bab ii landasan teori -...

45
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pilihan Karir 2.1.1 Pengertian Pilihan Karier Karir seseorang bukan sekedar pekerjaan apa yang telah dijabatnya, melainkan suatu pekerjaan atau jabatan yang benar-benar sesuai dan cocok dengan potensi-potensi diri dari orang-orang yang menjabatnya (Andersen, 2012). Kata pilihan mengandung makna menentukan sesuatu. Karier adalah istilah yang didefenisikan oleh kamus oxford inggris sebagai suatu lintasan atau perjalanan dalam kehidupan (atau bagian yang berbeda dari kehidupan). Pilihan karier menurut Holland (1985) dalam Sukardi (1994) merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua dan orang dewasa yang dianggap memiliki peran yang penting. Faktor keturunan dan sejarah hidup membangun proses perkembangan atau orientasi modal pribadi membuat individu bereaksi terhadap tuntutan lingkungan. Pada dasarnya pilihan karier merupakan ekspresi atau perluasan kepribadian kedalam dunia kerja yang diikuti oleh pengidentifikasian terhadap stereotipe

Upload: donhu

Post on 18-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pilihan Karir

2.1.1 Pengertian Pilihan Karier

Karir seseorang bukan sekedar pekerjaan apa

yang telah dijabatnya, melainkan suatu pekerjaan atau

jabatan yang benar-benar sesuai dan cocok dengan

potensi-potensi diri dari orang-orang yang menjabatnya

(Andersen, 2012). Kata pilihan mengandung makna

menentukan sesuatu. Karier adalah istilah yang

didefenisikan oleh kamus oxford inggris sebagai suatu

lintasan atau perjalanan dalam kehidupan (atau bagian

yang berbeda dari kehidupan). Pilihan karier menurut

Holland (1985) dalam Sukardi (1994) merupakan hasil

dari interaksi antara faktor hereditas dengan segala

pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua dan orang

dewasa yang dianggap memiliki peran yang penting.

Faktor keturunan dan sejarah hidup membangun

proses perkembangan atau orientasi modal pribadi

membuat individu bereaksi terhadap tuntutan

lingkungan.

Pada dasarnya pilihan karier merupakan ekspresi

atau perluasan kepribadian kedalam dunia kerja yang

diikuti oleh pengidentifikasian terhadap stereotipe

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

12

okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan

persepsi tentang suatu okupasi tentang penerimaan

atau penolakannya merupakan faktor penentu utama

dalam pilihan karier. Keselarasan antara pandangan

seseorang tentang dirinya dengan okupasi yang

disukainya membentuk “Modal Personal Style”.

Orientasi kesenangan pribadi (modal orientasi pribadi)

merupakan proses perkembangan yang terbentuk

melalui hereditas dan pengalaman individu dalam

bereaksi terhadap tuntutan lingkungannya.

Individu memilih sebuah karier untuk

memuaskan orientasi kesenangan pribadinya. Jika

individu telah mengembangkan suatu orientasi yang

dominan, maka akan lebih besar kemungkinannya

dalam okupasi yang sesuai. Akan tetapi, jika individu

belum dapat menetukan pilihan, maka kemungkinan

untuk dapat memperoleh kepuasan itu, akan hilang.

Pilihan karier yang dibuat pada awal proses

perkembangan vokasional sangat berpengaruh

terhadap pilihan-pilihan selanjutnya. Perkembangan

karier seorang dewasa masih harus membuat pilihan-

pilihan diantara kemungkinan untuk meningkatkan

kariernya dan memperoleh kepuasan pribadi yang

mendalam.

Adanya pencarian karier menciptakan

homogenitas okupasi. Homogenitas okupasi merupakan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

13

jalan terbaik menuju pemenuhan diri dan pola karier

yang konsisten. Individu yang mempunyai peran dan

tujuan okupasional yang bertentangan dengan

lingkungan akan mempunyai pola karier yang tidak

konsisten dan divergen. Holland menekankan

pentingnya “self-knowledge” dalam upaya mencari

kepuasan dan stabilitas vocational. Holland (1985)

memandang pilihan karier sebagai ekspresi atau

ekstensi kepribadian dalam dunia pekerjaan, yang

diikuti dengan pengidentifikasian terhadap stereotype

okupasional tertentu. Holland (1985) memandang

modal orientasi diri sebagai kunci menuju pilihan

okupasi individu.

2.1.2 Proses Pilihan Karier

Secara singkat proses pilihan karier menurut

Holland (1985) dapat dijelaskan sebagai berikut: (a)

orang secara langsung mengorientasikan dirinya

kepada kelompok besar klasifikasi karier, selama

perkembangannya individu melakukan seleksi atau

penjajakan karier-karier tersebut dengan berbagai

kecenderungan terhadap klasifikasi jabatan tertentu

sebagai puncak dari pilihannya, (b) pilihan dari

sekelompok karier-karier dimana individu akan

mengadakan seleksi atau penjajakan terhadap karier

atau jabatan dan merupakan fungsi dari penilaian diri

dan kemampuannya (Kompetensinya) untuk memebuat

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

14

pilihan yang memadai dengan lingkungan

pekerjaannya, (c) lebih lanjut dikatakan dalam proses

pilihan karier atau pekerjaan disertai dengan sejumlah

faktor-faktor internal individu, meliputi pengetahuan

tentang diri (Self-knowledge), evaluasi diri (Self-

evaluation), dan pengetahuan tentang jenis pekerjaan

dalam hal, arah dan luasnya lingkungan pekerjaan

serta perbedaan antara dua dalam lingkungan

pekerjaan, tingkat hierarki perkembangan dan

sejumlah faktor-faktor lingkungan meliputi luasnya

potensi lingkungan, tekanan sosial yang bersumber

dari keluarga dan teman-teman, pembatasan-

pembatasan yang berasal dari sumber sosial-ekonomi

dan lingkungan fisik.

2.1.3 Syarat-syarat Pilihan Karier

Untuk dapat menentukan pilihan karier secara

tepat, maka ada beberapa syarat yang harus

diperhatikan dalam mengambil keputusan karier. Ada

tiga syarat pengambilan keputusan yang baik, menurut

Holland (1985) dalam Sukardi (1994) yaitu: (a)

pemeriksaan dan pengenalan nilai-nilai pribadi,

pengambilan keputusan yang berhubungan dengan

perkembangan kepribadian dan nilai-nilai memberikan

pengalaman kepada individu-individu yang

memberikan kontribusi pada kematangan emosional,

konsep diri dan orientasi-orientasi nilai, (b)

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

15

pengetahuan dan penggunaan informasi yang kuat dan

relevan (sebelum memutuskan). Salah satu dari

langkah-langkah pertama dalam pengambilan

keputusan adalah pengumpulan informasi, sediakan

sumber-sumber informasi kepada individu-individu dan

bagaimana menggunakannya, (c) pengetahuan dan

penggunaan strategi untuk mengkonfirmasikan

informasi kadalam tindakan. Individu-individu

biasanya menggunakan berbagai strategi pengambilan

keputusan seperti memberikan kemudahan untuk

menemukan strategi-strateginya dan bagaimana

meningkatkannya.

