15
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode penelitian
Dalam penelitian tentunya diperlukan metode untuk memecahkan masalah yang
akan diteliti. Menurut Sugiono ( 2010:3 ) Secara umum metode penelitian diartikan sebagai
“Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Terdapat
empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data tujuan, kegunaan
tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu
rasional, empiris, dan sitematis . Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan
cara-cara yang masuk akal , sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti
cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat
mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan, Sistematis artinya proses yang
digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu bersifat logis.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Deskriptif, penelitain
ini penulis berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat
sekarang, dalam artian penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian
kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan,
Penelitian Deskriptif. Menurut Subana (2001:27) Penelitian Deskriptip adalah “Penelitian
tentang gejala dan keadaan yang dialami sekarang oleh subjek yang di teliti”. Adapun ciri-
penelitian Deskriptif antara lain :
1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan
atau permasalahan yang bersifat aktual
2. Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana adanya,
diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang.
16
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3. Pekerjaan peneliti bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena,
tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi, serta
mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah.
Sedangkan jenis metode deskriptif yang digunakan adalah metode deskriptif
Komparatif. Dengan menggunakan metode deskriptif komparatif, maka akan mampu
mengungkapkan atau menggambarkan perbandingan hasil pukulan Long service dengan
ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan
metode deskriptif komparatif telah dijelaskan oleh Sukmadinata ( 2012 : 56 ) adalah “
Penelitian yang diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua
kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variable diteliti”. Dalam penelitian ini pun tidak
ada pengontrolan variable, maupun manipulasi/perlakuan dari peneliti, penelitian penelitian
dilakukan secara alamiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan intrumen
yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan di
antara variable-variable yang diteliti .
B.Definisi operasional
1.Tegangan Senar Raket
Tegangan Menurut http://kamusbahasaindonesia.org/Tegangan yang diunduh pada
tanggal 16 September 2013 adalah “Tekanan yang diakibatkan oleh tarikan, gaya pada tali
yang menunjang beban atau disebabkan oleh rentangan antara dua titik”.
1. Tegangan senar raket 30 Lbs adalah Senar raket yang di pasang pada bagian kepala
raket dengan mesin senar raket Digital yang telah bersertifikat lulus uji badan
Metrologi Nasional dengan tarikan 30 Lbs ( 15 kg ) pada bagian kepala raket.
2. Tegangan senar raket 20 Lbs adalah Senar raket yang di pasang pada bagian kepala
raket dengan mesin senar raket Digital yang telah bersertifikat lulus uji badan
Metrologi Nasional dengan tarikan 20 Lbs ( 10 kg ) pada bagian kepala raket.
17
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
a. Tegangan Senar Raket yang Tinggi
Jika senar raket ditarik dengan tegangan yang tinggi,maka akan
menghasilkan bidang senar) yang lebih kaku. Dengan bidang senar ini, maka
akan menghasilkan kontrol yang baik pada saat Shuttlecock memantul dari senar,
yang memudahkan pemain untuk mengontrol permainanya dan menyesuaikan
penempatannya segera.
Tegangan raket yang lebih tinggi dengan senar tipis cenderung untuk
menghasilkan kecepatan. kontrol merupakan kemampuan untuk melakukan
pukulan yang keras dan menempatkannya Shuttlecock ke daerah yang
diinginkan. Jika raket dipasang dengan tegangan yang sama besar dengan senar
yang yang berbeda maka senar yang tipis akan akan lebih kaku dan
menghasilkan sedikit power, senar yang lebih tipis cenderung untuk kehilangan
tegangannya lebih cepat, maka disarankan senar yang lebih tipis untuk dipasang
dengan tegangan yang tidak terlalu rendah.
