat rentabilitas dan solvabilitas serta jangka waktu pembayaran kembali
kredit yang akan diterima.60
Dalam hal kredit konsumtif yang berarti bahwa kredit yang
penggunaannya untuk keperluan pribadi atau tidak diperuntukkan bagi
keperluan usaha, misal diperuntukkan pada kredit KPR, bank terlebih
dahulu ingin mengetahui berapa prosentase uang muka yang akan diberikan
oleh debitor sebagai pertimbangan maupun keyakinan bank sebelum
memutuskan permohonan kredit, dan pada prinsipnya bank tidak akan
membiayai 100% dari harga rumah beserta seluruh biaya yang timbul.
d. Collateral
Collateral merupakan jaminan yang diberikan oleh calon debitor
atas kredit yang diajukan. Jaminan merupakan sumber pembayaran kedua,
artinya, apabila debitor tersebut tidak dapat membayar angsurannya dan
58 Ismail, Op.Cit, h. 113 59 Debt to quity ratio atau rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. 60 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Op.Cit, h. 85
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
46
termasuk dalam kriteria kredit macet, maka bank dapat melakukan eksekusi
terhadap jaminan. Hasil penjualan jaminan digunakan sebagai sumber
pembayaran kedua. 61
Selain mempunyai fungsi sebagai sumber pembayaran utang
seandainya debitor tidak mampu membayar dengan jalan
menjual/menguangkan jaminan tersebut, jaminan juga mempunyai fungsi
sebagai salah satu faktor penentu jumlah kredit yang dapat diberikan. Dalam
hal ini, biasanya bank tidak akan memberikan kredit lebih besar dari jumlah
nilai jaminan yang diberikan tersebut, kecuali dalam hal khusus atau
program-program kredit khusus, yang dimaksud dengan hal-hal khusus,
misalnya karena kepercayaan bank terhadap seorang debitor telah
sedemikian rupa besarnya berdasarkan pengalaman yang lalu yang telah
berjalan lama dan sering dan juga menunjukkan hal-hal yang selalu baik. 62
Secara terperinci pertimbangan atas collateral antara lain dikenal
dengan MAST 63:
• Marketability
Agunan yang diterima oleh bank haruslah agunan yang mudah
diperjualbelikan dengan harga yang menarik dan meningkat dari
waktu ke waktu, sehingga apabila terjadi masalah terhadap
pembayaran kembali kreditnya, maka bank akan mudah menjual
agunannya.
61 Ismail, Op.Cit, h. 113 62 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Op.Cit. h. 86 63 Ismail, Op.Cit, h. 113
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
47
• Ascertainability of value
Agunan yang diterima memiliki standar harga yang lebih pasti,
karena agunannya merupakan baran yang mudah didapat, sehingga
tidak perlu meminta bantuan lembaga appraisal dalam menaksir
harga barang agunannya.
• Stability of value
Agunan yang diserahkan bank memiliki harga yang stabil, sehingga
ketika agunan dijual maka hasil penjualan dapat meng-cover
kewajiban debitor.
• Transferability
Agunan yang diserahkan bank mudah dipindah baik secara fisik
maupun secara yuridis. Setiap orang mudah untuk dapat membeli
barang agunan, tidak perlu harus melakukan izin yang berbelit-belit.
Dengan diuraikannya pertimbangan atas collateral atau yang lebih
dikenal dengan MAST yang telah dijelaskan, semakin menguatkan
pernyataan bahwa sertifikat pendidik memang tidak memenuhi syarat benda
yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan. Hal tersebut dapat dilihat jika
ditinjau dari segi marketability, ascertainability of value, stability of value,
dan transferability, sertifikat pendidik tidak memenuhi semua syarat seperti
yang disyaratkan dalam MAST.
e. Condition of economy
Condition of economy merupakan analisis terhadap kondisi
perekonomian. Bank perlu mempertimbangkan sektor usaha calon debitor
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
48
dikaitkan dengan kondisi ekonomi, apakah kondisi ekonomi tersebut akan
berpengaruh pada usaha calon debitor di masa yang akan datang.