2.1.4 Aspek-aspek Pilihan Karier

Adapun berbagai aspek dalam pilihan karier

menurut Holland (1985) terdiri dari 6 (enam)

yaitu:(a)kemampuan Intelegensi, sebagai pertimbangan-

pertimbangan dalam memasuki dunia kerja maupun

studi lanjut, (b) Bakat, mengetahui bakat diri, agar

dapat memberikan bimbingan belajar yang sesuai dan

dapat memprediksi jabatan maupun bidang kerja

setelah menamatkan studi, (c) Minat, mempunyai

pengaruh dalam mencapai suatu pekerjaan atau karier,

apabila individu tidak berminat terhadap pekerjaan

yang dipilihnya maka, tidak dapat menyelesaikan

pekerjaannya dengan baik. (d) Sikap, merupakan aspek

pilihan karier yang cenderung relatif stabil bereaksi

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

16

terhadap dirinya sendiri, orang lain, atau situasi

tertentu. (e) Konsep diri, seseorang yang dapat menilai

dirinya pasti dapat menilai karier yang dipilih, karena

pilihan karier mencerminkan konsep diri, dan (f)

Ketrampilan, apabila seseorang tidak mempunyai

ketrampilan khusus seperti menguasai bahasa asing,

pemanfaatan Ilmu Teknologi, maka mempengaruhi

pilihan karier.

2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pilihan Karier

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pilihan

karier Holland dalam Sukardi (1994) yaitu: (a) faktor

pengetahuan diri, artinya pengaruh pengetahuan diri

ini, lebih mengacu kepada pengetahuan individu

tentang dirinya dari orang lain. Pengetahuan diri

sendiri mempunyai peran untuk meningkatkan

(increase) dan menurunkan (decrease) ketepatan

pilihan seseorang. Pengetahuan diri diartika, sebagai

kemampuan seseorang untuk membedakan berbagai

kemungkinan lingkungan dipandang dari sudut

kemampuan-kemampuannya sendiri, namun ada

perbedaan mendasar antara penilaian diri dan

pengetahuan diri. Penilaian diri menitikberatkan

penghargaan terhadap dirinya, sedangkan pengetahuan

diri berisikan sejumlah informasi yang dimiliki oleh

individu tentang dirinya seperti, usia dan jenis kelamin.

Menurut Ginzberg dalam sukardi (1994) bahwa pilihan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

17

karier siswa SMK berada pada periode tentatif

berlangsung pada umur 11-18 tahun. Pada tahap ini,

anak mulai menghadapi perlunya keputusan dengan

cepat dan konkrit tentang vokasional yang akan

datang. Dengan lain kata, tugas utama perkembangan

siswa SMK adalah melakukan eksplorasi, uji coba

peranan untuk memperoleh kesesuaian antara konsep

diri dan faktor-faktor lingkungan pekerjaan dan

pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu

pekerjaan. Sedangkan untuk jenis kelamin

kecenderungan antara kualitas pilihan karier siswa

wanita dan pria berbeda, baik pada aspirasi dan pilihan

studi, ataupun aspirasi dan bidang pekerjaan (Holland,

1995). Karena tinggi-rendahnya pengetahuan diri

seseorang akan terlihat dari tepat atau tidaknya

keputusan yang diambil, (b) faktor lingkungan, artinya

dalam memilih karier dapat dipengaruhi oleh tekanan

sosial, seperti tuntutanorang tua, pengaruh di masa

kecil, lingkungan pergaulan. Sejalan dengan

pendapatBerk (1993) menyatakan bahwa untuk

menetapkan pilihan karir seorang remaja ditentukan

oleh berbagai faktor diantaranya orang tua, teman-

teman, gender, dan karakteristik diri sendiri. Berikut

adalah penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi

pemilihan karir pada remaja.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

18

a. Orang tua.

Orang tua berperan dalam menentukan arah

pemilihan karir pada anak remajanya. Walaupun pada

akhirnya keberhasilan dalam menjalankan karir

selanjutnya sangat tergantung pada kecakapan dan

profesionalismeanak yang menjalaninya. Karena hal ini

berkaitan dengan masalah pembiayaan pendidikan,

masa depan anaknya agar terarah dengan baik, orang

tua turut ikut campur agar anaknya memilih program

studi yang mampu menjamin kehidupan karirnya.

Biasanya orang tua yang berkecukupan secara

ekonomi, menghendaki anaknya untuk memilih

program studi yang cepat menghasilkan nilai materi,

misalnya fakultas ekonomi (akuntasi, manajemen),

teknik, farmasi, kedokteran (umum dan gigi) dan lain-

lain. Anggapan orang tua, anak yang mampu memasuki

program ini tentu akan terjamin masa depannya.

Dalam kenyataannya tak selamanya yang menjadi

pilihan orang tua akan berhasil dijalankan oleh

anaknya, kalau tidak disertai oleh minat bakat,

kemampuan, kecerdasan, motivasi internal dari anak

yang bersangkutan. Inilah yang perlu diperhatikan.

b. Teman (Peer group)

Tidak dipungkiri, pada kenyataannya, lingkungan

pergaulan dalam kelompok remaja, cukup memberi

pengaruh pada diri seseorang dalam memilih jurusan

program studi di SMA maupun Perguruan Tinggi.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

19

Mereka mungkin merasa tidak enak kalau tidak sama

dalam pemilihan jurusan atau program studi. Pengaruh

teman kelompok sebaya ini bersifat eksternal. Bila

remaja tidak mempunyai dorongan internal, minat

bakat atau kemampuan yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan suatu tugas atau tuntutan, maka

kemungkinan anak akan mengalami kegagalan.

c. Peran Jenis Gender Stereotype masyarakat seringkali telah menilai

terhadap jenis kelamin seseorang. Masyarakat

menghendaki agar jenis tugas atau pekerjaan tertentu,

dilakukan oleh jenis kelamin tertentu pula. Memang

baik diakui atau tidak, jenis kelamin kadang-kadang

menentukan seseorang dalam memilih karir pekerjaan.

d. Karakteristik Kepribadian Individu

Keberhasilan dalam memilih dan menjalankan

program studi serta karir pekerjaan, sangat ditentukan

karakteristik kepribadian individu yang bersangkutan.

Individu yang memiliki minat, kemampuan,

kecerdasan, motivasi internal, tanpa ada paksaan dari

orang lain, biasanya akan mencapai keberhasilan

dengan baik. Keberhasilan tidak dapat diukur secara

materi finansial yang melimpah, tetapi seberapa besar

nilai kepuasan hidup yang diperoleh melalui pilihan-

pilhan tersebut.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

20

Adapun faktor lain yang mempengaruhi pilihan

karier (Kochung and Migunde, 2011) dalam

penelitiannya mengenai Factors Influencing Students

Career Choices Among Secondary School students in

Kisumu Municipality, Kenya. Dalam penelitian ini

melibatkan 233 siswa, menyatakan bahwa faktor yang

sangat berpengaruh dari beberapa faktor diatas adalah

hubungan antara anak dengan orang tua, anak dengan

guru serta harapan yang dimiliki.

2.3 Unsur-unsur Pilihan Karier

Unsur-unsur pilihan karier menurut Holland

(1985) yaitu mengetahui akan aktivitas yang disukai,

mengetahui kompetensi yang dimiliki dan mengetahui

akan pilihan pekerjaan yang disenangi. Sejalan

denganUnsur dari pilihan karier berdasarkan

(Sampson, J. P., et al 1992) yaitu; (1) mengetahui

tentang diri sendiri, meliputi; Nilai diri, ketertarikan

diri, keterampilan diri, kepribadian diri, bakat atau

kemampuan diri, (2) mengetahui tentang pilihan diri

sendiri, meliputi; Mempelajari tentang pekerjaan

tertentu,apa itu program studi dan pekerjaan,

mempelajari tentang bagaimana pekerjaan, program

studi, dapat mengatur orang, dan mempelajari tentang

latar belakang pekerjaan., (3) mengetahui bagaimana

membuat keputusan dan (4) memikirkan keputusan

yang dibuat.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

21

Gambar 2.1 Piramida menunjukkan Unsur yang Terlibat

dalam membuat Pilihan Karier (Sampson, J.P., et al., 1992)

Unsur dari pilihan karier yaitu, mengetahui

tentang diri sendiri, mengetahui tentang pilihan saya,

bagaiman membuat keputusan, memikirkan keputusan

yang dibuat, unsur-unsur ini merupakan dasar yang

dijadikan acuan untuk pilihan karier sebagai hasil

interaksi antara faktor internal dan eksternal individu.