Di Malaysia, senar yang lebih tipis seperti microfilamentsynthetic yang biasa
dipasang dengan tegangan yang lebih tinggi. Pemain mengetahui bahwa
tegangan akan berkurang dalam persentase tertentusetelah dipakai dalam satu
atau dua minggu. Jadi untuk memperoleh keuntungan dari senar yang lebih tipis,
maka tegangan harus ditingkatkan lebih tinggi sampai persentase tertentu,
dengan tegangan yang lebih tinggi pada senar yang lebih tebal, yaitu
meregangkan senar menedekati batas elastisitasnya, maka Shuttlecock tidak akan
memantul sampai lapangan lawan dengan kecepatan tinggi pada saat melakukan
smes dengan menggunakan kekuatan secara normal, karena bidang senar yang
begitu kaku dan kurang fleksibel serta elastisitas untuk membantu menghasilkan
power. Maka pemain memerlukan kekuatan yang lebih besar pada saat
melakukan smes.
18
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Dengan tegangan yang lebih tinggi dan menggunakan senar yang lebih tipis,
maka akan memperoleh elastisitas, tetapi tidak akan memperoleh daya tahan
senar ( Durability ) . Dengan kata lain raket yang dipasang dengan tegangan yang
berlebihan dan diluar kemapuan fisik yang menanganinya, maka cara yang
terbaik adalah menurunkan tegangan secara drastis . Di sarankan menurunkan
tegangan sekitar satu atau dua Pound (Setengah sampai satu kilo gram ),
sehingga kontrol dan power masih bisa dipertahankan . Alternatif lain, pasang
senar yang memiliki elastisitas yang lebih tinggi dan mempunyai power. Natural
Gut dan Mikro filament merupakan pilihan terbaik .
b. Tegangan senar raket yang rendah
Jika senar dipasang dengan tegangan yang rendah, maka bidang senar akan
memberikan pantulan yang lebih besar. Dengan hasil pantulan ini, maka
Shuttlecock akan menempel di senar lebih lama sebelum memantul kembali ,
memudahkan pemain untuk menyesuaikan power smashnya, pada saat impact
satel akan menempel lebih dalam pada tali senar yang lebih tipis, maka
memberikan kontrol power dan juga membantu meminimalkan pengaruh
tahanan udara yang memudahkan pemain untuk meningkatkan powernya . Raket
yang dipasang dengan senar tipis dan bertegangan lebih rendah cenderung untuk
menambah power pada saat melakukan smes dan chop dari baseline, Istilah
perasaan ( Feeling ) berarti meskipun Shuttlecock dipukul dengan pelan atau
melakukan drop shot, maka pemain masih mampu untuk menempatkan
Shuttlecock ke tempat yang diinginkan. Power berarti jika smes bahkan
dilakukan dengan kekuatan normal, tetapi Shuttlecock akan sampai ke lawan
dengan kecepatan tinggi.
Dengan tegangan yang lebih rendah dan senar yang lebih tipis, yaitu
meregang senar sampai batas elastisitasnya, maka akan mengahasilkan
elastisitas yang lebih tinggi dan lebih memungkinkan senar teregang, yang
19
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
mengakibatkan pantulan yang lebih besar pada saat impact. Dengan bantuan
bidang senar yang lebih memantul, maka Shuttlecock akan dapat sampai pada
lawan dengan kecepatan tinggi ketika smes dilakukan dengan kekuatan normal ,
karena bidang senar mempunyai fleksibilitas dan elastisitas yang sempurna
untuk membantu menghasilkan power.
Sayang sekali, karena karakteristik pantulan ini, maka pemain akan
mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dan mengontrol pukulannya ketika
melakukan pukulan dengan backswing yang melingkar panjang dan memukul
Shuttlecock lebih jauh, maka pemain harus menyesuaikan pukulannya.
