bab iii metodologi penelitian -...

25
15 Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode penelitian Dalam penelitian tentunya diperlukan metode untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Menurut Sugiono ( 2010:3 ) Secara umum metode penelitian diartikan sebagai “Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data tujuan, kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sitematis . Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal , sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan, Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu bersifat logis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Deskriptif, penelitain ini penulis berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang, dalam artian penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan, Penelitian Deskriptif. Menurut Subana (2001:27) Penelitian Deskriptip adalah “Penelitian tentang gejala dan keadaan yang dialami sekarang oleh subjek yang di teliti . Adapun ciri- penelitian Deskriptif antara lain : 1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual 2. Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang.

Upload: vuongkien

Post on 14-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

15

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode penelitian

Dalam penelitian tentunya diperlukan metode untuk memecahkan masalah yang

akan diteliti. Menurut Sugiono ( 2010:3 ) Secara umum metode penelitian diartikan sebagai

“Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Terdapat

empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data tujuan, kegunaan

tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu

rasional, empiris, dan sitematis . Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan

cara-cara yang masuk akal , sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti

cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat

mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan, Sistematis artinya proses yang

digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu bersifat logis.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Deskriptif, penelitain

ini penulis berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat

sekarang, dalam artian penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian

kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan,

Penelitian Deskriptif. Menurut Subana (2001:27) Penelitian Deskriptip adalah “Penelitian

tentang gejala dan keadaan yang dialami sekarang oleh subjek yang di teliti”. Adapun ciri-

penelitian Deskriptif antara lain :

1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan

atau permasalahan yang bersifat aktual

2. Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana adanya,

diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang.

Page 2: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

16

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Pekerjaan peneliti bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena,

tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi, serta

mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah.

Sedangkan jenis metode deskriptif yang digunakan adalah metode deskriptif

Komparatif. Dengan menggunakan metode deskriptif komparatif, maka akan mampu

mengungkapkan atau menggambarkan perbandingan hasil pukulan Long service dengan

ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

metode deskriptif komparatif telah dijelaskan oleh Sukmadinata ( 2012 : 56 ) adalah “

Penelitian yang diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua

kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variable diteliti”. Dalam penelitian ini pun tidak

ada pengontrolan variable, maupun manipulasi/perlakuan dari peneliti, penelitian penelitian

dilakukan secara alamiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan intrumen

yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan di

antara variable-variable yang diteliti .

B.Definisi operasional

1.Tegangan Senar Raket

Tegangan Menurut http://kamusbahasaindonesia.org/Tegangan yang diunduh pada

tanggal 16 September 2013 adalah “Tekanan yang diakibatkan oleh tarikan, gaya pada tali

yang menunjang beban atau disebabkan oleh rentangan antara dua titik”.

1. Tegangan senar raket 30 Lbs adalah Senar raket yang di pasang pada bagian kepala

raket dengan mesin senar raket Digital yang telah bersertifikat lulus uji badan

Metrologi Nasional dengan tarikan 30 Lbs ( 15 kg ) pada bagian kepala raket.

2. Tegangan senar raket 20 Lbs adalah Senar raket yang di pasang pada bagian kepala

raket dengan mesin senar raket Digital yang telah bersertifikat lulus uji badan

Metrologi Nasional dengan tarikan 20 Lbs ( 10 kg ) pada bagian kepala raket.

Page 3: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

17

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a. Tegangan Senar Raket yang Tinggi

Jika senar raket ditarik dengan tegangan yang tinggi,maka akan

menghasilkan bidang senar) yang lebih kaku. Dengan bidang senar ini, maka

akan menghasilkan kontrol yang baik pada saat Shuttlecock memantul dari senar,

yang memudahkan pemain untuk mengontrol permainanya dan menyesuaikan

penempatannya segera.

Tegangan raket yang lebih tinggi dengan senar tipis cenderung untuk

menghasilkan kecepatan. kontrol merupakan kemampuan untuk melakukan

pukulan yang keras dan menempatkannya Shuttlecock ke daerah yang

diinginkan. Jika raket dipasang dengan tegangan yang sama besar dengan senar

yang yang berbeda maka senar yang tipis akan akan lebih kaku dan

menghasilkan sedikit power, senar yang lebih tipis cenderung untuk kehilangan

tegangannya lebih cepat, maka disarankan senar yang lebih tipis untuk dipasang

dengan tegangan yang tidak terlalu rendah.