2.4 Teori Perkembangan Karier

MenurutSukardi (2008) teori yang dikembangkan

olehHolland menjelaskan bahwa suatu pemilihan

pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi

antara faktor hereditas (keturunan) dengan segala

pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang

dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting.

Selain itu, Holland juga merumuskan tipe-tipe

Thinking about

my decision making

Knowing how

I make decision

Knowing

about my self

Knowing about

my options

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

22

(golongan) kepribadian dalam pemilihan pekerjaan

berdasarkan atas inventori kepribadian yang disusun

atas dasar minat.

Kemudian, setiap tipe-tipe kepribadian itu

dijabarkan ke dalam suatu model teori, yang disebut

model orientasi (the model orientation). Model orientasi

ini merupakan suatu rumpun perilaku-perilaku

penyesuaian yang khas. Setiap orang memiliki urutan

orientasi yang berbeda-beda, dan hal inilah yang

menyebabkan mengapa setiap orang itu mempunyai

corak hidup yang berbeda-beda.

Urutan orientasi yang pertama terhadap suasana

lingkungan pekerjaan tertentu merupakan corak hidup

yang utama dan pertama, urutan model orientasi kedua

terhadap lingkungan kerja yang lainnya, dan

merupakan corak hidup yang kedua bagi seseorang

untuk selanjutnya. Penempatan urutan corak hidup itu

sangat bergantung dari tingkat kecerdasan serta

penilainnya terhadap diri sendiri. Makin jelas

penempatan urutan corak hidupnya maka akan

semakin menghasilkan pola pilihan yang tepat bagi

seseorang. Namun perlu digarisbawahi, jika model

orientasi John L. Holland ini mengajukan model

orientasi berdasarkan budaya Amerika.

Adapun model orientasi yang dijabarkan oleh

John L. Holland (1985) adalah sebagai berikut:

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

23

a. Realistis

Tipe kepribadian dan lingkunganrealistis,

memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan kerja

yang berorientasi kepada penerapan. Ciri-cirinya yaitu;

mengutamakan kejantanan, kekuatan otot, ketrampilan

fisik, mempunyai kecakapan, dan koordinasi motorik

yang kuat, kurang memiliki kecakapan menyampaikan

informasi secara lisan maupun tertulis untuk orang

lain, konkrit, bekerja praktis, kurang memiliki

ketrampilan sosial, serta kurang peka dalam hubungan

dengan orang lain.

Orang dengan model orientasi realistis dalam

lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas-

tugas yang konkrit, fisik, eksplisit yang memberikan

tantangan bagi penghuni lingkungan ini. Untuk dapat

memecahkan masalah yang lebih efektif seringkali

memerlukan bentuk-bentuk kecakapan, gerakan, dan

ketahanan tertentu. Diantaranya kecakapan mekanik,

ketahanan dan gerakan fisikuntuk berpindah-pindah

dan seringkali berada diluar gedung.Sifat-sifat yang

nampak dengan jelas dari tuntutan-tuntutan

lingkungan menciptakan kegagalan dan keberhasilan.

Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini

adalah, operator mesin/radio, sopir truk, petani,

penerbang, pengawas bangunan, ahli listrik, dan

pekerjaan lain yang sejenis.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

24

b. Intelektual

Tipe model kepribadian dan lingkungan

Intelektual, memiliki kecenderungan untuk memilih

pekerjaan yang bersifat akademik. Ciri-cirinya adalah

memiliki kecenderungan untuk merenungkan daripada

mengatasinya dalam memecahkan suatu masalah,

berorientasi pada tugas, tidak sosial. Membutuhkan

pemahaman, menyenangi tugas-tugas yang bersifat

kabur, memiliki nilai-nilai dan sikap yang tidak

konvensional dan kegiatan-kegiatanya bersifat

intraseptif.

Orang model orientasi intelektual dalam

lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas yang

memerlukan berbagai kemampuan abstark, dan kreatif.

Bukan tergantung kepada pengamatan pribadinya.

Untuk dapat memecahkan masalah yang efektif dan

efisien diperlukan intelejensi, imajinasi, serta kepekaan

terhadap berbagai masalah yang bersifat intelektual

dan fisik. Kriteria keberhasilan dalam melaksanakan

tugas bersifat objektif dan bisa diukur, tetapi

memerlukan waktu yang cukup lama dan secara

bertahap. Bahan dan alat serta perlengkapan

memerlukan kecakapan intelektual daripada

kecakapan manual. Kecakapan menulis mutlak

dipelihara dalam oreientasi ini. Contoh pekerjaan orang

dengan model orientasi ini adalah, ahli fiika, ahli

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

25

biologi, kimia, antropologi, matematika, pekerjaan

penelitian, dan pekerjaan lain yang sejenis.

c. Artistik

Tipe model Kepribadian dan Lingkungan Artistik,

memiliki kecenderungan berhubungan dengan orang

lain secara tidak langsung, bersifat sosial dan sukar

menyesuaikan diri.

Orang model orientasi artistik ini ditandai dengan

berbagai macam tugas dan masalah yang memerlukan

interpretasi atau kreasi bentuk-bentuk artistik melalui

cita rasa, perasaan dan imajinai.Dengan kata lain,

orientasi artistik lebih menitikberatkan menghadapi

keadaan sekitar dilakukan dengan melalui ekspresi diri

dan menghindari keadaan yang bersifat

intrapersonal, keteraturan, atau keadaan yang

menuntut ketrampilan fisik. Contoh pekerjaan orang

dengan model orientasi ini adalah, ahli musik, ahli

kartum ahli drama, pencipta lagu, penyair, dan

pekerjaan lain yang sejenis.

d. Sosial

Tipe model Kepribadian dan lingkungansosial,

memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan

pekerjaan yang bersifat membantu orang lain. Ciri-ciri

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

26

dari tipe model ini adalah pandai bergaul dan

berbicara, bersifat responsive, bertanggung jawab,

kemanusiaan, bersifat religiusm membutuhkan

perhatian, memiliki kecakapan menyampaikan

informasi secara tertulis maupun lisan, hubungan

antarpribadi, kegiatan-kegiatan rapi dan teratur,

menjauhkan bentuk pemecahan masalah secara

intelektual, lebih berorientasi pada perasaan.

Orang model orientasi sosial memiliki ciri-ciri

kebutuhan akan kemampuan untuk menginterpretasi

dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk

berkomunikasi dengan orang lain. Secara umum

orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan

status. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi

ini adalah, guru, pekerja sosial, konselor, misionari,

psikolog klinik, terapis, dan pekerjaan lain yang sejenis.

e. Usaha

Tipe model kepribadian dan lingkungan Usaha

(Enterpreuner), memiliki ciri khas diantaranya

menggunakan ketrampilan-ketrampilan berbcara dalam

situasi dimana ada kesempatan untuk menguasai

orang lain atau mempengaruhi orang lain, menganggap

dirinya paling kuat, jantan, mudah untuk mengadakan

adaptasi dengan orang lain, menyenangi tugas-tugas

sosial yang kabur, perhatian yang besar pada

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

27

kekuasaan, status dan kepemimpinan, agresif dalam

kegiatan lisan.