Alternatifnya, untuk memperoleh control yang lebih baik, maka cara terbaik
adalah sedikit meningkatkan tegangan senar, tidak meningkatkan tegangan senar
secara drastis, tetapi berkisar satu atau dua Pound, sehingga akan dapat
memepertahankan Kontrol dan juga power . Tegangan senar yang lebih rendah
dengan senar yang lebih tebal akan menghasilkan elsatisitas yang
diperlukan,karena senar yang tebal cenderung kurang elastis meskipun lebih
awet (durable).
c. Pengaruh Cuaca terhadap tegangan senar
Senar Badminton sangat sensitif terhadap perubahan suhu sangat
dipengaruhi oleh iklim di bebagai tempat di dunia. Di Malaysia dan Negara –
Negara Asia tenggara lainnya, suhu agak panas dan lembab, maka tegangan
senar cenderung menurun lebih cepat meskipun akan awet, bila dibandingkan
dengan Negara-negara yang mempunyai musim dingin dan kering . Kebanyakan
pemain di Negara ini memasang senar dengan tegangan tinggi sampai 24 Pound
dengan senar tipis . Senar Badminton agak rapuh bila dipasang di Negara-negara
yang mempunyai musim dingin seperti Eropa, Amerika dan Kanada. Maka
senar dipasang dengan tegangan yang agak rendah, sekitar 18 Pound untuk
memperoleh control dan power, serta mempertahan kan durabilitasnya .
20
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
d. SSA ( Sweet Spot Area )
Mungkin sebagian besar atlet tidak mengetahui seberapa besar peranan
Sweet spot area dalam penggunaan raket bulutangkis, menurut Budiwantoro
dalam http://bulutangkisindonesia.blogspot.com/2007_06_11_archive.htmlyang
diunduh pada tanggal 19 September 2013 “ Daerah pada raket yang memberikan
pantulan pukulan relatif sempurna dan vibrasi energi ke tangan sekecil mungkin
“. Dalam bulutangkis perkenaan senar raket dengan Shuttlecock menghasilkan
getaran pada raket yang mengakibatkan secara tidak disadari oleh pemain
mengalami tahanan yang tentunya dapat menguras energi si atlet, manfaat dari
Sweet spot area adalah untuk meminimalisirkan getaran yang terjadi pada raket,
selain itu perekenaan shuttlecock pada daerah Sweet spot area lebih memberikan
pantulan yang baik tentunya dalam kajian ini diharapkan seorang atlet dapat
mengetahui Sweet spot area yang baik pada raketnya salah satu contoh untuk
mengetahuinya adalah dengan menjepit grip (pegangan) raket lewat jepitan
khusus yang sama jika dijepit tangan pemain. Lalu, jatuhkan kok ke raket pada
titik-titik yang berbeda. Getaran yang ditimbulkan pun dicatat. Energi inilah
yang kemudian merambat ke tangan pemain. Yang paling rendah getarannya
merupakan titik SSA.
21
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Gambar. 3.1
( Daerahsweet spot area pada raket )
Perhatikan gambar. 3.1 diatas bagian yang berwarna merah merupakan
daerah SSA yang paling sedikit menghasilkan getaran apabila makin mendekati
frame maka getaran yang dihasilkan akan besar.
e. Deformasi dalam bidang senar raket
Deformasi menurut http://novirita.blogspot.com/2011/01/deformasi-
plastic-dan-delastic.html yang diunduh pada tanggal 20 september 2010
adalah “Perubahan bentuk material yang apabila gaya penyebab deformasi
itu dihilangkan deformasi ke bentuk semula” teori ini sangat erat sekali
dengan gaya yang dialami senar raket ketika berkenaan dengan shuttlecock ,
bidang senar raket yang datar dengan kepadatan pemasangan senar raket
dilihat dengan sekilas maka terlihat kokoh namun berbeda ketika terjadi
impact, yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar bidang senar raket
mengendur berubah bentuk (deformasi) bila kekuatan diberikan pada
22
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
permukaan raket ? senar raket mengalami perubahan permukaan senarnya
juga tergantung kekuatan yang dikerahkan oleh si atlet ketika memukul
shuttlecock. Semakin besar deformasi yang dialami oleh raket maka power
yang dihasilkan akan semakin besar, semakin kecil deformasi yang dialami
oleh raket maka power yang dihasilkan akan semakin kecil. Jadi dapat
diambil kesimpulan untuk mendapatkan kontrol yang baik maka permukaan
senar raket harus mengalami sedikit mungkin deformasi yang terjadi pada
bidang senar raket,alternatif yang harus dilakukan adalah dengan
meningkatkan ketegangan senar raket untuk mengurangi deformasi pada
bidang senar raket .