Dalam praktik perbankan, untuk calon nasabah yang mengajukan
kredit konsumtif, maka pada umumnya bank tidak melakukan analisis
terhadap condition of economy yang dikaitkan dengan calon debitor. Namun
demikian, bank akan mengaitkan antara tempat kerja atau institusi debitor
dengan kondisi ekonomi saat ini dan saat mendatang, sehingga dapat
diestimasikan tentang kondisi perusahaan tersebut. Hal ini terkait dengan
kelangsungan pekerjaan calon debitor dan pembayaran kembali kreditnya.64
2. Prinsip 5 P
a. Party (Golongan)
Bank mencoba melakukan penilaian terhadap beberapa golongan
yang terdiri dari golongan yang sesuai dengan character, capacity,
capital. Bank akan melihat ketiga prinsip tersebut dalam mengambil
keputusan kredit, karena ketiga prinsip tersebut merupakan prinsip
minimal yang harus dianalisis oleh bank sebelum memutuskan kredit
yang diajukan oleh calon debitor.65
b. Purpose (Tujuan)
Purpose lebih difokuskan terhadap tujuan penggunaan kredit yang
diajukan oleh calon debitor. Bank akan melihat dan melakukan analisis
terhadap tujuan kredit tersebut dengan mengaitkannya dengan beberapa
64 Ismail, Op.Cit, h. 115 65 Ibid
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
49
aspek sosial lainnya. 66 Yang tidak kalah pentingnya, setelah kredit
disetujui maka bank sebagai kreditor harus melakukan pengawasan
terhadap tujuan penggunaan kredit. Apakah penggunaan kredit tersebut
sudah sesuai dengan tujuan permohonan atau ada penyimpangan. Kredit
yang digunakan tidak sesuai dengan tujuan dapat berpotensi mempunyai
dampak negatif pada kelangsungan kredit tersebut.
c. Payment (Pembayaran Kembali)
Sebelum memutuskan permohonan kredit nasabah, maka yang
perlu dilakukan oleh bank adalah menghitung kembali kemampuan calon
nasabah dengan melakukan estimasi terhadap pendapatandan biaya.
Estimasi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui besarnya
keuntungan atau sisa dana yang tidak terpakai seabagai dana yang akan
dibayarkan sebagai angsuran kepada bank. Di samping menghitung
pendapatan, bank perlu memperkirakan jangka waktu debitor dapat
melunasi kreditnya disesuaikan dengan net-cash flow, yaitu perbandingan
antara cash in flow dan cash out flow calon debitor. 67
Dengan demikian maka bank akan mengetahui kemampuan debitor
untuk membayar kembali kreditnya, yang juga dapat menentukan
lamanya jangka waktu pengembalian kredit.
d. Profitability (Kemampuan Memperoleh Keuntungan)
Penilaian profitability tidak terbatas pada keuntungan calon
debitor, akan tetapi juga keuntungan yang akan dicapai oleh bank apabila
66 Ibid 67 Ibid, h. 116
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
50
kredit tersebut diberikan. Bank akan menghitung jumlah keuntungan
yang dicapai oleh calon debitor dengan adanya kredit dari bank dan tanpa
adanya kredit dari bank. Di samping itu, bank juga perlu menghitung
jumlah pendapatan yang akan diterima oleh bank dari kredit tersebut.
Jumlah tersebut dapat dilihat dari besarnya bunga yang akan diterima.
Selain itu, bank juga perlu mempertimbangkan pendapatan lain selain
bunga, misalnya pendapatan fee dan komisi karena debitor akan
melakukan setiap transaksinya melalui bank.68
e. Protection (Perlindungan)
Proteksi merupakan upaya perlindungan yang dilakukan bank
dalam rangka berjaga-jaga apabila calon debitor tidak dapat memenuhi
kewajibannya. Untuk melindungi kredit tersebut maka bank meminta
jaminan kebendaan kepada calon nasabah. Jaminan ini merupakan
sumber dana pembayaran kedua. 69 Selain meminta jaminan kebendaan
kepada debitor, untuk meminimalisir risiko yang akan terjadi di
kemudian hari terhadap jaminan kebendaan ataupun risiko terhadap
kredit itu sendiri (misal:gagal bayar), maka selain bank dapat
mengasuransikan jaminan kebendaan tersebut bank juga dapat
mengasuransikan kredit tersebut.