Di Malaysia, senar yang lebih tipis seperti microfilamentsynthetic yang biasa

dipasang dengan tegangan yang lebih tinggi. Pemain mengetahui bahwa

tegangan akan berkurang dalam persentase tertentusetelah dipakai dalam satu

atau dua minggu. Jadi untuk memperoleh keuntungan dari senar yang lebih tipis,

maka tegangan harus ditingkatkan lebih tinggi sampai persentase tertentu,

dengan tegangan yang lebih tinggi pada senar yang lebih tebal, yaitu

meregangkan senar menedekati batas elastisitasnya, maka Shuttlecock tidak akan

memantul sampai lapangan lawan dengan kecepatan tinggi pada saat melakukan

smes dengan menggunakan kekuatan secara normal, karena bidang senar yang

begitu kaku dan kurang fleksibel serta elastisitas untuk membantu menghasilkan

power. Maka pemain memerlukan kekuatan yang lebih besar pada saat

melakukan smes.

Page 4: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

18

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dengan tegangan yang lebih tinggi dan menggunakan senar yang lebih tipis,

maka akan memperoleh elastisitas, tetapi tidak akan memperoleh daya tahan

senar ( Durability ) . Dengan kata lain raket yang dipasang dengan tegangan yang

berlebihan dan diluar kemapuan fisik yang menanganinya, maka cara yang

terbaik adalah menurunkan tegangan secara drastis . Di sarankan menurunkan

tegangan sekitar satu atau dua Pound (Setengah sampai satu kilo gram ),

sehingga kontrol dan power masih bisa dipertahankan . Alternatif lain, pasang

senar yang memiliki elastisitas yang lebih tinggi dan mempunyai power. Natural

Gut dan Mikro filament merupakan pilihan terbaik .

b. Tegangan senar raket yang rendah

Jika senar dipasang dengan tegangan yang rendah, maka bidang senar akan

memberikan pantulan yang lebih besar. Dengan hasil pantulan ini, maka

Shuttlecock akan menempel di senar lebih lama sebelum memantul kembali ,

memudahkan pemain untuk menyesuaikan power smashnya, pada saat impact

satel akan menempel lebih dalam pada tali senar yang lebih tipis, maka

memberikan kontrol power dan juga membantu meminimalkan pengaruh

tahanan udara yang memudahkan pemain untuk meningkatkan powernya . Raket

yang dipasang dengan senar tipis dan bertegangan lebih rendah cenderung untuk

menambah power pada saat melakukan smes dan chop dari baseline, Istilah

perasaan ( Feeling ) berarti meskipun Shuttlecock dipukul dengan pelan atau

melakukan drop shot, maka pemain masih mampu untuk menempatkan

Shuttlecock ke tempat yang diinginkan. Power berarti jika smes bahkan

dilakukan dengan kekuatan normal, tetapi Shuttlecock akan sampai ke lawan

dengan kecepatan tinggi.

Dengan tegangan yang lebih rendah dan senar yang lebih tipis, yaitu

meregang senar sampai batas elastisitasnya, maka akan mengahasilkan

elastisitas yang lebih tinggi dan lebih memungkinkan senar teregang, yang

Page 5: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

19

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mengakibatkan pantulan yang lebih besar pada saat impact. Dengan bantuan

bidang senar yang lebih memantul, maka Shuttlecock akan dapat sampai pada

lawan dengan kecepatan tinggi ketika smes dilakukan dengan kekuatan normal ,

karena bidang senar mempunyai fleksibilitas dan elastisitas yang sempurna

untuk membantu menghasilkan power.

Sayang sekali, karena karakteristik pantulan ini, maka pemain akan

mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dan mengontrol pukulannya ketika

melakukan pukulan dengan backswing yang melingkar panjang dan memukul

Shuttlecock lebih jauh, maka pemain harus menyesuaikan pukulannya.