Gambar. 3.2
( Ilutrasi deformasi senar raket )
23
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Gambar. 3.3
(Senar dengan bahan Microfilament Syntetic)
Gambar. 3.4
(Senar dengan bahan Microfilament Syntetic dilihat dengan Microkskop)
24
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Gambar.3.5
( Senar yang digunakan dalam penelitiant )
Karakteristik senar raket Bg 6 :
1. Diameter senar 0,67 mm
2. Di buat dari bahan microfilament sintectic
3. Durability ( daya tahan ) senar kurang karena diameter senar kecil
4. Panjang senar 33 feet atau 10 meter
25
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2.Pengertian Pukulan Long Service
Pukulan Long service Menurut Hidayat (2007:50) adalah “Servis dasar anda, servis
ini mengarahkan shuttlecock tinggi dan jauh ke belakang, shuttlecock akan berbalik jatuh
sedekat mungkin dengan garis batas lapanganbelakang lawan”, melalui Long service akan
memaksa lawan untuk bergerak ke daerah belakang lapangannya sehingga daerah
pertahanan bagian depan terbuka lebar.
Pelaksanaan servis panjang biasanya dilaksanakan dengan cara forehand service
tinggi sering dilakukan dalam permainan tunggal, latihan servis tinggi sering diabaikan
oleh pemain maupun pelatih, padahal servis tinggi yang baik juga menentukan akhir dari
permainan. Prinsip pada servis tinggi yang baik adalah melambung tinggi dan jatuhnya
dibidang belakang lapangan lawan, sedekat mungkin dengan garis belakang .
Gambar. 3.6
( Gambar skema daerah Servis dalam Bulutangkis )
26
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Gerakan permulaan pada Long service adalah mengayunkan raket dan saat
menjatuhkan Shuttlecock harus selalu bersamaan. Sesudah anda melakukan gerakan service
ini, langsung melangkah ke muka dan buatlah supaya garis batas tengah berada diantara
kaki anda . Posisi ini merupakan pangkalan tempat anda selalu kembali setelah melakukan
setaiap pukulan.
Beberapa petunjuk untuk melakukan pukulan Long service menurut Poole
(2011:24) adalah :
1. Berdirilah dengan enak dan pusatkan sebagian besar berat badan pada kaki
belakang anda.
2. Rentangkan lengan kiri ke depan dan jatuhkan Shuttlecock tepat sebelum
mengayunkan raket ke muka.
3. Putarlah bahu dan pinggul anda pada saat berat badan berpindah dari kaki belakang
ke kaki depan .
4. Pergelangan tangan dan lengan bawah harus berputar pada saat Shuttlecock
disentuh oleh raket.
5. Gerakan tangan kanan pada akhir service harus berada tinggi dan usahakan
melampaui bahu kiri
6. Jangan mengangkat atau menggeser kedua kaki anda samapi saat
Shuttlecockdipukul.
7. Arahkan Shuttlecock tinggi dan jauh .
8. Jangan mendorong Shuttlecocktetapi pukulah.
1 2 3
Gambar. 3.7
( Skema pelaksanaan Long service )
27
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
a.Fase fase dari mekanika gerak pada Long service
Dalam pengerahan kekuatan untuk melakukan Long service tentunya ada
beberapa fase ketika melakukan pukulan menurut Sunaryadi (2008 :153 ) ada 3
fase dalam melakukan gerakan dalam Long service yaitu :
1. Fase persiapan (preparatory phase).
Alur gerak Long service diawali dengan gerak awal sebagai tahap persiapan
dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan hasil pukulan Long
service. Tahap awal dimulai dari sikap menarik lengan ke belakang dalam posisi
siku ditekuk sedikit dan kelima jari memegang raket. Untuk tangan yang
satunya memegang Shuttlecock untuk persiapan menjatuhkan shuttlecock pada
tahap propulsif, pada persendian bahu ( Shoulder joint ) posisi lengan bagian
atas harus diupayakan sejajar dengan bahu.Tarikan bagian pinggang ke posisi
menyamping menjadi salah satu bagian memperbesar ruang gerak untuk
menghasilkan pukulan Long service yang baik .