3. Prinsip 3 R
Konsep lain yang menyangkut pemberian kredit ialah yang disebut
dengan prinsip 3 R, yaitu :
68 Ibid 69 Ibid
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
51
a. Return
Return dapat diartikan sebagai hasil usaha yang dicapai oleh
perusahaan calon debitur. Bank perlu melakukan analisis terhadap hasil
yang akan dicapai oleh debitor. Analisis tersebut dilakukan dengan
melihat hasil yang telah dicapai sebelum mendapat kredit dari bank,
kemudian melakukan estimasi terhadap usaha yang mungkin akan
dicapai setelah mendapat kredit. 70
Penilaian terhadap kemungkinan hasil yang akan dicapai oleh
debitor akan sangat menentukan kemampuan debitor, apakah dari hasil
tersebut debitor mampu menutup kewajiban pengembalian pinjaman
kredit pada bank selaku kreditor.
b. Repayment
Repayment dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan calon
debitor untuk melakukan pembayaran kembali atas kredit yang telah
dinikmati.71 Dalam hal ini bank harus menilai berapa lama calon debitor
dapat membayar kembali pinjamannya. Penerapan prinsip ini bertujuan
agar dana yang telah dipinjamkan dapat terbayar kembali sesuai dengan
jangka waktu yang telah diperjanjikan.
c. Risk Bearing Ability
Dalam hal ini bank harus mengetahui dan menilai sampai sejauh
mana pemohon kredit atau calon debitor mampu menanggung risiko
70 Ibid, h. 117 71 Ibid
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
52
kegagalan andaikata terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. 72 Selain
kemampuan menanggung risiko dari perspektif pemohon kredit,
penilaian terhadap risk bearing ability juga harus diterapkan pada bank
selaku kreditor atau pemberi kredit. Bank harus menilai sejauh apa
keyakinan bank terhadap calon debitor yang dalam praktik diikuti dengan
pengikatan jaminan kebendaan.
1.2 Asuransi Kredit
Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992, tentang Usaha
Perasuransian, asuransi atau pertanggungan didefinisikan sebagai perjanjian
antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan
diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung, karena kerugian, kerusakan,
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Asuransi menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung
terhadap risiko yang dihadapi perorangan maupun risiko yang dihadapi
perusahaan. 73 Hal tersebut merupakan metode yang sangat tepat jika
diterapkan dalam usaha perbankan yang syarat akan risiko. Dalam hal ini
72 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Op.Cit, h. 90 73 Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, h. 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
53
berbagai kemungkinan kerugian yang dapat ditimpa usaha perbankan tidak
lain adalah setiap kerugian yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemberian kredit.
Pada dasarnya yang dapat dipertanggungkan pada asuransi kredit
atau pertanggungan kredit ialah penagihan ataupun segala kepentingan yang
berhubungan dengan penagihan. Penagihan dalam hal ini, haruslah diartikan
sebagai pengertian yang luas yaitu bukan yang hanya timbul dari suatu
transaksi saja, tetapi juga setiap hal penagihan terhadap pembayaran. 74
Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi dimana
salah satu tugasnya adalah sebagai pemberi kredit kepada masyarakat, maka
terdapat berbagai risiko yang tidak dapat ditanggulangi sendiri oleh bank
dan harus dengan bantuan pihak ketiga yaitu risiko-risiko terhadap
kemungkinan menjadi rugi karena nasabah penerima kredit atau debitor
tidak memenuhi prestasi sebagaimana seharusnya. Maka akan sangat efektif
jika bank mengalihkan risiko akan kemungkinan mengalami kerugian
dengan menggunakan asuransi kredit. Adapun risiko atau bahaya-bahaya
yang dihadapi tertanggung yang dapat diasuransikan/dipertanggungkan pada
asuransi kredit adalah 75:
1. Tidak kembalinya seluruh jumlah kredit karena nasabah jatuh
pailit.