Alternatifnya, untuk memperoleh control yang lebih baik, maka cara terbaik

adalah sedikit meningkatkan tegangan senar, tidak meningkatkan tegangan senar

secara drastis, tetapi berkisar satu atau dua Pound, sehingga akan dapat

memepertahankan Kontrol dan juga power . Tegangan senar yang lebih rendah

dengan senar yang lebih tebal akan menghasilkan elsatisitas yang

diperlukan,karena senar yang tebal cenderung kurang elastis meskipun lebih

awet (durable).

c. Pengaruh Cuaca terhadap tegangan senar

Senar Badminton sangat sensitif terhadap perubahan suhu sangat

dipengaruhi oleh iklim di bebagai tempat di dunia. Di Malaysia dan Negara –

Negara Asia tenggara lainnya, suhu agak panas dan lembab, maka tegangan

senar cenderung menurun lebih cepat meskipun akan awet, bila dibandingkan

dengan Negara-negara yang mempunyai musim dingin dan kering . Kebanyakan

pemain di Negara ini memasang senar dengan tegangan tinggi sampai 24 Pound

dengan senar tipis . Senar Badminton agak rapuh bila dipasang di Negara-negara

yang mempunyai musim dingin seperti Eropa, Amerika dan Kanada. Maka

senar dipasang dengan tegangan yang agak rendah, sekitar 18 Pound untuk

memperoleh control dan power, serta mempertahan kan durabilitasnya .

Page 6: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

20

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

d. SSA ( Sweet Spot Area )

Mungkin sebagian besar atlet tidak mengetahui seberapa besar peranan

Sweet spot area dalam penggunaan raket bulutangkis, menurut Budiwantoro

dalam http://bulutangkisindonesia.blogspot.com/2007_06_11_archive.htmlyang

diunduh pada tanggal 19 September 2013 “ Daerah pada raket yang memberikan

pantulan pukulan relatif sempurna dan vibrasi energi ke tangan sekecil mungkin

“. Dalam bulutangkis perkenaan senar raket dengan Shuttlecock menghasilkan

getaran pada raket yang mengakibatkan secara tidak disadari oleh pemain

mengalami tahanan yang tentunya dapat menguras energi si atlet, manfaat dari

Sweet spot area adalah untuk meminimalisirkan getaran yang terjadi pada raket,

selain itu perekenaan shuttlecock pada daerah Sweet spot area lebih memberikan

pantulan yang baik tentunya dalam kajian ini diharapkan seorang atlet dapat

mengetahui Sweet spot area yang baik pada raketnya salah satu contoh untuk

mengetahuinya adalah dengan menjepit grip (pegangan) raket lewat jepitan

khusus yang sama jika dijepit tangan pemain. Lalu, jatuhkan kok ke raket pada

titik-titik yang berbeda. Getaran yang ditimbulkan pun dicatat. Energi inilah

yang kemudian merambat ke tangan pemain. Yang paling rendah getarannya

merupakan titik SSA.

Page 7: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

21

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar. 3.1

( Daerahsweet spot area pada raket )

Perhatikan gambar. 3.1 diatas bagian yang berwarna merah merupakan

daerah SSA yang paling sedikit menghasilkan getaran apabila makin mendekati

frame maka getaran yang dihasilkan akan besar.

e. Deformasi dalam bidang senar raket

Deformasi menurut http://novirita.blogspot.com/2011/01/deformasi-

plastic-dan-delastic.html yang diunduh pada tanggal 20 september 2010

adalah “Perubahan bentuk material yang apabila gaya penyebab deformasi

itu dihilangkan deformasi ke bentuk semula” teori ini sangat erat sekali

dengan gaya yang dialami senar raket ketika berkenaan dengan shuttlecock ,

bidang senar raket yang datar dengan kepadatan pemasangan senar raket

dilihat dengan sekilas maka terlihat kokoh namun berbeda ketika terjadi

impact, yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar bidang senar raket