Bagian persendian yang bekerja pada posisi persiapan adalah sebagai berikut
; Ketika posisi tangan memegang raket terjadi gerakan extensionpada sendi
pergelangan tangan ( wrist joint ) , pada bagian siku ( elbow joint ) terjadi
gerakan flexion dan melibatkan tulang humerus, radius, ulna, dan otot yang
dominan bekerja adalah otot biceps dan otot flexor.
Pada bagian lengan . Ketika lengan ditarik ke belakang terjadi gerakan retro
fleksi pada sendi bahu ( shoulder joint ) otot yang bekerja adalah deltoid (bahu )
, trapezius ( otot kerudung ) , triceps.
2. Fase Propulsip
Tahap gerakan propulsip merupakan tahap yang cukup kritis, sebab akan
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah tingkat ketepatan
ketika shuttlecock yang dilepaskan dan dipukul oleh raket. Besarnya sudut yang
diambil ketika backswing turut menjadi penentu hasil pukulan Long service
yang baik serta pengerahan energy yang dikeluarkan turut menentukan tingkat
kesulitan teknik Long service. Pada sendi bahu terjadi gerakan flexion dengan
melibatkan otot dada ( pectoralis major ) dalam upaya menggerakan lengan ke
depan. pada sendi siku ( elbow joint ) terjadi gerakan extension ( meluruskan
lengan ) dan melibatkan otot triceps dan otot lengan lainnya . Dalam upaya
memukul shuttlecock gerakan yang terjadi pada persendian pergelangan tangan
28
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
adalah abduction, otot yang bekerja yaitu ; Otot sekitar pergelangan tangan dan
otot flexor pada lengan bagian bawah.
3. Fase gerak lanjutan ( follow-trough phase )
Tahap akhir adalah rangkaian gerak yang turut menentukan arah pukulan
pada teknik Long service, ketika shuttlecock mengenai senar raket yang berada
di kepala raket, tangan yang memegang raket harus bergerak ke depan dan atas
sampai batang raket berada pada posisi horizontal dibawah ketinggian tangan di
depan tubuh.Ujung raket harus diarahkan ke depan tubuh. Gerakan yang tak
kalah penting lainnya adalah rotasi tulang belakang yang menjadikan togok
tubuh menghadap ke depan .
3.Pengertian Hasil
Pengertian hasilmenurut Waskito( 2010:203) adalah “Sesuatu yang diadakan,
dibuat, dijadikan dsb oleh usaha “ .Jadi dapat diartikan bahwa long service merupakan
suatu hasil keterampialn seorang atlet bulutangkis untuk memulai pertandingan
bulutangkis.
4.Pengertian Perbandingan
Pengertian perbandingan menurut http://kamusbahasaindonesia.org/perbanding
yang diunduh pada tanggal 25 September 2013 adalah “ Perbedaan atau selisih “ jadi sesuai
dengan judul penelitian ini si peneliti seslisih yang signifikan antara hasil pukulan Long
service dengan ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs .
C.Waktu dan tempat penelitian
1.Waktu penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian berlasung selama 14 hari pada tanggal 28 Agustus
s/d 10 September 2013 karena dalam tes ini masing masing variable di tes 2 x karena
keterbatasan waktulah penelitian memakan durasi cukup lama selain itu faktor yang
menjadi penghambat penelitian adalah meminta kepada pelatih untuk meluangkan
waktunya ( meminjam jadwal program latihan ) untuk akhir pekan tidak ada hambatan
karena tes dilaksanakan pada saat libur latihan .
29
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2.Tempat penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di GOR Koni Kota Bandung yang beralamat di
Jl.Jakarta no.18 Bandung .