2. Keadaan wanprestasi dari nasabah Bank / debitor.
74 Sri Redjeki Hartono, Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia, IKIP Semarang Press, Semarang, 1985, h. 142 75 Ibid, h. 143
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
54
3. Eksekusi yang tidak dapat dilaksanakan baik untuk bagian atau
seluruh barang jaminan atau barang tertentu.
4. Tidak dapat dibayarnya kembali jumlah kredit sampai jangka
waktu tertentu.
5. Tidak dapat dibayarnya sebagian kredit yang sudah diterimanya
sampai batasan waktu tertentu.
6. Risiko-risiko lain yang diperjanjikan.
Menyadari tingginya risiko yang kemungkinan terjadi karena sertifikat
pendidik yang tidak memenuhi syarat sebagai objek jaminan dimana sertifikat
pendidik tidak mempunyai sifat marketable dan liquid, sehingga menjadi suatu
keharusan bahwa permohonan kredit dengan jaminan sertifikat pendidik wajib
menggunakan asuransi kredit sebagai sarana untuk mengalihkan adanya risiko
terjadi kredit macet.
2. Upaya Bank Menyelesaikan Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan
debitor tidak dapat melakukan kewajiban pembayaran atau melakukan angsuran
sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat oleh bank selaku kreditor dengan
nasabah selaku debitor. Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank,
yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan,
maupun pendapatan dari bunga yang seharusnya diterima yang hal tersebut
mengakibatkan penurunan pendapatan secara total.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
55
Upaya yang dapat dilakukan oleh bank dalam rangka penyelamatan
terhadap kredit bermasalah dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu 76 :
1. Penyelesaian kredit bermasalah secara damai.
Dapat dilakukan terhadap debitor yang beritikad baik untuk
menyelesaikan kewajibannya dan cara yang ditempuh dalam penyelesaian
ini dianggap lebih baik dibandingkan alternatif penyelesaian melalui jalur
hukum. Penyelesaian kredir bermasalah secara damai menurut Peraturan
Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset
Bank Umum disebut sebagai upaya restrukturisasi kredit.
2. Penyelesaian kredit bermasalah melalui upaya litigasi atau non litigasi.
Penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur hukum ini apabila
upaya restrukturisasi/penyelesaian secara damai sudah diupayakan secara
maksimal dan belum memberikan hasil atau nasabah yang sejak awal tidak
menunjukkan itikad baik dalam menyelesaikan kewajibannya, maka
penyelesaian dapat ditempuh melalui jalur hukum yakni eksekusi objek
jaminan, gugatan lewat Pengadilan Negeri atau Badan Arbitrase Nasional,
hapus buku dan hapus tagih.
Dalam praktik, penyelesaian dengan cara damai sering dilakukan oleh bank
karena jika dibandingkan dengan penyelesaian melalui upaya litigasi ataupun non
litigasi, upaya penyelamatan dirasa lebih efektif dan efisien karena lebih
menghemat dari segi waktu dan biaya yang dapat berdampak pada pembengkakan
biaya operasional bank yang nantinya juga merugikan bank itu sendiri.
76 Trisadini P. Usanti dan Nurwahjuni, Buku Referensi Hukum Perbankan; Model Penyelesaian Kredit Bermasalah, Revka Petra Media, Surabaya, 2014, h. 57
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
56
2.1 Upaya Restrukturisasi Kredit
Upaya restrukturisasi adalah upaya perbaikan yang dilakukan oleh
bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitor yang mengalami kesulitan
untuk memenuhi kewajibannya. 77 Pilihan yang dapat diambil oleh bank
sebagai tindakan penyelamatan adalah sebagai berikut : 78
1. Rescheduling
Kebijaksanaan ini berkaitan dengan jangka waktu kredit sehingga
keringanan yang dapat diberikan adalah :
a. Memperpanjang jangka waktu kredit.
b. Memperpanjang jarak waktu angsuran, misalnya semula angsuran
ditetapkan setiap 3 bulan, kemudian menjadi 6 bulan.
c. Penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan
perpanjangan jangka waktu kredit.
