bab iii osteosarcoma.docx
DESCRIPTION
mengenai osteosarkomaTRANSCRIPT
BAB III
Asuhan Keperawatan
3.1 Kasus
Tn Y datang dengan keluhan nyeri pada tulang femur kiri sejak 3 hari SMRS. Klien
mengeluh terdapat benjolan dilutut kiri yang ukurannya semakin lama semakin membesar
yang disertai dengan bengkak dan nyeri terus menerus sehingga pasien tidak dapat berjalan
dan lututnya tidak dapat dilipat. Nyeri semakin meningkat pada malam hari. Pasien
belum pernah berobat sebelumnya.
Dalam pemeriksaan foto rontgen, pada distal femur kiri didapatkan gambaran sun ray
appearance, codman triangle, dan gambaran massa jaringan lunak. Dan pada pemeriksaan
laboratorium, terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.
3.2 Asuhan Keperawatan Sarkoma Osteogenik
3.2.1. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas pasien:
Nama : Tn. Y
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Pelajar SMA
Pekerjaan : siswa pelajar
Gol Darah : O
Alamat : Kramat Jati Surabaya
b. Keluhan Utama:
klien Tn. Y mengeluh nyeri pada daerah tulang femur kiri, nyeri tersebut
semakin bertambah pada saat malam hari.
c. Riwayat Penyakit saat ini:
Tn Y datang dengan keluhan nyeri pada tulang femur kiri sejak 3 hari SMRS.
Klien mengeluh terdapat benjolan dilutut kiri yang ukurannya semakin lama semakin
membesar yang disertai dengan bengkak dan nyeri terus menerus sehingga pasien
tidak dapat berjalan dan lututnya tidak dapat dilipat. Nyeri semakin meningkat pada
malam hari. Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit dahulu : tidak ada
e. Riwayat penyakit keluarga: tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama seperti pasien.
2. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda vital :
- TD : 120/70 mm Hg - TB : 165 cm
- Nadi : 80x / menit - BB : 50 kg
- RR : 18x / menit - IMT : 22,2 Kg/ cm2
- Suhu : 36,8° C
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : adanya pembengkakan jaringan lunak di tulang femur kiri dan
terlihat peningkatan vaskularitas pada kulit.
b. Palpasi : teraba massa pada daerah tulang femur kiri, dan terjadi peningkatan
suhu kulit di atas massa. Timbul nyeri tekan pada lokasi tersebut.
2. Pemeriksaan Persistem B1-B6 :
B1 ( Breath) : tidak mengalami sesak nafas, nafas vesikuler
B2 ( Blood) : tensi darah normal, tidak pusing, tampak anemia pada konjugtiva.
B3 ( Brain) : terdapat nyeri di femur kiri distal, dengan skala nyeri 7, nyeri
semakin meningkat pada malam hari.
B4 ( Bladder) : -
B5 ( Bowel) : kehilangan nafsu makan, BB menurun
B6 ( Bone ) : terjadi keterbatasan rentang gerak atau penurunan range of motion
(ROM) , ketika berjalan sedikit pincang karena nyeri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
- Hb : 9.5 ↓ (13 – 16) (g/dl)
- Hematokrit : 28 ↓ (40 – 54) (%)
- Leukosit : 17.900 ↑ (5.000 – 10.000) (/ul)
- Eritrosit : 3.44 ↓ (4.5 – 5.5) (juta/ul)
- Trombosit : 180.000 (150.000 – 400.000) (/ul)
- alkali posfat : 250 ↑ ( 50–230 IU/L)
3.2.2 Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: Pasien mengeluh nyeri
di kaki kiri
DO:
P: ada pembengkakan pada
tulang femur kiri distal
Q: Nyeri tumpul & dalam
R: persendian dan tulang
epifisis
S: skala 7
T: nyeri bertambah pada
malam hari dan
semakin sakit
Pemeriksaan Ttv:
- TD : 120/70 mm Hg
- Nadi : 80x / menit
- Suhu : 36,8° C
- RR : 18x / menit
Klien nampak meringis
kesakitan.