D.Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menganalisis data agar dapat
dilakasankan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian, karena itu desain
penelitian berfungsi untuk memberikan jalan dan arah proses penelitian berlangsung.
Desain penelitian diperlukan untuk dijadikan pegangan dalam pelaksanaan penelitian ,agar
penelitian yang dilakukan arahnya jelas dan terencana. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan desain penelitian sebagai berikut :
a. Varible bebas ke 1 : Raket dengan Tegangan senar 30 Lbs ( X1 )
b. Varible bebas ke 2 : Raket dengan Tegangan senar 20 Lbs ( X2 )
c. Variable terikat : Pukulan Long Service ( Y )
Gambar. 3.8
( Desain penelitian )
E.Populasi dan Sampel Penelitian
1.Populasi
Populasi merupakan bagian terpenting dari sebuah penelitian. Ketelitian di dalam
menentukan jumlah dari suatu populasi dan sampel akan menentukan keberhasilan
suatu penelitian. Untuk memperoleh data yang kongkrit, maka memerlukan sumber
data yang akan diperoleh dari populasi, Sugiyono (2010:117) menjelaskan bahwa:
X1
X2
Y
30
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan
kemudian di tarik kesimpulan”.
Beranjak dari kutipan tersebut, maka yang dimaksud populasi adalah sekumpulan
unsur yang akan diteliti seperti sekumpulan individu, sekumpulan keluarga, dan
sekumpulan unsur lainnya. Dari sekumpulan unsur tersebut diharapkan akan memperoleh
informasi yang berguna untuk memecahkan masalah peneliti penelitian.Populasi dalam
penelitian ini adalah atlet bulutangkis yang sudah mahir dari beberapa klub Bulutangkis
besar di kota Bandung .
2.Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian terkecil dari suatu kelompok. Mengenai sampel Sugiyono
(2010:118) menjelaskan bahwa sampel adalah “ agian dari jumlah dan karakteristik yang di
miliki oleh populasi tersebut”. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik Purposive sampling, Purposive sampling menurut Sugiyono
(2010:124): “Teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu”. Tujuan yang
dimaksud adalah ketika si peneliti melakukan pengambilan data di sebuah klub besar kota
Bandung makasi peneliti memilih atlet dengan kriteria yang ditetapkan sesuai dengan
tujuan penelitiannya mengambil sebanyak mungkin sampel yang akan ditelitinya, dalam
penelitian ini pengambilan sampel minimal 20 orang.
F.Instrument dan Teknik pengumpulan data
1.Intrument
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes. Mengenai tes, Nurhasan dan
hasanudin (2007:3) menjelaskan bahwa: “tes merupakan suatu alat ukur yang digunakan
untuk memperoleh data”. Adapun alat ukur untuk hasil pukulan Long service adalah Tes
Long service oleh Scott Fox dalam Nurhasan dan Cholil (1959:233) dengan Validitas 0,94
dan Realibilitas 0,96 alat-alat yang digunakan antara lain :
31
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
1. Alat tulis
2. Raket
3. Shuttlecock
4. Kapur (untuk pembatas skor lapangan )
5. Jangka (Untuk membuat jari-jari pembatas skor )
Pelaksanaan :
Tester coba berdiri di daerah yang terletak di sudut-menyudut dengan bagian
lapangan yang di beri sasaran. Kemudian tester melakuakan Long service diarahkan ke
daerah sasaran dan berusaha melewatkan shuttlecock di atas tali dengan cara serve yang
sah, Tiap tester diberi kesempatan melakukan Long service sebanyak 20 kali.
Untuk Long service daerah-daerah sasaran dibuat pada sudut belakang .
Bagiansamping, masing-masing dengan ukuran yang sama dengan sasaran untuk serve
pendek dengan jari-jari 55, 76, 97 , 107 cm. Pada sepanjang net dengan lebih 5 cm
direntangkan sejajar dengan net berjarak 14 feet (4,27 m) dari net, dengan tinggi 8 feet
( 2,44 m) dari lantai.