2. Reconditioning
Dalam hal ini, bantuan yang diberikan adalah berupa keringanan
atau perubahan persyaratan kredit, antara lain ;
a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan utang pokok sehingga
nasabah untuk waktu tertentu tidak perlu membayar bunga, tetapi
nanti utang pokoknya dapat melebihi plafon yang disetujui.
b. Penundaan pembayaran bunga, yaitu bunga tetap dihitung, tetapi
penagihan atau pembebanannya kepada nasabah tidak dilaksanakan 77 Ibid. h. 60 78 Thomas Suyatno dkk, Dasar-dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, h. 108-110
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
57
sampai nasabah mempunyai kesanggupan. Atas bunga yang
terutang tersebut tidak dikenakan bunga dan tidak menambah
plafon kredit.
c. Penurunan suku bunga, yaitu dalam hal nasabah dinilai masih
mampu membayar bunga pada waktunya, tetapi suku bunga yang
dikenakan terlalu tinggi untuk tingkat aktivitas dan hasil usaha
pada waktu itu.
d. Pembebasan bunga, yaitu dalam hal nasabah memang dinilai tidak
sanggup membayar bunga karena usaha nasabah hanya mencapai
tingkat kembali utang pokok (break even). Pembebasan bunga ini
dapat untuk sementara, selamanya, ataupun seluruh utang bunga.
e. Pengkonversian kredit jangka pendek menjadi kredit jangka
panjang dengan syarat yang lebih ringan.
3. Restucturing
Restructuring merupakan upaya yang dilakukan oleh bank dalam
menyelamatkan kredit bermasalah dengan cara mengubah struktur
pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. Misalnya, pada struktur
pembiayaan proyek tersebut berasal dari dana sendiri sebesar 60% dan
dana kredit 40%. Pada perjalanan berikutnya, debitor mengalami
kesulitan dalam pembayaran angsurannya karena sebagian modal yang
ada terserap dalam investasi. 79
79 Ismail. Op.cit. h. 128
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
58
4. Kombinasi
Tindakan penyelamatan dapat juga merupakan kombinasi, misalnya
rescheduling dengan reconditioning, rescheduling dengan restructuring,
dan reconditioning dengan restructuring, serta gabungan dari
rescheduling, reconditioning dan restructuring. 80
Menjadi catatan bahwa hal yang tidak kalah penting dalam upaya
restrukturisasi kredit adalah sifat kooperatif atau itikad baik dari debitor
yang bersangkutan. Jika debitor mempunyai itikad baik atau cukup
kooperatif dalam menyelesaikan permasalahan kreditnya, maka
dimungkinkan untuk dilakukan upaya restrukturisasi, namun jika sebaliknya
maka upaya restrukturisasi mustahil untuk dilakukan. Itikad baik dapat
diukur kemauan dan kemampuan membayar dari bentuk perilaku nasabah,
antara lain 81:
− Nasabah bersedia untuk diajak berdiskusi dalam rangka
menyelesaikan kreditnya.
− Nasabah bersedia untuk memberikan data keuangan yang benar.
− Nasabah memberikan ijin pada bank untuk melakukan pemeriksaan
laporan keuangan.
− Nasabah bersedia untuk mengikuti program penyelamatan kredit
bermasalah dan menjalankan langkah-langkah yang diberikan oleh
bank.