mengendur berubah bentuk (deformasi) bila kekuatan diberikan pada

Page 8: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

22

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

permukaan raket ? senar raket mengalami perubahan permukaan senarnya

juga tergantung kekuatan yang dikerahkan oleh si atlet ketika memukul

shuttlecock. Semakin besar deformasi yang dialami oleh raket maka power

yang dihasilkan akan semakin besar, semakin kecil deformasi yang dialami

oleh raket maka power yang dihasilkan akan semakin kecil. Jadi dapat

diambil kesimpulan untuk mendapatkan kontrol yang baik maka permukaan

senar raket harus mengalami sedikit mungkin deformasi yang terjadi pada

bidang senar raket,alternatif yang harus dilakukan adalah dengan

meningkatkan ketegangan senar raket untuk mengurangi deformasi pada

bidang senar raket .

Gambar. 3.2

( Ilutrasi deformasi senar raket )

Page 9: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

23

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar. 3.3

(Senar dengan bahan Microfilament Syntetic)

Gambar. 3.4

(Senar dengan bahan Microfilament Syntetic dilihat dengan Microkskop)

Page 10: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

24

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar.3.5

( Senar yang digunakan dalam penelitiant )

Karakteristik senar raket Bg 6 :

1. Diameter senar 0,67 mm

2. Di buat dari bahan microfilament sintectic

3. Durability ( daya tahan ) senar kurang karena diameter senar kecil

4. Panjang senar 33 feet atau 10 meter

Page 11: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

25

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2.Pengertian Pukulan Long Service

Pukulan Long service Menurut Hidayat (2007:50) adalah “Servis dasar anda, servis

ini mengarahkan shuttlecock tinggi dan jauh ke belakang, shuttlecock akan berbalik jatuh

sedekat mungkin dengan garis batas lapanganbelakang lawan”, melalui Long service akan

memaksa lawan untuk bergerak ke daerah belakang lapangannya sehingga daerah

pertahanan bagian depan terbuka lebar.

Pelaksanaan servis panjang biasanya dilaksanakan dengan cara forehand service

tinggi sering dilakukan dalam permainan tunggal, latihan servis tinggi sering diabaikan

oleh pemain maupun pelatih, padahal servis tinggi yang baik juga menentukan akhir dari

permainan. Prinsip pada servis tinggi yang baik adalah melambung tinggi dan jatuhnya

dibidang belakang lapangan lawan, sedekat mungkin dengan garis belakang .

Gambar. 3.6

( Gambar skema daerah Servis dalam Bulutangkis )

Page 12: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

26

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gerakan permulaan pada Long service adalah mengayunkan raket dan saat

menjatuhkan Shuttlecock harus selalu bersamaan. Sesudah anda melakukan gerakan service

ini, langsung melangkah ke muka dan buatlah supaya garis batas tengah berada diantara

kaki anda . Posisi ini merupakan pangkalan tempat anda selalu kembali setelah melakukan

setaiap pukulan.

Beberapa petunjuk untuk melakukan pukulan Long service menurut Poole

(2011:24) adalah :

1. Berdirilah dengan enak dan pusatkan sebagian besar berat badan pada kaki

belakang anda.

2. Rentangkan lengan kiri ke depan dan jatuhkan Shuttlecock tepat sebelum

mengayunkan raket ke muka.

3. Putarlah bahu dan pinggul anda pada saat berat badan berpindah dari kaki belakang

ke kaki depan .

4. Pergelangan tangan dan lengan bawah harus berputar pada saat Shuttlecock

disentuh oleh raket.

5. Gerakan tangan kanan pada akhir service harus berada tinggi dan usahakan

melampaui bahu kiri

6. Jangan mengangkat atau menggeser kedua kaki anda samapi saat

Shuttlecockdipukul.