Orang model orientasi usaha ditandai dengan

berbagai macam tugas yang menitikberatkan kepada

kemampuan penyampaian informasi secara lisan

maupun tertulis yang digunakan untuk mengarahkan

dan mempengaruhi orang lain. Contoh pekerjaan orang

dengan model orientasi ini adalah, pedagang, politikus,

manajer pimpinan eksekutif perusahaan, perwakilan

dagang, dan pekerjaan lain yang sejenis.

f. Konvensional

Tipe model Kepribadian dan lingkungan

konvensional, pada umumnya memiliki kecenderungan

untuk terhadap kegiatan berupa penyampaian

informasi secara lisan maupun tertulis pada orang lain,

menyenangi bahasa yang tersusun baik, numerik

(angka) yang teratur, menghindari situasi yang kabur,

senang mengabdi, mengidentifikasikan diri dengan

kekuasaaan, memberi nilai yang tinggi terhadap status

dan kenyataan materi, mencapai tujuan dengan

mengadaptasikan dirinya ketergantungan pada atasan.

Orang model orientasi konvensional pada

lingkungan nyatanya ditandai dengan berbagai macam

tugas dan pemecahan masalah memerlukan suatu

proses informasi secara lisan maupun tulisan dan

matematis secara berkelanjutan, rutin, konkrit, dan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

28

sistematis. Berhasilnya dalam pemecahan masalah

akan nampak dengan jelas dan memerlukan waktu

yang relative singkat. Contoh pekerjaan orang dengan

model orientasi ini adalah, kasir, statistika, pemegang

buku, pegawai arsip, pegawai bank, dan pekerjaan lain

yang sejenis.

2.5 Pengukuran Pilihan Karier

Variabel pilihan karier dapat diukur menurut

Holland (1985) yaitu dengan menggunakan Vocational

Preference Inventory (VPI) yang telah dialih bahasakan

oleh Noah, Sidek Mohd (2007) memiliki 160 pernyataan

pekerjaan yang harus dipertimbangkan ketika

menyesuaikan keadaan psikologis individu untuk

memilih karier.

Pilihan karier juga dapat diukur dengan

menggunakan self directed search (SDS) yang

dikembangkan Holland (1995) dari Vocational

Preference Inventory (VPI), berisikan tiga unsur pilihan

karier yaitu, mempertimbangkan aktivitas, kompetensi

yang dimiliki, dan jenis pekerjaan yang disukai dalam

memilih karier. Maka penulis menggunakan Self

Directed Search untuk mengetahui pilihan karier siswa.

2.6 Layanan Informasi Karir

Layanan informasi karir merupakan salah satu

sub bagian dari layanan bimbingan dan konseling di

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

29

sekolah yang harus diberikan kepada siswa meliputi:

(a) layanan orientasi, (b) layanan informasi, (c) layanan

konten, (d) layanan penempatan dan penyaluran, (e)

layanan konseling perorangan, (f) layanan bimbingan

kelompok, (g) konsultasi dan (h) mediasi (Sudrajat,

2008)

Hakikat layanan informasi adalah untuk

memberikan informasi tentang berbagai hal yang

dipandang bermanfaat bagi peserta didik atau siswa

melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung.

Sejalan dengan itu, menurut Ifdil (2008) bahwa layanan

informasi merupakan penyampaian berbagai informasi

karier kepada sasaran layanan agar individu dapat

mengolah dan memanfaatkan informasi demi

kepetingan hidup dan perkembangannya.

Menurut Sukardi (2008) Informasi karier

merupakan salah satu alat yang dipergunakan untuk

membantu siswa memahami dirinya sendiri, dunia

kerja pada umumnya serta aspek-aspek dunia kerja

pada khususnya. Sedangkan menurut Hartono (2010)

bahwa Informasi karier merupakan, fakta dan ide

mengenai karier yang disajikan dalam bentuk

kuantitatif, kualitatif atau gabungan keduanya.

Berbagai informasi karier mencangkup informasi

tentang kesuksesan kerja seseorang dalam berbagai

bidang, macam-macam kerja, kondisi aktivitas kerja,

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

30

Kompensasi kerja, jaminan kesehatan, syarat pekerjaan

yaitu kompetensi yang dimiliki, jenjang pendidikan,

pengalaman kerja, dan informasi berbagai perguruan

tinggi yang terkait dengan jenis pekerjaan. Sejalan

dengan pendapat sukardi dan hartono bahwa informasi

karir adalah informasi yang mendukung perkembangan

bidang pekerjaan, dan berdasarkan informasi itu

memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan

kesesuaian dengan konsep dirinya. Lebih lanjut

dikatakan informasi karir tidak hanya sekedar

merupakan objek faktual, tetapi sebagai kemampuan

proses psikologis untuk mentransformasikan informasi

itu dikaitkan dengan pilihan dan tujuan hidup masa

depan (Karneli, 2009).

Berdasarkan beberapa defenisi informasi karier

dengan hakikat layanan informasi di atas, maka

penulis menyimpulkan layanan informasi karier adalah

suatu layanan yang diberikan oleh konselor kepada

konseli yang berlangsung di lembaga pendidikan

melalui komunikasi langsung, yang bertujuan agar

konseli dapat memperoleh informasi dunia kerja dan

sebagainya serta memperoleh pemahaman diri yakni,

minat, kemampuan, ketrampilan, kepribadian, sikap

dan nilai-nilai.

Adapun teori perkembangan karier yang

mendukung layanan informasi karier berdasarkan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

31

pandangan Super (1994). Konsepsi Super tentang

gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi

pegangan bagi seorang tenaga pendidik bila merancang

program pendidikan karier, yang membawa orang

muda dalam hal ini siswa ke pemahaman diri dan

pengolahan informasi tentang dunia karja, selaras

dengan tahapan perkembangan karier tertentu. Dengan

lain kata, program layanan karier yang dilakukan di

Sekolah mengangkat para siswa ke tahap pemahaman

diri dan pengolahan informasi yang lebih tinggi dan

lebih matang. (Winkel, 2006).

2.7 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Layanan Informasi Karier

Materi informasi yang diberikan kepada siswa

hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan

permasalahan siswa, sehingga benar-benar dapat

dirasakan lebih bermanfaat dan memiliki makna

(meaningful). Pemilihan dan penetuan jenis materi

informasi yang tidak didasarkan kepada kebutuhan

dan masalah siswa akan cenderung tidak memiliki daya

tarik, sehingga siswa akan menjadi kurang partisipatif

dan kooperatif dalam mengikuti kegiatan layanan.

Materi informasi yang lengkap dan akurat akan sangat

membantu siswa untuk lebih tepat dalam

mempertimbangkan dan memutuskan pilihan

kariernya.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

32

Penyampaian informasi bisa dilakukan oleh

konselor, melalui teknik ekspositorik. Selain itu, dapat

juga dilakukan dengan cara meminta bantuan dari

pihak lain sebagai narasumber, misalkan dengan

mengundang “tokoh karier”. Upaya pemanfatan

narasumber memiliki keunggulan tersendiri, yakni

informasi yang diberikan cenderung bersifat nyata,

berdasarkan hasil pengalamannya.

2.8 Pengukuran Layanan Informasi Karier

Terdapat beberapa alat ukur untuk mengukur

keberhasilan layanan informasi karier siswa.Menurut

Sutijono (2008), diantaranya adalah dengan

menggunakan hasil belajar siswa terkait dengan materi

informasi yang diberikan berupa test awal (pree test)

sebelum materi disampaikan dan sesudah materi

disampaikan melalui Tes akhir (post test). Selain itu,

dapat juga mengukur ketuntasan layanan informasi

karier dengan menggunakan Angket berupa Lembar

Perencanaan Karier.