80 Thomas Suyatno dkk., Op.cit, h. 110 81 Trisadini P. Usanti dan Nurwahjuni, Op.cit. h. 59
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
59
2.2 Klaim Asuransi Sebagai Pembayaran Kredit
Dasar hukum yang dapat dijadikan dasar sebagai pengganti
pembayaran kredit/kewajiban yang belum dilunasi oleh debitor adalah
dengan cara klaim asuransi. Untuk menuntut adanya klaim oleh pihak
tertanggung pada pihak penanggung adalah polis karena polis sebagai
bentuk peruwujudan kesepakatan yang dituangkan secara tertulis antara
penanggung dan tertanggung. Dengan demikian dalam polis harus
menyebutkan secara tegas setidaknya tentang berlakunya perjanjian
asuransi, objek asuransi, pihak penanggung dan tertanggung, persyaratan
yang harus dipenuhi dalam hal pengajuan klaim dsb.
Dalam praktik perbankan, asuransi kredit adalah sarana yang tepat
untuk mengalihkan risiko yang dapat dialami oleh bank sebagai lembaga
intermediasi sebagai akibat bank dalam menjalankan fungsinya sebagai
penyalur kredit. Seperti contoh pada PT. Askrindo yang mengeluarkan
produk asuransi kredit. Asuransi kredit merupakan produk jasa Askrindo
untuk memberikan penjaminan kepada perbankan maupun non perbankan
atas kredit yang diberikan. Fungsi Askrindo dalam hal ini adalah
memberikan jaminan/ganti rugi atas kemacetan yang disalurkan perbankan
maupun non perbankan. 82 Selain yang dipertanggungkan adalah kemacetan
pembayaran karena meninggalnya debitor, diberhentikannya debitor dari
pekerjaannya juga termasuk dalam objek asuransi yang dipertanggungkan
82 http://askrindo.co.id/ diakses pada 3 Desember 2014
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
60
oleh PT. Askrindo. Tentunya hal tersebut sangat tepat jika dipergunakan
untuk mengalihkan risiko bilamana debitor diberhentikan dari status tenaga
pendidik.
Dalam praktik, yang menjadi persoalan adalah bahwa proses
pengajuan klaim asuransi membutuhkan waktu yang tidak singkat. Proses
dari pengajuan hingga pencairan dapat mencapai 3 hingga 4 bulan. Memang
dari segi risiko diberhentikannya debitor dari status tenaga pendidik dapat
ditanggung oleh PT. Askrindo selaku penanggung, namun proses pencairan
klaim yang lama tetap akan mempengaruhi dana cadangan dan juga
likuiditas bank untuk jangka pendek.83
2.3 Penyelesaian Melalui Pengadilan Negeri
Dengan memandang kedudukan bank sebagai kreditor dalam hal ini
yang tidak mengikat jaminan secara sempurna, maka kedudukan bank
hanyalah sebagai kreditor konkuren. Dalam hal bank hanya berkedudukan
sebagai kreditor konkuren maka upaya perlindungan hukum yang tepat jika
debitor tidak mampu melaksanakan kewajibannya adalah dengan cara
mengajukan gugatan wanprestasi dengan penyelesaian melalui Pengadilan
Negeri.
Penyelesaian melalui pengadilan negeri diawali dengan adanya somasi
yang dilakukan oleh bank kepada debitor yang wanprestasi. Bukti somasi
yang dilakukan oleh bank dipergunakan sebagai bukti untuk mengajukan
83 Hasil wawancara dengan Abdul Wahid selaku staff kredit multiguna Bank Jatim cabang Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 14 Juli 2014
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
61
gugatan wanprestasi apabila setelah dilakukan 3 (tiga) kali somasi debitor
tetap tidak memenuhi kewajibannya. Sesuai ketentuan dalam HIR Pasal 118
ayat (1), Gugatan perdata pada tingkat pertama termasuk lingkup wewenang
pengadilan negeri, harus diajukan dengan surat permintaan (surat gugatan)
yang ditandatangani oleh penggugat, atau oleh wakilnya menurut Pasal 123,
kepada ketua pengadilan negeri di tempat diam si tergugat. Tergugat dalam
hal ini adalah debitor.