7. Arahkan Shuttlecock tinggi dan jauh .

8. Jangan mendorong Shuttlecocktetapi pukulah.

1 2 3

Gambar. 3.7

( Skema pelaksanaan Long service )

Page 13: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

27

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a.Fase fase dari mekanika gerak pada Long service

Dalam pengerahan kekuatan untuk melakukan Long service tentunya ada

beberapa fase ketika melakukan pukulan menurut Sunaryadi (2008 :153 ) ada 3

fase dalam melakukan gerakan dalam Long service yaitu :

1. Fase persiapan (preparatory phase).

Alur gerak Long service diawali dengan gerak awal sebagai tahap persiapan

dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan hasil pukulan Long

service. Tahap awal dimulai dari sikap menarik lengan ke belakang dalam posisi

siku ditekuk sedikit dan kelima jari memegang raket. Untuk tangan yang

satunya memegang Shuttlecock untuk persiapan menjatuhkan shuttlecock pada

tahap propulsif, pada persendian bahu ( Shoulder joint ) posisi lengan bagian

atas harus diupayakan sejajar dengan bahu.Tarikan bagian pinggang ke posisi

menyamping menjadi salah satu bagian memperbesar ruang gerak untuk

menghasilkan pukulan Long service yang baik .

Bagian persendian yang bekerja pada posisi persiapan adalah sebagai berikut

; Ketika posisi tangan memegang raket terjadi gerakan extensionpada sendi

pergelangan tangan ( wrist joint ) , pada bagian siku ( elbow joint ) terjadi

gerakan flexion dan melibatkan tulang humerus, radius, ulna, dan otot yang

dominan bekerja adalah otot biceps dan otot flexor.

Pada bagian lengan . Ketika lengan ditarik ke belakang terjadi gerakan retro

fleksi pada sendi bahu ( shoulder joint ) otot yang bekerja adalah deltoid (bahu )

, trapezius ( otot kerudung ) , triceps.

2. Fase Propulsip

Tahap gerakan propulsip merupakan tahap yang cukup kritis, sebab akan

dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah tingkat ketepatan

ketika shuttlecock yang dilepaskan dan dipukul oleh raket. Besarnya sudut yang

diambil ketika backswing turut menjadi penentu hasil pukulan Long service

yang baik serta pengerahan energy yang dikeluarkan turut menentukan tingkat

kesulitan teknik Long service. Pada sendi bahu terjadi gerakan flexion dengan

melibatkan otot dada ( pectoralis major ) dalam upaya menggerakan lengan ke

depan. pada sendi siku ( elbow joint ) terjadi gerakan extension ( meluruskan

lengan ) dan melibatkan otot triceps dan otot lengan lainnya . Dalam upaya

memukul shuttlecock gerakan yang terjadi pada persendian pergelangan tangan

Page 14: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

28

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

adalah abduction, otot yang bekerja yaitu ; Otot sekitar pergelangan tangan dan

otot flexor pada lengan bagian bawah.

3. Fase gerak lanjutan ( follow-trough phase )

Tahap akhir adalah rangkaian gerak yang turut menentukan arah pukulan

pada teknik Long service, ketika shuttlecock mengenai senar raket yang berada

di kepala raket, tangan yang memegang raket harus bergerak ke depan dan atas

sampai batang raket berada pada posisi horizontal dibawah ketinggian tangan di

depan tubuh.Ujung raket harus diarahkan ke depan tubuh. Gerakan yang tak

kalah penting lainnya adalah rotasi tulang belakang yang menjadikan togok

tubuh menghadap ke depan .

3.Pengertian Hasil

Pengertian hasilmenurut Waskito( 2010:203) adalah “Sesuatu yang diadakan,

dibuat, dijadikan dsb oleh usaha “ .Jadi dapat diartikan bahwa long service merupakan

suatu hasil keterampialn seorang atlet bulutangkis untuk memulai pertandingan

bulutangkis.

4.Pengertian Perbandingan

Pengertian perbandingan menurut http://kamusbahasaindonesia.org/perbanding

yang diunduh pada tanggal 25 September 2013 adalah “ Perbedaan atau selisih “ jadi sesuai

dengan judul penelitian ini si peneliti seslisih yang signifikan antara hasil pukulan Long

service dengan ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs .

C.Waktu dan tempat penelitian

1.Waktu penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian berlasung selama 14 hari pada tanggal 28 Agustus

s/d 10 September 2013 karena dalam tes ini masing masing variable di tes 2 x karena

keterbatasan waktulah penelitian memakan durasi cukup lama selain itu faktor yang

menjadi penghambat penelitian adalah meminta kepada pelatih untuk meluangkan

waktunya ( meminjam jadwal program latihan ) untuk akhir pekan tidak ada hambatan

karena tes dilaksanakan pada saat libur latihan .