Hartono (2012) dalam penelitianya yang berjudul

Efektivitas Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan

Konseling Karier dengan berbantuan Komputer Website

dalam Pilihan karier. Penelitian ini melibatkan 90 siswa

kelas XI SMA di Surabaya. Instrumen yang digunakan

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

33

adalah Kuesioner Kebermanfaatan Layanan Bimbingan

Karier yang diadaptasi menggunakan skala likert.

Anisa dan Mochamad (2011) juga mengemukakan

bahwa layanan informasi karier juga dapat diukur

dengan menggunakan sarana pembelajaran

berupaPizza Karier yang dapat diterapkan ketika

pemberian layanan informasi karier bagi siswa,

sehingga siswa benar-benar memahami akan karier

yang akan dipilihnya.

2.9 Pola Asuh Orang Tua

Pengasuhan atau sering disebut pola asuh berarti

bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik,

membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi

anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga

kepada upaya pembentukan norma-norma yang

diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini,

2007).Sejalan dengan pendapat Walgito (2010), bahwa

pola asuh adalah suatu model atau cara mendidik anak

yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua

dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai

dengan harapan masyarakat pada umumnya. Macam-

macam pola asuh orang tua dibedakan berdasarkan

tuntutan dan tanggapan orang tua terhadap anak

menurut Baumrind, Maccoby and Martin (1983) sejalan

dengan(Besembeum, 2008) adalah sebagai berikut:

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

34

a. Otoriter

Pola asuh orangtua yang autoritarian adalah

orangtua yang memberikan batasan-batasan tertentu

dan aturan yang tegas terhadap anaknya, tetapi

memiliki komunikasi verbal yang rendah. Pola asuh ini

merupakan cara yang membatasi dan bersifat

menghukum, sehingga anak harus mengikuti petunjuk

orangtua dan menghormati pekerjaan dan usaha

orangtua.Biasanya pola asuh ini memiliki kontrol yang

kuat, sedikit komunikasi, membatasi ruang gerak anak,

dan berorientasi pada hukuman fisik maupun verbal

agar anak patuh dan taat. Ada ketakutan yang tinggi

dalam diri orangtua terhadap anaknya, karena adanya

pertentangan dalam kemauan dan keinginan. Jadi

anak-anak ini sering sekali tidak bahagia, ketakutan,

dan cemas dibandingkan dengan anak lain, gagal

memulai suatu kegiatan, menarik diri karena tidak

puas diri dan memiliki ketrampilan komunikasi yang

lemah.

b. Demokratis

Menurut Shochib (2000), pola asuh demokratis

adalah suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan

dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan

itu tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

35

pengertian antara orang tua dan anak. Pola asuh dan

sikap orang tua yang demokratis menjadikan adanya

kominukasi yang dialogis antara anak dan orang tua

dan adanya kehangatan yang membuat anak remaja

merasa diterima oleh orang tua sehingga ada pertautan

perasaan. Sejalan dengan pendapat Santrock(2007),

pola asuh yang mendorong anak untuk mandiri,

namun masih menempatkan batas dan kendali pada

tindakan mereka, Orang tua lebih bersikap hangat dan

penyayang.

Menurut Yuniati (2003), orang tua yang

menerapkan pola asuh demokratis banyak memberikan

kesempatan kepada anak untuk membuat keputusan

secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik,

mendukung anak untuk memiliki kebebasan sehingga

anak mempunyai kepuasan tersendiri dalam hukum

untuk mengembangkan kedisiplinan. Pola asuh

demokratis dihubungkan dengan tingkah laku anak-

anak yang memperlihatkan emosional positif, sosial,

dan pengembangan kognitif. Adapun ciri-ciri pola asuh

demokratis yakni; (a) Menentukan peraturan dan

disiplin dengan memperhatikan dan

mempertimbangkan alasan-alasan yang diterima, (b)

Mengarahkan tentang perbuatan baik yang perlu

dipertahankan dan yang tidak baik ditinggalkan, (c)

Memberikan bimbingan dengan penuh perhatian, (d)

Dapat menciptakan keharmonisan keluarga, dan (e)

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

36

Dapat menciptakan suasana komunikatif antar orang

tua dan sesama keluarga. Sejalan dengan Zahara Idris

dan Lisma Jamal (1992) ciri-ciri pola asuh demokratis

adalah: (a) Menentukan peraturan dan disiplin dengan

memperhatikan dan mempertimbangkan alasan-alasan

yang dapat diterima, dipahami dan dimengerti oleh

anak, (b) Memberikan pengarahan tentang perbuatan

baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik

agar di tinggalkan, (c) Memberikan bimbingan dengan

penuh pengertian, (d) Dapat menciptakan

keharmonisan dalam keluarga, dan (e) Dapat

menciptakan suasana komunikatif antara orang tua

dan anak serta sesama keluarga.

Pendapat Baurmind (1971) tentang tipe pola

asuh orang tua, yang dikembangkan oleh Casmini

(2007) berdasarkan pada konseptualisasi Baumrind

bahwa pola asuh domokratis adalah perpaduan antara

pola asuh otoriter dengan pola asuh Negletful. Dengan

demikian, Orang tua yang demokratis mempunyai ciri-

ciri yaitu; (a) tegas namun tetap hangat, (b) mengatur

standar agar dapat melaksanakan dan memberi

harapan yang konsisten terhadap kebutuhan dan

kemampuan anak, (c) memberi kesempatan anak untuk

berkembang otonomi dan mampu mengarahkan diri,

namun anak harus memiliki tanggung jawab terhadap

tingkah lakunya, (d) menghadapi anak secara rasional,

orientasi pada masalah-masalah memberi dorongan

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

37

dalam diskusi keluarga dan menjelaskan disiplin yang

mereka berikan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri

orang tua yang menggunakan tipe demokratis antara

lain : (a) tegas namun tetap hangat, (b) komunikasi

yang baik dan adanya sikap terbuka antara orang tua

dengan anak serta sesama keluarga, (c) anak diberi

kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan

dan keinginanya namun tetap memberi pengawasan

dan tuntutan tanggung jawab secara wajar terhadap

setiap perilakunya, (d) menentukan peraturan dan

disiplin dengan memperhatikan,dan

mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima,

dipahami dan dimengerti oleh anak, (e) memberikan

bimbingan dan dorongan dengan penuh pengertian.

Secara umum orang tua mengkombinasikan kontrol

dan dorongan, dimana dalam waktu yang bersamaan

mereka mengawasi perilaku anak dan mendorong

untuk memenuhi peraturan yang ada dalam keluarga

dengan mengikuti standar yang diterapkan.

c. Permisif Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh

anak yang serba boleh terhadap keinginan anak. Pola

asuh ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa

batas pada anaknya untuk berperilaku sesuai dengan

keinginannya sendiri. Melalui pola asuh seperti ini,

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

38

anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari

orang tua.

Permisif yang penuh kelalaian, pada pola ini

orangtua sangat tidak ikut campur dalam kehidupan

anaknya. Orangtua yang seperti ini tidak akan pernah

tahu keberadaan anak mereka dan tidak cakap secara

sosial, padahal anak membutuhkan perhatian orang

tua ketika mereka melakukan sesuatu. Anak ini

biasanya memiliki self-esteem yang rendah, tidak

dewasa dan diasingkan dalam keluarga. Pada masa

remaja mereka mengalami penyimpangan-

penyimpangan perilaku, misalnya suka tidak masuk

sekolah, kenakalan remaja. Dengan demikian anak

menunjukkan pengendalian diri yang buruk dan tidak

bisa menangani kebebasan dengan baik. Jadi orangtua

yang tidak menuntut ataupun menanggapi

menunjukkan suatu pola asuh yang neglectful atau

uninvolved. Orangtua ini tidak memonitor perilaku

anaknya ataupun mendukung ketertarikan mereka,

karena orang tua sibuk dengan masalahnya sendiri dan

cenderung meninggalkan tanggung jawab mereka

sebagai orang tua.