Abnormalitas Sel Tulang
Pembengkakan Sel Tulang
Aktifasi Reseptor Nyeri
Aktifasi Bradikinin Dan
Prostalglandin
Nyeri
Nyeri
DS: pasien mengatakan
kesulitan bergerak
DO: Pasien kelihatan hanya
Pembengkakan Sendi
Keterbarasan Gerak Sendi
Kerusakan Mobilitas
Fisik
berada di tempat tidur
sepanjang hari dan hanya
menggerakkan sendi yang
sehat saja.
Kekuatan otot :
5 5
3 5
Proses Terjadinya Penyakit
Imobilitas Fisik
DS:-
DO:
kaki tampak kemerahan,
adanya masa, pada kaki yang
bengkak terasa hangat/panas,
timbul edema, ROM terbatas
Leukosit ↑ : 17.900/ul
Adanya tumor tulang
jaringan lunak diinvasi oleh
tumor
terjadi destruksi tulang lokal
Periosteum tulang yang baru
tertimbun dekat tempat lesi
Tumbuh tulang yang abortif
Resiko Tinggi Infeksi
Resiko Tinggi Infeksi
DS: pasien mengatakan
cemas terhadap penyakitnya
DO: Ekspresi wajah tegang,
pasien terlihat gelisah dan
sering menanyakan tentang
penyakitnya
Osteosarkoma
Pembengkakan Sel Tulang
Keterbarasan Gerak Sendi
Respon Psikologis
Informasi Yang Kurang
Ansietas
Tentang Proses Penyakit Dan
Penyembuhannya
3.3 Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak sendi.
2) Nyeri berhubungan dengan pembengkakan sel tulang atau penekanan reseptor saraf
nyeri.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur patologik akibat tumbuh tulang
yang abortif
4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tenteng proses penyakit dan
proses penyembuhan.
3.4 Intervensi
1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak sendi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, pasien dapat melakukan
aktivitas secara minimum
Kriteria hasil:
- mempertahankan posisi yang optimal,
- meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena,
- mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan aktivitas.
Intervensi Rasional
a. Kaji kemampuan klien dalam
melakukan aktifitas motorik, seperti
kekuatan otot kaki, mengangkat kaki
dengan tahanan, mengangkat kaki
dengan melawan gravitasi, dan lain
sebagainya.
a. mengidentifikasi kelemahan/ kekuatan
dan dapat memberikan informasi bagi
pemulihan
b. Ubah posisi minimal setiap 2 jam
(telentang, miring)
b. menurunkan resiko terjadinya trauma/
iskemia jaringan
d. Anjurkan pasien untuk membantu d. baik jika daerah yang sakit tidak
pergerakan dan latihan dengan
menggunakan ekstremitas yang tidak
sakit.
menjadi lebih terganggu.
e. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi
secara aktif, latihan resistif, dan
ambulasi pasien.
e. program khusus dapat dikembangkan
untuk menemukan kebutuhan yang
berarti/ menjaga kekurangan tersebut
dalam keseimbangan, koordinasi, dan
kekuatan.
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan sel tulang atau penekanan reseptor saraf nyeri.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, nyeri berkurang
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan berkurangnya rasa nyeri dengan skala 1-3
- ekspresi wajah tidak meringis
- Tampak rileks, mampu tidur/ istirahat dengan tepat.
- mendemostrasikan penggunaan keterampilan, relaksasi sesuai indikasi untuk situasi
individu.
- Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital normal
Intervensi Rasional
a. Observasi tanda-tanda vital a. Tanda-tanda vital dapat berubah dan
merupakan indikator untuk menilai
perkembangan penyakit.
b. Pantau status nyeri yang dirasakan klien
(lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas
nyeri)
b. Deskripsi yang akurat tentang keluhan
nyeri diperlukan untuk diagnosis
dan pengobatan.
c. Modifikasi lingkungan yang nyaman,
dan berikan aktivitas hiburan misalnya
mendengarkan musik.
c. Meningkatkan relaksasi klien.
d. Ajarkan tehnik manajemen nyeri
seperti tehnik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi
d. Meningkatkan relaksasi dan membantu
menghilangkan ketegangan otot yang
dapat menurunkan rasa nyeri klien
e. Kolaborasi obat analgetik sesuai
dengan kebutuhan.
f. Berguna untuk mengurangi nyeri dan
spasme otot
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur patologik akibat tumbuh tulang yang
abortif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil :
- Tanda-tanda infeksi tidak ada (kemerahan, bengkak, nyeri tekan, hipertermi,
perubahan fungsi)
- Suhu normal : 36-37,5oC
- Leukosit normal (4,5-10,5 x 103/uL)
Intervensi Rasional
a. Pantau tanda-tanda infeksi seperti
peningkatakan suhu tubuh klien,
kemerahan, bengkak, nyeri tekan, dan
perubahan fungsi jaringan pda lulut
klien
a. Menilai secara dini terjadinya infeksi
sehingga dapat menentukan intervensi
selanjutnya
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan
melakukan cuci tangan yang baik
pada semua orang yang berhubungan
dengan klien termasuk klien sendiri
b. Mencegah timbulnya infeksi silang
(infeksi nosokomial)
c. Pertahankan teknik aseptik pada
tindakan invasif
c. Menurunkan kemungkinan terjadinya
infeksi.
d. Berikan perawatan kulit dengan
teratur, massase daerah sekitar tulang
yang tertekan, jaga kulit tetap kering
d. Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
menempatkan klien pada peningkatan
resiko terjadinya kerusakan pada
kulit/iritasi kulit dan infeksi
e. Anjurkan klien minum adekuat kira-
kira 1750 cc perhari (35cc x 50kg BB)
jika tidak ada kontraindikasi
e. Meningkatkan aliran urin untuk
mencegah urin yang statis dan
membantu dalam mempertahankan
pH/keasaman urin, yang menurunkan
pertumbuhan bakteri
f. Kolaborasi pemeriksaan darah
(leukosit)
g. Mengidentifikasi tanda infeksi melalui
jumlah leukosit dalam darah
g. Kolaborasi pemberian antibiotik h. Penanganan awal dapat membantu
mencegah timbulnya sepsis
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan proses
penyembuhan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, ansietas dapat teratasi
Kriteria hasil :
- metode koping adekuat
- keadekuatan relaksasi
Intervensi Rasional
a. Dekati pasien dengan ramah dan penuh
perhatian. Ambil keuntungan dari
kegiatan yang dapat diajarkan.
a. Menemukan kebutuhan psikologis
yang akan meningkatkan harga diri dan
meningkatkan kesempatan untuk
belajar cara-cara baru dalam mengatasi
keadaan
b. Sarankan pasien untuk mengepresikan
perasaannya dan diskusi bagaimana
sakit kepala itu mengganggu kerja dan
kesenangan dari hidup ini
b. Pasien mampu untuk mengenali
perasaannya yang berhubungan dengan
nyeri yang terjadi. Pasien mungkin
frustasi dengan kejadian sakit
kepala/penanganannya dan pengaturan
yang perlu dibuat dalam gaya hidupnya
c. Berikan informasi mengenai penyebab c. Pemahaman terhadap informasi ini
penyakit, perjalanan penyakit serta
pengobatan.
dapat membantu pasien dalam
menentukan pilihan, belajar mengatasi
masalah, dan mendapatkan satu sensasi
dari pengendalian atas keadaan yang
meningkatkan harga diri.
d. Rujuk untuk melakukan konseling
dan/atau terapi keluarga atau kelas
tempat pelatihan sikap asertif sesuai
indikasi.
d. Mungkin membutuhkan bantuan
tambahan pada penyelesaian masalah
yang berhubungan yang mempengaruhi
kemajuan kearah kesejahteraan.