Upaya melakukan gugatan ke pengadilan negeri atas dasar
wanprestasi merupakan upaya yang dilakukan oleh bank bilamana : 84
a. Debitor sejak awal tidak beritikad baik untuk menyelesaikan
kewajibannya.
b. Agunan secara yuridis tidak diikat secara sempurna, sehingga bank
hanya berposisi sebagai kreditor konkuren.
c. Nilai jaminan setelah dilakukan eksekusi tidak menutup seluruh
kewajiban debitor dan debitor tidak mau melunasi sisa utangnya
sehingga bank harus mengajukan gugatan keperdataan dengan
mengajukan sita atas jaminan umum milik debitor.
Namun, upaya penyelesaian kredit bermasalah melalui pengadilan
negeri pada dasarnya sangat dihindari oleh bank dengan alasan karena
efisiensi waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan.85 Permasalahan waktu
dalam penyelesaian sengketa di pengadilan yang tidak singkat tentunya juga
akan berdampak pada konsentrasi bank dalam menjalankan fungsinya. 84 Ibid, h. 75-76 sebagaimana mengutip Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2004, h. 299 85 Ibid
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
62
Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk penyelesaian sengketa di
pengadilan adalah tidak sedikit dan tentunya juga akan berpengaruh pada
profitabilitas bank.
2.4 Hapus Buku dan Hapus Tagih
Hapus buku (write off) dilakukan pada pinjaman macet yang tidak
dapat ditagih lagi dihapusbukukan dari neraca (on balance sheet) dan dicatat
pada rekening administratif (off balance sheet), penghapusbukuan pinjaman
macet tersebut dibebankan pada akun penyisihan penghapusan aktiva
produktif, meskipun pinjaman macet tersebut telah dihapusbukukan, hal ini
hanya bersifat administratif sehingga penagihan terhadap debitur tetap
dilakukan. Hasil tagihan pokok pinjaman dibukukan ke rekening penyisihan
penghapusan aktiva produktif, sedangkan tagihan bunga dibukukan sebagai
pendapatan lain. Pelaksanaan hapus buku dilakukan terhadap seluruh
penyediaandana yang diberikan dan diikat dalam satu perjanjian. 86
Hapus tagih adalah tindakan bank menghapus semua kewajiban
debitor yang tidak dapat diselesaikan, dengan adanya hapus tagih maka
pinjaman debitor tidak tertagih kembali. Dalam hukum perikatan disebut
sebagai pembebasan utang. Pembebasan utang sebagaimana diatur pada
Pasal 1381 BW merupakan salah satu cara hapusnya perikatan. Undang-
undang tidak memberikan definisi dari apa yang disebutkan dengan
pembebasan utang, yang dimaksud dengan pembebasan utang ialah
86 Kamus perbankan, http://bi.go.id diakses pada 3 Desember 2014
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA
63
pembuatan pernyataan kehendak dari kreditor untuk membebaskan debitor
dari perikatan dan pernyataan kehendak tersebut diterima oleh debitor.
Menurut Pasal 1439 BW pembebasan utang tidak boleh dipersangkakan
tetapi harus dibuktikan. Hapus tagih dalam restrukturisasi kredit dan
penyelesaian kredit dimaksudkan untuk kepentingan transparansi kepada
debitur. 87
Seperti yang telah diamanatkan pada pasal Pasal 71 oleh Peraturan
Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Bank Umum, bahwa hapus buku dan atau hapus tagih hanya dapat
dilakukan setelah bank melakukan berbagai upaya untuk memperoleh
kembali aktiva produktif yang diberikan. Dari ketentuan tersebut dapat
dipahami bahwa hapus buku dan/atau hapus tagih merupakan pilihan
terakhir. Hapus buku dan/atau hapus tagih hanya dapat dilakukan ketika
semua metode penyelesaian kredit bermasalah telah dilakukan.
87 Trisadini P. Usanti dan Nurwahjuni, Op.cit. h. 90 sebagaimana mengutip Mariam Darul Badrulzaman, et.al, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Adirya Bakti, Bandung, 2001, h. 143
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi SERTIFIKAT PENDIDIK DALAM KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM JAMINAN
PRAMUDYA ANANTA YUDHA