Page 15: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

29

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2.Tempat penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di GOR Koni Kota Bandung yang beralamat di

Jl.Jakarta no.18 Bandung .

D.Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menganalisis data agar dapat

dilakasankan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian, karena itu desain

penelitian berfungsi untuk memberikan jalan dan arah proses penelitian berlangsung.

Desain penelitian diperlukan untuk dijadikan pegangan dalam pelaksanaan penelitian ,agar

penelitian yang dilakukan arahnya jelas dan terencana. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan desain penelitian sebagai berikut :

a. Varible bebas ke 1 : Raket dengan Tegangan senar 30 Lbs ( X1 )

b. Varible bebas ke 2 : Raket dengan Tegangan senar 20 Lbs ( X2 )

c. Variable terikat : Pukulan Long Service ( Y )

Gambar. 3.8

( Desain penelitian )

E.Populasi dan Sampel Penelitian

1.Populasi

Populasi merupakan bagian terpenting dari sebuah penelitian. Ketelitian di dalam

menentukan jumlah dari suatu populasi dan sampel akan menentukan keberhasilan

suatu penelitian. Untuk memperoleh data yang kongkrit, maka memerlukan sumber

data yang akan diperoleh dari populasi, Sugiyono (2010:117) menjelaskan bahwa:

X1

X2

Y

Page 16: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

30

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan

kemudian di tarik kesimpulan”.

Beranjak dari kutipan tersebut, maka yang dimaksud populasi adalah sekumpulan

unsur yang akan diteliti seperti sekumpulan individu, sekumpulan keluarga, dan

sekumpulan unsur lainnya. Dari sekumpulan unsur tersebut diharapkan akan memperoleh

informasi yang berguna untuk memecahkan masalah peneliti penelitian.Populasi dalam

penelitian ini adalah atlet bulutangkis yang sudah mahir dari beberapa klub Bulutangkis

besar di kota Bandung .

2.Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian terkecil dari suatu kelompok. Mengenai sampel Sugiyono

(2010:118) menjelaskan bahwa sampel adalah “ agian dari jumlah dan karakteristik yang di

miliki oleh populasi tersebut”. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik Purposive sampling, Purposive sampling menurut Sugiyono

(2010:124): “Teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu”. Tujuan yang

dimaksud adalah ketika si peneliti melakukan pengambilan data di sebuah klub besar kota

Bandung makasi peneliti memilih atlet dengan kriteria yang ditetapkan sesuai dengan

tujuan penelitiannya mengambil sebanyak mungkin sampel yang akan ditelitinya, dalam

penelitian ini pengambilan sampel minimal 20 orang.

F.Instrument dan Teknik pengumpulan data

1.Intrument

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes. Mengenai tes, Nurhasan dan

hasanudin (2007:3) menjelaskan bahwa: “tes merupakan suatu alat ukur yang digunakan

untuk memperoleh data”. Adapun alat ukur untuk hasil pukulan Long service adalah Tes

Long service oleh Scott Fox dalam Nurhasan dan Cholil (1959:233) dengan Validitas 0,94

dan Realibilitas 0,96 alat-alat yang digunakan antara lain :

Page 17: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

31

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Alat tulis

2. Raket

3. Shuttlecock

4. Kapur (untuk pembatas skor lapangan )

5. Jangka (Untuk membuat jari-jari pembatas skor )

Pelaksanaan :

Tester coba berdiri di daerah yang terletak di sudut-menyudut dengan bagian

lapangan yang di beri sasaran. Kemudian tester melakuakan Long service diarahkan ke

daerah sasaran dan berusaha melewatkan shuttlecock di atas tali dengan cara serve yang

sah, Tiap tester diberi kesempatan melakukan Long service sebanyak 20 kali.

Untuk Long service daerah-daerah sasaran dibuat pada sudut belakang .