Pada pola ini orangtua terlibat dengan anaknya,

tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan

mereka. Biasanya orangtua yang demikian akan

memanjakan, dan mengizinkan anak untuk melakukan

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

39

apa saja yang mereka inginkan. Gaya pola asuh ini

menunjukkan bagaimana orangtua sangat terlibat

dengan anaknya, tetapi menempatkan sedikit sekali

kontrol pada mereka. Hal ini berkaitan dengan

ketidakmampuan sosial, terutama dalam kontrol diri.

Jadi gaya pola asuh permisif indulgent, orangtua

memiliki tuntutan rendah dan tanggapan terlibat tinggi

pada anak. Orangtua ini toleran, hangat dan menerima.

Mereka menunjukkan sedikit otoritas, dan membiarkan

terbentuknya self-regulation pada anak atau remaja.

Pola asuh permisif mengutamakan kebebasan,

dan anak diberikan kebebasan penuh untuk

mengungkapkan keinginan dan kemauannya dalam

memilih. Pada dasarnya orangtua dalam pola ini akan

menuruti kehendak anak, dan kerangka pemikiran

psikoanalitis melandasi pandangan orangtua yang

memandang bahwa setiap manusia dilahirkan sudah

memiliki kebutuhan dasar pribadi yang menuntut

untuk dipenuhi. Oleh karena itu apabila tuntutan ini

tidak dipenuhi, maka akan terjadi halangan

perkembangan dan timbul penyimpangan dalam

pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena

itu anak harus diberikan kebebasan penuh serta

dihindari penekanan terhadap keinginan dan kemauan

anak, dan dibiarkan berkembang dengan apa adanya.

Pandangan liberal ini berkembang di Inggris, yang

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

40

dikembangkan oleh Neill (1960), dia menyarankan

supaya anak sebaiknya diberikan kebebasan penuh

untuk melakukan apa yang menjadi keinginannya. Jika

anak berbuat kesalahan, maka orang tua tidak perlu

ikut serta untuk memperbaikinya tetapi cukup hanya

membiarkan saja supaya anak itu memperbaiki sendiri

dirinya sendiri. Paham ini memandang bahwa seorang

anak secara alamiah telah memiliki suatu kemampuan

untuk dapat mengurus dan mengatur dirinya sendiri,

sehingga orang lain tidak perlu ikut campur tangan.

Dari perkembangan liberal yang ada kemudian

berkembang konsep baru dari Rogers dimana

menyarankan supaya anak diasuh dengan campur

tangan yang sesedikit mungkin dari orang tua maupun

dari lingkungan.

Pola asuh orang tua permisif bersikap terlalu

lunak, tidak berdaya, memberi kebebasan terhadap

anak tanpa adanya norma-norma yang harus diikuti

oleh mereka. Mungkin karena orang tua sangat sayang

(over affection) terhadap anak atau orangtua kurang

dalam pengetahuannya. Pola asuh demikian ditandai

dengan nurturance yang tinggi, namun rendah dalam

tuntutan kedewasaan, kontrol dan komunikasi,

cenderung membebaskan anak tanpa batas, tidak

mengendalikan anak, lemah dalam keteraturan hidup,

dan tidak memberikan hukuman apabila anak

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

41

melakukan kesalahan, dan tidak memiliki standart bagi

perilaku anak, serta hanya memberikan sedikit

perhatian dalam membina kemandirian dan

kepercayaan diri anak.

2.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Menurut Baumrind dalam Supartini (2004), ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola

pengasuhan orang tua terhadap anaknya yaitu:

a. Usia orang tua

Usia merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kesiapan pasangan dalam menjalankan

peran pengasuhan terhadap anaknya. Usia yang terlalu

muda ataupun yang terlalu tua menyebabkan orang

tidak dapat melaksanakan peran pengasuhan secara

optimal.

b. Keterlibatan ayah

Kedekatan hubungan antara ibu dan anak sama

pentingnya dibandingkan kedekatan antara ayah dan

anaknya, walaupun secara kodrati terdapat perbedaan

diantara keduanya. Pengasuhan anak dalam rumah

tangga dapat melibatkan ayah untuk memnjalankan

peran pengasuhannya. Seorang ayah tidak saja

bertanggung jawab dalam memberikan nafkah akan

tetapi dapat pula bekerja sama dengan ibu dalam

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

42

melakukan perawatan anak seperti mengajak bermain

dan olah raga bersama sebagai salah satu upaya dalam

melakukan interaksi.

c. Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam

melakukan perawatan anak akan mempengaruhi

kesiapan mereka dalam menjalankan peran

pengasuhan. Pengalaman dalam menjalankan peran

tersebut dipelajari dari pengalaman orang tua ataupun

pengalaman terdahulu.

d. Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh

Orang tua yang sebelumnya memiliki

pengetahuan dalam merawat anak, mereka akan lebih

siap dalam menjalankan peran pengasuhan. Selain itu

mereka akan lebih mampu dalam mengenali tanda-

tanda pertumbuhan dan perkembangan anak yang

normal.

e. Stress orang tua

Stress yang dialami orang tua akan

mempengaruhi kemampuan orang tua dalam

menjalankan peran pengasuhan, terutama dalam

kaitannya dengan strategi kopingadalah suatu proses

individu berusaha untuk menangani dan menguasai

situasi stres yang menekan akibat dari menghadapi

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

43

permasalahan anak dengan cara melakukan perubahan

kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman

dalam diri. Kondisi yang lain anak juga dapat

menyebabkan stress pada orang tua, misalnya orang

tua dengan anak yang keterbelakangan mental.

f. Hubungan suami istri

Hubungan yang kurang harmonis antara suami

dan istri akan berdampak kepada kemampuan mereka

dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dan

merawat serta mengasuh anak dengan penuh rasa

bahagia, karena satu sama lain dapat saling memberi

dukungan dan menghadapi segala masalah dengan

koping yang positif.

2.11 Mengukur Pola Asuh Orang Tua

Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan

untuk mengukur jenis atau tipe pola asuh orang tua

diantaranya adalah menggunakan lembar kuesionare

Persepsi siswa tentang Pola Asuh demokratis Orang

Tua (Yuliana, 2012). Adapun cara lain yang dapat

digunakan untuk mengukur jenis pola asuh orang tua

yaitu Family Communication Patterns (FCP) yang

dikembangkan oleh Richie and Fitzpatrick, (1990) yang

dipadukan dengan Physicology Control Scale (PCS)

menjadi Revised Family Communication Pattern (RFCP)

instrumen yang digunakan untuk mengukur tipe atau

gaya pola asuh orang tua berdasarkan pada cara

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

44

berkomunikasi anak dengan orang tua dalam penelitian

(Kuhar, M., 2010) tentang Parent Authority Styles in

Adolescent-Parent Relationship.