Cara Menskor :
Shuttlecock yang yang di pukul dengan benar dan memenuhi syarat tes serta jatuh di
daerah sasaran, yang bernilai dengan urutan dari dalam ke luar yaitu : 1, 2, 3, 4 dan 5 .
Shuttlecock yang tidak masuk d sasaran tidak diberi nilai. Shuttlecock yang jatuh pada
garis sasaran dianggap masuk ke daerah sasaran yang bernilai lebih tinggi. Nilai dari 20
kali percobaan tersebut kemudian dijumlahkan, jumlah ini merupakan skor dari Long
service Seseorang.
32
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
X = Tempat Serve
Gambar. 3.9
( Lapangan Untuk Tes Long sevice )
2.Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian tentunya diperlukan alat ukur untuk mengetahui kriteria-kriteria
suatu dari Tes yang akan digunakan dalam suatu penelitian . Nurhasan dan D.Hasanudin
(2007:3) mengemukakan bahwa : „‟ Dalam pengumpulan data/informasi dari suatu obyek
tertentu , dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur‟‟.
Adapun langkah-langkah peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :
A. Prosedur Umum
a. Meminta surat ijin penelitian kepada bagian akademik jurusan
b. Konfirmasi kepada pengurus yang akan menjadi tempat penelitian
c. Memberikan surat penelitian kepada pengurus yang barada di tempat penelitian
d. Mengkonfirmasi kepada pengurus dan pelatih tentang tanggal penelitian
dimulai.
X
1
5
3 4
2
33
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
B. Prosedur Inti
a. Setelah mendapat ijin untuk melaksanakan penelitian langkah selanjutnya
mempersiapkan instrument pengumpulan data dengan dibantu oleh teman
sebagai testor 2.
b. Setelah mempersiapkan langkah selanjutnya adalah memberikan pengarahan
kepada sampel oleh testor 1 ( Penulis skripsi ) .
c. Testor 1 mempersilahkan kepada sampel untuk melakukan pemanasan
d. Dalam pelaksanaan tes semua sebjek melakukan tes long service dengan raket
tegangan 30 lbs dan 20 lbs masing masing 20 x 2 .
e. Tugas Testor hanya mengawasi jalannya tes .
C. Ketentuan Tes
a. Skor tes dihitung atau dinyatakan sah bila shuttlecock jatuh dalam keadaan
tegak lurus dan tinggi .
b. Shuttlecock yang jatuh tepat pada garis maka skor yang dihitung adalah yang
terbesar.
c. Sebelum penghitungan dimulai subjek dipersilahkan mencoba Long service 3 x
setelah itu penghitungan skor service dimulai.
d. Shuttlecock yang keluar dari sasaran maka diberikan skor 0 .
e. Subjek melakukan tes sebanyak 2 x 20 kali pada masing-masing tegangan
senar yang berbeda.
f. Pelaksanaan tes yang pertama melakukan Long service 20 kali seteleh itu
subjek diganti .
g. Penghitungan skor adalah akumulasi skor sebanyak 20 kali melakukan Long
service .
h. Untuk format penilaian Long serviceada pada tabel. 3.1 di bawah.
34
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
NO Nama Service Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1
2
3
4
5
6
7
8
Tabel. 3.1
( Format pengambilan skor Long service )
D. Evaluasi
a. Testor melakukan evaluasi mengenai pelaksanaan tes.
b. Testor mengumumkan hasil tes kepada sampel.
c. Testor mengkonformasikan kepada atlet bahwa pelaksanaan tes selama 2 kali.
d. Pelaksanaan tes ditutup dengan do‟a .
Untuk lebih jelas mengenai langkah-langkah penelitian dapad dilihat pada gambar.3.9 di
halaman berikutnya :
35
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Adapun bagan langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut :
Gambar. 3.10
( Langkah-langkah pengumpulan data penelitian)
Populasi
Sampel
Tes Pukulan Long
Sevice dengan
Raket Tegangan
30 lbs
Tes Pukulan Long
Sevice dengan
Raket Tegangan
20 lbs
Kesimpulan
Pengolahan
data
Pengumpulan
data
36
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
G.Teknik Analisis data
Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran merupakan data mentah,
sehingga perlu diolah dan dianalisa, sehingga menghasilkan suatu makna atau kesimpulan
yang dapat menjelaskan tentang hasil dari penelitian yang berhubungan dengan
permasalahan dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam
pengolahan data ini sebagai berikut:
1. Menghitung nilai rata-rata dari hasil data mentah setiap variable, Rumus
Untuk menghitung rata adalah .
Arti unsur-unsur diatas :
X = Nilai rata-rata yang dicari
∑X = Jumlah nilai yang didapat oleh seluruh sampel
n = Banyaknya sampel
2. Menghitung simpangan baku dari semua variabel. Rumus yang digunakan
adalah :
S = ∑ ( X₁ - X )2
√ n - 1
Arti Unsur-unsur diatas :
S = Simpangan Baku
X = Nilai yang didapat
X = Nilai rata-rata
n = Banyaknya sampel
37
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3. Menguji normalitas distribusi data dengan menggunakan pendekatan Uji
Lilifors.
Uji ini dinamakan uji normalitas distribusi pendekatan Uji Lilifors.Hal
ini dilakukan andaikata kelompok sampel yang digunakan dalam sebuah
penelitian itu di asumsikan sebagai kelompok kecil. Dalam uji normalitas
apabila distribusi data normal maka dalam uji signifikansi menggunakan
pendekatan statistik parametrik, sedangkan untuk distribusi data yang tidak
normal maka menggunakan pendekatan statistik non parametrik.
Adapun langkah-langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a) Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari pengamatan
yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar.
b) Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan
pendekatan Z-skor yaitu:
Z =
b) Untuk tiap baku angka tersebut dengan bantuan tabel distribusi
normal baku (tabel distribusi Z). Kemudiaan hitung peluang dari
masing- masing nilai Z (Fzi) dengan ketentuan: Jika nilai Z
negatif, maka dalam menentukan Fzi-nya adalah 0,5 – luas daerah
distribusi Z.
d) Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara
melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang
kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.
e) Hitung selisih antara F(zi) – S(zi) dan tentukan harga mutlaknya.
38
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
f) Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak
dariseluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo. Dengan bantuan
tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukan nilai L. Untuk
menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai
kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang
dipilih.Kriterianya adalah; Tolak hipotesis nol, jika Lo yang
diperoleh dan data pengamatan melebihi L (Ho jika Lo > Lα =
Tidak Normal). Dalam hal lainnya hipotesis diterima (Ho jika Lo ≤
Lα = Normal).
4. Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan hanya apabila sampel berdistribusi normal.
Uji dua variansi dengan menggunakan rumus :
Variansi besar
F =
Variansi kecil
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya adalah :
Tolak hipotesis ( Ho ) jika Fhitung> F
Dalam hal lain Ho diterima
39
Fahmi Rapsanjani, 2013 Perbandingan Hasil Pukulan Long Service Dengan Ketegangan Senar Raket 30 LBS Dan 20 LBS Pada Cabor Bulutangkis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5. Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon
Uji tanda ini didasarkan pada tanda – tanda positif dan negative
yang besarnya beda juga diperhatikan. Langkak – langkah yang
diperlukandalam pengujian menurut Nurhasan (2008:231) dalah sebagai
berikut:
a) Berikan jenjang (rank) untuk tiap – tiap beda dari
pasanganpengamatan (X1-X2) sesuai dengan besarnya, dari yang
terkecil sampai terbesar gtanpa memperhatikan tanda beda itu
(nilai beda absolute). Bila ada dua atau lebih beda yang sama,
maka jenjang untuk tiap beda itu adalah jenjang rata – rata.
b) Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap
beda sesuai dengan tanda dari beda itu, beda 0 tidak diperhatikan.
c) Bandingkan nilai T yang diperoleh dengan nilai T untuk uji
jenjang bertanda Wilcoxon.