Bagiansamping, masing-masing dengan ukuran yang sama dengan sasaran untuk serve

pendek dengan jari-jari 55, 76, 97 , 107 cm. Pada sepanjang net dengan lebih 5 cm

direntangkan sejajar dengan net berjarak 14 feet (4,27 m) dari net, dengan tinggi 8 feet

( 2,44 m) dari lantai.

Cara Menskor :

Shuttlecock yang yang di pukul dengan benar dan memenuhi syarat tes serta jatuh di

daerah sasaran, yang bernilai dengan urutan dari dalam ke luar yaitu : 1, 2, 3, 4 dan 5 .

Shuttlecock yang tidak masuk d sasaran tidak diberi nilai. Shuttlecock yang jatuh pada

garis sasaran dianggap masuk ke daerah sasaran yang bernilai lebih tinggi. Nilai dari 20

kali percobaan tersebut kemudian dijumlahkan, jumlah ini merupakan skor dari Long

service Seseorang.

Page 18: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

32

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

X = Tempat Serve

Gambar. 3.9

( Lapangan Untuk Tes Long sevice )

2.Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian tentunya diperlukan alat ukur untuk mengetahui kriteria-kriteria

suatu dari Tes yang akan digunakan dalam suatu penelitian . Nurhasan dan D.Hasanudin

(2007:3) mengemukakan bahwa : „‟ Dalam pengumpulan data/informasi dari suatu obyek

tertentu , dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur‟‟.

Adapun langkah-langkah peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

A. Prosedur Umum

a. Meminta surat ijin penelitian kepada bagian akademik jurusan

b. Konfirmasi kepada pengurus yang akan menjadi tempat penelitian

c. Memberikan surat penelitian kepada pengurus yang barada di tempat penelitian

d. Mengkonfirmasi kepada pengurus dan pelatih tentang tanggal penelitian

dimulai.

X

1

5

3 4

2

Page 19: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

33

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

B. Prosedur Inti

a. Setelah mendapat ijin untuk melaksanakan penelitian langkah selanjutnya

mempersiapkan instrument pengumpulan data dengan dibantu oleh teman

sebagai testor 2.

b. Setelah mempersiapkan langkah selanjutnya adalah memberikan pengarahan

kepada sampel oleh testor 1 ( Penulis skripsi ) .

c. Testor 1 mempersilahkan kepada sampel untuk melakukan pemanasan

d. Dalam pelaksanaan tes semua sebjek melakukan tes long service dengan raket

tegangan 30 lbs dan 20 lbs masing masing 20 x 2 .

e. Tugas Testor hanya mengawasi jalannya tes .

C. Ketentuan Tes

a. Skor tes dihitung atau dinyatakan sah bila shuttlecock jatuh dalam keadaan

tegak lurus dan tinggi .

b. Shuttlecock yang jatuh tepat pada garis maka skor yang dihitung adalah yang

terbesar.

c. Sebelum penghitungan dimulai subjek dipersilahkan mencoba Long service 3 x

setelah itu penghitungan skor service dimulai.

d. Shuttlecock yang keluar dari sasaran maka diberikan skor 0 .

e. Subjek melakukan tes sebanyak 2 x 20 kali pada masing-masing tegangan

senar yang berbeda.

f. Pelaksanaan tes yang pertama melakukan Long service 20 kali seteleh itu

subjek diganti .

g. Penghitungan skor adalah akumulasi skor sebanyak 20 kali melakukan Long

service .

h. Untuk format penilaian Long serviceada pada tabel. 3.1 di bawah.

Page 20: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

34

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

NO Nama Service Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1

2

3

4

5

6

7

8

Tabel. 3.1

( Format pengambilan skor Long service )

D. Evaluasi

a. Testor melakukan evaluasi mengenai pelaksanaan tes.

b. Testor mengumumkan hasil tes kepada sampel.

c. Testor mengkonformasikan kepada atlet bahwa pelaksanaan tes selama 2 kali.

d. Pelaksanaan tes ditutup dengan do‟a .

Untuk lebih jelas mengenai langkah-langkah penelitian dapad dilihat pada gambar.3.9 di

halaman berikutnya :

Page 21: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

35

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Adapun bagan langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar. 3.10

( Langkah-langkah pengumpulan data penelitian)

Populasi

Sampel

Tes Pukulan Long

Sevice dengan

Raket Tegangan

30 lbs

Tes Pukulan Long

Sevice dengan

Raket Tegangan

20 lbs

Kesimpulan

Pengolahan

data

Pengumpulan

data

Page 22: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

36

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

G.Teknik Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran merupakan data mentah,

sehingga perlu diolah dan dianalisa, sehingga menghasilkan suatu makna atau kesimpulan

yang dapat menjelaskan tentang hasil dari penelitian yang berhubungan dengan

permasalahan dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam

pengolahan data ini sebagai berikut:

1. Menghitung nilai rata-rata dari hasil data mentah setiap variable, Rumus

Untuk menghitung rata adalah .

Arti unsur-unsur diatas :

X = Nilai rata-rata yang dicari

∑X = Jumlah nilai yang didapat oleh seluruh sampel

n = Banyaknya sampel

2. Menghitung simpangan baku dari semua variabel. Rumus yang digunakan

adalah :

S = ∑ ( X₁ - X )2

√ n - 1

Arti Unsur-unsur diatas :

S = Simpangan Baku

X = Nilai yang didapat

X = Nilai rata-rata

n = Banyaknya sampel

Page 23: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

37

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Menguji normalitas distribusi data dengan menggunakan pendekatan Uji

Lilifors.

Uji ini dinamakan uji normalitas distribusi pendekatan Uji Lilifors.Hal

ini dilakukan andaikata kelompok sampel yang digunakan dalam sebuah

penelitian itu di asumsikan sebagai kelompok kecil. Dalam uji normalitas

apabila distribusi data normal maka dalam uji signifikansi menggunakan

pendekatan statistik parametrik, sedangkan untuk distribusi data yang tidak

normal maka menggunakan pendekatan statistik non parametrik.

Adapun langkah-langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut:

a) Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari pengamatan

yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar.

b) Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan

pendekatan Z-skor yaitu:

Z =

b) Untuk tiap baku angka tersebut dengan bantuan tabel distribusi

normal baku (tabel distribusi Z). Kemudiaan hitung peluang dari

masing- masing nilai Z (Fzi) dengan ketentuan: Jika nilai Z

negatif, maka dalam menentukan Fzi-nya adalah 0,5 – luas daerah

distribusi Z.

d) Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara

melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang

kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.

e) Hitung selisih antara F(zi) – S(zi) dan tentukan harga mutlaknya.

Page 24: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

38

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

f) Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak

dariseluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo. Dengan bantuan

tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukan nilai L. Untuk

menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai

kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang

dipilih.Kriterianya adalah; Tolak hipotesis nol, jika Lo yang

diperoleh dan data pengamatan melebihi L (Ho jika Lo > Lα =

Tidak Normal). Dalam hal lainnya hipotesis diterima (Ho jika Lo ≤

Lα = Normal).

4. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan hanya apabila sampel berdistribusi normal.

Uji dua variansi dengan menggunakan rumus :

Variansi besar

F =

Variansi kecil

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya adalah :

Tolak hipotesis ( Ho ) jika Fhitung> F

Dalam hal lain Ho diterima

Page 25: BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository@UPIrepository.upi.edu/3284/6/S_IKOR_0900244_Chapter3.pdf · ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan

39

Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

5. Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon

Uji tanda ini didasarkan pada tanda – tanda positif dan negative

yang besarnya beda juga diperhatikan. Langkak – langkah yang

diperlukandalam pengujian menurut Nurhasan (2008:231) dalah sebagai

berikut:

a) Berikan jenjang (rank) untuk tiap – tiap beda dari

pasanganpengamatan (X1-X2) sesuai dengan besarnya, dari yang

terkecil sampai terbesar gtanpa memperhatikan tanda beda itu

(nilai beda absolute). Bila ada dua atau lebih beda yang sama,

maka jenjang untuk tiap beda itu adalah jenjang rata – rata.

b) Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap

beda sesuai dengan tanda dari beda itu, beda 0 tidak diperhatikan.

c) Bandingkan nilai T yang diperoleh dengan nilai T untuk uji

jenjang bertanda Wilcoxon.