Menurut Reitman at al (2002) bahwa Pola asuh

orang tua dapat diukur dengan menggunakan

Konseptualisasi Baumrind tentang gaya pengasuhan

dengan menggunakan Parental Authority Questionare -

Revisi (PAQ-R) yang bertujuan untuk menguji sifat dari

gaya pengasuhan orang tua. PAQ-R adalah salah satu

instrumen yang dibuat untuk mengukur pola

pengasuhan orang tua baik berdasarkan pada etnis dan

sosioekonomi dilihat dari segi persepsi anak terhadap

sikap orang tua di Amerika-Afrika. Maka alat yang

digunakan oleh penulis untuk mengukur sifat atau

jenis pola asuh orang tua yaitu Kuesioner Pola Asuh

Demokratis berdasarkan pada Persepsi Anak.

2.12 Kajian Hubungan Layanan Informasi

Karier dan Pola Asuh Demokratis

dengan Pilihan karier

Teori pengembangan karier menurut Holland

(1985) yang di dalamnya yaitu mengenai pilihan karier

berdasarkan pada tipe kepribadian, seperti minat, perlu

disesuaikan dengan jenis pekerjaan nantinya. Untuk

itu, siswa perlu mengetahui bahwa apa yang menjadi

minat mereka dan mengetahui sejumlah informasi

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

45

terkait dengan kariernya. untuk mengetahui akan

kariernya, siswa di sekolah diperhadapkan dengan

layanan informasi karier yang disampaikan oleh guru,

ternyata dapat mengarahkan siswa akan pilihan

kariernya. Dalam menentukan pilihan karier, menurut

Sucipto (2008) membahas layanan informasi karier

dapat meningkatkan arah pilihan karier.

Penelitian yang dilakukan oleh Bacanli (2012),

menyatakan bahwa, pemberian layanan informasi

dalam dunia karier dapat memberikan manfaat bagi

individu untuk dapat melihat hubungan antara

keputusan karier yang dibuat secara matang dan tidak

rasional. Penelitiannya melibatkan 188 mahasiswa

Turki. Setelah dilakukan analisis ditemukan bahwa,

layanan informasi karier berhubungan secara positif

signifikan pada mahasiswa Turki dengan koefisien

korelasi sebesar r : 0,331 p(<0,01).

Emily (2011) meneliti tentang Relationship Among

Career and Life stress, Negative Career Thoughts, and

Career Decision State: A Cognitive Information Processing

Perspective menyatakan bahwa proses pengumpulan

informasi dari tiap individu dipengaruhi oleh faktor

kehidupan stres dan perspektif negatif tentang karier,

apabila kurangnya informasi karier maka akan

berdampak bagi individu untuk dapat menentukan

karier yang hendak dipilih. Penelitian ini melibatkan

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

46

232 mahasiswa di University of Southern Mississipi.

Instrumen yang digunakan yaitu decision making list

(Test). Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan

antara kehidupan stress dengan peningkatan pilihan

karier yang keliru berdasarkan sejumlah pengolahan

informasi karier, dengan koefisien korelasi sebesar r :

0,380 p(<0,01).

Alika (2010) meneliti tentang Parental and Peer

group influence as Correlates of career choice in

humanities Among High school students in Edo state,

Nigeria. Menyatakan bahwa pola asuh orang tua

berhubungan langsung dengan karier yang akan dipilih

siswa. Penelitian ini melibatkan 100 siswa di Sekolah

Menengah Atas di Nigeria. Instrumen yang digunakan

yaitu students occupational clusters preferences scale

(OCPS), peer pressure assessment scale (PPAS), dan

parental influence assessment inventory (PIAI). Hasil

analisis menunjukkan bahwa adanya hubungan yang

signifikan pola asuh orang tua dan pilihan karier siswa,

dengan koefisien korelasi sebesar r : 0,371 p(<0,05).

Sejalan dengan penelitian Safitri (2012) tentang

Hubungan antara persepsi pola asuh demokratis

dengan pilihan karier pada siswa kelas XI SMA Negeri

11 Yogyakarta. Dalam penelitian ini, melibatkan 160

siswa. Instrumen yang digunakan berupa Kuesioner

yang terdiri dari, Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

47

Demokratis yang dikembangkan oleh (Baumrind, 1971)

dan Skala Pilihan Karier yang dikembangkan oleh

(Holland, 1985). Hasil analisis menunjukkan bahwa

tedapat hubungan yang positif antara Pola asuh

demokratis dan pilihan karier siswa, dengan nilai

koefisien koelasi sebesar r : 0,381 p(< 0,05).

2.13 Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian sebelumnya Wicaksono (2012)

menunjukkan bahwa informasi karier sangat

berhubungan dalam pengambilan keputusan dengan

koefisien korelasi r: 0,522 p (<0,05). Sejalan dengan

Luhur (2004) dalam penelitiannya terhadap para siswa

SMA di Malang juga mengungkapkan bahwa terdapat

hubungan antara pemberian layanan informasi karier

dengan pengambilan putusan karier dengan koefisien

korelasi sebesar r : 442 p (<0,05).

Adapun hasil penelitian Ismadi (2012) sejalan

dengan penelitian Wicaksono (2012) dan Luhur (2004)

tentang hubungan layanan informasi karier dengan

menggunakan teknik E-learning terhadap kemantapan

dalam pilihan karier siswa, dimana hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara layanan informasi karier dengan pilihan karier

siswa. Dengan koefisien korelasi sebesar

r:0,571p(<0,05) dimana jumlah responden yang

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

48

digunakan sebagai sampel adalah siswa yang

berjumlah N=32.

Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ariani (2002) tentang Hubungan antar Pola asuh orng

tua dengan pilihan karier siswa Kelas II di SMU Islam

Malang, menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pola asuh demokratis orang tua

dengan pilihan karier siswa sebesar 9,46% dengan

nilai r : 0,397 p(<0,05). Sejalan dengan penelitian

Yuliana (2012) tentang Hubungan antara pola asuh

demokratis dengan pemilihan karier siswa kelas XI di

SMA Negeri 11 Yogyakarta, menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan pola asuh demokratis orang

tua dengan pilihan karier siswa dengan presentase 29%

dimana, N=160 dengan koofesien korelasi sebesar r :

0,561 p(<0,05)

2.14 Kerangka Teoritik

Setiap Individu dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan akan beranjak pada tiap fase

kehidupan. masa remaja adalah masa peralihan antara

masa anak-anak ke masa dewasa. Salah satu tugas

perkembangan pada masa remaja adalah memilih dan

menentukan karir. Remaja yang sudah berada di

sekolah menengah kejuruan (SMK) sudah mulai

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

49

memikirkan masa depan mereka. Untuk siswa kelas XI

SMK Negeri 2 Salatiga yang rata-rata usianya 15-17

tahun, proses pilihan karirnya termasuk dalam tahap

tentatif. Pada tahap tentatif mencakup usia kurang

lebih 11 tahun sampai 18 tahun, jadi masa anak

bersekolah di SMP dan SMA/SMK maupun yang

sederajat. Siswa SMK mulai mengalami perubahan

dalam pilihan karirnya, anak mulai menyadari tentang

tuntutan-tuntutan yang terkandung dalam suatu

pekerjaan. Untuk memilih pekerjaan, anak memikirkan

apakah ia berminat di bidang pekerjaan tersebut atau

tidak, anak juga memikirkan seberapa besar

kemampuannya bila berhubungan dengan pekerjaan

yang menjadi pilihannya serta nilai-nilai kehidupan

juga tidak lepas menjadi pertimbangan dalam pilihan

karirnya tersebut. Dalam tahap tentatif ini anak

memadukan antara minat, kemampuan yang miliki

serta nilai-nilai kehidupan sebagai gambaran diri yang

jelas dan menyadari akibat-akibatnya terhadap

keputusan karir yang dipilihnya. Masa remaja juga

masa berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan

identity pada masa remaja erat kaitannya dengan

komitmen terhadap okupasi masa depan. Apabila

remaja gagal mengintegrasikan aspek-aspek dan

pilihan atau merasa tidak mampu memilih, maka dia

akan mengalami kebingungan. Individu yang

mengalami kebingungan identitas tidak menemukan

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

50

arah pekerjaan atau komitmen ideology yang mana

pun, dan mencapai kemajuan kecil kearah tujuan-

tujuan ini.

Untuk dapat menentukan pilihan karirnya secara

tepat individu memerlukan proses yang panjang yang

dipengaruhi oleh taraf perkembangannya. Walaupun

individu bisa memutuskan karir yang akan dipilihnya

tetapi banyak hal yang perlu diperhatikan agar

keputusannya tersebut sesuai dengan keadaan dan

kemampuan individu tersebut. Pilihan karir merupakan

suatu proses untuk memilih suatu pekerjaan tertentu.

Seseorang akan mempertimbangkan beberapa pilihan

pekerjaan yang didasarkan atas berbagai faktor

diantaranya kesesuaian internal seperti minat,

kemampuan, dan nilai-nilai, dukungan orang tua,

pengaruh teman sebaya, serta informasi kerja dan lain-

lain.

Layanan informasi karier merupakan sub bagian

dari Layanan bimbingan dan konseling di sekolah

dimana proses pendidikan di sekolah, bukan hanya

memperoleh pengetahuan saja, melainkan

pembentukan karakteristik tiap individu, serta

kesiapan siswa dalam menentukan kariernya kelak.

Maka sejalan dengan pendapat Arikunto (2008) bahwa

bimbingan dan konseling merupakan bagian integral

dari manajemen pendidikan di sekolah karena,

manajemen pendidikan berarti mengatur seluruh

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

51

kebetuhan siswa dari segi pengetahuan dan sikap

semenjak masuk sekolah sampai pada kelulusannya.

Apabila siswa telah memperoleh sejumlah informasi

yang berkaitan dengan dunia pekerjaan, maka dia akan

menentukan pilihan karier sesuai dengan

kemampuannya. Jadi Hubungan antara layanan

informasi karier yang diberikan guru bagi siswa sangat

mempengaruhi pilihan kariernya.

Orang tua menjadi salah satu faktor dari

beberapa faktor, yang mempengaruhi pilihan karier

anak. Setiap orang tua memiliki pola asuh yang

berbeda beda, dan hal ini akan menentukan hasil akhir

dari arah pilih anak. Ada beberapa orang tua yang

senang memaksakan kehendaknya mereka cenderung

otoriter dan membatasi gerak anak, anak tidak bebas

memilih harus sesuai pilihan orang tua. Ada juga orang

tua yang cenderung permisif atau terlalu membebaskan

anak, anak cenderung seenaknya namun menjadi

kurang bertanggung jawab. Ada pula yang lebih

demokratis, yaitu orang tua menggabungkan antara

pola asuh otoriter dan permisif yang biasa disebut

dengan pola asuh demokratis. Disini orang tua tidak

terlalu mengekang dan tidak terlalu membebaskan.

Anak diberi kebebasan namun tetap diawasi dan diberi

tanggung jawab. Anak bisa menentukan pilihannya

namun tetap didiskusikan dengan orang tua dan

dicarikan solusi yang terbaik.

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

52

Dalam keluarga demokratis senantiasa mencari

penalaran di belakang perintah yang diberikan

sehingga anak terlatih menetapkan pilihannya, apakah

sesuai atau tidak terutama dengan norma. Hal ini akan

termanifestasi dalam perilaku sehari-hari terutama

dalam menetapkan pilihan karier. Individu terbiasa

memperhitungkan apa yang akan dia lakukan, apa

yang akan dia pilih, apa akibat dari pilihannya,

bagaimana pendapat orang tua dan pertimbangan lain.

Hubungan antara orang tua dan anak yang baik

akan menumbuhkan persepsi yang positif dalam diri

anak tentang orang tua mereka. Remaja yang memiliki

persepsi bahwa orang tuanya menerapkan pola asuh

demokratis, akan merasa dirinya diterima dan dihargai

karena anak merasa orang tua tidak sekedar menutut

atau memaksakan kehendak namun lebih mengakui

hak-hak mereka sebagai anak. Kaitannya dengan

pilihan karir ketika anak sudah memiliki pemahaman

positif tentang pola asuh demokratis yang diterapkan

orang tua, maka ketika dihadapkan dalam pilihan karir

anak lebih bisa menentukan pilihannya tanpa merasa

tertekan oleh orang tua. Anak tidak akan menganggap

orang tua mereka sebagai hambatan dalam pilihan

karir namun sebaliknya anak tidak akan ragu

menjadikan orang tuanya sebagai pedoman ketika

mereka mengalami kebingungan dalam memilih karena

menentukan pilihan itu, bukanlah hal yang mudah,

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

53

H1

H2

H3

dan anak tidak akan ragu atau takut untuk berdiskusi

dengan orang tua yang memberi kenyamanan serta

bisa memahami mereka. Hal ini erat hubungannya

dengan ketepatan pilihan karir anak kelak. Dari uraian

diatas jelas terdapat hubungan antara pola asuh

demokratis dengan pilihan karir anak.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diperjelas

denga uraian bentuk bagan seperti berikut ini;

Layanan Informasi Karier (X1) 1. Usaha yang dilakukan individu

dalam memahami materi informasi karier.

2. Sejauh Mana Individu ingin memperoleh layanan informasi karier.

3. Bentuk-bentuk Layanan Informasi Karier di Sekolah.

Pola asuh demokratis (X2)

1. Bentuk pola asuh demokratis

dilihat dari aspek pengontrolan.

2. Bentuk pola asuh demokratis

dilihat dari aspek tanggapan.

Pilihan Karier (Y)

1. Aktivitas yang disukai

2. Kompetensi yang dimiliki

3. Pekerjaan yang disukai

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

54

Gambar 2.2

Bagan Kerangka Pikir

2.15 Hipotesis Penelitian 2.15.1 Hipotesis Empirik

1. Ada hubungan yang signifikan antara layanan

informasi karier dengan pilihan karier siswa kelas

XI SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran

2012/2013

2. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh

demokratis orang tua dengan pilihan karier siswa

kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran

2012/2013

3. Ada hugungan yang signifikan antara layanan

informasi karier dan pola asuh demokratis orang

tua dengan pilihan karier siswa kelas XI SMK

Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2012/2013

2.15.2 Hipotesis Statistik

1. Ho: Rx1.y = 0 artinya tidak ada hubungan yang

signifikan antara layanan informasi karier dengan

pilihan karier siswa kelas XI SMK Negeri 2

Salatiga, dan jika H1:Rx1.y ≠ 0artinya ada

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3284/3/T2_942011002_BAB II.pdf12 . okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi

55

hubungan yang signifikan antara layanan

informasi dengan pilihan karier siswa kelas XI

SMK Negeri 2 Salatiga.

2. Ho: Rx2.y = 0 artinya tidak ada hubungan yang

signifikan antara pola asuh demokratif orang tua

dengan pilihan karier siswa kelas XI SMK Negeri

2 Salatiga, dan jika H1: Rx2.y ≠ 0 artinya ada

hubungan yang signifikan antara pola asuh

demokratif orang tua dengan piliha karier siswa

kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga.

3. Ho: Rx12.y = 0 artinya tidak ada hubungan yang

signifikan antara layanan informasi karier, pola

asuh demokratif orang tua dengan pilihan karier

siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga dan jika H1:

Rx12.y ≠ 0 artinya ada hubungan yang signifikan

antara layanan informasi karier, pola asuh

demokratif orang tua dengan pilihan karier siswa

kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga.